BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

20
27 BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT (FKPM) KALIURANG 4.1. Potret Desa Kaliurang 4.1.1. Kondisi Geografis dan Potensi Desa Desa Kaliurang adalah bagian administratif dari Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif, batas-batas desa Kaliurang adalah: sebelah Utara dengan: sebalah Utara berbatasan dengan desa Kemiren, sebelah Selatan dengan desa Nglumut/Wonokerto, sebelah Timur berbatasan dengan desa Wonokerto, dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Kamongan. Luas desa Kaliurang adalah 618,2 hektar (ha) yang berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdl), dan hanya berjarak 9 kilometer dari gunung Merapi (Monografi Desa Kaliurang, 2012). Secara topografi desa Kaliurang adalah bergunung atau yang dalam buku III Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan (2012) disebut desa atau kelurahan dengan topografi lereng gunung yakni 618,2 haktar/m 2 , dengan tingkat kemiringan tanah 10 derajat. Desa Kaliurang dikaterogikan sebagai sebagai desa kawasan hutan atau hutan rakyat atau hutan suaka alam sebesar 185,4 ha/m 2 dengan kondisi 20 ha dinyatakan rusak. Secara iklim dapat dikatakan desa Kaliurang sangat dingin sebab mengalami musing hujan sebanyak 7 bulan dalam setahun, dengan suru rata-rata harian 32 0 C.

Transcript of BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

Page 1: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

27

BAB IV

POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN POLISI

MASYARAKAT (FKPM) KALIURANG

4.1. Potret Desa Kaliurang

4.1.1. Kondisi Geografis dan Potensi Desa

Desa Kaliurang adalah bagian administratif dari Kecamatan Srumbung,

Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif, batas-batas desa

Kaliurang adalah: sebelah Utara dengan: sebalah Utara berbatasan dengan desa

Kemiren, sebelah Selatan dengan desa Nglumut/Wonokerto, sebelah Timur berbatasan

dengan desa Wonokerto, dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Kamongan. Luas

desa Kaliurang adalah 618,2 hektar (ha) yang berada pada ketinggian 700 meter di atas

permukaan laut (mdl), dan hanya berjarak 9 kilometer dari gunung Merapi (Monografi

Desa Kaliurang, 2012).

Secara topografi desa Kaliurang adalah bergunung atau yang dalam buku III

Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan (2012) disebut desa atau kelurahan dengan

topografi lereng gunung yakni 618,2 haktar/m2, dengan tingkat kemiringan tanah 10

derajat. Desa Kaliurang dikaterogikan sebagai sebagai desa kawasan hutan atau hutan

rakyat atau hutan suaka alam sebesar 185,4 ha/m2

dengan kondisi 20 ha dinyatakan

rusak. Secara iklim dapat dikatakan desa Kaliurang sangat dingin sebab mengalami

musing hujan sebanyak 7 bulan dalam setahun, dengan suru rata-rata harian 320C.

Page 2: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

28

Jarak tempuh dari desa Kaliurang ke ibukota kecamatan adalah 6 kilometer

dengan waktu tempuh kendaraan bermotor 0,3 jam, dan perkiraan perjalanan dengan

berjalan kaki 1 jam perjalanan. Berdasarkan hasil pencatatan data monografi tidak

ditemukan adanya kendaraan umum sebagai transportasi masyarakat dari desa menuju

ibu kota kecamatan. Jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten adalah 30 kilometer dengan

waktu tempuh kendaraan bermotor adalah 0,5 jam dan perkiraan perjalanan dengan

berjalan kaki adalah 6 jam, dengan kondisi jalan beraspal. Sedangkan jarak tempuh dari

desa Kaliurang ke ibu kota provinsi adalah 76 kilometer dengan perkiraan waktu

tempuh dengan kendaraan bermotor adalah 4 jam (Buku III: Daftar Isian Potensi Desa

dan Kelurahan, 2012:4).

Potensi desa Kaliurang adalah daerah pertanian, perkebunan dan peternakan.

Terdapat 712 keluarga yang memiliki tanah pertanian, dan hanya 2 keluarga yang tidak

memiliki tanah pertanian. Dengan rincian adalah 649 keluarga memiliki tanah pertanian

masing-masing dengan luas kurang dari 1,0 hektar (ha) per keluarga dan 62 keluarga

memiliki tanah pertanian masing-masing dengan kisaran antara 1,0-5,0 ha per keluarga.

Komuditas tanaman pangan yang dihasilkan desa Kaliurang berfariasi diantaranya:

Jagung 5 ton/ha dengan luas tanaman mencapai 2,5 ha; Padi sawah 5,7 ton/ha dengan

luas tanaman 6 ha; Cabe 8 ton/ha dengan luas tanaman mencapai 6,4 ha; dan umbi-

umbian lain 10 ton/ha dengan luas tanaman 0,8 ha (Buku III: Daftar Isian Potensi Desa

dan Kelurahan, 2012:5).

