BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

44
BAB I VALUASI LINGKUNGAN 1.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber daya. konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan langsung dan tidak langsung semata, namun lebih luas dari itu. Value atau nilai bisa diartikan sebagai importance atau desirability. Di dalam konsep ekonomi menilai diartikan sebagai melakukan valuasi yang berhubungan dengan perubahan kesejahteraan masyarakat. Jadi nilai ekonomi pelayanan sumber daya alam dan lingkungan (economic value of ecosystem services) dapat diartikan sebagai menilai kontribusi sumber daya alam dan lingkungan terhadap human welfare. Pengertian nilai atau value khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan bisa saja berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Dari sisi ekonomi, konsep nilai akan berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Dengan demikian nilai ekonomi dari sumber daya alam dan lingkungan adalah jasa dan Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1

Transcript of BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Page 1: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

BAB I

VALUASI LINGKUNGAN

1.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih

dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber

daya. konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan

langsung dan tidak langsung semata, namun lebih luas dari itu. Value atau

nilai bisa diartikan sebagai importance atau desirability. Di dalam konsep

ekonomi menilai diartikan sebagai melakukan valuasi yang berhubungan

dengan perubahan kesejahteraan masyarakat. Jadi nilai ekonomi pelayanan

sumber daya alam dan lingkungan (economic value of ecosystem services)

dapat diartikan sebagai menilai kontribusi sumber daya alam dan lingkungan

terhadap human welfare.

Pengertian nilai atau value khususnya yang menyangkut barang dan

jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan bisa saja berbeda

jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Dari sisi ekonomi, konsep nilai

akan berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Dengan demikian nilai

ekonomi dari sumber daya alam dan lingkungan adalah jasa dan fungsi

sumber daya alam yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan

manusia, dimana kesejahteraan ini diukur berdasarkan setiap individual

assessment terhadap dirinya sendiri.

Berbeda dari konsep ekonomi, dari sisi ekologi misalnya, nilai dari

hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat

produksi berbagai spesies ikan tertentu, ataupun fungsi ekologis lainnya.

Demikian juga dari sisi teknik, nilai hutan mangrove bisa saja sebagai

pencegah abrasi atau banjir dan sebagainya. Perbedaan mengenai konsepsi

nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan dalam memahami pentingnya suatu

ekosistem. Oleh karenanya diperlukan suatu persepsi yang sama untuk

penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 1

Page 2: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

bisa dijadikan persepsi bersama antara berbagai disiplin ilmu tersebut adalah

dengan memberikan “price tag” (harga) terhadap barang dan jasa yang

dihasilkan dari sumberdaya dan lingkungan. Dengan demikian kita

menggunakan apa yang disebut sebagai nilai ekonomi dari sumberdaya alam.

Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran

jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk

memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut

sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang

dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan

menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistim bisa di

”terjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari

barang dan jasa. Sebagai contoh jika ekosistim pantai mengalami kerusakan

akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur

dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali

ke aslinya atau mendekati aslinya.

Penggunaan secara legal maupun administratif paradigma ekonomi

yang berfokus pada nilai pasar sebagai standard kompensasi pemerintah atas

private property. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya 2 kesalahan dari

paradigma pasar yang terjadi, yaitu kesalahan dalam asumsi market yang

bersifat perfectly competitive dan perfectly mobile agents (masyarakat yang

dapat dengan mudah berpindah).

Tendensi menggunakan nilai dengan harga pasar tampaknya sudah

sangat meluas tidak hanya dikalangan masyarakat tetapi juga dikalangan para

ahli ekonomi. Hal ini tidak mengherankan karena memang menggunakan

harga pasar adalah instrumen yang termudah dan menarik untuk menghitung

nilai. Jika seseorang ingin menilai sesuatu, apakah itu untuk kepentingan

legal, administrasi atau lainnya, tentu saja akan menjadi sederhana, jika nilai

adalah sesuatu yang objektif dan robust, sesuatu yang tidak hipotetikal atau

spekulatif, sesuatu yang tidak memerlukan banyak asumsi dan sesuatu yang

tidak memerlukan teknik prosedur pengukuran yang kompleks, yang dapat

menjadi sumber dari ketidakpastian.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 2

Page 3: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) patut mendapatkan

perhatian dan pemberian label value yang tepat dan dengan dua alasan :

pertama adalah SDAL menyediakan manfaat tidak langsung dalam batasan

yang luas, kedua aktivitas manusia telah menyumbangkan, dan masih

menyumbangkan laju hilangnya biodiversity yang akan mengancam stabilitas

dan keberlanjutan dari ekosistem sebagaimana juga penyediaan barang dan

jasa yang dihasilkannya bagi kesejahteraan manusia itu sendiri. Hal ini yang

menyebabkan semakin banyaknya studi mengenai rusak, hilang atau

berkurangnya baik kualitas maupun kuantitas sumber daya alam dan

lingkungan dan kaitannya dengan besaran kerugian secara moneter atas hal

tersebut. Values/Nilai sumberdaya alam pada setiap pemanfaatan akan sangat

tergantung pada kondisi dan distribusi dari property right dan tingkat

kesejahteraan/ income masyarakatnya.

1.2 Konsep Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Valuasi ekonomi terhadap manfaat dan dampak yang ditimbulkan

dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan bagi

pengambilan kebijakan dan analisis ekonomi suatu aktivitas. Dalam valuasi

ekonomi sumberber daya alam dan lingkungan, manfaat dan dampak faktor

yang perlu diperhatikan adalah determinasi manfaat dan dampak fisik dan

valuasinya dalam aspek moneter. Penilaian manfaat dan dampak secara

moneter harus berdasarkan pada penilaian yang tepat akan manfaat dan

dampak fisik dan keterkaitannya, karena dampak yang ditimbulkan

mengakibatkan perubahan produktivitas maupun perubahan kualitas

lingkungan. Para ahli ekonomi telah mengembangkan metode valuasi untuk

mengukur nilai dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, terutama

untuk barang dan jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Penilaian ini dapat

dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan.

