BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran...

33
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah mencapai 3.534,86 km². Kabupaten Malang berbatasan dengan beberapa kabupaten lain di beberapa sisinya dan juga satu samudera, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Mojokerto di sebelah barat-utara. b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan juga Probolinggo. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Malang termasuk kedalam daerah yang berada di dataran tinggi karena dikelilingi oleh beberapa gunung, diantaranya: Gunung Semeru, Gunung Bromo, Gunung Kawi, Gunung Kelud dan Gunung Arjuno. Sesuai pembagian administrasi wilayahnya, Kabupaten Malang memiliki 33 Kecamatan, 378 Desa, 12 Kelurahan, 3.295 Rukun Warga

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran...

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Kabupaten Malang

Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten yang berada di

wilayah Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah mencapai 3.534,86 km².

Kabupaten Malang berbatasan dengan beberapa kabupaten lain di

beberapa sisinya dan juga satu samudera, dengan penjelasan sebagai

berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar, Kabupaten

Kediri dan Kabupaten Mojokerto di sebelah barat-utara.

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan juga

Probolinggo.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Malang termasuk kedalam daerah yang berada di dataran

tinggi karena dikelilingi oleh beberapa gunung, diantaranya: Gunung

Semeru, Gunung Bromo, Gunung Kawi, Gunung Kelud dan Gunung

Arjuno.

Sesuai pembagian administrasi wilayahnya, Kabupaten Malang

memiliki 33 Kecamatan, 378 Desa, 12 Kelurahan, 3.295 Rukun Warga

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

30

atau R.W dan 14.459 Rukun Tetangga atau R.T serta pusat pemerintahan

yang berada di Kecamatan Kepanjen1.

2. Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang.

Bagian Hukum Sekretariat Daerah merupakan salah satu bagian

dalam susunan Organisasi Perangkat Daerah dengan dasar pembentukan

berupa Perda Kabupaten Malang nomor 1 tahun 2008. Tugas Bagian

Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Melaksanakan sebagian tugas Sekretaris Daerah dalam koordinasi

penyusunan Peraturan Daerah, pelaksanaan kajian hukum dan

kebijakan daerah serta penyelesaian sengketa hukum, bantuan

hukum dan dokumentasi hukum.

b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Asisten

Pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya.

Sedangkan untuk melaksanakan tugasnya, Bagian Hukum

mempunyai fungsi:

a. Penelitian perumusan peraturan perundang-undangan.

b. Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka pelakasanaan

pelayanan dan bantuan hukum.

c. Penelaahan dan pengevaluasian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan.

1Selayang pandang Pemerintah Kabupaten Malang (online). http:

//www.malangkab.go.id/konten85.html. Diakses pada 4 mei 2015.

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

31

d. Penghimpunan peraturan perundang-undangan, mempublikasikan

dan pendokumentasian produk hukum.

Bagian Hukum sendiri membawahi beberapa Sub-bagian yang

berkerja sesuai bidang yang telah ditentukan yaitu:

a. Sub-bagian Peraturan Perundang-undangan

b. Sub-bagian Pelayanan Hukum

c. Sub-bagian Dokumentasi Hukum

Bagian Hukum Sekertariat Daerah Kabupaten Malang mempunyai

Visi: “Terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia yang

berkandaskan keadilan dan kebenaran secara nyata sesuai visi dan misi

Kabupaten Malang dalam mewujudkan Pemerintahan Good Governance

atau tata kelola pemerintahan yang baik, Clean Governance atau

pemerintahan yang bersih, berkeadilan dan demokratis”. Sesuai dengan

Visi diatas, Misi dari Bagian hukum adalah:

1. Perencanaan hukum yang tepat dan pembentukan hukum yang

taat asas.

2. Pelayanan dan bantuan hukum dalam rangka penerapan dan

penegakan hukum.

3. Dinas Sosial Kabupaten Malang

Dinas Sosial merupakan salah satu bagian dalam susunan Organisasi

Perangkat Daerah di Kabupaten malang. Tujuan Dinas Sosial adalah:

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

32

1. Meningkatkan aksesibilitas penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan

terentasnya penyandang masalah kesejahteraan sosial serta

menjadikan PMKS yang mandiri dan produktif.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat, lembaga kesejahteraan

sosial, dan dunia usaha dalam pemberdayaan sosial.

Visi Dinas Sosial Kabupaten Malang adalah: “Mendukung

Terwujudnya Peningkatan Taraf Kesejahteraan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang Mandiri, Produktif melalui Usaha

Bersama Pemerintah dan Masyarakat “.

Misi Dinas Sosial Kabupaten Malang adalah: “Pelayanan Sosial

yang meliputi Rehabilitasi Sosial, Jaminan Sosial, Pemberdayaan Sosial

dan Perlindungan Sosial kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial ( PMKS)”.

B. Realita Lokalisasi Prostitusi di Kabupaten Malang

Pada tanggal 24 November 2014 lalu Pemerintah Daerah Kabupaten

Malang telah resmi melakukan penutupan terhadap sejumlah lokalisasi yang

ada di wilayah Kabupaten Malang. Lokalisasi yang telah resmi ditutup

tersebut adalah lokalisasi Embong Miring, Kalikudu, Gondanglegi, kebobang,

Suko, Slorok/Kalibiru dan Sumawa dengan jumlah keseluruhan adalah tujuh

lokalisasi. Ketujuh lokalisasi tersebut menjadi sasaran penutupan selain

daripada keberadaannya yang ilegal serta merisaukan masyarakat, dan juga

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

33

status keanggotaan Pekerja Seks Komerseial atau PSK yang bernaung di

bawah masing-masing lokasi yang mencapai 308 Pekerja Seks Komersial.

Perincian jumlah anggota di masing-masing lokalisasi adalah sebagai

berikut:

1. Embong Miring yang berada di daerah Ngantang sebanyak 17

Pekerja.