Sedangkan jumlah kepemilikan lahan perkebunan adalah 65 keluarga dengan

jenis tanaman kelapa dan kopi dengan luas lahan pekebunan mencapai 4,3 dan 1,2

Page 3: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

29

hektar. Selain itu, potensi unggulan yang dimiliki desa Kaliurang adalah buah Salak

yang luas lahan tanamannya mencapai 350 ha dengan hasil 12,5 ton/ha.

Jenis ternak yang diternak masyarakat desa adalah juga bervariasi, diantaranya:

ayam kampung dengan perkiraan jumlah populasi sebanyak 2168 ekor yang diternak

oleh 542 orang; burung puyuh 9000 ekor yang diternak oleh 6 orang; kambing 548 ekor

diternak oleh 206 orang; sapi 346 ekor dengan 220 orang peternak; bebek 72 ekor yang

diternak oleh 6 orang; dan 48 ekor kelinci yang diternak oleh 10 orang (Monografi

Desa, 2012).

Sistem pemasaran yang dipakai untuk memasarkan hasil-hasil yang dimiliki

desa adalah dengan cara menjualnya Koperasi Unit Desa (KUD) dan ke Tengkulak.

4.1.2. Penduduk dan Mata Pencaharian

Berdasarkan data sekunder yang dihimpun dari kantor desa, ditemukan bahwa

jumlah penduduk desa Kaliurang adalah 2493 orang. Rasio perbandingan sex adalah

1211 orang laki-laki dan 1282 orang perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK)

sebanyak 716. Dengan demikian, maka rata-rata jumlah jiwa dalam satu rumah tangga

adalah 4 orang. Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut, jika diperbandingkan

dengan luas wilayah yang dimiliki yakni 618,2 ha, maka kepadatan penduduk di desa

Kaliurang untuk setiap hektar tanah ditempati oleh 4,0 orang. Dengan demikian, maka

dapat dikatakan bahwa tingkat kepaadatan penduduk di desa Kaliurang aadalah jarang

atau tidak padat (Monografi Desa, 2012).

Page 4: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

30

Pencatatan data monografi desa Kaliurang tahun 2012 tentang perbandingan

tingkat usia (laki-laki dan perempuan) dan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.1.

Tingkat Usia dan Tingkat Pendidikan

USIA TINGKAT PENDIDIAKN L P

3-6 thn Belum sekolah (TK) 38 42

3-6 thn Sedang Sekolah TK 42 44

7-18 Tidak pernah sekolah 3 3

7-18 Sedang sekolah (SD-SMA) 220 255

18-56 Tidak pernah sekolah 135 154

18-56 Pernah SD tapi tidak tamat 186 198

Tamat SD/sederajat 110 105

12-56 Tidak tamat SLTP 60 51

18-56 Tidak tamat SLTA 69 56

Tamat SMP/sederajat 55 56

Tamat SMA/sederajat 60 64

Tamat S-1/sederajat 23 7

Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan (2012:18)

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat

desa Kaliurang cukup baik, bahkan terlihat ada keinginan orang tua untuk terus

meningkatkan pendidikan anak-anak mereka. Hal ini ditunjukan dengan adanya 475

anak dengan usia 7-18 tahun yang sedang menekuni pendidikan dibangku sekolah baik

SD, SMP maupun SMA. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada kesadaran dari

orang tua untuk terus meningkatkan tingkat pendidikan anak setiap tahunnya.

Kesadaran ini diduga muncul akibat banyaknya orang tua yang tidak pernah sekolah

bahkan sekolah SD pun tidak tamat.

Page 5: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

31

Fasilitas atau lembaga pendidikan yang ada di desa Kaliurang adalah 2 buah

sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) dengan tenaga pengajar 2 orang, serta 2 gedung

Sekolah Dasar (SD) dengan tenaga pengajar (guru) sebanyak 22 orang, yang

menampung jumlah murid SD sebanyak 214 orang. Kedua sekolah ini, oleh Kepala

Desa dinyatakan milik desa dan bukan milik pemerintah. Selain itu terdapat juga 1 buah

pondok pesantren dengan 2 orang pengajar dan 16 siswa/santri.

Sedangkan mata pencaharian penduduk desa Kaliurang berdasarkan data

sekunder yang dihimpun, ditemukan bahwa sebagian besar penduduk berprofesi sebagai

petani, yakni 714 keluarga dengan total anggota rumah tangga petani mencapai 1894

orang; 538 orang peternak terdiri dari 419 buruh peternak dan 119 pemilik usaha

peternakan; 30 orang adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS); 3 orang Tentara Nasional

Indonesia (TNI); 4 orang POLRI; 7 orang pensiunan PNS/TNI/POLRI; 2 orang

pedagang kecil dan menengah; tukang kayu 15 orang dan tukang batu 35 orang (Daftar

Isian Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan, 2012). Dengan demikian, maka

jumlah sebagian besar masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan

peternak adalah berbanding lurus dengan potensi desa yang mereka miliki.

