BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB...

23
31 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Bapak Aji merupakan wajib pajak orang pribadi yang sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Bapak Aji ini adalah seorang usahawan yang mempunyai usaha di bidang perdagangan eceran khusus barang- barang logam untuk bahan konstruksi. Berdasarkan kegiatan usaha yang dilakukan tersebut, Bapak Aji mempunyai kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi terkait pelaporan, penyetoran, serta penghitugan pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan yaitu PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 4 ayat 2. 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) sebelum menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 per Juli 2013, maka Bapak Aji dikenakan PPh Pasal 25. Untuk besaran norma yaitu sebesar 30% berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) dan wilayah tempat usahanya. Berikut rincian Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yang sesuai dengan usaha Bapak Aji :

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB...

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

31

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Bapak Aji merupakan wajib pajak orang pribadi yang sesuai dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas

Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Bapak Aji ini adalah seorang usahawan yang

mempunyai usaha di bidang perdagangan eceran khusus barang- barang logam

untuk bahan konstruksi. Berdasarkan kegiatan usaha yang dilakukan tersebut,

Bapak Aji mempunyai kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi terkait

pelaporan, penyetoran, serta penghitugan pemotongan dan pemungutan pajak

penghasilan yaitu PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 4 ayat 2.

4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji

Jika Bapak Aji menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)

sebelum menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 per Juli 2013,

maka Bapak Aji dikenakan PPh Pasal 25. Untuk besaran norma yaitu sebesar 30%

berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) dan wilayah tempat usahanya.

Berikut rincian Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yang sesuai dengan usaha

Bapak Aji :

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

32

Tabel 4.1

Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak Bapak Aji

Tarif Kategori Kode Keterangan

G 52

PERDAGANGAN ECERAN KHUSUS

BAHAN KONSTRUKSI DI DALAM

BANGUNAN

30%

52342

Perdagangan eceran khusus barang-

barang logam untuk bahan konstruksi

di dalam bangunan.

Kelompok ini mencakup usaha

perdagangan eceran khusus bahan-bahan

logam untuk bahan konstruksi di dalam

bangunan seperti : pipa besi/baja, kawat

tali, kawat nyamuk, paku, mur/baut,

engsel, gerendel, kunci, anak kunci, tangki

air, menara air, rolling door, awning, dan

seng lembaran.

Sumber : (KEP-34/PJ/2003)

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

33

Dan berikut adalah rincian omzet atau peredaran bruto Bapak Aji selama

tahun 2013-2015:

Tabel 4.2

Omzet Bapak Aji

Selama Januari-Desember Tahun 2013-2015

(dalam rupiah)

NO BULAN

OMZET

2013 2014 2015

1 JANUARI 39.025.000 13.050.000 13.702.500

2 FEBRUARI 38.548.000 14.111.000 14.816.550

3 MARET 36.980.000 11.529.000 12.105.450

4 APRIL 38.725.000 11.555.300 12.133.065

5 MEI 40.785.000 13.424.300 14.095.515

6 JUNI 38.852.000 12.444.600 13.066.830

7 JULI 18.072.133 10.225.700 10.736.985

8 AGUSTUS 18.433.800 10.824.200 11.365.410

9 SEPTEMBER 23.275.000 15.776.300 16.565.115

10 OKTOBER 20.195.000 12.332.250 12.948.862

11 NOVEMBER 19.500.000 11.445.000 12.017.250

12 DESEMBER 20.746.667 13.130.250 13.786.762

JUMLAH 353.137.600 149.847.900 157.340.294

Sumber : Kantor Konsultan CV. Pakar Penata Usaha, 2016

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

34

4.2.1 Penghitungan Pajak Terutang Tahun 2013

a. Penghitungan menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto (NPPN)

Berikut adalah penghitungan Pajak Terutang menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) yakni :

Penghasilan neto = 30% x Peredaran bruto

= 30% x Rp 353.137.600

= Rp 105.941.280

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan neto – PTKP (K/2)

= Rp 105.941.280– Rp 30.375.000

= Rp 75.566.280

Pembulatan = Rp 75.566.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 5%

(Ps 17 UU PPh) = Rp 50.000.000 x 5%

= Rp 2.500.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 15%

= Rp 25.566.000 x 15%

= Rp 3.833.400

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

35

Total Pajak Terutang = Rp 2.500.000 + Rp 3.833.400

tahun 2013 = Rp 6.333.400

Jika pada tahun 2013 Bapak Aji menggunakan

Penghitungan berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

(NPPN) maka PPh terutangnya sebesar Rp 6.333.400.

b. Penghitungan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

46 Tahun 2013

Berikut adalah penghitungan Pajak Terutang menggunakan PP No

46 Tahun 2013 yakni :

Pajak Terutang = Omzet x Tarif 1%

Dimana, Omzet = Peredaran Bruto yang diterima oleh Bapak

Aji atau pelaku UMKM per bulan.