2. Kalikudu yang berada di daerah Pujon sebanyak 31 Pekerja.

3. Girun yang berada di daerah Gondanglegi sebanyak 75 Pekerja.

4. Kebobang yang berada di daerah Wonosari sebanyak 41 Pekerja.

5. Suko yang berada di daerah Pucung sebanyak 70 Pekerja.

6. Slorok/Kalibiru yang berada di daerah Kromengan sebanyak 59

Pekerja.

7. Pulau Bidadari yang berada di daerah Sumbermanjing Wetan

sebanyak 15 Pekerja.

Dari ketujuh lokalisasi yang berhasil ditutup, tercatat bahwa lokalisasi

yang berada di daerah Gondanglegi dan Suko merupakan lokalisasi dengan

daftar pekerja terbanyak. Hal ini dikarenakan kedua lokalisasi tersebut adalah

yang paling tua keberadaannya di Kabupaten Malang.

Tidak semua Pekerja Seks Komersial yang berada di lokalisasi

Kabupaten Malang berasal dari wilayah Kabupaten Malang. Diantara para

pekerja tersebut sebagian berasal dari kabupaten lain yang masih termasuk ke

dalam wilayah Provinsi Jawa Timur dan juga berasal dari beberapa daerah dari

luar Provinsi Jawa Timur. Daerah asal para pekerja menurut data yang telah

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

34

diverifikasi melalui Kartu Tanda Penduduk oleh Dinas Sosial Kabupaten

Malang adalah sebagai berikut:

1. Yang berasal dari Kabupaten Malang sebanyak 154 Pekerja.

2. Yang berasal dari luar Kabupaten Malang namun masih dalam

wilayah Provinsi Jawa Timur sebanyak 132 Pekerja.

3. Yang berasal dari luar Provinsi Jawa Timur sebanyak 22 Pekerja

Total keseluruhan adalah 308 Pekerja Seks Komersial dengan perincian:

Tabel 1.

Rincian Daerah Asal Pekerja Seks Komersil di Kabupaten Malang

No Nama Lokalisasi Dari

Kabupaten

Malang

Dari

JawaTimur

Dari Luar

Jawa Timur

1 Embong Miring 7 9 1

2 Kalikudu 19 10 2

3 Gondanglegi 40 30 5

4 Kebobang 28 14 1

5 Suko 24 40 6

6 Slorok/Kalibiru 31 22 6

7 Sumbermanjing Wetan 7 7 1

Jumlah 154 132 22

Sumber: Statistik Dinas Sosial Kabupaten Malang Tahun 2014.

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa 50% dari PSK yang ada di

wilayah Kabupaten Malang berasal dari wilayah Kabupaten Malang sendiri.

Sedangkan 42,86% berasal dari wilayah atau Kabupaten lain dalam lingkup

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

35

Provinsi Jawa Timur dan 7,14% sisinya berasal dari luar Provinsi Jawa

Timur.

Dinas Sosial Kabupaten Malang mendapat beberapa hambatan dalam

melakukan pendataan dikarenakan adanya kecenderungan dari Pekerja Seks

Komersil untuk berpindah tempat dari satu lokalisasi ke lokaslisasi yang lain.

Perpindahan tempat kerja yang sering kali terjadi menjadikan beberapa

hambatan bagi Instansi Pemerintahan lain dalam memberlakukan suatu

program seperti sosialisasi peraturan, kesehatan, pelatihan keterampilan dan

program-program lain terutama yang membutuhkan pendataan. Beberapa

program seperti pelatihan keterampilan seringkali berjalan dengan tidak

efektif dikarenakan hambatan tersebut.

Mobilitas yang dilakukan oleh Pekerja Seks Komersial ke lokalisasi

lain umumnya dilakukan atas dasar intensitas kedatangan pelanggan

dikarenakan hal tersebut yang paling berpengaruh pada pendapatan ekonomi

bagi seorang Pekerja Seks Komersial2.

Selain dari faktor ekomoni, terdapat beberapa faktor-faktor lain yang

mempengaruhi mobilitas para Pekerja Seks Komersial. Faktor-faktor tersebut

diantaranya sebagai berikut:

2 Dra. Retno Tri Damayanti, MM. Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Malang.

Wawancara pada tanggal 4 Mei tahun 2015.

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

36

1. Kekerasan yang dialami oleh Pekerja Seks Komersial.

Kekerasan terutama dalam bentuk fisik seringkali dialami oleh

beberapa pekerja. Kekerasan fisik tersebut bisa terjadi akibat

kecemburuan diantara para pekerja sendiri dan juga kekerasan yang

dilakukan oleh beberapa pelanggan. Kecemburuan diantara pekerja

lahir dari berkurangnya intensitas pelanggan yang datang pada

seorang pekerja. Kecemburuan ini mengarah kepada pekerja lain

yang memiliki intensitas kedatangan pelanggan yang lebih tinggi

atau biasa disebut dengan istilah “Primadona”. Istilah Primadona

timbul secara alamiah dilingkungan para Pekerja Seks Komersial.

Istilah ini lahir selain dari tingginya intensitas pelanggan yang

datang namun juga lahir dari legitimasi pelanggan mengenai bentuk

fisik, penampilan, umur dan juga lama-tidaknya pekerja tersebut

menempati suatu lokalisasi. Seorang Primadona biasanya akan terus

dipertahankan oleh seorang Mucikari dikarenkan Promadona

tersebut memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari beberapa

pekerja biasa. Keberadaan seorang Primadona yang mendapat

perlakuan khusus dari Mucikari melahirkan suatu dominasi bagi

pekerja lain. Dominasi inilah yang seringkali menyebabkan pihak

minoritas, dalam hal ini adalah para pekerja baru, seringkali

mendapat kekerasan dalam bentuk fisik maupun psikis3.

