BAB IV PEMBAHASAN A. 1. -...

57
73 BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darut Taqwa bertempat di desa pandean RT: 02 RW: 08 kecamatan Purwosari Pasuruan. Alasan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian di Pondok pesantren tersebut, karena ketertarikan peneliti terhadap konsep Dinamika Motivasi Santri Menghafal Al-Qur’an dan Mengikuti Thariqah Naqsyabandiyah wal Qadariyah, selain itu peneliti mengenai Motivasi di daerah tersebut juga belum pernah dilakukan, sehingga peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian ini. 2. Kilas Balik Sejarah Pondok Pesantren Ngalah yang lebih dikenal dengan sebutan Pondok Ngalah merupakan salah satu Pondok Pesantren yang bertempat di Kabupaten Pasuruan.Pondok Ngalah didirikan oleh KH Moh.Sholeh Bahruddin Kalam pada tanggal 30 Agustus 1985 Masehi atau bertepatan dengan Jum’at Pahing bulan 14 Dzulhijjah 1405 Hijriyah. Sama halnya dengan Pondok Pesantren yang lain tentunya Pondok Ngalah juga mempunyai histori yang panjang. Diawali pada tahun 1984 setelah manjing suluk (mendalami ilmu thoriqoh) pada KH Munawir Kertosono, pengasuh sekaligus pendiri pondok yaitu KH Sholeh Bahruddin mendapat amanah dari beliau (KH Munawir) dan ayahnya (KH Bahruddin Kalam) untuk mendirikan pondok pesantren. Inti dari amanah tersebut adalah KH

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN A. 1. -...

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

73

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darut Taqwa bertempat di desa

pandean RT: 02 RW: 08 kecamatan Purwosari Pasuruan. Alasan bagi peneliti untuk

mengadakan penelitian di Pondok pesantren tersebut, karena ketertarikan peneliti

terhadap konsep Dinamika Motivasi Santri Menghafal Al-Qur’an dan Mengikuti

Thariqah Naqsyabandiyah wal Qadariyah, selain itu peneliti mengenai Motivasi di

daerah tersebut juga belum pernah dilakukan, sehingga peneliti berinisiatif untuk

melakukan penelitian ini.

2. Kilas Balik Sejarah

Pondok Pesantren Ngalah yang lebih dikenal dengan sebutan Pondok Ngalah

merupakan salah satu Pondok Pesantren yang bertempat di Kabupaten

Pasuruan.Pondok Ngalah didirikan oleh KH Moh.Sholeh Bahruddin Kalam pada

tanggal 30 Agustus 1985 Masehi atau bertepatan dengan Jum’at Pahing bulan 14

Dzulhijjah 1405 Hijriyah. Sama halnya dengan Pondok Pesantren yang lain tentunya

Pondok Ngalah juga mempunyai histori yang panjang.

Diawali pada tahun 1984 setelah manjing suluk (mendalami ilmu thoriqoh)

pada KH Munawir Kertosono, pengasuh sekaligus pendiri pondok yaitu KH Sholeh

Bahruddin mendapat amanah dari beliau (KH Munawir) dan ayahnya (KH Bahruddin

Kalam) untuk mendirikan pondok pesantren. Inti dari amanah tersebut adalah KH

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

74

Sholeh diperintah untuk mencari tempat untuk mendirikan pondok pesantren.

Akhirnya pada akhir tahun 1984 KH Sholeh berhasil menemukan tempat yang sesuai

seperti apa yang diamanahkan oleh gurunya.

Tepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat

jumat, Pondok Pesantren Ngalah diresmikan oleh KH Bahruddin Kalam yang

disaksikan oleh beberapa ulama, pemerintahan dan masyarakat sekitar. Ulama yang

hadir pada saat itu diantaranya adalah KH Munawir (Kertosono-Nganjuk-Jawa

Timur), KH Abu Amar (Pasrepan-Pasuruan-Jawa Timur), KH Sirajuddin (Purwosari-

Pasuruan-Jawa Timur) dan perwakilan ulama Sidogiri yang membawa pesan dari KH

Nawawi bahwa beliau sangat ridho dengan berdirinya pondok pesantren ini. Tidak

hanya itu selang beberapa itu, KH Ahmad Muthohar (Mranggen-Semarang-Jawa

Tengah), pengarang beberapa kitab klasik sekaligus guru KH Sholeh, datang ke bumi

ngalah dan juga memberikan restunya terhadap berdirinya Pondok Pesantren Ngalah.

Setelah Pondok Pesantren Ngalah diresmikan, awalnya Pondok Pesantren

Ngalah memiliki beberapa santri yang dibawa oleh pengasuh dari pondok ayahnya di

Carat-Gempol-Pasuruan. Karena pada saat itu belum ada gutean (tempat semacam

asrama untuk istirahat santri), maka dibangunlah gutean tersebut seadanya dari

bambu untuk istirahat. Kemudian pada tahun 1986 dengan kegotongroyongan

masyarakat sekitar berdirilah bangunan berlantai dua dengan jumlah 4 kamar sebagai

tempat tidur santri putra yang kemudian disebut asrama A (A.1 A.2 A.3 A.4) dan kini

beralih menjadi A.1 A2 dan A.8 A.9. Tidak hanya itu seiring dengan pergantian

waktu santri yang menuntut Ilmu pada beliau (Romo KH. Sholeh Bahruddin) kian

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

75

hari kian bertambah banyak, tak ketinggalan pula santri putri pun mulai banyak yang

mengaji dan belajar kepada beliau. Melihat perkembangan santri putri yang kian

bertambah membuat para sahabat beliau ikut memikirkan tempat tinggal mereka.

Tidak jauh beda dengan pembuatan asrama putra, pembangunan tempat tinggal bagi

santri putripun dilakukan, walkhasil tidak lama kemudian berdirilah asrama B dengan

jumlah kamar pertama kali 2 lokal yaitu B.1 B.2 yang kini menjadi kantor pusat putri.

Setelah tahun demi tahun berganti, Pondok Ngalah mengalami perkembangan

dan kemajuan yang sangat pesat. Ini ditandai dengan bertambahnya santri dari setiap

tahunnya. Sampai saat ini Pondok Pesantren Ngalah memiliki 2000 santri (terhitung

data bulan Muharram 1432 H). Untuk menampung sejumlah santri tersebut, Pondok

Ngalah memiliki 8 asrama, mulai asrama A s/d H dan dalam waktu dekat akan

dibangun asrama I yang kesemua asrama tersebut terbagi dalam beberapa wilayah

untuk santri putra dan putri serta dalam wilayah tingkat pendidikan formal baik itu

RA s/d Universitas.

3. Visi dan Misi

a. Visi

Membentuk santri beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, mampu

menjawab tantangan zaman serta memiliki kepedulian dan kepekaan

terhadap masalah agama, pendidikan, sosial budaya, nilai-nilai

kebangsaan dan kemasyarakatan.

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

76

b. Misi

1. Menanamkan aqidah dan mengamalkan syari’at Islam yang berhaluan

Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah

2. Memberdayakan potensi santri dalam bidang Keagamaan,

Kebangsaan, Keilmuan, Keorganisasian dan Kemasyarakatan

3. Mengimplementasikan nilai-nilai moral dalam dinamika kehidupan

kemasyarakatan

4. Menyiapkan santri yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK

4. Motto

“Melestarikan adat yang lama yang baik dan mengambil adat yang baru yang lebih

baik”

5. Potensi Pendidikan

Secara organisasi struktural, Pondok Pesantren Ngalah merupakan lembaga

pendidikan non formal yang berada dalam naungan Yayasan Darut Taqwa yang

membawahi Madrasah Diniyah Darut Taqwa. Adapun lembaga-lembaga yang

dimaksud sebagaimana berikut:

Pendidikan formal meliputi, RA Darut Taqwa, MI Darut Taqwa, MTs. Darut

Taqwa 02, SMP Bhinneka Tunggal Ika (BTI), MA Darut Taqwa, SMA Darut Taqwa,

SMK Darut Taqwa, Universitas Yudharta Pasuruan. Untuk pendidikan non formal,

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

77

Pondok Pesantren Ngalah, Madrasah Diniyah Darut Taqwa. Pendidikan In Formal,

Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah.

6. Susunan Organisasi

Organisasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk wadah dari setiap

persekutuan hidup untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan. Dengan demikian,

organisasi pesantren merupakan wadah bagi terealisasinya tujuan yang telah

ditetapkan.

Sebagaimana organisasi Podok Pesantren pada umumnya, system organisasi

Pondok Pesantren Ngalah menempatkan kyai sebagai pemegang kebijakan utama,

maksudnya adalah segala hal yang berkaitan dengan penentuan struktur program dan

personil pelaksana harus mendapat perstujuan dari Kyai.

Bidang yang ditetapkan dalam struktur organisasi di Pesantren Ngalah

merupakan perwujudan dari orientasi tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang

orientasinya pada penguasaan ilmu agama maupun pendidikan kemasyarakatan pada

umumnya. Kepengurusan Pondok Pesantren Ngalah terbagi dalam 2 wilayah, yaitu

pengurus pusat dan pengurus asrama. Dalam 2 wilayah tersebut juga dibagi dalam 2

kategori, yaitu kategori putra dan putri. Adapun keterangan kepengurusan Pondok

Pesantren Ngalah sebagaimana berikut:

a. Wilayah Pengurus Pusat (terbagi dalam wilayah putra dan putri), yang

didalamnya terdapat dewan pembina pengurus, pengurus harian, dan pengurus

biro yang membawahi biro di masing-masing asrama.

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

78

b. Wilayah Pengurus Asrama (terbagi dalam wilayah putra dan putri), yang

didalamya terdapat pembina asrama yang diambil dari keluarga ndalem,

pengurus harian, pengurus biro yang merupakan kepanjangan dari pengurus

biro yang ada di kepengurusan pusat dan terakhir ketua kamar.

c. Pengurus Kamar, didalamnya terdapat pengurus harian dan seksi-seksi.

B. Silsilah Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Khalidiyah KH.

Sholeh Bahruddin

Berikut ini adalah silsilah thariqah. Mursyid thariqah Naqsabandiyah KH. M.

Sholeh Bahruddin, pengasuh sekaligus pendiri pondok pesantren Ngalah

Sengonagung Purwosari Pasuruan:

1. KH. M. Sholeh Bahruddin

2. Syaikh Munawir Tegal Arum dan Syaikh Bahruddin Kalam

3. Syaikh Amnan Taluk Ngawi

4. Syaikh Minhaj Kebonsari

5. Syaikh Musthofa Tegal Arum

6. Syaikh Muhammad Sholeh Kutoharjo

7. Sayyidi Sulaiman Afandi Jabal Qubais

8. Sayyidi ismail Burwis

9. Sayyidi Sulaiman Afandi Qorin

10. Sayyidi Abdullah Afandi Makin

11. Sayyidi Maulana Kholid al-Baghdadi

12. Sayyidi Abdullah ad-Dahlawi

13. Sayyidi Habibullah Syamsuddin

14. Sayyidi Nur Muhammad al-Budwani

15. Sayyidi Muhammad Sifuddin

16. Sayyidi Muhammad Ma’shum

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

79

17. Sayyidi Ahmad Al-Faruqi

18. Sayyidi Muayyidudin Muhammad al-Baqi

19. Sayyidi Muhammad al-Khowajiki

20. Sayyidi Darwis as-Samarqondi

21. Sayyidi Muhammad Zahid

22. Sayyidi Ubaidullah al-Ahrori

23. Sayyidi Ya’qub al-jaraki

24. Sayyidi ’Alaudin al-’Athori

25. Sayyidi Syaikh Bah’udin an-Naqsyabandi

26. Sayyidi Amir Kilali

27. Sayyidi Muhammad Babassamasi

28. Sayyidi ’Ali ar-Romitani

29. Sayyidi Mahmud Anjirifghuni

30. Sayyidi ’Arif ar-Riwikri

31. Sayyidi Abdul Khaliq al-Ghujdawani

32. Sayyidi Yusuf al-Hamdani

33. Sayyidi Abi Ali al-Fadhli

34. Sayyidi Abi al-Hasan al-Kharqani

35. Sayyidi Abi Yazid al-Bustomi

36. Sayyidi Ja’far sodiq

37. Sayyidi Qosim bin Muhammad

38. Sahabat Salman al-Farisi

39. Sahabat Abu Bakar ra

40. Nabi Muhammad SAW

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

80

C. Tata Krama Dzikir Thariqah Naqsabandiyah

Berikut ini adalah tata krama dzikir thariqah Naqsabandiyah (dzikir Ismudz

Dzaat):

1. Suci hadats dan najis (berwudhu)

2. Sholat dua rakaat

3. Menghadap qiblat pada tempat yang sepi

4. Duduk dengan posisi kebalikan dari duduk tawarruk (duduk di antara dua

sujud)

5. Membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.

6. Membaca al fatihah satu kali, surat al-Ikhlas 3 kali dan menghadiahkan

pahalanya kepada Rasulullah SAW, dan kepada silsilah Thariqoh

Naqsabandiyah

7. Memejemkan mata, kedua bibir tertutup, dan lidah dilekatkan ke langit-

langit mulut

8. Rabithah kubur, yaitu seakan-akan seorang salik telah mati, dimandikan,

dikafani, disholati, dimasukkan ke dalam kubur, dan ditinggalkan

sendirian disana. Tiada yang menemaninya kecuali amal ibadahnya.

