BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan...

46
71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Umum SDN Plumutan Penelitian ini dilaksanakan di SDN Plumutan Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian kelas 5A pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa kelas 5A SDN Plumutan sebanyak 23 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Letak SDN Plumutan berada di wilayah Dusun Kalisari, Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Plumutan sudah cukup memadai. SDN Plumutan terdiri dari 12 ruang, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang UKS, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang dapur, 1 ruang gudang, 2 toilet guru dan 2 toilet siswa. Setiap ruang memiliki ventilasi yang cukup memadai dan penerangan yang cukup. Suasana SDN Plumutan nyaman dan asri karena letaknya yang berada di pedesaan sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif. Alat peraga yang dimiliki SDN Plumutan sudah cukup lengkap, hanya saja penggunaan alat peraga tersebut jauh dari maksimal. Buku pelajaran yang dimiliki sekolah lebih sedikit dari jumlah siswa, sehingga kurang memadai. SDN Plumutan adalah sekolah paralel yang terdiri dari kelas 1 sampai 6 dengan jumlah seluruh siswa adalah 299 siswa. Staf pengajar terdiri dari 12 guru kelas, 2 guru agama Islam, 1 guru olahraga, 1 guru Bahasa Inggris, 1 Kepala Sekolah, dan 1 penjaga sekolah. Kegiatan pembelajaran berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.10 , kecuali pada hari Jumat dan Sabtu berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00. Seluruh siswa berasal dari penduduk desa Plumutan. Sebagian besar orang tua siswa bermata pencaharian sebagai petani. Kesadaran belajar siswa SDN Plumutan umumnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan hail belajar siswa yang rendah karena siswa kurang minat terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru, khususnya pada kelas 5A.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan...

  • 71

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pelaksanaan Tindakan

    4.1.1 Gambaran Umum SDN Plumutan

    Penelitian ini dilaksanakan di SDN Plumutan Kecamatan Bancak,

    Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian kelas 5A pada semester II tahun

    pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa kelas 5A SDN Plumutan sebanyak 23 siswa,

    terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Letak SDN Plumutan

    berada di wilayah Dusun Kalisari, Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten

    Semarang, Jawa Tengah.

    Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Plumutan sudah cukup

    memadai. SDN Plumutan terdiri dari 12 ruang, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang

    UKS, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang dapur, 1 ruang gudang, 2 toilet guru dan 2

    toilet siswa. Setiap ruang memiliki ventilasi yang cukup memadai dan penerangan

    yang cukup. Suasana SDN Plumutan nyaman dan asri karena letaknya yang

    berada di pedesaan sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

    Alat peraga yang dimiliki SDN Plumutan sudah cukup lengkap, hanya

    saja penggunaan alat peraga tersebut jauh dari maksimal. Buku pelajaran yang

    dimiliki sekolah lebih sedikit dari jumlah siswa, sehingga kurang memadai. SDN

    Plumutan adalah sekolah paralel yang terdiri dari kelas 1 sampai 6 dengan jumlah

    seluruh siswa adalah 299 siswa. Staf pengajar terdiri dari 12 guru kelas, 2 guru

    agama Islam, 1 guru olahraga, 1 guru Bahasa Inggris, 1 Kepala Sekolah, dan 1

    penjaga sekolah. Kegiatan pembelajaran berlangsung mulai pukul 07.00 sampai

    dengan pukul 12.10 , kecuali pada hari Jumat dan Sabtu berlangsung mulai pukul

    07.00 sampai dengan pukul 11.00. Seluruh siswa berasal dari penduduk desa

    Plumutan. Sebagian besar orang tua siswa bermata pencaharian sebagai petani.

    Kesadaran belajar siswa SDN Plumutan umumnya masih rendah. Hal ini dapat

    dilihat dari ketuntasan hail belajar siswa yang rendah karena siswa kurang minat

    terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru, khususnya pada kelas 5A.

  • 72

    4.1.2 Deskripsi Kondisi Awal

    Sebelum melaksanakan penelitian siklus I dan II, penulis terlebih dahulu

    menganalisis data berdasarkan kondisi awal yang diperoleh dari hasil observasi

    pada saat guru mengajar di kelas 5A SDN Plumutan. Guru masih menerapkan

    metode pembelajaran yang konvensional sehingga pembelajaran bersifat monoton

    dimana guru hanya berceramah saja, sedangkan siswa kurang aktif. Siswa hanya

    duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru, bahkan ada beberapa siswa yang

    menciptakan kegaduhan. Selain itu, guru juga tidak memanfaatkan alat peraga

    yang sudah ada dengan baik dan media pembelajaran yang digunakan kurang

    inovatif. Dari hasil observasi pada kondisi awal, ternyata minat dan hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran IPA masih sangat rendah karena masih banyak siswa

    yang belum memahami materi dengan baik. Penulis memberikan angket minat

    belajar kepada siswa sebelum dilaksanakan siklus I dan siklus II dan simpulkan

    hasilnya masih banyak siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran IPA.

    Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA ternyata berpengaruh terhadap

    ketuntasan hasil belajar siswa tersebut.

    Berdasarkan deskripsi kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model

    pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran

    sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif agar minat dan hasil belajar siswa

    meningkat. Penulis bekerjasama dengan guru kelas 5A untuk merancang

    penelitian tindakan kelas sesuai dengan rencana yang telah diuraikan pada bab

    sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang

    akan diterapkan dalam dalam dua siklus.

    4.1.3 Deskripsi Siklus I

    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

    Tournament) pada siklus I ini terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai

    berikut:

    4.1.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus I

    Setelah diperoleh data dari hasil belajar IPA pada kondisi awal, data

    tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengambil tindakan yang tepat agar

  • 73

    dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5A SDN

    Plumutan. Maka sebelum melakukan pelaksanaan tindakan siklus I penulis dan

    guru kelas 5A melakukan diskusi tentang metode dan alat peraga yang akan

    digunakan untuk penelitian, kemudian menentukan waktu pelaksanaan siklus I.

    Perencanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

    A. Pertemuan Pertama

    Sebelum dilaksanakan siklus I pada pertemuan pertama, terlebih dahulu

    penulis berdiksusi dengan guru kelas 5A tentang metode pembelajaran yang akan

    diterapkan dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta

    menyiapkan alat peraga yang akan dipergunakan saat mengajar. Selain itu, penlisi

    juga menyiapkan perlengkapan lain seperti: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP), lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, buku pelajaran,

    perlengkapan yang digunakan saat pertandingan. Peneliti merancang RPP materi

    pokok cahaya dan sifatnya, kemudian menentukan tujuan pembelajaran. Setelah

    itu guru menetapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang

    kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan pertama siswa berdiskusi bersama

    kelompoknya menyebutkan sifat-sifat cahaya, kemudian menjelaskan cahaya

    merambat lurus melalui percobaan dan mendeskripsikan sifat cahaya yang

    mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).

    B. Pertemuan Kedua

    Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 sebagai tindak

    lanjut dari hasil belajar dan kekurangan/kelemahan pada pertemuan 1. Pada

    pertemuan 2 ini siswa bersama kelompoknya melakukan percobaan tentang

    cahaya dan sifatnya yaitu membuktikan bayangan yang dihasilkan pada cermin

    datar dan cermin lengkung, serta memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya.

    Sebelum mengajar pada pertemuan 2, maka penulis menyiapkan segala sesuatu

    yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP), materi cahaya dan sifatnya, lembar observasi untuk guru dan

    siswa saat proses pembelajaran, buku pelajaran serta lembar soal evaluasi dan

    lembar jawaban untuk siswa yang dikerjakan secara individu, serta ruang/lokasi

  • 74

    yang akan digunakan untuk proses pembelajaran. Kemudian penulis juga

    menyiapkan angket minat siswa terhadap mata pelajaran IPA.

    4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

    Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah

    disusun diterapkan pada pembelajaran di kelas 5A SDN Plumutan. Pelaksanaan

    siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada

    tanggal 25 Maret 2014, sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 26 Maret 2014.

    Alokasi waktu pada siklus I adalah 5 x 35 menit dengan rincian pertemuan

    pertama 2 x 35 menit dan pertemuan kedua 3 x 35 menit. Berikut ini adalah

    rincian pelaksanaan tindakan siklus I:

    A. Pertemuan Pertama

    Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25

    Maret 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus I adalah

    mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok cahaya dan sifat-

    sifatnya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (1) menyebutkan sifat-

    sifat cahaya; (2) menjelaskan sifat cahaya merambat lurus; (3) mendeskripsikan

    sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, gelap). Berikut

    adalah langkah-langkah pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama:

    1. Kegiatan Awal

    Pada kegiatan awal ini sesuai desain perencanaan pembelajaran,

    guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa, guru

    melakukan kegiatan absensi/presensi siswa, kemudian memeriksa kesiapan

    siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru memberikan

    pertanyaan apersepsi: ”Pernahkah kalian bercermin? Mengapa wajah

    kalian bisa muncul di cermin?” (guru mambawa cermin dan menyuruh

    salah satu siswa untuk bercermin). Guru menyampaikan tujuan

    pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru menjelaskan kepada

    siswa langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe TGT terdiri

    dari presentasi kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim.

  • 75

    2. Kegiatan Inti

    Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi

    guru mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang sifat-sifat cahaya.

    Kemudian guru menjelaskan materi secara garis besar tentang cahaya dan

    sifat-sifatnya. Setelah itu, guru membagi tim kelompok siswa secara

    heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian, guru

    menjelaskan tugas kelompok dan membagi Lembar Kerja Siswa (LKS).

