BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA...

18
47 BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 4.1 Ruang Lingkup Pekerjaan 4.1.1 Lokasi Bangunan Proyek pembangunan gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri, komplek perumahan Polda Sumsel Pakri (1 TB) (Rusun 13-04), Palembang merupakan proyek Kementerian Perumahan Rakyat yang dibangun di atas lahan dengan luas 78,2 x 44,3 meter, gedung ini direncanakan sebagai rumah hunian dalam mendukung terselenggaranya pendidikan, keluarga, sosial dan budaya demi keberlangsungan hidup manusia yang ditujukan khusus untuk para anggota keluarga Polri. 4.1.2 Sistem Struktur a) Struktur Bagian Bawah (Sub Struktur) Bangunan bagian bawah berada diatas tanah rawa dan kolam yang sebelumnya telah ditimbun dan dipadatkan. Struktur bawah dirancang menggunakan pondasi minipile dengan penampang segiempat berdimensi 25 cm x 25 cm dengan mutu beton K-500. Sedangkan untuk beton pondasi (pile cap) dan sloof terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton K-300 sehingga diharapkan akan memperoleh kekuatan struktur yang benar-benar monolit. b) Struktur Bagian Atas (Upper Struktur) Kerangka bagian atas bangunan terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton K-300. c) Strutur Rangka Atap Pada proyek pembangunan gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri ini menggunakan rangka atap baja ringan. 4.1.3 Syarat Syarat Teknis Pelaksanaan Syarat syarat teknis yang ditentukan oleh pihak konsultan perencana, dalam hal teknik perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang meliputi seluruh konstruksi.

description

BAB IV

Transcript of BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA...

Page 1: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

47

BAB IV

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Ruang Lingkup Pekerjaan

4.1.1 Lokasi Bangunan

Proyek pembangunan gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri, komplek

perumahan Polda Sumsel Pakri (1 TB) (Rusun 13-04), Palembang merupakan proyek

Kementerian Perumahan Rakyat yang dibangun di atas lahan dengan luas 78,2 x 44,3

meter, gedung ini direncanakan sebagai rumah hunian dalam mendukung

terselenggaranya pendidikan, keluarga, sosial dan budaya demi keberlangsungan

hidup manusia yang ditujukan khusus untuk para anggota keluarga Polri.

4.1.2 Sistem Struktur

a) Struktur Bagian Bawah (Sub Struktur)

Bangunan bagian bawah berada diatas tanah rawa dan kolam yang

sebelumnya telah ditimbun dan dipadatkan. Struktur bawah dirancang menggunakan

pondasi minipile dengan penampang segiempat berdimensi 25 cm x 25 cm dengan

mutu beton K-500. Sedangkan untuk beton pondasi (pile cap) dan sloof terbuat dari

beton bertulang dengan mutu beton K-300 sehingga diharapkan akan memperoleh

kekuatan struktur yang benar-benar monolit.

b) Struktur Bagian Atas (Upper Struktur)

Kerangka bagian atas bangunan terbuat dari beton bertulang dengan mutu

beton K-300.

c) Strutur Rangka Atap

Pada proyek pembangunan gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri ini

menggunakan rangka atap baja ringan.

4.1.3 Syarat – Syarat Teknis Pelaksanaan

Syarat – syarat teknis yang ditentukan oleh pihak konsultan perencana, dalam

hal teknik perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang meliputi seluruh

konstruksi.

Page 2: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

48

Peraturan – peraturan yang dipakai dan mengikat dalam pelaksanaan

pembangunan proyek ini sesuai dengan yang tercantum dalam rencana kerja dan

syarat, antara lain :

(1). Peraturan Pembangunan Nasional Indonesia Tahun 1971

(2). Peraturan Beton Indonesia (PBI) Tahun 1971

(3). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI)

(4). Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) Tahun 1956

(5). Peraturan Bangunan Nasional Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan

Direktur Jenderal Cipta Marga

(6). Peraturan Bangunan Nasional yang berlaku setempat dan khusus mengenai

pemasangan Instalasi Listrik dan Air Bersih.

