BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan X TKJ 2 sebagai kelas...

26
41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil ujicoba instrumen, hasil penelitian, analisis data dan pembahasan. Data yang diolah adalah data hasil observasi keaktifan belajar siswa dan hasil dari test kognitif (pretest dan posttest). Data hasil penelitian yang digunakan dalam pengolahan hasil penelitian berbentuk skor pretest dan posttest, dan data hasil observasi keaktifan belajar siswa. Dalam penelitian ini uji coba instrumen digunakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas soal. Uji coba diberikan pada siswa kelas X jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMK N 1 Tengaran, dengan mengambil sampel sejumlah 25 siswa. Dipilih siswa kelas X TKJ dari SMK N 1 Tengaran karena kelas tersebut memiliki jurusan yang sama dengan X TKJ di SMK N 1 Bancak, selain itu karena pertimbangan bahwa kelas yang menjadi subjek penelitian di SMK N 1 Bancak hanya terdiri dari dua kelompok kelas yaitu kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan X TKJ 2 sebagai kelas kontrol. Sehingga tidak dimungkinkan bila uji coba diberikan kepada kelas yang sama, selain itu siswa kelas X TKJ di SMK N 1 Tengaran juga sudah mendapatkan materi pelajaran yang akan digunakan untuk penelitian. Sehingga dari hasil uji instrumen tersebut maka akan dipilih soal yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Setelah diketahui hasil analisis data instrumen selanjutnya diawali dengan pemberian pretest. Selama proses penelitian guru melaksanakan pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa. Pada tahap akhir, penelitian diakhiri dengan pemberian posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray berbantuan weblog.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan X TKJ 2 sebagai kelas...

  • 41

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil ujicoba instrumen, hasil

    penelitian, analisis data dan pembahasan. Data yang diolah adalah data hasil

    observasi keaktifan belajar siswa dan hasil dari test kognitif (pretest dan posttest).

    Data hasil penelitian yang digunakan dalam pengolahan hasil penelitian berbentuk

    skor pretest dan posttest, dan data hasil observasi keaktifan belajar siswa.

    Dalam penelitian ini uji coba instrumen digunakan untuk mengetahui

    tingkat validitas dan reliabilitas soal. Uji coba diberikan pada siswa kelas X

    jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMK N 1 Tengaran, dengan mengambil

    sampel sejumlah 25 siswa. Dipilih siswa kelas X TKJ dari SMK N 1 Tengaran

    karena kelas tersebut memiliki jurusan yang sama dengan X TKJ di SMK N 1

    Bancak, selain itu karena pertimbangan bahwa kelas yang menjadi subjek

    penelitian di SMK N 1 Bancak hanya terdiri dari dua kelompok kelas yaitu kelas

    X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan X TKJ 2 sebagai kelas kontrol. Sehingga

    tidak dimungkinkan bila uji coba diberikan kepada kelas yang sama, selain itu

    siswa kelas X TKJ di SMK N 1 Tengaran juga sudah mendapatkan materi

    pelajaran yang akan digunakan untuk penelitian. Sehingga dari hasil uji instrumen

    tersebut maka akan dipilih soal yang akan digunakan untuk mengukur hasil

    belajar siswa.

    Setelah diketahui hasil analisis data instrumen selanjutnya diawali dengan

    pemberian pretest. Selama proses penelitian guru melaksanakan pengamatan

    terhadap keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung

    dengan mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa. Pada tahap akhir,

    penelitian diakhiri dengan pemberian posttest untuk mengetahui kemampuan

    siswa setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Two Stay

    Two Stray berbantuan weblog.

  • 42

    4.1. Analisis Data Uji Coba Instrumen

    4.1.1. Uji Validitas Butir Soal

    Uji validitas butir soal dilakukan dengan cara

    membandingkan rhitung dengan rtabel Product Moment. Dengan jumlah

    responden sebanyak 25 orang, dan taraf signifikansi 5%, maka rtabel =

    0.396. Berdasarkan perhitungan uji validitas diperoleh butir soal

    yang tidak valid adalah butir soal yang rhitung < rtabel yaitu terdapat

    pada butir soal nomor 11, 21, 22, 23, 24, 28 dan 30. Hasil tersebut

    dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.1. Tabel Validitas Butir Soal

    No.

    Soal r hitung r tabel Keterangan

    Soal 1 0.665

    0.396

    Valid

    Soal 2 0.444 Valid

    Soal 3 0.426 Valid

    Soal 4 0.475 Valid

    Soal 5 0.396 Valid

    Soal 6 0.430 Valid

    Soal 7 0.397 Valid

    Soal 8 0.423 Valid

    Soal 9 0.444 Valid

    Soal 10 0.524 Valid

    Soal 11 0.081 Tidak Valid

    Soal 12 0.492 Valid

    Soal 13 0.442 Valid

    Soal 14 0.499 Valid

    Soal 15 0.504 Valid

    Soal 16 0.452 Valid

    Soal 17 0.515 Valid

    Soal 18 0.537 Valid

    Soal 19 0.442 Valid

    Soal 20 0.537 Valid

    Soal 21 0.011 Tidak Valid

    Soal 22 0.216 Tidak Valid

    Soal 23 0.159 Tidak Valid

    Soal 24 0.132 Tidak Valid

    Soal 25 0.420 Valid

    Soal 26 0.464 Valid

  • 43

    Soal 27 0.399 Valid

    Soal 28 0.328 Tidak Valid

    Soal 29 0.397 Valid

    Soal 30 0.077 Tidak Valid

    Penelitian ini menggunakan 10 butir soal sebagai pretest dan 15 soal

    sebagai posttest sehingga total butir soal adalah 25. Namun

    berdasarkan tabel di atas, dari 30 butir soal yang sudah diuji

    validitasnya menunjukkan bahwa jumlah butir soal yang tidak valid

    terdapat 7 soal, sehingga hanya terdapat 23 butir soal valid. Sehingga

    masih kurang 2 soal dengan kategori valid yang akan digunakan

    didalam penelitian. Oleh karena itu dilakukan uji coba soal dan

    dilakukan validitas terhadap soal baru. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.2. Uji validitas butir soal tambahan

    No.