    Di tim kelompok siswa berdiskusi mengerjakan LKS untuk memahami

    materi lebih lanjut dengan kelompok yang sudah dibagi oleh guru. Siswa

    bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan sifat-sifat

    cahaya sesuai dengan petunjuk yang ada pada lembar kerja siswa yaitu

    membuktikan sifat cahaya dapat merambat lurus dan sifat cahaya

    mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap) dengan alat

    peraga yang sudah dibawa oleh masing-masing kelompok. Setiap

    kelompok berkewajiban memastikan anggota kelompoknya benar-benar

    memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan agar saat melakukan

    permainan tidak mengalami kesulitan. Guru membimbing siswa

    melakukan diskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah semua

    kelompok selesai mengerjakan lembar kerja siswa, guru meminta salah

    satu kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi

    kelompoknya. Siswa yang tidak presentasi boleh bertanya atau

    menanggapi. Kemudian LKS tersebut dibahas bersama oleh guru.

    Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan games akademik

    untuk memastikan seluruh anggota siswa kelompok telah menguasai

    materi pelajaran. Guru menyiapkan lembar perhitungan skor, kartu soal

    dan jawaban, serta alat/bahan untuk permainan. Dalam games akademik

    siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen

    merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Siswa menempati meja

    turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam

    satu meja turnamen kemampuan setiap siswa diusahakan setara. Siswa

    menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan

  • 76

    turnamen. Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi

    oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan

    soal yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan

    penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah

    waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan

    hasil jawaban yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.

    Kemudian pembaca soal membacakan jawaban soal tersebut. Apabila

    penantang pemain menjawab benar, maka berhak mendapatkan kartu poin.

    Jika pemain menjawab salah dan penantang menjawab benar, maka poin

    diberikan kepada penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua

    pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Permainan

    dilanjutkan sampai semua kartu soal habis dibacakan. Setiap peserta dalam

    satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan

    penantang dengan bergeser posisi searah jarum jam. Pemain menjadi

    pembaca soal, penantang pertama menjadi pemain, penantang kedua

    menjadi penantang pertama, pembaca soal sebagai penantang kedua, dan

    seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua pemain

    merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang. Jika

    permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen

    putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Selanjutnya pemain

    kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masing-

    masing pemain.

    Guru mencatat skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan

    akademik pada lembar perhitungan skor. Skor yang diperoleh oleh

    masing-masing anggota kelompok dijumlahkan kemudian dibagi dengan

    banyaknya anggota kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok

    yang berhasil memperoleh rata-rata poin yang didapat oleh kelompok

    tersebut yang memenuhi kriteria good team, great team dan super team.

    Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang

    belum dipahami siswa dan guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa.

    Kemudian memberikan refleksi pembelajaran.

  • 77

    3. Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat kesimpulan

    hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian, Guru menyuruh

    siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan

    selanjutnya yaitu tentang membuktikan bayangan yang dihasilkan pada

    cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan

    memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-

    hari. Guru juga menyuruh setiap kelompok untuk membawa alat peraga

    masing-masing antara lain: cermin, sendok, pensil, uang logam, gelas

    bening, dan air. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

    penutup.

    B. Pertemuan Kedua

    Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26

    Maret 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus I adalah

    mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok cahaya dan sifat-

    sifatnya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (4) membuktikan

    bayangan yang dihasilkan pada cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau

    cekung); (5) memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan

    sehari-hari. Pada pertemuan kedua ini guru memberikan angket minat siswa

    terhadap mata pelajaran IPA yang diberikan pada akhir pembelajaran. Berikut

    rincian kegiatan pada pertemuan kedua:

    1. Kegiatan Awal

    Pada kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan

    mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi

    siswa, memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah

    itu guru memberikan pertanyaan apersepsi tentang materi yang sudah

    dipelajari sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

    akan dilakukan. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa langkah-

    langkah pembelajaran model kooperatif tipe TGT terdiri dari penyajian

    kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim.

  • 78

    2. Kegiatan Inti

    Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi

    guru mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang sifat-sifat cahaya.

    Kemudian guru menjelaskan materi secara garis besar tentang cahaya dan

    sifat-sifatnya. Setelah itu, siswa berkumpul bersama kelompoknya sesuai

    pertemuan kemarin. Satu tim kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian,

    guru menjelaskan tugas tim kelompok dan membagi Lembar Kerja Siswa

    (LKS). Dalam tim kelompok siswa berdiskusi mengerjakan LKS untuk

    memahami materi lebih lanjut dengan kelompok yang sudah dibagi oleh

    guru. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan

    sifat-sifat cahaya sesuai dengan petunjuk yang ada pada lembar kerja

    siswa. Setiap kelompok berkewajiban memastikan anggota kelompoknya

    benar-benar memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan agar saat

    melakukan permainan tidak mengalami kesulitan. Guru membimbing

    siswa melakukan diskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah

    semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja siswa, guru meminta

    salah satu kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja

    kelompoknya. Siswa yang tidak presentasi boleh bertanya atau

    menanggapi. Kemudian LKS tersebut dibahas bersama oleh guru.

    Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan games akademik

    untuk memastikan seluruh anggota siswa kelompok telah menguasai

    materi pelajaran. Guru menyiapkan lembar perhitungan skor, kartu soal

    dan jawaban, serta alat/bahan untuk permainan. Dalam games akademik

    siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen

    merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Siswa menempati meja

    turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam

    satu meja turnamen kemampuan setiap siswa diusahakan setara. Siswa

    menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan

    turnamen. Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi

    oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan

    soal yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan

  • 79

    penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah

    waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan

    hasil jawaban yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.

    Kemudian pembaca soal membacakan jawaban soal tersebut. Apabila

    penantang pemain menjawab benar, maka berhak mendapatkan kartu poin.

    Jika pemain menjawab salah dan penantang menjawab benar, maka poin

    diberikan kepada penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua

    pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Permainan

    dilanjutkan sampai semua kartu soal habis dibacakan. Setiap peserta dalam

    satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan

    penantang dengan bergeser posisi searah jarum jam. Pemain menjadi

    pembaca soal, penantang pertama menjadi pemain, penantang kedua

    menjadi penantang pertama, pembaca soal sebagai penantang kedua, dan

    seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua pemain

    merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang. Jika

    permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen

    putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Selanjutnya pemain

    kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masing-

    masing pemain.

    Guru mencatat skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan

    akademik pada lembar perhitungan skor. Skor yang diperoleh oleh

    masing-masing anggota kelompok dijumlahkan kemudian dibagi dengan

    banyaknya anggota kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok

    yang berhasil memperoleh rata-rata poin yang didapat oleh kelompok

    tersebut yang memenuhi kriteria good team, great team dan super team.

    Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum

    dipahami siswa dan guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa.

    Kemudian memberikan refleksi pembelajaran.

    3. Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

    hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Siswa mengerjakan soal

  • 80

    evaluasi secara individu pada lembar jawab yang diberikan oleh guru.

    Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi, guru memberikan angket minat

    belajar IPA kepada siswa untuk diisi secara individu. Setelah selesai, guru

    menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

    4.1.3.3 Obervasi Siklus I

    Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan

    tindakan. Selama kegiatan pembelajaran pada siklus I berlangsung, penulis

    menerima bantuan dari observer yaitu guru kelas 5B untuk mengamati jalannya

    kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi

    lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item

    untuk mengamati guru kelas 5A saat proses belajar mengajar dan aktivitas siswa

    saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

    Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan

    lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru dan siswa

    pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk

    memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan

    pembelajaran yang diinginkan.

    Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, guru telah

    menerapkan model pembelajaran kooperatife tipe TGT (Team Games

    Tournament) dengan baik. Guru dapat mengatur serta mengendalikan

    keberlangsungan proses belajar mengajar. Namun saat awal pembelajaran, banyak

    siswa yang masih bingung dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

    tipe TGT (Team Games Tournament) karena model pembelajaran yang diterapkan

    masih baru untuk siswa. Akan tetapi, guru dapat mengantisipasi hal tersebut

    dengan cara menjadi fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswi yang

    mengalami kesulitan.

    Observasi yang dilakukan pada tahap ini juga meliputi observasi

    aktivitas siswa. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh observer

    menunjukkan sudah lebih dari separuh siswa yang sudah antusias dalam

    mengikuti pembelajaran. Namun, masih ada sebagian siswa yang bingung dalam

  • 81

    melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

    Tournament) walaupun siswa sudah turut serta dalam tugas belajarnya.

    4.1.3.4 Refleksi Siklus I

    Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I yang terdiri dari

    pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Penulis melakukan diskusi untuk

    merefleksi tentang pelaksanaan siklus I yang melibatkan guru kelas dan teman

    sejawat (guru observer). Peneliti mengalami permasalahan yang berpengaruh

    terhadap minat dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari rendahnya minat siswa

    terhadap pembelajaran IPA, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

    pada mata pelajaran IPA.

    Saat kegiatan pembelajaran berlangsung banyak siswa yang belum

    memahami langkah-langkah pembelajaran TGT karena model pembelajaran ini

    masih baru diterapkan pada siswa, sehingga siswa banyak yang masih bingung.

    Banyak siswa yang belum menguasai materi, mereka cenderung hanya diam saja

    dan tidak mau bertanya.

    Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama dan

    kedua, maka secara keseluruhan hasil refleksi yang digunakan untuk memperbaiki

    siklus I dan selanjutnya untuk ditingkatkan pada siklus II antara lain:

    1. Kelebihan

    a. Sebagian siswa sudah mulai berani bertanya, menjawab, serta

    mengutarakan pendapat saat presentasi maupun diskusi kelompok.

    b. Guru sudah menjelaskan materi dengan baik.

    c. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak monoton.

    d. Antusias siswa pada pembelajaran mulai tampak.

    e. Kesiapan ruang dan alat peraga sudah terlaksana dengan baik.

    f. Minat siswa terhadap pelajaran IPA mulai tampak dari kegiatan

    praktikum IPA, siswa sudah mulai aktif dalam diskusi.

    2. Kekurangan

    a. Pelaksanaan pembelajaran belum runtut tidak sesuai yang tercantum

    dalam RPP.

  • 82

    b. Kesiapan siswa masih perlu diperhatikan sebelum memulai

    pembelajaran.

    c. Siswa belum begitu memahami langkah-langkah pembelajaran

    kooperatif tipe TGT, masih ada siswa yang bingung pada aturan

    turnamen.

    d. Ada beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain, sehingga

    kurang konsentrasi.

    e. Siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok.

    f. Banyak siswa yang belum menguasai materi karena terbiasa dengan

    penerimaan materi yang disampaikan oleh guru melalui metode

    ceramah.

    g. Siswa merasa kurang antusias karena alat peraga yang digunakan sudah

    biasa.

    h. Membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaan tindakan

    menggunakan model TGT.

    i. Alokasi waktu belum berjalan dengan tepat sehingga tujuan

    pembelajaran belum tercapai secara maksimal.

    3. Penyelesaian

    Cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada siklus I

    adalah sebagai berikut:

    a. Mempersiapkan kesiapan siswa lebih matang sebelum memulai

    pembelajaran agar perhatian siswa dapat terkontrol.

    b. Guru sebaiknya menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran

    kooperatif tipe TGT.

    c. Memberikan perhatian yang lebih untuk siswa yang sering membuat

    kegaduhan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar tidak

    mengganggu konsentrasi siswa lain.

    d. Membiasakan siswa bekerja dalam kelompok.

    e. Menggunakan alat peraga yang menarik sehingga minat dan antusias

    siswa terhadap mata pelajaran IPA nampak.

  • 83

    f. Menambah waktu lebih banyak lagi agar siswa dapat menguasai materi

    secara menyeluruh.

    g. Guru harus pandai mengkondisikan siswa agar pembelajaran dengan

    model TGT dapat berjalan lancar, tanpa menghabiskan waktu banyak.

    h. Pengalokasian waktu lebih diperhatikan lagi agar tujuan pembelajaran

    dapat tercapai secara maksimal.

    4.1.4 Deskripsi Siklus II

    4.1.4.1 Perencanaan Siklus II

    Melalui refleksi siklus I maka dapat diketahui kekurangan dan

    kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Siklus II dilaksanakan untuk

    memperbaiki kekurangan pada kegiatan pembelajaran siklus I dan untuk

    menindak lanjuti proses pembelajaran agar berjalan dengan lebih baik lagi dan

    sesuai dengan rencana. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini sama dengan

    siklus I, namun pokok bahasan materi yang digunakan berbeda. Pelaksanaan

    siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada

    tanggal 22 April 2014, pertemuan kedua pada tanggal 23 April 2014, dan

    pertemuan ketiga pada tanggal 24 April 2014. Sebelum dilaksanakan siklus II

    pada pertemuan pertama, terlebih dahulu penulis menjelaskan tentang metode

    pembelajaran dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta

    menyiapkan alat peraga yang akan dipergunakan saat mengajar. Selain itu, penulis

    juga menyiapkan perlengkapan lain seperti: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP); lembar observasi guru dan siswa; lembar kerja siswa; lembar soal evaluasi

    maupun lembar jawaban; dan angket minat siswa terhadap IPA.

    4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

    Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah

    disusun diterapkan pada pembelajaran di kelas 5A dan terdiri dari 3 pertemuan.

    Berikut ini merupakan rincian kegiatan pembelajaran pada siklus II:

    A. Pertemuan Pertama

    Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 22 April

    2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus II adalah membuat

  • 84

    suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan

    menerapkan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok “Karya/Model Berteknologi

    Sederhana yang Menerapkan Sifat Cahaya”. Sedangkan indikator pembelajaran

    tersebut yaitu (1) menyebutkan macam-macam karya/model berteknologi

    sederhana yang menerapkan sifat cahaya; (2) menentukan model/karya yang akan

    dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya (3) memilih dan menentukan

    berbagai alat/bahan yang sesuai. Berikut ini merupakan rincian kegiatan

    pembelajarannya:

    1. Kegiatan Awal

    Pada kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan

    mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi

    siswa, dan memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru

    bertanya kepada siswa ”alat apa saja yang cara kerjanya memanfaatkan

    sifat cahaya?” Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

    dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran

    kooperatif tipe TGT terdiri dari: penyajian kelas, tim kelompok,

    game/turnamen, dan penghargaan tim.

    2. Kegiatan Inti

    Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi

    guru mengeksplorasi pengetahuan siswa dengan melakukan tanya jawab

    yang berhubungan dengan materi karya/model apa saja yang menerapkan

    sifat-sifat cahaya?”. Melalui tanya jawab siswa dapat menentukan model

    yang akan dibuat dengan menerapkan sifat cahaya. Kemudian guru

    menjelaskan secara singkat tentang materi karya/berteknologi sederhana

    yang menerapkan sifat cahaya. Setelah itu, guru membagi kelompok siswa

    secara heterogen satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan guru

    menjelaskan tugas kelompok yang akan dilakukan yang selanjutnya

    dikerjakan pada lembar kerja siswa yang sudah disediakan oleh guru.

    Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk memilih dan menentukan

    bahan/benda yang sesuai untuk membuat periskop. Siswa bersama

    kelompok melakukan percobaan untuk membuat periskop. tentang alat

  • 85

    optik dan mempelajari materi yang sudah diberikan oleh guru. Anggota

    yang sudah mengerti harus menjelaskan kepada anggota kelompoknya

    yang belum mengerti tentang tugas atau materi yang sudah diberikan oleh

    guru. Guru bersama siswa menyiapkan meja turnamen yang digunakan

    untuk permainan. Guru mempesiapkan papan skor, kotak soal dan alat

    permainan. Siswa menempati meja turnamen sesuai dengan kelompok

    yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa berdiskusi untuk mengerjakan

    tugas kelompok pada lembar kerja siswa yang berisi soal. Guru

    membimbing diskusi siswa. Setiap kelompok berkewajiban memastikan

    anggota kelompoknya benar-benar memahami pertanyaan dan jawaban

    yang diberikan agar saat melakukan permainan tidak mengalami kesulitan,

    dan kemudian hasil diskusi tadi dipresentasikan di depan kelas. Guru

    meluruskan hasil diskusi yang sudah dikerjakan siswa. Siswa

    menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan

    permainan. Guru menyiapkan kartu soal dan siswa memilih kartu soal

    tersebut dan mengerjakannya secara individu (permainan dilakukan

    sebanyak 1 kali dikerjakan dalam waktu 5 menit). Guru mengumpulkan

    jawaban siswa. Setelah itu, guru menjelaskan aturan turnamen. Siswa

    menempatkan diri dalam posisinya masing-masing dalam tim.

    Setiap meja turnamen diisi oleh pembaca soal dan para pemain

    (penantang). Pembaca soal membacakan soal yang sudah diberikan guru

    dan pemain pertama menjawab soal sesuai dengan batas waktu yang

    tertera dalam soal. Kemudian pembaca soal membacakan jawaban sial

    tersebut. Pemain yang menjawab benar berhak mendapatkan kartu poin.

    Jika pemain pertama menjawab salah, maka poin diberikan kepada

    penantang pertama yang memberikan jawaban benar. Jika semua pemain

    menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Setelah sesi pertama

    selesai, para pemain bergeser posisi searah dengan jarum jam, sehingga

    pemain pertama menjadi pembaca soal, pemain penantang pertama

    menjadi pemain pertama, pembaca soal sebagai pemain penantang kedua,

    dan seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua

  • 86

    pemain merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang.

    Jika permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen

    putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Guru mencatat skor

    individu setiap tim selama permainan berlangsung. Guru melakukan

    perhitungan nilai kelompok berdasarkan skor individu hasil turnamen.

    Penghargaan diberikan kepada kelompok yang berhasil memperoleh rata-

    rata nilai perkembangan individu yang memenuhi kriteria tim baik, tim

    sangat baik dan tim super. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab

    mengenai materi yang belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahan

    pemahaman siswa.

    3. Kegiatan Penutup

    Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan

    hasil pembelajaran Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pada

    pertemuan selanjutnya dan menyuruh setiap kelompok membawa alat

    peraga yaitu: kaleng susu bekas yang sudah dibuang satu sisinya, karet

    gelang, palu, paku, kecuali kertas kalkir akan disediakan oleh penulis.

    Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

    penutup.

    B. Pertemuan Kedua

    Pertemuan kedua siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23

    April 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus II adalah

    membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana

    dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut

    yaitu (4) menggunakan bahan/benda yang sesuai dengan rancangan; (5) membuat

    karya/model yang sesuai rancangan; (6) menguji cara kerja model yang dibuat.

