BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain...

14
29 BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan Penanganannya 4.1 Sejarah Rohingnya di Myanmar Rakhine dulu disebut sebagai Arakan yang merupakan salah satu negara bagian Myanmar. Jika dilihat berdasarkan geografisnya, Rakhine memiliki tanah pegunungan, hutan lebat dan sungai. Banyak lahan di Rakhine yang digunakan untuk menanam padi sehingga pada jaman dahulu Rakhine telah mengekspor berasnya hingga ke Chittagong, Calcutta, Madarras, Colombo dan Kochin. Selain itu, Rakhine juga terkenal dengan perkebunan karet, perkebunan teh, pohon bambu, pohon jati, hasil perikanan dan udang. Kekayaan sumber daya alam ini mendorong perdagangan masyarakat setempat. Rakhine juga kaya akan sumber daya mineralnya, namun belum dimanfaatkan hingga sekarang. Gambar 1.1 Peta Myanmar Sumber: Netz.id Menurut a History of Arakan, Rakhine memiliki dua komunitas utama yaitu Rohingnya yang mayoritas beragama islam dan Maghs (Rakhaings) yang mayoritas

Transcript of BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain...

Page 1: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

29

BAB IV

Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan Penanganannya

4.1 Sejarah Rohingnya di Myanmar

Rakhine dulu disebut sebagai Arakan yang merupakan salah satu negara bagian

Myanmar. Jika dilihat berdasarkan geografisnya, Rakhine memiliki tanah pegunungan,

hutan lebat dan sungai. Banyak lahan di Rakhine yang digunakan untuk menanam padi

sehingga pada jaman dahulu Rakhine telah mengekspor berasnya hingga ke

Chittagong, Calcutta, Madarras, Colombo dan Kochin. Selain itu, Rakhine juga

terkenal dengan perkebunan karet, perkebunan teh, pohon bambu, pohon jati, hasil

perikanan dan udang. Kekayaan sumber daya alam ini mendorong perdagangan

masyarakat setempat. Rakhine juga kaya akan sumber daya mineralnya, namun belum

dimanfaatkan hingga sekarang.

Gambar 1.1 Peta Myanmar

Sumber: Netz.id

Menurut a History of Arakan, Rakhine memiliki dua komunitas utama yaitu

Rohingnya yang mayoritas beragama islam dan Maghs (Rakhaings) yang mayoritas

Page 2: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

30

beragama Buddha. Rohingnya berasal dari kata Rohai atau Roshangee yang memiliki

istilah untuk menunjukan orang – orang muslim di Rakhine. Dilihat dari postur tubuh,

masyarakat Rohingnya tidak memiliki kesamaan dengan masyarakat India maupun

Myanmar. Mereka lebih cenderung memiliki tampilan dan gaya seperti orang Arab.

Jika dilihat dari bahasanya, bahasa yang digunakan Rohingnya merupakan campuran

dari Persia, Bengali, Arab dan Rakhaing. Akan tetapi bahasa Rohingnya ini telah sirna

seiring adanya masa kolonialisme.

Pada 1404, Raja Rakhine yang bernama Naramekhla melarikan diri ke Bengal.

Daerah kesultanan Bengal mencakup wilayah negara Bangladesh, India bagian Timur

dan Myanmar bagian Barat. Sultan Bengal yang bernama Giyathuddin Azam Shah

menerima Naramekhla dengan baik. Namun, raja Giyathuddin meninggal dunia dan

menurunkan tahtanya ke Raja Ganesh. Raja Ganesh yang beragama Hindhu

digulingkan oleh putranya Jalauddin Mohammed Shah yang telah berganti agama.

Oleh karena itu, Naramekhla belajar banyak hal mengenai politik karena dekat dengan

para raja Bengal. Selama 24 tahun Naramekhla yang beragama Budha mulai belajar

mengenai Islam. Ia pun berganti nama menjadi Solaiman Shah.

Raja Jalauddin memberikan takhtanya di Arakan ke Solaiman Shah. Pada tahun

1430, Arakan memproklamirkan kemerdekaannya sebagai kerajaan Islam. Solaiman

membangun masjid dan mendirikan pengadilan yang memadukan budaya antara Budha

dengan Islam. Ia juga mendirikan sebuah kota yang bernama Mrauk-U sebagai kota

yang terpenting di wilayah itu. Soleaiman membawa orang – orang Bengali untuk

mengurus administrasi pemerintahannya. Kerajaan Islam Arakan itu bertahan hingga

lebih dari 350 tahun.