4.1.3. Sruktur Pemerintahan Desa

Desa Kaliurang saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Desa perempuan, yakni

Ibu Kaptiyah, A.Ma, yang membawahi 5 buah dusun, yakni: dususn Jrakah, Cepagan,

Kaliurang Selatan, Kaliurang Utara, dan Sumberejo. Struktur pemerintah desanya terdiri

dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan tidak memiliki

Page 6: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

32

Lembaga Musyawara Desa (LMD) atau Lembaga Ketahanan Mssyarakat Desa

(LKMD).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa, diketahui bahwa terdapat 12

unit kerja atau perangkat desa Kaliurang, yakni: 1) Kepala Desa, 2) Sekretaris Desa; 3)

Kepala Urusan Pemerintahan, 4) Kepala Urusan Pembangunan, 5) Kepala Urusan

Kesejahtraan Rakyat, 6). Kepala Urusan Umum, 7) Kepala Urusan Keuangan, dan 8)

Terdapat 5 Dusun yang dikepalai oleh 5 orang. Dengan jumlah aparat pemerintahan

desa/kelurahan sebanyak 16 orang dan 6 orang staf. Berdasarkan tingkat pendidikan

aparat pemerintahan desa, dapat dikatakan cukup baik, sebab semua Kepala Urusan

adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Kepala Desa adalah lulusan

Diploma.

Sedangkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terdiri dari 1 orang Ketua

(lulusan SMA), 1 orang wakil Ketua (lulusan SMP), 1 orang Sekretaris (lulusan SMA),

dan 5 orang anggota dengan tingkat pendidikan lulusan SMA dan SPM. Berdasarkan

data ini, maka dapat dikatakan bahwa perbandingan tingkat pendidikan antara aparat

pemerintah desa dengan aparat BPD adalah masih lebih baik tingkat pendidikan aparat

pemerintah desa (Buku III: Daftar Isian Potensi Desa Kaliurang, 2012: 22-23).

Fungsi BPD berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 adalah sebagai Badan

Permusyawaratan Desa yang akan memberikan masukan-masukan kepada Kepala Desa

berdasarkan aspirasi masyarakat yang mereka terima. Fungsi ini bagi peneliti kurang

“menggigit” bila dibandingkan dengan fungsi BPD (Badan Perwakilan Desa) yang

Page 7: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

33

diamanatkan dalam UU No. 22 tahun 1999 yang telah di amandemen menjadi UU

No.32/2004 di atas, yakni selain memberikan masukan-masukan juga berfungsi

meminta dan menerima pertanggungjawaban Kepala Desa. Jadi dengan demikian BPD

versi UU No. 32/2004 bagi peneliti tidak memiliki “taring” bagi aparat pemerintah desa.

Selain itu, yang menarik dari sisi pemerintahan desa adalah soal keberadaan

kepengurusan lembaga politik dalam hal aktivitas Partai Politik di desa Kaliurang.

Fenomena partai politik di desa Kaliurang memperlihatkan “wajah buram” atau dengan

kata lain tidak ada aktivitas partai politik di desa ini. Hal ini dibuktikan dengan

“laporan” yang dimuat dalam buku III Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan–

lampiran II (2012: 26-29) bahwa sama sekali tidak ada aktivitas partai politik di desa

Kaliurang.

Berdasarkan data (laporan) tersebut tidak ditemukan adanya (anggota) warga

masyarakat desa Kaliurang yang menjadi pengurus pada salah satu partai politik.

Padahal fakta membuktikan bahwa setelah tumbangnya rezim Orde Baru, kebijakan

tentang sistem politik masa mengambang tidak lagi berlaku. Kita tahu bahwa dalam

kebijakan masa mengambang ala Orde Baru itu, kegiatan partai politik terutama PDI

dan PPP, dilarang membangun jaringan politik formal di tingkat desa, terutama yang

bisa digunakan sebagai basis mobilisasi massa. Sehingga implikasi dari kebijakan itu

adalah kemenangan Golkar dalam setiap pemilu karena memanfaatkan institusi

pemerintahan desa.

Page 8: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

34

Memasuki periode reformasi, kebijakan ala Orde Baru itu tidak lagi berlaku,

dan ada runag yang diberikan bagi partai politik untuk dapat beraktivitas sampai pada

tingkat desa dengan membentuk “perpanjangan tangan” yang lebih dikenal dengan

“pengurus ranting”. Walaupun demikian, desa Kaliurang tetap sepi dari kegiatan politik.

