Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

45
PROPOSAL PENELITIAN ELDER ABUSE and NEGLECT FACTOR in KELURAHAN BANGKA, JAKARTA SELATAN Pembimbing : Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes Drg. Susilowati Disusun Oleh : Benita Putri Permata ( 030.05.050) Andriati Nadhilah W ( 030.06.027) Nurul Haslinda ( 030.08. KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PERIODE 4 NOVEMBER 2013 – 11 JANUARI 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA i

description

dhil

Transcript of Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Page 1: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

PROPOSAL PENELITIAN

ELDER ABUSE and NEGLECT FACTOR in KELURAHAN BANGKA, JAKARTA SELATAN

Pembimbing :

Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes

Drg. Susilowati

Disusun Oleh :

Benita Putri Permata ( 030.05.050)

Andriati Nadhilah W ( 030.06.027)

Nurul Haslinda ( 030.08.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 4 NOVEMBER 2013 – 11 JANUARI 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

i

Page 2: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian dengan judul

“ELDER ABUSE and NEGLECT FACTORS in KELURAHAN BANGKA, JAKARTA

SELATAN”

telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,

sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

periode 4 November 2013 – 11 Januari 2014

Jakarta, 30 November 2013

Pembimbing, Kepala Puskesmas Pasar Minggu,

(Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes) ( drg. Susilowati )

ii

Page 3: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa, atas segala

nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

Penelitian ini disusun untuk melengkapi tugas di kepanitraan klinik Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Trisakti.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dr Dr. dr. Rina K

Kusumaratna, M.Kes selaku pembimbing kami di kepanitraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Trisakti yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan dalam penyusunan

penelitian ini.

Kami sadari betul bahwa Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah

yang kami buat ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Penelitian ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat dan khususnya bagi mahasiswa kedokteran.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, 30 November 2013

Penyusun,

Benita Putri Permata ( 030.05.050)

Andriati Nadhilah W ( 030.06.027)

Nurul Haslinda ( 030.08.

iii

Page 4: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3

1.4 Hipotesis Penelitian................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5

2.1 Tinjauan Pustaka....................................................................................5

2.2 Kerangka Teori......................................................................................11

BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep....................................................................................12

3.2 Variabel..................................................................................................13

3.3 Definisi Operasional .............................................................................14

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................16

4.1 Jenis penelitian.......................................................................................16

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................16

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................16

4.4 Cara Pengambilan Sampel.....................................................................19

4.5 Instrumen Penelitian..............................................................................20

4.6 Manajemen Data....................................................................................20

4.8 Organisasi Penelitian.............................................................................21

Page 5: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

4.11 Jadwal Kegiatan Penelitian..................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

Page 6: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keadaan masyarakat Indonesia yang beragam sangat dipengaruhi oleh

perkembangan masyarakat dari usia dini. Pemerintah telah memperhatikan

kelangsungan pekembangan usia dini ini dengan mengoptimalkan berbagai bentuk

pengembangan di usia muda, seperti peningkatan mutu pendidikan, pengembangan

pola-pola intelektual, pola pendidikan moral dan banyak aspek lainnya. Hal ini

tentu saja menggembirakan, meskipun tidak bisa menjadi jaminan bahwa upaya

tersebut dapat meningkatkan kualitas generasi selanjutnya. Begitu besar perhatian

pemerintah kepada generasi muda, dengan harapan akan membuat bangsa ini

menjadi baik. Pemerintah begitu intens memfokuskan pengembangan dan

perbaikan pada anak-anak dan remaja, sesungguhnya melupakan keberadaan para

lansia.

Lansia sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya

lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran

moral yang bagus untuk generasi dibawahnya. Namun sebelum kita merasakan

keberadaan lansia yang sebenarnya dapat membantu pembelajaran moral ini, kita

senantiasa menganggap bahwa lansia adalah simbol yang merepotkan dan kurang

kontribusi. Hal ini dikarenakan kita sendiri kurang mengapresiasi para lansia

tersebut, sehingga tidak jarang para lansia itu terlantar meskipun mempunyai

keluarga. Banyak keluarga yang karena kesibukannya terkesan melalaikan orang

tua dan memasukkannya ke panti jompo (Hardin and Hudson, 2005).

