BAB IV PELAKSANAAN.pdf

36
60 BAB IV PELAKSANAAN 4.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan pekerjaan pada setiap proyek konstruksi memiliki metode yang berbeda-beda dan segalanya bertujuan untuk mendapatkan hasil bangunan yang maksimal dengan waktu yang efisien serta harga yang ekonomis. Pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek harus disesuaikan dengan aturan yang berlaku serta mengikuti ketentuan, rencana kerja dan syarat. Untuk memudahkan segala pelaksanaan pekerjaan, maka kontraktor pelaksana biasanya memiliki rencana kerja dan metode yang telah direncanakan terlebih dahulu. Rencana kerja (network planning diagram) disusun berdasarkan kelompok pekerjaan pada proyek sehingga akan mempermudah pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan. Proses pengawasan oleh MK (Manajemen Konstruksi) dilakukan dengan cermat untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan sehingga proses pekerjaan dapat terlaksana sesuai jadwal rencana (time schedule). Kelancaran pelaksanaan pekerjaan juga ditunjang dengan bahan dan peralatan yang sesuai kebutuhan pelaksanaan serta tenaga kerja yang terampil pada bidang pekerjaannya. Untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang direncanakan, maka dibutuhkan suatu organisasi yang baik. Oleh karena itu, di dalam sebuah proyek diperlukan : 1. Rencana Kerja dan Syarat (RKS), merupakan dokumen yang berisi sekumpulan persyaratan baik persyaratan administratif maupun persyaratan teknis yang diberlakukan pada perencanaan bangunan tertentu. RKS Administratif terdiri dari persyaratan administrasi dan umum. Sedangkan RKS Teknis terdiri dari RKS Arsitektural, RKS Struktural, dan RKS Mekanikal Elektrikal (ME). Susunan daftar isi dalam sebuah dokumen RKS pada umumnya terdiri atas pasal - pasal. Setiap pasal menjelaskan tentang definisi

description

BAB IV PELAKSANAAN FMIPA

Transcript of BAB IV PELAKSANAAN.pdf

60

BAB IV

PELAKSANAAN

4.1 TINJAUAN UMUM

Pelaksanaan pekerjaan pada setiap proyek konstruksi memiliki metode

yang berbeda-beda dan segalanya bertujuan untuk mendapatkan hasil bangunan

yang maksimal dengan waktu yang efisien serta harga yang ekonomis.

Pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek harus disesuaikan dengan aturan yang

berlaku serta mengikuti ketentuan, rencana kerja dan syarat. Untuk memudahkan

segala pelaksanaan pekerjaan, maka kontraktor pelaksana biasanya memiliki

rencana kerja dan metode yang telah direncanakan terlebih dahulu. Rencana kerja

(network planning diagram) disusun berdasarkan kelompok pekerjaan pada

proyek sehingga akan mempermudah pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas

pekerjaan yang dilaksanakan.

Proses pengawasan oleh MK (Manajemen Konstruksi) dilakukan dengan

cermat untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi

pada saat pelaksanaan sehingga proses pekerjaan dapat terlaksana sesuai jadwal

rencana (time schedule).

Kelancaran pelaksanaan pekerjaan juga ditunjang dengan bahan dan peralatan

yang sesuai kebutuhan pelaksanaan serta tenaga kerja yang terampil pada bidang

pekerjaannya.

Untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang direncanakan, maka

dibutuhkan suatu organisasi yang baik. Oleh karena itu, di dalam sebuah proyek

diperlukan :

1. Rencana Kerja dan Syarat (RKS), merupakan dokumen yang berisi

sekumpulan persyaratan baik persyaratan administratif maupun persyaratan

teknis yang diberlakukan pada perencanaan bangunan tertentu. RKS

Administratif terdiri dari persyaratan administrasi dan umum. Sedangkan RKS

Teknis terdiri dari RKS Arsitektural, RKS Struktural, dan RKS Mekanikal

Elektrikal (ME). Susunan daftar isi dalam sebuah dokumen RKS pada

umumnya terdiri atas pasal - pasal. Setiap pasal menjelaskan tentang definisi

61

maupun kriteria tertentu. Selain itu, di dalam dokumen RKS juga disebutkan

dan ditentukan SNI yang dipakai maupun standar persyaratan bahan.

2. Tenaga kerja yang menguasai dan berpengalaman di bidang pekerjaan.

3. Cara kerja yang sesuai dengan ketentuan, yaitu berdasarkan rencana kerja

berupa kurva s dan syarat-syarat yang telah ditentukan.

4. Gambar rencana.

4.2 RENCANA CARA PELAKSANAAN

Rencana cara pelaksanaan atau construction method merupakan gambaran

secara jelas dan detail mengenai pekerjaan–pekerjaan yang akan dilaksanakan

baik itu pekerjaan struktur, arsitektur, maupun pekerjaan penunjang lainnya yang

dilaksanakan pada suatu pekerjaan konstruksi. Dengan adanya rencana cara

pelaksanaan didapatkan perkiraan waktu untuk diselesaikan suatu item pekerjaan.

Dari perkiraan waktu tersebut maka pelaksana proyek dapat menyusun suatu

rencana kerja yang pasti dan runtut.

4.3 RENCANA KERJA

Rencana kerja (Time Schedule) adalah suatu pembagian waktu terperinci

yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjaan mulai dari bagian

pekerjaan permulaan sampai bagian-bagian pekerjaan akhir pada proyek ini

digunakan kurva S – Curve.

S – Curve menggambarkan grafik hubungan antara kemajuan pelaksanaan

pekerkaan dalam prosentase pada sumbu ordinat dan waktu pelaksanaan pekerjaan

pada sumbu absis.

