BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN€¦ · status sekolah potensial menjadi SSN pada SMP...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN€¦ · status sekolah potensial menjadi SSN pada SMP...
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga merupakan
salah satu SMP swasta di Salatiga yang terletak di
Jalan Jendral Sudirman No. 111 b Salatiga, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Nilai
akreditasi SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga Amat
Baik (A), luas lahan yang ditempati adalah 11.185 m² ,
luas tanah terbangun 6.259 m², luas tanah siap
bangun 4000 m², dengan jumlah rombongan belajar
10 kelas.
Status kepemilikan tanah adalah milik yayasan,
dengan Status Hak Milik (SHM). Bangunan gedung SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga merupakan bangunan
permanen yang memenuhi kriteria untuk pelaksanaan
proses pembelajaran dengan dilengkapi fasilitas selain
10 ruang untuk kelas, terdapat juga 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1
ruang administrasi, 1 laboratorium, 2 laboratorium
bahasa, 1 ruang ibadah, 1 kantin, 1 gudang, 1 dapur, 1
kamar mandi/WC guru, 3 kamar mandi/WC siswa, 1
ruang BK, 1 ruang UKS, 1 ruang PMR dan pramuka, 1
ruang OSIS, 1 bangsal parkir kendaraan, 1 pos jaga,
ruang serbaguna/aula, 1 lapangan olahraga dan upa-
cara. SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga juga
menempati satu lokasi dengan Kelompok Bermain (KB),
50
Taman Kanak-kanak (TK), SD Kristen 3 dan SD Kristen
4 di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kristen Eben
Haezer Salatiga.
Visi yang dicanangkan SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga adalah “Unggul dalam prestasi yang
berwawasan IPTEK berdasar iman Kristen dan nilai
Moral yang Berkembang dalam Masyarakat”, se-
dangkan Misi yang diemban untuk merealisasikan dari
visi tersebut adalah:
1) Standar kelulusan meningkat yaitu pada akhirtahun pelajaran 2013/2014, sekolah dapatmeningkatkan perolehan nilai ujian nasional (gainscore achievement) 0,02 (dari 7,78 menjadi 7,80); 2)Memeroleh prestasi dalam kejuaraan di berbagaibidang akademik dan non akademik; 3) Tersedianyasemua perangkat pembelajaran (terdokumentasikan)semua mata pelajaran dan untuk semua jen-jang/kelas/tingkatan (silabus, RPP, KKM); 4) Terse-dianya fasilitas/sarana prasarana sekolah yangrelevan dan mutakhir; 5) Tersedianya pendidik dantenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi sesu-ai dengan kebutuhan; 6) Mewujudkan pembiayaanpendidikan yang memadai (transparan), wajar, danadil; 7) Mewujudkan manajemen berbasis sekolah(MBS) yang tangguh; 8) mewujudkan lingkungansekolah yang meliputi 7 K (Keindahan, Kenyamanan,Kebersihan, Keamanan, Kekeluargaan, Kerindangan,dan Ketertiban).
Tujuan Pendidikan di SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga adalah meningkatkan kecerdasan, pengeta-
huan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri serta mampu untuk mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan tersebut terurai dalam tujuan
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga sebagai lembaga
pendidikan swasta yang mengantarkan peserta didik
untuk:
51
a) memeroleh selisih Nilai Ujian Nasional (gain scoreachievement) 0,5 (dari 7,0 menjadi 7,5); b)meningkatnya proses pembelajaran dengan pende-katan pembelajaran yang berpusat pada siswa(student centered learning), antara lain ContextualLearning, Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menye-nangkan, serta layanan bimbingan dan konseling; c)meraih kejuaraan dalam bidang Karya Ilmiah Rema-ja tingkat kota, provinsi, dan nasional; d) memerolehkejuaraan olympiade sains tingkat kota, provinsi dannasional; e) lestarinya budaya daerah melalui muat-an lokal bahasa daerah dengan indikator 70% siswamampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks ke-bahasaan; f) menjadikan 85 % siswa memiliki kesa-daran terhadap kelestarian lingkungan hidup disekitarnya; g) memiliki jiwa cinta tanah air yangdiinternalisasikan lewat kegiatan pendidikan belanegara; h) meraih kejuaraan dalam beberapa cabangolah raga di tingkat kota dan provinsi; i) memilikijiwa toleransi antar umat beragama.
Dalam menggali dan memahami lebih jauh
mengenai implementasi MBS untuk meningkatkan
status sekolah potensial menjadi SSN pada SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga, peneliti telah melakukan
observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya
bahwa informan dalam penelitian ini terdiri dari kepala
sekolah, guru, pengurus yayasan, dan komite seko-
lah/orangtua siswa. Oleh karena itu, berikut ini disa-
jikan identitas informan dari masing-masing objek
penelitian. Untuk menjaga kenyamanan setelah mem-
berikan informasi dan etika dalam penelitian, identitas
informan disebutkan dengan inisial.
52
Tabel 4.1Identitas Informan
No Informan JabatanJenis
KelaminUmur Pendidikan
TanggalWawancara
1 RKepalaSekolah
L 33 th S.118 Juni 201327 Juni 201326 Sept 2013
2YRP
GuruLPL
31 th28 th46 th
S.1S.1S.1
11 Juli 201322 Juli 201326 Sept 2013
3 LPengurusYayasan
P 62 th S.2 25 Juli 2013
4DSR
KomiteSekolah/orangtua
Siswa
LLP
46 th51 th42 th
S.1S.2S.1
23 Juli 201330 Juli 201327 Sept 2013
Sumber: Dokumen SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, diolah.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah diperoleh melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi kemudi-
an dianalisis sehingga dapat digunakan untuk menge-
tahui perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelapor-
an implementasi MBS dalam meningkatkan status se-
kolah potensial menjadi sekolah standar nasional. Hasil
analisis tersebut dijadikan dasar untuk mengetahui
implementasi MBS dan upaya-upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan status sekolah potensial menjadi
SSN pada SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
MBS yang diimplementasikan di SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga memberikan ruang gerak bagi
sekolah untuk memiliki kemandirian lebih besar dalam
mengelola sekolah, seperti menyusun rencana,
melaksanakan rencana, melakukan evaluasi pelaksa-
naan peningkatan mutu dan pelaporan yang trans-
paran. Di sisi lain sekolah juga memiliki fleksibilitas
pengelolaan sumberdaya sekolah, dan memiliki
53
partisipasi yang lebih besar dari kelompok-kelompok
yang berkepentingan dengan sekolah.