Lansia merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Melewati

masa ini, lansia memiliki kesempatan untuk berkembang mencapai pribadi yang

lebih baik dan semakin matang. Lansia masih dapat mengembangkan diri dan

Page 7: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

berkreasi sesuai dengan minat mereka. Lansia dapat melakukan sesuatu yang

berarti untuk diri mereka sendiri dan orang lain.

Penduduk Indonesia sedang bergerak kearah struktur penduduk menua

(ageing population). Pada tahun 2000, Indonesia menduduki peringkat ke-sebelas

di dunia dalam perihal populasi lansia yaitu sebesar 7,18% dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 22% pada tahun 2050.1 Periode tahun 1980 jumlah lansia di

Indonesia mencapai 7.998.543 atau sebesar 5,45% dari jumlah penduduk, periode

1990 mencapai11.277.557 atau sebesar 6,29% dari jumlah penduduk, periode

2000 mncapai 14.439.967 atau sebesar 7,18%. Tahun 2005, jumlah penduduk

lansia di Indonesia adalah 15.814.511 orang atau 7.97 % dari jumlah penduduk

Indonesia. Periode tahun 2006 mencapai +19 juta atau sebesar 8,90% dari jumlah

penduduk, pada periode 2010 jumlah penduduk lansia mencapai +23,9 juta atau

sebesar 9,77% dari jumlah penduduk, sedangkan prakiraan periode tahun 2020

jumlah penduduk lansia mencapai +28,8 juta atau sebesar 11,34%.2 Dari sejumlah

lansia yang terdapat di Indonesia pada tahun 2005, sejumlah 112.607 orang atau

sebesar 3,16% masih aktif bekerja baik seluruh waktu maupun paruh waktu.3

Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan tingkat fertilitas

meningkatkan jumlah lansia di Indonesia yang akan berdampak pada peningkatan

rasio dependensi. Usia harapan hidup penduduk Indonesia juga mengalami

peningkatan dari periode ke periode. Periode tahun 1980 usia harapan hidup

mencapai 52,2 tahun, tahun 1990 mencapai 59,8 tahun, tahun 2000 mencapai 64,5

tahun, tahun 2006 mencapai 66,2 tahun, prakiraan tahun 2010 mencapai 67,4

tahun, dan prakiraan tahun 2020 mencapai 71,1 tahun.4

Berdasarkan Data Statistik Indonesia didapatkan jumlah populasi lansia di

DKI Jakarta pada tahun 2005 sejumlah 404.010 orang.3 Di perkotaan sendiri

presentase lansia yang bekerja pada tahun 2011 adalah 38,99%. Sebanyak 70%

dari lansia di Jakarta masih merupakan kepala rumah tangga dan tulang punggung

untuk menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya. Sedangkan di Kelurahan

Page 8: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan sendiri terdata sebanyak 264

lansia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah seorang Lansia merasa nyaman tinggal di rumah itu?

2. Apakah kegiatan yang dilakukan oleh lansia sehari-hari?

3. Siapa yang mengurus Lansia selama ini?

4. Pernahkah seorang Lansia bersilang pendapat dengan anak atau keluarga

dalam satu rumah? Jika iya, seberapa seringkah? Jika Lansia tidak

sependapat apa yang Lansia lakukan? Apa yang biasanya dilakukan oleh

keluarga (yang dirasa tidak nyaman menurut Lansia)?

5. Apakah lansia dapat melakukan kegiatan di luar rumah? Bagaimana

kehidupan sosial lansia selain keluarga?

6. Apakah yang dilakukan keluarga untuk menjaga lansia sehari-hari?

7. Apakah keluarga peduli tentang kesehatan lansia? Apa yang dilakukan

keluarga untuk menjaga kesehatan lansia?

8. Apakah keluarga pernah merasa kesulitan untuk merawat lansia? Apakah

pernah merasa kesal atau marah kepada lansia karena kesulitan merawat

lansia?

9. Apakah keluarga pernah berselisih paham tentang keuangan keluarga

dengan lansia?

