BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

32
BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA MELALUI KERJASAMA INDONESIA-NORWEGIA DALAM PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN TAHUN 2015-2018 Gagasan perikanan berkelanjutan merupakan sebuah upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia yang memadukan tujuan sosial, ekonomi, dan ekologi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 45 tahun 2009 pada pasal 6 ayat 1 menegaskan bahwa “Pengelol aan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal, berkelanjutan, dan menjamin kelestarian sumber daya ikan”. Agar dapat tetap memastikan bahwa pertumbuhan tetap berkelanjutan baik itu secara ekonomi, sosial, maupun secara ekologi, pemerintah melakukan salah satu upaya pembangunan perikanan melalui sustainable aquaculture dengan menggandeng negara Norwegia sebagai mitra kerjasama dalam mewujudkan perikanan yang berkelanjutan. Potensi dan keunggulan perikanan budidaya Indonesia di yakini mampu dalam memberikan kontribusi terhadap 9 agenda pembangunan nasional pemerintah (NAWACITA) diantaranya yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi (termasuk pembudidaya ikan), serta memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan melalui peningkatan produksi budidaya yang memiliki daya saing yang berkelanjutan. 4.1 Gambaran Umum Perikanan Budidaya (Akuakultur) di Indonesia Negara Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia berada di posisi 94º 40’ BT - 141º BT dan 6º LU - 11º LS, yang terletak diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan berada diantara Benua Asian dan Benua Australia. Negara Indonesia terdiri atas 17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, dimana garis pantai Indonesia merupakan garis pantai kedua terpanjang setelah Kanada, dan 70% wilayah Indonesia berupa laut. Dengan bentang geografis tersebut, menjadikan Indonesia memiliki jumlah wilayah yang sangat luas yakni 1.937 juta km persegi daratan, dan luas wilayah laut sebesar 3,1 juta km, serta luas laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebesar 2,7 juta km persegi (kemenpar.go.id). Dengan luas daratan serta luas lautan yang dimiliki Indonesia menyediakan banyak potensi kekayaan sumber daya alam yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu sumber daya yang memiliki potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu sumber daya

Transcript of BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Page 1: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

BAB IV

PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA MELALUI KERJASAMA

INDONESIA-NORWEGIA DALAM PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN

TAHUN 2015-2018

Gagasan perikanan berkelanjutan merupakan sebuah upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia

yang memadukan tujuan sosial, ekonomi, dan ekologi. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia (UU RI) Nomor 45 tahun 2009 pada pasal 6 ayat 1 menegaskan bahwa “Pengelolaan

perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal, berkelanjutan, dan menjamin

kelestarian sumber daya ikan”. Agar dapat tetap memastikan bahwa pertumbuhan tetap

berkelanjutan baik itu secara ekonomi, sosial, maupun secara ekologi, pemerintah melakukan

salah satu upaya pembangunan perikanan melalui sustainable aquaculture dengan menggandeng

negara Norwegia sebagai mitra kerjasama dalam mewujudkan perikanan yang berkelanjutan.

Potensi dan keunggulan perikanan budidaya Indonesia di yakini mampu dalam memberikan

kontribusi terhadap 9 agenda pembangunan nasional pemerintah (NAWACITA) diantaranya

yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi (termasuk pembudidaya ikan), serta memperkuat

ketahanan dan kedaulatan pangan melalui peningkatan produksi budidaya yang memiliki daya

saing yang berkelanjutan.

4.1 Gambaran Umum Perikanan Budidaya (Akuakultur) di Indonesia

Negara Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia berada di posisi

94º 40’ BT - 141º BT dan 6º LU - 11º LS, yang terletak diantara Samudera Pasifik dan Samudera

Hindia dan berada diantara Benua Asian dan Benua Australia. Negara Indonesia terdiri atas

17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, dimana garis pantai Indonesia

merupakan garis pantai kedua terpanjang setelah Kanada, dan 70% wilayah Indonesia berupa

laut. Dengan bentang geografis tersebut, menjadikan Indonesia memiliki jumlah wilayah yang

sangat luas yakni 1.937 juta km persegi daratan, dan luas wilayah laut sebesar 3,1 juta km, serta

luas laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebesar 2,7 juta km persegi (kemenpar.go.id). Dengan

luas daratan serta luas lautan yang dimiliki Indonesia menyediakan banyak potensi kekayaan

sumber daya alam yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu sumber daya

yang memiliki potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu sumber daya

Page 2: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

perikanan, perikanan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar, baik itu sumber daya

perikanan tangkap maupun sumber daya perikanan budidaya. Perikanan sendiri merupakan salah

satu aset nasional yang sangat penting dan harus dikelola dengan baik karena mengingat ikan

merupakan salah satu sumber pangan yang dibutuhkan manusia di seluruh dunia. Konsumsi ikan

di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana pada tahun 2015 jumlah angka

konsumsi ikan sebesar 40,9 kg per kapita, tahun 2016 sebesar sebesar 43, 88 kg per kapita, tahun

2017 sebesar 47,12 kg per kapita, dan tahun 2018 sebesar 50 kg per kapita per tahun

(katadata.co.id). Dikarenakan kebutuhan masyarakat akan konsumsi ikan semakin meningkat di

setiap tahunnya menyadarkan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan produksi perikanan

Indonesia guna mencukupi kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Dalam memenuhi

kebutuhan konsumsi ikan masyarakat Indonesia dan permintaan dunia akan ikan yang bergizi

dan sehat budidaya ikan semakin gencar untuk ditingkatkan dan dilakukan karena melihat saat

ini beberapa stok spesies ikan penting yang dimiliki Indonesia termasuk ikan tuna dan ikan

sarden mengalami penurunan selama dasawarsa terakhir ini dikarenakan mengalami overfishing

(Philips dkk, 2016: 5). Oleh karena itu, perikanan budidaya menjadi salah satu penggerak utama

dalam membantu meningkatkan produksi perikanan dengan melakukan pengembangan budidaya

perikanan air laut, air tawar, dan air payau.

Negara Indonesia menjadi salah satu model negara yang bagus dan cocok untuk

melakukan pengembangan masa depan sektor perikanan budidaya dikarenakan sektor perikanan

budidaya dapat menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi di sektor perikanan

karena melihat letak geografis Indonesia yang sangat strategis dapat menyokong potensi sumber

daya ikan yang dimiliki. Dalam kurun waktu tahun 2015 hingga pada tahun 2018 produksi

perikanan budidaya terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya, dimana pada tahun 2015

jumlah angka produksi perikanan budidaya Indonesia mencapai 15,63 juta ton, tahun 2016

sebesar 16,68 juta ton, tahun 2017 angka produksi sebesar 16,11 juta ton, dan tahun 2018 sebesar

17,25 juta ton (kkp.go.id). Jumlah produksi yang meningkat di setiap tahunnya tentu saja tidak

lepas dari perhatian pemerintah untuk terus meningkatkan potensi perikanan yang dimiliki

Indonesia, agar dapat terus meningkatkan produksi perikanan pemerintah Indonesia melalui

Kementerian Kelautan dan Perikanan membentuk unit kerja Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya yang kemudia menghadirkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat, instalasi UPT pusat,

dan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu yang tersebar di 34 wilayah kerja Indonesia yang

Page 3: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

memiliki potensi perikanan budidaya. Di bawah ini merupakan peta yang menggambarkan

wilayah di Indonesia yang memiliki potensi wilayah perikanan budidaya dan tentu saja dengan

jenis budidaya yang berbeda pula sehingga dibutuhkan perhatian pemerintah agar produksi

perikanan budidaya tidak mengalami penurunan dan boleh dapat terus berkembang.

Gambar 1. Peta Potensi Perikanan Budidaya Indonesia

Sumber: djpb.kkp.go.id

Berikut merupakan UPT pusat dan SKPT pusat yang berada di bawah naungan Kementerian

Kelautan dan Perikanan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki tugas dan

fungsi dalam mensukseskan program pemerintah dalam mengelola meningkatkan pembangunan

perikanan budidaya Indonesia antara lain yaitu:

1. Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung

2. Balai Perikanan Budidaya Laut Batam

3. Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok

4. Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon

5. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara

Page 4: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

6. Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee

7. Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

8. Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

9. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi

10. Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam

11. Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin

12. Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu

13. Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang

14. Balai Produksi Udang Unggul dan Kekerangan Karangasem

15. Loka Pemeriksaan Penyakit dan Lingkungan Serang

16. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Sabang

17. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Sumba Timur

18. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Rote Ndao (Kementerian Kelautan dan

Perikanan)

Melalui UPT dan SKPT tersebut memudahkan bagi pembina pusat yakni Kementerian

Kelautan dan Perikanan dalam mengordinir dan mengefektifkan pelaksanaan, pengendalian,

memberikan pembinaan, memonitoring, dan mengevaluasi setiap pelaksanaan perikanan

budidaya yang ada di Indonesia sehingga lebih efektif dan lebih efisien. Selain itu, melalui UPT

dan SKPT tersebut juga menjadi wadah bagi pemerintah pusat dibantu oleh dinas perikanan kota

maupun kabupaten dalam menyalurkan bantuan pembangunan kegiatan perikanan budidaya

berupa bantuan diantaranya yaitu:

1. Induk unggul

2. Mesin pakan mandiri

3. Benih berkualitas

4. Pakan mandiri

5. Sarana prasarana perbenihan

6. Asuransi pembudidaya ikan

7. Monitoring residu

8. Eskavator dan

9. Beberapa dukungan program seperti pengembangan minapadi (kkp.go.id).

Page 5: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Segala bentuk bantuan pemerintah diserahkan kepada anggota Kelompok Pembudidaya Ikan

(POKDAKAN) yang tersebar di beberapa wilayah yang ada di Indonesia dimana kelompok ini

merupakan pelaksana percontohan kawasan budidaya yang diusulkan oleh tim teknis UPT yang

kemudian ditetapkan oleh kepala UPT. Sektor perikanan budidaya Indonesia secara sosial dan

ekonomi telah memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat Indonesia. Agar dapat

mempertahankan pertumbuhan perikanan budidaya yang dimiliki Indonesia maka produksi

perikanan yang dimiliki Indonesia perlu ditingkatkan di tahun-tahun yang akan mendatang

namun dalam pengelolaannya harus secara berkelanjutan.