    Soal r hitung r tabel Keterangan

    Soal 1 0.378

    0.396

    Tidak Valid

    Soal 2 0.484 Valid

    Soal 3 0.724 Valid

    Soal 4 0.388 Tidak Valid

    Soal 5 0.652 Valid

    4.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes

    Tabel 4.3. Uji reliabilitas

    Reliability Statistics

    Cronbach's

    Alpha N of Items

    .771 30

    Berdasarkan hasil perhitungan terhadap reliabilitas soal tes,

    diperoleh hasil yang reliabel dengan kriteria Alpha Cronbach > 0.70,

    yaitu 0.771. Hasil tersebut dapat diukur kedalam ukuran kemantapan

    alpha, dalam hal ini termasuk kedalam tingkat 0,60 ≤ r11 < 0,80

    sehingga dikategorikan tingkat reliabilitasnya tinggi.

  • 44

    4.1.3. Tingkat Kesukaran

    Tingkat kesukaran digunakan untuk mengukur kualitas soal,

    disamping harus memenuhi validitas dan reliabilitas. Tingkat

    kesukaran merupakan ukuran kesanggupan siswa dalam

    menjawabnya, bukan dilihat dari segi guru dalam melakukan analisis

    pembuatan soal.

    Tabel.4.4. Tabel Tingkat Kesukaran

    Nomor

    Soal

    Indeks

    Kesukaran

    Tingkat

    Kesukaran

    Soal 1 0.8 Mudah

    Soal 2 0.68 Sedang

    Soal 3 0.68 Sedang

    Soal 4 0.88 Mudah

    Soal 5 0.88 Mudah

    Soal 6 0.8 Mudah

    Soal 7 0.64 Sedang

    Soal 8 0.88 Mudah

    Soal 9 0.68 Sedang

    Soal 10 0.76 Mudah

    Soal 11 0.72 Mudah

    Soal 12 0.84 Mudah

    Soal 13 0.72 Mudah

    Soal 14 0.72 Mudah

    Soal 15 0.76 Mudah

    Soal 16 0.8 Mudah

    Soal 17 0.84 Mudah

    Soal 18 0.72 Mudah

    Soal 19 0.72 Mudah

    Soal 20 0.72 Mudah

    Soal 21 0.64 Sedang

    Soal 22 0.6 Sedang

    Soal 23 0.84 Mudah

    Soal 24 0.6 Sedang

    Soal 25 0.56 Sedang

    Soal 26 0.76 Mudah

    Soal 27 0.84 Mudah

    Soal 28 0.72 Mudah

    Soal 29 0.64 Sedang

    Soal 30 0.6 Sedang

  • 45

    Tabel 4.5. Tabel Tingkat Kesukaran Soal Tambahan

    Nomor

    Soal

    Indeks

    Kesukaran

    Tingkat

    Kesukaran

    Soal 1 0.64 Mudah

    Soal 2 0.52 Sedang

    Soal 3 0.6 Sedang

    Soal 4 0.88 Mudah

    Soal 5 0.64 Mudah

    4.1.4. Uji Validitas Media Pembelajaran

    Uji validitas media dilakukan untuk menilai suatu media

    apakah sesuai untuk digunakan didalam mendukung proses

    pembelajaran atau sebaliknya. Sehingga uji validitas diberikan

    kepada ahli media dimana dalam penelitian ini ditujukan kepada

    guru mata pelajaran yang bersangkutan. Hasil uji validitas media

    dapat dilihat sebagai berikut :

    Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Media Sebelum Revisi

    No Aspek Penilaian Validasi

    (%) Keterangan

    1. Materi 70 Cukup Valid

    2. Ilustrasi dan Fitur 66.67 Cukup Valid 3. Kualitas dan Tampilan Media 70 Cukup Valid 4. Daya Tarik 75 Cukup Valid

    Rata-rata total 70.42 Cukup Valid

    Hasil pengolahan data dari tabel diatas bersumber dari data

    yang diperoleh dari dua orang validator yaitu guru di SMK N 1

    Bancak yang kemudian diolah dengan menggunakan bantuan

    program aplikasi pengolah angka. Sebelum mendapatkan revisi

    tingkat validasi diperoleh 70.42%, dimana angka presentase tersebut

    berada pada kriteria cukup valid. Selanjutnya dari validasi pertama

    diberikan revisi oleh validator sebagai pembaharuan media agar

    mendekati kriteria maksimal untuk dapat digunakan sebagai media

    bantu dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil revisi media tersebut

    dapat dilihat sebagai berikut :

  • 46

    Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Media Setelah Revisi

    No Aspek Penilaian Validasi

    (%) Keterangan

    1. Materi 93.33 Sangat Valid

    2. Ilustrasi dan Fitur 96.67 Sangat Valid 3. Kualitas dan Tampilan Media 86.67 Sangat Valid 4. Daya Tarik 100 Sangat Valid Rata-rata total 94.17 Sangat Valid

    Setelah dilakukan revisi, kemudian data yang diperoleh

    diolah dengan perhitungan yang sama. Dari hasil pengolahan data

    tersebut diperoleh angka validasi 94.17%, dimana angka tersebut

    termasuk kedalam kriteria sangat valid, sehingga terdapat

    peningkatan presentase daripada media sebelum dilakukan revisi.

