BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri...

81
171 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri Tekstil Tekstil merupakan suatu produk yang terbuat dari benang, yang kemudian dijadikan sehelai kain sebagai bahan pakaian, atau suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang kemudian dapat dianyam atau ditenun atau dirajut, dsbnya untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk keperluan yang lainnya (Djafrie, 2003). Dengan proses dan petahapan seperti itu, pengklasifikasian Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dapat dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan TPT itu sendiri, sehingga menimbulkan cara pengklasifikasian. Pada saat ini terdapat dua jenis klasifikasi TPT, yaitu klasifikasi berdasarkan proses produk atau industri (Harmonized System) dan berdasarkan jenis komoditas perdagangan (SITC, Standart International Trade Classification, 2000). Sebagai salah satu Industri tertua di Indonesia dan Dunia, Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) ditemukan pertama kali di dunia berupa beberapa potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih dari 5000 tahun sebelum Masehi, namun baru pada tahun 1500an dikenalnya TPT dengan danya sistem pabrik, sering dengan itu mulai berkembangnya industri ini ditandai dengan pada abad ke 18 terjadinya revolusi industri di Ingris dan pada abad 19 adanya serta buatan yang berkembang (Environmental Protection Agency, 1997). Perkembangan TPT dikenal di Asia dengan adanya Impor TPT Jepang yang didominasi dari negara barat yang kemudian terjadi migrasi yang dikenal

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri...

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

171

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1. Profil Industri Tekstil

Tekstil merupakan suatu produk yang terbuat dari benang, yang kemudian

dijadikan sehelai kain sebagai bahan pakaian, atau suatu benda yang berasal dari

serat atau benang yang kemudian dapat dianyam atau ditenun atau dirajut, dsbnya

untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk keperluan yang lainnya (Djafrie, 2003).

Dengan proses dan petahapan seperti itu, pengklasifikasian Tekstil dan

Produk Tekstil (TPT) dapat dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan TPT itu

sendiri, sehingga menimbulkan cara pengklasifikasian. Pada saat ini terdapat dua

jenis klasifikasi TPT, yaitu klasifikasi berdasarkan proses produk atau industri

(Harmonized System) dan berdasarkan jenis komoditas perdagangan (SITC,

Standart International Trade Classification, 2000).

Sebagai salah satu Industri tertua di Indonesia dan Dunia, Industri Tekstil

dan Produk Tekstil (TPT) ditemukan pertama kali di dunia berupa beberapa

potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih dari 5000 tahun sebelum

Masehi, namun baru pada tahun 1500an dikenalnya TPT dengan danya sistem

pabrik, sering dengan itu mulai berkembangnya industri ini ditandai dengan pada

abad ke 18 terjadinya revolusi industri di Ingris dan pada abad 19 adanya serta

buatan yang berkembang (Environmental Protection Agency, 1997).

Perkembangan TPT dikenal di Asia dengan adanya Impor TPT Jepang yang

didominasi dari negara barat yang kemudian terjadi migrasi yang dikenal

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

172

dengan Asian big three (Taiwan, Hongkong dan Korea) yang menjadi cikal bakal

masuknya industri TPT dan dikenal di Indonesia.

Industri TPT di Indonesia telah berkembang setidaknya pada tahun 1929

yang pada awalnya merupakan industri rumahan dengan memanfaatkan Alat

Tenun Bukan Mesin atau dikenal dengan ATBM, namun kemudian industri TPT

mulai berkembang pada tahun 1970 dimana mulai masuknya investasi dari negara

Jepang ke Indonesia.

Dalam Perkembangannya industri TPT Indonesia merupakan salah satu

industri yang cukup menjadi perhatian dari pemerintah, hal ini dapat dilihat bahwa

industri ini setidaknya merupakan penyumbang yang besar terhadap pendapatan

bruto pemerintah (PDB) dari kelompok industri non migas.

Secara umum industri TPT (termasuk didalamnya Garmen) memiliki

beberapa karakteristik yang banyak melibatkan tahapan – tahapan yang saling

terkait, dalam rantai supply industri TPT dapat dibagi menjadi 5 (lima) bagian yang

saling terkait yakni, a) Jaringan material bahan baku ( Seperti Serat alat dan

sentitis), b) jaringan komponen (seperti benang dan kain), c) jatingan produksi

(perusahaan TPT), d) jaringan perdagangan, serta e) Jaringan pemasaran baik pada

level retail. Kelima komponen jaringan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

:

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

173

Gambar 4.1. Rantai Nilai (value Chain) Industri TPT secara Global

Sumber : Organization for Economics Co-operation and Development

(OECD), 2004

Menurut Kemnterian Perindustrian pada tahun 2015, hampir semua sektor

industri di Indonesia mengalami pertumbuhan, namun demikian hanya tiga sektor

industri yang mengalami pertumbuhan negatif salah satunya adalah sektor industri

tekstil dan pakaian (TPT) menurun sebesar 4,79% , dengan nilai pasar tekstil pada

2015 (termasuk produk fashion) ditaksir sebesar US$ 15,19 miliar atau hampir Rp

208 triliun (apabila kurs Rp 13.700/US$), sedangkan sampai pada kuartal 1 2016,

data yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan industri TPT mengalami pertum

buhan yang menurun sebesar 1,56%, hal ini dikarenaka adanya penurunan nilai Rp

terhadap US$ Amerika, adanya perlambatan perekonomian secara global, dan

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

174

turunya harga komoditas di dunia internasional,(BPS dan Asosisasi Industri Tekstil,

2015) dikarenakan sektor industri TPT memiliki para pembeli dan penjual dari

berbagai negara di luar negeri yang terlihat dari jumlah ekspor yang tinggi, sehingga

ketika terjadi pelemahan ekonomi global maka akan sangat berdampaknya pada

sektor TPT ini.

Tabel 4.1. Pertumbuhan Industri TPT dan Peran Terhadap PDB

(Tahun Dasar 2000)

Indikator 2013 2014 2015 %

Perubahan

Pertumbuhan Industri TPT 12.661,70 12.720,30 12.262,60 -3,60

Peran Industri TPT terhadap

PDB

1,36 1,32 1,21

Sumber : Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian 2015

Dalam struktur industri TPT di Indonesia terdapat banyak pemain sehingga

meningkatkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan dalam industri TPT

sendiri, setidaknya hal ini dapat kita terlihat dari tingkat volatilitas peringkat

pencapaian laba perusahaan yang sangat tinggi (Wibowo, 2000). Berdasarkan data

dari Kementerian Perindustrian, pada awal tahun 1987 jumlah perusahaan dalam

industri TPT sekitar 88 perusahaan, namun pada tahun 2005, terdapat 1799

perusahaan dalam industri TPT. Banyaknya pemain menunjukkan bahwa industri

TPT masih memberikan insentif ekonomi yang menarik. Namun demikian faktor

perubahan nilai tukar Rp terhadap US$ sangat mempengaruhi profitabilitas,

sehingga ketergantungan industri TPT terhadap pemasok menjadi tinggi. Perlu

diketahui bahwa bahan baku berupa kapas sebagian besar masih diimpor dan hal

ini membuat bergaining position produsen TPT terhadap pemasok lemah.

Adapun skala usaha yang mendominasi pada industri TPT adalah industri besar

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

175

(89.71 persen) dengan jumlah tenaga kerja mencapai 100 hingga 13 000 orang,

sedangkan yang kedua adalah industri menengah (8.43 persen), dan yang terakhir

industri kecil (1.86 persen). Berdasarkan distribusi geografis 90 persen industri TPT

Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat

4.2. Analisis Deskriptif

Pada sub ini disajikan gambaran data penelitian yang diperoleh dari hasil

jawaban reponden, proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Hasil

pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk analisis dan

menjawab hipotesis penelitian yang diajukan. Analisis data diskriptif digunakan

untuk menggambarkan kondisi jawaban responden untuk masing-masing variabel.

Hasil jawaban tersebut selanjutnya digunakan untuk mendapatkan tendensi

jawaban responden mengenai kondisi masing-masing variabel penelitian.

4.2.1. Gambaran Umum Responden

4.2.2. Gambaran Tanggapan Responden

Gambaran data hasil tanggapan responden dapat digunakan untuk

memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden dapat

diketahui bagaimana kondisi setiap indikator variabel yang sedang diteliti.

4.2.2.1. Tanggapan Responden CSR

CSR adalah penyelarasan kegiatan perusahaan dalam nilai-nilai sosial yang

mengintegrasikan kepentingan seluruh stakeholder yang dipengaruhi oleh

kebijakan dan tindakan perusahaan, CSR atau dikenal dengan Tanggung jawab

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

176

sosial perusahaan berarti memastikan keberhasilan komersial dalam cara-cara yang

menghormati nilai-nilai etis, menghormati orang, masyarakat dan lingkungan.

Perusahaan harus dapat mempertimbangkan dampak lingkungan sosial dan alam

termasuk didalamnya keuangan serta kondisi operasional perusahaan, dimana dapat

berdampak terhadap meningkatnya secara tidak langusung terhadap penjualan dan

Kinerja Perusahaan dimata stakeholder dimana seperti yang diketahui bahwa CSR

dapat meningkatkan Citra Perusahaan dimata para stakeholder.

Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,

dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan

responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang

skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan

menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-

masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat baik, baik, cukup,

buruk dan sangat buruk dengan perhitungan sebagai berikut :

Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5

Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1

Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5

= (5 –1) : 5 = 0,8

Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

177

Tabel 4.2 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden

Indeks Rata-Rata CSR

4,6 - 5 Sangat Efektif

3,7 - 4,5 Efektif

2,8 - 3,6 Kurang Efektif

1,9 - 2,7 Tidak Efektif

1 - 1,8 Sangat tidak Efektif

Sumber: Hasil Pengolahan

Baik dalam Industri TPT maupun industri lainnya di Indonesia istilah CSR

sudah sangat familiar bagi para pemangku kepentingan atau manajemen perusahaan

yang pada penilitian ini klasifikasikan kepada tiga aspek pengukuran yaitu

Economic aspects, Social aspects, dan Environmental aspects , yang terdiri dari 13

pernyataan. Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel

CSR.

Tabel 4.3 Tanggapan responden terhadap CSR

Dimensi Skor total Rata-rata Kategori

Economics 3528 3,500 Kurang Efektif

Social 4707 3,502 Kurang Efektif

Environmental 7118 3,531 Kurang Efektif

CSR 15353 3,515 Kurang Efektif

Sumber: Hasil Pengolahan

Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel

diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap CSR masuk dalam

kategori cukup dengan skor total sebesar 15.353 dan rata-rata sebesar 3,515.

Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk

dalam kategori Kurang Efektif. Dari ketiga dimensi CSR, penilaian tertinggi

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

178

terdapat pada dimensi Environmental dengan skor total 7.118 dan rata-rata 3,531

dan penilaian terendah terdapat pada Economics dengan skor total yang sama besar

senilai 3.528 dan rata-rata 3,500. Hal ini menggambarkan bahwa penanganganan

dan program yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan masih dirasa

kurang memuaskan, dimana stakeholder terutama masyarakat dan pemerintah

maupun LSM masih mendapati perusahaan TPT tidak mengelola limbah pabrik,

sehingga mencemari lingkungan disekitar wilayah operasional perusahaan.

Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing

dimensi dan pernyataan CSR disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Tanggapan responden terhadap CSR

Dimensi Skala Jawaban Skor

total

Rata-

rata Kategori

5 4 3 2 1

CSR1.1 58 110 104 64 0 1170 3,48 Kurang Efektif

CSR1.2 58 112 118 48 0 1188 3,54 Kurang Efektif

CSR1.3 51 121 103 61 0 1170 3,48 Kurang Efektif

Economics 3528 3,50 Kurang Efektif

CSR2.1 60 111 121 44 0 1195 3,56 Kurang Efektif

CSR2.2 49 114 110 63 0 1157 3,44 Kurang Efektif

CSR2.3 54 115 118 49 0 1182 3,52 Kurang Efektif

CSR2.4 56 109 115 56 0 1173 3,49 Kurang Efektif

Social 4707 3,50 Kurang Efektif

CSR3.1 58 98 120 60 0 1162 3,46 Kurang Efektif

CSR3.2 65 116 108 47 0 1207 3,59 Kurang Efektif

CSR3.3 63 101 124 48 0 1187 3,53 Kurang Efektif

CSR3.4 68 109 95 64 0 1189 3,54 Kurang Efektif

CSR3.5 60 98 120 58 0 1168 3,48 Kurang Efektif

CSR3.6 75 109 90 62 0 1205 3,59 Kurang Efektif

Environmental 7118 3,53 Kurang Efektif

Sumber : Hasil pengolahan

Kategori cukup mencerminkan bahwa rata – rata indikator CSR masih

kurang diperhatikannya CSR di mata perusahaan sebagai salah satu hal yang

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

179

penting demi kelangungan perusahan, hal ini dapat terlihat bahwa dari masih

banyaknya perusahaan yang tidak memperhatikan faktor lingkungan dalam

memproduksi dan membuat produk TPT mereka, sebagai contoh dikawasan

Rancaekek Kabupaten Bandung yang dikenal dengan kawasan industrinya, dampak

lingkungan akibat pencemaran industri, khususnya terhadap aliran sungai telah

lama dikeluhkan masyarakat sekitar. Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun

2013 yang lalu menegaskan bahwa beban pencemaran air telah melebihi daya

tampung sungai di sekitar industri, yakni sungai Cikijing dan sungai Cimande yang

tercemar oleh limbah industri. Kedua anak sungai Citarum ini telah menjadi sumber

utama pengairan atau irigasi sawah di Kecamatan Rancaekek sejak puluhan tahun

yang lalu. Dengan adanya pencemaran tersebut, tidak hanya beratus hektar sawah

yang terkena dampaknya, namun kebun, kolam dan ternak pun terkena imbasnya.

Berdasarkan evaluasi dengan metode Storet yang dilakukan oleh BPLHD Jawa

Barat (2014), Sungai Cikijing termasuk sungai tercemar berat. Terlebih lagi,

penelitian yang dilakukan oleh Andarani dan Roosmini 5 menunjukkan tingginya

konsentrasi logam berat berupa kromium (Cr), tembaga (Cu) dan seng (Zn) di

Sungai Cikijing.