4.2.1 Deskripsi Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi,
dan Pelaporan Implementasi MBS di SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga
Untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pe-
laksanaan, evaluasi, dan pelaporan implementasi MBS
yang dilakukan di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga,
pada tabel di bawah ini disajikan keterlibatan kepala
sekolah, guru, pengurus yayasan, dan komite seko-
lah/orangtua siswa dalam aspek perencanaan, pelak-
sanaan, evaluasi, dan pelaporan implementasi MBS di
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Tabel 4.2Pelibatan Kepala Sekolah, Guru, Pengurus Yayasan dan
Komite Sekolah/Orangtua Siswa dalam implementasi MBSdi SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
AspekKepalaSekolah
GuruPengurusYayasan
KomiteSekolah/Orangtua
SiswaPerencanaan √ √ - -
Pelaksanaan √ √ - √
Evaluasi √ - √ -
Pelaporan √ - √ -
Sumber: Data Primer, 2013, diolah.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keter-
libatan kepala sekolah, guru, pengurus yayasan, dan
komite sekolah/orangtua siswa dalam perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan MBS di SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga berbeda-beda, peran
54
sentral ditunjukkan kepala sekolah dengan terlibat
secara penuh dalam empat aspek pelibatan tersebut,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan evalu-
asi MBS.
Sedangkan guru terlibat dalam dua aspek kegiat-
an, yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Di lain pihak,
pengurus yayasan terlibat dalam evaluasi dan pela-
poran, sementara komite sekolah/orangtua siswa ha-
nya di aspek pelibatan pelaksanaan.
Hal ini dilakukan karena melihat peran, tugas
dan kewenangan yang berbeda, maka pelibatan dalam
aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pela-
poran oleh kepala sekolah, guru, pengurus yayasan,
dan komite sekolah/orangtua siswa tidak sama karena
disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-
masing. Berikut kutipan wawancara dengan kepala
sekolah berkaitan dengan pelibatan kepala sekolah,
guru, pengurus yayasan, dan komite sekolah/orangtua
siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan
evaluasi MBS di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
“Pelibatan kepala sekolah, guru, pengurus yayasan,dan komite sekolah/orangtua siswa dalam implemen-tasi MBS di sekolah kami yang terkait dengan aspekperencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporandisesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing”
Dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan pelaporan implementasi MBS di SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, manajemen sekolah
dalam hal ini kepala sekolah mempertimbangkan
berbagai faktor yang memengaruhinya seperti kondisi
lingkungan strategis, kondisi sekolah saat ini, dan
55
harapan masa datang. Kerangka pikir dan keterkaitan
antara perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pela-
poran dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1Kerangka pikir dan keterkaitan perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan pelaporan implementasi MBSSMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
(Sumber: Rohiat. 2008)
Gambar di atas memperjelas bagaimana proses
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan im-
plementasi MBS di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
yang diawali dengan analisis lingkungan strategis dari
manajemen sekolah dengan melihat adanya kesen-
jangan status sekolah potensial menjadi SSN yang
Analisis Lingkungan Strategis
Situasi Pendidikanyang diharapkan
(menjadi SSN)
Situasi Pendidikansaat ini
(belum menjadi SSN)
Rencana Strategis (5 tahun)
Rencana Operasional (1 tahun)
Pelaksanaan (Program)
Evaluasi
Pelaporan
Kesenjangan
56
hendak dicapai, adanya kesenjangan tersebut maka
diperlukan rencana strategis dan rencana operasional
sebagai rencana terstruktur sekolah dalam rangka
mempersiapkan perencanaan implementasi MBS yang
diwujudkan dalam pelaksanaan program serta moni-
toring dan evaluasi dari pihak terkait, yaitu pengurus
Yayasan Pendidikan Kristen Eben Haezer Salatiga dan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kota Salatiga.
Proses perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan pelaporan telah dipersiapkan dengan
melibatkan unsur-unsur SDM yang ada di SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga melalui koordinasi intern
sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru, dan pegawai/staf administrasi sekolah, dilanjut-
kan dengan rapat-rapat bidang sesuai delapan standar
nasional pendidikan yang sudah terbagi kepada guru
dan pegawai.
Kegiatan inventarisasi serta melengkapi sarana
prasarana administrasi pendukung MBS dilakukan
dengan rinci kemudian dilanjutkan dengan pelaksana-
an kegiatan untuk mewujudkan perencanaan dari hasil
koordinasi manajemen sekolah dan koordinasi bidang-
bidang sesuai delapan standar nasional pendidikan.
Sementara evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh
kepala sekolah, pengurus yayasan serta kepala dinas
pendidikan pemuda dan olahraga kota Salatiga sebagai
pejabat monitoring dan evaluasi kegiatan secara
keseluruhan dari perencanaan dan pelaksanaan
implementasi MBS di SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga.
57
Adapun perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
pelaporan serta aspek pendukung implementasi MBS
tersebut diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.3Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Implementasi MBSdi SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
NoAspek-aspek implementasi
MBSPerencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pelaporan
1 Pemenuhan delapan Standar Nasional Pendidikan
1) Standar KompetensiKelulusana. Peningkatan prestasi
bidang akademik danjumlah kelulusan
b. Peningkatan prestasibidang non akademikdan jumlah kejuaraan
√
√
√
√
√
√
√
√
2) Standar Isi- Pengembangan
Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan(KTSP)
√ √ √ √
3) Standar Prosesa. Perencanaan proses
pembelajaranb. Penyiapan silabus dan
RPPc. Pengelolaan kelasd. Pelaksanaan proses
pembelajarane. Penilaian hasil
pembelajaranf. Pengawasan proses
pembelajarang. Layanan bimbingan
konseling
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
4) Standar Pendidik dantenaga kependidikana. Meningkatkan
kompetensi kepalasekolah
b. Meningkatkankompetensi guru
√
√
√
√
√
√
√
√
c. Meningkatkankompetensi tenagakependidikan
√ √ √ √
58
d. Pemenuhan tenagapendidik dankependidikan
√ - √ √
5) Standar Sarana danPrasaranaa. Pengadaan sarana
prasarana fisikb. Pemeliharaan sarana
prasarana fisikc. Pengadaan fasilitas
pembelajarand. Pengadaan fasilitas
keterampilan danmusik
e. Pengadaan fasilitasolahraga
f. Pengadaan saranapenunjang lain
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6) Standar PengelolaanPendidikana. Pengadaan dokumen
sekolahb. Pengadaan struktur
organisasi danmekanisme kerja
c. Pelaksanaan supervisi,monitoring danevaluasi
d. Kemitraan dan peranserta masyarakat
e. Sistem informasimanajemen sekolah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
7) Standar Pembiayaan- Penggalian/
penggalangansumber danasekolah
√ √ √ √
8) Standar PenilaianPendidikana. Penyusunan instrumen
penilaian√ √ √ √
b. Pelaksanaan penilaianc. Laporan hasil penilaian
√
√
√
√
√
√
√
√
2 Pengembangan budaya dan lingkungan sekolah
1) Penataan lingkungansekolah
√ √ √ √
2) Penerapan budaya tatakrama
√ √ √ √
59
Tabel 4.3 (lanjutan)Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
implementasi MBSdi SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
3) Penerapan budayakerohanian
√ √ √ √
4) Penerapan budayakepribadian
√ √ √ √
3 Implementasi manajemen kurikulum
1) Perencanaan kurikulum √ √ √ √
2) Pelaksanaan kurikulum √ √ √ √
3) Evaluasi kurikulum √ √ √ √
4 Implementasi manajemen tenaga pendidik dan kependidikan
1) Perencanaan danpengadaan tenaga pendidikdan kependidikan
√ √ √ √
2) Pembinaan danpengembangan tenagapendidik dan kependidikan
√ √ √ √
3) Penilaian tenaga pendidikdan kependidikan
√ √ √ √
4) Pemberhentian tenagapendidik dan kependidikan
√ √ √ √
5 Implementasi manajemen kesiswaan
1) Penerimaan siswa baru √ √ √ √
2) Pengelolaan prosespembelajaran
√ √ √ √
3) Bimbingan dan disiplin √ √ √ √
6 Implementasi manajemen keuangan/pendanaan
1) Perencanaan pembiayaan √ √ √ √
2) Pelaksanaan pembiayaan √ √ √ √
3) Evaluasi pembiayaan √ √ √ √
7 Implementasi manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
1) Hubungan edukatif - - - √
2) Hubungan kultural - - - √
3) Hubungan institusional √ √ √ √
Sumber: Data Primer, 2013, diolah.