9. Rabithah Mursyid, yaitu seseorang salik mengadakan hatinya dengan hati

mursyid, seraya menjaga wajah mursyid ada dalam angan-angannya

10. Mengumpulkan seluruh indrawi, dan menghilangkan seluruh bisikan

hatinya, serta menghadapkannya kepada Allah SWT, lalu membaca do’a:

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

81

Setelah itu berdzikir Ismudz Dzat dengan hatinyta yaitu dengan cara

mengalirkan lafadz Allah dalam hatinya seraya memperhatikan makna bahwa Allah

adalah Dzat yang tidak ada yang menyamainya, dan Allah adalah Dzat yang hadir,

melihat, dan menguasai dirinya.

11. Sebelum mengakhiri dzikir dan membuka mata, hendaknya salik

menunggu perintah untuk berhenti.

D. Paparan Data

1. Proses Awal Penelitian

Penulisan hasil penelitian ini merupakan gambaran mengenai masing-masing

subjek dengan berbagai karakteristik, latar belakang subjek, Pembentukan identitas

diri subjek terutama dalam mengambil keputusan saat awal mengikuti Thariqah dan

menghafal Al Qur’an.

Adapun hambatan-hambatan yang dirasakan penelitian ini antara lain seperti

kurang adanya good rapport antara peneliti dengan subjek diawal penelitian. Dan saat

peneliti ingin bertemu dan memulai untuk wawancara dengan subjek 1 sangat sulit

untuk di temuin karena subjek 1 masih berada di rumah karena ada acara keluarga

akhirnya di batalkan untuk pertemuannya, dan bisa bertemu pada hari jum’at tanggal

15 Februari 2013.

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

82

Pada hari Jum’at tanggal 15 Februari 2013 pukul 07.00 peneliti menemui

subjek 1 saat di asramanya (asrama I). setelah itu menemuinya dan berbincang-

bincang untuk melakukan wawancara. Dan subjek pun sudah merasa siap untuk di

wawancarai. Sebelum wawancara dilakukan subjek mengajak di lokasi yang sepi agar

bisa terekam dengan baik dan bisa konsentrasi untuk di wawancarainya. Akhirnya

pun subjek dan peneliti berangkat di ruangan yang sepi berada di sekolahan MI Darut

Taqwa dekat dengan lokasi (asrama) subjek. Wawancara berlangsung mulai pukul

07.10-08.00 WIB karena subjek ada kumpulan evaluasi kepengurusan, meskipun

wawancara itu belum selesai. Akan tetapi subjek langsung memberi waktu untuk di

lakukan wawancara selanjutnya setelah Jum’atan.

Pada saat pukul 13.30 dilakukan wawancara yang ke dua (selanjutnya), akan

tetapi subjek sepertinya merasa tidak bersemangat, berbeda dengan suasana yang tadi

pagi atau wawancara yang pertama. Tapi wawancara yang ke dua ini berjalan dengan

lancar. Dan subjek pun mempersilakan untuk melakukan wawancara lagi untuk lebih

memperdalam dan untuk menambah jika ada yang kurang.

Sama dengan subjek 2 peneliti belum bisa bertemu karena subjek 2 masih

melakukan manjing suluk sampai 10 hari, baru bisa bertemu dan bisa untuk

diwawancarai pada hari rabu tanggal 20 Februari 2013 pada pukul 07.30-09.08 WIB.

Dilakukan wawancara pada kantin asrama H. karena subjek memintak datang sendiri

di tempat penginapan peneliti.

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

83

Hubungan antara peneliti dan subjek 2 sangat akrab karena sebelumnya sudah

kenal dan pernah menjadi berteman walau tidak sama asramanya. Dan wawancara

pun dimulai di kantin dan suasananya begitu sepi tidak banyak santri lain karena pada

sekolah dan juga ada yang kulia. Sebelum peneliti mengajukan pertanyaan subjek

bercerita dahulu dan peneliti pun mendegarkannya sambil mempersiapkan alat yang

untuk digunakan wawancara. Mulailah pertanyaan yang pertama diajukan oleh

peneliti, subjek saat mau menjawab tertawa karena malu dan bingung pakai bahasa

apa. Akhirnya peneliti pun tidak memebatasi tentang bahasanya terserah agar subjek

lebih nyaman dan santai tidak terlalu formal bahasa santai. Akhirnya subjek pun

mulai serius dengan menjawab pertanyaan yang pertama.

Ditengah-tengah wawancara subjek telah menangis saat melakukan

pertanyaan selanjutnya karena teringat ibunya saat dirawat di rumah sakit. Akhirnya

peneliti pun mengalihkan pertanyaan selanjutnya. Sampai pertanyaan selesai akhirnya

wawancara selesai dan ditutupoleh peneliti. Setelah wawancara subjek melanjutkan

cerita biasa sambil menunggu temannya karena subjek ada keperluan lain.

2. Gambaran Diri Subyek

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 2 orang perempuan. Yang sedang

menjalankan amalan Thariqah sekaligus menghafalkan Al Qur’annya.

Identitas Subyek 1

Nama : Bunga

Tempat tanggal lahir : Malang, 29 Januari 1989

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

84

Usia : 24 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Perguruan Tinggi (S.I) UYP

Lama belajar dipondok pesantren : 10 Tahun

Alamat : Ngijo Karang Ploso Malang

Identitas Subyek 2

Nama : Mawar

Tempat tanggal lahir : Pasuruan, 09 Juni 1990

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : UYP jurusan Psikologi smtr 7

Lama belajar dipondok pesantren : kurang dari 10 tahun

Alamat : Mojotengah Sukorejo Pasuruan

E. Profil Subjek Penelitian

Berdasarkan data-data yang peneliti dapatkan baik melalui wawancara,

observasi maupun dokumentasi, maka akan dipaparkan dan dianalisa dengan metode

deskriptif sehingga peneliti akan menguraikan data-data yang ada berupa kata-kata

dan bukan angka-angka. Paparan data yang disajikan sesuai dengan rumusan

permasalahan adalah sebagai berikut :

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

85

1. Subjek I

Subjek merupakan lulusan S1 jurusan fakultas psikologi Universitas Yudharta

Pasuruan yang bernama Bunga (nama disamarkan). Bunga menyelesaikan pendidikan

strata 1(S1) nya pada tahun 2011 dan sekarang tengah menginjak usia 24 tahun.

Selama menempuh pendidikan Strata 1 nya bunga bermukim di sebuah asrama yang

bernaung di bawah Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan yang diasuh oleh

KH. Sholeh Bahruddin Kalam.

Bunga merupakan anak terkhir dari 4 bersaudara. Keluarga bunga merupakan

salah satu bentuk keluarga yang menanamkan pendidikan agama dengan tegas pada

anak-anaknya sehingga selain menjalankan pendidikan formal bunga juga menempuh

pendidikan non formal dengan jalan nyantri di pondok Pesantren Ngalah

Sengonagung Purwosari Pasuruan. Bunga mulai masuk pesantren sejak dia masih

duduk di kelas VII dan sampai sekarang telah 10 tahun bunga menempuh

pendidikannya di Pesantren Ngalah.

10 tahun menempuh perjalanan pendidikannya bunga telah menyelesaikan

pendidikan formalnya mulai dari MTs, MAK, dan sampai pada Strata 1, begitu pula

dengan pendidikan non formalnya atau madrasah diniyahnya mulai dari madrasah

Ibtidaiyah, Wustho, Sampai pada Madrasah Mu’allimin Mu’allimat. Dan setelah

menyelesaikan pendidikan non formalnya kini bunga mengabdikan dirinya pada

madrasah tersebut dengan membantu sebagai pendidik pada madrasah tersebut.

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

86

Selain pendidikan non formal yang berupa madrasah diniyah di pondok

pesantren Ngalah juga terdapat pendidikan non formal yang merupakan pendidikan

hati atau ilmu kebatinan yang disebut dengan ilmu Thariqah Naqsabandiyah.

sehingga dalam menempuh pendidikannya di pesantren bunga memutuskan untuk

tidak tanggung-tanggung dalam menimba ilmu dan akhirnya memutuskan untuk

mengikuti ilmu kebatinan tersebut.

Dalam memutuskan untuk mengikuti ilmu kebatinan tersebut bukanlah sebuah

keputusan yang mudah, perlu adanya banyak pertimbangan agar bisa

mempertanggungjawabkannya dalam hal keistiqomahannya, sehingga tentunya

terdapat beberapa motivasi atau factor pendorong bagi bunga untuk memutuskannya.

Awal ketertarikan bunga dan motivasi yang mendorong dirinya untuk

mengikuti thariqah tersebut ialah dari lingkungannya yang mana pada saat itu ia

melihat adanya suatu perbedaan dalam bentuk pribadi seseorang pada seniornya yang

telah mengikuti thariqah. bunga menilai kakak seniornya yang telah mengikuti

thariqah lebih bijak dalam menghadapi masalah yang ada. Sehingga dari situlah

muncul keinginan bunga untuk mengikuti thariqah. seperti yang diutarakan subjek

bunga dalam wawancaranya sebagai berikut:

“motivasi awalnya dari lingkungan. Ketertarikan saya ingin tahu ikut itu

berawal dari senior yang juga teman saya yang salah satunya teman cewek dia

itu juga pengikut Thariqah yang saya tahu dari kakak kelas saya sendiri. Saya

lihat itu perbedaannya dari sikap terutama perbedaannya itu dalam menghadapi

masalah dia itu lebih tenang juga dalam menghadapi masalah-masalahnya.

Berangkat dari kepribadian yang baik juga tepat dan saya lihat dampak

dzikirnya. Karena Thariqah Naqsyabandiyah yang di utamkan adalah dzikir

melalui hati yang tidak di lafadzkan itu dampaknya sangat besar pada hati.

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

87

Kalau hal baik terpengaruh pada sikapnya juga kepribadian itu baik. Berawal

dari situ karena masalah kan gak pernah ada habisnya yach,,,, (sambil

tersenyum). Jadi saya ingin bisa bagaimana caranya mengatasi masalah itu

tidak perlu sampai stress tapi tepat dalam menyelesaikannya.”(W.1.S1.16)

Setelah mengikuti thariqah kini bunga tidak hanya melihat saja dampak positif

yang ditimbulkannya melainkan bunga telah merasakan sendiri dampak positif dan

keuntungan dari mengikuti thariqah tersebut. Bunga merasa lebih bisa menjaga dan

membersihkan hati dan jiwanya dari hal-hal yang kotor yang dicegah oleh syari’at,

selain itu bunga juga bisa lebih bijak dalam menilai suatu hal sehingga tidak selalu

memandang suatu hal dengan anggapan negatif melainkan lebih mengambil pada

nilai positifnya. Seperti yang diutarakan subjek bunga dalam wawancaranya sebagai

berikut:

“kembali lagi pada fungsi dari Thariqah itu untuk mensucikan hatinya ych,,,

hati itu, kalau diibaratkan di kita sendiri diri kita itu di ibaratkan seperti cermin

itu kotor atau buruk banyak sekali noda orang yang ada sekitar kita. Berada di

depan kita semua itu jelek padahal mereka di depan kita menjadi anggapan

bagaimana orang, seperti apa mesti anggapannya jelek. Munculnya jadinya

Thariqah itu mensucikan jiwa supaya kita memandang orang lain tidak ada sisi

buruk dan punyak sisi baik. Ini paling besar manfa’atnya untuk mensucikan

hati manusia dan jiwanya dari dalam.”(W.1.S1.17)

Ketika seseorang terjun lansung ke lapangan untuk melakukan beberapa hal

belum tentu orang tersebut memahami sepenuhnya apa yang sebenarnya ia lakukan,

begitu pula yang dirasakan bunga ketika mengikuti thariqah tersebut. Pada awal

mengikuti thariqah bunga belum faham benar tentang thariqah, bagaimana manfaat

dan bagaimana hakikat thariqah sebenarnya. Namun bunga bertekad untuk

menjalankannya dengan harapan bisa memahami dengan seiringnya waktu dengan

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

88

bertanya-tanya pada teman atau mursyid ketik ada kesulitan dalam menjalankannya.

