BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/23856/5/BAB IV.pdf · c. Mewujudkan...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/23856/5/BAB IV.pdf · c. Mewujudkan...
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil SMP Negeri 2 Klaten
SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no.2 dan jalan
Pemuda no.4 Klaten. Lahan di jalan Pemuda Selatan 2.040 m2 dan jalan
Menjangan No.2 seluas 1.579 m2. Sekolah tersebut cukup luas dan kondusif
untuk dilaksanakannya proses pembelajaran.
SMP N 2 Klaten memiliki visi yang mulia. Visi tersebut dijunjung
tinggi oleh warga sekolah, terutama dalam pembelajaran. Visi yang dimiliki
SMP Negeri 2 Klaten adalah “Menciptakan manusia yang unggul dalam
prestasi mampu bersaing di era global dan terpuji dalam budi pekerti.”
Indikator dari visi tersebut antara lain:
a. Terwujudnya lulusan dengan kompetensi atau kemampuan bertaraf
internasional
b. Terwujudnya lulusan yang cerdas, kompetitif, cinta tanah air, beriman,
dan bertaqwa
c. Terwujudnya KTSP di sekolah bertaraf internasional
d. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, efisien dan bertaraf
internasional
e. Terwujudnya standar prasarana dan sarana pendidikan yang relevan dan
mutakhir serta bertaraf internasional
52
f. Terwujudnya standar tenaga pendidik dan kependidikan bertaraf
internasional
g. Terwujudnya standar pengelolaan pendidikan bertaraf internasional
h. Terwujudnya standar penilaian pendidikan bertaraf internasional
i. Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai
j. Terwujudnya budaya mutu sekolah
k. Terwujudnya lingkungan sekolah yang nyaman, aman, rindang, asri,
bersih, dll
SMPN 2 Klaten memiliki misi dalam meraih visinya. Misi yang dilakukan
untuk meraih visi SMPN 2 Klaten tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan Dokumen-1 atau Buku-1 KTSP bertaraf internasional
b. Mewujudkan silabus semua mata pelajaran bertaraf internasional dan
untuk semua jenjang/kelas/tingkatan
c. Mewujudkan RPP semua mata pelajaran bertaraf internasional dan untuk
semua tingkatan
d. Mewujudkan perangkat kurikulum yang bertaraf internasional, lengkap,
mutakhir, dan berwawasan kedepan
e. Mewujudkan sekolah inovatif, kreatif, dinamis, dan berwawasan
internasional
f. Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar (learning
organization) sesuai perkembangan global
g. Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan berwawasan
kedepan serta bertaraf internasional
53
h. Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar dan adil
sesuai tuntutan pendidikan yang bertaraf internasional
i. Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu dan
tangguh serta memiliki kompetensi yang bertaraf internasional
j. Mewujudkan manajemen berbasis sekolah yang tangguh dan manajemen
bertaraf internasional
k. Mewujudkan kemampuan olah raga yang tangguh dan kompetitif tingkat
internasional
l. Mewujudkan sekolah wiyata mandala yang menikmatkan belajar
siswannya dalam pencapaian prestasi tingkat internasional
m. Mewujudkan sekolah sehat
n. Mewujudkan kemampuan seni yang tangguh dan kompetitif dan mampu
bersaing di dunia internasional
o. Mewujudkan kepramukaan yang menjadi suri tauladan dan mampu
berkompetisi tingkat internasional
p. Mewujudkan kemampuan KIR yang cerdas dan kompetentitif serta
berdaya saing internasional
q. Mewujudkan nilai-nilai agama bagi kenikmatan hidup peserta didik dan
mampu beradaptasi dengan perkembangan budaya global sesuai jati diri
bangsa
r. Mewujudkan nilai-nilai solidaritas bagi kehidupan sekolah, masyarakat,
berbangsa, dan dalam kancah dunia internasional
54
2. Kondisi Fisik SMP Negeri 2 Klaten
Kondisi fisik sekolah pada umumnya sudah baik dan memenuhi syarat
untuk menunjang proses pembelajaran meskipun dapat dikatakan bangunan
sekolah telah berusia lama. Selain itu SMP N 2 Klaten memiliki fasilitas-
fasilitas yang cukup memadai guna menunjang proses pembelajaran.