Nilai barang dan jasa lingkungan dapat dikategorikan menjadi (i)

nilai yang digunakan (use value) dan (ii) nilai yang tidak digunakan/nilai

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 3

Page 4: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

yang terkandung di dalamnya/nilai intrinsik (non-use value). Option value

didasarkan pada penilaian berapa besar kesediaan seseorang individu untuk

membayar WTP (willingness to pay) dan atau berapa besar seseorang

bersedia menerima ganti rugi WTA (willingness to accept) dari suatu pilihan

melindungi lingkungan. Nilai intrinsik tidak diperoleh dari komoditi tersebut,

tetapi bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan

komoditas lain, misalnya komoditi yang terkait dengan alam dan lingkungan.

Nilai yang diminta (bequest value) didasarkan pada pemahaman individu

akan manfaat suatu sumberdaya di masa depan. Sedangkan nilai eksistensi

(existence value) didasarkan pada pemahaman akan keberadaan/eksistensi

sumberdaya tersebut.

Sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem, yaitu

lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk hidup

dengan faktor-faktor alam. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam

pada hakekatnya melakukan perubahan-perubahan di dalam ekosistem,

sehingga perencanaan penggunaan sumberdaya alam dalam rangka proses

pembangunan tidak dapat ditinjau secara terpisah, melainkan senantiasa

dilakukan dalam hubungannya dengan ekosistem yang mendukungnya.

Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat

dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan

manfaat lain, misalnya manfaat keindahan, rekreasi. Mengingat pentingnya

manfaat dari sumberdaya alam tersebut, maka manfaat tersebut perlu dinilai.

Konsep dasar valuasi merujuk pada kontribusi suatu komoditas

untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ekologi, sebuah gen bernilai

tinggi apabila mampu berkontribusi terhadap tingkat survival dari individu

yang memiliki gen tersebut. Dalam pandangan ecological economics, nilai

(value) tidak hanya untuk maksimalisasi kesejahteraan individu tetapi juga

terkait dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi.

Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai

kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam

dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 4

Page 5: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

pasar (non market value). Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat

ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk

mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh

sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi

ekonomi memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan

penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal

ini disebabkan aplikasi valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara

konservasi SDA dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, valuasi

ekonomi dapat dijadikan alat yang penting dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan.

Menurut panduan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan

(KNLH, 2007) adalah pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau

seluruh potensi sumberdaya alam sesuai dengan tujuan pemanfaatannya.

Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimaksud adalah

nilai ekonomi total (total net value), nilai pemulihan kerusakan/pencemaran

serta pencegahan pencemaran/kerusakan.

Bermacam-macam teknik yang dapat digunakan untuk

mengkuantifikasi konsep nilai. Namun konsep dasar dalam penilaian

ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan untuk membayar

dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya.

1.3 Manfaat Valuasi Ekonomi Lingkungan

Peran valuasi ekonomi terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan sangat penting dalam kebijakan pembangunan. Menurunnya

kualitas sumberdaya alam dan lingkungan merupakan masalah ekonomi,

sebab kemampuan sumberdaya alam tersebut menyediakan barang dan jasa

juga semakin berkurang, utamanya pada beberapa kasus sumberdaya alam

yang tidak dapat dikembalikan seperti semula (irreversible).

Valuasi ekonomi diperlukan dalam memutuskan pilihan kebijakan

pembangunan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dan lingkungan.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 5

Page 6: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Oleh karena itu, kuantifikasi manfaat (benefit) dan kerugian (cost) harus

dilakukan agar proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan

memperhatikan aspek keadilan (fairness).

Melihat manfaat valuasi ekonomi yang begitu penting dalam

memutuskan pilihan kebijakan, maka yang perlu diketahui adalah hasil dari

studi valuasi ekonomi sumberdaya alam umumnya tidak bersifat definitf dan

tidak dapat ditransfer pada lokasi dan kondisi yang berbeda. Artinya, hasil

valuasi ekonomi sumberdaya lahan umumnya bersifat spesifik lokasi, karena

umumnya didasarkan pada persepsi kelompok tertentu pada suatu tempat dan

waktu tertentu, dan tidak valid secara universal. Oleh karena itu, sebelum

melakukan valuasi ekonomi perlu diketahui tujuan dari kegiatan valuasi

ekonomi tersebut dan kepada siapa hasilnya akan diperuntukkan. Jika tujuan

valuasi ekonomi adalah untuk meyakinkan pengguna lahan (misalnya petani)

akan pentingnya melaksanakan teknik konservasi tanah dan air pada lahan

yang dimanfaatkan, maka valuasi ekonomi sebaiknya difokuskan pada

konsekuensi langsung pada penggunaan lahan. Misalnya keuntungan

ekonomi dan dampaknya pada erosi, runoff, penurunan kesuburan tanah.

Sebaliknya jika valuasi ekonomi ditujukan untuk stakeholders yang lebih luas

(misalnya pemerintah), maka valuasi ekonomi sumberdaya lahan harus

dilakukan secara konprehensif dengan melibatkan variabel penelitian yang

lebih besar, sehingga analisis datanya menjadi kompleks.

1.4 Pendekatan Valuasi Ekonomi Lingkungan

Valuasi ekonomi menggunakan satuan moneter sebagai patokan

perhitungan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Satuan moneter

sebagai patokan pengukuran untuk semua hal merupakan ukuran kepuasan

untuk suatu tindakan pengambilan keputusan. Tidak adanya pasar untuk

produk lingkungan tertentu tidak berarti manfaat ekonomi suatu barang atau

jasa tidak ada, oleh karena itu preferensi yang berkaitan dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat harus menggunakan satuan moneter. Tidak adanya

pasar untuk produk tersebut membuat proses valuasi ekonomi menjadi sulit

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 6

Page 7: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

sehingga harus menggunakan berbagai teknik valuasi. Teknik dan cara yang

beragam memerlukan pendekatan yang jelas agar tidak terjadi perhitungan

ganda (double counting).

