BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan...
-
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
4.1.1 Gambaran Umum SDN Plumutan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Plumutan Kecamatan Bancak,
Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian kelas 5A pada semester II tahun
pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa kelas 5A SDN Plumutan sebanyak 23 siswa,
terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Letak SDN Plumutan
berada di wilayah Dusun Kalisari, Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah.
Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Plumutan sudah cukup
memadai. SDN Plumutan terdiri dari 12 ruang, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang
UKS, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang dapur, 1 ruang gudang, 2 toilet guru dan 2
toilet siswa. Setiap ruang memiliki ventilasi yang cukup memadai dan penerangan
yang cukup. Suasana SDN Plumutan nyaman dan asri karena letaknya yang
berada di pedesaan sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.
Alat peraga yang dimiliki SDN Plumutan sudah cukup lengkap, hanya
saja penggunaan alat peraga tersebut jauh dari maksimal. Buku pelajaran yang
dimiliki sekolah lebih sedikit dari jumlah siswa, sehingga kurang memadai. SDN
Plumutan adalah sekolah paralel yang terdiri dari kelas 1 sampai 6 dengan jumlah
seluruh siswa adalah 299 siswa. Staf pengajar terdiri dari 12 guru kelas, 2 guru
agama Islam, 1 guru olahraga, 1 guru Bahasa Inggris, 1 Kepala Sekolah, dan 1
penjaga sekolah. Kegiatan pembelajaran berlangsung mulai pukul 07.00 sampai
dengan pukul 12.10 , kecuali pada hari Jumat dan Sabtu berlangsung mulai pukul
07.00 sampai dengan pukul 11.00. Seluruh siswa berasal dari penduduk desa
Plumutan. Sebagian besar orang tua siswa bermata pencaharian sebagai petani.
Kesadaran belajar siswa SDN Plumutan umumnya masih rendah. Hal ini dapat
dilihat dari ketuntasan hail belajar siswa yang rendah karena siswa kurang minat
terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru, khususnya pada kelas 5A.
-
72
4.1.2 Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian siklus I dan II, penulis terlebih dahulu
menganalisis data berdasarkan kondisi awal yang diperoleh dari hasil observasi
pada saat guru mengajar di kelas 5A SDN Plumutan. Guru masih menerapkan
metode pembelajaran yang konvensional sehingga pembelajaran bersifat monoton
dimana guru hanya berceramah saja, sedangkan siswa kurang aktif. Siswa hanya
duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru, bahkan ada beberapa siswa yang
menciptakan kegaduhan. Selain itu, guru juga tidak memanfaatkan alat peraga
yang sudah ada dengan baik dan media pembelajaran yang digunakan kurang
inovatif. Dari hasil observasi pada kondisi awal, ternyata minat dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA masih sangat rendah karena masih banyak siswa
yang belum memahami materi dengan baik. Penulis memberikan angket minat
belajar kepada siswa sebelum dilaksanakan siklus I dan siklus II dan simpulkan
hasilnya masih banyak siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran IPA.
Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA ternyata berpengaruh terhadap
ketuntasan hasil belajar siswa tersebut.
Berdasarkan deskripsi kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif agar minat dan hasil belajar siswa
meningkat. Penulis bekerjasama dengan guru kelas 5A untuk merancang
penelitian tindakan kelas sesuai dengan rencana yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
akan diterapkan dalam dalam dua siklus.
4.1.3 Deskripsi Siklus I
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament) pada siklus I ini terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai
berikut:
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus I
Setelah diperoleh data dari hasil belajar IPA pada kondisi awal, data
tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengambil tindakan yang tepat agar
-
73
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5A SDN
Plumutan. Maka sebelum melakukan pelaksanaan tindakan siklus I penulis dan
guru kelas 5A melakukan diskusi tentang metode dan alat peraga yang akan
digunakan untuk penelitian, kemudian menentukan waktu pelaksanaan siklus I.
Perencanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
A. Pertemuan Pertama
Sebelum dilaksanakan siklus I pada pertemuan pertama, terlebih dahulu
penulis berdiksusi dengan guru kelas 5A tentang metode pembelajaran yang akan
diterapkan dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta
menyiapkan alat peraga yang akan dipergunakan saat mengajar. Selain itu, penlisi
juga menyiapkan perlengkapan lain seperti: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, buku pelajaran,
perlengkapan yang digunakan saat pertandingan. Peneliti merancang RPP materi
pokok cahaya dan sifatnya, kemudian menentukan tujuan pembelajaran. Setelah
itu guru menetapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan pertama siswa berdiskusi bersama
kelompoknya menyebutkan sifat-sifat cahaya, kemudian menjelaskan cahaya
merambat lurus melalui percobaan dan mendeskripsikan sifat cahaya yang
mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
B. Pertemuan Kedua
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 sebagai tindak
lanjut dari hasil belajar dan kekurangan/kelemahan pada pertemuan 1. Pada
pertemuan 2 ini siswa bersama kelompoknya melakukan percobaan tentang
cahaya dan sifatnya yaitu membuktikan bayangan yang dihasilkan pada cermin
datar dan cermin lengkung, serta memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya.
Sebelum mengajar pada pertemuan 2, maka penulis menyiapkan segala sesuatu
yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), materi cahaya dan sifatnya, lembar observasi untuk guru dan
siswa saat proses pembelajaran, buku pelajaran serta lembar soal evaluasi dan
lembar jawaban untuk siswa yang dikerjakan secara individu, serta ruang/lokasi
-
74
yang akan digunakan untuk proses pembelajaran. Kemudian penulis juga
menyiapkan angket minat siswa terhadap mata pelajaran IPA.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah
disusun diterapkan pada pembelajaran di kelas 5A SDN Plumutan. Pelaksanaan
siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
tanggal 25 Maret 2014, sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 26 Maret 2014.
Alokasi waktu pada siklus I adalah 5 x 35 menit dengan rincian pertemuan
pertama 2 x 35 menit dan pertemuan kedua 3 x 35 menit. Berikut ini adalah
rincian pelaksanaan tindakan siklus I:
A. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25
Maret 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus I adalah
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok cahaya dan sifat-
sifatnya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (1) menyebutkan sifat-
sifat cahaya; (2) menjelaskan sifat cahaya merambat lurus; (3) mendeskripsikan
sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, gelap). Berikut
adalah langkah-langkah pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini sesuai desain perencanaan pembelajaran,
guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa, guru
melakukan kegiatan absensi/presensi siswa, kemudian memeriksa kesiapan
siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru memberikan
pertanyaan apersepsi: ”Pernahkah kalian bercermin? Mengapa wajah
kalian bisa muncul di cermin?” (guru mambawa cermin dan menyuruh
salah satu siswa untuk bercermin). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru menjelaskan kepada
siswa langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe TGT terdiri
dari presentasi kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim.
-
75
2. Kegiatan Inti
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi
guru mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang sifat-sifat cahaya.
Kemudian guru menjelaskan materi secara garis besar tentang cahaya dan
sifat-sifatnya. Setelah itu, guru membagi tim kelompok siswa secara
heterogen. Satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian, guru
menjelaskan tugas kelompok dan membagi Lembar Kerja Siswa (LKS).
Di tim kelompok siswa berdiskusi mengerjakan LKS untuk memahami
materi lebih lanjut dengan kelompok yang sudah dibagi oleh guru. Siswa
bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan sifat-sifat
cahaya sesuai dengan petunjuk yang ada pada lembar kerja siswa yaitu
membuktikan sifat cahaya dapat merambat lurus dan sifat cahaya
mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap) dengan alat
peraga yang sudah dibawa oleh masing-masing kelompok. Setiap
kelompok berkewajiban memastikan anggota kelompoknya benar-benar
memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan agar saat melakukan
permainan tidak mengalami kesulitan. Guru membimbing siswa
melakukan diskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah semua
kelompok selesai mengerjakan lembar kerja siswa, guru meminta salah
satu kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Siswa yang tidak presentasi boleh bertanya atau
menanggapi. Kemudian LKS tersebut dibahas bersama oleh guru.
Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan games akademik
untuk memastikan seluruh anggota siswa kelompok telah menguasai
materi pelajaran. Guru menyiapkan lembar perhitungan skor, kartu soal
dan jawaban, serta alat/bahan untuk permainan. Dalam games akademik
siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen
merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Siswa menempati meja
turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam
satu meja turnamen kemampuan setiap siswa diusahakan setara. Siswa
menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan
-
76
turnamen. Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi
oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan
soal yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah
waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan
hasil jawaban yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.