Sekolah ini berada di dekat jalan raya sehingga mudah dijangkau. Beberapa
sarana dan prasarana yang mampu menunjang proses pembelajaran antara
lain sebagai berikut.
a. Ruang Kelas
SMP N 2 Klaten memiliki 25 ruang kelas yang terdiri dari kelas
VII sebanyak 6 kelas, kelas VIII sebanyak 6 kelas, dan 6 kelas untuk
kelas IX. Masing-masing kelas telah memiliki kelengkapan fasilitas
yang menunjang kelengkapan proses pembelajaran meliputi meja, kursi,
papan tulis, whiteboard, LCD proyektor dll. Setiap ruang kelas diberikan
CCTV agar selalu terkontrol oleh server.
b. Ruang Perkantoran
Ruang perkantoran terdiri dari ruang Kepala Sekolah, ruang Tata
Usaha (TU), ruang Guru, dan ruang Bimbingan Konseling. Ruang-ruang
tersebut tertata rapi dan bersih. Bangunanya masih terlihat kokoh dan
terawat dengan baik. Setiap ruang perkantoran diberikan CCTV agar
selalu terkontrol oleh server.
55
c. Laboratorium
Keberadaan laboratorium memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran sehingga kelengkapan dan pengelolaan yang baik sangat
diperlukan. Laboratorium yang dimiliki SMP N 2 Klaten 1 laboratorium
IPA, 1 ruang laboratorim TIK, 1 ruang laboratorium komputer, 1 ruang
laboratorium bahasa, 1 ruang laboratorium multimedia dan 1
laboratorium Elektro. Laboratorium-laboratorium tersebut memiliki
fasilitas yang lengkap dan menunjang pembelajaran. Peralatan yang
tersedia tertata rapi dan bersih. Ruang laboratorium diberikan CCTV agar
selalu terkontrol oleh server.
Salah satu penunjang pembelajaran IPS melalui e-learning dengan
adanya laboaratorum komputer, serta laboratorium multi media.
Laboratorium komputer terdapat 26 komputer yang terkoneksi dengan
internet, sehingga siswa dapat mengakses informasi atau melakukan
pembelajaran melalui komputer yang sudah terkoneksi dengan jaringan
internet.
Salah satu penunjang web learning di SMPN 2 Klaten dalah
dengan adanya wifi. Wifi ini memungkinkan siapa saja dapat mengakses
internet secara gratis dengan perangkat laptop yang dimiliki siswa dan
guru, sehingga siswa dapat mengakses informasi dalam pembelajaran
secara gratis di area sekolah dengan menggunakan laptop mereka
masing-masing, hal ini dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran
melalui e-learning.
56
d. Mushola
Mushola sekolah berada di dekat tangga dibelakang ruang guru.
Mushola ini berfungsi sebagai tempat ibadah sholat bagi seluruh warga
SMPN 2 KLaten yang beragama Islam dan sebagai tempat melakukan
kegiatan kerohanian Islam bagi siswa maupun guru. Peralatan ibadah
telah mencukupi akan tetapi penataan peralatan di ruang mushola masih
kurang rapi.
e. Ruang Kegiatan Siswa
Ruang kegiatan siswa yang ada adalah UKS. Ruang Penunjang
Kegiatan Pembelajaran terdiri dari ruang perpustakaan, ruang
keterampilan, ruang komputer, dan lapangan basket. Ruang yang perlu
ditambah adalah ruang OSIS untuk menunjang kegiatan siswa. Setiap
ruang kegiatan siswa diberikan CCTV agar selalu terkontrol oleh server.
f. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran terutama untuk mencapai tujuan belajar
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Perpustakaan SMP Negeri 2 Klaten berusaha memberikan berbagai
pelayanan secara maksimal, layanan tersebut antara lain : layanan
sirkulasi, layanan referensi, layanan terbitan berkala, layanan internet,
layanan katalog online, fasilitas ruang baca, dan fasilitas komputer
57
katalog. Ruang perpustakaan diberikan CCTV agar selalu terkontrol oleh
server.
g. Bimbingan Konseling
Ruang Bimbingan Konseling (BK) terletak di samping ruang kelas
VIII. BK membantu dan memantau perkembangan peserta didik dari
berbagai segi yang mempengaruhinya serta memberikan informasi-
informasi penting yang dibutuhkan oleh peserta didik. Pembagian tugas
BK meliputi konselor (guru pembimbingan konseling) sebagai pelaksana
kegiatan bimbingan melalui proses belajar mengajar, wali kelas juga
memberikan pelayanan kepada peserta didik sesuai dengan peranan dan
tanggung jawabnya. Ruang BK diberikan CCTV agar selalu terkontrol
oleh server.