Akan tetapi pada tahun 1784, Arakan dikuasai oleh Raja Myanmar yang

bernama Bodawpaya. Ia sangat kejam terhadap masyarakat Rakhine dengan

menjadikannya sebagai buruh dan menerapkan sistem pajak yang tinggi. Banyak

masyarakat Rakhine yang dihukum mati hingga mengungsi di Bengal karena tidak

Page 3: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

31

sanggup menghadapi kekejaman dari pemerintah Myanmar. Hal ini didukung pula

dengan jatuhnya Mrauk-U sebagai pusat kota pemerintahan Rakhine.

Situasi itu semakin memburuk saat Myanmar dikuasai oleh Inggris. Selama

1824 hingga 1942, Arakan diizinkan oleh Inggris untuk memiliki otonomi sendiri.

Selain itu, Inggris juga mendatangkan kembali orang – orang Rakhine yang telah

mengungsi itu karena membutuhkan tenaga kerja untuk membangun infrastruktur.

Kemajuan yang terjadi di Rakhine ini menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat asli

Myanmar. Oleh karena itu, terjadilah perampasan harta, pengusiran dan pembakaran

tempat tinggal.

Pada tahun 1942, pasukan Jepang melakukan invansi ke Myanmar yang saat itu

disebut Burma. Hal ini menjadi kesempatan bagi warga asli Myanmar untuk

melakukan provokasi antara umat Budha dan Islam di Rakhine. Oleh karena itu,

terjadilah ketegangan di antara masyarakat Rakhine hingga membagi wilayahnya

menjadi dua bagian yaitu selatan untuk masyarakat Budha Rakhine dan utara untuk

masyarakat Islam Rohingnya.

Inggris merasa terdesak dengan kedatangan Jepang dan ditambah lagi adanya

ketegangan masyarakat setempat. Inggris pun merencanakan adanya perang gerilya

untuk merebut kembali kekuasaanya dari Jepang dengan melatih orang Rohingnya

untuk menjadi tentara. Keberhasilan Inggris ini menuntut kemerdekaan wilayah

Maungdaw di Rakhine untuk masyarakat Rohingnya yang telah membantu dalam

perang. Para pengungsi Rohingnya kembali ke Rakhine dan mengamankan

kekuasaanya dengan tidak memberikan jabatan pada masyarakat Budha setempat.

Akan tetapi, hasil konferensi London menyerahkan kekuasaan Inggris ke tangan

Myanmar pada 4 Januari 1948 yang sekaligus menjadi momen bagi kemerdekaan

Myanmar. Perjanjian tersebut memaksa Rohingnya untuk menyerahkan kekuasaannya

terhadap Myanmar karena wilayahnya masih dalam kekuasaan Inggris. Adanya

Page 4: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

32

kemerdekaan ini pula membawa angin buruk bagi masyarakat Rohingnya karena

keberadaanya tidak diakui oleh pemerintah Myanmar.

Myanmar mempunyai 8 etnis utama, yaitu: Burman, Shan, Kachin, Karen,

Kayah, Mon, Chin dan Rakhaing yang dibagi lagi menjadi 135 etnis turunan dari ras

Mongolia. Pemerintah Myanmar tidak mengakui Rohingnya sebagai salah satu bagian

dari etnisnya. Hal ini mengakibatkan masyarakat Rohingnya diperlakukan seperti

orang asing sejak dulu. Banyak masyarakat Rohingnya yang tidak diberikan

kewarganegaraan, dibunuh, diperkosa dan tempat tinggalnya dibakar. Oleh karena itu,

masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar

mendapatkan perlindungan dari negara lain.

Pemerintah Myanmar telah menetapkan Undang – Undang (UU) Kewarganegaraan

pada tahun 1982. Dalam UU tersebut Myanmar mengklasifikasikan warganya menjadi

3 (Verma, Rishi Raj, 1961) yaitu:

1. Warga Negara: masyarakat yang memperoleh keturunan didasarkan pada garis

keturunan warga yang tinggal di Myanmar sebelum 1823 atau lahir dari orang

tua yang sudah menjadi warga negara

2. Warga Negara Asosiasi: masyarakat yang memperoleh kewarganegaraan

melalui “Union Citizenship Act 1948”. Ketentuan ini disahkan pada 15 Oktober

1982.