Menurut Suparmoko (2000) bahwa terdapat tiga alasan penggunaan

satuan moneter dalam valuasi ekonomi, yaitu (1) satuan moneter dari manfaat

dan biaya SDA dan lingkungan dapat menjadi parameter kualitas lingkungan,

(2) satuan moneter dapat digunakan untuk menilai tingkat kepedulian

seseorang terhadap lingkungan dan (3) satuan moneter dapat dijadikan

sebagai bahan pembanding secara kuantitatif terhadap beberapa alternatif

pilihan penggunaan sumberdaya alam.

Alasan pertama berkaitan dengan masalah kelangkaan sumberdaya

alam. Masalah kelangkaan suatu sumberdaya alam atau jenis species tertentu

akibat pembangunan akan memperoleh nilai moneter yang rendah. Alasan

kedua dapat diartikan sebagai moneterisasi keinginan atau kesediaan

seseorang untuk membayar bagi kepentingan perbaikan lingkungan.

Perhitungan ini secara langsung menggambarkan fakta tentang preferensi

lingkungan dari seseorang atau masyarakat. Demikian pula pada seseorang

atau masyarakat yang merasa kehilangan manfaat lingkungan, yaitu

keinginan untuk menerima kompensasi kerugian yang dialami. Selanjutnya

alasan ketiga berkaitan dengan aspek decision making dalam pemanfaatan

SDA dan lingkungan, dimana satuan moneter dapat digunakan sebagai salah

satu indikator pengambilan keputusan.

Metode valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan secara

umum dikelompokkan atas dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsi

permintaan (demand approach) dan pendekatan tidak menggunakan fungsi

permintaan (non-demand approach). Pendekatan fungsi permintaan

menggunakan empat metode, yaitu metode dampak produksi, metode respon

dosis, metode pengeluaran preventif dan metode biaya pengganti. Sedangkan

pendekatan selain fungsi permintaan juga menggunakan empat metode, yaitu

metode valuasi kontingensi, metode biaya perjalanan, metode biaya properti

dan metode biaya pengobatan.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 7

Page 8: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Adapun secara umum pengelompokkan atas dua pendekatan yaitu :

1. Pendekatan fungsi permintaan, menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode dampak produksi. Metode ini menghitung manfaat konservasi

lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu

kebijakan proteksi. Metode ini menjadi dasar dalam pembayaran

kompensasi bagi properti masyarakat yang dibeli oleh pemerintah

untuk tujuan tertentu, misalnya untuk membangun sarana umum, petani

yang merelakan tanahnya untuk tujuan konservasi.

b. Metode respon dosis. Metode ini menilai pengaruh perubahan

kandungan zat kimia atau bahan polusi (polutan) tertentu terhadap

kegiatan ekonomi atau kepuasan konsumen, misalnya tingkat

pencemaran air akan mempengaruhi pertumbuhan makhluk air,

menurunkan manfaat kegunaan air, membahayakan kesehatan manusia

dan sebagainya. Penurunan tingkat produksi dapat dihitung

menggunakan harga pasar yang berlaku maupun harga bayangan

(shadow price).

c. Metode pengeluaran preventif. Pada metode nilai eksternalitas

lingkungan dari suatu kegiatan dihitung dengan melihat berapa biaya

yang disiapkan oleh seseorang atau masyarakat untuk menghindari

dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan. Misalnya biaya

pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau

dataran tinggi.

d. Metode biaya pengganti. Valuasi ekonomi dengan metode ini

berdasarkan biaya ganti rugi asset produktif yang rusak, karena

penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan. Misalnya

pengurangan luas hutan bakau ternyata berdampak terhadap

pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka

penilaian terhadap kerugian tersebut merupakan jumlah biaya

pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan

bakau dilaksanakan.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 8

Page 9: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

2. Pendekatan selain fungsi permintaan menggunakan metode sebagai

berikut:

a. Metode valuasi kontingensi. Metode ini menentukan preferensi

konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan

mengemukakan kesanggupan untuk membayar WTP (willingnes to

pay) yang dinyatakan dalam nilai uang. Teknik metode ini dengan

melakukan survei dan wawancara dengan responden tentang nilai dan

manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Pendekatan WTA

(willingnes to accept) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan mempertahankan

lahan sawahnya. Metode valuasi kontingensi dengan metode survei

WTP dan WTA telah banyak digunakan oleh peneliti (Navrud dan

Mungatana, 1994; Rolfe et al, 2000; Othman, 2002)

b. Metode biaya perjalanan. Metode ini mengestimasi kurva permintaan

barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah

semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan

fasilitas rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk

rekreasi tersebut karena biaya perjalanan yang mahal. Metode biaya

perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan

masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/jasa SDA dan

lingkungan. Menurut FAO (2001) metode biaya perjalanan dan valuasi

kontingensi dapat digunakan untuk menilai barang SDA dan

lingkungan, termasuk eksternalitas lahan pertanian.

c. Metode nilai properti. Metode ini berdasarkan perbedaan harga sewa

lahan atau harga sewa rumah, dengan asumsi bahwa perbdaan ini

disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan. Selisih harga

merupakan harga kualitas lingkungan tersebut. Othman et al. (2006)

menyebut metode ini dengan pendekatan hedonik, yaitu menduga

kualitas lingkungan berdasarkan kesanggupan seseorang untuk

membayar WTP (willingnes to pay) lahan atau komoditas lingkungan

tersebut.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 9

Page 10: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

d. Metode biaya pengobatan. Metode ini digunakan untuk memperkirakan

biaya kesehatan akibat adanya perubahan kualitas lingkungan yang

menyebabkan seseorang sakit. Total biaya dihitung secara langsung dan

tidak langsung. Biaya langsung digunakan untuk pengeluaran biaya

perawatan, obat-obatan dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak

langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat seseorang

menderita sakit.