h. Koperasi Sekolah
Koperasi sekolah terletak disebelah ruang BK. Koperasi sekolah
menyediakan peralatan lengkap yang berkaitan dengan kegiatan
akademik maupun nonakademik siswa. Peralatan tulis mulai dari buku,
bolpoin, pensil, dan lain-lain disediakan penuh di koperasi sekolah.
peralatan ekstrakulikuler pun disediakan, seperti talil tambang pramuka,
tongkat pramuka, bendera sandi morse, dan lain-lain.
i. Unit Kesehatan Siswa (UKS)
UKS SMPN 2 Klaten terletak si sebelah ruang TU. Ruang tersebut
kondisinya cukup nyaman. Tersedia ruang rawat yang terdiri dari tempat
tidur dan kursi. Peralatan kesehatan seperti timbangan berat badan dan
58
meteran tinggi badan juga tersedia. Perlengkapan kesehatan seperti kotak
PPPK tersedia lengkap beserta isinya.
3. Kondisi Non-fisik SMP Negeri 2 Klaten
a. Potensi guru
Jumlah tenaga pengajar atau guru di SMP N 2 Klaten adalah 39
orang PNS dan 6 orang GTT dengan tingkat pendidikan sarjana muda
dan S1. Setiap tenaga pengajar di SMP N 2 Klaten mengampu mata
pelajaran yang sesuai dengan keahlian di bidangnya masing-masing.
SMP N 2 Klaten merupakan sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar
Internasional) yang menerapkan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) dan menerapkan muatan mata pelajaran setara atau
lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari
salah satu negara yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan
b. Potensi karyawan
Karyawan di SMP N 2 KLATEN sudah sangat mencukupi, yaitu
terdiri atas 15 orang yang masing-masing telah membawahi bidang yang
sesuai dengan keahliannya. Klasifikasi pekerjaan 3 karyawan tetap yang
bekerja sebagai tenaga TU (Tata Usaha) dan 8 tenaga tidak tetap yang
membantu TU. 3 penjaga dan 1 penjaga malam merupakan karyawan
tidak tetap.
59
c. Organisasi Peserta didik dan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMP N 2 KLATEN
seluruhnya ada 13 aktifitas di antaranya yaitu Pramuka, KIR, Basket,
renang, Karawitan, Tari, Drumband, Seni musik, Seni Rupa, seni lukis,
BTA, dan Misa. Kegiatan Ekstrakurikuler berjalan lancar dan telah ada
jadwal kegiatan secara rutin. Dalam satu minggu hampir selalu ada
kegiatan setelah jam pelajaran usai. Melalui ekstrakurikuler inilah potensi
peserta didik dapat disalurkan dan dikembangkan.
B. Deskripsi Data Responden
Deskripsi data responden berguna untu mengetahui latar belakang
responden yang menjadi subjek dalam penelitian. Melalui deskripsi data
responden dapat diketahui pemilihan sampel sudah sesuai dengan populasi dan
teknik pengambilan sampel atau belum. Responden dalam penelitian ini
dideskripsikan berdasarkan 2 karakteristik. Karakteristik tersebut yaitu
berdasakan jenjang kelas dan jenis kelamin. Berikut ini adalah deskripsi data
responden berdasarkan karakteristik jenjang kelas dan jenis kelamin.
1. Penyajian Data Responden Berdasarkan Jenjang Kelas
Deskripsi data yang pertama adalah deskripsi data berdasarkan jenjang
kelas. Penyajian data responden berdasarkan jenjang kelas dibagi menjadi
kelas VIII dan IX. Berikut adalah tabel deskripsi data responden
berdasarkan jenjang kelas:
60
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Kelas
No Kelas Frekuensi Persentase
1 Siswa kelas VIII 42 50%
2 Siswa kelas IX 42 50%
Total 84 100%
Berikut ini adalah diagram lingkaran deskripsi responden berdasarkan
kelas.
Gambar 2. Pie Chart Karakteristik Responden Menurut kelas
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini terdiri dari dua jenjang kelas, yaitu kelas VIII dan IX.
Responden yang berasal dari kelas VIII berjumlah 42 siswa atau 50% dari
total keseluruhan, begitu pula dengan responden yang berasal dari kelas IX
berjumlah 42 siswa atau 50% dari total keseluruhan.
2. Penyajian data Responden Menurut Jenis Kelamin
Deskripsi responden yang kedua adalah berdasarkan jenis kelamin.