Seperti yang diutarakan subjek bunga dalam wawancaranya sebagai berikut:

“owh,, yach,, kalau sebenarnya saya awalnya ikut belum terlalu faham dengan

Thariqah. Awal ikut pun sebenarnya masih belum faham jadi saya nekat

mungkin ketika ikut Thariqah saya akan tahu karena saya langsung terjun. Tapi

ych,, jadi sebelum ikut itu hanya sekedar tahu itu apa. Tapi belum tahu

manfa’atnya dan hakikatnya Thariqah itu seperti apa. Kalau sampai sekarang

pun masih belum terlalu faham cuman sudah ikut mungkin merasakan dan

lebih bisa memahami apa itu Thariqah. Jadi sebelum ikut saya belum faham,

sudah ikut pun juga belum terlalu faham. Jadiy ketika sudah ikut ini kalau

belum faham yach kita bisa bertanyak pada teman atau bisa juga

mursyid.”(W.1.S1.18)

Sesuai dengan hakikat bagaimana manusia itu diciptakan berbeda-beda begitu

pula sesuai dengan kenyataan yang ada dalam menjalankan tanggung jawabnya

sebagai seorang salik (pengikut thariqah) tentu juga berbeda-beda, ada yang dapat

menjalankannya dengan penuh kesadaran tanggung jawabnya ada juga yang belum

bisa. Dalam hal tersebut bunga baranggapan bahwa hal tersebut kembali pada

personal masing-masing. Menurut bunga hal tersebut terjadi mungkin karena danya

orang-orang tertentu yang memang belum memahami betul tentang bagaimana

hakikat thariqah yang sebenarnya, tentang bagaimana kewajibannya sebagai seorang

salik. Dan menurut bunga terdapatnya beberapa orang-orang yang dengan mudah

meninggalkan kewajibannya sebagai seorang salik tersebut dikarenakan hanya ingin

ikut-ikut saja tanpa mau memahaminya secara mendalam. Seperti yang diutarakan

subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“owh yach… kenapa ada yang sudah iku tapi kok di tengah-tengah ada yang

lupa dengan kewajibannya sehingga di tinggal. Kenapa kok sampai guru itu

mengeluarkan fatwa yang ikut dilakoni kewajibannya? Itu kembali pada

personalnya Thariqah itu sangat besar pengaruhnya untuk menguci diri.

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

89

Ternyata setelah ikut dia meniggalkannya yaitu mungkin dia belum terlalu

faham dengan Thariqah jadi kewajiban yang harus dia kerjakan dan dihadapi

itu kembali pada personalnya yang kurang faham atau mendalaminya. Hanya

sekedar buntek apa ych,,,??? Hanya pengen ikut-ikut saja tapi tidak bisa

berhasil untuk mendalaminya.”(W.1.S1.19)

Selain mengikuti thariqah di pesantren bunga juga mulai menghafalkan Al-

qur’an yang mana pada saat itu pusat bagi anak-anak yang menghafalkan Al-qur’an

diasuh oleh neng Luluk Nadziroh yang merupakan salah satu putri pengasuh pondok

pesantren Ngalah. Tentu bukan hal yang mudah untuk menjalankan kedua hal yang

sifatnya sama-sama berat. Dari waktu sehari semalam yang hanya terdiri dari 24 jam

tentu tidaklah mudah untuk membaginya karena selama proses menghafalkan Al-

qur’an bunga juga belum menyelesaikan pendidikan Strata 1 nya.

Bunga bukanlah tipe orang yang suka mengeluh sehingga ia tidak mau

menganggap proses belajarnya ini adalah suatu hal yang sulit. Bunga mulai

menyusun jadwal hariannya sehingga bunga lebih mudah menjalankan kegiatannya.

Waktu sehari semalam yang hanya 24 jam bunga gunakan untuk istirahat hanya 6 jam

saja. Bunga menanamkan prinsip pada dirinya bahwa jika seseorang memiliki banyak

aktivitas maka dia akan semakin menghargai waktunya sehingga orang tersebut akan

lebih muda untuk mengatur waktunya apa lagi jika meman orang tersebut memiliki

keinginan yang kuat. Seperti yang telah diutarakan subjek pada wawancaranya

sebagai berikut:

“pembagian waktu itu emmm (sambil memikir) sebenarnya waktu kita sehari

tidak banyak yach,,, 24 jam dipotong waktu untuk istirahat kira-kira max 6jam.

Jadi begini mengaturnya (sambil berpikir) kalau saya karena pada waktu itu

kegiatan kepribadian saya sangat padat kalau orang itu terlalu banyak aktivitas

dia akan semakin menghargai waktunya.waktu itu akan sangat berharga ketika

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

90

aktivitas banyak dan tidak terlalu sulit untuk mengatur apa lagi kalau dia ada

keinginan cara membagi waktunya itu mudah. Bangun pagi terfokuskan untuk

mengaji juga ada focus yang lain kan masih kuliah juga pada waktu itu. Jadi,

ganti pada masalah kulia setelah perkulian selesai untuk masalah waktu

Thariqah bukan ketika ada waktu karena setiap saat pasti ada. Jadi cara

pembagian waktunya semakin banyak. Semakin bnyak aktivitas semakin bagus

meski hanya 5 mnt.”(W.1.S1.20)

Ada saat-saat diman bunga sangat sibuk dengan aktifitasnya terutama ketika

ia mulai membuat laporan PKN yang mana ia juga harus menjalankan kewajiban

thariqahnya dan juga harus tetap setoran hafalan al-qur’annya. Namun seperti sifatnya

yang tidak suka mengeluh bunga menyambut aktifitasnya yang padat tersebut dengan

senang hati. Dia merasa sangat di untungkan karena tentunya tidak ada waktu yang

membiarkan pikirannya melayang kemana-mana. Seperti yang telah diutarakan

subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“tugas akhir niku PKN dan sudah memulai proposal skripsi. Jadi waktu itu

semakin padat kita semakin senang. Jadinya apa yach,,, (sambil berfikir) waktu

kita sangat berharga. Dari pada pikirannya melayang-layang dan ndak karu-

karuan jadinya lebih baik di padatkan saja aktifitasnya. Ada waktu tersendiri

untuk istirahat meskipun secukupnya. (sambil senyum).”(W.1.S1.20)

Akan tetapi thariqah bukanlah sesuatu yang benar-benar memberatkan bagi

yang menjalankannya seperti sebuah ucapan yang mengatakan bahwa Islam itu

mudah dan memudahkan pemeluknya. Thariqah memiliki rukhsoh (keringanan) jika

memang terdapat suatu halangan yang tidak dibuat-buat sehingga tidak dapat

melaksanakannya sesuai dengan aturannya. Seperti yang telah diutarakan oleh subjek

pada wawancaranya:

“Tapi benar-benar ndak ada kesempatan sama sekali artinya, sudah cari-cari

celah koq ndak ada berarti itu kan bagi yang tidak sanggup. Katakanlah itu

terlalu repot. Tidak apa-apa di rukhshoh ada keringanan untuk masalah

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

91

tawajjuh tapi, untuk wukuf qalbinya ya tetap berjalan seperti itu.Naqsabandy

itu kan ukiran artinya. Mengukir dalam hati.”(W.1.S1.21)

Melihat begitu banyak waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan antara

thariqah, hafalan Al-qur’an, dan tentunya aktifitas formal yang harus ditempuh tentu

seseorang perlu adanya banyak pertimbangan ketika akan mengikutinya. Dan bunga

memang pada saat itu memang telah benar-benar mempertimbangkannya dengan

matang dengan pertimbangan bahwa sebagai seorang wanita nantinya dia tidak ingin

disibukkan dengan sesuatu di luar rumah dan tentunya juga mendapat banyak

dorongan dari orang-orang sekitar apalagi ketika mengingat bahwa inti dari

kehidupan ini adalah kedekatan dengan tuhannya yang tentunya bisa ditempuh

melalui jalan thariqah dan menghafal Al-qur’an. Dan tentunya disrtai dengan niat

yang sungguh-sungguh. Seperti yang telah diutarakan subjaek dalam wawancaranya

sebagai berikut:

“sebenarnya gini,,, (sambil senyum) bagi seorang perempuan menurut saya

ey,,,, apa njeh? Saya lebih memilih untuk tidak banyak diluar nantinya dalam

jangka waktu kedepannya. Kenapa saya sekarang memilih ikut ini, bukan

karena saya mampu tapi diantaranya karena dorongan-dorongan dari orang

sekitar dan dari motivasi yang diberikan guru seperti pertimbangannya, selagi

itu bisa kenapa diam saja. Kita bisa dengan keduanya itu seolah lebih anu,,,

dalam arti tidak ada keinginan kesana. Dalam arti harus begini, begitu itu saja

sudah cukup (dalam nada serius) dalam hal apa yach?? (sambil berfikir) ey…

ap ych?? Kehidupan itu intinya yang kita cari itu gimana ych sebenarnya?

(seperti berfikir dlm kebingungan). Intinya sebenarnya yang kita cari itu adalah

keteguhan dan kedekatan kita nah,,, jalan untuk dekat itukan macam-macam.

Bisa melalui Thariqa dan meghafalkan Al Qur’an. Ketika keduanya itu di

gabungkan maka akan saling mengutungkan.”(W.1.S1.24)

Ketika seseorang mengambil keputusan untuk melakukan suatu hal tentu ada

maksud dan tujuannya. Seperti yang telah bunga lakukan dengan memutuskan untuk

menghafal Al-qur’an dan mengikuti thariqah tentu bunga memiliki tujuan yang

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

92

diantarnya yaitu untuk memperluas dan memperdalam ilmunya sehingga tidak hanya

memenuhi kebutuhan dhahir melainkan juga kebutuhan batinnya. Karena pada

hakikatnya ilmu dan iman merupakan sebuah kebutuhan primer bagi manusia bukan

sekedar kebutuhan sekunder. Sehingga terpenuhilah ilmu, iman, islam, dan ihsannya.

Seperti yang telah diutarakan oleh subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“ikut keduanya pengen untuk memperluas keilmuan Dhahir dan sekedar syariat

tapi juga kalau bisa apa yach??? (berfikir) terpenuhilah antara ilmu iman, islam

dan ikhsan perantara itu harapannya ketiganya dibangun dengan baik tapi tidak

hanya sekedar difahami tapi juga yang kita mampu.”(W.1.S1.27)

Keluarga bunga yang merupakan keluarga agamis ternyata juga tidak selalu

mengiyakan keinginan bunga untuk memperdalam ilmu agamanya, karena sebagai

orang tua tentunya memiliki rasa khawatir terhadap anaknya, sehingga ketika diawal

bunga ingin mengikuti thariqah saat kelas 3 MAK orang tua bunga sempat tidak

mengizinkan karena khawatir terhadap usianya yang dianggap belum mencukupi.

Namun disisi lain bunga mendapat dorongan dari teman-temannya selagi bisa kenapa

tidak?. Seperti yang telah diutarakan subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“orang tua sebenarnya tidak mengizinkan karena saya masih kecil dan itu baru

mulai awal kelas 3, takutnya tidak bisa bertanggung jawab dengan tugasnya.

Tapi ada dorongan dari teman atau lingkungan yang mengatakan untuk

melakukan kebaikan kenapa tidak, kenapa harus ditunda mumpung masih ada

kesempatan untuk melakukan kebaikan. Jangan ditunda, tidak ada

ruginya.”(W.1.S1.28)

Sedangkan untuk dorongan ketika memutuskan untuk menghafal Al-qur’an

orang tua bunga juga sempat tidak mengizinkan. Dengan alasan yang sama sebagai

bentuk kekhawatiran orang tua terhadap anaknya, karena pada saat itu bunga telah

mengikuti pembaiatan thariqah sehingga orang tua khawatir bunga tidak dapat

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

93

melaksanakan tanggung jawabnya. Namun seamangat jiwa muda bunga seakan tidak

pernah luntur dia berfikir selama masih bujang dan seluruh waktu masih bisa

difokuskan untuk dirinya dalam memperdalam ilmu akhirnya bunga memutuskan

untuk tetap mengikutinya dan akhirnya orang tua pun menyetujuinya dengan

pertimbangan bahwa hal tersebut adalah yang terbaik untuk anaknya. Sepeti yang

telah diutarakan subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“kalau orang tua merasa keberatan, karena saya sudah melakukan pembai’atan

tentang Thariqah. Terus kemudian menghafalkan Al qur’an tapi dari saya

sendiri mumpung masih bujangan alangkah baiknya untuk mengikuti

keduanya, karena belum ada kewajiban yang lain dan saya masih mampu.

Kalau orang tua yach,,, kalau memang itu baik yach lakukan lah. Jadi intinya

dorongan untuk menghafalkan Al Qur’an tidak dari orang tua melainkan dari

keyakinan diri dan keinginan. Kalau keinginan itu tidak dijalnkan saya merasa

eman.”(W.1.S1.29)

Keputusan bunga yang bersikeras untuk menghafal Al-qur’an berawal mula

dari perjuangannya dalam menempuh pendidikan di madrasah diniyah, yang mana

pada waktu itu dia sudah menginjak kelas wustho tsani dan akan segera lulus. Pada

saat itu memang diwajibkan untuk menghafal Alfiyah dan bunga bertekad untuk

merampungkan hafalannya tersebut sehingga waktu untuk membaca Al-qur’an tersita

banyak. Dan pada saat bunga benar-benar rampung hafalan Alfiyahnya bunga merasa

aneh dan tidak enak ketika tidak menghafalkan lagi dan dari situlah bunga menyadari

bahwa menghafalkan itu adalah sesuatu yang menyenangkan.

