EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA · PDF filepembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan...
Transcript of EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA · PDF filepembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA SEMANGGI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN
( Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Efektivitas Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Semanggi Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Surakarta )
Disusun Oleh :
AGNESSIA FERY ANDRIYANI
NIM D 0304015
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Drs. TH.A.Gutama M.Si NIP. 195609111986021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari : Tanggal :
Panitia Penguji
1. Drs. Bambang Wiratsasongko, M.Si NIP. 19510727 198203 1 002 (_____________________)
Ketua
2. Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si NIP. 19700813 199512 2 001 (_____________________)
Sekretaris
3. Drs. TA. Gutama, M.Si
NIP. 19560911 198602 1 001 (_____________________)
Penguji
Disahkan oleh :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Drs. Pawito, Ph.D Nip 19540805 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Terus percaya bahwa TUHAN membawa kita ke padang
yang hijau, masa depan yang penuh harapan, meskipun
mungkin saat ini kita sedang melewati padang gurun yang
tandus
1 Petrus 5:7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-
Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Bersabarlah dalam kesesakan, bersukacitalah dalam
kesedihan, walaupun itu sakit. Karena kita akan menerima
semuanya dengan indah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, karya yang sederhana ini aku persembahkan kepada :
Bapak Sukatno, Ibu Handayani , Ibu Sudarni, Mas Bimo Prayitno dan juga seluruh keluarga besar, yang telah memberikan doa, dan segalanya, yang tak bisa dihitung lagi dengan apapun. Aku kuat karena cinta kasih kalian semua.
Sahabatku yang selalu mendengarkan dan membantu dalam kekuranganku ”Rochana Sagita, Iswara Pramudita, Frans
Nugroho, Hendrawan Tito Wisnu Wardana” Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik.
Sahabatku Sosiologi Angkkatan 2004
Seseorang dimasa depanku Y
Alamamaterku tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan
penyertaan Tuhan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk, dukungan dan bantuan
yang berharga dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
universitas sebelas maret Surakarta.
2. Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Pandjang .S selaku pembimbing akademik dari penulis
4. Drs. TH.A.Gutama, M.Si selaku pembimbing skripsi. Terima kasih atas ilmu,
waktu dan kesabaran Bapak selama membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Seluruh staf pengajar Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
universitas sebelas maret Surakarta, terima kasih atas semua ilmu yang
diberikan selama penulis berada di bangku kuliah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah memberikan dorongan untuk
menyelesaikan skripsi ini dan doa yang senantiasa dipanjatkan dengan penuh
ketulusan dan keikhlasan.
7. Saudara-saudaraku tercinta untuk kesabaran, kerepotan, support dan doanya.
8. Sahabat-sahabat terkasih, yang selalu mendukung aku disaat aku terpuruk.
9. Teman-teman Sosiologi 2004 Asri, Efi, Puji, Murni (rindu saat KKPM di
Rembang lagi), Wahyu, Vicky, Indah, Dafir, Andhy, Oshien, Bowo, Rendra,
dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas
kebersamaan kita selama ini. Para Senior yang senantiasa mengingatkan,
memarahi, menasehati dan mendorong penulis.
10. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
atas semuanya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ini.
Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan karya tulis
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Semoga Karya tulis dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Surakarta, April 2012
Agnessia Fery Andriyani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR MATRIK ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka...................................................................................... 15
1. Konsep yang digunakan
a. Efektivitas................................................................................. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
b. Rusunawa................................................................................. 18
c. Pemberdayaan.......................................................................... 27
d. Masyarakat Miskin ................................................................... 37
2. Landasan Teori ............................................................................... 41
B. Definisi Konsep.................................................................................... 48
C. Kerangka Berpikir................................................................................. 49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 51
B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 51
C. Sumber Data ......................................................................................... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 53
E. Metode Penarikan Sampel ................................................................... 55
F. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 56
G. Validitas Data ...................................................................................... 57
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Rusunawa Semanggi Kota Surakarta ............................................. 60
2. Kondisi Sosial dan Ekonomi .......................................................... 65
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) ………………………… 68
4. Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)
Kota Surakarta …………………………………………………. 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Tata Cara Penghunian…………………………………………… 83
B. Profil Informan dan Responden ........................................................ . 87
1. Informan ....................................................................................... . 88
2. Responden ..................................................................................... 91
C. Gambaran Kondisi Sebelum dan Setelah Tinggal
di Rusunawa Semanggi ..................................................................... 96
1. Kondisi Penghuni Sebelum Tinggal di Rusunawa Semanggi ..... 96
2. Kondisi Penghuni Setelah Tinggal di Rusunawa Semanggi ....... 100
D. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Pembangunan
Rusunawa Semanggi ........................................................................ 103
1. Memberdayakan Penghuni Rusunawa ........................................ 106
2. Menswadayakan Masyarakat ..................................................... 113
3. Memandirikan Masyarakat ......................................................... 115
E. Kebijakan dan Pembinaan ................................................................. 119
F. Indikator Keberdayaan ...................................................................... 123
G. Efektivitas Pembangunan Rusunawa ................................................ 130
1. Program Peningkatan Taraf Ekonomi ......................................... 131
2. Perbaikan Sarana dan Prasarana Permukiman yang Partisipatif .. 134
3. Program Peningkatan Kualitas Hidup Sehat Masyarakat ............ 136
H. Analisis Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Fisik
Lingkungan Permukiman, Sosial, dan Ekonomi. .............................. 137
1. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Fisik Lingkungan Permukiman ................................................... 138
2. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Ekonomi
Masyarakat. ................................................................................. 142
3. Dampak Pembangunan Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat. .. 144
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 148
B. Implikasi.................................................................................................. 150
1. Implikasi Teoritis ................................................................................ 150
2. Implikasi Metodologis ........................................................................ 152
3. Implikasi Empiris ................................................................................ 154
C. Saran........................................................................................................ . 154
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Kepala Keluarga Penghuni Menurut Usia ......................... 66 Tabel 4.2 Jumlah Penghuni Menurut Tingkat Pendidikan .............................. 66 Tabel 4.3 Jumlah Penghuni Menurut Mata Pencarian ................................... 67 Tabel 4.4 Susunan Anggota Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota Surakarta ...................................................... 81 Tabel 4.5 Susunan Tim Pembina Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota surakarta ...................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR MATRIK
MATRIK 4.1 Memberdayakan Masyarakat Melalui Pembangunan
Rusunawa ............................................................................. 111
MATRIK 4.2 Menswadayakan masyarakat melalui KUBE ........................ 115
MATRIK 4.3 Memandirikan masyarakat dalam menghuni Rusunawa
Semanggi ............................................................................... 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Interview Guide
2. Matrik Hasil Wawancara
3. Surat Keterangan dari Lokasi
4. Surat Ijin Penelitian
5. Gambar Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
AGNESSIA FERY ANDRIYANI, D0304015. TAHUN 2012 “EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA SEMANGGI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN” (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Efektivitas Keberadaan Rumah Susun Sederhana Sewa Semanggi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Surakarta). Skripsi: Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana efektivitas pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) adalah salah satu pelaksanaan program peremajaan kota untuk penanganan permukiman kumuh perkotaan.
Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka bentuk penelitian yang digunakan berupa penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan data dengan kata-kata / uraian dan penjelasan tentang suatu permasalahan. Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial dari Max Weber dan Teori Perubahan Sosial dari Karl Marx. Penelitian ini mengambil lokasi di Rusunawa Semanggi Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik validitas data yang digunakan berupa teknik trianggulasi data yaitu menggumpulkan data sejenis dari beberapa sumber yang berbeda. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan perincian sampel sebagai berikut: DPU sebagai agen perubahan, Pengurus Paguyuban Rusunawa Semanggi, Penghuni Rusunawa Semanggi. Sedangkan teknis analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Kota Surakarta. Dengan metode penelitian deskriptif kualitatif, analsis yang diperoleh sebagai berikut: (a) kehidupan sosial dan ekonomi sebagian penghuni rumah susun sederhana sewa sudah mengalami perubahan yang berarti setelah tinggal di Rusunawa Semanggi. Perubahan yang dirasakan adalah dalam bentuk pemenuhan tempat tinggal yang layak (kondisi fisik bangunan) dan peningkatan kesejateraan ekonomi penghuni Rusunawa ; (b) Sarana dan prasarana bersama , tidak terpelihara dengan baik, karena penghuni belum dapat beradaptasi dengan lingkungan permukiman baru, selain itu disebabkan oleh status kepemilikan (sewa) menyebabkan rendahnya kepedulian penghuni terhadap lingkungan perumahan dan permukiman; (c) Fasilitas umum dan fasilitas sosial belum tersedia secara lengkap; (d) Rendahnya frekuensi pembinaan dari Pemerintah Daerah terhadap upaya pemberdayaan dan peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi para penghuni rumah susun sederhana sewa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
AGNESSIA FERY ANDRIYANI, D0304015. YEAR 2012 “EFFECTIVENESS DEVELOPMENT OF RUSUNAWA SEMANGGI EMPOWERMENT OF THE POOR "(Study Descriptive Qualitative Regarding the Effectiveness Development of Simple Rent Flats Semanggi In Empowerment of the Poor in Surakarta). Thesis: Sociology Faculty Social and Political Sciences of University Sebelas Maret Surakarta.”
This study has the objective to describe the extent to which the Effectiveness
Rusunawa Semanggi in the presence of empowerment of the poor. Simple construction of rental flats (Rusunawa) is one of the implementation of urban renewal program for the treatment of urban slums.
Considering the previous purpose, the research employs a Descriptive Qualitative Research having purpose to describe data by words and explanation towards problems. The research employs a Social Action theory by Karl Marx abd place in Semanggi Surakarta City. Techniques of collecting data include interview, observation, and documentation. Data validity technique employed is data trianggulation which collect similar data from several different sourches of data, the sampling techniques of the research is purposive sampling with the following sample details: DPU as agent of change, the Society Board Rusunawa Semanggi, Occupants Rusunawa Semanggi. The analysis of data includes data reduction, data presentation and conclusion drawing.
The purpose of this study to examine the effectiveness of the presence of Rusunawa Semanggi in empowering the poor in the city of Surakarta. With descriptive qualitative research methods, analsis obtained as follows: (a) social and economic life most modest rental apartment dwellers have experienced significant change after living in Rusunawa Semanggi. Perceived change is in the form of compliance to adequate housing (physical condition) and an increase in economic welfare Rusunawa residents, (b) Facilities and infrastructure together, are not well preserved, because residents have not been able to adapt to a new neighborhood, but was caused by ownership status (rent) cause low concern for residents of neighborhoods and settlements; (c) public facilities and social amenities are not yet available in full; (d) the low frequency of formation of the Regional Government of empowerment and increased social and economic life of the occupants of the apartment simple lease.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang menekankan pada
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, sehingga terjadi
keseimbangan pembangunan kemakmuran lahiriah dan batiniah dalam suatu
masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial. Salah satu unsur pokok
kesejahteraan rakyat adalah terpenuhinya kebutuhan perumahan yang merupakan
kebutuhan dasar bagi setiap warga Negara Indonesia dan keluarganya sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai manusia. Sebagai kebutuhan dasar perumahan
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak dan
kepribadian bangsa yang perlu dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan
kehidupan dan penghidupan bangsa.
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan disegala bidang kehidupan
yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Pembangunan
nasional di Indonesia, misalnya, merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan
berdasarkan rencana tertentu, dengan sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh
pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat (Soerjono
Soekanto, 1990:407)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, baik secara spiritual maupun material. Peningkatan hidup masyarakat
mencakup suatu perangkat cita-cita yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pembangunan harus bersifat rasionalitas; artinya haluan yang diambil harus
dilandaskan pada pertimbangan rasional. Haluan itu hendaknya didasarkan pada
fakta, sehingga nantinya merupakan suatu kerangka yang sinkron.
2. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan. Artinya ada keinginan
untk selalu membangun pada ukuran dan haluan yang terkoordinasi secara
rasional, dalam suatu system.
3. Peningkatan produktivitas
4. Peningkatan standar kehidupan
5. Kedudukan, peranan, dan kesempatan yang sederajat dan sama dibidang politik,
sosial, ekonomi dan hokum,
6. Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap-sikap dalam masyarakat.
Sikap-sikap tesebut mencakup : (a) efisiensi: (b) kerajinan dan ketekunan; (c)
keteraturan; (d) ketetapan; (e) kesederhanaan dan kecermatan; (f) ketelitian dan
kejujuran; (g) bersifat rasional dalam mengambil keputusan; (h) selalu siap untuk
menghadapi berbagai perubahan; (i) selalu mempergunakan kesempatan dengan
benar; (j) giat dalam usaha; (k) mempunyai integritas dan dapat berdiri sendiri;
(l) bersikap kooperatif; (m) konsilidasi nasional; (n) kemerdekaan nasional.
(Soerjono Soekanto, 1990:408)
Pembangunan bukanlah hanya menjadi tema sentral perbaikan hajat hidup
atau inisiatif pemerintah saja, akan tetapi juga harus mampu memberikan wadah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
bagi berkembangnya partisipasi, dan rasa tanggung jawab secara meluas, yang
perduli terhadap emansipasi diri dan kemampuan endogen yang ada dalam tingkat
lokal. Untuk itu, pembangunan sebagai usaha perubahan sosial secara berencana
seharusnyalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat yang di
dalam strukturnya, hingga dapat maju atas kemampuan diri sendiri (self sustaining
procces). Pembangunan yang mendasarkan diri pada keswadayaan dapat dilihat
sebagai jalan keluar untuk meningkatkan pendapatan, mengatasi kesenjangan, dan
sekaligus meningkatkan partisipasi wong cilik. Keswadayaan bisa dipahami sebagai
"semangat" yakni upaya yang didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri yang
berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki. Keswadayaan berarti juga semangat
untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas
(Rahardjo, 1992:56).
Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia, yang
sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian bangsa. Perumahan dan
pemukiman tidak dapat hanya dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi lebih
merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan tatanan hidup untuk
masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.
Pesatnya perkembangan perkotaan akan menyebabkan meningkatnya
permintaan lahan di kota. Masalah yang timbul kemudian berkembang kearah
kebutuhan penduduk akan tempat tinggal atau perumahan. Karena dari tingkat
pendapatan masing-masing penduduk yang berbeda akan mengakibatkan berbeda
pula daya beli mereka terhadap suatu tempat tinggal (rumah). Bagi penduduk kota
yang berpendapatan rendah, kebutuhan tempat tinggal ini merupakan masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
berat bagi mereka. Penyediaan perumahan merupakan salah satu hal yang harus
dihadapi wilayah perkotaan dimasa yang akan datang, seiring dengan perkembangan
kota yang berlangsung cepat.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic needs) manusia selain
pangan dan sandang, maka pemenuhan kebutuhan akan rumah menjadi prioritas
yang tidak dapat ditangguhkan. Di sisi lain, masyarakat mempunyai kemampuan
terbatas untuk mencukupi biaya pengadaan perumahan, karena tidak mampu
mendapatkan lahan yang legal di pusat kota, maka masyarakat berpenghasilan
rendah menduduki tanah-tanah secara illegal di sepanjang jalur kereta api, kuburan,
pinggiran sungai dan lahan-lahan terlantar lainnya.
Problematika kepadatan penduduk masyarakat kota berbanding terbalik
dengan semakin minimnya ketersediaan lahan. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya laju perpindahan penduduk dari desa ke kota akibat tuntutan hidup
yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Selain itu juga laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sehingga lahan semakin langka.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, tercatat jumlah penduduk di Kota
Surakarta sebanyak 500.642 jiwa. Dengan luas sebesar 44,03 km² membuat tingkat
kepadatan penduduk di Kota Surakarta sangat tinggi, bahkan tertinggi di Jawa
Tengah, yaitu 11.370 jiwa/km² (BPS, Kota Surakarta). Untuk mengatasi hal tersebut
pemerintah Kota Surakarta membangun rumah susun (rusun) sebagai alternative
tempat tinggal untuk merelokasi warga kalangan menengah ke bawah (Rusunawa
Semanggi, Kelurahan Semanggi, Surakarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Untuk mengatasi keterbatasan lahan dalam pemenuhan perumahan yang
layak huni bagi masyarakatnya, pemerintah Surakarta mengeluarkan kebijakan
pembagunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Rusunawa ini di
harapkan keterbatasan lahan yang ada dapat diatasi untuk memenuhi
pemukiman yang layak huni bagi warga Solo. Pembangunan Rusunawa ini
nampaknya merupakan jalan yang dianggap sesuai bagi perkotaan dalam
mengatasi pemukiman kumuh yang semakin meningkat dan juga mampu
memberdayakan masyarakat miskin untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih
baik lagi.
Pembangunan Rusunawa ini dinilai sesuai dalam mendukung pertumbuhan
kota. Pengelolaan pembangunan Rusunawa perkotaan yang efektif dan efisien,
mengacu pada rencana tata ruang perkotaan yang berkualitas, termasuk pengelolaan
administrasi pertanahan yang tertib dan adil, dan ditunjang oleh kelembagaan
pemerintah yang siap melaksanakan otonomi daerah; makin mantapnya kemitraan
pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan
pembangunan perkotaan; meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan
oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan kualitas hidup penduduk yang makin
merata; berkurangnya jumlah penduduk miskin di perkotaan; serta meningkatnya
kualitas fisik lingkungan di perkotaan.
Pembangunan Rusunawa merupakan respon terhadap kebutuhan rumah bagi
masyarakat. Rusunawa menjadi alternative pilihan untuk penyediaan hunian karena
merupakan pilihan yang ideal bagi negara-negara berkembang. Daerah yang
mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki permasalahan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kurangnya ketersediaan hunian, ketidaklayakan hunian, dan keterbatasan lahan. Hal
ini membutuhkan suatu konsep perencanaan dan pembangunan yang tepat agar
permasalahan hunian dapat terselesaikan.
Keseriusan Pemerintah akan pentingnya rumah susun diwujudkan dengan
hadirnya Undang-undang No. 16 Tahun 1985, tentang Rumah Susun, Bab II, Pasal
2 dan Pasal 3, yang dilanjutkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 4
tahun 1988, tentang Rumah Susun, Bab II, Pasal 2, Ayat 1 dan 2. Pembangunan
rumah susun berlandaskan pada asas kesejahteraan umum, keadilan dan pemerataan,
serta keserasian dan keseimbangan dalam perikehidupan. Adapun Pembangunan
rumah susun bertujuan untuk :
(1) a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama
golongan masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah, yang
menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya;
b. meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan
dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan
menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi, dan
seimbang
(2) Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi
kehidupan masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan ayat (1
huruf a).
Menurut UU No.16 tahun 1985 tentang rumah susun. Rumah susun diartikan
sebagai berikut: “Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun
dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama
untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan
tanah bersama.” Jadi bisa dikatakan bahwa rumah susun merupakan suatu
pengertian yuridis arti bangunan gedung bertingkat yang senantiasa mengandung
sistem kepemilikan perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannya bersifat
hunian atau bukan hunian. Secara mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuan
sistem pembangunan. Atau rumah susun adalah bangunan yang dibangun untuk
menampung sekumpulan manusia yang terorganisir kedalam suatu wadah dengan
pertimbangangan kehidupan manusia hidup secara layak secara horizontal dan
vertikal dengan sistem pengelolaan yang menganut konsep kebersamaan.
Pemerintah dalam undang-undang nomor 3 tahun 1958 juga telah mengatur
tentang urusan perumahan yang intinya mengenai penguasaan perumahan dan
peruntukan penghuniannya. Khusus mengenai sewa menyewa selama ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah nomor 17 dan 49 tahun 1963, Peraturan Pemerintah
nomor 55 tahun 1981.
Kebijakan ini dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan rumah susun di
berbagai kota di Indonesia. Kebijakan terbaru pemerintah diwujudkan dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 26 Tahun 2006, Tentang Tim
Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan. Dalam
keputusan ini presiden mengamanatkan agar proses pembangunan itu didukung
penuh oleh pemerintah daerah dalam hal ini gubernur dan bupati/walikota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut Yudohusodo (1991), dalam membangun rumah susun sederhana
sewa perlu diperhatikan beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek ekonomi
Rusunawa yang berdekatan dengan tempat kerja, tempat usaha atau tempat
berbelanja untuk keperluan sehari- hari akan sangat membantu menyelesaikan
masalah perkotaan, terutama yang menyangkut masalah transportasi dan lalu
lintas kota.
2. Aspek lingkungan
Pada setiap lingkungan perumahan yang dibangun membutuhkan sejumlah
rumah tambahan bagi masyarakat yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang
berbeda. Melalui penerapan subsidi silang masih dimungkinkan membangun
sejumlah rumah sewa yang dibiayai oleh lingkungan itu sendiri.
3. Aspek tanah perkotaan
Rusunawa yang secara minimal dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pada
saat ini, tidak akan lagi memenuhi kebutuhan masyarakat di kemudian hari.
Program peremajaan lingkungan dengan membangun kembali perumahan sesuai
dengan standar yang dituntut, harus dilaksanakan agar lingkungan perkotaan
tetap dapat terjamin kualitasnya. Dengan dikuasainya tanah dimana Rusunawa
sewa itu dibangun, program peremajaan lingkungan di masa mendatang dengan
mudah dapat dilaksanakan.
4. Aspek investasi
Pembangunan Rusunawa untuk masyarakat miskin secara ekonomis kurang
menguntungkan. Besarnya sewa tidak dapat menutup seluruh biaya investasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Akan tetapi apabila ditinjau dari nilai tanah perkotaan yang selalu meningkat
sesuai dengan perkembangan kotanya, maka cadangan tanah yang dikuasai
pemerintah akan selalu meningkat harganya. Dengan nilai tanah tersebut, akan
terpenuhi pengembalian sebagian atau seluruhnya biaya investasi.
5. Aspek keterjangkauan
Untuk dapat mencapai sasaran yang tepat maka tarif sewa disesuaikan dengan
kemampuan masyarakat, atas dasar penghasilan yang nyata dan besarnya
pengeluaran rumah tangga. Letak keberhasilan pembangunan dan penghunian
rusunawa tergantung pada lokasinya.
Pembangunan rumah susun merupakan respon terhadap kebutuhan rumah
bagi masyarakat. Rumah susun menjadi alternatif pilihan untuk penyediaan hunian
karena merupakan pilihan yang ideal bagi negara-negara berkembang. Daerah yang
mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki permasalahan pada
kurangnya ketersediaan hunian, ketidak layakan hunian dan keterbatasan lahan. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu konsep perencanaan dan pembangunan yang tepat agar
permasalahan hunian dapat terselesaikan. Pembangunan Rusunawa merupakan salah
satu solusi yang paling rasional yang perlu dipertimbangkan dan diterima oleh
Pemerintah Daerah dalam upaya memukimkan masyarakat perkotaan yang kurang
beruntung. Rusunawa dengan keterbatasan dan kesederhanaanya menawarkan cara
hidup yang lebih bermatabat dengan harga yang lebih terjangkau pada lokasi yang
tetap dekat dengan sumber penghasilan.
Program rusunawa ini nantinya juga diharapkan dapat mengatasi masalah
hunian liar yang kerap terjadi di kawasan perkotaan. Semakin sempitnya lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
karena populasi yang meningkat membuat harga tanah di perkotaan melonjak
tinggi, banyak masyarakat berpenghasilan rendah yang mendirikan bangunan
ditanah yang tidak berizin karena keterbasan ekonomi. Program rusunawa inilah
merupakan obyek eksperimen dari pemerintah dalam hal mengatasi pemukiman liar
dan pemukiman kumuh yang ada di Surakarta yang setiap tahunnya semakin
bertambah. Sehingga ini merupakan langkah yang bijak dari pemerintah, dalam hal
ini dengan melalui pendekatan kepada masyarakatnya tanpa dengan menggunakan
tindakan yang kasar seperti penggusuran, karena pembangunan rusunawa tersebut
menggunakan lahan kosong di Semanggi.
Pembangunan Rusunawa Semanggi adalah program Rusunawa yang kedua
kali di kota Surakarta setelah pembangunan Rusunawa Begalon I dan Rusunawa
Begalon II yang dibangun oleh DPU tahun 2003-2004 di Kelurahan Panularan dan
telah dihuni sejak April 2009. Program Rusunawa Semanggi ini dilaksanakan mulai
pada tahun 2006-2007 dengan pembangunan Rusunawa di Kelurahan Semanggi
Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta, terdiri dari 196 unit dan telah dihuni sejak
Januari 2010.
Kebijakan pembangunan Rusunawa tersebut merupakan salah satu alternatif
dalam penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di Surakarta.
Rusunawa Semanggi dirancang dengan pola pengelolaan Rusunawa sederhana
melalui peraturan-peraturan untuk pengelola maupun penghuni Rusunawa. Namun,
dalam kenyataannya peraturan tersebut tidak dapat berjalan dengan semestinya, hal
ini dapat terlihat dalam beberapa aspek yaitu aspek pembiayaan sebagai perumahan
yang bersifat sosial, pembayaran sewa seharusnya diperuntukan bagi operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
harian rusunawa Semanggi, pemeliharaan lingkungan dan penjagaan keamanan;
aspek sosial penataan unit hunian dan blok lingkungan sebaiknya memungkinkan
terjalinnya hubungan sosial antar penghuni sehingga menunjang hubungan sosial;
aspek ekonomi dengan adanya rusunawa Semanggi disebabkan karena lokasi rusun
yang strategis maupun dengan membuka peluang usaha; aspek pengelolaan yang
dapat melaksanakan tata aturan dan penerapan sanksi dengan baik, dan adanya
pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan strategis untuk
segera direalisasikan. Pemberdayaan komunitas penghuni Rusunawa ini seharusnya
mencakup interaksi aktif dua pelaku, yaitu pihak pemberdaya (pemerintah) dan
pihak yang diperdayakan (penghuni rusunawa). Pihak pemberdaya di sini tidak
mutlak datang dari pemerintah, tetapi dapat pula berasal dari sistem sosial komunitas
lainnya.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu wujud
pembangunan alternatif yang menghendaki agar masyarakat mampu mandiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Empowerment (pemberdayaan) berasal dari Bahasa
Inggris, dimana power diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Robert
Dahl (1973:50), pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk mempengaruhi atau
mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok berhak untuk ikut berpartisipasi
terhadap keputusan-keputusan sosial yang menyangkut komunitasnya. Sedangkan
menurut Korten (1992) pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat
berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun
non material melalui redistribusi modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Salah satu pola pendekatan pemberdayaan masyarakat yang paling efektif
dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat adalah inner resources approach.
Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu
mengidentifikasi keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya dan bekerja
secara kooperatif dengan pemerintah dan badan-badan lain untuk mencapai
kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik masyarakat menjadi concern akan
pemenuhan dan pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi dengan
menggunakan potensi yang mereka miliki (Ross 1987 : 77-78).
Sementara itu efektivitas dapat diartikan sebagai pencapaian sasaran dari
upaya bersama, dimana derajat pencapaian menunjukkan derajat efektivitas (Bernard
dalam Gybson 1997 : 56). Efektivitas dapat digunakan sebagai suatu alat evaluasi
efektif atau tidaknya suatu tindakan (Zulkaidi dalam Wahyuningsih D, 2005:22)
yang dapat dilihat dari : (a) Kemampuan memecahkan masalah, keefektifan tindakan
dapat diukur dari kemampuannya dalam memecahkan persoalan dan hal ini dapat
dilihat dari berbagai permasalahan yang dihadapi sebelum dan sesudah tindakan
tersebut dilaksanakan dan seberapa besar kemampuan dalam mengatasi persoalan
dan (b) Pencapaian tujuan, efektivitas suatu tindakan dapat dilihat dari tercapainya
suatu tujuan dalam hal ini dapat dilihat dari hasil yang dapat dilihat secara nyata.
Menurut Kartasasmita (1995:19) upaya memberdayakan rakyat harus
dilakukan melalui tiga cara, yaitu : (1) Menciptakan suasana yang memungkinkan
potensi masyarakat untuk berkembang, (2) Memperkuat potensi yang dimiliki oleh
rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, (3) Melindungi dan membela
kepentingan masyarakat lemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“ Bagaimana efektivitas pembangunan Rusunawa Semanggi bagi penghuni
dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar
Kliwon, Kota Surakarta ? ”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembangunan
Rusunawa Semanggi bagi penghuni dalam pemberdayaan masyarakat miskin di
Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Pemerintah dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sebagai pengelola rusunawa
dapat dijadikan masukan guna perumusan kebijakan pengelolaan lingkungan
Rusunawa sederhana sewa yang optimal.
2. Masyarakat penghuni rumah susun sederhana sewa dapat dijadikan sebagai
wawasan pelaku/subyek aktivitas lingkungan rumah susun sederhana sewa
yang berkesinambungan.
3. Bagi dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya konsep
pengelolaan rumah susun sederhana sewa untuk waktu yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pembelajaran dan juga sebagai
bahan kajian ilmiah dalam pengelolaan rusunawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Konsep yang digunakan
a. Efektivitas
Efektivitas menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:174)
yaitu tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam
bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
Sedangkan R. Ferry Anggoro Suryokusumo (2008:14) menjelaskan
efektivitas secara sederhana yaitu dapat diartikan ”tepat sasaran”, yang
juga lebih diarahkan pada aspek kebijakan, artinya program-program
pembangunan yang akan dan sedang dijalankan ditujukan untuk
memperbaiki kualitas kehidupan rakyat yang benar-benar memang
diperlukan untuk mempermudah atau menghambat pencapaian tujuan
yang akan dicapai.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
efektivitas adalah suatu penyelesaian pekerjaan yang benar dan tepat
waktu hingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Alasan pemilihan kriteria ini yaitu untuk mengetahui efektivitas dari
kebijakan pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan
masyarakat miskin di Surakarta serta faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi efektivitas kebijakan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga
diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat
selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara
tersebut adalah benar atau efektif.
Adapun Henry, Brian dan White (dalam Samodra W, 1994:65)
mengemukakan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur
efektivitas program atau kebijakan yaitu:
a) Waktu pencapaian
b) Tingkat pengaruh yang diinginkan.
c) Perubahan perilaku masyarakat.
d) Pelajaran yang diperoleh para pelaksana proyek.
e) Tingkat kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya.
Suatu program yang tidak mengarah pada kriteria-kriteria tersebut
dipandang tidak efektif. Melalui beberapa kriteria yang telah disebutkan
tadi, menjelaskan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program juga
merupakan suatu proses belajar bagi para pelaksana sendiri. Selain itu
juga proses pelaksanaan program yang dilakukan oleh pemerintah
semestinya mengarah ke peningkatan kemampuan masyarakat dan juga
dipandang sebagai usaha penyadaran masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan
efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang
efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja
membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan ya Efektivitas
memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar,
sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy
(1989) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut:
”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan
sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan
jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989;14).
Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1995:16).
Dari pengertian Handayaningrat dapat diartikan sebagai suatu
pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya
secara matang.
Menurut Kumoronto (1996), efektivitas sebagai salah satu kriteria
untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan
publik memiliki pengertian, yaitu apakah tujuan dari didirikannya
organisasi pelayanan publik tersebut tercapai ? Hal tersebut erat
kaitannya dengan rasionalitas teknis : nilai, misi, tujuan organisasi, serta
fungsi pembangunan. Sedangkan efektivitas kinerja pelayanan menurut
Salim dan Woodward (1992) ialah untuk melihat tujuan atau target
pelayanan yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Adapun Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) mengatakan
bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran
atau tujuan yang telah ditentukan”. Jadi apabila tujuan tersebut telah
dicapai, baru dapat dikatakan efektif. Masih dalam buku yang sama, Hal
ini dipertegas kembali dengan pendapat Hasibuan dalam Handayaningrat
(1996:16) bahwa “efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit
dan implisit”. Hal senada juga dikemukakan oleh Miller dalam
Handayaningrat (1996:16) “Effectiveness be define as the degree to
which a social system achieve its goals. Effectiveness must be
distinguished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal
attainments”, yang artinya efektivitas dimaksudkan sebagai tingkat
seberapa jauh suatu sistem-sistem sosial mencapai tujuannya.
Efektivitas organisasi sendiri dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran
(Lubis, 1987:34). Dengan demikian efektivitas menyangkut persoalan
apa yang akan dilakukan (input), bagaiman cara melakukannya (proses)
dan apa hasilnya (output), dengan demikian tentunya tidak terlepas
dengan sistem yang digunakan.
b. Rusunawa
1. Pengertian Rusunawa
Rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut
rusunawa, adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
secara fungsionaldalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara
terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan
menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya
sebagai hunian. (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor
:18/PERMEN/M/2007). Program pembangunan Rusunawa diharapan
dapat meningkatkan kualitas lingkungan menuju perumahan yang
lengkap, serasi, dan seimbang.
Rusunawa adalah bangunan yang dibangun untuk menampung
sekumpulan manusia yang terorganisir kedalam suatu wadah dengan
pertimbangangan kehidupan manusia hidup secara layak secara
horizontal dan vertikal dengan sistem pengelolaan yang menganut konsep
kebersamaan.
2. Landasan hukum pembangunan rumah susun sederhana
a) UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Peraturan
Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun Pasal 15
dalam undang-undang yang berkaitan dengan pembangunan rumah
susun antara lain menyebutkan:
· Rumah susun dibangun disesuaikan dengan tingkat keperluan dan
kemampuan masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
· Pembangunan rumah susun dapat diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara atau Daerah, Koperasi dan Badan Usaha
Milik Swasta yang bergerak dalam bidang itu, serta swadaya
masyarakat.
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang
Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Di dalam pasal 2
tentang maksud dan tujuan Persyaratan Teknis Pembangunan
Rumah Susun, disebutkan antara lain:
· Persyaratan teknis pembangunan rumah susun dimaksudkan
sebagai landasan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengelolaan dan pembangunan rumah susun dalam rangka
peningkatan kualitas hidup penghuninya.
· Persyaratan teknis pembangunan rumah susun bertujuan untuk
menjamin keamanan, keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan
bagi penghuni dan/atau pemakainya.
c) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1992 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rumah Susun.
Peraturan ini berisi tentang perlunya membentuk Perhimpunan
penghuni sebagai Badan Hukum untuk mengatur kehidupan di
lingkungan rumah susun agar tertib dan lebih menjamin kepastian
hukum bagi penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah
bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d) UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Pola
hunian perumahan di kota-kota besar maupun berkembang menurut
dua bentuk yaitu sistem sewa dan system kepemilikan.
Pembangunan rumah susun sederhana dengan system sewa sebagai
salah satu bentuk dari perumahan sederhana, merupakan salah satu
alternatif perumahan bagi masyarakat golongan berpenghasilan
rendah. Membangun Rusunawa bagi masyarakat miskin
berpenghasilan rendah mempunyai beberapa sasaran, yaitu :
· Untuk masyarakat miskin berpenghasilan rendah yang tidak
memiliki pendapatan atau penghasilan tetap yaitu sulit
mendapatkan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) karena
persyaratan bank yang sulit terpenuhi.
· Masyarakat yang belum dapat kesempatan memiliki rumah yang
dibangun oleh Perumnas atau sendiri.
· Bagi mereka yang baru berumahtangga dan belum mampu
membeli rumah.
3. Tujuan
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 tahun 1985 tentang
Rumah Susun, pembangunan rumah susun bertujuan :
· Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat,
terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang
menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
· Meningkatkan daya guna dan hasil guna lahan di daerah
perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam
dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi
dan seimbang.
Tujuan khusus pembangunan rumah susun adalah untuk
mengurangi laju pertumbuhan perumahan biasa yang banyak memakan
lahan dan kurang terkendali dalam perencanaannya.
4. Kriteria Pembangunan Rumah Susun :
a) Kesesuaian dengan Tata Ruang Kota (sesuai peruntukannya)
b) Konsisi sosial ekonomi dan sosial budaya penghuni kawasan pada
umumnya rendah (penghasilan, pendidikan, perilaku/kebiasaan).
c) Kepadatan bangunan melebihi daya dukung lingkungan.
d) Kondisi prasarana dan sarana lingkungan pada umumnya kurang
dan tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan.
e) Potensi kawasan untuk kegiatan perdagangan, jasa, pendidikan,
pariwisata, industri, dan lain-lain.
f) Jika akan dibangun rumah susun/sewa yang akan dikelola oleh
Pemda, Pemda harus dapat menyediakan lahan dan biaya
penampungannya selama proses pembangunan rumah susun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
g) Penduduk awal diprioritaskan dapat ditampung kembali pada rumah
susun.
5. Sasaran Pembangunan Rumah Susun
Pembangunan rumah susun seperti yang telah dicantumkan
dalam UU No. 16/1985 lebih diutamakan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Upah minimum
yang ditetapkan dunia adalah US$ 2.00 per hari atau (Rp.
500.000/bulan). Jadi masyarakat ekonomi rendah bisa dikategorikan
masyarakat yang berpenghasilan kurang dari atau sama dengan Rp.
500.00,00.
6. Berdasarkan status kepemilikan Rumah Susun Sederhana Sewa,
penghuni membayar uang sewa atau kontrak sesuai dengan perjanjian
yang disepakati bersama :
· Bagi keluarga baru/masyarakat tidak mampu untuk membeli
rumah susun, rumah susun sewa memberi kemudahan dapat
tinggal dan menempati unit hunian dengan secara sewa.
· Cocok bagi orang-orang yang sering berpindah tempat kerja, dan
tinggal pada suatu daerah tidak terlalu lama.
· Bagi developer, pengembalian modal butuh waktu lama serta
membutuhkan biaya maintenance yang besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
7. Komponen Perencanaan Rumah Susun Sederhana Sewa :
a) Komponen Non Fisik
· Penyiapan Masyarakat
Berupa penyuluhan antara lain mengenai untung ruginya
hidup di rumah susun, tata cara hidup di rumah susun,
kelembagaan masyarakat yang tinggal di rumah susun.
· Instansi Terkait
Kaitan antara Pemda, masyarakat, dan pihak lain yang
terlibat dalam penyelenggaraan rumah susun, meliputi penyiapan
lahan, jaringan listrik, air bersih, kelembagaan yang menangani
rumah susun dalam rangka pengelolaan dan pemeliharaan yang
berkelanjutan.
· Detail Engineering
Perencanaan rumah susun disesuaikan dengan aspirasi
masyarakat yang akan menghuni rumah susun, memperhatikan
efisiensi penggunaan lahan, memenuhi persyaratan teknis
pembangunan rumah susun yang sesuai dengan standarisasi dan
pedoman yang telah ditetapkan.
b) Komponen Fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
· Bangunan Rumah Susun
Terdiri dari unit-unit hunian yang mengelompokkan dalam
jumlah tertentu yang dinyatakan dalam blok-blok rumah susun.
Untuk mencapai efisiensi lahan maka ruang-ruang penunjang
dapat dipergunakan secara komunal, misalnya, fasilitas ruang
bersama, sirkulasi koridor, tangga.
· Fasilitas Umum
Rumah susun dilengkapi pula dengan fasilitas umum
berupa ruang serba guna, parkir dan tempat ibadah.
· Sarana Penunjang dan Jaringan Utilitas Lingkungan
Dapat saling menunjang dengan kegiatan peremajaan
perumahan kota, antara lain: jalan, drainase, air bersih,
persampahan.
8. Dasar Penyelenggaraan Rumah Susun .
Sebenarnya secara hukum, undang-undang tentang rumah susun
telah ditetapkan sejak tahun 1985 (UU RI No. 16 Tahun 1985) namun
karena kurang sosialisasi, komitmen dan penerimaan mitra serta
masyarakat pengguna, sehingga belum tercipta visi bersama tentang
peranan dan penyelenggaraan rumah susun sehingga dalam
pelaksanaannya masih terasa jauh dari harapan. Pengembangan rumah
susun dinilai berpotensi dalam mengatasi permasalahan di bidang
perumahan dan pemukiman mencakup aspek pembiayaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
operasional, keterjangkauan masyarakat, pemanfaatan lahan serta
pengendalian pengembangan kawasan di perkotaan, serta juga
diharapkan dapat ikut mengendalikan pengembangan wilayah strategis
secara lebih luas.
Gagasan penyelenggaraan rumah susun diperkuat dengan
dikeluarkannya PP No. 4 tahun 1988 tentang Penyelenggaraan Rumah
Susun, yang juga merupakan tidak lanjut pemerintah Indonesia dalam
meratifikasi kesepakatan-kesepakatan dunia untuk penyediaan
perumahan dan pemukiman bagi manusia. Kesepakatan-kesepakatan
tersebut pada intinya memberi perhatian untuk mewujudkan tempat
hunian yang layak bagi seluruh manusia sebagai kebutuhan dasarnya.
Namun demikian, belum semua kota-kota besar di Indonesia telah
mengembangkan bentuk hunian dalam mengakomodasi kebutuhan
perumahan di masing-masing daerah perkotaan.
Penyelenggaraan rumah susun ternyata belum cukup memadai
dalam mengimbangi laju peningkatan kebutuhan perumahan terutama
di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan
masalah urbanisasi. Banyak hambatan-hambatan ditemui terutama
terkait dengan permasalahan sosial, budaya, landasan hukum di daerah
di luar aspek teknis dan ekonomi, sehingga upaya percepatan
pemenuhan kebutuhan perumahan melalui penyediaan rumah susun
tidak mudah direalisasikan. (Sugandi, 2002:5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pembangunan rumah susun memberikan penawaran terhadap
penghematan penggunaan lahan, terutama di kawasan perkotaan
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan pertumbuhan
ekonomi perkotaan yang semakin meningkat. Penyelenggaraan rumah
susun diharapkan mampu mengurangi pemanfaatan lahan produktif
tanpa melampaui daya dukung lingkungannya serta daya dukung
kawasan perkotaan secara lebih luas.
Pemanfaatan lahan untuk rumah susun yang terkonsentrasi akan
turut mengendalikan pola perkembangan kota serta mengurangi
rusaknya struktur kawasan perkotaan.
Memperhatikan uraian tersebut di atas, dengan demikian
hendaknya penyelenggaraan dan pembangunan rumah susun bukan
hanya dipandang sebagai sebuah bangunan atau kompleks bangunan,
melainkan juga harus memperhatikan nilai-nilai fisik, sosial budaya,
ekonomi, dan kelembagaan masyarakat. Pada bagian lain
penyelenggaraan dan pembangunan rumah susun juga melaksanakan
peran dalam memperkokoh struktur dan kedudukan kota secara
keseluruhan dalam skala wilayah.
c. Pemberdayaan
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dalam
(a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat,
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c)
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka (Edi Suharto, 2005 : 58).
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang
bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan
taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya
setempat sebaik mungkin. Proses tersebut menempatkan masyarakat
sebagai pihak utama atau pusat pengembangan. Pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi
masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola
sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking
sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian
secara ekonomi, ekologi, dan sosial.
Pemberdayaan masyarakat mengandung arti mengembangkan,
memandirikan, menswadayakan, dan memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala
bidang dan sektor kehidupan. Disamping itu, juga mengandung arti
melindungi dan membela dengan berpihak kepada yang lemah, untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang lemah (Sugeng, 2008 : 65).
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penghuni
Rusunawa semanggi, dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin di
Surakarta. Jadi sebelum memasuki tujuan utama tersebut, konsep
pemberdayaan harus dipahami terlebih dahulu.
“Community empowerment is a concept that has both domestic and international resonance. In industrialised democracies it is integral to debates over the participation of citizens in the political and policy process. ‘Community development’ is a domestic policy process ideal that continues to have adherents, although its apogee appears, for now, to have been the growth in the 1970s of community-based legal services, housing and urban redevelopment cooperatives, and welfare and health services. An echo, if only that, of this spirit remains in more recent, government-funded ‘communities of place’ initiatives and policies that aim to redress “failures of the state and the market” in the delivery of social services (Dr Thomas W D Davis : APSA Conference 2007 The Real World of ‘Community Empowerment’ in International Development’)
Yang artinya :
”Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang resonansi baik domestik dan internasional. Dalam industri demokrasi adalah integral perdebatan atas partisipasi warga dalam proses politik dan kebijakan. 'Pengembangan masyarakat' adalah proses ideal kebijakan domestik yang terus ada penganutnya, walaupun sering muncul, untuk saat ini, telah bertumbuh di tahun 1970-an masyarakat berbasis jasa hukum, perumahan dan mengembangkan kembali koperasi perkotaan, dan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan. Jika hanya itu, ini masih dalam semangat yang lebih baru, yang didanai oleh pemerintah 'masyarakat tempat' inisiatif dan kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki "kegagalan negara dan pasar" dalam pemberian pelayanan sosial.”
”The World Bank’s position on this bears close similarity to those of other donors. It has certainly taken on the language of empowerment. Its current mission statement quite clearly brings together the rhetoric of economic growth with that of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
empowerment and participation: Our mission is to help developing countries and their people reach the goals by working with our partners to alleviate poverty. To do that we concentrate on building the climate for investment, jobs and sustainable growth, so that economies will grow, and by investing in and empowering poor people to participate in development. (World Bank web page www.wb.org/aboutus)”
Yang artinya:
”Bank Dunia pada posisi ini sama dekatnya dengan donor-donor yang lain. Ia telah diambil pada bahasa pemberdayaan. Pernyataan misi yang saat ini cukup jelas yang menyatukan retorika pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan dan partisipasi: Misi kami adalah untuk membantu negara-negara berkembang dan orang-orang mencapai tujuan dengan bekerja dengan mitra kami untuk mengurangi kemiskinan. Untuk melakukan itu kami berkonsentrasi untuk membangun iklim investasi, pekerjaan dan pertumbuhan berkelanjutan, sehingga perekonomian akan tumbuh, dan menginvestasikannya dan memberdayakan masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam pembangunan.”
Upaya pemberdayaan masyarakat umumnya mempunyai dua
tujuan yaitu, tujuan kesejahteraan sosial (social welfare) berupa
pemberdayaan pelaku usaha dan tujuan pembangunan ekonomi melalui
kegiatan penanggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan pekerjaan
dan pengembangan usaha. Dalam kaitan dengan jenis kegiatan dan
langkah-langkah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan strategi kepoloporan, di bawah ini akan dijelaskan
langkah-langkah (tahapan-tahapan) kegiatan yang sistematik dan
komprehensif, yaitu sebagai berikut (Sugeng, 2008 : 33) :
1. Survei Potensi
Survei potensi bertujuan untuk memperoleh data yang akurat
dan lengkap mengenai wilayah sasaran program, baik data potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sumber daya alam maupun data sosial ekonomi masyarakat. Survei
dilakukan dengan teknik wawancara khusus dan pengamatan lapangan
yang menggunakan instrumen yang telah disiapkan termasuk teknik
sosiometri untuk menentukan tokoh-tokoh kunci dalam masyarakat.
Tokoh kunci adalah tokoh masyarakat yang meliputi tokoh agama, tokoh
adaa, tokoh ekonomi, dan atau tokoh formal/ pemerintahan yang berada
di tengah-tengah masyarakat sasaran dan merupakan bagian tak
terpisahkan dari masyarakat sasaran.
2. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil survei potensi tersebut, dilakukan analisis
kebutuhan masyarakat yang terutama dimaksudkan untuk menetapkan
paket-paket pembinaan yang sesuai dengan potensi sumber daya alam
lokal dan sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat sasaran
program. Paket pembinaan dapat berupa paket umum yang bersifat
peningkatan pemahaman, sikap, dan perilaku, dapat pula berupa paket
khusus yang bersifat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yang
diarahkan kepada peningkatan pendapatan dan perluasan kesempatan
kerja dengan teknik dan cara yang ramah lingkungan. Penetapan paket
khusus peningkatan ketrampilan juga mempertimbangkan prospek atau
lapangan kerja dan kesempatan berusaha setelah memiliki ketrampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Pelaksanaan Pemberian Paket
Pelaksanaan paket umum yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan penghayatan terhadap materi pembinaan yang
diharapkan akan membentuk sikap dan perilaku, baik sikap dan perilaku
berwawasan lingkungan dan taat hukum maupun sikap dan perilaku
produktif. Pelaksanaan pemberian paket umum ini dapat dilakukan
dalam dua bentuk : (1) melalui penyuluhan dan pembinaan khusus tokoh
kunci yang disiapkan untuk menjadi pelopor, dan (2) penyuluhan
langsung kepada masyarakat luas termasuk generasi muda dan wanita.
Pelaksanaan pemberian peket khusus yang bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan dan memperluas kesempatan bekerja dan
berusaha dilakukan dengan menggunakan metode ceramah (tatap muka),
praktek lapangan, dan percontohan.
4. Kegiatan Pembinaan Pasca Pelatihan
Kepada masyarakat yang telah mengikuti pelatihan atau telah
memiliki jenis ketrampilan tertentu dilakukan pembinaan pasca pelatihan
dalam bentuk bimbingan manajemen usaha, penilaian kelayakan usaha,
diversivikasi, dan prospek pasar. Dengan demikian diharapkan bahwa
penumpukan pada jenis usaha tertentu yang mungkin merugikan dapat
dihindari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
5. Pemberian Bantuan Modal
Kepada kelompok masyarakat yang dianggap telah siap
mengelola usaha/ pekerjaan tertentu (siap berproduksi) tetapi tidak
mempunyai modal, seyogyanya pihak pembina dengan sistem pinjaman
tanpa bunga dapat pula berupa bantuan tidak langsung, yaitu pihak
pembina berfungsi sebagai mediator dengan sistem yang disesuaikan
dengan pihak pemberi bantuan.
6. Pembentukan dan Pemantapan Kelembagaan dalam Masyarakat
Untuk mendukung efektivitas semua jenis pembinaan yang
diberikan, maka dilakukan pula pembinaan kelembagaan dalam
masyarakat yang dilakukan dalam dua bentuk, yaitu (1) membentuk
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau koperasi sebagai lembaga
ekonomi dalam masyarakat dan (2) memantapkan dan meningkatkan
fungsi dan efektivitas lembaga-lembaga yang sudah ada dalam
masyarakat.
7. Pembinaan Kader
Untuk mendukung efektivitas pelaksanaan semua jenis
pembinaan maka secara bertahap dilakukan pembentukan dan pembinaan
kader yang lebih diprioritaskan pada kelompok generasi muda. Tugas dan
fungsi kader yang utama adalah sebagai salah satu unsur pelaksana
pengawasan lingkungan. Selain itu kader sasaran program dapat juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
membantu memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas
dan fungsi pelopor atau tokoh-tokoh kunci.
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui 3 (tiga) aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting)
(Suharto, 2005 : 66-67) :
a. Aras Mikro : Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis
intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih
klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering
disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered
approach).
b. Aras Mezzo : pemberdayaan dilakukan terhadapa sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro : Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem
Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan
pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kempanye, aksi sosial, lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik. Strategi Sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih
serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Menurut teori pemberdayaan, konsep pemberdayaan berlaku
tidak hanya bagi individu sebagai kelompok, organisasi, dan masyarakat,
namun juga bagi individu itu sendiri. Di tingkat individu, pemberdayaan
merupakan pengembangan psikologis yang menggabungkan persepsi
kendali personal, pendekatan proaktif pada kehidupan, dan pengetahuan
kritis akan lingkungan sosiopolitis. Pada tingkat organisasi,
pemberdayaan mencakup proses dan struktur yang meningkatkan
keahlian para anggotanya dan memberikan dukungan timbal-balik yang
diperlukan oleh anggotanya untuk mempengaruhi perubahan di tingkat
masyarakat. Di tingkat masyarakat, pemberdayaan berarti tindakan
kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat dan
hubungan antara organisasi masyarakat (Perkins dan Zimmerman, 1995
dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007).
Beragam definisi pemberdayaan menjelaskan bahwa
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri
dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian kegiatan sebagai
upaya untuk memberdayakan, menswadayakan dan memandirikan
masyarakat (miskin), supaya tujuan kesejahteraan sosial (social welfare)
berupa pemberdayaan pelaku usaha dan tujuan pembangunan ekonomi
dapat terwujud. Inti dari definisi pemberdayaan masyarakat di atas adalah
memberdayakan, menswadayakan, dan memandirikan masyarakat, maka
dari itu peneliti mencoba untuk memberikan pengertian mengenai inti
dari definisi tersebut, sebagai berikut:
· Memberdayakan : dari kata dasar berdaya yang menurut kamus besar
bahasa Indonesia mempunyai arti berkekuatan; berkemampuan;
mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu. Jadi, memberdayakan
berarti membuat jadi berdaya yaitu membuat jadi berkekuatan,
berkemampuan, dan mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu.