Berikut penghitungan pajak terutang tahun 2013 berdasarkan

PP No. 46 tahun 2013 :

Pajak Terutang = Peredaran bruto x 1%

= Rp 353.137.600 x 1%

= Rp 3.531.376

Jika pada tahun 2013 Bapak Aji menggunakan

Penghitungan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 maka PPh terutangnya sebesar Rp 3.531.376.

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

36

c. Penghitungan Sesuai Peraturan Yang Berlaku

Berikut penghitungan setelah adanya peraturan baru yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 berlaku sejak 1 Juli

2013 :

Tabel 4.3

Omzet Bapak Aji

Selama Januari-Juni Tahun 2013

(dalam rupiah)

NO BULAN OMZET

1 JANUARI 39.025.000

2 FEBRUARI 38.548.000

3 MARET 36.980.000

4 APRIL 38.725.000

5 MEI 40.785.000

6 JUNI 38.852.000

JUMLAH 232.915.000

Sumber : Kantor Konsultan CV. Pakar Penata Usaha, 2016

Maka pada bulan januari-juni tahun 2013 penghitungan Pajak

Terutang yaitu menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan

Neto (NPPN) sebagai berikut :

Penghasilan neto = 30% x Peredaran bruto

= 30% x Rp 232.915.000

= Rp 69.874.500

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

37

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan neto – PTKP (K/2)

= Rp 69.874.500 – Rp 30.375.000

= Rp 39.499.500

Pembulatan = Rp 39.499.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 5%

(Ps 17 UU PPh) = Rp 39.499.000 x 5%

= Rp 1.974.950

Jadi pajak terutang pada bulan Januari-Juni tahun 2013

sebesar Rp 1.974.950. Sebelum peraturan baru berlaku tarif pajak

penghasilan ini bersifat tidak final. Surat Pemberitahuan (SPT)

yang digunanakan adalah SPT formulir 1770, jika menggunakan

penghitungan diatas maka tercantum pada SPT lembar pertama

yaitu SPT Induk yang berisi rincian penghitungan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Bapak Aji.

Setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 maka pada bulan Juli-Desember tahun 2013 penghitungannya

sebagai berikut :

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

38

Tabel 4.4

Omzet Bapak Aji

Selama Juli-Desember Tahun 2013

(dalam rupiah)

NO BULAN OMZET

7 JULI 18.072.133

8 AGUSTUS 18.433.800

9 SEPTEMBER 23.275.000

10 OKTOBER 20.195.000

11 NOVEMBER 19.500.000

12 DESEMBER 20.746.667

JUMLAH 120.222.600

Sumber : Kantor Konsultan CV. Pakar Penata Usaha, 2016

Pajak Terutang = Peredaran bruto x 1%

= Rp 120.222.600 x 1%

= Rp 1.202.226

Jadi pajak terutang pada bulan juli-desember tahun 2013

sebesar Rp 1.202.226. Sesudah peraturan baru berlaku tarif

pajak penghasilan ini bersifat final. Surat Pemberitahuan

(SPT) yang digunakan adalah SPT formulir 1770, jika

menggunakan penghitungan diatas maka tercantum pada

SPT lembar ketiga lampiran-III bagian A kolom nomor 16

yang berisi penghasilan lain yang dikenakan pajak final

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

39

dan/atau bersifat final Bapak Aji. Maka pajak terutang

Bapak Aji tahun 2013 yang sudah sesuai dengan peraturan

berlaku adalah sebesar Rp 1.974.950 + Rp 1.202.226 = Rp

3.177.176.