    Peningkatan presentase tersebut dapat dilihat pada diagram berikut :

    Gambar 4.1. Grafik Penilaian Indikator Media

    Dari diagram diatas terlihat jelas bahwa setelah dilakukan

    revisi tiap-tiap butir aspek penilaian media weblog mengalami

    peningkatan. Dilihat dari aspek materi peningkatan terjadi dari

    prosentase awal 70% menjadi 93.33% dengan selisih 23.33%, aspek

    ilustrasi dan fitur dari 66.67% menjadi 96.67% dengan selisih

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Materi Ilustrasi &

    Fitur

    Kualitas &

    Tampilan

    Daya Tarik

    Sebelum Revisi

    Setelah Revisi

    Aspek Penilaian

    Validasi (%)

  • 47

    30.00%, aspek kualitas dan tampilan dari 70% menjadi 86.67%

    dengan selisih 16.67%, aspek daya tarik peningkatan terjadi dari

    75% menjadi 100% dengan selisih 25%. Dilihat dari hasil prosentasi

    setiap aspek sesudah dilakukan revisi bahwa terjadi peningkatan

    pada setiap aspeknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa media

    weblog dapat digunakan sebagai alat bantu didalam penyampaian

    pembelajaran dengan model pembelajaran two stay two stray.

    4.2. Analisis Data Hasil Penelitian

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran Diagnosa PC dan Periferal Komputer, dengan

    menggunakan instrumen penelitian yang sudah divalidasi dan reliabel.

    Selanjutnya data yang diperoleh dilakukan analisis prosentase keaktifan

    belajar siswa, analisis rata-rata hasil tes, uji homogenitas dan normalitas

    yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    4.2.1. Analisis Data Keaktifan Belajar Siswa

    Berdasarkan pengamatan aktifitas belajar siswa yang

    dilaksanakan pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas

    eksperimen dari awal pelajaran hingga akhir pelajaran, penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat keaktifan belajar

    siswa pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan

    metode yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan metode

    pembelajaran two stay two stray berbantuan weblog dan kelas

    kontrol menggunakan metode konvensional. Kriteria penilaian

    terhadap pengamatan yang dilakukan adalah dengan memberikan

    nilai 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak” pada lembar

    observasi keaktifan belajar siswa.

    Penerapan model pembelajaran two stay two stray

    berbantuan weblog terbukti dapat meningkatkan keaktifan belajar

    siswa, ditunjukkan dengan adanya interaksi aktif baik antara siswa

    dengan siswa maupun siswa dengan guru. Siswa yang mulanya tidak

  • 48

    memperhatikan dan sibuk mengobrol sendiri dengan teman

    sebangkunya bisa terfokuskan terhadap pembelajaran, mengikuti alur

    pembelajaran dan memanfaatkan media sesuai dengan instruksi

    guru. Dibentuknya kelompok-kelompok belajar juga memberikan

    dampak positif terhadap upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa

    karena dengan belajar kelompok, siswa yang tipe pasif bisa dan

    berani berkomunikasi aktif dengan teman kelompoknya mengenai

    materi yang didiskusikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    penerapan model pembelajaran dengan berbantuan media

    memberikan dampak positif dalam meningkatkan keaktifan belajar

    siswa. Hasil observasi keakifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel

    berikut :

    Tabel 4.8. Hasil Analisis Keaktifan Belajar Siswa

    N

    O INDIKATOR

    KELAS KONTROL KELAS

    EKSPERIMEN

    Pert.

    ke-1

    Pert.

    ke-2

    Pert.

    ke-3

    Pert.

    ke-1

    Pert.

    ke-2

    Pert.

    ke-3

    1 Kesiapan siswa

    dalam mengikuti

    pembelajaran

    55.56 60.32 57.94 42.06 66.67 75.40

    2 Keaktifan siswa

    dalam menentukan

    proses belajarnya

    52.04 54.08 55.44 37.76 69.39 72.79

    3 Ketertarikan siswa

    terhadap media

    pembelajaran yang

    digunakan oleh guru

    34.52 40.48 41.67 38.69 77.98 77.38

    4 Diskusi

    menggunakan model

    pembelajaran sesuai

    dengan instruksi guru

    46.30 44.97 43.65 41.01 58.47 70.90

    5 Tanggungjawab serta

    komunikasi siswa

    terhadap hasil

    pemikiran serta hasil

    yang diperolehnya

    43.81 50.48 52.38 41.90 61.43 69.52

    Rata-Rata

    Keaktifan Belajar

    Keseluruhan

    46.45 50.07 50.22 40.28 66.78 73.20

    Berdasarkan tabel diatas, skor yang diperoleh dari hasil

    obsevasi keaktifan siswa selanjutnya dihitung dengan menggunakan

  • 49

    bantuan program aplikasi pengolah data angka. Dari tabel tersebut

    dapat dilihat bahwa perhitungan observasi keaktifan belajar siswa

    selama proses pembelajaran yang dilakukan selama tiga (3) kali

    pertemuan menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa dalam kelas

    eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Namun

    dalam pertemuan pertama ditemukan bahwa rata-rata keaktifan

    belajar siswa kelas eksperimen adalah 40.28%, lebih rendah

    dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 46.45% selisihnya adalah

    sebesar 6.17%, hal ini disebabkan karena pada pertemuan pertama

    belum diberlakukan model pembelajaran two stay two stray

    berbantuan dengan weblog, melainkan dengan pembelajaran

    konvensional seperti biasa.