    1. Kegiatan Awal

    Kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan

    mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi

    siswa, memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah

    itu guru memberikan pertanyaan apersepsi tentang materi yang sudah

    dipelajari sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

  • 87

    akan dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran

    kooperatif tipe TGT terdiri dari: penyajian kelas, tim kelompok,

    game/turnamen, dan penghargaan tim.

    2. Kegiatan Inti

    Dalam kegiatan inti guru mengulang materi yang sudah dipelajari

    pada pertemuan sebelumnya. Siswa mendengarkan penjelasan guru

    tentang karya/model berteknologi sederhana yang menerapkan sifat

    cahaya. Guru melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi.

    Melalui tanya jawab siswa dapat membuat karya/model yang sesuai

    dengan rancangan. Siswa dan guru bertanya jawab tentang memilih dan

    menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai. Siswa membentuk

    kelompok sesuai dengan pembelajaran minggu lalu satu kelompok terdiri

    dari 4-5 siswa. (tim kelompok). Guru menjelaskan tugas kelompok. Guru

    memberi lembar kerja siswa kepada setiap kelompok untuk diperdalam

    atau dipelajari lebih lanjut. Siswa yang sudah mengerti mengenai materi

    dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam

    kelompok itu mengerti. Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk

    memilih dan menentukan bahan/benda yang sesuai untuk membuat kamera

    lubang jarum. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk

    membuat kamera lubang jarum, kemudian menguji cara kerja model yang

    sudah dibuat. Guru membimbing diskusi siswa. Perwakilan kelompok

    mempresentasikan hasil diskusi. Siswa bersama guru meluruskan jawaban

    LKS tersebut.

    Siswa dan guru mempersiapkan game akademik yang dibagi dalam

    meja-meja turnamen. (game/turnamen). Siswa menempati meja turnamen

    secara homogen dari segi kemampuan akademik siswa (kemampuan siswa

    setara). Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi

    oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan

    soal dan jawaban yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh

    pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam

    soal. Apabila penantang pemain menjawab benar, maka berhak

  • 88

    mendapatkan kartu poin. Jika pemain menjawab salah dan penantang

    menjawab benar, maka poin diberikan kepada penantang yang

    memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab benar, maka

    semua mendapatkan poin. Setiap peserta dalam satu meja bergeser posisi

    searah jarum jam sampai soal yang terdapat pada kotak soal habis. Setelah

    selesai siswa kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang

    diperoleh. Guru menghitung skor kelompok dengan menjumlahkan skor

    yang diperoleh siswa dan hasilnya dibagi dengan jumlah anggota

    kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan

    skor kelompok yang diperoleh dengan kriteria good team, great team dan

    super team. (penghargaan tim). Siswa bersama guru melakukan tanya

    jawab mengenai materi yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan

    kesalahan pemahaman siswa. Guru memberikan refleksi pembelajaran.

    3. Kegiatan Penutup

    Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan materi

    yang sudah dipelajari. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi

    pertemuan I dan II karena pada pertemuan selanjutnya akan ada evaluasi.

    Setelah selesai, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

    penutup.

    C. Pertemuan Ketiga

    Pada pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 24 April 2014,

    guru mengulas kembali materi tentang karya/model berteknologi sederhana

    dengan menerapkan sifat cahaya yang telah dijelaskan pada pertemuan

    sebelumnya. Selanjutnya, guru membagikan soal evaluasi dan lembar jawab

    kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan

    soal evaluasi, siswa mengisi angket minat belajar IPA secara individu. Jika sudah

    selesai, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

    Selama kegiatan pembelajaran pada siklus II berlangsung, penulis

    menerima bantuan Observer (guru kelas 5B) untuk mengamati jalannya

    pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi lembar

    observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk

  • 89

    mengamati guru kelas saat melakukan proses belajar mengajar dan mengamati

    akaivitas siswa.

    4.1.4.3 Observasi Siklus II

    Pada penelitian ini yang bertindak menjadi observer adalah teman

    sejawat, yaitu guru kelas 5B. Observer menilai jalannya kegiatan pembelajaran

    melalui lembar observasi untuk guru dan siswa. Setelah selesai pelaksanaan

    tindakan pada siklus II pertemuan pertama, peneliti merefleksi hasil pembelajaran

    yang sudah dilaksanakan sehingga diketahui kekurangan dan kelebihan pada

    kegiatan pembelajaran. Dimana kelemahan dari kegiatan pembelajaran akan

    diperbaiki dan kelebihannya akan tetap dipertahankan pada pertemuan kedua.

    Pembelajaran pertemuan pertama pada siklus II sebenarnya sudah

    berjalan dengan baik, namun masih ada sedikit kekurangan yang dilakukan oleh

    guru, antara lain:

    1. Dalam menyampaikan materi, guru masih belum runtut sesuai dengan

    urutan RPP.

    2. Saat tanya jawab siswa cenderung diam.

    3. Siswa masih malu melakukan presentasi di depan kelas.

    4. Guru belum melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan.

    Dari hasil pengamatan pada siklus II pertemuan pertama, minat siswa

    terhadap mata pelajaran IPA sudah meningkat. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan

    praktikum yang berjalan dengan baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang

    malah gaduh sendiri.

    Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II, dari hasil pengamatan

    pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Berikut ini rinciannya:

    1. Pelaksanaan pembelajaran sudah urut sesuai dengan urutan pada RPP.

    2. Saat melakukan presentasi siswa sudah lancar, hanya beberapa siswa

    yang masih malu-malu.

    3. Siswa sudah berani menjawab dan menanggapi hasil presentasi

    temannya.

  • 90

    4. Antusias siswa dalam permainan sangat tinggi. Mereka sudah

    memahami jalannya turnamen, sehingga turnamen berjalan dengan

    lancar.

    5. Guru sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi.

    Dari hasil pengamatan siklus II pertemuan kedua antusias siswa untuk

    mengikuti kegiatan pembelajaran sudah nampak. Siswa sudah terbiasa dengan

    kegiatan pembelajaran tersebut sehingga pembelajaran berjalan dengan sangat

    baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan. Guru

    sudah optimal dalam membimbing siswa saat diskusi kelompok, pelaksanaan

    game dan turnamen, serta saat penarikan kesimpulan mengenai materi yang

    melibatkan siswa.

    4.1.4.4 Refleksi Siklus II

    Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus II yang terdiri dari

    pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga. Maka penulis

    melakukan diskusi untuk merefleksi tentang pelaksanaan siklus II yang

    melibatkan guru kelas dan teman sejawat (guru observer). Penulis hanya sedikit

    mengalami permasalahan yang berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar

    siswa. Hal ini terlihat dari persentase minat siswa yang sudah meningkat dari

    berminat menjadi sangat berminat dan hasil belajar siswa meningkat melebihi

    indikator kinerja 85% siswa tuntas KKM ≥65 yaitu 100 % siswa sudah tuntas.

    Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pertemuan pertama, kedua,

    dan ketiga, maka secara keseluruhan hasil refleksi pada siklus II antara lain:

    1. Kelebihan

    a. Pelaksanaan pembelajaran sudah runtut sesuai yang tercantum dalam

    RPP.

    b. Kesiapan siswa sudah terkondisikan dengan baik, konsentrasi mereka

    sudah terpusat pada pembelajaran.

    c. Penguasaan materi sudah baik dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

    d. Siswa sudah berani bertanya jika ada materi yang belum dimengerti.

    e. Siswa juga berani menjawab, serta mengutarakan pendapat saat

    presentasi maupun diskusi kelompok.

  • 91

    f. Siswa sudah lancar dalam melaksanakan permainan.

    g. Siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok.

    h. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak monoton.

    i. Antusias siswa pada pembelajaran meningkat.

    j. Kesiapan ruang dan alat peraga sudah terlaksana dengan baik.

    k. Pengalokasian waktu sudah berjalan cukup baik.

    2. Kekurangan

    a. Masih ada beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain, sehingga

    kurang konsentrasi.

    b. Minat siswa masih ada yang kurang.

    3. Penyelesaian

    Cara menyelesaikan permasalahan yang sudah dihadapi pada siklus

    II adalah sebagai berikut:

    a. Guru sebaiknya membimbing siswa lebih masksimal lagi agar siswa

    tidak mengganggu konsentrasi siswa lain.

    b. Guru harus lebih kreatif lagi dalam menciptakan alat peraga dan

    membuat pembelajaran lebih menyenangkan agar dapat menarik minat

    siswa terhadap mata pelajaran IPA.

    4.2 Hasil Analisis Data

    4.2.1 Data Kondisi Awal

    4.2.1.1 Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Kondisi Awal

    Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh

    terhadap hasil belajar siswa. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dan II, siswa

    mengisi angket minat belajar IPA sebelum menerapkan model TGT. Berikut ini

    tabel 4.1 tentang minat siswa SDN Plumutan pada mata pelajaran IPA kondisi

    awal.

  • 92

    Tabel 4.1

    Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa terhadap IPA Kondisi Awal

    Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%)

    Sangat berminat 127-150 3 13,04

    Berminat 103-126 5 21,75

    Cukup berminat 79-102 12 52,17

    Kurang berminat 55-78 3 13,04

    Tidak berminat 31-54 0 0

    Jumlah 23 100

    Berdasarkan tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang

    berada kriteria sangat berminat hanya ada 3 siswa dengan persentasenya 13,04 %,

    kriteria berminat ada 5 siswa dengan presentase 21,75%, kriteria cukup berminat

    ada 12 siswa dengan presentase 52,17% dan masih ada 3 siswa atau 13,04%

    berada pada kriteria kurang berminat. Frekuensi minat belajar siswa yang paling

    banyak berada pada kriteria cukup berminat yaitu sebanyak 12 siswa. Oleh karena

    itu, pada siklus I perlu dilakukan perubahan suatu perbaikan kegiatan

    pembelajaran untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap IPA.