3. Warga Negara Naturalisasi: masyarakat yang bukan merupakan warga negara

dan tidak memperoleh kewarganegaraan melalui “Union Citizenship Act

1948”dapat mengajukan permohonan kewarganegaraan. Akan tetapi, perolehan

status warga negara naturalisasi ini harus melalui pertimbangan hukum dan

disahkan oleh Dewan Negara.

Namun Pemerintah Myanmar dengan jelas menegaskan status Rohingnya melalui

UU Kewarganegaraan Myanmar 1982 pasal 4, sebagai berikut:

Page 5: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

33

“...The 1982 citizenship law defines citizen as member of ethnic groups

that have settled in Burma before 1823, the start of British Colonial rule

in Burma. The Rohingya do not feature among the 135 national races

listed by goverment and therefore rendered stateless.”

Hukum ini membuat masyarakat Rohingnya tidak mendapatkan

kewarganegaraan Myanmar. Status “stateless” masyarakat Rohingnya ini menutup

aksesnya untuk terlibat dalam pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan layanan

masyarakat lainnya. Menurut hukum hak asasi manusia secara internasional, perlakuan

Myanmar ini telah melanggar hak – hak dasar kebangsaan dan norma – norma

mengenai diskriminasi. Setiap orang berhak atas hak dan kebebasaan tanpa adanya

pembedaan jenis apapun. Hal ini berlaku pula terhadap anak- anak.

Setelah adanya UU tersebut, kekejaman terhadap Rohingnya terus berlanjut.

Masjid – masjid banyak yang dibakar dan digantikan dengan pagoda serta biara Budha.

Mulailah muncul gerakan perlawanan yang mengatasnamakan Rohingnya seperti

Rohingnya Solidarity Organization (RSO). Hal ini diperparah lagi dengan adanya

kelompok – kelompok anti pemerintah yang membuat keadaan di Myanmar semakin

menegangkan.

Konflik yang ada di Myanmar ini telah mengakibatkan permasalahan

kemanusiaan di Rohingnya. Berbagai konflik muncul tanpa adanya penyelesaian yang

pasti dari pemerintah Myanmar. Hal ini tentunya mengakibatkan konflik semakin

parah, mulai dari adanya undang – undang kewarganegaraan hingga munculnya

berbagai gerakan perlawanan dari masyarakat Rohingnya. Permasalahan yang terjadi

di Rohingnya meluas hingga kesejahteraan masyarakat, kesehatan dan pendidikan.

Pemerintah Myanmar kurang memperhatikan masalah ini dan seolah tidak ingin

campur tangan meskipun sudah dibawa ke pertemuan regional maupun internasional.

Berbagai serangan besar yang ada di Rohingnya menarik perhatian internasional yaitu

konflik pada tahun 1978, 2012, 2016 dan 2017.

Page 6: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

34

4.2 Konflik 1978

Setelah masa kemerdekaan, Myanmar terus berusaha untuk menyingkirkan

masyarakat Rohingnya. Pada Maret 1978, Myanmar melakukan Operasi Naga Min

yang bertujuan untuk mengintimidasi Rohingnya dan memaksa mereka untuk

meninggalkan Rakhine. Operasi ini dimulai dari perkampungan muslim Sakkifara di

Akyab yang kemudian menyebar keseluruh wilayah di Rakhine. Hal ini menyebabkan

Buthidaung menjadi kota yang paling banyak terkena dampaknya (Jonassohn, Kurt,

1997). Banyak warga Rohingnya yang ditangkap kemudian ada yang diperkosa, disiksa

hingga dibunuh. Kekejaman ini membuat Rohingnya takut dan meninggalkan tempat

tinggalnya dengan berjalan menyusuri perbatasan Bangladesh. Selama perjalanan pun

mereka masih merasakan kekejaman karena uang mereka dirampok. Rumah yang

mereka tinggalkan pun dirampok dan diambil ternaknya kemudian dibakar.