10. Siapa yang memenuhi kebutuhan lansia sehari-hari?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui jumlah lansia yang terabaikan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menilai peran care giver atau keluarga.

2. Menilai peran kesehatan fisik terhadap penelantaran lansia.

Page 9: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

3. Menilai peran lingkungan sekitar dan sosial terhadap penelantaran lansia.

4. Menilai peran jenjang pendidikan terhadap tingkat produktivitas lansia.

1.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut :

1. Adakah peran keluarga sebagai faktor pada penelantaran lansia.

2. Ada peran jenis kelamin terhadap tingkat produktivitas lansia.

3. Ada peran masuknya lansia dalam binaan terhadap produktivitas lansia.

4. Ada peran kesehatan fisik terhadap terhadap tingkat produktivitas lansia.

5. Ada peran jenjang pendidikan terhadap tingkat produktivitas lansia.

6. Ada peran sosial terhadap tingkat produktivitas lansia.

1.5 . MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Instalasi / profesi Kesehatan

Institusi yang terkait dapat melakukan upaya yang berkenaan dengan

peningkatan produktivitas pada lansia.

2. Bagi Pengembangan Penelitian

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat

berperan dalam meningkatkan produktivitas pada lansia.

3. Bagi Masyarakat

i. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya dokter

puskesmas untuk melakukan usaha peningkatan produktivitas dan

status kesehatan lansia.

ii. Sebagai sumber informasi bagi para keluarga yang mempunyai

anggota keluarga lansia agar dapat menghindari terjadinya

pengabaian dan meningkatkan produktivitas lansia.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Page 10: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Ruang lingkup tempat pada penelitian ini adalah Kelurahan Bangka,

Jakarta Selatan

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian adalah pada bulan November 2013

sampai Januari 2014.

Page 11: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi lanjut usia

Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dari rentang kehidupan

manusia. Melewati masa ini, lansia memiliki kesempatan untuk berkembang

mencapai pribadi yang lebih baik mengembangkan diri dan berkreasi sesuai

dengan minat mereka. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, pada Bab I menjelaskan bahwa lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.5 Secara lebih rinci

menurut Setyonegoro pengelompokan lansia sebagai berikut: lansia (geriatric age)

lebih dari 65 tahun atau 70 tahun, young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), very

old (lebih dari 80).5,6

2.1.2 Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terdiri dari : (1) Kebutuhan

fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang

beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai

upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu. (2) Keselamatan

dan Rasa Aman (Safety and Security Needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan

dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan

hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan Rasa Cinta,

Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs) manusia pada umumnya

Page 12: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga mereka dan diterima

oleh teman sebaya dan masyarakat. Kebutuhan ini secara umum meningkat setelah

kebutuhan fisiologis dan keselamatan terpenuhi hanya pada saat individu merasa

selamat dan aman, mereka mempunyai waktu dan energi untuk mencari cinta dan

rasa memiliki serta untuk membagi cinta tersebut dengan orang lain.Kebutuhan ini

meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan

yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat

atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya. (4) Kebutuhan

Harga Diri (Self Esteem Need) menggambarkan sejauhmana individu tersebut

menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga,

dan kompeten. Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,

kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. (5) Kebutuhan

aktualisasi diri (Self Actualization Needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan

kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-

masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.6,7

Kebutuhan menurut Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling

penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat

merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan

yang berada pada tingkat di bawahnya.

Manusia memiliki kebutuhan dasar bersifat heterogen. Namun pada

hakikatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan

tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat keberlangsungan hidup seorang

manusia. Menurut maslow pemenuhan berabagai kebutuhan tersebut didorong

oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurang (deficiency motivation) dan

motivasi pertumbuhan atau perkembangan ( growth motivation) dan dalam

memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang

ada.9,10 Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras

dan bergerak untuk berusaha mendapatnya (Hidayat, 2009).9

Page 13: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Menurut Hidayat (2009) Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh

berbagai faktor berikut9:

a. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan

pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa

fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.

b. Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan

pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan

hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.

c. Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan

kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan

(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif

terhadap diri. Orang yang merasakan positif tentang dirinya akan mudah berubah,

mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat,

sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.