    Gambaran tentang frekuensi minat belajar siswa pada kondisi awal bisa dilihat

    pada gambar 4.1 berikut ini.

    Gambar 4.1 Diagram Minat Belajar IPA Kondisi Awal

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    127-150Sangat

    berminat

    103-126berminat

    79-102Cukup

    berminat

    55-78Kurang

    berminat

    31-54 Tidakberminat

    Fre

    ku

    ensi

    Kriteria

    Minat Belajar IPA Kondisi Awal

  • 93

    4.2.1.2 Hasil Belajar IPA Kondisi Awal

    Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, penulis terlebih dahulu

    meminta data nilai ulangan harian siswa mata pelajaran IPA semester II tahun

    pelajaran 2013/2014 yaitu materi pesawat sederhana dan meminta siswa untuk

    mengisi angket minat belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan dengan model

    TGT. Pada kenyataannya hasil ulangan harian siswa pda mata pelajaran IPA

    sangat rendah. Hasil belajar IPA pada siswa kelas 5A SDN Plumutan ada 65,22%

    atau sebanyak 15 siswa yang belum mencapai KKM pada kondisi awal. Untuk

    lebih jelasnya hasil belajar IPA kondisi awal disajikan pada tabel 4.2 berikut.

    Tabel 4.2

    Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kondisi Awal

    No Rentang

    Nilai Frekuensi

    Persentase

    (%)

    Keterangan

    Ketuntasan Jumlah

    1

  • 94

    nilai antara 65-74 frekuensinya ada 5 dengan persentase 21,73%, yang

    memperoleh nilai antara 75-84 frekuensinya 5 dengan persentase 17,24%, dan

    yang memperoleh nilai antara 85-94 frekuensinya ada 1 dengan persentase 4,34 %

    dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas. Dengan nilai rata-rata 62, nilai

    tertinggi adalah 93 sedangkan nilai terendah adalah 34. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada daftar nilai siswa. Dari data tersebut, penulis merasa perlu

    mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar

    pada mata pelajaran IPA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.2

    berikut ini.

    Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar IPA Kondisi Awal

    Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) pada tabel 4.3,

    hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan sebagai berikut.

    Tabel 4.3

    Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal

    Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase

    ≥65 Tuntas 8 34,78 %

  • 95

    (KKM=65) sebanyak 15 siswa dengan persentase 65,22 %, sedangkan yang sudah

    mencapai ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 34,78%. Untuk

    lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut.

    Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal

    Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya

    34,78% dan yang belum tuntas 65,22%. Rendahnya kemampuan belajar siswa

    pada mata pelajaran IPA disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam

    pembelajaran IPA sehingga minat siswa juga kurang terhadap IPA. Berdasarkan

    hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran

    yang terjadi cenderung bersifat monoton dan membosankan, metode yang

    digunakan hanya ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.

    Siswa cenderung ganduh saat guru menjelaskan materi, antusias siswa dan

    semangat siswa terhadap pelajaran IPA juga kurang.

    Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model

    pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa

    terlibat aktif dalam belajar, serta minat atau hasil belajar siswa meningkat. Dari

    hasil diskusi antara penulis dan guru kelas 5A, maka penulis merancang

    penelitian tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab

    sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA.

    Pembelajaran yang akan diterapkan terdiri dari dua siklus, siklus I memuat dua

    pertemuan dan siklus II memuat tiga kali pertemuan.

    34.78%

    65.22%

    Ketuntasan Hasil Belajar IPA

    Kondisi Awal

    Tuntas

    Belum Tuntas

  • 96

    4.2.2 Data Siklus I

    4.2.2.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

    Hasil observasi guru pada siklus I diperoleh dari rata-rata jumlah skor

    pada pertemuan 1 dan 2. Berikut tabel 4.4 hasil observasi kinerja guru siklus I.

    Tabel 4.4

    Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

    No Indikator Skor Penilaian

    Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2

    1 Pra pembelajaran 4 6 5,0

    2 Kegiatan Awal 10 11 10,5

    3 Kegiatan Inti 59 65 62,0

    4 Kegiatan Akhir 11 11 11,0

    Jumlah 84 93 88,5

    Persentase 65,6 % 72,65 % 69,14 %

    Kategori Cukup Baik Baik Cukup Baik

    Tabel 4.4 dapat dilihat hasil observasi guru, penilaian skor memiliki

    rentang 1-4, mulai dari kurang sampai sangat baik. Hasil observasi kinerja guru

    pada siklus I diperoleh rata-rata jumlah skor 88,5 dengan persentase 69,14 yang

    termasuk kriteria cukup baik. Pada aspek pertama yaitu aspek pra pembelajaran,

    kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 poin. Poin pertama yaitu mempersiapkan

    ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa. Pada aspek

    pra pembelajaran ini, observer memberikan rata-rata jumlah skor 5,0. Guru sudah

    baik dalam mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran, serta memeriksa

    kesiapan siswa dengan menggunakan tepuk konsentrasi, sehingga pusat perhatian

    siswa sudah terpusat pada guru. Namun masih ada nilai skor rendah yang

    diperoleh guru, yaitu skor 2 dengan kriteria cukup. Ini dikarenakan guru kurang

    mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran, masih ada siswa yang

    belum siap menerima pelajaran.

    Aspek kedua yang diamati yaitu kegiatan awal, observer memberikan

    rata-rata skor sebesar 10,5. Skor tersebut terbagi menjadi 5 rincian yaitu guru

    mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, mengawali pembelajaran

    dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan

    apersepsi yang sesuai dengan materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran

  • 97

    kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran

    kooperatif TGT. Guru sudah memberikan apersepsi yang sesuai, merumuskan

    hipotesis dan menyampaikan kompetensi atau tujuan dari materi yang akan

    disampaikan.

    Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti dirinci menjadi 22 poin yang di

    dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dari semua aspek

    kegiatan inti diperoleh rata-rata skor sebesar 62,0. Pelaksanaan kegiatan inti sudah

    berjalan dengan cukup baik, pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Ketika siswa melaksanakan permainan

    atau pertandingan awalnya siswa merasa bingung tetapi lama-kelamaan mereka

    memahami aturan permainan sehingga permainan berjalan dengan lancar.

    Aspek yang terakhir yaitu kegiatan akhir. Guru memperoleh rata-rata

    skor 11. Aspek ini dirinci menjadi 4 poin yaitu guru bersama siswa membuat

    kesimpulan dari hasil pembelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan

    balik, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya atau mengakhiri

    pembelajaran. Dari jumlah skor observasi guru pada siklus I dapat dikategorikan

    cukup baik. Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I cukup baik karena guru

    belum begitu mengerti model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

    Tournament).

    4.2.2.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

    Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan

    pembelajaran. Berikut tabel 4.5 hasil observasi aktivitas siswa siklus I.

    Tabel 4.5

    Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

    No Indikator Skor Penilaian

    Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2

    1 Pra Pembelajaran 6 6 6,0

    2 Kegiatan Awal 7 9 8,0

    3 Kegiatan Inti 69 74 71,5

    4 Kegiatan Akhir 5 6 5,5

    Jumlah 87 95 91,0

    Persentase 67,97% 74,22% 71,09%

    Kriteria Cukup Baik Baik Baik

  • 98

    Pada tabel 4.5, terlihat rata-rata skor untuk aktivitas siswa pada siklus 1

    sebesar 91 dengan persentase 71,09%. Jumlah tersebut dapat dikategorikan dalam

    kategori baik, meskipun masih banyak kekurangan. Pada aspek pra pembelajaran,

    skor yang diperoleh adalah 6,0. Siswa melakukan tepuk konsentrasi dengan

    bimbingan guru sehingga perhatian siswa terpusat pada guru. Pada aspek kegiatan

    awal, rata-rata skor yang diperoleh sudah baik yaitu 8,0. Siswa sudah

    mendengarkan penjelasan dari guru tentang tujuan dari pembelajaran yang

    disampaikan guru dan mendengarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif

    tipe TGT dengan baik. Pada kegiatan inti, diperoleh skor 71,5. Siswa

    mendengarkan materi yang disampaikan guru dengan baik. Saat mengerjakan

    LKS yang dibagikan guru, siswa masih terlihat bingung dan pada saat diskusi,

    hanya siswa yang pandai dalam kelompok itu saja yang mengerjakan tugas,

    sedangkan yang lain hanya bergurau dengan temannya. Siswa juga masih malu-

    malu dalam mengajukan pertanyaan ketika diberi kesempatan guru untuk

    bertanya. Ketika pertandingan dimulai awalnya siswa masih terlihat bingung

    karena model pembelajaran yang digunakan masih baru diterapkan pada siswa.

    Namun, siswa terlihat antusias dalam pembelajaran. Ketika skor tim sudah

    direkognisi, maka dapat ditentukan kelompok mana yang termasuk super team,

    great team, dan good team. Setiap kelompok menerima penghargaan sesuai

    dengan skor yang diperoleh oleh masing-masing kelompok.

    Pada kegiatan akhir, diperoleh skor rata-rata 5,5. Hanya beberapa siswa

    saja yang ikut mengutarakan kesimpulan hasil pembelajaran, sedangkan yang lain

    masih cenderung diam.