Keterangan:
√ : sudah dilaksanakan/sudah terpenuhi
- : belum dilaksanakan/belum terpenuhi
60
Mengacu tabel di atas menunjukkan bahwa pe-
rencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan im-
plementasi MBS di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
tidak sepenuhnya dapat memenuhi aspek-aspek im-
plementasi MBS yang terdiri dari pemenuhan delapan
Standar Nasional Pendidikan, pengembangan budaya
dan lingkungan sekolah, implementasi manajemen
kurikulum, implementasi manajemen tenaga pendidik
dan kependidikan, implementasi manajemen kesiswa-
an, implementasi manajemen keuangan/pendanaan,
dan implementasi manajemen hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pela-
poran dalam implementasi MBS di SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Aspek implementasi MBS berkaitan dengan
perencanaan sesuai dengan tabel 4.3 menunjukkan
bahwa delapan SNP telah dilakukan sesuai dengan
kebutuhan sekolah, tetapi dalam aspek pendukung
implementasi MBS, pada nomor 7. Implementasi ma-
najemen hubungan sekolah dengan masyarakat, bagian
1) Hubungan edukatif dan 2) Hubungan kultural, pihak
sekolah belum melakukan perencanaan hubungan
edukatif dan kultural, hal ini disebabkan karena hal
tersebut bukan prioritas utama dalam pemenuhan
kebutuhan sekolah, selain memerlukan keterlibatan
pihak dalam dan luar sekolah dalam merencanakan
kegiatan yang disesuaikan dengan kurikulum serta visi
dan misi sekolah. Perencanaan dalam hubungan
61
edukatif dan kultural diperlukan pembahasan khusus,
karena berkaitan dengan masyarakat sekitar sekolah.
Pelibatan sumber daya manusia dalam perencanaan
hubungan edukatif serta kultural perlu dipersiapkan
dengan baik sehingga pihak sekolah memerlukan
waktu khusus untuk menyiapkan rancangan yang
sesuai dengan tujuan sekolah seperti tercapainya
pemenuhan delapan standar nasional pendidikan.
Dengan alasan tersebut pihak sekolah belum
dapat memenuhi Implementasi manajemen hubungan
sekolah dengan masyarakat khususnya bagian hu-
bungan edukatif dan hubungan kultural.
b. Pelaksanaan
Berbeda dengan aspek perencanaan di atas, pada
aspek pelaksanaan yang tersaji dalam tabel 4.3 di atas
dapat diuraikan bahwa dalam aspek pelaksanaan im-
plementasi MBS yang belum dilakukan dalam aspek
pelaksanaan adalah pada nomor 1. Pemenuhan de-
lapan SNP, bagian 4) Standar pendidik dan tenaga
kependidikan, d. Pemenuhan tenaga pendidik dan
kependidikan. Secara khusus tenaga kependidikan
yang belum terpenuhi adalah laboran IPA, teknisi
laboratorium komputer, laboran laboratorium bahasa,
pegawai kantin, dan penjaga sekolah; bagian 5) Standar
sarana dan prasarana, f. Pengadaan sarana penunjang
lain. Secara khusus sarana penunjang lain yang belum
terpenuhi adalah mesin jahit, mesin obras, website
sekolah, komputer perpustakaan, dan papan visi misi
sekolah; bagian 6) Standar pengelolaan pendidikan, e.
Sistem informasi manajemen sekolah. Secara khusus
62
sistem informasi yang belum terpenuhi adalah belum
terpasangnya PAS (paket aplikasi sekolah) dan jaringan
SIM (sistem informasi manajemen).
Sementara aspek pendukung MBS yang belum
dilaksanakan pada nomor 7. Implementasi manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakat, bagian 1)
Hubungan edukatif dan 2) Hubungan kultural, SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga belum melakukan hu-
bungan edukatif dan kultural, hal ini disebabkan
karena hal tersebut dianggap belum mendesak untuk
dilakukan, di sisi lain kegiatan tersebut memerlukan
rancangan yang matang dari berbagai pihak, sesuai
dengan visi dan misi sekolah serta kurikulum sekolah
yang berlaku, di pihak lain dibutuhkan waktu, tenaga,
sarana dan prasarana yang baik, tempat yang nyaman,
keterlibatan masyarakat sekitar yang berlatar belakang
majemuk, dan masyarakat yang peduli terhadap
pendidikan khususnya SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga, dan pendanaan yang memadai.
c. Evaluasi
Pada tabel 4.3 berkaitan dengan aspek evaluasi,
sebagian besar aspek implementasi MBS telah dilak-
sanakan, implementasi MBS yang belum dilaksanakan
adalah pada aspek pendukung implementasi MBS pada
nomor 7. Implementasi manajemen hubungan sekolah
dengan masyarakat, bagian 1) Hubungan edukatif dan
2) hubungan kultural. Hal ini dilakukan karena dalam
aspek perencanaan dan pelaksanaan kedua kegiatan
tersebut tidak diimplementasikan disebabkan karena
adanya pertimbangan pihak sekolah yang belum
63
memprioritaskan kegiatan tersebut, alasan aspek
evaluasi terhadap kedua kegiatan tersebut tidak
dilakukan antara lain bahwa kegiatan tersebut
membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang
baik serta didukung pendanaan, agihan waktu sesuai
dengan kurikulum sekolah, keterlibatan dan jalinan
kerjasama antara pihak sekolah serta masyarakat se-
kitar yang baik, membangun relasi dengan pihak-pihak
terkait yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan
dan budaya secara sungguh-sungguh.
d. Pelaporan
Berkaitan dengan aspek pelaporan, seluruh as-
pek implementasi MBS baik pemenuhan delapan SNP
dan aspek pendukung implementasi MBS telah
dilaporkan kepada pihak yang berwenang oleh kepala
sekolah kepada pengurus yayasan dan kepala dinas
pendidikan, pemuda dan olahraga Salatiga pada akhir
tahun pembelajaran.
Secara administratif pelaporan dilakukan secara
rutin kepada pihak terkait dengan tujuan sekolah
selain pemenuhan tertib administrasi sekolah, juga
sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan
dan program kerja yang telah dilakukan SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga kepada pihak yang berwenang
dan pimpinan secara struktural.
Terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, eva-
luasi dan pelaporan seperti tertuang di atas, tidak
semua aspek implementasi dapat dilakukan oleh
manajemen sekolah, hal ini diungkapkan kepala seko-
64
lah dan guru yang tertuang dalam petikan wawancara
berikut.
“Tidak semua aspek implementasi MBS dapat kamipenuhi karena memang membutuhkan formulasiperencanaan dan pelaksanaan yang matang sertadiperlukan pendampingan oleh pengawas atau dinasterkait” (Kepala Sekolah)
“Sebagian aspek implementasi MBS belum dapatdipenuhi oleh sekolah, tetapi pada umumnya sudahbaik. Tetapi hal tersebut menjadi pekerjaan yangharus dipersiapkan lebih baik untuk masa yangakan datang, dan akan lebih baik apabila sekolahbekerjasama dengan dinas pendidikan sebagai pen-damping dalam perencanaan dan pelaksanaan im-plementasi MBS” (Guru).
Hal senada yang diungkapkan kepala sekolah
dan guru adalah perlunya pendampingan dari pe-
ngawas sekolah atau dinas terkait di kota Salatiga
dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi
MBS di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa kepala
sekolah dan guru dalam upaya pemenuhan aspek-
aspek implementasi MBS masih memerlukan pendam-
pingan dari pengawas pendidikan atau dinas terkait
yang memiliki kemampuan dan memahami dengan baik
tentang MBS untuk memperbaiki perencanaan dan
pelaksanaan implementasi MBS, terutama dalam pe-
rencanaan dan pelaksanaan aspek implementasi
manajemen keuangan/pendanaan dan aspek imple-
mentasi manajemen hubungan sekolah dengan
masyarakat.
Selanjutnya delapan standar nasional pendidikan
yang merupakan syarat utama dalam implementasi
65
MBS dalam kaitannya dengan kriteria peningkatan
status sekolah potensial menjadi SSN pada SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga yang menjadi bagian dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan
seperti tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
Standar kompetensi lulusan terbagi atas dua
program, antara lain: 1) peningkatan prestasi bidang
akademik dan jumlah kelulusan; 2) peningkatan
prestasi bidang non akademik dan jumlah kejuaraan.
Standar kompetensi lulusan yang tertuang dalam dua
program tersebut menunjukkan bahwa manajemen
sekolah memerlukan prestasi di bidang akademik dan
non akademik peserta didik yang dapat digunakan
sebagai salah satu landasan penilaian bagi satuan
pendidikan dalam peningkatan status sekolah.
Adapun standar isi yang memiliki program
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dilakukan untuk mengetahui lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal dengan
tujuan dapat mencapai kompetensi lulusan minimal
pada kelas IX di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Sedangkan standar proses yang terbagai atas
tujuh program, antara lain: 1) perencanaan proses
pembelajaran; 2) penyiapan silabus dan RPP; 3)
pengelolaan kelas; 4) pelaksanaan proses pembelajaran;
5) penilaian hasil pembelajaran; 6) pengawasan proses
pembelajaran; 7) layanan bimbingan konseling. Ketujuh
program tersebut dapat dipersempit menjadi tiga
program pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan peng-
awasan proses pembelajaran. Program ini dilaksanakan
66
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Sementara standar pendidik dan tenaga kepen-
didikan dijabarkan dalam empat program, antara lain:
1) meningkatkan kompetensi kepala sekolah; 2) me-
ningkatkan kompetensi guru; 3) meningkatkan kompe-
tensi tenaga kependidikan; 4) pemenuhan tenaga pen-
didik dan kependidikan. Standar ini digunakan untuk
memenuhi kriteria pendidikan prajabatan dan kelayak-
an fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabat-
an sesuai dengan jabatan yang dimiliki oleh masing-
masing SDM di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Untuk standar sarana dan prasarana, manaje-
men sekolah menjabarkan ke dalam enam program,
yaitu: 1) pengadaan sarana prasarana fisik; 2) pemeli-
haraan sarana prasarana fisik; 3) pengadaan fasilitas
pembelajaran; 4) pengadaan fasilitas keterampilan dan
musik; 5) pengadaan fasilitas olahraga; 6) pengadaan
sarana penunjang lain. Keenam program tersebut di-
perlukan untuk menunjang proses pembelajaran
termasuk penggunaan tekonologi informasi dan komu-
nikasi yang ada di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Standar pengelolaan pendidikan diuraikan men-
jadi lima program, antara lain: 1) pengadaan dokumen
sekolah; 2) pengadaan stuktur organisasi dan meka-
nisme kerja; 3) pelaksanaan supervisi, monitoring dan
evaluasi; 4) kemitraan dan peranserta masyarakat; 5)
sistem informasi manajemen sekolah. Standar pengelo-
laan yang diuraikan berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
tersebut dilakukan oleh manajemen sekolah bertujuan
67
untuk efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendi-
dikan di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Sementara standar pembiayaan dijabarkan dalam
penggalian/penggalangan sumber dana sekolah bertu-
juan untuk mengatur komponen dan besaran biaya
operasional SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga selama
satu tahun.
Sedangkan standar penilaian pendidikan diurai-
kan dalam tiga program, yang meliputi: 1) penyusunan
instumen penilaian; 2) pelaksanaan penilaian; 3) lapo-
ran hasil penilaian. Manajemen sekolah mengimple-
mentasikan ketiga program tersebut dengan tujuan
untuk mempersiapkan mekanisme, prosedur, dan ins-
trumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Penjabaran program delapan standar seperti
tersebut di atas dipersiapkan dan dilaksanakan oleh
manajemen sekolah sebagai bagian dari upaya sekolah
untuk meningkatkan status sekolah potensial menjadi
SSN yang merupakan salah satu tujuan SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga.
Perencanaan dan pelaksanaan program delapan
standar nasional pendidikan yang diuraikan tersebut
mengacu pada SNP dari pemerintah yang merupakan
persyaratan utama dalam upaya mencapai peningkatan
status sekolah, dan setelah delapan standar tersebut
terpenuhi maka sekolah memperoleh pengakuan
menjadi SSN atas dasar rekomendasi dari penilaian
implementasi MBS yang dilakukan oleh pejabat ke-
menterian pendidikan nasional Republik Indonesia.
68
4.2.2 Deskripsi Upaya-upaya untuk Meningkatkan
Status Sekolah Potensial menjadi SSN
Dari penjabaran perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan pelaporan di atas nampak bahwa delapan
standar nasional pendidikan dan aspek-aspek
pendukung implementasi MBS sudah dilakukan oleh
manajemen sekolah yang melibatkan semua unsur
SDM di sekolah, meskipun kriteria persyaratan pen-
capaian status sekolah potensial menjadi SSN yang
ditetapkan oleh kementerian pendidikan nasional
belum dapat terpenuhi secara keseluruhan karena
keterbatasan SDM dan aspek pendukung penye-
lenggaraan pendidikan di SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga.