Kekerasan fisik juga dialami oleh Pekerja Seks Komersial dari

beberapa pelanggan yang memakai jasa mereka. Para pelanggan

3 Ibid.

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

37

yang telah melakukan transaksi dengan Mucikari memiliki anggapan

bahwa pelanggan tersebut memiliki kuasa penuh atas pekerja yang

bersangkutan. Hal ini menimbulkan rasa hilangnya harkat

kemanusiaan yang dimiliki oleh pekerja itu sendiri sehingga

seringkali seorang pelanggan berbuat hal-hal yang melebihi batasan

kemanusiaan namun hal tersebut didiamkan oleh pekerja itu sendiri.

Para pelanggan menjadi terbiasa untuk memaksa seorang pekerja

melakukan hal-hal tertentu yang notabene menyakit fisik pekerja

tersebut guna mewujudkan imajinasi, sensasi atau kepuasan seksual

yang diinginkannya. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh pelanggan

yang memiliki kecenderungan perilaku seks menyimpang maupun

pelanggan yang datang dalam keadaan mabuk dikarenakan pengaruh

suatu minuman keras atau menuman beralkohol4. Seorang pekerja

yang telah disewa merasa tidak memiliki wewenang atas perilaku

yang menyakiti tubuhnya dikarenaka transaksi yang telah dilakukan

oleh pelanggan tersebut kepada Mucikari. Keadaan seperti inilah

yang biasanya menjadikan hilangnya harkat kemanusiaan seorang

pekerja yang bisa berakibat fatal terhadap keselamatan pekerja

tersebut.

2. Tekanan dari pemilik lokalisasi atau Mucikari.

Selain dari kekerasan fisik yang dialami oleh pekerja, tekanan

juga hadir dari pemilik lokalisasi itu sendiri. Hubungan antara

4 Hasil wawancara terhadap “Bunga” (nama samaran), seorang eks-PSK yang saat ini menjadi

warga binaan Dinas Sosial Kabupaten Malang. Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Mei

2015.

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

38

Pekerja Seks Komersial dengan seorang mucikari bukanlah

hubungan rekan kerja yang berdasarkan pada bagi hasil atau

keuntungan. Namun hubungan kerja tersebut lebih kepada lebih

kepada hubungan sewa-menyewa yang terdapat unsur tekanan dari

pemberi sewa kepada penyewa. Sewa-menyewa yang dimaksud

disini adalah keadaan dimana seorang Pekerja diharuskan untuk

membayar sewa atas tempat atau ruangan yang dimiliki oleh seorang

Mucikari yang akan dipergunakan untuk melayanai pelanggan.

Seorang Mucikari menetapkan tarif yang bermacam-macam

atas ruangan atau taraf hidup tertentu yang harus dibayar oleh

seorang pekerja di suatu lokalisasi. Seperti misalkan seorang pekerja

dituntut untuk bisa membayar sejumlah uang atas pakaian, sepatu

atau atribut lain yang dapat menunjang penampilan seorang pekerja

dimana atribut tersebut berasal dari Mucikari pada awal mula

seorang pekerja tersebut datang untuk bekerja di lokalisasi tersebut5.

Selain itu, seorang pekerja juga dituntut untuk bisa mencapai suatu

target pelayanan terhadap pelanggan yang datang dalam hitungan

hari. Misalkan seorang pekerja diharuskan untuk bisa melayani lima

orang pelanggan dengan masing-masing tarif Rp. 50.000;- perorang

yang jika diakumulasikan bisa mencapai Rp. 250.000; dalam satu

hari. Jika pekerja tersebut baru bisa melayani tiga pelanggan, yaitu

dengan akumulasi Rp. 150.000; kurang dari ketentuan yang telah

dibuat oleh Mucikari, maka hal itu menjadi hutang pada keesokan

5 Ibid.

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

39

harinya yang akan diakumulasikan dalam bentuk nominal yang

dibebankan kepada pekerja tersebut setiap harinya. Keadaan inilah

yang menjadikan timbulnya paksaan bagi pekerja untuk dapat

melayani pelanggan meskipun dalam keadaan sakit atau keadaan

fisik yang tidak memungkinkan6.

Tekanan seperti ini disadari oleh para pekerja sendiri sebagai

hutang yang berkepanjangan dan mengikat sehingga merusak

kesadaran atas harkat kemanusiaannya sehingga menghilangkan

harapan untuk keluar dari lokalisasi.

C. Dasar Pertimbangan Yuridis dan Sosiologis Penutupan Lokasi Prostitusi

Dengan adanya beberapa pemberitaan terkait penutupan lokasi

prostitusi di Kabupaten Malang, terdapat beberapa pertanyaan mendasar

tentang kapan tepatnya lokalisasi prostitusi awalnya resmi dibuka atau

mendapat legalisasi di Kabupaten Malang. Pertanyaan ini menjadi dasar dari

penelitian ini dengan logika dasar jika terjadi penutupan resmi secara

serempak pasti terdapat peraturan yang telah meresmikan dan melegalisasi

pembukaan atau keberadaan prostitusi tersebut, mengingat data yang penulis

dapat dari Dinas Sosial Kabupaten Malang bahwa di Kabupaten Malang

terdapat tujuh lokalisasi prostitusi dengan total pekerja didalamnya mencapai

308 personalia, jumlah yang cukup besar.

6 Ibid.

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

40

Terkait sejak kapan ketujuh lokalisasi ini diresmikan di Kabupaten

Malang, penulis melakukan penelitian pada Sub-bagian Dokuemtasi Hukum,

Bagian Hukum Sekretariat daerah Kabupaten Malang guna mencari peraturan

daerah yang menjadi dasar hukum bagi legalisasi prostitusi tersebut. Prostitusi

sendiri meskipun tidak dibahasakan dengan suatu bahasa hukum, namun pasal

296 jo 506 KUHP telah melarang hal tersebut. Peraturan Daerah apakah yang

diciptakan oleh Pemerintah Kabupaten Malang sehingga memberi legalisasi

pada aktifitas yang dilarang oleh KUHP.

