BAB IV Metodelogi Penelitian

10

Click here to load reader

Transcript of BAB IV Metodelogi Penelitian

Page 1: BAB IV Metodelogi Penelitian

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Kerambitan, desa kukuh, dan desa belumbang yang

merupakan wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II, Kabupaten Tabanan dan

pengumpulan data dilakukan dari tanggal 29 Mei 2012 sampai dengan 9 juni 2012.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian

cross sectional.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh balita usia 6-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Kerambitan II sebanyak 532 orang.

4.3.1 Sampel

Sampel yang dipilih adalah balita usia 6-36 bulan pada bulan mei 2012 dan tinggal

menetap di wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II serta tercatat dalam buku

penimbangan balita di posyandu. Dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi:

a. Balita usia 6-36 bulan pada bulan mei 2012 dan tinggal menetap di

wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II serta tercatat dalam buku

penimbangan balita di Posyandu

b. Berat badan lahir > 2.500 gram

c. Tidak terdapat kelainan kongenital

d. Tidak menderita penyakit keganasan

e. Tidak terdapat riwayat infeksi (diare dan infeksi saluran pernapasan akut)

dalam 1 bulan terakhir

2. Kriteria Eksklusi:

a. Sampel tidak hadir di posyandu dan tidak dapat ditemui dirumahnya

sehingga tidak bisa diperoleh data mengenai pola pemberian ASI, MP-

ASI, dan status gizi atau responden dan sampel

b. Menolak untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian

Page 2: BAB IV Metodelogi Penelitian

17

4.3.2 Besar Sampel

Sampel yang dipakai adalah semua balita usia 6-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Kerambitan II yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel

dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

n =Z2 ( pq )

d2

n =(1 , 96 )2 (0 , 53)(1−0 ,53)

(0,1)2

= 95,65 orang

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diperlukan

Z = 1,96 pada Convidence level 95%

p = proporsi pola pemberian MP-ASI yang tidak tepat (53%)

q = 1 - p

d = deviasi yang diingikan atau yang bisa ditolerir 10 %

Karena jumlah populasi terbatas ( kurang dari 10.000 ) maka jumlah sampel yang

diadapat dari perhitungan tersebut dikoreksi:

n1 =

n

1 +nN

=

96

1 +96532

= 81,35

Keterangan:

n1 : besar sampel setelah dikoreksi

n : besar sampel sebelum dikoreksi

N : jumlah populasi

Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah

81 orang

Page 3: BAB IV Metodelogi Penelitian

18

4.4 Cara Pengambilan sampel

Sampel diambil dengan cara memilih 3 desa yang dipilih dari 8 desa yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II yaitu Desa Belumbang, Desa Kukuh dan Desa

Kerambitan dengan menggunakan purposive sampling technique dimana yang dipilih

adalah desa yang paling banyak terdapat balita usia 6-36 bulan. Proporsi jumlah sampel

yang diambil pada masing-masing desa disesuaikan dengan proporsi jumlah balita usia

6-36 bulan yaitu 31 orang dari desa kerambitan, 27 orang dari desa kukuh dan 24 orang

dari desa belumbang sehingga total berjumlah 82 orang.

Pemilihan banjar yang akan digunakan sebagai sampel adalah menggunakan simple

random sampling dan dipilih 3 banjar pada masing-masing desa. Sembilan banjar yang

terpilih adalah banjar kukuh kelod, kukuh kangin, samsaman alas, kerambitan tengah

kangin, wani, kedampal, langan, belumbang kelod dan tibu poh. Pada tiap banjar dipilih

balita usia 6-36 bulan secara acak sesuai nama yang tercatat pada buku penimbangan

posyandu sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.

4.5 Responden

Responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 6 sampai 36

bulan di wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II dan anaknya terpilih menjadi sampel

penelitian.