Penyajian data responden berdasarkan kelas dibagi menjadi laki-laki dan
perempuan. Berikut adalah tabel deskripsi data responden berdasarkan jenis
kelamin:
siswa kelas VIII 50%
siswa kelas IX
50%
61
Tabel 8. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 44 52%
2 Perempuan 40 48%
Total 84 100%
Berikut ini adalah diagram lingkaran deskripsi responden berdasarkan
jenis kelamin.
Gambar 3. Pie Chart Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data di atas dapat diketahu bahwa penggolongan
responden berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Responden berjenis kelamin laki-laki terdiri dari 44 siswa atau 52%,
sedangkan respsonden berjenis kelamin perempuan terdiri dari 40 siswa atau
48%.
C. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian bermanfaat untuk menggambarkan hasil yang
diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan. Hasil rata-rata skor dan
persentase untuk indikator pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
laki-laki 52%
perempuan 48%
62
Tabel 9. Persentase Pemanfaatan E-learning dalam pembelajaran IPS
No Pemanfaatan Rata-rata Persentase
1 Sumber Belajar 40,16 38%
2 Penyampaian Materi 29,60 28%
3 Pemberian Tugas 36,28 34%
Total 100 %
Pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS dapat digambarkan dalam
diagram batang di bawah ini:
Gambar 4. Diagram Batang Persentase Pemanfaatan E-learning dalam
Pembelajaran IPS
Gambar diagram batang di atas menyajikan data persentase
pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS, untuk pemanfaatan e-
learning sebagai sumber belajar = 37,8%, sebagai penyampaian materi =
27,9%, dan sebaagai pemberian tugas = 34,2%. Pemanfaatan e-learning dalam
pembelajaran IPS yang mempunyai persentase tertinggi adalah pemanfaatan e-
learning sebagai sumber belajar yaitu sebesar 37,8%, sedangkan persentase
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
Sumber Belajar Penyampaian Materi Pemberian Tugas
63
terendah dimiliki oleh pemanfaatan e-learrning sebagai penyampaian materi
yaitu sebesar 27,9%.
Data yang sudah diolah kemudian dikategorisasi berdasarkan sub bab
yang telah ditentukan. Penyajian kategorisasi untuk masing-masing sub bab
indikator pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut ini:
1. Pemanfaatan E-learning sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran
IPS
E-Learning sebagai sumber belajar merupakan salah satu bentuk
pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS. Pemanfaatan e-learning
dalam pembelajaran IPS dijabarkan dalam 3 item indikator pernyataan yang
meliputi media belajar, pengaksesan, dan pencarian informasi. Hasil
penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 55 dan nilai minimum 15.
Rerata diperoleh sebesar 40,17 dan standar deviasi 6,15.
Berdasarkan acuan yang telah dijelaskan pada teknik analisis data,
maka dapat dihitung Mean ideal (Mi) sebesar 33 dan Standar Deviasi ideal
sebesar 7,3. Pembuatan kategori pemanfaatan e-learning sebagai sumber
belajar. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah
ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah berdasarkan rerata dan standar deviasi. Berikut ini
adalah penghitungan kategorisasi pemanfaatan e-learning sebagai sumber
belajar pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Klten:
64
Sangat Tinggi = X
X
≥ Mi + 1,5 SDi
≥ 33+ 1,5 (7,3)
≥ 33 + 10,95
≥ 44
Tinggi = Mi + 0,5 SDi ≤
33 + 0,5(7,3) ≤
33 + 3,65
36,7 ≤
X
X
X
< Mi + 1,5 SDi
< 33 + 1,5 (7,3)
< 44
Sedang = Mi – 0,5 SDi ≤
33 – 0,5 (7,3) ≤
33 + 3,65 ≤
29,3 ≤
X
X
< Mi + 0,5 Sdi
< 33 + 0,5 (7,3)
< 36,7
Rendah = Mi – 1,5 SDi ≤
33 – 1,5 (7,3) ≤
33 – 10,95 ≤
22 ≤
X
X
< Mi - 0,5 Sdi
< 33 – 0,5 (7,3)
< 29,3
Sangat Rendah = Mi – 1,5 SDi >
33 – 1,5 (7,3 >
33 – 10,95 >
22 >
X
X
X
X
Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi Pemanfaatan e-learning
sebagai sumber belajar.