Dan saat itu bunga memutuskan untuk menghafal Al-qur’an. Setelah bunga

izin kepada orang tua akhirnya bunga sowan ke neng luluk yang merupakan pengasuh

dan penyetor bagi anak-anak tahfidz (anak yang menghafal). Namun pada saat itu

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

94

neng luluk tidak berani memberi izin dikarenakan bunga telah mengikuti pembaiatan

thariqah yang mana thariqah juga bukan hal yang mudah dijalankan dan akhirnya

neng luluk menyuruh bunga untuk minta izin ke mursyidnya yang tidak lain adalah

pengasuh pondok pesantren Ngalah.

Pada saat mendengar hal tersebut sang mursyid menyambut dengan senang

dan mengatakan bahwa thariqah mendukung pada hafalan karena pada hakikatnya

thariqah bertujuan untuk takhlisul qalbi (keikhlasan hati) sehingga hati dan jiwa lebih

muda untuk menerima hal-hal yang baik termasuk Al-qur’an. Sesuai dengan

pernyataan subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“itu berawal dari,,, owh yach tady ndak sama yach,,, (memikir). Yach salah

satunya itu dari guru em,, ap yach waktu mulai masuk wustho awal kalau di

Ngalah kan ada hafalan alfiyah, ada imrthi sampai Wustho Tsani. Dari situ

waktu tersita banyak jadi membaca Al Qur’an itu jarang bahkan sampai 1 bln

tidak pernah membaca. Waktu Alfiyahnya rampung dikelas wustho tsani, baru

selesai itu ketertarikan hafalan itu membuat kita istilahnya kecanduhan ndak

menghafalkan apa-apa lagi itu ndak enak, ternyata,,,, menghafalkan itu hal

yang menyenangkan.lah ketika berusaha untuk meyakinkan orang tua dan

mereka mengizini akhirnya saya ke neng luluk dan awalnya neng luluk tidak

berani untuk mengizini karena saya sudah ikut baiatan dan saya di suruh untuk

sowan ke Romo yai. Sampai Ndalem romo yai tersenyum dan kaget dengan

pertanyaan saya. Romo yai langsung dawuh lho kenapa kok harus takut wong

Thariqah itu malah membantu hafalannya. Kalau ikut Thariqah itu hafalannya

lebih cepat. Kan Thariqah itu untuk Takhlisul Qalbi (keikhlasan hati)

memurnikan hati supaya mudah menerima hal yang bersih hal-hal yang bersifat

mulia yach seperti Al Qur’an itu. Dan setelah sowan ke Romo yai ke ndalem

neng luluk dan akhirnya pun neng luluk juga mengizinkan saya untuk

menghafalkan Al Qur’an.”(W.1.S1.30)

Dalam menjalankan suatu kebaikan tentu tidak luput dari cobaan dan lika

likunya. Tentu sebagai pelaksana thariqah dan tahfidzul qur’an bunga juga tidak luput

dari cobaan tersebut diantaranya adanya permaslahan yang ditimbulkan dari lawan

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

95

jenis. Namun bunga tidak mudah goyah dengan adanya maslah tersebut karena bunga

menyadari bahwa sebagai manusia tentu tidak luput dari permasalahan dari lawan

jenisnya. Bunga tidak terlalu berfikir tentang jodoh karena dia yakin bahwa yang di

atas telah menyiapkan jodoh yang terbaik baginya. Sehingga dalam masa

perjalanannya menuntut ilmu bunga tidak mau terlalu berfikir masalah jodoh dia lebih

memilih untuk focus terhadap cita-citanya. Sesuai dengan pernyataan subjek dalam

wawancaranya sebagai berikut:

“memang kaum hawa itu cobahannya dari kaum adam begitu juga sebaliknya.

Ndak d pungkiri yach? Buktinya ada pernah saya alami juga sama halnya

dengan orang-orang lain. Ketika rasa ingin memiliki itu besar dan untuk

kehilangan pun takut. Dan begitu bagaimana cara saya mengatasinya agar tidak

menganjal aktivitas saya waktu itu saya berusaha diyaqinkan oleh guru. Jadi

neng luluk dawuh kalau kita sudah punyak pegangan ini alias Al Qur’an dan

hafalan maka jodoh itu Allah yang akan memilihkan. Insyallah itu yang terbaik

begitu. Jadi sekarang kita tdk perlu mencari yang seperti ini seperti itu malah di

tengah-tengah nanti jadi keteteran. Yaqin dan kita percayakan saja pada yang

diatas memberikan yang terbaik dan yang mendukung.”(W.1.S1.33)

Sebagai seorang manusia biasa tentu bunga tidak selalu lolos dari

permasalahannya. Bunga pernah sedikit goyah dengan masalah yang dihadapinya.

Pada saat itu bunga mengalami sedikit masalah pada kepengurusannya di pesantren.

Bung merupakan tipe orang yang takut di benci namun melihat posisinya sebagai

pengurus di pesantren tentu ada bebebrapa konflik antara pengurus dan adek-adek

santri yang menimbulkan adanya rasa benci dari salah satu pihak. Sehingga hal

tersebut benar-benar menyita fikiran dan tenaga bunga sehingga menyebebkan bunga

tidak hafalan beberapa hari. Sesuai pernyataan subjek dalam wawancaranya sebagai

berikut:

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

96

“em,, pernah waktu itu tapi saya ndak setoran lama itu bukan karena masalah

itu, malah justru kalau ada masalah itu jadiy apa selimuran, lebih baik saya

hentikan dari sini dari pada saya berlarut-larut dari masalah itu saya pernah

ndak setoran itu hamper 1 minggu tapi bukan karena itu tapi kesalahan dalam

kepengurusan. Ada beberapa konflik yg mungkin saya belum bisa mandiri

dengan santri sangat menggangu karena saya itu orang yang takut untuk di

benci orang. Tapi ada yang tidak sesuai, ada orang yang merasa tidak di benci

tapi kelakuannya yaitu menyakit kan orang lain, lah itukan tidak sesuai. yaitu

yang paling besar dan menyita waktu dan tenaga.”(W.1.S1.35)

Bunga juga pernah menghadapi suatu permasalahan yang sempat

membuatnya goyah pada saat dia menjalankan thariqahnya yaitu pada saat bapaknya

sakit dan akhirnya meninggal dunia. Sesuai pernyataan subjek sebagaimana berikut:

“injeh pernah, ketika bapak sakit”(W.1.S1.37)

Sebagai seorang remaja tentu bunga memiliki harapan dan telah

mempersiapkan segala sesuatunya untuk masa ke depannya. Namun hal tersebut tidak

mengganggu dan menggoyahkan konsentrasinya dalam proses pembelajaran. Sesuai

dengan pernyataan subjek dalam wawancara sebagai berikut:

“itu sudah saya pikirkan jenjang kedepannya. Menyadari kalu memang waktu

itu seperti masih milik sendiri”(W.1.S1.40)

2. Subyek II

Subjek merupakan salah seorang mahasiswi jurusan psikologi yang bernama

Mawar (nama samaran), dan sekarang mawar menempuh pendidikannya di fakultas

psikologi Universitas Yudharta Pasuruan semester 8 dan sebentar lagi akan memulai

sekripsinya. Selain berprofesi sebagai mahasiswi mawar juga berprofesi sebagai salah

satu santri dari Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan yang di asuh oleh KH.

M. Sholeh Bahruddin Kalam.

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

97

Usia mawar saat ini tengah menginjak usia 23 tahun. Mawar merupakan anak

ke dua dari empat bersaudara yang terdiri dari perempuan semua. Selama

menjalankan pendidikan Strata 1 nya bunga bermukim di sebuah asrama yang berada

di bawah naungan Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan. Mawar mulai

masuk ke pesantren sejak dia menginjak jenjeng sekolah menengah pertama dan

sampai sekarang. Kurang lebih telah 9 tahun mawar menjalani profesinya sebagai

santri di pesantren Ngalah dan 3 tahun terakhir ini sudah mulai menghafalkan Al-

qur’an dan setoran kepada neng Luluk Nadziroh yang tak lain merupakan salah satu

putri dari pengasuh Pondok Pesantren yang dinaunginya.

Pondok Pesantren Ngalah merupakan Pondok Pesantren yang memiliki

beberapa jenjang pendidikan di antaranya yaitu Madrasah Diniyah Ibtidaiyah,

Madrasah Diniyah Wustho, dan Madrasah Diniyah Mu’allimin Mu’allimat. Sebagai

seorang santri mawar telah menuntaskan pendidikan yang harus ditempuhnya. Dan

setelah lulus dari Madrasah Mu’allimin Mu’allimat mawar mulai mengajar di

Madrasah Diniyah, hal tersebut merupakan bentuk balas budi dan pengabdian mawar

terhadap Madrasah Diniyah yang telah membesarkannya sehingga lebih mendalami

ilmu agamanya.

Selain pendidikan Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Ngalah juga memiliki

program pendidikan ilmu kebatinan yakni Thariqah Naqsabandiyah Qadriyah. Ilmu

kebatinan ini merupakan sebuah jam’iyah atau perkumpulan dari orang-orang yang

ingin menjaga hatinya agar selalu mengingat pada tuhannya dengan jalan dzikir

terutama dzikir melalui hati. Setelah menyelesaikan proses pendidikan formalnya

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

98

pada jenjang sekolah menengah ke atas dan mulai memasuki awal semester

perkuliahannya mawar mulai memutuskan untuk mengikuti jam’iyah thariqah

tersebut. Awal mula ketertarikan mawar untuk mengikuti jam’iyah tersebut ialah

karena adanya dorongan dari orang-orang sekitar terutama kakak-kakak kelasnya.

Setelah mendapat banyak wacana dari kakak-kakak kelasnya akhirnya mawar merasa

benar-benar yakin untuk mengikuti jam’iyah tersebut. Meskipun pada akhirnya orang

tua memberi izin pada awal mulanya orang tua tidak memberikan izin. Sesuai dengan

pernyataan subjek saat wawancara sebagai berikut:

“awalnya itu adanya dorongan dari kakak-kakak kelas, terus-terusnya itu jadi

mantep untuk ikut. Awal ikut thariqahnya itu awal semester satu dorongannya

itu dari diri saya sendiri tidak melibatkan orang tua. Artinya kalau ke orang tua

itu tidak boleh. Akhirnya saya minta restu untuk ikut thariqah akhirnya “yowes

lek ancen iku apik gawe awakmu yowes melok o gak popo”.( W.1.S2.21)

Dalam memutuskan untuk mengikuti thariqah seseorang perlu adanya tekad

untuk melaksanaknnya dengan istiqamah. Namun untuk melakukan suatu hal secara

berkala atau istiqamah bukanlah hal yang mudah oleh karena itu terkadang masih ada

saja orang yang tidak dapat menyempurnakan jumlah hitungan dzikirnya bahkan

sampai tidak dapat melaksanakan sama sekali. Setelah mawar bertanya-tanya pada

seniornya perihal tersebut akhirnya mawar dapat memahami bahwasannya

meninggalkan dzikir secara syar’i diperbolehkan asalkan dzikir dalam hati (wuquf

qalbi) tetap dijalankan tentunya jika terdapat suatu alasan yang benar-benar

memberatkan pelaksananya sehingga benar-benar tidak dapat melaksanakannya

bukan hal-hal yang sepele. Sesuai dengan pernyataan subjek pada wawancaranya

sebagai berikut:

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

99

“aslinya padahalnya seperti teman saya. Sangat sak aken. Yang pertama ke

romo kyai. Kulo ningali kepentingannya itu karena organisasi. Tapi saya

sendiri juga pernah meninggalkannya. Saya bertanya itu katanya kepentingan

organisasi. Kalau saya meninggalkannya itu karena waktu menjaga ibu saya

waktu sakit, dan yang menjaga waktu itu cuman saya sehingga saya tidak bisa

berlama-lama untuk wirid. Kemudian saya tanyak-tanyak kalau meniggalkan

dzikir secara syar’i, ternyata boleh meninggalkan dzikir secara syar’i, tapi

cukup wuquf qalbi saja. Tapi kalau sibuk masalah organisasi/sepele mungkin

ych saya tidak pernah kalau seperti itu kayak gimana gtu… “ (W.1.S2.22)

Thariqah bukanlah hal yang mudah sehingga untuk memutuskan masuk ke

dalamnya perlu adanya pemikiran yang matang dan memiliki tujuan yang pasti.

Dalam hal ini mawar juga telah benar-benar mempertimbangkan dan tentunya

memiliki tujuan. Mengingat dari fungsi thariqah yang pada hakikatnya untuk

menyucikan jiwa dan hati mawar bertujuan untuk menjadikan thariqah sebagai rem

dan pegangan hidup terhadap dirinya. Sebagai manusia biasa dengan mengingat tuhan

dalam kehidupan sehari-harinya tentu seseorang akan lebih tenang dalam menjalani

kehidupannya dan akan lebih terjaga dari hal-hal buruk yang membawa pengaruh

negative terhadap diri seseorang.