Secara umum terdapat dua pendekatan teknik valuasi ekonomi, yaitu

pendekatan langsung (direct) dan pendekatan tidak langsung (indirect).

Pendekatan langsung yaitu menurunkan preferensi secara langsung dengan

cara survei dan teknik-teknik percobaan (experimental tecniques).

Masyarakat ditanya secara langsung tentang kekuatan preferensi mereka.

Tabel 2.1Beberapa Metode Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Perilaku Masyarakat

Pendekatan Pasar

Pasar Konvensional Pasar Pengganti

Berdasarkan

Perilaku Aktual

Perubahan produktivitas Kehilangan pendapatan Pengeluaran preventif

Travel cost method Perbedaan upah (risk

estimation) Nilai lahan & properti Metode perilaku

pengeluaran

Berdasarkan

Perilaku Potensial Biaya pengganti Proyek bayangan

Contingent Valuation

Sebaliknya pendekatan tidak langsung, yaitu teknik-teknik yang

menurunkan preferensi dari fakta atau informasi berdasarkan pasar yang

diamati. Metode penilaian terhadap penggunaan sumberdaya lahan telah

dipraktekkan pada berbagai negara. Metode tersebut dapat dikelompokkan

menjadi tiga macam pendekatan:

1. Pendekatan nilai pasar, menggunakan tiga macam metoda, yaitu:

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 10

Page 11: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

a. Metode perubahan produktivitas berangkat dari pemikiran bahwa

pemanfaatan sumberdaya mempengaruhi produksi dan produktivitas.

Perubahan produksi yang dihasilkan tentu akan mengubah perilaku

pemanfaatannya, sehingga akan mengubah nilai dari sumberdaya

tersebut. Menurut Grigalunas dan Congan (1995), pendekatan

produktivitas sangat berguna apabila produk finalnya memiliki harga

pasar dan informasi tentang aliran barang dan jasa cukup tersedia.

b. Metode kehilangan pendapatan. Pendapatan yang hilang dapat

diartikan sebagai biaya tidak langsung akibat berkurangnya mutu

lingkungan, seperti memburuknya kesehatan, pemandangan yang

hilang, berkurangnya kesuburan tanaman. Untuk menilai hal tersebut

digunakan pendekatan kesediaan membayar (willingnes to pay) untuk

mencapai kondisi yang lebih baik. metode yang secara langsung

didasarkan pada pendekatan nilai pasar.

c. Metode pengeluaran preventif adalah biaya yang diperlukan untuk

mencegah terjadinya dampak lingkungan yang merugikan. Kerusakan

lingkungan dinilai berdasarkan atas prinsip biaya dan manfaat,

sehingga dapat dikatakan bahwa nilai ekonomi suatu lingkungan adalah

sekurang-kurangnya sama dengan biaya yang diperlukan untuk

mencegah kerusakan lingkungan.

2. Pendekatan nilai pasar barang pengganti, terdiri atas empat metode, yaitu:

a. Metode harga properti, estimasi nilai ekonomi udara bersih dengan

menghubungkan antara harga rumah dengan kualitas udara.

b. Metode perbedaan upah (risk estimation); upah/gaji merupakan faktor

determinan dari resiko kecelakaan.

c. Travel Cost Metod; survei secara detail terhadap perjalanan kemudian

dihitung jumlah biaya perjalanannya.

d. Metode perilaku pengeluaran; survei pengeluaran rumahtangga

terhadap masalah lingkungan.

3. Pendekatan Contingent Valuation (CV), metode valuasi berdasarkan

preferensi adalah untuk mengukur seberapa besar nilai suatu barang

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 11

Page 12: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

berdasarkan estimasi seseorang. CV juga merupakan suatu pendekatan

untuk mengetahui seberapa nilai yang diberikan seseorang untuk

memperoleh suatu barang (willingnes to pay) dan seberapa besar nilai

yang diinginkan untuk melepas suatu barang (willingnes to accept).

Pendekatan CV dilakukan untuk mengukur preferensi masyarakat dengan

melakukan wawancara (Barton, 1994).

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 12

Page 13: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

BAB II

CONTINGENT VALUATION METHOD

(METODE VALUASI KONTINGENSI)

2.1 Metode Valuasi Kontingensi (Contingent Valuation Method, CVM)

CVM (Contingent Valuation Method) merupakan metode penilaian

lingkungan di mana tidak terdapat nilai pasarnya. Penilaian ini umumnya

mengukur WTP atau WTA seseorang yang berkeinginan membayar atau

menerima kompensasi atas kerusakan lingkungan. Penilaian atas lingkungan

dikategorikan ke dalam 3 (tiga) komponen, yakni eksistensi, pilihan, dan nilai

perkiraan. Nilai eksistensi merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan

membayar (WTP) untuk beberapa lingkungan yang spesifik atau keindahan

sumber daya alam yang akan mencegah kerusakan sumber daya alam

tersebut. Nilai perkiraan merupakan nilai di mana masyarakat ikut serta dalam

memelihara lingkungan. CVM (Contingent Valuation Method) akan

menanyakan berapa keinginan masyarakat untuk membayar dalam

keikutsertaannya memelihara lingkungan tersebut. Nilai pilihan merupakan

nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk mencegah

kerusakan lingkungan di masa mendatang, walaupun mereka tidak pasti

apakah suatu saat nanti akan berkunjung ke tempat tersebut lagi atau tidak.

2.2 Tahap-Tahap Studi CVM (Contingent Valuation Method)

Secara umum implementasi CVM dapat dipandang menjadi enam

tahap pekerjaan, yaitu :

1) Membangun pasar Hipotetik.

