BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATAthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/Bab 4_09-205.pdf · utama dalam...
Transcript of BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATAthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/Bab 4_09-205.pdf · utama dalam...
51
BAB IV
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Umum Yayasan Atma Jaya
Yayasan Atma Jaya dibentuk oleh sejumlah tokoh awam Katolik. Awalnya para
tokoh tersebut memiliki sebuah pemikiran yang sama, bahwa umat Katolik di
Indonesia harus memberikan sumbangsih yang berharga dalam upaya pembangunan
bangsa di bidang pendidikan dan sekaligus dapat memperlihatkan nilai-nilai ajaran
Gereja Katolik secara nyata. Pemikiran ini diungkapkan melalui motto “Pro eclessia
et patria” yang berarti untuk gereja dan bangsa.
Misi Yayasan Atma Jaya
1. Mengembangkan cipta, rasa, dan karsa warga Atma Jaya sebagai pribadi manusia
yang berwatak dengan diilhami ketujuh anugerah Roh Kudus, yakni anugerah
akal budi, kebijaksanaan, wawasan yang benar, ketangguhan, pengenalan akan
Tuhan, kesalehan, serta ketakwaan.
2. Meningkatkan perwujudan martabat manusia serta mengembangkan warisan
budaya diantara warga Atma Jaya dengan mengutamakan rasa tanggung jawab,
kesadaran akan hak dan kewajiban yang bersumber pada cinta akan kebenaran,
kejujuran, dan keadilan.
3. Mengembangkan warga Atma Jaya untuk menjadi kader bangsa yang mempunyai
semangat belajar seumur hidup, terbuka, suka bekerja sama dan melayani, serta
berpihak pada kaum lemah.
52
Visi Yayasan Atma Jaya
“Menjadi lembaga penyelenggara perguruan tinggi dan badan lain di bidang
pendidikan yang memiliki keunggulan akademik dan profesional, yang secara
konsisten mewujudkan perpaduan antara iman Kristiani, ilmu pengetahuan, dan
budaya Indonesia dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.”
(Sumber : Dokumen Yayasan Atma Jaya)
Dalam rangka mewujudkan visinya, Yayasan Atma Jaya membangun sebuah
rumah sakit yang ditujukan untuk menunjang proses pendidikan para mahasiswa
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Rumah sakit tersebut diberi nama Rumah
Sakit Atma Jaya. Sama halnya dengan rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit
Atma Jaya memiliki beberapa sub unit bisnis untuk mendukung kegiatan
operasionalnya. Salah satunya adalah instalasi farmasi yang menjadi pokok bahasan
utama dalam penulisan kali ini. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai Rumah
Sakit Atma Jaya dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
4.1.1 Rumah Sakit Atma Jaya
Rumah sakit Atma Jaya didirikan sesuai dengan isi Surat Keputusan Yayasan
Atma Jaya No. 110/II/SK/8/76 pada tahun 1976 dengan nama Rumah Sakit
Akademik Unika Atma Jaya. Pada tanggal 9 Mei 1977 rumah sakit ini diresmikan
oleh Gubernur/KDH Ibukota Jakarta Raya pada saat itu, Bapak Letnan Jendral Ali
Sadikin. Kemudian pada tahun 1988, dalam rapat Yayasan Atma Jaya, nama rumah
sakit ini secara resmi diubah menjadi Rumah Sakit Atma Jaya.
53
Sebagai sebuah rumah sakit pendidikan, Rumah Sakit Atma Jaya mempunyai
dua fungsi utama. Di satu sisi rumah sakit berfungsi untuk menunjang pendidikan
serta penelitian Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, dan di lain sisi berfungsi
untuk menyelenggarakan pelayanan medik bagi kepentingan masyarakat umum.
Rumah Sakit Atma Jaya juga memiliki Balai Kesehatan Masyarakat di wilayah
Kelurahan Penjaringan yang memberikan layanan paripurna (upaya peningkatan
kesehatan, penyehatan, pengobatan, dan pemulihan) untuk masyarakat di sekitar
daerah cakupannya. Direktur rumah sakit bertanggung jawab secara langsung kepada
Yayasan Atma Jaya dalam proses pengelolaan rumah sakit.
Misi Rumah Sakit Atma Jaya
Sebagaimana telah ditetapkan oleh Yayasan Atma Jaya dalam Surat Keputusan
No. 010/I/SK-LL/01/99, maka misi Rumah Sakit Atma Jaya adalah sebagai berikut.
1. Rumah Sakit Atma Jaya mengembangkan layanan kesehatan kepada masyarakat
secara profesional tanpa memandang perbedaan ras, suku, agama, dan kedudukan.
2. Rumah Sakit Atma Jaya mengembangkan cipta, rasa, dan karsa, serta membina
setiap warganya sebagai pribadi yang mengutamakan pelayanan, rasa tanggung
jawab, kerja sama, keterbukaan, kesadaran akan hak dan kewajiban yang
bersumber pada cinta kasih.
3. Rumah Sakit Atma Jaya mengembangkan pelayanan secara prospektif, sehingga
layak menjadi lahan pendidikan Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang lain.
4. Rumah Sakit Atma Jaya mengembangkan nilai-nilai diatas sebagai komitmen
bersama yang menjembatani transformasi kondisi saat ini menuju rumah sakit
yang diidamkan.
54
Visi Rumah Sakit Atma Jaya
Visi Rumah Sakit Atma Jaya seperti telah ditetapkan oleh Yayasan Atma Jaya
dalam Surat Keputusan No. 010/I/SK-LL/01/99 adalah sebagai berikut.
1. Rumah Sakit Atma Jaya adalah rumah sakit Katolik yang dikelola secara
profesional melalui upaya layanan kesehatan paripurna yang memadukan iman
Kristiani dengan ilmu pengetahuan demi pelayanan berdasarkan kasih.
2. Rumah Sakit Atma Jaya menjadi rumah sakit terkemuka, prospektif, mandiri, dan
mampu bersaing secara global.
3. Rumah Sakit Atma Jaya mendukung pengembangan pendidikan ilmu dan
teknologi di bidang kesehatan demi pengabdian kepada masyarakat.
Tujuan Rumah Sakit Atma Jaya
Berdasarkan Surat Keputusan No. 010/I/SK-LL/01/99, Rumah Sakit Atma Jaya
sebagai rumah sakit umum dan rumah sakit rujukan untuk Puskesmas di wilayah
Jakarta Utara bagian Barat bertujuan untuk :
1. Membantu Program Pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, khususnya daerah Jakarta Utara dan sekitarnya.
2. Membantu menyelenggarakan pendidikan dalam ilmu kedokteran dan kesehatan
dengan memperhatikan mutu pelayanan kesehatan.
Motto Rumah Sakit Atma Jaya
Motto Rumah Sakit Atma Jaya sebagaimana yang tercantum di dalam Surat
Keputusan No. 010/I/SK-LL/01/99 yaitu : “Bersatu mengabdi sesama”.
(Sumber : Dokumen Rumah Sakit Atma Jaya)
55
4.1.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Instalasi farmasi merupakan salah satu sub unit dari Divisi Penunjang Medis
Rumah Sakit Atma Jaya, yang keberadaannya tidak dapat terpisahkan dari rumah
sakit itu sendiri. Instalasi farmasi berperan dalam memfasilitasi penyelenggaraan
kegiatan kefarmasian di bawah pimpinan seorang kepala apoteker dan harus
memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan, dan
mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang
menitikberatkan pada pelayanan produk yang lengkap serta pelayanan farmasi klinik
yang sifat pelayanannya berorientasi pada kepentingan pasien.
Falsafah Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Berdasarkan Surat Keputusan No. 020/AM/IV/2007, falsafah dari Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya adalah sebagai berikut.
1. Setiap manusia mempunyai citra dan martabat yang unik sebagai ciptaan Allah.
2. Iman, pengharapan, dan cinta kasih sesama merupakan sumber semangat Rumah
Sakit Atma Jaya dalam memberdayakan sesama untuk upaya peningkatan
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
3. Setiap orang berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan wajib ikut
serta dalam usaha memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit Atma Jaya yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien Rumah Sakit Atma Jaya dengan penyediaan
obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
56
Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya berdasarkan Surat Keputusan
No. 020/AM/IV/2007 adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dilaksanakan secara
profesional berdasarkan standar operasional prosedur kefarmasian dan etika
profesi kefarmasian guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit
Atma Jaya dalam bidang obat.
2. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dilakukan secara optimal
dan bermutu, baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat
bagi penderita rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Atma Jaya.
3. Mewujudkan pemakaian obat secara rasional, yang dilaksanakan secara langsung
dan bertanggung jawab, serta pengawasan obat sesuai dengan peraturan yang
berlaku demi tercapainya kualitas hidup manusia yang prima/sehat.
4. Turut membantu tercapainya program Rumah Sakit Atma Jaya sebagai rumah
sakit pendidikan unggul, yang memadukan ilmu-ilmu kefarmasian dengan nilai-
nilai Kristiani.
5. Turut membantu program Pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan umumnya dan khususnya mutu pelayanan kesehatan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
(Sumber : Dokumen Rumah Sakit Atma Jaya)
57
4.2 Perumusan Visi, Misi, dan Core Value Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Atma Jaya
Salah satu langkah awal yang harus dilakukan dalam membangun Balanced
Scorecard untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya adalah merumuskan visi
dan misi dari instalasi farmasi tersebut. Hal ini penting dilakukan mengingat sampai
saat ini Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya belum memiliki visi dan misinya
sendiri.
Visi dan misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dirumuskan dengan
mengacu pada visi misi Yayasan dan Rumah Sakit Atma Jaya, falsafah, dan tujuan
dari instalasi farmasi itu sendiri, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Perumusan
visi dan misi untuk instalasi farmasi ini juga berpedoman pada Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan
rumah sakit, visi dan misi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, serta panduan
perumusan visi misi instalasi farmasi rumah sakit. Rumusan visi dan misi ini juga
akan disesuaikan dengan kondisi dan tujuan terkini dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Atma Jaya. Adapun uraian lebih lanjut mengenai sumber-sumber pendukung
dalam perumusan visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
SK Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 menyatakan bahwa pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
58
bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap
semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
Tujuan-tujuan utama diselenggarakannya pelayanan farmasi sesuai dengan
ketetapan yang tercantum dalam SK Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 adalah :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
d. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisis, telaah, dan evaluasi
pelayanan.
e. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisis, telaah, dan evaluasi
pelayanan.
f. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.
Tugas pokok yang wajib dilaksanakan oleh setiap instansi penyelenggara
layanan farmasi sesuai dengan ketetapan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yang tercantum di dalam SK Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 adalah :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
59
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisis dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
rumah sakit.
Fungsi pelayanan farmasi sesuai dengan ketetapan yang tercantum dalam SK
Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 adalah :
a. Pengelolaan perbekalan farmasi :
1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
5. Menerima dan menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
6. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan :
1. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
2. Mengidentifikasi masalah seputar penggunaan obat dan alat kesehatan.
60
3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
6. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
7. Melakukan pencampuran obat suntik.
8. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9. Melakukan penanganan obat kanker.
10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12. Melaporkan setiap kegiatan.
(Sumber : Dokumen Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI 2006)
Visi dan Misi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
Visi : Terwujudnya profesi Apoteker yang paripurna, sehingga mampu mewujudkan
kualitas hidup sehat bagi setiap manusia.