Adaupun untuk pertimbangan dan persiapan yang dilakukan mawar untuk

mengikuti thariqah adalah persiapan dhahir dan batinnya. Dalam melakukan segala

hal yang menentukan pertama kali adalah niatnya sehingga niatlah yang pertama kali

disiapkan mawar untuk menentukan pilihannya tersebut. Ketika seseorang mulai

masuk dalam dunia thariqah seseorang tersebut harus lebih menjaga hubungan antara

ghaira muhrimnya sehingga pikiran dan hatinya akan lebih terjaga dan akan lebih

memudahkan untuk mencapai maqam yang sempurna. Sesuai dengan pernyataan

subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

100

“thariqah itukan merupakan jalan untuk menuju, op njeh ??? (sambil berfikir)

menuju ey,, memperbaiki diri yach intinya cek damel nyekel terus enten seng

damel ngerem. Setidaknya ada yang di,, meskipun mafi kulli zaman, kulli

waqtin, tapi setidaknya setiap hari, setiap waktu berdzikir itu”.(W.1.S2.23)

“untuk mengikuti thariqah itu siap dhahir batin. Awal masuk thariqah apa yang

perlu disiapkan yaitu niatnya dan mempunyai pegangan dzikir. Kan pas waktu

manjing thariqah itu tidak boleh keluar ndak boleh berhubungan dengan ghoiru

muhrim. Pas waktu itu faham saya hanya tidak boleh keluar dan bertemu

ghoiru muhrim. Dan saya tidak tau kalau ternyata berhubungan lewat telfon itu

melanggar. Secara batiniyah untuk menahan keinginan ketika mengikuti

thariqah itu banyak tapi kalau masalah pelanggaran saya belum tahu.”

(W.1.S2.24)

Selepas dari persiapan dan tujuannya thariqah juga memiliki beberapa hal

positif yang memberi keuntungan bagi pelaksananya. Beberapa keuntungan yang

dirasakan mawar setelah mengikuti thariqah diantaranya adalah dapat lebih banyak

mengingat Allah dengan lebih banyak berdzikir. Dibandingkan dengan dulu mawar

sangat jarang berdzikir sedangkan sekarang mawar lebih sering melafadkan asma

Allah meskipun itu hanya dalam hati. Dan sekarang mawar benar-benar merasakan

pengaruh positifnya dengan lebih sering brdzikir hati dan jiwa mawar lebih tenang.

Sesuai dengan pernyataan subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“keuntungannya njeh kulo niku bertambah banyak dzikir. Ketika sholat pun

saya dulu jarang untuk berdzikir. Ketika sudah mengikuti thariqah setidaknya

ada waktu lah untuk berdzikir. Dari pada dulu saya sebelum mengikuti thariqah

itu jarang lah untuk mengingat. Kalau sekarang setidaknya adalah niat untuk

menjalankan wuquf qalbi meskipun dalam hati.” (W.1.S2.26)

Sebelum mawar memutuskan untuk mengikuti thariqah mawar sempat

dilemma antara ingin ikut atau tidak, karena memang thariqah bukanlah sebuah

permainan melainkan suatu pilihan yang akan mengantarkan manusia pada jalan agar

lebih dekat dengan tuhannya. Mawar merasa belum siap dan belum ada keberanian

untuk ikut masuk dalam dunia thariqah namun selama beberapa waktu yang memang

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

101

posisi mawar berada di pesantren tentu tidak jarang orang disekitarnya yang telah

mengikuti thariqah sehingga sedikit banyak mawar mendengar cerita-cerita tentang

kehebatan thariqah dan mursyidnya yang penuh misteri.

Pada akhirnya pernah dari salah seorang pengikut thariqah yang juga

merupakan teman sekaligus senior mawar yang mengatakan padanya agar segera

mengikuti thariqah. senior tersebut mengatakan pada mawar bahwa mumpung guru

mursyid masih ada dan bisa ditemui serta ditanyai langsung ketika mengalami

kesulitan-kesulitan terkait thariqah, apalagi thariqah tersebut terdapat di pondok

pesantren yang telah disinggahi mawar sejak tingkat MTs. Tentu merupakan suatu hal

yang langkah dan sangat sayang jika dilewatkan. Setelah berpikir lama akhirnya

mawar memutuskan untuk mengikuti thariqah setelah melihat banyak factor

pendukung dan motivasi bagi mawar yang membuat tidak ada alasan untuk tidak

mengikutinya. Sesuai dengan pernyataan subjek dalam wawancaranya sebgai berikut:

“yang membuat motivasi saya karena guru mursyid. Pertama saya lihat kok

banyak mbak-mbak yang seneng ikut thariqah? Ternyata ada yang bilang

eman-eman mumpung disini itu masih ada guru mursyid mumpung tasek

sugeng kalau sudah tidak ada getun nek ndak melok thariqah di pondok dewe.

Mumpung ada di pondok kene deweh, yang jarang bisa ditempuh di pondok

lain. Kapan maneh kok sek ape ditunda-tunda wae. Itu saya sambil berfikir dan

akhirnya awal-awal kuliyah semester 1 saya tomot.” (W.1.S2.27)

Setelah mawar mengikuti thariqah beberapa waktu kemudian mawar mulai

ikut menghafal al-qur’an. Pada saat itu awal mulanya mawar tidak berfikir sama

sekali untuk menghafal al-qur’an. Ketika mawar mengajar di TPQ yang ujga berada

dibawah naungan pesantren seluruh guru TPQ diwajibkan untuk mengaji pada neng

luluk yang merupakan pengasuh tahfidz (anak yang menghafal al-qur’an). Awal mula

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

102

mengaji pada neng luluk seluruh peserta mengaji harus mulai menghafalkan juz

Amma, setelah selesai menghafal juz amma mawar berniatan hanya untuk mengaji

saja tanpa menghafal.

Setelah beberapa waktu teman-teman mawar yang dulunya mengaji bersama

dengan mawar lama kelamaan semakin sedikit, banyak di antara teman mawar yang

sudah mulai tidak mengaji lagi. Namun mawar dengan salah satu temannya yang

sekarang tengah sama-sama menghafal al-qur’an berniat untuk meneruskan

mengajinya. Sampai pada akhirnya neng luluk menyuruh mawar untuk melanjutkan

hafalannya pada surat Yasin, setelah mawar selesai menghafal Yasin tiba-tiba neng

luluk menyuruh mawar utnuk mulai menghafal juz 1. Dari situ mawar mulai berfikir

apa dia harus melanjutkan hafalannya atau tdak apalagi mengingat banyak cerita yang

mengatakan bahwa orang yang menghafal al-qur’an ketika lupa maka dia akan

berdosa, hal itulah yang membuat mawar ragu-ragu dan takut untuk melanjutkan

hafalannya.

Setelah libur panjang idul fitri mawar soawan ken eng luluk, pada saat di

ndalemnya mawar ditanyai neng luluk kenapa sekarang jarang mengaji. Dan

kemudian neng luluk memberi motivasi-motivasi agar mawar melanjutkan

hafalannya. Setelah mendapat motivasi dai neng luluk mawar mulai bergerak dengan

mencari refrensi-refrensi melalui buku dan internet tentang menghafal al-quran.

Setelah berfikir panjang akhirnya mawar memutuskan untuk melanjutkan hafalannya.

Sesuai dengan pernyataan subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

103

“awalnya niku tidak ada motivasi diri sendiri untuk menghafalkan al qur’an.

Awalnya kan jadi guru TPQ terus pas jadi guru TPQ itu jarang ngaos setiap

hari jewwarang ngaos. Kemudian diwajibkan guru TPQ hrus mengaji di

tekankan sepeti itu akhirnya di wajibkan di Darut Tqwa ini guru qiro’ati untuk

mengaji ke neng. Akhirnya saya mengaji ke neng luluk dan di suruh untuk

menhgafalkan Juz A’mma dan yasin hanya itu saja pada waktu itu. Kulo niku

sering bolos. Akhirnya Rencang kulo niku katah seng moro-moro mboten

ngaos. Akhirnya saya dan ina ikut mb tucha. Nuri ayuk ngaji yasin itu

hafalannya selama 1 bulan lebih itu sakeng ndak niate. Mantun yasin dan juz

a’mma sudah nah,,, terus kulo bingug. Ngaos thok wae wes mados sanatan

nagos binadhor thok. Akhirnya pas ngaos binahdor teng neng luluk niki di

wecanteni “mbak nuril ngapalno juz 1” owh,, kulo mikire paleng juz 1 thok

wes akhirnya kulo hafalkan. Tinggal 2 lempir mau ke juz 2 saya berfikir-fikir,

waduuhh,,, iki nek kengken nerusno juz 2 yoknopo??? Trus di samping itu ada

salah satu guru yang bilang ngafalno qur’an itu abot,,, lali iku duso… waduh

ancaman-ancaman banyak yang masuk akhirnya perasaan saya sendiri akhirnya

saya tidak setoran lama dan saya tidak melanjutkannya. Pada waktu balikan

idul fitri pas saya sowan ke neng luluk, trus kata neng luluk “ mbak nuril kok

gak tau ngaji dan setoran? Mari di omongi ustadz sopo se,, kok iso koyok

ngene gak usah goyang, wong ngapalno qur’an duduk lali nderes terus lali,

wong lali iku manusiawi, seng lali duso iku em,,,yang benar-benar

meninggalkan terus tidak lagi nderes, lek atase wes berusaha nderes tapi lali

iku gak popo jenenge manusiawi, mosok al-qur’an iku dituruno nabi

muhammmad nang menungso gawe lali, kan gak mungkin iku yo digawe

syafaat. Trus setelah itu kulo matur teng abah “ yowes apalno”, dulu itu

awlanya saya Cuma ngetes orang tua “buk kulo ngapalno ge,,,” kate ngapalno

wong gek omah gak tau ngaji kate ngapalno al-quran”. Akhirnya pun kulo

mboten ngapalno al-quran, trus dapat seminggu “buk, neng luluk ngutus

ngapalaken”. Trus lek wes jare guru koyok ngono yowes apalno, trus saya

membaca refrensi untuk menguatkan hati untuk menghafalkan al-quran dari

internet dari buku agar saya termotivasi dalam menghafalkan al-qur’an. Dari

situlah masak al-quran itu untuk dilupakan kecuali kalu saya memang niat

meninggalkannya itukan saya baru dilaknat. Dari keyakinan diri sendiri. Kalu

masalah thariqah saya kira kulo mboten sampek mikir sampek rwepot ngoten,

pernah pas saya dereng munggah ngaji jadi wiridannya kan Cuma 5000 saya

kira itu tidak menghambat kulo insyaalllah bisa mengatur kapan waktu

menghafalkan.”(W.1.S2.28)

Setelah mengikuti thariqah dan menghafal alqur’an aktifitas mawar sehari-

hari sangat padat. Mulai dari aktiffitas formalnya, wiridannya, dan hafalannya yang

sama-sama tidak bisa ditinggalkan membuat mawar semakin sibuk dan semakin

membutuhkan banyak waktu. Mawar mulai membagi waktunya dengan

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

104

menggunakan waktu di pagi hari sebelum berangkat kuliah untuk menghafalkan dan

wiridan dengan cara mencicil atau berangsur-angsur, kemudian sorenya mawar

gunakan untuk setoran. Sesuai dngan pernyataan subjek dalam wawancaranya

sebagai berikut:

“lek kulo wiridan itu kan mulai habis isyak minimal separoh lah, trus

shubuhnya itu saya tidak wiridan tapi saya gunakan untuk menghafalkan al-

qur’an trus saya melanjutkan wiridan, nah untuk waktu ashar itu saya

khususkan untuk menambah hafalannya sampek 2 halaman” (W.1.S2.29)

Manusia hidup tidak luput dari masalah dan cobaan. Ketika awal mawar

menghafal antara juz 1-15 mawar merasa tidak ada hambatan dan merasa lancar

dalam proses menghafal. Meskipun pada usia mawar saat itu sudah mengundang

banyak pria untuk meminangnya mawar mencoba untuk tidak menghiraukannya

karena mawar masih ingin menyelesaikan seluruh proses belajarnya dan hafalannya.

