BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ”...

25
77 BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM A. Hak dan Hukum Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam melaksanakannya. 1 Hak pada dasarnya sesuatu yang melekat dalam diri setia manusia dan keberadaannya melekat pada eksistensi manusia itu sendiri. Hukum mengatur hubungan hukum, hubungan hukum itu terdiri dari ikatan-ikatan antara individu dan masyarakat dan antara individu itu sendiri. Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban. 2 Dalam bahasa Eropa Kontinental, hak dan hukum dinyatakan dalam istilah yang sama, yaitu ius dalam bahasa Latin, droit dalam bahasa Perancis, Recht dalam bahasa jerman, dan recht dalam bahasa Belanda. 3 Dalam literatur berbahasa belanda guna membedakan antara hak dan hukum digunakan istilah subjectief 1 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Sebuah Pengantar, Op.Cit., Hlm. 42. 2 Ibid,. Hlm. 40. 3 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi Revisi), Op.Cit., Hlm. 143.

Transcript of BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ”...

Page 1: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

77

BAB IV

KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM

A. Hak dan Hukum

Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan

kepada individu dalam melaksanakannya.1 Hak pada

dasarnya sesuatu yang melekat dalam diri setia

manusia dan keberadaannya melekat pada eksistensi

manusia itu sendiri. Hukum mengatur hubungan

hukum, hubungan hukum itu terdiri dari ikatan-ikatan

antara individu dan masyarakat dan antara individu itu

sendiri. Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan

kewajiban.2

Dalam bahasa Eropa Kontinental, hak dan hukum

dinyatakan dalam istilah yang sama, yaitu ius dalam

bahasa Latin, droit dalam bahasa Perancis, Recht dalam

bahasa jerman, dan recht dalam bahasa Belanda.3

Dalam literatur berbahasa belanda guna membedakan

antara hak dan hukum digunakan istilah subjectief

1 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Sebuah

Pengantar, Op.Cit., Hlm. 42. 2 Ibid,. Hlm. 40. 3 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi

Revisi), Op.Cit., Hlm. 143.

Page 2: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

recht untuk hak dan objectief recht untuk hukum. 4 Arti

“subjectief recht” sesungguhnya adalah hak dan

kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud

dengan “subjectief recht” adalah hak saja tidak

termasuk kewajiban.5

Hak pada dasarnya harus dilindungi oleh hukum,

pandangan tersebut dipelopori oleh pemikir-pemikir

hukum alam. Akan tetapi pendapat bahwa hukum

alamlah yang mengakui, menjaga dan mengawal hak-

hak alamiah manusia tentunya sulit diterima oleh

paham-paham hukum yang bersifat positivisme.6 Hart

berpendapat bahwa jika misalnya ada yang namanya

“hak-hak moral” (moral rights), maka hak-hak moral

tersebut merupakan hak-hak alamiah (natural rights).

Dan jika manusia ingin tetap eksis/survive harus ada

hukum yang berisikan konten minimal (minimum

content).7

Pandangan positivistik berpendapat bahwa hak

dibentuk atau diciptakan oleh hukum. Sehingga

pengakuan akan hak seluruhnya bergantung pada

apakah peraturan perundang-undangan mengaturnya

4 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi

Revisi), Op.Cit., Hlm. 143. 5 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Sebuah

Pengantar, Op.Cit., Hlm. 42. Dikutip dari Knottenbelt, Inlending in het Nederlandse recht, Hlm. 47, Algra, Rechtsingang, Hlm. 133, van

Apeldoorn, Inlending tot de studie van het Nederlandserecht, Hlm.

33. 6 Munir Fuadi, Teori-Teori (Grand Theory) Dalam Hukum,

Kencana PrenandaMedia Group, Jakarta, 2013, Hlm. 43. 7 Ibid., Hlm. 43

Page 3: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

79

atau tidak. Maka dari itu hak hukum hanya dapat

diidentifikasi melalui peraturan perundang-undangan

di luar itu tidak ada hak atau hayalan belaka. Hak yang

tidak dituangkan dalam peraturan perundang-

undangan hanya imajiner dan tidak berarti apa-apa

selain hayalan. Kalau seseorang mengatakan bahwa ia

memiliki hak untuk melakukan atau memperoleh

sesuatu tetapi ia tidak bisa menuntutnya maka dari itu

hak tersebut hanya sebatas hayalannya saja.

Hak harus dirumuskan dalam bentuk peraturan

perundang-undangan, di luar peraturan perundang-

undangan tidak ada hak yang benar-benar hak,

sebagaimana dikemukakan oleh Jeremy Bentham “Dari

hukum yang nyata timbul hak yang nyata.”8. Mengikuti

pemahaman seperti ini sehingga jelaslah penganut

positivisme menganggap bahwa hak adalah bentukan

hukum.

Ilustrasi hak dan hukum dapat digambarkan

dengan mata uang logam dimana hak berada pada satu

sisi dan hukum berasa di sisi yang lain, pertanyaannya

adalah apa yang berada pada sisi kepala dan apa yang

berada di sisi ekor.9

Pemahaman yang mengatakan bahwa hak adalah

bentukan hukum jika diikuti maka jelaslah hak baru

ada atau lahir setelah hukum mengaturnya.