Penelitian penulis di Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten

Malang ditujukan untuk mencari segala sumber hukum berupa peraturan

daerah, edaran bupati maupun instruksi bupati terkait penutupan lokalisasi

prostitusi ini, dengan harapan bisa membandingkan dan mencari dasar

pertimbangan antara peraturan yang mendasari peresmiannya serta peraturan

yang mendasari penutupannya.

Penelitian penulis pertama ditujukan kepada Bagian Hukum Sekretariat

Daerah dengan penelitian melalui interview, yaitu salah satu cara yang

terdapat dalam pengambilan data yang dilakukan oleh penulis dengan metode

purposive sampling, yaitu interview atau wawancara terhadap Kepala Bagian

Hukum Sekretarian Daerah Kabupaten Malang yang dirasa cukup mewakili

seluruh pegawai di instansinya, dengan pemberian disposisi atau perwakilan

kewenangan kepada Bapak Arisanto Soeroyo, S. Sos selaku Kasubag

Dokumentasi Hukum. Dari penelitian tersebut penulis mendapatkan fakta awal

bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Malang tidak pernah memberikan

legalisasi berupa peraturan mengenai peresmian lokalisasi prostitusi. Fakta ini

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

41

berdasarkan pada larangan yang ada pada pasal 296 jo 506 KUHP dan moral

prostitusi yang tidak sesuai dengan masyarakat di Kabupaten Malang

khususnya dan masyarakat di wilayah Indonesia pada umumnya. Dari

keterangan tersebut, bisa disimpulkan bahwa keberadaan prostitusi di

Kabupaten Malang merupakan aktifitas ilegal karena tidak pernah terdapat

peraturan yang mendasari keberadaanya serta prostitusi merupakan aktifitas

yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta moral yang

ada di Indonesia.

Dari fakta awal yang penulis temukan di atas, mengenai ketiadaan dasar

hukum bagi lokasi prostitusi, maka istilah “Penutupan” tidak sesuai dengan

agenda yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malang dan

pengurus jajarannya mengingat lokasi prostitusi sendiri tidah pernah secara

resmi dan berdasarkan hukum dinyatakan dibuka. Kata “Penutupan” sebagai

kata kunci agenda Pemda ini lebih sesuai dengan makna realisasi Peraturan

Daerah dan Peraturan Peundang-undangan.

Fenomena tentang keberadaan lokasi prostitusi ilegal ini sudah

diantisipasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malang dengan adanya

Intruksi Bupati Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Larangan Operasional Bagi

Lokalisasi Pekerja Seks Komersil (PSK) di Wilayah Kabupaten Malang.

Instruksi ini diberlakukan kapada segenap Camat se-Kabupaten Malang

untuk:

1. Melarang kegiatan operasional Lokalisasi Pekerja Seks Komersial

(PSK) di wilayahnya.

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

42

2. Mengkoordinasikan dengan unit kerja terkait segala bentuk langkah-

langkah yang diambil dalam rangka penanggulangan dan rehabilitasi

para Pekerja Seks Komersial (PSK), agar dapat menjalankan

kehidupannya sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

masyarakat.

3. Melaporkan segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan adanya

operasioal Pekerja Seks Komersial (PSK) di wilayahnya kepada

Bupati.

Pasca beredarnya Instruksi Bupati Nomor 3 Tahun 2002 tersebut, belum

terdapat pekembangan yang signifikan terkait keberadaan Lokalisasi Prostitusi

ini dalam artian keberadaannya semakin marak serta masing-masing lokalisasi

telah memilik manajemen atau sistem kerja sendiri seperti adanya petugas

keamanan yang menghambat kinerja Camat wilayah tersebut untuk

menjalankan Instruksi Bupati Nomon 3 Tahun 2002 ini7.

Melihat adanya hambatan bagi Camat dalam menjalankan Instruksi

Bupati Nomor 3 Tahun 2002 ini, selanjutnya Pemerintah Daerah Kabupaten

Malang mengeluarkan Keputusan Bupati Malang Nomor 2 Tahun 2004

Tentang Larangan Penyelanggaraan Perjudian dan Lokalisasi Pekerja Seks

Komersil (PSK) di Wilayah Kabupaten Malang. Namun, berbeda dari

Instruksi Bupati sebelumnya, Keputusan Bupati Malang Nomor 2 Tahun 2004

ini lebih menitikberatkan pada himbauan untuk melapor serta bentuk

sosialisasi kepada masyarakat luas tentang bahaya perjudian dan prostitusi

7 Arisanto Soeroyo, S. Sos. Kasubag Dokumentasi Hukum Kabupaten Malang. Wawancara

pada tanggal 30 Maret Tahun 2015.

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

43

dengan harapan menaikkan animo masyarakat akan bahaya keberadaan

lokalisasi prostitusi serta kesadaran bersama yang diharapkan bisa menjadi

tindak lanjut dari hal tersebut berupa pelaporan kepada Kepolisian Resort

Kabupten Malang.

Beberapa tahun pasca keberadaan Instruksi Bupati serta Keputusan

Bupati Malang tersebut, serta dinamika seputar maraknya keberadaan

lokalisasi prostitusi ini yang seakan-akan merupakan tempat usaha yang legal,

serta adanya laporan dari masyarakat yang berupa perseorangan maupun

perwakilan dengan bentuk Ormas maupun Lembaga Swadaya Masyarakat,

terciptalah Instruksi Bupati Malang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Larangan

Beroperasi Bagi Pekerja Seks Komersil di Wilayah Kabupaten Malang.