Kemudian pembaca soal membacakan jawaban soal tersebut. Apabila
penantang pemain menjawab benar, maka berhak mendapatkan kartu poin.
Jika pemain menjawab salah dan penantang menjawab benar, maka poin
diberikan kepada penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua
pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Permainan
dilanjutkan sampai semua kartu soal habis dibacakan. Setiap peserta dalam
satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan
penantang dengan bergeser posisi searah jarum jam. Pemain menjadi
pembaca soal, penantang pertama menjadi pemain, penantang kedua
menjadi penantang pertama, pembaca soal sebagai penantang kedua, dan
seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua pemain
merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang. Jika
permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen
putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Selanjutnya pemain
kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masing-
masing pemain.
Guru mencatat skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan
akademik pada lembar perhitungan skor. Skor yang diperoleh oleh
masing-masing anggota kelompok dijumlahkan kemudian dibagi dengan
banyaknya anggota kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok
yang berhasil memperoleh rata-rata poin yang didapat oleh kelompok
tersebut yang memenuhi kriteria good team, great team dan super team.
Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang
belum dipahami siswa dan guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa.
Kemudian memberikan refleksi pembelajaran.
-
77
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat kesimpulan
hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian, Guru menyuruh
siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya yaitu tentang membuktikan bayangan yang dihasilkan pada
cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) dan
memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-
hari. Guru juga menyuruh setiap kelompok untuk membawa alat peraga
masing-masing antara lain: cermin, sendok, pensil, uang logam, gelas
bening, dan air. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
penutup.
B. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26
Maret 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus I adalah
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok cahaya dan sifat-
sifatnya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut yaitu (4) membuktikan
bayangan yang dihasilkan pada cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau
cekung); (5) memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan
sehari-hari. Pada pertemuan kedua ini guru memberikan angket minat siswa
terhadap mata pelajaran IPA yang diberikan pada akhir pembelajaran. Berikut
rincian kegiatan pada pertemuan kedua:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi
siswa, memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah
itu guru memberikan pertanyaan apersepsi tentang materi yang sudah
dipelajari sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa langkah-
langkah pembelajaran model kooperatif tipe TGT terdiri dari penyajian
kelas, tim kelompok, game/turnamen, dan penghargaan tim.
-
78
2. Kegiatan Inti
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi
guru mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang sifat-sifat cahaya.
Kemudian guru menjelaskan materi secara garis besar tentang cahaya dan
sifat-sifatnya. Setelah itu, siswa berkumpul bersama kelompoknya sesuai
pertemuan kemarin. Satu tim kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian,
guru menjelaskan tugas tim kelompok dan membagi Lembar Kerja Siswa
(LKS). Dalam tim kelompok siswa berdiskusi mengerjakan LKS untuk
memahami materi lebih lanjut dengan kelompok yang sudah dibagi oleh
guru. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan
sifat-sifat cahaya sesuai dengan petunjuk yang ada pada lembar kerja
siswa. Setiap kelompok berkewajiban memastikan anggota kelompoknya
benar-benar memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan agar saat
melakukan permainan tidak mengalami kesulitan. Guru membimbing
siswa melakukan diskusi untuk mengerjakan lembar kerja siswa. Setelah
semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja siswa, guru meminta
salah satu kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. Siswa yang tidak presentasi boleh bertanya atau
menanggapi. Kemudian LKS tersebut dibahas bersama oleh guru.
Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan games akademik
untuk memastikan seluruh anggota siswa kelompok telah menguasai
materi pelajaran. Guru menyiapkan lembar perhitungan skor, kartu soal
dan jawaban, serta alat/bahan untuk permainan. Dalam games akademik
siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen
merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Siswa menempati meja
turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam
satu meja turnamen kemampuan setiap siswa diusahakan setara. Siswa
menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan
turnamen. Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi
oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan
soal yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
-
79
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah
waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan
hasil jawaban yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.
Kemudian pembaca soal membacakan jawaban soal tersebut. Apabila
penantang pemain menjawab benar, maka berhak mendapatkan kartu poin.
Jika pemain menjawab salah dan penantang menjawab benar, maka poin
diberikan kepada penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua
pemain menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Permainan
dilanjutkan sampai semua kartu soal habis dibacakan. Setiap peserta dalam
satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan
penantang dengan bergeser posisi searah jarum jam. Pemain menjadi
pembaca soal, penantang pertama menjadi pemain, penantang kedua
menjadi penantang pertama, pembaca soal sebagai penantang kedua, dan
seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua pemain
merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang. Jika
permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen
putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Selanjutnya pemain
kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masing-
masing pemain.
Guru mencatat skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan
akademik pada lembar perhitungan skor. Skor yang diperoleh oleh
masing-masing anggota kelompok dijumlahkan kemudian dibagi dengan
banyaknya anggota kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok
yang berhasil memperoleh rata-rata poin yang didapat oleh kelompok
tersebut yang memenuhi kriteria good team, great team dan super team.
Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum
dipahami siswa dan guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa.
Kemudian memberikan refleksi pembelajaran.
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Siswa mengerjakan soal
-
80
evaluasi secara individu pada lembar jawab yang diberikan oleh guru.
Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi, guru memberikan angket minat
belajar IPA kepada siswa untuk diisi secara individu. Setelah selesai, guru
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
4.1.3.3 Obervasi Siklus I
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan
tindakan. Selama kegiatan pembelajaran pada siklus I berlangsung, penulis
menerima bantuan dari observer yaitu guru kelas 5B untuk mengamati jalannya
kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi
lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item
untuk mengamati guru kelas 5A saat proses belajar mengajar dan aktivitas siswa
saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru dan siswa
pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk
memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, guru telah
menerapkan model pembelajaran kooperatife tipe TGT (Team Games
Tournament) dengan baik. Guru dapat mengatur serta mengendalikan
keberlangsungan proses belajar mengajar. Namun saat awal pembelajaran, banyak
siswa yang masih bingung dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Team Games Tournament) karena model pembelajaran yang diterapkan
masih baru untuk siswa. Akan tetapi, guru dapat mengantisipasi hal tersebut
dengan cara menjadi fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswi yang
mengalami kesulitan.
Observasi yang dilakukan pada tahap ini juga meliputi observasi
aktivitas siswa. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh observer
menunjukkan sudah lebih dari separuh siswa yang sudah antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Namun, masih ada sebagian siswa yang bingung dalam
-
81
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament) walaupun siswa sudah turut serta dalam tugas belajarnya.
4.1.3.4 Refleksi Siklus I
Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I yang terdiri dari
pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Penulis melakukan diskusi untuk
merefleksi tentang pelaksanaan siklus I yang melibatkan guru kelas dan teman
sejawat (guru observer). Peneliti mengalami permasalahan yang berpengaruh
terhadap minat dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari rendahnya minat siswa
terhadap pembelajaran IPA, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA.
Saat kegiatan pembelajaran berlangsung banyak siswa yang belum
memahami langkah-langkah pembelajaran TGT karena model pembelajaran ini
masih baru diterapkan pada siswa, sehingga siswa banyak yang masih bingung.
Banyak siswa yang belum menguasai materi, mereka cenderung hanya diam saja
dan tidak mau bertanya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama dan
kedua, maka secara keseluruhan hasil refleksi yang digunakan untuk memperbaiki
siklus I dan selanjutnya untuk ditingkatkan pada siklus II antara lain:
1. Kelebihan
a. Sebagian siswa sudah mulai berani bertanya, menjawab, serta
mengutarakan pendapat saat presentasi maupun diskusi kelompok.
b. Guru sudah menjelaskan materi dengan baik.
c. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak monoton.
d. Antusias siswa pada pembelajaran mulai tampak.
e. Kesiapan ruang dan alat peraga sudah terlaksana dengan baik.
f. Minat siswa terhadap pelajaran IPA mulai tampak dari kegiatan
praktikum IPA, siswa sudah mulai aktif dalam diskusi.
2. Kekurangan
a. Pelaksanaan pembelajaran belum runtut tidak sesuai yang tercantum
dalam RPP.
-
82
b. Kesiapan siswa masih perlu diperhatikan sebelum memulai
pembelajaran.
c. Siswa belum begitu memahami langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TGT, masih ada siswa yang bingung pada aturan
turnamen.
d. Ada beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain, sehingga
kurang konsentrasi.
e. Siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok.
f. Banyak siswa yang belum menguasai materi karena terbiasa dengan
penerimaan materi yang disampaikan oleh guru melalui metode
ceramah.
g. Siswa merasa kurang antusias karena alat peraga yang digunakan sudah
biasa.
h. Membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaan tindakan
menggunakan model TGT.
i. Alokasi waktu belum berjalan dengan tepat sehingga tujuan
pembelajaran belum tercapai secara maksimal.