Ketika mawar mulai menghafal juz 16 ke atas ada beberapa rentetan maslah

yang mulai menghampiri dan mulai membuat konsentrasi mawar pecah. Pada saat itu

ibu mawar mulai sakit-sakitan dan pada saat menghafl juz 17 ibu mawar sakit parah

sehingga mau tidak mau mawar meninggalkan hafalannya dalam waktu yang cukup

lama. Pada saat ibu mawar meninggal mawar mulai bingung apa dia bisa melanjutkan

hafalan atau ttidak mengingat kondisi keluarga yang mana pada saat itu mawar masih

memiliki adik. Namun kakak mawar memberi dukungan untuk melanjutkan

hafalannya dan agar mawar tidak terlalu memikirkan adiknya karena masih ada

kakaknya. Sesuai dengan pernyataansubjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

Page 33: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

105

“ya itu tadi, ketika saya menghaflkan juz 1-15 itu tenag-tenang saja dan tidak

ada godaannya, meskipun banyak yang menggoda atau yang mau melamar

saya tidak menghiraukan dan tidak meresponnya, tapi ketika kena keluarga,

waktu juz 16 ibu saya sakit dan sering pulang sehingga sering tidak setoran

itulah yang membuat terhambat, trus pas akhir juz 17 niku ibuk kulo pas sakit

parah-parahnya 2 bulan lebih saya tidak ada di pondok, untuk menjaga ibuk di

rumah sakit akhirnya sampai tidak ikut setoran, itu yang parah memang, pas di

rumah sakit pun deres-dersnya Cuma sedikit, bisanya deres itupun bisanya

Cuma lewat mendengarkan rekaman, kalau masalah cowok sampek garai gudo-

gudo itu ndak ada, tapi pas orang tua kulo tidak ada hamper saya berfikir isok

ta nerusno iki opo mane adekku sek cilik terus neng sedang hamil? Kemudian

kata mbak saya “ wes terusno, ibuk iku seneng lek awakmu ngapalno qur’an,

ojok dipikirno adek-adekmu jek onok aku”, akhirnya saya meneruskan mondok

sampek sekarang.” (W.1.S2.30)

Setelah cobaan yang menerpa mawar. Mawar tidak mau putus asa dia terus

melanjutkan apa yang menjadi cita-citanya dan apa yang menjadi cita-cita orang

tuanya. Mawar berencana untuk kedepannya setelah dia menyelesaikan hafalannya

dia akan pergi ke pondok yang memang khusu tempat anak menghafal al-qur’an.

Namun mawar belum ada fikiran untuk melanjutkan S2 nya. Sesuai dengan

pernyataan subjek dalam wawancaranya sebagai berikut:

“lek masalah alqur’annya kalau sudah hatam rencana kulo keluar dari sini,

pengen mondok ke tempat yang khusus al-qur’an, perlunya untuk mendalami

al-qur’an, lek thariqah dengan menghafalkan al-qur’an nantinya tetap berjalan

gak ada kesulitan. Untuk target S2 mboten sek.” (W.1.S2.33)

Dengan tekad yang kuat untuk menghafalkan mawar tentu memiliki tujuan

tertentu kenapa tekadnya sampai sebesar itu. Tentu keselamtan dan kebahagian

akhirat yang mawar kejar sehingga dia memiliki tekad yang besar untuk

menghafalkan alqur’an. Meskipun pada awalnya mawar tidak memiliki tujuan apapun

karena awal mawar menghafal dulu adalah perintah dari guru. Sesuai dengan

pernyataan subjek dalam wawancarany sebagai brikut:

Page 34: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

106

“hehehe….(sambil tertawa) awal kulo manhafalkan al-quran itu tidak ada

tujuannya, kulo kan mbten semerap nopo-nopo awale niku, kulo mikir-mikir

male niku karena setelah saya membaca artikel niku, membaca buku

keutamaan dan ancaman-ancaman, dan tentang al-qur’an itu diturnkan untuk

obat bagi orang yang menjalankannya. Tujuannya ge cek ingatlah,, pasti orang

kan mengalami mati harus dipercayai ngoten, dalam hadis juga diterangkan

anak yang menghafal alqur’an itu menjaga kubur orang tuanya dan menjaga

dirinya dalam kubur dan sebagainya, juga mabantu orang tua dan menolong

orang tua ketika sudah meninggal. Meskipun onok tledor-tledor e ya tetap

semangat lah.” (W.1.S2.34)

F. Analisis Data dan Pembahasan

1. Motivasi yang Dimiliki Santri Ketika mengambil Keputusan untuk

Menghafalkan Al Qur’an dan Mengikuti Thariqah.

Kata motivasi berawal dari kata motif yang berarti alasan, daya bati atau

dorongan. Kata motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam

dan didalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Motif dapat diartikan sebagai kondisi intern berawal dari kata motif, maka

motivasi dapat diartikan sebagai penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi

menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan

sangat dirasakan.1

Motivasi adalah suatu proses untuk mengaitkan motif-motif menjadi

perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau

keadaan dan kesiapan dalam individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.2 Firman Allah SWT dalam surat Yusuf ayat

87 :

1Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta; Rajawali, 1985), hal 3

2Mohammad Uzer Usman, Op cit, Hlm: 24

Page 35: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

107

……

Artinya : “……dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya

tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(QS. Yusuf: 87)

Cara subjek menginterpretasikan atau cara memahami tentang pengambilan

keputusan untuk menghafalkan Al Qur’an dan mengikuti Thariqah telah berbeda-

beda untuk termotivasi ketika untuk mengikutinya, dan adapun 2 jenis motivasinya

yakni Motivasi instrinsik dan ekstrinsiknya. Dan masing-masing dari 2 subjek

berbeda-beda saat pengambilan keputusan, adapun paparan dari masing-masing

subjek.

Dengan hasil penelitian antara subjek 1 dan subjek 2 motivasi atau dorongan

saat menghafalkan Al Qur’an begitu berbeda. Adapun subjek 1 (Bungah) dorongan

untuk menghafalkan Al Qur’an dikarenakan sudah terbiasa dengan aktifitas yang

menghafalkan, seperti pada waktu masih sekolah non formal (Diniyah) bungah

terbiasa dengan hafalan Imrithi (ilmu nahwu), dan juga alfiyah (ilmu nahwu). Saat

selesai dari pendidikan non formalnya (Diniyah) Bungah merasa tidak terbiasa

dengan aktifitas diam atau tidak menghafalkannya, karena kebiasaan Bungah

menghafalkan. Bungah akhirnya mengambil keputusan untuk menghafalkan Al

Qur’an dan memintak izin kepada kedua orang tuanya (ibunya), akan tetapi awalnya

izin pada orang tuanya Bungah tidak diberi izin karena ibunya takut Bungah tidak

bisa melakukannya karena sudah melakukan pemba’iatan Thariqahnya. Akan tetapi

Bungah tetap yaqin dengan niatnya untuk menghafalkan Al Qur’an akhirnya seorang

Page 36: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

108

ibu mengikuti niat hati anaknya asalkan Bungah benar-benar bisa menjalankan dan

menjaganya dengan baik.

Dengan setelah itu Bungah dan orang tuanya untuk izin pada seorang guru Al

Qur’annya, akan tetapi seorang guru (Neng luluk) tidak berani memberikan izin

karena Bungah sudah melakukan pemba’aitan Thariqahnya dan Bungah disuruh

memintak izin pada guru (Mursyidnya) Thariqahnya. Dan Bungah pergi pada

mursyidnya untuk memintak izin kemudian Mursyidnya dawoh.

”kenapa harus takut lawong Thariqah itu malah membantu hafalannya. Kalau

ikut Thariqah itu hafalannya lebih cepat. Karena Thariqah itukan untuk

Takhlisul Qalbi (keikhlasan hati) memurnikan hati supaya mudah menerimah

hal yang bersih hal-hal yang bersifat mulia ya seperti Al Qur’an itu”3.

Dengan setelah mendapatkan dawuh atau nasihat Bungah bertambah

termotivasi dan yaqin dengan niatan hatinya yang untuk menghafalkan Al Qur’an.

Berbeda pada saat pengambilan keputusan untuk mengikuti Thariqah,

dikarenakan Bungah termotivasi pada saat melihat teman-temannya dan seniornya

yang sudah banyak mengikuti Thariqah dan disekitar lingkungannya juga sudah

banyak pengamalan Thariqahnya. Karena Bungah melihat perbedaan seorang

temannya yang sudah mengikuti atau mengamalkan Thariqahnya berbeda dengan

yang belum mengikutinya, perbedaannya saat menyelesaikan masalah pada seorang

yang sudah mengikutinya perasaan hatinya dengan tenang, tidak grusar-grusur (tidak

gegabah), dan tidak beremosi. Dengan itu Bungah termotivasi untuk mengikutinya

karena Thariqah adalah jalan untuk kesucihan hati dan kebersihan.

3Transkip wawancara subjek

Page 37: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

109

Karena Tarekat secara epistemology, tarekat berarti menjalankan ajaran Islam

dengan hati-hati dan teliti dan melaksanakan fadlailu-l-a’mal serta bersungguh-

sungguh mengerjakan ibadah dan riyadhah. Meninggalkan perkara yang syubhat,

yang remang-remang, dan tidak jelas hukumnya, adalah contoh kehati-hatian

tersebut. Contoh fadlailu-l-a’mal adalah mengerjakan shalat tahajjud, shalat sunnat

rawatib, dan lainnya. Sementara aktif berzikir, istighfar, berpuasa sunnah pada hari

senin dan kamis merupakan contoh riyadhah.4

Sedangkan pada subjek 2 (Mawar), awal untuk menghafalkan Al Qur’an

termotivasi dari seoarang gurunya guru Qur’an (Neng luluk). Karena awalnya Mawar

tidak berniat untuk menghafalkannya hanya untuk mengaji binadhor (tidak

menghaflkan) dan agar bisa beristiqamah membaca Al Qur’an karena dulunya jarang

bisa untuk beristiqamah sibuk dengan aktifitas Qiro’ati. Setelah dipondok pesantren

tidak ada metode Qiro’ati santri yang dulu perbah menjadi guru diwajibkan untuk

mengaji di neng luluk dan disalah satunya yaitu Mawar. Selama mengaji Mawar

disuruh neng luluk setoran juz 1 mawar pun mengikutinya tetapi pada juz 1 akhir

akan ke juz 2 Mawar merasa tidak nyaman dan tidak siap jika untuk melanjutkannya

akhirnya Mawar jarang setoran dan apa laginya Mawar tergoyang atau terpengaruh

dari bicaranya orang lain kalau menghafalkan Al Qur’an kemudian lupa akan

berdosa. Kemudian pada hari raya Mawar bersowan pada neng luluk dan neng luluk

langsung bilang Rasulullah menurunkan Al Qur’an tidak untuk dilupakan umatnya

tetapi, diberikan syfa’atnya pada kaumnya. Jika kita sudah berniat dan berusaha untuk

4Siroj aqil said, Tasawuf sebagai kritik social. Bandung: PT. Mizan Pustaka. 2006. Hlm: 97

Page 38: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

110

memabacanya beberapa kali akan tetapi masih lupa itu sudah biasa karena manusia

memiliki sifat pelupa dan jika itu benar-benar niat untuk dilupakan maka itu yang

berdosa. Dengan semua nasihat seorang gurunya Mawar pun mulai untuk termotivasi

dan berkeinginan untuk melanjutkan hafalannya.

Sedangkan untuk pengambilan keputusan untuk mengikuti Thariqah dorongan

atau motivasi instrinsiknya untuk mendekatkan diri pada Allah dan agar selalu

teringat melalui berdzikir.. Dan mulai rasa berkeinginan ikut sejak masih duduk

dibangku aliyah akan tetapi masih belum dapat izin kedua orang tuanya, kemudia saat

kuliah semester 1 mulai ada pemasukan dari seniornya yang sudah mengikuti

Thariqah karena masih mumpung ada mursyidnya secara langsung jadi merasa eman

(rugi) kalau tidak mengikutinya. Dengan dorongan atau motivasi ekstrinsiknya dari

teman-teman seniornya yang sudah banyak mengikutinya.

Motivasi Instrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri individu.

W.S. Winkel berpendapat “motivasi ini merupakan daya penggerak dari dalam dan

didalam suatu subyek untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan.5

Dari pengertian diatas berarti motivasi adalah daya atau kondisi intern dari

dalam diri seseorang yang mendorong seseorang bertingkah laku guna mencapai

tujuan. Misalnya seorang santri yang berkeinginan untuk menjadi khamilul Qur’an

maka ia akan terdorong untuk selalu membaca Al Qur’an walaupun tanpa di perintah

gurunya atau siapapun.

5W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: Gramedia, 1980), Hal: 27

Page 39: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

111

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi ini timbul dari diri manusia misalnya,

murid akan belajar sungguh-sunggu karena akan menempuh ujian. Jadi dalam

motivasi ekstrinsik ini kegiatan-kegiatan belajar dilakukan untuk mencapai tujuan,

dengan kata lain kegiatan belajar hanya dianggap sebagai alat atau sarana. Sejalan

dengan uraian tersebut, W.S. Winkel merumuskan motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dilakukan berdasarkan suatu dorongan

yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya, anak rajin belajar

untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepada anaknya oleh orang tuanya.6

Untuk menimbulkan motivasi merupakan tindakan yang tidak mudah, karena

motivasi itu sebagai sesuatu yang komplek. Motivasi akan menyebabkan terjadinya

perubahan energy yang ada dalam diri manusia sehingga akan berkaitan dengan

persoalan kejiwaan (perasaan) dan juga emosi. Kemudian bertindak untuk melakukan

sesuatu. Dan agar tercapainya tujuan yang ada dalam rasa keinginannya. Adapun

tujuan motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggungah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

untuk mendapatkan sesuatu sehungga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan

tertentu.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pentingnya Motivasi Ekstrinsik dan

Instrinsik dalam pengambilan keputusan atau dorongan kita semua untuk melakukan

suatu hal yang bermanfa’at dan agar tercapainya tujuan yang ada dalam rasa

keinginannya. Sehingga pada subjek 1&2 begitu dengan adanya motivasi Ekstrisnsik

6Ibid Hal: 34

Page 40: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

112

dan Instrinsik begitu berbeda ketika mengambil keputusan untuk melakukan hafalan

Al Qur’annya dan mengikuti Thariqah.