2) Penentuan besarnya penawaran.

3) Pendugaan besarnya nilai WTP.

4) Perkiraan rataan dan nilai tengah WTP.

5) Penjumlahan data.

6) Mengevaluasi penggunaan CVM.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 13

Page 14: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

1. Tahap Satu : Pembangunan Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa

masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/ jasa lingkungan

dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/ jasa

lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana

mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus

diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat

memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan

masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula

dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat

untuk membayar.

2. Tahap Dua : Penentuan Besarnya Penawaran

Begitu kuisioner selesai dibuat, maka kegiatan survei dapat dilakukan

dengan wawancara secara langsung (tatap muka) dengan responden,

melalui telepon, atau melalui e-mail. Wawancara melalui telepon

sebaiknya merupakan alternatif terakhir karena penyampaian informasi

benda lingkungan melalui telepon dinilai agak sulit, terutama karena

keterbatasan waktu. Survai melalui surat sering digunakan, tetapi

seringkali mengalami bias dari jawaban yang diterima. Wawancara dengan

menggunakan petugas yang terlatih akan menghasilkan jawaban yang

memadai, tetapi perlu juga diwaspasdai bias yang mungkin terdapat pada

petugas yang melaksanakan wawancara. Didalam kuisioner, setiap

individu ditanya mengenai nilai uang yang bersedia dibayarkan (nilai

WTP). Untuk mendapatkan nilai tersebut dapat dicapai melalui cara-cara

sebagai berikut :

a. “Bidding game” : Nilai tawaran mulai dari nilai terkecil diberikan

kepada responden hingga mencapai nilai WTP (willingnes to pay)

maksimum yang bersedia dibayarkan responden;

b. “Closed-ended referendum” : Sebuah nilai tawaran tunggal diberikan

kepada responden, baik untuk responden yang setuju ataupun yang

tidak setuju dengan nilai tersebut (jawaban ya atau tidak);

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 14

Page 15: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

c. “Payment Card” (kartu pembayaran) : Suatu kisaran nilai disajikan

pada sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran

responden terhadap jasa publik yang diberikan;

d. “Open-ended question” (pertanyaan terbuka). Setiap responden ditanya

maksimum WTP (willingnes to pay) yang bersedia dibayarkan dengan

tidak adanya nilai tawaran yang diberikan. Namun dengan cara ini

responden sering mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan

yang diberikan, khususnya jika tidak memiliki pengalaman mengenai

nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan.

3. Tahap Tiga : Pendugaan Besarnya Nilai WTP

Setelah nilai tawaran WTP (willingnes to pay) didapatkan maka segera

rata-rata nilai WTP dihitung. Ukuran pemusatan yang digunakan adalah

nilai tengah dan/atau median. Nilai median tidak dipengaruhi oleh nilai

tawaran ekstrim, namun hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan

nilai tengah. Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan

nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Variabel bebas

yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain tingkat pendidikan

(PD), Jumlah Anggota Keluarga (AK), tingkat pendapatan keluarga (Y),

Pengeluaran rata-rata keluarga (PE), dan beberapa variabel yang mengukur

kualitas air (Q).

4. Tahap Empat : Perkiraan Rataan dan Nilai Tengah WTP

Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah

perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari

WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata,

maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh

karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi

oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu

lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 15

Page 16: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

5. Tahap Lima : Penjumlahan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran

dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam

penjumlahan data ditentukan oleh :

a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk

mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara

signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki

batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru

tersebut.

b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh

dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N,

meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat

pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke

dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan

dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva

penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.

c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat.

Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap

kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang,

masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi

saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana

adanya implikasi discounting.

6. Tahap Enam : Evaluasi Penggunaan CVM

Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah

berhasil dilakukan. Apakah hasil survei memiliki ‘protest bid’ yang terlalu

tinggi. Apakah responden memahami dan mengerti benar tentang pasar

hipotetik yang disampaikan. Seberapa pengalaman responden terhadap

barang/ jasa lingkungan yang dipertanyakan. Seberapa baik pasar hipotetik

yang dibangun dapat mencakup seluruh aspek barang/ jasa lingkungan.

Asumsi apakah yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan

menggambarkan nilai tawaran (bid) agregat. Seberapa baik cakupan

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 16

Page 17: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

permasalahan dikaitkan dengan CVM yang ditangani. Bagaimana

gambaran nilai tawaran dibandingkan dengan nilai tawaran yang

dihasilkan pada studi yang lain.

2.3 Persyaratan Perhitungan CVM (Contingent Valuation Method)

Dalam perhitungan CVM (contingent valuation method) terdapat

beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realistik.

2. Alat pembayaran yang digunakan dan atau ukuran kesejahteraan (WTP)

sebaiknya tidak kontroversial dengan ethics di masyarakat.

3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang

lingkungan yang dimaksud dalam kuesioner dan alat pembayaran untuk

permintaan mereka.

4. Jika memungkinkan ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden

sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka

berikan.

5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah

perolehan selang kepercayaan dan reabilitas.

6. Pengujian kebiasan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk

memperkecil strategic bias secara khusus.

7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi.

8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik

yang sama dengan populasi dan penyesuaian diperlukan.

9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka

setuju dengan harapan yang tepat.

2.4 Kelebihan CVM (Contingent Valuation Method)

Salah satu kelebihan CVM (Contingent Valuation Method) atas

teknik valuasi yang lain adalah kapasitas CVM (Contingent Valuation

Method) yang dapat menduga nilai bukan manfaat (non-use value).

Responden juga dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 17

Page 18: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara.