4.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

4.6.1 Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Pola pemberian ASI (meliputi pemberian kolostrum, pemberian ASI eksklusif,

dan Status pemberian ASI)

2. Pola pemberian makanan pendamping ASI (meliputi usia pertama pemberian

MP-ASI, keseuaian jenis dan bentuk MP-ASI menurut umur dan frekuensi

pemberian MP-ASI)

3. Status gizi (menurut indeks BB/U, TB/U dan BB/TB)

4.6.2 Definisi Operasional Variabel

1. Pola pemberian ASI adalah suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan

pemberian ASI kepada balita usia 0-36 bulan. Variabel ini dijelaskan dalam

beberapa kategori yaitu:

Page 4: BAB IV Metodelogi Penelitian

19

a. Pemberian kolostrum adalah pemberian cairan viscous kental berwarna

kekuning-kuningan dari payudara dengan warna lebih kuning dibandingkan

susu mature pada umumnya yang diberikan pada bayi baru lahir. Riwayat

pemberian kolostrum didapatkan melalui wawancara dengan kuesioner. Hasil

yang didapatkan digolongkan dalam dua kelompok yaitu “tepat” apabila bayi

diberikan kolostrum baik seluruhnya maupun sebagian dan “tidak tepat”

apabila bayi sama sekali tidak pernah diberikan kolostrum atau kolostrum

dibuang seluruhnya.

b. Status pemberian ASI adalah kegiatan atau usaha memberikan ASI pada

balita usia 6-36 bulan yang didapatkan melalui wawancara. Ditanyakan

apakah balita masih mendapatkan ASI atau berhenti yang dihitung sampai

dilaksanakannya pengumpulan data. Dikategorikan menjadi dua, yaitu “tepat”

(sesuai standar KEPMENKES 2004) apabila sampai hari dilaksanakannya

pengambilan data, sampel masih mendapatkan ASI untuk usia balita kurang

dari 24 bulan atau sudah berhenti saat usia balita lebih dari sama dengan 24

bulan dan “tidak tepat” apabila sampel sudah berhenti mendapatkan ASI

sebelum usia 24 bulan. Dari kasus yang “tidak tepat”, kemudian

dikategorikan kembali mengenai usia berhenti mendapatkan ASI. Rentang

waktu berhenti adalah usia terakhir sampel mendapatkan ASI sesuai hasil

wawancara dengan kuesioner (dengan asumsi semua sampel mendapatkan

ASI sejak lahir) ditampilkan dalam usia dalam bulan.

c. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan

tambahan apapun seperti pisang, bubur susu, tim saring atau cairan apapun

termasuk air putih, the, air gula, dan sebagainya termasuk susu formula pada

bayi usia 0 – 6 bulan. Dikelompokkan menjadi dua, yaitu “tepat” untuk

diberikan ASI eksklusif dan “tidak tepat” untuk yang tidak mendapatkan ASI

eksklusif.

2. Pola pemberian MP-ASI adalah suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan

pemberian makanan kepada balita usia 0-36 bulan selain Air Susu Ibu (ASI) dan

Pengganti Air Susu Ibu (PASI) untuk memenuhi kebutuhan anak akan berbagai

zat gizi. Pola pemberian MP-ASI yang dinilai dalam penelitian ini adalah:

Page 5: BAB IV Metodelogi Penelitian

20

a. Usia pertama pemberian MP-ASI adalah usia pertama diberikan MP-ASI

yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner. Hasilnya

dikategorikan menjadi dua yaitu tepat dan tidak tepat sesuai standar

pemberian MP-ASI oleh Depkes RI tahun 2001. Tergolong “tepat” apabila

diberikan setelah atau sama dengan usia 6 bulan dan “tidak tepat” apabila

diberika sebelum usia 6 bulan.

b. Kesesuaian jenis dan bentuk MP-ASI adalah kesesuaian macam bahan dan

konsistensi dari makanan yang diberikan kepada balita berdasarkan usianya.

Dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu usia 6-8 bulan, usia 9-12 bulan, dan

usia lebih dari 12 bulan. Hasil wawancara dikategorikan menjadi tepat dan

tidak tepat sesuai standar Depkes RI 2001. Adapun ketentuan Depkes RI

2001 mengenai jenis MP-ASI menurut usia yang diberikan pada balita usia 6-

36 bulan adalah:

Lumat (jenis MP ASI yang diberikan pada anak usia enam sampai

delapan bulan)

Lembek (jenis MP ASI yang diberiakan pada anak usia lebih dari

delapan sampai 12 bulan)

Padat (jenis MP ASI yang diberikan pada anak usia lebih dari 12 bulan)

c. Frekuensi pemberian MP -ASI adalah jumlah pemberian makanan dalam 1

hari dengan asumsi porsi tiap kali makan adalah cukup. Ini ditanyakan

berdasarkan re-call dalam 1 minggu terakhir rata-rata jumlah pemberian

makanan dalam 1 hari. Dikategorikan menjadi dua yaitu tepat dan tidak tepat.

