BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A....

54
20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Rakyat Sekolah Rakyat merupakan lembaga pendidikan formal di tingkat sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tahun 1942. Pendidikan di tingkat Sekolah dasar ini diselengarakan dengan maksud untuk menanamkan jiwa Jepang dan membetuk kader atau generasi Indonesia yang pada akhirnya diharapkan akan membantu pemerintah Jepang dalam perang Asia Timur Raya untuk mencapai Kemenangan/Kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Pendidikan Sekolah Rakyat mulai dibuka setelah beberapa bulan Jepang menguasai Indonesia. Pembukaan sekolah yang dimaklumatkan oleh Pemerintahan militer Jepang yang disebut dengan Gunseikanbu dikepalai oleh seorang pengawas yaitu Gunseikan. Secara bertahap pendidikan di tingkat sekolah dasar yang pada masa itu dikenal dengan sekolah rakyat mulai dibuka. Berdasarkan ketetapan dari Gunseikanbu tersebut dan dibawah pengawasan Departemen Naiseibu (Bagian pemerintahan Syuu) yang membawahi urusan-urusan pemerintahan di tingkat Syuu atau Residensi, salah satunya yakni menangani urusan Pengajaran, Departemen tersebut mulai mengatur pendidikan dari sekolah dasar (sekolah rakyat), sekolah menengah Pertama, hingga sekolah menengah atas secara bertahap.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A....

20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Rakyat

Sekolah Rakyat merupakan lembaga pendidikan formal di tingkat

sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tahun 1942.

Pendidikan di tingkat Sekolah dasar ini diselengarakan dengan maksud

untuk menanamkan jiwa Jepang dan membetuk kader atau generasi

Indonesia yang pada akhirnya diharapkan akan membantu pemerintah

Jepang dalam perang Asia Timur Raya untuk mencapai

Kemenangan/Kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Pendidikan

Sekolah Rakyat mulai dibuka setelah beberapa bulan Jepang menguasai

Indonesia.

Pembukaan sekolah yang dimaklumatkan oleh Pemerintahan

militer Jepang yang disebut dengan Gunseikanbu dikepalai oleh seorang

pengawas yaitu Gunseikan. Secara bertahap pendidikan di tingkat sekolah

dasar yang pada masa itu dikenal dengan sekolah rakyat mulai dibuka.

Berdasarkan ketetapan dari Gunseikanbu tersebut dan dibawah

pengawasan Departemen Naiseibu (Bagian pemerintahan Syuu) yang

membawahi urusan-urusan pemerintahan di tingkat Syuu atau Residensi,

salah satunya yakni menangani urusan Pengajaran, Departemen tersebut

mulai mengatur pendidikan dari sekolah dasar (sekolah rakyat), sekolah

menengah Pertama, hingga sekolah menengah atas secara bertahap.

21

Pendidikan sekolah dasar, merupakan salah satu bagian yang

banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan militer Jepang sebagai sarana

untuk mendoktrinasi massa. Ketika pendudukan dimulai, sebagian sekolah

yang ada ditutup dan baru pada akhir April 1942 diputuskan untuk

membuka kembali sekolah dasar pribumi dengan kurikulum baru. Melalui

Oendang-Oendang No.12 yang dikeluarkan pada tanggal 22 April 1942,

diumumkan bahwa seluruh sekolah pribumi, yaitu bekas volks school

(sekolah desa), vervolg school (sekolah lanjutan), volledige tweede klas

school (sekolah pribumi lengkap), dan meisjes vervolg school (sekolah

lanjutan putri) diijinkan untuk dibuka kembali. Bekas pendidikan Barat,

seperti Europeese Lagere School (ELS, sekolah Dasar Eropa), Holandsche

Inlandsche School (HIS, sekolah pribumi Belanda), dan schakel School

(sekolah penghubung) tidak diijinkan dibuka selama pendudukan Jepang

(Aiko Kurusawa, 1993 :360).

Berdasarkan wawancara dengan Doel Rachmad dinyatakan bahwa

tanggal 15 Februari 2014, sekolah-sekolah yang dibuka pada masa

kolonial Belanda di Ambarawa sudah ditutup dan sejak pemerintahan

militer Jepang menduduki wilayah Ambarawa tahun 1942. Sekolah rakyat

menjadi satu-satunya sekolah dasar bagi anak-anak di Ambarawa tanpa

ada lagi suatu perbedaan yang menyolok sehingga semua anak dapat

menyenyam pendidikan formal yang sama.

Penyeragaman pendidikan (pengabungan sekolah-sekolah yang

berbeda namun dalam jenjang pendidikan yang sama menjadi satu

22

sekolah) yang dilakukan oleh pemerintah Jepang, mengidentifikasi bahwa

diskriminasi telah dihapus atau dihilangkan dalam sistem pendidikan.

Diskriminasi dalam sistem pendidikan ataupun persekolahan telah

diterapkan oleh pemerintahan Belanda sebelum Jepang menduduki

Indonesia. Menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya „Sejarah Nasional

Indonesia Jilid VI” penyeragaman pendidikan juga difungsikan agar

memudahkan dalam pengawasan sekolah-sekolah tersebut (Sartono

Kartodirdjo, 1975:170).

Sejalan dengan itu maka peraturan yang dikeluarkan oleh

Gunseikanbu dalam Osamu Seirei No.10 Bagian VIII “Tentang

mengoeroes dan mengawasi sekolah rak‟jat” Pasal 27-32 (lihat lampiran 2,

hlm 84), di jelaskan : sekolah rakyat merupakan sekolah yang berada di

bawah pengawasan Syuutyookan/Tokubetu Sityoo serta Sityoo, Gaku-Ku

(badan hukum dalam pendidikan di setiap daerah yang bentuk oleh

Kentyoo dan diurus serta diawasi oleh Sontyoo, di dalam Gaku-Ku

diangkat beberapa pegawai atas seijin Kentyoo, badan hukum ini dibentuk

dengan maksud mengadakan pengawasan dan peninjauan sekolah-sekolah

rakyat yang dilakukan oleh Son atau beberapa Gaku_Ku di dalam Son

tersebut, kecuali daerah Kooti) dan guru-guru sekolah rakyat juga turut

bertanggung jawab dalam kepengurusan sekolah rakyat. Untuk mengurus

dan mengawasi sekolah rakyat, Gaku-Ku mengadakan Gaku-Ku Linkai

(sidang pengurus Gaku-Ku) dan mengangkat Lin (pengurus) yang ditunjuk

oleh Kutyoo, Kokumin Gakkootyoo dan Sontyoo yang bersangkutan di

23

dalam Gaku-Ku tersebut. Pada Si juga diadakan Kyooiku Sinkoo Linkai

(badan untuk memajukan pendidikan) yang bertugas memecahkan

masalah-masalah pendidikan yang terjadi di daerah-daerah di bawah

pemerintahan Si serta mengadakan usaha-usaha yang mengarah kepada

kemajuan pendidikan rakyat. Penjelasan tersebut memberikan gambaran

tentang bagaimana mengawasi dan mengurus pendidikan sekolah rakyat di

setiap daerah-daerah dibawah Si (pemerintahan kota), yang tidak hanya

guru-guru di sekolah rakyat tersebut yang bertanggung jawab untuk

mengurus tetapi tidak terlepas juga dari pengawasan pemerintahan

ditingkat Syuu hingga Ku (lihat lampiran 2, hlm 84). Aturan-aturan

tersebut dibentuk sebagai usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintahan

Jepang, untuk memperluas pendidikan ditingkat sekolah dasar, dimana

sekolah rakyat merupakan lahan yang paling subur untuk menanamkan

paham atau pengaruh oleh pemerintahan Jepang.

Pendidikan ditingkat sekolah dasar masa pendudukan Jepang

ditempuh dalam kurun waktu 6 tahun. Undang-undang No.12 beserta

aturan tentang sekolah (Sekolah Rakyat) menjelaskan bahwa pendidikan

tingkat sekolah dasar mulai dibuka kembali pada tanggal 29 April 1942

terbagi menjadi 2 tipe (lihat lampiran 5 dan 6, hlm 87-88), yaitu

a. Syotoo Kokumin Gakko (sekolah Pertama) yang setara dengan

volks school atau sekolah desa masa pemerintahan Belanda, lama

pendidikan 3 tahun.