d. Tahap perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia

mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memilki

kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun

spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses

kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

2.1.3 Pengertian dan Tipe Pengabaian

Pengabaian adalah berhubungan dengan kegagalan pemberi perawatan

dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan untuk kebutuhan fisik dan mental

pada individu lansia (Stanhope & Lancaster, 2004). Pengabdian adalah kegagalan

pemberi pelayanan dalam menyediakan dengan baik atauy kegagalan dalam

memberikan pelayanan yang menimbulkan kondisi bahaya fisik, mental, atau

Page 14: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

menimbulkan sakit mental, seperti meninggalkan lansia, menolak memberi makan

atau menyiapkan makan ataupun pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan

(Maurier & Smith, 2005). Selanjutnya Maurier dan Smith menyatakan kegagalan

dalam pemberian pelayanan yang adekuat dan kenyamanan pada lansia merupakan

perlakuan pengabaian pada lansia.

Pengabaian adalan penolakan atau kegagalan seseorang dalam

melaksanakan kewajiban pada lansia. Pengabaian merupakan kegagalan seseorang

dalam melaksanakan tanggung jawab finansial untuk memberikan kegagalan

dalam menyediakan kebutuhan seperti kebutuhan makanan, air, pakaian,

perlindungan, kebersihan diri, pengobatan, kenyamanan, keamanan individu dan

kebutuhan esensial lainnya dalam pelaksanaan tanggung jawab pada lansia

(Springhouse, 2002).

Pengabaian termasuk kondisi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak

sengaja, ketika lansia memerlukan makanan, pengobatan atau pelayanan pada

lansia tidak dilakukan. Meninggalkan lansia sendirian merupakan bentuk

pengabaian. Tidak menyiapkan pelayanan pada lansia sebagai tindakan hukuman

untuk lansia yang dilakukan oleh seseorang juga merupakan bentuk pengabaian

pada lansia (Mauk, 2010). The National Research Councilin USA tahun 2003

mendefinisikan bahwa pengabaian adalah pencabutan bantuan pada individu lansia

yang dilakukan berulangkali pada kebutuhan aktifitas sehari-hari yang penting

(Stevenson, 2008).

Menurut Burke dan Laramine (2000) pengabaian dibagi atas pengabaian

aktif dan pengabaian pasif. Pengabaian aktif adalah penolakan atau kegagalan

pemberi pelayanan melakukan kewajibannya yang dilakukan dengan sadar dan

sengaja sehingga menyebabkan pemderitaan fisik dan distres emosional pada

lansia. Pengabaian pasif adalah penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan

melakukan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan lansia tanpa adanay unsur

kesengajaan tetapi menimbulkan distres fisik dan emosional pada lansia.

Page 15: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Istilah untuk pengabaian diri atau self neglect termasuk dalam pengabaian.

Istilah pengabaian diri atau self neglect digunakan pada pengabaian lansia yang

menerima jasa pelayanan dari tenaga profesional atau provider. Istilah pengabaian

diri atau self neglect lebih banyak digunakan pada kegagalan pemberian layanan

pada lansia oleh tenaga profesional (Stevenson, 2008).

Sesuai dengan pendapat yang diuraikan tersebut, disimpulkan bahwa

pengabaian merupakan tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja yang

menimbulkan kegagalan dalam memberikan pelayanan pada lansia sehingga

kebutuhan lansia tidak terpenuhi termasuk kebutuhan kesehatan.

2.1.4 Karakteristik Pengabaian

Adanya kondisi kesulitan dalam memperkitakan angka kejadian atau

preventasi kejadian pengabaian pada lansia. Hal ini disebabkan karena kurangnya

kegiatan untuk penemuan kasus pengabaian tersebut (Mauk, 2010). Revieu

penelitian tentang perlakuan salan pada lansia menyatakan bahwa hanya sedikit

penelitian tentang faktor resiko yang berhubungan dengan bentuk perlakuan

pengabaian pada lansia yang dilakukan (National Research Council, 2002 dalam

Maurier & Smith, 2005). Kejadian pengabaian lansia dalam keluarga merupakan

satu dari empat masalah kesehatan masyarakat yang utama (Gelles, 2000; Wallace,

1996 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003).