4.2.2 Penghitungan Pajak Terutang Tahun 2014

a. Penghitungan menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto (NPPN)

Berikut adalah penghitungan Pajak Terutang menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) yakni :

Penghasilan neto = 30% x Peredaran bruto

= 30% x Rp 149.847.900

= Rp 44.954.370

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan neto – PTKP (K/2)

= Rp 44.954.370 – Rp 30.375.000

= Rp 14.579.370

Pembulatan = Rp 14.579.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 5%

(Ps 17 UU PPh) = Rp 14.579.000 x 5%

= Rp 728.950

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

40

Jika pada tahun 2014 Bapak Aji menggunakan

penghitungan berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

(NPPN) maka PPh terutangnya sebesar Rp 728.950 bersifat tidak

final.

b. Penghitungan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

46 Tahun 2013

Pada tahun 2014 penghitungan pajak terutang sesuai peraturan

yang berlaku yaitu menggunakan PP Nomor 46 Tahun 2013

sebagai berikut :

Pajak Terutang = Omzet x Tarif 1%

Dimana, Omzet = Peredaran Bruto yang diterima oleh Bapak

Aji atau pelaku UMKM per bulan.

Pajak Terutang = Peredaran bruto x 1%

= Rp 149.847.900 x 1%

= Rp 1.498.479

Jadi pada tahun 2014 Bapak Aji telah menggunakan

penghitungan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 maka PPh terutangnya sebesar Rp 1.498.479 bersifat final.

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

41

4.2.3 Penghitungan Pajak Terutang Tahun 2015

a. Penghitungan menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto (NPPN)

Berikut adalah penghitungan Pajak Terutang menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) yakni :

Penghasilan neto = 30% x Peredaran bruto

= 30% x Rp 157.340.294

= Rp 47.202.088

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan neto – PTKP (K/2)

= Rp 47.202.088 – Rp 30.375.000

= Rp 16.827.088

Pembulatan = Rp 16.827.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 5%

(Ps 17 UU PPh) = Rp 16.827.000 x 5%

= Rp 841.350

Tetapi pada tahun 2015 terjadi adanya perubahan kenaikan

PTKP ( Penghasilan Tidak Kena Pajak ), maka penghitungannya

sebagai berikut :

Penghasilan neto = 30% x Peredaran bruto

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

42

= 30% x Rp 157.340.294

= Rp 47.202.088

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan neto – PTKP (K/2)

= Rp 47.202.088 – Rp 45.000.000

= Rp 2.202.088

Pembulatan = Rp 2.202.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 5%

( Ps 17 UU PPh) = Rp 2.202.000 x 5%

= Rp 110.100

Jadi jika pada tahun 2014 Bapak Aji menggunakan

Penghitungan berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

(NPPN) maka PPh terutangnya sebesar Rp 110.100 bersifat tidak

final.

b. Penghitungan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

46 Tahun 2013

Pada tahun 2015 penghitungan pajak terutang sesuai peraturan

yang berlaku yaitu menggunakan PP Nomor 46 Tahun 2013

sebagai berikut :

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

43

Pajak Terutang = Omzet x Tarif 1%

Dimana, Omzet = Peredaran Bruto yang diterima oleh Bapak

Aji atau pelaku UMKM per bulan.

Pajak Terutang = Peredaran bruto x 1%

= Rp 157.340.294 x 1%

= Rp 1.573.403

Jadi pada tahun 2015 Bapak Aji telah menggunakan

penghitungan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 maka PPh terutangnya sebesar Rp 1.573.403 bersifat final.

4.2.4 Perbandingan PPh Terutang menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto dan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Dengan adanya perbandingan penghitungan pajak terutang

menggunakan NPPN dan PP 46 maka akan lebih terlihat lebih

besar atau lebih kecil pajak terutang yang dihasilkan.

4.2.4.1 Perbandingan Pajak Terutang menggunakan NPPN dan

menggunakan PP 46 Pada Tahun 2013 Sesuai Peraturan

Berlaku

Berikut perbandingannya saat peraturan diberlakukan per Juli

2013 adalah :

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

44

Tabel 4.5

Perbandingan PPh Terutang (NPPN) dan PPh Final 1% (PP 46)

Tahun 2013

Sesuai Peraturan Berlaku

(dalam rupiah)

Tahun

PPh Terutang

(NPPN)

PPh Terutang

Final 1%

(PP 46)

PPh Terutang (NPPN) + Final

1% (PP 46) Sesuai Peraturan

Berlaku

2013 6.333.400 3.531.376 3.177.176

Sumber : data diolah, 2016

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa penghitungan pajak

terutang sebelum sesuai peraturan berlaku, maka jika

dibandingkan Pajak Terutang yang diperoleh dari penghitungan

menggunakan NPPN sebesar Rp 6.333.400 sedangkan

menggunakan PP 46 sebesar Rp 3.531.376 dan sesudah sesuai

peraturan berlaku sebesar Rp 3.177.176.