Hal ini memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non

pengguna secara terpisah. Hal-hal yang harus diperhatikan agar studi CVM

(Contingent Valuation Method) dapat berjalan dengan baik :

1. Pasar hipotetis yang dibangun harus kredibel dan realistis.

2. Jenis pembayaran atau ukuran kesejahteraan yang digunakan jangan

sampai menimbulkan kontroversi dan harus bersifat netral.

3. Responden harus diberikan informasi yang memadai perihal sumberdaya

yang ditanyakan.

4. Idealnya, responden sudah “familiar” dengan sumberdaya (benda

lingkungan) yang ditanyakan serta memiliki pengalaman mengenai nilai

perdagangan benda lingkungan tersebut.

5. Jika memungkinkan, ukuran WTP (willingnes to pay) seharusnya

dikemukakan karena responden sering mengalami kesulitan untuk

menduga nilai uang suatu sumberdaya.

6. Sampel (responden) seharusnya memiliki ukuran cukup besar agar

memiliki tingkat kepercayaan yang memadai.

7. Sebaiknya diketahui dengan pasti, apakah sampel terpilih memiliki

karakteristik yang sama dengan seluruh anggota populasi, sehingga dapat

diputuskan apakah perlu atau tidak melakukan penyesuaian-penyesuaian

yang diperlukan.

2.5 Kelemahan CVM (Contingent Valuation Method)

Kelemahan yang harus diantisipasi dalam studi CVM (Contingent

Valuation Method )adalah adanya bias. Studi CVM (Contingent Valuation

Method ) dikatakan mengalami bias jika nilai WTP (willingnes to pay) yang

dihasilkan dalam studi CVM (Contingent Valuation Method ) lebih rendah

atau lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Bias ini dapat terjadi oleh beberapa

sebab, yaitu bias strategi (strategic bias), bias rancangan (design bias), bias

“mental account” (mental account bias), dan kesalahan pasar hipotetis

(hypothetical market error).

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 18

Page 19: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

a. Bias Strategi

Bias strategi terjadi karena latar belakang benda lingkungan yang bersifat

“non - excludability” dalam pemanfaatannya , sehingga hal ini akan

mendorong terciptanya responden yang bertindak sebagai “free rider”.

Ada kemungkinan seorang responden mengatakan suatu nilai WTP yang

relatif kecil untuk mendukung upaya peningkatan kualitas lingkungan

(kesejahteraan) karena merasa bahwa dia dapat menggantungkan kegiatan

peningkatan kualitas lingkungan tersebut kepada responden yang bersedia

membayar dengan harga tinggi.

Alternatif untuk mengurangi bias strategi adalah melalui penjelasan bahwa

semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata, atau penekanan sifat

hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk

memberikan nilai WTP yang benar. Mitchell and Carson (1989) dalam

Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk

meminimalkan bias strategi, yaitu :

Menghilangkan seluruh pencilan (outlier)

Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat

dijamin

Menyembunyikan nilai tawaran responden lain

Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran.

b. Bias Rancangan (Design Bias)

Rancangan studi CVM (Contingent Valuation Method) mencakup cara

informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan

jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. Beberapa hal

dalam rancangan survei yang dapat mempengaruhi responden adalah :

a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan

dapat mempengaruhi nilai rata-rata tawaran. Contohnya jenis tawaran

yang diberikan dalam bentuk “tiket masuk tempat rekreasi” akan

menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk

“trust fund”. Hal tersebut dikarenakan responden merasa tidak senang

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 19

Page 20: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

jika mereka harus membayar saat mereka melakukan rekreasi atau

karena kebijakan tiket masuk merupakan kebijakan fiskal yang kurang

populer di masyarakat.

b) Bias Titik Awal (Starting Point Bias). Pada bidding games titik awal

yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran

(bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat disebabkan oleh “ketergesa-

gesaan” responden ketika mengisi kuisioner atau karena titik awal yang

mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera

responden (disukai responden karena responden tidak memiliki

pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang

dipermasalahkan).

c) Sifat informasi yang disampaikan (nature of information provided).

Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi

benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan

bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis

maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survai.

Informasi yang memperbaiki pengetahuan responden mengenai

karakteristik benda lingkungan yang dinilai dapat dipandang sebagai

penyampaian informasi sebuah keputusan konsumsi. Sedangkan

informasi yang dapat merubah preferensi responden dapat dipandang

menciptakan sebuah bias.

c. Bias “Mental Account” (Bias yang Berhubungan dengan Kondisi

Kejiawaan Responden)

Isu ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang

individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan

waktunya dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode

waktu tertentu. Contoh terjadinya bias mental account dapat diilustrasikan

sebagai berikut: katakanlah budget total yang dimiliki seorang individu

untuk pelestarian spesies hewan sepenuhnya dibelanjakan pada pelestarian

harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Namun individu tersebut

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 20

Page 21: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

peduli juga pada pelestarian spesies hewan lain dan menyatakan bersedia

pula mengeluarkan uangnya untuk kegiatan pelestarian spesies hewan lain

tersebut, padahal seluruh anggaran untuk lingkungan yang dimilikinya

sudah dihabiskan untuk pelestarian harimau sumatera. Pada kondisi ini

telah terjadi bias “mental account” dan nilai WTP (willingnes to pay) yang

dinyatakan individu lebih tinggi dari nilai sesungguhnya.

d. Kesalahan Pasar Hipotetis (Hypothetical Market Error)

Kesalahan pasar hipotetis terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada

responden didalam pasar hipotetis membuat tanggapan responden berbeda

dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP (willingnes to

pay) yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai sesungguhnya. Dalam

hal ini kesalahan pasar hipotetis akan mengarahkan kepada terjadinya

suatu pernyataan nilai WTP yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai

sesungguhnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena studi CVM

(Contingent Valuation Method) tidak berhadapan dengan perdagangan

aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetis yang

didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku.