Tabel 10. Pemanfaatan E-learning sebagai Sumber Belajar
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat tinggi 25 30%
2 Tinggi 42 50%
3 Sedang 15 18%
4 Rendah 2 2%
5 Sangat rendah 0 0%
Total 84 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pemanfaatan e-
learning sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS 25 siswa atau 30%
dapat memanfaatkan e-learning sebagai sumber belajar dengan sangat
tinggi, 42 siswa atau 50% dapat memanfaatkan e-learning sebagai sumber
belajar dengan tinggi, 15 siswa atau 18% dapat memanfaatkan e-learning
65
sebagai sumber belajar dengan sedang, dan 2 atau 2% dapat memanfaatkan
e-learning sebagai sumber belajar dengan rendah, dan tidak ada siswa atau
0% yang dapat memanfaatkan e-learning sebagai sumber belajar dengan
sangat rendah.
Pemanfaatan e-learning sebagai sumber belajar dalam pembelajaran
IPS dapat digambarkan dalam bentuk Pie Chart sebagai berikut:
Gambar 5. Pie Chart Pemanfaatan E-learning sebagai Sumber Belajar
2. Pemanfaatan E-Learning dalam Penyampaian Materi pada
Pembelajaran IPS
E-Learning sebagai media penyamapaian materi pelajaran
merupakan salah satu bentuk pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran
IPS. Pemanfaatan e-learning dalam penyampaian materi pelajaran
dijabarkan dalam 3 indikator pernyataan, yaitu media untuk berdiskusi
dengan guru, media untuk berdiskusi dengan teman, dan pelaksanaan
pembelajaran. Hasil penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 40 dan
nilai minimum 12. Rerata diperoleh sebesar 29,61 dan standar deviasi 4,45.
30%
50%
18%
2%
sangat tinggi
tinggi
sedang
rendah
sangat rendah
66
Berdasarkan acuan yang telah dijelaskan pada teknik analisis data,
maka dapat dihitung Mean ideal (Mi) sebesar 24 dan Standar Deviasi ideal
sebesar 5,3. Pembuatan kategori pemanfaatan e-learning dalam
penyampaian materi. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus
yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah berdasarkan rerata dan standar
deviasi. Berikut ini adalah perhitungan kategorisasi pemanfaatan e-learning
dalam penyampaian materi pelajaran dalam pembelajaran IPS di SMPN 2
Klaten:
Sangat Tinggi = X
X
≥ Mi + 1,5 SDi
≥ 24+ 1,5 (5,3)
≥ 24 + 7,95
≥ 32
Tinggi = Mi + 0,5 SDi ≤
24 + 0,5(5,3) ≤
24 + 2,65
26,7 ≤
X
X
< Mi + 1,5 SDi
< 24 + 1,5 (5,3)
< 24 + 7,95
< 32
Sedang = Mi – 0,5 SDi ≤
24 – 0,5 (5,3) ≤
24 - 2,65 ≤
21,3 ≤
X
X
< Mi + 0,5 Sdi
< 24 + 2,65
< 26,7
Rendah = Mi – 1,5 SDi ≤
24 – 1,5 (5,3) ≤
24 – 7,95 ≤
16 ≤
X
X
< Mi - 0,5 Sdi
< 24 – 0,5 (5,3)
< 24 – 2,65
< 21,3
Sangat Rendah = Mi – 1,5 SDi >
24 – 1,5 (5,3) >
24 – 7,95 >
16 >
X
X
X
X
67
Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi pemanfaatan e-learning
dalam penyampaian materi:
Tabel 11. Pemanfaatan E-Learning dalam Penyampaian Materi
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat tinggi 28 34%
2 Tinggi 38 45%
3 Sedang 17 20%
4 Rendah 1 1%
5 Sangat rendah 0 0%
Total 84 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 28 siswa atau 34%
dapat memanfaatkan e-learning sebagai media penyampaian materi dengan
sangat tinggi, 38 siswa atau 45% dapat memanfaatkan e-learning sebagai
media penyampaian materi dengan tinggi, 17 siswa atau 20% dapat
memanfaatkan e-learning sebagai media penyampaian materi dengan
sedang, 1 siswa atau 1% dapat memanfaatkan e-learning sebagai media
penyampaian materi dengan rendah, dan tidak ada siswa atau 0% dapat
memanfaatkan e-learning sebagai media penyampaian materi dengan sangat
rendah.