Menurut Mauk (2010) tanda-tanda adanya bentuk perlakuan pengabaian

pada lansia antara lain:

a. Terlambat dalam melakukan pengobatan

b. Dehidrasi, malnutrisi, ulkus dekubitus, atau kondisi kebersihan kurang.

c. Perubahan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Kehilangan alat bantu seperti gigi palsu, kacamata, alat bantu dengar, serta alat

bantu lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Acierno (2009) tentang kejadian

pengabaian, beberapa hal yang merupakan kebutuhan spesifik untuk

Page 16: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

mengidentifikasi kejadian pengabaian pada lansia yaitu transportasi, kebutuhan

makanan dan obat, kegiatan menyiapkan makanan/memasak, aktifitas makan,

aktifitas mengambil obat, berpakaian, mandi, dan membayar daftar tagihan.

Data-data yang dikaji pada penelitian yang dilakukan Acierno tersebut,

berdasarkan pada instrumen pengkajian Instrumental Activities of Daily Living

Scale menurut Lorezt (2005). Data-data yang dikaji pada pedoman pengkajian

tersebut antara lain kemampuan menggunakan telepon, berbelanja, menyiapkan

makanan, melakukan tugas rumah, mencuci pakaian (Laundry), menggunakan alat

transportasi, usaha untuk memperoleh pengobatan, kemampuan untuk menyiapkan

kebutuhan keuangan/kebutuhan finansial.

Menurut Stevenson (2008) kriteria untuk kejadian pengabaian berfokus

pada kelalaian dalam memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar

pada lansia. Selanjutnya Stevenson menyatakan efek dari pengabaian dapat dilihat

pada adanya kondisi malnutrsisi yang merupakan kondisi physical neglect.

Pengabaian merupakan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi tubuh lansia seperti

adanya kondisi meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan keberdihan diri

pada lansia.

Menurut Springhouse (2002) beberapa pertanyaan yang dapat diajukan

pada lansia untuk mengidentifikasi adanya kondisi pengabaian. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut antara lain :

a. “Apakah anda sering ditinggal sendiri?”

b. “Apakah seseorang tidak memberikan bantuan atau tidak memberikan

pelayanan saat anda membutuhkan bantuan?”

c. :Apakah seseorang tidak menyiapkan kebutuhan finansial anda?”

*Bila lansia menjawab ya berarti lansia beresiko untuk mengalami kondisi

pengabaian dimasa yang akan datang.

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi Pengabaian

Page 17: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Diperkirakan secara umum angka kejadian pengabaian akan meningkat

sampai 30 tahun ke depan (Burke & Lamarine, 2000). Diperkirakan angka

kejadian pengabaian menignkat setiap tahun sampai 2020 (Meiner & Lueckonette,

2006). Penelitian tentang bentuk kejadian pengabaian pada lansia dengan

menyatakan bahwa terjadi peningkatan kejadian kekerasan dan pengabaian pada

lansia dari 2,6% menjadi 4%. Pengukuran dilakukan dari Maret 2006 sampai

September 2006 dan kejadian yang dominan adalah perlakuan pengabaian pada

lansia yaitu peningkatan sebesar 1,1% (Manthorpe & Biggs, 2007).

Data dari Administration on Aging (AOA) Amerika pada tahun 1998

diidentifikasi kasus kejadian pengabaian pada lansia menempati posisi dengan

kejadian dominan yaitu sebesar 49%, dan untuk kejadian lainnya adalah kekerasan

emosional 35% eksploitasi finansial 30% kekerasan fisik 26% ditinggalkan 3%

(Meiner & Lueckonette, 2006), dan data tahun 2003 sejumlah kejadian pengabaian

dalam periode satun tahun (Maurier & Smith, 2005). Penelitian oleh Acierno

(2009) tentang prevalensi kejadian kekerasan emosional, fisik, seksual, finansial

dan pengabaian pada lansia, yang dilakukan selama 1tahun dengan hasil 4,6%

mengalami kekerasan emosional, 1,65 mengalami kekerasan fisik, 0,6%

mengalami kekerasan seksual, 5,1% mengalami pengabaian dan 5,2% mengalami

kekerasan finansial.