8 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi

Revisi), Op.Cit., Hlm. 142. 9 Ibid., Hlm. 143.

Page 4: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

Pemahaman seperti ini adalah keliru untuk diluruskan.

Sikap hormati itu memuncak dalam kerelaan hati

untuk melayani sesama manusia, bukan karena ada

suatu hak padanya, tetapi karena timbullah rasa

kewajiban dalam hati sendiri.10

Keberadaan hak adalah perwujudan dari

eksistensi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan,

Dalam hubungan dengan hukum alam, dalam ilmu

hukum dikenal dua konsep yaitu hukum alam (natural

law) dan konsep hak-hak alamiah (natural rights) yang

merupakan konsep hak asasi manusia. Dalam hal ini

hukum alam sebagai induknya melahirkan hah-hak

alamiah sebagai anaknya. Karena itu, tanpa hukum

alam tidak mungkin ada hak-hak alamiah, karena hak

alamiah manusia harus ada yang mengakui, menjaga,

dan mengawalnya. Jadi, yang mengakui, menjaga, dan

mengawal hak-hak alamiah tersebut adalah hukum

alam, meskipun kaidah-kaidah hukum alam itu

terkadang dapat muncul ke permukaan dalam bentuk

hukum positif.11

Hak adalah eksistensi manusia itu sendiri, maka

dari itu hak yang menetukan lahirnya hukum, bukan

hukum yang melahirkan hak, karena adanya hak maka

hukum dituntut untuk melindunginya, Hukum adalah

turunan dari hak. Kembali pada mata uang koin maka

10 Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Op.Cit., Hlm. 62 11 Munir Fuadi, Teori-Teori (Grand Theory) Dalam Hukum,

Op.Cit., Hlm. 42-43

Page 5: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

81

hak yang berada pada sisi kepala dan hukum yang

berada pada sisi ekor.

B. Sifat Hukum

1. Kepastian Hukum

Ilmu hukum adalah ilmu yang bersifat preskriptif.

Ilmu yang bersifat preskriptif adalah ilmu yang

menganjurkan bukan mengemukakan apa adanya.12

Ilmu hukum memberikan anjuran atau mengharuskan

dilakukannya hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai

atau norma-norma tertentu.13

Ilmu yang bersifat preskriptif disebut juga ilmu

normatif.14 Karena ilmu ini sarat dengan nilai sehingga

ada juga yang menyebutnya ilmu yang bersifat

prekriptif ini sebagai bagian dari kajian etika.15 Ilmu ini

adalah ilmu yang berhubungan dengan pengambilan

keputusan. Dalam hal ini pengambil keputusan,

apakah ia seorang akademis yang sedang membuat

karya akademis berupa tesis, perancang aturan, hakim,

lawyer, jaksa, petinggi agama, para tetua dalam hidup

bermasyarakat. Mereka berpegang pada standar atau

norma tertentu, apakah putusan yang ia ambil sudah

sesuai dengan standar tertentu atau tidak. Jika telah

12 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi

Revisi), Op.Cit., Hal. 6. 13 Ibid., Hal. 5. 14 Ibid., Hal. 6. 15 Ibid.

Page 6: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

memenuhi standar tersebut maka putusannya benar.

Sebaliknya dalam hal putusan yang diambil tidak

memenuhi unsur yang terdapat dalam standar

tersebut, putasan itu tidak benar. Putusan tersebut

berupa anjuran atau sesuatu yang seyogyanya

dilakukan.16

Sifat preskriptif dari putusan yang dihasilkan tidak

digantungkan sepenuhnya pada penganbil peputusan

akan tepapi pada pada apakan putusan tersebut sudah

memenuhi standar normanya, dengan dimikian sifat

mengharuskan bukan karena orannya tetapi pada

kebenaran putusan tersebut yaitu kebenaran yang

sifatnya koherensi.

Robert C. Salomon mengemukakan kebenaran

koherensi sebagai: “a statement or a belief is true if and

only if ‘it cohers’ or ties with other statemen or belief”

kebenarah koherensi untuk masalah-masalah dalam

ruang lingkup moral atau yang mengandung nilai-nilai,

bukan untuk sesutu yang sifatnya empiris kasat mata

dan dapat diindra.17 Seperti yang dilakuakn oleh

Aristoteles yang berteori tanpa melakukan

pengumpulan data mentah dan mengolah data

tersebut.18

Sebagai suatu ilmu, ilmu hukum masuk ilmu

hukum masuk dalam ilmu yang besifat preskriptif,

16 Ibid. 17 Ibid., Hal. 7. 18 Ibid., Hal. 2.

Page 7: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

83

artinya membawa atau sarat nilai. Ilmu hukum bersifat

menganjurkan tidak sekedar mengemukakan apa

adanya. Ilmu hukum mempelajari tindakan atau

perbuatan (act) yang berkaitan dengan norma dan

prinsip hukum.19

Sifat hukum adalah normatif. Demikian juga kata

normatif adalah unsur yang pasti melekat pada hukum

dalam setiap bentuk dan perwujudannya. Dapat

dikatakan bahwa normatif adalah pengertian hukum.