Terjadinya bias pasar hipotetis bergantung pada :

1) Bagaimana pertanyaan. disampaikan ketika melaksanakan survai;

2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetis akan terjadi

3) Bagaimana format WTP (willingnes to pay) yang digunakan.

2.6 Unsur-Unsur Yang Penting Dalam Kuesioner CV (Contingent Valuation)

Instrumen survei CV (contingent valuation) mempunyai tiga bagian

dasar, yakni :

1. Deskripsi hipotetis kondisi barang atau jasa yang ditawarkan disajikan

kepada responden. Deskripsi ini menyajikan informasi yang cukup kepada

responden agar mempertimbangkan secara hati-hati barang atau jasa yang

ditawarkan atau diusulkan. Dalam wawancara perorangan, gambar dan

diagram sering dipakai untuk menyampaikan informasi kepada responden.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 21

Page 22: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Pada umumnya, deskripsi barang atau jasa yang dinilai sebaiknya

mencakup informasi sebagai berikut :

a. Kapan jasa itu tersedia ?

b. Berapakah yang akan dibayar responden?

c. Berapakah jumlah yang akan membayar?

d. Lembaga-lembaga apa saja yang bertanggung jawab dalam memberikan

jasa yang ditawarkan ?

e. Kualitas dan keandalan barang dan jasa yang ditawarkan.

f. Pendesain survei memberikan responden dengan informasi yang cukup

untuk membuat keputusan yang layak dan tidak membebani responden

dengan informasi berlebih yang akan membuat mereka bosan,

terganggu dan bingung.

2. Responden ditanyakan satu atau lebih pertanyaan, yang berupa pertanyaan-

pertanyaan berapa banyak seorang individu akan membayar jasa itu

(WTP), atau seberapa jauh ia akan menerima kompensasi untuk

menanggung kerugian (WTA). Dalam studi contingent behaviour,

responden ditanyakan bagaimana mereka merubah perilaku mereka akibat

respon terhadap perubahan hipotetis dalam barang dan jasa. Respon-

respon mereka kemudian digunakan dalam model ekonometrik untuk

menduga keinginan mereka dalam membayar perubahan yang

digambarkan. Responden juga ditanyakan apakah mereka akan

memberikan poll (suara) terhadap proposal yang dapat menyediakan

barang publik pada harga yang ditentukan.

3. Instrumen survei CV biasanya mencakup serangkaian pertanyaan tentang

karakteristik sosial ekonomi dan demografi responden serta keluarganya.

Data-data ini diperoleh untuk mengkaitkan jawaban responden dengan

pertanyaan-pertanyaan valuasi terhadap karakteristik lain dari responden.

Informasi-informasi dikumpulkan berdasarkan pengetahuan responden,

sikap (attitudes), dan praktek-praktek yang berhubungan dengan barang

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 22

Page 23: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

atau jasa yang serupa atau berkaitan dengan apa yang ditawarkan dalam

skenario pasar hipotetis. Rangkaian bagian-bagian dalam kuesioner

tergantung pada lingkungan sosial dan budaya tertentu.

2.7 Pengaruh Valuasi Ekonomi Dengan Contingent Valuation Method (CVM)

Dalam meminimalisir Dampak Lingkungan

Pendekatan valuasi ekonomi lingkungan dengan Contingent

Valuation Method  (CVM) adalah pendekatan yg tepat untuk memperkirakan

kebersediaan membayar disebut metode “Contingent Valuation” didasarkan

pada ide sederhana bahwa jika kita ingin mengetahui berapa nilai yang

bersedia dikeluarkan oleh orang untuk mencapai kondisi lingkungan tertentu,

kita dapat menanyakannya kepada mereka. Metode ini disebut “contingent”

valuation karena metode ini mencoba mendorong orang untuk mengungkapkan

apa yangakan mereka lakukan jika ditempatkan pada kondisi

contingent tertentu.

Kini telah berkembang berbagai cara valuasi ekonomi dampak

lingkungan ditemukan dalam literatur ekonomi sumberdaya dan lingkungan.

Dalam hal ini terdapat jenis pendekatan penilaian ekonomis :

1. Impact analysis : nilai ekonomi dilihat dari dampak akibat adanya aktivitas

tertentu.

2. Partial analysis : dengan menetapkan 2 atau lebih alternatif pilihan

pemanfaatan ekosistem.

3. Total valuation : untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah

ekosistem tertentu kepada masyarakat.

Nilai Ekonomi adalah penjumlahan WTP dari banyak individuWTP

ini merefleksikan preferensi individu. Seperti dalam hal barang pasar swasta,

fitur umum dari semua metode penilaian ekonomi barang dan jasalingkungan

adalah bahwa mereka yang didirikan pada aksioma-aksioma teoridan prinsip-

prinsip ekonomi kesejahteraan. Ini langkah-langkah perubahankesejahteraan

yang tercermin dalam rakyat kesediaan membayar (WTP) ataukesediaan

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 23

Page 24: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

untuk menerima (WTA) kompensasi untuk perubahan tingkatpenggunaan

barang tertentu atau jasa.

Gambar 3.1

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 24

Page 25: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Hubungan Antara Sistem Ekonomi dan Lingkungan

Langkah Kegiatan Valuasi Ekonomi dampak lingkungan :

1. Pemilihan pendekatan nilai ekonomi yang sesuai dengan tujuan studi.

2. Mendefinisikan areal dari kegiatan amdal yang akan dianalisis, batas-batas

khusus dari ekosistem dengan areal sekitarnya.

3. Mengidentifikasi segenap komponen, fungsi dan atribut dari ruang lingkup

kegiatan amdal serta menyusunnya dalam tingkatanberdasarkan derajat

kepentingannya.

4. Menyusun klasifikasi segenap fungsi dan manfaat kegiatan amdal kedalam

berbagai tipe penggunaan ekosistem yang akan dimanfaatkan(use value and

non-use value)

5. Mengidentifikasi informasi dan data yang diperlukan sekaligus metode

pengumpulannya.