Instruksi Bupati nomor 2 tahun 2014 ini didasarkar kepada Keputusan

Bupati Malang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Larangan Penyelanggaraan

Perjudian dan Lokalisasi Pekerja Seks Komersil (PSK) di Wilayah Kabupaten

Malang, Keputusan Bupati Malang Nomor 188.45/380/KEP/421.013/2014

Tentang Tim Penanganan dan Penutupan Lokalisasi PSK di Wilayah

Kabupaten Malang dan Surat Gubernur Jawa Timur tanggal 28 April 2014

Nomor: 460/7705/031/2014 perihal Penanganan Pasca Penutupan Lokalisasi

WTS di Jawa Timur dan diperuntukkan kepada:

1. Sekretaris Daerah

2. Para Asisten Sekretaris Daerah

3. Inspektur Kabupaten Malang

4. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

44

5. Kepala Badan/Dinas/Kantor/Bagian di Lingkungan Kabupaten

Malang

6. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat

Kabupatan Malang

7. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen

8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Lawang

9. Direktur Utama Badan Usaha Milik Daerah

10. Camat se-Kabupaten Malang

11. Lurah atau Kepala Desa se-Kabupaten Malang

Dengan adanya Instruksi Bupati Nomor 2 Tahun 2014 ini, maka jajaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Malang diharuskan untuk

melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan

kewenangannya dalam rangka menjalankan Larangan Beroperasi Bagi Pekerja

Seks Komersial di Kabupaten Malang, yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan pembinaan mental spiritual, pelatihan keterampilan serta

memberikan bantuan stimulan modal usaha. Bantuan modal usaha

atau bantuan usaha ekonomi produktif ini merupakan bantuan yang

diberikan diberikan kepada eks-Pekerja Seks Komersil sebesar Rp

3.000.000;- perorang yang diambil dari APBD Kabupaten Malang

tahun 2013 sesuai dengan ketentuan dari Peraturan Pemerintah

Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial. Peraturan Pemerintah ini dilaksanakan dengan Peraturan

Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pendataan

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

45

dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial.

2. Melakukan pengosongan terhadap lokalisasi dan melakukan

pengawasan terhadap lokalisasi yang sudah ditutup. Selain dari

pengosongan lokalisasi saat penutupan, Pemerintah Daerah

Kabupaten Malang juga melakukan pengawasan terhadap eks-

lokalisasi pasca penutupan dengan harapan eks-lokalisasi tersebut

tidak berfungi kembali.

3. Melakukan proses percepatan alih fungsi eks-lokalisasi PSK menjadi

sentral usaha ekonomi baru. Eks-lokalisasi prostitusi diharapkan bisa

menjadi sentra usaha ekonomi produktif yang baru atau sebuah

lokalisasi hiburan yang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

4. Mencegah munculnya lokalisasi PSK terselubung dengan melibatkan

masyarakat serta berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Sektor

setempat dan Komandan Komando Rayon Militer setempat. Dalam

hal pencegahan terhadap muculnya lokalisasi terselubung ini,

Pemerintah Daerah Kabupaten Malang menghimbau Instansi terkait

penutupan lokalisasi untuk dapat bekerjasama dengan elemen

masyarakat agar dalam menjaga ketertiban umum dari timbulnya

lokalisasi terselubung8.

8 Dra. Retno Tri Damayanti, MM. Op.cit.

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

46

Instruksi Bupati Nomor 2 Tahun 2014 ini dijalankan dengan adanya

Keputusan Bupati Malang Nomor 188.45/380/KEP/421.013/2014 Tentang

Tim Penanganan dan Penutupan Lokalisasi PSK di Wilayah Kabupaten

Malang.

Tim yang dikhususkan untuk melaksanakan Instruksi Bupati Nomor 2

Tahun 2014 ini beranggotakan Satuan Keja Perangkat Daerah atau SKPD serta

beberapa anggota dari Lembaga Swadaya Masyarakat serta instansi-instansi

lain yang mempunyai andil dalam penutupan lokalisasi ini, dengan perincian

sebagai berikut:

Tabel 2.

Tim Penanganan dan Penutupan Lokalisasi di Kabupaten Malang

No Jabatan dalam Tim Jabatan dalam Dinas

1

2

3

Pelindung

Ketua

Wakil Ketua I

a. Bupati Malang

b. Kepala Kepolisian Resort Malang

c. Kepala Kepolisian Resort Kota Batu

d. Komandan Komando Distrik Militer

0818 Malang-Batu

e. Kepala Kejaksaan Negri Kepanjen

f. Wakil Bupati Malang

Sekretaris Daerah Kabupaten Malang.

Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretaris

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

47

4

5

6

Wakil Ketua II

Sekretaris

Anggota:

1. Bidang

Identifikasi

Daerah Kabupaten Malang.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Malang.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Malang.

a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Malang.

b. Kepala Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Malang.

c. Kepala Kantor Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Malang.

d. Kepala Bagian Administrasi

Kesejahteraan Rakyat Sekretariat

Daerah Kabupaten Malang.

e. Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial pada

Dinas Sosial Kabupaten Malang.

f. Camat Gondanglegi.

g. Camat Sumberpucung.

h. Camat Wonosari.

i. Camat Kromengan.

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

48

j. Camat Pujon.

k. Camat Ngantang.

l. Camat Sumbermanjing Wetan.

m. Ketua Pusat Pelayanan Terpadu

Perlindungan Perempuan dan Anak

Kabupaten Malang.

n. Ketua Komisi Penanggulangan AIDS

Kabupaten Malang.

o. Lembaga Swadaya Masyarakat

Paramitra.

p. Lembaga Swadaya Masyarakat pada

Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan

dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur.

q. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Gondanglegi.

r. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Sumberpucung.

s. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Wonosari.

t. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Kromengan.

u. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Pujon.

v. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

49

2. Bidang

Pemberdayaan

Ngantang.

w. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Sumbermanjing Wetan.

a. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Malang.

b. Kepala Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Pasar Kabupaten

Malang.

c. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Kabupaten

Malang.

d. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Malang.

e. Kepala Badan Pemberdayaan

Masyarakat Kabupaten Malang.

f. Sekretaris pada Kantor Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Malang.

g. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Tuna

Sosial pada Dinas Sosial Kabupaten

Malang.