Pada bagian ini disajikan hasil wawancara yang
dilakukan dengan kepala sekolah dan guru untuk
mengetahui upaya-upaya meningkatkan status sekolah
potensial menjadi SSN yang dilakukan pada SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga. Berikut kutipan wa-
wancara kepala sekolah dan guru:
“Upaya-upaya untuk meningkatkan status sekolahpotensial menjadi SSN yang sudah dilakukanmanajemen sekolah adalah dengan memenuhi krite-ria delapan standar nasional pendidikan danbeberapa aspek pendukung implementasi MBS”(Kepala Sekolah).
“Guru bertanggungjawab dengan pembagian tugasmasing-masing sesuai standar nasional yang menja-di kewenangannya, karena hal tersebut menjadibagian dari upaya meningkatkan status sekolahkami” (Guru).
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan
bahwa dalam upaya-upaya peningkatan status sekolah
69
potensial menjadi SSN hanya dua unsur SDM yang
berperan secara aktif yaitu kepala sekolah dan guru.
Kepala sekolah dan guru berupaya untuk me-
lengkapi semua persyaratan SSN, minimal pemenuhan
delapan standar nasional pendidikan sebagai bagian
penting dan syarat utama yang harus dipenuhi dalam
pencapaian SSN selain aspek pendukung implementasi
MBS seperti pengembangan budaya dan lingkungan
sekolah, implementasi manajemen kurikulum, imple-
mentasi manajemen tenaga pendidik dan kependidikan,
implementasi manajemen kesiswaan, implementasi ma-
najemen keuangan/pendanaan dan implementasi ma-
najemen hubungan sekolah dengan masyarakat.
Melalui wawancara, kepala sekolah dan guru
menyatakan upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk
meningkatkan status sekolah potensial menjadi SSN.
Berikut kutipan wawancara dengan kepala sekolah dan
guru:
“Tidak mudah untuk melengkapi semua persyaratanyang dibutuhkan dalam pencapaian SSN, minimaldelapan standar nasional pendidikan harus kamipenuhi serta aspek-aspek implementasi pendukungMBS yang sangat banyak, karena untuk mendapatkanstatus SSN, delapan standar tersebut harus dipenuhidengan baik dan cermat, tentunya kerjasama semuapihak sangat membantu dalam pemenuhan standartersebut” (Kepala Sekolah.)
“Kami memprioritaskan pemenuhan delapan standarnasional pendidikan sebagai syarat utama selainbeberapa aspek pendukung MBS dalam peningkatanstatus sekolah potensial menjadi SSN, untuk peme-nuhan tersebut kami membutuhkan waktu yangbanyak, tenaga yang kuat, dana yang memadai, ki-nerja yang sangat baik, dan penguasaan pengetahuanmanajemen pendidikan yang baik” (Guru)
70
Mencermati pernyataan di atas, nampak bahwa
upaya peningkatan status sekolah potensial menjadi
SSN di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, sudah
dilaksanakan meskipun belum semua standar nasio-
nal pendidikan dan aspek pendukung implementasi
dapat dipenuhi sesuai dengan kriteria persyaratan SSN.
Hal ini terlihat dari pernyataan kepala sekolah
bahwa persyaratan yang sangat banyak dan delapan
SNP harus dipenuhi, diperkuat pernyataan guru bahwa
untuk memenuhi peningkatan status sekolah dibutuh-
kan waktu, tenaga, dana yang memadai, kinerja yang
baik, dan penguasaan pengetahuan manajemen pendi-
dikan yang baik.
Di sisi lain kepala SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga mengungkapkan bahwa untuk mengupayakan
peningkatan status sekolah potensial menjadi SSN,
pihak sekolah dalam hal ini manajemen sekolah mem-
butuhkan bimbingan dan pendampingan dari pengawas
pendidikan dan dinas terkait yang menguasai MBS,
dengan alasan bahwa SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
lembaga pendidikan yang memiliki hak yang sama dan
tugas yang sama untuk mencerdaskan bangsa di kota
Salatiga. Hal tersebut terungkap dalam petikan wa-
wancara berikut.
“Dalam upaya pencapaian status sekolah potensialke status SSN kami seolah-olah berusaha sendiritanpa ada bimbingan dan pendampingan dari pe-ngawas pendidikan atau dinas terkait yang me-nguasai MBS, setidaknya kami dibimbing dan di-dampingi dalam merencanakan dan melaksanakanimplementasi MBS, karena kami juga bagian dari
71
lembaga pendidikan yang ikut mencerdaskan bang-sa, terutama di Salatiga” (Kepala Sekolah)
Untuk mengupayakan pencapaian status seko-
lah potensial menjadi SSN, dalam penelitian ini
diuraikan langkah-langkah pencapaian tersebut, antara
lain:
a) Kepala Sekolah mengusulkan peningkatan status
sekolah dalam rapat koordinasi dengan dewan guru,
dan pegawai, usulan disetujui oleh pengurus ya-
yasan dan komite sekolah.
b) Pembentukan tim untuk memenuhi dan melengkapi
persyaratan peningkatan status sekolah baik secara
administratif maupun fisik.
c) Pembagian tugas bagi guru dan staf administrasi
dalam pemenuhan persyaratan peningkatan status,
tugas untuk pemenuhan delapan SNP dan tugas
untuk pemenuhan aspek-aspek pendukung imple-
mentasi MBS.
d) Manajemen sekolah, guru, dan staf administrasi
melakukan perencanaan pemenuhan delapan SNP
dan aspek pendukung implementasi MBS.
e) Manajemen sekolah, guru, dan staf administrasi
melaksanakan kegiatan untuk pemenuhan delapan
SNP dan aspek pendukung implementasi MBS.
f) Kepala Sekolah sekolah, guru, dan staf administrasi
melakukan evaluasi terhadap kinerja pemenuhan
delapan SNP dan aspek pendukung implementasi
MBS.
g) Kepala sekolah melaporkan hasil pemenuhan
delapan SNP dan aspek pendukung implementasi
72
MBS kepada Pengurus Yayasan dan Kepala Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga
serta Dinas Pendidikan Provinsi.
h) Manajemen sekolah mengajukan persyaratan pe-
ningkatan status sekolah kepada Kepala Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga, namun ditolak
dengan alasan persyaratan yang diajukan kurang
memenuhi sesuai SSN.
i) Manajemen sekolah mengajukan persyaratan pe-
ningkatan status sekolah kepada Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, hasilnya juga
ditolak dengan alasan yang sama seperti di atas.
j) Manajemen sekolah mengajukan persyaratan
tersebut melalui e-mail kepada Kementerian Pen-
didikan Nasional, dan ditanggapi dengan baik
sehingga Kementerian Pendidikan Nasional me-
nugaskan dua pejabat kementerian Pendidikan
Nasional, dalam hal ini dari bidang Pendidikan
Dasar.
k) Kedua pejabat tersebut melakukan observasi, wa-
wancara dan studi dokumentasi terhadap sekolah
dan SDM yang ada.
l) Dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi
tersebut, SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga di-
tetapkan sebagai sekolah berstandar nasional ka-
rena telah memenuhi kristeria dan aspek pendu-
kung yang sesuai dengan SSN.
m) Surat Keputusan peningkatan status sekolah
potensila menjadi SSN dikirim melalui faksimile
oleh Kementerian Pendidikan Nasional Bidang
Pendidikan Dasar kepada Manajemen Sekolah,
73
dalam hal ini Kepala SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga.
n) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, mendapatkan
subsidi dari pemerintah berkaitan dengan penca-
paian status SSN untuk peningkatan mutu pendi-
dikan di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Langkah-langkah pencapaian status sekolah
potensial menjadi SSN tersebut di atas dapat di-
sederhanakan dalam dalam bagan berikut:
Gambar 4.2Langkah-langkah pencapaian status sekolah potensialMenjadi SSN pada SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan
Pelaporan Implementasi MBS di SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga
Pada bagian ini disajikan pembahasan mengenai
hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya.