Misi :
1. Menyiapkan Apoteker yang berbudi luhur, profesional, memiliki kesejawatan
yang tinggi dan inovatif, serta berorientasi ke masa depan.
2. Membina, menjaga, dan meningkatkan profesionalisme Apoteker sehingga
mampu menjalankan praktek kefarmasian secara bertanggung jawab.
3. Melindungi anggota dalam menjalankan profesinya.
(Sumber : www.isfinational.or.id)
61
Setelah mempelajari dan menganalisis sumber-sumber yang akan digunakan
sebagai pedoman dalam perumusan visi misi tersebut, maka penulis mengajukan
rekomendasi visi dan misi untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya yang
dapat diaplikasikan secara langsung karena sudah disesuaikan dengan kondisi
organisasi pada saat ini.
4.2.1 Rumusan Visi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Visi instalasi farmasi merupakan gambaran impian dari pihak pengelola
tentang seperti apa instalasi farmasi yang diinginkan, dan akan menjadi kenyataan
pada suatu waktu tertentu. Visi ini akan menjadi arah pergerakan bagi instalasi
farmasi, dimana bersamaan dengan visi rumah sakit itu sendiri keduanya akan
menjadi dasar dari semua aspek rencana strategis instalasi farmasi tersebut. Dengan
menggunakan konsep ini sebagai salah satu landasan pemikiran dalam perumusan
visi, maka rekomendasi visi untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya adalah
sebagai berikut :
Rumusan visi ini menggambarkan sebuah harapan akan keadaan atau status
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya pada suatu titik waktu tertentu di masa
Pada tahun 2014 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya akan dikenal dan diakui oleh masyarakat luas sebagai sebuah unit layanan
penunjang kesehatan paripurna, akurat, dan terpercaya, yang difungsikan dengan berdasarkan perpaduan rasa cinta kasih dan ilmu
pengetahuan, demi memenuhi kebutuhan dan kepuasan sesama
62
yang akan datang. Status masa depan instalasi farmasi ini meliputi lingkup
penerimaan eksistensinya oleh semua stakeholder 20 -nya dan masyarakat umum
(…dikenal dan diakui oleh masyarakat luas…), posisi di dalam rumah sakit (…unit
layanan penunjang kesehatan…), sifat pelayanan bagi semua konsumen
(…paripurna, akurat, terpercaya…), serta keunggulan yang dapat diberikannya
(…perpaduan rasa cinta kasih dan ilmu pengetahuan…).
4.2.2 Rumusan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Maksud suatu pernyataan misi adalah mengartikulasikan cara visi itu akan
dicapai. Pengembangan suatu pernyataan misi sebenarnya adalah mengembangkan
suatu peta yang akan diikuti oleh instalasi farmasi rumah sakit untuk mencapai visi
itu. Pernyataan misi harus secara jelas menunjukkan ruang lingkup dan arah kegiatan
dari instalasi farmasi tersebut, dan sejauh mungkin harus menyediakan sebuah model
untuk pembuatan keputusan oleh personel pada semua tingkat dalam instalasi farmasi
rumah sakit. Sebuah pernyataan misi yang efektif akan mencegah personel instalasi
farmasi dari pengembangan dan pengusulan rencana dan proyek yang banyak dan
tidak akan diterima oleh pimpinan rumah sakit, karena mereka dapat melihat bahwa
rencana atau proyek demikian tidak berada di dalam ruang lingkup pernyataan misi.
Dalam memformulasi pernyataan misinya, instalasi farmasi rumah sakit harus dapat
menjawab empat pertanyaan utama, yaitu :
1. Fungsi apa yang dilakukan oleh instalasi farmasi rumah sakit?
20 Stakeholder : Suatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis resiko, baik karena mereka telah melakukan investasi (material ataupun manusia) di perusahaan tersebut, maupun karena mereka menghadapi resiko akibat kegiatan perusahaan tersebut (Clarkson, 1994).
63
2. Kepada siapa instalasi farmasi rumah sakit melakukan fungsi tersebut?
3. Bagaimana instalasi farmasi rumah sakit berbuat untuk mengisi fungsi itu?
4. Kenapa instalasi farmasi rumah sakit ini ada?
Dengan mengacu pada landasan ilmiah diatas serta menggunakan konsep
pemikiran dasar dari misi Yayasan dan Rumah Sakit Atma Jaya, maka rekomendasi
rumusan misi untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya adalah sebagai berikut.
1. Memberikan terapi obat yang optimal secara profesional kepada semua
masyarakat tanpa memandang perbedaan ras, suku, agama, dan kedudukan.
2. Mendukung tercapainya tujuan Rumah Sakit Atma Jaya untuk menjadi sebuah
rumah sakit pendidikan utama yang unggul dengan menggunakan perpaduan
antara nilai-nilai Kristiani dan ilmu kefarmasian.
3. Memberikan pelayanan kefarmasian dengan berdasarkan standar operasional
prosedur kefarmasian dan etika profesi kefarmasian.
4. Menerapkan biaya yang paling efektif dengan tetap mengedepankan kualitas dan
pelayanan tertinggi bagi semua lapisan masyarakat
5. Memaksimalkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Atma Jaya dalam hal
pengadaan obat dengan memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang
kefarmasian kepada staf medik, mahasiswa, dan masyarakat.
Dari rumusan misi untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya tersebut,
maka keempat pertanyaan utama yang diajukan dalam proses formulasi misi instalasi
farmasi ini dapat terjawab. Berikut adalah ulasan jawaban dari keempat pertanyaan
64
tersebut, dimana agar jawaban dapat terlihat secara jelas maka penulis akan
mengganti kata-kata “instalasi farmasi rumah sakit” dalam pertanyaan tersebut
menjadi “Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya”.
Fungsi yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Fungsi-fungsi yang akan dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma
Jaya sesuai dengan yang tercantum di dalam rumusan misinya adalah :
a. Memberikan terapi obat yang optimal secara profesional (pernyataan misi nomor
1). Fungsi ini mengacu pada pernyataan misi Yayasan Atma Jaya nomor 2 dan
misi Rumah Sakit Atma Jaya nomor 2 tentang perwujudan martabat manusia
yang bersumber pada cinta kasih. Dengan adanya fungsi ini, maka tujuan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya untuk melaksanakan pemakaian obat secara
rasional demi tercapainya kualitas hidup manusia yang prima/sehat dapat tercapai.
Pelaksanaan fungsi ini juga meliputi beberapa fungsi dan tugas pokok farmasi
rumah sakit yang tercantum dalam SK Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999
sehubungan dengan penyediaan dan pemberian obat ke pasien.
b. Merupakan salah satu unit pendukung bagi Rumah Sakit Atma Jaya untuk
menjadi rumah sakit pendidikan utama yang unggul (pernyataan misi nomor 2).
Dengan adanya fungsi tersebut maka instalasi farmasi ini dapat berpartisipasi
dalam upaya Rumah Sakit Atma Jaya untuk menjadi lahan pendidikan ilmu
kedokteran dan ilmu kesehatan lainnya secara layak seperti yang tercantum dalam
pernyataan misi Rumah Sakit Atma Jaya nomor 3.
Target konsumen yang dituju oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
65
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya melaksanakan fungsi-fungsinya
untuk semua lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan ras, suku, agama, dan
kedudukan (pernyataan misi nomor 1). Ketiadaan batasan akan segmen masyarakat
yang dilayani mengacu pada pernyataan misi Yayasan Atma Jaya nomor 2 dan 3,
serta misi Rumah Sakit Atma Jaya nomor 1, yang pada garis besarnya
menitikberatkan pada penerapan cinta kasih terhadap sesama sesuai dengan ajaran
Kristiani.
Cara Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya melaksanakan fungsinya
Inisiatif-inisiatif yang diambil oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan rumusan misi adalah :
a. Memberi pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar operasional prosedur
kefarmasian dan etika profesi kefarmasian (pernyataan misi nomor 3). Inisiatif ini
terutama ditujukan bagi fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya untuk
dapat memberikan terapi obat yang optimal secara profesional. Hal ini juga
mengacu pada tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya yang ingin
menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur dan kode etik farmasi, serta salah
satu tugas pokok instalasi farmasi yang tercantum dalam SK Menkes No.
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang penyelenggaraan kegiatan pelayanan farmasi
secara profesional .
b. Menerapkan biaya yang paling efektif dengan tetap mengedepankan kualitas dan
pelayanan tertinggi (pernyataan misi nomor 4). Inisiatif ini dibuat sesuai dengan
fungsi sosial yang sudah menjadi kewajiban mutlak dari sebuah rumah sakit, yaitu
untuk meningkatkan derajat kesehatan semua masyarakat tanpa terkecuali.
66
c. Memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasian kepada staf
medik, mahasiswa, dan masyarakat (pernyataan misi nomor 5). Inisiatif ini
berhubungan dengan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya sebagai
unit pendukung aktif dalam upaya mewujudkan Rumah Sakit Atma Jaya menjadi
rumah sakit pendidikan yang unggul. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan misi
Yayasan Atma Jaya nomor 3 dan pernyataan misi Rumah Sakit Atma Jaya nomor
3 yang menitikberatkan pada aktivitas pembelajaran. Selain itu, inisiatif ini juga
menjadi upaya perwujudan dari salah satu tugas pokok dan fungsi farmasi rumah
sakit tentang KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) seperti yang tercantum
dalam SK Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999.
Tujuan didirikannya Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Keberadaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan rumah sakit itu sendiri, karena sebaik apapun pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh Rumah Sakit Atma Jaya akan terasa belum maksimal (belum
cukup) tanpa adanya peranan dari sebuah unit farmasi. Maka dari itu pada hakikatnya
instalasi farmasi dibangun untuk memaksimalkan mutu pelayanan kesehatan Rumah
Sakit Atma Jaya yang terfokus dalam hal penyaluran obat (pernyataan misi nomor 5).
67
4.2.3 Core Value Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Nilai utama sebuah organisasi menggambarkan keyakinan yang selanjutnya
menjadi dasar dari setiap tindakan yang diambil oleh organisasi tersebut (Collins,
Rukstad, 2008). Dengan berpedoman pada falsafah, tujuan, serta visi dan misi
Instalasi Farmasi Atma Jaya, maka penulis merumuskan nilai-nilai dari instalasi
farmasi adalah sebagai berikut.
1. Dasar utama pelayanan adalah iman, pengharapan, dan cinta kasih terhadap
sesama.
2. Berjuang menjadi yang terbaik dengan memberikan pelayanan secara profesional
dan berorientasi penuh kepada penderita.
3. Berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Turut berpartisipasi dalam upaya mencerdaskan bangsa.
4.3 Analisis Kondisi Eksternal dan Internal Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Atma Jaya
Untuk menghasilkan strategi bisnis yang tepat, instalasi farmasi perlu
mengetahui faktor eksternal dan internal yang mempengaruhinya demi memperoleh
gambaran yang jelas akan posisinya dalam kompetisi industri. Oleh karena itu penulis
melakukan analisis eksternal dan internal untuk mengidentifikasi dan menganalisis
kecenderungan utama, kekuatan, serta gejala yang berpengaruh pada perumusan dan
pelaksanaan strategi bisnis Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
68
4.3.1 Analisis Eksternal
Analisis eksternal yang dilakukan meliputi analisis PESTLE, Porter (Five
Forces Model of Competition), dan Strategic Group Mapping. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut dari masing-masing analisis tersebut.
a. Analisis PESTLE
Analisis PESTLE memberikan gambaran luas mengenai lingkungan
eksternal makro 21 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui analisis
PESTLE, instalasi farmasi dapat mengetahui apakah kegiatan operasional yang
dijalankan sudah selaras secara positif dengan faktor terkuat yang
mempengaruhinya, serta mengidentifikasi langkah apa saja yang memiliki
kecenderungan gagal dan diluar kendali operasionalnya. Berikut ini adalah
penjabaran dari hasil analisis PESTLE sehubungan dengan instalasi farmasi.