4.4 RENCANA LAPANGAN

Rencana lapangan adalah suatu rencana perletakan bangunan-bangunan

pembantu atau darurat yang diperlukan sebagai sarana pendukung untuk

pelaksanaan pekerjaan. Secara garis besar tujuan pokok dari rencana lapangan

adalah mengatur letak bangunan pembantu sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat

62

berjalan dengan efisien, lancar, aman dan dapat diselesaikan sesuai dengan

rencana kerja yang telah disusun.

1. Efisien

Perletakan dari bangunan-bangunan pembantu perlu diatur menurut kebutuhan

sehingga diperoleh efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah pencapaian

perbandingan yang terbalik antara sumber tenaga atau daya dengan hasil

pelaksanaan. Untuk itu letak bangunan pembantu satu dengan yang lain

diusahakan jangan sampai mengganggu baik mengenai jarak antara maupun

dari ukuran masing-masing bangunan. Demikian pula letak dari alat-alat dan

bahan-bahan bangunan sangat mempengaruhi dari efisiensi kerja.

2. Lancar

Kelancaran bergerak, baik alat maupun tenaga kerja dilapangan. Perlu

dihindarkan bangunan pembantu yang menghalangi kelancaran gerak alat dan

bahan.

3. Aman

Yang dimaksud dengan keamanan ialah untuk menghindarkan gangguan

pencurian, kehilangan dan kerusakan bahan-bahan banguanan serta peralatan.

Oleh sebab itu di sekeliling lokasi proyek di buat pagar dari seng untuk

menjaga keamanan.

Bangunan utama sendiri adalah gedung Fakultas MIPA UII yang

pelaksanaanya akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab selanjutnya. Pada

pembangunan gedung Fakultas MIPA UII, pekerjaan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Pekerjaan struktur bawah

2. Pekerjaan struktur atas

3. Pekerjaan landscape

Namun pada pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama dalam masa

Praktek Kerja di proyek pembangunan Gedung Fakultas MIPA Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta adalah sebagai berikut ini :

63

1. Pekerjaan struktur atas, meliputi :

a. Pekerjaan balok.

b. Pekerjaan plat.

c. Pekerjaan kolom.

2. Pekerjaan tangga.

3. Pekerjaan pasangan batu kali.

4.5 PELAKSANAAN DILAPANGAN

4.5.1 Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan struktur atas merupakan pekerjaan struktur pada elemen-elemen

yang berada di atas permukaan tanah. Pekerjaan struktur atas merupakan

pekerjaan yang sebagian besar adalah pekerjaan berulang/typical. Pelaksanaan

proyek ini menggunakan sistem struktur beton cor di tempat. Jadi komponen-

komponen struktur dibangun mulai dari perakitan tulangan, pemasangan bekisting

kemudian dicor dengan beton ready mix.

Pelaksanaan struktur atas terdiri dari pekerjaan balok, pekerjaan plat dan

pekerjaan kolom. Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang.

Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan

pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal

bangunan akan beban-beban.

Pelat beton bertulang merupakan sebuah bidang datar yang lebar, biasanya

mempunyai arah horizontal dengan permukaan bawah dan atasnya sejajar atau

mendekati sejajar. Pelat beton bertulang direncanakan untuk memikul beban yang

merata yang bekerja pada seluruh luas permukaannya.

Kolom merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom beton

(tiang beton) adalah beton bertulang yang diletakkan dengan posisi vertikal.

Kolom berfungsi sebagai pengikat pasangan dindng bata dan penerus beban dari

atas menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi.

64

1. Pekerjaan Kolom

Pekerjaan kolom yang dimaksud adalah pembuatan atau pencetakan kolom-

kolom yang nantinya akan digunakan sebagai struktur utama pada Gedung

Fakultas MIPA UII, Yogyakarta ini. Tahapan pekerjaan kolom akan

dijelaskan sebagai berikut ini.

a. Persiapan (Menentukan Marka dan As – As kolom)

Proses dalam pembuatan marka kolom meliputi beberapa tahap yaitu:

1) Pembuatan marka dilakukan oleh surveyor.

2) Mengukur titik dimana derajat posisi as kolom merupakan langkah

awal.

3) Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survei yang

melakukan pengukuran dan pematokan, yaitu marking berupa titik-

titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak

bekisting dan tulangan kolom. Marking tersebut berupa benang yang

digunakan sebagai tanda. Penentuan as kolom tersebut menggunakan

alat theodolite.

4) Posisi as kolom atas ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai

sebelumnya yaitu basement yang diteruskan ke lantai diatasnya.

5) Proses pemindahan titik as (axis) kolom dari lantai bawah ke lantai

atas berikutnya dengan pembuatan lubang-lubang kecil seukuran tahu

beton pada pelat lantai. Pada saat sebelum pengecoran lantai pertama

di buat lubang dengan memasukkan pipa kecil pada plat. Sehingga

pada waktu pengecoran plat, lubang tersebut tidak tertutupi oleh cor

beton karena lubang tersebut digunakan sebagai patokan as untuk

kolom selanjutnya. Kemudian dari lubang pipa tersebut yang akan

dilihat pada lantai berikutya apakah sudah pas atau belum.

6) Lubang-lubang tersebut nantinya ditutup kembali setelah pemindahan

titik as kolom selesai.

7) Posisi as kolom harus sentris kedudukannya terhadap as pada lantai

sebelumnya, untuk itu dilakukan juga pengecekan dengan

menggunakan benang dan unting-unting.

65

8) Dengan bantuan titik-titik acuan bangunan yang sentris disetiap

lantainya, maka dapat ditentukan letak as kolom dan kemudian dibuat

as-as yang lain dengan mengikuti jarak yang telah disyaratkan dalam

perencanaan awal.