· Menswadayakan : dari kata dasar swadaya yang menurut kamus besar
bahasa Indonesia mempunyai arti kekuatan (tenaga) sendiri. Jadi,
menswadayakan berarti membuat jadi mempunyai kekuatan (tenaga)
sendiri untuk mengatasi sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
· Memandirikan : dari kata dasar mandiri yang menurut kamus besar
bahasa Indonesia mempunyai arti keadaan dapat berdiri sendiri ; tidak
tergantung orang lain. Jadi, memandirikan berarti membuat jadi
mandiri yaitu dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung dengan pihak
lain.
Program pemberdayaan masyarakat telah menjadi mainstream
upaya peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan, dengan
pemberdayaan masyarakat maka pembangunan tidak dimulai dari titik
nadir, tetapi berawal dari sesuatu yang sudah ada pada masyarakat.
Pemberdayaan berarti apa yang telah dimiliki oleh masyarakat adalah
sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga makin
nyata kegunaannya bagi masyarakat sendiri.
d. Masyarakat Miskin
Menurut Mayor Polak, masyarakat (society) diartikan sebagai
wadah segenap antar-hubungan sosial yang terdiri atas banyak sekali
kolektivitas-kolektivitas serta kelompok-kelompok yang lebih kecil atau
sub kelompok. Semuanya itu tersusun hierarkis (dari atas ke bawah) atau
berseimbangan, sejajar dan setaraf ataupun saling tembus-menembus
(berantar-penetrasi).
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan
dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hasan Shadily; 1984:47).
Di dalam “Electronic Journal of Sociology” (1995) ISSN: 1198
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3665, yang berjudul “Dynamics of Power and Cooperationin Rural
Development” diuraikan sebagai berikut :
“In recent years, analyses of poverty have become increasingly narrow, often leading to a focus on conventional images of public assistance. Poverty means more than "the condition or quality of being poor; need; indigence; lack of means of subsistence." It also means "deficiency in necessary properties or desirable qualities, or in a specific quality, etc. (Dubow, Saul. 1995. Cambridge University Press)” Yang mempunyai arti: “Di tahun terakhir, analisa kemiskinan menjadi semakin terus meningkat, sering mendorong ke arah suatu fokus atas gambaran bantuan publik konvensional. Kemiskinan dapat diartikan lebih dari "kondisi atau mutu menjadi lemah/miskin, kebutuhan, ketidakwajaran, ketiadaan alat/ makna penghidupan" Itu juga berarti " kekurangan di dalam kebutuhan dasar atau kualitas yang diinginkan, atau di dalam suatu mutu spesifik, dan lain-lain (Dubow, Saul. 1995. Pers Universitas Cambridge)” Kemiskinan dalam arti umum adalah kondisi kekurangan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak (Fuad Amsyiri dalam Bagong
Suyanto; 1995:179). Sedangkan menurut Soerjono Saekanto, kemiskinan
diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan
juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut (Soerjono Soekanto; 1994:406).
Di dalam studi-studi empiris (Yudhoyono, 2004) sering
digunakan tiga indikator untuk mengukur kemiskinan yaitu :
1. The incidence of poverty (the poverty headcount index atau rasio H),
yang menggambarkan presentase dari populasi yang hidup dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis
kemiskinan.
2. The depth of poverty (the poverty gap index), yang menggambarkan
dalam kemiskinan di suatu wilayah. Indeks ini mengestimasi
jarak/perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis
kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio dari garis
kemiskinan.
3. The severity of poverty, yang menunjukan kepemilikan kemiskinan di
suatu wilayah dengan memperhitungkan ketimpangan di antara orang
miskin. Indeks kedalaman kemiskinan tidak sensitif terhadap
distribusi pendapatan di antara penduduk miskin, karena itu perlu
diukur dengan indeks keparahan kemiskinan.
Indikator utama kemiskinan dapat dilihat dari (1) kurangnya
pangan, sandang, dan perumahan yang tidak layak; (2) terbatasnya
kepemilikan tanah dan alat produksi; (3) kurangnya kemampuan
membaca dan menulis; (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup;
(5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; (6)
ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah; (7) akses terhadap ilmu
pengetahuan yang terbatas; (8) dan sebagainya. Indikator tersebut
dipertegas dengan rumusan yang jelas, yang dibuat oleh Bappenas.
Sedangkan indikator kemiskinan pada satu rumah tangga yang
ditentukan Badan Pusat Statistik adalah :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan;
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu
berkualitas rendah/tembok tanpa plester;
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan
rumah tangga lain;
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik;
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata iar tidak
terlindungi/sungai/ air hujan;
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/
minyak tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu;
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun;
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari;
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/Poliklinik;
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas
lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam ratus ribu
rupiah)
13. Pendidikan teringgi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah/tidak
tamat SD/hanya SD;
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.
500.000,- (Lima ratus ribu rupiah) seperti sepeda motor (kredit/non
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
Jadi, secara umum masyarakat miskin dapat diterjemahkan
sebagai masyarakat yang "belum berdaya" yakni masyarakat yang berada
pada situasi kerentanan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk
melepaskan diri dari kemiskinannya.
2. Landasan Teori
Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji dengan pendekatan
sosiologi. Roucek dan Waren (Soekanto, 1990: 19) mendefinisikan Sosiologi
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok sosial. William F.Ogburn dan Meyer F. Nimkoff (Soekanto, 1990:
19) bahwa Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial
dan hasilnya yaitu organisasi. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi
(Soekanto, 1990: 20) menyatakan bahwa Sosiologi atau ilmu masyarakat
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.
Pitirim Sorokin, mengungkapkan sosiologi adalah suatu ilmu yang
diharapkan untuk mempelajari :
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial.
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non
sosial.
3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
(Soekanto, 1990: 19-20).
Definisi diatas dan seperti halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya,
objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar
manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam
masyarakat. Masyarakat mempunyai batasan yang cukup luas yang
mencakup berbagai faktor termasuk didalamnya juga mencakup tentang
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tersebut (Soekanto, 1990: 23).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sosiologi merupakan
ilmu yang objeknya masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar
manusia dan proses yang timbul dari hubungan antar manusia dan proses
yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Di dalam Sosiologi sendiri ada tiga Paradigma yang biasa digunakan
untuk menelaah masalah sosial yang ada, ketiga Paradigma itu adalah
Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan Paradigma Perilaku
sosial. Dalam penelitian ini, untuk mengkaji masalah-masalah yang ada,
peneliti menggunakan Paradigma Definisi Sosial, dimana eksemplar
paradigma ini merupakan salah satu aspek khusus dari karya Max Weber,
yaitu tentang tindakan sosial (social action).
Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar
hubungan sosial itu Weber mengemukakan 5 ciri pokok yang menjadi
sasaran Sosiologi, yaitu:
1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang
subjektif ini meliputi berbagai tindakan nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat
subjektif.
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari situasi , tindakan yang
sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-
diam.
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada kepada beberapa
induvidu.
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah pada orang
lain itu. (Ritzer, 2004 : 39).
Menurut Weber, atas dasar rasionalitas tindakan sosial, maka tipe
tindakan sosial dapat dibedakan menjadi :
1. Zwerk rational
Yaitu tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang
terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan
itu sendiri.
2. Werkrational action
Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk
mencapai tujuan lain.
3. Affectual action
Tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-
puraan si aktor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
4. Traditional action
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan
sesuatu dari masa lalu (Ritzer , 2004 : 40-41).
Sesuai dengan tema yang diambil oleh penelitian ini maka teori yang
digunakan adalah Teori perubahan Sosial. Menurut Abdul Syani (1995: 83-
84) mendefinisikan perubahan sebagai suatu proses sosial yang
mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan
perubahan itu sendiri bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa orang-
orang yang saling berhubungan dengan hukum dan budaya tertentu untuk
mencapai tujuan bersama. Sehingga perubahan masyarakat secara umum
menyangkut perubahan-perubahan struktur, fungsi budaya dan perilaku
masyarakat. Jadi, ruang lingkup perubahan bersifat immaterial maupun
material.
Hampir setiap masyarakat pasti mengalami perubahan walaupun
kadar perubahan itu berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat yang
lain. Materi yang berubah bisa menyangkut banyak hal antara lain: struktur
dan fungsi di dalam masyarakat, pola tingkah laku, norma-norma dan nilai-
nilai serta perubahan unsur-unsur kebudayaan. Perubahan sosial selalu
mengandaikan tiga aspek yakni manusia, waktu dan tempat. Hal ini berarti
bahwa setiap perubahan sosial menyangkut manusia di dalam suatu unit
waktu dan lingkungan tertentu. Karena itu di dalam analisis tentang
perubahan sosial ketiga unsur tersebut harus diperhatikan.
Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan
sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep
dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami
perubahan sosial.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-
perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun
immateriil dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur
immaterial. (Soekanto, 2010:262)
Kinglesy Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan
yang terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan-perubahan
sosial dikatakannya sebagai perubahan dalam hubungan sosial (sosial
relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)
hubungan sosial tersebut. (Soekanto, 2010:262)
Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial
untuk suatu variasi cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik
karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, kompetisi
penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau perubahan- perubahan
baru dalam masyarakat tersebut. (Soekanto, 2010:263)
Selo Soemardjan mengatakan perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam sutau masyarakat yang
mempengaruhi sitem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap- sikap
dan pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. (Soekanto,
2010:263)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Selo Soemarjdjan (1962:379) mendefinisikan perubahan sosial
sebagai segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi pada sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perikelakuan di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Wilbert More (Robert H. Lauer, 1989:4) menyebutkan bahwa
perubahan sosial itu meliputi perubahan struktur tentang pola-pola perilaku
dan interaksi sosial.
Robert H. Lauer (1989:5) mendefinisikan perubahan sosial menunjuk
kepada perubahan fenomena sosial diberbagai tingkat kehidupan manusia
mulai dari tingkat individual hingga ketingkat dunia.
Victor Ferkiss (Soerjono Soekanto, 1989:3) menyebutkan bahwa
perubahan sosial amat diperlukan oleh manusia karrena tuntutan kebutuhan-
kebutuhan primernya, baik yang mencakup aspek material maupun aspek
spiritualnya. Kebutuhan-kebutuhan primer tersebut senantiasa berkembang,
oleh karena harus disesuaikan dengan tantangan-tantangan yang dihadapinya
baik yang berasal dari lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Karl Marx (1818-1833) mengemukakan dua postulat yang utama,
postulat yang pertama yaitu determinasi ekonomi, yang menyatakan bahwa
faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan perubahan
masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan
organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan
pekerja memproduksikan hasil dengan lebih efektif. Relasi-relasi itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berkembang bebas dari kehendak manusia, atau dikatakan hal yang tidak
terelakkan (Garna, 1993 : 43).
Postulat yang kedua, menyentuh mekanisme perubahan (change),
yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam
arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak. Tiga tahap itu merupakan skema
dialektik, yang idenya dipinjam dari seorang filsuf Jerman Georg Hegel
(1770-1831). Segala sesuatu yang ada di dunia, dan termasuk masyarakat
sendiri, harus melalui tiga tahapan yaitu (1) tesis (affrimation); (2) antitesis
(negation), dan (3) sintesis (reconciliation of opposites) (Garna, 1993 : 44).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapatlah dimengerti bahwa
yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
dalam masyarakat meliputi perubahan struktur, sistem dan organisasi sosial
sebagai akibat adanya modifikasi pola-pola kehidupan manusia yang
dipengaruhi kebutuhan intern dan ekstern masyarakat itu sendiri. Perubahan
di atas terjadi secara terus menerus, oleh karena perubahan sosial merupakan
fenomena yang kompleks menembus pada berbagai tahapan dari kehidupan
sosial. Perubahan itu sendiri pada wujudnya, senantiasa menyertai setiap
kehidupan masyarakat dimana pun ia berada, oleh karenanya tidak ada satu
masyarakat pun yang tidak mengalami perubahan dalam sejarah perjalanan
kehidupannya.
Masyarakat sebagai suatu sistem sudah tentu dalam perwujudannya,
senantiasa mengalami perubahan yang dapat berupa kemajuan atau
kemunduran, luas atau terbatas, cepat atau lambatnya. Sebagai suatu sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
masyarakat terdiri dari sub-sub sistem yang saling berinteraksi dan secara
abstrak masyarakat terdiri dari pranata sosial, struktur sosial, sistem nilai,
norma, aturan maupun kebiasaan-kebiasaan yang terwujud ke dalam tatanan
konkret sub sistem ekonomi, suub sistem sosial, sub sistem budaya, sub
sistem politik dan sub-sub sistem yang lain baik langsung atau btidak
langsung. Keberdaan sub-sub sistem ini saling memperkokoh satu sama lain
karena setiap sub sistem itu dengan peranannya dipandang mutlak adanya.
Dengan keberadaan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan
masyarakat miskin selama kurang lebih dua tahun lamanya adanya
perubahan sosial yang terjadi di kalangan penghuni Rusunawa Semanggi.
Indikator penting dari perubahan sosial tersebut ialah adanya perbedaan atau
perkembangan di dalam struktur, pola pikir, dan pola tingkah laku yang
terjadi pada sebagian penghuni Rusunawa Semanggi.
B. DEFINISI KONSEPTUAL
1. Efektivitas
Efektivitas ialah suatu konsep untuk mengukur efek suatu program
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga pertimbangan
untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program itu dan
peningkatan program yang akan datang.
2. Rusunawa
Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun
dengan menggunakan dana APBN dan atau APBD dengan fungsi
utamanya sebagai hunian (Permenpera No.14/Permen/M/2007 tentang
Pengelolaan Rusunawa Sederhana Sewa).
3. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan sebagai upaya untuk
memberdayakan, menswadayakan dan memandirikan masyarakat
(miskin), supaya tujuan kesejahteraan sosial (social welfare) berupa
pemberdayaan pelaku usaha dan tujuan pembangunan ekonomi dapat
terwujud.
4. Masyarakat Miskin
Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat
yang tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang
memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah
standart kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang
mencakup seluruh multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi social,
dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi asset.
C. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka pikir merupakan alur berpikir yang mempengaruhi penelitian
yangdigambarkan secara menyeluruh dan sistematis untuk mempelajari teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
yang mendukung penelitian tersebut. Adapun kerangka pikir peneliti sebagai
berikut :
Bagan 1 Kerangka Pemikiran
Permasalahan Pemukiman di
Kota Solo
Tujuan Pembangunan
Rusunawa Semanggi
Dasar Pembangunan Rusunawa Semanggi
Pembangunan Rusunawa Semanggi
Aspek Fisik Lingkungan; Aspek Ekonomi; Aspek
Sosial
Pemberdayaan Masyarakat Miskin
§ Memberdayakan Masyarakat
§ Menswadayakan Masyarakat.
§ Memandirikan Masyarakat
Efektifitas Pembangunan Rusunawa Semanggi
Pencapaian Tujuan Pembangunan Rusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rusunawa Semanggi yang berada di Jl.
Serang No 1, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta.
Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Rusunawa Semanggi merupakan salah satu Rusunawa di Surakarta yang
berdiri sudah lebih dari 2 tahun, dengan jumlah penghuni yang tinggi.
b. Rusunawa Semanggi merupakan salah satu lokasi yang menjadi perhatian
dari Pemerintah Daerah dalam kebijakan pembangunan dan merupakan
Rusunawa dengan penghuni yang aktif dalam berbagai kegiatan
perekonomian.
c. Kawasan Rusunawa Semanggi ini memungkinkan peneliti untuk
mendapat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini karena
banyaknya kajian yang meneliti tentang Rusunawa dan sorotan dari
berbagai media massa yang mengekspos tentang Rusunawa Semanggi.
B. JENIS PENELITIAN
Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka
jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Deskripsi
merupakan metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan secara
terperinci fenomena sosial tertentu (Sutopo, 2002 : 110). Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Deskriptif juga dapat diidentikkan sebagai penelitian yang terbatas pada
usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta
(fact finding). Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan
data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan
dan juga perilaku yang nyata, teliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh,
jadi penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah kepada
pendeskripsian secara rinci dan pendalaman mengenai potret kondisi tentang
apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya
(Nawawi, 1995:31).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penggalian data melalui
observasi lokasi penelitian yaitu efektivitas pembangunan Rusunawa
Semanggi, serta melakukan wawancara kepada para informan yang terdiri
dari dua macam lapisan, yaitu pemerintah DPU UPTD Kota Surakarta dan
masyarakat penghuni Rusunawa Semanggi. Dengan pertimbangan agar data
yang didapatkan akan lebih dapat mewakili populasi dalam penelitian ini
C. SUMBER DATA
Menurut Moleong, Lofland&Lofland mengatakan bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah data tabahan dokumen dan yang lainnya. Kata-kata dan tindakan
orang yang diamati atau diwawancarai adalah sumber data utama. Pencatatan
sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan merupakan
hasil kegiatan dari melihat, mendengar, dan bertanya. Pada penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan
senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan
(Moleong, 2007:157-158)
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data Primer data yang diperoleh secara langsung dari informan
yang diperoleh melalui wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah
Dinas Pekerjaan Umum Surakarta, Unit Pengelola Rusunawa Surakarta,
Penghuni Rusunawa Semanggi Surakarta.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung,
yaitu melalui buku-buku, kepustakaan, majalah/jurnal, dokumen, arsip
serta sumber-sumber dari internet yang menyediakan banyak data
sekunder dan keterangan lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian yang digunakan sebagai pendukung dan pelengkap data
primer. Dengan kata lain, data sekunder merupakan data yang sudah
diolah dan disajikan oleh pihak lain sehingga siap digunakan. Dalam hal
ini, pemakaian data sekunder khususnya yang berhubungan dengan
program rumah susun sederhana sewa di Kota Surakarta
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Teknik pengumpulan data tersebut adalah:
1. Interview (wawancara)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban-jawaban
atas pertanyaan tersebut. Teknik wawancara ini dilakukan dengan
struktur yang tidak ketat dan semi formal agar keterangan yang diperoleh
dari informan mempunyai kedalaman dan keluasan, sehingga mampu
memperoleh informasi yang sebenarnya tentang proses terbentuknya
respons terhadap program ini. Pada setiap informan, wawancara secara
informal ini dapat berkali-kali sesuai dengan keperluan peneliti tentang
kejelasan masalah yang diteliti. Sehingga data yang dikumpulkan akan
lebih mendalam (Moleong, 2002 : 135).
Dalam pelaksanaan wawancara di lapangan peneliti menggunakan
daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya secara sistematis
sehingga dapat berfungsi sebagai interview guide dalam penelitian.
Interview guide ini bersifat fleksibel, artinya pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada pemegang polis akan berkembang dan tidak hanya
terpaku pada daftar pertanyaan yang telah peneliti sediakan.
2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan
maupun pencacatan secara langsung terhadap hal yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang diteliti. Teknik observasi adalah teknik
pengumpulan data yang bersifat nonverbal. Teknik ini dapat melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
indera pendengaran, penglihatan, rabaan dan penciuman (Slamet, 2006 :
85-86).
E. METODE PENARIKAN SAMPEL
1. Satuan Kajian (Unit Of Analisis)
Yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah satuan
tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto,
2002:121). satuan kajian dalam penelitian ini adalah beberapa
penghuni Rusunawa Semanggi yang tersentuh pada program
pembangunan Rusunawa Semanggi.
2. Sampel
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002:121). dengan sample ini hasil pnelitian yang diperoleh akan
memberikan gambaran yang sesuai dengan sifat populasi yang
bersangkutan. sehingga dengan penelitian sample ini dapat
digeneralisasikan dengan mengangkat kesimpulan penelitian sebagai
suatu yang berlaku bagi populasi. sample sebagai informan dalam
penelitian ini dibedakn menjadi dua, yaitu: pertama, aparat pelaksana
yang menjadi perencana dan penanggungjawab program kebijakan
dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum UPTD Kota Surakarta.
kedua, Kelompok sasaran program kebijakan, yaitu penghuni
Rusunawa Semanggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
F. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan
informan adalah purpossive sampling. Teknik ini pengambilan
narasumber dengan pertimbangan narasumber paling tahu dan relevan
dengan masalah yang ingin diketahui (Sugiyono, 2005:54). Teknik
purpossive sampling adalah teknik penelitian yang mencakup seleksi atas
dasar kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan
penelitian (Kriyantono, 2006:155). Informan dalam penelitian ini adalah
narasumber utama yang memiliki kredibilitas dalam memberikan
masukan mengenai program pembangunan Rusunawa Semanggi dalam
pemberdayaan masyarakat miskin di Surakarta. Pemilihan narasumber ini
telah ditentukan sejak awal melalui teknik purpossive sampling.
Pemilihan informan menggunakan purpossive sampling. Kriteria dari
seorang informan yang dikemukakan oleh Sugiyono antara lain:
1) Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
ekulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi
juga dihayati.
2) Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau
terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.
3) Mereka yang tidak cenderung menyampaikan hasil
“kemasannya sendiri”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4) Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan
peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan
semacam guru atau narasumber (informan).
Berdasarkan kriteria-kriteria informan yang ada maka informan-
informan yang akan diwawancara adalah para penghuni Rusunawa
Semanggi yang berada di lokasi penelitian sebanyak 5 orang, pejabat
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Surakarta sebanyak 1 orang, pengurus
paguyuban Rusunawa Semanggi sebanyak 4 orang. Dan responden yang
merupakan penghuni Rusunawa Semanggi sebanyak 7 orang.
G. VALIDITAS DATA
Validitas data menunjukkan bahwa apa yang diamati peneliti
sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dilokasi penelitian dan
penjabaran dari deskripsi permasalahan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Data yang diperoleh selama proses penelitian akan diuji
kembali dengan melakukan pengujian validitas data melalui penggunaan
trianggulasi data. Trianggulasi data adalah tehnik pemeriksaan data
dengan memanfatkan sesuatu yang lain diluar untuk keperluan
pengecekan atau pembandingan terhadap data itu. Tehnik trianggulasi
ada empat macam, yaitu : pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyelidikan dan teori. Tehnik pemeriksaan data dalam
penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber karena data yang akan
diperoleh berasal dari sumber yang lokasinya terjangkau penelitian. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif, hal ini dapat dicapai dengan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh
dari hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
peneliti, dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan
(Moleong, 2002 : 176).
H. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ketiga hal
tersebut adalah:
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyerderhanaan dan
abstraksi data (kasar) yang ada pada penelitian. Hal ini dimulai dari
sebelum pengumpulan pelaksanaan penelitian pada saat pengumpulan
data berlangsung. Reduksi data berupa pembuatan singkatan,
memusatkan tema dan membuat batas-batas permasalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b. Penyajian data
Adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data,
peneliti akan mengerti apa yang akan terjadi dan memungkinkan untuk
mengerjakan suatu analisa atau suatu tindakan lain berdasarkan
tindakan tersebut. Susunan penyajian yang baik dan jelas
sistematikanya akan banyak menolong peneliti itu sendiri.
c. Penarikan kesimpulan
Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah mulai mengerti
apa arti hal-hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan-
peraturan, pola pertanyaaan-pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin dan arahan sebab akibat. Kesimpulan yang perlu diverifikasi
dapat berupa pengulangan yang menyeluruh cepat sebagai pemikiran
kedua yang melintas dalam pemikiran peneliti pada waktu menulis
dengan melihat kembali sebentar pada field notes (HB Sutopo,
2002:96).
Skema Teknik Analisa Data
Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data Penyajian Data
Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI
1. Rusunawa Semanggi Kota Surakarta
Rumah susun sederhana sewa Semanggi terletak di Kelurahan
Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Kecamatan ini
merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah tenggara dari kota
Surakarta. Adapun peta wilayah Pasar Kliwon adalah sebagai berikut :
Gambar 4:1
Peta Wilayah Kecamatan Pasar Kliwon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Wilayah Pasar Kliwon memiliki luas 4,82 km2, jumlah penduduk
sebesar 74.316 jiwa dengan kepadatan 15.418 jiwa/ km2, yang terdiri dari 9
(Sembilan) kelurahan yaitu : Kampung Baru, Kauman, Kedung Lumbu,
Baluwarti, Gajahan, Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon dan Keluarahan
Sangkrah.
Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Semanggi yang dibangun
oleh pemerintah, dalam hal ini Pemkot Surakarta sejumlah 2 blok. Tujuan dari
pembangunan rumah susun sederhana sewa ini adalah menjawab tantangan
kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau
masyarakat miskin yang berada di Surakarta, sekaligus mengurangi kawasan
pemukiman kumuh yang selalu menjadi salah satu patologi perkotaan.
Kelompok sasaran dari pembangunan rusunawa ini adalah masyarakat miskin
yang bekerja di sektor informal, oleh sebab itu harga sewa yang dibebankan
ke penghuni sangatlah rendah. Rumah susun sederhana sewa Semanggi
diresmikan penggunaannya pada tanggal 10 Januari 2010 oleh Bapak Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono.
Di kawasan rumah susun sederhana sewa ini terdapat 2 blok, yaitu
blok A, blok B, dengan unit hunian berjumlah 196 unit rumah, tingkat
penghunian rata-rata mencapai 98%. Dan pada saat penelitian dilakukan
hanya kurang lebih 5 unit hunian yang tidak berpenghuni.jumlah anggota
keluarga dalam unit hunia rumah rata-rata mencapai 4 jiwa. Status
kependudukan yang merupakan salah satu persyaratan utama bagi calon
penghuni rusunawa ini adalah memiliki Kartu Tanda Penduduk Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Surakarta. Sejak diresmikan penggunaanya, pihak pengelola yaitu UPTD
Kota Surakarta juga telah banyak menolak beberapa calon penghuni yang
dinilai kurang memenuhi persyaratan.
Unit blok rumah susun sederhana sewa Semanggi merupakan
bangunan 5 lantai. Luas lantai di setiap unitnya adalah 24 m². Pada
perkembangnnya Rusunawa itu mengalami penurunan kualitas baik bangunan
maupun lingkungan. Pengelola Rusunawa pada saat ini masih kurang
diperhatikan,karena bangunan unit hunian masih banyak yang mengeluhkan
kebocoran. Pengelola lingkungan masih mengandalkan 2 petugas kebersihan
dan juga mempekerjakan 2 penjaga keamanan.
Fasilitas yang tersedia di rusunawa ini dapat dikatakatan layak sebagai
rumah sehat. Disetiap unit rumah terdapat ruang tamu, kamar tidur, MCK,
dapur, dan tempat jemuran. Untuk kebutuhan listrik disediakan listrik sebesar
900 watt untuk setiap unit rumah. Sedangkan untuk keperluan air minum dan
memasak penghuni harus membeli Rp 2000 – Rp 3000 per galon, sedangkan
air tanah yang terdapat di rusunawa Semanggi tidak layak dikonsumsi karena
berasa asin dan mengandung kadar besi. Sanitasi lingkungan dapat dikatakan
cukup baik, karena air limbah mengalir cukup lancar.
