BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

14
67 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN YANG TERINDIKASI HIV/AIDS A. Hukum Islam Memandang Aborsi Ayat-ayat yang terkandung di dalam al-Quran mengajarkan semua umat dan telah mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada satu pun ayat dalam al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat muslim. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan yang sangat mulia. Selanjutnya, ayat-ayat al-Quran yang menjadi dasar hukum tentang aborsi dijelaskan dalam beberapa surat sebagai berikut: 1 a. Umat muslim, dilarang melakukan aborsi atau membunuh anak (termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan) dengan alasan takut miskin. Sebagaimana firman Allah SWT: 2 ً يشِ جَ ب كً ئْ طِ خَبَ كْ ىُ َ هْ زَ لّ ِ ئۚ ْ ىُ بكّ يِ ئَ ْ ىُ ُ لُ صْ شَ ُْ حَ ۖ ٍ قَ ْ يِ ئَ خَ يْ شَ خْ ىُ كَ دَ ْ َ ا أ ُ هُ زْ مَ رَ َ اAyat di atas menjelaskan, tidak boleh membunuh anak-anak karena takut miskin, Allah lah yang akan memberikan rezeki, karena membunuh mereka adalah sesuatu dosa yang besar. b. Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan tersebut, atau menguranginya dengan cara memotong sebagian 1 https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam. 2 Q.S. Al-Isra’ (17): 31.

Transcript of BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

Page 1: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

67

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN YANG

TERINDIKASI HIV/AIDS

A. Hukum Islam Memandang Aborsi

Ayat-ayat yang terkandung di dalam al-Quran mengajarkan semua umat dan

telah mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada satu pun ayat dalam al-Quran

yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat muslim. Sebaliknya,

banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan yang sangat

mulia. Selanjutnya, ayat-ayat al-Quran yang menjadi dasar hukum tentang aborsi

dijelaskan dalam beberapa surat sebagai berikut:1

a. Umat muslim, dilarang melakukan aborsi atau membunuh anak (termasuk di

dalamnya janin yang masih dalam kandungan) dengan alasan takut miskin.

Sebagaimana firman Allah SWT:

2 خطئب كجيش ى كب لزه ئيبكى ئ ى شصل لدكى خشيخ ئيلق ح ل رمزها أ ا

Ayat di atas menjelaskan, tidak boleh membunuh anak-anak karena takut miskin,

Allah lah yang akan memberikan rezeki, karena membunuh mereka adalah sesuatu

dosa yang besar.

b. Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan

merubah ciptaan tersebut, atau menguranginya dengan cara memotong sebagian

1 https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam. 2 Q.S. Al-Isra’ (17): 31.

Page 2: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

68

anggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, atau dengan cara

menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya. Sebagaimana firman

Allah sebagai berikut:

3ى هب فض انطيجبد ى ي سصلب انجحش ى في انجش هب ح يب ثي آدو نمذ كش كثيش عه

خهمب رفضيل ي

Ayat di atas menyatakan bahwa Allah telah memuliakan anak-anak Adam, dengan

memberikan rezeki yang baik dan dilebihkan dengan kelebihan yang sempurna

dibandingkan ciptaan Allah yang lain.

c. Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang,

menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.4

نك أخم ر ب ي فغبد في السض فكأ لزم فغب ثغيش فظ أ ي ثي ئعشائيم أ كزجب عه

ى سعهب ثبنجي نمذ خبءر يعب ب أحيب انبط خ ب فكأ أحيب ي يعب بد ثى لزم انبط خ ئ

غشف نك في السض ن ى ثعذ ر كثيشا ي

d. Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau kebetulan, setiap janin

yang terbentuk adalah rencana Allah SWT yang menciptakan manusia dari tanah,

kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin, semua itu tidak terjadi