Gagasan hukum sebagai normatif karena hukum

berbicara pada tataran keharusan, yang mana harus

dibedakan dengan apa yang terjadi pada faktanya.

Sebagaimana pemahaman yang digagas oleh Imanuel

Kant yang dikutip dalam Theo Huijbers sebagai

berikut:

Gagasan fundamental yang berasal dari Kant, yakni tentang perbedaan antara apa yang ada (fakta das Sein)

dan apa yang seharusnya (norma-das Sollen). Kant

menjelaskan bahwa sesuatu yang ada tidak dapat

dipersamakan dengan apa yang seharusnya, sehingga

apa yang ada tidak bisa dipandang sebagai bersifat

normatif. Kalau umpamanya orang-orang biasanya

saling menghormati (fakta), itu tidak berarti memang harus begitu. Seandainya saya mau menerima

konsekuensi ini sebagai benar, saya harus menerima

juga bahwa orang harus saling membunuh, bila mereka

sudah biasa saling membunuh. Dalam hal ini

umumnya tidak diterima. Pendek kata: apa yang ada lain daripada apa yang seharusnya; fakta adalah fakta,

bukan norma.20

19 Ibid., Hal. 9-10. 20 Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Op.Cit., Hlm. 45.

Page 8: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

Fakta bukan norma hal ini juga berlaku terhadap

peraturan sebagai produk kekuasaan. Bahwa peraturan

tertulis sebagai produk kekuasaan yang telah melewati

proses politik yang rumit dan sarat akan kepentingan

pada akhirnya mengatur hal-hal yang bertentangan

dengan hukum, namun tetap dapat dipaksakan dengan

kekuasaan. Dapat dikatakan bahwa peraturan juga

fakta, belum tentu memberikan keharusan. Maka dari

itu sifat kepastian hukum dalam artian positivisme

tidak dapat dipertahankan secara mutlak sebagaimana

dikatakan oleh Sudikno bahwa:

Oleh karena itu kita boleh berkata bahwa kepastian

yang semu dulu, yang didasarkan atas naskah yang

selalu sedikit banyak kebetulan, digantikan oleh

kepastian dalam tingkat yang lebih tinggi, kepastian yang ditimbulkan dengan mengusahakan kepatutan.

Kepastian yang dulu diberikan oleh kata-kata telah

digantikan oleh kepastian yang diberikan oleh

keadilan.21

Sifat hukum bukan kekuasaan. Harus

diselesaikan dulu bahwa hukum dan kekuasaan atau

negara adalah dua hal yang berbeda eksistensi hukum

tidak bergantung pada kekuasaan atau negara namun

pada nilai kemanusiaan yang sifatnya universal yaitu

keadilan. Pandangan yang berkembang dalam

pemikiran hukum moderen bahwa kaidah hukum

adalah kaidah-kaidah yang dalam penerapannya

ditunjang oleh suatu kekuasaan.22 Pandangan

21 Sudikno Mertokusumo dan Pilto A., Op.Cit., Hlm. 126. 22 Rianto Adi, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara

Sosiologis, Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2012, Hlm. 2

Page 9: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

85

demikian menekankan bahwa eksistensi hukum

terletak pada kekuasaan.

Eksistensi hukum tidak bergantung pada

kekuasaan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II

mengenai tataran hukum bahwa predikat hukum

diberikan oleh keadilan jadi tanpa kekuasaan hukum

tatap saja hukum. Sebaliknya kekuasaan tanpa hukum

adalah kesewenang-wenangan. Berbicara sanksi pasti

berbicara kekuasaan karena sanksi dan kekuasaan

adalah dua hal yang selalu hadir bersamaan, sanksi

tanpa kekuasaan adalah tidak mungkin, karena

sifatnya adalah tindakan paksaan terhadap pihak lain

yang melakukan pelanggaran hukum oleh karena itu

sanksi harus dipertahankan dengan kekuasaan

(power). Sanksi tanpa hukum dalam artian

diberlakukan semata-mata untuk mempertahankan

kekuasaan dan kehendak penguasa belaka adalah

perampokan maka dari itu tetap saja kejahatan.

Hukum tanpa lembaga paksa atau sanksi tetap hukum.

Hukum pada dasarnya tanpa adanya paksaan di

dalamnya tetap saja tatap saja dapat dikatakan

hukum, selama di dalamnya mengandung nila-nilai

dari norma atau kaidah. Hukum dengan pemahaman

seperti ini pada dasarnya tidak usah dipaksakan.