    4.2.2.3 Minat Belajar IPA Siklus I

    Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh

    terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini tabel 4.6 tentang minat belajar siswa SDN

    Plumutan pada mata pelajaran IPA siklus I.

  • 99

    Tabel 4.6

    Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Siklus I

    Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%)

    Sangat berminat 127-150 7 30,43

    Berminat 103-126 9 39,13

    Cukup berminat 79-102 5 21,74

    Kurang berminat 55-78 2 8,7

    Tidak berminat 31-54 0 0

    Jumlah 23 100

    Berdasarkan tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang

    berada pada kriteria sangat berminat sebanyak 7 siswa dengan persentase 30,43%,

    kriteria berminat sebanyak 9 siswa dengan persentase 39,13%, kriteria cukup

    berminat sebanyak 5 siswa dengan presentase 21,74%, kriteria kurang berminat

    sebanyak 2 siswa dengan presentase 8,7%. Gambaran tentang frekuensi minat

    belajar siswa terhadap IPA siklus I bisa dilihat pada gambar 4.4 berikut ini.

    Gambar 4.4 Diagram Minat Belajar IPA Siklus I

    4.2.2.4 Hasil Belajar IPA Siklus I

    Mengingat kondisi awal yang demikian, maka penulis melakukan

    perbaikan terhadap pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan

    meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA dengan menerapkan

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) pada mata

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    127-150Sangat

    berminat

    103-126berminat

    79-102 Cukupberminat

    55-78 Kurangberminat

    31-54 Tidakberminat

    Fre

    kue

    nsi

    Kriteria

    Minat Belajar IPA Siklus I

  • 100

    pelajaran IPA melalui 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan dilaksanakan pada

    tanggal 25 dan 26 Maret 2014, sedangkan siklus II terdiri dari 3 pertemuan

    dilaksanakan pada tanggal 22, 23 dan 24 April 2014. Setelah persiapan

    dipersiapkan dengan baik, maka penelitian dilaksanakan dengan pengajar guru

    kelas 5A, guru kelas 5B sebagai observer, dan penulis sebagai dokumenter serta

    mengamati jalannya kegiatan pembelajaran.

    Pada siklus I kegiatan pembelajaran terlaksana dengan cukup baik, siswa

    menjadi aktif dan pembelajaran menjadi menyenangkan karena model

    pembelajaran ini baru dan belum pernah diterapkan pada siswa. Namun, siswa

    masih bingung pada saat melakukan pertandingan. Siswa belum memahami

    aturan permainan dan peran setiap pemain. Kemudian kurang efektifnya

    pembagian materi yang diberikan kepada setiap kelompok sehingga tingkat

    pemahaman siswa terhadap materi kurang. Siswa yang kurang mengerti belum

    tentu memahami apa yang dijelaskan oleh teman sebayanya. Berdasarkan

    kekurangan dan kelebihan pembelajaran dari siklus I, maka diperoleh hasil bahwa

    8,7 % dari jumlah siswa atau sebanyak 2 siswa yang belum mencapai KKM.

    Berikut ini disajikan tabel 4.7 distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I.

    Tabel 4.7

    Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

    No Rentang

    Nilai Frekuensi

    Persentase

    (%)

    Keterangan

    Ketuntasan Jumlah Persentase

    (%)

    1

  • 101

    Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang memperoleh nilai

    kurang dari 65 sebanyak 2 siswa, yang memperoleh nilai antara 59-64 sebanyak 1

    siswa, yang memperoleh nilai antara 65-70 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh

    nilai antara 77-82 sebanyak 7 siswa, yang memperoleh nilai antara 83-88

    sebanyak 3 siswa, dan yang memperoleh nilai antara 89-94 sebanyak 5 siswa.

    Hasil belajar tersebut bila disajikan dalam bentuk gambar 4.5 adalah

    sebagai berikut :

    Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus I

    Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥65) pada tabel 4.8

    ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dapat disajikan sebagai berikut.

    Tabel 4.8

    Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

    Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase

    (%)

    ≥65 Tuntas 21 91,3

    < 65 Belum Tuntas 2 8,7

    Jumlah 23 100

    Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat diketahui pada tabel 4.8

    bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=65) sebanyak 2 siswa atau dengan presentase 8,7 %, sedangkan yang

    sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa dengan pesentase 91,3 %.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    < 65 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94

    Fre

    kue

    nsi

    Rentang Nilai

    Hasil Belajar IPA pada Siklus I

  • 102

    Untuk lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.6

    berikut.

    Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus I

    Gambar 4.2 menunjukkan ketuntasan KKM 91,30 % dan yang belum

    tuntas KKM 8,70%. Rendahnya kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran

    IPA disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA

    sehingga minat siswa juga kurang terhadap IPA. Berdasarkan hasil observasi pada

    waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung

    bersifat monoton dan membosankan, metode yang digunakan hanya ceramah,

    serta siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung ganduh

    saat guru menjelaskan materi, kurangnya antusias siswa dan semangat siswa

    terhadap pelajaran IPA juga kurang.

    Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model

    pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa

    terlibat aktif dalam belajar, serta hasil belajar siswa yang meningkat. Dari hasil

    diskusi antara peneliti dan guru kelas 5A, maka penulis merancang penelitian

    tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan

    rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA. Pembelajaran yang akan

    diterapkan terdiri dari dua siklus, siklus I memuat dua pertemuan dan siklus II

    memuat tiga kali pertemuan.

    91,3%

    8,7%

    Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

    Tuntas

    Belum Tuntas

  • 103

    4.2.3 Data Siklus II

    4.2.3.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

    Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru kelas 5A

    mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif

    tipe TGT (Team Games Tournament). Berikut disajikan tabel 4.9 tentang hasil

    observasi guru pada siklus II.

    Tabel 4.9

    Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

    No Indikator Skor Penilaian

    Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2

    1 Pra pembelajaran 7 8 7,5

    2 Kegiatan Awal 15 15 15

    3 Kegiatan Inti 76 80 78

    4 Kegiatan Akhir 14 15 14,5

    Jumlah 112 118 115

    Persentase 87,5 % 92,19 % 89,84 %

    Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

    Tabel 4.9 dapat dilihat hasil observasi guru, penilaian skor memiliki

    rentang 1-4, mulai dari kurang sampai sangat baik. Hasil observasi kinerja guru

    pada siklus II diperoleh rata-rata jumlah skor 115 dengan persentase 89,84% yang

    termasuk kriteria sangat baik. Pada aspek pertama yaitu aspek pra pembelajaran,

    kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 poin. Poin pertama yaitu mempersiapkan

    ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa. Pada aspek

    pra pembelajaran ini, observer memberikan rata-rata jumlah skor 7,5. Guru sudah

    baik dalam mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran, serta memeriksa

    kesiapan siswa dengan menggunakan tepuk konsentrasi, sehingga pusat perhatian

    siswa sudah terpusat pada guru.

    Aspek kedua yang diamati yaitu kegiatan awal, observer memberikan

    rata-rata skor sebesar 15. Skor tersebut terbagi menjadi 4 rincian yaitu guru

    mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, mengawali pembelajaran

    dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan

    apersepsi yang sesuai dengan materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran

    kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran

    kooperatif TGT. Guru sudah memberikan apersepsi yang sesuai, merumuskan

  • 104

    hipotesis dan menyampaikan kompetensi atau tujuan dari materi yang akan

    disampaikan.

    Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti dirinci menjadi 22 poin yang di

    dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dari semua aspek

    kegiatan inti diperoleh rata-rata skor sebesar 78. Pelaksanaan kegiatan inti sudah

    berjalan dengan sangat baik, pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Siswa melaksanakan permainan atau

    pertandingan dengan lancar tanpa adanya hambatan.

    Aspek yang terakhir yaitu kegiatan akhir. Guru memperoleh rata-rata

    skor sebanyak 14,5. Aspek ini dirinci menjadi 4 poin yaitu guru bersama siswa

    membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran, melakukan penilaian, memberikan

    umpan balik, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya atau mengakhiri

    pembelajaran.

    Dari jumlah skor observasi guru pada siklus II dapat dikategorikan

    sangat baik. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus II berjalan dengan sangat

    baik karena guru sudah memahami model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    (Team Games Tournament).

    4.2.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

    Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan

    pembelajaran. Berikut tabel 4.10 hasil observasi aktivitas siswa siklus II.

    Tabel 4.10

    Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

    No Indikator Skor Penilaian

    Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2

    1 Pra Pembelajaran 7 7 7,0

    2 Kegiatan Awal 10 11 10,5

    3 Kegiatan Inti 85 91 88,0

    4 Kegiatan Akhir 7 8 7,5

    Jumlah 109 117 113

    Persentase 85,16% 91,40% 88,28%

    Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

    Pada tabel 4.5, terlihat rata-rata skor untuk aktivitas siswa pada siklus II

    sebesar 113 dengan persentase 88,28%. Jumlah tersebut dapat dikategorikan

  • 105

    dalam kategori sangat baik. Pada aspek pra pembelajaran, rata-rata skor yang

    diperoleh adalah 7,0. Siswa melakukan tepuk konsentrasi dengan bimbingan guru

    sehingga perhatian siswa terpusat pada guru. Pada aspek kegiatan awal, rata-rata

    skor yang diperoleh sudah baik yaitu 10,5. Siswa sudah mendengarkan penjelasan

    dari guru tentang tujuan dari pembelajaran yang disampaikan guru dan

    mendengarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan baik.