secara kebetulan. Hal ini diungkapkan Allah dalam al-Quran surat Al-Hajj ayat ke

lima.5

3 Q.S. Al-Isra’ (17): 70. 4 Q.S. Al-Maidah (5): 32. 5 Q.S. Al-Hajj (22): 5.

Page 3: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

69

طفخ ثى ي رشاة ثى ي انجعث فاب خهمبكى ي زى في سيت ي ك ب انبط ئ يب أي عهمخ ثى ي

أخم يغ مش في السحبو يب شبء ئن نكى غيش يخهمخ نجي ثى خشخكى يضغخ يخهمخ

يشد يكى ي ف يز كى ي ي ثعذ عهى طفل ثى نزجهغا أشذكى ش نكيل يعهى ي أسرل انع ئن

كم ص جزذ ي أ سثذ د زض بء ا ب ان ضنب عهي رش السض بيذح فارا أ يح شيئب ج ث

Dalam teks-teks al-Quran maupun hadist tidak didapati secara khusus hukum

aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa seseorang tanpa hak.

Salah satunya adalah firman Allah SWT berikut:

6ن عهي غضت الل ب ى خبنذا في ذا فدضاؤ خ يمزم يإيب يزع ي ب أعذ ن عزاثب عظي ع

Ayat tersebut menyatakan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin

dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam dan kekal disana, karena

Allah murka dan melaknatnya dengan siksaan yang berat.

Dalam hadist juga dijelaskan “seorang kamu ditempatkan penciptaannya di

dalam perut ibumu selama 40 hari, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu pula (40

hari), kemudian menjadi mudghah selama itu pula (40 hari) kemudian Allah

mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan dikatakan

kepadanya: tulislah amal, rezeki, dan ajalnya, serta celaka atau bahagianya, kemudian

ditiupkan kepadamu ruh. (HR. Imam Al-Bukhori dari Abdullah)”.7

Dasar-dasar ayat di atas sudah jelas bahwa perbuatan aborsi atau pengguguran

kandungan dilarang dengan keras, karena pada dasarnya menggugurkan kandungan

6 Q.S. An-Nisa’(4): 93. 7 MUI, Himpunan Fatwa MUI, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 458.

Page 4: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

70

berarti menghilangkan nyawa. Hal ini yang menjadi landasan ditetapkannya hukum

aborsi, karena aborsi disamakan dengan pembunuhan, khususnya perbuatan aborsi

tersebut dilakukan dengan sengaja bukan kerena darurat.

Para ulama menjelaskan bahwa jika anak telah menjadi embrio, maka ibu

tidak boleh menggugurkan, sebab anak tersebut telah terikat. Lain halnya jika masih

berupa sperma yang terikat dan terkadang berkemungkinan untuk tidak menjadi

seorang anak. Maksud kata terikat disini adalah sudah terlanjur berada di dalam rahim

seorang ibu.8

Namun terdapat perdebatan diantara ahli fiqih mengenai aborsi dalam

berbagai literatur klasik yang berkisar pada sebelum terjadinya penyawaan (qabla

nafkh al-ruh), maksudnya adalah kehamilan sebelum adanya peniupan “ruh” ke

dalam janin karena kehamilan sesudah penyawaan (ba’da nafkh al-ruh) semua ulama

sepakat melarang kecuali dalam kondisi darurat yang mengancam kehidupan nyawa

ibunya. Para ulama dari empat madzhab mempunyai pendapat yang beragam, ada

yang membolehkan hingga mengharamkan mutlak.9

a. Madzhab Hanafi

Sebagian besar dari fukaha Hanafiyah berpendapat bahwa aborsi

diperbolehkan sebelum janin terbentuk. Tepatnya membolehkan aborsi sebelum

peniupan ruh, tetapi harus disertai dengan syarat-syarat yang rasional, meskipun

kapan janin terbentuk masih menjadi hal yang ikhtilaf. Sementara, Ali Al-Qami,

8 Muhammad Syafiqul Anam, Fiqh Kehamilan, (Jombang: Darul Hikmah, 2011), hlm. 125.

9 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan),

(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 92.