4.2.4.2 Perbandingan Pajak Terutang menggunakan NPPN dan

menggunakan PP 46 Pada Tahun 2014 Sesuai Peraturan

Berlaku

Berikut perbandingannya saat peraturan diberlakukan per Juli

2013 adalah :

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

45

Tabel 4.6

Perbandingan PPh Terutang (NPPN) dan PPh Final 1% (PP 46)

Tahun 2014

Sesuai Peraturan Berlaku

(dalam rupiah)

Tahun

Sesuai Peraturan Berlaku

Selisih PPh Terutang

(NPPN)

PPh Terutang Final 1%

(PP 46)

2014 728.950 1.498.479 (769.529)

Sumber : data diolah, 2016

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa penghitungan pajak

terutang sesudah sesuai peraturan berlaku, maka jika dibandingkan

Pajak Terutang yang diperoleh dari penghitungan menggunakan

NPPN yang belum sesuai peraturan berlaku sebesar Rp 728.950

sedangkan menggunakan PP 46 sebesar Rp 1.498.479

menimbulkan selisih sebesar Rp 769.529.

4.2.4.3 Perbandingan Pajak Terutang menggunakan NPPN dan

menggunakan PP 46 Pada Tahun 2015 Sesuai Peraturan

Berlaku

Berikut perbandingannya saat peraturan diberlakukan per Juli

2013 adalah :

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

46

Tabel 4.7

Perbandingan PPh Terutang (NPPN) dan PPh Final 1% (PP 46)

Tahun 2015

Sesuai Peraturan Berlaku

(dalam rupiah)

Keterangan

PPh Terutang

(NPPN) dengan

PTKP tahun 2014

PPh Terutang

(NPPN) dengan

PTKP tahun 2015

PPh Terutang

Final 1% (PP

46)

PTKP 24.300.000 36.000.000 -

Tahun 2015 841.350 110.000 1.573.403

Sumber : data diolah, 2016

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa penghitungan pajak

terutang sesudah sesuai peraturan berlaku, maka jika dibandingkan

Pajak Terutang yang diperoleh dari penghitungan menggunakan

NPPN yang belum sesuai peraturan berlaku dengan adanya

perubahan kenaikan PTKP 2014 menjadi PTKP 2015 seperti pada

tabel diatas sebesar Rp 110.100 sedangkan menggunakan PP 46

sesuai peraturan berlaku pada tahun 2014 adalah sebesar Rp

1.573.403

4.2.4.4 Perbandingan Pajak Terutang menggunakan NPPN dan

menggunakan PP 46 Selama Tahun 2013-2015 Sesuai

Peraturan Berlaku

Dari hasil analisis data diatas dapat dilihat perbedaan antara

penghitungan pajak terutang menggunakan Norma

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

47

Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) dan PP No. 46 Tahun

2013, perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8

Perbandingan PPh Terutang (NPPN) dan PPh Final 1% (PP 46)

Tahun 2013-2015

Sesuai Peraturan Berlaku

(dalam rupiah)

Tahun

PPh

Terutang

(NPPN)

PPh Terutang

(NPPN) + Final

1% (PP 46)

PPh Terutang Final

1%

(PP 46)

Selisih

2013 6.333.400 3.177.176 - 3.156.224

2014 728.950 - 1.498.479 (769.529)

2015 110.100 - 1.573.403 (1.463.303)

Sumber : data diolah, 2016

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa penghitungan pajak

terutang dengan menggunakan PP No. 46 tahun 2013 sesuai

peraturan berlaku jauh lebih besar pada tahun 2014 dan 2015

dibandingkan dengan penghitungan menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN). Penghitungan

menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)

menghasilkan pajak terutang tahun 2014 sebesar Rp 728.950, dan

penghitungan pajak terutang menggunakan PP No.46 tahun 2013

sebesar Rp 1.498.479, menimbulkan selisih sebesar Rp 769.529.