Gambar 1.2 Pengungsi Rohingnya

Sumber: Sindonews

Peristiwa ini mengakibatkan lebih dari 300.000 orang Rohingnya yang

mengungsi ke negara lain (Cheah, Joseph, 2011). Bangladesh menjadi tempat orang –

orang Rohingnya untuk berlindung. Disana mereka mendirikan kamp – kamp untuk

tempat tinggal. Pemerintah Bangladesh berusaha pula untuk membantu warga

Rohingnya dengan melakukan perundingan ke pemerintah Myanmar. Akan tetapi,

Page 7: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

35

Myanmar tidak mengakui perbuatannya dan menyatakan bahwa Rohingnya adalah

imigran ilegal yang meninggalkan Myanmar karena takut adanya pemeriksaan sensus.

United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) adalah badan

Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang mengurusi masalah pengungsi merasa

bingung harus memasukan status Rohingnya di Bangladesh sebagai pengungsi atau

tidak. Berkat bantuan dari jurnalis bernama Francois Haughter, UNHCR mengakui

keberadaan Rohingnya sebagai pengungsi. Dalam laporan saksi mata yang diperoleh

Francois menyatakan bahwa mereka dipaksa pemerintah Myanmar untuk keluar dari

wilayahnya dengan cara ditembaki. Oleh karena itu, UNHCR mulai memberikan

bantuan ke Rohingnya. Akhirnya pada tahun 1979, terdapat perjanjian bilateral antara

Bangladesh dan Myanmar. Menurut laporan UNHCR, 200.000 orang Rohingnya

dikembalikan ke rumah sementara 40.000 telah meninggal selama di kamp dan sisanya

telah menyebar di Bangladesh (UNHCR, 1999). Namun, perjanjian tersebut tidak

memuat kepastian mengenai Rohignya setelah dipulangkan ke Myanmar. Hal ini

menyebabkan konflik yang terus berkembang pada tahun – tahun berikutnya.

4.3 Konflik 2012

Konflik besar terhadap warga Rohingnya terjadi kembali pada 28 Mei 2012.

Hal ini dipicu ketika ada perempuan muda Rakhine bernama Ma Thida Htwe berusia

27 tahun diperkosa dan dibunuh. Pelakunya adalah Htet Htet (a) Rawshi bin U Kyaw

Thaung (Bengali/Muslim), Rawphi bin Sweyuk tamauk (Bengali/Muslim) dan Khochi

bin Akwechay (Bengali/Muslim). Dua diantara dijatuhi hukuman mati dan yang satu

melakukan bunuh diri. Berdasarkan berita dari The New Light of Myanmar, telah

beredar foto hasil penyelidikan tim forensik dimana korban digorok tenggorokannya,

dada dan organ kewanitaanya ditikam serta tubuhnya dimutilasi menggunakan pisau.

Setelah itu adapula serangan terhadap bus yang ditumpangi warga muslim yang

mengakibatkan sepuluh orang meninggal. Saat mendoakan korban yang meninggal

Page 8: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

36

tersebut, diikuti oleh aksi yang meneriakan “Strength to the Muslims! Death to the

Rakhine!” Serangan balasan pun terjadi di rumah warga Budha yang menyebabkan

tindakan saling serang. Konflik ini mengakibatkan lebih dari 70 orang meninggal, lebih

dari 3.000 bangunan rusak dan 60.000 orang kehilangan tempat tinggal sehingga

mengungsi ke negara lain. Bangladesh sebagai negara terdekat Myanmar merasa

keberatan dengan banyaknya pengungsi yang semakin bertambah.

Indonesia melalui lembaga – lembaga kemanusiaan (Palang Merah Indonesia,

Aksi Cepat Tanggap dan lain sebagainya), partai politik dan institusi lain bergerak aktif

dalam membantu Myanmar. Pada 4 Agustus 2012, Presiden Indonesia saat itu Susilo

Bambang Yudhoyo (SBY) juga ikut menanggapi masalah ini dan mengapresiasi

tindakan masyarakat Indonesia yang telah memberikan bantuan kemanusiaan.

Lembaga kemanusiaan Indonesia telah mengirimkan para relawan untuk diturunkan

langsung ke Myanmar. Mereka membawa bantuan berupa makanan dan obat – obatan.