Pencemaran limbah industri tersebut masih terjadi hingga saat ini tanpa

penyelesaian yang transparan dan efektif. Sementara pertanggungjawaban industri

terhadap pencemaran yang telah terjadi puluhan tahun tersebut juga semakin kabur.

Penegakan hukum dan pertanggungjawaban industri yang lemah

memperkuat kesan bahwa ‘mencemari itu murah’. Hal ini menjadi salah satu faktor

penyebab masifnya polusi bahan berbahaya industri terhadap sumber-sumber air

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

180

dan lingkungan kita, selain regulasi manajemen bahan beracun berbahaya yang juga

tidak efektif dalam mencegah pencemaran (melawanlimbah.org April 2016)

4.1.1.1 Tanggapan Responden Kemitraan

Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,

dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan

responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang

skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan

menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-

masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat baik, baik, cukup,

buruk dan sangat buruk dengan perhitungan sebagai berikut :

Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5

Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1

Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5

= (5 –1) : 5 = 0,8

Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :

Tabel 4.5 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden

Indeks Rata-Rata Kemitraan

4,6 - 5 Sangat Baik

3,7 - 4,5 Baik

2,8 - 3,6 Cukup

1,9 - 2,7 Buruk

1 - 1,8 Sangat Buruk

Sumber : Hasil Pengolahan

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

181

Kemitraan merupakan strategi yang dapat mengatasi tekanan persaingan

dalam suatu industri,diperlukan perusahaan untuk lingkungan bisnis global, di

mana sebuah perusahaan perlu memiliki jaringan yang luas dengan pemain -

pemain bisnis lainnya (Yasa, 2010). Implementasi strategi kemitraan berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan (Yasa, 2010; Yousnelly et al.,

2013; Yasa et al., 2013; Teck, 2012). Strategi kemitraan tersebut lebih menekankan

pada hubungan dengan konsumen, dimana semakin meningkatnya hubungan

kemitraan dengan konsumen, semakin meningkat juga kinerja dalam suatu

perusahaan

Marbun (1996) mengemukakan bahwa konsep kemitraan merupakan

terjemahan kebersamaan (partnership) atau bagian dari tanggungjawab sosial

perusahaan terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep manajemen berdasarkan

sasaran atau partisipatif. Karena sesuai dengan konsep manajemen partisipatif,

perusahaan besar harus juga bertanggungjawab mengembangkan usaha kecil dan

masyarakat pelanggannya, karena pada akhirnya hanya konsep kemitraan

(partnership) yang dapat menjamin eksistensi perusahaan besar, terutama untuk

jangka panjang. Mirza dan Sulistiyarini (1997) mengemukakan bahwa perusahaan

disebut bertanggungjawab secara sosial, ketika manajemennya memiliki visi atas

kinerja operasional yang tidak hanya sekedar merealisasikan profit, tapi juga suatu

keharusan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi setiap pihak yang

bermitra usaha baik sebagai pionir maupun sebagai mitra, tidak hanya dilakukan

hanya sekedar belas kasihan oleh yang kuat terhadap yang lemah, tetapi kemitraan

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

182

seyogyanya terjalin kinerja karena kehendak bisnis yang dibarengi dengan rasa

tanggungjawab sosial yang kuat

Kemitraan digambarkan oleh 4 dimensi yang terdiri dari 13 pernyataan.

Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel Kemitraan.

Tabel 4.6 Tanggapan responden terhadap Kemitraan

Dimensi Skor total Rata-rata Kategori

Internal Partnership 4725 3,516 Cukup

SupplierPartnership 3525 3,497 Cukup

Buyer Partnership 3498 3,470 Cukup

Lateral Partnership 3576 3,548 Cukup

Kemitraan 15324 3,508 Cukup

Sumber : Hasil Pengolahan

Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel

diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap Kemitraan masuk dalam

kategori cukup dengan skor total sebesar 15324 dan rata-rata sebesar 3,508.

Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk

dalam kategori cukup. Dari keempat dimensi Kemitraan, penilaian tertinggi

terdapat pada dimensi Lateral Partnership dengan skor total 3576 dan rata-rata

3,548 dan penilaian terendah terdapat pada Buyer Partnership dengan skor total

yang sama besar senilai 3498 dan rata-rata 3,470.

Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing

dimensi dan pernyataan Kemitraan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Tanggapan responden terhadap Kemitraan

Indikator Skala Jawaban Skor

total Rata-rata Kategori

5 4 3 2 1

KB1.1 50 117 98 71 0 1154 3,43 Cukup

KB1.2 62 110 117 47 0 1195 3,56 Cukup

KB1.3 60 112 106 58 0 1182 3,52 Cukup

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

183

Indikator Skala Jawaban Skor

total Rata-rata Kategori

5 4 3 2 1

KB1.4 66 106 112 52 0 1194 3,55 Cukup

Internal Partnership 4725 3,52 Cukup

KB2.1 56 114 119 47 0 1187 3,53 Cukup

KB2.2 61 100 119 56 0 1174 3,49 Cukup

KB2.3 57 102 117 60 0 1164 3,46 Cukup

SupplierPartnership 3525 3,50 Cukup

KB3.1 54 99 123 60 0 1155 3,44 Cukup

KB3.2 61 102 121 52 0 1180 3,51 Cukup

KB3.3 53 107 118 58 0 1163 3,46 Cukup

Buyer Partnership 3498 3,47 Cukup

KB4.1 66 105 112 53 0 1192 3,55 Cukup

KB4.2 58 125 103 50 0 1199 3,57 Cukup

KB4.3 57 118 106 55 0 1185 3,53 Cukup

Lateral Partnership 3576 3,55 Cukup

Sumber : Hasil Pengolahan

Dari Tabel 4.7. diatas dapat kita lihat bahwa rata –rata hasil penilaian berada

pada kategori cukup, dimana indikator buyer partnership dan supply partnership

berada pada nilai terendah. Hal ini menandakan bahwa pada perusahaan TPT masih

belum dapat menggunakan kemitraan sebagai bagian dari strategi perusahaan dalam

meningkatkan kinerja perusahaan, hal ini dapat dilihat bagaimana pengembangan

rantai pasok terhadap bahan baku TPT dimana perusahaan – perusahaan TPT

sendiri tidak dapat berkolaborasi dan bersinergi untuk dapat meningkatkan daya

saing perusahaan TPT dalam menghadapi perusahaan dari luar negeri.

4.2.2.2. Tanggapan Responden Citra Perusahaan

Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,

dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan

responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang

skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

184

menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-

masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat kuat, kuat, cukup,

lemah dan sangat lemah dengan perhitungan sebagai berikut :

Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5

Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1

Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5

= (5 –1) : 5 = 0,8

Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :

Tabel 4.8 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden

Indeks Rata-Rata Citra Perusahaan

4,6 - 5 Sangat Positif

3,7 - 4,5 Positif

2,8 - 3,6 Kurang Positif

1,9 - 2,7 Negatif

1 - 1,8 Sangat negatif

Sumber : Hasil Pengolahan

Citra Perusahaan digambarkan oleh 3 dimensi yang terdiri dari 9

pernyataan. Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel

Citra Perusahaan.

Tabel 4.9 Tanggapan responden terhadap Citra Perusahaan

Dimensi Skor total Rata-rata Kategori

Quality image 3558 3,530 Kurang Positif

Programme Image 3519 3,491 Kurang Positif

Infrastructure image 3560 3,532 Kurang Positif

Citra Perusahaan 10637 3,518 Kurang Positif

Sumber : Hasil Pengolahan

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

185

Hasil perhitungan skor tanggapan responden pada tabel diatas dapat

diketahui bahwa penilaian responden terhadap Citra Perusahaan masuk dalam

kategori cukup positif dengan skor total sebesar 10637 dan rata-rata sebesar 3,518.

Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk

dalam kategori cukup. Dari ketiga dimensi Citra Perusahaan, penilaian tertinggi

terdapat pada dimensi Infrastructure image dengan skor total 3560 dan rata-rata

3,532 dan penilaian terendah terdapat pada Programme Image dengan skor total

yang sama besar senilai 3519 dan rata-rata 3,491 tanggapan responden terhadap

masing-masing dimensi citra perusahaan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Tanggapan responden terhadap Citra Perusahaan

Indikator Skala Jawaban Skor

total Rata-rata Kategori

5 4 3 2 1

CP1.1 62 106 102 66 0 1172 3,49 Kurang Positif

CP1.2 56 117 110 53 0 1184 3,52 Kurang Positif

CP1.3 57 124 111 44 0 1202 3,58 Kurang Positif

Quality image 3558 3,53

CP2.1 60 113 96 67 0 1174 3,49 Kurang Positif

CP2.2 54 108 118 56 0 1168 3,48 Kurang Positif

CP2.3 61 108 106 61 0 1177 3,50 Kurang Positif

Programme Image 3519 3,49 Kurang Positif

CP3.1 51 120 113 52 0 1178 3,51 Kurang Positif

CP3.2 60 112 108 56 0 1184 3,52 Kurang Positif

CP3.3 60 111 124 41 0 1198 3,57 Kurang Positif

Infrastructure image 3560 3,53 Kurang Positif

Sumber : Hasil Pengolahan

Dari hasil tanggapan responden terhadap Citra perusahaan, mayoritas

indikator Citra Perusahaan berada pada rata – rata skor 3,4 sampai dengan 3,57

dengan kategori cukup, hal ini tentunya tidak terlalu bagus bagi perusahaan TPT di

Indonesia, dikarena citra perusahaan dapat menjadi bagian penting bagi kelanjutan

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

186

perusahaan dimasa yang akan datang, namun cukupnya kategori yang didapat

setidaknya telah telihat juga dari indikator CSR sebelumnya yang berada pada

ketori yang sama, dimana stakeholder merasa rendahnya tanggapan perusahaan

terhadap keadaan sekitar perusahaan (para stakeholder) tentunya berdampak baik

langsung maupun tidak langsung kepada Citra perusahaan dimata stakeholder

terutama masih banyaknya kejadian perusahaan – perusahaan tidak mampu

mengelola limbah mereka sehingga mencermankan kehidupan disekitar perusahaan

atau pabrik mereka. Cukupnya indikator Programme image menggambarkan

bahwa program yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat tidak bersifat

membantu dalam memberikan efek positif kepada citra perusahaan, hal ini

dikarenakan perusahaan TPT di Indonesia kurang memiliki program pembuatan

citra perusahaan yang bersifat terus menurus dan bersifat memperbaharui,

kebanyakan program citra perusahaan yang ada hanya bersifat insidentil dan tidak

terlalu direncanakan secara jangka panjang, sehingga stakeholder tentunya tidak

terlalu merasa positif terhadap program tersebut.

4.2.2.3. Tanggapan Responden Daya Saing

Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,

dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan

responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang

skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan

menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

187

masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat tinggi, tinggi,

cukup, rendah dan sangat rendah dengan perhitungan sebagai berikut :

Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5

Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1

Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5

= (5 –1) : 5 = 0,8

Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :

Tabel 4.11 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden

Indeks Rata-Rata Daya Saing

4,6 - 5 Sangat Tinggi

3,7 - 4,5 Tinggi

2,8 - 3,6 Cukup

1,9 - 2,7 Rendah

1 - 1,8 Sangat Rendah

Sumber : Hasil Pengolahan

Daya Saing digambarkan oleh 3 dimensi yang terdiri dari 9 pernyataan.

Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel Daya Saing.

Tabel 4.12 Tanggapan responden terhadap Daya Saing

Dimensi Skor total Rata-rata Kategori

Harga yang Kompetitif 3556 3,528 Cukup

Produk dengan kualitas unggul 3535 3,507 Cukup

Pelayanan yang cepat 3574 3,546 Cukup

Citra Perusahaan 10665 3,527 Cukup

Sumber : Hasil Pengolahan

Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel

diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap Daya Saing masuk

dalam kategori cukup dengan skor total sebesar 10665 dan rata-rata sebesar 3,527.

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

188

Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya yang juga masuk

dalam kategori cukup. Dari ketiga dimensi Daya Saing, penilaian tertinggi terdapat

pada dimensi Pelayanan yang cepat dengan skor total 3574 dan rata-rata 3,546 dan

penilaian terendah terdapat pada Produk dengan kualitas unggul dengan skor total

yang sama besar senilai 3535 dan rata-rata 3,507.

Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing

dimensi dan pernyataan Daya Saing disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.13 Tanggapan responden terhadap Daya Saing

Indikator Skala Jawaban Skor

total

Rata-

rata Kategori

5 4 3 2 1

DS1.1 51 120 106 59 0 1171 3,49 Cukup

DS1.2 68 108 117 43 0 1209 3,60 Cukup

DS1.3 58 111 108 59 0 1176 3,50 Cukup

Harga yang Kompetitif 3556 3,53 Cukup

DS2.1 61 120 104 51 0 1199 3,57 Cukup

DS2.2 59 104 112 61 0 1169 3,48 Cukup

DS2.3 53 111 114 58 0 1167 3,47 Cukup

Produk dengan kualitas unggul 3535 3,51 Cukup

DS3.1 56 119 109 52 0 1187 3,53 Cukup

DS3.2 71 115 93 57 0 1208 3,60 Cukup

DS3.3 56 114 111 55 0 1179 3,51 Cukup

Pelayanan yang cepat 3574 3,55 Cukup

Sumber : Hasil Pengolahan

Dilihat dari hasil rekapitulasi dan perhitungan tanggapan responden

terhadap daya saing perusahaan TPT di Indonesia masih dalam kategori Cukup, hal

ini menandakan bahwa peningkatan daya saing komoditi merupakan tantangan

terbesar bagi industri TPT Indonesia, terutama untuk menghadapi era perdagangan

bebas. Mengingat iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan

sudah tidak diberlakukannya pasar kuota menyebabkan industri TPT Indonesia

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

189

mendapat ancaman yang serius dari negara-negara yang juga merupakan produsen

TPT seperti Cina. Indonesia yang selama ini merupakan salah satu negara

pengekspor TPT terbesar ke Amerika Serikat mulai mendapat tantangan dari

pesaing-pesaing negara-negara yang juga merupakan produsen TPT seperti Cina,

India, Vietnam, Pakistan dan Bangladesh. Dengan semakin banyaknya TPT Cina

yang masuk ke pasar Amerika Serikat tersebut tentunya menjadi tantangan

sekaligus ancaman terhadap ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat Dalam

membangun sebuah industri TPT yang kuat dan memiliki daya saing tinggi, banyak

tantangan atau masalah yang harus dihadapi. Permasalahan dari dalam antara lain

berkaitan dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi output.

