BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok...

14
34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian murni atau true experimental dengan pendekatan “the posttest only control group design” Dalam desain ini, Sugiyono menyatakan “bahwa terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Sebagian kelompok diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol” (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 kelompok dan 8 replikasi, pertama tidak diberikan intervensi minyak zaitun akan tetapi diberikan perawatan luka saja dan yang lain diberikan rawat luka serta intervensi pemberian minyak zaitun yang masing-masing 3ml dan 5ml. Bentuk rancangan penelitian sebagai berikut : R Keterangan : R = Pengacakan K = kelompok kontrol, sebagai bandingan dari kelompok perlakuan tanpa diberikan olesan minyak zaitun tetapi tetap diberikan perawatan luka dengan NaCl 0.9% K A B X0 X1 X2

Transcript of BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok...

Page 1: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian murni atau true experimental dengan

pendekatan “the posttest only control group design” Dalam desain ini, Sugiyono

menyatakan “bahwa terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara

random. Sebagian kelompok diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak.

Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang

tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol” (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan 3 kelompok dan 8 replikasi, pertama tidak diberikan

intervensi minyak zaitun akan tetapi diberikan perawatan luka saja dan yang lain

diberikan rawat luka serta intervensi pemberian minyak zaitun yang masing-masing

3ml dan 5ml. Bentuk rancangan penelitian sebagai berikut :

R

Keterangan :

R = Pengacakan

K = kelompok kontrol, sebagai bandingan dari kelompok perlakuan tanpa diberikan

olesan minyak zaitun tetapi tetap diberikan perawatan luka dengan NaCl 0.9%

K

A

B

X0

X1

X2

Page 2: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

35

A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu

dengan NaCl 0,9% kemudian dioleskan minyak zaitun dengan frekuensi 2 kali perhari

(3ml) dengan ukuran pipet dan diratakan di area luka bakar

B X2 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu

dengan NaCl 0,9% kemudian dioleskan minyak zaitun dengan frekuensi 2 kali perhari

(5ml) dengan ukuran pipet dan diratakan di area luka bakar

4.2 Rancangan percobaan

Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Sederhana (RAL)

dengan tiga perlakuan dan sembilan kali pengulangan dengan menggunakan metode

lotre dengan pembuatan label dan diberi klasifikasi :

Perlakuan K : perawatan luka bakar derajat IIA secara terbuka dengan larutan NaCl

tanpa pemberian olesan minyak zaitun ( berjumlah 8 pengulangan)

Perlakuan A : Perawatan luka bakar derajat IIA secara terbuka dengan larutan NaCl

ditambah pemberian olesan minyak zaitun 2 kali sehari sebanyak 3ml (berjumlah 8

pengulangan)

Perlakuan B : Perawatan luka bakar derajat IIA secara terbuka dengan larutan NaCl

ditambah pemberian olesan minyak zaitun 2 kali sehari sebanyak 5ml (berjumlah 8

pengulangan)

Label berjumlah 24 dengan pengacakan secara lotre kemudian ditempelkan

pada kandang tikus putih 1 hingga 24, tergantung keluarnya label yang telah dilotre,

dan pemberian intervensi sesuai dengan label tersebut dan sisanya adalah 10% dari

tambahan kriteria drop out

.

Page 3: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

36

3U2 OU1 3U4 5U1 0U4 3U1 5U6 3U7 0U6

0U5 5U3 0U2 5U7 3U6 5U5 3U3 5U2 0U8

0U9 5U9 3U8 0U7 5U4 0U3 3U9 3U5 5U8

Tabel 4.2 Denah RAL-Sederhana

Denah di atas mengacu pada pengambilan lotre, terdapat 24 lotre :