Indonesia juga memberikan bantuan dana untuk membangun sekolah. Pemerintah

Indonesia menyumbanngkan US $ 1 juta untuk proses rehabilitasi, rekonstruksi dan

rekonsiliasi. Presiden SBY juga mendorong Badan Umum Milik Negara (BUMN)

untuk melakukan investasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi di Myanmar

(Nurhandayani, 2013).

Dalam kebijakan luar negerinya, SBY melakukan diplomasi bilateral dengan

pemerintah Myanmar dan membawa isu ini ke dalam forum internasional seperti

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan ASEAN. Pada tahun 2009 lalu, ASEAN

bekerjasama dengan UNHCR mengadakan forum di Bali selama 2 hari untuk

membahas proses penyelesaian kasus Rohingnya. Akan tetapi, forum ini gagal karena

pemerintah Myanmar dengan tegas menolak status Rohingnya sebagai

warganegaranya. ASEAN pun tetap rutin membawa masalah Myanmar ini di setiap

forumnya namun belum menemui titik terangnya. Indonesia berinisiatif untuk

mengajak PBB dan Myanmar untuk mengangkat kasus ini ke OKI pada tahun 2013.

OKI juga gagal membawa masalah Rohingnya ini karena mayoritas negara lebih

Page 9: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

37

memilih untuk menyelesaikan secara bilateral maupun multilateral. Hal ini

mengakibatkan kekerasan yang terjadi di Myanmar belum dapat terselesaikan secara

maksimal dan masih banyak serangan – serangan yang terjadi di tahun berikutnya.

4.4 Konflik 2016

Kelompok militan dari Arakan Rohingnya Salvation Army (ARSA) untuk

pertama kalinya menyerang 30 pos polisi dan sebuah kamp miiter pada Agustus 2016.

ARSA sudah dilatih di luar Myanmar sejak tahun 2013 sebagai bentuk respon serangan

pada tahun sebelumnya. Pemerintah Myanamr menganggap ARSA sebagai kelompok

terorisme. Namun ARSA menolak dikaitkan dengan jihad dan mengatakan bahwa

adanya ARSA bertujuan untuk membela, menyelamatkan dan melindungi kelompok

Rohingnya dari penindasan negara. Kelompok mereka ini mempunyai prinsip yang

sejalan dengan pertahanan diri. Jumlah anggota ARSA mencapai 200 orang lebih.

Mereka melakukan penyerangan dengan menggunakan tongkat, kayu dan besi.

Pemerintahan baru Myanmar yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi dipilih

secara demokratis. Suu Kyi membentuk komisi penasihat untuk menyelesaikan

masalah Rohingnya dibawah pimpinan Kofi Annan. Masa kerja dari komisi tersebut

selama satu tahun hingga Agustus 2017. Komisi penasihat menyatakan bahwa telah

terjadi krisis pembangunan, kemiskinan kronis dan pelanggaran HAM. Pemerintah

Myanmar diminta berhati – hati dalam menyikapi masalah ini agar tidak memunculkan

konflik yang lebih besar. Jika pemerintah Myanmar salah dalam bertindak dan

menggunakan kekerasan dapat menimbulkan adanya radikalisme baik dari umat Islam

maupun Budha.

Akan tetapi, rekomendasi dari Komisi Penasihat tidak dilaksanakan. Hal ini

dikarenakan adanya penolakan dan unjuk rasa besar di Myanmar. Aung San Suu Kyi

dianggap telah gagal dalam melaksanakan tugasnya ini dan dianggap terlalu

menyederhanakan arti dari rekonsiliasi nasional. Menurutnya, rekonsiliasi itu hanya

Page 10: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

38

ada antara militer dan partainya saja. Sehingga dapat dilihat bahwa masih kuatnya

pengaruh militer dalam pemerintahan Myanmar.

Pada 9 Oktober 2016, terjadi lagi serangan oleh ARSA di 3 pos polisi penjaga

perbatasan Maungdaw. Dalam aksinya, mereka merebut senjata dan amunisi yang ada

dalam pos polisi. Peristiwa ini mengakibatkan meninggalnya 9 anggota pasukan

keamanan (BBC, 2016). Oleh karena itu, terjadilah operasi militer kontraterorisme.

Pada hari berikutnya, pemerintah Myanmar menghentikan bantuan kemanusiaan untuk

daerah sekitar konflik. Berbagai media yang ada di Myanmar dilarang untuk

melaporkan keadaan Rohingnya. Hal ini dipicu karena Fiona MacGregor jurnalis

Myanmar Times asal Skotlandia telah melaporkan dokumen puluhan kasus

penyerangan militer Myanmar terhadap wanita Rohingnya yang disiksa dan diperkosa.