h. Ketuan Tim Penggerak Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga Kabupaten

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

50

3. Bidang Keamanan

Malang.

a. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan

Perlindungan Masyarakat Kabupaten

Malang.

b. Kepala Kepolisian Sektor Gondanglegi.

c. Kepala Kepolisian Sektor

Sumberpucung.

d. Kepala Kepolisian Sektor Wonosari.

e. Kepala Kepolisian Sektor Kromengan.

f. Kepala Kepolisian Sektor Pujon.

g. Kepala Kepolisian Sektor Ngantang.

h. Kepala Kepolisian Sektor

Sumbermanjing Wetan.

i. Komandan Rayon Militer Gondanglegi.

j. Komandan Rayon Militer

Sumberpucung.

k. Komandan Rayon Militer Wonosari.

l. Komandan Rayon Militer Kromengan.

m. Komandan Rayon Militer Pujon.

n. Komandan Rayon Militer Ngantang.

o. Komandan Rayon Militer

Sumbermanjing Wetan.

p. Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

51

4. Bidang Pembinaan

Mental dan

Kerohanian

Umum pada Kecamatan Sumberpucung.

q. Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban

Umum pada Kecamatan Pujon.

r. Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban

Umum pada Kecamatan Wonosari.

s. Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban

Umum pada Kecamatan Kromengan.

t. Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban

Umum pada Kecamatan Gondanglegi.

u. Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban

Umum pada Kecamatan Ngantang.

v. Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban

Umum pada Kecamatan Sumbermanjing

Wetan.

a. Kepala Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Malang.

b. Kepala Bagian Administrasi

Kemasyarakatan dan Pembinaan Mental

Sekretariat Daerah Kabupaten Malang.

c. Ketua Majelis Ulama’ Indonesia

Kabupaten Malang.

d. Ketua Ikatan Da’i Area Lokalisasi.

Sumber: Data sekunder yang berasal dari Instruksi Bupati Malang

Nomor 2 Tahun 2014, diolah 2015

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

52

Tim Penanganan dan Penutupan Lokalisasi PSK di Wilayah Kabupaten

Malang ini memiliki empat bidang utama dalam melaksanakan tugasnya,

yaitu Bidang Identifikasi, Bidang Pemberdayaan, Bidang Keamanan, Bidang

Pembinaan Mental dan Kerohanian dengan tujuan sebagai berikut:

a. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi secara terpadu dan terarah

terhadap pelaksanaan penanganan dan penutupan lokalisasi Pekerja

Seks Komersial dengan melibatlan unsur masyarakat.

b. Melakukan pengawasan dan penertiban pasca penutupan lokalisasi

PSK di wilayah Kabupaten Malang.

c. Melakukan pendekatan secara Humanistik kepada masyarakat dan

pemilik wisma melalui tokoh agama, tokoh masyarakat, MUI

Kabupaten Malang, Lembaga Swadaya Masyarakat, serta pemangku

kepentingan lainnya di lokalisasi PSK.

d. Melakukan perubahan nilai, sikap dan perilaku bagi para PSK dan

eks-PSK melalui pembinaan mental spiritual dan pelatihan

keterampilan sebelum dan setelah berada di wilayah asal serta

melakukan proses percepatan alih fungsi eks-lokalisasi PSK menjadi

sentra usaha ekonomi baru dan fasilitas lainnya.

e. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah daerah dalam rangka

pemulangan ke tempat asal PSK.

f. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Tim Penanganan dan Penutupan

Lokalisasi PSK kepada Gubernut Jawa Timur.

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

53

Sedangkan masing-masing Bidang dalam Tim tersebut mempunyai

tugas sebagai berikut:

1. Bidang Identifikasi.

a. Melakukan pendataan wisma dan PSK di lokalisasi.

b. Melakukan identifikasi awal terhadap faktor-faktor keberadaan

PSK.

c. Melakukan pendataan jenis kegiatan ekonomi di dalam dan di

sekitar lokalisasi.

d. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi secara terpadu terhadap

pelaksanaan penanganan dan penutupan lokalisasi PSK.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh ketua tim.

2. Bidang Pemberdayaan.

a. Memberikan pendidikan dan atau pelatihan keterampilan sesuai

bakat dan minat.

b. Memberikan bantuan stimulan modal usaha atau bantuan usaha

ekonomis produktif serta usaha lain yang dapat membantu

kemandirian PSK.

c. Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada PSK pasca

penutupan lokalisasi.

d. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah asal PSK

dalam rangka pemulangan PSK.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh tim.

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

54

3. Bidang Keamanan.

a. Melakukan koordinasi dengan Instansi vertikal terkait

pelaksanaan pengamanan.

b. Melakukan pengosongan terhadap lokalisasi.

c. Melaksanakan pengawasan lokalisasi yang sudah ditutup.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh tim.

4. Bidang Pembinaan Mental dan Kerohanian.

a. Melaksanakan proses perubahan nilai, sikap dan perilaku bagi

para PSK dan eks-PSK melalaui mental spiritual.

b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh tim.

Tim Penanganan dan Penutupan Lokalisasi PSK dibentuk guna

melancarakan proses penutupan serta bentuk penanganan dalam upaya

pemulihan mental serta ketergantungan Pekerja Seks Kemersial untuk

kembali bekerja di lokalisasi.

D. Kendala dan Dampak yang Terjadi dari Penutupan Lokasi Prostitusi

Beberapa kendala yang terjadi dalam proses penutupan lokalisasi di

Kabupaten Malang ini diantaranya berasal dari para Pekerja Seks Komersial

sendiri serta beberapa personal yang terkait keberadaan lokalisasi. Kendala

tersebut diantarannya adalah sebagai berikut:

1. Perubahan motivasi para Pekerja Seks Komersil.

Prostitusi, dimana didalamnya terdapat aktifitas pelacuran,

merupakan suatu hal yang bertentangan dengan norma kesusilaan

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

55

yang ada pada masyarakat hampir di setiap wilayah di Indonesia.