1. Politik
Situasi politik di Indonesia sekarang ini, khususnya Jakarta, cenderung lebih
stabil seiring meningkatnya sikap tenggang rasa antar umat agama. Keadaan
ini memberi dampak positif terhadap laju sarana kesehatan di Indonesia, baik
rumah sakit Pemerintah maupun rumah sakit swasta, termasuk di dalamnya
adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya. Ketika rasa persatuan yang
kuat antar agama terjalin, maka masyarakat tidak ragu untuk berobat ke rumah
sakit yang menganut keyakinan berbeda dengan mereka. Hal ini diungkapkan
21 Lingkungan eksternal makro : Unsur-unsur tindakan tidak langsung atau lingkungan umum, yang terdiri dari ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan politik hukum. (Williams, 2001)
69
engingat keberadaan instalasi farmasi yang merupakan bagian dari Rumah
Sakit Atma Jaya sebagai sebuah rumah sakit Katolik swasta.
2. Ekonomi
Dengan situasi politik yang lebih stabil belakangan ini, membawa dampak
positif terhadap keadaan ekonomi masyarakat walaupun pergolakan nilai
inflasi masih terus terjadi. Biaya operasional dan harga obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya secara tidak langsung dipengaruhi oleh nilai
inflasi tersebut. Stabilnya nilai mata uang rupiah saat ini terhadap nilai mata
uang asing juga mempengaruhi harga jual obat. Selain itu, tingkat pendapatan
mayoritas konsumen instalasi farmasi cenderung rendah, sehingga banyak dari
mereka yang mengandalkan program kesehatan dari Pemerintah. Dengan
mempertimbangkan kekuatan daya beli pelanggannya, maka penentuan harga
jual obat yang tepat menjadi faktor yang sangat penting.
3. Sosial
Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi akan meningkatkan
jumlah transaksi di industri farmasi. Taraf pendidikan masyarakat menengah
ke bawah yang menjadi konsumen instalasi farmasi cenderung sudah
membaik, dan diperkirakan akan terus membaik seiring dengan kebijakan
Pemerintah dalam usaha perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Hal itu
akan mempengaruhi pertimbangan dan keputusan masyarakat dalam mencari
sarana kesehatan yang lebih modern dan lengkap yaitu rumah sakit. Sejalan
dengan situasi tersebut, maka potensi kenaikan jumlah pelanggan instalasi
farmasi juga akan meningkat.
70
4. Teknologi
Perkembangan teknologi telah diterapkan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Atma Jaya, sejalan dengan usaha pengefektifan proses bisnis internalnya dan
semakin kompleksnya data yang harus diolah. Instalasi Farmasi Atma Jaya
mengandalkan komputer dan aplikasinya untuk membantu kegiatan
operasional bisnis penjualan obatnya.
5. Legal (Hukum)
Hukum Pemerintah wajib untuk ditaati, tidak terkecuali bagi industri farmasi.
Pihak instalasi farmasi harus memperhatikan aturan-aturan yang ditetapkan
oleh Pemerintah sehubungan dengan penjualan obat sehingga tidak terjadi
bentrokan ataupun masalah di kemudian hari. Jumlah konsumen instalasi
farmasi yang memanfaatkan program GAKIN22 dan sejenisnya cukup besar,
sehingga konsistensi Pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan untuk
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia melalui fasilitas
kesehatan gratis akan mempengaruhi tingkat penjualan obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
6. Environment (Lingkungan)
Wabah penyakit seperti swine flu, flu burung, dan lain-lain mengakibatkan
masyarakat semakin menyadari arti pentingnya kesehatan dan beralih ke
sarana kesehatan medis modern. Mereka tidak lagi berobat ke metode
pengobatan alternatif. Hal itu menjadi salah satu faktor penyebab
22 GAKIN : Singkatan dari Keluarga Miskin, yaitu kelompok keluarga yang dikategorikan miskin atau sangat miskin.
71
meningkatnya jumlah pelanggan di rumah sakit, sehingga tingkat penjualan
obat di instalasi farmasi pun juga mengalami peningkatan.
Keseluruhan faktor makro eksternal tersebut terangkum dalam tabel 4.1.
Kolom “Tipe” memperlihatkan dampak positif atau negatif yang mungkin dapat
dialami oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya. Kolom “Jangka Waktu”
memperlihatkan jangka waktu perubahan yang dapat dirasakan oleh Instalasi
Farmasi ketika faktor yang mempengaruhi muncul. Sedangkan kolom “Relative
Importance” memperlihatkan tingkat kepentingan dari setiap faktor dalam analisis
PESTLE. Jawaban untuk kolom “Relative Importance” ini terbagi menjadi
kategori “kritikal” dan “penting”. Yang termasuk di dalam kategori “kritikal”
adalah faktor-faktor yang akan mempengaruhi jalannya aktivitas operasional di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya secara total. Sementara yang termasuk
di dalam kategori “penting” adalah semua faktor yang mempengaruhi sebagian
jalannya aktivitas operasional instalasi farmasi, tetapi tidak mengancam
kelangsungan kegiatan bisnisnya dan tidak mempengaruhi visi misinya.
72
Tabel 4.1 Faktor Eksternal Makro
Faktor
Eksternal
Faktor yang Mempengaruhi Tipe Jangka
Waktu
Relative
Importance
Politik
Situasi politik yang stabil + Panjang Kritikal
Rasa persatuan dan sikap tenggang rasa
antar umat beragama yang kuat
+ Panjang Kritikal
Ekonomi
Nilai inflasi - Pendek Penting
Kurs mata uang yang stabil + Pendek Penting
Kondisi ekonomi pelanggan - Pendek Penting
Sosial
Tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi
+ Pendek Penting
Taraf pendidikan masyarakat
menengah ke bawah
+ Panjang Penting
Teknologi Peningkatan jumlah penggunaan
teknologi
+ Pendek Penting
Legal
Regulasi Pemerintah -/+ Pendek Kritikal
Konsistensi Pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
+ Pendek Kritikal
Environment Datangnya wabah penyakit
mengakibatkan masyarakat peduli
pentingnya kesehatan
+ Pendek Penting
b
2
p2
b. Analisis
An
kondisi p
itu dari
baru dan
kualitas
Be
diperhati
penggan
pesaing
dalam pe
Gamb
23 Supply chainproduk jadi/sia2001).
s Porter (Fiv
nalisis Porter
persaingan y
sisi supply
n produk pen
persaingan y
rdasarkan te
ikan oleh
nti, kekuatan
baru, dan k
enelitian ini
bar 4.1 Anca
n : Sebuah proap pakai, yang
K
P
ve Forces M
r dapat mem
yang sebena
chain23 (pem
ngganti). Sel
yang dihadap
eori analisis
instalasi f
n tawar pema
kondisi komp
adalah indu
aman Dalam
oses yang dimumenghubungk
Kekuatan Tawar
Pemasok
Model of Com
mberikan gam
arnya sedang
masok dan p
uruh ancama
pi oleh Insta
s Porter, ada
farmasi, yai
asok, kekua
petisi di ind
stri pengada
m Industri Ke
ulai dari pengokan seluruh pem
PersaingaDalam Industr
Kesehata
PotensProduk
Penggan
PotensMasuknyPesaingBaru
mpetition)
mbaran yang
g dihadapi o
pelanggan) m
an tersebut m
alasi Farmasi
a lima kateg
itu potensi
atan tawar pe
dustri keseha
aan obat-obat
esehatan Ber
olahan bahan bmasok dan pen
an
i an
i k nti
K
P
i ya g
kuat mengen
oleh instalasi
maupun pas
mempengaru
i Rumah Sak
gori ancama
pengemba
embeli, pote
atan Indones
tan).
rdasarkan An
baku awal sampngguna perusah
ekuatan Tawar Pembeli
nai bagaima
i farmasi, ba
sar (pendata
uhi tingkat d
kit Atma Jay
an yang har
angan prod
ensi masukn
sia (khususn
nalisis Porter
pai menghasilkhaan (Fredend
73
ana
aik
ang
dan
ya.
rus
duk
nya
nya
r
kan all,
74
1. Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Ancaman yang dihadapi oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dari
produk pengganti tergolong kuat. Pelanggan dapat dengan mudah mencari
produk pengganti, seperti pengobatan alternatif, ramuan/obat China, ataupun
herbal treatment dari bahan-bahan alami yang dianggap memiliki khasiat.
Saat ini perkembangan produk obat-obatan alternatif (seperti jamu dan
suplement herbal) telah banyak dipasarkan oleh perusahaan Multi Level
Marketing (MLM), dimana obat-obatan tersebut tidak tersedia di instalasi
farmasi. Produk pengganti ini memiliki harga yang beragam, tergantung pada
produsen produk subtitusi tersebut. Sebagai contoh adalah produk jamu.
Masyarakat dapat memperoleh produk ini secara mudah dengan harga yang
relatif lebih murah dari obat biasa yang dijual di apotek atau instalasi farmasi.
Sedangkan untuk pengobatan alternatif cenderung sama, bahkan lebih mahal
daripada harga obat di instalasi farmasi, terlebih jika pengobatan alternatif
tersebut telah mendapat pengakuan (terkenal) dari masyarakat.
2. Kekuatan Tawar Pemasok
Posisi penawaran dari pemasok terhadap instalasi farmasi tergolong lemah.
Pemasok merupakan sumber dimana instalasi farmasi membeli obat. Dengan
banyaknya jumlah pemasok obat yang bekerja sama dengan Rumah Sakit
Atma Jaya, maka instalasi farmasi dapat lebih leluasa untuk memilih pemasok
yang dirasa memiliki kualitas lebih baik/unggul dari segi pemberian harga,
ketepatan waktu pengiriman dan pemberian barang, kualitas barang, prosedur
pembayaran, dan faktor-faktor kemudahan lainnya.
75
3. Kekuatan Tawar Pembeli
Posisi penawaran dari pembeli terhadap instalasi farmasi tergolong kuat.
Pasien Rumah Sakit Atma Jaya dapat secara bebas memilih dimana mereka
akan membeli obat. Didukung dengan adanya fakta bahwa mayoritas pasien
Rumah Sakit Atma Jaya berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah,
maka mereka akan cenderung lebih berhati-hati dalam menentukan dimana
sebaiknya mereka membeli obat dengan mengutamakan faktor harga yang
murah. Jika tidak diatasi, maka kondisi ini akan merugikan instalasi farmasi.
4. Potensi Masuknya Pesaing Baru
Ancaman dari para pesaing baru terhadap instalasi farmasi tergolong kuat.