Kejadian pengabaian pada lansia ditemukan pada seluruh tingkat sosial

ekonomi dan pada seluruh tingkat pendidikan (Maurier & Smith, 2005).

Pengabaian pada lansia di Amerika terjadi pada seluruh strata sosial maupun ras

(Burke & Laramine, 2000). Peningkatan kasus pengabaian dipengaruhi oleh faktor

yaitu individu hidup dalam jangka waktu yang lama sehingga membutuhkan

pelayanan dalam jangka waktu yang lama, terjadinya peningkatan ketergantungan

lansia pada keluarga sebagai pemberi pelayanan (Murray & DeVos, 1997 dalam

Burke & Laramine, 2000). Selanjutnya Burke dan Laramine menyatakan

pengabaian pada lansia dapat didefinisikan sumber penyebab kejadiannya.

2.1.5 Faktor Lingkungan

Page 18: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang

produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3

(tiga) yaitu golongan mantap, kurang mantap dan rawan.7 Golongan mantap adalah

para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan/jabatan

baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia lanjut dapat mandiri dan tidak

tergantung pada pihak lain.6-8 Pada golongan kurang mantap lanjut usia kurang

berhasil mencapai kedudukan yang tinggi , tetapi sempat mengadakan investasi

pada anak-anaknya, misalnya mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan

tinggi, sehingga kelak akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan

rawan yaitu lanjut usia yang tidak mampu memberikan bekal yang cukup kepada

anaknya sehingga ketika purna tugas datang akan mendatangkan kecemasan

karena terancam kesejahteraan. Pemenuhan kebutuhan ekonomi dapat ditinjau dari

pendapatan lanjut usia dan kesempatan kerja.6,11

Pendapatan orang lanjut usia berasal dari berbagai sumber. Bagi mereka

yang dulunya bekerja, mendapat penghasilan dari dana pensiun. Bagi lanjut usia

yang sampai saat ini bekerja mendapat penghasilan dari gaji atau upah.6.8 Selain itu

sumber keuangan yang lain adalah keuntungan, bisnis, sewa, investasi, sokongan

dari pemerintah atau swasta, atau dari anak, kawan dan keluarga. Upah/gaji

sebagai imbalan dari hasil kerja para lanjut usia tidaklah tinggi.

Tingkat pendidikan lanjut usia pada umumnya sangat rendah. Hal ini

berpengaruh terhadap produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diperoleh juga

semakin kecil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif

yang mempengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis,

kelemahan fisik .

2.1.6 Faktor sosial

Faktor hubungan sosial meliputi hubungan sosial antara orang lanjut usia

dengan keluarga, teman sebaya/ usia lebih muda, dan masyarakat.8,12 Dalam

Page 19: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

hubungan ini dikaji berbagai bentuk kegiatan yang diikuti lanjut usia dalam

kehidupan sehari-hari. Bagi lanjut usia, keluarga merupakan sumber kepuasaan.

Dukungan keluarga dan masyarakat ikt mempengaruhi produktivitas lansia.6 Data

awal yang diambil oleh peneliti terhadap lanjut usia berusia 50, 60 dan 70 tahun di

kelurahan Jambangan menyatakan bahwa mereka ingin tinggal di tengah-tengah

keluarga.12,13 Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para lanjut usia merasa

bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai

kakek dan nenek.13 Sistem pendukung lanjut usia ada tiga komponen menurut

Joseph. J Gallo (1998), yaitu jaringan-jaringan informal, system pendukung

formal dan dukungan-dukungan semiformal.13 Jaringan pendukung informal

meliputi keluarga dan kawan-kawan. Sistem pendukung formal meliputi tim

keamanan sosial setempat, program-program medikasi dan kesejahteraan sosial.

Dukungan-dukungan semiformal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi yang

disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar seperti perkumpulan pengajian,

gereja, atau perkumpulan warga lansia setempat.

Page 20: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

3.2 VARIABEL

3.2.1 VARIABEL DEPENDEN :

Pengabaian lansia.