Kata pelacuran sendiri hampir-selalu berkonotasi negatif dalam

stigma yang ada di masyarakat. Seperti contoh apabila seorang

seniman atau penyanyi yang tidak lagi berkarya sesuai dengan

koridor batas-batas toleransi kesenian terhadap budaya dan lebih

condong pada karya-karya yang bersifat industrialisme atau dengan

tolak ukur penjualan album dan penerimaan masyarakat terhadap

karyanya, maka seniman tersebut bisa dikatakan melacurkan diri,

yaitu melacurkan dengan makna yang tidak sesungguhnya atau

melacurkan hasil karyanya. Begitu juga dengan praktek pelacuran.

Pekerja Seks Komersial, terlepas dari segala motivasi awal yang

menjadi latar belakang, selalu dipandang rendah dalam lingkup

masyarakat dimana pekerja tersebut berada dan berasal. Harkat dan

martabat kemanusiaannya menjadi hilang seiring intensitas

aktifitasnya dalam praktek pelacuran tersebut9.

Seorang pribadi, terutama wanita, tidak akan terjun kedalam

praktek prostitusi jika tidak karena suatu tekanan tertentu. Namun

fakta yang berbeda didapatkan oleh Dinas Sosial Kabupaten Malang

setelah beberapa kali pengadakan program seperti pelatihan

keterampilan dan kursus memasak atau menjahit. Segala program

yang bertujuan untuk memberikan keterampilan dasar bagi PSK

dengan harapan pekerja tersebut bisa lepas dari suatu lokalisasi

prostitusi ternyata tidak memberikan dampak yang masif. Hal ini

9 Ibid

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

56

dikarenakan beberapa hal yang diantaranya adalah bergantinya

motivasi kerja seorang PSK. Keberadaan para PSK di suatu

lokalisasi kebanyakan dikarenakan motif ekonomi atau dikarenkan

suatu tekanan tertentu seperti hutang. Namun semakin lama PSK

tersebut bekerja disana, motif tersebut berganti menjadi perilaku

gaya hidup yang kontinyu. Dengan pemasukan minimal Rp. 50.000;-

perpelanggan, para PSK yang notabene masih “laris” atau

diistilahkan dengan Primadona merasakan kehadiran lokalisasi

sebagai lahan usaha tanpa modal10

. Hal inilah yang menjadikan

beberapa diantara PSK tersebut, yang awalnya karena motif

kebutuhan ekonomi bergeser menjadi pemenuhan gaya hidup.

2. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari keberadaan lokalisasi.

Keberadaan suatu lokalisasi memberikan dampak yang buruk

bagi masyarakat yang berada di sekitarnya. Beberapa dampak buruk

tersebut diantaranya adalah gangguan psikologis bagi anak yang

belum dewasa seperti kata-kata umpatan, cemooh, hujatan yang

sering terdengar di wilayah lokalisasi dimana tempat tersebut

berdekatan dengan fasilitas umum seperti jalan dan lapangan

bermain yang biasa digunakan oleh anak-anak. Beberapa gangguan

lain juga bernada serupa dan lebih bersifat kepada mengganggu

ketenteraman pihak-pihak lain yang akan melaksanakan ibadah

tertentu maupun aktifitas tertentu. Beberapa hal inilah yang akhirnya

menjadikan warga setempat tidak merasa nyaman serta melaporkan

10

Ibid

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

57

perihal gangguan-gangguan tersebut kepada Dinas Sosial. Beberapa

laporan warga, praktisi, penggiat maupun ormas yang masuk

kedalam Dinas Sosial terkait keberadaan lokalisasi notabene

mengeluhkan perihal gangguan tersebut11

.

Terlepas dari adanya keluhan akan ketidaknyamanan warga

yang tinggal di wilayah lokalisasi, beberapa warga terbukti mendapat

keuntungan dari keberadaan lokalisasi tersebut. Beberapa warga

yang dimaksud diatas diantaranya adalah warga yang memiliki jenis

usaha tertentu seperti usaha pencucian pakaian, usaha antar-jemput

aau Ojek, usaha warung makan, usaha yang menyediakan berbagai

kebutuhan hidup, usaha jajanan kecil dan beberapa usaha lain.

Keberadaan lokalisasi prostitusi menjadikan wilayah tersebut

kedatangan pengunjung dan memungkinkan terjadi suatu transkasi

jual beli atas barang dagangan mereka atau jasa mereka. Dengan kata

lain, keberadaan lokaliasi menambah pendapatan ekonomi mereka

meskipun mereka tidak secara langsung beraktifitas dalam prostitusi

tersebut12

. Beberapa warga inilah yang menjadi kendala penutupan

lokalisasi dengan cara memberikan dukungan kepada mucikari atas

penolakan penutupan lokalisasi prostitusi.

3. Mucikari.

Pra penutupan lokalisasi, beberapa dinas serta instansi

pemerintahan yang berkaitan telah melakukan beberapa observasi,

kajian serta membentuk beberapa forum komunikasi dengan para

11

Ibid

12

Ibid.

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

58

mucikari serta pihak-pihak yang berkaitan dengan berlangsungnya

aktifitas lokalisasi prostitusi. Kajian serta forum komunikasi yang

dimaksudkan untuk sosialisasi akan penutupan lokalisasi ini

dimaksudkan agar terciptanya sinergitas penegakan peraturan

dengan masyarakat yang berkepentingan guna mengantisipasi dan

meminimalisir akan adanya bentrokan fisik antara aparat pemerintah

dengan para pihak lokalisasi. Selama kajian-kajian tersebut

dilaksnakan, beberapa pihak terutama mucikari memberikan respon

yang bermacam-macam bahkan diantaranya ada yang merespon

secara tidak koperatif akan wacana Pemerintah Daerah.