Berikut ini adalah penyajian data pemanfaatan e-learning dalam
penyampaian materi pelajaran dalam bentuk Pie Chart:
68
Gambar 6. Pie Chart Pemanfaatan E-learning sebagai Penyampaian Materi
3. E-Learning sebagai Media Pemberian Tugas pada Pembelajaran IPS
E-Learning sebagai media pemberian tugas merupakan salah satu
bentuk pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS. Pemanfaatan e-
learning sebagai media pemberian tugas dijabarkan dalam 3 indikator
pernyataan, yaitu pemberian, pemahaman, dan pengumpulan tugas. Hasil
penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 50 dan nilai minimum 14.
Rerata diperoleh sebesar 36,29 dan standar deviasi 5,88.
Berdasarkan acuan yang telah dijelaskan pada teknik analisis data,
maka dapat dihitung Mean ideal (Mi) sebesar 30 dan Standar Deviasi ideal
sebesar 6,7. Pembuatan kategori pemanfaatan e-learning sebagai media
pemberian tugas. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang
telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan sangat rendah berdasarkan rerata dan standar deviasi.
Berikut ini adalah perhitungan kategorisasi pemanfaatan e-learning dalam
pemberian tugas pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Klaten:
34%
45%
20%
1%
sangat tinggi
tinggi
sedang
rendah
sangat rendah
69
Sangat Tinggi = X
X
≥ Mi + 1,5 SDi
≥ 30 + 1,5 (6,7)
≥ 30 + 10,05
≥ 40
Tinggi = Mi + 0,5 SDi ≤
30 + 0,5(6,7) ≤
30 + 3,35
33,3 ≤
X
X
X
< Mi + 1,5 SDi
< 30 + 1,5 (7,3)
< 30 + 1,5 (6,7)
< 40
Sedang = Mi – 0,5 SDi ≤
30 – 0,5 (6,7) ≤
30 - 3,35 ≤
26,7 ≤
X
X
< Mi + 0,5 Sdi
< 30 + 0,5 (6,7)
< 30 + 33,5
< 33,3
Rendah = Mi – 1,5 SDi ≤
30 – 1,5 (6,7) ≤
30 – 10,05 ≤
20 ≤
X
X
< Mi - 0,5 Sdi
< 30 – 0,5 (6,7)
< 30 – 3,35
< 26,7
Sangat Rendah = Mi – 1,5 SDi >
30 – 1,5 (6,7) >
30 – 10,05 >
20 >
X
X
X
X
Berikut tabel distribusi frekuensi Pemanfaatan e-learning sebagai
media pemberian tugas:
Tabel 12. Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pemberian Tugas
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat tinggi 25 30%
2 Tinggi 31 37%
3 Sedang 24 28%
4 Rendah 3 4%
5 Sangat rendah 1 1%
Total 84 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 25 siswa atau 30%
dapat memanfaatkan e-learning sebagai media pemberian tugas dengan
sangat tinggi, 31 siswa atau 37% dapat memanfaatkan e-learning sebagai
media pemberian tugas dengan tinggi, 24 siswa atau 28% dapat
memanfaatkan e-learning sebagai media pemberian tugas dengan sedang, 3
70
siswa atau 4% dapat memanfaatkan e-learning sebagai media pemberian
tugas dengan rendah, dan 1 siswa atau 1% dapat memanfaatkan e-learning
sebagai media pemberian tugas dengan sangat rendah.
Pemanfaatan e-learning sebagai media pemberian tugas dapat
digambarkan dalam bentuk Pie Chart sebagai berikut:
Gambar 7. Pie Chart Pemanfaatan E-Learning dalam Pemberian Tugas
D. Pembahasan
Secara keseluruhan berdasarkan hasil temuan dari penelitian pemanfaatan
e-learning dalam pembelajaran IPS dapat diketahui bahwa pemanfaatan e-
learning sebagai sumber belajar mendapatkan presentase tertinggi, kemudian
disusul dengan pemanfaatan e-learning dalam pemberian tugas, dan yang
mendapatkan presentase terendah adalah pemanfaatan e-learning dalam
penyampaian materi pelajaran.
Berdasarkan data penelitian yang telah dianalisis, maka pada bagian ini
akan dibahas hasil penelitian yang meliputi masing-masing pemanfaatan e-
learning dalam pembelajaran IPS, yaitu (a) Pemanfaatan e-learning sebagai
30%
37%
28%
4% 1%
sangat tinggi
tinggi
sedang
rendah
sangat rendah
71
sumber belajar (b) Pemanfaatan e-learning sebagai penyampaian materi, (c)
Pemanfaatan e-learning sebagai pemberian tugas. Berikut ini adalah
pembahasan tentang pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS di
SMPN 2 Klaten tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan.