24

b. Kokumin Gakko (sekolah rakyat), yang setara dengan vervolg

school (sekolah lanjutan), volledige tweede klas school (sekolah

pribumi lengkap) masa pemerintahan Belanda, lama pendidikan 6

tahun.

Jika sebelumnya seorang murid telah menempuh pendidikan di

sekolah desa/volks school masa pemerintahan Belanda selama 3 tahun

maka ia dapat melanjutkan pendidikannya di Kokumin Gakko atau sekolah

rakyat di kelas 4 sampai kelas 6 (Aiko Kurusawa, 1993:360). Sekolah

rakyat menyedikan pendidikan selama 6 tahun yaitu kelas 1-3 dan kelas 4-

6 tetapi dapat juga seorang murid yang telah lulus di sekolah pertama atau

Syotoo Kokumin Gakko 3 tahun kelas 1-3 dapat melanjutkan

pendidikannya di sekolah rakyat di kelas 4-6.

Setelah dikeluarkannya Osamu Seirei No.10 Bagian X Pasal 46-49,

tingkat pendidikan atau susunan sekolah dasar yang terdapat 2 tipe yaitu

sekolah pertama atau Syotoo Kokumin Gakko dan sekolah rakyat (Kokumin

Gakko) dianggap Sekolah Rakyat yang terdiri dari 2 bagian (lihat lampiran

2, hlm 84), meliputi:

a. Bagian pertama sekolah rakyat disebut Syootoka. Pada jenjang

sekolah rakyat yang disebut Syootoka (bagian pertama) ini

merupakan sekolah tahap pertama atau setara dengan sekolah dasar

pada pendidikan jaman sekarang yakni kelas 1 sampai kelas 3,

Syootoka harus ditempuh untuk dapat melanjutkan ke sekolah

rakyat dibagian kedua.

25

b. Bagian kedua sekolah rakyat disebut Kootooka (bagian kedua).

Setelah menyelesaikan pendidikan pada bagian pertama sekolah

rakyat atau Syootoka maka dapat melanjutkan ke sekolah bagian

kedua ini atau Kootooka. Kootooka merupakan sekolah lanjutan

dari Syootoka yakni kelas 4 sampai kelas 6.

Syootoka (bagian pertama) dan Kootooka (bagian kedua) merupakan

suatu rangkaian pendidikan lanjutan di sekolah rakyat, namun dalam

penyelenggaraan pendidikannya terkadang disetiap daerah hanya terdapat

sekolah Syootoka (bagian pertama) dan Kootooka (bagian kedua) saja,

dikarenakan keadaan didaerah masing-masing berbeda-beda. Lamanya

pendidikan Syootoka (bagian pertama) dan Kootooka (bagian kedua)

masing-masing 3 tahun. Syootoka (bagian pertama) ditempuh dalam waktu

3 tahun dan Kootooka (bagian kedua) juga ditempuh dalam waktu 3

tahun.

Perbedaan sistem pendidikan serta pandangan mengenai tujuan

pendidikan dengan pemerintahan Belanda, maka secara praktis buku-buku

sekolah masa pemerintahan Belanda tidak digunakan, hanya pada awal

berdiri sekolah-sekolah tahun 1942 masih dipergunakan. Pada tahun itu

pula buku berbahasa belanda mulai dikaji serta diterjemahkan oleh para

guru. Upaya tersebut ditujukan untuk menyediakan buku-buku pelajaran

yang dipergunakan sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar

agar selaras dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintahan Jepang.

26

Penerbitan buku-buku sekolah oleh Kantor pengajaran berada

dalam pengawasan pemerintahan militer pusat atau Gunseikanbu karena

hanya buku terbitan Gunseikanbu dipakai sebagai buku pelajaran resmi

sekolah-sekolah pada waktu itu. (lihat lampiran 1, hlm 83)

Pada awal tahun 1944 masa pemerintahan Jepang, jumlah sekolah dan

guru serta murid dibandingkan dengan akhir zaman Belanda (1939) dapat

digambarkan pada tabel seperti dibawah ini:

27

Tabel 1

Jumlah Sekolah Dasar, Guru dan Murid pada tahun 1940 (1941) dan 1944

Jenis Sekolah Jumlah Sekolah

Jumlah

Guru Jumlah murid

A Sekolah Pertama (1944)

Volk school (1941)

Perbedaan

11.078

9.684 (perkiraan)

+ 1.394 (+14%)

23.668

-

1.806.233

1.225.289

+580.946 (+47%)

B Sekolah Rakyat (1944)

Vervolg + tweede

(1944)

Perbedaan

2.102

1.588 (perkiraan)

+514 (+32%)

8.959

-

552.102

206.729

+345.373(+167%)

C Sekolah swasta (1944)

Sekolah Rakyat swasta:

Vervolg + tweede

(1941)

Perbedaan

1.603

727

+876 (+120%)

5.288

-

267. 625

82.889

+184.736(+223%)

Total 1944

1940

Perbedaan

14.783

12.954

+1.829 (+14%)

37.915

-

2.625.960

1.475.610

+1.150.350(+78%)

Keterangan :

1. Karena jumlah sekolah A dan B tahun 1940 tidak ada, disini dipakai data

tahun 1941, pun tidak ada angka khusus didaerah Jawa, hanya ada agka

untuk Hindia-Belanda. Sudah diketahui bahwa angka keseluruhan

sekolah dasar pribumi dan muridnya di Jawa adalah sekitar 68% dari

keseluruhan wilayah Hindia-Belanda. Karena jumlah sekolah untk setiap

jenis di seluruh Hindia-Belanda diketahui, angka di Jawa dapat

diperkirakan dengan mengambil 68%nya. Oleh karena pemikiran

demikian, kalau dijumlahkan jumlah sekolah A, B dan C, angkanya tidak

sesuai dengan 12.954

2. Murid pada zaman Belanda termasuk jumlah penduduk pribumi dan

warga negara Asia, tetapi tidak jelas kelompok etnik apa yang tercakup

ke dalam data zaman Jepang.

3. Perbedaan berarti peningkatan (+) atau penurunan (-) dibandingkan engan

tahun 1940

4. Pada sekolah jenis C tidak begitu pasti mencakup apa, tetapi penulis

menduga ia meliputi segala jenis sekolah dasar swasta.

Sumber : Aiko Kurasawa, 1993:36)

Meningkatnya minat bejalar di kalangan anak-anak disebabkan

karena diterapkannya sistem baru didunia penddikan yang sangat berbeda

dengan sistem yang digunakan oleh pemerintahan sebelumnya yang

28

mengadakan pendidikan tetapi masih dibatasi oleh sekat-sekat penentu

pendidikan menurut golongan sosialnya. Berbeda dengan pendidikan

masa pemerintahan Jepang yang memberikan kesempatan belajar kepada

semua lapisan masyarakat di Indonesia secara umum. Dari tabel di atas

menunjukkan bahwa pendidikan sekolah pertama mengalami peningkatan

dengan dibarengi oleh peningkatan jumlah murid. Peningkatan yang

sangat tajam juga terjadi pada peningkatan jumlah sekolah rakyat yang

mencapai (+32%) serta jumlah murid yang mencapai angka kenaikan

sebesar (+167%), begitu pula dengan sekolah-sekolah swasta yang juga

mengalami peningkatan baik jumlah sekolah maupun jumlah murid.

Peningkatan jumlah rata-rata murid per sekolah di tahun 1940 sebanyak

113 dan di tahun 1944 mencapai 178 atau mengalami peningkatan 60%.

Secara keseluruhan jumlah sekolah dasar meningkat 14%, serta jumlah

murid meningkat 78%, dengan demikian dapat di artikan jumlah murid

melebihi jumlah sekolah yang ada, hal ini mengidentifikasikan terjadinya

penurunan fasilitas dan lingkungan pendidikan.

Kesempatan belajar yang terbuka lebar bagi penduduk pribumi

tanpa ada pembedaan status sosial dalam sistem persekolahannya serta

didukung dengan biaya pendidikan yang diperoleh secara gratis, tetapi jika

dikenakan biaya (tergantung kepada kebijakan sekolah rakyat di setiap

daerah), biaya relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya pendidikan

masa pemerintaan Belanda. Menurut penuturan Kadinem (wawancara,

05/10/2013) Pemungutan uang sekolah akan dipergunakan untuk

29

kebutuhan belajar murid/ siswa itu sendiri seperti Sabak (alas atau media

untuk menulis) dan grip (alat yang yang digunakan untuk menulis,

berbentuk panjang) yang merupakan kebutuhan vital bagi murid-murid di

sekolah rakyat untuk menunjang proses belajar mengajar. Sabak beserta

grip diberikan secara rutin dari pihak sekolah setiap 1 bulan sekali kepada

murid di sekolah tersebut.