Page 5: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

71

salah seorang imam madzhab Hanafiyah kenamaan dan sangat terkenal pada

zamannya, beliau menyatakan bahwa hokum aborsi adalah makruh.10

Ulama yang membolehkan pilihan aborsi umumnya sependapat bila belum

terjadi penyawaan, karena dianggap belum ada kehidupan, sehingga bila

digugurkan tidak termasuk perbuatan pidana (jinayah). Pendapat yang

membolehkan aborsi sebelum janin berusia 120 hari adalah Ibnu Abidin, salah satu

pengikut hanafi yang menyatakan fuqoha madzhab ini memperbolehkan

menggugurkan kandungan selama janin masih berbentuk segumpal daging atau

segumpal darah dan belum terbentuk anggota badannya. Mereka menetapkan

waktu terbentuknya janin sempurna adalah setelah janin berusia 120 hari. Mereka

membolehkan sebelum waktu itu, karena janin belum menjadi manusia.11

Namun, menurut Al-Buti yang tergolong ulama kontemporer dari kalangan

Hanafi mengatakan bahwa membolehkan aborsi sebelum kehamilan memasuki

bulan keempat hanya dalam tiga kasus yaitu, pertama, apabila dokter khawatir

bahwa kehidupan ibu terancam akibat kehamilan; kedua, jika kehamilan

dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit di tubuh ibunya; ketiga, apabila

kehamilan yang baru menyebabkan terhentinya proses menyusui bayi yang sudah

ada dalam kehidupannya sangat bergantung pada susu ibunya.12

Kaidah yang

mendasari pendapat ini adalah “menghindari bahaya dengan memilih resiko yang

10 Ibid, hlm. 93. 11 M. Nu’aim Yasin, Fiqh Kedokteran, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm. 202. 12 Ibid.

Page 6: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

72

paling ringan”. Dalam hal ini nyawa si ibu didahulukan atas nyawa si janin, karena

si ibu adalah sumber asalnya.13

b. Madzhab Hanbali

Dalam pandangan jumhur Ulama Hanabilah, janin boleh digugurkan

selama masih dalam fase segumpal daging (mudghah), karena belum berbentuk

anak manusia. Pandangan tersebut disebut juga oleh ulama lain yang

membolehkan aborsi secara mutlak sebelum peniupan ruh, diantaranya disebutkan

Yusuf Bin Abdul Hadi, boleh meminum obat untuk menggugurkan janin yang

sudah berupa segumpal daging.14

Namun, Gamal Serour seorang pakar

kependudukan dari Al-Azhar, membatasi sebelum kehamilan berusia 40 harus

siperbolehkan selebihnya dilarang. Namun, pendapat Ibnu Jauzi paling ketat dari

madzhab ini yang menyatakan bahwa aborsi hukumnya haram mutlak baik

sebelum atau sesudah penyawaan pada usia 40 hari.15

Dari paparan pendapat para fukaha Hanabillah cenderung sebagian

besarberpendapat bahwa aborsi diperbolehkan sebelum terjadinya yaitu sekitar

janin sebelum berusia 40 hari.

c. Madzhab Syafi’i

13 Rahman Imran, Islam Dan KB, (Jakarta: Lentera, 1997), hlm. 232. 14 Ibid, hlm. 210.

15 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan),

(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 96.