Faktor-faktor produksi mulai dari bahan baku seperti kapas masih harus

diimpor dari negara lain, padahal bahan baku tersebut merupakan bahan baku yang

paling utama dalam proses produksi industri TPT. Kemudian masalah mesin-mesin

produksi, menurut Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian

G. Ismy, mesin-mesin TPT pada umumnya sudah berusia rata-rata lebih dari 15

tahun. Hal ini menyebabkan produktivitas menurun, sementara konsumsi bahan

bakar semakin meningkat. Akibatnya jumlah ekspor

TPT Indonesia semakin tidak mampu mengimbangi permintaan dunia yang

semakin besar

4.2.2.4. Tanggapan Responden Kinerja Perusahaan

Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,

dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan skor tanggapan

responden. Kategorisasi skor tanggapan responden dilakukan berdasarkan rentang

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

190

skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori yang diinginkan

menggunakan rumus sebagai berikut. Tanggapan responden terhadap masing-

masing item pernyataan dikategorikan menjadi 5 kategori sangat tinggi, tinggi,

cukup, buruk dan sangat buruk dengan perhitungan sebagai berikut :

Nilai Indeks Maksimum = Skala tertinggi = 5

Nilai Indeks Minimum = Skala terendah = 1

Jarak Interval = [nilai maksimum - nilai minimum] : 5

= (5 –1) : 5 = 0,8

Sehingga diperoleh Kriteria sebagai berikut :

Tabel 4.14 Pedoman Kategorisasi Skor Tanggapan Responden

Indeks Rata-Rata Kinerja

Perusahaan

4,6 - 5 Sangat Prima

3,7 - 4,5 Prima

2,8 - 3,6 Kurang Prima

1,9 - 2,7 Tidak Prima

1 - 1,8 Sangat tidak prima

Sumber : Hasil Pengolahan

Kinerja Perusahaan digambarkan oleh 4 dimensi yang terdiri dari 21

pernyataan. Berikut rekap hasil perhitungan tanggan responden terhadap variabel

Kinerja Perusahaan.

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

191

Tabel 4.15 Tanggapan responden terhadap Kinerja Perusahaan

Dimensi Skor total Rata-rata Kategori

Aspek Keuangan 12860 3,479 Kurang Prima

Perspektif Pelanggan 3543 3,515 Kurang Prima

Perspektif proses bisnis internal 4697 3,495 Kurang Prima

Perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran 3512 3,484 Kurang Prima

Kinerja Perusahaan 24612 3,488 Kurang Prima

Sumber : Hasil Pengolahan

Dari hasil perhitungan skor tanggapan responden yang disajikan pada tabel

diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap Kinerja Perusahaan

masuk dalam kategori Kurang Prima dengan skor total sebesar 24612 dan rata-rata

sebesar 3,488. Begitupun dengan penilaian terhadap masing-masing dimensinya

yang juga masuk dalam kategori Kurang Prima. Dari keempat dimensi Kinerja

Perusahaan, penilaian tertinggi terdapat pada dimensi Perspektif proses bisnis

internal dengan skor total 4697 dan rata-rata 3,495 dan penilaian terendah terdapat

pada Aspek Keuangan dengan skor total yang sama besar senilai 12860 dan rata-

rata 3,479.

Untuk lebih jelasnya, tanggapan responden terhadap masing-masing

dimensi dan pernyataan Kinerja Perusahaan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.16 Tanggapan responden terhadap Kinerja Perusahaan

Indikator Skala Jawaban

Skor total Rata-

rata Kategori

5 4 3 2 1

KP1.1 55 126 102 53 0 1191 3,54 Kurang Prima

KP1.2 42 117 126 51 0 1158 3,45 Kurang Prima

KP1.3 46 101 134 55 0 1146 3,41 Kurang Prima

KP1.4 49 115 118 54 0 1167 3,47 Kurang Prima

KP1.5 48 134 97 57 0 1181 3,51 Kurang Prima

KP1.6 52 110 111 63 0 1159 3,45 Kurang Prima

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

192

Indikator Skala Jawaban

Skor total Rata-

rata Kategori

5 4 3 2 1

KP1.7 57 95 120 64 0 1153 3,43 Kurang Prima

KP1.8 54 105 118 59 0 1162 3,46 Kurang Prima

KP1.9 55 101 121 59 0 1160 3,45 Kurang Prima

KP1.10 70 125 94 47 0 1226 3,65 Prima

KP1.11 53 107 112 64 0 1157 3,44 Kurang Prima

Aspek Keuangan 12860 3,48 Kurang Prima

KP2.1 69 110 101 56 0 1200 3,57 Kurang Prima

KP2.2 46 110 121 59 0 1151 3,43 Kurang Prima

KP2.3 62 115 104 55 0 1192 3,55 Kurang Prima

Perspektif Pelanggan 3543 3,51 Kurang Prima

KP3.1 48 107 130 51 0 1160 3,45 Kurang Prima

KP3.2 47 109 120 60 0 1151 3,43 Kurang Prima

KP3.3 56 123 114 43 0 1200 3,57 Kurang Prima

KP3.4 56 126 94 60 0 1186 3,53 Kurang Prima

Perspektif proses bisnis internal 4697 3,49 Kurang Prima

KP4.1 52 123 111 50 0 1185 3,53 Kurang Prima

KP4.2 53 110 112 61 0 1163 3,46 Kurang Prima

KP4.3 52 110 116 58 0 1164 3,46 Kurang Prima

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran 3512 3,48 Kurang Prima

Sumber : Hasil Pengolahan

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa penilaian dimensi pada

kinerja perusahaan beraa pada ketegori cukup, hal ini menadakan bahwa masih

kurang baiknya kinerja perusahaan TPT dimana dapat kita lihat bahwa perusahaan

TPT dihadapkan pada dua masalah yang diprediksi akan menghambat pertumbuhan

dikarenakan kenaikan tarif dasar listrik sebesar 15 persen dan pemberlakuan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253 Tahun 2011 tentang pengembalian bea

masuk yang telah dibayar atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau

dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

193

Industri TPT nasional dihadapkan pada besarnya biaya energi dan masalah

pengembalian bea masuk atas barang impor. Selama ini, sektor industri serat

pemintalan menggunakan komponen energi listrik yang sangat besar

adanya kenaikan TDL sebesar 15 persen pada tahun ini dapat memicu produsen

tekstil dan produk tekstil mengurangi produksinya dan berdampak pada

pengurangan tenaga kerja. TDL menyebabkan produsen harus menurunkan

produksi. Untuk mempertahankan harga jual, produsen harus mengurangi pekerja,

dikarenakan perusahaan TPT tidak bisa menaikkan harga jual produknya karena

akan mengurangi daya saing produk lokal dengan produk impor. Sehingga tanpa

menaikkan harga jual industri TPT sudah tidak bisa bersaing di pasaran.

Analisis SEM

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural

Equation Modeling (SEM) dengan terlebih dahulutelah dilakukan pengujian

variabel-variabelnya dengan confirmatory factor analysis. Pengujian normalitas,

multikolinieritas dan pengujian model fit guna mendapatkan dan mengevaluasi

kecocokan model yang diajukan yang telah diuraikan pada Bab III Sebelumnya.

Setelah diketahui semua hasil pengolahan data, selanjutnya akan dibahas dan yang

terakhir adalah menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis tersebut.

Berikut rangkuman hasil estimasi model struktural hubungan antar variabel

laten yang disajikan dalam gambar berikut:

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

194

Gambar 4.2. Hasil estimasi model

Tabel 4.17 Rangkuman hasil estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik

Model Jalur

Koefisien

Jalur

(Standardized)

t-

statistik Kesimpuan

R-

square

Pertama CSR → CP 0,191 3,304 Signifikan

0,351 KB → CP 0,364 6,174 Signifikan

Kedua CSR → DS 0,474 8,192 Signifikan

0,443 KB → DS 0,129 2,337 Signifikan

Ketiga CSR → KP 0,196 3,320 Signifikan

0,352 KB → KP 0,176 3,142 Signifikan

Keempat CP → KP 0,295 5,900 Signifikan

0,421 DS → KP 0,137 2,624 Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan

Melalui data yang terdapat pada tabel diatas dapat diketahui bahwa CSR

dan Kemitraan memberikan dapat menjelaskan sebesar 35,1% terhadap Citra

Perusahaan. Pada model kedua dapat diketahui bahwa CSR dan Kemitaan

memberikan dapat menjelaskan sebesar 44,3% terhadap Daya Saing. Dan pada

model ketiga dapat diketahui bahwa CSR, Kemitaan, dapat menjelaskan sebesar

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

195

35,2% serta Citra Perusahaan dan Daya Saing dapat menjelaskan sebesar 42,1%

terhadap Kemitraan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

4.3 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Citra Perusahaan

Gambar 4.3 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari

kinerja CSR dan Kemitraan terhadap Citra Perusahaan. Tabel hasil estimasi

memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan terhadap Citra

Perusahaan

Sehingga persamaan struktural CSR dan Kemitraan dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR,

Kemitraan dan Citra Perusahaan

Sumber : hasil pengolahan

Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y =0,191X1 + 0,364X2 + z1

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

196

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis

kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:

4.3.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Citra Perusahaan secara

simultan.

Hipotesis H2 yang akan diuji adalah pengaruh secara simultan CSR dan

Kemitraan terhadap Citra Perusahaan. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan

nilai F hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.

𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2)

𝑘(1 − 𝑅2)

𝐹 = ((168−2−1)(0,351)

2(1−0,351) = 44.61

Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F

tabel sebesar ± 3,023.

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar

89,778. Karena nilai F hitung (44,61) > F tabel (3,023), maka Hipotesis H2

diterima. Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Citra

Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.

4.3.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan Terhadap Citra Perusahaan Secara

Parsial

Hipotesis H2 yang akan diuji adalah pengaruh CSR terhadap Citra

Perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

197

Koefisien Jalur dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR

terhadap Citra Perusahaan sebesar 0,191 dengan arah positif. Artinya, semakin

tinggi CSR akan meningkatkan Citra Perusahaan. Hipotesis H2a diterima, yang

ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar 3,304 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang

berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel CSR

berpengaruh terhadap Citra Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.

Pengarih Kemitraan terhadap Citra Perusahaan. Berdasarkan hasil

pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik

dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap Citra Perusahaan

sebesar 0,364 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Kemitraan akan

meningkatkan Citra Perusahaan. Hipotesis diterima, yang ditunjukan oleh nilai t

statistik sebesar 6,174 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil

pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel Kemitraan berpengaruh

terhadap Citra Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat, Sehingga dapat dikatakan

bahwa hipotesis kedua mendukung teori yang ada

Tabel 4.18 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan Citra Perusahaan

Secara Parsial

Variabel Koefesien t-hitung Keterangan

CSR 0,191 3,304 Ho Ditolak

Kemitraan 0,364 6,174 Ho Ditolak

Sumber : Hasil pengolahan

4.3.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan Terhadap Citra Perusahaan

Baik pengujian parsial dan simultan tersebut diatas, menunjukkan bahwa

adanya kesesuaian dengan teori yang ada. CSR membangun citra perusahaan dan

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

198

dengan demikian dapat membantu keputusan kebijakan pemerintah, seperti adanya

akses yang mudah dan menguntungkan untuk pendanaan, menguntungkan

perhatian media, lingkungan sosial yang sehat untuk perusahaan beroperasi.

Adanya inisiatif CSR juga dapat mengurangi citra perusahaan yang negatif yang

disebabkan oleh perilaku buruk masa lalu sehingga membantu dalam melindungi

perusahaan dari reputasi negatif. Lebih lanjut CSR dapat membantu perusahaan

untuk melindungi dari investigasi pemerintah yang lebih ketat.

Citra perusahaan terbentuk dari asosiasi antaraperusahaan dengan

sekumpulan atribut positif maupun negatif. Misalnya perusahan diasoiasikan

dengan atribut - atribut : bemutu, layanan baik, tetapi kurang memiliki tanggung

jawab sosial. Jadi sejatinya corporate image atau citra perusahaan berada dalam

benak stakeholdernya. Dari sisi individu, atribut-atribut yang menonjol inilah yang

menentukan apakah sebuah perusahaan memiliki reputasi baik atau buruk.

Pembentukan citra perusahaan salah satunya terdiri atas dimensi tanggung

jawab yang memperlihatkan perusahaan yang peduli pada lingkungan dan

memiliki tanggung jawab sosial. Dalam kajian Budiarsi (2005), terdapat beberapa

alasan mengapa CSR menjadi sangat penting dalam pembentukan citra atau

reputasi perusahaan. Alasan tersebut yakni, faktor transparansi yang menempatkan

perusahaan seakan selalu berada dalam lensa mikroskop sehingga dapat dilihat oleh

siapa saja yang menyebabkab siapapun dapat mengetahui aktivitas tanggung jawab

sosial dengan cepat. Faktor berikutnya yakni pengetahuan dari konsumen dalam

memilih produk maupun perusahaan yang tidak hanya mendasari usahanya dari

sektor finansial saja, tapi juga faktor sosial dan lingkungan. Faktor yang ketiga

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

199

adalah keberlanjutan alam semesta. Dan yang terakhir adalah globalisasi dimana

di era ini masyarakat menginginkan keseimbangan antara keinginan perusahaan

dengan keinginan publik yang lebih luas

Cravens (2013) menyatakan bahwa kemitraan merupakan upaya untuk

melakukan kerjasama dengan para stakeholder, kemitraan meliputi hubungan

vertikal dan horizontal yang terdiri dari hubungan kemitraan literal dan internal.