Bukan hanya karena uang sekolah yang gratis dan lebih murah

maka jumlah muridnya meningkat, tetapi lebih karena dorongan dari

pemerintah. Kebijakan Jepang merangsang perhatian penduduk desa.

Sadar akan suasana baru dibawah pemerintahan baru ini, dibawah tekanan

kuat pimpinan desa, semakin banyak orang tua yang menyekolahkan anak-

anak mereka (Aiko Kurasawa, 1993:362). Seperti di desa yang berada di

kecamatan Ambarawa), pendaftaran murid-murid sekolah rakyat dilakukan

oleh Kepala Dusun/bekel (termasuk dalam pemerintahan Ku atau

pemerintahan di tingkat kelurahan) setempat yakni dengan mendatangai

rumah anak-anak yang telah cukup umur untuk bersekolah (kira-kira

berusia 6 tahun ke atas) dengan maksud memerintahkan anak tersebut

untuk bersekolah (wawancara Djaman, 04/02/2014). Tindakan yang

dilakukan oleh Kepala Dusun atau bekel adalah wujud usaha yang

dilakukan untuk memperluas pendidikan dengan mengajak/mendorong

anak-anak didesanya untuk bersekolah. Peranannya dalam mendorong

anak-anak di desa agar dapat bersekolah di Sekolah Rakyat adalah wujud

pengabdian diri kepada pemerintahan Jepang.

30

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru menjadi sentral atau pusat

dari pembelajaran. Keberadaan seorang guru menjadi sangat penting

dalam proses mendidik murid-murid yang menjadi objek dalam mencapai

tujuan pendidikan yang hendak dicapai sesuai dengan apa yang telah

ditetapkan oleh pemerintahan sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan.

Seorang pendidik (guru) menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan

bagi anak didiknya dalam sebuah aktivitas belajar. Peranan yang diemban

oleh seorang guru tidak hanya sebatas sebagai seorang pengajar tetapi juga

penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan, karena itulah isi

pengajaran haruslah disesuaikan dengan apa yang hendak dicapai dalam

pendidikan itu sendiri. Dari tujuan pendidikan, guru mempunyai alur

dalam mengajar untuk menentukan dan menciptakan metode pembelajaran

yang sesuai untuk diimplementasikan kepada murid atau peserta didiknya

kerena keberhasilan seorang pendidik dalam mendidik menjadi tolok ukur

penentu keberhasilan dalam pendidikan. Pada masa pemerintahan Jepang,

guru sebagai pendidik memilki peran untuk melaksanakan propaganda.

Guru dipilih sebagai propagandis karena memiliki kemampuan berpidato

yang baik. Media propaganda dilingkungan sekolah salah satunya adalah

nyanyian. Aiko Kurusawa dalam bukunya yang berjudul Mobilisasi dan

Kontrol mengemukakan bahwa secara garis besar lagu-lagu yang diajarkan

diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, di antaranya:

1. Meningkatkan semangat kerja

2. Meningkatkan semangat pertempuran

31

3. Meningkatkan kecintaan kepada tabah air sebagai anggota Asia

Timur Raya

Pemerintahan Jepang mengenalkan adat istiadat, bahasa dan semangat

Jepang dengan membuka latihan/kursus bagi para guru. Hasil-hasil dari

latihan/kursus yang di peroleh akan diajarkan kembali kepada sesama guru

dan murid-mridnya.

Pemerintah militer Jepang mengadakan latihan atau kursus guru-

guru di seluruh Jawa dan Madura sebagai bentuk indoktrinasi. Penanaman

ideologi tentang kemakmuran bersama Asia Timur Raya/Hakko Iciu.

Konsepsi Hakko Iciu sangat penting diajarkan kepada guru, hal itu

dikarenakan guru sebagai pendidik akan mengarahkan pemikiran

muridnya ke dalam cita-cita tersebut. Latihan atau kursus guru untuk

pertama kalinya diadakan pada tanggal 1 Juni 1942 selama 1 bulan di

Jakarta, yang diikuti oleh seluruh guru-guru di Jawa dan Madura sebanyak

122 orang. Guru-guru tersebut merupakan perwakilan dari guru Ken dan Si

diseluruh Jawa dan Madura. Selama mengikuti pelatihan atau kursus,

mereka mempelajari :

a. Bahasa Nippon (Jepang)

b. Adat istiadat Nippon (Jepang)

c. Semangat Nippon (Jepang) = nyanyian dan tari-tarian Nippon,

gerak badan, didikan Nippon, pidato Nippon dan lain sebagainya.

d. Maksud peperangan besar di Pasifik

32

Pada tangal 22 Juli 1942 latihan/kursus guru yang kedua dilaksanakan

selama 2 bulan, diikuti oleh kurang lebih 100 orang guru dari Jawa dan

Madura (lihat lampiran 4, hlm 86). Latihan-latihan guru-guru untuk

seluruh Jawa, merupakan suatu pilot project pemerintah militer Jepang.

setelah selesai latihan, mereka dikembalikan ke daerah masing-masing.

Mereka meneruskan hasil-hasil latihan yang diperolehnya kepada rekan-

rekan guru, murid-murid, dan juga masyarakat lingkungannya (Sartono

Kartodirdjo, 1975:173).

Di setiap sekolah rakyat di Ambarawa hanya terdapat 2 guru saja

yang juga merangkap sebagai Kepala sekolah (wawancara Sukesi,

25/012014). Kepala sekolah di pilih diantara guru-guru yang ada di

sekolah rakyat tersebut dan diangkat oleh Syuutyookan atau Tokobetu

Sityoo. Guru-guru yang mengajar di sekolah rakyat harus memiliki ijazah

sekolah rakyat tetapi jika tidak memiliki ijazah maka Syuutyookan atau

Tokobetu Sityoo yang berwenang untuk mengangkatnya sebagai guru

sekolah rakyat (lihat lampiran 1, hlm 83). Peraturan-peraturan yang

menyangkut pengangkatan dan pemberhentian seorang guru dari

jabatannya sebagai guru sekolah rakyat didasarkan atas keputusan Sityoo

atau Kentyoo kemudian disahkan oleh Syootyookan. Di sekolah rakyat

guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja, tetapi guru juga

mengajarkan kedisiplinan serta budi pekerti kepada murid-muridnya.

Penggunaan bahasa Indonesia yang lebih diutamakan dibandingkan

bahasa daerah sebagai pengantar dalam pendidikan sekolah sempat

33

menjadi perdebatan di antara anggota-anggota komite Kyokan Seido

Chosa Kai atau Komisi Menjelidiki Adat-Istiadat dan Tatanegara.

Keputusan akhir yang diambil oleh pemerintah militer Jepang yakni

penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di pendidikan

sekolah diberikan terutama kepada murid-murid sekolah rakyat kelas 1-2

sedangkan kelas 3 sampai tingkatan pendidikan yang lebih digunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Keinginan Jepang untuk

menyebarluaskan dan mengajarkan bahasa mereka kepada penduduk

secara luas, dilakukan salah satunya dengan cara menjadikan bahasa

Jepang sebagai mata pelajaran wajib dalam pendidikan sekolah. Kebijakan

yang diambil pemerintah Jepang dimaksudkan agar murid-murid dapat

memahami segala sesuatu atau semua yang terkait dengan Jepang

(kehidupan, semangat dan kebudayaan Jepang). Pelajaran bahasa Jepang

mulai diajarkan pada murid-murid sekolah rakyat di kelas 3 sampai tingkat

pendidikan yang lebih tinggi. Di samping itu, mata pelajaran yang

diajarkan adalah Bahasa Jawa, berhitung, Menulis, Pekerjaan tangan,

Gerak badan (Taiso), seni suara/menyanyi, olahraga, menggambar, Budi

pekerti, Sejarah, Ilmu bumi, Kebersihan dan Kesehatan, Badan Manusia,

ilmu alam, Bahasa Nippon/Jepang, bahasa melayu

Ditinjau dari mutu pendidikan sekolah-sekolah masa pendudukan

Jepang, Sekolah Rakyat memberikan sedikit pengaruh terhadap

perkembangan kecerdasan peserta didiknya. Waktu yang digunakan untuk

kegiatan belajar di dalam kelas yang terbatas adalah penyebabnya.

