BAB IV sita pdl

download BAB IV sita pdl

of 4

description

tanda adalah

Transcript of BAB IV sita pdl

32

BAB IV

ANALISA KASUS

Seorang perempuan berinisial Ny. W, berumur 41 tahun, MRS 16 Januari 2016 dengan keluhan utama sesak napas yang bertambah hebat sejak 1 hari SMRS. Dari keluhan tersebut, yang dapat kita pikirkan adalah gangguan di sistem respirasi/paru, gagal jantung, dan gangguan ginjal.

Lebih kurang 4 bulan SMRS, os mengeluh batuk, dahak (-), os merasa nafsu makan yang menurun, berat badan menurun. BAK dan BAB normal (+). Pada keadaan ini, OS berobat ke bidan kampung tetapi batuk tidak hilang. Dari keluhan tersebut dapat diketahui adanya batuk kronis, yang bisa dikarenakan TB paru atau bronkitis kronik. Dari anamnesis ini, kemungkinan gangguan ginjal dapat disingkirkan karena tidak ada kelainan BAK. Perubahan warna BAK bisa menunjukkan terjadinya gangguan di ginjal.

2 bulan SMRS OS merasakan bahwa batuknya semakin sering, batuk disertai dahak berwarna putih susu dan berbuih. Jumlah dahak semakin banyak, kurang lebih 1 sendok makan setiap kali batuk. Batuk tidak bercampur darah, Frekuensi batuk sekitar 10-20 kali per hari. Pada saat batuk, os merasakan sakit di dadanya, sakit tidak menjalar. Sakit dada disertai sesak napas, sesak napasnya bertambah parah. sesak tidak dipengaruhi aktifitas, posisi, cuaca, dan emosi. OS sering merasakan nyeri pada ulu hati dan kemudian OS mengeluh sesak napas. OS merasakan perutnya terasa kencang, badan terasa meriang (+) nafsu makan makin turun, dikarenakan lidah terasa pahit, dan makanan terasa hambar, berat badan OS juga menurun drastis. Keringat dingin menjadi lebih sering pada malam hari, meriang (+) demam tidak terlalu tinggi (+) nyeri sendi (+) pada kedua tungkai dan lengan. Dalam hal ini, dapat dicurigai adanya TB dari warna dahak yang putih. Sakit dada dapat dikarenakan adanya proses pada pleura, dapat disebabkan adanya pleuritis atau efusi pleura. Sesak yang ditimbulkan juga bukan berasal dari penyakit jantung dan asma. Badan lemas, demam, nafsu makan dan berat badan yang turun menunjukkan gejala-gejala prodromal yang sering dijumpai pada TB paru.Lebih kurang 1 hari SMRS, OS mengeluh sesak napas semakin hebat, sesak tidak dipengaruhi aktifitas, cuaca, posisi, dan emosi. Sakit dada ada, sakit tidak menjalar. Os juga mengeluh batuk semakin sering. Batuk berdahak. Dahak berwarna putih. Jumlah dahak semakin banyak, sekitar 1 sendok makan disertai dengan pusing (+) nyeri ulu hati (+), perut rasa kembung (+) mual (+) muntah (-)

Riwayat sakit darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis tidak ada, riwayat penyakit dengan keluhan yang sama yaitu batuk darah dalam keluarga juga disangkal oleh OS.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, dan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 100x/menit, pernafasan 28x/menit, dan temperatur 37,50C. Pemeriksaan kepala dan leher dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru ditemukan stem fremitus kiri lebih dari kanan. Sonor pada paru kiri, redup pada paru kanan. Vesikuler melemah pada paru kanan, dan ronkhi basah sedang pada lapangan paru kanan. Pada pemeriksaan jantung, abdomen, genital, dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan. Berdasarkan pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan diagnosis berupa efusi pleura kanan. Adanya ronki basah sedang dapat menunjukkan ada kelainan lagi di parunya, terutama TB. Karena banyaknya temuan bahwa efusi pleura sering merupakan komplikasi TB paru, maka TB paru dapat dipertimbangkan sebagai penyebab timbulnya efusi pleura dalam kasus ini.

Dari pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin: 13,0 g/dL (normal), leukosit: 12.180/ul (leukositosis), trombosit: 346.000/ul (normal), laju endap darah: 57mm/jam (meningkat), diffcount: 5/0/1/73/14/7, hematokrit: 37%, Pemeriksaan faal hati: SGOT: 25U/L, SGPT: 7 U/L (menurun). Pada pemeriksaan elektrolit: Natrium serum: 134 mEq/L (normal), Kalium serum: 3,6 mEq/L (normal), Pemeriksaan faal ginjal: Ureum: 12 mg/dl (normal), creatinin: 0,8 mg/dl (normal). Pemeriksaan BSS: 89 mg/dl (normal)Pada pemeriksaan radiologi thorax PA (masih menunggu hasil). Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dapat ditegakkan efusi pleura dextra, tetapi untuk memastikan tipe efusi pleura perlu dilakukan pemeriksaan tambahan lanjutan berupa tes pungsi.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah diet nasi biasa tinggi kalori tinggi protein dan medikamentosa. Medikamentosa meliputi ambroxol syrup, antibiotik, kortikosteroid, dan vitamin. Prognosis dari efusi pleura tergantung dari penyebabnya, umur pasien, dan pengobatan yang dilakukan.DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University PressAstowo, pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas Dan Empiema. Jakarta: Departement Pulmonolgy And Respiration Medicine, Division Critical Care And Pulmonary Medical Faculty UI

Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Jeremy, et al. 2008. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem respirasi. Edisi kedua. Jakarta: EMS Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

Richard W. Light. 2005. Harrison's Principles of Internal Medicine 16th Edition. Editor: Dennis L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci, Stephen Hauser, Dan Longo, J. Larry Jameson. McGraw-Hill Professional.

30