Kelompok 0 ml : 0U1,0U2,0U3,0U4,0U5,0U6,0U7, 0U8, 0U9

Kelompok 3 ml : 3U1, 3U2, 3U3, 3U4, 3U5, 3U6, 3U7, 3U8, 3U9

Kelompok 5 ml : 5U1, 5U2, 5U3, 5U4, 5U5, 5U6, 5U7, 5U8, 5U9

*Keterangan* : 3U6,

1. angka 3 didepan menyatakan Intervensi dalam ml

2. huruf U dan angka 6 dibelakang menyatakan Ulangan ke- 6

4.3 Populasi, Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus).besar atau

tikus putih (Rattus norvegicus) dikenal memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

dengan tikus kecil, yaitu lebih mudah dibiakan dan lebih mudah dimanipulasi secara

genetik, lebih mudah diamati karena mereka kurang agresif, ukuran yang lebih

proporsional. Selain itu tikus secara biologis mirip dengan manusia dan memiliki

respon biologis yang mirip dengan manusia. Tikus juga cocok untuk penelitian

berbagai masalah kesehatan yang sama pada manusia. Sebagai tambahan, peneliti

dapat dengan mudah mengontrol lingkungan sekitar hewan (makanan, suhu, cahaya,

dll), yang mungkin akan sulit dilakukan pada manusia (Tyas, 2010). Struktur kulit

tikus juga menyerupai struktur kulit manusia dengan ketebalan epidermis 0,07 mm,

sedangkan dermis bervariasi antara < 0,5 – 5 mm (Binasari, 2011).

Page 4: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

37

4.3.2 Sampel

Sampel menggunakan tikus putih (rattus norvegicus) berjenis galur wistar

yang dipilih dengan Random Sampling dan memiliki spesifikasi atau kriteria sebagai

berikut :

1. Usia dewasa (75-90 hari)

2. Berjenis kelamin jantan

3. Berat badan rata rata normal 150-200 gram

4. Sehat

Kriteria Drop Out :

1. Tikus sakit selama proses perlakuan

2. Tikus mati selama proses perlakuan

3. Diberikan 10% sampel tambahan

4.3.3 Besar Sampel

perhitungan besar sampel pada pnelitian ini menggunakan rumus

(t-1)(r-1)≥15. (Hidayat, 2007)

Keterangan

t = kelompok perlakuan

r = jumlah pengulangan perlakuan (replikasi)

Dalam penelitian ini terdapat 3 kelompok perlakuan tikus putih, oleh karena

itu berarti perhitungannya adalah sebagai berikut:

(t-1) (r-1) ≥ 15

(3-1) (r-1) ≥ 15

3r-3-r+1 ≥ 15

2r-2 ≥ 15

Page 5: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

38

2r ≥ 15+2

r ≥ 17/2

r ≥ 8,5

Dari rumus tersebut diperoleh jumlah ulangan (replikasi) untuk masing-

masing perlakuan adalah 8 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) dan jumlah perlakuan

adalah tiga. Jadi jumlah keseluruhan sample yang harus digunakan untuk semua

perlakuan pada penelitian ini adalah sebanyak 24 ekor tikus. Dan ditambahkan

dengan kriteria dropout sekitar 10% dari perhitungan replikasi yaitu 0,9 atau 1 ekor

4.4 Variabel Penelitian

4.4.3 Variabel Bebas

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah pemberian minyak

zaitun.

4.4.4 Variabel Tergantung

Variabel tergantung (dependent) dalam penelitian ini adalah optimalisasi

penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (rattus norvegicus).

Tabel 4.5 Definisi operasional

Variabel Definisi Operasional

Indikator Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data

Variabel independen : Minyak Zaitun

Minyak dari pohon zaitun untuk menyembuhkan luka bakar derajat IIA pada tikus putih dengan bentuk olesan dengan dosis (ml) yang bervariatif

Ukuran dosis mencapai 3 ml dan 5 ml pada indikator ukur spuit

Spuit 3 ml dan 5 ml

Telah diberikan dosis 3 ml dan 5 ml dengan 2x pemberian perhari

Variabel Penyembuhan luka bakar

Lama Hari kesembuha

Frekuensi kesembuha

Hari Kesembuhan

Numerik

Page 6: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

39

Dependen :

Lama penyembuhan luka bakar derajat IIA

derajat IIA menurut literatur (Majid dan Prayogi, 2013) memerlukan

waktu ±14 hari dan dihitung dari pembuatan luka bakar

n tikus putih dan tanda Luas luka mulai mengecil atau menyusut dan dihitung secara berkala dari hari perhari hingga hari terakhir

n tikus putih dengan

lama ±14 hari dan Jangka Sorong, milimeter blok

spontan tikus putih dan dilihat tanda Penyusutan Luas luka diukur dengan satuan mm2 perharinya dan terakhir dilihat pada hari ke berapakah penyembuhan spontan terjadi

(Rasio)

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dilaboratorium kimia universitas muhammadiyah malang

dan waktu penelitian dimulai dari bulan april hingga mei 2018.