    Pada kegiatan inti, diperoleh skor rata-rata 88. Siswa mendengarkan materi yang

    disampaikan guru dengan baik. Saat mengerjakan LKS yang dibagikan guru,

    siswa sudah tidak terlihat bingung pada saat diskusi, semua siswa aktif

    mengerjakan tugas kelompok, walupun masih ada beberapa siswa yang masih

    bergurau dengan temannya. Ada beberapa siswa yang masih malu-malu dalam

    mengajukan pertanyaan ketika diberi kesempatan guru untuk bertanya. Siswa

    sudah lancar mengikuti pertandingan tanpa ada hambatan. Pada kegiatan akhir,

    diperoleh skor rata-rata 7,5. Semua siswa antusias membuat rangkuman hasil

    pembelajaran bersama guru sehingga berjalan dengan runtut.

    Pada pertemuan ketiga siklus II tidak dilakukan observasi karena pada

    kegiatan pembelajaran hanya mengulas materi dan memberi soal evaluasi kepada

    siswa. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak diterapkan pada

    pertemuan ketiga.

    4.2.3.3 Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Siklus II

    Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh

    terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini tabel 4.11 tentang minat siswa SDN

    Plumutan pada mata pelajaran IPA siklus II.

    Tabel 4.11

    Distribusi Frekuensi Minat Belajar IPA Siklus II

    Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%)

    Sangat berminat 127-150 19 82,61

    Berminat 103-126 4 17,39

    Cukup berminat 79-102 0 0

    Kurang berminat 55-78 0 0

    Tidak berminat 31-54 0 0

    Jumlah 23 100

  • 106

    Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang

    paling banyak berada pada rentang 127-150 dengan jumlah siswa 19 dan

    persentasenya 82,61% yang berarti bahwa tingkat minat belajar yang dimiliki

    siswa terdapat pada siklus II berada pada kriteria sangat berminat atau minat

    tinggi. Pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model koopertif tipe

    TGT dapat meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran IPA. Gambaran

    tentang frekuensi minat belajar siswa terhadap IPA pada siklus II bisa dilihat pada

    gambar 4.7 berikut ini.

    Gambar 4.7 Diagram Minat Belajar IPA Siklus II

    4.2.3.4 Hasil Belajar IPA Siklus II

    Hasil belajar IPA pada siklus mengalami peningkatan keberhasilan

    belajar siswa. Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang memperoleh

    nilai antara 65-70 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,69%, yang memperoleh

    nilai antara 71-76 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,69%, yang memperoleh

    nilai antara 77-82 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh nilai antara 83-88

    sebanyak 5 siswa, yang memperoleh nilai antara 89-94 sebanyak 6 siswa, dan

    yang memperoleh nilai antara 95-100 sebanyak 4 siswa. Berikut ini hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran IPA siklus II dapat disajikan pada tabel 4.12.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    127-150Sangat

    berminat

    103-126berminat

    79-102 Cukupberminat

    55-78 Kurangberminat

    31-54 Tidakberminat

    Fre

    kue

    nsi

    Kriteria

    Minat Belajar IPA Siklus II

  • 107

    Tabel 4.12

    Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

    No Rentang

    Nilai Frekuensi

    Persentase

    (%)

    Keterangan

    Ketuntasan Jumlah

    Siswa

    Persentase

    (%)

    1 65-70 2 8,69 Tuntas

    23 100

    2 71-76 2 8,69 Tuntas

    3 77-82 4 17,40 Tuntas

    4 83-88 5 21,74 Tuntas

    5 89-94 6 26,08 Tuntas

    6 95-100 4 17,40 Tuntas

    Jumlah 23 100

    Nilai

    Terendah

    65

    Nilai

    Tertinggi

    100

    Rata-rata 85

    Hasil belajar siklus II bila disajikan dalam bentuk diagram batang adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 4.8 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus II

    Setelah siklus II berakhir dapat diketahui bahwa 23 siswa yang

    mencapai KKM ≥ 65 dengan persentase 100%. Pada siklus II ini mengalami

    peningkatan hasil belajar dari 91,3% menjadi 100%. Sehingga siklus II meningkat

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100

    Fre

    ku

    ensi

    Rentang Nilai

    Hasil Belajar IPA Siklus II

  • 108

    sebesar 8,7%. Jadi pembelajaran siklus II sudah berjalan sesuai rencana, melihat

    dari hasil belajar siswa pada siklus II yang sudah mencapai 100%.

    Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) pada tabel 4.13

    ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dapat disajikan sebagai berikut.

    Tabel 4.13

    Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II

    Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase

    (%)

    ≥65 Tuntas 23 100

    < 65 Belum Tuntas 0 0

    Jumlah 23 100

    Ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus II

    mencapai 100%. Jadi, semua siswa dengan jumlah 23 tuntas atau 100% sudah

    mencapai KKM = 65. Untuk lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat

    pada gambar 4.4 berikut.

    Gambar 4.9 Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus II

    4.2.4 Data Perbandingan Hasil Analisis Data Kondisi Awal, Siklus I, dan

    Siklus II

    4.2.4.1 Data Observasi Siklus I dan Siklus II

    Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer oleh guru kelas 5B

    pada guru kelas 5A saat proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Untuk mengetahui

    100.00%

    Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II

    Tuntas

    Belum Tuntas

  • 109

    perbandingan hasil observasi pada saat Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada

    table 4.14.

    Tabel 4.14

    Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa

    Siklus I dan Siklus II

    No Aspek Skor Siklus I Skor Siklus II

    Guru Siswa Guru Siswa

    1 Pra Pembelajaran 5 6 7,5 7

    2 Kegiatan Awal Pelajaran 10,5 8 14,5 9

    3 Kegiatan Inti Pembelajaran 62 71,5 69,5 86

    4 Penutup 11 5,5 14 7,5

    Jumlah 88,5 91 111 109,5

    Persentase 69,14% 71,09% 86,71% 85,5%

    Kategori Cukup

    Baik

    Baik Sangat

    Baik

    Sangat

    Baik

    Berdasarkan tabel 4.14, dapat diketahui bahwa hasil observasi pada

    kinerja guru dan siswa siklus I dan siklus II pada pelajaran IPA kelas 5A SDN

    Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang mengalami peningkatan.

    Pada indikator pra pembelajaran pada siklus 1 jumlah skor yang didapat adalah 5

    pada kinerja guru sedangkan untuk aktivitas siswa mendapat skor 6. Pada siklus II

    untuk aktivitas guru mendapat skor 7,5 dan siswa 7. Kegiatan awal pembelajaran

    pada siklus I untuk kinerja guru mendapat skor 10,5 dan siswa 8, sedangkan pada

    siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 14,5 dan siswa mendapat skor 9.

    Sedangkan pada kegiatan inti pada siklus I untuk kinerja guru mendapat skor 62

    dan siswa 71,5, sedangkan pada siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 69,5

    sedangkan untuk aktivitas siswa mendapat skor 86. Pada indikator penutup siklus

    I pada kinerja guru mendapat skor 11 dan pada aktivitas siswa mendapat skor 5,5

    sedangkan pada siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 14 dan siswa 7,5.

    Total skor yang diperoleh guru 88,5 dan siswa 91 pada siklus I, sedangkan pada

    siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 111 dan siswa 109,5. Persentase

    observasi kinerja guru pada siklus I adalah 69,14% dengan kategori cukup baik ,

    persentase ini mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 86,71% dengan

    kategori sangat baik, untuk aktivitas siswa pada siklus I persentasenya adalah

    71,09% dengan kategori baik dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan

  • 110

    persentase 85,5% dengan kategori sangat baik. Dari hasil observasi guru dan

    siswa dapat disimpulkan bahwa pada kinerja guru mengalami peningkatan dari

    siklus I ke siklus II begitu pula dengan aktivitas siswa.

    4.2.4.2 Perbandingan Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Kondisi Awal,

    Siklus I, dan Siklus II

    Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian, maka

    dapat diketahui telah terjadi peningkatan minat belajar siswa terhadap IPA melalui

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) pada siswa

    kelas 5A SDN Plumutan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15

    berikut.

    Tabel 4.15

    Perbandingan Minat Belajar Siswa Terhadap IPA pada Pembelajaran

    Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

    Siklus

    Sangat

    Berminat

    (127-150)

    Berminat

    (103-126)

    Cukup

    Berminat

    (79-102)

    Kurang

    Berminat

    (55-78)

    Tidak

    Berminat

    (31-54)

    f % f % f % f % f %

    Kondisi

    Awal 3 13,04 5 21,75 12 52,17 3 13,04 0 0

    Siklus I 7 30,43 9 39,13 5 21,74 2 8,7 0 0

    Siklus II 19 82,61 4 17,39 0 0 0 0 0 0

    Dari tabel 4.15 dapat terlihat adanya peningkatan minat belajar siswa

    pada mata pelajaran IPA. Pada kondisi awal siswa cenderung pasif dalam

    pembelajaran sehingga minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah.

    Dapat dilihat siswa dengan kriteria sangat berminat sebanyak 3 siswa (13,04%),

    jumlah siswa pada kriteria berminat sebanyak 5 siswa (21,75%), jumlah siswa

    pada kriteria cukup berminat sebanyak 12 siswa(52,17%), jumlah siswa pada

    kriteria kurang berminat sebanyak 3 siswa (13,04%), dan pada kriteria tidak

    berminat tidak ada frekuensinya. Pada siklus I terjadi peningkatatan yang cukup

    baik, siswa dengan kriteria sangat berminat bertambah menjadi 7 siswa (30,43%),

    pada kriteria berminat bertambah menjadi 9 siswa (39,13%), pada kriteria cukup

    berminat berkurang menjadi 5 siswa (21,74%), pada kriteria kurang berminat

    berkurang menjadi 2 siswa (8,7%), dan tidak ada siswa yang berada pada kriteria

  • 111

    tidak berminat. Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat drastis.