Kepala Desa ketika dikonfirmasi tentang fenomena ini hanya berkata “benar, memang

tidak ada warga yang menjadi pengurus partai, biasanya kalau ada kegiatan partai

pengurusnya datang langsung dari kecamatan”.1

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa, dan Sekretari Desa (Sekdes)

tidak ditemukan alasan yang cukup kuat yang bisa menjelaskan fenomena tentang tidak

adanya anggota masyarakat di desa Kaliurang yang menjadi pengurus ranting pada

salah satu partai politik di Indonesia ini. Alasan yang diberikan hanylah bahwa

“memang tidak ada pengurus ranting partai politik di desa ini, dan masyarakat juga

tidak berminat menjadi pengurus partai politik, karena sibuk bekerja di sawah atau

ladang.”

4.1.4 Jenis-Jenis Masalah Sosial Di Desa Kaliurang

Kehidupan bersama dalam sebuah komunitas ataupun dalam sebuah masyarakat

(society) tentu tidak terlepas dari riak-riak permasalahan. Interaksi-interaksi baik antara

individu dengan individu, maupu individu dengan kelompok bahkan kelompok dengan

kelompok tentu tidak selamanya terjadi dalam keadaan yang baik-baik saja. Dalam

interakti tentu ada berbagai kepentingan yang dapat saja “merusak” hubungan yang

1 Wawancara dengan Kepala Desa Kaliurang, Ibu Kaptiyah, tanggal 18 Mei 2012; dan Sekdes Kaliurang,

Suwardi tanggal 1 Mei 2012.

Page 9: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

35

telah terbangun. Masalah, sekecil apapun jika tidak dikelola dengan baik akan berakibat

pada munculnya masalah yang lebih besar.

Dalam masyarakat sederhana (untuk mengindari penggunaan konsep primitif

yang sering secara keliru diidentikan dengan masyarkat sederhara), terdapat integrasi

yang erat dan cenderung kearah keteguhan struktur. Hal ini nampak cukup kuat

dipertahankan pada masyarakat tani perdesaan Jawa yang bersifat subsistance.

Mengenai masyarakat sederhana ini, Kutut Suwondo (makalah, tanpa tahun)

menginventarisis dua ciri utama masyarakat sederhana, sebagai berikut: 1). Besarnya

peran yang dimainkan oleh norma-norma sosial, yang sering kita sebut adat-istiadat.

Berdasar adat inilah mereka mengatur kehidupannya; dan 2). Sebagian besar adat tersebut

berhubungan dengan aspek kekeluargaan. Berdasar asas kekeluargaan inilah kehidupan

masyarakat sederhana ini (biasanya di pedesaan) disusun. Sejumlah aturan tidak tertulis

yang menyertai asas kekeluargaan akan menyangkut pengaturan tentang hak, kuwajiban,

harapan, dan tindakan. Disini kedudukan sosial yang bersifat warisan menjadi penting.

Beberapa aspek yang menyertai asas kekeluargaan menyangkut aspek penghormatan

(siapa yang paling berkuasa, proses pengambilan keputusan, hak-hak khusus pada orang

tertentu, dll), hubungan laki-perempuan (termasuk inses, zina, poligami, poliandri, dll),

hubungan harta-benda (pewarisan harta-benda, bawon system, bagi hasil, dll).2

Dalam masyarakat sederhana norma-norma sosial atau adat-istiadat itulah yang

digunakan sebagai pedoman hidup masyarakat. Hal ini juga tampak dalam masyarakat

2 Kutut Suwondo, Struktur Sosial Masyarakat Majemuk, (Makalah – bahan kuliah Sosiologi, Tanpa

Tahun)

Page 10: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

36

desa Kaliurang, Kecamatan Srumbun, Magelang. Walaun demikian, adat-istiadat sebagai

pedoman relasi dalam kehidupan bersama itu bukan tidak berarti tidak dilanggar,

pelanggaran terhadap norma-norma adat itulah yang peneliti pahami sebagai adanya

masalah-masalah sosial, selain itu termasuk juga akibat yang ditimbulkan oleh bencana

alam. Kita tahu bahwa pasca bencana alam akan meninggalkan akibat-akibat berupa

masalah-masalah sosial, baik rusaknya tatanan kehidupan (sruktur sosial) maupun akibat-

akibat lain, seperti trauma sosial yang perlu penanganan khusus.