4.2 Material dan Peralatan

4.2.1 Material

Pada proyek pembangunan Gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri

Palembang ini, material yang digunakan antara lain :

a. Tiang Pancang

Tiang pancang yang digunakan pada proyek ini adalah minipile dengan

penampang segiempat berdimensi 250 mm x 250 mm. Panjang minipile yang

digunakan yaitu 6 meter dan dipancang bisa sampai kedalaman ± 9,8 meter. Minipile

tersebut berbahan dari beton bertulang dengan mutu beton K-500, dengan tulangan

utama baja ulir dengan BJTD – 50, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.1 Material Tiang Pancang (Minipile 25x25)

Page 3: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

49

b. Air

1. Air untuk keperluan adukan pekerjaan pasangan atau beton dan lain-lain

harus bersih dan tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak.

2. Bila pemberian air untuk bangunan tidak mungkin atau mencukupi dari

perusahaan air bersih, maka pelaksana hendaknya wajib memeriksakan

terlebih dahulu pada laboratorium penyelidikan bahan-bahan untuk

mendapatkan sertifikat dapat atau tidaknya air tersebut untuk pembangunan.

Biaya untuk pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor.

c. Portland Cement

1. Sedapat mungkin dipakai satu macam semen yang berkualitas baik yang

terlebih dahulu mendapat persetujuan dari direksi.

2. Kantong-kantong PC (Portland Cement) yang cacat (robek), isinya tidak

boleh dipergunakan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.2 Portland Cement

d. Agregat

Agregat yang digunakan adalah agregat halus yaitu pasir dan agregat kasar

yaitu koral yang digunakan untuk pembuatan adukan beton sebagai lantai kerja

seperti yang terdapat pada gambar 4.3.

Page 4: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

50

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.3 Pasir dan Koral

e. Besi Beton

1. Besi beton (tulangan) yang digunakan harus dengan kualitas baik (sesuai

dengan syarat PBI 1971) dan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

2. Pada proyek ini digunakan besi beton profil dengan mutu baja untuk besi

berdiameter D≥16 mm yang digunakan sebagai tulangan pile cap dan besi

polos dengan mutu BJTP-24 berdiameter Ø<8 mm untuk sengkang, seperti

yang ditunjukkan pada gambar 4.4.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.4 Besi Beton (Tulangan)

Page 5: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

51

f. Kayu

1. Untuk semua pekerjaan menggunakan kay kering dengan mutu baik.

2. Kayu digunakan sebagai bahan untuk membuat kantor sementara, gudang,

tulangan bekisting, serta membuat bowplank, seperti yang ditunjukkan pada

gambar 4.5.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.5 Kayu

g. Besi Las

Besi yang digunakan sebagai bahan las atau penyambung antara minipile

adalah jenis welding rod (CHE40).

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.6 Besi Las

h. Bahan Lainnya

Bahan lainnya yang digunakan seperti paku, kawat beton,cat dan lain-lain.

Page 6: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

52

4.2.2 Peralatan

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi pada proyek

pembangunan Gedung Rusunawa Polda Sumsel Pakri ini antara lain :

a. Sondir

Pada proyek pembangunan gedung ini, penyelidikan tanahnya

menggunakan Static Cone Penetration Test atau yang lebih dikenal di Indonesia

dengan nama Sondir. Sondir yang digunakan pada proyek ini adalah sondir ringan

berkapasitas 2,5 ton dengan penetrasi memakai alat bikonus PK dan JP jenis Dutch

Cone Penetrometer (DCP) . Penyondiran dilakukan pada 3 (tiga) titik. Dari hasil Soil

Investigation yang dilakukan oleh PT. Graha Multi Kreasi diperoleh data sebagai

berikut :

1. Sondir pada titik satu (S.1) :

Pada titik sondir 1 nilai konus adalah 200 kg/cm2 pada kedalaman 7,4

meter sedangkan jumlah hambatan lekat (JHP) atau kumulatif total friksi

pada kedalaman tersebut 696 kg/cm.

2. Sondir pada titik satu (S.2) :

Pada titik sondir 2 nilai konus adalah 200 kg/cm2 pada kedalaman 9,8

meter sedangkan jumlah hambatan lekat (JHP) atau kumulatif total friksi

pada kedalaman tersebut 938 kg/cm.

3. Sondir pada titik satu (S.3) :

Pada titik sondir 3 nilai konus adalah 180 kg/cm2 pada kedalaman 8,8

meter sedangkan jumlah hambatan lekat (JHP) atau kumulatif total friksi

pada kedalaman tersebut 738 kg/cm.

b. Bulldozer

Berfungsi untuk membersihkan lahan dari pepohonan, serta memindahkan

dan menyebar material berupa tanah.

c. Backhoe

Berfungsi untuk menggali dan membersihkan lahan dari rumput serta akar

pepohonan dan memindahkan tanah dalam pelaksanaan levelling tanah.