3. Penyelesaian
Cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada siklus I
adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan kesiapan siswa lebih matang sebelum memulai
pembelajaran agar perhatian siswa dapat terkontrol.
b. Guru sebaiknya menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TGT.
c. Memberikan perhatian yang lebih untuk siswa yang sering membuat
kegaduhan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar tidak
mengganggu konsentrasi siswa lain.
d. Membiasakan siswa bekerja dalam kelompok.
e. Menggunakan alat peraga yang menarik sehingga minat dan antusias
siswa terhadap mata pelajaran IPA nampak.
-
83
f. Menambah waktu lebih banyak lagi agar siswa dapat menguasai materi
secara menyeluruh.
g. Guru harus pandai mengkondisikan siswa agar pembelajaran dengan
model TGT dapat berjalan lancar, tanpa menghabiskan waktu banyak.
h. Pengalokasian waktu lebih diperhatikan lagi agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara maksimal.
4.1.4 Deskripsi Siklus II
4.1.4.1 Perencanaan Siklus II
Melalui refleksi siklus I maka dapat diketahui kekurangan dan
kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Siklus II dilaksanakan untuk
memperbaiki kekurangan pada kegiatan pembelajaran siklus I dan untuk
menindak lanjuti proses pembelajaran agar berjalan dengan lebih baik lagi dan
sesuai dengan rencana. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini sama dengan
siklus I, namun pokok bahasan materi yang digunakan berbeda. Pelaksanaan
siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
tanggal 22 April 2014, pertemuan kedua pada tanggal 23 April 2014, dan
pertemuan ketiga pada tanggal 24 April 2014. Sebelum dilaksanakan siklus II
pada pertemuan pertama, terlebih dahulu penulis menjelaskan tentang metode
pembelajaran dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta
menyiapkan alat peraga yang akan dipergunakan saat mengajar. Selain itu, penulis
juga menyiapkan perlengkapan lain seperti: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP); lembar observasi guru dan siswa; lembar kerja siswa; lembar soal evaluasi
maupun lembar jawaban; dan angket minat siswa terhadap IPA.
4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah
disusun diterapkan pada pembelajaran di kelas 5A dan terdiri dari 3 pertemuan.
Berikut ini merupakan rincian kegiatan pembelajaran pada siklus II:
A. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 22 April
2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus II adalah membuat
-
84
suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan
menerapkan sifat-sifat cahaya, dengan materi pokok “Karya/Model Berteknologi
Sederhana yang Menerapkan Sifat Cahaya”. Sedangkan indikator pembelajaran
tersebut yaitu (1) menyebutkan macam-macam karya/model berteknologi
sederhana yang menerapkan sifat cahaya; (2) menentukan model/karya yang akan
dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya (3) memilih dan menentukan
berbagai alat/bahan yang sesuai. Berikut ini merupakan rincian kegiatan
pembelajarannya:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi
siswa, dan memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru
bertanya kepada siswa ”alat apa saja yang cara kerjanya memanfaatkan
sifat cahaya?” Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe TGT terdiri dari: penyajian kelas, tim kelompok,
game/turnamen, dan penghargaan tim.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kegiatan inti meliputi
guru mengeksplorasi pengetahuan siswa dengan melakukan tanya jawab
yang berhubungan dengan materi karya/model apa saja yang menerapkan
sifat-sifat cahaya?”. Melalui tanya jawab siswa dapat menentukan model
yang akan dibuat dengan menerapkan sifat cahaya. Kemudian guru
menjelaskan secara singkat tentang materi karya/berteknologi sederhana
yang menerapkan sifat cahaya. Setelah itu, guru membagi kelompok siswa
secara heterogen satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan guru
menjelaskan tugas kelompok yang akan dilakukan yang selanjutnya
dikerjakan pada lembar kerja siswa yang sudah disediakan oleh guru.
Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk memilih dan menentukan
bahan/benda yang sesuai untuk membuat periskop. Siswa bersama
kelompok melakukan percobaan untuk membuat periskop. tentang alat
-
85
optik dan mempelajari materi yang sudah diberikan oleh guru. Anggota
yang sudah mengerti harus menjelaskan kepada anggota kelompoknya
yang belum mengerti tentang tugas atau materi yang sudah diberikan oleh
guru. Guru bersama siswa menyiapkan meja turnamen yang digunakan
untuk permainan. Guru mempesiapkan papan skor, kotak soal dan alat
permainan. Siswa menempati meja turnamen sesuai dengan kelompok
yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa berdiskusi untuk mengerjakan
tugas kelompok pada lembar kerja siswa yang berisi soal. Guru
membimbing diskusi siswa. Setiap kelompok berkewajiban memastikan
anggota kelompoknya benar-benar memahami pertanyaan dan jawaban
yang diberikan agar saat melakukan permainan tidak mengalami kesulitan,
dan kemudian hasil diskusi tadi dipresentasikan di depan kelas. Guru
meluruskan hasil diskusi yang sudah dikerjakan siswa. Siswa
menempatkan diri pada posisinya masing-masing untuk melakukan
permainan. Guru menyiapkan kartu soal dan siswa memilih kartu soal
tersebut dan mengerjakannya secara individu (permainan dilakukan
sebanyak 1 kali dikerjakan dalam waktu 5 menit). Guru mengumpulkan
jawaban siswa. Setelah itu, guru menjelaskan aturan turnamen. Siswa
menempatkan diri dalam posisinya masing-masing dalam tim.
Setiap meja turnamen diisi oleh pembaca soal dan para pemain
(penantang). Pembaca soal membacakan soal yang sudah diberikan guru
dan pemain pertama menjawab soal sesuai dengan batas waktu yang
tertera dalam soal. Kemudian pembaca soal membacakan jawaban sial
tersebut. Pemain yang menjawab benar berhak mendapatkan kartu poin.
Jika pemain pertama menjawab salah, maka poin diberikan kepada
penantang pertama yang memberikan jawaban benar. Jika semua pemain
menjawab benar, maka semua mendapatkan poin. Setelah sesi pertama
selesai, para pemain bergeser posisi searah dengan jarum jam, sehingga
pemain pertama menjadi pembaca soal, pemain penantang pertama
menjadi pemain pertama, pembaca soal sebagai pemain penantang kedua,
dan seterusnya. Permainan putaran pertama dilakukan sampai semua
-
86
pemain merasakan posisi menjadi pembaca soal, pemain, dan penantang.
Jika permaian putaran pertama selesai, maka dilanjutkan dengan turnamen
putaran kedua, hingga putaran terakhir dilakukan. Guru mencatat skor
individu setiap tim selama permainan berlangsung. Guru melakukan
perhitungan nilai kelompok berdasarkan skor individu hasil turnamen.
Penghargaan diberikan kepada kelompok yang berhasil memperoleh rata-
rata nilai perkembangan individu yang memenuhi kriteria tim baik, tim
sangat baik dan tim super. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab
mengenai materi yang belum dipahami siswa dan meluruskan kesalahan
pemahaman siswa.
3. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan
hasil pembelajaran Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pada
pertemuan selanjutnya dan menyuruh setiap kelompok membawa alat
peraga yaitu: kaleng susu bekas yang sudah dibuang satu sisinya, karet
gelang, palu, paku, kecuali kertas kalkir akan disediakan oleh penulis.
Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
penutup.
B. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23
April 2014. Kompetensi Dasar IPA yang digunakan pada siklus II adalah
membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Sedangkan indikator pembelajaran tersebut
yaitu (4) menggunakan bahan/benda yang sesuai dengan rancangan; (5) membuat
karya/model yang sesuai rancangan; (6) menguji cara kerja model yang dibuat.
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal ini guru mengawali pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa, guru melakukan kegiatan absensi/presensi
siswa, memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Setelah
itu guru memberikan pertanyaan apersepsi tentang materi yang sudah
dipelajari sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
-
87
akan dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe TGT terdiri dari: penyajian kelas, tim kelompok,
game/turnamen, dan penghargaan tim.
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti guru mengulang materi yang sudah dipelajari
pada pertemuan sebelumnya. Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang karya/model berteknologi sederhana yang menerapkan sifat
cahaya. Guru melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi.