    Baru pada pertemuan kedua dan ketiga siswa pada kelas

    eksperimen diberikan pembelajaran dengan model two stay two stray

    berbantuan weblog. Dari pembelajaran tersebut menunjukkan hasil

    perhitungan presentase kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

    kelas kontrol, yaitu hasil prosentase keaktifan untuk kelas

    eksperimen pada pertemuan kedua dan ketiga berturut-turut adalah

    66.78% dan 73.20%, sedangkan untuk kelas kontrol pada pertemuan

    kedua dan ketiga adalah 50.07% dan 50.22%. Dilihat dari perbedaan

    prosentase hasil keaktifan siswa tersebut terdapat selisih yaitu pada

    pertemuan kedua selisih antar kedua kelas adalah 16.17% dan

    pertemuan ketiga adalah 22.98%. Hasil tersebut kemudian

    diklasifikasikan berdasarkan tabel kualifikasi keaktifan belajar siswa

    yaitu untuk kelas eksperimen berada pada kriteria keaktifan belajar

    siswanya tinggi, sedangkan untuk kelas kontrol kriteria keaktifan

    belajar siswanya dalah kategori cukup. Perbandingan tersebut dapat

    dilihat pada diagram berikut ini:

  • 50

    Gambar 4.2. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa

    Dari hasil perhitungan presentase kedua kelas pada grafik

    diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa pada

    kelas yang menggunakan model pembelajaran two stay two stray

    berbantuan weblog lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dimana

    pembelajarannya menggunakan metode konvensional.

    4.2.2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

    Analisis data hasil belajar dimaksudkan untuk mendukung hasil

    penelitian, dimana keaktifan belajar siswa pada saat mengikuti

    proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

    Berdasarkan tes yang diberikan (pretest dan posttest) kepada siswa

    pada mata pelajaran diagnosa PC dan periferal komputer dengan

    menggunakan instrumen penelitian yang telah dinyatakan valid dan

    reliabel, selanjutnya akan diolah dan dianalisis untuk mengetahui

    perbedaan perolehan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas

    kontrol. Rekapitulasi data hasil test ditunjukkan pada tabel berikut:

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    Pertemuan

    1Pertemuan

    2 Pertemuan

    3

    Kelas Kontrol

    Kelas Eksperimen

    Pertemuan Treatment

    Prosentase Keaktifan

  • 51

    Tabel 4.9. Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa

    Nilai Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

    Rata-rata pretest 57.14 56.67

    Rata-rata posttest 70.48 88.41

    Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa perolehan nilai rata-

    rata dari pretest dan posttest pada kelas kontrol adalah 57.14 dan

    70.48 , sedangkan perolehan nilai rata-rata pretest dan posttest pada

    kelas eksperimen adalah 56.67 dan 88.41. Dilihat dari data tersebut

    terlihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa baik pada

    kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada pemberian pretest

    kelas kontrol memperoleh rata-rata hasil yang lebih tinggi, selisih

    nilai rata-rata yang diperoleh adalah 0.47 poin. Namun setelah

    diberikan treatment hasil yang diperoleh kelas eksperimen lebih

    tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan perolehan kelas

    eksperimen adalah 88.41 sedangkan perolehan kelas kontrol adalah

    70.48, sehingga dapat dilihat selisih perolehan rata-rata antar kedua

    kelas adalah 17.93 point.

    4.2.2.1. Analisis Data Pretest

    Analisis data terhadap pretest ini dilakukan dengan tujuan

    untuk mengukur kemampuan awal siswa baik pada kelas kontrol

    maupun kelas eksperimen sebelum mendapatkan perlakuan/

    treatment terhadap materi yang diajarkan. Berikut disajikan analisis

    statistik deskriptif skor pretest pada kelas kontrol dan kelas

    eksperimen dengan menggunakan program applikasi SPSS 16.0.

    Tabel 4.10. Statistik Deskriptif Data Pretest

    Descriptive Statistics

    N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

    Kelas Kontrol 42 57.1429 12.15464 30.00 80.00

    Kelas Eksperimen 42 56.6667 10.28062 40.00 80.00

  • 52

    Berdasarkan data pada tabel diatas, terlihat bahwa dari

    sebanyak 42 orang siswa pada kelas kontrol rata-rata skor pretest

    kelas adalah 57.14 dengan skor minimum adalah 30 dan skor

    maksimum adalah 80. Sedangkan rata-rata kelas eksperimen dengan

    jumlah siswa sebanyak 42 orang adalah 56.67 dengan skor minimum

    adalah 40 dan skor maksimum adalah 80. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa rentang nilai tertinggi ke nilai terendah dan rata-

    rata nilai pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen adalah kedua

    kelas mempunyai kemampuan awal yang relatif sama.