4.7 Bahan dan Instrumen Penelitian

4.7.1 Alat dan Bahan

- Kandang tikus 40 x 25 cm : 28 buah

- Kawat penutup kandang : 28 buah

- Kawul : 7 Pack

- Air minum : 13 liter

- Botol air hewan : 30 buah

- Pakan tikus (Br 1) : 20 kg

- Minyak Zaitun : 2 Liter

- Termometer Air : 1 Buah

Page 7: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

40

4.7.2 Pembuatan Luka Bakar Derajat IIA

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan logam kuningan berdiameter

20 mm yang dicelupkan kedalam air mendidih 100°C (diukur dengan termometer air)

selama ± 3 menit, dan sebelumnya area kulit yang akan di paparkan logam panas

telah didesinfeksi terlebih dahulu dengan alkohol swab kemudian dilakukan anastesi

menggunakan spray anti nyeri dengan cara disemprotkan langsung pada bagian kulit

dan setelah 30 detik pengecekan reaksi anastesi tersebut dengan cara pemberian

stimulasi benda tajam pada daerah yang akan di beri luka dan setelah logam kuningan

berukuran 20 mm dicelupkan selama ± 3 menit kemudian tempelkan logam tersebut

pada area bokong tikus bagian atas yang sudah dicukur bulunya dan sudah

didesinfeksi serta sudah diberi anastesi. (tempelkan selama 15 detik), dan terakhir

observasi luka hingga 15 menit kemudian pemberian perlakuan sesuai SOP

4.7.3 Perawatan Luka Bakar

Alat dan Bahan

1. Handscoon steril : 1 pasang

2. Pinset anatomis dan pinset cirurgis

3. Kassa steril : 7 pack

4. Cotton buds : 1 pack

5. Bak instrument : 1 buah

6. Bengkok : 2 buah

5. Kom steril : 1 buah

6. Cucing : 2 buah

7. Spuit 5 dan 3ml: 5 buah

8. Cairan NS 500 ml : 2 botol

9. Minyak zaitun :2 Liter

Page 8: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

41

10. Kantung plastik untuk sampah : 1 Pack

Tabel 4.6.Tindakan Perawatan Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih

1. Cuci tangan

2. Buka semua peralatan

3. Tempatkan perlak yang dilapisi kain di bawah luka yang akan dirawat.

4. Atur posisi tikus senyaman mungkin sehingga memudahkan terapi.

5. Tempatkan bengkok dan plastik terbuka dekat dengan luka yang akan

dirawat.

6. Ambil dua buah cucing dengan menggunakan korentang

7. Isi salah satu cucing dengan larutan NaCl 0,9% atau normal saline

8. Pakai sarung tangan steril

9. Ambil pinset anatomis ditangan kanan dan cirurgis ditangan kiri.

10. Ambil kassa steril pada kom steril dengan menggunakan pinset cirurgis.

11. Masukkan/ rendam kassa steril ke dalam cucing yg berisi larutan NaCl

0,9%

12. Peras kassa pada bengkok, lalu letakan kassa steril yang sudah diperas

kedalam cucing yang tidak berisi larutan NaCl 0,9%

13. Ambil kassa yang sudah diperas dengan menggunakan pinset cirurgis

kemudian pindahkan ke pinset anatomis tanpa bersentuhan.

14. Bersihkan luka dengan kassa steril yang sudah dibasahi NaCl 0,9%

15. Bersihkan dari atas ke bawah atau dari arah luar ke dalam.

16. Buang Kassa steril habis pakai ke bengkok tempat sampah.

17. Keringkan luka dengan kassa kering dengan gerakan yang sama.

18. Tambahkan minyak zaitun 3 ml atau 5 ml kemudian diratakan dalam

Page 9: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

42

kassa sehingga minyak zaitun tidak menyebar dan terbuang. dan itu untuk

kelompok perlakuan (A,B) luka bakar derajat IIA dan untuk kelompok

kontrol (K) area luka hanya dirawat dengan dibersihkan sampai prosedur

pemberian NaCl 0,9% dalam proses terapinya.