Melalui tanya jawab siswa dapat membuat karya/model yang sesuai
dengan rancangan. Siswa dan guru bertanya jawab tentang memilih dan
menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai. Siswa membentuk
kelompok sesuai dengan pembelajaran minggu lalu satu kelompok terdiri
dari 4-5 siswa. (tim kelompok). Guru menjelaskan tugas kelompok. Guru
memberi lembar kerja siswa kepada setiap kelompok untuk diperdalam
atau dipelajari lebih lanjut. Siswa yang sudah mengerti mengenai materi
dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti. Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk
memilih dan menentukan bahan/benda yang sesuai untuk membuat kamera
lubang jarum. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan untuk
membuat kamera lubang jarum, kemudian menguji cara kerja model yang
sudah dibuat. Guru membimbing diskusi siswa. Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi. Siswa bersama guru meluruskan jawaban
LKS tersebut.
Siswa dan guru mempersiapkan game akademik yang dibagi dalam
meja-meja turnamen. (game/turnamen). Siswa menempati meja turnamen
secara homogen dari segi kemampuan akademik siswa (kemampuan siswa
setara). Guru menjelaskan aturan turnamen. Setiap meja turnamen diisi
oleh pembaca soal, pemain dan penantang. Pembaca soal membacakan
soal dan jawaban yang sudah diundi. Soal dikerjakan secara mandiri oleh
pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam
soal. Apabila penantang pemain menjawab benar, maka berhak
-
88
mendapatkan kartu poin. Jika pemain menjawab salah dan penantang
menjawab benar, maka poin diberikan kepada penantang yang
memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab benar, maka
semua mendapatkan poin. Setiap peserta dalam satu meja bergeser posisi
searah jarum jam sampai soal yang terdapat pada kotak soal habis. Setelah
selesai siswa kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang
diperoleh. Guru menghitung skor kelompok dengan menjumlahkan skor
yang diperoleh siswa dan hasilnya dibagi dengan jumlah anggota
kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan
skor kelompok yang diperoleh dengan kriteria good team, great team dan
super team. (penghargaan tim). Siswa bersama guru melakukan tanya
jawab mengenai materi yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan
kesalahan pemahaman siswa. Guru memberikan refleksi pembelajaran.
3. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan materi
yang sudah dipelajari. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi
pertemuan I dan II karena pada pertemuan selanjutnya akan ada evaluasi.
Setelah selesai, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
penutup.
C. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 24 April 2014,
guru mengulas kembali materi tentang karya/model berteknologi sederhana
dengan menerapkan sifat cahaya yang telah dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya. Selanjutnya, guru membagikan soal evaluasi dan lembar jawab
kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan
soal evaluasi, siswa mengisi angket minat belajar IPA secara individu. Jika sudah
selesai, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Selama kegiatan pembelajaran pada siklus II berlangsung, penulis
menerima bantuan Observer (guru kelas 5B) untuk mengamati jalannya
pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk
-
89
mengamati guru kelas saat melakukan proses belajar mengajar dan mengamati
akaivitas siswa.
4.1.4.3 Observasi Siklus II
Pada penelitian ini yang bertindak menjadi observer adalah teman
sejawat, yaitu guru kelas 5B. Observer menilai jalannya kegiatan pembelajaran
melalui lembar observasi untuk guru dan siswa. Setelah selesai pelaksanaan
tindakan pada siklus II pertemuan pertama, peneliti merefleksi hasil pembelajaran
yang sudah dilaksanakan sehingga diketahui kekurangan dan kelebihan pada
kegiatan pembelajaran. Dimana kelemahan dari kegiatan pembelajaran akan
diperbaiki dan kelebihannya akan tetap dipertahankan pada pertemuan kedua.
Pembelajaran pertemuan pertama pada siklus II sebenarnya sudah
berjalan dengan baik, namun masih ada sedikit kekurangan yang dilakukan oleh
guru, antara lain:
1. Dalam menyampaikan materi, guru masih belum runtut sesuai dengan
urutan RPP.
2. Saat tanya jawab siswa cenderung diam.
3. Siswa masih malu melakukan presentasi di depan kelas.
4. Guru belum melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan.
Dari hasil pengamatan pada siklus II pertemuan pertama, minat siswa
terhadap mata pelajaran IPA sudah meningkat. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan
praktikum yang berjalan dengan baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang
malah gaduh sendiri.
Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II, dari hasil pengamatan
pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Berikut ini rinciannya:
1. Pelaksanaan pembelajaran sudah urut sesuai dengan urutan pada RPP.
2. Saat melakukan presentasi siswa sudah lancar, hanya beberapa siswa
yang masih malu-malu.
3. Siswa sudah berani menjawab dan menanggapi hasil presentasi
temannya.
-
90
4. Antusias siswa dalam permainan sangat tinggi. Mereka sudah
memahami jalannya turnamen, sehingga turnamen berjalan dengan
lancar.
5. Guru sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi.
Dari hasil pengamatan siklus II pertemuan kedua antusias siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran sudah nampak. Siswa sudah terbiasa dengan
kegiatan pembelajaran tersebut sehingga pembelajaran berjalan dengan sangat
baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan. Guru
sudah optimal dalam membimbing siswa saat diskusi kelompok, pelaksanaan
game dan turnamen, serta saat penarikan kesimpulan mengenai materi yang
melibatkan siswa.
4.1.4.4 Refleksi Siklus II
Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus II yang terdiri dari
pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga. Maka penulis
melakukan diskusi untuk merefleksi tentang pelaksanaan siklus II yang
melibatkan guru kelas dan teman sejawat (guru observer). Penulis hanya sedikit
mengalami permasalahan yang berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar
siswa. Hal ini terlihat dari persentase minat siswa yang sudah meningkat dari
berminat menjadi sangat berminat dan hasil belajar siswa meningkat melebihi
indikator kinerja 85% siswa tuntas KKM ≥65 yaitu 100 % siswa sudah tuntas.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pertemuan pertama, kedua,
dan ketiga, maka secara keseluruhan hasil refleksi pada siklus II antara lain:
1. Kelebihan
a. Pelaksanaan pembelajaran sudah runtut sesuai yang tercantum dalam
RPP.
b. Kesiapan siswa sudah terkondisikan dengan baik, konsentrasi mereka
sudah terpusat pada pembelajaran.
c. Penguasaan materi sudah baik dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
d. Siswa sudah berani bertanya jika ada materi yang belum dimengerti.
e. Siswa juga berani menjawab, serta mengutarakan pendapat saat
presentasi maupun diskusi kelompok.
-
91
f. Siswa sudah lancar dalam melaksanakan permainan.
g. Siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok.
h. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak monoton.
i. Antusias siswa pada pembelajaran meningkat.
j. Kesiapan ruang dan alat peraga sudah terlaksana dengan baik.
k. Pengalokasian waktu sudah berjalan cukup baik.
2. Kekurangan
a. Masih ada beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain, sehingga
kurang konsentrasi.
b. Minat siswa masih ada yang kurang.
3. Penyelesaian
Cara menyelesaikan permasalahan yang sudah dihadapi pada siklus
II adalah sebagai berikut:
a. Guru sebaiknya membimbing siswa lebih masksimal lagi agar siswa
tidak mengganggu konsentrasi siswa lain.
b. Guru harus lebih kreatif lagi dalam menciptakan alat peraga dan
membuat pembelajaran lebih menyenangkan agar dapat menarik minat
siswa terhadap mata pelajaran IPA.
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Data Kondisi Awal
4.2.1.1 Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Kondisi Awal
Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dan II, siswa
mengisi angket minat belajar IPA sebelum menerapkan model TGT. Berikut ini
tabel 4.1 tentang minat siswa SDN Plumutan pada mata pelajaran IPA kondisi
awal.
-
92
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa terhadap IPA Kondisi Awal
Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%)
Sangat berminat 127-150 3 13,04
Berminat 103-126 5 21,75
Cukup berminat 79-102 12 52,17
Kurang berminat 55-78 3 13,04
Tidak berminat 31-54 0 0
Jumlah 23 100
Berdasarkan tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang
berada kriteria sangat berminat hanya ada 3 siswa dengan persentasenya 13,04 %,
kriteria berminat ada 5 siswa dengan presentase 21,75%, kriteria cukup berminat
ada 12 siswa dengan presentase 52,17% dan masih ada 3 siswa atau 13,04%
berada pada kriteria kurang berminat. Frekuensi minat belajar siswa yang paling
banyak berada pada kriteria cukup berminat yaitu sebanyak 12 siswa. Oleh karena
itu, pada siklus I perlu dilakukan perubahan suatu perbaikan kegiatan
pembelajaran untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap IPA.