Hasil identifikasi yang dilakukan, baik oleh kepolisian maupun oleh pemerintah

desa Kaliurang, ditemukan bahwa masalah-masalah sosial yang sering terjadi di desa

Kaliurang, (FKPM, 2012) dalam 5 tahun terakhir, meliputi:

a. Pencurian (10 Kasus)

Salah satu kasusnya Pada hari Jumat, 21 April 2006 , pada tanggal tersebut

terjadi pencurian rokok di warung di Dusun Cepagan dengan korban Pelaku empat

orang di antaranya : Sorla 30 tahun (tani ) , Soiful sobari 22 tahun (tani), Yarto16

Tahun (Pelajar), dan Waji 35 tahun (tani ). Setelah mereka melakukan Pencurian

kemudian hasil curinya itu dimakan di jalan atau merokok di jalan.

b. Penganiayaan ( 6 kasus )

Contoh kasusnya pada tanggal 5 Januari 2007, pukul : 15.00, tanggal tersebut

terjadi penganiayaan dengan Pelaku Suharyoso, 26 tahun , (tani), dari dusun Jrakah

kaliurang Utara dan korbannya Porjanto, 25 Tahun , Sumberejo. Pada saat penganiayan

yang di lakukan oleh pelaku hampir di saksikan oleh banyak orang di wilayah tersebut.

Page 11: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

37

c. Perselingkuhan,/ kumpul kebo ( 2 kasus )

Pada hari Kamis, 4-9-2010.18.00 terjadi kumpul kebo dalam status mereka

sudah punya istri ataupun suami masing-masing. Dengan pelaku Sarjono dan tentram.

Dua orang tersebut melakukan tindakan tuna susila dengan hubungan intim.

d. Penyerobotan tanah (2 Kasus)

Pada Tahun 2003 silang sering terjadi pencurian tanah ( Ibu Kaptiyah, mei 2012)

. ini terjadi dalam rukun keluarga. Biasanya dalam masalah perkebunan salak.

e. Aborsi ( 1 kasus)

Contoh kasus aborsi di Desa ini , ketika Pada hari Senin , 16 -7 -2007. 01.00 Di

rumah Bapak Sumowadi Wiyono dusun Jrakah, rt 04/rw dengan Pelaku Tukini

Melakukan tindak aborsi sendiri atas kehamilan yang tidak bersuami dengan cara

melahirkan di tangani sendiri dengan paksa tidak sepengetahuan medis

f. Bunuh diri ( 1 kaus )

Contoh kasus di Kalirang , pada hari Kamis, 7 Juni 2007. 16.00, Pada hari dan

tanggal tersebut di atas korban bermain di rumah temannya Yuni, ketika pemilik Rumah

berada di dapur korban berusaha bunuh diri dan minum byclien selanjutnya korban di

bawa ke Rumah sakit umum Muntilan.

g. Perusakan lingkungan, bencana alam seperti longsor, banjir, awan panas dan

juga lahar, dan lain-lain ( 5 kasus ).

Page 12: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

38

Pada hari Selasa, 26-10-2010.17.00 Terjadi letusan gunung merapi sehingga

terjadi hujan pasir dan abu. Pada saat itu masyarakat panik dan kalang kabut,kemudian

Masyarakat mengungsi di TPA Tanjung dan TPA lapangan Jumoyo.

Masalah-masalah ini tentu muncul (terjadi) dikarenakan kurangnya tingkat

kesadaran individu maupun masyarakat. Selain itu, masalah-masalah pencurian dan

perampokan yang terjadi adalah kibat dari himpitan ekonomi keluarga. Kepala desa

Kaliurang yang diwawancarai tanggal 18 Juli 2012, menguraikan bahwa: “masalah-

masalah yang muncul adalah berkisar pada masalah pencurian tanah yang telah tercatat

65 kasus, meletusnya gunung Merapi tahun 2004 meninggalkan trauma masyarakat yang

perlu penanganan juga perlu adanya upaya latihan tanggap bencana untuk menanggulangi

kerugian akibat bencana alam, perselingkuhan, bentrok antar dusun akibat sepak bola dan

pencurian. Maka, untuk menanggulangi masalah-masalah itu, dibutuhkan penyadaran

baik kepada individu, komunitas maupun masyarakat desa Kaliurang secara umum.”

Hasil pendataan yang dicatat oleh Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)

desa Kaliurang selama kurun 2006-2012 menunjukan adanya berbagai masalah baik

yang muncul akibat pelanggaran norma adat yang dilakukan oleh warga masyarakat

maupun masalah yang ditimbulkan oleh alam. Dengan fakta itu, maka ada kebutuhan

untuk membentuk salah satu forum yang berfungsi mengambil tindakan penyelesaian

maupun pencegahan terhadap masalah-masalah yang muncul. Dasar pemikiran seperti ini

dikarenakan adanya pemahaman bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan atau

dibawah ke polisi dan pengadilan. Maka, forum itu dibentuk dengan harapan dapat

Page 13: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

39

menyelesaikan masalah-masalah yang timbuk di masyarakat dengan menekankan pada

pendekatan kekeluargaan. Forum itulah yang disebut dengan FKPM.