9) Pengecekan as kolom dilakukan dengan menempatkan alat theodolite

pada marking tersebut dan kemudian mengecek kelurusan marking

kolom.

b. Penulangan kolom

Adapun tahapan pekerjaan penulangan pada kolom langkah-langkahnya

adalah meliputi:

1) Baja tulangan yang ingin digunakan untuk pemasangan kolom terlebih

dahulu di ukur dimensinya sesuai rencana. Untuk pemotongan baja

tulangan itu sendiri menggunakan alat Bar Cutter, baja tulangan

diletakkan diantara baja penahan dan pisau baja pemotong. Alat ini

digerakkan oleh tenaga mesin gerak yang kemudian akan

menggerakkan pisau baja pemotong turun sampai baja tulangan

terpotong. Seperti pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Pemotongan Baja Tulangan Dengan Menggunakan Bar

Cutter

66

2) Di lokasi pekerjaan penulangan, tulangan tersebut disusun sesuai

gambar rencana yang telah dibuat. Misal pemasangan kolom dengan

tulangan (8D19), maka hal pertama yang dilakukan adalah mendirikan

tulangan (8D19). Pemasangan kolom ini dilakukan pada saat sebelum

pengecoran pelat lantai. Jadi pemasangan pada kolom lantai pertama

bisa dilakukan dengan cara menerus, namun mengingat keterbatasan

ukuran panjang baja adalah 12 meter sehingga pada proyek ini

tulangan diteruskan sampai kolom lantai kedua karena jika dipasang

terlalu menerus ke atas tulangan akan rubuh sehingga cukup sekiranya

untuk dua lantai, untuk tulangan kolom pada lantai selanjutnya bisa di

lakukan penyambungan setelah pelat dan balok di cor.

3) Selanjutnya pada saat pelat lantai telah di cor diteruskan dengan

pemasangan tulangan sengkang (D10-150). Sebelum pemasangan

tulangan sengkang, sengkang dibuat dengan sesuai dimensi yang telah

direncanakan. Dalam proyek ini pembuatan sengkang masih dilakukan

secara konvensional, yaitu menggunakan alat bengkok baja tulangan

atau bar bender yang digerakkan dengan tenaga manusia (manual).

Bar bender terdiri dari dua buah angkur dan beberapa paku yang

ditanamkan pada balok kayu dengan posisi yang sudah diatur

sedemikian rupa. Angkur tersebut berfungsi sebagai penjepit tulangan

dan pusat tulangan untuk berputar sedangkan paku sebagai tanda

ukuran dimensi sengkang. Jadi baja tulangan dibengkokan terlebih

dahulu pada bagian ujungnya kemudian di sangkutkan pada angkur,

hal tersebut digunakan agar angkur tidak ikut berputar saat

dibengkokkan. Kemudian ditarik kearah paku (sesuai ukuran dimensi

sengkang), tulangan yang akan dibengkokkan dijepit dengan angker

tadi kemudian dibengkokkan dengan tangan, hal tersebut dilakukan

secara berulang-ulang sampai tulangan sengkang jadi. Seperti pada

Gambar 4.2 dan 4.3 dibawah ini.

67

Gambar 4.2 Pembuatan Tulangan Sengkang 1

Gambar 4.3 Pembuatan Tulangan Sengkang 2

4) Pengukuran jarak antar sengkang dilakukan dengan cara memberi

tanda pada setiap jarak yang sudah diukur. Sengkang dipasang sesuai

jarak yang sudah diukur yaitu 15 cm atau setara dengan 150 mm,

kemudian diikatkan pada tulangan pokok dengan menggunakan kawat

bendrat pada simpul-simpul pertemuan agar susunannya tidak

berubah. Bisa dilihat seperti pada Gambar 4.4.

68

Gambar 4.4 Penulangan Kolom

5) Penulangan kolom ini pada bagian kedua ujungnya disisakan tulangan

pokok sepanjang 40D, agar pada saat pemasangan tulangan balok dan

kolom pada lantai berikutnya dapat menyatu sehingga lebih monolit.

Jika tulangan pokok lantai sebelumnya yang terputus, disambung

dengan tulangan pokok lantai berikutnya yang diikat dengan kawat

bendrat.

6) Setelah penulangan selesai dipasangkan balok-balok tahu pada kolom,

dengan cara mengaitkan bendrat yang ada pada beton tahu ke sisi

tulangan kolom terluar.

c. Pemasangan Bekisting Kolom

Bekisting kolom terbuat dari rakitan antara multipleks dan kayu. Bekisting

kolom didesain sebagaimana sehingga dapat dengan mudah dipasang dan

dilepas sehingga dapat digunakan tidak hanya satu kali, namun dapat

digunakan berulang kali. Dibawah ini adalah metode pelaksanaan

pemasangan bekisting kolom.

1) Bekisting kolom dipasang setelah tulangan kolom dirakit.

69

2) Buat frame atau cetakan bekisting sesuai ukuran kolom tersebut.

3) Pemasangan bekisting kolom dimulai dengan mendirikan bekisting

kolom melingkar menutupi tulangan kolom. Bisa dilihat pada Gambar

4.5 dan 4.6.

Gambar 4.5 Pemasangan Frame dari Triplek dari Satu Sisi

Gambar 4.6 Pemasangan Frame dari Triplek Semua Sisi

70

4) Selanjutnya dilakukan pemasangan sabuk. Biasanya sabuk tersebut

terbuat dari kayu berukuran 6/10 atau 6/12. Pemasangan sabuk

dipasang pada ke empat sisi bekisting kolom dengan jarak yang sudah

disesuaikan dengan tinggi kolom tersebut.

Gambar 4.7 Pemasangan Sabuk Kayu dan Terot (Pipa Klem)

5) Bekisting kolom diikat dengan pipa klem (terot) dengan bekisting pada

sisi yang berlawanan.

6) Bekisting diperkuat dengan suport yang dikaitkan dengan angkur pada

pelat lantai yang telah dibuat saat sebelum pengecoran lantai agar

bekisting cukup kuat menahan beton yang masih basah.