Saat ini cukup mudah bagi pihak lain untuk masuk ke dalam industri penyedia
kebutuhan farmasi. Hal ini terbukti dengan maraknya pembukaan apotek baru,
walaupun telah banyak aturan dan ketentuan untuk menyelenggarakan usaha
penjualan obat. Sebagai contoh adalah Apotek K24. Apotek ini membuka
bisnis waralaba yang memungkinkan setiap orang untuk terjun ke industri
penyedia kebutuhan farmasi. Ditambah dengan konsep pelayanan selama 24
jam, membuat apotek ini memiliki nilai tambah dari masyarakat.
5. Kondisi Kompetisi di Industri Kesehatan Indonesia
Tingkat persaingan dalam industri penyedia kebutuhan farmasi relatif tinggi.
Hal ini terlihat dari maraknya jumlah penjual obat yang sudah ada dan
pendatang baru yang muncul, khususnya di kawasan Jakarta Utara. Kualitas
obat yang ditawarkan kepada pelanggan juga hampir sama. Jarang ada penjual
obat yang memberikan obat berkualitas rendah kepada pelanggannya. Dalam
76
hal loyalitas pelanggan di industri penyedia kebutuhan farmasi juga cenderung
rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya sensitivitas harga, jarak
tempuh yang dibutuhkan untuk datang ke toko obat, pelayanan, kenyamanan,
dan kemudahan prosedur pembelian obat memegang andil besar dalam
menentukan loyalitas pelanggan. Oleh karena itu instalasi farmasi harus lebih
cermat dalam memberikan layanan demi mencapai tingkat loyalitas pelanggan
yang maksimal. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan antara lain adalah
kelengkapan, kenyamanan, kemudahan, prosedur, ketepatan, dan kecepatan
waktu pemberian obat. Perbedaan harga juga menjadi faktor yang sangat
penting, yang harus diperhatikan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma
Jaya mengingat sebagian besar pelanggan merupakan masyarakat yang
sensitif tehadap harga. Sementara diferensiasi produk di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Atma Jaya tidak terlalu jauh berbeda dengan toko obat lainnya.
c. Strategic Group Mapping
Strategic Group Mapping dalam penelitian kali ini berisi komponen dalam
industri penyedia kebutuhan farmasi, yang antara lain adalah : instalasi farmasi,
obat China, Multi Level Marketing (MLM), apotek, dan herbal treatment/jamu.
Semua komponen tersebut memiliki kegiatan operasional bisnis utama yang
sama, yaitu menjual obat. Sebagai sumbu, ditetapkan price/quality untuk posisi
sumbu Y dan geographic coverage 24 untuk posisi sumbu X. Penetapan ini
24 Geographic coverage : Wilayah yang termasuk dalam ruang lingkup aktivitas survei.
77
dilandasi oleh karena dengan adanya kedua hal ini, maka dapat lebih jelas terlihat
dengan bagaimana posisi instalasi farmasi terhadap pesaingnya.
Bulatan dalam gambar bersifat proporsional dengan besar masing-masing
segmen usaha penjualan obat tersebut. Dapat terlihat bahwa yang paling segmen
terbesar dalam industri kesehatan khususnya segmen penyedia kebutuhan farmasi
adalah apotek, diikuti dengan MLM dan herbal treatment/jamu, kemudian
instalasi farmasi, dan yang memiliki segmen paling kecil adalah obat-obatan
China. Apotek dan instalasi farmasi mempunyai tingkatan price dan quality yang
hampir sama, dan paling tinggi diantara penyedia obat lainnya. Sedangkan untuk
faktor geographic coverage, herbal treatment/jamu menduduki peringkat utama
karena tersebar banyak dan mudah dijumpai di seluruh daerah di Indonesia.
Gambar 4.2 Strategic Group Map
78
Secara garis keseluruhan, yang dapat kita simpulkan dari analisis eksternal di
atas bahwa faktor politik dan legal di Indonesia sangat mempengaruhi keberadaan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya sehingga manajemen Rumah Sakit Atma
Jaya harus waspada jika terjadi pergolakan politik atau perubahan kebijakan. Faktor
lain yang memberikan pengaruh kuat adalah kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan. Disamping harus waspada terhadap faktor-faktor tersebut di atas, diketahui
bahwa persaingan di industri penjualan obat ketat. Sehingga walaupun instalasi
farmasi masih memegang kualitas yang sama baiknya dengan bisnis apotek, tetapi
akan lebih baik lagi jika instalasi farmasi dapat memberikan pelayanan dan kualitas
lebih sehingga dapat menjadi unggulan dalam industri penjualan obat.
4.3.2 Analisis Internal
Analisis faktor internal instalasi farmasi dilakukan dengan menggunakan tiga
alat bantu strategi, yaitu : analisis keuangan, TOWS, dan value chain. Berikut ini
adalah uraian hasil analisis internal yang telah dilakukan.
a. Analisis Keuangan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi laporan keuangan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Atma Jaya, terlihat bahwa sebenarnya kondisi keuangan mereka
sudah cukup baik. Pada tahun 2006, perolehan laba Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Atma Jaya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Namun setelah
tahun 2006, perolehan laba tersebut menurun sampai dengan tahun 2008.
Fkluktuasi perolehan laba instalasi farmasi sejak tahun 2003 sampai dengan 2008
dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.
Gambar 4
Pad
farmasi m
1,83% m
menurun
tetapi pa
yang san
dari tahu
mengala
tahun 20
Lab
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
4.3 Grafik P(Sumber : D
da grafik di
mencapai tit
menjadi 26,1
n hingga titi
ada tahun 20
ngat signifik
un 2005. Say
ami penuruna
008.
2003
a 25.69%
PeroP
Perolehan LaDokumen Re
iatas, terliha
tik 25,69%,
16%. Namun
ik 18,39% a
006 instalas
kan sampai p
yangnya hal
an laba di ta
2004
26.16%
olehan LaPeriode T
aba Instalasi ekam Medik
at bahwa di
dan pada tah
n di tahun 2
atau mengal
si farmasi be
pada titik 53
ini tidak ber
ahun 2007 m
2005
18.39%
aba InstTahun 2
Farmasi PerRumah Saki
tahun 2003
hun 2004 m
2005 persent
ami penurun
erhasil mem
3,37%, atau
rtahan lama.
menjadi sebe
2006
53.37%
alasi Far003‐200
riode Tahun it Atma Jaya
3 persentase
mengalami ke
tase laba ins
nan sebesar
mperoleh pen
meningkat
. Instalasi fa
esar 39,18%,
2007
39.18%
rmasi08
2003-2008a)
laba instala
enaikan sekit
stalasi farma
29,7%. Ak
ningkatan la
sebesar 190
armasi kemb
, dan 28,3%
2008
28.30%
79
asi
tar
asi
kan
aba
0%
ali
di
Seh
tahun 20
biaya op
biaya in
perbandi
17,9%,
mencapa
pada tah
terhadap
11,5%. A
tahun 20
Gambar 4.4
PeDeng
hubungan d
004 sampai
perasionalny
stalasi farm
ingan biaya
yang kemud
ai titik 13,8%
hun 2008, p
p 2007 men
Akan tetapi
004.
4 Grafik Per(Sumber : D
Perbandingertumbuhan Tagan Tahun Seb
Pertum
engan beban
dengan 200
ya dengan b
asi relatif m
instalasi fa
dian menga
%, 8,8% pad
persentase p
galami kena
kondisi ini
rtumbuhan BDokumen Re
2
an ahun Ini belumnya
17
0%2%4%6%8%
10%12%14%16%18%20%
mbuhanPeriode
n biaya oper
08 instalasi
aik sehingg
mengalami p
armasi antar
alami penuru
da tahun 200
perbandingan
aikan yang
masih jauh
Biaya Instalaekam Medik
2004 20
7.90% 13.8
n Biaya I Tahun 2
rasional, dip
farmasi tela
a tingkat pe
enurunan. D
ra tahun 200
unan tajam
6, dan 7,3%
n biaya inst
cukup bera
lebih baik b
asi Farmasi PRumah Saki
005 200
80% 8.80
nstalasi 2004‐20
peroleh fakta
ah berhasil
ertumbuhan
Diawali deng
04 terhadap
pada tahun
% pada tahun
talasi farmas
arti hingga m
bila dibandi
Periode Tahuit Atma Jaya
6 2007
0% 7.30%
Farmasi08
a bahwa sej
mengorgani
(real growt
gan persenta
2003 sebes
n 2005 hing
n 2007. Nam
si tahun 20
mencapai tit
ingkan deng
un 2004-200a)
2008
% 11.5%
i
80
ak
isir
th)
ase
sar
gga
mun
08
tik
gan
08
Lai
awalnya
terhadap
2006 kea
ke titik
2007 ins
pendapa
perbandi
di titik 2
G
PertDen
Pe
in halnya
, persentase
p 2004 meng
adaan berba
41%. Sayan
stalasi farma
tan hingga
ingan pendap
2,8%.
Gambar 4.5 G
(Sumber : D
Perbandinganumbuhan Tahgan Tahun Kem
11223344
ertumbuP
dengan per
e perbanding
galami penu
alik, dimana
ngnya hal te
asi kembali m
mencapai t
patan instala
Grafik PertumPeriode
Dokumen Re
2004
n un Ini marin
18.30
‐5%0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%
uhan PenPeriode
rbandingan
gan pendapa
urunan samp
persentase p
ersebut tidak
mengalami p
titik -2,7%.
asi farmasi s
mbuhan Pene Tahun 200ekam Medik
4 2005
0% 6.80%
ndapataTahun 2
pendapatan
atan instalas
pai mencapa
perbandinga
k berlangsu
pemerosotan
Namun di
udah mulai
ndapatan Inst04-2008
Rumah Saki
2006
% 41%
an Instal2004‐200
instalasi f
si farmasi d
ai titik 6,8%
an tersebut m
ung lama, da
n persentase
i tahun 200
membaik de
talasi Farma
it Atma Jaya
2007
‐2.70%
asi Farm08
farmasi. Pa
di tahun 20
%. Pada tah
melonjak taja
an pada tah
perbanding
08, persenta
engan bertah
asi
a)
2008
2.80%
masi
81
ada
05
hun
am
hun
gan
ase
han
82
b. Analisis TOWS
Analisis TOWS diawali dengan mengidentifikasi berbagai faktor eksternal
yang terangkum ke dalam analisis ancaman dan analisis peluang. Selanjutnya
akan diteruskan dengan mengidentifikasi berbagai faktor internal yang terangkum
ke dalam analisis kelemahan dan kekuatan. Hasil dari analisis TOWS untuk
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Ancaman
• Citra instalasi farmasi berdasarkan persepsi masyarakat umum harus
diperhatikan secara seksama. Pelayanan yang buruk, peralatan kefarmasian
yang tidak sesuai dengan standar farmasi, sikap yang kurang bersahabat
terhadap pelanggan akan mengakibatkan menurunnya jumlah kunjungan.
• Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pemerintah DKI Jakarta
saat ini mendukung layanan kesehatan, termasuk obat-obatan, bagi
kelompok miskin dengan menggunakan mekanisme Gakin (Keluarga
Miskin) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Dalam kerangka
Jaminan Sosial Nasional Besar, kemungkinan proyek Gakin akan diambil
alih oleh AskesKin dengan paket penggantian biaya yang jauh lebih
rendah.