Gambaran tentang frekuensi minat belajar siswa pada kondisi awal bisa dilihat
pada gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1 Diagram Minat Belajar IPA Kondisi Awal
0
2
4
6
8
10
12
14
127-150Sangat
berminat
103-126berminat
79-102Cukup
berminat
55-78Kurang
berminat
31-54 Tidakberminat
Fre
ku
ensi
Kriteria
Minat Belajar IPA Kondisi Awal
-
93
4.2.1.2 Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, penulis terlebih dahulu
meminta data nilai ulangan harian siswa mata pelajaran IPA semester II tahun
pelajaran 2013/2014 yaitu materi pesawat sederhana dan meminta siswa untuk
mengisi angket minat belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan dengan model
TGT. Pada kenyataannya hasil ulangan harian siswa pda mata pelajaran IPA
sangat rendah. Hasil belajar IPA pada siswa kelas 5A SDN Plumutan ada 65,22%
atau sebanyak 15 siswa yang belum mencapai KKM pada kondisi awal. Untuk
lebih jelasnya hasil belajar IPA kondisi awal disajikan pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
No Rentang
Nilai Frekuensi
Persentase
(%)
Keterangan
Ketuntasan Jumlah
1
-
94
nilai antara 65-74 frekuensinya ada 5 dengan persentase 21,73%, yang
memperoleh nilai antara 75-84 frekuensinya 5 dengan persentase 17,24%, dan
yang memperoleh nilai antara 85-94 frekuensinya ada 1 dengan persentase 4,34 %
dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas. Dengan nilai rata-rata 62, nilai
tertinggi adalah 93 sedangkan nilai terendah adalah 34. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada daftar nilai siswa. Dari data tersebut, penulis merasa perlu
mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran IPA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.2
berikut ini.
Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) pada tabel 4.3,
hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase
≥65 Tuntas 8 34,78 %
-
95
(KKM=65) sebanyak 15 siswa dengan persentase 65,22 %, sedangkan yang sudah
mencapai ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 34,78%. Untuk
lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya
34,78% dan yang belum tuntas 65,22%. Rendahnya kemampuan belajar siswa
pada mata pelajaran IPA disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran IPA sehingga minat siswa juga kurang terhadap IPA. Berdasarkan
hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran
yang terjadi cenderung bersifat monoton dan membosankan, metode yang
digunakan hanya ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
Siswa cenderung ganduh saat guru menjelaskan materi, antusias siswa dan
semangat siswa terhadap pelajaran IPA juga kurang.
Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa
terlibat aktif dalam belajar, serta minat atau hasil belajar siswa meningkat. Dari
hasil diskusi antara penulis dan guru kelas 5A, maka penulis merancang
penelitian tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA.
Pembelajaran yang akan diterapkan terdiri dari dua siklus, siklus I memuat dua
pertemuan dan siklus II memuat tiga kali pertemuan.
34.78%
65.22%
Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal
Tuntas
Belum Tuntas
-
96
4.2.2 Data Siklus I
4.2.2.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
Hasil observasi guru pada siklus I diperoleh dari rata-rata jumlah skor
pada pertemuan 1 dan 2. Berikut tabel 4.4 hasil observasi kinerja guru siklus I.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
No Indikator Skor Penilaian
Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Pra pembelajaran 4 6 5,0
2 Kegiatan Awal 10 11 10,5
3 Kegiatan Inti 59 65 62,0
4 Kegiatan Akhir 11 11 11,0
Jumlah 84 93 88,5
Persentase 65,6 % 72,65 % 69,14 %
Kategori Cukup Baik Baik Cukup Baik
Tabel 4.4 dapat dilihat hasil observasi guru, penilaian skor memiliki
rentang 1-4, mulai dari kurang sampai sangat baik. Hasil observasi kinerja guru
pada siklus I diperoleh rata-rata jumlah skor 88,5 dengan persentase 69,14 yang
termasuk kriteria cukup baik. Pada aspek pertama yaitu aspek pra pembelajaran,
kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 poin. Poin pertama yaitu mempersiapkan
ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa. Pada aspek
pra pembelajaran ini, observer memberikan rata-rata jumlah skor 5,0. Guru sudah
baik dalam mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran, serta memeriksa
kesiapan siswa dengan menggunakan tepuk konsentrasi, sehingga pusat perhatian
siswa sudah terpusat pada guru. Namun masih ada nilai skor rendah yang
diperoleh guru, yaitu skor 2 dengan kriteria cukup. Ini dikarenakan guru kurang
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran, masih ada siswa yang
belum siap menerima pelajaran.
Aspek kedua yang diamati yaitu kegiatan awal, observer memberikan
rata-rata skor sebesar 10,5. Skor tersebut terbagi menjadi 5 rincian yaitu guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, mengawali pembelajaran
dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan
apersepsi yang sesuai dengan materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran
-
97
kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran
kooperatif TGT. Guru sudah memberikan apersepsi yang sesuai, merumuskan
hipotesis dan menyampaikan kompetensi atau tujuan dari materi yang akan
disampaikan.
Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti dirinci menjadi 22 poin yang di
dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dari semua aspek
kegiatan inti diperoleh rata-rata skor sebesar 62,0. Pelaksanaan kegiatan inti sudah
berjalan dengan cukup baik, pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Ketika siswa melaksanakan permainan
atau pertandingan awalnya siswa merasa bingung tetapi lama-kelamaan mereka
memahami aturan permainan sehingga permainan berjalan dengan lancar.
Aspek yang terakhir yaitu kegiatan akhir. Guru memperoleh rata-rata
skor 11. Aspek ini dirinci menjadi 4 poin yaitu guru bersama siswa membuat
kesimpulan dari hasil pembelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan
balik, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya atau mengakhiri
pembelajaran. Dari jumlah skor observasi guru pada siklus I dapat dikategorikan
cukup baik. Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I cukup baik karena guru
belum begitu mengerti model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament).
4.2.2.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan
pembelajaran. Berikut tabel 4.5 hasil observasi aktivitas siswa siklus I.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Indikator Skor Penilaian
Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Pra Pembelajaran 6 6 6,0
2 Kegiatan Awal 7 9 8,0
3 Kegiatan Inti 69 74 71,5
4 Kegiatan Akhir 5 6 5,5
Jumlah 87 95 91,0
Persentase 67,97% 74,22% 71,09%
Kriteria Cukup Baik Baik Baik
-
98
Pada tabel 4.5, terlihat rata-rata skor untuk aktivitas siswa pada siklus 1
sebesar 91 dengan persentase 71,09%. Jumlah tersebut dapat dikategorikan dalam
kategori baik, meskipun masih banyak kekurangan. Pada aspek pra pembelajaran,
skor yang diperoleh adalah 6,0. Siswa melakukan tepuk konsentrasi dengan
bimbingan guru sehingga perhatian siswa terpusat pada guru. Pada aspek kegiatan
awal, rata-rata skor yang diperoleh sudah baik yaitu 8,0. Siswa sudah
mendengarkan penjelasan dari guru tentang tujuan dari pembelajaran yang
disampaikan guru dan mendengarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe TGT dengan baik. Pada kegiatan inti, diperoleh skor 71,5. Siswa
mendengarkan materi yang disampaikan guru dengan baik. Saat mengerjakan
LKS yang dibagikan guru, siswa masih terlihat bingung dan pada saat diskusi,
hanya siswa yang pandai dalam kelompok itu saja yang mengerjakan tugas,
sedangkan yang lain hanya bergurau dengan temannya. Siswa juga masih malu-
malu dalam mengajukan pertanyaan ketika diberi kesempatan guru untuk
bertanya. Ketika pertandingan dimulai awalnya siswa masih terlihat bingung
karena model pembelajaran yang digunakan masih baru diterapkan pada siswa.
Namun, siswa terlihat antusias dalam pembelajaran. Ketika skor tim sudah
direkognisi, maka dapat ditentukan kelompok mana yang termasuk super team,
great team, dan good team. Setiap kelompok menerima penghargaan sesuai
dengan skor yang diperoleh oleh masing-masing kelompok.
Pada kegiatan akhir, diperoleh skor rata-rata 5,5. Hanya beberapa siswa
saja yang ikut mengutarakan kesimpulan hasil pembelajaran, sedangkan yang lain
masih cenderung diam.
4.2.2.3 Minat Belajar IPA Siklus I
Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini tabel 4.6 tentang minat belajar siswa SDN
Plumutan pada mata pelajaran IPA siklus I.