Page 41: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

113

TABEL 1.1 Jenis Motivasi Santri Mengikuti Keduanya

Subjek 1 (Bungah)

Jenis Motivasi

Menghafal Al Qur’an

1. Tujuan

Untuk mengembangkan keilmuwan

dalam menghafalkan.

Jenis Motivasi

1. Motivasi Instrinsik

Dari kebiasaan menghafalkan kemudian

merasa tidak nyaman ketika tidak

menghafalkan lagi. Akhirnya menghafalkan

Al Qur’an. Karena dari saya sendiri

mumpung masih bujangan alangkah baiknya

untuk mengikuti keduanya, karena belum ada

kewajiban yang lain.

Sebagai kaum hawa subjek lebih memilih

untuk tidak banyak diluar nantinya dalam

jangka waktu kedepannya. Pada intinya yang

subjek cari adalah keteguhan dan kedekatan

hati pada Allah dengan cara Mengamalkan

Thariqah dan menghafalkan Al Qur’an.

Untuk menjadi hamilul Qur’an.

2. Motivasi Ekstrinsik

Dari guru karena Thariqah itu membantu

untuk hafalan Al Qur’annya dan hafalannya

lebih cepat karena Thariqah itu untuk

takhlisul Qalbi memurnikan hati supaya

mudah menerima hal yang bersih hal-hal

yang bersifat mulia seperti Al Qur’an.

Dari lingkugan karena Melihat seorang teman

yang sering melakukan seaman. Dan hati pun

begitu tenang ketika dibuat untuk membaca

Al Qur’an (ketenangan hati).

Page 42: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

114

Subjek 2 (Mawar)

Jenis Motivasi

Menghafal Al Qur’an

1. Tujuan

Agar teringat selalu dan bisa

membahagiakan dari diri sendiri

Menghafal Al Qur’an

1. Motivasi Instrinsik

Agar bisa beristiqomah dalam membaca Al

Qur’an, karena sebelumnya jarang bisa

untuk istiqomah membacanya.

Untuk membahagiakan orang tua di akirat

nanti. Karena jika anak menghafal Al

Qur’an itu bisa menjaga kedua orang tuanya

dan dirinya dalam kubur.

Menjadi kaum hawa yang hamilul Qur’an

2. Motivasi Ekstrinsik

Dari nasehat guru karena orang yang

menghfalkan Al Qur’an banyak

kenikmatannya seperti mempermudah

untuk mengigat selalu ayat-ayat Al Qur’an.

Bisa membantu lingkungan sekitar atau

mengajarinya makhrijul Khuruf Al Qur’an

dengan baik.

Page 43: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

115

2. Dinamika Motivasi Santri yang Menghafalkan Al Qur’an dan Mengikuti

Thariqah

Dinamika adalah kegiatan atau keadaan gerak dan selalu bergerak baik

mengarah kearah positif ataupun negatif.Dalam perubahan ini berhubungan dengan

kepribadian dalam setiap individu sebagai makhluk social yang tidak lepas dari

permasalahan.7

Bagaimana dengan santri yang memutuskan untuk mengikuti keduanya yaitu

menghafalkan Al Qur’an dan mengamalkan atau mengikuti Thariqahnya disaat masih

menetap di pondok pesantren dan sekaligus mengikuti aktivitas lain. Seperti aktifitas

menjadi guru madrasah diniyah, kuliah, dan masalah kepengurusan.Dengan

keputusan untuk mengikuti keduanya tidak begitu menjadi permasalahan asalkan

berangkat dari niatan hatinya dan kebanyakan keuntungannya untuk mengikuti

keduanya yaitu menghafalkan Al Qur’an dan mengamalkan atau mengikuti

Thariqahnya.8

Pada proses analisis terkait dinamika motivasi peneliti membandingkan

tingkat motivasi nya pada setoran atau kelancaran menghafalkan Al Qur’annya

sedangkan pada Thariqahnya dilihat dari tingkat perubahan setelah melakukan

manjing suluk, karena pada setiap santri yang setelah melakukan manjing suluk

beberapa kali ada perubahan pada jiwa hatinya dan kepribadiannya.

Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur’an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl

(16) ayat 69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya :Dan tempuhlah jalan

7Al Barry, 1994 : 112

8Analisis perbandingan Transkip wawancara subjek 1&2

Page 44: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

116

Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk

disebut salik. Selain itu, suluk bisa diartiakan suatu program latihan rohani dengan

menjalankan amalan lahir dan amalan bathin yang tujuannya adalah semata-mata

mendekatkan diri kepada Allah SWT (Taqarrub Ilallah) dan mengharap ridho-Nya

dengan disertai perjuangan keras melawan hawa nafsu.Sehingga suluk dalam tarekat

Naqsyabandiyah biasa dilakukan dalam waktu tertentu yang telah ditentukan oleh

Mursyid dengan tujuan taqarrub dan membersihkan diri (jiwa) secara total.9

Karena pengukuran dari kemampuan tiap orang itu berbeda begitu juga

dengan subjek 1 dan 2.Tingkat kemampuannya pun berbeda dan hal tersebut salah

satunya disebabkan oleh motivasi yang berbeda dan juga keadaan emosi pula. Emosi

yang dimaksud disini adalah emosi bathin yaitu sebuah ketenangan hati yang

dirasakan keduanya ketika proses menghafal Al-Qur’an.

Pada subjek 1 (Bungah) dalam menghafal Al-Qur’an lebih cepat dibandingkan

subjek 2 (mawar).Bungah khatam juz 1 sampai 30 selama satu tahun setengah. Juz 1

sampai 5 diselesaikan selama 6 bulan,waktu ini dirasakan cukup lama karena ketika

proses hafalan bersamaan dengan banyaknya aktivitas dan pada waktu proses setelah

setoran juga membutuhkan waktu yang lumayan banyak yakni setelah setoran harus

membaca kembali yang telah disetorkan sebanyak 27 kali kemudian besok dibaca lagi

11 kali. Juz 6 sampai 10 prosesnya hampir sama tetapi dapat diselesaikan selama 3

bulan. Untuk juz 11 sampai 15 diselesaikan dalam waktu 4 bulan.Dan yang terakhir

juz 16 sampai 30 itu diselesaikan hanya dalam 4 bulan. Hal ini karena adanya

9http://gus7.wordpress.com/2008/04/29/martabat-tujuh-dalam suluk-sujinah

Page 45: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

117

dorongan dari guru yang mengizinkan untuk setor hafalan sehari 2 kali jadi proses

selesainya lebih cepat dari juz-juz sebelumnya.

Proses cepatnya hafalan Bungah salah satunya didukung oleh ketenangan

hatinya yang ditimbulkan dari seringnya melakukan manjing suluk sebanyak 12

kali.Bungah berpendapat bahwa semakin sering manjing suluk maka menambah

tingkatan maqom sehingga ketenangan hati pun bertambah, kedekatan dengan Allah

pun bertambah. Tetapi semua itu akan terjadi jika dilakukan dengan sungguh-

sungguh.

Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur’an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl

(16) ayat 69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya :Dan tempuhlah jalan

Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk

disebut salik. Selain itu, suluk bisa diartiakan suatu program latihan rohani dengan

menjalankan amalan lahir dan amalan bathin yang tujuannya adalah semata-mata

mendekatkan diri kepada Allah SWT (Taqarrub Ilallah) dan mengharap ridho-Nya

dengan disertai perjuangan keras melawan hawa nafsu.

Tidak jauh berbeda dengan subjek 1 (Bungah), subjek 2 (Mawar) proses

hafalannya sama yaitu dengan setoran kepada guru Al-Qur’an tetapi yang

membedakan adalah Mawar lebih lama daripada Bungah. Juz 1 sampai 5 selesai

dalam 7 bulan, juz 6 sampai 10 selama 4 bulan, juz 11 sampai 15 selama 7 bulan. Juz

16 sampai 20 paling lama yaitu selama 10 bulan baru selesai.Hal ini disebabkan

karena Mawar mengalami berbagai cobaan yang memang sedikit menghambat

Page 46: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

118

hafalannya mulai dari ketika ibunya sakit Mawar harus selalu menunggui ibunya di

rumah sakit sampai akhirnya ibunya meninggal dunia.Sempat Mawar bingung

melanjutkan hafalan atau tidak tapi atas dorongan dari guru dan keluarganya Mawar

tetap melanjutkan dan sekarang telah mencapai juz 23.Untuk thoriqoh jelas berbeda

sekali karena barubeberapa bulan kemarin Mawar manjing suluk yang pertama dan

Mawar masih belum begitu merasakan banyak apapun dari manjing suluk tersebut.

Dari paparan di atas akan lebih mudah lagi dilihat perbedaan dinamika

motivasinya jika dengan melihat tabel.

Page 47: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

119

A. Subjek 1

Garis vertikal menunjukkan lama waktu (bulan) yang dibutuhkan untuk

menghafal Al Qur’an, sedangkan garis horizontal menunjukkan hafalan Juz

dalam Al Qur’an.Semakin tinggi grafik maka waktu yang diperlukan semakin

lama sehingga diambil kesimpulan bahwa motivasi semakin rendah, dan

sebaliknya apabila grafik rendah maka waktu yang diperlukan semakin cepat,

kesimpulannya subyek memilki motivasi tinggi.

0

1

2

3

4

5

6

7

JUZ 1-5 JUZ 6-10 JUZ 11-15 JUZ 16-20 JUZ 21-25 JUZ 26-30

Motivasi Menghafal Al Qur'an

Page 48: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

120

B. Subjek 2

Garis vertikal menunjukkan lama waktu (bulan) yang dibutuhkan untuk

menghafal Al Qur’an, sedangkan garis horizontal menunjukkan hafalan Juz

dalam Al Qur’an.Semakin tinggi grafik maka waktu yang diperlukan semakin

lama sehingga diambil kesimpulan bahwa motivasi semakin rendah, dan

sebaliknya apabila grafik rendah maka waktu yang diperlukan semakin cepat,

kesimpulannya subyek memilki motivasi tinggi.

0

2

4

6

8

10

12

JUZ 1-5 JUZ 6-10 JUZ 11-15 JUZ 16-20 JUZ 21-23

Motivasi Menghafal Al Qur'an

Page 49: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

121

3. Permasalahan yang Dialami Santri Ketika Menghafalkan Al Qur’an dan

Mengikuti Thariqah.

Aktivitas sehari-hari seseorang tidak akanlepas dari suatu alasan atau faktor

sebelum melakukan tindakan, faktor tersebut lah yang unik dan berbeda dari sebuah

aktifitas pengambilan keputusan santri saat menghafalkan Al Qur’an dan mengikuti

Thariqahnya. Alasan mereka berbeda satu sama lain dan sangat beragam sesuai

dengan situasi dan kondisi masing-masing subjeknya. Adapun faktor yang menjadi

dasar dan menjadi perbandingan antara subjek yang satu dengan subjek yang lain

(subjek 2) suatu catatan tersendiri bagi peneliti. Selain di dalam motivasi juga

terdapat suatu rangkaian interaksi antar berbagai factor yang dimaksud meliputi:10

a. Individu dengan segala unsur-unsurnya

Kemampuan dan ketrampilan, kebiasaan, sikap dan sistem nilai yang

dianut, pengalaman traumatis, latar belakang kehidupan sosial budaya,

tingkat kedewasaan, dsb.

Dari hasil wawancara kedua subjek (Bungah dan Mawar) ditemukan

beberapa unsur dari unsur-unsur yang telah disebutkan diatas yaitu

kemampuan dan ketrampilan,sikap, dan tingkat kedewasaan.

Dari subjek 1 (Bungah) dalam kemampuan dan keterampilannya,

Bungah mampu dalam mengahafalkan Al Qur’an dan mengikuti

Thariqahnya sedangakan yang dimaksud dalam keterampilan disini adalah

cara Bungah melakukan pembagian waktu antara menghafalkan Al Qur’an

10

Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung : CV. Pustaka Setia. 2003

Page 50: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

122

dan juga mengikuti Thariqah. Sebenarnya tidak ada pembagian waktu yang

detail tetapi ada waktu untuk beristirahat maksimal 6jam, adapun waktu

untuk kuliah difokuskan pada kuliah,waktu mengaji difokuskan mengaji,

dan selain itu digunakan untuk menghafal dan nderes. Sedangkan waktu

untuk Thariqah sebenarnya setiap saat pasti ada.