4.2 Gambaran Umum Perikanan Budidaya (Akuakultur) di Norwegia

Dalam bidang akuakultur atau lebih dikenal dengan perikanan budidaya, Norwegia lebih

berkembang dibidang perikanan budidaya dibandingkan Indonesia, karena Norwegia tenaga ahli

di bidang perikanan budidaya serta memiliki teknologi yang lebih canggih dari Indonesia dalam

mengembangkan pembangunan perikanan budidaya. Norwegia merupakan sebuah negara yang

terletak di wilayah Eropa bagian Utara yang berbatasan dengan laut Utara dan Samudera

Atlantik Utara.Norwegia memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.372.191 juta jiwa dan wilayah

dengan luas 323.802 km yang dikelilingi oleh lautan dengan garis pantai yang dimiliki sepanjang

83.000 km (cia.gov).

Gambar 2. Peta Akuakultur Norwegia

Sumber: Fao.org

Page 6: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Bentuk negara Norwegia berupa rangkaian fjord1, pegunungan, dan gletser dengan iklim yang

sangat bersahabat dan juga aliran teluk yang stabil sehingga menempatkan sektor perikanan

sebagai salah satu sektor penyumbang devisa negara (Aisha, 2011). Berdasarkan dari sejarahnya,

masyarakat Norwegia pada umumnya mengandalkan hidup mereka dengan mencari nafkah

melalui akuakultur dan menangkap ikan, selain itu juga mengandalkan pembangunan negaranya

dengan mengandalkan potensi maritim sehingga sektor perikanan yang dimiliki Norwegia

menjadi salah satu pilar dalam pembangunan ekonomi dan sosial baik itu secara nasional dan

regional, dan menjadi pekerjaan dasar bagi masyarakat Norwegia yang bermukim di sepanjang

seluruh pantai Norwegia (Amado, 2008).

Berdasarkan data FAO Norwegia merupakan negara terkemuka di dunia terkait dengan

produksi akuakultur khususnya spesies salmon dan trout.Di samping itu, Norwegia juga

merupakan negara terkemuka di bidang budidaya laut (mariculture) dengan komoditi utamanya

yaitu ikan salmon dimana setiap tahunnya jumlah produksi ikan salmon Norwegia terus

mengalami peningkatan yang sangat drastis dibanding negara-negara terkemuka lainnya dalam

hal produksi ikan salmon.Selain itu, di Norwegia budidaya Salmon merupakan salah satu

kegiatan akuakultur yang paling penting.

Gambar 3. Produksi Salmon Atlantik Berdasarkan Negara Penghasil

Sumber: Aquaculturealliance.org

1 Fjord merupakan bahasa Norwegia yang berarti lelehan gunung es atau lebih dikenal dengan gletser (Rahimi,

2015: 94)

Page 7: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Dari gambar data grafik diatas dapat dilihat bahwa negara Norwegia merupakan negara

terkemuka terkait produksi ikan salmon terbanyak yang kemudian disusul oleh negara Chili,

Inggris, Kanada, Kepulauan Faroe, Australia, Irlandia, dan yang terakhir yaitu Amerika Serikat.

Dalam mengembangkan produksi akuakulturnya, Norwegia menggunakan sistem budidaya laut

lepas (offshore) dengan menggunakan sistem teknologi keramba jaring apung (KJA).Sistem ini

merupakan usaha budidaya ikan yang diterapkan Norwegia yang berkembang dengan sangat

baik dan sustainable.Pengelolaan usaha budidaya di laut lepas (offshore) Norwegia dilaksanakan

dengan memperhatikan dan melakukan segala kontrol terhadap

i. Input terutama untuk kualitas dan ukuran benih ikan, kualitas pakan, penggunaan vaksin

serta obat-obatan yang harus memenuhi standar Eropa untuk best aquaculture practices

ii. Output terutama untuk kualitas harus dapat memenuhi persyaratan standar makanan

Eropa dan Amerika

Terkait dengan pengaturan input kontrol dilakukan dengan langkah mewajibkan dalam

penggunaan input produksi yang ramah lingkungan. Pemerintah Norwegia juga menerapkan

secara ketat terkait ijin lokasi, pola tanam, serta standar operasional prosedur (SOP) dan juga

proses pengolahan produk akhir. Pengelolaan usaha budidaya laut (mariculture) Norwegia

memiliki beberapa aspek yang sangat diperhatikan diantaranya yaitu:

1. Aspek sumberdaya dilakukan pelaksanaan peraturan yang ketat guna menjamin

kelestarian sumberdaya dan tetap menjamin keberlangsungan usaha seperti pembatasan

ijin usaha, pembatasan izin ruang budidaya, dan penetapan tata ruang

2. Aspek lingkungan atau ekosistem dilakukan dengan cara melakukan pengawasan yang

ketat terhadap kegiatan budidaya secara berkala terhadap pengawasan proses produksi

budidaya serta proses pengolahan hasil

3. Aspek ekonomi pemerintah Norwegia menerapkan kebijakan yang mendorong

keberhasilan kegiatan budidaya, penyediaan infrastruktur serta penyediaan kebijakan

pro pasar guna mendukung pemasaran produk mariculture Norwegia (Bappenas

Direktorat Kelautan dan Perikanan)

Page 8: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Berbicara mengenai akuakultur Norwegia yang lebih maju, sangat penting bagi Indonesia

untuk belajar dari Norwegia terkait dengan pembangunan akuakultur atau perikanan budidaya.

Karena melihat dalam pembangunan akukultur, negara Indonesia masih dihadapkan pada

beberapa permasalahan terkait akuakultur yaitu:

1. Kemampuan teknologi budidaya serta struktur dan mekanisasi diseminasi teknologi yang

lemah menyebabkan inovasi teknologi akuakultur sulit untuk dikembangkan maupun

ditingkatkan.

2. Kendala terhadap pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan dimana penyakit

ikan sendiri masih menjadi kendala utama dalam pengembangan sistem kesehatan ikan

serta kualitas lingkungan perairan akibat pencemaran dari aktifitas usaha sektor lain

yang tidak terkendali.

Berbeda dengan Indonesia, akuakultur Norwegia bisa semakin berkembang dan semakin maju

dikarenakan memiliki teknologi akuakultur terbaik di dunia sehingga banyak perusahaan-

perusaahan besar yang tersebar di wilayah Norwegia yang mengelola perikanan dan akuakultur

yang ada di Norwegia, dimana perusahaan-perusahaan besar tersebut bergerak dalam solusi

akuakultur dalam mengatasi permasalahan bioteknologi, produksi, distribusi, teknik, dan

pengolahan (EY, the Norwegian Aquaculture Analysis 2017). Agar dapat terus melakukan

pembangunan terhadap teknologi akuakultur yang dimiliki Indonesia, pemerintah menggandeng

Norwegia sebagai mitra untuk bekerjasama dalam bidang akuakultur atau perikanan budidaya,

terkait dengan keinginan untuk bekerjasama Norwegia sendiri siap untuk menjalin kerjasama

akuakultur dengan Indonesia. Pihak Norwegia yakni Vegard Kaale sebagai Duta Besar Norwegia

Indonesia dalam (independensi.com) mengatakan bahwa Indonesia dan Norwegia memiliki

komitmen yang sama dimana kedua negara tersebut memiliki peran penting untuk memanfaatkan

sumberdaya perikanan secara berkelanjutan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan global saat

ini. Oleh karena itu, pihak Norwegia sendiri sangat mengapresiasi kerjasama ini dan akan

memberikan perhatian besar pada pengembangan sektor akuakultur di Indonesia. Dan yang

menjadi poin utama dalam kerjasama ini yaitu mengembangkan akuakultur melalui perikanan

budidaya (sustainable aquaculture).Karena pada hakikatanya, dalam menjaga produktivitas

perikanan sektor akuakultur yang dimiliki Norwegia dapat semakin maju dikarenakan dalam

pengelolaannya berdasarkan pada prinsip sustainable(berkelanjutan) yaitu dengan

memperhatikan aspek sumberdaya, aspek lingkungan, dan aspek ekonomi. Melalui praktek

Page 9: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

pengelolaan akuakultur yang dimiliki Norwegia, pelajaran dan pengalaman yang dapat dipelajari

negara Indonesia yaitu pertama pengembangan infrastruktur pendukung usaha budidaya laut oleh

pemerintah sangat dibutuhkan guna mendukung pengembangan usaha budidaya laut yang

berdaya saing serta berkelanjutan, kedua dukungan dari pemerintah sangat berguna dalam

penentuan ijin usaha wilayah laut serta kejelasan dalam penentuan tata ruang.

4.3 Kerjasama Perikanan Budidaya (Akuakulutur) Indonesia – Norwegia Berbasis

Sustainable dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Perikanan Budidaya Indonesia

Pada dasarnya pembangunan akuakultur merupakan sebuah upaya yang sistematis serta

terencana yang ditempuh pemerintah Indonesia dalam mengubah suatu kondisi perikanan

budidaya agar menjadi lebih baik, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumberdaya secara

optimal, efektif, efisien, bertanggungjawab, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara

berkelanjutan. Upaya dalam memanfaatkan sumber daya ikan yang dilaksanakan secara optimal,

berkelanjutan, dan lestari merupakan sebuah tuntutan yang harus dilaksanakan demi

kemakmuran masyarakat, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan,

pemenuhan gizi masyarakat nasional dan internasional, memperluas lapangan pekerjaan dan

kesempatan berusaha, serta meningkatkan ekspor untuk menghasilkan devisa negara. Untuk

memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat dan negara Indonesia dan menjamin

keberlangsungan usaha perikanan, maka wajib untuk pembangunan dan aktivitas perikanan

nasional secepatnya untuk menerapkan pedoman keberlanjutan namun juga perlu diimbangi

dengan pengaturan dan kebijakan yang tepat serta efektif. Dalam mewujudkan akuakultur

berbasis keberlanjutan (sustainability)dalam sistem akuakultur Indonesia, melalui Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III tahun 2015 – 2019, yang telah

ditetapkan melalui Perpres No. 2 Tahun 2015, yang telah mengamanatkan untuk terus

melaksanakan pembangunan berbagai bidang secara berkelanjutan. Akuakultur dengan berbagai

potensi serta keunggulan karakteristik yang dimiliki diyakini dapat memberikan kontribusi pada

9 agenda pembangunan nasional pemeritahan Joko Widodo (NAWACITA) diantaranya yaitu

mewujudkan kemandirian ekonomi, serta memperkuat ketahanan pangan melalui peningkatan

produksi budidaya dengan daya saing dan berkelanjutan.