    Gambar 4.3. Rata-rata nilai pretest kelas kontrol dan eksperimen

    Dengan memperhatikan deskripsi data dan grafik diatas,

    dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest kelas kontrol dan kelas

    eksperimen memiliki perbedaan yang sangat sedikit. Namun, untuk

    melihat apakah perbedaan tersebut cukup berarti atau tidak maka

    selanjutnya dilakukan uji statistik.

    a. Uji Normalitas Data Pretest

    Setelah diketahui analisis data statistik deskriptif untuk

    kelas kontrol dan kelas eksperimen, langkah selanjutnya adalah

    melakukan uji normalitas skor pretest terhadap kedua kelas

    tersebut. Uji normalitas dilakukan untuk mengethaui apakah data

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    N Mean Min Max

    Kelas Kontrol

    Kelas Eksperimen

    Nilai

    Aspek Penilaian

  • 53

    berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan kelas

    eksperimen. Pengujian normalitas dilakukan dengan statistik uji

    kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program aplikasi SPSS

    16.0. Hasil uji normalitas pretest dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 4.11. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Kelas

    Kontrol

    Kelas

    Eksperimen

    N 42 42

    Normal Parametersa Mean 57.1429 56.6667

    Std.

    Deviation 12.15464 10.28062

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .164 .199

    Positive .150 .170

    Negative -.164 -.199

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.065 1.287

    Asymp. Sig. (2-tailed) .207 .073

    a. Test distribution is Normal.

    Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

    Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Pretest

    Kelas Z Sig. (P) α Kesimpulan

    Kontrol 1.065 0.207 0.05

    Normal

    Eksperimen 1.287 0.073 Normal

    Kriteria pengujian:

    Jika P > α (0.05), maka berdistribusi normal

    Jika P < α (0.05), maka berdistribusi tidak normal

    Berdasarkan perhitungan uji normalitas, maka pada kelas kontrol

    diperoleh P = 0.207 dan pada kelas eksperimen P = 0.073.

    Dengan membandingkan nilai α = 0.05, maka kelas kontrol P =

    0.207 > α (0.05) dan kelas eksperimen P = 0.073 > α (0.05).

    Sehingga disimpulkan bahwa sebaran data pada kedua kelas

  • 54

    tersebut berdistribusi normal karena nilai P lebih besar daripada

    nilai α.

    b. Uji Homogenitas Data Pretest

    Setelah diketahui bahwa hasil analisis data pretest

    berdistribusi normal, maka selanjutnya yang dilakukan adalah

    melakukan uji homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians

    antara skor pretest. Uji homoenitas varians dilakukan dengan

    menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji homogenitas data

    pretest dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 4.13. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest

    Test of Homogeneity of Variances

    Nilai

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    1.151 4 36 .348

    Kriteria Pengujian :

    Jika nilai Signifikansi (P) > α (0.05), maka bernilai homogen

    Jika nilai Signigikansi (P) < α (0.05), maka tidak homogen

    Berdassarkan tabel diatas, pada pretest antara kelas kontrol dan

    kelas eksperimen diperoleh P = 0.348. Dengan membandingkan

    dengan nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data

    tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama

    (homogen) karena nilai P (0.348) > α (0.05).

    c. Uji Kesamaan Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

    (Uji T)

    Cara untuk mengetahui persamaan kemampuan awal

    siswa antara kelas dengan pembelajaran konvensional dan kelas

    yang mendapat perlakuan model pembelajaran two stay two stray

    berbantuan weblog dapat dilakukan dengan melakukan pengujian

  • 55

    terhadap rata-rata nilai pretest pada masing-masing kelas.

    Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data hasil

    pretest diketahui bahwa penyebaran skor pretest berdistribusi

    normal dan homogen, sehingga untuk pengujian digunakan

    statistik uji parametrik, yaitu uji t. Uji t (Independent Samples T

    Test) dilakukan dengan bantuan program aplikasi SPSS 16.0,

    dengan taraf signifikansi 5%.

    Tabel 4.14. Independent Samples Test

    Independent Samples Test

    Levene's

    Test for

    Equality of

    Variances t-test for Equality of Means

    F Sig. t df

    Sig.

    (2-

    tailed

    )

    Mean

    Diffe-

    rence

    Std. Error

    Diffe-

    rence

    95% Confidence

    Interval of the

    Difference

    Lower Upper

    Nilai Equal

    variances

    assumed

    1.008 .318 .194 82 .847 .47619 2.45641 -4.41039 5.36278

    Equal

    variances

    not

    assumed

    .194 79.804 .847 .47619 2.45641 -4.41241 5.36479

    Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

    Tabel 4.15. Hasil Uji t Pretest

    Kelas df Sig. (P) α thitung ttabel

    Kontrol 82 0.847 0.05 0.194 1.98932

    Eksperimen

    Berdasarkan tabel di atas, diperoleh P = 0.847 dan thitung

    = 0.194. dengan membandingkan nilai P (0.847) > α (0.05) dan

    thitung = 0.194 < ttabel (1.98932), sehingga dapat disimpulkan

  • 56

    bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai

    pretest kelas eksperimen dan kontrol. Hal itu berarti keadaan

    awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum

    pembelajaran dengan metode yang berbeda memiliki

    kemampuan yang hampir sama.

    4.2.2.2. Analisis Data Posttest

    Soal posttest diberikan di akhir pembelajaran sebagai akhir

    rangkaian proses pembelajaran, untuk mengetahui perbedaan

    pengetahuan antara siswa yang menerapkan pembelajaran

    konvensional dengan siswa daklam kelas eksperimen setelah

    mengikuti proses pembelajaran yang diberi perlakuan berupa

    penerapan model pembelajaran two stay two stray berbantuan

    weblog.