Sifat hukum adalah normatif. Hans Kelsen yang

menerangkan bahwa hukum merupakan kaidah yang

berada di ranah keharusan atau tentang apa yang

seharusnya bukan apa yang terjadi, seorang yang

membeli barang seharusnya membayar, persoalan pada

Page 10: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

prakteknya si pembeli membayar atau tidak, hal

tersebut merupakan persoalan lain di luar hukum.23

Mengenai sifat normatif hukum Theo Huijbers

menerangkan demikian:

Bila hukum diakui sebagai normatif, diakui bahwa

hukum itu mewajibkan, bahwa hukum harus ditaati.

Ketaatan itu tidak dapat disamakan dengan ketaatan terhadap perintah (Austin). Hukum ditaati, bukan

karena terdapat suatu kekuasaan di belakangnya,

melainkan karena mewajibkan itu termasuk hakikat

hukum sendiri. 24

Hakekat hukum adalah terdapat pada sifatnya

yang normatifnya karenanya memang setiap orang

merasa berkewajiban untuk mentaatinya sebagai

sebuah norma dan sifat tersebut tidak akan hilang

bilamana pada prakteknya manusia tidak mentaatinya.

Demikian lanjut Theo Huijbers:

Pada hakikatnya hukum adalah norma yang

mewajibkan. Hal ini jelas, sebab apabila suatu

pemerintah tidak berhasil mengefektifkan suatu

peraturan (ump. tentang pajak), sehingga peraturan itu

kurang ditaati, kekuatan peraturan tersebut sebagai norma tidak hilang. Bahkan para tokoh neopsitivisme

abad ini (a.l. Hart) menerima, bahwa salah satu unsur

hakiki dari hukum adalah bahwa hukum bersifat

normatif dan karenanya mewajibkan.25

Tidak benar kalau dikatakan hukum itu

dipaksakan, pendapat yang benar adalah hukum itu

dipatuhi. Kenapa hukum itu dipatuhi, bukan

23 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat

dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, Hlm. 61. 24 Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Op.Cit., Hlm. 46. 25 Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Op.Cit., Hlm. 46.

Page 11: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

87

dipaksakan, karena tuntutan yang diberikan oleh

hukum adalah berdasarkan rasional manusia dimana

hukum menghendaki sesuatu yang baik dan mulia

terjadi dalam kehidupan manusia, dengan tuntutan

seperti ini manusia tidak memerlukan paksaan untuk

tunduk terhadap hukum. Pemahaman yang tepat

dalam mengambarkan sikap manusia terhadap hukum

adalah Kepatuhan terhadap hukum bukan ketakutan

terhadap hukum.

Hukum senantiasa dapat ditemukan dalam aturan

hukum, norma hukum dan asas hukum dengan

demikian dapat dikatakan hal inilah yang menjadi

kepastian hukum yang sesungguhnya.

2. Kepastian Hukum dan Sanksi

Bukan karena peraturan tersebut memiliki sanksi

sehingga dapat disebut sebagai hukum akan tetapi

predikat hukum didapatkan karena peraturan tersebut

berdasarkan hukum, maksud berdasarkan hukum di

sini adalah dalam artian ketika peraturan tersebut jika

dirunut ke atas materi muatan atau substansinya akan

berpangkal pada asas hukum. Aturan yang di

dalamnya berisikan norma yang berpangkal pada asas

hukumlah yang kemudian memiliki predikat sebagai

hukum sehingga di dalamnya dimuat adanya sanksi,

sebenarnya sanksi tersebut adalah bentuk dari atau

tuntutan dari penegakan hukum, karena aturan

hukum didesain sedemikian rupa untuk sebuah

peristiwa tertentu sehingga aturan tersebut juga harus

Page 12: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

didesain untuk dapat diterapkan maka dari itu

dilekatkanlah sanksi di dalamnya.

Keberadaan sanksi dalam aturan hukum

sebenarnya adalah mempertegas bahwa ada nilai, ada

kebenaran atau ada hukum yang memang layak untuk

dipertahankan dan harus dipertahankan yang diatur

dalam aturan hukum, karena jika tidak demikian maka

sanksi sama dengan kesewenang-wenangan yang

membabi buta. Jadi penanda predikat hukum dalam

aturan hukum adalah bukan karena ada sanksinya

tetapi karena nilai yang dipertahankan oleh aturan

tersebut.

Pemahaman di atas sangat ditentang oleh

pendangan positivistik yang berargumen bahwa jika

sifat hukum yang tanpa sanksi dipertahankan maka

hukum yang seperti ini tidak dapat diterapkan.

Istilah Positivisme Hukum lahir pada abad ke 19

pertamakali digunakan oleh Henry Saint Simon (1760-

1825) yang kemudian dikembangkan oleh Aguste

Comte (1798-1857) dan berkembang di Eropa

kontinental khususnya di Perancis26. Latar belakang

lahirnya pemikiran positivisme hukum adalah sebagai

reaksi terhadap pemikiran aliran hukum alam, dimana

aliran positivisme hukum secara tegas membedakan

26 Otje Salman dan Anthoni F. Susanto, Teori Hukum :

Mengingat, Mengumpulkan, Dan Membuka Kembali, Refika

Aditama, Bandung, 2013, Hlm. 79.