71

Gambar 4.8 Pemasangan Pipa Support

7) Mengecek simetris kolom berdiri vertikal, dipasangkan 2 unting-unting

yang disangkutkan pada bekisting kolom. Apabila jarak dari bekisting

memiliki selisih yang sama terhadap unting-unting tersebut maka

ukuran kolom pas.

Gambar 4.9 Unting-unting yang Dipasang pada Bekisting

72

Baut Klem

Kaso 2 x 5/7

Multiplek

Kaso 5/7

Pipe Support 4 Sisi

AngkurLubang Pembersih Kotoran

50

Gambar 4.10 Pemasangan Bekisting Kolom

d. Pengecoran Kolom

Dibawah ini adalah metode pelaksanaan pengecoran kolom:

1) Setelah bekisting kolom terpasang secara kuat, periksa

sambungan bekisting, ikatan tulangan, sebelum proses

pengecoran.

73

2) Pelaksanaan pengecoran pada kolom dilaksanakan dengan

menggunakan cor manual beton dengan mutu beton adalah 30

MPa.

3) Pada lantai kedua dan seterusnya cor beton di tarik ke atas dengan

menggunakan alat bantu lift barang sementara. Kemudian sampai

di atas sudah ditunggu oleh 2 – 3 pekerja untuk memasukkannya

ke gerobak dorong dengan cara diseluncurkannya pada papan

yang mempunyai beda tinggi. Seperti pada Gambar 4.11 dibawah

ini.

Gambar 4.11 Proses Pengambilan Cor Beton untuk Kolom

74

Yang kemudian di tunggu oleh pekerja lainya dengan gerobak

dorong, lihat Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Proses Penuangan Cor Beton Pada Gerobak

4) Beton manual tersebut dituang ke gerobak dorong menggunakan

tenaga manusia kemudian dituangkan ke dalam bekisting kolom

melalui sisi atas kolom.

5) Pada pengecoran kolom di proyek FMIPA UII ini masih

tergolong konvensional dimana pada saat menuangkan cor beton

kedalam bekisting menggunakan tenaga manusia. Untuk satu

pekerjaan cor-coran beton terdapat 5 – 6 pekerja. Diantaranya

bertugas sebagai tukang ambil cor beton, tukang yang bertugas

menuangakan cor beton kedalam bak (tempat perletakan beton

75

biasanya disamping kolom yang dicor), tukang bertugas

memasukkan cor beton tersebut kedalam ember, kemudian ada

yang menyambut nya diatas, dan adapula yang bertugas menusuk-

nusukan bambu. Hal tersebut dilakukan berulang-ulang sampai

pengecoran kolom yang diinginkan selesai.

6) Untuk mencegah pori-pori maka beton dipadatkan menggunakan

tongkat bambu 5 m dan Vibrator, selain itu dalam proses

pemasukan cor beton kedalam bekisting menggunakan bantuan

seng agar beton tidak langsung jatuh dari ketinggian 3 meter. Hal

ini bertujuan untuk mencegah terjadinya segregasi.

7) Pengecoran kolom dilakukan sampai bekisting kolom terisi

penuh.

Gambar 4.13 Pengecoran Kolom

e. Pembongkaran Bekisting Kolom

Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton sudah mengeras

dan mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri dan beban

diatasnya, sehingga beton yang dicetak tidak mengalami kerusakan saat

76

pembongkaran. Pelaksanaan pembongkaran bekisting harus dilakukan

secara hati-hati agar permukaan beton tidak rusak. Terjadinya

kerusakan pada saat pembongkaran bekisting haruslah cepat-cepat

diperbaiki dengan menambahkan adukan beton yang mutunya sama ke

tempat-tempat yang rusak dan diratakan sesuai dengan permukaan

aslinya.

Pembongkaran dilakukan dengan mencabut paku yang dipergunakan

sebagai alat sambung rangka bekisting dengan bantuan alat pengungkit

untuk mempercepat lepasnya sambungan. Pembongkaran dilakukan

secara hati-hati bisa menjadikan sebagian besar kayu-kayu yang telah

terpakai dapat dipergunakan kembali dua sampai tiga kali. Untuk

pembongkaran bekisting pada kolom minimal setelah 24 jam.

f. Perawatan Beton Pada Kolom

Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan

perawatan beton (curing) yaitu dengan membasahi permukaan kolom

dengan menggunakan roll secara merata (naik turun). Proses ini

dilakukan sebanyak 4 kali.

Tujuan utama dari perawatan beton ialah untuk menghindari:

1) Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan

beton yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.

2) Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari

pertama.

3) Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan

retak-retak pada beton.

2. Pekerjaan Balok

Pekerjaan balok yang dimaksud adalah pembuatan atau pencetakan balok-

balok yang nantinya akan digunakan sebagai struktur utama pada Gedung

Fakultas MIPA UII, Yogyakarta. Tahapan pekerjaan balok akan dijelaskan

sebagai berikut :

77

a. Persiapan

1) Baja tulangan yang diangkut tersebut dipilih dan dikelompokan lagi

menurut kebutuhan pekerjaan, pengelompokan tersebut terdiri dari

kelompok tulangan yang akan dipotong terlebih dahulu dan

kelompok tulangan yang akan dibelokan. Pada kelompok tulangan

yang di potong menggunakan alat Bar Cutter ,baja tulangan

diletakkan diantara baja penahan dan pisau baja pemotong. Alat ini

digerakkan oleh tenaga mesin gerak yang kemudian akan

menggerakkan pisau baja pemotong turun sampai baja tulangan

terpotong. Pemotongan baja tulangan untuk balok sama seperti

pada Gambar 4.1. Sedangkan untuk pembuatan tulangan sengkang

pada balok juga sama prosesnya seperti pembuatan sengkang pada

kolom dimana menggunakan alat Bar Bender. Cara pemakaiannya

adalah dua buah angkur dan beberapa paku yang ditanamkan pada

balok kayu dengan posisi yang sudah diatur sedemikian rupa.