KepalaSekolah,
Guru,Pengurusyayasan,Komite
Sekolah/Orangtua
Siswa
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Pelaporan
Pemenuhan8 StandarNasional
Pendidikan
PemenuhanAspek-aspekPendukung
ImplementasiMBS
SekolahPotensial
SekolahStandarNasional
74
Pembahasan hasil penelitian ini sebagai upaya untuk
menjelaskan hasil analisis dan jawaban terhadap
rumusan masalah yang diajukan yaitu bagaimanakah
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga dan bagaimana upaya
yang dilakukan Kepala SMP Kristen 2 Eben Haezer
untuk meningkatkan status sekolah potensial menjadi
Sekolah Standar Nasional.
Dalam kaitannya dengan perencanaan MBS, dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah
belum melibatkan semua unsur warga sekolah.
Seharusnya apabila kepala sekolah melibatkan semua
unsur warga sekolah dalam merencanakan MBS maka
akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dengan mudah dan tepat sasaran (Murni
dan Rivai, 2012). Ditambahkan oleh Rohiat (2008)
bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk
menentukan tindakan masa depan sekolah secara
tepat, sehingga ketika kepala sekolah merencanakan
implementasi MBS maka upaya untuk menentukan
tujuan yang hendak dicapai sekolah harus diimbangi
dengan dukungan dan keterlibatan unsur-unsur warga
sekolah yang ada.
Di pihak lain, pelibatan unsur-unsur warga
sekolah dalam perencanaan MBS tersebut ditegaskan
oleh Dally (2010), bahwa MBS memberikan peluang
kepada kepala sekolah dan guru menjadi lebih efektif,
karena adanya partisipasi dan rasa kepemilikan dan
keterlibatan yang tinggi dalam membuat keputusan
dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada
75
untuk mengoptimalkan hasil kerja. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, rencana yang dibuat harus detail
dan lugas tentang aspek-aspek yang hendak dicapai.
Disisi lain sekolah diberi kewenangan untuk melaku-
kan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school
based plan).
Dalam perencanaan implementasi MBS terlihat
bahwa tidak semua aspek yang direncanakan dapat
dilakukan, seperti implementasi manajemen hubungan
sekolah dengan masyarakat, pada bagian hubungan
edukatif dan hubungan kultural karena pihak sekolah
belum menjadikan kegiatan tersebut sebagai prioritas
program sekolah.
Dari uraian di atas, sekolah diharapkan dapat
melakukan analisis kebutuhan implementasi MBS, dan
berdasar hasil analisis kebutuhan tersebut selanjutnya
sekolah sebaiknya dapat membuat rencana pening-
katan implementasi MBS, sehingga apa yang hendak
dicapai dapat dipersiapkan sesuai tujuan sekolah, di
sisi lain pihak sekolah perlu mempertimbangkan kon-
sekuensi yang akan diterima apabila pihak sekolah
tidak melakukan analisis kebutuhan dalam perencana-
an implementasi MBS, antara lain seperti hasil yang
hendak dicapai sekolah kurang optimal akan mengu-
rangi penilaian sekolah dalam upaya peningkatan
status yang lebih tinggi.
Dalam aspek pelaksanaan MBS, pada standar
pendidik dan tenaga kependidikan, bagian pemenuhan
tenaga pendidik dan kependidikan; standar sarana dan
prasarana, bagian pengadaan sarana penunjang lain;
standar pengelolaan pendidikan, bagian sistem infor-
76
masi manajemen sekolah; implementasi manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakat, bagian hu-
bungan edukatif dan hubungan kultural belum da-pat
dilakukan atau terpenuhi karena pertimbangan pihak
sekolah bahwa pelaksanaan tersebut membutuh-kan
keterlibatan berbagai pihak dan pendanaan yang cukup
banyak, sehingga pihak sekolah belum dapat meme-
nuhi kegiatan yang menjadi program sekolah tersebut.
Dari hasil penelitian tentang pelaksanaan imple-
mentasi MBS membuktikan bahwa ternyata tidak
semua standar nasional pendidikan dan aspek pen-
dukung implementasi MBS dapat diimplementasikan
pada aspek pelaksanaan, karena standar dan aspek
pendukung tersebut membutuhkan perencanaan, per-
timbangan dan pembahasan dengan pihak terkait di
lingkungan sekolah secara mendalam untuk mewu-
judkannya.
Rohiat (2008), mengungkapkan bahwa untuk
melaksanakan MBS diperlukan prakondisi pelaksanaan
MBS, antara lain: 1) kapasitas kelembagaan yang
memadai untuk menerapkan MBS seperti manajemen
sekolah yang memadai, kesiapan sumberdaya manusia
dan sumberdaya selebihnya di sekolah (dana, peralat-
an, perlengkapan, bahan, dan sebagainya); 2) budaya
yang kondusif bagi penyelenggara MBS, yaitu meng-
hargai perbedaan pendapat, menjunjung tinggi hak
asasi manusia, melaksanakan musyawarah mufakat,
menumbuhkan demokrasi pendidikan, menyadarkan
masyarakat akan pentingnya pendidikan, dan meng-
gerakkan masyarakat untuk mendukung MBS; 3)
sekolah memiliki kemampuan membuat kebijakan,
77
rencana, dan program sekolah untuk menyelengga-
rakan MBS; 4) sekolah memiliki sistem untuk mem-
promosikan akuntabilitas sekolah terhadap publik
sehingga sekolah akan menjadi bagian dari masyarakat
dan bukannya sekolah berada di masyarakat; 5) du-
kungan pemerintah pusat dan daerah yang ditunjuk-
kan melalui arahan, bimbingan, pengaturan serta
monitoring dan evaluasi yang diperlukan untuk kelan-
caran penyelenggaraan MBS.
Dari pra kondisi seperti terurai di atas, maka
kepala sekolah sebaiknya melakukan hal-hal tersebut
karena sangat diperlukan untuk mendukung pelak-
sanaan MBS, hal ini perlu dilakukan dengan melibat-
kan semua unsur-unsur warga sekolah yang ada di
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Menurut Tambunan (2012), dalam pelaksanaan
MBS diperlukan pendayagunaan tokoh-tokoh potensial
dalam masyarakat untuk turut menunjang pelaksa-
naan pendidikan terkait MBS, hubungan sekolah
dengan masyarakat yang saling membutuhkan.
