BAB IV (Prosedur Penelitian)

18
BAB IV PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN Jalan angkut penghubung crusher II dengan lokasi penambangan B3 Utara. B4, B5, B7 tengah dan B8 perintisan telah ada dan beberapa ruas jalan bersifat temporer. Namun belum dijadikan akses utama bagi alat angkut Komatsu HD 465 yang merupakan alat angkut yang utama pada PT. Semen Tonasa. Dari hasil pengukuran geometri yang dilakukan dilapangan. Terdapat beberapa trase jalan yang tidak memenuhi standar pengoperasian alat angkut yang menggunakan ban karet. Diantaranya terdapat kemiringan memanjang jalan yang melebihi 10 % sebagai syarat kemiringan memanjang jalan maksimal untuk ban karet. Lebar jalan dan jari-jari belokan yang belum sesuai. Oleh karena itu diperlukan suatu jalan angkut tambang yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan untuk proses penngangkutannya agar dapat menunjuang kelancaran 4 - 1

description

zz

Transcript of BAB IV (Prosedur Penelitian)

Page 1: BAB IV (Prosedur Penelitian)

BAB IV

PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN

Jalan angkut penghubung crusher II dengan lokasi penambangan B3 Utara.

B4, B5, B7 tengah dan B8 perintisan telah ada dan beberapa ruas jalan bersifat

temporer. Namun belum dijadikan akses utama bagi alat angkut Komatsu HD 465

yang merupakan alat angkut yang utama pada PT. Semen Tonasa. Dari hasil

pengukuran geometri yang dilakukan dilapangan. Terdapat beberapa trase jalan yang

tidak memenuhi standar pengoperasian alat angkut yang menggunakan ban karet.

Diantaranya terdapat kemiringan memanjang jalan yang melebihi 10 % sebagai syarat

kemiringan memanjang jalan maksimal untuk ban karet. Lebar jalan dan jari-jari

belokan yang belum sesuai. Oleh karena itu diperlukan suatu jalan angkut tambang

yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan untuk proses penngangkutannya

agar dapat menunjuang kelancaran produksi. Jalan angkut tambang tersebut telah

direncanakan sebelumnya diatas peta topografi menuju areal penambangan B 8

perintisan dengan beberapa tikungan pada alinyemen horizontal, dengan melakukan

galian di beberapa trase jalan sehingga mencapai kemiringan memanjang maksimum

10 %.

Jalan tambang yang menghubungkan crusher II dengan B 8 perintisan ini pada

umumnya berupa tanjakan, sesuai dengan kondisi topografi karts yang terjal. Untuk

proses pengkajian secara teknik terhadap desain jalan angkut tambang selanjutnya

4 - 1

Page 2: BAB IV (Prosedur Penelitian)

maka dilakukan pengamatan secara detail dari profil rencana jalan angkut tambang

yang telah terbentuk dan data-data pendukung lainnya untuk menentukan suatu

desain jalan angkut tambang yang sesuai dengan safety standar operation alat angkut

rencana.

4.1 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terhadap pengkajian secara teknis design jalan angkut

tambang Petea yang disesuaikan dengan safety standard operation alat angkut

rencana sebagai berikut :

4.1.1 Lengkung Horisontal

- Pengamatan secara detail terhadap trase jalan angkut tambang dari Crusher II

ke B 8 rintisan yang telah direncanakan, khususnya pada tikungan jalan.

- Menentukan kecepatan rencana (design speed) untuk kendaraan rencana

Komatsu HD 465 berdasarkan jari-jari tikungan asli.

- Menentukan jari-jari kurva (radius curve) pada setiap stationing yang terdapat

tikungan di sepanjang jalan angkut tambang Crusher II ke B 8 rintisan

berdasarkan kemampuan alat angkut rencana pada saat membelok.

- Menentukan koefisien gesekan melintang maksimum pada setiap stationing

yang terdapat tikungan di sepanjang jalan angkut tambang Crusher II ke B 8

rintisan

- Melakukan penggambaran alinyemen horisontal dan alinyemen vertical jalan

angkut tambang.

4 - 2

Page 3: BAB IV (Prosedur Penelitian)

- Menentukan dimensi lebar jalan angkut tambang Crusher II ke B 8 rintisan

pada jalan bagian lurus dan tikungan berdasarkan dimensi lebar alat angkut

rencana yang terlebar.

- Menetapkan jumlah lajur pada jalan angkut tambang Crusher II ke B 8

rintisan yang dipengaruhi oleh volume lalu-lintas rencana yang akan

menggunakan jalan tersebut.

- Menetapkan superelevasi normal dan superelevasi maksimum dari jalan

angkut tambang Crusher II ke B 8 rintisan dengan memperhatikan kondisi

jalan secara nyata di lapangan.