    Tabel 4.16. Statistik Deskriptif Data Posttest

    Descriptive Statistics

    N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

    Kelas Kontrol 42 70.4769 11.03238 46.67 93.33

    Kelas Eksperimen 42 88.4131 8.20574 73.33 100.00

    Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dalam kelas kontrol

    terdiri dari 42 orang siswa, dimana hasil rata-rata posttest adalah

    70.47, nilai minimum adalah 46.67, nilai maksimum 93.33 dan

    standar deviasi adalah 11.03238. Sedangkan dalam kelas eksperimen

    yang terdiri dari 42 orang siswa, diperoleh rata-rata kelas 88.41,

    dengan nilai minimum adalah 73.33, nilai maksimum 100, dan

    standar deviasi adalah 8.20574.

  • 57

    Gambar4.4.Rata-rata nilai posttest kelas kontrol dan eksperimen

    Dengan memperhatikan deskripsi data statistik dan grafik

    diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor posttest kelas kontrol dan

    kelas eksperimen perbedaannya lumayan jauh. Namun, untuk

    melihat apakah perbedaan tersebut cukup berarti atau tidak maka

    selanjutnya akan dilakukan uji statistik.

    a. Uji Normalitas Data Posttest

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

    berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan kelas

    eksperimen. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan

    statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program

    aplikasi SPSS 16.0. Hasil uji data posttest dapat dilihat pada

    tabel berikut :

    Tabel 4.17. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Data Posttest

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Kelas Kontrol

    Kelas

    Eksperimen

    N 42 42

    Normal

    Parametersa

    Mean 70.4769 88.4131

    Std. Deviation 11.03238 8.20574

    Most Extreme Absolute .159 .203

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    N Mean Min Max

    Kelas Kontrol

    Kelas Eksperimen

    Nilai

    Aspek Penilaian

  • 58

    Differences Positive .159 .203

    Negative -.124 -.159

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.029 1.317

    Asymp. Sig. (2-tailed) .240 .062

    a. Test distribution is Normal.

    Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

    Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas Data Posttest

    Kelas Z Sig. (P) α Kesimpulan

    Kontrol 1.029 0.240 0.05

    Normal

    Eksperimen 1.317 0.062 Normal

    Kriteria pengujian:

    Jika P > α (0.05), maka berdistribusi normal

    Jika P < α (0.05), maka berdistribusi tidak normal

    Berdasarkan perhitungan uji normalitas, maka pada kelas kontrol

    diperoleh P = 0.240 dan pada kelas eksperimen P = 0.062.

    Dengan membandingkan nilai α = 0.05, maka kelas kontrol P =

    0.240 > α (0.05) dan kelas eksperimen P = 0.062 > α (0.05).

    Sehingga disimpulkan bahwa sebaran data pada kedua kelas

    tersebut berdistribusi normal karena nilai P lebih besar daripada

    nilai α.

    b. Uji Homogenitas Data Posttest

    Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

    mempunyai varians homogen atau tidak. Uji homogenitas

    varians dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0.

    Hasil uji homogenitas data posttest dapat dilihat sebagai berikut:

    Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

    Test of Homogeneity of Variances

    Nilai

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    1.334 4 37 .275

  • 59

    Kriteria Pengujian :

    Jika nilai Signifikansi (P) > α (0.05), maka bernilai homogen

    Jika nilai Signigikansi (P) < α (0.05), maka tidak homogen

    Berdassarkan tabel diatas, pada posttest antara kelas kontrol dan

    kelas eksperimen diperoleh P = 0.275. Dengan membandingkan

    dengan nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data

    tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama

    (homogen) karena nilai P (0.275) > α (0.05).

    c. Uji Kesamaan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

    (Uji T)

    Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dari

    hasil posttest diketahui bahwa penyebaran skor posttest baik

    kelas kontrol maupun kelas eksperimen berdistribusi normal

    sehingga untuk menguji perbedaan rata-rata postest keduanya

    digunakan uji statistik parametrik uji t. Uji t (Independent

    Samples T Test) dengan bantuan program aplikasi SPSS 16.0,

    dengan taraf signifikansi 5%.

    Rumusan hipotesis yang diuji :

    H0 : Penerapan model pembelajaran two stay two stray

    berbantuan weblog tidak dapat meningkatkan keaktifan

    dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Diagnosa

    PC dan Periferal Komputer.

    H1 : Penerapan model pembelajaran two stay two stray

    berbantuan weblog dapat meningkatkan keaktifan dan

    hasil belajar siswa pada mata pelajaran Diagnosa PC

    dan Periferal Komputer

  • 60

    Kriteria Uji Hipotesis Satu Pihak :

    Independent Sample T-Test

    Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, H1 diterima.

    Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, H1 ditolak.

    Berdasarkan Signigikansi :

    Jika P > α (0.05), maka H0 diterima, H1 ditolak.

    Jika P < α (0.05), maka H0 ditolak, H1 diterima.

    Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.20. Independent Samples Test

    Independent Samples Test

    Levene's

    Test for

    Equality of

    Variances t-test for Equality of Means

    F Sig. t df

    Sig.