Angkur tersebut berfungsi sebagai penjepit tulangan dan pusat

tulangan untuk berputar sedangkan paku sebagai tanda ukuran

dimensi sengkang. Jadi baja tulangan dibengkokan terlebih dahulu

pada bagian ujungnya kemudian di sangkutkan pada angkur, hal

tersebut digunakan agar angkur tidak ikut berputar saat

dibengkokkan. Kemudian ditarik kearah paku (sesuai ukuran

dimensi sengkang), tulangan yang akan dibengkokkan dijepit

dengan angker tadi kemudian dibengkokkan dengan tangan, hal

tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai tulangan

sengkang jadi. Tidak berbeda dengan pembuatan sengkang pada

kolom, bisa dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3.

2) Setelah tulangan dibentuk maka tulangan tersebut ditempat

diperakitan. Kemudian tulangan siap untuk dipasang sesuai dengan

gambar rencana pelaksanaan.

78

b. Penulangan Balok

Adapun tahapan pekerjaan dalam melakukan penulangan pada balok

adalah meliputi:

1) Sebelum masuk pada penulangan balok maka dibuatlah bekisting

bagian bawah pada balok, pada pembuatan bekisting balok di

didirikan beberapa skapolding (untuk lantai kedua dan seterusnya)

sampai dengan ketinggian balok. Ketinggian skapolding dengan

menambahkan ledder frame 90 jika ketinggian dari main frame

kurang untuk menjangkau ketinggian dari balok. Banyak nya

skapolding itu bisa menyesuaikan dengan panjang balok. Fungsi

dari skapolding disini sebagai penahan (penyangga) pekerjaan di

atasnya. Setelah itu di bentangkan balok kayu (8/12) di tempat

yang telah direncanakan sebagai balok. Kayu tersebut di buat

seperti bentuk rel kereta, kemudian disiapkan juga lembar papan

kayu berupa multipleks setebal 12 mm kemudian dibersihkan dan

dipotong seragam lalu disusun sejajar sisi panjangnya balok

sebagai lantai kerja. Seperti pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Pemasangan Bekisting Balok Bagian Bawah

79

2) Setelah bagian bawah sudah dibuat siapkan baja tulangan yang

telah disusun berdasarkan dimensi tulangan yang direncanakan

dibawa ke lokasi pekerjaan penulangan.

3) Di lokasi pekerjaan penulangan, tulangan tersebut disusun sesuai

gambar rencana yang telah dibuat. Penyusunan didahului dengan

tulangan pokok menerus yang berada pada permukaan lantai kerja

(namun untuk di lantai kedua dan seterusnya penyusunan didahului

oleh tulangan pokok yang berada pada bekisting bagian bawah),

selanjutnya diteruskan dengan pemasangan tulangan pada bagian

atas balok (tulangan susut), lalu dirangkaikan dengan tulangan

sengkang. Kemudian tulangan sengkang di geser-geser berdasarkan

jarak yang telah ditentukan sesuai rencana. Pada setiap penyusunan

tulangan, tulangan diikat dengan kawat pengikat atau yang sering

disebut dengan bendrat agar susunannya tidak berubah-ubah.

Penulangan bisa dilihat pada Gambar 4.14 di bawah ini.

Gambar 4.14 Pemasangan Penulangan Balok

80

c. Pemasangan Bekisting Balok

Cara pemasangan bekisting balok adalah meliputi:

1) Menyiapkan papan multipleks dan kayu sebagai bahan untuk

bekisting. Bekisting yang akan di buat disesuaikan terlebih dahulu

dengan ukuran balok yang telah direncanakan.

2) Disiapkan lembar papan kayu berupa multipleks setebal 12 mm

kemudian dibersihkan dan dipotong seragam lalu disusun sejajar

sisi panjangnya sama dengan tinggi sisi balok.

3) Pasang dinding dikedua sisi multiplek yang terbuat dari kayu sesuai

tinggi balok yang direncanakan.

Gambar 4.15 Pemasangan Bekisting Balok Gedung Fakultas MIPA

4) Pada pemasangan bekisting balok, bekisting bagian bawah

dilakukan terlebih dahulu kemudian setelah pemasangan tulangan

balok maka disusul dengan pemasangan bekisting pada sisi kanan

dan kiri balok. Cara menjaga agar jarak tulangan dengan bekisting

81

tetap terjaga maka digunakan tahu beton (decking block) yang

dipasang pada tulangan terluar.

Penulangan dan pemasangan bekisting balok dapat diperlihatkan pada

Gambar 4.16 di bawah ini.

Balok Kayu 8/12

Rangka & Penahan Bekisting Kayu 5/7

Schafolding

Gambar 4.16 Sketsa Pemasangan Bekisting Balok

d. Pengecoran Balok

Pelaksanaan pengecoran pada balok dilaksanakan dengan

menggunakan beton ready mix yang langsung dituang dari mixer truck

dengan mutu beton 30 MPa. Beton ready mix tersebut langsung

dituang ke dalam bekisting balok. Untuk mencegah pori-pori maka

beton dipadatkan menggunakan vibrator. Penggunaan vibrator itu

sendiri dengan menggerakkanya kearah bagian balok yang sedang di

cor. Penuangan beton ready mix jarak jatuh dari pipa mobil mixer truck

tidak boleh terlalu tinggi, yaitu kurang dari 1,5 meter. Hal ini bertujuan

untuk mencegah terjadinya segregasi. Segregasi adalah pemisahan

agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak.

Pengecoran balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran pelat

lantai.

82

Gambar 4.17 Pemadatan Cor Beton dengan Vibrator

e. Pembongkaran Bekisting Balok

Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton sudah

mengeras dan mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri

dan beban diatasnya, sehingga beton yang dicetak tidak mengalami

kerusakan saat pembongkaran. Pelaksanaan pembongkaran bekisting

harus dilakukan secara hati-hati agar permukaan beton tidak rusak.