- Menentukan superelevasi runout pada jalan angkut tambang Crusher II ke B 8

rintisan didasarkan pada perubahan maximum cross slope pada jarak 30 m

dari segmen jalan dan kecepatan rencana kendaraan.

- Menentukan jarak henti yang aman (safe stopping distance) dan jarak

pandang yang aman (safe sight distance) untuk kendaraan angkut rencana

Komatsu HD 465.

4.1.2 Pembuatan Jalan Tambang

- Membuat profil memanjang trase jalan telah ada dan trase jalan rencana.

- Menghitung volume galian sesuai dengan desain rencana terhadap trase jalan

yang telah ada untuk mendapatkan geometri jalan yang sesuai dengan alat

angkut rencana Komatsu HD 465.

4 - 3

Page 4: BAB IV (Prosedur Penelitian)

- Menghitung geometri peledakan dari masing-masing alat bor dan

membandingkan produktifitas peledakannya.

- Menghitung produksi alat yang digunakan dalam pekerjaan pembuatan jalan

tambang.

- Menentukan waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan jalan tambang.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil olahan data dari langkah-langkah kerja penelitian tentang design

geometri jalan jalan angkut tambang yang memenuhi standar keamanan dan

kenyamanan dari Crusher II ke B 8 rintisan secara sistematis ditampilkan dalam

bentuk tabel perhitungan berikut ini :

4.2.1 Perhitungan Geometri Jalan Tambang

4.2.1.1 Data kemiringan memanjang

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan theodolit pada trase jalan

tambang yang telah ada, dapat diketahui kemiringan memanjang jalan pada tiap

station selanjutnya dilakukan perubahan pada persen kemiringan memanjang untuk

mendesain jalan tambang yang aman bagi alat angkut Komatsu HD 465. Data persen

kemiringan asli dan kemiringan rencana serta volume galian dan timbunan dapat

dilihat pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3.

4 - 4

Page 5: BAB IV (Prosedur Penelitian)

4.2.1.2 Data Lengkung Horizontal Jalan

Pada trase jalan rencana sepanjang 1475 meter terdapat lima buah belokan

terdiri dari 26 station yang dibagi berdasarkan kemiringan pada jalur jalan asli

dilapangan. Data berupa kecepatan rencana, radius tikungan, gaya gesek melintang

yang terdapat pada jalur tikungan rencana dapat dilihat pada tabel 4.4

4 - 5

Page 6: BAB IV (Prosedur Penelitian)

Tabel 4.1

Keadaan Jalan Tambang Asli dan Jalan Rencana

Station 0 + 055 sampai 0 + 549

station 0+055 - 0+130 0+130 - 0+180 0+180 - 0+220 0+220 - 0+270 0+270 + 0+337 0+337 - 0+390 0+390 - 0+427 0+427 - 0+491 0+491 - 0+549

Jarak Antar Titik (m) 80 50 40 50 67 53 37 64 58 Jarak Langsung (m) 130 180 220 270 337 390 427 491 549 Elevasi Asli (m) 72 82 90 92 96 100 104 114 122 Elevasi Rencana ( m ) 80 85,63 89,03 95,13 101,33 106,63 110 115,76 120,40 Kemiringan Asli (….%) 20 20 4 5,90 7,54 10,80 15.62 13,79 15,70 Kemiringan Recana (…..%) 11,26 8,50 12,2 9,25 10,00 9,10 9,00 8,00 8,00 Lebar Jalan Asli (m) 21,73 21,83 22,20 22,02 19,68 21,02 21,02 19,56 18,68 Lebar Jalan Rencana (m) 19,50 22,50 19,50 19,50 19,50 19,50 19,50 19,50 19,50

LuasGalian (m2) - - 8 4,5 - - - - 20,25Timbunan (m2) 300 410,50 18 7,85 268 297 247 1,06 12,50

VolumeGalian (m3) - - 156 87,75 - - - - 394,88Timbunan (m3) 5,86 9236,25 315 153,04 5,23 5,971,5 4186,5 20,64 243,75

Sumber : Hasil Pengolahan Data

4 - 6

Page 7: BAB IV (Prosedur Penelitian)

Tabel 4.2

Keadaan Jalan Tambang Asli dan Jalan Rencana

Station 0 + 549 sampai 1 + 021

Station 0+549 - 0+600 0+600 - 0+644 0+644 - 0+692 0+692 - 0+723 0+723 - 0+748 0+748 - 0+800 0+800 - 0+876 0+876 - 0+915 0+915 - 1+021