1. Pemanfaatan E-learning sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran
IPS
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, E-learning dapat
dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS. Internet
menyediakan data, informasi, dan fenomena yang aktual kapan pun dan di
mana pun terjadi, oleh sebab itu banyak siswa yang memanfaatkannya
sebagai sumber belajar. Melalui e-learning siswa dapat memperoleh
informasi dengan mudah dan cepat.
Pemanfaatan e-learning sebagai sumber belajar secara keseluruhan
diperoleh rata-rata skor sebesar 40,2 dan presentase 37,8%. Analisis data
yang dilakukan menunjukkan bahwa pemanfaatan e-learning sebagai
sumber belajar memiliki presentase yang paling tinggi bagi sebagian besar
responden terhadap pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS.
Presentase yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan skala yang
telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian 30% siswa dapat
memanfaatkan e-learning sebagai sumber belajar dengan sangat tinggi, 50%
dapat memanfaatkan e-learning sebagai sumber belajar dengan tinggi, 18%
72
dapat memanfaatkan e-learning sebagai sumber belajar dengan sedang, dan
2% dapat memanfaatkan e-learning sebagai sumber belajar dengan rendah.
Pemanfaatan e-learning tidak bisa lepas dari adanya jaringan internet,
karena adanya jaringan internet memungkinkan siswa dapat mengakses e-
learning, siswa dapat mencari informasi-informasi yang berhubungan
dengan pelajaran IPS melalui internet, karena internet merupakan sumber
data dan informasi. E-Learning sebagai sumber belajar dapat memperkaya
materi pelajaran yang tidak tersedia di dalam buku teks, dan membuka
wawasan siswa tentang dunia luar.
Untuk mencari sumber informasi pada web yang tersedia maka siswa
harus login dulu di geschool.net atau smpn2klt.blogspot.com, setelah itu
siswa mencari informasi yang telah diupload oleh guru. Pemanfaatan e-
learning sebagai sumber belajar dapat dilakukan siswa dengan cara, siswa
mengkases jaringan internet melalui komputer, setelah itu mereka mencari
bahan ajar yang sebelumya sudah diupload oleh guru di halaman e-learning.
Salah satu bentuk sumber belajar melalui e-learning adalah buku-buku
online, buku online tersebut disediakan oleh guru dengan cara mengupload,
hal ini bisa dijadikan siswa sebagai sumber belajar serta mencari informasi
tambahan oleh siswa, sehingga wawasan mereka tentang pelajaran IPS tidak
terbatas hanya buku teks yang disediakan oleh sekolah.
73
2. Pemanfaatan E-Learning Sebagai Media Penyampaian Materi pada
Pembelajaran IPS
E-learning dapat dijadikan sebagai media dalam penyampaian materi
pelajaran. Hal tersebut tentu berkaitan dengan terbatasnya alokasi waktu di
ruang kelas yang disediakan oleh pihak sekolah. E-learning dapat menjadi
solusi apabila guru atau siswa berhalangan hadir karena hal tertentu. Materi
dapat disampaikan melalui internet, sehingga siswa dapat mempelajarinya
tanpa perlu khawatir akan tertinggal pelajaran.
Presentase pemanfaatan e-learning dalam penyampaian materi
pelajaran mendapatkan 27,9% dari total keseluruhan. Nilai tersebut
merupakan presentase terndah apabila dibandingkan dengan pemanfaatan e-
learnig sebagai sumber belajar dan media pemberian tugas. Hal tersebut
menunjukan pemanfaatan e-learning dalam penyampaian materi pelajaran
kurang optimal.
Presentase yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan sekala yang
telah ditentukan. Berdasarkhan hasil penelitian 34% dapat memanfaatkan e-
learning sebagai media penyampaian materi dengan sangat tinggi, 45%
dapat memanfaatkan e-learning sebagai media penyampaian materi dengan
tinggi, 20% dapat memanfaatkan e-learning sebagai media penyampaian
materi dengan sedang, 1% dapat memanfaatkan e-learning sebagai media
penyampaian materi dengan rendah.