Page 10: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Pelaksanaan pembangunan perikanan budidaya Indonesia, lebih lanjut dituangkan dalam

Rencana Strategi (RENSTRA) Perikanan Budidaya 2015 – 2019. Visi Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) pada tahun 2015 – 2019 yaitu sebagai berikut:

“Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang, mandiri, maju, dan berbasis kepentingan

nasional”

Sedangkan misi yang hendak dilaksanakan KKP guna mewujudkan visi tersebut diantaranya

yaitu:

1. Kedaulatan (Sovereignity), yaitu mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang

berdaulat dalam menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya

kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara

kepulauan.

2. Keberlanjutan (Sustainability), yaitu mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan

perikanan yang berkelanjutan.

3. Kesejahteraan (Prosperity), yaitu mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang

sejahtera, maju, dan mandiri (Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Sebagai bagian dari unit kerja KKP, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya bertanggung jawab

dalam membantu tugas Menteri dalam menyelenggarakan pembangunan di bidang perikanan

budidaya. Adapun visi dan misi pembangunan perikanan budidaya 2015 – 2019 yang hendak

diwujudkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan budidaya adalah sebagai berikut:

“Mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan berbasis kepentingan

nasional”

Adapun misi pembangunan perikanan dan budidaya yang akan dilaksanakan oleh Direktorat

Jenderal Perikanan Budidaya dalam mewujudkan visinya adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalui pemanfaatan sumberdaya

berbasis pemberdayaan masyarakat.

2. Mewujudkan produk perikanan budidaya berdaya saing melalui peningkatan teknologi

inovatif.

3. Memanfaatkan sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan.

Page 11: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Melalui visi dan misi KKP, salah satu poin penting dari tujuan pembangunan perikanan budidaya

adalah mewujudkan kelestarian sumberdaya perikanan budidaya (Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya, KKP).Salah satu arah kebijakan pembangunan perikanan budidaya untuk tahun 2015

– 2019 yaitu meningkatkan kelestarian dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya

perikanan, untuk melaksanakan arah kebijakan dan kegiatan pembangunan perikanan budidaya

agar tercapai sasaran target sebagaimana yang telah dirumuskan maka diperlukan kerjasama

guna membantu tercapainya target tersebut.Melalui arah kebijakan ini, pemerintah Indonesia

menjalin kerjasama dengan negara Norwegia yang unggul di bidang perikanan budidaya guna

membantu negara Indonesia dalam melakukan pembangunan terhadap perikanan budidaya

secara sustainable. Kebijakan tersebut ditempuh pemerintah Indonesia karena melihat pada

bidang tersebut Indonesia masih menghadapi permasalahan terkait pengelolaan perikanan

budidaya, karena pada dasarnya kerjasama antar Indonesia – Norwegia terbentuk karena adanya

permasalahan di sektor perikanan budidaya sehingga Indonesia memerlukan perhatian Norwegia

yang lebih unggul dalam bidang tersebut untuk membantu Indonesia karena pada hakekatnya

negara tidak dapat dengan sendiri memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan pembangunan

dalam negerinya. Oleh karena itu dalam tatanan hubungan internasional dibutuhkan kerjasama

agar negara satu dan negara lainnya dapat saling bergantung untuk memenuhi setiap kebutuhan

yang menjadi kepentingan tiap negara. Dalam meningkatkan perikanan budidaya Indonesia,

sebelumnya Indonesia telah menjalin kerjasama dengan pihak norwegia sejak tahun 2011 – 2012

dan program kerjasama di mulai pada tahun 2012. Kemudian dilanjutkan pada tahun 2015

hingga sekarang dalam melakukan pembangunan perikanan budidaya melalui sustainable

aquaculture.

4.3.1 Program Kerjasama Indonesia – Norwegia di Bidang Perikanan Budidaya

(Akuakultur) Tahun 2012

Dalam program kerjasama Indonesia dan Norwegia baru di mulai pada tahun 2012 dengan

berbagai program kerjasama diantaranya yaitu:

1. Project Steering Committee and Annual Meeting Kerjasama Indonesia – Norwegia

Pada tanggal 24 – 25 April 2012, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Indonesia

mengikuti Project Steering Committee and Annual Meeting kerjasama perikanan RI – Norwegia

2012 yang diselenggarakan di Hotel Ramada Bintang, Kuta, Bali. Dalam kegiatan tersebut

delegasi Norwegia dihadiri oleh Kedutaan Besar Norwegia di Jakarta sebagai penyandang dana

Page 12: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

hibah dan Institue Marine Research (IMR) sebagai pelaksana kegiatan hibah. Sementara untuk

delegasi Indonesia dihadiri oleh Perwakilan dari Pusat Analisis Kerjasama International dan

Antar Lembaga (PUSKITA), Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Pusat dan BPBL

Lombok) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

Tujuan dari diadakannya Annual Meeting RI – Norwegia 2012 yaitu:

i. Melaporkan perkembangan aktivitas kerjasama Perikanan kedua negara pada tahun 2011

ii. Membahas topik kerjasama yang akan dilaksanakan pada tahun 2012

iii. Merencanakan pertemuan pembahasan kerjasama fase II

Pada pertemuan tersebut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Indoesia melaporkan

hasil kegiatan kerjasama tahun 2011 yaitu Development of Fry Production di BPBL Lombok dan

Seminar Aquacultur yang dilaksanakan di Jakarta. Untuk bidang pendidikan master studi

akuakultur belum dapat dilaksanakan dikarenakan belum ada calon yang mempu memenuhi

salah satu persyaratan standar yang ditetapkan oleh Universitas Norwegia. Dalam pertemuan

tersebut, IMR dan DJPB sepakat untuk menjalankan empat kegiatan utama di tahun 2012

diantaranya yaitu:

a) Pihak IMR memberikan expertise dan penyediaan komponen teknis di BPBL Lombok,

terutama dalam perbaikan manajemen kesehatan ikan dan biosecurity. Oleh karena itu,

IMR dan BPBL Lombok melakukan Re-Desain Hatchery intensif termasuk juga

biosecurity untuk BPBL Lombok dengan harapan UPT lain dapat meniru rancangan

tersebut.

b) Penyelenggara workshop identifikasi dan usulan penyempurnaan peraturan terkait dengan

pengembangan budidaya laut Indonesia dan workshop pembuatan guidelinemapping

lokasi untuk pengembangan KJA budidaya laut Indonesia di kantor DJPB

c) Penyelenggaraan pelatihan perbenihan ikan kakap di BPBL Batam, dan

d) Studi Banding Peraturan Budidaya Laut di Norwegia (DJPB, Kementerian Kelautan dan

Perikanan).

2. Studi Banding 5 (Lima) Delegasi DJPB ke Norwegia terkait Budidaya Laut

Pada tanggal 24 – 28 September 2012, lima orang delegasi dari Kementerian Kelautan

dan Perikanan Indonesia melakukan kunjungan ke Norwegia dalam rangka memenuhi undangan

Page 13: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

dari pihak Norwegia terkait dengan kerjasama budidaya laut. Adapun delegasi dari Indonesia

yang melakukan kunjungan ke Norwegia yaitu:

1. Dwika Herdikiawan, National Coordinator kerjasama perikanan Indonesia dan Norwegia

2. Syarif Syahrial, Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan RI

3. M. Murjani, Peneliti Budidaya Senior di BLUPPB Karawang

4. Reza Shah Pahlevi, Kasubdit Monitoring Residu

5. Ikhsan Kamil, Kasi Penataan Minapolitan

Kepentingan delegasi Indonesia berkunjung ke Norwegia untuk:

a) Mempelajari regulasi pemerintah Norwegia dalam pengelolaan kawasan laut lepas untuk

kegiatan budidaya

b) Mempelajari sistem pengawasan dan pemetaan lokasi untuk pengembangan budidaya laut

di Indonesia

c) Mengidentifikasi mitra potensial untuk pengembangan budidaya laut berdasarkan pada

pengalaman Norwegia sebagai negara industri perikanan

Adapun aktivitas yang dilakukan oleh delagasi Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Courtessy call dengan pimpinan IMR dan Norwegian Food Safety Authority

2. Mengunjungi Hatchery salmon industri di Fitjar lake

3. Mengunjungi lahan pembesaran budidaya Salmon di Brattavika, Austevoll

4. Mengunjungi tempat processing ikan di Austevoll Fiskeindustri

5. Bertemu dengan calon investor Bjørn Myrseth Vitamar

6. Mendengarkan presentasi dari peneliti senior IMR terkait dengan kualitas lingkungan

budidaya, carrying capacity, arus, menyesuaikan dampak lingkungan untuk daya dukung,

regionalisasi komoditas budidaya, dan pembuatan model aktifitas lahan berdasarkan suhu

dan arus

7. Bertemu dengan Direktorat Jenderal Perikanan Ms. Liv Holmefjord terkait kebijakan

industri Salmon di Norwegia dan bagaimana Norwegia dalam menegakkan regulasi

budidaya

8. Mendengarkan presentasi yang dipaparkan oleh pejabat perikanan Norwegia terkait

Aquaculture and Environmental Governance, Aquaculture and Coastal Management,

and Basic Planning on Country or Local Level

Page 14: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

9. Bertemu dengan pimpinanInstitute of Marine Research (IMR) untuk mendiskusikan

kerjasama lanjutan di bidang industri budidaya laut antara Indonesia – Norwegia

Adapun hasil kesimpulan dari kunjungan yang dilakukan Indonesia diantaranya yaitu:

1. Kunjungan Bergen sebagai kota pusat perikanan memberikan pengetahuan mengenai

bagaimana cara menjalankan industri budidaya serta menunjukkan mengenai pentingnya

kebijakan dan regulasi untuk mengatur pelaksanaannya

2. Delegasi Indonesia memerlukan bantuan kerjasama teknis kepada pemerintah Norwegia

dalam menggunakan teknologi baru, peralatan, dan fasilitas penelitian yang cocok dengan

lingkungan dan spesies yang dikembangkan Indonesia

3. Kunjungan tersebut diharapkan dapat memperkuat kolaborasi kerjasama dua negara

untuk membangun industri budidaya laut di Indonesia serta harapan agar investor dari

Norwegia tertarik untuk berinvestasi di Indonesia

4. Adopsi regulasi dan penegakannya mutlak diperlukan untuk memastikan bahwa

pelaksanaan berjalan baik, sehingga dibutuhkan kerjasama teknis pengembangan

Decision Support System

3. Short Training Industrial Production of Marine Finsih Indonesia – Norwegia

Pada tanggal 2 – 5 dan 8 – 11 Oktober 2012 di BPBL Batam diselenggarakan Short

Training Industrial Production of Marine Finfish, sebagai bentuk kerjasama antara Direktorat

Jenderel Perikanan Budidaya Indonesia dan IMR Norwegia. Adapun narasumber pengajar yang

hadir diantaranya adalah lima narasumber bidang penyakit dari Indonesia, dan dua narasumber

Norwegia yaitu Mr. Borge Sorass (ahli hatchery), dan Mr. Finn Christian Skejennun (ahli

nursery dan pembesaran ikan). Terdapat lima topik pelatihan teori yang diajarkan diantaranya

yaitu:

i. Water quality

ii. Live feed production

iii. Larva rearing andnursery

iv. Biosecurity hatchery, fish health, and industrial management/regulations

v. Grow-out in cages

Pada hari ketiga dilaksanakan praktek penerapan kultur pakan alami (rotifer) dan pemeliharaan

larva dan pendederan ikan di BPBL Batam termasuk sistem dalam pengelolaan air mulai dari

treatment sumber air hingga pada proses pengelolaan kualitas air dalam sistem resirkulasi kultur

Page 15: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

rotifer dan pemeliharaan benih ikan kakap.Bagi peserta yang mengikuti pelatihan pada tanggal 2

– 5 Oktober 2012 berjumlah 19 orang dan dari jumlah keseluruhan tersebut merupakan pegawai

pemerintahan yang mayoritas berasal dari UPT DJPB Indonesia kawasan budidaya laut dan

payau, serta berasal dari perwakilan Unit Eselon II DJPB beserta 1 orang staf BBPBL Gondol,

Bali. Peserta pada tanggal 8 – 10 Oktober 2012 berjumlah 12 orang mayoritas berasal dari pihak

swasta dan sebagian berasal dari pihak swasta dan 3 Perguruan Tinggi (Kementerian Kelautan

dan Perikanan).

Adapun perbedaan yang paling mencolok pada protokol pendederan ikan kakap putih

Norwegia dengan Indonesia yaitu penggunaan artemia sebagai pakan alami bagi larva dan cara

penanganan induk ikan kakap yang mengidap Viral Nervous Necrosis (VNN). Pada protokol

Norwegia tidak menggunakan artemia dan hanya mengandalkan rotifer pelet ukuran mikro

(micro encapsulated fish feed), sementara Indonesia masih bergantung pada artemia. Pada

dasarnya protokol Norwegia melarang pengunaan induk yang telah terinfeksi VNN. Upaya

dalam eliminasi induk yang telah terjangkit VNN hanya dilakukan melalui cara pemusnahan

induk ikan yang telah terinfeksi. Oleh sebab itu, banyak UPT merasa keberatan untuk melakukan

cara tersebut dikarenakan mahalnya harga induk kakap. Dalam kegiatan ini terdapat beberapa

hasil kegiatan yang sangat penting yaitu:

1. Biosecurity merupakan hal mutlak yang perlu diterapkan secara total dan dalam

pelaksanaannya tidak dapat dilakukan secara setengah-setengah pada sistem perbenihan

ikan laut secara intensif

2. Protokol penggunaan sumber air dan penggunaannya merupakan hal yang penting dalam

menjaga kualitas air bagi hatchery

3. Artemia tidak direkomendasikan digunakan untuk hatchery yang dikelola secara intensif

dikarenakan gizinya yang rendah serta ditumbuhi bakteri

4. Protokol Norwegia dalam sistem perbenihan ikan kakap secara intensif lebih difokuskan

pada tindakan pencegahan terhadap penyakit (biosecurity), pengelolaan air (resirkulasi),

dan penyediaan pakan yang bergizi

5. Banyak dari peserta melaporkan bahwa sumber induk ikan alam sulit untuk tidak

terinfeksi VNN sehingga pemerintah perlu untuk mengembangkan breeding program.

Page 16: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

4. Workshop Pertukaran Informasi Budidaya Laut di Bidang Site Mapping KJA Offshore

dan Sistem Regulasi

Pada tanggal 23 dan 24 Oktober 2012 diselenggarkan workshop sebanyak 2 kali dalam

rangka kerjasama pertukaran informasi budidaya laut antara Indonesia dan Norwegia. Tanggal

23 Oktober 2012 dilaksanakan Workshop on Guideline and Site Maping for Marine Cage

Farming Developmentdengan tujuan agar menyempurnakan panduan penetapan lokasi ideal

untuk usaha budidaya nasional. Pada tanggal 24 Oktober 2012 dilaksanakan Workshop on

Identification and Formulation of Regulation on Mariculture Development yang bertujuan untuk

penyempurnaan regulasi pemerintah pemerintah terkait dengan regulasi budidaya laut dan

pengembangan sistem pengelolaan kawasan budidaya laut terutama untuk pemetaan lokasi yang

ideal, penerapan daya dukung lingkungan,dan pengembangan sistem monitoring serta

pengawasan kegiatan buidaya laut. Workshop dihadiri oleh perwakilan Eselon I lingkup

Kementerian Kelautan dan Perikanan, perwakilan Unit Eselon II, dan UPT laut dan payau

lingkup DJPB, perwakilan Dinas Provinsi pengembang budidaya laut, dan perwakilan

ABILINDO.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Indonesia menyetujui saran yang diberikan oleh

pihak Norwegia diantaranya yaitu penyempurnaan regulasi di bidang usaha budidaya laut

merupakan hal terpenting untuk Indonesia apabila berkeinginan dalam mendorong keberhasilan

industrialisasi perikanan berbasis budidaya laut terutama dalam mengembangkan usaha budidaya

ikan di Keramba Jaring Apung (KJA). Di samping itu, Indonesia seharusnya perlu dalam

mengembangkan sistem pendukung kebijakan berbasis GIS seperti fungsi AkvaVis yang dimiliki

Norwegia terbukti bermanfaat dalam meningkatkan skala produksi hingga sampai ke tahap

industrialisasi perikanan berbasis budidaya laut agar dapat menggerakkan roda perekonomian di

kawasan Pesisir. Dalam hal ini, pihak Norwegia menyarankan agar pihak Indonesia untuk mulai

menyempurnakan peraturan yang berkaitan dengan budidaya laut (legal framework of

mariculture development) dengan harapan bahwa adanya penyempurnaan tersebut dapat lebih

mendorong minat investor asing terutama Norwegia dalam mengembangkan budidaya laut di

Indonesia.

Selanjutnya, kedua belah pihak setuju untuk melanjutkan kerjasamanya di bidang

pengembangan budidaya laut di Indonesia yang berfokus pada lima topik kerjasama yang akan

Page 17: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

dilaksanakan pada kegiatan pengembangan studi kasus budidaya laut yang ada di Indonesia.

Adapun lima topik kerjasama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kerjasama seleksi lokasi lokasi dan kawasan guna pengembangan budidaya laut skala

besar melalui beberapa analisa seperti sifat oceanografi, tinggi gelombang, kecepatan

arus, dan kedalaman

2. Kerjasama dalam pengembangan alat maupun pendukung pembuat keputusan di bidang

akuakultur (GIS/AkvaVis)

3. Kerjasama penyusunan draft regulasi dalam mendukung kegiatan budidaya laut di area

studi kasus yang fokus pada aspek pengelolaan kesehatan dan kesejahteran ikan,

pengelolaan lingkungan, general regulatory framework, dan pengelolaan pakan

4. Kerjasama penentuan lokasi dan pelaksanaan demonstrasi budiaya ikan di lepas pantai

5. Kerjasama teknis perbenihan dan pendederan ikan kakap termasuk kegiatan pendederan

(rearing) ikan kakap di kawasan budidaya payau guna untuk pemenuhan benih bagi

pembesaran ikan di KJA laut

5. Seminar Blue Economy : Sustainable Fisheries and Aquaculture for Food Security

Pada tanggal 27 November 2012 Indonesia – Norwegia menyelenggarakan seminar

dengan judul “Blue Economy : Sustainable Fisheries and Aquaculture for Food Security” di

Hotel Shangrila Jakarta. Tujuan diselenggarakannya seminar tersebut untuk pertukaran informasi

kebijakan perikanan dan akuakultur yang berkelanjutan di Indonesia dan Norwegia serta

pertemuan B to B (business to business) antara perusahaan perikanan kedua negara. Dalam

seminar tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan menyampaikan keynote speech bahwa

Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan perhatian yang sangat tingggi terhadap

pengelolaan serta pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara bijakasana dengan

menggunakan prinsip-prinsip yang termuat di dalam konsep blue economy guna memperkuat

ketahanan pangan dan ekonomi menuju pertumbuhan yang berkelanjutan. Selain itu,

Kementerian Kelautan dan Perikanan berkomitmen penuh dalam meningkatkan produksi serta

produktivitas perikanan budidaya yang berdaya saing, berkeadilan, dan berkelanjutan dimana

produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu pangan (food safety). Dalam hal ini,

Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menerapkan sertifikasi perbenihan dan

pembudidayaan agar menghasilkan produk yang menganut jaminan mutu, mempercepat

Page 18: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

pembangunan dan rehabilitasi saranan dan prasarana budidaya serta mengembangkan kerjasama

dan kemitraan dengan perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya.