4.2. Proses Pembentukan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)

di Desa Kaliurang

4.2.1. Latar Belakang Terbentuknya FKPM

Proses reformasi yang telah dan sedang berlangsung menuju masyarakat sipil

yang demokratis diharapkan mampu membawa berbagai perubahan di dalam sendi-

sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikian juga Polri yang saat ini sedang

melaksanakan proses reformasi untuk menjadi kepolisian sipil dengan tujuan bisa

menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Dengan demikian,

salah satu cara yang hendaknya dapat ditempuh adalah dengan merubah paradigma

yang menitikberatkan pada pendekatan yang reaktif dan konvensional (kekuasaan)

menuju pendekatan yang proaktif guna mendapatkan dukungan publik dengan

mengedepankan kemitraan dalam rangka pemecahan masalah-msalah sosial.

Wardi (48 tahun) jabatan Kamtimas Posek Kab. Magelang ketika diwawancarai

peneliti pada tanggal 2 Juli 2012 perihal pembentukan Forum Kemitraan Polisi

Masyarakat di desa Kaliurang, pada intinya mengatakan bahwa:

“Pembentukan FKPM di Kalurang adalah sesuai denga di terbitkan nya SK

pihak Kepolisian Republik Indonesia, saya merasa bahwa kegiatan ini akan

memunculkan aroma baru bagi masyarakat dalam bidang keamanan. Kami

sebagai team dari pihak kepolisian merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini.

Ya itu tadi mba karena selama saya mejnadi polisi saya terkadang bergfikir

menjadi musuh bagi msyarakat itu sendiri. Justru muncul hal seperti ini menjadi

lebih baik. Ya anggapan masyarakat sama polisi kan hanya segi negatifnya saja

Page 14: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

40

polisi di pandang seprti apa. Ya saya senang dengan kegiatan ini saya bisa jadi

sahabat baik bagi masyarakat, bisa saling bekerja sama. Ya intinya saya senang

dengan Forum ini.

Pernyataan salah satu anggota Polisi (Polsek Magelang) seperti terurai di atas

mengindikasikan bahkan membenarkan fakta yang sering diungkapkan oleh masyarakat

bahwa polisi itu adalah “kaum elit” yang dalam mejalankan tugasnya selalu

mengutamakan pendekatan kekuasaan dalam penyelesaian masalah. Atau dengan kata

lain “dipukul dulu baru bertanya”. Oknum Polisi kebanyakan masih menggunakan

pendekatan-pendekatan keuasaan ini. Hasil dialog dengan beberapa mahasiswa

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang pernah “berurusan” dengan polisi

mengungkapkan bahwa “biasanya ketika dibawa ke kantor polisi dimasukan ke sel,

dipukul dulu baru dikeluarkan dan dia (polisi) mulai bertanya tentang masalah yang

terjadi”.

Fenomena seperti ini telah menjadi rahasia umum yang kadang-kadang

“diaminkan” saja oleh polisi dan juga masyarakat. Latar belakangnya tentu diakibatkan

oleh sejarah panjang keberadaan polisi sebagai bagian dari Tentara Nasional Indonesia

(TNI) sehingga polisi kehilangan citra sipilnya, profesionalisme dan kinerja polisi yang

kurang baik, ditambah lagi dengan masalah internal polisi; lemahnya SDM dan

terbatasnya dana/anggaran yang tersedia (Data sekunder: Percik, 2004-2012), membuat

polisi dalam peran/kegiatannya menjadi begitu sangar, ditakuti dan menakuti anggota

masyarakat.

Citra negatif polisi ini mendapatkan “angin segar” perbaikannya ketika

reformasi mulai bergulir. Institusi kepolisian “menangkap” angin reformasi itu dengan

Page 15: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

41

mereformasi diri demi mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadapnya, salah satu

bentuk reformasi itu adalah dengan merubah model penyelenggaraan fungsi kepolisian

sebagai Community Oriented Policing atau Community Based Policing dan

Neighbourhood Policing, dan akhirnya lebih popular dikenal masyarakat dengan

sebutan Community Polising atau Perpolisian Masyarakat/ Polmas (Majalah

Kenthongan, 2011).

Untuk membangun semangat baru dalam pelayanan kepada masyarakat, Polri

menetapkan Polmas sebagai landasan proses reformasi. Strategi ini memungkinkan

polisi dan masyarakat untuk bekerjasama dalam mengidentifikasi, memprioritaskan dan

memecahkan masalah-masalah lokal. Dengan demikian, Polmas merupakan strategi

baru yang ditetapkan Polri sebagai cara efektif untuk membangun kemitraan antara

polisi dan masyarakat dan sekaligus menjamin adalanya perlindungan terhadap hak

asasi manusia. Jadi diharapkan tidak ada lagi istilah atau pendekatan “pukul dulu baru

bertanya”.

Demi memfasilitasi pengenalan Polmas dan menciptakan kemitraan dengan

masyarakat guna memperkuat komunikasi antara Polri dengan masyarakat, maka

dijalinlah hubungan komunikasi melalui pembentukan Forum Kemitraan Polisi

Masyarakat (FKPM). Karena itu, FKPM merupakan organisasi kemasyarakatan yang

bersifat independen atau yang dalam kegiatannya bebas dari campur tangan pihak

manapun.