Sedangkan pada tahun 2015 penghitungan menggunakan Norma

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

48

Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) menghasilkan pajak

terutang sebesar Rp 110.100, dan penghitungan pajak terutang

menggunakan PP No.46 tahun 2013 sebesar Rp 1.573.403,

menimbulkan selisih sebesar Rp 1.463.303. Dari penghitungan

diatas, pada tahun 2013 mengalami penurunan pajak terutang jika

menggunakan PP No. 46 Tahun 2013 dalam penghitungan pajak

terutangnya. Jika menggunakan NPPN pajak terutang sebesar Rp

6.333.400 tetapi setelah PP 46 berlaku maka pajak terutang pada

tahun 2013 sebesar Rp 3.177.176.

Jadi sebelum menggunakan PP No. 46 tahun 2013 pajak

terutang Bapak Aji lebih sedikit, namun jika dibandingkan

menggunakan PP No. 46 tahun 2013 maka menimbulkan selisih

pada pajak terutang. Hal ini dikarenakan tarif pajak terutang

langsung dikenakan pada omzet bulanan wajib pajak maka setiap

bulan Bapak Aji harus membayar pajak terutangnya, berbeda jika

wajib pajak Bapak Aji menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto (NPPN) yang dikenakan adalah total peredaran

bruto atau omzet selama 1 (satu) tahun. Dengan adanya selisih ini

dapat dikatakan bahwa pendapatan negara dari sisi Pajak

Penghasilan orang pribadi pengusaha di bidang perdagangan jauh

lebih besar jika para pelaku UMKM menggunakan PP No. 46

tahun 2013 dalam menghitung pajak terutangnya dibandingkan

dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

49

(NPPN) dalam menghitung pajak terutang berdasarkan Pasal 17

Undang-Undang No. 36 tahun 2008. Sehingga untuk beban pajak

terutang Bapak Aji dapat terlihat jelas bahwa penggunaanNorma

Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) lebih menguntungkan

daripada menggunakan PP No. 46 tahun 2013.

4.3 Keuntungan dan Kerugian Menggunakan PP No. 46 Tahun 2013

Bagi Orang Pribadi di Bidang Usaha Perdagangan

Orang pribadi yang melakukan suatu kegiatan usaha di bidang usaha

perdagangan yang berada di Indonesia.

4.3.1 KeuntunganMenggunakan PP No. 46 Tahun 2013 Bagi Orang

Pribadi di Bidang Usaha Perdagangan

Beberapa Wajib Pajak di Indonesia lebih diuntungkan jika

menggunakan PP No. 46 Tahun 2013 dibandingkan menggunakan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN). Dikarenakan

pajak terutangnya lebih rendah menggunakan PP No. 46 Tahun

2013 dibandingkan menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto. Rata-rata Wajib Pajak yang lebih diuntungkan

oleh PP No. 46 Tahun 2013 adalah Wajib Pajak yang memiliki

omzet atau peredaran bruto yang tinggi yaitu sebesar ≥ Rp 348,5

juta dengan asumsi jika PTKP tertinggi adalah sebesar Rp 48 juta

(K/3) menggunakan penghitungan NPPN.

Contoh penghitungan sebagai berikut :

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

50

Jika diketahui peredaran bruto sebesar Rp 349.000.000 , norma

sebesar 30%, PTKP (K/3) adalah sebesar Rp 48.000.000 , maka

PPh terutang yang dihasilkan adalah :

Penghasilan neto = 30% x Peredaran Bruto

= 30% x Rp 349.000.000

= Rp 104.700.000

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan neto – PTKP(K/3)

= Rp 104.700.000 – Rp 48.000.000

= Rp 56.700.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 5%

(Ps 17 UU PPh) = Rp 50.000.000 x 5%

= Rp 2.500.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 15%

= Rp 6.700.000 x 15%

= Rp 1.005.000

Total Pajak Terutang = Rp 2.500.000 + Rp 1.005.000

= Rp 3.505.000

Maka pajak terutang yang dihasilkan jika menggunakan

penghitungan NPPN adalah sebesar Rp 3.505.000, sedangkan

menggunakan penghitungan PP Nomor 46 Tahun 2013 sebagai

berikut :