Page 13: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

89

antara hukum dan moralitas. 27 Selanjutnya menurut

positivisme hukum bahwa tidak ada hukum lain selain

hukum positif, hukum harus memenuhi beberapa

unsur yaitu. Adanya perintah (command), kewajiban

(duty), sanksi, dan kedaulatan.28

Positivisme hukum dibangun atas dasar bahwa ilmu

pengetahuan merupakan satu-satunya pengetahuan

ilmiah dan menolak setiap pertanggungjawaban yang

melampaui batas fakta empiris. Penekanan positivisme

hukum adalah pada bentuk hukum itu sendiri yaitu

dapat ditangkap oleh indra yaitu hukum tertulis atau

yang kita kenal dengan sebutan peraturan perundang-

undangan sekaligus menolak hal-hal yang berbau

metafisik atau sebagaimana dianut dalam paham

hukum alam.29 Sehingga sifat kelimuannya hukum

merupakan sistem logika yang bersifat tetap dan

tertutup (close logical system) bahwa ilmu hukum

(jurisprudence) hanya dipandang sebagai teori hukum

positif yang otonom dan dapat mencukupi dirinya

sendiri, tanpa memperhatikan kebaikan dan

keburukannya.

Adalah John Austin yang merupakan salah satu

pelopor pemikiran positivisme hukum dengan teori

pemahamannya bahwa hukum adalah perintah

27 Munir Fuadi, Teori-Teori (Grand Theory) Dalam Hukum,

Op.Cit., Hlm. 67. 28 A. Mukthie Fadjar, Teori Hukum Kontemporer (Edisi Revisi),

Setara Press, Malang, 2013.Hlm.10. 29 Otje Salman dan Anthoni F. Susanto, Op.Cit., Hlm. 80.

Page 14: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

penguasa.30 Menurut Austin hukum di dalamnya

mengandung suatu perintah, sanksi dan kedaualatan.

Menurut Austin dalam perintah tersebut terkandung

tiga unsur yaitu, pertama: bahwa suatu pihak

menghendaki bahwa orang lain melakukan

kehendaknya, kedua: pihak yang diperintah akan

mengalami penderitaan jika perintah itu tidak ditaati,

ketiga: bahwa perintah tersebut adalah pembedaan

kewajiban terhadap yang diperintah, dan yang ke

empat: menderitakan pihak yang tidak taat hanya

dapat terlaksana jika yang memberikan perintah adalah

pihak yang berdaulat.31 Bahwa :

Tidak penting mengapa orang mentaati perintah-

perintah pemerintah. Ada orang yang mentaati karena merasa berwajib mentaati kepentingan umum, ada

yang mentaati sebab takut akan kekacauan, ada yang

mentaati sebab merasa terpaksa. Sama saja, asal

mentaati. Kalau tidak, dijatuhkan sanksi.32

Demikian dari pemahamannya di atas dapat

dikatakan Austin memandang bahwa aspek normatif

dari hukum adalah merujuk pada aturan-aturan

tingkahlaku yang mengatur perbuatan manusia secara

lahiriah belaka.33 Kaidah hukum harus mengandung

sanksi yang teratur dan rapi dan pasti dan dijalankan

oleh badan untuk melaksanakannya.34 Manusia tidak

30 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat

dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, Hlm. 58. 31 Ibid., Hlm. 59. 32 Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Op.Cit., Hlm. 41. 33 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum , Kencana

Prenanda Media Group, Jakarta, 2009, Hlm. 6. 34 Rianto Adi, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara

Sosiologis, Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2012, Hlm. 2

Page 15: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

91

perlu berfikir, hanya perlu patuh dan melaksanakan

apa perintah hukum terlepas ia suka atau tidak suka,

apakah ia melakukannya dengan tertekan atau tidak,

karena yang terpenting adalah manusia mentaati

hukum.

Hukum harus dapat diterapkan maka dari itu

hukum harus memiliki sanksi, Sebagaimana dikatakan

oleh Satjipto Raharjo bahwa: “Hukum dibuat untuk

dilaksanakan. Hukum tidak dapat lagi disebut sebagai

hukum, apabila hukum tidak pernah dilaksanakan.”35

Pandangan tersebut berhubungan sangat dipengaruhi

dengan eksistensi hukum sebagai sebuah ilmu, bahwa

ilmu hukum merupakan ilmu yang sosial yang bersifat

empirik dengan metode pembenarannya adalah

korespondensi. Demikian bahwa hukum harus

berkorespondensi dengan fakta. Sehingga jika hukum

tidak dapat diterapkan maka hukum tersebut tidak

memiliki kesesuaian dengan fakta maka hukum

tersebut bukanlah hukum.36 Agar hukum dapat

diterapkan hukum harus dipaksakan, paksaan tersebut

adalah sanksi. Ketika dalam hukum diletakkan dengan

35 Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan

Sosiologis, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, Hlm. 1. 36 Hukum tidak berkorespondensi dengan fakta. karena

eksistensi hukum Ilmu hukum adalah sebuàh Ilmu karena

hukum memiliki standar Ilmiahnya sendiri dimana metode yang

digunakan adalah Deduktif yang bawaannya Preskriptif atau sarat

nilai karena ilmu hukum bersifat menganjurkan tidak hanya sekedar mengemukakan apa adanya (deskriptif) sebagaimana di

ilmu sosial atau ilmu alam. Dengan kebenaran dalam kerangka

keilmuan Ilmu Hukum adalah kebenaran koherensi. Dalam artian

sesuatu dapat disebut hukum dilihat dari koherensinya dengan

kaidah dan asas hukum bukan dengan fakta.