Di rusunawa Semanggi ini juga tersedia satu gedung mushola, satu
gedung serba guna dengan seperangkat pesawat Televisi ditiap-tiap blok.
Serta disetiap lantai terdapat satu warung tempat belanja kebutuhan sehari-
hari bagi para penghuni. Sedang anak-anaknya biasanya bermain di jalan
dalam lingkungan pemukiman , di tempat parkir dan di ruang tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Harga sewa bulanan rusunawa semanggi ini berkisar antara Rp 70.000
– Rp 100.000 perbulan untuk sewa unit huniannya. Dengan rincian tarif sewa
rusunawa untuk tiap lantai menurut Dasar PERDA NOMOR 9 TAHUN 2011
TENTANG RETRIBUSI DAERAH, yaitu:
• Lantai Difabel/Dasar : 100.000,-/ Bulan
• Lantai 1 : 100.000,-/ Bulan
• Lantai 2 : 90.000,-/ Bulan
• Lantai 3 : 80.000,-/ Bulan
• Lantai 4 : 70.000,-/ Bulan
Jika ditambah dengan biaya air dan listrik serta biaya keamanan dan
kebersihan, penghuni bisa membayar hingga Rp 200.000 - Rp 270.000
perbulan.
Pada mulanya wilayah tempat berdirinya rusunawa semanggi ini
merupakan tanah milik pemerintah yang merupakan tanah dengan Hak Pakai
Atas Nama Pemerintah Kota Surakarta yang menjadi lahan kosong digunakan
sebagai tempat rongsokan container dan juga ada beberapa hunian liar.
Kemudian atas kebijakan pemerintah Kota Surakarta didirikan suatu
perumahan yang akan diperuntukan bagi golongan masyarakat miskin dan
dalam bentuk rumah susun sederhana sewa Semanggi, dengan batas-batas
sebagai berikut :
Sebelah Barat : Terminal Angkot, Pasar Klithikan Notoharjo
Sebelah Timur : Kampung Jamparing RT 05 / RW V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sebelah Utara : Pasar Besi Tua RT 02/ RW VI
Sebelah Selatan : Jalan Serang dan Tanah Kosong milik Rutan Kelas II
Surakarta
Adapun rincian bangunan Rusunawa ini adalah sebagai berikut:
1. Luas Tanah : 13.365 m²
2. Luas Bangunan : 4000 m² per blok
3. Jumlah Lantai : 5 Lantai
4. Fasilitas Sosial dan Umum: Terletak di lantai dasar
5. Jumlah Unit Hunian : 196 Unit
6. Tahun Pembuatan : 2008-2009
7. Ketua Paguyuban saat ini : Bp. Sunarto (Blok A) dan Bp. Andhy (Blok B)
8. Fasilitas Kamar adalah sebagai berikut
a. Luas per kamar adalah 24 m², terdiri dari :
(1) Teras; (2) Ruang utama ukuran 5 x 3 meter; (3) Satu kamar mandi/
WC dalam ; (4) Satu dapur , (5) Tempat jemur/ teras belakang
b. Jaringan Listrik 900 Watt dengan meteran per unit
c. Jaringan PDAM
d. Ruang pertemuan
e. Tempat parkir
f. Pos Keamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 4:2
Peta Lokasi Deskripsi Rusunawa Semanggi
Dibangun Oleh : DEPARTEMEN PU
Luas : 8.000 m2
- Sumber Dana : APBN - DIPA : Ta. 2008 No. 0624/033-05.0/-/2007 - No. IMB : No. 601/0992/P-02/IMB/XII/2009 - Type : Type -24 / 2 Blok - Jmlh Lantai : 5 Lantai
- Jumlah Unit : 192 Unit/ 24 m2
- Julmah Difable : 4 Unit/ 24 m2
- Lokasi : Kel. Semanggi Kec. Pasar Kliwon Ska - Pemilik Tanah : Pemkot Surakarta
- Sertifikat Hak : Pakai HP.36, luas : 13.365 M2 - Tgl Penerbitan : 29-7-2005 No. 11.02.03.02.4.00036 - Dihuni : Th. 2010
2. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Secara umum (78,4%) atau sekitar 149 kepala rumah tangga penghuni
rumah susun sederhana sewa Semanggi di Blok A dan Blok B berusia antara
20 tahun - 49 tahun atau tercakup dalam kelompok usia produktif, sisanya
terdiri dari 50 tahun - 79 tahun sebesar 21,6 persen atau sekitar 41 kepala
keluarga penghuni Rusunawa Semanggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4:1
Jumlah Kepala Keluarga Penghuni menurut Usia
No Kelompok Umur Jumlah %
1 20-29 16 8,4
2 30-39 68 35,8
3 40-49 65 34,2
4 50-59 33 17,4
5 60-69 5 2,6
6 70-79 3 1,6
Jumlah 190 100
Sumber : Hasil Survei Lapangan, Maret 2012
Ditinjau dari aspek pendidikan yang ditamatkan Kepala Keluarga
(KK), rata-rata berpendidikan SLTA, dengan komposisi sebagai berikut: tamat
SD 14,7% persen, SLTP sebanyak 22,7 persen , SLTA sebanyak 54,7 persen,
Diploma sebanyak 3,7 persen, dan sisanya merupakan lulusan Sarjana
sebanyak 4,2 persen.
Tabel 4:2
Jumlah Penghuni menurut Tingkat Pendidikan Umum
No Tingkat Pendidikan Umum Jumlah %
1 Tamat SD / Sederajat 28 14,7
2 Tamat SLTP / Sederajat 43 22,7
3 Tamat SLTA / Sederajat 104 54,7
4 Diploma 7 3,7
5 Sarjana 8 4,2
Jumlah 190 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pada umumnya, jenis pekerjaan kepala keluarga sebagai pegawai
swasta di sektor informal berkisar 56,3 persen dari jumlah keseluruhan kepala
keluarga penghuni yaitu 190 KK, peringkat kedua ditempati oleh buruh
sebanyak 20 persen, sedangkan wiraswasta atau pedagang hanya 18,9 persen.
Sisanya bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil dan bidang lain sebesar 4,8
persen.
Tabel 4:3
Jumlah Penghuni Menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah %
1 Pegawai Negeri Sipil 3 1,6
2 Swasta 107 56,3
3 Wiraswasta / Pedagang 36 18,9
4 Buruh 38 20
5 Lain-lain 6 3,2
Jumlah 190 100
Sumber : Hasil Survei Lapangan, Maret 2012
Dari pendapatan yang diperoleh penghuni Rusunawa, dari hasil
wawancara dengan penghuni rumah susun umumnya menyatakan rata-rata
perbulan pendapatannya berkisar Rp 1.000.000,- . Kemudian di sektor
pedagang dengan pendapatan berkisar Rp 500.000,- sampai dengan Rp
750.000,-. Tetapi ada juga penjual bakso bakar yang memiliki penghasilan
hingga Rp 15.000.000 perbulannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Sumber penghasilan utama dari penghuni rumah susun berasal dari
pekerjaan tetap yang dilakukan sehari-hari. Sedangkan rata-rata pengeluaran
mereka setiap bulannya berkisar Rp 500.000,- sampai dengan Rp 800.000,-.
Pengeluaran tersebut digunakan untuk keperluan makan, membayar sewa
rumah, listrik, air, gas, uang sekolah anak, biaya transportasi dan lain
sebagainya.
Pada saat dilakukan penelitian, gambaran mengenai kesehatan
penghuni Rusunawa Semanggi dalam kondisi cukup baik. Kondisi tersebut
juga ditunjang dari hasil wawancara dengan penghuni. Menurut informan
tidak pernah mengalami sakit berat, umumnya mengatakan penyakit yang
banyak dialami penghuni berupa penyakit ringan.
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
STRUKTUR ORGANISASI UPTD RUMAH SEWA
(PERWALI NOMOR 45 TAHUN 2008)
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta diatur tersendiri dalam Peraturan Walikota
KA. UPTD
KA. SUB BAG. TU
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana
Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta. Unit Pelaksana Teknis
pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta yang ada saat ini adalah UPT
Rumah Sewa. Hal-hal yang diatur mengenai UPT pada Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta sesuai Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana Teknis pada Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta antara lain sebagai berikut;
1) Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi
Rumah Sewa merupakan UPTD pada Dinas yang dipimpin oleh seorang
Kepala Rumah Sewa yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. UPTD Rusunawa mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang Dinas di bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah
Sewa sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas; UPTD
Rusunawa mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan, pengaturan dan
pemberdayaan penghunian serta penyempurnaan dan pemeliharaan aset
rumah susun sederhana sewa. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, UPTD
Rumah Sewa memiliki fungsi:
a. Penyusunan rencana teknis operasional bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa.
b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa
d. Pengelolaan ketatausahaan
e. Penyusunan rencana anggaran operasional dan pemeliharaan kegiatan
pengelolaan tahunan
f. Pelaksanaan kegiatan rutin perawatan dan perbaikan fisik gedung serta
sarana dan prasarana lingkungan rumah susun sederhana sewa
(Rusunawa)
g. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, perbaikan, penyempurnaan,
penyediaan utilitas ( listrik dan air bersih )
h. Pelaksanaan kegiatan penyewaan, pengamanan pelanggan, pembinaan
dan pemberdayaan penghuni, keamanan dan ketertiban lingkungan
i. Pelaksanaan kerjasama kemitraan dengan pihak ketiga untuk
melakukan sebagian kegiatan pengelolaan gedung dan prasarana yang
diperlukan
j. Pelaksanaan kegiatan administrasi penghunian dan pengelolaan
k. Penerimaan uang sewa dan penerimaan lainnya, menyetorkannya ke
kas umum daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
l. Pelaksanaan pemasaran dan promosi untuk tercapainya tingkat hunian
rusunawa
m. Pembinaan sumber daya manusia dalam lingkup tugas dan tanggung
jawabnya
n. Pengevaluasian dan pelaporan dan pelaksanaan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2) Susunan Organisasi UPTD Rumah Sewa terdiri dari
a. Kepala
Kepala Rumah Sewa mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi UPT Rumah Sewa.
b. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga,
perlengkapan, evaluasi dan pelaporan.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya
kelompok jabatan fungsional secara administratif dikoordinasikan oleh
Kepala Subbagian Tata Usaha.
Pasal 10 Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana Teknis pada Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta menyebutkan bahwa,
a) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan
fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
c) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatrur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
d) Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional sebagaiman dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3) Tata Kerja
Tata kerja dalam UPTD Rumah Sewa sesuai dengan Peraturan Walikota
Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana
Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta adalah sebagai
berikut;
a. Kepala Rumah Sewa dan Kepala Subbagian dalam melaksanakan
tugasnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan
kebijakan yang ditetapkan oleh Dinas.
b. Kepala Rumah Sewa, Kepala Subbagian dan Pejabat Fungsional wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara
vertical dan horizontal, baik daam lingkungan masing-masing maupun
antar unit organisasi lain sesuai dengan tugasnya.
c. Kepala Rumah Sewa, Kepala Subbagian wajib mengawasai
bawahannya dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. Kepala Rumah Sewa, Kepala Subbagian bertanggung jawab dalam
memimpin, mengkoordinasikan bawahannya serta memberikan
bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas dan bawahannya.
e. Kepala Rumah Sewa dan Kepala Subbagian wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-
masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
f. Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan
laporan disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara
fungsional mempunyai hubungan kerja.
g. Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Rumah Sewa dan Kepala
Subbagian dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan
penyusunan laporan lebih lanjut dan dijadikan bahan untuk
memberikan petunjuk kepada bawahan
4. Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota
Surakarta
Unit Pengelola Rusunawa merupakan unit non structural yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota No 2 tahun 2005 tentang
Pembentukan Unit Pengelola Rusunawa Kota Surakarta yang mempunyai
kewenangan mengelola Rusunawa. Unit Pengelola Rusunawa mempunyai
tugas menyelenggarakan dan melaksanakan urusan rumah tangga dan
pengembangan Rusunawa, diantaranya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
a) Mengkoordinasi pelaksanaan seluruh kegiatan
b) Menyusun Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Anggaran Unit Pengelola
Rusunawa
c) Melaporkan perhitungan hasil usaha dan kegiatan Unit Pengelola
Rusunawa, sesuai dengan ketentuan
d) Melaksanakan kerja sama dengan pihak ketiga dalam hal pembangunan
Rusunawa, sesuai dengan ketentuan
Dalam melaksanakan tugasnya, Unit Pengelola Rusunawa mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan tata usaha Unit Pengelola Rusunawa
b. Pengelolaan Admnistrasi keuangan dan pemasaran
c. Pengelolaan penyewaan dan penghunian
d. Pelaksanaan teknis
I. Susunan Organisasi Unit Pengelola Rusunawa
Adapun susunan organisasi Unit Pengelola Rusunawa Kota Surakarta
adalah sebagai berikut;
1. Tim Pembina sebagai unsur Pengawasan Umum dan Pembina, yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut
Tugas Pokok Tim Pembina adalah:
a. Mengarahkan kebijakan Unit Pengelola Rusunawa sesuai dengan
kebijakan Pemerintah Kota
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaaan Rusunawa dan
bertanggungjawab kepada walikota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Fungsi Tim Pembina Rusunawa adalah:
a. Pembinaan, Pengarahan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Rusunawa
b. Pelaporan hasil; pelaksanaan tugas kepada Walikota melalui Sekretaris
Daerah
2. Kepala Unit Pengelola Rusunawa sebagai unsur Pimpinan Pengelola,
Unit Pengelola Rusunawa dipimpin oleh seorang Kepala yang dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
3. Tata Usaha dan Seksi-seksi sebagai unsur pelaksana
a) Tata Usaha
Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala bagian yang
dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Unit Pengelola Rusunawa. Kepala Tata Usaha
mempunyai tugas;
1) Menyusun rencana, program dan laporan serta tatalaksana
2) Mengelola keuangan Unit Pengelola Rusunawa
3) Mengelola kepegawaian, perlengkapan, surat menyurat dan
rumah tangga serta humas
4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit
Pengelola Rusunawa
5) Seksi-Administrasi Keuangan dan Pemasaran. Seksi
Administrasi Keuangan dan Pemasaran dipimpin oleh seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Pengelola
Rusunawa. Kepala Seksi Administrasi Keuangan dan
Pemasaran mempunyai tugas;
6) Mengelola arus kas masuk dari sewa penghuni
7) Melakukan koordinasi dengan seksi lain dalam pemanfaatan
dana
8) Melakukan terobosan untuk mendapatkan dana dari pihak-pihak
lain selain pemerintah
9) Mempromosikan Rusunawa kepada masyarakat melalui media
cetak, elektronik dan sebagainya
10) Mengantisipasi perubahan eksternal pasar Rusunawa dengan
melakukan penyesuaian-penyesuaian atas tarif sewa, system
pembayaran dan sebagainya
11) Melakukan aktivitas pemasaran kepada segmen-segmen pasar
tertentu sehingga tingkat penghunian Rusunawa dapat tetap
tinggi
12) Mengelola keuangan dalam rangka kerja sama antara Rusunawa
dengan pihak ketiga
13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit
Pengelola Rusunawa
14) Seksi Penyewaan dan Penghunian. Seksi Penyewaan dan
Penghunian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Unit Pengelola Rusunawa. Kepala Seksi
Penyewaan dan Penghunian mempunyai tugas;
15) Melakukan seleksi atas calon penghuni sesuai dengan
persyaratan penghuni Rusunawa
16) Melakukan perjanjian dengan calon penghuni
17) Melakukan pembaruan/pengkajian atas kontrak yang sudah
jatuh
18) Melakukan penagihan atas biaya sewa setiap bulannya kepada
para penghuni. Melakukan penagihan atas tunggakan sewa oleh
penghuni
19) Menjelaskan kepada penghuni atas hak dan kewajibannya yang
harus dipatuhi dan dijalankan oleh setiap penghuni atas
Rusunawa dan juga atas bagian bersama
20) Melakukan pengecekan atas kondisi Rusunawa sebelum dan
sesudah ditempati
21) Menerima keluhan dari para penghuni atas pelayanan yang
dirasa kurang memuaskan
22) Menerima keluhan dari para penghuni atas tindakan dan
kelakuan dari penghuni lainnya yang dirasakan mengganggu
23) Menyelesaikan keluhan yang diterima melalui koordinasi
dengan seksi yang terkait sesuai dengan permasalahan yang
dikeluhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
24) Menyelesaikan keluhan dengan melakukan pengecekan kepada
penghuni yang dinilai mengganggu penghuni lainnya
25) Memfasilitasi dialog antar penghuni
26) Menginformasikan kepada penghuni kebijakan-kebijakan baru
yang berkaitan dengan masalah penghunian
27) Memfasilitasi pembentukan perhimpunan penghuni jika
diperlukan oleh para penghuni
28) Melakukan dialog/pertemuan/pengecekan bersama secara
berkala dengan perwakilan perhimpunan penghuni atas
permasalahan yang terjadi di bangunan rumah susun, termasuk
masalah keamanan, kebersihan dan sebagainya
29) Melaksnakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit
Pengelola Rusunawa
b) Seksi Teknis dan Pemeliharaaan
Seksi Teknis dan Pemeliharaan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah Kepala Unit
Pengelola Rusunawa. Seksi Teknis dan Pemeliharaan mempunyai
tugas sebagai berikut;
1) Melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada komponen
mekanik dari bangunan
2) Melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas elektrikal yang ada
dalam bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3) Melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada komponen
elektrikal dari bangunan
4) Melakukan pemeliharaan terhadap utilitas yang ada dalam
bangunan
5) Melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada komponen
utilitas
6) Melakukan pemeliharaan terhadap eksterior dan interior
bangunan, termasuk lingkungan sekitar bangunan seperti taman
dan ruang terbuka lainnya
7) Melakukan perbaikan/penggantian atas kerusakan eksterior dan
interior bangunan.
8) Mengawasi dan melaporkan pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan Rusunawa yang dilaksanakan oleh pihak ketiga.
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit
Pengelola Rusunawa
II. Tata Kerja Unit Pengelola Rusunawa
Di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Unit Pengelola
Rusunawa memiliki tata kerja sebagai berikut;
1) Setiap Pimpinan Satuan Tugas dalam lingkungan Unit Pengelola
Rusunawa bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan, dan
memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya
masing – masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2) Selain itu setiap Pimpinan satgas dalam lingkunangan Unit Pengelola
Rusunawa wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab
serta menyampaikan laporan insidentil/berkala/tahunan tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
3) Setiap laporan yang diterima Pimpinan satuan tugas dari bawahan wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan peenyusunan laporan lebih lanjut
dan untuk memberikan petunjuk – petunjuk kepada bawahan.
4) Tim Pembina beserta anggota diangkat dan diberhentikan oleh walikota
atas usul sekretaris Daerah.
5) Kepala Unit Pengelola Rusunawa diangkat dan diberhentikan oleh walikota
atas usul Sekretaris Daerah.
6) Kepala Tata Usaha dan Kepala Seksi diangkat dan diberhentikan oleh
Walikota atas usul Sekretaris Daerah sepengetahuan Kepala Unit
Pengelola.
7) Di dalam menjalankan tugasnya Tim Pembina, Kepala Unit pengelola,
Kepala Tata Usaha, Kepala Seksi menerapkaan prinsip koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi secara vertikal dan horisontal.
8) Kepala unit pengelola mengadakan hubungan koordinasi dan konsultasi
dengan satuan – satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kota dan instansi –
instansi yang berkaitan erat dengan bidang tugasnya untuk kelancaran
pengelolaan Rusunawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
9) Dalam melaksanakan kebijaksanaan dan pengawasan atas pengelolaan
Rusunawa, Tim Pembina mengadakan rapat tahunan, rapat berkala, rapat
khusus.
10) Dalam melaksanakan pengelolaan Rusunawa, Kepala Unit dan Kepala
Seksi mengadakan rapat tahunan, rapat berkala dan rapat Khusus.
Dengan memperhatikan Peraturan Walikota Nomor 2 Tahun 2005
tentang Pembentukan Unit Pengelola Rusunawa, kemudian dikeluarkan Surat
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 648/05/54/1/2005 tentang Pembentukan
Tim Pembina dan Unit Pengelola Rusunawa Surakarta. Surat keputusan ini
menetapkan susunan anggota Unit Pengelola Rusunawa Surakarta dan susunan
anggota Tim Pembina Rusunawa Surakarta.
Adapun susunan anggota Unit Pengelola Rusunawa I Kota Surakarta
adalah sebagai berikut;
Tabel 4:4
Susunan Anggota Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) Kota Surakarta
NO
Kedudukan dalam Unit Pengelola
Nama
Instansi
1 Kepala Unit Pengelola Rumah
Susun Sederhana Sewa
Toto Jayanto, SH, MHum
UPTD
2 Kepala Tata Usaha Totok Sulistiyono Bagian Organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3 Kepala Seksi Administrasi,
keuangan dan pemasaran
Muh. Joko Susanto, SE
Dipenda
4 Kepala Seksi Pengawas dan
Penghunian
Slamet Agus Yuliyanto
Kantor Pengelolaan
Aset Daerah
5 Kepala Sesi Teknis dan
Pemeliharaan
Herry Sukoraharjo DPU
Sumber : Data UPTD DPU Kota Surakarta
Tabel 4:5
Susunan Tim Pembina Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) Kota surakarta
NO KEDUDUKAN DALAM TIM
PEMBINA
KEDUDUKAN DALAM INSTANSI
1 Ketua Asisten Pemerintah Sekda Kota Surakarta
2 Sekretaris merangkap Anggota Kepala Dinas Pekerjaan Umum
3 Anggota Kepala Kantor Keuangan Daerah
4 Anggota Kepala Kantor Pengelolaan Aset Daerah
5 Anggota Kepala Bagian Hukum dan HAM
Sumber : Data UPTD DPU Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
5. Tata Cara Penghunian
Prinsip utama pembangunan rusunawa ialah penyediaan hunian bagi
masyarakat miskin dengan sifat hunian sementara. Jadi berfungsi sebagai
jembatan sebelum mereka atau calon penghuni mendapatkan kesempatan
untuk memiliki perumahan yang cukup sehat dan layak.
1. Tata cara penghunian
a. Mengajukan permohonan dan mengisi surat perjanjian atau pernyataan
yang disiapkan oleh pengelola rusunawa yaitu pihak UPTD. Kemudian
pengelola mengadakan penilaian pada calon penghuni atas dasar
kelengkapan persyaratan yang ditentukan. Jika terlihat adanya
kejanggalan dalam kelengkapan persyaratan atau adanya kecurigaan-
kecurigaan lain, maka pihak pengelola akan mengadakan penelitian yang
lebih teliti sebelum mengabulkan permohonan calon penghuni. Oleh
sebab itu ada kemungkinan permohonan yang diajukan tersebut tidak
dikabulkan, meskipun terdapat unit rumah yang sedang kosong saat itu.
b. Mematuhi segala tata tertib yang berlaku
2. Tata tertib Rusunawa Semanggi
a. Hak dan kewajiban pengelola
1) Hak pengelola
a) Menarik uang sewa, rekening air, listrik dan beaya-beaya lain
yang ditetapkan pengelola.
b) Mengenakan sanksi atas pelanggaran penghunian oleh penyewa.
c) Melaksanakan penertiban penghuni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
d) Melaksanakan pemutusan sewa apabila penyewa melalaikan
kewajibannya
2) Kewajiban pengelola
a) Menyediakan fasilitas listrik, air bersih di setiap satuan unit
Rusunawa
b) Melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan secara teratur
terhadap seluruh elemen dan komponen sarana Rusunawa sesuai
dengan standar kesehatan dan keamanan.
c) Mewujudkan lingkungan yang bersih dan teratur serta lestari.
d) Menjaga keamanan lingkungan bekerjasama dengan penyewa
dan aparat keamanan
e) Memberikan informasi kepada penyewa atas kebijakan-kebijakan
pengelola yang akan ditetapkan.
f) Memberikan pemberitahuan kepada penyewa atas kegiatan-
kegiatan berkaitan dengan pemeliharaan dan atau perbaikan
Rusunawa
b. Hak dan kewajiban penyewa
1) Hak penyewa
a) Menempati satuan unit Rusunawa untuk keperluan tempat
tinggal.
b) Menggunakan fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam
lingkungan Rusunawa.
c) Mengajukan keberatan atas pelayanan yang kurang baik oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pengelola Rusunawa.
d) Mendapatkan penjelasan, pelatihan dan bimbingan tentang
pencegahan, pengamanan dan penyelamaran terhadap bahaya
kebakaran.
e) Memanfaatkan bagian bersama.
f) Memanfaatkan benda bersama.
g) Memanfaatkan tanah bersama yang didasarkan atas luas sarana
Rusunawa.
2) Kewajiban penyewa
a) Membayar sewa dan segala biaya yang ditetapkan pengelola.
b) Membayar rekening listrik dan air bersih yang terpakai.
c) Membuang sampah setiap hari dan dilakukan di tempat yang
telah ditentukan / disediakan dengan menggunakan pembungkus
secara rapi dan teratur tidak berserakan.
d) Memelihara sarana Rusunawa yang disewa dengan sebaik-
baiknya.
e) Mematuhi ketentuan tata tertib di sarana Rusunawa yang
ditetapkan oleh pengelola dan penyewa.
f) Mengikuti kegiatan yang dilakukan warga Rusunawa.
c. Larangan bagi penyewa / pemegang ijin sewa
1) Bidang administrasi
a) Menyewakan / memindah tangankan sarana rusunawa kepada
pihak lain tanpa ijin pengelola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b) Dilarang menyewa lebih dari satu satuan unit Rusunawa
c) Dilarang menggunakan satuan unit Rusunawa sebagai tempat
usaha.
2) Fasilitas Rusunawa
a) Dilarang melakukan tindakan merusak atau melakukan tindakan
yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap fasilitas bersama
yang ada di lingkungan rusunawa.
b) Dilarang memasng tambahan instalasi listrik atau air, menggali
jalan, taman, dan lain-lain tanpa seijin pengelola.
c) Dilarang memasang alat pendingin (AC) tanpa ijin pengelola.
d) Dilarang merusak instalansi listrik, air, lampu taman dan lampu
penerangan di komplek Rusunawa.
e) Dilarang memasang antene rig, radio cb maupun alat komunikasi
radio lainnya selain yang disediakan oleh pengelola.