Vice Minister and Coastal Affairs Norwegia, yakni Mrs. Kristine Gramstad mengatakan

bahwa Norwegia dan Indonesia saling memiliki kepentingan yang sama dalam hal

ketergantungan terhadap laut sebagai sumber ekonomi dan lapangan kerja (Kementerian

Kelautan dan Perikanan). Norwegia berharap dalam ikatan kerjasama di bidang perikanan laut

yang telah dibangun dapat terus dilanjutkan. Dengan diadakannya seminar ini diharapkan agar

dapat memberikan pecerahan terhadap tantangan yang melanda seafood dunia yakni

menciptakan nilai tambah dari sumber daya laut melalui perikanan dan budidaya yang

berkelanjutan. Dalam kegiatan seminar ini, perusahaan swasta budidaya laut dan institusi

pendidikan Norwegia menawarkan kerjasama investasi, capacity building, beasiswa, vaksin, riset

akuakultur, selective breeding, dan suplai induk ikan nila.

6. Kunjungan Wakil Menteri Perikanan dan Delegasi Norwegia ke PT Lucky Samudra

Pada tanggal 28 November 2012, beberapa delegasi Norwegia yang terdiri dari Vice

Minister Fisheries and Coastal Affairs Norwegia, Mrs. Kristine Gramstad, perwakilan Kedutaan

Besar Norwegia, dan bebrapa pelaku usaha budidaya Norwegia mengadakan kunjungan ke PT

Lucky Samudra Pratama yang terletak di pulau Kongsi Kepulauan Seribu. Dalam kunjungannya

mereka didampingi oleh perwakilan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, serta disambut

Bupati Kepulauan Seribu Akhmad Lutfi dan CEO PT Lucky Samudra Mr, Misai Tsai.

Tujuan dan kegiatan kunjungan ini yakni mengetahui aktivitas perbenihan, pembesaran

ikan laut di PT Lucky Samudra. Dalam kegiatan kunjungan ini, peluang kerjasama perikanan

Indonesia – Norwegia memiliki peluang yang besar dikarenakan Kepulauan Seribu memiliki

perikanan budidaya yang cukup bagus dan menjadi salah satu wilayah yang tepat untuk investasi

asing. Peluang investasi dari Norwegia menjadi langkah awal untuk menjadikan Kepulauan

Seribu sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata.

4.3.2 Program Kerjasama Indonesia – Norwegia di Bidang Perikanan Budidaya

(Akuakultur) Tahun 2015 - 2018

Berikut merupakan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan

perikanan budidaya yang berkelanjutan yang dijalin dengan pihak Norwegia melalui Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III TAHUN 2015 – 2019 melalui beberapa

program kerjasama pada tahun 2015 – 2018 diantaranya yaitu:

Page 19: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

1. Bidang Vaksin

Pada tahun 2015, Pihak Indonesia oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,

Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pihak Norwegia oleh perusahaan Pharmaq mempunyai

kerjasama dalam uji coba vaksin streptococcus untuk ikan nila di Balai Besar Perikanan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Awal dari kerjasama ini dilakukan pada

saat Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia yakni Ibu Susi Pudjiastuti melakukan perjalanan

kunjungan kerja ke Norwegia pada tanggal 18 – 21 Agustus 2015 di dua kota yaitu Trondheim

dan Oslo. Dalam kunjungan ini, Menteri Susi berkesempatan untuk mengunjungi pameran Aqua

Nor, Aqua Nor merupakan sebuah ajang pertemuan bagi para pelaku industri perikanan dan

budidaya yang dalam beberapa tahun terakhir telah menarik sekitar 18.000 sampai 20.000

pengunjung seluruh dunia. Selain itu Menteri Susi juga berkesempatan melakukan pertemuan

dengan perusahaan-perusahaan di bidang akuakulur dan salah satu perusahaan tersebut adalah

Pharmaq (kkp.go.id).Perusahaan Pharmaq merupakan salah satu perusahaan besar di Norwegia

yang mengelola perikanan dan akuakultur khususnya dalam hal vaksin dan inovasi untuk

akuakultur (ey.com).Selain itu, Pharmaq merupakan pemimpin global dalam vaksin dan inovasi

untuk akuakultur, dan perusahaan ini juga menyediakan produk-produk akuakultur yang ramah

lingkungan, aman, serta efisien untuk industri global yang telah melalui penelitian yang

dilakukan oleh pihak bersangkutan yang memiliki dedikasi (pharmaq.no).Dalam kerjasama ini,

pihak Pharmaq berharap agar vaksin dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar.Namun

sebelumnya vaksin tersebut didaftarkan terlebih dahulu melalui Direktorat Kesehatan Ikan dan

Lingkungan sesuai dengan Keputusan Menteri terkait Obat Ikan nomor PER.04/MEN/2012

(Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Tujuan dari kerjasama ini ialah guna meningkatkan kualitas perikanan, memaksimalkan

penggunaan vaksin untuk penyakit streptococcus pada ikan nila, serta memaksimalkan

kerjasama perikanan Indonesia dan Norwegia.Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

dalam (industri.kontan.co.id) dengan menggunakan vaksin dalam kegiatan akuakultur dapat

mencegah terjadinya serangan pada ikan, dengan begitu penggunaan antibiotik dapat dihindari

karena bila tidak menggunakan antibiotik, hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas produksi

perikanan budidaya dan meningkat karena tanpa residu.Dalam kerjasama ini, pihak Indonesia

melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menghimbau kepada pihak Norwegia yakni

Pharmaq agar terus mengawasi penggunaan vaksin.Tujuan dari pengawasan tersebut dilakukan

Page 20: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

karena sebagian besar pembudidaya masih memiliki keterbatasan untuk melakukan

vaksinasi.Pengawasan tersebut dilakukan melalui penyelenggaraan pelatihan maupun program

penggunaan vaksin.

Melalui kerjasama di bidang vaksinasi, hasil yang dicapai dalam kerjasama ini adalah

Dengan menggunakan vaksin dapat mencegah terjadinya serangan penyakit pada ikan, sehingga

dengan demikian penggunaan antibiotik dapat dihindari karena dengan tidak menggunakan

antibiotik kualitas produksi perikanan budidaya akanmeningkat karena tanpa residu. Kerjasama

yang dijalin dengan perusahaan Pharmaq Norwegia yaitu memaksimalkan penggunaan vaskin

terhadap penyakit streptococcus pada ikan nila (tilapia).Berdasarkan wawancara yang dilakukan

dengan staf BBPBAT Sukabumi yakni Bapak Ayi Santika dalam kerjasama antara Indonesia dan

Norwegia dalam bidang vaksinasi yaitu uji coba vaksin yang dilaksanakan di BBPBAT, hasil uji

coba menunjukkan hasil yang bagus pada kualitas dan pengaruhnya pada pertumbuhan ikan,

serta mengatasi penyakit ikan yang disebabkan oleh streptococcus agalaactiae. Keberhasilan

hasil uji coba tersebut diperkuat dengan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Mrs.

Kentami yang merupakan salah satu staf perusahaan Pharmaq part of Zoetis Indonesia juga

mengatakan bahwa dalam hasil uji coba yang dilakukan di Sukabumi menunjukkan hasil yang

baik dalam kualitas dan dampak terhadap pertumbuhan ikan, dan vaksin Pharmaq yang di uji

cobakan telah di daftarkan di Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan, Kementerian Kelautan

dan Perikanan. Adapun nomor registrasi vaksin Pharmaq Norwegia yang terdaftar di Direktorat

Kawasan dan Kesehatan Ikan yaitu KKP RI No. I 1804349 VKC dengan nama produk ALPHA

JECT micro 1 Tila yang merupakan vaksin inaktif untuk melawan streptococcosis pada ikan nila

atau tilapia dengan indikasi menurunkan mortalitas akibat penyakit yang disebabkan oleh

streptococcus agalaactiae pada ikan nila (Pharmaq.no)

2. Sustainable Aquaculture Seminar 2016

Pada tanggal 2 Desember 2016, Kedutaan Besar Norwegia bekerjasama dengan

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam menyelenggarakan seminar Sustainable

Aquaculture yang dilaksanakan di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta. Dalam seminar tersebut

mengundang kurang lebih 200 peserta yang terdiri dari peserta Indonesia dan Norwegia dari

sektor pemerintah, swasta, dan stakeholder di bidang perikanan budidaya. Dalam seminar

tersebut terdapat empat sesi diantaranya yaitu:

i. Developing sustainable aquaculture in Indonesian and Norway

Page 21: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

ii. The journey into successful aquaculture industry

iii. Environmental impacts for fish farming Norwegian and Indonesian financial scheme for

mariculture

Tentu saja dengan diselenggarakannya kegiatan ini diharapkan agar dapat membuka wawasan

masyarakat Indonesia khususnya pembudidaya terkait praktek budidaya yang berkelanjutan.

3. Sustainable Aquaculture Seminar 2017

Pada tanggal 16 November 2017, Kedutaan Besar Norwegia menyelenggarakan seminar

Sustainable Aquaculture bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Indonesia

yang dilaksanakan di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta. Dalam seminar tersebut mengundang

kurang lebih 200 peserta Indonesia dan juga Norwegia dari berbagai sektor seperti sektor

pemerintah, swasta, dan stakeholder yang terkait dalam bidang perikanan. Dalam kegiatan

tersebut dibuka oleh Duta Besar Norwegia dan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, dengan

sambutan selamat datang oleh Direktur Innovation Norwegia Jakarta. Dalam kegiatan ini,

terdapat empat sesi sebagai berikut:

i. Update overview of Indonesian and Norwegian aquaculture regulatory framework

ii. Regulation in preserving natural environment within the mariculture sector

iii. Sutainable mariculture value chain – Norwegian experience

iv. Utilization of the marine aquaculture output

Dengan diselenggarakannya seminar ini, diharapkan dapat membuka wawasan seluruh

masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pembudidaya terkait dengan pentingnya praktek

budidaya yang berkelanjutan serta pentingnya investasi guna percepatan pembangunan kelautan

dan perikanan di Indonesia. Dalam kegiatan ini, Indonesia berkesempatan dalam mengundang

Norwegia untuk berinvestasi dalam sektor perikanan budidaya pada sektor hilir seperti unit

pengolahan ikan, sistem rantai dingin, sarana dan prasarana pendukung, dan pengembangan

teknologi khususnya di lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT).