Tepat apabila dalam 1 minggu terakhir anak diberikan MP-ASI sebanyak 3

kali sehari dan tidak tepat apabila kurang atau lebih dari 3 kali sehari.

3. Status Gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupan nutrisi dengan kebutuhan yang diukur dari parameter berat badan

dan tinggi badan/panjang badan sesuai umur menurut kriteria WHO-NCHS

2008. Usia balita diperoleh dari buka kesehatan ibu dan anak (KIA) yang

dimiliki tiap balita pada bulan mei 2012. Berat badan diukur memakai acuan

standar pemantauan pertumbuhan balita yang dikeluarkan oleh depkes RI tahun

2005 yakni ditimbang dengan menggunakan dacin 25 kilogram. Panjang badan

diukur dengan meteran plastik butterfly brand dan tinggi badan diukur

Page 6: BAB IV Metodelogi Penelitian

21

menggunakan mikrotoa dengan presisi 0,1 cm. Variabel status gizi ini disajikan

dalam bentuk tiga indeks, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan

menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Pengelompokan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pengelompokkan status gizi menurut indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

sesuai criteria WHO-NCHS 2008

BB/U < -3 SD

- 3 s/d <-2 SD

- 2 s/d +2 SD

> +2 SD

Gizi buruk

Gizi kurang

Gizi baik

Gizi lebih

TB/U < -3 SD

- 3 s/d <-2 SD

- 2 s/d +2 SD

> +2 SD

Sangat Pendek

Pendek

Normal

Tinggi

BB/TB < -3 SD

- 3 s/d <-2 SD

- 2 s/d +2 SD

> +2 SD

Sangat Kurus

Kurus

Normal

Gemuk

4.7 Alat Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuesioner dalam bentuk

wawancara terstruktur.

4.8 Cara Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan mewawancarai responden yang anaknya terpilih menjadi sampel

menggunakan kuesioner selanjutnya dilakukan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan. Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

posyandu di tiap-tiap banjar. Balita yang tidak hadir saat pelaksanaan posyandu

ditelusuri ke rumahnya untuk dilakukan wawancara, penimbangan BB dan pengukuran

tinggi badan balita. Apabila tidak dapat ditemui dilakukan substitusi sampel pada banjar

yang sama dan memenuhi criteria inklusi. Penimbangan BB balita menggunakan acuan

standar pemantuanan pertumbuhan balita yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan

Page 7: BAB IV Metodelogi Penelitian

22

RI pada tahun 2005, yakni balita ditimbang menggunakan dacin 25 kilogram.

Pengukuran panjang padan untuk balita dibawah 24 bulan dilakukan dalam posisi tidur

telentang di meja kayu yang datar sedangkan tinggi badan diukur dalam posisi berdiri.

Data mengenai umur balita diambil dari buku kesehatan ibu dan anak (KIA) dan hasil

wawancara.

4.9 Penyajian dan Analisis Data

Analisa data hasil penelitian dilakukan menggunakan SPSS 16 for Windows. Pertama,

dilakukan analisa untuk mendapatkan karakteristik demografi dari sampel dan

responden mengenai usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan, jenis kelamin

balita, rentang usia balita, dan tempat dilahirkan. Kedua, dilakukan analisa untuk

mendapatkan proporsi dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu pola pemberian

ASI, MP-ASI dan status gizi. Ketiga, dilakukan tabulasi silang untuk melihat

kecenderungan pola pemberian ASI, MP-ASI dan status gizi menurut karakteristik

demografi. Keempat, dilakukan tabulasi silang antara status gizi dengan pola pemberian

ASI dan MP-ASI. Semua hasil analisa ditampilkan dalam bentuk tabel dan dijelaskan

secara naratif.