Page 16: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

sanksi bagi siapa pun yang melanggarnya maka dengan

demikian hukum dapat diberlakukan atau dengan kata

lain memiliki kepastian.

Sanksi ada sebagai tuntutan kepastian hukum

dalam pengertian positivisme hukum. Pandangan

positivisme hukum membawa postulat bahwa hanya

perintah satu-satunya unsur mutlak dari hukum

(Hukum Positif) adalah dibuat oleh penguasa, tidak

penting bagaimana isinya apakah adil atau tidak

keadilan yang ditekankan adalah keadilan prosedural,

jadi hukum yang tidak adil dan semena-mena dan

menindas rakyat tatap saja dapat dipaksakan sebagai

hukum.

C. Hukum dan Sanksi

1. Ketentuan Hukum dan Ketentuan Peraturan

Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab II

mengenai konsep hukum sampai dengan peraturan

hukum yang dapat memberikan gambaran yang jelas

mengenai kategori hukum serta hal-hal yang

memvalidasi sebuah peraturan hukum yang pada

intinya ketentuan hukum memiliki perbedaan dengan

ketentuan peraturan.

Ketentuan hukum diturunkan dari norma hukum

yang jika dirunut ke atas akan berakhir dengan

berpangkal pada asas dalamnya mengandung nilai

moral, hal ini jelas berbeda dengan konsep ketentuan

Page 17: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

93

peraturan sebagaimana dianut oleh aliran positivisme

hukum.

Perkembangan pemikiran positivisme hukum

dibagi atas tiga penggolongan teori yaitu, positivisme

hukum analitis (Analytical legal positivism)

Dikemukakan oleh John Austin (The Province of

Jurisprudence Determined, 1832), positivisme hukum

murni atau Teori hukum Murni yang dipelopori oleh

Hans Kelsen, dan teori positivisme hukum empirik

H.L.A. Hart (The Concept of Law, 1961).

Menurut John Austin, hukum harus dipahami

bahwa Hukum merupakan perintah penguasa yang

berdaulat dalam suatu negara, jadi dasarnya adalah

“principle of origin” (asas sumber). Selanjutnya Austin

mengatakan bahwa Hukum merupakan sistem logika

yang bersifat tetap dan tertutup (close logical system)

sehingga ilmu hukum (jurisprudence) hanya dipandang

sebagai teori hukum positif yang otonom dan dapat

mencukupi dirinya sendiri, tanpa memperhatikan

kebaikan dan keburukannya. Kesimpulan Austin

bahwa Hukum positif harus memenuhi beberapa unsur

yaitu. Adanya perintah (command), kewajiban (duty),

sanksi, dan kedaulatan.37

H.L.A. Hart, yang berpandangan bahwa: Hukum

merupakan perintah dari penguasa (command of human

being). Tidak ada hubungan mutlak antara hukum dan

37 A. Mukthie Fadjar, Op.Cit., Hlm. 10.

Page 18: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

moral. Pentingnya analisis konsepsi hukum dan harus

dibedakan dari studi yang historis maupun sosiologis

dan harus dibedakan dengan penilaian yang bersifat

kritis. Sistem hukum merupakan sistem yang logis,

tetap, bersifat tertutup. Pertimbangan moral tidak

dapat dipertahankan sebagai pernyataan kenyataan

yang harus dibuktikan dengan argumentasi rasional.38

Dasar-dasar pokok adalah teori hukum murni

Hans Kelsen Adalah, Tujuan teori hukum, seperti Ilmu

Hukum adalah mengurangi kekalutan dan

meningkatkan kesatuan (unity). Teori hukum adalah

ilmu, bukan kehendak, keinginan, ia adalah

pengetahuan tentang hukum yang ada, bukan tentang

hukum yang seharusnya ada. Ilmu hukum adalah

normatif, bukan ilmu alam. sebagai suatu teori tentang

norma, teori hukum tidak berurusan dengan efektifitas

norma-norma hukum. Suatu teori hukum adalah

formal, suatu teori tenang cara pengaturan dan isi yang

berubah-ubah menurut jalan atau pola yang spesifik.

Hubungan antara teori hukum dan sistem hukum

positif tertentu adalah seperti antara hukum yang

mungkin dan hukum yang ada.39

Secara garis besar inti dari pemikiran aliran

hukum positivisme hukum adalah terdiri dari beberapa

poin yang mendasar yaitu : pertama, Suatu tatanan

38 H.M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan: Sebuah

Kajian Filsafat Hukum, Kencana Prenanda Media Group, Jakarta,

2012, Hlm.55 39 Ibid., Hlm. 57. Lihat juga A. Mukthie Fadjar, Op.Cit., Hlm.