3.2.2 VARIABEL INDEPENDEN :

- Fisik :

o Usia

Page 21: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

o Jenis Kelamin

o Gangguan kesehatan jasmani

- Sosial :

o Peran Masyarakat

o Peran Keluarga

Page 22: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan

rancangan cross sectional (potong silang). Dalam penelitian cross sectional

peneliti mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan

melakukan pengukuran pada saat tertentu. Dalam penelitian ini variabel

dependennya adalah produktivitas lansia dan variabel independennya adalah faktor

fisik, sosial, dan lingkungan.

4.2 LOKASI dan WAKTU PENELITIAN

4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Bangka, Jakarta Selatan.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2013 – Januari 2014.

4.3 POPULASI dan SAMPEL PENELITIAN

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target adalah lansia yang terabaikan oleh keluarga atau caregiver

di Jakarta Selatan. Populasi terjangkau adalah seluruh lansia yang masuk tercatat

di kelurahan Bangka pada tahun 2013.

Page 23: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

4.3.2 Kriteria inklusi dan eksklusi

1. Kriteria inklusi

a) Usia diatas 70 tahun

b) Lansia non – binaan yang bertempat tinggal disekitar tempat

tinggal lansia binaan.

c) Lansia yang mampu berkomunikasi aktif.

d) Lansia yang bersedia berpartisipasi dengan penelitian.

2. Kriteria eksklusi

a) Lansia dengan gangguan mental.

b) Lansia yang aktif dalam kelompok binaan kelurahan

c) Lansia yang tidak bersedia berpartisipasi engan penelitian.

4.3.3 Sampel Penelitian

Besar Sampling

Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.

Rumus populasi infinit :

No =

Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96

P = Prevalensi kelompok lansia yang terabaikan 6,42%*

Page 24: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Q = Prevalensi atau proporsi yang tidak mengalami peristiwa yanng diteliti :

1-0,4541 = 0,5459

d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p >10% adalah 0,05

No = = 380,9 dibulatkan menjadi 381.

*Persentase didapatkan berdasarkan Data Pusat Statistik Usia Lanjut di Indonesia,

tahun 2013 dalam buletin jendela data dan infomasi kesehatan.14 (2,6 jt dari 18jt

lansia di Indonesia adalah terlantar)

Rumus populasi finit

n =

n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit

n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit

N = Besar sampel populasi finit

Karena jumlah lansia yang terdapat di kelurahan Kebagusan berjumlah 264 orang

maka :

n = = 155,6

antisipasi drop out = 10% x n

Page 25: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

antisipasi drop out = 10% x 155,6 = 15,5

Total sampel = n + antisipasi drop out

Total sampel = 155,6 + 15,5

= 171,1 171 orang

Page 26: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

4.4 CARA PENGAMBILAN SAMPLE

Cara pengambilan sampel diambil dari populasi terjangkau yang ditentukan,

kemudian dipilih sampel yang dikehendaki dengan cara Probability sampling jenis

Cluster sampling. Sampel dikelompokkan menjadi lansia yang masuk dalam

binaan dan yang tidak masuk dalam binaan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, dan

jumlah sampel diambil 1 : 1.

Sampel penelitian

( 200 orang)

Sampel penelitian

( 200 orang)

Kecamatan Pasar Minggu

Kel. Kebagusan Kel. RagunanKel. Jatipadang Kel.Pejaten BrtKel.PejatenTmr

Purposive sampling

Binaan lansia 1 Binaan Lansia 2 Binaan Lansia 3

Binaan Lansia 6 Binaan Lansia 7 Binaan Lansia 8

Binaan Lansia 5Binaan Lansia 4

Cluster sampling

Kel. PasarMinggu

Page 27: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

4.5 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian diambil dengan menggunakan kuesioner.

NO INSTRUMEN FUNGSI

1 Kuesioner :

Healthy Ageing Quiz :

National Seniors Australia

Productive Ageing Centre.

2010

Untuk menilai produktivitas lansia

dan apa saja yang

mempengaruhinya.

4.6 MANAJEMEN DATA

4.6.1 Data entry

Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Editing

Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner dan

wawancara.

2. Koding

Memberi kode pada masing-masing jawaban untuk dilakukan pengolahan

data.