34

Kegiatan di luar kelas yang lebih mengandalkan tenaga fisik banyak

dikerahkan, seperti kerjabakti (kinro hoshi) di antaranya membersihkan

tempat-tempat umum, menanam pohon jarak dan rami di halaman sekolah

untuk melakukan kegiatan di luar kelas.

Menjelang akhir kependudukan, kegembiraan dan minat terhadap

pendidikan harus dihentikan akibat tekanan ekonomi dan murid-murid

mulai drop out (Aiko Kurasawa, 1993:362). Keadaan yang semakin sulit

memaksa murid-murid sekolah turun tangan untuk membantu orang tunya

di sawah sehingga mereka terpaksa harus mengorbankan pendidikannya

untuk dapat membantu orang tuanya demi memenuhi kepentingan akan

wajib serah padi kepada Jepang (wawancara Karmi, 04/02/2014).

Masa pendudukan Jepang terdapat diantaranya dua sekolah tingkat

dasar atau sekolah rakyat di Ambarawa, yaitu :

1. Sekolah Rakyat Kranggan

Menurut Kadinem (wawancara, 05/10/2013) Sekolah rakyat

Kranggan terletak tidak jauh dari Kawedanan Ambarawa yang berada di

desa Kranggan kecamatan Ambarawa. Gedung sekolah tersebut sekarang

dijadikan sebagai toko roti dan oleh-oleh “Elisa”. Sekolah rakyat ini

didirikan tahun 1942. Di tahun itu mulai di buka pendaftaran bagi calon

murid-murid yang ingin bersekolah. Pada masa pendudukan Jepang,

pendidikan terbuka lebar bagi seluruh lapisan masyarakat. Kriteria anak-

anak yang diterima sebagai murid di sekolah rakyat adalah anak-anak

yang telah berumur genap dan di atas 6 tahun. Tidak ada persyaratan

35

khusus untuk menjadi murid Sekolah Rakyat Kranggan. Calon murid

dapat datang seorang diri atau bersama orang tua atau wali muridnya

untuk mendaftar, selanjutnya guru akan mendata masing-masing calon

murid dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut :

Setelah semua data-data pribadi calon murid tersebut lengkap maka

secara resmi murid tersebut sudah terdaftar menjadi murid di sekolah

rakyat. Pendaftaran tersebut tidak dipungut biaya sedikitpun (gratis), tetapi

setelah dimulainya ajaran baru maka murid-murid sekolah rakyat kranggan

berkewajiban untuk membayar uang sekolah sebesar Rp. 3 yang

dibayarkan setiap 1 bulan sekali. Pembayaran uang sekolah difungsikan

untuk memenuhi keperluan sekolah murid-murid seperti sabak dan grip,

yang diberikan oleh pihak sekolah setiap 1 bulan sekali.

Gedung sekolah rakyat Kranggan masih sangat sederhana,

bangunan sekolahnya hanya terbuat dari gedhek atau dinding yang terbuat

dari anyaman bambu. Pembatas yang digunakan untuk memisahkan ruang-

ruang kelas sebagai tempat belajar mengajar sama halnya dengan material

bangunan sekolah yakni gedhek atau dinding yang terbuat dari anyaman

a. Nama murid : (....................)

b. Tempat tinggal/alamat : (....................)

c. Tempat dan Tanggal Lahir : (....................)

d. Nama Orang Tua/Wali Murid

1) Nama Ibu : (....................)

2) Nama Ayah/Bapak : (....................)

e. Pekerjaan : (....................)

36

bambu. Maskipun keadaan sekolah sangat sederhana, tetapi sekolah ini

memiliki pekarangan (lapangan) sekolah yang sangat luas yang digunakan

untuk kegiatan belajar di luar kelas seperti olahraga, menanam jarak,

upacara bendera, gerak badan atau taiso. Ruangan yang ada di sekolah

rakyat meliputi 2 ruang digunakan untuk ruang kelas sebagai tempat untuk

kegiatan belajar mengajar dan satu ruangan digunakan untuk ruang guru

dan tempat menyimpan berbagai alat-alat sekolah (alat olahraga, buku-

buku pelajaran, dll), secara keseluruhan terdapat 3 ruang di sekolah rakyat/

SR Kranggan.

Pada tahun 1942 sekolah rakyat Kranggan memiliki murid

berjumlah kurang lebih 50 orang di kelas 1 dan jumlah tersebut cenderung

tetap pada setiap kenaikan kelas (di kelas 2 dan 3), hanya ada beberapa

murid yang keluar dengan berbagai alasan yang beragam. Murid-murid di

sekolah rakyat tidak hanya anak-anak yang berumur 6 tahun saja, banyak

murid yang berumur 6 tahun keatas (7-12 tahun). Kesempatan bersekolah

yang terbuka lebar membawa dampak besar terhadap antusiasme belajar di

kalangan anak-anak di Ambarawa yang meningkat pada tahun pertama

dibukanya pendaftaran (tahun 1942) hingga menjelang akhir

kependudukan 1945. Sukesi menjelaskan, dalam satu kelas yang

berjumlah kurang lebih 50 orang didominasi oleh murid perempuan,

dengan jumlah murid yang terhitung banyak ruang kelas sudah terlihat

penuh karena tidak terlalu lebar. Namun hal tersebut tidak mengurangi

semangat para murid untuk belajar. Sarana prasarana yang terdapat di

37

dalam kelas sebagai penunjang aktivitas belajar mengajar yakni papan

tulis, buku-buku pelajaran, bangku beserta meja serta alat tulis untuk

murid (sabak dan grip).

Sebagian besar murid-murid di sekolah rakyat Kranggan adalah

anak-anak yang berasal dari beberapa desa yang berada di sekitar sekolah

yakni Desa Kupang, Panjang, Kranggan, Lodoyong. Tenaga pendidik/guru

di dalam sekolah hanya ada dua. Seorang guru mengajar dua kelas yaitu

kelas 1 dan kelas 2, sedangkan satu guru hanya mengajar di kelas 3 saja.

Bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari

menggunakan bahasa Jawa, bahasa Melayu juga diberikan sebagai

pelajaran tambahan yang nantinya akan memudahkan para murid di kelas

3 untuk mengikuti pelajaran karena di kelas 3 bahasa pengantar yang

digunakan adalah bahasa melayu (wawancara Kadinem, 22/012014).

Kantor Pengajaran Pemerintah militer Jepang di Jawa pada tanggal

20 Oktober 2603 (1943), mendirikan komisi (penyempurnaan) bahasa

Indonesia, atas desakan dari beberapa tokoh bangsa Indonesia. Tugas

daripada komisi itu adalah menentukan terminologi, yaitu istilah-istilah

modern, serta menyusun suatu tata bahasa normatif dan menentukan kata

yang umum bagi bahasa Indonesia. Jepang merasa terpaksa harus memberi

jalan kepada bangsa Indonesia untuk menyempurnakan bahasanya sendiri.

Sikap yang demikian tersebut dapat dilihat setelah dibentuknya komisi

bahasa Indonesia. Mereka tidak segera bekerja, baru setelah satu tahun

kemudian mulai bekerja, itupun karena telah berkali-kali didesak, sehingga

38

Jepang mulai membuka kantor komisi bahasa Indonesia dengan peralatan

dan staff yang sangat kurang. Keputusan-keputusan yang telah diambil

oleh komisi bahasa Indonesia tidak pernah diumumkan oleh pemerintah

balatentara Jepang. Akan tetapi berkat ketekunan anggota komisi, maka

pada akhir kependudukan militer Jepang di Indonesia telah dapat

ditetapkan kira-kira 7.000 istilah (Sartono Kartodirdjo, 1975:181).

Perubahan-perubahan yang terjadi berdampak pada penggunaan

buku-buku pelajaran yang sebelumnya telah diterbitkan menggunakan

bahasa Melayu, oleh karena itu kantor pengajaran dan penerbitan resmi

buku-buku pelajaran Gunseikanbu menerbitkan buku-buku panduan

bahasa melayu ke bahasa Indonesia, dengan buku panduan tersebut para

guru akan mudah memahami perubahan kata dalam bahasa Melayu ke

bahasa Indonesia.