Terkait dengan pelaksanaan MBS, Rivai dan
Murni (2012) menambahkan bahwa dalam pelaksanaan
MBS partisipasi aktif dan dinamis dari warga sekolah
termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap
pendidikan sekolah harus dilibatkan oleh kepala
sekolah. Hal ini perlu dilakukan untuk memberi
kesempatan pihak lain melaksanakan partisipasi dalam
bidang pendidikan di tengah-tengah masyarakat de-
ngan kepedulian terhadap pendidikan. Sedangkan
Mulyasa (2007), menegaskan bahwa pelaksanaan ma-
najemen berbasis sekolah menuntut kepemimpinan
78
kepala sekolah profesional yang memiliki kemampuan
manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan
visi menjadi aksi, serta demokratis dan transparan
dalam berbagai pengambilan keputusan.
Selanjutnya pada aspek evaluasi, implementasi
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat,
bagian hubungan edukatif dan hubungan kultural
belum dapat dilaksanakan karena pihak sekolah belum
menjadikan kegiatan tersebut prioritas program seko-
lah, karena membutuhkan perencanaan, keterlibatan
masyarakat sekitar yang peduli pendidikan dan budaya
terkait kurikulum sekolah yang membutuhkan pemi-
kiran serta pembahasan secara khusus, untuk langkah
ke depan kegiatan tersebut tetapi akan menjadi pro-
gram yang menguatkan sekolah sesuai visi dan misi
sekolah.
Terkait aspek evaluasi kegiatan seperti tersebut
di atas, Rivai dan Murni (2013), mengungkapkan bah-
wa melakukan evaluasi itu penting untuk menganalisis
kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya
sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengem-
bangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-
hasil yang hendak dicapai berkaitan dengan MBS.
Ditambahkan oleh Dharma (2011), bahwa suatu
pendekatan yang sistematis terhadap manajemen
kinerja seringkali dipandang sebagai sesuatu yang di-
cadangkan bagi organisasi yang besar dapat men-
ciptakan dan menjaga terselenggaranya sistem yang
canggih dalam penentuan sasaran dan evaluasi.
Sementara Dally (2010), mempertegas pernyataan
tersebut bahwa evaluasi bertujuan untuk mengetahui
79
progres realisasi kinerja yang dihasilkan maupun
kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai
sasaran kinerja.
Mencermati uraian di atas dapat diuraikan
bahwa evaluasi dapat digunakan untuk melihat efisiesi,
efektivitas maupun perbedaan kinerja (gap). Hasil
evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
mengetahui pencapaian implementasi perencanaan
strategik, dalam hal ini implementasi yang berkaitan
dengan MBS.
MBS juga perlu memerhatikan evaluasi (feed
back), kiriteria yang efektif digunakan untuk meng-
evaluasi MBS adalah yang berfokus pada hasil
akhirnya. Hasil evaluasi dapat memberikan informasi
yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap seluruh komponen MBS, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcomenya. Berbagai
masukan dari hasil evaluasi akan digunakan untuk
pengambilan keputusan (Rohiat, 2008).
Evaluasi yang dilakukan menjadi sarana untuk
mendapatkan informasi tentang hasil MBS, sehingga
fokus evaluasi adalah pada hasil MBS. Informasi hasil
tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang
telah ditetapkan. MBS dikatakan efektif apabila hasil
yang dicapai sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya apabila hasil tidak sesuai de-
ngan sasaran yang telah ditetapkan, maka MBS
dianggap tidak efektif.
Pada aspek pelaporan, semua unsur telah dila-
porkan oleh pihak sekolah melalui kepala SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga kepada pengurus yayasan dan
80
kepala dinas pendidikan, pemuda dan olahraga Salatiga
sebagai bentuk pertanggungjawaban pekerjaan dan
program yang sudah tercapai meskipun tidak semua
aspek dapat terpenuhi, tetapi setidaknya sebagian be-
sar program telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan program yang telah ditentukan.
Dari paparan di atas, baik perencanaan, pe-
laksanaan, evaluasi dan pelaporan implementasi MBS
di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga sepenuhnya
belum terlaksana dengan baik, terlihat dari hasil
pengamatan dan penelitian di lapangan nampak masih
kurang adanya kerjasama, koordinasi, komunikasi, dan
keterlibatan guru, pegawai, pengurus yayasan, serta
komite sekolah/orangtua siswa yang belum masksimal.
Nanang (2004), berpendapat bahwa adanya per-
hatian bersama untuk mengambil keputusan, member-
dayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang se-
kolah, dan perubahan perencanaan agar SDM yang ada
dapat terlibat secara optimal dalam implementasi MBS.
Sementara Dally (2010), menambahkan bahwa sekolah
dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia
untuk memajukan sekolahnya, karena bisa lebih me-
ngetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang mungkin dihadapi. Keterlibatan warga
sekolah secara optimal dan menjadikan warga sekolah
sebagai “teamwork” yang kompak, cerdas dan dinamis
dengan tingkat partisipasi yang tinggi menjadikan im-
plementasi MBS sesuai dengan perencanaan yang
sudah ditetapkan oleh kepala sekolah.
81
4.3.2 Upaya-upaya untuk Meningkatkan Status
Sekolah Potensial menjadi SSN
Upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala seko-
lah, guru, pengurus yayasan, dan komite seko-
lah/orangtua siswa dalam meningkatkan status seko-
lah potensial menjadi SSN menunjukkan belum adanya
koordinasi dan kerjasama yang baik. Hal ini terlihat
dengan beban kerja kepala sekolah dan guru sangat
berat untuk memenuhi persyaratan delapan SSN dan
aspek pendukung implementasi MBS, sementara pe-
ngurus yayasan dan komite sekolah/orangtua siswa
hanya dilibatkan pada koordinasi persiapan serta dili-
batkan apabila terdapat permasalahan berkaitan de-
ngan pendanaan atau pemenuhan kebutuhan delapan
standar khususnya fasilitas pembelajaran.
Fenomena yang terjadi dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa manajemen SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga mengalami kesulitan dalam pemenu-
han delapan standar serta aspek-aspek pendukung
implementasi MBS, hal tersebut terungkap bahwa
kepala sekolah dan guru membutuhkan bimbingan
serta pendampingan dari pengawas pendidikan dan
dinas terkait yang menguasai MBS. Hal ini mem-
buktikan bahwa kepala sekolah belum dapat melaku-
kan pekerjaan pemenuhan delapan SNP secara pribadi,
sehingga memerlukan kerjasama dari berbagai pihak
terkait dengan manajemen pendidikan terutama MBS,
terlebih dalam upaya peningkatan status sekolah
potensial menjadi sekolah standar nasional dan di sisi
lain kepala sekolah masih mengutamakan pemenuhan
82
standar sarana dan prasarana serta fasilitas pembe-
lajaran pendukung lainnya, meskipun standar yang
lain juga menjadi bagian yang harus dipenuhi dan tidak
terpisahkan serta menjadi prioritas dari persyaratan
status sekolah potensial menjadi SSN.