Page 7: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

53

d. Dump Truck

Berfungsi sebagai alat pemindah atau pengangkutan material berupa tanah

dan pohon – pohon yang dapat mengganggu kegiatan proyek.

e. Roller

Berfungsi sebagai perata permukaan tanah yang telah ditimbun dan

membentuk permukaan yang diinginkan.

f. Alat Pengukuran

Alat pengukuran yang digunakan antara lain Waterpass (WP), Theodolite,

dan meteran. Alat pengukuran tersebut digunakan untuk menentukan elevasi

(ketinggian) bangunan dan titik – titik pemancangan.

g. Alat Pemancang Tiang (Pile Driving)

Alat pemancang tiang (pile driving) yang digunakan pada pemancangan

tiang di proyek pembangunan gedung Rusunawa ini adalah drop hammer dengan

berat hammer 1,5 ton. Pengoperasian drop hammer ini masih dilakukan secara

manual dengan menarik dan menjatuhkannya yaitu dengan mengontrol tuas pada alat

pancang secara berkala naik dan turun. Pada saat tuas dinaikkan mesin akan menarik

tali hammer sehingga hammer terangkat ke atas dan pada saat tuas diturunkan mesin

akan mengendurkan tali penarik hammer sehingga hammer terjatuh ke kepala tiang,

seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.7.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.7 Drop Hammer

Page 8: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

54

h. Alat Las

Alat las digunakan untuk menyambungkan dua tiang pancang. Hal ini

dikarenakan tiang pancang yang digunakan berjenis minipile dengan penampang

berbentuk segiempat serta panjang 6 meter da kedalaman pemancangan yang

direncanakan 9,8 meter. Karena itu dibutuhkan lebih dari 1 tiang, dan untuk

mencapai kedalaman tersebut maka tiang pancang tersebut harus disambung dengan

cara dilas.

i. Cangkul dan Palu

Digunakan untuk mencangkul/menggali tanah serta memotong atau

menghancurkan bagian minipile yang berada di atas permukaan tanah.

4.3 Pekerjaan Persiapan

a. Rencana Kerja (Time Schedule)

Sebelum melaksanakan kegiatan pembangunan Gedung Rusunawa perlu

dibuat jadwal proyek. Hal ini bertujuan agar proyek gedung ini dapat selesai tepat

pada waktu yang diinginkan. Perencanaan ini dibuat dalam bentuk barchart. Kita

dapat melihat apakah jalannya pengerjaan proyek tersebut sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan.

b. Pengukuran dan Penyelidikan Tanah

Kontraktor wajib meneliti pengukuran di lapangan dan melaporkan kepada

direksi sebagai titik – titik permanen yang selanjutnya akan dipasang patok – patok

untuk menentukan letak lokasi bangunan. Tanah juga harus diselediki dahulu

sebelum mengerjakan suatu proyek, termasuk pada pengerjaan proyek pembangunan

Gedung Rusunawa. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui seberapa besar daya

dukung pada tanah yang akan dibangun proyek tersebut.

c. Pekerjaan Bouwplank

Bowplank harus dipasang dengan patok yang nyata kuat tertancap dan tidak

terbuat dari bamboo untuk menghindari kemungkinan kerusakan karena faktor

tertentu.

Page 9: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

55

d. Pembersihan Lokasi

Lahan pembangunan proyek Gedung Rusunawa ini merupakan lahan rawa.

Oleh karena itu, lahan ini perlu dilakukan pembersihan agar pembangunan proyek ini

tidak terganggu oleh pohon-pohon dan akar-akar yang terdapat pada lahan ini. Dalam

pembersihan lahan ini menggunakan gergaji mesin dan beberapa alat berat, antara

lain : dump truck, backhoe, bulldozer, dan roller.

e. Pembuatan Direksi Keet

Ruang Direksi Keet merupakan bangunan sementara untuk keperluan kantor

yang dibangun di pinggir lahan. Keet ini terdapat ruang meeting dan sumber tenaga

listrik juga terdapat ruang untuk menyimpan bahan material agar terlindung dari

cuaca dan pencurian, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.8.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.8 Direksi Keet

f. Pelakasanaan Galian, Urugan dan Pemadatan Tanah

Setelah lahan dibersihkan, maka pekerjaan selanjutnya adalah galian dan

urugan. Dengan metode cut and fill yakni menggali lahan yang lebih tinggi

elevasinya dari titik 0,00 m (yang telah ditentukan sebelumnya) dan mengisi lahan

yang lebih rendah elevasinya dari titik 0,00 m dengan tanah urugan. Kemudian

dilakukan pemadatan agar mencapai kepadatan lapangan yang tidak kurang 95% dari

kepadatan maksimum hasil laboratorium.