• Adanya kompetisi antara rumah sakit dan toko-toko obat yang harus
dipantau secara cermat karena dapat mempengaruhi kelangsungan
kontinuitas kunjungan. Di wilayah Jakarta Utara terdapat dua belas rumah
sakit, dimana untuk Kecamatan Penjaringan sendiri terdapat dua buah
83
rumah sakit industrial, yaitu Rumah Sakit Pluit dan Rumah Sakit Pantai
Indah Kapuk, serta ada pula RSIA Family yang terletak di kecamatan yang
berbatasan dengan Kecamatan Penjaringan. Selain itu di Jakarta Utara
terdapat 54 apotek yang tersebar di seluruh kecamatan.
2. Peluang
• Rumah Sakit Atma Jaya berada di wilayah Jakarta Utara dengan total
jumlah penduduk sebesar 1.18 juta jiwa dan tingkat kepadatan sebesar
8.336/km2. Terdapat enam kecamatan di Kota Madya Jakarta Utara,
dimana Rumah Sakit Atma Jaya terletak di Kecamatan Penjaringan dengan
jumlah penduduk sebanyak 176.669 jiwa dan tingkat kepadatan sebesar
4.978/km2. Kecamatan Penjaringan ini merupakan kecamatan kedua yang
memiliki jumlah penduduk terpadat setelah Kecamatan Koja yang memiliki
tingkat kepadatan sebesar 17.085/km2. Dengan melihat data tersebut, maka
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya mempunyai kesempatan untuk
memperoleh konsumen dalam jumlah yang lebih besar.
• Adanya perubahan kelompok ekonomi penduduk di Kecamatan
Penjaringan, dimana kelompok marginal semakin terdesak ke pinggir
meskipun masih terdapat area-area pemukiman kumuh di beberapa lokasi.
Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar Rumah Sakit Atma
Jaya yang lebih baik tersebut maka akan berdampak pada meningkatnya
kemampuan/daya beli pengunjung.
84
• Perubahan kondisi di Kecamatan Penjaringan yang meliputi pembangunan
jalan tol, real estate dengan area pemukiman dan pertokoan, mal, pusat
distrik bisnis, serta didukung oleh fasilitas kendaraan umum yang
mempengaruhi faktor kemudahan lokasi Rumah Sakit Atma Jaya dijangkau
oleh masyarakat.
• Masih minimnya jumlah apotek yang buka selama 24 jam di kawasan
Jakarta Utara dan sekitarnya.
• Adanya fakta bahwa sekitar 23% dari jumlah pasien Rumah Sakit Atma
Jaya tidak menebus resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
Angka tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya Instalasi Farmasi masih
memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Gambaran tentang
perbandingan antara jumlah pasien Rumah Sakit Atma Jaya dengan jumlah
resep yang ditebus di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dapat
dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4
(S
Jumla
Jumla
D
4.6 Grafik PRese
Sumber data
ah Total Pasien
ah Resep Yang
PerbandDengan Ju
P
Perbandinganep Yang Dite
Perioda : Dokumen
01,0002,0003,0004,0005,0006,0007,0008,000
Ja 7
Diterima 5
dingan Juumlah Re
FarmaPeriode Ja
n Jumlah Paserima Instala
de Januari-ApRekam Med
anuari Feb7,545 7,
5,256 5,
mlah Pasesep Yangsi RS Atmanuari ‐ A
sien RS Atmasi Farmasi Rpril 2009 dik Rumah Sa
bruari Ma,069 7,
,679 6,
sien RS Atg Diterimma JayaApril 2009
ma Jaya DengRS Atma Jay
Sakit Atma Ja
aret Ap619 7,4
016 5,8
tma Jaya a Instalas
9
gan Jumlah ya
aya)
pril423
832
si
85
86
Rincian mengenai jumlah pasien Rumah Sakit Atma Jaya dari masing-
masing sub unit bisnis dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Pasien Rumah Sakit Atma Jaya (Sumber data : Dokumen Rekam Medik Rumah Sakit Atma Jaya)
Keterangan Januari Februari Maret April
Poli Bagian 1.828 1.535 1.655 1.500
Poli Spesialis 735 774 772 815
UGD 899 919 1023 981
Kamar Bedah 115 85 77 80
Balkesmas 536 495 556 504
BKM Gigi 65 82 88 97
Rehab. Medis 271 234 276 255
Laboratorium 2.507 2.400 2536 2.637
Radiologi 441 399 491 416
Hemodialisa 148 146 145 138
Total 7.545 7.069 7.619 7.423
Farmasi 5.256 5.679 6.016 5.832
87
3. Kelemahan
• Sampai saat ini Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya belum memiliki
visi dan misinya sendiri. Hal ini menyebabkan terhambatnya perwujudan
sistem manajemen yang baik dalam lingkup instalasi farmasi itu sendiri.
• Kondisi penampilan bangunan Rumah Sakit Atma Jaya yang kurang bagus
dan terkesan kuno (terkesan seperti sebuah gudang – berdasarkan informasi
dari survei jejak pendapat tahun 2000-an). Hal ini diperkirakan membuat
masyarakat menilai bahwa Rumah Sakit Atma Jaya merupakan rumah sakit
untuk kelas menengah ke bawah.
• Kurang maksimalnya tata letak pengaturan tempat penerimaan resep dan
penyerahan obat yang mengakibatkan terbatasnya kemampuan staf instalasi
farmasi untuk melayani pengunjung secara optimal (terutama dalam hal
waktu pelayanan). Hal ini terbukti dari keluhan pengunjung yang diterima
oleh Rumah Sakit Atma Jaya melalui kotak saran, yang sebagian besar
mengeluhkan lamanya waktu pelayanan di instalasi farmasi.
• Kurang adanya upaya mendisiplinkan pengunjung instalasi farmasi dari
pihak rumah sakit yang menyebabkan suasana ruang tunggu instalasi
farmasi menjadi tidak nyaman.
• Belum maksimalnya peran instalasi farmasi dalam memberikan edukasi
tentang obat kepada pengunjung, terutama sehubungan dengan pemberian
obat generik, sehingga beresiko menimbulkan kesalahpahaman dari pihak
konsumen.
88
4. Kekuatan
• Rumah Sakit Atma Jaya berdiri di Kawasan Pluit dengan luas area sekitar
4,5 Ha. Lokasi rumah sakit berada cukup strategis, yaitu tepat di
perempatan jalan utama sehingga sangat mudah dijangkau. Akses ke lokasi
Rumah Sakit Atma Jaya dapat ditempuh melalui jalan tol dalam kota dan
jalan tol ke Bandara Soekarno Hatta. Selain itu jalan utama di sebelah barat
dan selatan rumah sakit juga banyak dilalui oleh kendaraan umum. Dengan
mudahnya akses bagi masyarakat untuk datang ke Rumah Sakit Atma Jaya
maka kondisi ini akan berbanding lurus dengan instalasi farmasi yang
berada di dalam satu lokasi yang sama.
• Kondisi ruang instalasi farmasi yang cukup baik dan bersih menimbulkan
persepsi yang positif di benak pengunjung.
• Terjalinnya hubungan yang sehat dengan mayoritas pemasok sehingga
mendukung proses pengadaan obat.
c. Analisis Value Chain
Analisis value chain terdiri dari dua aktivitas, yaitu aktivitas utama (primary
activities) dan aktivitas pendukung (support activities). Uraian mengenai aktivitas
utama dan pendukung yang dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma
Jaya adalah sebagai berikut.
89
1. Aktivitas Utama
• Manajemen supply chain
Instalasi farmasi bertugas untuk mengatur pesanan dan menerima obat dari
pemasok. Instalasi farmasi bertanggung jawab untuk membuat daftar
pesanan obat-obatan yang harus dibeli untuk kemudian diserahkan kepada
Divisi Pembelian. Setelah pesanan obat diterima, maka instalasi farmasi
harus memeriksa kondisi obat-obatan tersebut, baik dalam hal kemasan,
batas waktu kadaluarsa, dan jumlah. Selain itu instalasi farmasi juga harus
mengawasi kegiatan penyimpanan dan persediaan obat. Apabila ada obat
yang stoknya sudah hampir habis atau sudah hampir mendekati waktu
kadaluarsa, maka instalasi farmasi harus segera melaporkannya kepada
pihak Direksi untuk selanjutnya diambil tindakan terhadap obat-obatan
tersebut.
• Distribusi
Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh instalasi farmasi mencakup
pendistribusian obat ke setiap sub unit bisnis yang berhubungan atau
membutuhkan sediaan obat. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dapat
membeli langsung obat-obatan yang dibutuhkan di ruang instalasi farmasi.
• Pelayanan
Pelayanan penebusan resep yang diberikan oleh instalasi farmasi terhadap
para pasien dilakukan di ruang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
Pertama-tama pasien yang akan menebus obat memberikan resep yang
90
ingin ditebus ke bagian administrasi instalasi farmasi. Kemudian bagian
administrasi instalasi farmasi akan menghitung biaya obat dan memberikan
faktur pembayaran obat kepada pasien. Selanjutnya pasien harus membayar
biaya obat tersebut ke bagian kasir dan menunjukkan bukti pembayarannya
ke pihak administrasi instalasi farmasi. Setelah bukti pembayaran diterima
instalasi farmasi, barulah pasien dapat mengambil obat yang dibelinya.
2. Aktivitas Pendukung
• Quality Control
Petugas di bagian quality control Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
bertanggung jawab dalam mengawasi dan menjamin kualitas obat-obatan
yang akan dijual.
• Administrasi
Administrasi instalasi farmasi merupakan bagian yang bertugas untuk
menerima resep dan menyerahkan obat-obatan kepada pasien, menghitung
biaya obat, serta memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pasien
seputar obat-obatan.
Secara keseluruhan, kita dapat melihat bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Atma Jaya telah mengarah kepada pengefektifan biaya operasional. Hal ini akan baik
jika dilakukan secara berkesinambungan dan harus lebih mengedukasi seluruh
karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya pentingnya pengefektifan biaya
operasional dilakukan, sebab untuk melakukan pengefektifan biaya operasional
91
memerlukan kerja sama dari seluruh karyawan, tidak hanya manajemen tingkat atas
saja. Kita juga dapat melihat bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
memiliki peluang-peluang yang menjanjikan untuk memaksimalkan pangsa pasar.
Kelemahan yang terdeteksi dapat diminimalkan dengan upaya secara internal. Untuk
proses-proses yang ada dalam Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya sedang
dilakukan perbaikan yaitu dengan mengadakan peninjauan SOP.
4.4 Pokok Permasalahan
Dari hasil analisis kondisi pada sub bab 4.3 diketahui bahwa peran instalasi
farmasi dalam menjadi revenue centre rumah sakit belum terlaksana secara optimal.
Fakta ini didukung oleh data pendapatan total dari seluruh sub unit bisnis Rumah
Sakit Atma Jaya pada tahun 2007 dan 2008, dimana instalasi farmasi memberikan
sumbangsih terhadap pendapatan total rumah sakit sebesar 43-44%. Kontribusi
tersebut merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan sub unit bisnis lainnya.