Hasil observasi dari penelitian di lapangan
menunjukkan bahwa pada umumnya tingkat partisi-
pasi kepala sekolah, guru, pengurus yayasan, dan ko-
mite sekolah/orangtua siswa berbeda-beda. Partisipasi
yang tinggi dilakukan oleh kepala sekolah dan guru,
hal ini disebabkan karena kepala sekolah dan guru
terlibat secara aktif dari perencanaan hingga pelaporan
implementasi MBS, sedangkan pengurus yayasan dan
komite sekolah dapat dikategorikan memiliki partisipasi
yang rendah, hal ini disebabkan karena pengurus
yayasan dan komite sekolah/orangtua siswa tidak ter-
libat secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan
MBS.
Pengurus yayasan dan komite sekolah/orangtua
siswa dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan pelaporan implementasi MBS serta me-
laksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan status
sekolah potensial menjadi SSN bersifat mendukung dan
melengkapi beberapa persyaratan berkaitan dengan
pendanaan serta fasilitas pembelajaran.
Di pihak lain, peranserta dan partisipasi dari
pengawas pendidikan dan dinas terkait yang menguasai
MBS belum nampak adanya tugas pembimbingan serta
pendampingan baik secara rutin maupun berkala yang
ternyata menjadi satu harapan dan kebutuhan bagi
manajemen sekolah, dalam kaitan ini perlu adanya
83
koordinasi dan jalinan komunikasi yang lebih baik,
sehingga keterlibatan pengawas pendidikan dan dinas
terkait menambah nilai positif tersendiri, baik bagi
manajemen sekolah maupun dinas pendidikan itu
sendiri.
Temuan yang menarik di lapangan adalah ketika
perencanaan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
pelaporan implementasi MBS serta upaya-upaya untuk
meningkatkan status sekolah potensial menjadi SSN
telah dilakukan, Surat Keputusan (SK) mengenai
peningkatan status sekolah potensial menjadi SSN yang
diberikan dari Kementerian Departemen Pendidikan
Nasional pada tahun 2007 diberikan secara tidak
langsung kepada manajemen sekolah tetapi melalui
faksimile, bahkan sampai sekarang SK asli dari De-
partemen Pendidikan Nasional belum dikirimkan ke-
pada manajemen SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Temuan lain yang perlu diperhatikan secara
serius oleh pihak terkait adalah, manajemen SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga dalam memenuhi de-
lapan standar nasional dan pemenuhan kelengkapan
administrasi MBS melalui perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, hingga pelaporan yang telah dilakukan seba-
gai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti sebagai
persyaratan utama dalam peningkatan status sekolah
potensial menjadi SSN oleh Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga kota Salatiga serta Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, kedua lembaga tersebut justru
menolak dan mengembalikan seluruh persyaratan yang
telah dipenuhi oleh manajemen sekolah, dengan alasan
ada beberapa persyaratan tertentu yang kurang dan
84
belum terpenuhi seperti sarana prasarana yang kurang
mendukung serta kurang lengkap, volume ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, aula
yang terlalu kecil, dan fasilitas lain yang kurang me-
madai untuk SSN.
Dengan ditolaknya pengajuan status sekolah dari
dua lembaga pendidikan kota dan provinsi tersebut,
manajemen sekolah kemudian mengambil langkah-
langkah lain yaitu dengan mengirimkan secara lang-
sung persyaratan peningkatan status tersebut ke Ke-
menterian Pendidikan Nasional, dua bulan kemudian
pihak kementerian pendidikan nasional mengirimkan
dua pejabat kementerian untuk observasi dan wawan-
cara secara langsung di SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga selama dua hari.
Setelah melakukan observasi dan melihat
persyaratan yang sudah dipenuhi bahkan memer-
hatikan akreditasi sekolah yang amat baik (A) dan
capaian prestasi sekolah baik akademik dan non
akademik yang baik di tingkat kota, provinsi dan
nasional, termasuk jumlah kelulusan 100% secara
berturut-turut selama tujuh tahun dan nilai ujian
nasional/akademik yang tinggi di tingkat kota, provinsi
dan nasional yang diraih siswa kelas IX, maka selang
dua minggu kemudian diterbitkan Surat Keputusan
peningkatan status sekolah yang dikirimkan melalui
faksimile oleh kementerian Departemen Pendidikan
Nasional kepada kepala sekolah, diputuskan bahwa
status sekolah potensial SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga meningkat menjadi Sekolah Standar Nasional
(SSN) hingga sekarang.
85
Peningkatan status sekolah potensial menjadi
sekolah standar nasional yang diberikan oleh kemen-
terian Departemen Pendidikan Nasional Republik Indo-
nesia memberikan dampak positif bagi keberadaan SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, dampak tersebut ter-
lihat dalam peningkatan kinerja warga sekolah dalam
melayani pembelajaran kepada para peserta didik. Di
sisi lain dari bidang peningkatan mutu berkaitan
prestasi para siswa dan guru diharapkan lebih baik dan
perlu untuk ditingkatkan dari tahun sebelumnya.
Selanjutnya, dalam pemenuhan delapan SNP
dan aspek pendukung implementasi MBS yang perlu
diperhatikan adalah pengadaan sarana dan prasarana
penunjang pembelajaran seperti pengadaan sarana
prasarana fisik, pemeliharaan sarana prasarana fisik,
pengadaan fasilitas pembelajaran, pengadaan fasilitas
keterampilan, pengadaan fasilitas olahraga, dan peng-
adaan sarana penunjang pembelajaran lain.
Implikasi dari pemberian status sekolah yang
lebih tinggi dari pemerintah adalah SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga mendapatkan subsidi pendanaan
pendukung kegiatan pembelajaran, dan pendistribusian
pendanaan ini telah diprogramkan sekolah untuk
memenuhi sebagian besar untuk pembelajaran dalam
bentuk fisik maupun non fisik, dan dalam melak-
sanakan program tersebut dibutuhkan kerjasama se-
mua warga sekolah untuk mewujudkannya sesuai
dengan kebutuhan sekolah dengan tanggungjawab.
Dari hasil penelitian di atas nampak bahwa
masih terdapat upaya sekolah yang belum dilaksa-
nakan secara optimal, hal ini disebabkan karena 1)
86
tidak semua guru terlibat secara aktif dan sebagian
guru kurang memiliki integritas dan kepedulian
terhadap kemajuan sekolah; 2) komunikasi Kepala
Sekolah dengan pengurus yayasan terbatas pada
kegiatan tertentu seperti rapat koordinasi tahunan atau
kepala sekolah meminta pertimbangan dan persetujuan
berkaitan dengan kebijakan pengadaan fasilitas seko-
lah; 3) peran serta orangtua kurang terlaksana dengan
baik melalui komite sekolah, karena telah merasa su-
dah membayar uang sumbangan pembangunan (sum-
bangan orang tua) dan SPP bulanan yang sudah cukup
banyak, sehingga tidak perlu lagi membantu dalam
bidang lain.