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

51

Contoh penghitungan :

Diketahui peredaran bruto dan PTKP sama dengan yang diketahui

diatas, maka penghitungannya adalah :

Pajak terutang = Peredaran bruto x 1%

= Rp 349.000.000 x 1%

= Rp 3.490.000

Pada penghitungan menggunakan PP Nomor 46 Tahun 2013

adalah sebesar Rp 3.490.000. Maka kesimpulannya adalah akan

lebih menguntungkan menggunakan penghitungan PP Nomor 46

Tahun 2013 jika peredaran bruto/omzet ≥ Rp 348.500.000.

Selain itu beberapa Wajib Pajak mendukung dengan adanya PP

No. 46 Tahun 2013 tersebut, dikarenakan perhitungannya lebih

sederhana dan memudahkan Wajib Pajak, dan tentunya Wajib

Pajak paham dengan perhitungan tesebut serta lebih menekankan

kepada orang pribadi yang melakukan usaha untuk taat

membayarkan pajaknya dengan dimudahkan dengan peraturan

tersebut.

4.3.2 KerugianMenggunakan PP No. 46 Tahun 2013 Bagi Orang

Pribadi di Bidang Usaha Perdagangan

Ada pula Wajib Pajak yang merasa rugi menggunakan PP No. 46

Tahun 2013 , salah satunya yaitu Bapak Aji. Berdasarkan

penelitian diatas pajak terutang Bapak Aji lebih besar jika

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

52

menggunakan PP No. 46 Tahun 2013 dibandingan dengan

menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).

Bila dilihat perhitungan diatas menimbulkan selisih yang besar dan

merugikan bagi Bapak Aji selaku Wajib Pajak. Dan rata-rata Wajib

Pajak yang lebih dirugikan oleh PP No. 46 Tahun 2013 adalah

Wajib Pajak yang memiliki omzet atau peredaran bruto yang

rendah yaitu sebesar ≤ Rp 348,5 juta / = Rp 348,5 juta dengan

asumsi jika PTKP tertinggi adalah sebesar Rp 48 juta (K/3)

menggunakan penghitungan NPPN.

Contoh penghitungan sebagai berikut :

Jika diketahui peredaran bruto sebesar Rp 348.500.000 , norma

sebesar 30%, PTKP (K/3) adalah sebesar Rp 48.000.000 , maka

PPh terutang yang dihasilkan adalah :

Penghasilan neto = 30% x Peredaran Bruto

= 30% x Rp 348.500.000

= Rp 104.550.000

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan neto – PTKP(K/3)

= Rp 104.550.000 – Rp 48.000.000

= Rp 56.550.000

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 5%

(Ps 17 UU PPh) = Rp 50.000.000 x 5%

= Rp 2.500.000

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitianrepository.unika.ac.id/13414/5/13.31.0004 Djunita Septiani BAB IV.pdf · 4.2 Penghitungan Pajak Terutang Bapak Aji Jika Bapak Aji menggunakan

53

Pajak Terutang = Penghasilan Kena Pajak x 15%

= Rp 6.550.000 x 15%

= Rp 982.500

Total Pajak Terutang = Rp 2.500.000 + Rp 982.500

= Rp 3.482.500

Maka pajak terutang yang dihasilkan jika menggunakan

penghitungan NPPN adalah sebesar Rp 3.482.500, sedangkan

menggunakan penghitungan PP Nomor 46 Tahun 2013 sebagai

berikut :

Contoh penghitungan :

Diketahui peredaran bruto dan PTKP sama dengan yang diketahui

diatas, maka penghitungannya adalah :

Pajak terutang = Peredaran bruto x 1%

= Rp 348.500.000 x 1%

= Rp 3.485.000

Pada penghitungan menggunakan PP Nomor 46 Tahun 2013

adalah sebesar Rp 3.485.000. Maka kesimpulannya adalah akan

lebih merugikan menggunakan penghitungan PP Nomor 46 Tahun

2013 jika peredaran bruto/omzet ≤ Rp 348.500.000 / = Rp

348.500.000. Dengan menggunakan PP No. 46 Tahun 2013

mengharuskan Bapak Aji untuk membayarkan pajaknya setiap

bulan 1% dari omzet per bulan.