Perbandingan persentase kontribusi keuangan antar sub unit bisnis yang terdapat di
Rumah Sakit Atma Jaya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Gam(S
Gam(S
Ra
La
Ra
La
mbar 4.7 DiaSumber data
mbar 4.8 DiaSumber data
Sumb
awat Inap
aboratorium
Sumb
awat Inap
aboratorium
agram Sumba : Dokumen
agram Sumba : Dokumen
20%
43%
ber PendTa
Poli Spesialis
Radiologi
0
44%
ber PendTa
Poli Spesialis
Radiologi
ber PendapatRekam Med
ber PendapatRekam Med
12%
2%
1%
dapatanTahun 20
Poli Bagian
Fisioterapi
12%
2%0%
2%
dapatanTahun 20
Poli Bagian
Fisioterapi
an RS Atmadik Rumah Sa
an RS Atmadik Rumah Sa
35%
2
22%
n RS Atm007
UGD
Farmasi
33%
2%2%
%
n RS Atm008
UGD
Farmasi
a Jaya TahunSakit Atma Ja
a Jaya TahunSakit Atma Ja
1%
2%
2%
ma Jaya
Balkes
Hemod
1%
2%%
ma Jaya
Balkes
Hemod
n 2007 aya)
n 2008 aya)
mas
dialisa
mas
dialisa
92
93
Walaupun instalasi farmasi memang telah memberikan kontribusi terbesar
untuk keuangan Rumah Sakit Atma Jaya, namun besarnya kontribusi tersebut masih
berada di bawah industry average kontribusi finansial instalasi farmasi terhadap
rumah sakit seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, yaitu 60%.
Kondisi ini selaras dengan fakta bahwa jumlah pasien Rumah Sakit Atma Jaya
yang menebus obat di instalasi farmasi hanya sekitar 77%. Hal ini harus diatasi untuk
meminimalkan peluang terjadinya kerugian yang lebih fatal bagi instalasi farmasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap masyarakat umum,
baik konsumen maupun non konsumen Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya,
diketahui bahwa ada beberapa faktor penyebab mengapa pasien rumah sakit tidak
menebus obat di instalasi farmasi rumah sakit tersebut. Faktor-faktor utama tersebut
meliputi harga obat yang tinggi dan ketidak-tersediaan obat yang dibutuhkan. Kedua
faktor tersebut juga berpeluang terjadi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
Oleh karena itu dibutuhkan upaya penanggulangan agar perolehan laba instalasi
farmasi dapat ditingkatkan.
4.5 Perumusan Tujuan Strategis Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Atma Jaya
Merujuk dari fakta-fakta yang berhasil diidentifikasi pada tahap analisis
eksternal dan internal serta pokok permasalahan yang berhasil diidentifikasi, maka
penulis menyimpulkan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
membutuhkan suatu perencanaan strategis yang meliputi rencana jangka pendek dan
94
jangka panjang. Perencanaan strategis ini bertujuan untuk memperkuat peran instalasi
farmasi dalam menjadi sumber penghasilan utama bagi Rumah Sakit Atma Jaya.
Peningkatkan kesehatan keuangan instalasi farmasi akan memberikan dampak
positif terhadap rumah sakit. Dengan tercapainya kondisi finansial yang sehat, maka
rumah sakit akan lebih leluasa dalam menjalankan upaya strategisnya, sehingga tugas
utama rumah sakit untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilaksanakan dengan maksimal.
Tujuan utama perencanaan strategis adalah untuk menggalang berbagai sumber
daya yang terdapat di instalasi farmasi dan mengarahkannya untuk menuju ke
pencapaian visi instalasi farmasi, dimana pada akhirnya akan menjadi salah satu
kontribusi untuk mencapai visi Rumah Sakit Atma Jaya. Formulasi rencana strategi
memungkinkan instalasi farmasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mencegah timbulnya masalah, karena dengan adanya perumusan strategi yang tepat
maka aktivitas dan penanggung jawab pelaksana strategi dapat ditentukan dengan
jelas dan benar.
Demi mempertahankan dan meningkatkan kelangsungannya, maka Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya harus menentukan beberapa inisiatif tujuan yang
diharapkan dapat direalisasikan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Tujuan Jangka Panjang
• Diharapkan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dapat diubah menjadi
sebuah apotek pada tahun 2012 demi memperbesar persentase perolehan laba.
95
• Memperluas jaringan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan komersial
yang terdapat di kawasan Kecamatan Penjaringan dan sekitarnya.
Tujuan Jangka Pendek
• Meningkatkan minat masyarakat, khususnya pasien Rumah Sakit Atma Jaya,
terhadap Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
• Meminimalisasi biaya operasional melalui pelaksanaan proses bisnis internal
yang bijaksana demi mencapai efisiensi biaya dan peningkatan laba.
• Berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa
melalui pemberian eduksi seputar obat-obatan secara gratis kepada masyarakat
dengan menyediakan sebuah fasilitas konsultasi bagi pengunjung yang
membutuhkan informasi lebih rinci mengenai obat-obatan tertentu.
Untuk lingkup penulisan kali ini akan terfokus pada usaha pencapaian tujuan
jangka pendek dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya terlebih dahulu.
Tujuan-tujuan jangka pendek tersebut dibuat dengan target pencapaian pada tahun
2011, sehingga dinamakan Strategic Objectives 2011. Untuk selanjutnya tujuan
strategis ini akan digunakan sebagai acuan dalam proses pembuatan Balanced
Scorecard.
96
Strategic Objectives 2011 :
Perumusan pernyataan strategi tersebut mengandung tiga elemen utama yang
wajib terkandung di dalam sebuah pernyataan strategi, yaitu tujuan (objective), ruang
lingkup (scope), dan manfaat (advantages) (Collins, Rukstad, 2008). Berikut adalah
penjelasan dari rumusan pernyataan strategi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma
Jaya berdasarkan ketiga elemen tersebut.
a. Tujuan
Tujuan yang terkandung dalam pernyataan strategi instalasi farmasi diatas
adalah untuk meningkatkan laba instalasi farmasi sebesar 50% pada tahun 2011
dari tahun 2008, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertambahan laba
Rumah Sakit Atma Jaya secara keseluruhan. Hal ini dilandaskan pada peranan
instalasi farmasi sebagai sumber penghasilan utama rumah sakit. Dengan
demikian instalasi farmasi ikut berperan aktif dalam upaya mewujudkan Rumah
Sakit Atma Jaya menjadi sebuah organisasi yang mandiri, yang dapat bergerak
dengan lebih leluasa dalam proses pencapaian visinya.
“Meningkatkan laba sebesar 50% pada tahun 2011 dengan menyajikan
layanan penunjang kesehatan dalam hal terapi obat yang lengkap, akurat,
terpercaya, dan terjangkau kepada segenap lapisan masyarakat melalui
pelaksanaan proses bisnis internal yang efektif serta didukung layanan edukasi
berdasarkan nilai-nilai Kristiani.”
97
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari strategi instalasi farmasi ini menitikberatkan pada dimensi
pelayanan (offering). Pelayanan yang ingin diberikan oleh instalasi farmasi
Rumah Sakit Atma Jaya adalah layanan penunjang kesehatan dalam hal terapi
obat yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
• Layanan penunjang kesehatan : sebagai sebuah unit yang keberadaannya
tidak dapat dilepaskan dari rumah sakit, maka pelayanan yang diberikan
oleh instalasi farmasi ini terfokus pada berbagai aktivitas untuk
mendukung fungsi dari rumah sakit dalam usaha mewujudkan
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
• Terapi obat : Instalasi farmasi bergerak di bidang jasa layanan
penyediaan obat-obatan yang rasional, aman, lengkap, dan terpercaya.
Namun produk yang disediakan oleh instalasi farmasi tidak hanya
terbatas pada obat-obatan saja, melainkan juga menyediakan peralatan-
peralatan yang dibutuhkan dalam proses pemberian obat seperti alat
suntik dan tabung infus.
c. Manfaat
Manfaat yang ingin diberikan oleh instalasi farmasi menurut pernyataan
strateginya adalah memberikan pelayanan kefarmasian yang lengkap, akurat,
dan terpercaya. Selain itu yang menjadi nilai tambah dari strategi Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya ini adalah disediakannya layanan edukasi
98
kepada masyarakat seputar obat. Semua aspek layanan yang diberikan akan
dilaksanakan berlandaskan nilai ajaran Kristiani.
4.6 Inisiatif Strategi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
Untuk mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan, dibutuhkan beberapa
inisiatif strategi sebagai langkah perwujudan nyata. Awalnya dilakukan penetapan
fokus strategi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya, yaitu low cost provider.
Pemilihan fokus strategi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa segmen pasar
mayoritas instalasi farmasi adalah masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke
bawah yang cenderung bersifat price sensitive25. Diharapkan agar masyarakat dapat
mengenal Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya sebagai tempat membeli obat
terlengkap dengan harga paling murah diantara para pesaingnya, khususnya diantara
penjual obat di wilayah Jakarta Utara. Untuk dapat menjalankan fokus strategi low
cost provider ini, instalasi farmasi harus memiliki langkah-langkah efektif yang tidak
mudah ditiru oleh pesaing lainnya sehingga strategi ini dapat bersifat jangka panjang.
Sasaran utama instalasi farmasi adalah mendapatkan harga jual obat paling
rendah, sehingga perlu melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga
jual obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya, khususnya dalam proses bisnis
internal. Semua aktivitas dalam proses bisnis internal yang memakan biaya dapat
mempengaruhi harga jual obat. Oleh karena itu semua pegawai instalasi farmasi harus
mengerahkan segenap kemampuannya agar biaya dalam proses bisnis internal dapat
25 Price sensitive : Kondisi dimana jumlah permintaan terhadap suatu produk atau jasa mengalami pasang surut akibat dari kenaikan harga jual.
99
ditekan seefektif mungkin, dan jumlah akumulasi pengefektifan biaya di instalasi
farmasi tersebut lebih tinggi dibandingkan pesaing lainnya. Beberapa alternatif
inisiatif strategi yang diusulkan antara lain yaitu :
a. Pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia
Kegiatan operasional instalasi farmasi baru dapat berjalan dengan baik jika
didukung oleh keberadaan tenaga kerja yang terampil dan berakhlak baik. Berikut
adalah alternatif yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan mutu pegawai
yang bekerja di instalasi farmasi.
• Sebaiknya calon pegawai diberikan beberapa tes terlebih dahulu terkait dengan
posisi atau tugas yang akan diembannya apabila diterima menjadi pegawai di
instalasi farmasi. Tes ini bertujuan untuk menilai seberapa jauh tingkat
kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Latar
belakang pendidikan dan pengalaman kerja juga harus mendapat perhatian
demi meningkatkan standar kompetensi pegawai.
• Setidaknya dalam jangka waktu satu tahun diadakan dua kali evaluasi dan
pelatihan pegawai. Evaluasi bertujuan untuk mengkaji ulang kinerja pegawai
instalasi farmasi selama jangka waktu tertentu. Apabila ditemukan pegawai
yang memiliki masalah dengan performa kerjanya, maka pihak instalasi
farmasi dapat berupaya memperbaiki performa kerja pegawai tersebut melalui
pelatihan yang relevan. Selain itu pelatihan bagi pegawai juga bertujuan untuk
100
memberikan ilmu kefarmasian baru atau lanjutan demi meningkatkan kualitas
kerja para pegawai instalasi farmasi.
• Memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada pegawai instalasi farmasi
mengenai bagaimana cara melayani pasien yang baik dan benar. Disamping
faktor keramahan, pegawai instalasi farmasi juga harus dapat memberikan
informasi obat secara benar, cepat, dan tepat kepada pasien. Sebagai nilai
tambah, instalasi farmasi dapat mengupayakan sebuah cara dengan
menyediakan sebuah layanan konsultasi gratis bagi pasien yang membutuhkan
informasi lebih lanjut atas suatu obat.
• Penerapan reward system dan insentif untuk meningkatkan motivasi kerja
pegawai. Penghargaan diberikan kepada pegawai instalasi farmasi yang
dianggap berprestasi. Penghargaan tersebut dapat berupa uang maupun non
uang. Dengan adanya reward system, pegawai dapat lebih termotivasi untuk
bekerja dengan lebih baik agar kesejahteraan hidup mereka juga lebih terjamin.
b. Proses pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan proses bisnis internal yang efektif dan efisien dapat membantu
instalasi farmasi dalam menekan biaya yang harus dikeluarkan. Dengan adanya
minimalisasi biaya langsung akan berdampak pada harga jual yang akan
diterapkan. Semakin besar biaya langsung yang berhasil ditekan, maka semakin
besar juga peluang instalasi farmasi dalam menurunkan harga jual obat.
101
Selain meminimalkan biaya langsung untuk dapat menghasilkan harga jual
yang lebih rendah, instalasi farmasi juga perlu memperhatikan kelengkapan obat
yang dijualnya demi meningkatkan jumlah resep yang diterima dari pasien
Rumah Sakit Atma Jaya. Beberapa inisiatif yang dapat dilakukan yaitu :
• Sedapat mungkin menerapkan sistem Just In Time26 untuk jenis obat Slow
Moving27. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi biaya inventori berlebih
untuk jenis obat tersebut dan meminimalkan resiko kemungkinan obat tidak
pernah digunakan sampai batas waktu kadaluarsanya. Instalasi farmasi terlebih
dahulu harus membuat catatan tentang karakteristik dari obat-obat Slow
Moving yang meliputi jangka waktu penggunaan (jarak antara waktu obat
pertama kali diproduksi sampai dengan batas waktu kadaluarsanya), dan rata-
rata jumlah penggunaannya di Rumah Sakit Atma Jaya (misalnya dua kali
dalam setahun). Berdasarkan catatan tersebut maka instalasi farmasi dapat
menentukan obat Slow Moving mana saja yang dapat menggunakan sistem Just
In Time. Sebagai contoh, obat Slow Moving X diketahui memiliki jangka
waktu penggunaan yang relatif singkat (misal : maksimal satu tahun) namun
dalam jangka waktu setahun bisa jadi Rumah Sakit Atma Jaya tidak pernah
menggunakan obat X itu. Oleh karena itu dapat diterapkan sistem Just In Time
untuk obat tersebut. Penerapan sistem Just In Time ini harus didiskusikan
terlebih dahulu dengan pihak pemasok. Perlu diketahui apakah tersedia sarana 26 Just In Time : Suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan dari pemasok tepat pada waktu bahan tersebut dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan menghemat atau bahkan meniadakan biaya persediaan/penyimpanan barang. 27 Slow moving : Istilah untuk produk yang memiliki tingkat sirkulasi rendah (membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dijual kembali).
102
pemesanan online (internet) dari pemasok, sehingga ketika jalur telepon sulit
untuk dihubungi, maka pihak instalasi farmasi dapat memesan melalui jalur
online.
• Memesan obat dalam jumlah banyak sekaligus untuk kategori obat Fast
Moving 28 . Pemesanan obat dalam jumlah besar ini bertujuan untuk
mendapatkan potongan harga atau keuntungan finansial lainnya yang dapat
dipertimbangkan oleh pemasok bagi instalasi farmasi. Sama halnya dengan
obat Slow Moving, obat jenis Fast Moving juga membutuhkan pencatatan
sehubungan dengan jangka waktu penggunaan dan frekuensi konsumsinya di
Rumah Sakit Atma Jaya. Catatan tersebut berguna untuk menentukan berapa
banyak jumlah obat Fast Moving yang harus dipesan dalam satu periode
waktu.
• Mempertahankan hubungan kerja sama yang solid dengan pemasok sehingga
mendapatkan win-win solution untuk masalah harga. Berdasarkan analisis
Porter, pemasok memiliki daya penawaran yang lemah terhadap Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya. Hal ini menguntungkan instalasi farmasi
karena dapat memilih pemasok yang memberikan harga paling murah untuk
satu jenis obat yang sama. Instalasi farmasi harus jeli dalam memilih pemasok
agar mendapatkan harga yang paling murah untuk semua jenis obat yang
dijualnya. Namun pemilihan pemasok obat tidak dapat dilihat hanya dengan
mempertimbangkan faktor harga paling murah. Ada beberapa faktor penting
28 Fast moving : Istilah untuk produk yang memiliki tingkat sirkulasi tinggi (membutuhkan waktu yang relatif cepat untuk dijual kembali).
103
lain yang harus dipertimbangkan seperti ketepatan waktu pengiriman, kualitas
obat yang dikirimkan, lokasi pemasok, metode pembayaran, dan lain-lain.
• Meninjau kembali pengalokasian sumber daya, diantaranya adalah sumber
daya manusia dan teknologi. Sumber daya manusia dan teknologi dapat
dialokasikan lebih banyak pada jam sibuk yaitu pada siang hari. Dari
pengamatan di lapangan, sumber daya manusia sudah diatur sesuai dengan jam
sibuk atau jam santai, tetapi di tempat penyerahan resep hanya terdapat seorang
pegawai penerima resep dan satu komputer. Ketika komputer tersebut
mengalami kendala, maka proses penyerahan resep menjadi terhambat karena
petugas harus mengecek dan menghitung harga obat secara manual. Begitupun
dengan jumlah pegawai penerima resep. Dengan hanya ada seorang pegawai
penerima resep di setiap shiftnya menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk
melayani pasien menjadi lebih lama. Dengan adanya penambahan jumlah
komputer dan pegawai penerima resep maka delivery time obat akan lebih
cepat, sehingga dapat menaikkan daya jual instalasi farmasi. Secara tidak
langsung, hal tersebut juga dapat meminimalkan jumlah pengunjung yang batal
menebus resep karena enggan menunggu.
• Peninjauan ulang SOP pembelian dan penjualan obat, langkah-langkah dalam
proses pembelian dan penjualan obat dibuat seefektif mungkin dan
menghilangkan langkah yang tidak diperlukan untuk menekan biaya operasi.
• Bekerja sama dengan dokter-dokter di Rumah Sakit Atma Jaya sehubungan
dengan resep obat yang dikeluarkan. Ada kemungkinan bahwa resep yang
104
tidak ditebus di instalasi farmasi dikarenakan oleh ketidaktersediaan obat yang
dimaksud. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan antara instalasi farmasi
dengan para dokter untuk menyelaraskan antara obat yang akan dianjurkan ke
pasien dengan yang tersedia di instalasi farmasi.
• Senantiasa memeriksa kondisi obat yang akan dijual secara berkala.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain meliputi kondisi segel obat, batas
waktu penggunaan obat, dan jumlah stok obat yang tersisa. Tindakan ini
bertujuan untuk mengatur ketersediaan obat yang layak dijual sehingga dapat
meminimalkan jumlah obat yang tidak dapat terjual.
4.7 Strategic Map
Untuk mengimplementasikan visi, misi, serta rencana strategi instalasi farmasi,
perlu dibuat Strategic Map terlebih dahulu. Dengan Strategic Map ini diharapkan
setiap pegawai instalasi farmasi dapat melihat bagaimana tugas yang diemban
masing-masing berperan dalam mencapai tujuan akhir instalasi farmasi. Strategic
Map memperlihatkan pada keseluruhan organisasi bahwa strateginya berjalan dalam
suatu sistem yang terintegrasi, ketika terdapat gap pada suatu bagian (pada salah satu
perspektif), maka pihak manajemen dapat melakukan perbaikan agar strategi dapat
terintegrasi kembali.
105
Gambar 4.9 Strategic Map Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
106
4.7.1 Perspektif Keuangan
Strategi utama dari perspektif keuangan adalah meningkatkan efisiensi biaya
sehingga dapat membantu terwujudnya peningkatan kesehatan keuangan instalasi
farmasi. Namun demikian instalasi farmasi juga tetap harus mengupayakan
peningkatan profit agar visi, misi, serta rencana strategis rumah sakit ke depannya
dapat terealisasi dengan lebih cepat dan lebih baik.
Kondisi keuangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya diharapkan dapat
lebih meningkat dibanding sebelumnya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang
lebih besar terhadap kesehatan keuangan Rumah Sakit Atma Jaya secara keseluruhan
agar visi dan misi rumah sakit dapat tercapai dengan sempurna.
4.7.2 Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif ini penulis memiliki dua strategi utama yaitu kepuasan dan
loyalitas pelanggan yang berfokus pada pemberian pelayanan penyediaan obat yang
handal dan bermutu sebagai value proposition untuk pelanggan.
Kepuasan pelanggan ditinjau dari lima segi tujuan, yaitu : Responsiveness,
Reliability, Assurance, Emphaty, dan Tangibles. Responsiveness (ketanggapan) dalam
pelayanan adalah kecepatan pelayanan obat dan kecepatan pelayanan kasir.
Reliability (kehandalan) dalam pelayanan adalah pemberian informasi obat oleh
petugas. Assurance (jaminan) dalam pelayanan adalah ketepatan obat, kelengkapan
obat dan kemurahan harga obat. Emphaty (empati) dalam pelayanan adalah
keramahan petugas apotek. Tangibles (bukti langsung) dalam pelayanan adalah
107
kecukupan tempat duduk di ruang tunggu, kebersihan ruang tunggu, dan kenyamanan
ruang tunggu.
Loyalitas pelanggan dirumuskan dengan dua tujuan yaitu mempertahankan
hubungan baik dengan pelanggan dan peningkatan image Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Atma Jaya dimata konsumen.
4.7.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses bisnis internal yang berjalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
dapat ditingkatkan dengan menitikberatkan pada pengaturan obat, peningkatan
kinerja pegawai, dan pengefektifan proses bisnis. Selain itu untuk mencapai misinya
yang berhubungan dengan upaya mendukung peningkatan ilmu pengetahuan
masyarakat, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya dapat membangun sebuah
fasilitas konsultasi yang tersedia gratis bagi semua pengunjung yang membutuhkan
informasi lebih lanjut mengenai suatu obat.
Pengaturan obat berupa strategi yang hasilnya dapat terlihat pada jangka waktu
yang relatif pendek. Saat ini jumlah produk kadaluarsa yang ditemukan masih cukup
tinggi dan perputaran produk yang kurang terkontrol sangat membebani keuangan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya. Peran manajemen pengaturan stok barang
yang tepat, diharapkan mampu menanggulangi masalah tersebut, dan secara tidak
langsung turut membantu meningkatkan kesehatan keuangan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Atma Jaya khususnya, dan Rumah Sakit Atma Jaya pada umumnya.
Untuk obat yang sirkulasi penjualannya cepat, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma
108
Jaya dapat memesan dalam jumlah banyak untuk mendapat potongan harga, tentunya
disertai dengan pertimbangan dan perkiraan jumlah yang dapat terjual.
Peningkatan kinerja pegawai akan bersifat strategi yang hasilnya dapat terlihat
dalam jangka waktu menengah. Melalui optimalisasi delivery time, diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan pada Perspektif Pelanggan.