2. Sekolah Rakyat Pasekan

Kegiatan belajar mengajar di sekolah rakyat Pasekan dilakukan di

gedung sekolah yang sederhana. Berdasarkan ketetapan dalam Osamu

Seirei No.10 tahun 2605/1944 Bagian VII “Tentang Kelengkapan

Sekolah” pasal 24-26 (lihat lampiran 2, hlm 84), sekolah rakyat yang

didirikan atau telah berdiri harus memenuhi kelengkapan penunjang untuk

kegiatan belajar seperti pekarangan sekolah, alat-alat sekolah dan tempat

berolahraga. Semua kelengkapan tersebut dipergunakan untuk berbagai

macam kegiatan :

39

a. Menjalankan latihan keprajuritan

b. Pendidikan rakyat

c. Penjagaan daerah

d. Penjagaan keamanan

e. Usaha produksi

f. Kesehatan atau untuk pekerjaan amal

Sekolah rakyat Pasekan terletak di Jl. Ki Cogati 1 di Dusun

Tambak Selo Desa Pasekan dan sekarang menjadi Sekolah Dasar Negeri 1

Pasekan. Gedung sekolah di SR Pasekan dilengkapi dengan Pekarangan

yang sangat luas yang digunakan untuk melakukan upacara bendera, gerak

badan atau taiso yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran di kelas

dimulai, serta digunakan untuk berolahraga.

Pada tahun 1942 sekolah rakyat Pasekan didirikan dengan jumlah

murid yang sangat banyak, yaitu di kelas 1 pada tahun pertama sekolah

berdiri terdapat kurang lebih 50 murid yang terdaftar di sekolah. Pada

tahun berikutnya jumlahnya terus bertambah. Ruang kelas yang tidak

memungkinkan untuk menampung jumlah murid dari seluruh Desa

Pasekan yang terlalu banyak mengakibatkan beberapa murid harus

bersekolah di sekolah rakyat yang berada di desa lain yang jarak

tempuhnya sangat jauh dari dusun mereka seperti Sekolah Rakyat

Kranggan (wawancara Djaman, 04/02/2014).

Karmi menuturkan, ketika ia bersekolah hingga lulus di sekolah

rakyat tidak ada pungutan biaya. Dalam aturan tentang perbendaharaan

40

sekolah yang dimuat dalam Osamu Seirei Bagian IX (lihat lampiran 2, hlm

84) telah dijelaskan biaya sekolah rakyat yang berada di bawah kekuasaan

Si atau Gaku_ku akan di bebankan kepada Si atau Gaku_ku dikarenakan

mendapatkan uang tunjangan dari pemerintah balatentara Jepang sebesar

4/10 dan Ken 3/10 dari biaya sekolah yang telah di tetapkan dan apabila

ada pungutan sekolah maka harus berdasarkan ijin dari Kentyo. Meskipun

tidak dipungut biaya, pihak sekolah tetap menyediakan segala kebutuhan

penunjang belajar murid, seperti sabak dan grip. Mayoritas murid-murid

sekolah rakyat Pasekan berasal dari dusun-dusun di kelurahan Pasekan

seperti Tambak Selo, Kintelan, Kebon Sari, Kadipiro, dan lain-lain.

Pendaftaran murid-murid sekolah rakyat Pasekan dilakukan oleh

Kepala Dusun atau Bekel. Dengan mendatangi rumah anak-anak yang

telah berusia 6 tahun ke atas dan meminta untuk bersekolah. Perintah

Kepala Dusun atau Bekel untuk bersekolah, mengakibatkan hasil

pembelajaran yang diterima murid sekolah rakyat Pasekan selama

mengikuti pendidikan tidak maksimal walaupun semangat belajar mereka

sangat tinggi. (wawancara Djaman, 04/02/2014).

B. Sistem Pendidikan Sekolah Rakyat

1. Landasan Pendidikan

Jepang menyadari pentingnya pendidikan, melalui pendidikan

mentalitas dan cara berpikir masyarakat Indonesia dapat diubah dari

mentalitas Eropa kepada alam pikiran Nippon serta akan tercipta kader-

kader khususnya para pemuda sebagaimana yang diharapkan jepang.

41

Demikianlah, sekolah-sekolah menjadi tempat indoktrinasi Jepang.

Menurut Jepang, dari pendidikan dibentuk kader-kader untuk

mempelopori dan melaksanakan konsepsi “Kemakmuran Bersama Asia

Timur Raya”. Adapun Kemakmuran Asia Timur Raya dikatakan

tergantung kepada kemenangan perang Asia Timur Raya. Oleh karena itu

segala usaha harus ditujukan kepada memenangkan perang itu (Sartono

Kartodirdjo, Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 2008:

92,95).

Sejalan dengan hal itu landasan pendidikan masa pendudukan

Jepang adalah Hakko Iciu (Kemakmuran bersama di Asia Timur Raya).

Hakko Iciu merupakan suatu paham yang mengajak bangsa Indonesia

untuk dapat meraih kemakmuran Asia Timur Raya bersama-sama bangsa

Jepang yang mengatakan bahwa bangsa Jepang memiliki latar belakang

nasib yang sama sebagai sesama bangsa Asia dan saudara tua bangsa

Indonesia. Indoktrinasi Hakko Iciu di kalangan tenaga pendidik yang

menjadi salah satu pelaksana propaganda, dilakukan oleh pemerintah

Jepang pada bulan Juni selama 1 bulan di Jakarta kemudian disusul

dengan pelatihan yang kedua di bulan selanjutnya yakni bulan Juli selama

2 bulan yang diikuti oleh perwakilan guru-guru disetiap Ken di seluruh

Jawa dan Madura. Usaha-usaha tersebut ditujukan untuk mempersiapkan

tenaga pendidik yang dapat mendidik serta mengarahkan pemikiran

peserta didik atau murid nantinya agar senantiasa berbakti kepada

42

pemerintahan Jepang sehingga dengan mudah cita-cita Kemakmuran

Bersama Asia Timur Raya dapat tercapai.

Merujuk pada pernyataan di atas mengenai Hakko Iciu sebagai

landasan pendidikan, maka dalam pendidikan umum khususnya di tingkat

sekolah dasar atau Sekolah rakyat oleh pemerintahan Jepang telah

dirumuskan tujuan pendidikan yang sejalan dengan Hakko Iciu. Aturan-

aturan dalam tujuan pendidikan sekolah rakyat dimuat dalam Osamu Seirei

No. 10 Bagian 1 Pasal 1 (lihat lampiran 1, hlm 83), sebagai berikut :

Kokimin Gakko atau (Sekolah Rakjat) diadakan dengan Maksoed

oentoek megadjarkan ilmoe pengetahoean oemoem, berdasarkan

tjiita-tjiita pembentoekan lingkoengan Asia Timoer Raja serta

oentoek memberi latihan dasar, agar rakjat menjadi rakjat negara

baroe jang akan dibentoek di kemoedian hari. (Tjahaja, 7 Sigatu

2605)

Tujuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tidak

terlepas dari kepentingannya unuk memenuhi tenaga kerja serta tenaga

militer. Oleh sebab itu pembelajaran di sekolah rakyat mengajarkan ilmu

pengetahuan umum namun hanya sebatas memberikan pengajaran-

pengajaran atau pembelajaran (pelatihan) dasar. Inti dari pembelajaran

tersebut akan membentuk murid mempunyai jiwa dan semangat Jepang

(Nippon Seishin) termasuk bushido yaitu berbakti kepada pemerintahan

Jepang (pemimpin) dan orang tuanya.

Pembelajaran tersebut akan diperoleh selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung penanaman sifat Jepang atas kepentingannya dapat

diajarkan sejak anak bersekolah pada jenjang dasar pendidikan sekolah

masa pendudukan Jepang ini yaitu sekolah rakyat. Dengan pendidikan

43

yang diselenggarakan, murid dibekali untuk menjadi kader yang dapat

dibentuk dan dijadikan sebagai bagian dalam merealisasikan cita-cita

Jepang atas Kemakmuran Asia Timur Raya.