Page 7: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

73

Ulama-ulama Syafi’iyah berselisih pendapat mengenai aborsi sebelum 120

hari. Ada yang mengharamkan, ada pula yang membolehkan selama masih berupa

sperma atau sel telur (nutfah) dan segumpal darah (alaqah) atau berusia 80 hari,

atau sebelum janin diberi ruh. Sebagian Fukaha Syafi’iyah menyepakati bahwa

aborsi haram sebelum usia kehamilan 40-42 hari. Namun sebagian lagi

menyatakan bahwa aborsi diizinkan sepanjang janin belum berbentuk sempurna,

yakni belum tampak bagian-bagian tubuh seperti tangan, kaki, kepala, rambut, dan

bagian-bagian tubuh lainnya.16

Imam Al-Ghazali, salah sorang ulama dari madzhab Syafi’iyah, beliau

sangat tidak menyetujui pelenyapan janin, karena menurutnya hal tersebut

tergolong pidana (jinayah) dan mutlak haram tanpa melihat apakah sudah ada ruh

atau belum. Urutan pertama dari wujud kehidupan itu adalah bertemunya air

sperma dalam kandungan dan bercampur dengan ovum perempuan dalam rahim.17

Karena itu menggugurkan merupakan suatu pelanggaran tindak pidana, makin

lama perkembangan kandungan, makin meningkat pula hukumannya dan yang

paling besar hukumannya adalah bila anak dibunuh sesudah lahir dalam keadaan

hidup.18

Para ulama sepakat mengharamkan pengguguran kandungan yang

dilakukan setelah peniupan ruh atau setelah 4 bulan, dan tidak dihalalkan bagi

16 Ibid, hlm. 98.

17 Sayid Ahmad, Islam Berbicara Soal Seks, Percintaan, Dan Rumah Tangga, (PT Gelora

Aksara Prtama, 2008), hlm. 82. 18 Abdul Syukur, Buku Lengkap Fiqh Wanita, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm. 404.

Page 8: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

74

kaum muslimin melakukannya karena hal itu merupakan pelanggaran pidana

(jinayah) atas makhluk yang hidup. Akibat hukum bagi pelaku pengguguran

kandungan setelah penyawaan, menurut mayoritas (jumhur) ulama Syafi’iah

sepakat pelakunya wajib membayar kompensasi (ghurrah).19

d. Madzhab Maliki

Jika rahim telah dibuahi sperma maka tidak boleh mengganggunya, lebih-

lebih jika sperma tersebut telah berbentuk janin, dan lebih-lebih jika janin tersebut

telah ditiupkan ruh, maka para ulama sepakat bahwa itu merupakan

pembunuhan.20

Ulama Malikiyah berpandangan bahwa kehidupan sudah dimulai sejak

terjadinya konsepsi. Oleh karena itu, menurut mereka aborsi tidak diizinkan

bahkan sebelum janin berusia 40 hari, alasannya bila air mani telah tersimpan

dalam rahim berarti sudah ada proses kehidupan.21

Hal ini sejalan dengan pendapat

Al-Laisy, menurutnya jika rahim telah mengangkap air mani, maka tidak boleh

suami-isteri ataupun salah satu dari mereka menggugurkan janinnya, baik sebelum

penciptaan. Tetapi, menurut mayoritas Malikiyah aborsi boleh dilakukan hanya

untuk menyelamatkan nyawa ibu, selain itu mutlak dilarang.22

19 Maria Ulfah Anshor. Op. Cit, hlm. 101. 20 Musthofa Masyur, Fiqh Dakwah, (Jakarta: Cahaya Umat, 2000), hlm. 215.

21 Arjatmo Tjokonegoro dan Hendra Utama, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer,

(Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007), hlm. 160. 22

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan),

(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 101.

Page 9: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

75

Aborsi setelah penyawaan dikategorikan sebagai bentuk kejahatan yang

terkutuk, tidak peduli apakah kehamilan tersebut hasil dari sebuah pernikahan

yang sah atau karena hubungan zina, kecuali jika aborsi tersebut ditujukan untuk

menyelamatkan nyawa ibunya. Mayoritas (jumhur) ulama Malikiyah sepakat

untuk memberikan hukuman (ta’zir) bagi pelaku aborsi pada janin sebelum terjadi

penyawaan (qabla nafkhi al-Ruh).23

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Para fuqaha

sepakat atas haramnya pengguguran janin setelah janin mendapatkan nyawa atau

setelah berusia empat bulan dalam kandungan ibunya karena pada usia itu telah

ditiupkan ruh pada janin. sedangkan hukum pengguguran bayi sebelum peniupan ruh

beberapa madzhab fiqih dalam masalah ini berselisih pendapat tentang hukum

menggugurkan janin yang usianya belum mencapai empat bulan atau belum ditiupkan

ruh kepadanya.