Page 10: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

56

4.4 Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang

a. Penentuan Letak Titik Pancang

Pada proyek pembangunan gedung Rusunawa ini titik tiang pancang ditandai

dengan kayu seperti ditunjukkan pada gambar 4.9. Letak tiang pancang

diperhitungkan sehingga masing-masing tiang dapat menerima beban yang sama.

Dalam pelaksanaanya perlu diperhatikan faktor-faktor kekakuan poer (pengikat

tiang) dan distribusi bebannya.

Menentukan jarak masing-masing tiang pancang yang biasa digunakan adalah

jarak minimum 2,5 sampai 3 kali diameter tiang. Apabila jarak antara sumbu tiang

lebih kecil dari 2,5 kali diameter tiang maka pengaruh kelompok tiang akan cukup

besar pada tiang geser, sehingga daya dukung pada setiap tiang dalam kelompok

akan lebih kecil dari daya dukung tiang secara individu, hal ini berarti efesiensi

menurun sehingga kemampuan tiang tidak dapat lagi dimanfaatkan semaksimal

mungkin.

Sebaliknya apabila jarak antara sumbu tiang lebih besar dari tiga kali

diameter tiang maka pengaruh kelompok tiang akan cukup kecil dan akan

memerlukan poer yang lebih besar, hal ini merupakan pemborosan biaya.

Penempatan tiang lebih kecil dari 2,5 kali diameter tiang kadang-kadang dilakukan

juga bila tempat pondasi dalam keadaan terbatas. Dalam hal ini pengaruh kelompok

tiang harus dipertimbangkan. Dalam pelaksanaan pemancangan, semakin tepat letak

pemancangan pada titik pancang atau masih dalam toleransi akan semakin baik agar

fungsi tiang pancang sebagai penerus beban ke tanah dasar dapat terpenuhi.

Gambar 4.9 Titik Tiang Pancang

Page 11: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

57

b. Pekerjaan Pemancangan di Lapangan

Sebelum melaksanakan pekerjaan pemancangan, pihak pelaksana atau

kontraktor di lapangan memiliki pedoman dalam melaksanakan pekerjaan untuk

mendapatkan pelaksanaan pemancangan sesuai dengan spesifikasi.

Control Quality

Sebelum dipancang menggunakan tiang pancang dengan mutu yang pasti,

dilakukan percobaan pemancangan dengan mutu yang telah ditetapkan dari

pihak owner yaitu mutu beton K-500. Dilakukan pemancangan di lima titik

secara random yang diharapkaan dapat mewakili kondisi tanah dengan test

kalendering tiang pancang percobaan berdasarkan Dinamic Formula sehingga

didapatkan data yang fixed mulai dari mutu beton, mutu tulangan, diameter

tulangan hingga dimensi tiang pancang.

Data-data yang dimiliki oleh pihak pelaksana sebelum melakukan pemancangan

antara lain :

1. Daftar periksa pemancangan tiang pancang beton

2. Izin pelaksanaan pemancangan tiang pancang beton

3. Hasil perhitungan hammer yang digunakan (bila hammer tidak sesuai dengan

yang direkomendasikan)

4. Dari pihak pelaksana sendiri telah memiliki :

a. Kalendering tiang pancang percobaan (pile driving record)

b. Daftar periksa pemancangan tiang pancang beton

c. Blanko inspeksi test pekerjaan

Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melakukan pemancangan adalah

a. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah :

1. Crawler Crane/ Crane Service

2. Alat Pancang (drop hammer kekuatan 1,5 ton)

3. Mesin Las/ welding machine

4. Alat Ukur (Waterpass dan Theodolit) + tripod

5. Peralatan kalendering

6. Counter

Page 12: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

58

b. Lokasi pemancangan bebas dan aman dari utilitas seperti kabel listrik dan

telepon maupun dari saluran air dan gas.

c. Kepala tiang pancang dilindungi dengan pile cap yang terbuat dari pelat baja

tebal 15 mm dan cushion block yang terbuat dari kayu keras dan baik dengan

tujuan agar kepala tiang tidak mengalami kerusakan pada waktu pemancangan.