19. Balut luka dengan kassa yang telah didalamnya tertampung minyak zaitun

dan ini juga dapat menghindari kontaminasi luka dari virus atau bakteri

dari luar

20. Letakkan tikus sesuai dengan tempat atau nomor kandangnya.

21. Dokumentasikan keadaan luka

22. Rapikan peralatan dan buka sarung tangan.

23. Cuci tangan.

Pengukuran Penyembuhan (dengan Pengukuran Luas Luka)

Pengukuran ini dilakukan setelah dilakukannya pembuatan luka bakar (untuk

hari pertama) dan hari selanjutnya hingga hari ke 16, akan dilakukan setiap pagi

sebelum pemberian intervensi pada luka bakar. Sebagai berikut prosedur

pengukurannya :

Tabel 4.7 SOP Pengukuran Luas Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih

1. Cuci tangan

2. Pakai sarung tangan bersih

3. Posisikan tikus senyaman mungkin hingga membuat tikus tidak bergerak-

gerak.

4. Tempelkan plastik mika.

5. Luas luka digambar/ diblok pada plastik mika sesuai dengan bentuk luka

yang ada.

Page 10: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

43

6. Kertas mika ditempelkan pada millimeter blok

7. Dan luas luka diukur dengan jangka sorong untuk pengukuran diameter.

8. Lepas sarung tangan

9. Cuci tangan

4.7.4 Lembar Observasi Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA pada Tikus

putih (Rattus Norvegicus)

Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 1

4.8 Prosedur Penelitian

1. Pemeliharaan Tikus

Tikus dipelihara selama 16 hari setelah masa adaptasi 7 hari. tikus putih

(Rattus norvegicus) ditempatkan dalam sebuah kotak kandang dengan ukuran luas 1000

cm2.Setiap kandang hanya untuk satu ekor tikus.Kandang tikus dilengkapi dengan

kawat penutup, kawul, air minum dan pakan tikus.Sekam kayu diganti setiap 3 hari

sekali agar tetap kering dan tidak lembab. Semua tikus baik kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan mendapatkan cara pemeliharaan yang sama dengan pemberian

makan dan minum sesuai dengan kebutuhan makan dan minum tikus dewasa.

2. Pelaksanaan

Sampel dibagi menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari

9 ekor tikus yang sebelumnya telah dilakukanrandomisasi dengan rancangan acak

lengkap menggunakan sistem lotre. Pembagian kelompok berdasarkan uraian berikut:

1. Kelompok I disebut sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 8 ekor

Page 11: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

44

tikus dengan luka bakar derajat IIA (hasil rekayasa) tanpa diberi minyak

zaitun.

2. Kelompok II sebagai kelompok perlakuan yang terdiri dari 8 ekor tikus

dengan luka bakar derajat II setelahnya selang beberapa waktu diberi

minyak zaitun secara oles dengan frekuensi 2 kali (3 ml) pengolesan

dalam sehari.

3. Kelompok III sebagai kelompok perlakuan yang terdiri dari 8 ekor tikus

dengan luka bakar derajat II setelahnya selang beberapa waktu diberi

minyak zaitun secara oles dengan frekuensi 2 kali (5 ml) pengolesan

dalam sehari.

Dalam pelaksanaan, kelompok tikus putih tidak di kumpulkan sesuai

kelompok perlakuannya karena sebelumnya telah dilakukan randomisasi atau

pengacakan dan setiap kandangnya telah diberikan label yang sesuai hasil lotre.