Dari barbagai macam konsep-konsep pendidikan, salah satunya

adalah konsep pendidikan yang mencakup maksud atau tujuan pendidikan

masa pendudukan Jepang, yaitu “Education is the process by which the

individual is taught loyalty and conformity by which the human mind is

disciplined and devoloped” maksud dari pernyataan tersebut yaitu

Pendidikan adalah proses dimana individu diajarkan kesetiaan dan

ketaatan, yang akan membentuk pemikiran manusia menjadi disiplin dan

maju. Konsep pendidikan ini menekankan betapa pentingnya peran

pendidikan dalam pembinaan manusia. Pendidikan diartikan sebagai

proses pembinaan sikap mental dengan jalan atau cara melatih dan

mengembangkannya ke arah nilai sikap yang diinginkan, yang dalam

rumus konsep di atas yaitu nilai sikap kesetiaan dan ketaatan. Di negara

totaliter monistis yaitu sistem politik pemerintah yang segala-galanya demi

kepentingan negara dan monoisme kebudayaan atau kebudayaan tunggal,

menetapkan bahwa pendidikan atau edukasi adalah satu dan sama dengan

indoktrinasi, tujuan pendidikan membina manusia susila yang cakap

diganti dengan pembinaan warganegara yang setia, taat tanpa syarat dan

displin membaja. (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1981: 83)

44

2. Peserta Didik

Murid-murid siswa ekolah rakyat adalah anak-anak yang telah

berumur genap 6 tahun ke atas. Pendaftaran murid sekolah rakyat (SR),

dilakukan dengan cara : calon murid SR harus mendaftar terlebih dahulu

ke sekolah seorang diri atau didampingi orang tua, kemudian calon murid

akan dimintai keterangan mengenai data prbadi, setelah semua data-data

sudah lengkap, secara resmi terdaftar menjadi murid SR. Sorotan utama

pemerintahan Jepang selain dibidang politik, ekonomi dan sosial adalah

bidang pendidikan, maka semua pihak yang menjadi bagian dari

pemerintahan Jepang harus ikut mendorong kemajuan pendidikan, sebagai

contoh di Sekolah Rakyat Pasekan di kecamatan Ambarawa. Menurut

Djaman salah satu murid SR Pasekan, menuturkan bahwa kecenderungan

anak-anak di Desa Pasekan yang tidak mau bersekolah. Hal ini berakibat

bagi Kepala dusun untuk merekrut murid Sekolah Rakyat Pasekan. Dalam

menjalankan peranannya kepala Dusun akan mendatangi rumah masing-

masing anak yang telah genap berumur 6 tahun hingga 12 tahun untuk

didaftarkan menjadi murid sekolah rakyat. Tekanan dari pemerintahan

desa tersebut mengakibatkan anak-anak di desa tersebut menuruti apa yang

telah diperintahkan kepala dusun untuk bersekolah.

Mayoritas murid-murid sekolah rakyat berasal dari Desa-desa di

sekitar sekolah rakyat yang didirikan. Dalam aturan Gaku-Ku dan aturan

tentang mengadakan sekolah rakyat, pengadaan sekolah rakyat ditujukan

untuk mendidik anak-anak yang berada di daerah yang bersangkutan,

45

selain itu dengan dibentuknya Gaku-Ku memberikan kemudahan bagi

peserta didik untuk menjangkau sekolah tersebut, pengadaan sekolah

rakyat berdasarkan Gaku-ku juga dimaksudkan untuk memudahkan

pengawasan dan penilikan yang dilakukan oleh Son atau beberapa Gaku-

ku (pegawai-pegawai) di dalam Son tersebut.

Pengawasan sekolah rakyat oleh Son ataupun Gaku-ku dilakukan

satu bulan sekali setiap hari senin. Petugas yang melakukan peninjauan

dan pengawasan disebut guru atau ndoro (tuan) Sinder (wawancara Karmi,

04/022014 dan Kadinem, 22/012014)

Pendidikan masa pemerintahan Jepang berbeda dengan pendidikan

masa Kolonial Belanda. Sekolah-sekolah pada masa Kolonial Belanda,

memisahkan antara anak-anak pibumi dengan anak-anak dengan golongan

sosial yang didasarkan pada keturunan, bangsa dan status seperti anak-

anak pribumi keturunan bangsawan, bangsa Belanda, bangsa Eropa dan

bangsa timur asing. Sistem diskriminasi masih diterapkan pada masa ini

sehingga bermacam-macam jenis sekolah didirikan untuk memberikan

pendidikan yang berbeda-beda menurut golongan sosial.

Pendidikan masa pemerintahan Jepang, semua anak-anak Indonesia

diberi kesempatan belajar yang sama dalam satu macam jenis sekolah

dengan jenjang pendidikan yang berbeda berdasarkan tingkatan

sekolahnya. Kesempatan untuk belajar yang terbuka lebar mendapat

sambutan yang positif dari seluruh masyarakat Indonesia, sesuai apa yang

telah ditetapkan oleh pemerintah Jepang, setiap anak-anak yang berumur 6

46

tahun ke atas dapat mendaftarkan dirinya untuk menjadi murid-murid di

sekolah tingkat sekolah dasar. Peningkatan jumlah murid pada jenjang

pandidikan sekolah rakyat (Lihat tabel 1, hlm 27). Meskipun terjadi

peningkatan yang sangat signifikan dari jumlah murid, hal tersebut tidak

dibarengi dengan peningkatan jumlah sekolah dan jumlah guru.

Lingkungan pendidikan dan fasilitas yang tidak mendukung tidak sepadan

dengan banyaknya minat belajar di kalangan anak-anak di Indonesia yang

mengakibatkan penurunan dalam bidang pendidikan.

Meskipun mendapat tekanan dari pemerintahan desa untuk

bersekolah, semangat belajar murid-murid sekolah rakyat senantiasa

ditunjukkan ketika mereka bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah tersebut walaupun kurang

maksimal (wawancara Djaman, 04/02/2014).

3. Kurikulum Sekolah Rakyat

3.1 Mata Pelajaran

Selama 3 tahun masa belajar di sekolah rakyat, murid-murid

menerima ilmu pengetahuan dasar, meliputi :

3.1.1 Membaca

Murid-murid sekolah rakyat dikelas 1 diajarkan mengenal

huruf-huruf Alfabet beserta mengeja yang dirangkai menjadi kata.

Kelas 2 mulai membaca kalimat-kalimat yang panjang. Di kelas 3

murid diajarkan membaca bacaan-bacaan di buku-buku pelajaran.

Dengan mambaca maka murid-murid dapat mengetahui pengertian-

47

pengertian dan maksud dari kata dalam bacaan dengan juga

mendengar penjelasan dari guru. contoh bacaanya sebagai berikut :

Kesekolah

Pagi-pagi poekoel toejoeh si Abas bangoen. Iapoen teroes

mandi. Badanja digosoknja dengan saboen. Sesoedah

mandi, ia masoek keroemah. Dikenakanja pakaian jang

bersih, laloe sembajang soeboeh. Lekas ia pergi kesekolah,

sebab rumahnja djaoeh. Ditengah djalan ia bertemoe

dengan si Amin. Bersama-sama mereka itoe berdjalan

kesekolah. Setiba disekolah anak-anak soedah banjak

dipekarangan. Poekoel sembilan mereka itoe disoeroeh

goeroe masoek. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944):

3)

3.1.2 Menulis

Pelajaran menulis yang diajarkan oleh guru dimaksudkan

agar murid-murid paham dan mampu menghafal huruf-huruf

Alfabet, dengan di dikte (murid menulis kata ataupun kalimat yang

diucapkan oleh guru) dan menulis halus (murid menyalin atau

menulis kembali kalimat yang telah dicontohkan guru), tulisan

yang dihasilkan harus berupa tulisan latin/tegak bersambung dan

tulisan tersebut harus rapi (wawancara Kadinem, 22/01/2014)

3.1.3 Berhitung

Dalam mempelajari ilmu pasti seperti berhitung. Guru

terlebih dahulu memperkenalkan angka kemudian meningkat

menjadi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Kegiatan pembelajaran berhitung, salah satunya dilakukan dengan

cara “awangan” atau lisan (guru menyebutkan soal tanpa

menuliskannya di papan tulis kemudian murid menjawab secara

spontan). (wawancara Sukesi, 25/01/2014)

48

3.1.4 Bahasa Jawa

Penggunaan Bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dalam

kegiatan pembelajaran juga dijadikan sebagai mata pelajaran,

seperti nulis Jawa (menulis dengan huruf Jawa), moco (membaca

huruf Jawa) bernyanyi lagu-lagu Jawa atau nembang Jawa

(wawancara Djaman, 04/02/2014).