3) Konstruksi bangunan
a) Penyewa dilarang melakukan perubahan atau perombakan
bangunan RUSUNAWA dalam bentuk apapun tanpa persetujuan
tertulis dari pengelola.
b) Penyewa dilarang membuat bangunan tambahan.
c) Penyewa dilarang memaku atau melobangi dinding.
d) Penyewa dilarang membongkar langit-langit dan menyimpan
barang-barang di langit-langit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
e) Penyewa dilarang membawa, meletakkan, menaruh benda/ barang
yang beratnya melampaui batas kekuatan/ daya dukung lantai
yang ditentukan.
4) Ketertiban
a) Penyewa dilarang memelihara binatang peliharaan kecuali ikan
hias di dalam akuarium.
b) Penyewa dilarang membuang benda/ sampah dari atas ke bawah
c) Penyewa dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan suara
bising/ keras, bau menyengat dan lainnya.
d) Penyewa dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengganggu
keamanan, ketertiban dan kesusilaan. Perbuatan tersebut antara
lain berjudi, menjual/ memakai narkoba, minuman keras, berbuat
maksiat dan lain sebagainya
e) Penyewa dilarang menyimpan, meletakkan barang/ benda di
koridor, tangga atau tempat yang dapat mengganggu/
menghalangi kepentingan bersama
f) Penyewa dilarang menjemur pakaian selain di tempat yang telah
disediakan.
B. PROFIL INFORMAN DAN RESPONDEN
Informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini seluruhnya
berjumlah 5 orang, yang pertama merupakan Kepala UPTD Kota Surakarta, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
yang 4 orang merupakan penghuni Rusunawa Semanggi yang juga berperan
sebagai pengurus paguyuban di Rusunawa Semanggi. Sedangkan responden
berjumlah 7 orang yaitu yang berstatus sebagai penghuni Rusunawa Semanggi.
Untuk mengetahui gambaran umum mengenai kehidupan masing-masing
informan dan responden ini, maka diperoleh profil informan dan responden
tersebut seperti yang tergambar berikut ini:
1. Informan
a. Bapak Toto Jayanto
Usianya 49 tahun, bertempat tinggal di Jl Kahuripan utama no 37
Solo. Beliau merupakan kepala UPTD Kota Surakarta. Tugas Bapak Toto
sebagai kepala UPTD adalah mengatur segala hal yang berkaitan dengan
Rusunawa dan penghuninya. Konsepnya membangun Rusunawa adalah
supaya masyarakat miskin bisa menabung membeli rumah sendiri. Bapak
Toto juga sering mengadakan sarasehan dengan penghuni Rusunawa,
menampung aspirasi penghuni dan memberikan solusi atas permasalahan
yang terjadi. Serta memberikan arahan-arahan kepada penghuni agar
keberadaan Rusunawa bisa efektif.
b. Bapak Sutro Agus Suryanto
Usianya 59 tahun. Bapak Agus didaulat menjadi wakil ketua
paguyuban Blok B Rusunawa Semanggi. Hobinya yang gemar membaca
mencetuskan ide membuka perpustakaan di Rusunawa dengan bantuan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
pemerintah dan pihak swasta. Dahulu Bapak Agus mengontrak rumah di
daerah Gabutan Joyosuran dengan biaya Rp 1.750.000 / tahun, dimana
hunian tersebut merupakan hunian yang rawan terkena banjir setiap kali
hujan deras. Bersama istri,dua orang anaknya, satu menantu dan dua orang
cucunya mereka menempati Rusunawa Semanggi sejak 15 Maret 2010.
Anak yang pertama seorang perempuan sudah bekerja di sebuah toko kue
dan memiliki suami serta dua orang anak. Anak kedua lak-laki sudah
bekerja di sebuah pabrik. Bapak Agus bekerja sebagai wiraswasta dengan
membuka usaha di pasar klithikan yang kiosnya gratis disediakan oleh
pemerintah kepada warga Rusunawa Semanggi. Bapak Agus terkadang
juga menjadi supir jika ada orang memerlukan jasanya, sedangkan istrinya
ikut membantu menafkahi keluarga dengan membuat usaha kecil-kecilan
emping lalu Bapak Agus yang mendistribusikan emping itu ke warung-
warung. Meskipun keduanya telah bekerja dan kedua anaknya sudah
memiliki penghasilan sendiri, beliau mengaku kadang masih merasa berat
jika harus membayar uang sewa Rusunawa mencapai Rp 230.000 setiap
bulannya, dengan penghasilan rata-rata Rp 1.000.000 perbulan dengan
estimasi pengeluaran Rp 800.000 - Rp 900.000. Harapanya agar
dibebaskan dari biaya sewa unit hunian, jadi hanya membayar biaya listrik
dan air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
c. Bapak Andhy
Berusia 40 tahun. Bapak Andhy merupakan Ketua paguyuban Blok
B Rusunawa Semanggi. Beliau mempunyai 1 orang anak yang masih
duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Dahulu Bapak Andhy bertempat
tinggal di rumah orang tuanya di daerah Kampung Baru, lalu semenjak 14
Januari 2010 Bapak Andhy memutuskan untuk pindah ke Rusunawa
Semanggi alasannya karena ingin hidup mandiri tidak bergantung sama
orang tua. Bapak Andhy bekerja sebagai swasta non informal dengan
penghasilan perbulan Rp 1.200.000, pengeluaran perbulan mencapai Rp
1.000.000. Sedangkan istrinya bekerja sebagai penjahit dan membuka
usaha jahit di unit hunian yang ditempati. Waktu awal menempati
Rusunawa Semanggi, Bapak Andhy belum memiliki kendaraan pribadi,
jadi mau kemana-mana lumayan sulit transportasinya. Tapi sekarang beliau
sudah bisa mengambil kredit motor yang dikumpulkan dari penghasilan
beliau dan istrinya. Dengan tinggal di Rusunawa Semanggi perekonomian
Bapak Andhy bisa lebih meningkat dari yang sebelumnya karena istrinya
membuka usaha jahit. Dan juga mampu membeli barang-barang elektronik
yang sebelumnya tidak dimiliki.
d. Bapak Seto Caroko
Usianya 34 tahun. Bapak Seto bertugas sebagai sekretaris di
paguyuban Blok A Rusunawa Semanggi. Bapak Seto bersama istri dan
anak pertamanya yang masih balita menghuni di Rusunawa Semanggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
sejak bulan Mei 2011, sebelumnya Bapak Seto tinggal di rumah orang
tuanya di Sragen, sedangkan sang istri asli Solo. Setelah mendapat
pekerjaan di Solo Bapak Seto pindah ke Solo dan menempati Rusunawa
Semanggi dengan bantuan mertuanya yang mengajukan ijin tinggal di
Rusunawa Semanggi. Sebelum tinggal di Rusunawa Semanggi, Bapak Seto
pernah ngontrak rumah juga, tetapi karna harganya mahal dan kondisi
lingkungan tidak bersih sehingga menyebabkan anaknya yang balita sering
sakit akibat polusi lingkungan lalu Bapak Seto memutuskan untuk pindah
ke Rusunawa Semanggi yang dirasa lebih layak untuk dihuni dan harga
sewa yang tidak mahal. Bapak Seto bekerja sebagai pegawai swasta, selain
itu beliau juga memiliki hoby memelihara hewan ular yang bisa diikutkan
kompetesi dan kemudian bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Penghasilan Bapak Seto rata-rata Rp 1.500.000 perbulan dengan
pengeluaran Rp 1.000.000 tiap bulannya. Sementara itu istrinya bekerja
sebagai desainer baju dan penjahit penghasilan yang tidak pasti setiap
harinya.
2. Responden
a. Bapak Putut
Berusia 50 tahun. Bapak Putut merupakan pengurus koordinator
Blok A. Beliau menempati Rusunawa Semanggi dengan alasan rumah
orang tua yang beliau tempati bersama istri dan ke empat orang anaknya
telah dijual karena kedua orang tua beliau telah meninggal dunia, dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
penjualan rumah tersebut dibagi-bagikan sebagai warisan untuk beliau dan
saudara-saudaranya. Dahulu Bapak Putut bekerja di percetakan dengan
penghasilan Rp 750.000/bulan. Setelah menempati Rusunawa Semanggi
dan mendapatkan modal dari hasil penjualan rumah orang tuanya, Bapak
Putut menggunakannya untuk memulai usaha membuka percetakan sendiri
di halaman depan unit hunian yang beliau tempati. Dengan menggunakan
satu mesin percetakan dan ditambah dengan bekerja di Showbis atau
pertunjukan musik keliling, saat ini beliau bisa memperoleh penghasilan
Rp 2.500.000,-. Dengan pengeluaran perbulan rata-rata Rp 2.000.000,-.
Bapak Putut juga tidak segan-segan membagikan ilmunya bermain
keyboard dengan mengajarkan ke penghuni Rusunawa Semanggi.
b. Bapak Danang
Usianya 30 tahun. Bapak Danang merupakan penghuni Rusunawa
sejak bulan Januari 2010. Dahulu beliau ikut tinggal di rumah orang tua
daerah Norowangsan sebelum menempati Rusunawa Semanggi. Tinggal di
Rusunawa dengan alasan ingin belajar hidup mandiri dan juga kalau
kontrak di luar biaya kontrak lebih mahal. Di Rusunawa Semanggi bapak
Danang membuka usaha laundry, dulunya bapak Danang kerja ikut orang.
Sekarang bisa mempekerjakan tetangga di Rusunawa sebagai pekerjanya.
Meski usahanya masih kecil-kecilan namun bisa menghasilkan pendapatan
Rp 1.500.000 setiap bulannya, dengan usaha laundry penghasilannya bisa
bertambah daripada sebelum dia tinggal di Rusunawa Semanggi .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Pengeluaran perbulan sekitar Rp 800.000 – Rp 900.000, untuk membayar
biaya sewa dan bayar listrik juga air mencapai Rp 250.000.
c. Bapak Broto
Usianya 37 tahun. Bapak Broto dahulu mengontrak rumah di
daerah Semanggi RT 05 / RW 16, dengan biaya sewa Rp 250.000 / bulan
itu belum termasuk biaya listrik, sedangkan di Rusunawa Bapak Broto
hanya mengeluarkan biaya Rp 230.000 / bulan dan itu sudah merupakan
biaya listrik dan air. Dahulu Bapak Broto sebelum menempati Rusunawa
bekerja sebagai pedagang bakso ojek dengan menaiki sepeda kayuh sejak
tahun 2007. Ketika pindah ke Rusunawa Semanggi Bapak Broto berinovasi
dalam menjual baksonya menjadi bakso bakar. Pertama dia mampu
mengajak 5 orang penghuni Rusunawa Semanggi bekerja sama dengan
beliau, setelah bakso bakar Bapak Broto laris, 10 orang dari luar penghuni
Rusunawa ikut bergabung menjadi pegawai Bapak Broto. Sekarang
penghasilannya Bapak Broto mampu mencapai Rp 15.000.000 perbulan
untuk menggaji 15 orang pegawai Rp 900.000 setiap orangnya.
d. Ibu Trisno
Berusia 46 tahun. Ibu Trisno memiliki dua orang anak, beliau
tinggal di Rusunawa Semanggi sejak Januari 2010. Alasan beliau pindah
karena dulunya menumpang di rumah mertua di daerah Gading. Di rumah
mertua dahulu dia bekerja sebagai baby sitter di tetangga sebelah rumah,
dengan pendapatan Rp 500.000 setiap bulannya. Setelah pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Rusunawa Semanggi, Ibu Trisno beserta keluarganya memutuskan untuk
pindah ke Rusunawa. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya Ibu Trisno
membuka warung di Unit Hunian yang dia tempati. Setiap bulannya Ibu
Trisno mampu mendapatkan penghasilan Rp 1.000.000, pengeluaran untuk
membayar biaya sewa Rusunawa Semanggi Rp 230.000. Sedang suaminya
bekerja sebagai buruh harian.
e. Ibu Samiyem
Usianya 47 tahun. Ibu Samiyem tinggal bersama suami dan kedua
anaknya. Beliau menempati Rusunawa Semanggi sejak bulan Januari 2010.
Dulunya Ibu Samiyem mengontrak rumah di daearah Semanggi dengan
biaya sewa Rp 2.500.000 pertahun, kondisi kontrakan dari gebyok atau
triplek sangat tidak layak huni. Jika mau mandi harus ke MCK umum
dengan membayar Rp 500 – Rp 1000. Sedangkan biaya sewa di Rusunawa
lebih rendah Rp 200.000 perbulan. Ibu Saniyem berjualan susu sapi, dulu
sebelum menempati Rusunawa Semanggi Ibu Saniyem membuka usahanya
di depan pasar dengan menyewa tempat berjualan Rp 150.000 per bulan.
Sekarang dengan menempati Rusunawa Semanggi, Ibu Saniyem dapat
membuka usaha berjualan susu sapi di lantai dasar Rusunawa tanpa harus
membayar uang sewa. Dengan penghasilan mencapai Rp 1.500.000 Ibu
Saniyem mampu menyisihkan penghasilannya untuk menabung kelak
untuk membeli rumah sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
f. Bapak Tono
Usianya 29 tahun. Bapak Tono dahulu tinggal di Rusunawa
Begalon Tipes, lantaran dibangun Rusunawa Semanggi dengan unit hunian
lebih luas kemudian Bapak Tono mengajukan ijin tinggal di Rusunawa
Semanggi. Bapak Tono memanfaatkan unit hunian untuk berjualan toko
kelontong dan di lantai dasar setiap pagi dia gunakan untuk berjualan
sayuran mentah. Kalau ada waktu longgar beliau juga mengajak anak-anak
Karang Taruna berjualan jagung bakar di halaman depan Rusunawa
Semanggi waktu malam hari. Serta membagikan ketrampilan membuat roti
kepada pemuda-pemudi Rusunawa Semanggi. Di Rusunawa Semanggi,
Bapak Tono berperan sebagai penasehat Karang Taruna Rusunawa.
Penghasilan Bapak Tono perbulan mencapai Rp 1.500.000, kehidupan
perekonomian jauh lebih baik daripada sebelumnya, karena membuka
usaha di Rusunawa Semanggi lebih ramai pembelinya dibandingkan
dengan Rusunawa Begalon.
g. Bapak Sarjono
Berusia 52 tahun. Bapak Sarjono menempati Rusunawa Semanggi
karena harga kontrakan di luar semakin lama semakin naik. Bapak Sarjono
hidup berpindah-pindah dari kontrakan satu ke kontrakan yang lain sudah
selama 15 tahun. Beliau dahulu mengontrak rumah di daerah Dawung
Wetan dengan biaya Rp 3.500.000 per tahunnya, sedangkan setiap tahun
biaya tersebut naik hingga Rp 500.000 per tahun. Bapak Sarjono tinggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
bersama istri dan satu orang anaknya. Beliau memanfaatkan tinggal di
Rusunawa Semanggi dengan berjualan angkringan di lantai dasar
Rusunawa. Dengan penghasilan Rp 1.000.000 perbulan, dengan
pengeluaran rata-rata Rp 600.000 setiap bulan. Tinggal di Rusunawa
Semanggi dirasa lebih nyaman, menggunakan fasilitas lahan untuk
berjualan tanpa harus tambah membayar biaya tiap bulannya.
h. Bapak Sentot
Usianya 46 tahun. Dulu Bapak Sentot mengontrak rumah di
wilayah Joyosuran dengan biaya Rp 800.000 pertahun, dengan kondisi
rumah dekat dengan pemakaman Gabutan yang rawan banjir. Bapak Sentot
yang berprofesi sebagai pendeta diberi tugas menangani bidang kerohanian
Nasrani di Rusunawa Semanggi. Beliau juga memanfaatkan unit hunian
untuk tempat berjualan. Jumlah anggota keluarga yang tinggal bersamanya
di Rusunawa berjumlah enam orang. Dengan penghasilan Rp 1.000.000
setiap bulannya, dan Rp 700.000 rata-rata pengeluaran setiap bulan.
C. Gambaran Kondisi Sebelum dan Setelah Tinggal di Rusunawa Semanggi
1. Kondisi Penghuni Sebelum Tinggal di Rusunawa Semanggi
Ada beberapa permasalahan yang terjadi pada calon penghuni
Rusunawa sebelum menempati Rusunawa Semanggi. Secara umum penghuni
Rusunawa dahulu tidak mempunyai rumah, dengan tingkat ekonomi lemah,
penghuni sering tidak tercatat sebagai warga setempat, rata-rata bertempat
tinggal di permukiman yang kumuh, rawan banjir dan kebakaran serta rawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
terhadap timbulnya penyakit, dan kebanyakan mereka mengontrak dengan
berpindah-pindah tempat. Sehingga menjadikan alasan bagi calon penghuni
Rusunawa ingin tinggal di Rusunawa Semanggi. Seperti apa yang
diungkapkan oleh informan sebagai berikut:
”Tempat yang dulu deket kuburan gabutan merupakan lahan banjir. Pindah disini karna fasilitas memadai, merupakan contoh rumah sehat, kamar mandi sendiri, pas dulu kontrak kamar mandi untuk rombongan / umum.” (wawancara dengan Bapak Sentot, 8 Maret 2012)
”Karena pengalaman yang sudah-sudah menempati hunian 3x3, sekarang 4x6 dan semuanya di dalem. Kalau ngekost dapur umur. Hanya terpaut sidikit biayanya pilih disini lebih komplit dan nyaman. Dulu ke tempat kerja juga jauh. Juga dahulu jualan susu di dekat pasar , menyewa tempat 150rb/bulan. Sekarang berjualan di lantai dasar Rusunawa ga ditarik biaya.” (wawancara dengan Ibu Samiyem, 7 Maret 2012)
”Kalau diluar belum sampai 1 tahun udah dioyak-oyak, harganya sudah mencapai 3,5 juta/tahun. Apalagi setiap tahun naik 500 ribu. Sudah selama 15 tahun ngontrak disana. Kalau tinggal di rusun lebih tenang dan murah.” (wawancara dengan Bapak Sarjono, 7 Maret 2012)
”Kalau tinggal di luar lokasi kurang memadai, fasilitas kurang , kesehatan juga terganggu.” (wawancara dengan Bapak Tono, 8 Maret 2012)
Sebagaimana diketahui, mayoritas penghuni yang hidup di Rusunawa
Semanggi umumnya mata pencaharian penghuninya tidak tetap dan usahanya
non-formal, pendidikan rendah. Oleh sebab itu dapat dipahami apabila untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang tidak mempunyai
tempat tinggal serta hunian yang layak yaitu dilakukan dengan cara
memberdayakan masyarakat miskin dengan cara pembangunan Rusunawa
Semanggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Sarana dan prasarana di lingkungan perumahan dan permukiman
penghuni sebelum tinggal di Rusunawa Semanggi tidak memadai. Rumah
kontrakan tidak layak dihuni, serta akibat kepadatan yang tinggi
menyebabkan terbatasnya penggunaan air bersih WC dan kamar mandi
bersama dengan warga sekitar. Demikian juga dengan fasilitas tempat cuci.
Penggunan fasilitas tersebut, warga yang menggunakan WC dan kamar
mandi bersama harus membayar Rp. 500,- (lima ratus rupiah) sampai Rp.
1000,- (seribu rupiah) untuk setiap melakukan kegiatan seperti mandi, cuci
dan sebagainya. Juga ada pula warga yang sering jadi korban kebanjiran di
tempat tinggal yang lama. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut
ini:
“Dulu tinggal di kampung mau butuh air aja harus antri, mau ke belakang, mandi, nyuci itu harus antri karena padatnya bangunan, sumur aja dipakai bareng. Jika ke kamar mandi umum harus bayar 500-1000 rupiah.” (wawancara dengan Ibu Samiyem, 7 Maret 2012)
“Kalau tinggal di rumah yang dulu pas hujan kebanjiran.” (wawancara dengan Bapak Sutro Agus, 3 Maret 2012)
Sedangkan kondisi lahan sebelum didirikan Rusunawa Semanggi
merupakan lahan kosong Hak Pakai Pemerintah Kota Surakarta yang
sebelumnya digunakan untuk barang rongsokan dan ada beberapa hunian
liar. Sebagaimana diungkapkan oleh ketua paguyuban:
“Sekarang dapat lebih tertata, soalnya dulu kumuh. Karena tempat rongsokan barang bekas, jual beli besi dan permukiman kumuh. Sekarang lebih terlihat indah, soalnya dulu kayak hutan.” (wawancara dengan Bapak Andhy, 4 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Berhubungan dengan kesehatan, sebelum tinggal di rumah susun
seringkali mengalami sakit terutama pada anak-anak. Lingkungan yang tidak
sehat menyebabkan banyak virus penyakit bertebaran. Sehingga
menyebabkan penduduk yang sering mengeluhkan sakit. Tindakan awal yang
dilakukan oleh warga bila sakit adalah mengobati dengan obat-obatan yang
tersedia di warung yang diyakini. Seperti penuturan salah satu penghuni di
Rusunawa Semanggi berikut ini :
“Dulu pernah nyoba ngontrak di luar tapi kondisi lingkungan tidak bersih sehingga anak saya yang balita sering sakit, karena polusi lingkungan. Akhirnya saya pindah.” (wawancara dengan Bapak Seto Caroko, 5 Maret 2012)
Dari gambaran tersebut diatas, sedikitnya ada 10 (sepuluh) ciri-ciri
permukiman kumuh yang biasanya dihuni oleh masyarakat miskin yang tidak
memiliki rumah, yaitu :
a. Tempat tinggal berdesakan, tidak seimbang dengan jumlah
penghuni, hanya berfungsi sebagai tempat istirahat, melindungi diri
dari pengaruh iklim atau cuaca.
b. Lingkungan dan tata permukiman tidak teratur, tidak terencana
dengan baik sifat fisik bangunan sementara, tidak sedap dipandang,
dan terkesan acak-acakan.
c. Fasilitas prasarana tidak memadai, seperti MCK, air bersih, saluran
air, limbah, drainase, listrik , jalan sempit (gang), terkesan jorok,
tidak sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
d. Fasilitas sosial, seperti tempat ibadah, kesehatan, dan sebagainya
tidak memadai.
e. Pekerjaan penghuni tidak tetap dan taraf hidupnya rendah.
f. Bidang usaha yang dilakukan sebagian besar informal.
g. Status tempat tinggal pada umumnya sewa di atas milik perorangan,
swasta, atau rumah di atas tanah negara.
h. Tingkat pendiidikan dan keahlian penghuninya rendah.
i. Sebagian besar penghuninya tidak tercatat sebagai penduduk
setempat.
j. Lingkungan permukiman rawan terhadap kebakaran dan penyakit.
2. Kondisi Penghuni Setelah Tinggal di Rusunawa Semanggi
Sarana dan prasarana di lingkungan perumahan dan permukiman di
bandingkan sebelum tinggal di rumah susun jauh lebih baik, umumnya
sarana dan prasarana yang disediakan cukup memadai dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Menurut pengelola sarana dan prasarana yang ada di
Rusunawa Semanggi tidak terawat, bahkan sebagian sarana dan prasarana
yang disediakan mengalami perubahan baik fungsi maupun kondisinya,
seperti taman dan ruang terbuka sebagian dimanfaatkan untuk kebutuhan
penghuni yaitu pengembangan ruang permukiman khusus pada penghuni
yang berada di lantai dasar, sehingga terkesan kotor dan kumuh. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
mengetahui kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di Rusunawa
Semanggi meliputi sarana kebersihan, sarana kegiatan ekonomi, sarana
keagamaan, yaitu sebagai berikut:
a. Sarana Kebersihan
Pihak pengelola dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum UPTD
Kota Surakarta sudah menyediakan sarana kebersihan yang memadai,
sampah warga penghuni sudah tertampung pada tempatnya. Dan juga
terdapat satu petugas kebersihan di masing-masing blok Rusunawa
Semanggi yang bertugas membersihkan tiap lantai. Meskipun
demikian harus ada kesadaran para penghuni untuk ikut membantu
menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah dengan
sembarangan, dan membersihkan bagian depan unit hunian masing-
masing supaya terlihat bersih. Karena sangat tidak memungkinkan
satu petugas kebersihan secara khusus bisa aktif membersihkan
tangga, jalan, taman dan sebagainya, sehingga suasananya tidak
terlihat terurus dan kumuh. Seperti ungkapan informan sebagai
berikut:
“Kebersihan kurang, karena terdiri dari berbagai habitat, Kebersihan belum terjaga dengan baik, dari lantai dasar anak tangga masih kotor. Petugas kebersihan hanya 1 orang per blok. Harusnya warga rusunawa ikut berpartisipasi terhadap kebersihan dimasing-masing rumah. Warga harusnya bisa saling berbagi.” (wawancara dengan Bapak Sutro Agus, 4 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
b. Sarana Kegiatan Ekonomi
Sarana kegiatan ekonomi yang tersedia adalah warung, salon,
bimbingan belajar, penjahit, penjual bakso bakar, angkringan, penjual
keliling, tukang sol sepatu, servis alat elektronik, pembudidayaan
ikan lele, percetakan, desain lukisan rukuh, laundry, penjual sayuran,
masakan padang, penjual pulsa, dan masih banyak lagi kegiatan
perekonomian yang terdapat di Rusunawa Semanggi. Kegiatan
tersebut dilakukan oleh sebagian warga untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya. Seperti peneuturan informan berikut ini:
”Tergantung kreativitas kita saja. Kalau disini di jadiin tempat usaha juga harus siap mental karna banyak yang hutang, pengembangan ekonomi di Rusunawa tergantung kreativitas individu.” (wawancara dengan Bapak Danang, 5 Maret 2012)
”Membuat lapangan kerja baru untuk penghuni, 15 orang telah menjadi pegawai saya, yang 5 orang dari penghuni Rusunawa semanggi dan 10 orang dari luar. Penghasilan mereka 900 rb/bulan. Disediakan grobak untuk berjualan. Ini merupakan inisiatif saya sendiri dari sebelum tinggal disini, sejak tahun 2007 sudah memulai usaha bakso bakar. Dari yang awal mulanya saya berjualan sendiri dengan mengayuh sepeda jengki. Saya ingin membuat usaha tahu bakso, didirikan grobak-grobak kecil didepan Mini market. Supaya penghuni yang belum mempunyai penghasilan dapat memperoleh penghasilan sendiri dari jualan tahu bakso” (wawancara dengan Bapak Broto, 6 maret 2012)
” Usaha disini lebih baik dari pada dulu. Lebih rame disini buka warung. Jadi kehidupan perekonomian lebih baik.” (wawancara dengan Bapak Tono, 8 Maret 2012)
c. Sarana Keagamaan
Sarana keagamaan berupa bangunan tempat ibadah yang
tersedia hanya untuk penganut agama islam saja yaitu bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Mushola masing-masing blok terdapat 1 Mushola, untuk Masjid
belum didirikan di Rusunawa Semanggi. Mushola digunakan
penghuni agama islam melaksanakan ibadah sholat baik sholat lima
waktu. Untuk sholat jumat dilaksanakan di Masjid yang berada di
sekitar Rusunawa Semanggi. Acara pengajian juga rutin dilakukan
setiap hari minggu pagi yang dilaksankan sebulan sekali,
mengundang pembicara dari luar. Sedangkan untuk umat kristiani
memakai aula sebagai tempat ibadah untuk anak-anak kecil yang
diberi nama Ibadah Kamis Ceria, untuk perayaan ibadah seperti Natal
dan Paskah umat Kristiani blok A dan blok B berkumpul menjadi
satu mengadakan kebaktian dengan mengundang pendeta dari Gereja
luar. Seperti yang diungkapkan oleh informan:
”Terdapat kegiatan pengajian di Mushola maupun di Aula dilaksanakan satu bulan sekali, TPA juga diadakan. Untuk umat nasrani ada ibadah kamis ceria untuk anak kecil, dan ibadah perayaan hari besar umat kristen.” (wawancara dengan Bapak Putut, 4 Maret 2012)
D. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI
PEMBANGUNAN RUSUNAWA SEMANGGI
Upaya yang pokok dalam pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan
taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber
kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya.