4.4 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing

Gambar 4.4 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari

kinerja CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing. Tabel hasil estimasi

memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan terhadap Daya saing

Sehingga persamaan struktural CSR dan Kemitraan dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 4.4 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR,

Kemitraan dan Citra Perusahaan

Sumber : hasil pengolahan

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

200

Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y =0,474X1 + 0,129X2 + z1

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis

kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:

4.4.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing Secara Simultan.

Hipotesis H3 selanjutnya adalah pengaruh secara simultan CSR dan

Kemitraan terhadap Daya Saing. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan nilai F

hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.

𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2))

𝑘(1 − 𝑅2)

𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,443)

2(1 − 0,443)= 65,614

Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F

tabel sebesar ± 3,023.

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar

132,025. Karena nilai F hitung (65,614) > F tabel (3,023), maka Hipotesis H3c

diterima. Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Daya

Saing industri tekstil di Jawa Barat.

4.4.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing secara Parsial

Hipotesis H3 yang akan diuji adalah pengaruh CSR terhadap Daya Saing.

Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

201

dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR terhadap Daya Saing

sebesar 0,474 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR akan meningkatkan

Daya Saing. Hipotesis H3a diterima, yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar

8,192 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian

signifikan. Artinya, secara parsial variabel CSR berpengaruh terhadap Daya Saing

industri tekstil di Jawa Barat.

Selain itu, Pengaruh Kemitraan terhadap Daya Saing. Berdasarkan hasil

pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik

dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap Daya Saing sebesar

0,129 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Kemitraan akan meningkatkan

Daya Saing., yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar 2,337 > 1,96 (tingkat

signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, secara

parsial variabel Kemitraan berpengaruh terhadap Daya Saing industri tekstil di Jawa

Barat.

Tabel 4.19 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan terhadap Daya saing

Secara Parsial

Variabel Koefesien t-hitung Keterangan

CSR 0,474 8.192 Ho Ditolak

Kemitraan 0,129 2,337 Ho Ditolak

Sumber : Hasil pengolahan

4.4.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing

Manfaat yang dapat dipetik dari akumulasi citra perusahaan dalam

kaitannya dengan pasar dalam hal daya saing, diantaranya adalah terciptanya sikap

positif pasar terhadap perusahaan yang akhirnya akan bermuara pada kepuasan dan

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

202

kesetiaan terhadap perusahaan, sehingga nantinya akan berdampak terhadap

keniankan day saing perusahaan dimata pelanggan.

Seperti dikemukakan Marzuki (1997) bahwa agar kemitraan antara usaha

besar dengan usaha kecil dan dapat berlangsung secara alamiah dan langgeng, maka

dalam menjalin hubungan bisnis didasarkan pada kaidah-kaidah bisnis sebagai

berikut: (1) Saling menguntungkan, dan saling membutuhkan, (2)Berorientasi pada

peningkatan daya saing, (3) Memenuhi aspek: a. Harga yang bersaing dibandingkan

dengan harga yang ditawarkan pihak lain, b. Kualitas atau mutu yang baik sesuai

dengan yang diperjanjikan, c. Kuantitas, yaitu dapat memenuhi jumlah yang

ditentukan, d. Delivery, yaitu pemenuhan penyerahan barang/jasa tepat waktu

sesuai yang disepakati. (4) Ada kesediaan dari pihak usaha besar untuk melakukan

pembinaan terhadap usaha kecil sebagai mitra usahanya. Kemitraan antara BUMN,

Perusahaan swasta serta lembaga ekonomi lainnya dengan usaha kecil menengah

dan koperasi dapat diharapkan tidak hanya merupakan keinginan yang semu, tetapi

penekanannya lebih mengarah kepada tercapainya pemenuhan kebutuhan masing-

masing pihak yang bermitra.

Kemitraan merupakan variabel yang sangat dominan dalam meningkatkan

daya saing dikarenakna dapat meingkatkan kinerja bisnis. Sehingga dalam upaya

meningkatkan kinerja industri tekstil, maka pengembangan kemitraan merupakan

unsur yang sangat penting, khususnya pada dimensi yang paling dominan

merefleksikan kemitraan yaitu kemitraan internal. Dalam hal itni peningkatan

kemitraan internal mencakup peningkatan dalam implementasi penciptaan

sinergitas antarbagian di dalam perusahaan melalui strategi lintas fungsi, keija sama

Page 33: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

203

antarbagian dalam melakukan kegiatan pemasaran produk, serta kolaborasi

antarbagian untuk saling melengkapi dalam memecahkan masalah.

Sumber daya perusahaan merupakan faktor yang dominan dalam upaya

mengembangkan kemitraan yang strategis, sehingga pihak perusahaan industri

tekstil dituntut untuk meningkatkan sumber daya perusahaannya terutama yang

berkaitan dengan aset berwujud, diikuti oleh aset tidak berwujud, dan kapabilitas

organisasi. Peningkatan aset berwujud mencakup peningkatan dalam Kelengkapan

Fasilitas alat produksi, Kepemilikan Modal Kerja yang memadai, Kepemilikan

aktiva tetap (Gedung Kantor, pabrik, gudang, dan sarana penunjang lainnya), serta

Kepemilikan peralatan teknologi mutahir. Peningkatan Aset Tidak Berwujud

meliputi : Reputasi Perusahaan, Tingkat Brand Awareness , Citra merek produk,

Tingkat Kuantitas tenaga Ahli, dan Tingkat Kualitas tenaga Ahli. Peningkatan

Kapabilitas organisasi meliputi: Kompetensi pihak manajemen dalam melakukan

pengololaan bisnis, Internal business process yang kondusif, serta Komitmen dari

manajemen perusahaa untuk dapat membangun perusahan secara berkelanjutan dan

berkesinambungan.

4.5 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan

Gambar 4.5 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari

kinerja CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing. Tabel hasil estimasi

memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan terhadap Daya

saing, sehingga persamaan struktural CSR dan Kemitraan dapat digambarkan

sebagai berikut :

Page 34: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

204

Gambar 4.5 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR,

Kemitraan dan Kinerja Perusahaan

Sumber : hasil pengolahan

Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y =0,196X1 + 0,176X2 + z1

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis

kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:

4.5.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan Secara

Simultan.

Hipotesis H3 selanjutnya adalah pengaruh secara simultan CSR dan

Kemitraan terhadap Daya Saing. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan nilai F

hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.

𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2)

𝑘(1 − 𝑅2)

Page 35: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

205

𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,325)

2(1 − 0,325)= 38.481

Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F

tabel sebesar ± 3,023.

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar

38,481. Karena nilai F hitung (38,481) > F tabel (3,023), maka Hipotesis diterima.

Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja

Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.

4.5.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan secara

parsial

Hipotesis H4 yang akan diuji adalah pengaruh CSR terhadap Kinerja

Perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi

Koefisien Jalur dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR

terhadap Kinerja Perusahaan sebesar 0,196 dengan arah positif. Artinya, semakin

tinggi CSR akan meningkatkan Kinerja Perusahaan., yang ditunjukan oleh nilai t

statistik sebesar 3,320 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil

pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel CSR berpengaruh terhadap

Kinerja Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.

Pengaruh Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil

pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik

dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan

sebesar 0,176 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Kemitraan akan

Page 36: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

206

meningkatkan Kinerja Perusahaan., yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar

3,142 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian

signifikan. Artinya, secara parsial variabel Kemitraan berpengaruh terhadap Kinerja

Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.

Tabel 4.20 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja

Perusahaan Secara Parsial

Variabel Koefesien t-hitung Keterangan

CSR 0,196 3,320 Ho Ditolak

Kemitraan 0,176 3,142 Ho Ditolak

Sumber : Hasil pengolahan

4.5.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Daya Saing

Pleffer dan Salancik dalam Hastu (1996) mengemukakan bahwa konsep

kemitraan didasarkan pada model teori yang bersifat komplementer yang dapat

menjelaskan jaringan usaha: Pertama, menurut perspektif pertukaran (exchange

persfective). Kedua, model ketergantungan sumber daya (resources dependence)

yang banyak mengilhami studi-studi organisasi dan bisnis.

Kemudian masih Pleffer dan Salancik dalam Hastu mengatakan bahwa

melalui daya atau potensi yang penting dan dikuasai oleh pihak-pihak yang telah

melakukan kerjasama (bermitra usaha), hal ini juga merupakan suatu upaya untuk

terbentuknya jaringan usaha serta pemenuhan kebutuhan akan sumber daya dapat

lebih terjamin. Dengan demikian kerjasama dalam bentuk bermitra usaha antara

usaha kecil menengah dan koperasi harus didasarkan atas prinsip sinergi, yaitu

saling membutuhkan dan saling membantu. Prinsip saling membutuhkan

dimaksudkan, pihak usaha besar akan selalu mengajak usaha kecil menengah dan

Page 37: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

207

koperasi sebagai partner in progress . Adanya prinsip saling membutuhkan maka

secara langsung pihak yang bekerjasama (bermitra usaha) memunculkan prinsip

saling membantu.

Kemampuan menjaga loyalitas pelanggan dan relasi bisnis, mempertahankan

atau bahkan meluaskan pangsa pasar, memenangkan suatu persaingan dan

mempertahankan posisi yang menguntungkan tergantung kepada citra produk atau

perusahaan yang melekat di pikiran pelanggan (Mardalis, 2005)

4.6 Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja

Perusahaan

Gambar 4.6 dibawah, memperlihatkan hasil pengujian model SEM dari

kinerja Citra Perusahaan dan Daya Saing Terhadap Kinerja Perusahaan. Tabel hasil

estimasi memperlihatkan hubungan signifikan dari Citra Perusahaan dan Daya

Saing Terhadap Kinerja Perusahaan, sehingga persamaan struktural Citra

Perusahaan dan Daya Saing Terhadap Kinerja Perusahaan dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling Citra

Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan

Page 38: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

208

Sumber : hasil pengolahan

Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y =0,295X1 + 0,137X2 + z1

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis

kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:

4.6.1 Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja

Perusahaan secara Simultan

Hipotesis H5 yang akan diuji adalah pengaruh secara simultan Citra

Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan. Pengujian dilakukan

dengan Uji F dengan nilai F hitung diperoleh menggunakan rumus berikut.

𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2))

𝑘(1 − 𝑅2)

𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,421)

2(1 − 0,421)= 59,623

Dengan = 5% dan df1 = k = 4, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F

tabel sebesar ± 2,399.

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar

59,623. Karena nilai F hitung (59,623) > F tabel (2,399), Artinya, Citra Perusahaan

dan Daya Saing secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan industri

tekstil di Jawa Barat.

Page 39: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

209

4.6.2 Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya saing terhadap Kinerja

Perusahaan secara parsial

Hipotesis H5 yang akan diuji adalah pengaruh Citra Perusahaan terhadap

Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel

estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik dapat dilihat koefisien jalur dari variabel

Citra Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan sebesar 0,295 dengan arah positif.

Artinya, semakin tinggi Citra Perusahaan akan meningkatkan Kinerja Perusahaan.,

yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar 5,900 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%)

yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, secara parsial variabel Citra

Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.

Pengaruh Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil

pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik

dapat dilihat koefisien jalur dari variabel Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan

sebesar 0,137 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi Daya Saing akan

meningkatkan Kinerja Perusahaan., yang ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar

2,624 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian

signifikan. Artinya, secara parsial variabel Daya Saing berpengaruh terhadap

Kinerja Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat.

Tabel 4.21 Taksiran Parameter Citra Perusahaan dan Daya Saing

terhadap Kinerja Perusahaan Secara Parsial

Variabel Koefesien t-hitung Keterangan

Citra Perusahaan 0.295 5,900 Ho Ditolak

Daya Saing 0,137 2,624 Ho Ditolak

Sumber : Hasil pengolahan

Page 40: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

210

4.6.3 Penjelasan Pengaruh Citra Perusahaan dan Daya Saing terhadap

Kinerja Perusahaan

Daya saing yang berbeda dan unik dari suatu perusahaan akan dapat

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mengurangi proses inventori dan dapat

mengurangi biaya ekonomi yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan

dikarenakan menurunnya biaya pembuatan suatu produk yang mereka produksi,

sehingga terjadi efisensi terhadap beban perusahaan, hal ini juga disimpulkan oleh

Hao Ma, (2000) dimana keunggulan akan daya saing yang kompetitif dari suatu

perusahaan akan mengarah kepada kinerja yang unggul dari suatu perusahaan,

hingga daya saing perusahaan dapat menentukan posisi perusahaan di pasar global.

Dengan adanya Daya saing yang tinggidiharapkan dapat meningkatkan kinerja

perusahaan TPT diIndonesia sebagai Indikator dari meningkatknya daya saing

dapat terlihat dari kinerja perusaahan berupa terjadinya peninngkatan Sales Growth

dan Profitabilitas Bisnis, serta efisiensi akan beban perusahaan dalam

memperoduksi produk TPT di Indonesia.

Pada dasarnya perusahaan yang mempunyai citra baik dimata konsumen ,

produk dan jasanya relatif lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang

tidak mempunyai citra. Perusahaan yang memiliki citra positif dimata konsumen

cenderung akan lebih dapat bertahan pada masa krisis. Kalaupun menderita

kerugian jumlah nominalnya jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang citranya

kurang baik. Penyebabnya karena dimasa krisis masyarakat melakukan pengetatan

keuangan, mereka akan lebih selektif dalam mengkonsumsi dan memilih yang

secara resiko memang aman. Karena itu mereka umumnya memilih berhubungan

Page 41: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

211

dengan perusahaan atau membeli produk-produk yang dipercaya memiliki

pelayanan dan kualitas yang baik. Dampak positif lainnya terhadap karyawannya

sendiri. Karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa

bangga sehingga dapat memicu motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif.

Dengan demikian pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat.

Selain itu citra perusahaan yang baik juga menjadi incaran para investor

yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja perusahaan ini.

Bagi perusahaan yang telah memilik saham secara publik kondisi ini berpengaruh

pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Dengan demikian perusahaan yang

memiliki citra positif akan lebih mudah dalam melakukan segala hal untuk

berkembang.