Page 16: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

42

Mendapat “angin segar” reformasi itu, Pori lalu “melebarkan sayapnya” sampai

ke masyarakat pada tingkat desa guna membangun komunikasi “yang bebas penguasa”

(meminjam terminologi Habermas) guna mengembalikan citra yang terlanjur negative

ditingkat masyarakat. Salah satu desa yang “didatanginya” adalah desa Kaliurang Kec.

Srumbun, Magelang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan (terutama Kepala Desa,

Sekdes, dan kelapa-kepala dusun), diketahui bahwa informasi mengenai Polmas sampai

dengan pembentukan FKPM adalah berasal dari pihak kepolisian Magelang. Walaupun

informasi awalnya berasal dari pihak kepolisian, nanmun masyarakat lewat perangkat

pemerintahan desa menyambut baik keinginan pihak kepolisian untuk membentuk

FKPM di desa Kaliurang.

Menurut para informan, tanggapan positif yang dilakukan pemerintahan desa

terhadap keinginan kepolisian untuk membentuk FKPM tersebut antara lain diakibatkan

oleh situasi dan kondisi desa Kaliurang yang rawan bencana, baik bencana akibat situasi

alam khususnya gunung Merapi yang sering erupsi, maupun bencana akibat ulah

manusia (masyarakat). Sekretaris desa (Sekdes) Kaliurang, Suwardi (53 Tahun) ketika

diwawancarai tanggal 1 Mei 2012, pada intinya mengatakan bahwa:

“Iya awalnya sieh memang dari pihak kapores Magelang mengadakan suatu

pertemuan tentang FKPM tersebut dan, di mana kami sebagai warga sini

merasa bentuk informasi yang disampaikan oleh polisi adalah baik, karena

berkaitan dengan; kebutuhan masyarakat, selain mengurangi kerja polisi

karena masyarakat diajak kerjasama, juga pembentukan FKPM itu bertujuan

memberdayakan perangkat desa untuk berkerja lebih efektif dan efesien,

selain itu pembentukan FKPM juga adalah untuk menjaga keamanan

bersama”

Page 17: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

43

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang Kepala Dusun, Widoyo (50

Tahun) kepala dusun Jerakah ketika diwawancarai tanggal 10 Mei 2012, tentang latar

belakang pembentukan FPKM, pada intinya mengatakan bahwa:

“Iyah awalnya sieh ada informasi pertemuan dari kepala Desa, untuk

membicarakan pembentukan FKPM. Dan pada saat pertemuan ternyata

bersana-sama dengan polisi, jadi polisi yang menjelaskan tentang arti FKPM

itu. Info yang disampaikan polisi, ya biasa kami terima. Karena melihat juga

keadaan di desa kami yang kurang aman dan banyak masalah. Pembentukan

FKPM itu tujuannya untuk pencegahan masalah-masalah sosial yang sering

muncul itu.

Pahit manis saya rasakan mba menjalani kegiatan ini. Ya hasilnya sekarang

keadaan aman dan tidak seperti dulu lagi lah”.

Selain itu, kepala desa Kaliurang, ibu Kaptiyah yang diwawancarai tanggal 12

Mei 2012, mengatakan kepada peneliti bahwa:

“Pembentukan FKPM di Kaliurang adalah dilakukan pada tahun 2007.

Pembentuk forum itu berdasarkan kemauan masyarakat setelah mendengar

langsung informasi tentang kinerja FKPM di beberapa wailah lain yang

dijelaaskan oleh pihak kepolisian dalam sebuah pertemuan waktu itu. dasar

pembentukan FKPM Desa Kaliurang itu adalah dengan adanya

Surat Keputusan Kapolri No.Pol.SKEP/737/X/2005 Tanggal 13 Oktober

2005 Tentang Kebijaksanaan dan strategi Penerapan Model Perpolisian

Masyarakat dalam Penyelenggaraan tugas POLRI. Sehingga kemungkinan

dengan adanya surat ini, polisi mencoba mereformasi diri untuk menjadi

lebih dekat dengan masyarakat”.

Secara khusus kepala desa Kaliurang mengatakan bahwa, beberapa program

yang dilakukan atas kerjasama polisi dan masyarakat lewat FKPM ini berjalan cukup

sukses. Misalnya saja bentuk-bentuk pendekatan dalam penyelesaian masalah yang

dulunya ketika ada masalah langsung dibawa ke kantor polisi, sekarang dengan adanya

Page 18: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

44

FKPM masalah-masalah bisa ditangani dan diselesaikan sendiri di tingkat desa maupun

dusun.