Masyarakat miskin tidak dalam posisi “have not” but “have a little”, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
diperlukan sebuah wahana yang menyatukan setiap orang miskin sehingga kuat
dan mempunyai akses terhadap pembangunan. Berangkat dari keterbatasan yang
dimiliki masyarakat (khususnya masyarakat miskin), maka wahana yang relevan
untuk pemberdayaan mereka adalah wahana yang memungkinkan mereka
memiliki tambahan posisi untuk berkembang. Namun, dengan tetap mengingat
bahwa pemberdayaan semestinya tidak menyeret mereka ke dalam ketergantungan
yang akan melestarikan kemiskinannya.
Pemberdayaan yang relevan dengan konsep tersebut adalah pemberdayaan
yang dibentuk dari – oleh – untuk mereka, yang memberikan kesempatan pada
mereka untuk saling membantu, tanpa menutup keterlibatan pihak luar yang tidak
bertujuan untuk membangun ketergantungan pada diri mereka. Pemberdayaan
yang dimaksud adalah pembangunan Rusunawa untuk masyarakat miskin yang
belum memiliki rumah.
Penghuni Rusunawa adalah sekumpulan orang yang menghimpun diri
dalam suatu kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu kepentingan
dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki tujuan
yang ingin dicapai bersama.
Pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan Rusunawa Semanggi
merupakan salah satu cara pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi,
karena kegiatan-kegiatan di dalamnya tidak lepas dari kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan ekonomi, seperti kegiatan ekonomi produktif, pertemuan
rutin, arisan, pelatihan-pelatihan dan yang utama adalah peminjaman modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Kelompok penghuni Rusunawa Semanggi ini berorientasi kepada :
a. Peningkatan pendapatan anggota dan kelompok. Dalam kaitan ini, perlu
diupayakan terus-menerus pemahaman dan peningkatan bagi rumah tangga
yang efektif, pemupukan modal swadaya serta pengembangan usaha
produktif dan pemasaran.
b. Adanya keterbukaan di kalangan penghuni terhadap berbagai hal baru ke
arah kemajuan, disamping itu juga terbuka terhadap kerja sama baru untuk
mencapai tingkat usaha yang lebih besar.
c. Menerapkan prinsip demokrasi dan partisipasi dalam penyelenggaraan
kelompok penghuni Rusunawa Semanggi. Hal ini ditandai oleh pertemuan
anggota secara rutin dan berkelanjutan, pengurus dipilih dari dan oleh
anggota.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan
masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya
dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri
warga masyarakat berdaya yaitu :
1. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama
yang saling menguntungkan
5. Bertanggung jawab atas tindakannya
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian. Pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan
dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan
masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke
arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung.
Berikut dibawah ini peneliti akan membicarakan mengenai inti dari
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah DPU UPTD Kota
Surakarta dalam pembangunan Rusunawa yang bertujuan untuk memberdayakan,
menswadayakan, dan memandirikan masyarakat:
1. Memberdayakan Masyarakat
Memberdayakan berarti membuat jadi berdaya yaitu membuat jadi
berkekuatan, berkemampuan, dan mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu.
Masyarakat miskin tentunya menginginkan dirinya berdaya dalam menghadapi
kebutuhan hidup mereka, apabila mereka menginginkan dirinya berdaya
tentunya mereka harus mempunyai akal untuk mengatasi keadaannya tersebut.
Pembangunan Rusunawa untuk masyarakat miskin dibentuk sebagai salah satu
cara atau wadah untuk membuat masyarakat miskin menjadi berdaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
DPU memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin yang tidak
mempunyai rumah yaitu dengan memfasilitasi masyarakat melalui pembangunan
Rusunawa Semanggi dengan memberikan perumahan layak dan terjangkau,
tinggal bagaimana masyarakat miskin dan tentunya yang ingin mempunyai atau
merintis suatu usaha untuk menambah pendapatan dalam menghuni Rusunawa
Semanggi tersebut.
Rumah yang layak huni merupakan salah satu kebutuhan pokok yang
sangat penting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupannya. Faktor
Ekonomi dan pendapatan yang tidak menentu menjadi faktor penyebab bagi
masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk membeli atau menyewa
rumah yang layak huni. Mereka lebih mementingkan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, pakaian dan kesehatan daripada
menyewa rumah layak huni.
Kondisi seperti ini akhirnya memunculkan banyak rumah yang tidak
layak huni dan tidak memenuhi standar kesehatan seperti rumah yang kotor dan
lembab karena tidak ada ventilasi, dinding terbuat dari bilik dan seng bekas,
lantai masih tanah, bocor, atap terbuat dari seng. Masih banyaknya kondisi
rumah yang tidak layak huni menjadikan permukiman menjadi kumuh.
Upaya untuk menata permukiman kumuh dengan pembangunan
Rusunawa Semanggi akan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat yaitu hunian
yang layak huni, harga sewa yang terjangkau, dan sifatnya terus-menerus
(berkelanjutan) dan bergilir bagi warga yang tidak memiliki rumah sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Dengan pembangunan Rusunawa Semanggi diharapkan mampu mengurangi
permukiman kumuh yang ada di Surakarta serta dapat memberdayakan penghuni
Rusunawa supaya dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Pembangunan Rusunawa diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat miskin. Program ini diharapkan dapat meningkatkan aspek sosial dan
kepedulian masyarakat lain yang tergolong mampu, Pemerintah, pihak swasta
dan stakeholder lain untuk membantu baik dalam bentuk tenaga maupun materi
lainnya.
Masyarakat miskin yang sadar akan keadaan dirinya, tentunya akan
mempergunakan kesempatan ini untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya,
karena banyak manfaat yang positif diperoleh dalam menghuni Rusunawa
Semanggi. Seperti hasil wawancara berikut ini :
“ Positif, karena memfasilitasi warga Surakarta yang tidak mempunyai tempat tinggal, keberadaan Rusunawa dibutuhkan” (wawancara Bapak Sutro Agus, 3 Maret 2012).
“ Positif, bagus untuk masyarakat miskin yang membutuhkan tempat tinggal.” (wawancara Bapak Putut , 4 Maret 2012).
“ Positif, karna masyarakat miskin dulu ga punya rumah lalu diberi tempat yang layak.” (wawancara Bapak Andhy , 4 Maret 2012).
“ Positif, saya kan keluarga baru yang habis menikah, yang terbeban mencari rumah, disini ringan dan nyaman bisa menempati rusunawa ini, bisa interaksi dengan warga.” (wawancara Bapak Seto, 5 Maret 2012).
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa terdapat kebijakan yang
positif dari pihak DPU kepada masyarakat dalam pembagunan Rusunawa
Semanggi tentunya bagi masyarakat yang miskin atau yang membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
tempat tinggal bagi dirinya untuk meningkatkan pendapatan keluarganya untuk
mencapai suatu keberdayaan dan kemandirian ekonomi rumah tangganya.
Pembangunan Rusunawa merupakan salah satu bentuk dari cara untuk
memberdayakan masyarakat, karena dengan adanya pembangunan Rusunawa
maka masyarakat pun mulai berpikir untuk bisa menabung penghasilan mereka
agar suatu saat nanti bisa memiliki tempat tinggal sendiri.
Cara berpikir inilah yang merupakan wujud dari masyarakat yang
berdaya, maksudnya apabila masyarakat menerima program dari pemerintah
tersebut otomatis cara berpikir mereka sudah berkembang karena mereka sadar
dengan menjadi penghuni Rusunawa maka dapat merubah keadaan dirinya
menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Seperti yang telah diungkapkan Bapak
Toto Jayanto sebagai berikut:
” Keberadaan Rusunawa ini sudah cukup untuk mengurangi biaya pengeluaran perbulan. Kalau bisa hemat kan bisa nyelengin, kalau sudah bisa nyelengin kan bisa buat beli rumah sendiri. Program pembangunan Rusunawa sebenarnya seperti itu. Biaya rusunawa ini sepertiga dari UMR di Surakarta.” (wawancara tanggal 2 Maret 2012).
Sebagaian besar penghuni mengalami permasalahan dengan permodalan
untuk melanjutkan usaha. Dari pihak DPU Kota Surakarta juga akan membantu
penghuni Rusunawa Semanggi dalam upaya peningkatan perekonomian
penghuni Rusunawa Semanggi. Seperti penuturan Bp. Toto Jayanto selaku Ketua
UPTD Kota Surakarta:
”Kita mau gandeng dinas-dinas terkait yang punya program peningkatan perekonomian, seperti koperasi, ngundang berbagai macam pelatihan biar bisa punya kemampuan memberdayakan mereka agar kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
meningkat. Konsep kita disana agar penghuni biar semua bisa punya penghasilan. Kerjasama dengan instansi lain yang punya potensi-potensi meningkatkan kemampuan ekonomi. Seperti di Blok B ada pinjaman modal usaha dari koperasi senilai 5 juta dan 20 juta. Saya juga senang jika warga punya inisiatif sendiri untuk melakukan berbagai kegiatan.” (wawancara 2 April 2012)
Teori Pemberdayaan mengatakan bahwa pemberdayaan merupakan
pengembangan psikologis yang menggabungkan persepsi kendali personal,
pendekatan proaktif pada kehidupan, dan pengetahuan kritis akan lingkungan
sosiopolitis. Pengembangan psikologis dari data penelitian di atas dapat dilihat
bahwa adanya syarat-syarat dan kriteria dari DPU bagi calon penghuni
Rusunawa bertujuan supaya calon penghuni memiliki rasa tanggung jawab,
disiplin dan ikut berpartisipasi nyata dalam kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan di Rusunawa Semanggi.
Masyarakat yang sadar akan keadaannya sebagai orang kurang mampu
atau orang miskin dan ikut serta mensukseskan program pemerintah dalam
pembagunan Rusunawa, supaya dia dapat menjadikan dirinya berdaya dalam
menghadapi tuntutan hidupnya, sehingga mereka pun akan mentaati peraturan-
praturan yang berlaku bagi penghuni Rusunawa Semanggi yang membuat
mereka lebih bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup keluarganya.
Berdasarkan informasi dan data di atas serta dihubungkan dengan teori
dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa memberdayakan masyarakat
adalah sebagai berikut :
1. Memberikan perumahan yang layak dan terjangkau, terutama bagi
masyarakat miskin berpenghasilan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan
swadaya berbasis pemberdayaan masyarakat.
3. Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat miskin.
4. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis.
Matrik 4.1
Memberdayakan Masyarakat Melalui Pembangunan Rusunawa
No Memberdayakan Masyarakat Penjabaran
1 Memberikan perumahan yang layak dan terjangkau, terutama bagi masyarakat miskin berpenghasilan rendah.
Melalui pembangunan Rusunawa Semanggi masyarakat miskin yang tidak mempunyai rumah diberdayakan dengan keberadaan Rusunawa, masyarakat miskin dapat mengajukan permohonan untuk menghuni Rusunawa Semanggi dengan membayar biaya sewa yang terjangkau yaitu sepertiga dari UMR Kota Surakarta. Biaya keseluruhan yang dibebankan tiap bulan antara Rp 200.000 – Rp 250.000,- .
2 Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan swadaya berbasis pemberdayaan masyarakat.
Dengan harga sewa yang relatif murah, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi bisa menabung untuk membeli rumah sendiri.
3 Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat miskin.
Di Rusunawa Semanggi tercipta adanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif dari sebagian penghuni. DPU sebagai fasilitator segala kegiatan yang hendak dilakukan oleh penghuni. DPU menyediakan shelter untuk berjualan di lantai dasar Rusunawa Semanggi. Hal ini sangat berguna bagi masyarakat miskin yang merupakan penghuni Rusunawa Semanggi, yang membutuhkan suatu wadah bagi dirinya untuk mencapai suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
keberdayaan yang nantinya juga akan meningkatkan pendapatan keluarganya.
Kegiatan yang dikembangkan antara lain seperti penyediaan prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif bagi keluarga miskin, termasuk penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman yang memadai, pengadaan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan pengembangan kewirausahaan serta keterampilan pendukung lainnya, disamping pemberian akses kepada berbagai sumber daya pembangunan, seperti modal usaha, biaya pembangunan dan pelatihan. Dalam kerangka pemberdayaan ekonomi yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif tetap menjadi pertimbangan yang tetap signifikan. Diharapkan keberhasilannya di dalam mengembangkan kegiatan ekonomi produktif rumah tangga dan komunitas akan membantu mengentaskan kemiskinan.
4 Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis.
Hal ini berguna untuk mengembangkan jati diri penghuni Rusunawa, kemandirian dan produktivitas penghuni Rusunawa. Kualitas perumahan yang layak huni dan terjangkau secara ideal perlu didukung dengan kualitas lingkungan permukiman yang lebih luas sebagai satu kesatuan hunian yang tidak terpisahkan guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan secara menyeluruh akan dapat berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
lebih efektif apabila terwadahi di dalam permukiman yang sehat secara fisik, emosional, dan spiritual; yang aman dari segi keselamatan dan kepentingan publik; yang harmonis sebagai satuan permukiman yang utuh dan kualitas hubungannya dengan fungsi-fungsi kawasan lainnya; serta yang berkelanjutan dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan secara keseluruhan.
2. Menswadayakan Masyarakat
Menswadayakan berarti membuat jadi mempunyai kekuatan (tenaga)
sendiri untuk mengatasi sesuatu. Masyarakat miskin menginginkan suatu usaha
untuk menambah pendapatan bagi keluarganya supaya dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak keluarganya.
DPU menjadi fasilitator dalam memberikan pinjaman modal ke Badan
Kredit Kecamatan (BKK) melalui program KUBE kepada penghuni untuk
merintis suatu usaha yang tujuannya supaya mereka dapat meningkatkan
pendapatan keluarganya, seperti hasil wawancara berikut ini :
” Disini ada 200 Kepala Keluarga (KK), saya masukan siapa saja membutuhkan modal lunak dana bergulir. Dari 200 KK hanya 45 KK yang mengajukan. Yang 5 orang dikucuri 20 juta, yang 40 orang menjadi 8 KUBE (Kelompok Usaha Bersama), per kelompok mendapat 5 juta. Harapan saya itu bisa untuk pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Tapi dari 8 kelompok yang eksis hanya 1 kelompok. Yang lainnya tidak kompak, sehingga terjadi suasana yang kurang mengenakkan. Dana digunakan untuk usaha pengembangan emping, ada yang warung, jual buah-buahan, pakaian bekas di pasar Klithikan. Pengembalian dana selama 2 tahun, perbulan mengembalikan Rp. 234.000 per KUBE. Membayarnya di BKK.” (wawancara Bapak Sutro Agus, 3 Maret 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Pinjaman modal dari KUBE dapat meningkatkan pendapatan khususnya
bagi yang ingin merintis usaha dan mengembangkan usahanya itu, selain itu
pinjaman modal dapat digunakan sebagai biaya tambahan seperti biaya sekolah
anak, kulakan, serta kebutuhan hidup yang lain.
Teori pemberdayaan mengatakan bahwa pemberdayaan berarti tindakan
kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat dan hubungan
antara organisasi masyarakat. Ini berarti bahwa tindakan kolektif merupakan
suatu cara membentuk kesadaran mayarakat akan pentingnya kebersamaan.
Tindakan kolektif yang ada di dalam KUBE adalah ketika anggota
membayar iuran yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok
dan simpanan wajib itulah yang akan digunakan untuk meminjamkan modal,
atau bisa dikatakan simpanan pokok dan simpanan wajib merupakan modal
utama KUBE supaya dapat memberikan pinjaman kepada anggotanya. Pinjaman
modal digunakan oleh anggota untuk mengembangkan dan merintis suatu usaha
yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarganya, apabila pendapatan
meningkat maka otomatis kualitas hidup pun meningkat.
Berdasarkan informasi dan data di atas serta dihubungkan dengan teori
dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa menswadayakan masyarakat
oleh KUBE adalah sebagai berikut :
a. Tindakan kolektif
b. Peminjaman modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
c. Merintis usaha dan mengembangkan usaha dalam rangka peningkatan
kualitas hidup
Matriks 4.2
Menswadayakan masyarakat melalui KUBE
No Menswadayakan Masyarakat Penjabaran
1 Tindakan Kolektif Dengan membayar iuran-iuran (simpanan pokok & simpanan wajib) maka anggota pun sadar akan adanya suatu ikatan untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan pendapatan dengan cara meminjam di KUBE untuk modal usaha dan tambahan kebutuhan hidup, karena modal KUBE didapat dari BKK dan juga dari iuran-iuran tersebut.
2 Peminjaman Modal Peminjaman modal merupakan salah satu bagian dari proses pemberdayaan yang berfungsi untuk menambah modal bagi anggota yang ingin merintis dan mengembangkan usahanya serta untuk tambahan biaya hidup.
3 Merintis usaha serta mengembangkan usaha dalam rangka peningkatan
kualitas hidup
Keberhasilan usaha yang dirintis dan dikembangkan menjadi suatu kepuasan tersendiri untuk anggota karena dengan berkembangnya usaha maka terjadi peningkatan pendapatan sehingga mempengaruhi peningkatan kualitas hidup.
3. Memandirikan Masyarakat
Memandirikan berarti membuat jadi mandiri yaitu dapat berdiri sendiri
dan tidak tergantung orang lain. Mandiri merupakan salah satu sikap yang
seyogyanya dimiliki setiap orang, untuk dapat mandiri maka individu harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
dapat mengatur kehidupannya, baik itu mengatur kebutuhan hidup maupun
mengatur keuangan (pengeluaran dan pendapatan).
DPU memberikan kesempatan kepada masyarakay miskin yang tidak
memiliki rumah untuk menempati Rusunawa Semanggi dengan kewajiban harus
membayar uang sewa Rusunawa Semanggi sesuai dengan ketentuan dari
Pemerintah. Pihak DPU memberi batasan waktu kepada penghuni dalam
membayar uang sewa supaya dapat melatih anggotanya bertanggung jawab dan
dapat mengatur sendiri keuangannya. Maksudnya, supaya dapat membayar tepat
waktu maka anggota pun hendaknya dapat mengatur keuangannya, sehingga
pada saat tanggal pembayaran uang sewa Rusunawa tersebut sudah tiba, mereka
sudah menyiapkan uang untuk membayar, sehingga mereka tidak perlu
membayar dobel di bulan berikutnya. Jika 3 bulan berturut-turut penghuni tidak
membayar Rusunawa, maka hak huni akan dicabut oleh pihak DPU.
Membayar uang sewa dengan tepat waktu merupakan salah satu bentuk
dari sikap mandiri, karena apabila individu tidak dapat membayar uang sewa
tepat waktu maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut belum dapat
mengatur kebutuhan serta keuangannya atau belum mandiri, seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Toto Jayanto :
”Memanage perilaku penyewa ada tantangannya. Ketaatan bayar, tata tertib kurang, belum seperti yang kita harapkan. Masih ada 10% penghuni yang suka telat bayar” (wawancara 3 Maret 2012)
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penghuni Rusunawa
Semanggi sejumlah 10% atau sekitar 19 orang belum mempunyai kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
dalam mengatur keuangan rumah tangganya, karena kebutuhan hidup yang
terus meningkat dan terbiasa dengan gaya hidup ”gali lubang tutup lubang”. Hal
tersebut berarti masih ada penghuni yang tergantung dengan orang lain,
maksudnya dengan utang orang lain maka dia tergantung dengan orang tersebut
kemudian hasil yang didapat dari usaha bukan untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari tetapi untuk membayar utang, sehingga utang akan dilakukan secara
kontinuitas.
Menabung merupakan salah satu cara untuk dapat mengatur keuangan
rumah tangga, karena dengan menabung maka jika ada kebutuhan mendadak
uang dari tabungan itu dapat dipakai sehingga tidak perlu untuk hutang kepada
orang lain atau lembaga keuangan. Dan dari Pihak DPU selalu menganjurkan
agar penghuni mampu menabung supaya dikemudian har mampu membeli
rumah sendiri.
Prosedur dalam pembayaran Rusunawa merupakan salah satu aturan
yang harus dipatuhi di dalam menghuni Rusunawa Semanggi yaitu membayar
uang sewa setiap bulan selama masih menempati Rusunawa. Prosedur ini
melatih penghuni untuk disiplin dan bertanggung jawab dalam mengembalikan
pinjaman. Prosedur ini juga dapat melatih anggotanya untuk menjadi mandiri
dan sadar akan keadaan keuangan rumah tangganya, maksudnya apabila
memang di tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman maka anggota juga
tidak akan meminjam banyak, seperti hasil wawancara dibawah ini, sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
”Membayarnya bisa di UPTD atau bisa di Rusunawa, ada petugas yang kita kirimkan kesana tanggal bayar 1-10 setiap bulannya. Rusunawa ditarik itu karena tidak tertib 3-4 bulan ga bayar, dioper keorang lain, dijual belikan, berurusan sama pihak polisi seperti memakai narkoba. Kalau dioper ada yang lapor ke UPTD, biasanya mereka pindah karna nunggak berbulan-bulan lalu dioper ke orang lain, jika penyewa baru adalah warga Solo saya masih toleransi tapi kalau bukan orang Solo ya ga bisa. Kalau lama ga dipakai saya segel. Saya mengganti orangnya.” (wawancara Bapak Toto Jayanto, 3 Maret 2012)
Teori pemberdayaan mengatakan bahwa pemberdayaan mencakup
proses dan struktur yang meningkatkan keahlian para anggotanya dan
memberikan dukungan timbal-balik yang diperlukan oleh anggotanya untuk
mempengaruhi perubahan di tingkat masyarakat. Adanya prosedur atau aturan
dalam mengembalikan pinjaman, meningkatkan keahlian para anggotanya.
Keahlian yang dimaksud disini adalah keahlian dalam mengelola atau
mengatur keuangan rumah tangganya, apabila penghuni membayar uang sewa
dengan tepat waktu maka uang atau modal dalam pengelolaan Rusunawa akan
terus berputar sehingga terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan
antara penghuni Rusunawa dan DPU UPTD Kota Surakarta yaitu jika ada
kerusakan fasilitas sarana dan prasarana Rusunawa, dari DPU UPTD akan
secepat mungkin memperbaiki.
Berdasarkan informasi dan data di atas serta dihubungkan dengan teori
dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa memandirikan masyarakat
adalah sebagai berikut :
a. Prosedur pembayaran biaya sewa Rusunawa
b. Kemampuan dalam mengatur keuangan rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Matriks 4.3
Memandirikan masyarakat dalam menghuni Rusunawa Semanggi
No Memandirikan Masyarakat Penjabaran
1 Prosedur DPU dalam pembayaran uang sewa
Prosedur atau aturan dalam pembayaran uang sewa merupakan salah satu cara DPU untuk melatih penghuni Rusunawa supaya mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab
2 Kemampuan anggota dalam mengatur keuangan rumah tangganya
Kedisiplinan dalam pembayaran uang sewa menunjukkan bahwa penghuni dapat mengatur keuangan rumah tangganya, karena apabila penghuni tidak dapat mengatur keuangan rumah tangganya maka bisa dikatakan dia belum mandiri, disiplin serta bertanggung jawab kepada DPU dalam pembayaran uang sewa
E. KEBIJAKAN DAN PEMBINAAN
Kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di Rusunawa sama
halnya seperti layaknya warga masyarakat yang berkehidupan lebih baik dalam
arti tetap menjalani kesibukan. Hanya saja yang membedakan dari masyarakat
yang lebih baik adalah tingkat pendapatan dan penghasilannya jauh lebih kecil
dan tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup yang lebih layak. Meskipun
pendapatan dan penghasilan warga masyarakat di bawah tuntutan kehidupan
modern jaman sekarang, dalam kehidupan sehari-harinya tidak merasa
terganggu, karena mereka masih bisa memenuhi kebutuhan dasar hidup, seperti
sandang, pangan dan papan, walaupun dalam kualifikasi jauh di bawah standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Namun secara umum mereka tidak menyadari, sesungguhnya kehidupan mereka
berada dalam kemiskinan dan dapat diusahakan untuk diperbaiki.
Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas, langkah awal yang dapat
dilakukan adalah menyadarkan warga masyarakat, sesungguhnya tingkat
kehidupannya berada di bawah standar, serta meyakinkan warga bahwa kondisi
tersebut bisa diperbaiki dan / ditingkatkan. Dengan kesadaran atas kondisi
kehidupan yang demikian rendah, dan keyakinan akan bisa diperbaiki,
diharapkan masyarakat akan tergerak untuk belajar dan menyerap berbagai
kemungkinan yang dapat dilakukan.