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aborsi Janin yang Terindikasi HIV/AIDS

Hukum aborsi menurut hukum Islam adalah haram sejak bertemunya sel telur

dengan sperma, namun untuk aborsi janin yang terindikasi virus HIV/AIDS harus

dikaji ulang. Penyakit AIDS sampai saat ini memang belum ditemukan obatnya,

namun data dari Rasulullah adalah tidak ada penyakit kecuali telah diturunkan

obatnya. Siapa tau jika bayi itu dilahirkan sudah ada obat untuk mematikan virus HIV

pada tubuh bayi tersebut, namun jika dibiarkan artinya virus HIV akan terus

23 Ibid.

Page 10: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

76

menyebar lebih luas. Dari keterangan di atas, harus ditimbang dulu lebih berat

kebaikannya (mashlahat) atau keburukannya (mafsadat).

Pada dasarnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga satu-satunya

yang memiliki mandat membuat fatwa agama Islam yang didirikan oleh Pemerintah,

dalam fatwanya Nomor 4 Tahun 2005 menekankan pada pelaksanaan aborsi dengan

berdasarkan umur janin. Akan tetapi jika sudah terjadi pembuahan ovum (implantasi

blastosis) maka walaupun sebelum nafkh ar-ruh hukumnya haram, kecuali ada alasan

medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh syari’at Islam.24

Mengacu pula pada pendapat Madzhab yang memberikan keringanan dalam

pandangannya mengenai aborsi, dalam hal ini madzhab Hanafi dan madzhab Maliki.

Menurut Al-Buti dari kalangan Hanafi, mengatakan bahwa membolehkan aborsi

hanya dalam tiga kasus yaitu; pertama, apabila dokter khawatir bahwa kehidupan ibu

terancam akibat kehamilan; kedua, jika kehamilan dikhawatirkan akan menimbulkan

penyakit di tubuh ibunya; ketiga, apabila kehamilan yang baru menyebabkan

terhentinya proses menyusui bayi yang sudah ada dan kehidupannya sangat

tergantung pada susu ibunya.25

Lalu menurut mayoritas ulama Malikiyah aborsi boleh

dilakukan hanya untuk menyelamatkan nyawa ibu, selain itu mutlak dilarang.26

24 Majelis Ulama Indonesia, Keputusan Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi,

(Jakarta: Komisi Fatwa MUI, 2005), hlm. 8. 25 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan),

(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 94. 26 Ibid, hlm. 103,.

Page 11: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

77

Dalam konteks menetapkan kepastian hukum mengenai aborsi yang dilakukan

dengan alasan bisa membahayakan nyawa sang ibu, dapat dianalisis dengan

menggunakan beberapa kaidah fiqih, antara lain:

1. Bahaya itu harus dihilangkan ( شسيضال .(انض

2. Bahaya yang lebih berat dapat dihilangkan dengan memilih bahaya yang lebih

ringan ( شس الخف شس الشذ يضال ثبنض atau jika dihadapkan pada dua kondisi (انض

yang sama-sama membahayakan, maka pilihlah bahaya yang lebih kecil resikonya

ب) ب ضشسا ثبسركبة اخف عي اعظ س فغذرب .(ارا رعب سض ان

3. Keterpaksaan dapat memperbolehkan untuk melakukan hal-hal yang dilarang

ساد ) حظ شساد رجيع ان .(انض

4. Fatwa itu dapat berubah tergantung pada perubahan situasi dan keadaan, tempat,

motivasi, dan tradisi yang berlaku (رغيشانفزىجزغيشالصيخاليكخالحال).27

Para ulama membolehkan aborsi dengan dalih bahwa bahaya yang sangat berat

dapat dihilangkan dengan bahaya yang lebih ringan. Mereka berpendapat bahwa

pelakunya tidak lain hanya memilih satu diantara dua bahaya yang lebih ringan.

Karena menggugurkan janin lebih ringan bila dibandingkan dengan kematian sang

ibu. Hukum asal aborsi sebagaimana yang telah dikemukakan adalah haram, akan

tetapi hukum Islam atau fiqih memiliki karakter yang dinamis dan realistis, dapat

27

Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam (Kaidah-Kaidah Ushuliyah Dan

Fiqhiyah), (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hlm. 133.