Terjadinya kerusakan pada saat pembongkaran bekisting haruslah

cepat-cepat diperbaiki dengan menambahkan adukan beton yang

mutunya sama ke tempat-tempat yang rusak dan diratakan sesuai

dengan permukaan aslinya.

Pembongkaran dilakukan dengan mencabut paku yang dipergunakan

sebagai alat sambung rangka bekisting dengan bantuan alat pengungkit

untuk mempercepat lepasnya sambungan. Pembongkaran dilakukan

secara hati-hati bisa menjadikan sebagian besar kayu-kayu yang telah

terpakai dapat dipergunakan kembali dua sampai tiga kali. Pada

pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai itu minimal dua minggu

setelah pengecoran.

83

f. Perawatan Beton Pada Balok

Setelah pelaksanaan pengecoran selesai, beton perlu dirawat. Hal

tersebut dilakukan agar mutu beton tidak berubah atau berkurang.

Perawatan beton dilakukan untuk mencegah pengerasan bidang-bidang

beton secara mendadak akibat panas matahari. Pengerasan secara

mendadak dapat menimbulkan retak-retak pada permukaan beton,

karena beton belum mengikat secara sempurna. Pada perawatan balok

dilakukan dengan cara mengguyurkan air diatas permukaan agar

senantiasa lembab. Hal yang perlu diperhatikan pada saat

penyemptotan adalah tekanan air harus kecil karena jika tekanan

penyemprotan air besar akan mengakibatkan beton belum cukup keras

karena umurnya yang masih muda sehingga akan meninggalkan bekas

pada permukaan beton menjadi jelek. Maka setiap kali beton sudah

nampak kering harus segera dibasahi atau diguyur dengan air. Proses

tersebut dilakukan selama 7 hari.

3. Pekerjaan Pelat Lantai

Pelaksanaan struktur pada proyek gedung Fakultas MIPA UII ini

digunakan metode cast in place. Pekerjaan cast in place plat yang

dimaksud adalah pembuat an atau pencetakan plat-plat pada struktur utama

pada gedung Fakultas MIPA UII ini. Pekerjaan cast in place pelat lantai

adalah sebagai berikut ini.

a. Persiapan

Besi tulangan yang dipilih dan dikelompokan lagi menurut kebutuhan

pekerjaan, pengelompokan tersebut terdiri dari kelompok tulangan

pokok dan tulangan bagi. Selain itu juga terlebih dahulu pada

pekerjaan pelat dilakukan pembuatan bekisting, karena posisi tulangan

nanti akan berada di atas bekisting tersebut. Nantinya pada

pemasangan penulangan akan dipasang secara memanjang sehingga

tidak di potong sepanjang pelat karena nanti akan boros. Kalaupun

dilapangan tulangan harus dipotong pemotongan tulangan tersebut

menggunakan Bar Cutter.

84

b. Pemasangan Bekisting Pelat Lantai

Cara pemasangan bekisting plat lantai adalah meliputi:

1) Menentukan ukuran plat lantai sesuai dengan perancangan.

2) Pada pemasangan bekisting langkah awal yang dilakukan adalah

mendirikan beberapa skapolding (untuk lantai kedua dan

seterusnya) sampai dengan ketinggian pelat lantai. Ketinggian

skapolding dengan menambahkan ledder frame 90 dan juga jeck

head yang dapat diatur jika ketinggian dari main frame kurang

untuk menjangkau ketinggian dari balok. Banyak nya skapolding

itu bisa menyesuaikan dengan luasan pelat lantai. Fungsi dari

skapolding disini sebagai penahan (penyangga) pekerjaan di

atasnya. Setelah itu di bentangkan balok kayu (8/12) melintang dan

memanjang di tempat yang telah direncanakan sebagai pelat lantai.

3) Pasangan balok kayu 8/12 dibuat dengan jarak kira-kira 40 cm

sebagai penahan beban diatasnya untuk sementara karena kayu

disini berfungsi sebagai bekisting.

4) Disiapkan lembar papan kayu berupa multipleks setebal 8 mm

kemudian dibersihkan dan dipotong seragam lalu disusun sejajar

sisi panjangnya sama dengan tinggi sisi plat dengan menggunakan

gergaji. Kemudian papan tersebut dipasang diatas pasangan kayu,

di rekatkan dengan paku agar tidak bergeser.

5) Pasang dinding dikedua sisi multiplek yang terbuat dari kayu sesuai

tinggi plat yang direncanakan.

6) Tulangan yang sudah dirakit nantinya dipasang diatas bekisting,

cara menjaga agar jarak tulangan dengan bekisting tetap terjaga

maka digunakan tahu beton (decking block) yang dipasang pada

tulangan terluar.

7) Untuk penyangga menggunakan perkuatan balok dan skafolding.

Gambar 4.18 dibawah ini memperlihatkan gambar pada saat

pemasangan bekisting plat.

85

Gambar 4.18 Persiapan Bekisting Pelat Lantai

Gambar 4.19 Penulangan dan Bekisting Lantai

c. Penulangan Pelat Lantai

Adapun tahapan pekerjaan dalam melakukan penulangan pada pelat

lantai adalah meliputi:

1) Baja tulangan yang telah dipersiapkan sesuai dengan gambar

rencana dibawa ke lokasi pekerjaan penulangan, tulangan yang

86

diperlukan pada pekerjaan pelat ini antara lain tulangan pokok dan

tulangan susut.

2) Di lokasi pekerjaan penulangan, maka dilakukan pengukuran

bentang panjang (Ly) dan bentang pendek (Lx) pada pelat. Setelah

itu di ukur seperempat bntang pendek dari Lx dan juga Ly.