Gambar 1.3 Indonesia mengirim bantuan ke Rohignya

Sumber: CNN Indonesia

Kekerasan terus memuncak pada tanggal 12 November, Militer Myanmar

mengerahkan helikopter tempur untuk menyerang desa di Maungdaw. Terjadi tindakan

saling serang yang menewaskan 69 gerilyawan dan 17 pasukan keamanan (Hrw, 2016)

. Konflik pada tahun 2016 ini telah mengakibatkan 7.422 rumah hancur dan 140.000

orang mengungsi. Sehingga pada 8 Desember, Indonesia mengadakan pertemuan

dengan Kofi Annan terkait penyelesaian krisis kemanusiaan di Rohingnya. Di akhir

tahun, Indonesia mengirimkan bantuan sebanyak 10 kontainer yang berisi mi instan,

makanan bayi dan sarung (kompas, 2016).

Page 11: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

39

4.5 Konflik 2017

Permasalahan yang terjadi di Rohingnya kembali memuncak pada 25 Agustus

2017. Hal ini dipicu karena adanya serangan dari ARSA terhadap lebih dari 20 pos

keamanan Myanmar dan sebuah pangkalan militer. Serangan yang dilakukan ARSA

ini lebih besar dari tahun 2016 lalu. Peristiwa ini menewaskan 12 orang aparat

keamanan sehingga memicu adanya serangan balik. Akan tetapi, serangan tersebut

dilakukan tidak hanya bagi anggota ARSA melainkan seluruh rakyat Rohingnya.

Menurut laporan PBB pada tanggal 8 September 2017, permasalahan di Rohingnya ini

telah menewaskan lebih dari 1.000 orang korban jiwa dan menyebabkan 313.000 orang

Rohingnya mengungsi ke negara lain. Banyaknya warga Rohingnya yang mengungsi

ini disebabkan oleh adanya serangan brutal dari militer Myanmar yang telah membakar

tempat tinggalnya dan telah melakukan tindakan kekerasan.

Perhatian dunia internasional kembali tertuju pada Rohingnya sejak adanya

serangan pada 25 Agustus 2017. Berbagai negara melakukan kebijakan dengan cara

diplomasi maupun intervensi kemanusiaan. Diplomasi mengedepankan dialog dengan

pemerintah Myanmar untuk mencari solusi terbaik dalam menangani kasus Rohingnya.

Sedangkan intervensi kemanusiaan dilakukan dengan alasan suatu negara telah gagal

dalam menjalankan kewajiban untuk melindungi warga negaranya dan adanya

pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Maka dari itu, konflik Rohingnya

membutuhkan peran dari dunia internasional dalam menangani permasalah

kemanusiaan di Rohingya.

Sejalan dengan prinsip ASEAN mengenai non intervensi, maka penyelesaian

masalah Rohingnya diselesaikan melalui konsultasi, konsensus dan pendekatan

konstruktif. Indonesia sebagai negara yang masih berada dalam satu kawasan regional

dengan Myanmar tergerak untuk menyelesaikan permasalahan kemanusiaan di

Page 12: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

40

Rohingnya. Diplomasi yang dilakukan Indonesia berhasil menciptakan situasi yang

kondusif dan direspon positif oleh pemerintah Myanmar.

Presiden Joko Widodo memberikat pernyataannya terkait aksi kekerasan dan

krisis di Rakhine pada 3 September (PresidenRI.go.id, 2017), yaitu:

1. Presiden Jokowi dan seluruh rakyat Indonesia menyesalkan aksi kekerasan yang

terjadi di Rakhine State, Myanmar.

2. Perlu sebuah aksi nyata bukan hanya pernyataan kecaman-kecaman. Pemerintah

Indonesia berkomitmen terus untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan,

bersinergi dengan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan juga masyarakat

internasional.

3. Presiden Jokowi telah menugaskan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak termasuk Sekretaris Jenderal

PBB Bapak Antonio Guterres dan Komisi Penasihat Khusus Untuk Rakhine State,

Bapak Kofi Annan.