    (2-

    tailed

    )

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Diffe-

    rence

    95% Confidence

    Interval of the

    Difference

    Lower Upper

    Ni

    lai

    Equal

    variances

    assumed

    3.475 .066 -8.454 82 .000 -17.93619 2.12159 -22.15670 -13.71568

    Equal

    variances

    not

    assumed

    -8.454 75.734 .000 -17.93619 2.12159 -22.16194 -13.71044

    Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

    Tabel 4.21. Hasil Uji t Posttest

    Kelas df Sig. (P) α thitung ttabel

    Kontrol 82 0.000 0.05 8.454 1.98932

    Eksperimen

  • 61

    Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa

    signifikansi 2-tailed (P) adalah 0.000. Oleh karena signifikansi P

    (0.000) < α (0.05), maka H1 diterima dan thitung (8.454) > ttabel

    (1.98932), maka H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

    terdapat perbedaan yang signifikan antar nilai posttest kelas

    kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini membuktikan bahwa

    penggunaan metode pembelajaran two stay two stray berbantuan

    weblog dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa

    pada mata pelajaran Diagnosa PC dan Periferal Komputer.

    4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

    Hasil analisis data penelitian yang dibuktikan melalui analisis uji

    statistik menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 menunjukkan bahwa

    kemampuan awal siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah

    sama (homogen). Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretest kedua

    kelas dan dibuktikan dengan uji t untuk melihat persamaan rata-rata kedua

    kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti

    pada kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

    Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan

    metode konvensional pada kelas kontrol dan perlakuan dengan model

    pembelajaran two stay two stray berbantuan weblog pada kelas eksperimen,

    menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa antara kedua kelas tersebut

    mengalami perbedaan. Perbedaan tingkat keaktifan belajar siswa

    ditunjukkan pada hasil perhitungan lembar observasi keaktifan belajar

    siswa, yang mana pada pertemuan 1, keaktifan belajar siswa kelas

    eksperimen lebih rendah dibandingkan keaktifan belajar siswa pada kelas

    kontrol, karena pada pertemuan 1 belum digunakan model pembelajaran two

    stay two stray, perbandingan rata-rata keaktifan tersebut adalah 46.45%

    untuk keaktifan kelas kontrol dan 40.28% untuk keaktifan belajar kelas

    eksperimen.

  • 62

    Namun pada pertemuan ke-2 dan ke-3 perlakuan sudah diberikan

    kepada kelas eksperimen dengan pelaksanaan model pembelajaran two stay

    two stray berbantuan weblog, dan kelas kontrol masih menggunakan metode

    konvensional, dari pertemuan inilah sudah mulai tampak keaktifan belajar

    siswa pada kelas eksperimen, ditunjukkan dari hasil olah lembar observasi

    bahwa tingkat keaktifan belajar siswa pada pertemuan ke-2 dan ke-3 adalah

    66.78% dan 73.20%. Sedangkan untuk kelas kontrol tingkat keaktifan

    belajar siswa pada pertemuan ke-2 dan ke-3 yaitu 50.07% dan 50.22%.

    dengan selisih perolehan rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 16.6% pada

    pertemuan kedua dan 22.98% pada pertemuan ketiga. Peningkatan keaktifan

    belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut :

    Gambar 4.5. Perbedaan kenaikan keaktifan belajar siswa.

    Dalam grafik tersebut terlihat jelas peningkatan keaktifan belajar

    siswa pada kelas eksperimen terjadi pada pertemuan ke-2 dan ke-3, karena

    pembelajaran two stay two stray mengharuskan siswa untuk berperan aktif,

    dan berusaha mencari sendiri sumber belajarnya, sehingga pembelajaran

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

    Kelas Kontrol

    Kelas Eksperimen

    Pertemuan Treatment

    Prosentase keaktifan

  • 63

    lebih terarah ke dalam ranah student center learning agar siswa dapat

    meningkatkan pemahaman didalam pembelajaran yang dipelajari.

    Peningkatan keaktifan belajar yang diraih oleh kelas eksperimen

    dikarenakan adanya suasana belajar yang berbeda sehingga kelas yang lebih

    kondusif, aktif serta antusias siswa sangat terlihat dibandingkan

    pembelajaran pada kelas kontrol.

    Dengan didukung media dan model pembelajaran variatif, maka

    keaktifan belajar siswa meningkat dan berdampak terhadap hasil belajarnya.

    Perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen jelas

    berbeda, ditunjukkan dengan perolehan hasil posttest dimana perolehan

    nilai rata-rata kedua kelas, yaitu rata-rata nilai kelas eksperimen yaitu 88.41,

    sedangkan pada kelas kontrol adalah 70.48, dengan selisih nilai rara-rata

    kedua kelas adalah 17,93 poin lebih tinggi kelas eksperimen dibandingkan

    dengan kelas kontrol. Sehingga rata-rata hasil belajar siswa dapat dilihat

    sebagai berikut :

    Gambar 4.6. Rata-rata Hasil Belajar Siswa

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Pretest Posttest

    Kelas Kontrol

    Kelas Eksperimen

    Test

    Nilai Rata-rata

  • 64

    Pembelajaran dilaksakan di ruang kelas dan juga di lab komputer,

    hal ini dilakukan supaya dalam pembelajaran guru dapat lebih

    mengkondisikan siswa lebih baik sehingga tercipta suasana belajar yang

    aktif dan kondusif. Langkah pertama yang dilakukan pada saat pembelajaran

    pada pertemuan pertama adalah guru memberikan pretest, untuk mengetahui

    kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Selanjutnya

    guru menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan

    metode konvensional seperti biasa yang digunakan oleh guru. Pada

    pertemuan pertema guru kelas bertugas sebagai observer, mengamati

    tingkah laku dan keaktifan siswa. Dari proses pembelajaran yang

    dilaksanakan didapatkan hasil bahwa keaktifan siswa masih rendah.