11.

Page 19: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

95

hukum negara bukan karena mempunyai dasar dalam

kehidupan sosial, juga bukan karena bersumber pada

jiwa bangsa dan juga bukan karena dasar-dasar

hukum alam, melainkan karena mendapat bentuk

positifnya oleh instansi yang berwenang; kedua,

Hukum harus dipandang dalam bentuk formalnya;

ketiga, Hukum kebiasaan tidak dapat diterima sebagai

hukum yang sungguh-sungguh.40dan yang Keempat

bahwa Isu hukum diakui ada, tetapi bukan karena

bahan ilmu hukum karena dapat merusak kebenaran

ilmiah dari ilmu hukum.41

Yang menjadi identik dari hukum ajaran

positivisme hukum bahwa, dalam hukum adalah

peraturan perundang-undangan yang merupakan satu-

satunya sumber hukum dan tidak ada hukum selain

peraturan perundang-undangan.42 Aliran positivisme

hukum pada pokoknya menganggap bahwa hukum

adalah ketentuan tertulis yang dibuat oleh penguasa

tidak penting seperti apa materi muatan yang

terkandung di dalamnya tetap saja ketentuan tersebut

harus dipaksakan, demikian dapat disimpulkan bahwa

ketentuan peraturan adalah produk kekuasaan.

Hukum tidak semata-mata kekuasaan hukum

bahkan lebih besar dari pada kekuasaan, karena

40 Titik Triwulan Tutik, Op.Cit.,Hlm. 154, Dikutip dari

Samidjo dan A. Sahal, Tanya Jawab Pengantar Ilmu Hukum ,

Amirco, Bandung, 1986, Hlm. 88. 41 A. Mukthie Fadjar, Loc.Cit. 42 Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori

Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Hlm. 56.

Page 20: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

hukum yang memberikan kekuasaan bukan

sebaliknya, hukum pada setiap bentuknya apapun itu

pasti sifat utamanya adalah normatif karena

mempreskripsikan tingkahlaku manusia untuk

mendatangkan damai sejahtera bagi manusia.

Ketentuan peraturan adalah produk kekuasaan

dan yang diutamakan adalah bentuk formalnya, belum

tentu itu dapat disebut sebagai hukum karena bisa jadi

ketentuan tersebut dibuat hanya untuk melegalkan

sebuah kekuasaan atau bisa jadi peraturan tersebut

tidaklah adil dalam hal materi muatannya bertentangan

dengan nilai-nilai kemanusiaan contohnya peraturan

yang dibuat Nazi pada masa perang dunia ke II yang

mengakibatkan tragedi Holocaust.

Hukum tidak tergantung pada bentuknya akan

tetapi kepada nilai yang diemban, maka dari itu

apapun bentuknya apakah berupa kebiasaan, perintah,

larangan, dibuat oleh penguasa berupa peraturan

perundang-undangan atau bukan, dilekatkan dengan

sanksi atau tidak, selama mengandung nila moral

maka hukum tersebut pasti bersifat normatif.

2. Sanksi Dalam Hukum

Meskipun dalam pembahasan pembahasan-

pembahasan di atas telah dikemukakan hakekat dari

hukum bahwa hukum adalah keadilan dalam bentuk

apapun atau setidaknya kalau itu peraturan maka

peraturan tersebut harus adil. Bahwa hakekat hukum

tidak tergantung dati ada atau tidak adanya saksi yang

Page 21: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

97

dilekatkan padanya. Akan tetapi harus diakui bahwa

dalam kenyataan hukum selalu hadir dengan adanya

sanksi.

Begitu melekat eratnya kata sanksi dalam hukum

dapat dilihat di Indonesia kata sanksi adalah

mengunakan kata “hukum” itu sendiri hanya ditambah

dengan imbuhan “an” jadinya “hukuman”43 meskipun

istilah tersebut adalah istilah yang sering digunakan

oleh orang awam namun penggunaan istilah tersebut

cukup membuktikan bahwa ada pemahaman kalau

hukum dan sanksi adalah sama. Sehingga sangat perlu

juga untuk dibahas mengapa sanksi muncul dan

seperti apa eksistensinya dalam hukum.

Sanksi dalam bahasa Inggris Sanction44 Menurut

Utrecht bahwa yang dimaksud dengan sanksi adalah

akibat dari sesuatu perbuatan atau suatu reaksi dari

pihak lain baik itu manusia atau lembaga sosial atas

sesuatu perbuatan manusia.45

Dalam Black's Law Dictionary pengertian sanksi

dijelaskan sebagai berikut:

SANCTION, In the original sense of the word, a penalty or punishment provided as a means of enforcing obedience to a law. In jurisprudence, a law is said to have a sanction when there is a state which will

43 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana (Edisi Revisi), Op.Cit., Hlm.