    Hal ini dapat dilihat bahwa siswa yang berada pada kriteria sangat berminat

    meningkat sebanyak 19 siswa (82,61%), pada kriteria berminat berkurang menjadi

    4 siswa (17,39%), dan tidak ada siswa yang berada pada kriteria cukup berminat,

    kurang berminat atau tidak berminat. Hal ini dapat digambarkan pada gambar 4.10

    diagram perbandingan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA.

    Gambar 4.10 Diagram Perbandigan Minat Belajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

    Gambar 4.10 menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa pada

    mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    (Team Games Tournament). Hal ini dapat diketahui bahwa jumlah siswa

    terbanyak pada kondisi awal berada pada kriteria kurang berminat sebanyak 12

    siswa. Pada siklus I jumlah siswa terbanyak pada kriteria berminat sebanyak 9

    siswa dan pada siklus II jumlah siswa terbanyak pada kriteria sangat berminat

    yaitu sebanyak 19 siswa.

    4.2.4.3 Perbandingan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas 5A SDN Plumutan

    diketahui bahwa hasil belajar IPA pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II

    mengalami peningkatan. Berhasil atau tidaknya model pembelajaran kooperatif

    3

    5

    12

    3

    0

    7

    9

    5

    2

    0

    19

    4

    0 0 0 0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    127-150Sangat

    berminat

    103-126berminat

    79-102Cukup

    berminat

    55-78Kurang

    berminat

    31-54 Tidakberminat

    Fre

    kue

    nsi

    Kriteria

    Perbandingan Minat Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

    Kondisi Awal

    Siklus I

    Siklus II

  • 112

    tipe TGT dapat diketahui dengan mengambil nilai ulangan harian IPA materi

    pesawat sederhana pada kondisi awal dengan jumlah 23 siswa dan

    membandingkannya dengan hasil soal evaluasi yang diberikan pada akhir siklus I

    dan siklus II. Hasil perbandingannya dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut.

    Tabel 4.16

    Perbandingan Hasil Belajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

    No Kriteria

    Nilai

    Kondisi Awal Siklus 1 Siklus II

    f (%) f (%) f (%)

    1 Tuntas

    ≥65

    8 34,78 21 91,3 23 100

    2 Tidak

    tuntas

  • 113

    atau 23 siswa tuntas KKM, sehingga pelaksanaan penelitian siklus II dikatakan

    sudah berhasil meningkatkan hasil belajar IPA.

    Perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus

    II dapat disajikan dalam bentuk gambar 4.11 berikut.

    Gambar 4.11 Diagram Perbandingan Hasil Belajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

    Berdasarkan gambar 4.11 maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar

    materi pokok cahaya setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan

    menggunakan model kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dapat

    dilihat jumlah siswa yang tuntas KKM ≥65 pada kondisi awal sebanyak 8 siswa

    dan yang belum tuntas KKM sebanyak 15 siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang

    tuntas KKM meningkat menjadi 21 siswa dan yang belum tuntas KKM berkurang

    menjadi 2 siswa. Kemudian pada siklus II siswa yang tuntas KKM meningkat

    menjadi 23 siswa atau seluruh siswa dinyatakan sudah tuntas KKM ≥65.

    4.3 Pembahasan

    Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum tindakan (kondisi

    awal) diperoleh minat dan hasil belajar IPA siswa kela 5 SDN Plumutan rendah.

    Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru masih

    masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa jenuh untuk

    Kondisi Awal Siklus I Siklus II

    Tuntas 8 21 23

    Belum Tuntas 15 2 0

    8

    21 23

    15

    2 0

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    Fre

    ku

    ensi

    Perbandingan Hasil Belajar IPA

    Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

  • 114

    mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa

    mengalami kesulitan belajar. Dampak dari kondisi tersebut yaitu minat belajar

    belum mencapai indikator dan hasil belajar IPA siswa rendah KKM belum

    tercapai.

    Berdasarkan perolehan hasil minat belajar IPA siswa kelas 5 SDN Plumutan

    pada kondisi awal. Dari hasil angket minat siswa yang berada pada kriteria sangat

    berminat ada 3 siswa dengan persentase 13,04%, kriteria berminat ada 5 siswa

    dengan presentase 21,75%, kriteria cukup berminat ada 12 siswa dengan

    presentase 52,17% dan masih ada 3 siswa atau 13,04% berada pada kriteria

    kurang berminat. Kondisi ini menyatakan bahwa hasil minat belajar IPA belum

    mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan yaitu 75% siswa berada pada

    kriteria sangat berminat. Kemudian pada hasil belajar banyak siswa yang belum

    tuntasi KKM ≥65. Dari hasil ulangan harian IPA materi pesawat sederhan atau

    sebelum tindakan (kondisi awal) yang tuntas KKM sebanyak 8 siswa (54,78%),

    dan yang belum tuntas KKM sebanyak 15 siswa (65,22%). Kondisi ini

    menyatakan bahwa hasil belajar IPA belum mencapai indikator kinerja yang

    sudah ditetapkan yaitu 100%.

    Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang sesuai untuk meningkatkan minat

    dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik.

    Siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran dan pemahaman materi apabila

    siswa dapat melihat sesuatu yang nyata dan dapat terlibat aktif dalam

    pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga siswa tidak merasa

    kesulitan dan bosan dalam mengikuti pelajaran IPA.

    Pada kegiatan pembelajaran siklus I guru menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Guru mengaitkan pelajaran

    sekarang dengan pelajaran sebelumnya. Siswa mulai aktif melakukan tanya jawab

    dengan guru pada kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru

    membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.Saat kegiatan

    pembelajaran guru menggunakan contoh benda nyata serta siswa melakukan

    percobaan secara langsung dengan media/alat peraga tentang sifat-sifat cahaya.

    Setelah itu siswa melakukan game/turnamen akademik pada meja-meja turnamen

  • 115

    yang sudah disediakan. Game berisi kuis-kuis sederhana yang berhubungan

    dengan materi. Jika pertandingan sudah selesai, maka siswa dan guru menghitung

    skor yang diperoleh. Kemudian guru memberikan penghargaan berdasarkan

    perolehan skor yang sudah dirata-rata. Dari kegiatan pembelajaran yang telah

    dilakukan terlihat adanya peningkatan antusias siswa terhadap minat dan hasil

    belajar IPA. Minat dan hasil belajar IPA siswa meningkat dengan adanya proses

    belajar yang bermakna serta melibatkan kemampuan yang dimiliki siswa.

    Pelaksanaan siklus I guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

    TGT (Team Games Tournament) hasil angket minat belajar siswa meningkat yaitu

    pada kriteria sangat berminat sebanyak 7 siswa atau 30,43%, tetapi belum

    mencapai indikator kinerja yaitu 75% siswa berada pada kriteria sangat berminat.

    Pada hasil belajar IPA yang mencapai tuntas KKM ≥65 sebanyak 21 siswa atau

    91,3%, namun masih ada 2 siswa atau 8,7% yang belum tuntas KKM. Oleh

    karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus II.

    Pada siklus II guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    (Team Games Tournament) minat belajar siswa lebih meningkat sebanyak 19

    siswa atau 82,61% berada pada krtieria sangat berminat. Jadi hasil minat belajar

    siswa terhadap IPA sudah melebihi indikator kinerja yang sudah ditentukan yaitu

    75% siswa berada pada kriteria sangat berminat. Kemudian, dari hasil soal

    evaluasi perolehan hasil belajar siswa siklus II yang mencapai tuntas KKM ≥65

    adalah sebanyak seluruh siswa atau 23 siswa (100%). Hasil belajar siswa siklus II

    sudah menunjukkan peningkatan dan mencapai indikator kinerja yang sudah

    ditentukan yaitu 100% siswa tuntas KKM ≥65. Peningkatan kemampuan guru

    dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

    Tournament) dilihat dari lembar observasi sudah terlihat sangat baik, langkah-

    langkah pembelajaran terlaksana dengan baik dan guru juga sudah menguasai

    metode dengan baik.

    Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Tukiran Taniredja, dkk

    (2011:72), yang menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe

    TGT antara lain:

    1. Siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

  • 116

    2. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.

    3. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.

    4. Motivasi belajar siswa bertambah.

    5. Pemahaman yang lebih mendalam tehadap pokok bahasan.

    6. Membuat interaksi belajar antara guru dengan siswa menjadi hidup.

    7. Pembelajaran menjadi tidak membosankan.

    Kelebihan tersebut sudah terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran

    sehingga menyebabkan siswa dapat lebih memahami materi. Selanjutnya, minat

    dan hasil belajar IPA meningkat sesuai dengan indikator kinerja yang sudah

    ditentukan.

    Berdasarkan pengamatan terhadap minat dan hasil belajar siswa, maka

    dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) adalah model

    pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan minat dan hasil

    belajar siswa.Untuk itu seyogyanya guru dapat menggunakan model pembelajaran

    ini dalam kegiatan pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA. Namun,

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) juga dapat

    diterapkan pada mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa

    demi meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang

    diajarkan.