Kemudian ukur kembali seperlima bentang pendek dari arah Lx

dan juga Ly. Ukuran-ukuran tersebut yang nantinya akan dipakai

sebagai penentuan letak tulangan lapangan dan juga tumpuan.

Tulangan tersebut nantinya disusun sesuai gambar rencana yang

telah dibuat. Penyusunan didahului dengan tulangan pokok

lapangan (bentang pendek) yang berada pada permukaan bekisting

pelat lantai, tulangan pokok dipasang memanjang menerus pelat

lantai yang kemudian diberi tekukan pada bagian tumpuannya,

selanjutnya diteruskan dengan pemasangan tulangan bagi pada

jarak tertentu setelah tulangan pokok sesuai dengan rencana

perhitungan. Setiap penyusunan tulangan, tulangan diikat dengan

kawat bendrat agar susunannya tidak berubah-ubah dan kokoh.

Gambar 4.20 Penulangan Pelat Lantai Dipasang Menerus dan Jika

Diputus

Diberi Tanda

Terlebih Dahulu

87

Gambar 4.21 Penulangan Pelat Lantai

3) Setelah proses penulangan selesai, maka dipasang tahu beton yang

telah dibuat sebelumnya. Tebal dari tahu beton disesuaikan dengan

selimut beton yang akan digunakan pada plat lantai tersebut. Tahu

beton tersebut dipasang dibagian terluar tulangan, yang diikat

dengan kawat bendrat. Beton tahu tersebut sebagai penjaga jarak

antara tulangan dengan bekisting pada saat pengecoran.

Gambar 4.22 Pemasangan Beton Tahu Pada Pelat Lantai

88

d. Pengecoran Pelat Lantai

Pada saat sebelum pengecoran dimulai, dilakukan pembersihan pada

tulangan pelat dan juga pada bekisting pelat. Pembersihan dilakukan

untuk menghilangkan berbagai jenis kotoran seperti daun-daun yang

gugur jatuh dan mengotori pelat lantai, atau barang-barang setelah

pengerjaan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air yang di

semprotkan mulai dari pelat lantai, tulangannya sampai pada bagian

dalam balok. Pengecoran pelat lantai dilakukan bersamaan dengan

balok. Pelaksanaan pengecoran pada pelat lantai dilaksanakan dengan

menggunakan beton ready mix yang langsung dituang dari mixer truck

dengan mutu beton 30 MPa. Beton ready mix tersebut langsung

dituang ke dalam bekisting pelat. Untuk mencegah pori-pori maka

beton dipadatkan menggunakan vibrator. Untuk menuangkan beton

ready mix jarak jatuh dari pump concrete tidak boleh terlalu tinggi,

yaitu kurang dari 1,5 meter. Pengecoran pelat lantai tidak di lakukan

secara keseluruhan dalam satu waktu seperti yang dilakukan pada

kolom, tapi menyesuaikan kapasitas molen yang ada mengingat juga

volume plat yang begitu besar dan pemberhentiannya harus pada ¼

bentang dimana punya momen terkecil. Pada saat merekatkan antara

beton yang sudah kering dengan beton yang masih basah maka

diberikan Sikabond NV pada beton yang masih kering sebelum

pengecoran dimulai.

89

Gambar 4.23 Pembersihan Pelat dan Balok Sebelum Pengecoran

Gambar 4.24 Pengecoran Pelat

90

e. Pembongkaran Bekisting Pelat Lantai

Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton sudah

mengeras dan mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat

sendiri dan beban diatasnya, sehingga beton yang dicetak tidak

mengalami kerusakan saat pembongkaran. Pelaksanaan

pembongkaran bekisting harus dilakukan secara hati-hati agar

permukaan beton tidak rusak. Terjadinya kerusakan pada saat

pembongkaran bekisting haruslah cepat-cepat diperbaiki dengan

menambahkan adukan beton yang mutunya sama ke tempat-tempat

yang rusak dan diratakan sesuai dengan permukaan aslinya.

Pembongkaran dilakukan dengan mencabut paku yang dipergunakan

sebagai alat sambung rangka bekisting dengan bantuan alat

pengungkit untuk mempercepat lepasnya sambungan. Pembongkaran

dilakukan secara hati-hati bisa menjadikan sebagian besar kayu-kayu

yang telah terpakai dapat dipergunakan kembali dua sampai tiga kali.

Pembongkaran bekisting pelat dan balok dilakukan secara bersama-

sama. Pada pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai itu minimal

dua minggu setelah pengecoran.

Gambar 4.25 Pembongkaran Bekisting Pelat Lantai dan Balok

91

f. Perawatan Beton Pada Pelat

Setelah pelaksanaan pengecoran selesai, beton perlu dirawat. Hal

tersebut dilakukan agar mutu beton tidak berubah atau berkurang.

Perawatan beton dilakukan untuk mencegah pengerasan bidang-

bidang beton secara mendadak akibat panas matahari. Pengerasan

secara mendadak dapat menimbulkan retak-retak pada permukaan

beton, karena beton belum mengikat secara sempurna. Salah satu cara

perawatan beton ialah dengan merendamnya pada air, namun dalam

proyek kali ini perawatan pelat lantai dilakukan dengan membendung

air di atas plat lantai tersebut. Hal ini dilakukan secara berkala dan

terus menerus selama 7 hari dari pekerjaan pengecoran dilaksanakan.

Usaha tersebut dilakukan agar beton baru tidak cepat kering akibat

penguapan air dan penyusutan akibat pengerasan mendadak pada

bagian luar yang menimbulkan retak-retak pada beton baru.