Melalui penyadaran diharapkan penghuni rumah susun lebih mudah
menerima informasi mengenai bimbingan dan arah yang diberikan untuk
kepentingan hidup masyarakat. Bagaimanapun juga tanpa kesadaran dan
keyakinan, sulit bagi Pemerintah Kota Surakarta untuk berharap upaya-upaya
pengentasan kemiskinan akan berjalan dengan lancar dan cepat. Bagaimanapun
junis program dan kegiatan yang dilakukan, betapapun besarnya biaya yang
diberikan disertai dengan fasilitas dan kemudahan, bisa diyakini tiidak akan
membawa hasil yang berarti tanpa tumbuhkan motivasi di kalangan masyarakat
miskin itu sendiri.
Penanggulangan kemiskinan tidak lain adalah upaya pemberdayaan
masyarakat miskin melalui suatu proses pembinaan yang berkelanjutan dengan
menerapkan prinsip “menolong diri mereka sendiri” (self help) dan berdasarkan
pada peningkatan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan (income
generating capacity), sehingga warga masyarakat mampu menjangkau (akses)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
terhadap sumber daya yang ada, seperti dibidang kesehatan warga masyarakat
memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang ada.
Gambar 4:3
Tahapan Penanggulangan Kemiskinan
pada Penghuni Rusunawa Semanggi
Tahap IV
Tahap III
Tahap II
Tahap I
Sebagaimana tampak pada gambar di atas, tahap pertama yang dilakukan
adalah menyadarkan warga masyarakat, bahwa sesungguhnya derajat kehidupan
mereka rendah (di bawah standar). Dengan meyakinkan warga masyarakat
diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri atau menumbuhkan motivasi,
bahwa kondisi mereka dapat diperbaiki bahkan ditingkatkan. Dengan kesadaran
dan kepercayaan diri atau menumbuhkan motivasi warga masyarakat, akan lebih
mudah untuk menerima dan tanggap terhadap setiap pembaharuan yang
diberikan oleh Pemerintah.
Tahap kedua adalah kegiatan pemberdayaan warga masyarakat.
Kemiskinan seringkali diartikan ketidak mampuan ekonomi, kesehatan,
pendidikan, sehingga mereka benar-benar hidup dalam kemiskinan. Maka pada
Peningkatan kesadaran dan
kepercayaan diri
Peningkatan Pemberdayaan
Peningkatan Kesejahteraan
Peningkatan Sosial Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
tahap yang kedua yang dilakukan adalah bagaimana membantu dan
membimbing warga masyarakat agar memiliki kemampuan usaha-usaha untuk
perbaikan ke arah yang lebih baik.
Dalam berbagai literatur, kegiatan pemberdayaan (empowerment)
masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kinerja peran serta masyarakat yang
dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui pendidikan dan
pelatihan, bimbingan, pemberian informasi melalui komunikasi dan penyuluhan.
Dalam pengadaan pelayanan penyuluhan (extension service) kepada
warga masyarakat, sudah lama diakui sebagai suatu bentuk atau cara yang paling
strategis dalam rangka mengetuk hati dan kesadaran masyarakat melalui cara-
cara yang luwes dan adaptif terhadap kondisi psikososial dari kelompok sasaran
yang dituju. Bentuk kegiatan penyuluhan lebih bersifat kondisional, yakni
seseuai dengan aspirasi dan mengutamakan kemampuan dan kapasitas
masyarakat atau kelompok sasaran dari penyuluhan itu sendiri. Melalui
penyuluhan sehari secara continue, diharapkan akan terjadi perubahan orienatasi
masyarakat mengenai arti kehidupan. Dalam proses pembinaan, peran pelayanan
informasi dan komunikasi sangat menentukan untuk lebih mendorong
keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan.
Setelah tahap kedua tercapai, langkah berikutnya tahap ketiga adalah
peningkatan kesejahteraan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa warga
masyarakat yang tinggal di rumah susun tidak hanya miskin dalam ekonomi,
tetapi juga miskin dalam aspek-aspek lainnya, seperti pendidikan dan
ketrampilan, msikin kesehatan dan sebagainya. Maka dari itu, bila ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
meningkatkan kesejahteraan, maka masyarakat perlu dibantu dalam hal
menciptakan lapangan kerja baru sehingga mampu meningkatkan kehidupan
sosial dan ekonomi.
Dengan demikian, warga masyarakat tidak hanya terbina dalam aspek
ekonomi saja akan tetapi juga aspek pendidikan, aspek kesehatan, agama atau
rohani. Melalui pembinaan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan atau
meningkatkan kesejahteraannya.
Dengan berpindahnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dari
rumah kumuh ke rumah susun menimbulkan dampak peningkatan taraf hidup
dan kesehatan yang dipicu sarana dan prasarana yang memadai, Peningkatan
kesejahteraan terlihat pada pemenuhan fungsi rumah tinggal yang sehat.
F. INDIKATOR KEBERDAYAAN
Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional,
maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan
seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketik sebuah program pemberdayaan
sosial diberikan , segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa
saja dari sasaran perubahan yang dalam hal ini adalah peningkatan kualitas hidup
para penghuni dalam menempati Rusunawa semanggi.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yag
bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan
mental., terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Keberdayaan masyakarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu
masyarakat bertahan dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri
dalam mencapai tujuan.
Pemberdayaan sering kali hanya dikaitkan dengan pemberdayaan
ekonomi untuk meningkatkan kemampuan ekonomi individu yang merupakan
prasyarat pemberdayaan. Namun sebenarnya lebih dari sekedar hal yang
berkaitan dengan ekonomi, pemberdayaan merupakan usaha segala aspek baik
sosial, budaya , politik, psikologi baik secara individual maupun secara kolektif
yang berbeda menurut kelompok sosialnya.
Jadi esensi dari pemberdayaan adalah memberikan kekuasaan,
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, upaya untuk
memberikan kemampuan atau keberdayaan kepada pihak lain dalam berbagai
aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum dan sebagainya, baik secara
kolektif maupun personal.
Pemberdayaan masyarakat miskin penghuni rusunawa semanggi ini
dengan demikian adalah suatu upaya untuk memberikan keberdayaan bagi
penghuni dalam berbagai aspek tersebut, sehingga mereka memiliki kebebasan
menjadi dirinya sendiri, bebas dari berbagai eksploitasi yang ada.
Dengan demikian masyarakat, dan lingkungannya mampu secara
partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Masyarakat
miskin atau yang berada dalam posisi belum termanfaatkan secara penuh
potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat,
martabat, percaya diiri, dan harga dirinya. Dapat dikatakan, pemberdayaan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambak ekonomis tetapi juga nilai
tambah sosial dan nilai tambah budaya. Jadi, partisipasi masyarakat
meningkatkan emansipasi masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa indikator yang akan menunjukkan apakah
penghuni rusunawa semanggi ini berdaya atau tidak? Karena keberhasilan
pemberdayaan nantinya dapat diukur dari keberdayaan mereka.
Indikator keberdayaan itu antara lain: keberhasilan mobilitas tiap
individu dalam hal ini penghuni Rusunawa Semanggi mampu untuk bergerak ke
luar wilayahnya (ke pasar, fasilitas medis, dan sebagainya). Kemampuan
membeli komoditas kecil, kemampuan membeli barang-barang kebutuhan
keluarga sehari-hari dan kemampuan membeli komoditas besar yakni
kemampuan membeli barang-barang sekunder atau tersier. Jaminan ekonomi dan
konstribusi terhadap keluarga juga menjadi indikator, dalam hal ini penghuni
sudah mampu menyewa tempat tinggal yang nyaman, dan istri diperbolehkan
ikut bekerja sebagai salah satu bentuk konstribusi wanita dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
Keberdayaan individu dalam Rusunawa akan tercermin jika terjadi
perubahan situasi dan keadaan di dalam kelompok itu sendiri. Perubahan
keadaan pada kelompok yang pertama adalah berkembangnya inisiatif-inisiatif
lokal kelompok dalam menjawab kebutuhan mereka, baik kebutuhan individu
maupun kebutuhan kolektif.
Adanya anggapan bahwa masyarakat di lapisan bawah tidak tahu apa
yang dibutuhkan atau bagaimana memperbaiki nasibnya, jadi harus banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
dituntun dan diberi petunjuk. Ini tercermin pada reaksi pertama adanya program
pemberdayaan terhadap mayarakat miskin penghuni Rusunawa semanggi.
Dengan anggapan demikian, masalah kemiskinan bukannya dipandang
sebagai usaha penguatan ekonomi, melainkan usaha sosial. Padahal sebagian
besar individu yang ada dalam kelompok penghuni Rusunawa telah memiliki
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan perekonomiannya seperti yang
diungkapkan berikut:
”Berharap adanya modal dari pemerintah, apalagi penghuni termasuk ekonomi lemah. Tanpa modal usaha ga akan bisa berjalan.” (wawancara dengan Bapak Putut)
”Piye carane supaya nduwe usaha, lihat keadaan pasar.” (wawancara dengan Bapak Tono)
Semakin meningkatnya kemampuan seseorang, akan selalu diimbangi
dengan adanya hambatan-hambatan di dalamnya. Sehingga para pelaku dalam
proses pemberdayaan ini harus dapat mengontrol sendiri kegiatan yang
dilakukan di Rusunawa semanggi. Tiap individu juga dapat mengambil peran
dalam proses tersebut dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki.
Meningkatnya solidaritas atau tindakan bersama dengan orang lain untuk
menghadapi hambatan-hambatan, sumber dan kekuatan pada tingkat rumah
tangga, maupun masyarakat. Kolektivitas tetap harus terjaga dalam
keberlangsungan kegiatan pemberdayaan, agar tidak ada kesenjangan antara
anggota / kelompok satu dengan anggota atau kelompok yang lain. Hal ini
senada diungkapkan oleh informan berikut:
”Harapannya begitu asal harapannya ga aneh-aneh bisa dikomunikasikan , wacana dari warga dan daya dukung dari warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
sendiri akan mempercepat proses pemberdayaan.” (wawancara dengan Bapak Toto Jayanto)
Berkembangnya sumberdaya lokal yang dimiliki kelompok dan akes
terhadap sumberdaya dari luar juga menjadi indikator keberdayaan sebuah
kelompok. Namun perlu diperhatikan adanya transparansi dalam pengelolaan
informasi dan sumberdaya itu sendiri. Setiap pihak yang tergabung sebagai
pelaku dalam keberadaan Rusunawa Semanggi menginkan untuk mendapat
akses yang sama pada pelayanan dan mobilitas publik, sehingga mereka dapat
menimba ketrampilan yang lebih leluasa.
Kemampuan seseorang untuk mengakses kesejahteraan berarti
merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan sosial. Kemiskinan sosial
adalah kurangnya jaringan sosial dan struktur sosial yang mendukung orang
untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan agar produktivitasnya meningkat.
Dapat dikatakan juga bahwa kemiskinan sosial adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat sehingga mencegah dan
menghalangi seseorang memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia.
Secara sosial, kemiskinan masyarakat terutama yang dirasakan oleh penghuni
Rusunawa dimaknai sebagai berkurangnya atau hilangnya kesempatan para
penghuni untuk mewujudkan kesejahteraannya dalam interaksinya dengan pihal
luar. Kemiskinan jenis ini bisa lahir misalnya karena rendahnya networking,
tekanan dan himpitan pihak luar terhadap penghuni, misalnya tuan tanah,
pengusaha atau bahkan negara. (Nurhadi dalam Agnes Sunatiningsih, 2004:211)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Dalam hal ini secara politik, kemiskinan sangat dirasakan oleh baik itu
individu maupun kelompok karena rendahnya akses terhadap kekuatan sehingga
mereka tidak dapat menjangkau sumberdaya yang ada untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Oleh karena itu perlu adanya keikutsertaan dan keterlibatan
mereka dalam berpartisipasi menentukan kebijakan secara umum.
Dari pengalaman di lapangan, dapat dijumpai ada beberapa tafsiran yang
beragam mengenai inti dari partisipasi masyarakat, antara lain sebagai
konstribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tetapi tanpa ikut serta dalam
pngambilan keputusan sampai pada pemahaman bahwa partsipasi masyarakat
keterlibatan mereka sejak persiapan, pelaksanaan dan monitoring, serta
pemanfaatan hasil kegiatan yang dalam hal ini adalah pemberdayaan penghuni
Rusunawa.
Berkembangnya partisipasi aktif semua penghuni Rusunawa dalam
mewujudkan gagasan-gagasan yang telah dirumuskan. Berkembangnya pola
relasi yang baru dan setara dengan berbagai pihak juga. Terorganisasinya
inisiatif-inisiatif lokal dan gagasan-gagasan kelompok paguyuban menjadi
rencana kegiatan yang lebih konkret, sehingga pola pengambilan keputusan lebih
demokratis dan relasi kuasa lebih setara dalam organisasi kelompok pada
umumnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut:
”Penghuni bisa mengutarakan gagasannya dalam kegiatan pertemuan kelompok rutin tiap satu bulan sekali, bahkan bisa juga mengutarakannya dalam forum yang diselenggarakan oleh DPU.” (wawancara dengan Bapak Andy)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Keinginan mereka hanya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,
karena kebanyakan ibu-ibu yang tinggal di Rusunawa Semanggi masih
mempunyai anak-anak yang harus dibiayai uang sekolahnya, terlebih lagi harus
mengeluarkan biaya untuk uang sewa Rusunawa. Seperti yang diungkapkan oleh
informan berikut:
”Kalau cuma makan sehari-hari saja bapaknya bisa memenuhi, tapi saya juga mau melihat anak saya bisa sekolah sampai setinggi-tingginya mbak, jadi ya mau tidak mau saya harus bekerja juga. Untuk menyewa kan butuh penghasilan.” (wawancara dengan Ibu Trisno)
Perempuan dan laki-laki sesungguhnya mempunyai peluang yang sama
untuk meningkatkan kesejahteraannya namun banyak perempuan yang kurang
produktif, tidak mempunyai skill yang mencukupi sehingga tidak dapat
memanfaatkan peluang tersebut.
Jika ditarik secara garis besarnya, maka keikutsertaan perempuan dalam
berproduksi / bekerja akan membantu terpenuhinya kebutuhan dasar individu
dalam kelompok penghuni Rusunawa Semanggi. Sehingga semakin baiknya
tingkat kesejahteraan penghuni.
Baik laki-laki maupun perempuan berhak ikut berpartisipasi dalam proses
pembangunan. Selama ini, penyelenggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia
dalam kenyataannya masih terbatas pada keikutsertaan anggota masyarakat
dalam implementasi atau penerapan program-program pembangunan saja.
Kegiatan partisipasi masyarakat masih dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk
kepentingan pemerintah atau negara, namun selama ini para pihak yang terlibat
dalam keberadaan Rusunawa Semanggi telah cukup memiliki wawasan
mengenai hak dan kewajiban sebagai penghuni. Selain itu, hal lain yang penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
adalah kemampuan melindungi masyarakat terutama menguatkan dan
memperhatikan kelompok-kelompok lemah agar tidak tertidas oleh kelompok
kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak
sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya ekploitasi kelompok
kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada
penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan
rakyat kecil.
Pemberdayaan masyarakat miskin penghuni Rusunawa Semanggi adalah
sebuah proses, yang utama adalah bahwa kelompok yang akan diberdayakan
nantinya memang benar-benar bisa diberdayakan. Dengan kata lain, untuk
mencapai keberdayaan masyarakat dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis
dan terencana (strategi) agar hasil pemberdayaan itu dapat maksimal. Walaupun
demikian, hasil tersebut tidak bisa diprediski dalam jangka waktu tertentu.
G. EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA
Efektivitas adalah kesesuaian antara output dan input dengan tujuan yang
telah ditetapkan dalam program. Analisis efektivitas program pembangunan
rusunawa dalam pemberdayaan masyarakat miskin ini dilakukan untuk menilai
keberhasilan program relokasi dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan
dalam program. Program dinilai efektif apabila tujuan yang diinginkan dalam
program dapat tercapai.
Tujuan dari program pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta yaitu
untuk memberikan rumah yang layak huni bagi masyarakat miskin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Program pembangunan
Rusunawa menjadi tidak efektif dalam mencapai tujuannya apabila masih
terdapat hunian Rusunawa Semanggi yang kosong tidak ditempati penghuni.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak pengelola Rusunawa
dan didukung dengan data hasil observasi lapangan maka program pembangunan
Rusunawa telah berhasil dalam mencapai tujuannya karena dari jumlah hunian
sebanyak 196 unit, jumlah penghuni yang menempati Rusunawa Semanggi
sebanyak 190 Kepala Keluarga, dengan jumlah unit hunian yang kosong
sejumlah 6 unit dengan alasan penghuni pindah bekerja di luar kota, mengontrak
yang lebih dekat dengan lokasi kerja, bahkan ada yang sudah mampu membeli
rumah sendiri.
Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan
yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa program pembangunan
Rusunawa yang dilakukan di Kelurahan Semanggi telah berhasil dalam
mencapai tujuan program karena telah dihuni oleh 97% penghuni Rusunawa
Semanggi.
1. Program Peningkatan Taraf Ekonomi
Program peningkatan taraf ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat penghuni Rusunawa Semanggi yang rata-rata
mempunyai pendapatan yang rendah. Untuk menggerakkan masyarakat dalam
berpartisipasi diperlukan upaya perbaikan aspek ekonomi masyarakat terlebih
dahulu. Masyarakat tidak akan berpartisipasi jika kondisi ekonomi mereka masih
kurang, mereka akan mendahulukan kebutuhan ekonomi mereka daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
kebutuhan sosial (partisipasi). Program peningkatan taraf ekonomi (faktor
internal) terdiri dari dua sub program yaitu pelatihan ketrampilan (skill) dan
pelatihan manajemen KUBE.
a. Sub Program Pelatihan Ketrampilan (skill)
Program pelatihan ketrampilan bagi masyarakat penghuni Rusunawa
Semanggi yang rata-rata hanya berpendidikan SMP dan SMA dengan tujuan
meningkatkan sumberdaya manusia. Dengan berbekal pelatihan yang telah
diberikan diharapkan mereka dapat menambah ketrampilan dan menambah
penghasilan/pendapatan yang dapat meningkatkan taraf ekonomi mereka.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menjalin kerjasama dengan bagian
Perekonomian Pemerintah, Dinas instansi terkait serta pihak swasta yang
dapat menunjang dalam bidangnya untuk mengadakan pelatihan ketrampilan.
Jenis-jenis ketrampilan yang dapat diberikan dengan melihat potensi
lokal yang ada di Rusunawa Semanngi seperti ketrampilan kewirausahaan,
ketrampilan menjahit, ketrampilan melukis, ketrampilan membuat hidangan
dari tiwul sebagai pengganti nasi dan melalui Karang Taruna Gamasunggi
(Gabungan Muda-Mudi Rusunawa Semanggi) diadakan pelatihan-pelatihan
tari dan teater dengan mentor dari ISI untuk mengisi acara dalam kegiatan
bazar, panggung pentas peringatan HUT RI di Rusunawa Semanggi.
b. Sub Program Pelatihan Manajemen KUBE di Rusunawa Semanggi
Kondisi ekonomi dan pendapatan yang tidak menentu merupakan
masalah yang sering dihadapi pada masyarakat miskin. Kondisi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk memberikan jasa pinjaman uang
dengan bunga yang cukup tinggi. Masih banyak warga masyarakat yang
dengan terpaksa memanfaatkan jasa tersebut baik untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, biaya sekolah anak maupun untuk permodalan usaha. Sub
program pelatihan manajemen KUBE diharapkan dapat mendorong penghuni
Rusunawa Semanggi dapat membentuk KUBE dengan efektif dan efisien bagi
peningkatan kesejahteraan penghuni. Tujuan dibentuknya KUBE ini adalah
untuk mempermudah akses warga masyarakat dalam mendapatkan pinjaman
uang dengan bunga yang rendah dan terjangkau. Modal awal pembentukan
KUBE ini adalah pengajuan kepada Badan Kredit Kecamatan dan Pemerintah
Kota yang mendapat total bantuan modal sebesar Rp 140.000.000. Melalui
program KUBE ini 8 kelompok penghuni Rusunawa Semanggi terbentuk yang
terdiri dari 5 anggota perkelompok. Setiap kelompok KUBE mendapat modal
Rp. 5.000.000,- . Sedangkan 5 orang lainnya mendapat bantuan modal
perorang Rp 20.000.000, modal tersebut untuk mengembangkan usaha
perekonomian yang dilakukan penghuni Rusunawa Semanggi. Dengan adanya
KUBE ini diharapkan ikatan antara penghuni Rusunawa Semanggi dapat
terjalin erat, saling membantu serta dapat meningkatkan taraf ekonomi dari
warga masyarakat. Penanggung jawab KUBE ini adalah Badan Kredit
Kecamatan, UPTD DPU Kota Surakarta dan Pengurus KUBE Rusunawa
Semanggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
2. Perbaikan Sarana dan Prasarana Permukiman yang Partisipatif
Diperlukan program yang berkaitan langsung dengan penanganan
permukiman kumuh yaitu program perbaikan sarana dan prasarana yang ada di
Rusunawa Semanggi. Dalam pelaksanaan program tersebut diharapkan dapat
melibatkan seluruh stakeholder agar program bersifat partisipatif (faktor
lingkungan dan faktor internal). Program tersebut terdiri dari tiga sub program :
a. Kerja Bakti
Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terutama pada
penghuni Rusunawa Semanggi adalah melalui kegiatan kerja bakti
membersihkan lingkungan disekitar Rusunawa. Latar belakang munculnya
program ini karena masyarakat merasa bahwa kegiatan kerja bakti tidak
pernah lagi dilakukan selama beberapa bulan ini. Program Jumsih (Jumat
Bersih) yang selama ini digalakkan oleh UPTD DPU bersama Dinas
Kebersihan Kota (DKK) tidak pernah lagi dilaksanakan. Penghuni Rusunawa
mengharapkan Ketua Peguyuban yang menggerakkan warga masyarakatnya
untuk kegiatan kerja bakti seperti membersihkan gorong-gorong (saluran air
kotor), membersihkan lingkungan disekitar Rusunawa, gerakan penghijauan
dengan menanam bunga atau pohon di Rusunawa Semanggi untuk
memperindah lingkungan Rusunawa. Seluruh masyarakat diharapkan terlibat
dalam kegiatan ini, bentuk partisipasi warga bisa dalam bentuk tenaga, materi
dan usulan-usulan kegiatan. Hasil dari FGD telah dilaksanakan kegiatan kerja
bakti pada minggu pertama setiap bulannya dengan kegiatan membersihkan
selokan, taman, dan lingkungan sekitar Rusunawa. Kegiatan kerja bakti ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
direncanakan akan dilaksanakan secara rutin. Hampir semua masyarakat
terlibat dalam kegiatan ini, bagi mereka yang tidak ikut serta turut
menyumbang dalam bentuk uang maupun bahan bangunan seperti cat atau
semen untuk memperbaiki bangunan Rusunawa yang sudah rusak atau bocor.
Kegiatan kerja bakti ini selain dapat menggerakkan partisipasi masyarakat juga
dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan bebas banjir.
Penanggung jawab kegiatan kerja bakti adalah Ketua Paguyuban di rusunawa
Semanggi.
b. Penyediaan Sarana Air Bersih
Sarana air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok pada
masyarakat. Sarana air bersih ini belum sepenuhnya dapat terpenuhi oleh
warga Rusunawa karena kualitas air yang terdapat di Rusunawa Semanggi ini
belum bisa di konsumsi, jadi air yang tersedia hanya untuk MCK saja. Karena
keterbatasan ekonomi penghuni Rusunawa belum bisa memasang saluran air
PDAM. Rencana program untuk memenuhi kebutuhan akan sarana air bersih
masih dalam tahap planning menunggu bantuan dari pemerintah. Saat ini air
yang digunakan untuk konsumsi masak dan minum adalah dengan membeli
dari penjual air galon keliling Rp 2.000 pergalon.
c. Penyediaan sarana MCK
Pada umumnya, masyarakat sebelum menghuni Rusunawa Semanggi
tidak memiliki sarana MCK sendiri di tiap-tiap rumah yang mereka sewa
karena keterbatasan lahan dan ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
mereka menggunakan sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) umum yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
digunakan secara bersama-sama dengan penduduk lain. Sebagian besar kondisi
MCK di permukiman yang dahulu di tempati tidak memadai, walaupun
tersedia sarana MCK, jumlah MCK yang terbatas tidak sesuai dengan jumlah
masyarakat yang menggunakannya. Akibatnya mereka harus antri jika
menggunakan MCK. Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) yang ada di Rusunawa
Semanggi kondisinya sudah memadai karena setiap unit hunian sudah terdapat
MCK sendiri, ada sarana air bersih, terdapat sarana kloset. Kondisi bangunan
MCK di Rusunawa Semanggi sudah dapat dikatakan layak. Jika ada kerusakan
yang terjadi pada saluran MCK di Rusunawa Semanggi, maka sumber biaya
yang digunakan untuk renovasi dan pemeliharaan MCK tersebut selain dari
bantuan Pemerintah juga diharapkan swadaya dari masyarakat dan stakeholder
dengan tujuan untuk menumbuhkan tingkat partisipasi masyarakat sesuai
dengan kemampuan masing-masing warga penghuni Rusunawa Semanggi.
Ketersediaan MCK yang layak adalah untuk meningkatkan taraf kesehatan dan
kebersihan bagi penghuni Rusunawa Semanggi.
3. Program Peningkatan Kualitas Hidup Sehat Masyarakat
Kesadaran dan pengetahuan akan kesehatan serta kebersihan lingkungan
masih tampak rendah pada sebagian warga penghuni Rusunawa Semanggi. Hal
ini terlihat dari lingkungan sekitar Rusunawa yang masih kotor, tidak tertata
dengan baik, kurangnya penghijauan dari tanaman. Penataan lingkungan
merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha penciptaan lingkungan sehat.
Upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan akan kesehatan dan
kebersihan lingkungan adalah melalui program sosialisasi kepada masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
secara terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan yang dapat dilakukan
adalah dengan penyuluhan dan modelling (percontohan) yang dapat dilakukan
oleh UPTD DPU Kota Surakarta, Dinas Kesehatan, aparat Kelurahan, Ketua
Paguyuban, dan PKK tentang pentingnya hidup sehat yang mencakup pada
kesehatan lingkungan seperti sarana air bersih, sarana MCK, kebersihan rumah
dan halamannya. Keberhasilan program ini tergantung kepada partisipasi yang
dimulai dari masyarakat, Tokoh Masyarakat, Pemerintah dan pihak swasta serta
stakeholder lain.