3.1.5 Sejarah

Pelajaran sejarah diajarkan dengan menggunakan metode

bercerita. Guru menyampaikan materi pembelajaran seperti halnya

yang dilakukan pada mata pelajaran Budi pekerti.

Dalam penyampaian pelajaran sejarah, guru sangat

menghayati ketika bercerita kepada murid-muridnya sehingga para

murid seakan ikut merasakan apa yang di ceritakan oleh gurunya,

tidak jarang murid sampai meneteskan air mata. Pelajaran ini

merupakan pelajaran yang paling berkesan di antara pelajaran yang

lainnya karena pembawaan guru ketika bercerita membawa murid

berimajinasi ke dalam cerita tersebut. (wawancara dengan

Kadinem, 22/01/2014).

Dari hasil wawancara dengan informan, materi

pembelajaran sejarah kurang diketahui secara pasti oleh mereka

(informan), tetapi dalam buku Tjerita Goeroe halaman 54 terdapat

cerita tentang Sejarah bangsa Nippon yang sangat kuat dan gigih

mempertahankan negaranya yang akan digempur oleh negara-

49

negara barat. Dengan semangat bushido yang ada dalam dada dan

jiwa rakyat Nippon, bangsa Nippon tidak mudah untuk

diruntuhkan sehingga bangsa Nippon berhasil mengalahkan bangsa

barat (Rusia) meskipun dengan persenjataan yang sangat sederhana

jika dibandingkan dengan persenjataan yang dimiliki bangsa Rusia,

kekuatan bangsa Nippon hanya bertumpu pada semangat persatuan

yang berakar dari bushido.

3.1.6 Bahasa Melajoe (Melayu)

Bahasa melayu adalah bahasa Indonesia yang belum

disempurnakan. Pelajaran bahasa melayu mulai diajarkan (tidak

intensive) ketika murid duduk di bangku kelas 1 dan 2, meskipun

bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari yang

digunakan adalah bahasa Jawa tetapi bahasa melayu dasar juga

diajarkan untuk memudahkan murid ketika mereka duduk di kelas

3, sebab bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran

adalah bahasa melayu (bahasa Indonesia yang belum

disempurnakan). Pembelajaran bahasa melayu ini meliputi,

membaca, bercakap-cakap (menjawab pertanyaan dalam bacaan),

menulis (menyalin kata dalam bacaan), menyusun dan membuat

serta melengkapi kalimat, mendiskripsikan gambar. Sebagai contoh

pelajaran bahasa melayu di dalam buku Pelajaran Bahasa Melajoe

Jilid I untuk kelas 3 :

50

1. Batjalah peladjaran itoe baik-baik !

Waktoe bermain-main

Poekoel setengah doea belas kami keloear bermain-main.

Senang hati kami waktoe itoe. Kami telah lama doedoek di

bangkoe itoe. Saja bermain kelereng dengan kawan-kawan

saja sekelas. Ada juga kawan yang menjepak-njepak bola.

Siapa menjepak bola, haroes hati-hati benar. Kalau kena

dinding, tentoe koetoer. Goeroe berdjalan-djalan melihat

kami. Kami tidak boleh berkelahi. Kadang-kadang goeroe

bermain dengan kami. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604

(1944): 12)

Dalam buku Lampiran Pelajaran Bahasa Melajoe A yang memuat

tentang petunjuk menggunakan buku Pelajaran Bahasa Melajoe I

untuk guru. Aturan dalam membaca bacaan yaitu sebagai berikut :

a. Guru terlebih dahulu membaca bacaan yang ada dalam

buku pelajaran tersebut sebagai contoh dalam pokok

pelajaran II yaitu Waktoe bermain-main. Apabila guru

menemukan kata-kata atau kalimat yang sukar atau kurang

dimengerti oleh muridnya, maka guru harus menjelaskan

arti dari kata atau kalimat tersebut dengan bahsa yang dapat

dipahaami murid seperti menggunakan bahasa daerah yang

digunakan sehari-hari.

b. Selanjutnya guru meminta murid-muridnya untuk

membaca kembali secara seksama.

c. Setelah murid membaca kembali bacaan tersebut, guru

menyuruh murid untuk meyalin kata-kata sukar yang telah

disebutkan oleh guru ketika membaca bacaan tersebut. guru

dapat menambah atau mengurangai jumlah atau banyaknya

51

kata dalam bacaan sesuai dengan keadaan dalam kelas

masing-masing.

2. Salinlah Kata-kata ini :

Keloear bermain-main, senang, kelereng, sekelas,

menjepak-njepak, hati-hati. Berdjalan-djalan, melihat-lihat,

berkelahi. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 12)

Setelah membaca, guru akan meminta muridnya untuk

menyalin kata-kata sukar yang telah diucapkannya ketika membaca

bacaan tersebut atau dapat juga menggunakan kata-kata sekar yang

telah ada dalam buku pelajaran seperti yang ada dalam contoh

latihan no 2 di atas. Aturan dalam menyalin kata sebagai berikut :

a. Guru memakai kata yang akan di salin tersebut dengan

mengubahnya ke dalam sebuah kalimat yang berbeda dari

kalimat yang ada dalam bacaan, misalnya : kata “ keloear

bermain-main” dapat diubah dengan kalimat “tiap hari

minggoe kami keloear bermain-main di pekarangan

roemah”

b. Guru mengucapkan kata itu dengan lantang (penekanan

pada kata keloear bermain-main)

c. Kemudian murid bersama-sama menirukan kata tersebut,

guru harus memperhatikan kata yang diucapkan murid-

murid itu.

d. Murid harus melihat dan memperhatikan dengan teliti kata

tersebut dalam buku pelajaran atau papan tulis.

52

e. Murid akan menutup matanya dan menyebut kata sukar itu

sekali lagi ngan suara yang pelan (keloear bermain-main)

f. Setelah itu barulah murid menulis kata itu di batu tulisnya

(keloear bermain-main)

g. Kemudian murid harus membandingkan kata itu dengan

contohnya. Apabila terdapat kesalahan penulisan kata

tersebut, murid harus memperbaikinya. (Lampiran Pelajaran

Bahasa Melajoe A, 2603 : 5)

3. Bertjakap-tjakap

a. Memboeat Kalimat (mendjawab Pertanyaan) :

1. Poekoel berapa kamoe keluar bermain ?

2. Bagaimana hati kamoe waktoe itoe ?

3. Apa kerdjamoe, sebelum keloear itoe ?

4. Engkau bermain apa ?

5. Dengan siapa engakau bermain ?

6. Bermain apa anak-anak lain ?

7. Apa jang ta‟ boleh kotor ?

8. Dimana goeroe waktoe itoe ?

9. Mengapa ia dipekarangan ?

10. Berapa kali kamoe bermain-main ?

11. Apa goenanja bermain-main sesoedah beladjar ?

12. Mengapa tak baik bermain kasar ?

b. Bertjerita :

1. Tjeritakan apa kerjamoe saat bermain .

2. Tjeritakanlah tentang pekarangan sekolahmoe.

(Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 13)

Membuat kalimat (menjawab pertanyaan). Pertanyaan-

pertanyaan yang ada dalam buku itu (buku Pelajaran Bahasa

Melajoe I) semuanya berhubungan dengan segala hal yang

menyangkut pokok pelajaran yang telah dibaca oleh guru dan

murid-murid. Dalam menjawab pertanyaan murid dapat mencari

53

jawaban tersebut dari bacaan yang terdapat dibuku. Selain itu ada

juga pertanyaan yang jawabannya tidak ada dalam bacaan maka

dari itu murid harus menjawab pertanyaan tersebut dengan berpikir

sendiri untuk mentukan jawaban dari pertanyaan tersebut, misalnya

pertanyaan no. 11 : Apa goenanja bermain-main sesoedah beladjar?

Pertanyaan semacam ini dimaksudkan agar murid dapat

mengembangkan pemikirannya ke arah berpikir yang lebih kritis.

Bercerita terbagi atas 2 bagian, yaitu

a. Menceritakan pokok pelajaran yang telah dibaca murid,

misalnya pada tamrin bercerita atau bagian pelajaran

bercerita no. 1 : Tjeritakan apa kerjamoe saat bermain.