Page 12: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

45

4.9 Skema Penelitian

Gambar 4.9 Skema penelitian

24 ekor tikus putih (Rattus Norvegicus)

Adaptasi selama 7 hari

Proses pencukuran bulu dan pembuatan luka bakar derajat IIA di bagian bokong atas tikus

putih

Pengacakan atau randomisasi

Setelah 15 menit pembuatan luka lakukan perlakuan

Kelompok K Diberikan

pemeliharaan dan rawat luka tanpa diberikan perlakuan minyak

zaitun

Kelompok A Diberikan

pemeliharaan dan rawat luka dengan diberikan

perlakuan minyak zaitun 3ml 2x/hari

Kelompok B Diberikan

pemeliharaan dan rawat luka dengan diberikan

perlakuan minyak zaitun 5ml 2x/hari

Dan pemberian perlakuan selama 16 hari dan diobservasi selama 1 hari sekali ketika

pemberian perlakuan dipagi hari

Pengumpulan Data

Analisa data

Penulisan hasil dan bahasan

Page 13: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

46

4.10 Analisis Data

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel numeric dengan

skala data rasio,yaitu variabel tergantung (lamapenyembuhan luka bakar derajat IIA).

Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan :

1. Uji Normalitas, untuk mengetahui normal tidaknya sampel yang tidak lain

sebenarnya adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya

sebaran data yang akan dianalisis.

2. Uji homogenitas menggunakan uji varian bartlett untuk mengetahui

kehomogenan varian dari data-data yang diperoleh dengan menguji tiga

kelompok data perlakuan. Varian dinilai homogen jika p>0,05

3. Uji one way anova adalah varian untuk satu variabel independent. Analisa

varian satu variabel independent digunakan untuk menentukan apakah

rata- rata dua atau lebih kelompok berbeda secara nyata. Uji ini dilakukan

terhadap tiga kelompok perlakuan. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi

dalam melakukan analisis ini adalah penyebaran sampel normal dengan

ragam populasi homogen.

4. Uji Beda Rerata (Uji Beda Nyata Jujur) adalah untuk mengetahui status

hipotesis tentang pengaruh tingkat faktor atau perlakuan-perlakuan

terhadap nilai-nilai pengamatan data hasil percobaan. Uji ini dikalukan

apabila hasil analisis ragam minimal berpengaruh nyata. Uji bedanyata

jarak dilakukan terhadap tiga kelompok perlakuan dengan tiga kelompok

perlakuan sebagai kelompok pembanding. Dalam menentukan perlakuan

yang terbaik, langkah-langkah yang perlu dilewati adalah:

1. Melihat kelompok perlakuan dengan nilai rata-rata tertinggi.

2. Melihat pada kelompok perlakuan tersebut diikuti notasi (huruf).

Page 14: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitianeprints.umm.ac.id/42628/5/BAB IV.pdf35 A X1 = Kelompok perlakuan yang diberikan perawatan luka terlebih dahulu dengan NaCl 0,9% kemudian

47

3. Melihat kelompok perlakuan mana saja yang diikuti huruf tersebut.

4. Perhatikan dan pertimbangkan secara logis perlakuan mana yang

terbaik.

Uji analisis tersebut menggunakan program SPSS 2.1for Windows dengan nilai

probabilitas 0,05 dan angka kepercayaan 95% (Hidayat, 2007).

4.11 Etika Penelitian

Masalah etik merupakan masalah yang sangat komplek dan sering menjadi

perhatian publik. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental, yaitu penelitian

yang dilakukan pada hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar.

Penggunaan sampel berupa tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar karena meningat

tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar merupakan tikus besar yang dikenal memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan tikus kecil atau mencit (mice), yaitu lebih mudah

untuk diamati karena kurang agresif, memiliki ukuran tubuh yang lebih proporsional

dan secara biologis memiliki respon yang mirip dengan manusia. Tikus cocok untuk

berbagai masalah kesehatan yang sama pada manusia. Sebagai tambahan, peneliti

dapat dengan mudah mengontrol lingkungan sekitar hewan (makanan, suhu,

cahaya,dll), yang mungkin sulit dilakukan pada manusia (Karyn, 2009; Tyas, 2010).

Struktur kulit tikus juga menyerupai struktur kulit manusia dengan ketebalan

epidermis 0,07mm, sedangkan dermis bervariasi antara < 0,5 – 5 mm

(Musfirah,2006). Maka dari uraian diatas peneliti akan melaksanakan uji etik di

kawasan akademik Universitas Muhammadiyah Malang