6. Menganalisis segenap informasi dan data yang sudah dikumpulkan dalam

rangka kuantifikasi nilai ekonomi kegiatan amdal.

7. Mengimplementasikan metode penilaian yang tepat yaitu

denganmenggunakan metode Cost Benefit Analysis. 

2.8 Contoh Penerapan Contingent Valuation Method

A. Masyarakat hilir menyadari bahwa terjadinya banjir yang secara rutin

melanda wilayah mereka sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan

di wilayah hulu. Untuk itu masyarakat ditanya tentang respon mereka

terhadap upaya-upaya perbaikan lingkungan di wilayah hulu.

Pertanyaan Penawaran WTP:

Apakah setuju bahwa lahan pertanian khususnya sawah mempunyai

fungsi lingkungan dalam pengendalian banjir dan erosi.

Apakah responden bersedia membayar untuk memperbaiki kualitas

lingkungan hulu

Jika ”ya”, kemukakan nilai pilihan WTP (mulai dari terendah), lalu

lakukan penawaran (bidding).

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 25

Page 26: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Tingkatkan penawaran sekitar 10% atau lebih. Misalnya dari nilai awal

Rp 5.000 menjadi Rp 5.500. jika masih bersedia membayar, tingkatkan

lagi nilainya menjadi Rp 6.000 dan seterusnya.

Jika responden sudah menyatakan tidak bersedia lagi membayar, maka

nilai penawaran tertinggilah merupakan nilai WTP dari responden

tersebut.

Pada prinsipnya pendekatan WTA (Willingness to accept) sama dengan

WTP, tetapi respondennya adalah masyarakat yang menyediakan atau

menghasilkan jasa lingkungan. Misalnya, untuk mengetahui seberapa

besar petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan

mempertahankan lahan pertaniannya.

B. Apakah responden bersedia menerima bantuan pembayaran untuk tetap

mengelola dan mempertahankan lahan pertaniannya. Misalnya biaya

pembuatan teras bangku. Biaya pembuatan teras bangku di lokasi

penelitian adalah Rp 3,5 – 5,5 juta/ha. Tingkat penawaran mulai dari 50%

nilai biaya yang dikemukakan petani, lalu diturunkan atau dinaikkan sesuai

dengan respon awal petani. Misalnya biaya pembuatan teras menurut

petani Rp 1.000.000 (luas lahan 0,25 ha), terdiri dari biaya TK

Rp 600.000, biaya bahan Rp 250.000 dan peralatan Rp 150.000

Pertanyaan Penawaran WTA:

Biaya Tenaga Kerja Rp 300.000

Jika responnya bersedia menerima, maka turunkan sekitar 10% atau

lebih menjadi Rp 275.00, lalu Rp 250.000, lalu Rp 225.000, dst sampai

responden menyatakan tidak bersedia menerima jumlah tersebut.

Jika responnya tidak bersedia menerima, maka naikkan sekitar 10%

atau lebih menjadi Rp 325.000, lalu Rp 350.000, lalu Rp 375.000, atau

Rp 400.000 dst, sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai

tersebut.

Bahan Rp 100.000; jika responnya masih bersedia, turunkan sekitar

10% seperti cara di atas sampai responden menyatakan tidak bersedia

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 26

Page 27: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

menerima nilai tersebut. Namun jika responden tidak bersedia

menerima, naikkan nilai tersebut sekitar 10% sampai responden

menyatakan bersedia menerima nilai bantuan tersebut.

Peralatan Rp 50.000 (caranya sama dengan di atas).

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut :

1. Metode valuasi lingkungan berupa penilaian moneter komoditas

lingkungan harus dilakukan dalam upaya untuk menghindari adanya

eksternalitas negatif dan internalisasi biaya lingkungan, agar tidak terjadi

pemborosan dalam penggunaan sumberdaya alam dan perusakan

lingkungan

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 27

Page 28: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

2. Contingent Valuation Method merupakan salah satu metode valuasi

komoditas lingkungan yang berkembang dengan pesat. Walaupun tidak

terluput dari kekurangan-kekurangannya.

3. Hasil penelitian dengan contingent valuation method terhadap sebuah

komoditas lingkungan dapat memberikan masukan kepada pembuat

kebijakan dalam mengelola lingkungan.

4. CVM (Contingent Valuation Method ) merupakan pendekatan yang baik

untuk mengukur WTP, tetapi CVM (Contingent Valuation Method) juga

memiliki kelemahan yaitu kelemahan utama adalah terjadinya bias (bias

strategi, bias rancangan, bias “mental account”) .

5. Secara umum implementasi CVM dapat dipandang menjadi enam tahap

pekerjaan, yaitu :

- Membangun pasar Hipotetik.

- Penentuan besarnya penawaran.

- Pendugaan besarnya nilai WTP.

- Perkiraan rataan dan nilai tengah WTP.

- Penjumlahan data.

- Mengevaluasi penggunaan CVM.

DAFTAR PUSTAKA

Andistya Oktaning Listra. 2012. Analisis Valuasi Ekonomi Lingkungan Dengan Contingent Valuation Method (CVM) Sebagai Upaya Meminimalisir Dampak Penambangan Batubara. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya. Malang.

Arianto A.Panturu. 2004. Valuasi Ekonomi “Metode Kontinjen”. Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat. LPEM-FEUI.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 28

Page 29: BAB I_Valuasi Lingkungan.doc

Arvan Carlo Djohansjah. Travel Cost dan Contingent Valuation Method Sebagai Alternatif Dalam Penilaian Aset Publik. Widyaswara Madya Pusdiklat KNPK

Hidir Tresnadi. 2000. Valuasi Komoditas Lingkungan Berdasarkan Contingent Valuation Method. Direktorat TPSM – TPSA, BPP Teknologi.

Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method) 29