H. Analisis Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Fisik
Lingkungan Permukiman, Sosial, dan Ekonomi.
Penilaian dampak dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
akibat dari dilaksanakannya suatu program. Penilaian suatu dampak harus
menggali seluruh cakupan, baik dari sisi negatif maupun positif. Dampak dapat
terjadi baik dalam kurun waktu yang bersamaan maupun setelah beberapa waktu
berselang. Dalam pembahasan ini kajian akan dilakukan untuk mengetahui
dampak program pembangunan Rusunawa Semanggi terhadap kondisi fisik
lingkungan permukiman, ekonomi dan sosial masyarakat yang menghuni
Rusunawa Semanggi.
Dalam melakukan analisis terhadap dampak pembangunan yang
dilakukan di Kelurahan Semanggi digunakan metode Before After comparasion
yaitu untuk mengetahui dampak pembangunan dengan membandingkan kondisi
sebelum dilakukannya program pembangunan dengan kondisi setelah
dilakukannya program pembangunan Rusunawa Semanggi. Data yang diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
merupakan data dari hasil wawancara terhadap penghuni dan Rusunawa
Semanggi. Subjek yang diukur yaitu kondisi fisik (kelayakan rumah, kualitas
lingkungan permukiman, aksesbilitas), kondisi ekonomi (pendapatan dan
pengeluaran, kemudahan mendapatkan pekerjaan), kondisi sosial (relasi sosial).
Dengan analisis tersebut maka dapat diketahui tingkat signifikansi dampak yang
terjadi setelah program pembangunan yang dilakukan di Kelurahan Semanggi.
1. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Fisik Lingkungan
Permukiman
Permukiman dalam arti luas meliputi rumah dengan segala fasilitas
pendukungnya yang bersana membentuk satu lingkungan permukiman.
Fasilitas permukiman mencakup saranan dan prasarana yaitu meliputi
ketersediaan pelayanan air bersih, sanitasi aksesbilitas dan sebagainya yang
kesemuanya sangat penting bagi kehidupan masyarakat dalam permukiman
tersebut.
Indikator yang digunakan untuk melihat dampak fisik lingkungan
permukiman yaitu kelayakan rumah, kualitas fisik lingkungan permukiman
(air bersih, MCK , listrik, sampah) dan aksesibilitas. Berikut uraian mengenai
dampak fisik lingkungan permukiman program pembangunan Rusunawa
Semanggi.
a. Kelayakan Kondisi Rumah
Kondisi rumah pada saat tinggal di rumah kontrakan berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebelum masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
menghuni Rusunawa Semanggi dapat dikatakan dalam kondisi yang
kurang baik, kondisi ini ditandai oleh struktur dinding bangunan rumah
yang sebagian besar masih terbuat dari bambu “gedeg”, papan, seng,
lantai bangunan yang masih tanah, rawan banjir, lingkungan yang kumuh
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.
Setelah pindah menempati Rusunawa Semanggi kondisi kualitas
rumah saat ini sudah mengalami perubahan yang lebih baik. Kondisi ini
dapat dilihat dari struktur bangunan rusunawa yang sudah permanen
dengan menggunakan dinding tembok, lantai bangunan yang sudah dari
keramik, dan pola rumah yang tertata dengan baik. Kondisi bangunan
rusunawa relative lebih baik dibandingkan kondisi rumah di lokasi lama.
Kondisi ini juga dapat dilihat dari penilaian responden yang merupak
penghuni Rusunawa Semanggi. Responden menyatakan kondisi rumah
yang sekarang sudah baik daripada rumah yang dulu.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa program
pembangunan Rusunawa Semanggi memberikan dampak yang lebih baik
pada kondisi rumah dibandingkan dengan sebelum pindah Rusunawa
Semanggi, sehingga program pembangunan Rusunawa Semanggi dapat
dikata berhasil dalam meningkatkan kualitas unit hunian. Dengan adanya
bantuan infrastruktur dari pemerintah dan pihak swasta menambah
kenyamanan menghuni Rusunawa Semanggi.
b. Prasarana Lingkungan Permukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Secara fisik kondisi permukiman tidak hanya dilihat dari kualitas
kondisi hunian rumahnya saja, akan tetapi juga melihat kualitas kondisi
hunian rumahnya saja akan tetpi juga melihat kualitas prasarana
lingkungan permukiman yang dapat dilihat dari prasarana air bersih,
sanitasi dan MCK, prasarana jaringan listrik, persampahan dan kondisi
prasarana jaringan jalan.
c. Kondisi Prasarana Jaringan Air Bersih
Dalam kaitannya dengan pelayanan air bersih, sebelum menghuni
Rusunawa Semanggi (ketika bertempat tinggal di lokasi lama) untuk
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat menggunakan sumber air
dari sumur, tidak menggunakan jaringan pipa air bersih dai PDAM/PAM,
karena di Rusunawa Semanggi ini tidak dilayani jaringan pipa. Meskipun
menggunakan sumber dari sumur tanah responden mengaku kualitas
airnya sudah cukup baik dan memadai untuk keperluan sehari-hari.
d. Kondisi Sanitasi dan MCK Rusunawa
Ketersediaan fasilitas sanitasi MCK sebelum adanya program
pembangunan Rusunawa Semanggi, reponden menyatakan untuk
keperluan MCK mereka menggunakan MCK umum. MCK umum yang
digunakan dalam kondisi yang buruk dan tidak terawat. Setelah
menempati Rusunawa Semanggi seluruh responden sudah memiliki
fasilitas MCK pribadi dan juga tersedia terdapat MCK umum di lantai
dasar Rusunawa Semanggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
e. Kondisi Prasarana Jaringan Listrik
Mengenai ketersediaan listrik, baik di lokasi permukiman lama
dan permukiman baru keduanya sudah tersedia jaringan listrik. Sebelum
menempati Rusunawa Semanggi sebagian penduduk menyatakan bahwa
listrik di tempat tinggal dahulu masih “gantol”. Setelah menempati
Rusunawa Semanggi, masing-masing unit hunia sudah terpasang jaringan
listrik sendiri.
f. Kondisi Prasarana Jaringan Jalan
Terhadap kondisi jaringan jalan lingkungan permukiman yang
terdahulu ada responden yang menyatakan bahwa kondisi jalan kurang
baik, karena seringnya daerah tersebut terkena banjir. Setelah berada di
lokasi Rusunawa mayoritas responden menyatakan bahwa kondisi jalan
di lingkungan Rusunawa Semanggi sudah baik dengan kontruksi jalan
dengan menggunakan paving. Pembangunan jaringan jalan di lokasi
Rusunawa merupakan bantuan dari Cipta Karya DPU Provinsi Jawa
Tengah sebagai program pembanguna 1000 tower di Indonesia. Dengan
adanya kondisi jalan yang baik maka dapat meningkatkan kualitas
permukiman dan jauh dari pendangan kumuh.
g. Aksesbilitas
Aksesbilitas berkaitan dengan hubungan antara beberapa lokasi
sebagai asal dan tujuan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
yang dikaitkan dengan tingkat kemudahan dalam mencapainya, baik
dalam parameter jarak, waktu dan biaya dan kenyamanan. Pertimbangan
terhadap aksesbilitas bagi suatu kawasan permukiman merupakan salah
satu prasyarat yang cukup mendasar bagi suatu perencanaan dan
pengembangan permukiman di perkotaan.
Kaitannya dalam penelitian ini aksesbilitas yang dimaksud adalah
hubungan antar lokasi permukiman yang mereka huni (lokasi
permukiman) dengan tempat-tempat lain yang menjadi tujuan
penghuninya sesuai dengan kepentingannya. Mengenai aksesbilitas atau
kemudahan dalam menjangkau berbagai fasilitas untuk aktifitas dan juga
mencapai lokasi pekerjaan dengan mudah. Namun jika tidak mempunyai
transportasi sendiri akan terasa susah untuk mencari angkutan umum,
harus jalan dahulu ke jalan besar.
2. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Ekonomi
Masyarakat.
Perubahan pada kondisi ekonomi rumah tangga adalah salah satu
tingkat indikator penting dalam menjelaskan perubahan taraf hidup
masyarakat yang pindah di Rusunawa. Dalam rangka pembangunan
Rusunawa Semanggi, pihak DPU UPTD mengungkapkan bahwa di
lingkungan yang baru akan tercipta sumber-sumber produktif, pendapatan
dan mata pencaharian baru. Sebagai salah satu program pembangunan
diharapkan mampu untuk memberkan manfaat terhadap perekonomian
masyarakat pada lokasi baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Indikator yang digunakan untuk melihat dampak ekonomi yang
ditimbulkan dari program pembangunan Rusunawa yaitu perubahan tingkat
pendapatan dan peluang dalam memperoleh sumber peghasilan. Berikut akan
diuraikan mengenai perubahan yang terjadi pada kondisi perekonomian
berdasarkan indikator tersebut :
a. Tingkat pendapatan
Pendapatan merupakan sarana umtuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan rumah tangga keluarga. Kehidupan ekonomi masyarakat yang
pindah ke Rusunawaa Semanggi tergolong pada masyarakat dengan
tingkat ekonomi yang rendah. Sebagian besar masyarakatnya bekerja
pada sektor informal yaitu berjualan, sopir taxi, buruh srabutan, PKL,
pembantu. Pekerjaan masyarakat yang pindah ke Rusunawa mayoritas
bekerja sebagai buruh dan berjualan.
Adanya kegiatan perekonomian yang baru setelah menempati
Rusunawa. Penghuni yang mempunyai usaha kecil dikembangkan
bersama-sama dengan penghuni yang belum bekerja Seperti
pengembangan usaha bakso bakar, hingga sekarang bisa sukses padahal
dahulunya tidak berkembang sebesar sekarang. Dan usaha-usaha
perekonomian lain tercipta di Rusunawk a Semanggi.
Hali ini karena program pembangunan Rusunawa tidak hanya
menyentuh aspek fisik saja tetapi juga menyentuh aspek ekonomi karena
adanya pembinaan dari pihak DPU dalam memajukan perekonomian di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Rusunawa. Hali ini merupakan pengaruh yang signifikan terhadap
kondisi ekonomi / tingkat pendapatan penghuni Rusunawa.
b. Kemudahan memperoleh peluang sumber penghasilan
Kondisi pasca menghuni Rusunawa Semanggi hingga penelitian
ini dilakukan sudah mampu memberikan perbaikan serta perluasan
ketersediaan lapangan pekerjaan di lingkungan Rusunawa. Hal ini terlihat
meningkatknya jumlah responden yang dipermudah mencari peluang-
peluang usaha yang tercipta di lingkungan Rusunawa, karena di dekat
Rusunawa terdapat Pasar Klithikan. Sebagian penghuni berjualan di
Pasar Klthikan. Jika dibandingkan dengan lokasi permukiman yang
lama, lokasi yang sekarang lebih memiliki peluang untuk memperoleh
sumber pendapatan.
Sudah tumbuhnya masyarakat dalam meningkatkan kondisi
ekonominya setelah menempati Rusunawa, disebabkan oleh terbentuknya
stabilitas sistem dan jaringan kerja masyarakat pada permukiman yang
mereka tempati sekarang.
3. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Sosial
Masyarakat.
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai perubahan yang
terjadi pada kondisi sosial sehingga dampak adanya program pembangunan
Rusunawa Semanggi. Kehidupan di suatu permukiman tidak hanya berkaitan
dengan fisik lingkungan dan pemenuhan kebutuhan terhadap tuntunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
ekonomi mereka, akan tetapi juga menyangkut terhadap kondisi sosial untuk
menunjang kehidupan mereka di suatu lingkungan.
Kondisi sosial yang dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui
dampak sosial dengan adanya relokasi adalah tingkat interaksi sosial
masyarakat. Interaksi sosial merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena interaksi merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas sosial, seperti dalam kehidupan sosial ekonomi, politik
dan budaya. Apabila interaksi sosial tidak berjalan dengan baik, maka
memungkinkan terjadinya disintegrasi dalam kehidupan masyarakat pada
akhirnya menghambat proses sosial itu sendiri. Dengan terjadinya interaksi
yang baik maka aspek integrasi memungkinkan tercapai.
Dengan demikian maka indikator kondisi sosial yang akan dinilai
adalah interaksi masyarakat dengan lingkungan luar permukiman, interaksi
dengan tetangga, kehadiran dalam mengikuti kegiatan gotong royong, dan
kegiatan dalam pertemuan rutin warga. Berikut adalah pembahasan
mengenai masing-masing indikator :
a. Interaksi Dengan Tetangga
Nilai-nilai kemasyarakatan yang sudah terbentuk pada lokasi
permukiman yang lama relative tidak mengalami perubahan, atau dengan
kata lain sosial masyarakat di permukiman yang lama masih dibawa pada
lokasi permukiman yang baru di Rusunawa Semanggi. Seperti contohnya
pada saat peneliti melakukan wawancara didapatkan bahwa kegiatan /
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
aktivitas masyarakat yang biasa mereka lakukan di lokasi yang lama
masih dilakukan di lokasi yang baru sekarang seperti arisan, pertemuan
rutin bapak-bapak, kerja bakti dan lain-lain.
b. Interaksi dengan lingkungan luar
Interaksi antar warga di luar Rusunawa Semanggi sangat jarang
sekali. Hal ini karena pemindahan penduduk dilokasi ini baru berjalan
dua tahun. Maka perlu adaptasi dan penyesuaian diri dengan lingkungan
masyarakat sekitar Rusunawa.
c. Kehadiran dalam Kegiatan Penghuni Rusunawan
Dalam wawancara yang penulis lakukan, bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat selama masih bermukim di permukiman lama
adalah arisan, pertemuan bapak-bapak, Kube, PKK, membantu tetangga
yang punya hajat, kerja bakti kebersihan lingkungan. Pada saat tinggal di
Rusunawa kegiatan ini tetap masih dijalankan oleh warga. Frekuensi
dalam mengikuti pertemuan warga tersebut masih tinggi dan terlihat
adanya peningkatan. Adanya peningkatan tersebut mengindikasikan
bahwa warga memiliki keinginan untuk terlibat dalam membicarakan
masalah lingkungannya agar menjadi lebih baik.
Berdasarakan pembahasan diatas diketahui bahwa program pembangunan
Rusunawa Semanggi memberikan dampak baik dan positif. Terhadap kondisi
fisik relokasi memberikan perubahan yang positif terhadap kondisi permukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
yang sekarang. Terhadap dampak sosial,pembangunan Rusunawa Semanggi
dalam mempertahankan tatanan sosial yang sudah terbentuk. Sedangkan
terhadap ekonomi masyarakat program pembangunan Rusunawa memberikan
dampak yang positif karena mampu menciptakan sumber penghasilan baru,
membuka lapangan pekerjaan, sehingga pendapatan penghuni Rusunawa dapat
meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka
beberapa kesimpulan yang dapat peneliti lakukan adalah dari hasil analisis
dan pembahasan dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:
1. Tinggal di rusunawa sangat efektif membawa dampak dari segi
lingkungan, ekonomi dan sosial. Kecenderungan ke arah perubahan
kualitas hidup yang lebih baik daripada tinggal pada hunian
sebelumnya. Penerapan kriteria kenyamanan tinggal memberikan
manfaat peningkatan kualitas hidup pada tingkat sejahtera.
2. Pembangunan Rusunawa Semanggi pada dasarnya telah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal yang sehat dan
teratur bagi warga masyarakat miskin berpenghasilan rendah.
3. Dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, pemerintah melalui
DPU mencoba untuk memfasilitasi rakyat miskin akan pemenuhan
kebutuhan dasar terutama dalam bidang perumahan sebagai salah satu
kebutuhan pokok manusia. Selanjutnya adanya rusunawa juga
membangun dan mengembangkan kolektifitas bersama sebagai
pencapaian kebutuhan individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
4. Selain itu adanya rusunawa juga mencipatakan kegiatan perekonomian
yang sebelumnya tidak diperoleh pada saat sebelum menghuni
rusunawa, yang pada akhirnya pemberdayaan perekonomian yang ada
pada rusunawa Semanggi akan menjadi salah satu pondasi dalam
menciptakan struktur perekonomian nasional yang kuat dengan
berlandaskan kepada perkembangan perekonomian mikro.
5. Pada umumnya penghuni rusunawa, menghadapi suatu perubahan
lingkungan yang betul-betul berbeda dari lingkungan sebelumnya di
lingkungan permukiman bukan rumah susun. Perubahan lingkungan
yang dihadapi, mengharuskan untuk mengadakan penyesuaian diri
terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang baru. Ternyata
sebagian penghuni rusunawa belum mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan fisik dan lingkungan baru, sehingga perilaku di
lingkungan permukiman sebelumnya masih terbawa di lingkungan
permukiman rumah susun.
6. Luas hunian yang terbatas di rusunawa serta jumlah anggota rumah
tangga dalam satu unit hunian, membuat sebagian penghuni rusunawa
berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin ruang-ruang yang
terdapat di dalam unit hunian rumah susun.
7. Dengan status kepemilikan rumah susun sistem sewa yang berarti tetap
sama dengan status kepemilikan sebelum tinggal di rumah susun,
makan sikap dan perilaku tidak peduli (kurangnya rasa memiliki)
terhadap lingkungan tetap muncul dan tidak dipengaruhi oleh kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
fisik lingkungan rusunawa. Faktor tersebut antara lain disebabkan oleh
: (1) rendahnya kondisi kehidupan sosial dan ekonomi penghuni; (2)
kurangnya perhatian dan pembinaan dari pihak DPU terhadap upaya
peningkatan kehidupan sosial ekonomi para penghuni.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial,
dimana eksemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang
khusus dari karya Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tidankan sosial
(social action). Weber tidak dengan tegas memisahkan antara struktur
sosial dan pranata sosial, keduanya membantu untuk membentuk
tindakan manusia yang penuh arti atau makna. Menurut Weber
mempelajari perkembangan pranata secara khusus dari luar tanpa
memperhatikan tindakan manusiannya sendiri berarti mengabaikan segi-
segi yang prinsipil dari kehidupan sosial.
Menurut Weber arah dari interaksi tersebut adalah hubungan
sosial dan tindakan sosial. Yang keduanya sebagai dasar dari tindakan
yang penuh arti pada individu. Yang dimaksudkan adalah tindakan
individu sepanjang tindakan tersebut mempunyai arti atau makna dan
diarahkan pada tindakan orang lain. Secara definitif teori ini berusaha
memahami dan menafsirkan tindakan sosial dan antar hubungan kasual.
Tindakan itu berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat ”membatin” atau bersifat
subyektif yang mungkin terjani karena pengaruh positif dan situasi
tertentu atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai
akibat pengaruh situasi serupa. Atau berupa persetujuan secara pasif
dalam situasi tertentu. (Ritzer, dalam Alimandan, 1992: 44-45).
Adapun hasil temuan dari penelitian ini, menyimpulkan bahwa
tindakan sosial yang dilakukan oleh DPU UPTD Kota Surakarta dalam
upaya pemberdayaan masyarakat miskin ini berupa pengadaan hunian
yang layak yaitu Rusunawa Semanggi. Menurut Weber dalam tindakan
sosial atas dasar rasionalitas, peran-peran yang telah diaplikasikan oleh
pemerintah terhadap penghuni Rusunawa Semanggi termasuk (zwerk
rational) atau tindakan sosial yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam pengertiannya tindakan dari pemerintah diarahkan secara
rasional dengan tujuan untuk memberdayakan kelompok penghuni
Rusunawa Semanggi yang sebelumnya mengalami ketidakberdayaan
karena ada permasalahan yang baik yang dating dari kondisi internal
(tempat tinggal yang tidak layak huni, kondisi ekonomi yang pas-pasan)
serta permasalahan yang datang dari kondisi eksternal (mahalnya biaya
kontrak rumah dengan kondisi layak huni, harga kontrakan rumah yang
setiap tahun naik, berpindah-pindah kontrakan) agar menjadi lebih
berdaya.
Melalui konsep perubahan sosial yang dikemukakan oleh Gerbert
Blummer yang menyebutkan bahwa perubahan sosial merupakan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
dari gerakan sosial sebagai usaha kolektif untuk menegakkan suatu tata
kehidupan yang baru, maka efektivitas keberadaan Rusunawa Semanggi
dalam pemberdayaan masyarakat miskin merupakan suatu bentuk dari
perubahan sosial. Dengan keberadaan Rusunawa Semanggi dalam
pemberdayaan masyarakat miskin selama kurang lebih dua tahun
lamanya adanya perubahan sosial yang terjadi di kalangan penghuni
Rusunawa Semanggi. Indikator penting dari perubahan sosial tersebut
ialah adanya perbedaan atau perkembangan di dalam struktur, pola pikir,
dan pola tingkah laku yang terjadi pada sebagian penghuni Rusunawa
Semanggi.
2. Implikasi Metodologis
Penelitian ini berjudul “Efektivitas Pembangunan Rusunawa
Semanggi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Surakarta”
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
keberadaan Rusunawa Semanggi dipandang dari aspek fisik lingkungan,
aspek ekonomi, dan aspek sosial. Peranan DPU UPTD Surakarta dalam
pembinaan dan pemberdayaan penghuni Rusunawa Semanggi. Dalam
rangka mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
penghuni Rusunawa Semanggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauhmana efaktivitas pembangunan Rusunawa Semanggi
dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, diperoleh dengan cara
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati berbagai peristiwa
dan fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dengan cara teknik wawancara mendalam (indepth interview), obervasi
langsung serta pencarian data dari dokumentasi. Kegiatan observasi
merupakan bentuk pengamatan melalui kegiatan pemusatan perhatian
terhadap obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis datang ke
lokasi penelitian untuk pengamatan secara langsung mengenai aktivitas
yang ada dan sedang berlangsung.
Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik
purposive sampling atau sampling bertujuan, yakni memilih informan
yang dianggap tahu dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang
lengkap dan megetahuinya secara mendalam.
Untuk menganalis data yang telah diperoleh, penulis menggunakan
teknik analisis interaktif, proses ini diawali dengan pengumpulan data.
Dikarenakan data yang diperoleh berkembang di lapangan, maka penulis
membuat reduksi data dan penyajian data. Penulis menyeleksi data yang
diperoleh di lapangan kemudian diikuti dengan penyusunan sajian data
berupa uraian yang sistematik. Setelah pengumpulan data berakhir,
tindakan penelitian selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi berdasarkan seluruh hal yang terdapat dalam penulisan reduksi
data dan sajian data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
3. Implikasi Empiris
Dari pihak pemberdaya yaitu DPU UPTD Kota Surakarta
diharapkan mempunyai pemikiran-pemikiran yang efektif dan efisien
dalam menghadapi masalah yang dialami oleh penghuni Rusunawa
Semanggi. Akan tetapi peneliti dalam melihat peran DPU UPTD Kota
Surakarta dalam melakukan pemberdayaan terhadap penghuni kurang
terfokus, karena masih mempunyai proyek pembangunan Rusunawa
yang lain. Adanya hal itu mengakibatkan pemberdayaan di Rusunawa
Semanggi kurang begitu optimal dilakukan oleh pemerintah.
C. SARAN
Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan
penelitian yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut :
1. Kepada para penghuni rusunawa bahwa masih banyak lapangan
perekonomian yang dapat dilakukan untuk peningkatan dan
pemberdayaan sehingga adanya rusunawa tidak hanya sebagai lokasi
tempat tinggal namun juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan.
2. Bagi masyarakat yang tadinya menempati lingkungan permukiman
kumuh, dimana pada saat menempati rusunawa yang memiliki
karakteristik lingkungan yang berbeda dengan permukiman
sebelumnya, maka masyarakat harus melakukan penyesuaian dengan
lingkungan baru, sementara kondisi sosial yang dimiliki adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
kondisi sosial di lingkungan permukiman perkampungan bukan
rusunawa. Oleh sebab itu pemindahan penduduk dari lingkungan
perumahan dan perumahan yang sebelumnya tinggal di lingkungan
perkampungan kumuh ke lingkungan permukiman rusunawa, harus pula
diikuti dengan penciptaan kondisi lingkungan perumahan dan
permukiman yang dapat mendukung terpeliharanya aspek sosial yang
sebelumnya ada di lingkungan perkampungan bukan rumah susun.
3. Sistem kepemilikan unit rumah susun berupa system sewa tidak
membangkitkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan
perumahan dan permukiman, karena memang bukan hak miliknya.
Untuk itu diharapkan adanya kebijakan yang ditempuh Pemerintah Kota
Surakarta dalam menetukan status kepemilikan perlu diubah dari system
sewa menjadi sewa beli. Dengan status tersebut dapat meningkatkan
status sosial penghuni dari tidak memiliki menjadi memiliki.
Untuk mencegah terjadinya pergeseran kepemilikan dari warga kepada
pihak lain, maka peningkatan ekonomi penghuni ditingkatkan melalui
pendekatan:
a) Meningkatkan sumber daya manusia melalui pemberian pelatihan dan
ketrampilan bagi penghuni rumah susun sesuai dengan kebutuhan
pasar sehingga tersedia tenaga kerja siap pakai,
b) Pemerintah Kota Surakarta menjembatani dengan pihak swasta yang
ada disekitar lokasi rusunawa untuk pemanfaatan tenaga kerja siap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
pakai (warga penghuni rusunawa) dengan prinsip saling
menguntungkan (win win solution).
Dengan demikian pembangunan rusunawa bukan saja sekedar
memindahkan manusia dari rumah tidak layak huni ke rumah yang sehat
dan layak huni, tetapi juga lebih mengutamakan peningkatan kehidupan
sosial dan ekonomi masyarakat penghuni rumah susun itu sendiri.
Dengan meningkatnya penghasilan penghuni, maka harapan untuk
memiliki rumah dapat tercapai, dan dapat dijaminkan untuk
mendapatkan harapan, dan dapat dijaminkan untuk mendapatkan modal
dalam rangka pengembangan usaha, sehingga dengan demikian
kehidupan sosial akan meningkat dan terwujudnya masyarakat sejahtera.
4. Pembinaan yang dilakukan oleh DPU Kota Surakarta dengan didukung
meningkatnya ekonomi masyarakat penghuni rumah susun,
kemungkinan terjadinya pengalihan hak kepada pihak ketiga dapat
dihindari, sehingga target group yang dituju dapat terwujud, dan tujuan
pembangunan rusunawa untuk meningkatkan mutu kehidupan dan
penghidupan, harkat, derajat dan martabat masyarakat penghuni
permukiman kumuh terutama masyarakat miskin berpenghasilan rendah
dapat tercapai.