Menurut para informan, hal positif dari adanya Forum Kemitraan Polisi

Masyarakat (FKPM) ini adalah soal pendekatan penyelesaian masalah-masalah sosial

terutama masalah-masalah pencurian, penganiayaan, perselingkuhan bahkan perilaku

menyimpang akibat mengkonsumsi minuman keras. Menurut mereka kalau dulu

(sebelum FKPM terbentuk) jika terjadi masalah-masalah seperti itu, maka masyarakat

(korban) langsung mengadukannya ke kantor polisi, saat ini dengan dibentuknya FKPM

masalah-masalah itu tidak langsung dilaporkan ke polisi namun kepada FKPM untuk

ditangani dan diselesaikan dengan pendekatan kekeluargaan. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa pembentukan FKPM selain untuk meringankan kerja polisi, juga

membantu aparat pemerintah desa yang berjumlah 16 orang namun harus mengurus

2493 orang penduduk desa Kaliurang.3

4.2.2 Struktur organisasi FKPM

Dengan adanya struktur organisasi membantu untuk menjalankan tugas masing-

masing pada setiap aparat di tingkat desa, agar setiap aparat dapat mengerti dan

memahami akan tugas dan kewajibannya yang akan dilakukannya. Agenda kegiatan

yang secara rutin dilakukan oleh FKPM desa Kaliurang bersama dengan

babinkamtibmas dan aparat Desa Kaliurang adalah: pertemuan rutin tiap bulan diadakan

3 Hasil wawancara dengan Kepala Desa Kaliurang, Ibu Kaptiyah, 12 dan 18 Mei 2012; Sekdes (Suwardi)

1 Mei 2012; Widodo (kadus Jarakah), 10 Mei 2012; Wakidi (kadus Kaliurang Selatan), 14 Juni 2012;

Harmaji (kadus Cepagan), 8 Mei 2012; Hardiyanto (kadus Kaliurang Utara), 27 Mei 2012; dan Giran

(kadus Sumberejo), 10 Juli 2012.

Page 19: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

45

secara bergilir dirumah-rumah anggota secara bergantian dengan tujuan untuk lebih

saling mengenal dan mengakrabkan, mensosialisasikan dan sharing keamanan di

wilayah RT masing-masing.4

Menurut masyarakat, dengan adanya FKPM dibawah pendampingan Bapak

Wardi (Kampimas Polsek Magelang) ini sangat membantu pemerintah desa Kaliurang

terutama dalam mem-back up keamanan di wilayah, karena anggota FKPM berasal dari

semua RW yang ada dan harapannya, kedepan setiap seksi kemanan RT otomatis

menjadi anggota FKPM. Harapan ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa tindakan

penyimpangan (pencurian, dan lain-lain) juga sering terjadi pada level yang paling

bawah yakni Rukun Tetangga (RT).

Selain menjaga kondisi keamanan di Wilayah, FKPM juga berperan aktif dalam

berbagai kegiatan baik di tingkat warga maupun ditingkat Desa bahkan Kecamatan.

Apabila ada warga yang mempunyai hajat, maka FKPM secara sukarela membantu

keamanan dan parkir, sedang di kegiatan-kegiatan kelurahan FKPM selalu tampil

sebagai keamanan.

Setelah terbentuk pada tahun 2007, maka struktur FKPM desa Kaliurang, serta

dalam rangka untuk mempermuda cara kerja dan hubungan-hubungan (interaksi) baik

antar anggota dengan anggota, maupun antar FKPM dengan masyarakat, maka secara

kelembagaan dibentuklah struktur organisasi FKPM, seperti tergambarkan di bawah ini:

4 Lihat buku kegiatan FPKM dan buku penyelesaian masalah yang ditangani oleh FKPM desa Kaliurang.

Page 20: BAB IV POTRET DESA KALIURANG DAN FORUM KEMITRAAN …

46

Gambar 2.

Struktur Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) di Desa Kaliurang

Lampiran keputusan Kepala Desa Kaliurang Nomor : 188.4/ /Kep/II/2006

Sumber: FKPM, 2012

KETUA

SUHARNO, S.Sos

WAKIL KETUA

BRIPKA BARDONO

SEKRETARIS

SUWARDI

BENDAHARA

HARDIYANTO

MIJI HARJONO

WIDOYO

CHUNDORI

SUPRIYANTO

AKHMAD SUKAJI

H. BEJO S.M

MUKRI

GUNTORO

WAKIDI

SUDARYANTO

SUROTO

SUGITO

RATIMIN

MARDONO

JUMIYATI

MARYONO

HARMAJI

MUHADI

SUGITO

SULADI

FATKHUROHMAN

SUWAJI

SUPARTINI

WAGIRAN

UPRIYANTO

SUGITO

SUKARDI

HARDIYANTO

ENI KRISNAWATI

TRIYATNO

ENI SUTARSIH

SUPRATYO

WANTO SUWARNO

SUYATNO

SURATNO

SUJARWO

SRI PARWATI

MARSONO

PODO S.P

PARJO