Pengefektifan proses bisnis berupa strategi yang hasilnya dapat terlihat dalam
jangka panjang melalui peninjauan ulang SOP yang ada, alokasi sumber daya
manusia maupun teknologi informasi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya
sedang berada dalam proses untuk menyempurnakan Standard Operation Procedure
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rumah Sakit Atma Jaya. Dengan alokasi
teknologi dan sumber daya manusia yang memadai diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap pelanggan.
4.7.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk mencapai tujuan masing-masing perspektif diatas, dasarnya terletak pada
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Tujuan-tujuan yang dirumuskan pada
perspektif ini akan mengarahkan karyawan dan sumber daya yang ada kepada strategi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya secara keseluruhan. Dirumuskan dua hal
utama, yaitu meningkatkan kompetensi pegawai dan meningkatkan kesejahteraan
pegawai. Peningkatan kompetensi pegawai dilakukan dengan meningkatkan standar
rekrutmen bagi calon pegawai baru, evaluasi pegawai, dan mengadakan training
sesuai kebutuhan masing-masing pegawai berdasarkan analisis kebutuhan.
Meningkatkan kesejahteraan pegawai dilakukan dengan mengadakan reward system
109
yang diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai yang berujung pada
efektifitas proses bisnis internal. Berdasarkan keterangan manajemen RS Atma Jaya,
reward system memang sedang dilakukan.
4.8 Perancangan Balanced Scorecard
Berdasarkan Strategic Map yang telah disusun, selanjutnya penulis membuat
tolok ukur yang akan digunakan untuk mengukur kinerja manajemen Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya sampai dengan saat ini. Diharapkan kinerja yang
diukur akan sejalan dengan strategi organisasi.
4.8.1 Perspektif Keuangan
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa strategi utama adalah
meningkatkan kesehatan keuangan dengan cara meningkatkan efisiensi biaya melalui
pengurangan biaya operasional. Selain itu juga tetap diupayakan untuk memperoleh
persentase laba yang lebih tinggi. Sehubungan dengan minimnya data keuangan yang
berhasil diidentifikasi oleh penulis, maka untuk perspektif keuangan dari Balanced
Scorecard kali ini akan menggunakan tolok ukur berupa perolehan laba, persentase
pertumbuhan nyata biaya dan pendapatan instalasi farmasi.
4.8.2 Perspektif Pelanggan
Strategi perspektif pelanggan menitikberatkan pada strategi yang dapat
mendukung tercapainya peningkatan profit, yaitu kepuasan pelanggan dan loyalitas
pelanggan.
110
Kepuasan pelanggan memiliki lima tujuan, yaitu : Responsiveness, Reliability,
Assurance, Emphaty, dan Tangibles.
Loyalitas pelanggan memiliki tujuan untuk mempertahankan hubungan baik dengan
pelanggan dan peningkatan image. Mempertahanan hubungan baik dengan pelanggan
diukur dengan jumlah pelanggan yang bersedia membeli obat kembali dan jumlah
resep yang ditebus di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya. Sedangkan
peningkatan image diukur dengan penilaian baik pelanggan terhadap Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
4.8.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Peningkatan pada perspektif ini diharapkan dapat mendukung tercapainya
strategi pada perspektif pelanggan. Ada empat strategi dalam perspektif proses bisnis
internal, yaitu peningkatan kinerja pegawai yang bertujuan untuk mengoptimalkan
delivery time, diukur dengan average delivery time obat siap pakai dan obat racikan.
Strategi yang kedua adalah mengefektifkan proses bisnis melalui pembuatan
flowchart SOP yang paling efektif dan peninjauan ulang alokasi sumber daya
manusia maupun IT. Strategi ketiga adalah pengaturan obat melalui pengaturan
ketersediaan obat, tolak ukurnya adalah perhitungan obat kadaluarsa, identifikasi
jumlah minimum untuk obat Slow Moving, dan identifikasi jumlah maksimum obat
Fast Moving. Sedangkan strategi keempat adalah dengan menyediakan sebuah
fasilitas konsultasi obat-obatan secara gratis kepada pelanggan. Fasilitas ini
diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma
111
Jaya sehingga dapat mendukung tercapainya kepuasan pelanggan pada Perspektif
Pelanggan.
4.8.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk mendapatkan kontribusi yang signifikan dari karyawan, maka
dirumuskan beberapa tolok ukur dari strategi pada perspektif ini. Adapun strategi
yang dirumuskan ada dua. Pertama, meningkatkan kompetensi pegawai melalui
peningkatan standar rekrutmen pegawai, evaluasi pegawai, dan training pegawai.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan Balanced Scorecard dari Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya, dengan tolok ukur, target, dan kenyataan yang
merupakan hasil dari kuesioner kepada pelanggan yang telah disebarkan, observasi
langsung ke lapangan, dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Balanced
Scorecard dapat mengukur suatu pencapaian target. Hal ini penting mengingat
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya belum memiliki suatu target pencapaian
yang terukur.
4.9 Implementasi Program untuk Balanced Scorecard
Setelah Balanced Scorecard terumuskan, maka untuk mendapatkan hasil
implementasi jangka panjang yang maksimal, disarankan agar Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Atma Jaya melakukan kaji ulang secara rutin setiap enam bulan untuk
112
mempelajari apakah semua tolok ukur dan target yang telah ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan instalasi.
113
Tabel 4.3 Balanced Scorecard Prioritas
Strategi Tujuan Tolok Ukur Fakta
Target (2011)
Gap
KEUANGAN Meningkatkan kesehatan keuangan
Meningkatkan profit
% profit 28.3% 42.5% 14.2% % pertumbuhan pendapatan instalasi farmasi
2.8% 4.2% 1.4%
Meningkatkan efisiensi biaya
Pengurangan biaya langsung
% pertumbuhan biaya instalasi farmasi
11.5%
5.75% 5.75%
PELANGGAN
Kepuasan Pelanggan
Responsiveness % pengunjung yang segera mendapat pelayanan dalam jangka waktu < 1 menit
64.68%
97.02% 32.34%
% pengunjung yang memperoleh slip pembayaran dalam jangka waktu < 5 menit
52.36% 78.54% 26.18%
% pengunjung yang menerima obat siap pakai dalam jangka waktu < 7 menit
30.8% 46.2% 15.4%
% pengunjung yang menerima obat racik dalam jangka waktu < 20 menit
36.96% 55.44% 18.48%
Reliability % pengunjung yang mendapat informasi obat secara lengkap
58.52% 87.78% 29.26%
% pengunjung yang mendapat informasi obat yang tepat
58.52% 87.78% 29.26%
Assurance % pengunjung yang menilai harga obat di Instalasi Farmasi RS Atma Jaya lebih murah dibanding harga obat di luar
30.8% 46.2% 15.4%
% pengunjung yang menilai harga obat di Instalasi Farmasi RS Atma Jaya lebih mahal dibanding harga obat di luar
30.8% 15.4% 15.4%
% pengunjung yang menilai harga obat di Instalasi Farmasi RS Atma Jaya sama dengan harga obat di luar
18.48% 27.72% 9.24%
% pengunjung yang kebutuhan obatnya terpenuhi oleh Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
58.52% 87.78% 29.26%
% pengunjung yang memperoleh obat yang benar dari Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
64.68% 97.02% 32.34%
% pengunjung yang memperoleh obat dengan kemasan baik dari Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
70.84% 85.01% 14.17%
114
Prioritas Strategi
Tujuan Tolok Ukur Fakta
Target (2011)
Gap
% pengunjung yang memperoleh obat dengan jangka waktu kadaluarsa > 1 tahun dari Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
52.36% 78.54% 26.18%
Emphaty % pengunjung yang mendapat salam dari petugas Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
61.6% 92.4% 30.8%
% pengunjung yang mendapat senyum dari petugas Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
52.36% 78.54% 26.18%
% pengunjung yang dilayani secara sopan dan ramah oleh petugas Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
61.6% 92.4% 30.8%
Tangibles % pengunjung yang menilai ruang tunggu Instalasi Farmasi RS Atma Jaya bersih
58.52% 87.78% 29.26%
% pengunjung yang menilai ruang tunggu Instalasi Farmasi RS Atma Jaya sejuk
52.36% 78.54% 26.18%
% pengunjung yang menilai jumlah tempat duduk di ruang tunggu Instalasi Farmasi RS Atma Jaya cukup
43.12% 64.68% 21.56%
% pengunjung yang menilai jumlah tempat sampah di ruang tunggu Instalasi Farmasi RS Atma Jaya cukup
64.68% 97.02% 32.34%
Loyalitas pelanggan
Mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan
% pengunjung yang bersedia membeli obat kembali di RS Atma Jaya
70.84% 85.01% 14.17%
% jumlah resep yang ditebus di Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
76.9% 92.28% 15.38%
Peningkatan image
% pengunjung yang memiliki penilaian baik terhadap Instalasi Farmasi RS Atma Jaya
67.76% 81.31% 13.55%
115
Prioritas Strategi
Tujuan Tolok Ukur Fakta
Target(2011)
Gap
PROSES BISNIS INTERNAL
Meningkatkan kinerja karyawan
Optimalisasi delivery time
Average Delivery Time obat siap pakai (menit)
6’52’’ 5’ 1’52”
Average Delivery Time obat racikan (menit)
34’9’’ 25’ 9’9”
Efektivitas proses bisnis
Meningkatkan distribusi informasi
Membuat flowchart SOP n/a Awal 2010
-
Jumlah komputer yang tersedia di ruang instalasi farmasi
2 unit 3 unit 1 unit
Pengaturan Obat
Mengatur ketersediaan obat
% obat yang habis masa berlakunya
n/a 2% -
Jumlah min obat Slow Moving n/a 20% - Jumlah maks obat Fast Moving n/a 50% -
Sarana edukasi masyarakat
Penyuluhan obat-obatan
% pelanggan yang puas terhadap fasilitas konsultasi obat-obatan
n/a 75% -
PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
Meningkatkan kompetensi karyawan
Meningkatkan standar rekrutmen pegawai
% jumlah karyawan lulusan S2 Ilmu Farmasi
0 4.54% 4.54%
% jumlah karyawan lulusan S1 Ilmu Farmasi
4.54% 9.1% 4.56%
% jumlah karyawan lulusan D3 Ilmu Farmasi
9.09% 13.6% 4.59%
% jumlah karyawan lulusan SMK Ilmu Farmasi
45.45% 50% 4.55%
% jumlah karyawan lulusan S1 Ilmu Manajemen
0 9% 9%
% jumlah karyawan lulusan D3 Ilmu Manajemen
4.45% 4.45% -
% jumlah karyawan lulusan SMU dan sederajat
27.27% 22.72%
4.55%
Evaluasi pegawai Jumlah evaluasi yang dilakukan terhadap pegawai instalasi farmasi setiap satu tahun
1 kali 2 kali 1 kali
Training pegawai Jumlah subyek training yang pernah diberikan
2 kali 3 kali 1 kali
% pegawai instalasi farmasi yang pernah mengikuti training
n/a 60% -
% jumlah pegawai yang kinerjanya meningkat setelah diadakan training
n/a 50% -
Meningkatkan kesejahteraan karyawan
Reward system % bonus seluruh pegawai terhadap profit (secara proporsional)
n/a 10% -
Turn over karyawan rendah rendah -