-
99
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Siklus I
Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%)
Sangat berminat 127-150 7 30,43
Berminat 103-126 9 39,13
Cukup berminat 79-102 5 21,74
Kurang berminat 55-78 2 8,7
Tidak berminat 31-54 0 0
Jumlah 23 100
Berdasarkan tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang
berada pada kriteria sangat berminat sebanyak 7 siswa dengan persentase 30,43%,
kriteria berminat sebanyak 9 siswa dengan persentase 39,13%, kriteria cukup
berminat sebanyak 5 siswa dengan presentase 21,74%, kriteria kurang berminat
sebanyak 2 siswa dengan presentase 8,7%. Gambaran tentang frekuensi minat
belajar siswa terhadap IPA siklus I bisa dilihat pada gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4 Diagram Minat Belajar IPA Siklus I
4.2.2.4 Hasil Belajar IPA Siklus I
Mengingat kondisi awal yang demikian, maka penulis melakukan
perbaikan terhadap pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan
meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) pada mata
0
2
4
6
8
10
127-150Sangat
berminat
103-126berminat
79-102 Cukupberminat
55-78 Kurangberminat
31-54 Tidakberminat
Fre
kue
nsi
Kriteria
Minat Belajar IPA Siklus I
-
100
pelajaran IPA melalui 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan dilaksanakan pada
tanggal 25 dan 26 Maret 2014, sedangkan siklus II terdiri dari 3 pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 22, 23 dan 24 April 2014. Setelah persiapan
dipersiapkan dengan baik, maka penelitian dilaksanakan dengan pengajar guru
kelas 5A, guru kelas 5B sebagai observer, dan penulis sebagai dokumenter serta
mengamati jalannya kegiatan pembelajaran.
Pada siklus I kegiatan pembelajaran terlaksana dengan cukup baik, siswa
menjadi aktif dan pembelajaran menjadi menyenangkan karena model
pembelajaran ini baru dan belum pernah diterapkan pada siswa. Namun, siswa
masih bingung pada saat melakukan pertandingan. Siswa belum memahami
aturan permainan dan peran setiap pemain. Kemudian kurang efektifnya
pembagian materi yang diberikan kepada setiap kelompok sehingga tingkat
pemahaman siswa terhadap materi kurang. Siswa yang kurang mengerti belum
tentu memahami apa yang dijelaskan oleh teman sebayanya. Berdasarkan
kekurangan dan kelebihan pembelajaran dari siklus I, maka diperoleh hasil bahwa
8,7 % dari jumlah siswa atau sebanyak 2 siswa yang belum mencapai KKM.
Berikut ini disajikan tabel 4.7 distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I
No Rentang
Nilai Frekuensi
Persentase
(%)
Keterangan
Ketuntasan Jumlah Persentase
(%)
1
-
101
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang memperoleh nilai
kurang dari 65 sebanyak 2 siswa, yang memperoleh nilai antara 59-64 sebanyak 1
siswa, yang memperoleh nilai antara 65-70 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh
nilai antara 77-82 sebanyak 7 siswa, yang memperoleh nilai antara 83-88
sebanyak 3 siswa, dan yang memperoleh nilai antara 89-94 sebanyak 5 siswa.
Hasil belajar tersebut bila disajikan dalam bentuk gambar 4.5 adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥65) pada tabel 4.8
ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.8
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase
(%)
≥65 Tuntas 21 91,3
< 65 Belum Tuntas 2 8,7
Jumlah 23 100
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat diketahui pada tabel 4.8
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=65) sebanyak 2 siswa atau dengan presentase 8,7 %, sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa dengan pesentase 91,3 %.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
< 65 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94
Fre
kue
nsi
Rentang Nilai
Hasil Belajar IPA pada Siklus I
-
102
Untuk lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.6
berikut.
Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus I
Gambar 4.2 menunjukkan ketuntasan KKM 91,30 % dan yang belum
tuntas KKM 8,70%. Rendahnya kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran
IPA disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA
sehingga minat siswa juga kurang terhadap IPA. Berdasarkan hasil observasi pada
waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung
bersifat monoton dan membosankan, metode yang digunakan hanya ceramah,
serta siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung ganduh
saat guru menjelaskan materi, kurangnya antusias siswa dan semangat siswa
terhadap pelajaran IPA juga kurang.
Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut, maka perlu suatu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa
terlibat aktif dalam belajar, serta hasil belajar siswa yang meningkat. Dari hasil
diskusi antara peneliti dan guru kelas 5A, maka penulis merancang penelitian
tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan
rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA. Pembelajaran yang akan
diterapkan terdiri dari dua siklus, siklus I memuat dua pertemuan dan siklus II
memuat tiga kali pertemuan.
91,3%
8,7%
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Tuntas
Belum Tuntas
-
103
4.2.3 Data Siklus II
4.2.3.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer pada guru kelas 5A
mata pelajaran IPA saat mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Team Games Tournament). Berikut disajikan tabel 4.9 tentang hasil
observasi guru pada siklus II.
Tabel 4.9
Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
No Indikator Skor Penilaian
Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Pra pembelajaran 7 8 7,5
2 Kegiatan Awal 15 15 15
3 Kegiatan Inti 76 80 78
4 Kegiatan Akhir 14 15 14,5
Jumlah 112 118 115
Persentase 87,5 % 92,19 % 89,84 %
Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Tabel 4.9 dapat dilihat hasil observasi guru, penilaian skor memiliki
rentang 1-4, mulai dari kurang sampai sangat baik. Hasil observasi kinerja guru
pada siklus II diperoleh rata-rata jumlah skor 115 dengan persentase 89,84% yang
termasuk kriteria sangat baik. Pada aspek pertama yaitu aspek pra pembelajaran,
kegiatan tersebut dibagi menjadi 2 poin. Poin pertama yaitu mempersiapkan
ruang, alat, dan media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan siswa. Pada aspek
pra pembelajaran ini, observer memberikan rata-rata jumlah skor 7,5. Guru sudah
baik dalam mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran, serta memeriksa
kesiapan siswa dengan menggunakan tepuk konsentrasi, sehingga pusat perhatian
siswa sudah terpusat pada guru.
Aspek kedua yang diamati yaitu kegiatan awal, observer memberikan
rata-rata skor sebesar 15. Skor tersebut terbagi menjadi 4 rincian yaitu guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa, mengawali pembelajaran
dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan
apersepsi yang sesuai dengan materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran
kooperatif TGT. Guru sudah memberikan apersepsi yang sesuai, merumuskan
-
104
hipotesis dan menyampaikan kompetensi atau tujuan dari materi yang akan
disampaikan.
Aspek ketiga yaitu aspek kegiatan inti dirinci menjadi 22 poin yang di
dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dari semua aspek
kegiatan inti diperoleh rata-rata skor sebesar 78. Pelaksanaan kegiatan inti sudah
berjalan dengan sangat baik, pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Siswa melaksanakan permainan atau
pertandingan dengan lancar tanpa adanya hambatan.
Aspek yang terakhir yaitu kegiatan akhir. Guru memperoleh rata-rata
skor sebanyak 14,5. Aspek ini dirinci menjadi 4 poin yaitu guru bersama siswa
membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran, melakukan penilaian, memberikan
umpan balik, menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya atau mengakhiri
pembelajaran.
Dari jumlah skor observasi guru pada siklus II dapat dikategorikan
sangat baik. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus II berjalan dengan sangat
baik karena guru sudah memahami model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Team Games Tournament).
4.2.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan
pembelajaran. Berikut tabel 4.10 hasil observasi aktivitas siswa siklus II.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No Indikator Skor Penilaian
Rata-Rata Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Pra Pembelajaran 7 7 7,0
2 Kegiatan Awal 10 11 10,5
3 Kegiatan Inti 85 91 88,0
4 Kegiatan Akhir 7 8 7,5
Jumlah 109 117 113
Persentase 85,16% 91,40% 88,28%
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Pada tabel 4.5, terlihat rata-rata skor untuk aktivitas siswa pada siklus II
sebesar 113 dengan persentase 88,28%. Jumlah tersebut dapat dikategorikan
-
105
dalam kategori sangat baik. Pada aspek pra pembelajaran, rata-rata skor yang
diperoleh adalah 7,0. Siswa melakukan tepuk konsentrasi dengan bimbingan guru
sehingga perhatian siswa terpusat pada guru. Pada aspek kegiatan awal, rata-rata
skor yang diperoleh sudah baik yaitu 10,5. Siswa sudah mendengarkan penjelasan
dari guru tentang tujuan dari pembelajaran yang disampaikan guru dan
mendengarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan baik.