4. Off - Shore Aquaculture

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan terus berupaya dalam

membangun dan mengembangkan industri marikultur untuk memenuhi permintaan pasar.Oleh

karena itu, pemerintah menginisiasi penerapan teknologi modern.Pada tahun 2017, Indonesia

melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai

Page 22: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

mengembangkan budidaya offshore dengan mengadaptasi atau menggunakan teknologi Keramba

Jaring Apung(KJA)offshore dari Norwegia.Selama prosesnya, Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya dibantu oleh Kedutaan Besar Norwegia dan Innovation Norwegia untuk mendapat

rekan yang cocok dalam bekerjasama dalam proyek tersebut. Setelah melalui beberapa proses,

kedua negara kemudian menemukan rekanan yang cocok dalam bekerjasama dalam proyek

tersebut. Pembangunan Keramba Jaring Apung(KJA)offshore ini akan dilakukan PT. Perikanan

Nusantara perwakilan Indonesia dan AquaOptima AS Trondheim sebagai perwakilan Norwegia.

Pada tanggal 19 Juli 2017 kedua perusahaan melakukan penandatangan kerjasama di KBRI Oslo,

Norwegia.Dalam penandatanganan tersebut disaksikan langsung oleh Duta Besar Indonesia dan

Norwegia (Embassy of the Republic Indonesia – Oslo, Norway).

KJA offshore atau lebih dikenal dengan Keramba Jaring Apung Lepas Pantaiini

merupakan program strategis yang dilakukan KKP guna meningkatkan produksi ikan laut

dengan mengunakan metode budidaya, dengan komiditas ikan utama yang akan di budidayakan

menggunakan teknologi tersebut ialah ikan kakap putih (Lates Calcalifer). Tentu saja program

Keramba Jaring Apung (KJA)offshore dengan menggunakan teknologi Norwegia sesuai dengan

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pembangunan Industri

Perikanan Nasional (depkes.go.id). Menteri KKP yakni Susi Pudjiastuti menyatakan bahwa

pembangunan Keramba Jaring Apung (KJA)offshore sesuai dengan instruksi presiden guna

mendorong agar nelayan tidak hanya melakukan penangkapan ikan di laut, namun juga

meningkatkan produksi melalui budidaya, oleh karena itu nelayan diharapakan tidak hanya

menangkap ikan saja namun juga melakukan budidaya dengan kapasitas industri (kkp.go.id).

selain itu, tujuan pembangunan percontohan Keramba Jaring Apung (KJA) ini, guna mendorong

para pelaku usaha dalam negeri agar mengadaptasi teknologi yang berkapasitas industri sehingga

dapat menyerap banyak tenaga kerja dan tetap dapat mempertahankan dan menjaga

keberlanjutan sumber daya perikanan. Direktur Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yakni

Slamet Soebjakto juga menyampaikan bahwa dengan adanya teknologi Keramba Jaring Apung

(KJA)offshore ini tidak akan merugikan pengusaha dalam negeri (kkp.go.id). Dengan adanya

teknologi ini akan mendorong Keramba Jaring Apung (KJA) dalam negeri untuk bisa

mencontoh, dalam hal ini pemerintah dapat memberikan percontohan untuk memberdayakan

masyarakat dalam industri perikanan yang pro terhadap masyarakat dengan tujuannya untuk

sustainable (kkp.go.id).

Page 23: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Pemilihan teknologi Keramba Jaring Apung(KJA)offshore ini juga telah melalui

beberapa pertimbangan dan penelitian yang matang.Melihat Norwegia merupakan negara yang

berpengalaman dalam melakukan budidaya di lepas pantai dan juga teknologi yang Norwegia

miliki sudah menjadi acuan internasional.Dalam skala internasional, negara Norwegia terbaik

dalam hal teknologi (KJA offshore) salmonnya.Oleh karena itu, Indonesia belajar ke Norwegia.

Namun sebelum mengadakan program kerjasama dengan pihak Norwegia terkait budidaya laut

menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA)offshore, pemerintah Indonesia telah mengirim 5

delegasi ke Norwegia pada tanggal 24 – 28 September 2012 untuk memenuhi undangan dari

pihak Norwegia terkait dengan kerjasama budidaya laut. Adapun tujuan delegasi Indonesia

berkunjung sebelum menerapkan teknologi Norwegia di Indonesia yaitu:

a. Mempelajari regulasi pemerintah Norwegia dalam pengelolaan kawasan laut lepas untuk

kegiatan budidaya

b. Mempelajari sistem pengawasan dan pemetaan lokasi untuk pengembangan budidaya laut

di Indonesia

c. Mengidentifikasi mitra potensial untuk pengembangan budidaya laut berdasarkan pada

pengalaman Norwegia sebagai negara industri perikanan

Dalam kerjasama ini, Norwegia juga berperan memasukan saran dan merekomendasikan

terkait penentuan letak Keramba Jaring Apung (KJA) yang telah disesuaikan dengan kondisi

alam yang ada di Indonesia, terkhusus lokasi pembangunan itu sendiri. Di samping itu Norwegia

juga berbagi ilmu terkait dengan manajemen budidaya, penebaran benih, hingga pada proses

panen. Dalam hal ini, teknologi yang digunakan berasal dari Norwegia, namun dalam proyek ini

tenaga kerja yang dilibatkan ialah masyarakat Indonesia sendiri.Untuk memastikan agar

budidaya menggunakan teknologi ini berhasil, maka KKP melakukan pemilihan benih kakap

putih melalui selective breeding.Proses tersebut dilakukan guna menghasilkan benih yang

bermutu dan seragam serta sesuai dengan persyaratan CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik).

Sehingga benih ikan yang akan dibudidayakan tidak diambil begitu saja dari alam, namun

melalui selective breeding dengan standar yang tinggi. Pengembangan teknologi Keramba Jaring

Apung (KJA)offshore ini dikembangkan di tiga lokasi diantaranya yaitu Sabang (lokasi SKPT),

Karimun Jawa, dan Pangandaran.Dalam kerjasama ini, anggaran yang dikeluarkan untuk

pengembangan budidaya offshore oleh Directorate General of Aquaculture dengan total sebesar

Rp 131 milyar (DJPB, KKP).Untuk Keramba Jaring Apung(KJA)offshore yang pertama

Page 24: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

dikembangkan di Pangandaran dan juga menjadi KJA offshore yang pertama di Indonesia.

Keramba(KJA) Pangandaran berjarak kurang lebih 4 mil dari Barat Pangandaran. KJA offshore

ini juga berada di kedalaman kurang lebih 50 m dengan tinggi gelombang antara 1,5 – 3 m.

Selain itu, KJA offshore ini juga dilengkapi dengan Sistem Pemberian Pakan Otomatis, Sistem

Monitoring dengan Kamera Bawah Air, CCTV, dan dapat dioperasikan dari jarak jauh

(kkp.go.id).

Zulficar Mochtar selaku Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan

Perikanan (BRSDMKP) mengatakan bahwa dalam penentuan titik lokasi untuk pembangunan

KJA offshore ini telah disusun dalam naskah akademik oleh beberapa tim diantaranya yaitu

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Badan Riset dan SDM, serta Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut. Tidak hanya tim Kementerian Kelautan dan Perikanan saja yang

mengambil bagian dalam uji kelayakan, namun uji kelayakan tersebut juga dilakukan oleh tim

Norwegia dari Aqua Competense (kkp.go.id). Dalam uji kelayakan tersebut, telah

mempertimbangkan segala aspek kelayakan fisik seperti gelombang, pasang surut air laut, arah

dan kecepatan arus, dan kekeruhan air.Secara kimiawi, lokasi pembangunan KJA offshore telah

dilakukan pengukuran kualitas air.Dalam pembangunan KJA offshore telah dipastikan tidak

berada pada kawasan konservasi, dan tidak mengganggu alur pelayaran, serta tidak mengganggu

alur hewan laut untuk berimigrasi.Pada dasarnya pembangunan KJA lepas pantai ini benar-benar

sesuai dengan ketentuan dan tidak berdampak pada lingkungan sekitar. Pembangunan KJA

offshore pertama Indonesia dilakukan di Pangandaran dengan jumlah yang ditanam sebanyak 8

lubang KJA offshore dan diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia yakni Joko

Widodo pada tanggal 24 April 2018. Untuk KJA offshore Pangandaran di bangun di tengah laut

dengan jarak sekitar 4 mil dari pantai terdekat dan 7 – 8 mil dari Pelabuhan Pendaratan Ikan

(PPI) Cikidang.

5. Sustainable Aquaculture Workshop 2018

Pada tanggal 18 Oktober 2018, pihak Innovation Norway mengadakan “Sustainable

Aquaculture 2018” yang diselenggarakan di Hotel Raffles, Jakarta.Dalam kegiatan ini pihak

Norwegia menghadirkan narasumber dari Pharmaq dan Aqualine. Dalam seminar ini, ada

beberapa hal yang telah disepakati Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan pihak Norwegia

dalam kegiatan tersebut diantaranya yaitu:

Page 25: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

i. Sesi pertama membahas mengenai gambaran singkat terkait akuakultur Indonesia dan

peluang Indonesia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dan dari pihak Norwegia

mengenai produk akuakultur Norwegia

ii. Sesi kedua membahas mengenai Handling Fish Diseases pada ikan kakap oleh

pembudidaya berasal dari Turki, sebagai negara yang telah menggunakan produk

Norwegia yaitu Pharmaq

iii. Sesi ketiga membahas carrying capacity tools berupa site selection dan day to day

integrated management for offshore aquaculture oleh Aqualine

iv. Sesi keempat juru bicara (spokesperson) menyampaikan tentang carrying capacity tools

dari Indonesia yakni akademisi dari Institut Pertanian Bogor

6. Sustainable Mariculture Project

Pada tanggal 29 Oktober 2018 di Bali, Indonesia dan Norwegia menandatangani Letter of

Intent terkait kerjasama kelautan dan perikanan. Dalam Letter of Intent tersebut menyatakan

untuk melakukan kerjasama terkait pembangunan perikanan dan budidaya berkelanjutan dengan

tujuan menjamin ketahanan pangan dan nutrisi (treaty.kemlu.go.id). Adapun tiga tema utama

yang dipilih Indonesia untuk dilakukan dalam proyek di bawah bantuan ahli Norwegia

diantaranya yaitu:

1) Perencanaan tata ruang dan daya dukung

2) Pemuliaan dan pengendalian penyakit

3) Standar teknis untuk budidaya perairan lepas pantai terintegrasi

Dalam sustainable mariculture project ini, Norwegia akan memberikan dana hibah kepada

Indonesia melalui kegiatan pengembangan akuakultur berkelanjutan sebesar 4 juta NOK atau

sekitar 6 milyar (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP).