Namun demikian, masih sedikit perusahaan TPT di Indonesia yang

sungguh sungguh berupaya membangun citra. Ketidak sungguhan mereka dalam

membangun citra terlihat dari tidak adanya tim khusus yang bertugas untuk

mengevaluasi citra perusahaan serta minimnya alokasi dana untuk kegiatan itu.

Ditambah lagi jika pengukuran dilakukan tidak secara sistematis kesadaran

terhadap perlunya membangun citra perusahaan sulit ditumbuhkan.

Selain itu, untuk meningkatkan kinerja perusahaan kedepannya salah satu

kunci adalah dengan meningkatkan daya saing dengan cara mendorong laju inovasi

sebuah perusahaan agar bisa bersaing, baik di tingkat lokal, nasional, dan

lingkungan global dimana pada industri dapat dengan memulai dengan dengan

faktor manusia dan kegiatan dalam mengelola sumber daya manusia tersebut

dimana perusahaan perlu membuat mekanisme yang bisa merangsang terciptanya

Page 42: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

212

pengetahuan, menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta

adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang pesat. Proses

inovasi yang berbasis manajemen pengetahuan tersebut harus dilakukan secara

berkelanjutan agar perusahaan terus bertahan dengan tingkat daya saing yang

tinggi.

Selain itu salah satu kunci kinerja perusahaan yang berkelanjutan adalah

melakukan perbaikan dan penanganan terhadap teknologi atas mesin produksi yang

lebih baik, Inovasi teknologi menjadi semakin meningkat kompleksitas, biaya, dan

resikonya sebagai timbal balik dari perubahan proses bisnis, tekanan persaingan

yang tinggi, dan perubahan drastis dan cepat dari teknologi itu sendiri. Teknologi

adalah sumber daya penting dan merupakan sub sistem dari organisasi. Dengan

demikian, teknologi memiliki implikasi kritis terhadap kinerja perusahaan dengan

meningkatkankan daya saing dan keuntungan jangka panjang. Untuk tetap bertahan

dan unggul dalam persaingan pasar, perusahaan perlu memberikan perhatian dan

mampu memperoleh keunggulan dari peluang teknologis untuk mendukung strategi

bisnis serta meningkatkan operasi dan layanannya, dimana hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Brynjolfsson dan Hitt (2000) dan Li and Shao

(2000) dan Hasil penelitian Jones dan Kochtanek (2004) yang menunjukkan bahwa

penggunaan teknologi mendorong peningkatan berbagai ukuran perbaikan kinerja,

termasuk efisiensi waktu dan pengambilan keputusan yang lebih baik

Page 43: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

213

4.7 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui

Citra Perusahaan

Gambar 4.7 dibawah, memperlihatkan hasil model SEM dari CSR dan

Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan. Tabel hasil

estimasi memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan Terhadap

Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan, sehingga persamaan struktural CSR

dan Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR dan

Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan

Sumber : hasil pengolahan

Page 44: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

214

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis

di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:

Tabel 4.22 Taksiran Parameter Citra Perusahaan dan Kemitraan terhadap

Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan

Jalur Pengaruh langsung

Total Pengaruh

Tidak langsung CP Pengaruh Total

Path t-statistik Path t-statistik Path t-statistik

CSR → KP 0,196 3,320 0,056 3,770 0,185 4,852

KM → KP 0,176 3,142 0,107 3,974 0,283 4,751

Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel Pengaruh

Langsung dan tidak langsung (Mediasi) dapat dilihat total koefisien jalur dari

variabel CSR terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan sebesar 0,185

dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR yang dimediasi Citra Perusahaan

akan meningkatkan Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,770 > 1,96

(tingkat signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya,

Citra Perusahaan mampu memediasi hubungan CSR dengan Kinerja Perusahaan.

Selain itu dapat dilihat total koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap

Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan sebesar 0,283 dengan arah positif.

Artinya, semakin tinggi Kemitraan yang dimediasi Citra Perusahaan akan

meningkatkan Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,974 > 1,96 (tingkat

signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, Citra

Perusahaan mampu memediasi hubungan Kemitraan dengan Kinerja Perusahaan.

Perusahaan semakin memberi perhatian terhadap aktivitas CSR untuk

meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan eksistensinya hal ini

dikarenakan Jika perusahaan melaksanakan CSR, maka perusahaan tersebut

Page 45: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

215

mempunyai motif untuk meningkatkan keuntungan. Selain juga, perusahaan

melaksanakan CSR untuk mengurangi ancaman dan tekanan dari pemerintah atau

aktivis LSM hal ini dirasa sangat bersifat strategis atau etis bagi perkembangan

perusahaan kedepannya.

Dibalik pemberian CSR perusahaan terdapat hubungan timbal balik yang

diinginkan oleh perusahaan yakni keuntungan (profitabilitas) perusahaan untuk

keberlanjutan dan ekspansi perusahaan. namun perusahaan harus dapat

melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan mengeluarkan biaya tambahan

yang tidak sedikit jumlahnya, namun pelaksanaannya merupakan keharusan baik

dari segi tuntutan bisnis maupun etis yang relevansinya semakin dirasakan dalam

operasi bisnis modern terutama bagi perusahaan TPT yang bersinggungan langsung

ke masyarakat sekitar.

Adanya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengelolaan

lingkungan melalui pelaksanaan kegiatan sosial, donasi bencana alam, pendidikan,

kesehatan dan biaya sosial lainnya mengindikasikan tanggung jawab dan

kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya maka hal ini dapat

menciptakan keuntungan bagi kedua pihak baik dari pihak perusahaan maupun

pihak masyarakat sekitar. Namun demikian, adanya Pelaksanaan tanggung jawab

sosial menyebabkan timbulnya biaya tambahan dimana hal ini akan berdampak

pada profitabilitas perusahaan yang dapat mengurangi perolehan laba, sehingga

akan menurunkan profitabilitas. Namun biaya tambahan khusus untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan akan menghasilkan dampak netral

Page 46: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

216

terhadap profitabilitas apabila tambahan biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi

oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut.

Pembangunan Kinerja Perusahaan dengan meningkatkan citra perusahaan

dapat dengan dengan mengungkapkan Sustainability Report (SR) yang

menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya sekaligus

kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Pengungkapan SR diharapkan

dapat memenuhi keinginan dari stakeholder sehingga akan menghasilkan hubungan

yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya sehingga perusahaan

dapat mencapai keberlanjutan perusahaan

Kemitraan antara korporasi dengan stakeholders menjadi suatu keharusan

dalam lingkungan bisnis yang berubah. Pola konvensional telah menghasilkan

keadaan negatif seperti terdesaknya kepentingan publik, dan pencemaran

lingkungan. Demikian pula berbagai dinamika sosial yang muncul seperti

reformasi, demokratisasi dan desentralisasi menghasilkan stakeholders dan

masyarakat yang semakin kiritis. Stakeholder telah berupaya meningkatkan taraf

hidupnya serta memposisikan diri sebagai subyek dan mitra yang setara. Dalam hal

ini, koperusahaan perlu menginternalisasi masalah eksternal perusahaan secara

terencana sehingga dapat mencegah kekagetan dan krisis yang dapat mengancam

keberlangsungan kegiatan dan keberadaan perusahaan.

Kemitraan dapat menghasilkan solusi antara argumen yang menekankan

pasar atau laba yang memprioritaskan shareholders dengan mengikutsertakan CSR

atau CSR yang memperhatikan stakeholders. Dalam hal ini stakeholders termasuk

Page 47: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

217

lingkungan yang “diam” (“silent” stakeholders). Dengan kata lain, kemitraan

merupakan suatu investasi yang dapat menghasilkan win-win solution atau sinergi

yang menghasilkan keadilan bagi stakeholder , keamanan berusaha serta

keserasian dengan lingkungan dan keberlanjutan bagi perusahaan kedepannya

dengan adanya peningkatan akan kinerja perusahaan yang berbasis atas

keikutsertaan semua stakeholder terkait.

4.8 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui

Daya Saing

Gambar 4.8 dibawah, memperlihatkan hasil model SEM dari CSR dan

Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Daya Saing. Tabel hasil estimasi

memperlihatkan hubungan signifikan dari CSR dan Kemitraan Terhadap Kinerja

Perusahaan melalui Daya Saing, sehingga persamaan struktural CSR dan

Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan melalui Daya Saing dapat digambarkan

sebagai berikut :

Page 48: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

218

Gambar 4.8 Hasil Pengujian Structural Equation Modelling CSR dan

Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Citra Perusahaan

Sumber : hasil pengolahan

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis

di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:

Tabel 4.23 Taksiran Parameter Citra Perusahaan dan Kemitraan terhadap

Kinerja Perusahaan melalui Daya Saing

Sumber : Hasil Pengolahan

Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel Pengaruh

Langsung dan tidak langsung (Mediasi) dapat dilihat total koefisien jalur dari

variabel CSR terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Daya Saing sebesar 0,1939

dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR yang dimediasi Daya Saing akan

meningkatkan Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,770 > 1,96 (tingkat

signifikansi 5%) yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, Daya

Saing mampu memediasi hubungan CSR dengan Kinerja Perusahaan.

Selain itu dapat dilihat total koefisien jalur dari variabel Kemitraan terhadap

Kinerja Perusahaan Melalui Daya Saing sebesar 0,1936 dengan arah positif.

Artinya, semakin tinggi Kemitraan yang dimediasi Daya Saing akan meningkatkan

Kinerja Perusahaan. Nilai t statistik sebesar 3,974 > 1,96 (tingkat signifikansi 5%)

Jalur Pengaruh langsung

Total Pengaruh

Tidak langsung DS Pengaruh Total

Path t-statistik Path t-statistik Path t-statistik

CSR → KP 0,196 2,025 0,064 3,770 0,1939 4,852

KM → KP 0,176 2,712 0,017 3,974 0,1936 4,751

Page 49: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

219

yang berarti bahwa hasil pengujian signifikan. Artinya, Daya Saing mampu

memediasi hubungan Kemitraan dengan Kinerja Perusahaan.

Pengaruh CSR terhadap daya saing perusahaan dapat dilihat dengan cara

memperkuat reputasi perusahaan di depan stakeholders dan kesetiaan konsumen

terhadap merek. Serta Operasional yang lebih efisien melalui penggunaan energi

dan sumber daya alam,mengurangi limbah dan menjual material daur ulang.

Manfaat lainnya adalah rendahnyaketidakhadiran dan meningkatkan kesetiaan

karyawan sehingga mengurangi biaya-biaya perekrutan dan pelatihan selain

dampak tidak langsung dengan Banyak instansi pemerintah yang menyediakan

insentif keuangan terhadap inisiatif-inisiatif CSR yang baik, termasuk didalamnya

adalah inovasi yang ramah lingkungan. Selain itu perusahaan tersebut akan

mengalami inspeksi yang lebih sedikit dan pengawasan yang lebih bebas baik oleh

pemerintah nasional maupun lokal.

CSR dan Kemitraan merupakan suatu bentuk kepentingan dari tuntutan

masyarakat yang merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka

mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan acuan untuk

mengonstruksikan strategi perusahaan terutama terkait dengan upaya

memposisikan diri di tengah lingkungan stakeholder yang semakin maju. sehingga

berdampak terhadap adanya manfaat atas sumber daya potensial bagi perusahaan

untuk terus berkembang yang nantinya penting bagi perusahaan TPT untuk dapat

meyelaraskan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan

terhadap stakeholder, hal ini tentu dapat dilihat dengan program CSR dan adanya

dana kemitraan , disatu sisi hal ini tentunya dapat mengurangi perolehan laba yang

Page 50: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

220

dibagikan ke para pemegang saham, namun disisi hal ini menjadi salah satu strategi

untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan untuk keberlanjutan

perusahaan kedepannya, selain itu juga perlunya peranan kemitraan perusahaan

kepada karyawan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Program ini

diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan loyalitas karyawan terhadap

perusahaan sehingga mampu meningkatkan produktivitas, yang pada akhirnya

mampu mendatangkan profit bagi perusahaan. Indikator kesejahteraan karyawan

adalah biaya kesejahteraan karyawan yang merupakan bagian dari pembangunan

human capital yang akan membentuk daya saing melalui kemampuan unik yang

dimiliki perusahaan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas

karyawan dalam mencapai target – target perusahaan, hal ini sejalan dengan

penelitian Michael et.all (2002) dimana menyimpulkan bahwa untuk sukses dalam

lingkungan persaingan, perusahaan memerlukan kemampuan spesifik yaitu

kemampuan untuk (1) menggunakan sumber daya yang langka secara bijaksana

untuk mempertahankan biaya serendah mungkin, (2) secara konstan mengantisipasi

perubahan-perubahan dalam preferensi pelanggan, (3) beradaptasi dengan

perubahan teknologi yang cepat, (4) mengidentifikasi, menekankan, dan secara

efektif mengatur apa yang lebih baik dilakukan perusahaan dibandingkan para

pesaingnya, (5) secara kontinyu merestrukturisasi operasi perusahaan dan (6)

dengan sukses mengatur dan mendapatkan komitmen dari satuan kerja yang

berbeda secara cultural.

Page 51: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

221

4.9 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui

Citra Perusahaan dan Daya Saing

Seperti yang sudah dipahami sebelumnya bahwa peran serta CSR dan

kemitraan baik secara langsung maupun memalui pembentukan citra perusahaan

dan kemitraan dapat meningkatkan kinerja perusahaan tektil, Hal ini dapat terlihat

dari gambar dibawah ini

Gambar 4.9 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan

Dimana persamanaan struktural yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Z =0.295*Y1 + 0.137*Y2 + 0.196X1 + 0.176X2

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan model struktural, sesuai hipotesis

kedua di atas diketahui hasilnya pada dibawah ini:

Page 52: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

222

4.9.1 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui

Citra Perusahaan dan Daya Saing secara simultan

Hipotesis H8 selanjutnya adalah pengaruh secara simultan CSR dan

Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing.

Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan nilai F hitung diperoleh menggunakan

rumus berikut.

𝐹 = ((𝑛 − 𝑘 − 1)(𝑅2)

𝑘(1 − 𝑅2)

𝐹 = ((168 − 2 − 1)(0,376)

2(1 − 0,376)= 49,711

Dengan = 5% dan df1 = k = 2, df2 = n-k-1 = 168-2-1 = 165 diperoleh nilai F

tabel sebesar ± 3,023.