Pekerjaan pemancangan tiang pada proyek ini dilakukan oleh PT. Anda

Maria selaku kontraktor. Adapun proses yang dilakukan sebagai berikut :

1. Alat pancang tiang digeser menuju titik pancang yang telah ditentukan terlebih

dahulu sehingga posisi hammer dan pile cap tepat berada di atas tiang pancang.

2. Tiang pancang yang pertama sebagai bottom pile dengan pancang 6 m diambil

dari stock-pile untuk diangkat setelah itu hammer dan tiang pancang dinaikkan

sehingga posisi tiang pancang sejajar.

3. Tiang pancang diposisikan tepat pada titik tiang pancang

4. Setelah tiang lurus maka baru diadakan pemukulan dengan hammer sampai tiang

masuk ke dalam tanah

5. Selama driving dapat dilakukan perbaikan dalam melakukan kelurusan tiang

dengan menggunakan water pass atau theodolit

6. Tiang pertama yang telah masuk sehingga tinggal 0,5 m dari tanah dan belum

mencapai tanah keras maka akan dilakukan penyambungan dengan tiang kedua.

7. Tiang kedua diambil dari stock pile sebagai middle pile dengan pancang 6 m dan

diangkat untuk diposisikan persis di atas tiang pancang yang pertama.

Penyambungan dilakukan dengan cara mengelas bagian pada plat penyambung

yang telah dipasang di ujung-ujung kedua tiang.

8. Setelah selesai di las, tiang kedua dipancang hingga mendekati kedalaman tanah

keras.

9. Setelah mencapai kedalaman tanah keras maka dilakukan kalendering tiang

dengan ketentuan sepuluh pukulan terakhir maksimum 3,4 cm.

10. Pemancangan tiang pancang berikutnya dilakukan ke arah mundur atau

menyamping (tidak ke arah maju) agar pemancangan tidak terhalang tiang yang

sudah dipancang.

Berikut ini adalah proses pemancangan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.10.

Page 13: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

59

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.10 Proses Pengangkatan Tiang Pancang dan Pemancangan

c. Penyambungan Tiang Pancang

Tiang pancang yang digunakan adalah penampang segitiga dengan panjang 6

m. Kedalaman yang direncanakan 9,8 m. Untuk mencapai kedalaman tersebut, maka

tiang pancang tersebut harus disambung. Tiang pancang yang akan disambung harus

disisakan ± 40cm dari permukaan tanah. Tiang yang akan disambungkan diletakkan

tepat di atas tiang yang telah dipancangkan dan harus tegak lurus. Penyambungan

dilakukan dengan cara mengelas bagian pada plat penyambung yang telah dipasang

di ujung-ujung kedua tiang. Dan setelah selesai dilakukan pengelasan, maka tiang

dapat dipancangkan kembali, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.11.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.11 Proses Penyambungan Tiang Pancang

Page 14: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

60

d. Tes Kalendering

Pemancangan tiang dapat dihentikan berdasarkan hasil test kalendering. Test

Kalendering merupakan suatu test yang dilaksanakan di lapangan untuk mengetahui

besarnya penurunan (nilai penetrasi) tiang pancang dari setiap pukulan hammer. Test

kalendering ini dilakukan pada setiap titik pancang seperti pada gambar 4.12.

Adapun pelaksanaan test kalendering antara lain :

- Sebelum dilakukan test kalendering, surveyor menentukan terlebih dahulu

elevasi awal pengukuran.

- Kertas milimeter diletakkan pada tiang pancang kemudian pemukulan

dilanjutkan dan penurunan tiang dari elevasi awal diukur (ditandai dengan

pena pada kertas milimeter).

- Nilai kalendering diukur dari 10 pukulan terakhir.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.12 Proses Tes Kalendering

4.5 Pekerjaan Pile Cap

Setelah tiang-tiang pancang selesai dipancangkan, maka dapat dilanjutkan

dengan pekerjaan pile cap. Pekerjaan ini meliputi beberapa tahapan, yaitu :

a. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank

Setelah tiang pancang selesai dipancangkan, maka selanjutnya dilakukan

pengukuran dan pemasangan bouwplank untuk pekerjaan pile cap. Pengukuran harus

dilakukan sesuai dengan gambar kerja. Setelah diukur, maka diberi tanda untuk

bagian-bagian yang selanjutnya akan digali, seperti yang ditunjukkan pada gambar

4.13.