4.4 Dampak Program Kerjasama Sustainable Aquaculture bagi Indonesia

Melalui program kerjasama yang dilaksanakan antara Norwegia dan Indonesia, banyak

dampak positif yang dapat dimanfaatkan Indonesia dalam kerjasama sustainable

aquaculture.Pertama, 70% wilayah negara Indonesia merupakan laut, tercatat total potensi lahan

marikultur sekitar 12,1 juta ha, namun lahan marikultur yang dimanfaatkan sekitar 325.825 ha

(kkp.go.id). Sehingga potensi marikultur atau perikanan budidaya laut perlu dimanfaatkan

semaksimal mungkin untuk kemakmuran rakyat.Dalam memanfaatkan potensi lahan marikultur

melalui program kerjasama Indonesia dapat memaanfaatkan lahan yang belum dimanfaatkan

Page 26: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

melalui program kerjasama Keramba Jaring Apung(KJA)offshore dengan pihak

Norwegia.Alasan mengapa ikan kakap putih menjadi komoditas terpilih untuk dibudidayakan

menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA)offshore karena kakap putih termasuk jenis ikan

yang mudah untuk dibudidayakan.Selain itu kakap putih perlu ditingkatkan produksinya karena

dalam beberapa tahun terakhir produksi ikan kakap mengalami kondisi yang tidak stabil dimana

pada tahun 2014 jumlah produksi sebesar 5.447 ton, tahun 2015 menjadi 6.558 ton, tahun 2016

5.544 ton, dan akhirnya tahun 2017 kembali mengalami penurunan menjadi 5.545 ton (Imran &

Armaiki, 2018).

Melalui program Keramba Jaring Apung (KJA)offshore dengan mengadaptasi teknologi

dari Norwegia yang dibangun di tiga lokasi yaitu Sabang, Karimun Jawa, dan Pangandaran pada

tiap tahunnya di tiap lokasi dapat ditebar benih sekitar 1,2 juta ton ikan kakap untuk 8 lubang

(depkes.go.id). Tiap lokasi pengembangan Keramba Jaring Apung (KJA)Offshore terdiri dari 8

lubang, Keramba Jaring Apung(KJA) tersebut berbentuk bulat dengan diameter 25,5 m, dengan

keliling lingkaran 80 m yang berfungsi untuk memelihara ikan laut di laut terbuka yaitu > 2 km

dari pantai (depkes.go.id). Melalui program kerjasama ini, negara Indonesia dapat memproduksi

ikan kakap putih sebanyak 816 ton per tahun per unit dengan jumlah 8 lubang Keramba Jaring

Apung (KJA)offshore (kkp.go.id), dimana tiap lokasi lokasi pengembangan dibangun 1 unit KJA

offshore yang terdiri dari 8 lubang, sehingga dari tiga lokasi pengembangan Keramba Jaring

Apung (KJA) Offshore dapat memproduksi ikan kakap sebanyak 2.448 ton ikan kakap per tahun

di tiga lokasi yaitu Karimun Jawa, Pangandaran, dan Sabang. Dampak positif inovasi teknologi

marikultur ini yaitu dapat mendorong produksi ikan laut, mendorong pemberdayaan terhadap

masyarakat dengan menyerap 200 tenaga kerja langsung untuk proses pendederan karena untuk

memenuhi benih ditiap lubang Keramba Jaring Apung (KJA)offshore dibutuhkan lahan sebanyak

5 ha (kominfo.go.id), selain itu dengan program ini tidak hanya melibatkan tenaga kerja

langsung namun juga tenaga kerja tidak langsung sekitar 135 – 220 orang (kkp.go.id).

Untuk kegiatan penyortiran ukuran ikan dan pengangkutan benih, dan kegiatan vaksinasi

melibatkan tenaga kerja sekitar 15 – 25 orang (kkp.go.id). Melalui program ini, nelayan sekitar

juga akan diberdayakan melalui pemanfaatan terhadap hasil tangkapan ikan rucah (ikan kecil)

sebagai pakan tambahan untuk Keramba Jaring Apung (KJA)offshore, dan melibatkan Koperasi

Unit Desa (KUD) untuk pengelolaan hasil panen (kkp.go.id). Keramba Jaring Apung

(KJA)offshore pertama Indonesia dibangun di pangandaran dan diresmikan langsung oleh

Page 27: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

presiden Joko Widodo pada 24 April 2018, sedangkan untuk 2 lokasi lainnya saat ini masih

dalam tahap pengembangan. Di samping itu, dengan adanya program Keramba Jaring

Apung(KJA)offshore ini dapat menguntungkan ekosistem yang ada dibawah laut dengan

memberi nutrisi pada kerang-kerangan, bulu babi, teripang, dan nutrisi anorganik untuk rumput

laut.Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu Erna Yuniarsih bahwa

dalam pengembangan Keramba Jaring Apung(KJA)offshore ini masih mengalami beberapa

kelemahan dikarenakan gangguan akibat efek dari alam seperti ombak dan cuaca laut yang ganas

sehingga menyebabkan teknologi tersebut mengalami kerusakan.Terkait permasalahan tersebut

pihak Indonesia telah melakukan inisiasi kepada pihak Norwegia untuk membantu memperbaiki

teknologi tersebut.

Dalam kerjasama sustainable aquaculture antara Indonesia dan Norwegia, salah satu

UPT yang merasakan manfaat menjalani program kerjasama Indonesia – Norwegia khususnya

program sustainable aquaculture yaitu UPT BBPBL Lampung. Terkait upaya pengembangan

marikultur, kakap putih merupakan salah satu komoditas yang akan dikembangkan. Melalui

sharing knowledge pada program seminar sustainable aquaculture diberitahukan kepada

masyarakat pembudidaya yaitu terkait penggunaan benih besar yaitu 15 cm lebih baik

dibandingkan dengan menggunakan ukuran yang selama ini digunakan pembudidaya Indonesia

yaitu ukuran 7 cm, adapun tujuan utama dalam menggunakan benih besar yaitu mempersingkat

masa pemeliharaan.Selain itu memperhatikan penggunaan benih, sangat penting untuk

memperhatikan waktu dan jumlah pemberian pakan dan vitamin pada ikan, dan juga pentingnya

menangani penyakit ikan dengan menggunakan vaksin karena lebih baik dibanding dengan

penggunaan antibiotik dan bahan kimia.Serta penggunaan vaksin dapat meningkatkan kesehatan

ikan dan kelangsungan hidup yang lebih tinggi serta mengurangi tekanan pada lingkungan.

Melalui program inilah yang kemudian yang memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat

Indonesia terkait cara pembudidayaan ikan yang baik.

Dampak ketiga dari kerjasama Indonesia – Norwegia dalam program kerjasama yaitu

membuka wawasan masyarakat terkait pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan

dimana tim Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Tatelu, Minahasa, Sulawesi Utara

telah berhasil mengembangkan sistem teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS)

merupakan teknologi pembenihan. Teknologi ini sudah biasa digunakan di negara Norwegia,

teknologi RAS merupakan teknologi yang menerapkan sistem budidaya ikan secara intensif

Page 28: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

dengan menggunakan infrastruktur generator oksigen untuk penggunaan air secara terus menerus

yang berfungsi dalam menstabilkan dan mengontrol kondisi lingkungan ikan sehingga

mengurangi jumlah penggunaan air dan meningkatkan tingkat kehidupan ikan. Tim BPBAT

Tatelu berhasil mengadopsi teknologi yang digunakan Norwegia dengan model serta perangkat

prasaran yang lebih murah dengan menggunakan produk dalam negeri sehingga menekan biaya

pengeluaran karena biaya yang lebih murah dibanding mendatangkan langsung teknologi

tersebut dari negara lain. Dengan menggunakan teknologi RAS pembudidaya ikan dapat

memenuhi kebutuhan benih yang berkualitas serta meningkatkan produksi benih sebanyak

mungkin.Teknologi ini juga berbeda dari sistem yang biasa digunakan pembudidaya pada

umumnya karena sistem yang yang biasa yang digunakan pembudidaya hanya memproduksi

benih ikan sebayak 50 ekor saja (mongabay.co.id). Berikut merupakan gambar contoh penerapan

RAS dalam media perikanan budidaya

Gambar 4. Contoh Penerapan RAS dalam Media Budidaya

Sumber: aquaculture-mai.org

Page 29: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

4.5 Kepentingan Negara Indonesia dan Norwegia Kerjasama di Bidang Perikanan

Budidaya Berkelanjutan (Sustainable Aquaculture)

Dalam kerjasama yang dilaksanakan antara pihak Indonesia dan Norwegia melalui

instansi-instansi terkait dengan perikanan khususnya di bidang akuakultur tentu saja memiliki

kepentingan oleh tiap-tiap pihak yang bersangkutan yakni Indonesia dan Norwegia.Sebab dalam

sebuah kerjasama terdapat kepentingan nasional tiap aktor dan pada dasarnya kepentingan itu

sendiri tidak dapat terlepas atau dipisahkan dari sebuah kerjasama internasional.Selain itu,

kepentingan merupakan salah satu dasar mengapa aktor internasional mengadakan kerjasama.