Jarak Antar Titik (m) 51 44 48 31 25 52 76 39 106 Jarak Langsung (m) 600 644 692 723 748 800 876 915 1.021 Elevasi Asli (m) 130 138 142 148 150 157 166 174 176 Elevasi Rencana ( m ) 124,48 128,48 132,80 135,28 137,28 141,44 149 152,90 161,38 Kemiringan Asli ( …. % ) 18,20 8,30 19,35 8,00 13,40 11,00 20,50 1,88 4,25 Kemiringan Recana (….%) 9,00 9,00 8,00 8,00 8,00 10,00 10,00 8,00 8,00 Lebar Jalan Asli (m) 16,03 12,43 15,77 17,28 20,32 22,45 22,56 23,40 21,20 Lebar Jalan Rencana (m) 19,5 19,5 19,5 22,5 22,5 22,5 19,5 19,5 22,5

Luas Galian (m2) 258,55 314,54 456 328 312,5 726,75 1248 779 1872Timbunan (m2) - - - - - - - - -

Volume Galian (m3) 5,041,725 6133,44 8892 7380 7031,25 16,351,875 24336 15190,5 42,12Timbunan (m3) - - - - - - - - -

Sumber : Hasil Pengolahan Data

4 - 7

Page 8: BAB IV (Prosedur Penelitian)

Tabel 4.3

Keadaan Jalan Tambang Asli dan Jalan Rencana

Station 1 + 021 sampai 1 + 492

Station 1+021 - 1+068 1+068 - 1+125 1+125 - 1+161 1+161 - 1+204 1+204 - 1+243 1+243 - 1+298 1+298 - 1+342 1+342 - 1+412 1+412 - 1+492

Jarak Antar Titik (m) 47 57 36 43 39 55 44 70 80 Jarak Langsung (m) 1,07 1,13 1,161 1.204 1.243 1.298 1.342 1.412 1.492 Elevasi Asli (m) 178 182 186 192 198 202 208 214 216 Elevasi Rencana ( m ) 165,14 169,79 173,03 176,90 180,41 184,81 188,33 193,93 200,33 Kemiringan Asli (…. % ) 7,01 11,10 13,95 15,38 7,30 13,50 8,57 2,50 2,59 Kemiringan Recana (….%) 8,00 8,00 9,00 9,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 Lebar Jalan Asli (m) 23,14 22,89 22,68 21,45 21,23 20,13 20,08 19,09 18,75 Lebar Jalan Rencana (m) 22,5 22,5 19,5 19,5 19,5 22,5 22,5 22,5 22,5

Luas Galian (m2) 648 712,5 462,5 627 643,5 1347,5 821,25 1420 1440Timbunan (m2) - - - - - - - - -

Volume Galian (m3) 14,580 16031,25 9018,75 12226,5 12548,25 30318,75 18,478,125 31950 32400Timbunan (m3) - - - - - - - - -

Sumber : Hasil Pengolahan Data

4 - 8

Page 9: BAB IV (Prosedur Penelitian)

Tabel 4.4

Data Lengkung Horisontal Jalan TambangPada Jalur Tikungan

Station

Radius Circle (m)

Dedrajat circle (…o)

Tongkat (meter) External (E)

(mtr)

Ordinat (M) (mtr)

Koefisien gesek (f

max)

Design Speed

Km/jam

Circle length (Lc) (mtr)

Run out

length (Ls) (mtr)

Lebar Jalan (meter)Stoping Distance

(SD) (meter)

Slight Distance

(ShD) (meter)Δ Δ T1 T2 Lurus Tikungan

STA 0 +115 sd STA 0 + 175

STA 0+675 sd STA 0+ 755

STA 0 +996 sd STA 1 + 150

STA 1 + 254 sd STA 1 + 325

STA 1 +350 SD STA 1 + 450

4,00

7,50

8,90

6,50

10,60

35

29

26

31

21

35

29

26

31

24

41,0

54,3

103,5,

39,65

52.67

41,0

54,3

103,5

39,65

52,67

18

17,7

47,18

10,99

12,16

12,5

14,3

30,9

9,4

10,9

-0,00014

+0,36044

+0,36025

+0,36126

+0,35625

4,50

19,53

21,27

18,20

23,10

32,8947,

00

76,91

35,68

48,97

26,25

26,25

26,25

26,25

28,65

19,5

19,5

19,5

19,5

19,5

22,5

22,5

22,5

22,5

22,5

45,86

33,69

38,08

30,28

41,32

19,90

76,04

81,94

66,50

88,29

Sumber : Hasil Pengolahan Data

4 - 9

Page 10: BAB IV (Prosedur Penelitian)

4.2.2 Pembongkaran Batugamping pada Daerah Galian

4.2.2.1 Pemboran

Batugamping tidak dapat digali langsung oleh alat mekanis seperti halnya

shovel atau wheel loader. Dibutuhkan kegiatan pemboran dan peledakan untuk

memberaikan batugamping agar mudah didorong oleh bulldozer yang digunakan

sebagai alat gali dorong di PT. Semen Tonasa. Untuk menghasilkkan fragmentasi

yang seragam agar memudahkan pendorongan. Distribusi energi peledakan harus

diperhitungkan dengan menerapkan pola pemboran staggered drill pattern atau pola

zig-zag. Dengan arah pemboran vertical.