    Pada pertemuan kedua pada kelas eksperimen, guru menjelaskan

    tentang metode baru yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

    Kemudian dilanjutkan dengan mengenalkan media pembelajaran yang akan

    digunakan. Tujuannya adalah agar siswa paham bahwa bukan hanya media

    powerpoint saja yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, tetapi

    media pembelajaran lainpun dapat digunakan. Selanjutnya guru menjelaskan

    secara singkat tentang materi yang akan dipelajari. Setelah menjelaskan

    guru mulai membagi siswa kedalam 10 kelompok dengan masing-masing

    kelompok beranggotakan 4 siswa untuk melakukan diskusi dengan materi

    yang sudah disiapkan didalam media pembelajaran. Setelah dibentuk

    kelompok kemudian guru menyampaikan sedikit materi pengantar untuk

    membangun motivasi belajar siswa, selanjutnya guru memberikan tugas

    pada masing-masing kelompok dan mengarahkan siswa untuk membuka

    weblog yang sudah disediakan. Soal yang diberikan pada tiap kelompok

    kemudian dikerjakan dengan mencari penyelesaian jawaban dengan mencari

    sumber materi didalam weblog. Kelompok yang sudah menyelesaikan tugas

    diharuskan menyimpulkan hasil yang diperolehnya untuk dituliskan didalam

    fitur chatting yang ada pada weblog, hal ini bertujuan agar supaya dapat

    diakses dan dibaca oleh kelompok lain.

  • 65

    Pertemuan ketiga pada kelas eksperimen dilanjutkan dengan

    kegiatan diskusi kelompok, yaitu pada awalnya siswa diminta untuk kembali

    duduk bersama teman sekelompok berdasarkan kelompok yang sudah

    ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Tugas kelompok pada pertemuan

    ini adalah dua orang anggota kelompok diminta bertamu kepada kelompok

    lain untuk menanyakan topik apa yang dibahas kelompok tersebut beserta

    pembahasannya, dan dua orang anggota kelompok sisanya tetap tinggal

    didalam kelompok untuk menjelaskan jawaban kelompoknya kepada siswa

    tamu dari kelompok lain yang bertanya topik dan pembahasan pada

    kelompoknya. Setelah dua orang anggota kelompok selesai dengan tugas

    bertamu untuk mengumpulkan topik dan pembahasan dari semua kelompok,

    diminta untuk kembali ke kelompok asalnya untuk berdiskusi tentang apa

    yang sudah diperoleh, dan dilanjutkan dengan presentasi dari tiap-tiap

    kelompok dan guru bertugas untuk membarikan penguatan terhadap hasil

    pembehasan siswa. Tahap akhir pada pertemuan ini, siswa diberikan posttest

    yang dikerjakan secara individu untuk mengukur sejauh mana tingkat

    pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode two stay

    two stray berbantuan weblog.

    Tugas seorang guru dalam model pembelajaran ini lebih berperan

    sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk melaksanakan kegiatan

    pembelajaran dikelas, siswa belajar dengan mandiri bersama teman

    sekelompok, dengan model pembelajaran kelompok dapat menciptakan

    suasana kelas yang kondusif dan lebih aktif, dalam hal ini guru mata

    pelajaran sekaligus melakukan observasi dengan menggunakan instrumen

    observasi keaktifan belajar yang sudah disiapkan sebelumnya. Dengan

    menerapkan model pembelajaran two stay two stray ini, selama proses

    pembelajaran berlangsung siswa sangat aktif dengan berdiskusi bersama

    teman kelompok untuk mencari penyelesaian tugas yang diberikan kepada

    kelompoknya, dan siswa dituntut untuk berperan aktif dalam memperoleh

    kesempatan membangun sendiri pengetahuannya sehingga memperoleh

    pemahaman yang mendalam terhadap materi, serta memiliki tanggungjawab

  • 66

    dari apa yang diperolehnya, lebih jeli dalam menyelesaikan tugas, kreatif

    dan cakap selama diskusi berlangsung sehingga siswa dapat memahami apa

    yang mereka kerjakan. Hal ini jauh berbeda dengan pembelajaran pada kelas

    kontrol yang menggunakan metode konvensional, siswa lebih bersikap acuh

    tak acuh terhadap guru dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh

    guru seperti : banyak siswa yang bercanda sendiri, tiduran, dan menggambar

    objek lain diluar materi dibuku pelajarannya.

    Dari model pembelajaran yang diberikan kepada kelas eksperimen

    maupun kelas kontrol menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa pada

    kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, selain itu juga

    peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi

    dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan dalam proses

    pembelajaran siswa lebih tertarik pada model pembelajaran yang berbeda

    yaitu model pembelajaran two stay two stray dengan berbantuan media

    pembelajaran weblog, karena siswa merasa ikut berperan langsung dalam

    menggunakan media pembelajaran dan aktif mengakses sumber materi,

    sehingga siswa tidak cepat merasa bosan. Penggunaan media berbasis

    weblog, meningkatkan tingkat pemahaman siswa dimana dengan siswa

    mencari materi untuk menjawab soal yang dikerjakan, maka siswa dituntut

    untuk membaca dari paparan teks yang ada. Sehingga secara tidak langsung

    siswa akan memperoleh pengetahuan dari apa yang mereka baca, selain itu

    peran langsung siswa terhadap media yang digunakan menciptakan suasana

    pembelajaran dikelas lebih menarik yang kemudian menjadikan siswa

    memiliki pemahaman yang baik terhadap materi yang dipelajari.