Salah satu kontribusi yang diberikan perspektif liberalisme untuk pemahaman kita mengenai

tatanan hubungan internasional adalah melalui pandangan kaum liberal terhadap sifat dasar

manusia, kaum liberal memiliki keyakinan besar bahwa prinsip rasional dapat digunakan dalam

menyelesaikan masalah-masalah dalam ranah internasional, melalui prinsip rasional tersebut,

dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh sebuah negara, manusia kemudian

menggunakan pemikiran rasionalnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka

hadapi melalui kerjasama. Pandangan liberalisme yang menekankan arti penting kerjasama

dalam hubungan internasional dalam menyelesaikan permasalahan, salah satunya satunya adalah

negara Indonesia.

Bidang perikanan budidaya Indonesia atau akuakultur Indonesia masih memiliki banyak

permasalahan terkait dengan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan. Adapun

beberapa permasalahan perikanan budidaya diantaranya yaitu keterbatasan kemampuan

teknologi yang dimiliki Indonesia masih belum memadai, akses untuk permodalan untuk

pengembangan usaha budidaya masih terbatas, pengamanan kualitas ikan yang masih belum

terjamin, penurunan kualitas perairan, kepastian tata ruang usaha budidaya perikanan yang

belum kuat, dan sistem pendataan perikanan budidaya belum andal dan efisien (bappenas.go.id).

Dalam menyelesaikan atau membenahi beberapa permasalahan perikanan budidaya yang tengah

dihadapi saat ini, negara Indonesia membutuhkan bantuan maupun dukungan dari negara lain

dalam pembangunan perikanan budidaya. Dalam hal ini, Indonesia terus memperkuat

kerjasamanya dengan pihak Norwegia yang lebih ahli dan berpengalaman di bidang perikanan

budidaya.Upaya tersebut di tempuh pemerintah Indonesia guna meningkatkan kapasitas

perikanan budidaya yang dimilikinya agar tetap berkelanjutan. Berdasarkan data wawancara

yang dilakukan peneliti kepada Kepala Bagian Kerjasama Ditjen Perikanan Budidaya,

Page 30: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Didapatkan data terkait kepentingan Indonesia menjalin kerjasama yaitu karena Pihak Norwegia

merupakan negara yang ahli terkait dengan hal-hal teknologi di bidang akuakultur. Di mana

untuk teknologi akuakultur yang dimiliki Norwegia juga lebih canggih.Fakta inilah yang

kemudian mendorong Indonesia untuk belajar dari Norwegia.Selain itu, pihak Norwegia juga

unggul dalam bidang vaksinasi.Dalam hal ini Indonesia belajar memproduksi vaksin untuk

bidang akuakultur.Di samping itu, Norwegia juga negara yang ahli dalam mengembangkan

budidaya lepas pantai, sedangkan bagi Indonesia sendiri terkait dengan marine aquaculture atau

budidaya lepas pantai merupakan suatu hal yang masih baru.

Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim dimana sebagian besar wilayah

negaranya adalah lautan.Namun potensi lautan Indonesia yang luas belum dimaksimalkan

dengan baik. Oleh sebab itu Indonesia menggunakan kesempatan ini untuk untuk mempelajari

bagaimana cara budidaya laut di lepas pantai, belajar membuat zoning atau pemetaan, dan

penentuan lokasi budidaya laut sehingga kedepannya atau dikemudian hari apabila Indonesia

ingin menawarkan investasi, maka pihak Indonesia telah mengetahui lokasi untuk kegiatan

budidaya ikan yang cocok di wilayah mana saja yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan

tersebut karena pemetaannya yang sudah jelas. Dalam kerjasama ini Norwegia memperkuat

kerjasama dengan pihak Indonesia dalam sustainable aquaculture karena pihak Norwegia

menganggap bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam hal perikanan khususnya

perikanan budidaya atau akuakultur.Meskipun Indonesia memiliki potensi yang besar namun

dalam hal teknologi akuakultur, negara Indonesia masih memiliki keterbatasan.

Oleh karena itu dengan menggandeng negara Indonesia maka Norwegia dapat

menawarkan teknologi akuakultur yang dimilikinya untuk pengembangan budidaya

Indonesia.Salah satu teknologi yang ditawarkan Norwegia yaitu KJA offshore. Selain itu, salah

satu keuntungan yang didapatkan Norwegia dalam kerjasama ini yaitu pihak Norwegia memiliki

kesempatan untuk berinvestasi di Indonesia dalam sektor perikanan budidaya seperti unit

pengolahan ikan, sarana dan prasarana serta sistem logistik di seluruh wilayah Indonesia,

khususnya di lokasi PSPKT. Dalam asumsi dasar liberalisme yang pertama pada bab sebelumnya

menjelasakan bahwa negara bukanlah satu-satunya dalam hubungan internasional, namun

terdapat aktor lainnya seperti aktor bukan negara yang memiliki pengaruh. Dalam hal ini, negara

bukanlah satu-satunya aktor namun terdapat pula aktor lain yaitu individu atau perusahaan

internasional yang juga memiliki peran dalam kerjasama ini diantaranya yaitu perusahaan

Page 31: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

Pharmaq yang bergerak di bidang vaksinasi dan Aqua Optima AS Trondheim yang bergerak

dalam bidang teknologi sebagai perwakilan Norwegia serta PT. Perikanan Nusantara

(PERINUS) sebagai perwakilan Indonesia. Ketiga perusahaan ini bertugas sebagai penyedia

barang dan jasa dalam kerjasama sustainable aquaculture antara Indonesia dan Norwegia karena

pada dasarnya dalam pembangunan sebuah negara dibutuhkan campur tangan dari aktor lain

selain negara yaitu perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa seperti manajemen dan

pelaksaaan pemasangan teknologi, serta pelatihan mengenai pengoperasion dan pemeliharaan.

Dengan hadirnya perusahaan Norwegia yang ahli dalam bidang vaksinasi dan teknologi

keramba jaring apung offshore dapat membantu negara Indonesia dalam mengembangkan

perikanan budidaya Indonesia yang perlu dikembangkan. Pada poin kedua asumsi dasar

liberalisme menjelaskan bahwa liberalisme melihat bahwa ketergantungan merupakan karakter

hubungan internasional, dalam kerjasama internasional antara Indonesia dan Norwegia tentu saja

tidak terlepas dari ketergantungan, dimana negara Indonesia bergantung pada Norwegia dalam

pengembangan perikanan budidaya yang berkelanjutan dimana negara Indonesia membutuhkan

negara Norwegia dalam pengelolaan perikanan budidayanya agar tetap berkelanjutan melalui

program-program kerjasama yang telah dilakukan oleh kedua negara pada tahun 2015 – 2018.

Dalam kerjasama ini tentunya didasarkan oleh kepentingan masing-masing tiap negara

dimana Indonesia mendapatkan budget dari Norwegia dalam menjalankan aktivitas-aktivitas

perikanan budidaya yang selama ini tidak dapat dilaksanakan karena adanya keterbatasan dana,

mendapat pengetahun baru dari negara Norwegia tentang bagaimana cara memproduksi vaksin

yang aman untuk lingkungan serta cara membudidayakan ikan di laut lepas dengan

menggunakan teknologi, dan berbagai ilmu lainnya terkait dengan pengembangan perikanan

budidaya berkelanjutan yang telah mereka laksanakan melalui program kerjasama mereka pada

tahun 2015 – 2018. Selain itu, kepentingan Indonesia dalam kerjasama ini adalah untuk

melaksanakan visi dan misinya melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait

pembangunan di bidang perikanan budidaya, serta mencapai kepentingan kedua negara yaitu

Indonesia dan Norwegia dalam merealisasikan target-target Sustainable Development Goals

(SDGs) pada poin ke 2 mengenai pengentasan kelaparan dengan cara memanfaatkan sumber

daya perikanan secara berkelanjutan.

Dalam dasar asumsi dasar liberalisme pada bab sebelumnya juga menjelaskan bahwa

negara sebagai perwakilan dan kepentingan negara berasal dari kepentingan individu dan juga

Page 32: BAB IV PENINGKATAN PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA …

kelompok masyarakat. Melalui kerjasama di bidang ini, dimana pada saat penandatanganan

Letter of Intent 29 Oktober 2018, pihak Norwegia akan memberikan dana hibah kepada

Indonesia sebesar Rp 6 milyar. Hal ini yang menjadi suatu keuntungan yang baik bagi Indonesia

untuk masa depan akuakultur Indonesia sendiri. Mengapa kemudian hal ini menjadi kesempatan

yang baik untuk Indonesia, karena Indonesia bisa mendapatakan dukungan budget dari pihak

Norwegia untuk menjalankan aktivitas akuakultur yang selama ini tidak dapat dijalankan oleh

pihak Indonesia sendiri karena pemerintah memiliki keterbatasan dana atau budget untuk tiap

aktivitas. Sehingga dengan adanya kerjasama ini, Indonesia mendapatkan manfaat melalui

bantuan dana tersebut sehingga dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang Indonesia tidak dapat

biayai sendiri. Sehingga hal tersebut dapat memberikan keuntungan terhadap aktivitas akuakultur

Indonesia.

Dengan demikian dalam kerjasama ini tiap negara memiliki kepentingan maupun tujuan

dasar yang hendak mereka capai. Berdasarkan dengan pemikiran Kant yang mengatakan bahwa

negara-negara demokrasi liberal bersifat lebih damai, hal ini juga berlaku dalam kerjasama

Indonesia dan Norwegia, dimana kedua negara sebagai negara demokrasi, keduanya

menciptakan suatu hubungan yang damai yang diperkuat melalui kerjasama salah satunya yaitu

kerjasama di bidang akuakultur yang selalu diperkuat melalui beberapa program kerjasama ditiap

tahunnya yaitu 2015 – 2018 dan tentunya hal ini juga ini tidak terlepas dari ketergantungan satu

sama lain dalam mengembangkan akuakultur karena pada dasarnya dengan adanya suatu

kemajuan dapat membawa perubahan menuju yang ke kehidupan yang lebih baik, dalam hal ini

yaitu kemajuan melalui modernisasi teknologi KJA offshore Indonesia yang diadaptasi dari

teknologi Norwegia untuk membawa perubahan terhadap akuakultur yang dimiliki Indonesia.

Oleh karena itu adanya saling ketergantungan yang di dominasi oleh kerjasama bertujuan agar

aktor dapat mencapai kepentingan yang dapat menghasilkan manfaat bagi negara maupun warga

negaranya.