2. 44 Echols, John M. dan Hassan Sadly, Kamus Indonesia –

Inggris, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002. 45 Utrecht, E., Pengantar dalam Hukum Indonesia, P.T.

Penerbit dan Balai Buku “Ichtiar”, Jakarta, 1962, Hlm. 17.

Page 22: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

intervene if it is disobeyed or disregarded. Therefore international law has no legal sanction.46

Pada dasarnya sanksi merupakan sesuatu yang

bersifat negatif, bentuknya bermacam-macam

bentuknya mulai dari perampasan paksa atas harta

kekayaan individu, perampasan kebebasan, serta

sampai pada pencabutan nyawa manusia.47 Pada

pokoknya sanksi adalah tindakan menderitakan

individu yang menjadi sasaran sanksi tersebut.

Agar hukum dapat diterapkan hukum harus di-

paksakan, paksaan tersebut adalah sanksi. Ketika

hukum diletakkan dengan sanksi bagi siapa pun yang

melanggarnya maka dengan demikian hukum dapat

diberlakukan atau dengan kata lain memiliki kepastian.

Positivisme hukum dibangun atas dasar bahwa

ilmu pengetahuan merupakan satu-satunya

pengetahuan ilmiah dan menolak setiap

pertanggungjawaban yang melampaui batas fakta

empiris. Penekanan positivisme hukum adalah pada

bentuk hukum itu sendiri yaitu dapat ditangkap oleh

indra yaitu hukum tertulis atau yang kita kenal dengan

sebutan peraturan perundang-undangan sekaligus

menolak hal-hal yang berbau metafisik atau

sebagaimana dianut dalam paham hukum alam.48

46 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary 4th, West

Publishing CO, St. Paul Minn, 1968, Hlm. 1507. 47 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana (Edisi Revisi), Op.Cit., Hlm.

2. 48 Otje Salman dan Anthoni F. Susanto, Op.Cit., Hlm. 80.

Page 23: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

99

Kepastian hukum mengandung dua pengertian

yaitu yang pertama bahwa aturan yang bersifat umum

membuat individu mengetahui perbuatan apa saja yang

dibolehkan dan sebaliknya perbuatan mana yang

dilarang. Kedua bahwa setiap individu dilindungi dari

tindakan kesewenang-wenangan pemerintah karena

aturan yang bersifat umum akan membuat individu

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau

dilakukan negara atas individu.49

Dalam pemikiran pisitivisme hukum Kepastian

hukum merupakan tuntunan utama terhadap hukum.

Penjelasannya bahwa supaya hukum menjadi positif,

hukum harus berlaku dengan pasti. Hukum harus

ditaati, bahwa supaya hukum ditaati maka hukum

harus dilekatkan dengan sanksi dengan demikian

hukum sungguh-sungguh positif.50 Hukum dituntut

untuk memiliki kepastian dengan maksud bahwa

hukum tidak boleh berubah-ubah. Sebuah undang-

undang yang telah diberlakukan akan mengikat bagi

setiap orang dan sifatnya tetap sampai undang-undang

tersebut ditarik kembali.

Sanksi ada karena positivisme hukum. Agar

hukum dapat diterapkan hukum harus dipaksakan,

paksaan tersebut adalah sanksi. Ketika dalam hukum

diletakkan dengan sanksi bagi siapa pun yang

49 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi

Revisi), Op.Cit., Hlm. 137. 50 O. Notohamidjojo, Soal-Soal pokok Filsafat Hukum, Griya

Media, Salatiga, 2011, Hlm. 33-34.

Page 24: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “

melanggarnya maka dengan demikian hukum dapat

diberlakukan atau dengan kata lain memiliki kepastian.

Hukum merupakan norma utama yang

mengandung saksi di dalamnya.51 Keberadaan sanksi

adalah hakekeat dari kepastian hukum yang sifatnya

empirik. Hukum dibuat untuk dilaksanakan. Hukum

tidak dapat lagi disebut sebagai hukum, apabila hukum

tidak pernah dilaksanakan.52 Sehingga sanksi

merupakan tuntutan kepastian hukum.

Aturan yang di dalamnya berisikan norma yang

berpangkal pada asas hukumlah yang kemudian

memiliki predikat sebagai hukum sehingga di dalamnya

dimuat adanya sanksi, sebenarnya sanksi tersebut

adalah bentuk dari atau tuntutan dari penegakan

hukum, karena aturan hukum didesain sedemikian

rupa untuk sebuah peristiwa tertentu sehingga aturan

tersebut juga harus didesain untuk dapat diterapkan

maka dari itu dilekatkanlah sanksi di dalamnya.

51 Munir Fuadi, Teori-Teori (Grand Theory) Dalam Hukum,

Op.Cit., Hlm. 107. 52 Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan

Sosiologis, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, Hlm. 1.

Page 25: BAB IV KEDUDUKAN SANKSI DALAM HUKUM€¦ · untuk hukum. 4. Arti “ subjectief recht ” sesungguhnya adalah hak dan kewajiban. Akan tetapi pada umumnya yang dimaksud dengan “