Pada subjek 2 (Mawar) dalam kemampuan dan keterampilannya,

Mawar mampu dalam menghafalkan Al Qur’an dan mengikuti Thariqahnya

sedangkan yang dimaksud dalam keterampilan disini adalah cara Mawar

melakukan pembagian waktu antara menghafalkan Al Qur’an dan mengikuti

Thariqah. yaitu, untuk waktu Thariqahnya atau Dzikirnya di mulai setelah

isya’ sebagiannya di selesaikan setelah subuh. Kemudian untuk deres

dilakukan setelah selesainya dzikir kemudian persiapan untuk kuliah

sedangkan untuk menambah ziyadah (undaan) Al Qur’an pada waktu sore.

Jika dilihat dari unsur sikap dan tingkat kedewasaannya antara subjek

1&2 begitu ada perbedaan. Pada subjek 1 sikapnya lebih tenang dan lebih

dewasa dalam menyikapi permasalahan, sedangkan pada subjek 2 sedikit

cemas ketika menyikapi Permasalahan yang mengejutkan misalnya ketika

ibunya meninggal dunia, Mawar sempat ragu untuk meneruskan hafalannya

dan kembali ke pondok pesantren.

b. Situasi dimana individu bekerja akan menimbulkan berbagai rangsangan

Persepsi individu terhadap kerja, harapan dan cita-cita dalam kerja itu

sendiri, persepsi bagaimana kecakapannya terhadap kerja, kemungkinan

Page 51: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

123

timbulnya perasaan cemas, perasaan bahagia yang disebabkan oleh

pekerjaan.

Situasi dimana subjek menghafalkan Al Qur’an dan mengikuti

Thariqah juga akan menimbulkan berbagai rangsangan seperti timbulnya

perasaan cemas dan perasaan bahagia yang disebabkan saat menghafalkan

Al Qur’an dan mengikuti Thariqah.

Perasaan cemas dan perasaan bahagia pasti akan dirasakan oleh setiap

orang. Apalagi dalam menentukan sebuah keputusan seperti halnya

keputusan untuk menghafalkan Al Qur’an ketika sudah mengikuti

Thariqah.Bungah merasakan kecemasan ketika meyakinkan orang tuanya

untuk memberikan izin saat memutuskan menghafalkan Al Qur’an karena

orang tuanya tidak yakin kalau Bungah mampu atau kuat untuk

menghafalkan Al Qur’an sekaligus mengamalkan Thariqahnya.Tetapi

kenyataannya Bungah mampu untuk menghatamkan hafalan Al Qur’annya

tanpa meninggalkan Thariqah.Sedangkan pada perasaan bahagianya Bungah

dengan tercapainya niatan hatinya untuk menjalankan keduanya

(menghafalkan Al Qur’an dan mengikuti Thariqah).

Pada paparan subjek 2 (Mawar) mulai merasakan kecemasan ketika

sudah berada di sebagian perjalanannya dalam menghafal Al-Qur’an dan

menjalankan thariqahnya. Yakni ketika ibu mawar meninggal dunia, Mawar

mulai bimbang antara melanjutkan atau tidak hafalannya karena adanya

tuntutan dari keluarga agar segerah pulang (boyong) untuk membantu

merawat adiknya yang masih usia TK B. akan tetapi Mawar berhasil

Page 52: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

124

meyakinkan kkeluarganya untuk tetap melanjutkan hafalannya juga tanpa

mengganggu pengamalan thariqah disetiap harinya. Sedangkan untuk

perasaan bahagianya mawar merasakan ketika mulai menghafal Al-qur’an

dan mengamalkan thariqah mawar bisa lebih sering untuk mengingat sang

penciptanya.

c. Pengaruh yang datang dari berbagai pihak

Pengaruh dari sesama rekan, kehidupan kelompok maupun tuntutan

atau keinginan kepentingan keluarga, pengaruh dari berbagai hubungan di

luar pekerjaan.

Unsur-unsur yang ada pada pengaruh yang datang dan berbagai pihak

yaitu pengaruh dari sesama rekan, kehidupan kelompok maupun tuntutan

atau keinginan kepentingan keluarga.

Pada subjek 1 (Bungah) unsur pengaruh dari sesama rekan, ketika

pengambilan keputusan saat awal mengikuti Thariqah dengan menilai antar

teman yang sudah mengikuti dan yang belum mengikuti begitu jauh

perbedaannya ketika dalam menyelesaikan masalah.Untuk hafalan Al

Qur’annya tidak ada rasa pengaruh sesama rekan karena Bungah terdorong

dari kebiasaan untuk menghafalkannya.

Sedangkan kehidupan kelompok maupun tuntutan pada Bungah saat

menjalankan hafalan Al Qur’annya kendala atau tuntutan dalam kehidupan

kelompoknya yaitu pada saat kepengurusan asramanya, sehingga Bungah

Page 53: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

125

tidak melakukan setoran disebabkan ada hal-hal yang harus

diperselesaikan.Karena Bungah seorang yang memiliki kepribadian takut

untuk dibenci sehingga Bungah begitu hati-hati saat menyelesaikan

permasalahan kepengurusannya.

Pada paparan subjek Mawar sama dengan Bungah saat awal untuk

mengikuti Thariqah karena pengaruh dari seorang teman atau seniornya

(sesama rekan). Sedangkan saat menghafalkan Al Qur’an Mawar mengalami

rasa tuntutan atau kepentingan keluarganya, karena sejak ibunya meninggal

dunia Mawar bingung dengan perubahan perilaku abahnya dan juga

saudaranya yang mendorong untuk cepat-cepat keluar (boyong) dari pondok

karena masih memiliki adik yang masih kecil dan duduk dibangku TK B.

d. Proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-masing individu

terhadap pelaksanaan pekerjaannya.

Ketika dalam proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-

masing individu terhadap pelaksanaan pekerjaannya antara subjek 1&2 tidak

ada permasalahan untuk pembagian waktu karena masih bisa dijalani dan

dengan semakin banyaknya aktivitas semakin bagus dan waktu semakin padat

maka seseorang kansemakin menghargai waktunya. Karena waktu itu akan

sangat berharga ketika aktivitas banyak dan tidak terlalu sulit untuk mengatur.

e. Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu.

Ketika subjek 1&2 saat mendapatkan pemasukan dari temannya reaksi

yang dirasakannya tertarik dan berhasil untuk terpengaruhnya.

Page 54: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

126

f. Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu.

Ketika dalam proses pelaksanaan hafalan Al-qur’an dan thariqah

masing-masing individu mendapatkan beberapa dampak pada perbuatan atau

perilaku sebab dari mengikuti kedua hal tersebut antara subjek 1 dan 2.

Perilaku yang ditampilkan Bunga (subjek 1) ketika telah mengikuti keduanya

adalah Bunga semakin lebih bisa menyikapi suatu masalah dengan bijaksana

tanpa harus banyak mengeluh. Bunga juga lebih bisa menilai sesuatu dari

beberapa sisi sehingga tidak mudah menyalahkan orang lain.

Paparan pada subjek 2 (Mawar) dalam tampilan perilakunya adalah

Mawar lebih bisa menahan diri. Dalam perilaku beribadah pun mawar lebih

bisa menahan diri sehingga yang dulunya Mawar setelah sholat selalu ingin

cepat-cepat sekarang mawar lebih memilih untuk berdzikir terlebih dahulu.

g. Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan tujuan.

Situasi dimana subjek menghafalkan Al Qur’an dan mengikuti

Thariqah juga akan menimbulkan berbagai rangsangan seperti dalam

harapan dan cita-cita dalam menghafalkan Al Qur’an dan mengamalkan

Thariqahnya.

Pada subjek 1 (Bungah) mempunyai harapan dan cita-cita untuk

Menjadi pendidik dan khamilul Qur’an professional dengan jalan

menghafalkan dan menkhotamkan Al Qur’an serta di dorong oleh

Page 55: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

127

pengamalan Thariqah yang telah diikutinya.Karena Thariqah bisa

mempermudah dan mempercepat dalam menghafalkan Al Qur’an.

Sedangakan pada subjek 2 (Mawar) mempunyai harapan dan cita-cita

untuk tetap menjaga hafalan Al Qur’annya dengan cara mengikuti Riyadah

di pondok pesantren lain setelah khatamnya Al Qur’an di pondok Ngalah

agar lebih bisa mengamalkan ilmu Al-qur’annya, dan diiringi dengan

pengamalan Thariqahnya. Karena dengan menjalankan keduanya membuat

Mawar lebih tentram dan lebih dekat dengan tuhannya.

Keputusan dalam menentukan untuk mengikuti thariqah dengan diiringi

menghafal Al-qur’an merupakan sebuah keputusan yang sulit dan butuh banyak

pertimbangan. Dan tentunya sebuah keputusan memiliki dampak positif dan dampak

negatif sesuai dengan bagaimana seseorang tersebut menentukan pilihannya.

Keputusan bisa berdampak negatif jika seseorang yang mengambil keputusan itu

belum benar-benar siap dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, bisa juga

krena adanya keterpaksaan atau tekanan dari pihak lain.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya beberapa perbedaan dampak

ketika mengambil keputusan untuk menghafal Al-qur’an ketika sudah mengikuti

thariqah antara subjek 1 dan subjek 2. Pada subjek 1 dapat dilihat adanya dampak

positif dari pengambilan keputusan tersebut. Dengan mengambil keputusan tersebut

subjek 1 lebih bisa menguasai dan membersihkan hati dan jiwanya sehingga dalam

menghadapi sebuah masalah subjek 1 bisa menghadapinya dengan lebih bijak dan

terarah. Dalam menyelesaikan masalah-masalahnya subjek 1 lebih bisa menilai dan

Page 56: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

128

memandang dari beberapa sudut tidak hanya monoton terhadap satu titik pandang

sehingga subjek tidak mudah putus asa dan menyalahkan orang lain dalam problema-

problemnya. Namun sebagai manusia biasa subjek juga tidak luput dari kekhilafan

dan kelemahannya. Subjek pernah merasa goyah dan rapuh ketika dihadapkan pada

masalah kepengurusan yang berisiko bisa dibenci oleh beberapa orang, sedangkan

subjek amat sangat takut jika harus dibenci oleh seseorang sehingga subjek hampir

kehilangan keseimbangan dirinya.

Namun, pada subjek 2 peneliti menemukan beberapa dampak negatif dari

pengambilan keputusannya untuk mengamalkan thariqah dengan diiringi menghafal

Al-qur’an. Peneliti menemukan bahwa subjek 2 adalah tipe orang yang mudah goyah

dan mudah terpengaruh oleh pihak lain. Dalam mengambil keputusannya untuk

mengikuti thariqah dan menghafal Al-qur’an pun subjek 2 sempat beberapa kali

goyah karena adanya pengaruh dari luar begitupun ketika memutuskan kembali untuk

mengikutinya. Sehingga dalam menghadapi problema-problemnya subjek 2

cenderung lebih mudah goyah dan dirundung rasa cemas ketika menghadapinya.

Seperti halnya ketika sang ibu dari subjek 2 meninggal dunia subjek mulai bingung

antara melanjutkan hafalannya atau tidak apalagi ketika mendengar pembicaraan dari

keluargnya sehingga sekali lagi subjek digoyahkan oleh pihak ekstern. Dari

permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang cukup

besar terhadap subjek 2 dalam menyelesaikan problemnya ketika mengikuti thariqah

dan menghafal Al-qur’an. Namun juga dapat dirasakan dampak positif pada subjek 2

Page 57: BAB IV PEMBAHASAN A. 1. - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2272/8/09410087_Bab_4.pdfTepatnya pada hari Jumat Pahing bersamaan dengan pelaksanaan shalat jumat, Pondok

129

ketika mengikuti thariqah dan hafalan dalam usaha untuk menahan diri dari nafsunya

sehingga subjek 2 lebih bisa mendekatkan diri pada sang khaliq.

Dapat disimpulkan bahwasannya banyak permasalahan yang datang pada

subjek 1&2 ketika menghafalkan Al Qur’an dan mengamalkan Thariqah, dan

permasalahan itu berbeda-beda dan banyak yang membuat antara subjek1&2 berbeda

ketika dalam menyelesaikan permasalahan itu dan cara menghadapinya. Meskipun

dengan banyaknya permasalahan subjek Bungah dan Mawar masih bisa untuk

meneruskan hafalan Al Qur’annya dan beristiqamah dalam dzikirnya. dan

permasalahan itu datangnya dari Allah dan itu semua adalah ujian untuk hambanya.

Akan tetapi dengan banyaknya masalah Allah tidak merubah nasib pada hambanya.

Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du 11 :

... إن اهلل اليغيرمابقىم حتى يغيروامابأنفسهم...

“….Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah

diri mereka sendiri….”.