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diperoleh nilai Fhitung sebesar

49,711. Karena nilai F hitung (49,711) > F tabel (3,023), maka Hipotesis diterima.

Artinya, CSR dan Kemitraan secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja

Perusahaan industri tekstil di Jawa Barat melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing.

4.9.2 Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja Perusahaan melalui

Citra Perusahaan dan Daya Saing secara parsial

Hipotesis H8 yang akan diuji adalah pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap

Kinerja Perusahaam melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing. Berdasarkan hasil

pengolahan seperti disajikan pada tabel estimasi Koefisien Jalur dan Uji Statistik

dapat dilihat koefisien jalur dari variabel CSR terhadap Kinerja Perusahaan sebesar

Page 53: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

223

0,196 dengan arah positif. Artinya, semakin tinggi CSR akan meningkatkan Kinerja

Perusahaan, hal serupa juga dapat disumpulkan dari Pengaruh Kemitraan, Citra

Perusahaan dan Daya Saing terhadap Kinerja Perusahaan yang dapat terloihat pada

tabel 4.19 dibawah. Dimana masing – masing hipotesis H8a dapat diterima, yang

ditunjukan oleh nilai t statistik lebih sebesar dati t tabel dengan tingkat signifikansi

5%. Artinya, secara parsial semua variabel berpengaruh terhadap Kinerja

Perusahaan di industri tekstil di Jawa Barat.

Tabel 4.19 Taksiran Parameter CSR dan Kemitraan terhadap Daya saing

Secara Parsial

Variabel

Pengaruh

langsung

Total Pengaruh

Tidak langsung

CP

Total Pengaruh

Tidak langsung

DS

Pengaruh Total Keteranga

n

Koef t-

statistik Koef

t-

statistik Koef

t-

statistik Koef

t-

statistik

CSR → KP 0,196 3,320 - - - - 0,196 3,320 Ho Ditolak

KB → KP 0,176 3,142 - - - - 0,176 3,142 Ho Ditolak

CP → KP 0,295 5,900 - - - - 0,295 5,900 Ho Ditolak

DS → KP 0,137 2,624 - - - - 0,137 2,624 Ho Ditolak

CSR → KP 0,196 3,320 0,056 3,770 - - 0,185 4,852 Ho Ditolak

KB → KP 0,176 3,142 0,107 3,974 - - 0,283 4,751 Ho Ditolak

CSR → KP 0,196 2,025 - - 0,064 3,770 0,1939 4,852 Ho Ditolak

KM → KP 0,176 2,712 - - 0,017 3,974 0,1936 4,751 Ho Ditolak

Sumber : Hasil pengolahan

4.9.3 Penjelasan Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Kinerja

Perusahaan melalui Citra Perusahaan dan Daya Saing secara parsial

Pengimplementasian CSR pada akhirnya digunakan perusahaan untuk

meningkatkan citra perusahaan dimasyarakat hal ini dikarenakan Perusahaan tekstil

merupakan perusahan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap

lingkungan atau disebut juga rawan lingkungan termasuk dalam tipe industri high

profile yang mana Perusahaan ini pada umumnya merupakan perusahaan yang

Page 54: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

224

memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi

untuk bersinggungan dengan kepentingan luas (Zuhroh dan Sukmawati, 2003),

Pada Industri tekttil adanya pengaruh lingkungan akan berdampak buruk

apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai

masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya

akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994). Sejalan

dengan itu tingkta impementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan tektil di Jawa

Barat masih dalam tahapan pemenuhan aspek hukum, pada kenyataannya aspek

CSR belum dipandang sebagai bagian dari peningkatan nilai perusahaan sehingga

impelemntasi CSR hanya terbatas pada event dan bersifat sementara, sehingga

pembentukan citra perusahaan juga tidak terlalu berdampak positif dengan adanya

program tersebut, disisi lain operasional perusahaan juga masih didukung dengan

teknolgi lama yang banyak sekali menghasilkan limbah sehingga berdampak

terhadap kualitas produk yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja

perusahaan secara keseluruhan.

Disisi lain kemitraan juga meningkatkan kinerja perusahaan berupa

peningkatan reward secara ekonomis yang dapat diukur melalui peningkatan

penjualan atau produksi. Dengan kemitraan, perusahaan dapat mengatasi masalah

informasi asimetrik sehingga didapatkan optimalisasi tujuan, pada perekonomian

global, kemampuan berkembang dapat diciptakan dan ditopang oleh keberhasilan

kerjasama serta dapat membuat suatu usaha bisa menghadapi persaingan yang ketat

Manfaat strategi kemitraan adalah (1) terjadi senergi sehingga setiap mitra

mendapat keuntungan lebih, (2) proses kerja dan hasil yang didapatkan lebih cepat

Page 55: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

225

karena informasi yang memadahi, (3) perusahaan lebih fleksibel, (4) adanya

pembagian resiko, (5) mengurangi kebutuhan akan kapital karena perusahaan

berkonsentrasi pada konpetensi int efektif, (6) kemampuan usaha setiap mitra akan

meningkat, karena dengan informasi yang sama dapat memperoleh manfaat dan

keunggulan tambahan dari mitra, (7) tercapainya efisiensi dan efektivitas, ketujuh

manfaat tersebut nantinya akan meningkatkan daya saing perusahaannya

kedepannya yang tentunya juga dapat meningkatkan citra perusahaan dimata

stakeholder dimana peran pentingnya kemitraan ini berupa pembenahan akan

supply chain management perusahaan yang berkelanjutan

Penerapan Kemitraan pada perusahaan tektil di Indonesi masih sangat lemah,

hal ini tentunya dapat membawa dampak negatif terhadap keberlangsungan

perusahaan, apabila dilihat dari program bentukan Federasi Industri Tekstil Asean

(AFTEX) bersama Usaid Asia yang telah mempertemukan delapan kemitraan

pabrik tekstil-garmen Asean dengan delapan pembeli asal Uni Eropa dan Amerika

Serikat menjelaskan bahwa tingkat perdagangan TPT antarnegara Asean hanya 7%

dari akumulasi perdagangan negara-negara di kawasan tersebut, ha ini tentunya

sangat disayangkan mengingat bahwa Indonesia dan Asean yang memiliki pabrik

tekstil di sebanyak 10.000 pabrik garmen dengan potensi pasar yang sangat besar

untuk produk tekstil masih kalah dapat bersaing dengan produk tekstil dari Cina .

Page 56: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

226

4.10. Temuan Hasil Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka temuan model tersebut dapat terungkap

dimana pemahaman akan citra perusahaan dan daya saing dapat meningkatkan

kinerja perusahaan dengan diperkuat oleh kemitraan dan CSR dalam industri TPT di

Indonesia, Berdasarkan pengelolaan data penelitian dengan menggunakan Structural

Equation Modelling (SEM), maka besaran pengaruh untuk masing-masing sub

struktur adalah sebagai berikut.

Gambar 4.9 Besaran Pengaruh CSR dan Kemitraan terhadap Citra dan Daya Saing

Berimplikasi pada Kinerja Perusahaan

Sumber : hasil pengolahan data kuesioner

Dari gambar 4.9, CSR dan kemitraan memiliki pengaruh dengan arah yang

positif terhadap citra perusahaan. Demikian pula CSR dan kemitraan memiliki

pengaruh dengan arah positif terhadap daya saing perusahaan. Temuan yang

Page 57: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

227

menarik dalam penelitian ini bahwa kemitraan memiliki pengaruh terhadap citra

yang lebih besar, dibandingkan CSR terhadap citra. Sedangkan CSR memiliki

pengaruh yang lebih besar, dibandingkan kemitraan terhadap daya saing.

Kondisi ini terjadi dikarenakan citra perusahaan dibangun berdasarkan hasil

penilaian seluruh stakeholders atas aktivitas perusahaan tekstil dalam jangka

panjang, yang dihasilkan dari kemitraan yang telah terbangun dengan baik antara

perusahaan dengan pihak internal dan eksternal dalam waktu yang panjang. CSR

yang diberikan perusahaan pada sebagian stakeholders, sedangkan citra adalah

kesan seluruh stakeholders atas hasil aktivitas perusahaan. Sedangkan daya saing

yang penilaiannya lebih dalam jangka pendek, lebih dipengaruhi oleh CSR yang

dikeluarkan perusahaan pada sebagian stakeholders dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan hasil pengolahan data, juga ditemukan bahwa citra dan daya

saing memiliki pengaruh dengan arah yang positif terhadap kinerja perusahaan.

Temuan yang menarik dalam penelitian ini bahwa citra sebagai hasil pengaruh dari

kemitraan dan CSR, memiliki implikasi yang lebih besar, dibandingkan daya saing

sebagai hasil pengaruh dari CSR dan kemitraan, terhadap kinerja perusahaan.

Hasil penelitian di atas menyatakan bahwa kemitraan merupakan aspek

yang dominan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan volume

penjualan, profitabilitas, dan pangsa pasar dalam industri tekstil lebih dipengaruhi

oleh bagaimana perusahaan memposisikan dirinya melalui kemitraan yang

dijalankan. Pengembangan kemitraan strategis itu sendiri dominan dibentuk dari

sumber daya perusahaan yang merupakan serangkaian aset yang dimiliki

perusahaan dalam menciptakan superior value bagi pihak pelanggan, dimana aset

Page 58: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

228

tersebut menitikberatkan pada aset berwujud dan tidak berwujud, yang didukung

oleh kepemilikan organisasi yang memiliki kapabilitas tinggi, baik dilihat dari sisi

kompetensi maupun komitmen organisasi dalam menciptakan superior

performance.

Peningkatan aset berwujud mencakup peningkatan dalam kelengkapan

fasilitas alat produksi, kepemilikan modal kerja yang memadai, kepemilikan aktiva

tetap (gedung kantor, pabrik, gudang, dan sarana penunjang lainnya), serta

kepemilikan peralatan teknologi mutahir. Peningkatan aset tidak berwujud

meliputi reputasi perusahaan, tingkat brand awareness, citra merek produk, tingkat

kuantitas tenaga ahli, dan tingkat kualitas tenaga ahli. Peningkatan kapabilitas

organisasi meliputi: kompetensi pihak manajemen dalam melakukan pengololaan

bisnis, internal business process yang kondusif, serta komitmen industri TPT

mempunyai karakteristik fundamental yang melibatkan aktivitas besar, sehingga

banyak menggunakan kombinasi antara tenaga kerja dan modal. Produksi tekstil

memerlukan kebutuhan modal yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan akan

tenaga kerja. Sistem produksi tekstil banyak dilakukan secara mekanik dan

terintegrasi. Oleh sebab itu pemasangan mesin sebagai kapasitas terpasang di

sektor industri tekstil sangat sarat dengan modal dan cenderung kurang fleksibel

dalam menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Pada tahun 2005, penggunaan

kapasitas terpasang industri tekstil rata-rata mencapai 75%, sedangkan industri

garmen rata-rata mencapai 80%.

Menurut data asosiasi, 57% mesin produksi perusahaan TPT di Indonesia

telah berumur 15 tahun, 18% di antaranya berumur 10-15 tahun, 18% berumur 5-

Page 59: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

229

10 tahun, dan 7% berumur di bawah 5 tahun. Terdapat lebih dari 4.100 perusahaan

tekstil, sebanyak 774 perusahaan di antaranya membutuhkan pergantian mesin-

mesin yang telah usang. Keadaan mesin pada akhirnya akan mempengaruhi

kemampuan memproduksi TPT. Oleh sebab kemitraan dengan pihak eksternal, baik

pemerintah, organisasi sejenis, perbankan dan pemodal lainnya akan mendukung

peremajaan dan modernisasi permesinan akan menjadi kunci penting TPT

Indonesia dalam persaingan dengan TPT dunia.

Hasil temuan ini adalah model CSR dan kemitraan sebagai pembentuk citra

dan daya saing berimplikasi pada kinerja perusahaan merupakan suatu temuan dalam

suatu kasus untuk industri tekstil dan produk tektil lainnya . Namun demikian hasil

temuan ini dapat juga digeneralisasi untuk digunakan didalam dunia industri

manufaktur lainnya, terutama terkait dalam industri hybrid yang menekankan kepada

keseimbangan antara kinerja lingkungan dan kinerja perusahaan untuk memastikan

bahwa perusahaan dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Model bisnis

hybrid lebih menekankan kerjasama dengan mitra bisnis, pelanggan, dan karyawan

yang berdasarkan manfaat dan keberlanjutan. Adapun biaya yang dikeluarkan akan

dihitung dengan adanya pertimbangan akan dampak sosial dan lingkungan, sehingga

dapat kita lihat dan simpulkan bagaimana daya saing dan citra perusahaan yang

diperkuat dengan CSR dan kemitraan dapat meningkatkan kinerja perusahaan tekstil

di Jawa Barat. Meskipun demikian temuan ini tentunya terbatas pada industri atau

organisasi bisnis, sehingga tidak berlaku pada industri publik atau non bisnis

dikarenakan unit analisis yang digunakan adalah perusahaan yang merupakan

organisasi bisnis.

Page 60: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

230

\

Gambar 4.10 Model CSR dan Kemitraan sebagai Pembentuk dan Citra dan Daya

Saing dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan

Sumber : hasil pengolahan

Merujuk pada latar belakang penelitian serta kemudian munculnya tujuan

penelitian yang mengarah kepada masalah rendahnya kinerja perusahaan TPT di

Indonesia yang disebabkan oleh masih belum tingginya daya saing dan belum

diterapkannya strategi sesuai dengan citra perusahaan perusahaan TPT maka di

bawah ini dapat terungkap langkah-langkah pemecahan masalah melalui tahapan

sebagai berikut:

DAYA

SAING

CITRA

KINERJA

PERUSAHAAN

KEMITRAAN

CSR

Page 61: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

231

4.11. Rancangan Penerapan Temuan Penelitian

Dari masing-masing alternatif hasil pengujian hipotesis dapat dibuat peta

strategi untuk mencapai tujuan pemecahan masalah. Peta strategi dimulai dari

penentuan variabel solusi, kemudian disusun operasionalisasi variabel solusi atau

merinci variabel solusi sehingga menjadi dimensi dan indikator saran yang

konkrit.