Pada kegiatan inti, diperoleh skor rata-rata 88. Siswa mendengarkan materi yang
disampaikan guru dengan baik. Saat mengerjakan LKS yang dibagikan guru,
siswa sudah tidak terlihat bingung pada saat diskusi, semua siswa aktif
mengerjakan tugas kelompok, walupun masih ada beberapa siswa yang masih
bergurau dengan temannya. Ada beberapa siswa yang masih malu-malu dalam
mengajukan pertanyaan ketika diberi kesempatan guru untuk bertanya. Siswa
sudah lancar mengikuti pertandingan tanpa ada hambatan. Pada kegiatan akhir,
diperoleh skor rata-rata 7,5. Semua siswa antusias membuat rangkuman hasil
pembelajaran bersama guru sehingga berjalan dengan runtut.
Pada pertemuan ketiga siklus II tidak dilakukan observasi karena pada
kegiatan pembelajaran hanya mengulas materi dan memberi soal evaluasi kepada
siswa. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak diterapkan pada
pertemuan ketiga.
4.2.3.3 Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Siklus II
Minat siswa terhadap mata pelajaran IPA ternyata juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini tabel 4.11 tentang minat siswa SDN
Plumutan pada mata pelajaran IPA siklus II.
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Minat Belajar IPA Siklus II
Kriteria Interval Frekuensi Persentase (%)
Sangat berminat 127-150 19 82,61
Berminat 103-126 4 17,39
Cukup berminat 79-102 0 0
Kurang berminat 55-78 0 0
Tidak berminat 31-54 0 0
Jumlah 23 100
-
106
Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat diketahui bahwa frekuensi yang
paling banyak berada pada rentang 127-150 dengan jumlah siswa 19 dan
persentasenya 82,61% yang berarti bahwa tingkat minat belajar yang dimiliki
siswa terdapat pada siklus II berada pada kriteria sangat berminat atau minat
tinggi. Pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model koopertif tipe
TGT dapat meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran IPA. Gambaran
tentang frekuensi minat belajar siswa terhadap IPA pada siklus II bisa dilihat pada
gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7 Diagram Minat Belajar IPA Siklus II
4.2.3.4 Hasil Belajar IPA Siklus II
Hasil belajar IPA pada siklus mengalami peningkatan keberhasilan
belajar siswa. Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang memperoleh
nilai antara 65-70 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,69%, yang memperoleh
nilai antara 71-76 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,69%, yang memperoleh
nilai antara 77-82 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh nilai antara 83-88
sebanyak 5 siswa, yang memperoleh nilai antara 89-94 sebanyak 6 siswa, dan
yang memperoleh nilai antara 95-100 sebanyak 4 siswa. Berikut ini hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA siklus II dapat disajikan pada tabel 4.12.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
127-150Sangat
berminat
103-126berminat
79-102 Cukupberminat
55-78 Kurangberminat
31-54 Tidakberminat
Fre
kue
nsi
Kriteria
Minat Belajar IPA Siklus II
-
107
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II
No Rentang
Nilai Frekuensi
Persentase
(%)
Keterangan
Ketuntasan Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 65-70 2 8,69 Tuntas
23 100
2 71-76 2 8,69 Tuntas
3 77-82 4 17,40 Tuntas
4 83-88 5 21,74 Tuntas
5 89-94 6 26,08 Tuntas
6 95-100 4 17,40 Tuntas
Jumlah 23 100
Nilai
Terendah
65
Nilai
Tertinggi
100
Rata-rata 85
Hasil belajar siklus II bila disajikan dalam bentuk diagram batang adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus II
Setelah siklus II berakhir dapat diketahui bahwa 23 siswa yang
mencapai KKM ≥ 65 dengan persentase 100%. Pada siklus II ini mengalami
peningkatan hasil belajar dari 91,3% menjadi 100%. Sehingga siklus II meningkat
0
1
2
3
4
5
6
7
65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100
Fre
ku
ensi
Rentang Nilai
Hasil Belajar IPA Siklus II
-
108
sebesar 8,7%. Jadi pembelajaran siklus II sudah berjalan sesuai rencana, melihat
dari hasil belajar siswa pada siklus II yang sudah mencapai 100%.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) pada tabel 4.13
ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.13
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II
Ketuntasan Keterangan Jumlah Persentase
(%)
≥65 Tuntas 23 100
< 65 Belum Tuntas 0 0
Jumlah 23 100
Ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus II
mencapai 100%. Jadi, semua siswa dengan jumlah 23 tuntas atau 100% sudah
mencapai KKM = 65. Untuk lebih jelasnya ketuntasan belajar siswa dapat dilihat
pada gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.9 Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus II
4.2.4 Data Perbandingan Hasil Analisis Data Kondisi Awal, Siklus I, dan
Siklus II
4.2.4.1 Data Observasi Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer oleh guru kelas 5B
pada guru kelas 5A saat proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Untuk mengetahui
100.00%
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
-
109
perbandingan hasil observasi pada saat Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada
table 4.14.
Tabel 4.14
Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa
Siklus I dan Siklus II
No Aspek Skor Siklus I Skor Siklus II
Guru Siswa Guru Siswa
1 Pra Pembelajaran 5 6 7,5 7
2 Kegiatan Awal Pelajaran 10,5 8 14,5 9
3 Kegiatan Inti Pembelajaran 62 71,5 69,5 86
4 Penutup 11 5,5 14 7,5
Jumlah 88,5 91 111 109,5
Persentase 69,14% 71,09% 86,71% 85,5%
Kategori Cukup
Baik
Baik Sangat
Baik
Sangat
Baik
Berdasarkan tabel 4.14, dapat diketahui bahwa hasil observasi pada
kinerja guru dan siswa siklus I dan siklus II pada pelajaran IPA kelas 5A SDN
Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang mengalami peningkatan.
Pada indikator pra pembelajaran pada siklus 1 jumlah skor yang didapat adalah 5
pada kinerja guru sedangkan untuk aktivitas siswa mendapat skor 6. Pada siklus II
untuk aktivitas guru mendapat skor 7,5 dan siswa 7. Kegiatan awal pembelajaran
pada siklus I untuk kinerja guru mendapat skor 10,5 dan siswa 8, sedangkan pada
siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 14,5 dan siswa mendapat skor 9.
Sedangkan pada kegiatan inti pada siklus I untuk kinerja guru mendapat skor 62
dan siswa 71,5, sedangkan pada siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 69,5
sedangkan untuk aktivitas siswa mendapat skor 86. Pada indikator penutup siklus
I pada kinerja guru mendapat skor 11 dan pada aktivitas siswa mendapat skor 5,5
sedangkan pada siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 14 dan siswa 7,5.
Total skor yang diperoleh guru 88,5 dan siswa 91 pada siklus I, sedangkan pada
siklus II untuk kinerja guru mendapat skor 111 dan siswa 109,5. Persentase
observasi kinerja guru pada siklus I adalah 69,14% dengan kategori cukup baik ,
persentase ini mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 86,71% dengan
kategori sangat baik, untuk aktivitas siswa pada siklus I persentasenya adalah
71,09% dengan kategori baik dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan
-
110
persentase 85,5% dengan kategori sangat baik. Dari hasil observasi guru dan
siswa dapat disimpulkan bahwa pada kinerja guru mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II begitu pula dengan aktivitas siswa.
4.2.4.2 Perbandingan Minat Belajar Siswa Terhadap IPA Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian, maka
dapat diketahui telah terjadi peningkatan minat belajar siswa terhadap IPA melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) pada siswa
kelas 5A SDN Plumutan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15
berikut.
Tabel 4.15
Perbandingan Minat Belajar Siswa Terhadap IPA pada Pembelajaran
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Siklus
Sangat
Berminat
(127-150)
Berminat
(103-126)
Cukup
Berminat
(79-102)
Kurang
Berminat
(55-78)
Tidak
Berminat
(31-54)
f % f % f % f % f %
Kondisi
Awal 3 13,04 5 21,75 12 52,17 3 13,04 0 0
Siklus I 7 30,43 9 39,13 5 21,74 2 8,7 0 0
Siklus II 19 82,61 4 17,39 0 0 0 0 0 0
Dari tabel 4.15 dapat terlihat adanya peningkatan minat belajar siswa
pada mata pelajaran IPA. Pada kondisi awal siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran sehingga minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah.