Penyampaian materi yang paling utama berasal dari guru melalui cara
bertatap muka langsung dengan siswa di dalam kelas. E-learning sebagai
74
penyampaian materi hanya bersifat sebagai media pendukung dalam
penyampaian materi apabila alokasi waktu dalam penyampaian materi IPS
di kelas kurang apabila dibandingkan dengan materi pelajarannya yang
kompleks dan memiliki keterpaduan, oleh sebab itu guru dapat memberi
materi tambahan melalui e-learning agar materi yang disampaiakan di kelas
dapat selesai dengan tepat waktu dan lebih mendalam.
Penyampaian materi dapat melalui forum-forum yang dapat
disediakan. Forum-forum tersebut seperi smpn2klt.blogspot.com, geschool,
blog, grup dalam facebook, dan lain-lain. Melalui forum-forum tersebut
dapat terjadi diskusi yang menarik antara guru dengan siswa, maupun antar
siswa tentang materi pelajaran. Diskusi tersebut memungkinkan terjadinya
pertukaran pendapat dan pemahaman materi yang lebih mendalam, serta
membuka pikiran menjadi lebh luas dan kompleks. Penyampaian materi
yang paling baik dan utama tentu saja pada saat adanya pembelajaran
konvesional, karena guru dapat bertemu secara langsung dengan siswa,
sehingga pembelajaran tentu lebih efektif. Penyampaian materi melalui e-
learning atau dengan web learning hanya saja sebagai tambahan, karena
materi IPS yang terlalu banyak serta alokasi jam yang sedkit tidak mampu
disampaiakan secara tuntas oleh guru, penyampaian materi dapat dilakukan
di smpn2klt.blogspot.com dan geschool yang merupakan wadah atau tempat
e-learning SMPN 2 Klaten.
Penyampaian materi tersebut dapat dilakukan dengan cara guru
memasukkan materi pelajaran ke dalam e-learning SMPN 2 Klaten dengan
75
cara upload materi, siswa yang sudah diberitahu sebelumnya membuka
materi yang disampaikan oleh guru melalui geschool.net atau
smpn2klt.blogspot.com dan membaca materi yang sudah diupload oleh guru.
Setelah membaca materi siswa dapat berdiskusi dengan guru atau dengan
siswa yang lain tentang materi pemebelajaran yang belum dimengerti
melalui chat, sehingga antara siswa dan guru dapat saling berkomunikasi
dengan langsung.
3. Pemanfaatan E-Learning Sebagai Media Pemberian Tugas pada
Pembelajaran IPS
E-learning dapat dimanfaatkan dalam pemberian tugas. Guru dapat
memberikan tugas melalui internet dan siswa dapat mengaksesnya. Tugas-
tugas tersebut dapat langsung dikirimkan kepada guru apabila telah selesai
dikerjakan tanpa harus menunggu jadwal pertemuan tatap muka dengan
guru di ruang kelas.
Presentase pemanfaaan e-learning dalam pemberian tugas berada di
peringkat ke dua setelah pemanfaatan e-learning sebagai sumber belajar.
Presentase pemanfaaan e-learning dalam pemberian tugas diperoleh sebesar
34,2%. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan persentase
pemanfaatan e-learning dalam penyampaian materi pelajaran, namun lebih
rendah apabila dibandingkan dengan persentase pemanfaatan e-learning
sebagai sumber belajar.
Presentase yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan sekala yang
telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian, 30% siswa dapat
76
memanfaatkan e-learning sebagai media pemberian tugas dengan sangat
tinggi, 37% dapat memanfaatkan e-learning sebagai media pemberian tugas
dengan tinggi, 28% dapat memanfaatkan e-learning sebagai media
pemberian tugas dengan sedang, 4% dapat memanfaatkan e-learning
sebagai media pemberian tugas dengan rendah, dan 1% dapat
memanfaatkan e-learning sebagai media pemberian tugas dengan sangat
rendah
Bentuk pemberian tugas ini dalam e-learning bisa dilakukan dengan
cara guru mengupload tugas, kemudian siswa mengakses alamat web e-
learning SMPN 2 Klaten, setelah login, siswa dapat langsung mengerjakan
tugas yang diberikan guru. Setelah selesai mengerjakan, siswa langsung
dapat mengumpulkan tugas tanpa bertatap langsung dengan guru.
Pemberian tugas melalui e-learning mempunyai keuntungan untuk guru dan
siswa, siswa dapat dengan mudah mengerjakan tugas tersebut karena
terbantu dengan koneksi internet yang merupakan sumber informasi untuk
dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru dapat memberikan
tugas dan dapat menerima hasil tugas siswa tanpa harus bertatap muka.