4.11.1 Pemecahan Masalah

Setelah melakukan analisa secara deskriptif dan verifikatif, langkah

selanjutnya adalah menentukan tujuan untuk pemecahan masalah, yang meliputi

:

a) Menentukan langkah strategi pengembangan CSR, dan kinerja kemitraan

dalam upaya meningkatkan daya saing dan citra perusahaan

b) Menentukan langkah penunjang dalam meningkatkan daya saing dan citra

perusahaan

c) Menentukan strategi peningkatan daya saing dan citra perusahaan dalam

meningkatkan kinerja perusahaan TPT di Indonesia

4.11.2 Pemetaan Strategi

Berdasarkan pembahasan diatas dan temuan hasil penelitian diketahui bahwa

untuk memecahkan masalah kinerja perusahaan industri tekstil dilakukan dengan

mengatasi pengelolaan CSR yang baik, Meningkatkan peran serta kemitraan,

meningkatkan citra perusahaan dan daya saing. Selanjutnya akan dibahas indikator

Page 62: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

232

solusi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam pemetaan strategi

masing – masing variabel tersebut.

1. Meningkatkan Efektifitas CSR

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh indikator solusi masalah efektifitas

CSR yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini. didalam Model Pengukuran

terlihat bahwa aspek ekonomi memberikan kontribusi yang besar terhadap

efektifitas CSR dan diikuti oleh aspek sosial dan lingkungan.

Gambar 4.11 Indikator Solusi Masalah Efektifitas CSR

Dengan melihat memperhatikan model pengukuran serta

membandingkannya dengan hasil deskriptif yang telah dilakukan di awal maka

untuk mengatasi efektifitas pada penerapan CSR di Industri Tektil perlu untuk

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam pengembangan

operasi untuk jangka panjang dan berinvestasi dalam pembangunan dan

Page 63: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

233

kesejahteraan stakeholder, dengan cara melakukan efisiensi pemakaian

sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi maupun dengan

menggunakan CSR untuk media maketing perusahaan sehingga mengurangi

biaya promosi selain juga dapat meningkatkan kontribusi pajak dengan

memberikan pajak tepat waktu dan tepat jumlah, dapat diperhatikan juga

bagaimana perusahaan dalam meningkatkan peran dalam pengembangan dan

kesejahteraan karyawan perusahaan serta perlunya perusahaan tekstil

memperhatikan dengan baik bagaimana penggunaan energi yang efisien dan

terbarukan, mengingat bahwa potensi penggunaan mesin – mesin produksi

yang lama akan meningkatkan in-efisiensi pada harga pokok produk serta

potensi meningkatnya limbah yang dihasil selain juga kualitas dan inovasi

produk yang akan semakin terbatas dan ditinggalkan oleh pelanggan.

Mengacu kepada indikator yang dapat menjadi peluang untuk

meningkatkan efektifitas perusahaan maka dapat dikembangkan beberapa

strategi Indikator yakni Pertama, dengan melakukan efisiensi pemakaian

sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi atau memperbaiki

inefisiensi mesin, maupun dengan menggunakan CSR untuk media maketing

perusahaan sehingga mengurangi biaya promosi, Kedua, Perusahaan

hendaknya secara penuhtanggungjawab membuat program pengembangan diri

dan pelatihan untuk karyawan perusahaan serta memberikan kesempatan yang

sama kepada karyawan dalam berkarir dengan sistem talent pool, selain juga

meningkatkan kesejahteraan mereka yang dapat meningkatkan rasa memiliki

Page 64: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

234

perusahaan oleh karyawan itu sendiri yang pada akhirnya dapat meingkatkan

produktivitas mereka disaat bekerja.

Ketiga, Meminimalkan limbah industri dan pengelolaan limbah industri yang

terpadu serta implementasi proper lingkungan hidup dengan mengganti dan atau

memperbaiki keadaan mesin produksi yang sudah lama, selain juga

memperhatikan pengelolaan limbah dengan menerapkan SOP penanganan

limbah produksi yang telah disesuaikan dengan ISO Lingkungan hidup

2. Meningkatkan Peran Kemitraan

Berdasarkan pemetaan indikator kemitraan yang diperlihatkan pada gambar

dibawah ini, terlihat bahwa kemitraan pembeli dalam hal ini pelanggan

perusahaan dan kemitraan supplier perusahaan menjadi dimensi yang perlu

diperhatikan dikarenakan secara verifikatif memiliki nilai yang kecil

dibandingkan dengan dimesni lainnya, dimana indikator yang menjadi titik

fokus dari manajemen perusahaan indutri tekstil adalah bagaimana perusahan

dapat memperkuat sinergitas antar bagian diinternal perusahaan serta

bagaimana perusahaan dapat menciptkan peluang untuk bekerjasama dengan

mitra komunitas seperti mitra LSM, Universitas ataupun lembaga pendidikan

tinggi lainnya.

Page 65: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

235

Gambar 4.12 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Kemitraan

Dilihat dari nilai rata – ratanya manajemen perusahaan tekstil meyakini

bahwa kemitraan lateral dan Internal merupakan faktor dalam pembentukan

daya saing perusahaan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

memperlihatkan untuk meningkatkan kemitraan perusahaan harus dapat

memperkuat yang kuat dalam meningkatkan daya saing perusahaan tekstik di

Indonesia kemitraan lateral dan Internal yang kemudian diperkuat dengan

kemitraan supplier dan buyer.

Berdasarkan indikator tersebut terlihat bahwa strategi indikator Kemitraan

pada industri tektil di Indonesia dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan

pelayanan kepada pelanggan, dengan cara meningkatkan service level yang

dapat dilihat secara berkala dari hasil survei kepuasan pelanggan yang

seharusnya dilakukan oleh perusahaan, selanjutmya yang perlu diperhatikan

Page 66: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

236

oleh perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat menjalin mitra yang

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan dengan bekerjasama dengan

komunitas perusahaan serta LSM dan dunia pendidikan tinggi, selain juga

dapay melakukan kemitraan dengan Bank guna mendapatakan biaya bunga

pinjaman yang kompetitif, disisi lain guna menjalin kesinambungan peran –

peran terkait dan yang terakhir adalah memperkuat integrasi dan sinergitas

antar bagian didalam perusahaan guna memperlancar proses bisnis perusahaan,

serta kolaborasi antarbagian di perusahaan untuk saling melengkapi dalam

memecahkan masalah dalam meningkatkan layanan, peningkatan sinergitas

didalam dperusahaan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan teknologi

informasi yang dikenal dengan Digitalisasi Office, sehingga mempermudah

komunikasi antar bagian yang manjadi tulang punggung sinergitas internal

perusahaan.

3. Meningkatkan Citra Perusahaan

Berdasarkan pemetaan indikator Citra Perusahaan yang diperlihatkan pada

gambar dibawah ini, terlihat bahwa dimensi kualitas citra dan citra program

dari perusahaan tektil sedikit dibawah citra infrastruktur dalam hal

mempengaruhi pembentukan citra perusahaan, namun demikian ketiga dimensi

ini masih dalam kategori cukup positif sehingga masih belum optimal dalam

mengembangkan citra perusahaan secara utuh kepada stakeholder.

Page 67: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

237

Gambar 4.13 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Citra Perusahaan

Dilihat dari nilai rata – ratanya manajemen perusahaan memiliki

pemahaman bahwa citra perusahaan dihasilkan oleh kualitas citra dan citra

infrastruktur, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa citra program juga

memberikan pengaruh yang relatif sama.

Berdasarkan indikator masalah yangdisajikan dalam gambar diatas, terlihat

bahwa citra perusahaan dapat lebih dioptimalkan lagi dengan meningkatkan

perhatian manajemen perusahaan pada kemudahan brand atau citra perusahaan

baik secara kseluruahn ataupun melalui produk yang dihasilkan untuk ditiru

oleh para pesaing perusahaan, selain itu perlunya perusahaan memberikan

informasi produk yang dihasilkan agar dapat diketahui oleh masyarakat secara

luas, dan yang terpenting adalah bagaimana perusahaan dapat meningkatkan

kemudahan masyarakat ataupun stakeholder dalam mengenali atribut atau citra

perusahaan dalam satu kali pandang, atau yang lebih dikenal dengan

meningkatkan brand awereness perusahaan

Page 68: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

238

Pentingnya pengenalan logo dan kombinasi warna perusahaan dikenal oleh

masyarakat, merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan

dikarenakan citra perusahaan adalah respon konsumen terhadap apa yang

dikorbankan dan dapat dianggap sebagai jumlah dari keyakinan, ide, dan

tayangan yang publik memiliki terhadap suatu organisasi. dimana sering

dikaitkan dengan kualitas yang dirasakan dari produk atau jasa yang dihasilkan

4. Meningkatkan Daya Saing

Berdasarkan pemetaan indikator daya saing yang diperlihatkan pada gambar

dibawah ini, terlihat bahwa dimensi pelayanan menjadi dimensi yang memiliki

pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dimensi harga dan produk, ketiga

dimensi tersebut dalam kategori cukup baik namun belum optimal dikarenakan

adanya kesenjangan antara rata – rata indikator yang mempresentasikan

persepsi dari manajemen dengan hasil pengujian indikator persepsi tersebut.

Dilihat dari nilai rata – ratanya manajemen perusahaan tekstil meyakini

bahwa Pelayanan dan Harga merupakan faktor dalam pembentukan daya saing

perusahaan, namun hasil penelitian memperlihatkan bahwa Harga dan Kualitas

produk memberikan kontribusi yang kuat dalam meningkatkan daya saing

perusahaan tekstik di Indonesia

Page 69: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

239

Gambar 4.14 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Daya Saing

Berdasarkan indikator masalah daya saing yang disajikan dalam gambar

diatas terlihat bahwa strategi perusahaan tekstil di Indonesia dapat lebih

dioptimalkan lagi dengan melakukan divesisifikasi harga dan meningkatkan

variasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan tekstil serta didukung dengan

kecepatan dalam merespon kebutuhan pelanggan yang dapat terlihat dari

pergerakan keingginan pelanggan dipasar, dengan meningkatkan kecepatan

ekspansi bisnis ke pasar baru yang berpotensi tinggi.

Tantangan yang saat ini dihadapi oleh perusahaan tektil di Indonesia adalah

bagaimana mereka dapat memberikan harga yang kompetitif dibandingkan

pesaing terutama dari Cina dan India, disaat masih rendahnya penggunaan

teknologi mesin tekstil yang dipakai dan upah tenaga kerja disisi lain masih

sulitnya produk tekstil dalam negeri bersaing.

Page 70: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

240

5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan

Berdasarkan pemetaan indikator Kinerja Perusahaan yang diperlihatkan

pada gambar dibawah ini, terlihat bahwa menurut manajemen yang diwakili

dari nilai rata – rata deskriptif setiap dimensinya menyatakan bahwa perspektif

pelanggan dan Proses bisnis internal menjadi dimensi yang memiliki pengaruh

yang lebih besar dibandingkan aspek keuangan dan pertumbuhan dan

pembelajaran, keempat dimensi tersebut dalam kategori cukup baik namun

belum optimal dikarenakan adanya kesenjangan antara rata – rata indikator

yang mempresentasikan persepsi dari manajemen dengan hasil pengujian

indikator persepsi tersebut, dimana dari hasil pengujian verifikatif terlihat

bahwa aspek keuangan dan perspektif pelanggan memberikan peran yang lebih

tinggi terhadap pembentukan Kinerja perusahaan dibandingkan dengan

pertumbuhan dan pembelajaran dan proses bisnis internal.

Page 71: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

241

Gambar 4.15 Indikator Solusi Masalah Peningkatan Kinerja Perusahaan

Berdasarkan indikator masalah kinerja perusahaan yang disajikan dalam

gambar diatas terlihat bahwa strategi perusahaan tekstil di Indonesia dapat

lebih dioptimalkan lagi dengan memperhatikan leverege pada perusahaan serta

meningkatkan kepuasan pelanggan serta didukung dengan pemberian

pembelajaran baik pengembangan maupun pelatihan kepada karyawan selain

juga meningkatkan produktivitas karyawan dengan meningkatkan sistem

organizational effectiveness sehingga perusahaan mendapatkan sumberdaya

manusia yang berkualitas, serta meningkatkan produk baru dan inovatif demi

mendukung tingkat variasi produk dipasaran sehingga lebih memudahkan

produk masuk kedalam semua segmen atau target market perusahaan dipasar.

Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa citra perusahaan dan daya

saing memberikan pengaruh yang signifikan dan positf terhadap pembentukan

kinerja perusaan, begitupun dengan CSR dan kemitraan yang memberikan

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan baik secara

langsung maupun melalui citra perusahaan dan daya saing.

Peta Strategi Pemecahan Masalah

Dari uraian maisng – masing variabel diatas, secara keseluruhan dapat

dirangkumkan peta strategi pemecahan masalah sepeti diperlihatkan dalam gambar

dibawah ini.

Page 72: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

242

Gambar 4.16 Peta Strategi Pemecahan Masalah

4.11.3 Strategi Operasional

Untuk mengembangkan strategi merujuk pada hasil penelitian ini maka

diuraikan program operasionalisasi stragei yang dikembangkan dari dimensi-

dimensi CSR, Kemitraan, Citra Perusaahaan, Daya Saing untuk meningkatkan

Kinerja Perusahaan seperti telah dijelaskan pada pemetaan strategi diatas, pada

tabel berikut ini ditetapkan prioritas langkah – langkah operasional yang terkait

dengan peningkatan Kinerja perusahaan, sebagaimana diuraikan dalam tabel

dibawah ini.