Alat bor yang saat ini beroperasi adalah alat bor tipe LM – 500 C 3 stell, 2

stell dan Tipe CRD 1 stell, diameter bit 3,5” dengan panjang masing-masing 36 feet,

24 feet, dan 12 feet. Jenis dan kondisi alat, keadaan medan kerja serta kecakapan

operator akan sangat berpengaruh pada produkstivitas alat. Produktivitas masing-

masing alat dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Kemampuan Alat Bor

Type Alat Bor

Panjang Batang

Bor (feet)

Diameter Bit

Cycle Time (menit/lbg)

Kecepatan pemboran (mtr/mnt)

Lemampuan Pemboran (lbng/hari)

LM – 500 C 3 Stell

LM – 500 C 2Stell

CRD 1 Stell Vertikal

CRD 1 Stell Horisontal

26

24

12

12

3,5”

3,5”

3,5”

3,5”

16:44,4

06:20,0

05:01,7

005:10,5

0,667

1,178

0,729

0,177

17

45

54

55

Cat : produktivitas peledakan per 1 unit alatSumber : Hasil Pengolahan Data

4 - 10

Page 11: BAB IV (Prosedur Penelitian)

4.2.2.2 Peledakan

Geometri peledakan sangat dipengaruhi oleh karakteristik alat bor yang

digunakan untuk membuat lubang tembang dengan mempertimbangkan karakteristik

alat angkut dan alat dorong yang digunakan memindahkan material peledakan. Dalam

membuat jalan tambang dimana material akan didorong oleh bulldozer sebaiknya

material hasil peledakan diarahkan menyebar terarah kearah depan. Untuk

menghasilkan arah lemparan meyebar kedepan sebaiknya digunakan pola peledakan

Coener Cut dimana lubang ledak dalam satu baris diledakkan secara simultan dengan

interval delay yang singkat. Dari geometri peledakan masing- masing alat dapat

diketahui produktivitas peledakan.

Type Alat BorBurden

(B) (mtr)

Spacing (S)

(mtr)

Tinggi Jenjang (L)

(mtr)

Sub Drill (J)

(mtr)

Stemming (T)

(mtr)

Produktivitas Peledakan (Ton/hari)

LMC – 500 3 Stell

LMC - 500 2 Stell

CRD 1 Stell Vertikal

3,4

2,8

1,9

4,25

3,50

2,38

10,12

6,61

3,18

0,84

0,70

0,48

2,25

2,21

0,48

5934,02

6958,62

1849,50

Tabel 4.6

Geometri dan Produktivitas Alat Bor

Cat : Produktivitas peledakan per 1 unit alatSumber : Hasil Pengolahan Data

4 - 11

Page 12: BAB IV (Prosedur Penelitian)

4.2.3 Produktivitas Alat Dorong

Dari hasil pengamatan langsung dilapangan, diketahui cycle time Bulldozer D

10 N dengan kapasitas bilah 13,5 m3 dan jarak dorong 30 meter. Perhatikan tabel

berikut :

Tabel 4.7

Produktifitas Alat Dorong

Waktu Mendorong (mnt:dtk,ml detik)

Waktu Mumdur (mnt:dtk,ml detik)

Produksi (Lcm / hari )

Produksi (Ton / m3)

1:59,6 1:21,6 350,10 2,387

Sumber : Hasil Pengolahan Data

4.2.4 Total Waktu Pembuatan Jalan

Denagn mengetahui volume timbunan dan produktifitas masing-masing al;at

mekanis, maka dapat diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan jalan

tambang yang sesuai dengan standar keamanan dan kenyamanan.

Tabel 4.8

Waktu Pembuatan Jalan

Jenis Alat

Volume Rencana

Peledakan (m3)

Volume Rencana Gusuran

(m3)

Produktifitas Alat

(m3 / hari)

Total Kebutuhan

Waktu (Hari)

LM – 500 C 3 Stell

LMC - 500 2 Stell

CRD 1 Stell Vertikal

Bulldozer D 10 N

395192,568

395192,568

395192,568

-

-

-

-

548575,365

5934,02

6958,62

1849,50

350,10

159

123

510

1567

Sumber : Hasil Pengolahan Data

4 - 12