Page 12: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

78

dikaji secara terus menerus sesuai dengan perkembangan masyarakat, ilmu

pengetahuan, dan teknologi modern.28

Berdasarkan kaidah syar’iyah bahwa jika harus memilih, maka keselamatan

sang ibu harus didahulukan daripada janin, hal ini disebabkan karena ibu merupakan

asal-muasal janin dan kehidupannya tidak bergantung kepada orang lain. Ibu juga

memiliki hak yang harus diberikan sebagaimana ia juga memiliki kewajiban yang

harus ditunaikan. Ia juga merupakan seorang isteri bagi suaminya, ibu bagi anak-

anaknya serta menjadi penopang bagi kehidupan keluarganya. Oleh karena itu, tidak

tepat kiranya mengorbankan jiwa sang ibu demi menyelamatkan janin yang belum

jelas masa depannya serta belum memiliki hak dan kewajiban. Jadi, dibolehkan

melakukan aborsi, meskipun setelah janin memiliki ruh demi keselamatan sang ibu

karena merupakan solusi untuk mencegah timbulnya masalah yang lebih besar.29

Aborsi janin yang terindikasi HIV/AIDS jika dikaitkan dengan kondisi pelaku

aborsi yang terinfeksi HIV/AIDS dalam kaedah-kaedah hukum Islam, hukumnya bisa

berubah dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi aborsi seperti ini masuk

kategori sebagai Aborsi karena darurat atau pengobatan (al-isqath al-dharuri/al-

‘ilajiy) yaitu yang dilakukan karena adanya indikasi fisik yang mengancam nyawa ibu

bila kehamilannya dilanjutkan.30

Aborsi ini dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi

medis sebelum lahir secara alami untuk menyelamatkan nyawa dan jiwa ibu yang

28 Hasbi Ash Shiddiq, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: CV Mulya, 1967), hlm. 177.

29 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ushul Fiqh), (Bandung: Penerbit

Risalah, 1985), hlm. 137. 30

Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan),

(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 39.

Page 13: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

79

terancam karena pada wanita hamil yang terinfeksi virus HIV/AIDS kondisinya akan

semakin lemah dan janinnya jika dilahirkan akan mengalami cacat lahir.31

Dalam Hal

ini yang dianggap lebih ringan resikonya adalah mengorbankan janin, sehingga aborsi

janin ini menurut agama dibolehkan.

Dari paparan di atas, simpulan yang bisa digambarkan adalah adanya

pembolehan untuk melakukan tindakan aborsi janin yang terindikasi HIV/AIDS

karena hal tersebut bersifat darurat. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyah, apabila

dua mafsadah bertentangan, maka diperhatikan mana yang lebih besar mudharatnya

dengan yang dikerjakan adalah yang lebih ringan mudharatnya, yang oleh para ahli

fiqih disandarkan pada firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 173:32

اضطش ف نغيش الل م ث يب أ ضيش نحى انخ انذو يزخ و عهيكى ان ب حش ل عبد فل ئ غيش ثبغ

غفس سحيى الل ئ ئثى عهي

Dan juga pada surat Al-Isra’ ayat 33:33

ل رمز عهطبب ف ني لزم يظهيب فمذ خعهب ن ي ئل ثبنحك و الل في ها انفظ انزي حش ل يغش

صسا ي كب انمزم ئ

Ayat pertama, menjelaskan bahwa Allah mengharamkan bangkai, darah, daging

babi dan binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Allah, namun jika dalam

keadaan terpaksa dan bukan menginginkannya maka tidak ada dosa bagi yang

melakukannya. Ayat kedua, menjelaskan bahwa tidak boleh membunuh jiwa yang

31 Abdurrahman Wahid, Seksualitas Kesehatan Reproduksi Dan Ketimpangan Gender,

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm. 211. 32 Q.S. Al-Baqarah (2): 173. 33 QS. Al-Isra’ (17): 33.

Page 14: BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI JANIN …

80

diharamkan Allah membunuhnya, kecuali dengan suatu alasan yang benar. Kedua

ayat tersebut jelas menyatakan bahwa segala sesuatu yang diharamkan akan

mendapatkan pengecualian jika dilakukan dalam keadaan terpaksa atau darurat dan

dengan suatu alasan yang benar.