Page 73: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

243

Tabel 4.25. Strategi Peningkatan Kinerja CSR

No Indikator Langkah Operasional

1 Meningkatkan

Kinerja

Meningkatkan peran perusahaan dengan melakukan

efisiensi biaya dan penggunanan CSR sebagai media

marketing Perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya

promosi seperti : pemberian biasiswa

2 Tanggungjawab

sosial kepada

Karyawan

Memberikan pengembangan baik pelatihan maupun

kesempatan yang sama dalam mengembangkan karir

karyawan kedepannya serta memikirkan kesejahteraan

karyawan baik pada saat bekerja mapun pada saat

pensiun seperti membuat program masa persiapan

pensiun

3 Penggunaan

energi efisiensi

dan terbarukan

Menerapkan teknologi ramah lingkungan yang mengacu

kepada penerapan ISO ataupun SOP perusahaan yang

berdasarkan perhatian lingkungan seperti penggunaan

teknologi penyaringan limbah sebelum dialirkan

kesungai dsb nya

Setelah merancang program kinerja CSR, juga diperlukan rancangan

peningkatan pemahaman akan Kemitraan yang bertujuan meningkatkan Daya Saing

dan Citra Perusahaan serta berimplikasi terhadap Kinerja Perusahaan yaitu:

Tabel 4.26. Strategi Peningkatan Pemahaman Kemitraan

No Indikator Langkah Operasional

1 Sinergitas Internal atas

bagian didalam

perusahaan

Adanya pencipataan sinergisitas antar divisi

demi menyokong tujuan perusahaan dengan

menciptakan satu budaya perusahaan yang

merefleksikan visi dan misi perusahaan baik

berupa digitalisasi maupun dengan e-office

ataupun e-commando sehingga dapat

memudahkan dalam komunikasi antar atasan

dan bawah serta antar bagian

2 Kemitraan yang saling

menguntungkan

Menjalin kontrak saling menguntungkan

dengan mitra supplier demi menjaga

kebutuhan bahan baku serta adanya

kolaboratif antara perusahaan dan pemerintah

daerah yang didukung oleh akademisi dalam

Page 74: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

244

No Indikator Langkah Operasional

menciptakan suatu bahan baku yang lebih baik

dan lebih ramah lingkungan, selain itu juga

dapat melakukan kemitraan dengan Bank

demi mendapatkan biaya pinjaman yang

rendah.

3 Pelayanan yang sesuai

dengan harapan

pelanggan

Memahami, memenuhi, dan mengantisipasi

kebutuhan pelanggan serta memberikan

pelayanan yang maximal yang disesuaikan

dengan karakteristik pelanggan perusahaan

4 Bermitra dengan

komunitas

Meningkatkan peran perusahaan dalam

komunitas perusahaan, maupun pemerintah

dan akademisi serta non profit organisation

(NGO) lingkungan

Setelah merancang program kemitraan, pihak manajemen juga perlu

merancang peningkatan daya saing perusahan dan vitra perusahaan pelanggan

yang bertujuan meningkatkan keunggulan bersaing serta berimplikasi terhadap

kinerja Perusahaan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.27. Strategi Peningkatan Daya Saing dan Citra Perusahaan

No Indikator Langkah Operasional

Citra Perusahaan

1 Tingkat Kemudahan Citra

Perusahaan untuk ditiru

Mematenkan semua citra yang dihasilkan oleh

perusahaan serta membuat citra untuk tidak

mudah ditiru

2 Tingkat Kemudahan

Informasi

Menambah dan meningkatkan saluran informasi

produk termasuk pemakaian media sosial dalam

pemberian Informasi kepada masyarakat

3 Tingkat kemudahan

dalam mengenali atribut

Merevitalisasi infratruktur atribut termasuk

membuat atribut perusahaan yang sederhana dan

mudah dikenali oleh perusahaan dengan

menekankan brand awerness

Daya saing

1 Tingkat Diversifikasi

Harga

Mengembangkan produk rendah biaya dan

mendorong Cost optimization sehingga mampu

menurunkan COGS

Page 75: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

245

No Indikator Langkah Operasional

2 Tingkat Variasi Produk Meningkatkan teknologi mesin produksi dan

mempercepat inovasi pengembangan produk

3 Tingkat Kecepatan

Respon Perusahaan

Meningkatkan kecepatan ekspansi bisnis kepasar

baru yang berpotensi tinggi serta memberikan

pelayanan yang maximal yang disesuaiakan

dengan karakteristik pelanggan perusahaan

Kinerja perusahaan yang tinggi juga dihasilkan dari stragei bisnis yang baik,

untuk formulasi strategi binsi yang tepat diperlukan pemahaman yang baik terhadap

situasi eksternal dan internal perusahaan,sehingga untuk meningkatkan kinerja

perusahaan tekstil di Indonesia itu sendiri manajemen perlu untuk memperbaiki

strategi bisnis yang telah dilakukan dengan memperhatikan langkah – langka

operasional yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini

Tabel 4.28. Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan

No Indikator Langkah Operasional

1 Tingkat Leverage

Perusahaan

Mencari pendanaan yang murah serta menjaga

kesehatan keuangan perusahaan dengan

memperhatikan working capital management

dan meningkatkan efisiensi biaya produksi

2 Kepuasan Pelanggan Meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap

produk yang dihasilkan dengan Memahami,

memenuhi, dan mengantisipasi kebutuhan

pelanggan serta memberikan pelayanan yang

maximal yang disesuaikan dengan karakteristik

pelanggan perusahaan.

3 Produk Baru dan Inovatif Peningkatan proses inovasi produk, proses

operasi dan peningkatan pelayanan purna jual

produk yang dihasilkan dengan meningkatkan

peran market intelegent dan unit Riset dan

Pengembangan

4 Pertumbuhan dan

Pembelaran

Meningkatkan produktivitas karyawan dengan

meningkatkan sistem organizational

effectiveness sehingga perusahaan mendapatkan

sumberdaya manusia yang berkualitas

Page 76: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

246

Sumber : Hasil Pengolahan

4.11.4 Rencana Tindakan

Dengan langkah-langkah yang dilakukan pada Tabel 4.34 berikut pihak

perusahaan TPT di Indonesia harus dapat berupaya sehingga lebih mampu lagi

menjangkau Daya saing dan Kinerja Perusahaan guna menangkap pasar sasaran

yang lebih luas. Tindakan yang direncanakan diharapkan dapat mampu

memperbaiki masalah yang ada dari hasil penelitian yang dilakukan.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Kompleksitas

permasalahan industri tekstil nasional sangat beragam. setidaknya ada beberapa

permasalahan industri tektil yang memerlukan penanganan sesegera mungkin yang

meliputi permasalahan manajemen kuota tekstil; bahan bakar dan minyak,

perpajakan (PPh), impor ilegal, transportasi dan infra struktur, keuangan,

keamanan, otonomi daerah dan restrukturisasi mesin yang berakibat kepada

lingkungan disekitar perusahaan.

Permasalah tersebut pada awalnya dipicu dengan datangnya krisis moneter

beberapa tahun yang lalu yang kemudian ditambah dengan penghapusan kuota

tekstil dipasar dunia semakin membuat pasar tekstil Indonesia semakin terpuruk.

Seperti diketahui selama ini industri tekstil Indonesia sebagian besar hanyalah

sebagai pemegang lisensi merk ternama didunia yang artinya industri tektil

Indonesia hanya berproduksi didalam negeri namun produknya dilabeli dengan

label luar negeri yang telah dikenal. Selain itu tak bisa dipungkiri bahwa Industri

tekstil Indonesia selama ini masih tertolong dengan adanya aturan kuota tekstil

Page 77: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

247

dunia sehingga industri tekstil Indonesia masih mampu bertahan karena mendapat

limpahan order dari negara negara yang telah kelebihan kuota. Ditinjau dari sisi

bisnis mungkin dirasa lebih aman oleh para pelaku industri. Namun disaat aturan

kuota dihilangkan pada tahun 2005, Industri tekstil Indonesia mendapatkan

berbagai tantangan dimana mulai berkurangnya penerimaan dari pembuatan produk

bermerek tersebut.

Oleh karena industri tekstil Indonesia perlu segera meningkatkan kinerja

perusahaan dengan mengembangkan produk tekstil nasional yang inovatif agar

dapat diterima dipasar global. Dengan demikian industri tekstil Indonesia harus

mampu melakukan penetrasi pasar dengan produk sendiri yang berarti bahwa harus

mampu menghasilkan dan memasarkan produk dengan brand/merk sendiri.

Konsekuensinya adalah produk tekstil Indonesia kita harus memiliki keunggulan

dibanding produk dari negara lain untuk mampu bersaing di era global melalui

penguatan dan perbaikan strategi bisnis dengan memperkuat strategi kemitraan

dengan memasukkan faktor lingkungan untuk memperkuat citra perusahaan kepada

stakeholder demi memingkatkan daya saing produk tektil dipasar global sehingga

dapat meningkatkan kinerja perusahaan tekstil Indonesia

Page 78: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

248

Tabel 4.29. Rencana Tindakan

No Variabel

Solusi

Rencana Tindakan Penanggung Jawab

1 Meningkatkan

Efektifitas

CSR

Meningkatkan peran keuangan perusahaan bagi masyarakat dengan melakukan efisiensi biaya

Penggunanan CSR sebagai media marketing

Perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya promosi

seperti

Memberikan pengembangan baik melalui pelatihan maupun kesejahteraan pada saat bekerja maupun

pensiun

Menerapkan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan ISO ataupun SOP perusahaan yang

berwawasan lingkungan

Direktur Operasi

Direktur Umum

Direktur SDM

Direktur IT

Direktur IT

2 Meningkatkan

Peran

Kemitraan

Meningkatkan sinergitas dengan meningkatkan peran komunikasi digitalisasi

Meningkatkan kerjasama yang menguntungkan dengan mitra terkait

Meningkatkan peran market intelegent dan unit Riset

dan Pengembangan dalam memahami perubahan

pasar dan keinginan customer

Direktur IT

Direktur Strategi/Perencanaan

Direktur

Strategi/Perencanaan

3 Meningkatkan

Citra

Perusahaan

Mematenkan semua citra yang dihasilkan oleh perusahaan

Menambah dan meningkatkan saluran informasi

Meningkatkan Brand Awerness

Direktur Utama

Direktur Marketing

Direktur Marketing

4 Meningkatkan

Daya Saing

Mengembangkan produk rendah biaya

Mendorong Cost optimization

Meningkatkan teknologi mesin produksi

Mempercepat inovasi pengembangan produk

Ekspansi bisnis kepasar baru yang berpotensi tinggi

Customer Customization

Direktur

Strategi/Perencanaan

Direktur Operasi

Direktur Operasi

Direktur

Strategi/Perencanaan

Direktur Marketing

Direktur Marketing

5 Meningkatkan

Kinerja

Perusahaan

Mencari pendanaan yang murah serta menjaga kesehatan keuangan perusahaan

Meningkatkan efisiensi biaya produk

Meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap produk

yang dihasilkan

Peningkatan proses inovasi produk dan proses produksi

Meningkatkan Produktivitas Karyawan

Direktur Keuangan

Direktur Operasi

Direktur Marketing

Direktur Strategi/Perencanaan

Direktur SDM

Page 79: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

249

No Variabel

Solusi

Rencana Tindakan Penanggung Jawab

Meningkatkan peran market intelegent dan unit Riset dan Pengembangan

Direktur Strategi/Perencanaan

4.11.5 Rencana Evaluasi dan Pengendalian

Dalam upaya meningkatkan Kinerja Perusahaan TPT di Indonesia dan

rencana tindak lanjut, maka dirasa perlu dilakukan beberapa langkah evaluasi atas

program kegiatan dan pengendalian yang dapat mengacu kepada dimensi atas

penciptaan kinerja perusahaan berdasarkan dominasi dimensi-dimensi yang

dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Page 80: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

250

Tabel 4.30 Rencana Evaluasi dan Kontrol

Aspek Sasaran Strategis Key Performance Indicators Target

Tahunan

Inisiatif Strategi

Y1 Y2 Y3

Keuangan Meningkatkan

kinerja dan

Kesehatan

Keuangan

Perusahaan

Revenue Growth √ √ √ Restrukturisasi Pendanaan Perseroan

Debt to Equity √ √ √

Debt Service Coverage Ratio √ √ √

Cost Optimazition √ √ √

Net Income √ √ √

Pelanggan Meningkatkan

Citra Perusahaan

Service Delivery √ √ √ Customer Focus

Customer Satisfaction Index √ √ √

Meningkatkan

Daya Saing

Launching Produk Baru √ √ √ Customer Customization

Inovasi Produk

Ekspansi Pasar Baru Marketing Research √ √ √

Market Share √ √ √

Proses Bisnis

Intenal

Meningkatkan

Kemitraan

Sinergitas Internal Antar Bagian √ √ √ Digitalisasi Komunikasi dan Talent Pool

Sistem Pengembangan dan Kesejahteraan √ √ √

Meningkatkan

Daya Saing

Cost optimization/ Eficiency √ √ √ Restrukturisasi beban perusahaan

Inovasi Produk √ √ √ Meningkatkan Peran Market intelegent

dan unit Riset dan Pengembangan

Pembelajaran

dan

Pertumbuhan

Meningkatkan

Kemitraan

Kerjasama dengan Mitra √ √ √ Transformasi manajemen pengetahuan

dan teknologi Produktivitas Karyawan √ √ √

Keterangan √ : Target Tahunan dapat menyesuaikan situasi operasional perusahaan

Page 81: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Profil Industri ...media.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120016_4_6046.pdf · potongan pakaian dan linen pada zaman gua di Mesir lebih

251

Penting bagi perusahaan tektil untuk memberikan efek positif bagi kinerja

perusahaan karena dampak dari CSR dan kemitraan yang diperkuat oleh citra

perusahaan dan daya saing perusahaan akan memberian rekomendasi yang positif

dari pelanggan yang sangat dominan mempengaruhi kinerja perusahaan untuk

jangka panjang

Langkah-Langkah dan pengendalian operasional yang disarankan dalam

rencana tindak lanjut, diharapkan dapat menciptakan peningkatan akan kinerja

perusahaan TPT di Indonesia guna memenuhi ekspektasi atau harapan dari

stakeholder atas kualitas, pelayanan dan produktifitas yang diberikan, adapun

tingkat pengukuran keberhasilan salah satunya dapat dilakukan melalui survei

pasar atas citra perusahan dan posisi daya saing ataupun secara sedarhana dapat

dilihat dari peningkatan kinerja kemitraan dan peningkatan CSR secara

berkelanjutan.