Dapat dilihat siswa dengan kriteria sangat berminat sebanyak 3 siswa (13,04%),
jumlah siswa pada kriteria berminat sebanyak 5 siswa (21,75%), jumlah siswa
pada kriteria cukup berminat sebanyak 12 siswa(52,17%), jumlah siswa pada
kriteria kurang berminat sebanyak 3 siswa (13,04%), dan pada kriteria tidak
berminat tidak ada frekuensinya. Pada siklus I terjadi peningkatatan yang cukup
baik, siswa dengan kriteria sangat berminat bertambah menjadi 7 siswa (30,43%),
pada kriteria berminat bertambah menjadi 9 siswa (39,13%), pada kriteria cukup
berminat berkurang menjadi 5 siswa (21,74%), pada kriteria kurang berminat
berkurang menjadi 2 siswa (8,7%), dan tidak ada siswa yang berada pada kriteria
-
111
tidak berminat. Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat drastis.
Hal ini dapat dilihat bahwa siswa yang berada pada kriteria sangat berminat
meningkat sebanyak 19 siswa (82,61%), pada kriteria berminat berkurang menjadi
4 siswa (17,39%), dan tidak ada siswa yang berada pada kriteria cukup berminat,
kurang berminat atau tidak berminat. Hal ini dapat digambarkan pada gambar 4.10
diagram perbandingan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA.
Gambar 4.10 Diagram Perbandigan Minat Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Gambar 4.10 menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa pada
mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Team Games Tournament). Hal ini dapat diketahui bahwa jumlah siswa
terbanyak pada kondisi awal berada pada kriteria kurang berminat sebanyak 12
siswa. Pada siklus I jumlah siswa terbanyak pada kriteria berminat sebanyak 9
siswa dan pada siklus II jumlah siswa terbanyak pada kriteria sangat berminat
yaitu sebanyak 19 siswa.
4.2.4.3 Perbandingan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas 5A SDN Plumutan
diketahui bahwa hasil belajar IPA pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II
mengalami peningkatan. Berhasil atau tidaknya model pembelajaran kooperatif
3
5
12
3
0
7
9
5
2
0
19
4
0 0 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
127-150Sangat
berminat
103-126berminat
79-102Cukup
berminat
55-78Kurang
berminat
31-54 Tidakberminat
Fre
kue
nsi
Kriteria
Perbandingan Minat Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
-
112
tipe TGT dapat diketahui dengan mengambil nilai ulangan harian IPA materi
pesawat sederhana pada kondisi awal dengan jumlah 23 siswa dan
membandingkannya dengan hasil soal evaluasi yang diberikan pada akhir siklus I
dan siklus II. Hasil perbandingannya dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut.
Tabel 4.16
Perbandingan Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Kriteria
Nilai
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus II
f (%) f (%) f (%)
1 Tuntas
≥65
8 34,78 21 91,3 23 100
2 Tidak
tuntas
-
113
atau 23 siswa tuntas KKM, sehingga pelaksanaan penelitian siklus II dikatakan
sudah berhasil meningkatkan hasil belajar IPA.
Perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus
II dapat disajikan dalam bentuk gambar 4.11 berikut.
Gambar 4.11 Diagram Perbandingan Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan gambar 4.11 maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar
materi pokok cahaya setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Dapat
dilihat jumlah siswa yang tuntas KKM ≥65 pada kondisi awal sebanyak 8 siswa
dan yang belum tuntas KKM sebanyak 15 siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang
tuntas KKM meningkat menjadi 21 siswa dan yang belum tuntas KKM berkurang
menjadi 2 siswa. Kemudian pada siklus II siswa yang tuntas KKM meningkat
menjadi 23 siswa atau seluruh siswa dinyatakan sudah tuntas KKM ≥65.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum tindakan (kondisi
awal) diperoleh minat dan hasil belajar IPA siswa kela 5 SDN Plumutan rendah.
Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru masih
masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa jenuh untuk
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 8 21 23
Belum Tuntas 15 2 0
8
21 23
15
2 0
0
5
10
15
20
25
Fre
ku
ensi
Perbandingan Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
-
114
mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar. Dampak dari kondisi tersebut yaitu minat belajar
belum mencapai indikator dan hasil belajar IPA siswa rendah KKM belum
tercapai.
Berdasarkan perolehan hasil minat belajar IPA siswa kelas 5 SDN Plumutan
pada kondisi awal. Dari hasil angket minat siswa yang berada pada kriteria sangat
berminat ada 3 siswa dengan persentase 13,04%, kriteria berminat ada 5 siswa
dengan presentase 21,75%, kriteria cukup berminat ada 12 siswa dengan
presentase 52,17% dan masih ada 3 siswa atau 13,04% berada pada kriteria
kurang berminat. Kondisi ini menyatakan bahwa hasil minat belajar IPA belum
mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan yaitu 75% siswa berada pada
kriteria sangat berminat. Kemudian pada hasil belajar banyak siswa yang belum
tuntasi KKM ≥65. Dari hasil ulangan harian IPA materi pesawat sederhan atau
sebelum tindakan (kondisi awal) yang tuntas KKM sebanyak 8 siswa (54,78%),
dan yang belum tuntas KKM sebanyak 15 siswa (65,22%). Kondisi ini
menyatakan bahwa hasil belajar IPA belum mencapai indikator kinerja yang
sudah ditetapkan yaitu 100%.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang sesuai untuk meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik.
Siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran dan pemahaman materi apabila
siswa dapat melihat sesuatu yang nyata dan dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga siswa tidak merasa
kesulitan dan bosan dalam mengikuti pelajaran IPA.
Pada kegiatan pembelajaran siklus I guru menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Guru mengaitkan pelajaran
sekarang dengan pelajaran sebelumnya. Siswa mulai aktif melakukan tanya jawab
dengan guru pada kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru
membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.Saat kegiatan
pembelajaran guru menggunakan contoh benda nyata serta siswa melakukan
percobaan secara langsung dengan media/alat peraga tentang sifat-sifat cahaya.
Setelah itu siswa melakukan game/turnamen akademik pada meja-meja turnamen
-
115
yang sudah disediakan. Game berisi kuis-kuis sederhana yang berhubungan
dengan materi. Jika pertandingan sudah selesai, maka siswa dan guru menghitung
skor yang diperoleh. Kemudian guru memberikan penghargaan berdasarkan
perolehan skor yang sudah dirata-rata. Dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan terlihat adanya peningkatan antusias siswa terhadap minat dan hasil
belajar IPA. Minat dan hasil belajar IPA siswa meningkat dengan adanya proses
belajar yang bermakna serta melibatkan kemampuan yang dimiliki siswa.
Pelaksanaan siklus I guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Team Games Tournament) hasil angket minat belajar siswa meningkat yaitu
pada kriteria sangat berminat sebanyak 7 siswa atau 30,43%, tetapi belum
mencapai indikator kinerja yaitu 75% siswa berada pada kriteria sangat berminat.
Pada hasil belajar IPA yang mencapai tuntas KKM ≥65 sebanyak 21 siswa atau
91,3%, namun masih ada 2 siswa atau 8,7% yang belum tuntas KKM. Oleh
karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus II.
Pada siklus II guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Team Games Tournament) minat belajar siswa lebih meningkat sebanyak 19
siswa atau 82,61% berada pada krtieria sangat berminat. Jadi hasil minat belajar
siswa terhadap IPA sudah melebihi indikator kinerja yang sudah ditentukan yaitu
75% siswa berada pada kriteria sangat berminat. Kemudian, dari hasil soal
evaluasi perolehan hasil belajar siswa siklus II yang mencapai tuntas KKM ≥65
adalah sebanyak seluruh siswa atau 23 siswa (100%). Hasil belajar siswa siklus II
sudah menunjukkan peningkatan dan mencapai indikator kinerja yang sudah
ditentukan yaitu 100% siswa tuntas KKM ≥65. Peningkatan kemampuan guru
dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament) dilihat dari lembar observasi sudah terlihat sangat baik, langkah-
langkah pembelajaran terlaksana dengan baik dan guru juga sudah menguasai
metode dengan baik.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Tukiran Taniredja, dkk
(2011:72), yang menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT antara lain:
1. Siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.
-
116
2. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.
3. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
4. Motivasi belajar siswa bertambah.
5. Pemahaman yang lebih mendalam tehadap pokok bahasan.
6. Membuat interaksi belajar antara guru dengan siswa menjadi hidup.
7. Pembelajaran menjadi tidak membosankan.
Kelebihan tersebut sudah terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran
sehingga menyebabkan siswa dapat lebih memahami materi. Selanjutnya, minat
dan hasil belajar IPA meningkat sesuai dengan indikator kinerja yang sudah
ditentukan.
Berdasarkan pengamatan terhadap minat dan hasil belajar siswa, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) adalah model
pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa.Untuk itu seyogyanya guru dapat menggunakan model pembelajaran
ini dalam kegiatan pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA. Namun,
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) juga dapat
diterapkan pada mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa
demi meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang
diajarkan.