Page 15: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

61

b. Penggalian

Penggalian dapat dilakukan dengan melihat tanda pengukuran yang telah

dibuat sebelumnya. Penggalian pile cap dilakukan pada kedalaman ±100 cm dari

titik elevasi ±0.00 dan sesuai dengan gambar kerja seperti yang terlihat pada gambar

4.13 (a).

c. Pembobokan Tiang Pancang

Setelah dilakukan penggalian, selanjutnya dilakukan pembobokan hanya

bagian beton tiang pancang dengan menggunakan alat bodem atau pahat seperti pada

gambar 4.13 (b).

d. Pemotongan Tulangan Tiang Pancang

Jika terdapat kelebihan tulangan pada tiang pancang, maka tulangan tersebut

dipotong menggunakan cutter seperti pada gambar 4.22 c untuk selanjutnya

disambung dengan rangkaian tulangan pilecap, seperti yang ditunjukkan pada

gambar 4.13 (c).

(b)

(c) Sumber : dokumen pribadi, 2013 (d)

Gambar 4.13 (b). Penggalian tanah di sekitar tiang pancang, (c). Pembobokan

tiang (d). Pemotongan tulangan tiang pancang

Page 16: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

62

Dalam pekerjaan pemotongan ini, pihak pelaksana bertanggung jawab

penuh dengan prosedur dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Memindahkan elevasi bangunan ke tiang pancang (sebagai batas pemotongan)

b. Mengarahkan pemotongan tiang pancang sampai elevasi (dengan cutter)

c. Pemecahan beton tiang pancang sampai terlihat tulangannya

e. Pembuatan Bekisting dan Lantai Kerja

Setelah pile cap digali dan beton pile dihancurkan, maka pekerjaan

selanjutnya adalah pembuatan lantai kerja dan bekisting. Lantai kerja terdiri dari

campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 3. Bekisting dibuat dengan

menggunakan kayu, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.14.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.14 Pembuatan bekisting

f. Pembesian Pile Cap

Perangkaian pembesian pile cap dilakukan di luar galian pile cap dan sesuai

dengan gambar kerja. Besi yang digunakan jenis besi ulir berdiameter 16 mm dan

dengan mutu baja BJTD-40. Besi yang masih utuh panjangnya 12m dipotong dan

dibengkokkan dengan alat bar cutter dan bar bending seperti pada gambar 4.15.

Setelah rangkaian pembesian selesai, rangkaian tulangan tersebut diletakkan ke

dalam galian pile cap. Kemudian rangkaian tersebut disatukan dengan sisa dari

tulangan pancang seperti pada gambar 4.16.

Page 17: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

63

Gambar 4.15 Proses Pemotongan dan Pembengkokan Besi

Gambar 4.16 Pembesian Pile Cap

g. Pengecoran Pile Cap

Setelah penulangan pile cap selesai dikerjakan, maka dilanjutkan dengan

pekerjaan pengecoran pile cap. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton

ready mix dengan mutu beton K-300 seperti pada gambar 4.17.

Sumber : dokumen pribadi, 2013

Gambar 4.17 Pengecoran Pile Cap

Page 18: BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG DAN PILECAP PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUSUNAWA POLDA SUMATERA SELATAN

64

4.6 Kendala – Kendala Pekerjaan

Pada pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Rusunawa ini kendala-

kendala yang dihadapi adalah kedatangan alat pemancangan drop hammer yang tidak

sesuai jadwal sehingga menyebabkan kegiatan pemancangan tertunda sementara

sampai alat tersebut datang. Keterlambatan datangnya bahan pengecoran ready mix

yang tidak sesuai jadwal juga menjadi kendala dalam pembangunan proyek ini,

dalam hal ini berkendala dalam pengecoran pile cap. Selain itu juga di pengaruhi

oleh cuaca dimana pembangunan Gedung Rusunawa ini bertepatan pada musim

hujan, hal ini tentu mengakibatkan agak tehambatnya pemasangan dan pengecoran

pile cap. Untuk mengatasi hal ini di lapangan dilakukan cara manual dengan cara

membuang air dengan ember sehingga galian dipasang pile cap dan di cor.