Pasca penutupan lokalisasi, para mucikari yang sejak awal

penutupan ini diwacanakan telah merespon secara tidak koperatif,

membentuk suatu paguyuban dengan nama KMB atau Koalisi

Mucikari Bersatu dan melakukan aksi berupa demonstrasi dengan

memberikan pernyataan sikap sebagai berikut:

a. Menolak penutupan lokalisasi.

b. Meolak adanya diskriminasi terkait perizinan alih fungsi

menjadi sentra hiburan semisal: Kafe, Karaoke dan

Penginapan.

c. Menagih janji bupati terkait program pemberdayaan dab

bantuan alat sarana usaha PSK.

d. Bupati diminta untuk mengevaluasi SKPD yang melakukan

pelatihan secara asal-asalan.

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

59

e. Diharapkan anggota DPRD Kabupaten Malang turut

memperjuangkan nasib PSK sebagai warga Kabupaten

Malang.

Penutupan lokalisasi secara serempak pada 24 November 2014 telah

resmi dilaksanakan. Namun hal tersebut memberikan sebuah konsekwensi

baru bagi Pemerintah Daerah akan kebijakan yang telah dilaksanakan.

Penutupan yang telah resmi dilaksanakan memberikan beberapa dampak

diantaranya seperti yang menjadi bahan rapat koordinasi dalam rangka

evaluasi pasca panutupan lokalisasi di wilayah Kabupaten Malang pada

tanggal 4 Desember 2014 yaitu:

1. Dana kompensasi bagi PSK eks-lokalisasi di wilayah Kabupaten

Malang yang diusulkan ke Kementerian Sosial sementara ini belum

mendapat kepastian, karena adanya perubahan kepemimpinan yang

memerlukan penyesuaian.

2. Adanya demonstrasi yang dilakukan oleh para mucikari yang

tergabung ke dalam KMB atau Koalisi Mucikari Bersatu ke kantor

DPRD Kabupaten Malang yang pada prinsipnya mereka tidak

menolak adanya penutupan, namun meminta kepada Pemerintah

Daerah Kabupaten Malang untuk memikirkan perihal mereka yang

bukan PSK, yaitu para Mucikari dan beberapa pegawai terkait, yang

notabene tidak mendapatkan latihan keterampilan dan bantuan usaha

seperti yang didapatkan oleh para PSK serta hal ini dimaksudkan

untuk memberi kemudahan bagi mereka akan ijin usaha di bidang

Kafe dan Karaoke pada eks-lokalisasi.

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

60

3. Adanya informasi bahwa lokalisasi akan segera dibuka kembali jika

Pemerintah Daerah Kabupaten Malang tidak segera merealisasikan

tuntutan mucikari yang dirangkum dalam lima pernyataan sikap

KMB.

4. Diharapakan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang segera

melakukan alih fungsi dan membangun eks-lokalisasi untuk

mengantisipasi munculnya kembali praktek prostitusi di wilayah

tersebut13

.

Selain daripada dampak penutupan lokalisasi yang menjadi rapat

evaluasi Satuan Kerja Perangkat Daerah diatas, beberapa dampak juga terjadi

pada beberapa instansi terkait. Instansi yang terkait tersebut diantaranya

adalah:

1. Dinas Sosial Kabupaten Malang.

Ibu Dra. Retno Tri Damayanti, MM. selaku Kabid Rehabilitasi

Sosial pada Dinas Sosial Kabupaten Malang membenarkan

pernyataan bahwa Lokalisasi di Kabupaten Malang memang telah

resmi ditutup namun tidak dengan Prostitusi. Maksud dari

pernyataan tersebut adalah bahwa pasca pentupan lokalisasi, para

eks-Pekerja Seks Komersial sering terlihat masih melakukan

aktifitasnya bahkan di tempat atau sarana umum seperti Alun-alun,

dibawah jembatan dan beberapa taman di Kabupaten Malang yang

tidak mendapatakan penerangan yang cukup atau dengan kata lain

remang-remang. Hal tersebut juga dikuatkan dengan adanya laporan

13

Dra. Retno Tri Damayanti, MM. Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Malang.

Data terkait bahan evaluasi SKPD pasca penutupan lokalisasi.

Page 33: BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitianrepository.ub.ac.id/9253/5/BAB IV.pdf · A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten

61

warga dalam bentuk personal maupun dalam bentuk perserikatan

atau LSM. Kondisi inilah yang menjadi hambatan baru terutama bagi

Dinas Sosial Kabupaten Malang dalam upaya mengentaskan

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial atau PMKS terutama bagi

PMKS-Tuna Susila terutama hambatan dalam hal pendistribusian

dana bantuan bagi PMKS14

.

2. Komisi Penanggulangan AIDS atau KPA Kabupaten Malang.

Ibu Dra. Retno Tri Damayanti, MM. yang juga merangkap

sebagai salah satu anggota Komisi Penanggulangan AIDS atau KPA,

juga mengakui bahwa KPA mengalami masalah baru dalam

pengawasan dan penanggulangan HIV-AIDS yang sebelumnya,

yaitu pra-penutupan lokalisasi, hal tersebut lebih bisa dimaksimalkan

dengan melakukan kegiatan bersama instansi lain seperti Dinas

Kesehatan dalam melakukan pengawasan dan pemerikasaan

kesehatan rutin di setiap lokalisasi. Dengan resmi ditutupnya

lokalisasi, dimana para eks-Pekerja Seks Komersial tidak lagi

berkumpul didalam sebuah komunitas, maka pengawasan dan

penanggulangan AIDS menjadi terhambat15

.

Pentupan lokalisasi di wilayah Kabupaten Malang selain

daripada menimbulkan permasalahan baru, berdampak pada

timbulnya potensi-potensi yang dapat mengganggu ketertiban umum

dikarenakan hilangnya kendali atas pengawasan eks-PSK yang

belum bisa terlepas dari ketergantungan akan keberadaan prostitusi.

14

Dra. Retno Tri Damayanti, MM. Op.cit.

15

Ibid.