4. Pekerjaan Tangga

Tangga merupakan bagian dari struktur yang berfungsi sebagai

penghubung antar lantai satu dengan lantai lainnya. Bagian – bagian

struktur tangga antara lain, plat tangga, step tangga, bordes tangga, dan

balok bordes tangga. Pada pembangunan gedung Fakultas MIPA UII,

Yogyakarta. Pekerjaan tangga sendiri meliputi sebagai berikut ini.

a. Persiapan

Besi tulangan yang diangkut tersebut dipilih dan dikelompokan lagi

menurut kebutuhan pekerjaan, pengelompokan tersebut terdiri dari

kelompok tulangan yang akan dipotong terlebih dahulu dan kelompok

tulangan yang akan dibelokan.

Pemotongan tulangan menggunakan mesin pemotong atau Bar Cutter,

baik tulangan yang berdiameter besar maupun yang kecil.

Pemotongan berdasarkan gambar rencana. Pada pembengkokan

92

tulangan menggunakan alat pembengkok atau Bar Bender seperti yang

telah dijelaskan di awal.

b. Bekisting Tangga

Dirikan skapolding yang digunakan sebagai perancah untuk menahan

beban diatasnya sementara. Skapolding dipasang dengan

menyesuaikan tinggi tangga tersebut. Untuk Menghindari terjadinya

lendutan di tangga pada waktu pengecoran, maka dipasang balok-

balok kayu 8/12 pada jarak kurang lebih 40 cm. Bekisting pada tangga

menggunakan Multiplek yang diletakkan pada bagian sisi kanan dan

kiri juga bagian bawah tangga sesuai dengan dimensi yang sudah

direncanakan.

Gambar 4.26 Bekisting Tangga

c. Penulangan Tangga

Cara pemasangan tulangan pada tangga adalah meliputi:

Setelah bekisting tangga selesai kemudian dilakukan pemasangan

tulangan dimana pemasangan dimulai dari tulangan pokok memanjang

kemudian disusul dengan tulangan bagi arah memendek. Setelah itu

dipasang lagi tulangan pokok pada bagian atas, tulangan tersebut

93

dipasang pada jarak – jarak sesuai dengan gambar rencana. Setelah

tulangan selesai maka di bagian atas dibuat lagi kayu dengan jarak

yang telah disesuaikan dimana kayu tersebut nantinya akan berfungsi

sebagai anak tangga.

Gambar 4.27 Penulangan Tangga

d. Pengecoran Tangga

Pelaksanaan pengecoran pada tangga dilaksanakan dengan

menggunakan Ready Mix yang langsung dituang dari mobil Mixer

Truck dengan memakai beton dengan mutu 30 MPa beton cair tersebut

dituang pada bekisting tangga. Untuk mencegah pori-pori maka

dipadatkan menggunakan Vibrator. Untuk menuangkan Ready Mix

dituangkan secara manual dengan gerobak dorong. Pada pengecoran

tangga dilakukan dari atas ke bawah dengan 3 sampai 5 orang pekerja

menghaluskan hasil cor beton tersebut hingga menjadi anak tangga.

e. Pembongkaran Bekisting Tangga

Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton sudah

mengeras dan mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri

dan beban diatasnya, sehingga beton yang dicetak tidak mengalami

94

kerusakan saat pembongkaran. Pelaksanaan pembongkaran bekisting

harus dilakukan secara hati-hati agar permukaan beton tidak rusak.

Terjadinya kerusakan pada saat pembongkaran bekisting haruslah

cepat-cepat diperbaiki dengan menambahkan adukan beton yang

mutunya sama ke tempat-tempat yang rusak dan diratakan sesuai

dengan permukaan aslinya.

Pembongkaran dilakukan dengan mencabut paku yang dipergunakan

sebagai alat sambung rangka bekisting dengan bantuan alat

pengungkit untuk mempercepat lepasnya sambungan. Pembongkaran

dilakukan secara hati-hati bisa menjadikan sebagian besar kayu-kayu

yang telah terpakai dapat dipergunakan kembali dua sampai tiga kali.

Bekisting tangga bagian pinggir boleh di bongkar setelah minimal 24

jam sedang bagian bawah yang di sanggah oleh skapolding itu sama

seperti plat dan balok boleh dibongkar minimal 2 minggu setelah

pengecoran.

g. Perawatan Beton Pada Tangga

Setelah pelaksanaan pengecoran selesai, beton perlu dirawat. Hal

tersebut dilakukan agar mutu beton tidak berubah atau berkurang.

Perawatan beton dilakukan untuk mencegah pengerasan bidang-bidang

beton secara mendadak akibat panas matahari. Pengerasan secara

mendadak dapat menimbulkan retak-retak pada permukaan beton,

karena beton belum mengikat secara sempurna. Pada perawatan tangga

dilakukan dengan cara mengguyurkan air diatas permukaan agar

senantiasa lembab sama seperti yang dilakukan pada balok dan pelat.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyemptotan adalah tekanan air

harus kecil karena jika tekanan penyemprotan air besar akan

mengakibatkan beton belum cukup keras karena umurnya yang masih

muda sehingga akan meninggalkan bekas pada permukaan beton

menjadi jelek. Maka setiap kali beton sudah nampak kering harus

segera dibasahi atau diguyur dengan air. Proses tersebut dilakukan

95

sekurang-kurangnya selama 3 hari namun untuk hasil yang baik

dilakukan selama 7 hari.

5. Pekerjaan Pasangan Batu Kali

Pasangan batu kali di kerjakan pada turap dinding penahan tanah jalan

turun ke basement satu (sisi utara dan timur). Pasangan batu harus dibuat

dengan perbandingan campuran 1 : 5, yaitu 1 semen dan 5 pasir untuk

pemasangan batu kali. Pengadukan pasangan dilakukan dengan

menggunakan molen dimana dengan memasukkan pasir terlebih dahulu

kemudian disusul dengan semen dan air secara bertahap sampai rata benar

dan mempunyai kandungan (konsentrasi bahan) yang sama hingga dapat

berfungsi secara maksimal. Gambar 4.28 menunjukkan pekerjaan pasngan

batu kali.

Gambar 4.28 Pemasangan Batu Kali