4. Menteri Luar Negeri telah berangkat ke Myanmar untuk meminta pemerintah

Myanmar agar menghentikan dan mencegah kekerasan, agar memberikan

perlindungan kepada semua warga termasuk muslim di Myanmar dan agar

memberikan akses bantuan kemanusiaan.

5. Dalam menangani kemanusiaan aspek konflik tersebut, pemerintah telah mengirim

bantuan makanan dan obat-obatan pada bulan Januari dan Februari sebanyak 10

kontainer.

6. Pemerintah Indonesia juga telah membangun sekolah di Rakhine State dan akan

segera membangun rumah sakit yang akan dimulai pada bulan Oktober yang akan

datang di Rakhine State.

7. Indonesia juga telah menampung pengungsi dan memberikan bantuan yang

terbaik.

8. Presiden Jokowi menugaskan Menteri Luar Negeri untuk terbang ke Dhaka, di

Bangladesh, dalam rangka menyiapkan bantuan kemanusiaan yang diperlukan

Page 13: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

41

pengungsi-pengungsi yang berada di Bangladesh. Kita harapkan minggu ini kita

akan mengirim lagi bantuan makanan dan obat-obatan.

9. Presiden menyampaikan bahwa kekerasan, krisis kemanusiaan di Rohingnya harus

segera dihentikan.

Gambar 1.4 Retno L. Marsudi bertemu dengan Aung San Suu Kyi

Sumber: Kemlu.go.id

Pada tanggal 4 September 2017, Retno Marsudi Menteri Luar Negeri Indonesia

telah bertemu dengan Aung San Suu Kyi Konseler Negara Myanmar sebagai

perwakilan Indonesia yang peduli terhadap permasalahan di Rohingnya. Dalam

pertemuan itu, Indonesia menyampaikan usulan berupa Formula 4 + 1, yaitu:

1. Mengembalikan stabilitas dan keamanan

2. Menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan

3. Perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State, tanpa

memandang suku dan agama

4. Pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan keamanan

Empat elemen tersebut merupakan elemen utama yang harus segera

dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan di Rohingnya agar keadaannya tidak

semakin memburuk. Ada pula satu elemen tambahan adalah pentingnya agar

rekomendasi Laporan Komisi Penasihat untuk Negara Bagian Rakhine yang dipimpin

oleh Kofi Annan dapat segera diimplementasikan.

Page 14: BAB IV Konflik Kemanusiaan di Rohingnya dan …...masyarakat Rohingnya melarikan diri ke negara lain untuk mengungsi agar mendapatkan perlindungan dari negara lain. Pemerintah Myanmar

42

Hubungan baik antara Indonesia dan Myanmar sudah terjalin sejak sebelum

kemerdekaan Indonesia. Myanmar menjadi negara pertama yang menyewa pesawat

Indonesia saat terjadi Agresi Militer Belanda. Myanmar juga menjadi salah satu negra

pelopor kemerdekaan Indonesia. Indonesia dan Myanmar telah menjalin kerjasama,

salah satunya adalah bidang pendidikan. Indonesia mendirikan sekolah internasional di

Myanmar bernama Indonesia Internasional School In Yangoon. Sekolah tersebut

merupakan salah satu sekolah pilihan yang ada di Myanmar. Hal inilah yang menjadi

faktor pendorong Indonesia membantu Myanmar dalam mengatasi permasalahan

kemanusiaan di Rohingnya.

Serangan terhadap Rohingnya pada 25 Agustus 2017 membawa sejarah

panjang mengenai permasalahan kemanusiaan. Adanya pergantian pemerintahan di

Myanmar tidak memberikan dampak signifikan bagi terciptanya perdamaian di

Rohingnya. Organisasi internasional dan negara lain terus berusaha membantu

menyelesaikan masalah yang ada dengan berbagai macam hambatan dan permasalahan

yang terus berkembang. Presiden Indonesia yang kini sedang menjabat yaitu Joko

Widodo, memberikan upayanya melalui Formula 4+1. Adanya diplomasi yang

menghasilkan Formula 4+1 ini diharapkan dapat mencapai hasil maksimal dan tidak

memperparah konflik pada tahun – tahun berikutnya. Maka dari itu, dalam penulisan

ini akan dibahas mengenai implementasai Formula 4+1 dari Pemerintah Indonesia

untuk Rakhine State.