3. Data entry

Pemindahan data ke dalam komputer agar diperoleh data masukan yang

siap diolah. Data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner diolah dan

dianalisis dengan menggunakan program SPSS statistics 20.

Page 28: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

4.6.2 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa

distribusi dan persentase pada variabel-variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan

chi square (Kai-kuadrat) untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung. Chi square (Kai-kuadrat)

dilakukan karena variabel bebas dan variabel tergantung bersifat nominal.

Selain itu digunakan juga uji T-independent karena terdapat variabel bebas

yang bersifat numerik.

4.6.3 Penyajian Data

Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk :

a. Tekstular

Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat

b. Tabular

Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel

c. Grafik

Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan diagaram batang.

4.7 ORGANISASI PENELITIAN

Pembimbing

1. Dr. dr. Rina K Kusumaratna, M.Kes

2. Drg. Susilowati

Page 29: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

Pelaksana dan Penyusun Penelitian :

1. Benita Putri Permata

2. Andriati Nadhilah W

3. Nurul Haslinda

Perkiraan Biaya Penelitian :

1. Kertas A4 + tinta Rp 250.000,-

2. Transportasi Rp 200.000,-

3. Fotocopy Rp 300.000,-

4. Biaya tak terduga Rp 250.000,-

Jumlah Rp 1.000.000,-

Page 30: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

4.8 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Tahap Kegiatan Waktu (dalam minggu)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Perencanaan

1 Pemilihan topik dan judul

2 Penulusuran kepustakaan

3 Pembuatan proposal

4 Konsultasi dengan pembimbing

5 Presentasi proposal

B Pelaksanaan

1 Pemilihan pasien

2 Pengumpulan data dan survey

3 Pengolahan data

4 Konsultasi deengan pembimbing

C Pelaporan Hasil

1 Penulisan laporan sementara

2 Revisi

3 Presentasi hasil penelitian

Page 31: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

DAFTAR PUSTAKA

1. Verma SK. Working and non-working rural and urban elderly subjective

well being and quality of life. Indian Journal of Gerontology 2008; 22(1):

p.107-18.

2. BAPPENAS. Indonesia population projection 2000 - 2025. Jakarta:

BAPPENAS; 2005.

3. Data Statistik Indonesia. Jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis

kelamin, provinsi, dan kabupaten/ kota [online]. Data Statistik Indonesia:

2005. Accessed on 15 September 2013. Available at:

http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

option=com_tabel&task=&Itemid=165.

4. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010. Jakarta : BPS;

2010.

5. Donatti C, Moorfiit L, Deans D. Discussion Paper: defining productive

aging - engaging consumers. National Seniors Productive Ageing Centre:

2005.

6. Verma SK. Working and Non-working Rural and Urban Elderly Subjective

Well being and Quality of Life. Indian Journal of Gerontology 2008; 22(1):

p.107-18.

7. Jumita R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di

wilayah kerja puskesmas lampasi kecamatan payakumbuh utara. Padang:

Universitas Andalas Padang; 2011.

8. Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Active Ageing (Penuaan Aktif)

Bagi Pengelola dan Masyarakat [online]. Komnas Lansia: 2005. Available

at:

http://www.komnaslansia.or.id/downloads/pedoman_active_ageing_pdf.

Accessed on 15 September 2013.

Page 32: Kerangka Proposal Dhil Eben Nuyu

9. Suhartini R. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Orang

Lanjut Usia (Studi Kasus di Kelurahan Jombangan) Tahun 2004 [thesis].

Universitas Sumatra Utara: 2004.

10. Darmojo RB, Mariono, HH. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi

ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.

11. Sari IM. Hubungan Antara Karakteristik Personal dengan Kemandirian

dalam Activity of Daily Living (ADL) pada Lansia di Panti Wredha

Dharma Bhakti Pajang Surakarta Tahun 2009 [thesis]. Surakarta: Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah; 2009.

12. Darmojo RB, Mariono, HH. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi

ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.

13. Sari IM. Hubungan Antara Karakteristik Personal dengan Kemandirian

dalam Activity of Daily Living (ADL) pada Lansia di Panti Wredha

Dharma Bhakti Pajang Surakarta Tahun 2009 [thesis]. Surakarta: Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah; 2009.