Murid akan menceritakan kembali aktivitas yang dilakukan

saat bermain sesuai dengan bacaan yang telah dibaca dalam

buku pelajarannya tersebut.

b. Menceritakan hal lain yang berhubungan dengan pokok

pelajaran tetapi lebih pada menceritakan hal yang pernah

dilihat dan drasakan atau merupakan pengalaman pribadi

murid itu sendiri, sebagai contoh pada tamrin bercerita atau

bagian pelajaran bercerita no. 2 : Tjeritakanlah tentang

pekarangan sekolahmoe. Dalam menceritakan tentang

pekarangan sekolah maka murid akan cenderung

menceritakannya berdasarkan apa yang diihatnya.

54

Dalam bercerita murid-murid harus dihimbau dan

dibiasakan untuk menggunakan kata-kata mereka sendiri yang

digunakan untuk bercerita (Lampiran Pelajaran Bahasa Melajoe A,

2603 : 6)

4. Soedahkanlah !

1. Dengan saboen kami.........

2. Dengan kapoer goeroe.......

3. Dengan djarum iboe............

4. Dengan bola moerid-moerid........

5. Dengan pisau kami.........

6. Dengan batoe kami..............

7. Dengan gajoeng orang............

8. Dengan mistar kami.............

9. Dengan tali saja.................

10. Dengan sapoe kakak..........

11. Dengan moeloet kita.........

12. Dengan mata kita.......

Misalnja : Dengan saboen kami mentjoetji. (Pelajaran

Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 14)

Dari tamrin atau bagian pelajaran 4, murid-murid harus

melengkapi kalimat-kalimat yang ada dalam pertanyaan, untuk

melengkapi kalimat tersebut murid-murid harus mengetahui serta

memahami kata-kata sukar yang belum diketahui oleh murid oleh

karena itu dalam menjawab pertanyaan guru harus senantiasa

membimbing murid-muridnya.

5. Tjarilah lawanja !

1. Keluar sekolah ― ..............

2. Ramboetnja pandjang ―...............

3. Anak perempoean ―.............

4. Kelas rendah ―......................

5. Senang hati ―.................

Oempamanja : keloear sekolah ― masoek sekolah

(Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 14)

55

6. Boeatlah kalimat dengan kata-kata ini :

Kotor ― berdjalan-djalan ― kadang-kadang ― sekelas ―

kawan-kawan― lama-lama ― senang hati ― soesah hati

―bermain-main ― melihat-lihat.

Oempamanja : Tanganmoe kotor, tjoetjilah bersih-bersih !

(Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 15)

7. Boeatlah pertanjaan !

Djawabnja kalimat-kalimat dibawah ini :

1. Badan saja digoesoek iboe.

2. Peladjaran itoe disalin si Kadir.

3. Bola itoe disepak si Ahmad.

4. Anak batoenja diruntjingkan.

5. Si sitti dimarahi iboe.

6. Kitab-kitab diboengkoes moerid.

7. Papan toelis dibersihkan moerid

Misalnja : Apamoe digosok iboe? (Pelajaran Bahasa

Melajoe, 2604 (1944): 16)

8. Balikanlah kalimat ini :

1. Ia menjiram boenga. Boenga...............

2. Ia mentjaboet roempoet. Roempoet..........

3. Ia mendjemoer kain. Kain ..............

4. Ia mengintai roesa. Roesa...............

5. Ia menbelah kajoe. Kajoe .............

Misalnja : Ia mengambil air. Air diambilnja (Pelajaran

Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 31)

Dalam soal-soal tamrin atau bagian pelajaran no. 5 (lima)

sampai 8 (delapan ) diatas, murid-murid diminta mengarang

menggunakan kalimat-kalimat pendek, guru bertugas untuk

membimbing dan mengawasi murid-muridnya untuk sebisa

mungkin tidak menggunakan kalimat terdapat dalam buku yang

digunakan sebagai kegiatan belajar mengajar. Dalam buku

Pelajaran bahasa Melajoe I juga dilengkapi dengan tamrin atau

pelajaran mencari lawan kata, membuat atau melengkapi kalimat,

dan lain sebagainya. Berdasarkan keterangan dari buku Lampiran

Pelajaran Bahasa Melajoe A, tamrin atau bagian pelajaran itu dapat

56

diperluas atau ditambah lagi jika guru menghendakinya. Perluasan

atau penambahan soal dalam setiap tamrin berdasarkan atas situasi

dan kondisi yang ada didalam tiap-tiap kelas.

3.1.7 Seni suara/Menyanyi

Dalam mata pelajaran menyanyi, murid diajarkan nyanyi-

nyanyian dalam bahasa Jawa (nembang Jawa) dan bahasa Jepang

(wawancara Djaman, 04/02/2014).

3.1.8 Gerak Badan

Kadinem menuturkan, setiap pagi sebelum masuk ke dalam

kelas semua murid-murid dan guru di Sekolah Rakyat melakukan

Gerak badan atau taiso (dalam bahasa Jepang). gerak badan atau

taiso disebut juga dengan senam.

3.1.9 Olahraga

Olahraga yang diajarkan adalah kasti dan sepakbola.

Pekarangan sekolah yang luas sangat mendukung kedua olahraga

tersebut (wawancara Kadinen, 5/10/2013).

3.1.10 Budi pekerti

Pelajaran budi pekerti diajarkan oleh guru, salah satunya

dengan metode bercerita, dimana seorang guru bercerita atau

menyampaikan sebuah cerita atau dongeng kepada murid-

muridnya. Isi cerita yang disampaikan adalah cerita-cerita

berhubungan dengan budi pekerti sehingga murid-murid dapat

meneladani tokoh-tokoh yang baik budi pekerti, kepintaran dan

57

keberaniannya dalam cerita tersebut. Dalam bercerita guru

diperbolehkan menggunakan bahasa Melayu atau bahasa daerah

setempat. Salah satu contoh cerita teladan yang ada dalam buku

pegangan guru, adalah sebagai berikut :

Kalo soesah baru ingat

Adalah seorang tjengkerik bersahabat dengan

seekor lebah. Adapun tjengkerik itoe kerdjanya siang hari

tidoer sadja. Petang-petang sesoedah membersihkan diri

keloearlah ia berdjalan-djalan, sambil bernjanji-njanji

tiada hentinja. Djaoeh malam baharoelah ia poelang

keroemah. Keesokan harinja, pagi-pagi benar, ia telah

bangoen dan bernjanji-njanji poela sepangjang djalan.

Begitoelah sadja kerdjanya sepandjang hari, bersenang-

senang dan bersoeka-soeka sadja. Ta‟ ada teringat olehnja

bahaja jang menimpanja.

Adapoen lebah itoe kerdjanja berlainan benar dengan

tjengkerik. Djarang benar ia bermain-main dengan ta‟

keroan. Tiap-tiap hari ia bekerdja. Pagi-pagi benar soedah

keloear ia dari sarangnja akan mentjari makan dan petang-

petang baharoe poelang. Malam hari tidaklah ia kemana-

mana, melainkan tidoer melepaskan lelahnja. Lain dari

pada itoe makanan jang berlebih, disimpannja baik-baik.

Goenanja oentoek dimakanja nanti dalam waktoe soesah.

Pada soeatoe hari berkatalah tjengkerik itoe kepada

sahabatnja : “Hai sahabatkoe lebah, engkau ini soedah

djadi boedak kerdja. Ta‟ ada ingatanmoe jang dari pada

kerdja. Kerdja, kerdja sadja dari pagi sampai petang. Ta‟

da waktoemu bersoeka-soeka dan bersenang-senang sedikit

djoega. Engkau hendak kaja benar roepanja. Tetapi akoe

biarpun tidak kaja, senang djoega hidoepkoe. Apakah jang

kita djari didoenia ini, kalau tidak kesenangan? Ajoeh,

marilah kita bermain-main, djanganlah kekejaan sadja jang

diingat tiap-tiap hari !”

“boekan kekajaan jang teringat olehkoe”, kata lebah itoe

dengan maloe. “tetapi akoe bersedia djika moesim soesah

datang nanti.”

„Ah, perkara nanti itoe nanti poela”, kata tjengkerik “apa

poela goenanja disoesahkan sekarang?”

“Tetapi lebih baik joega kita ingat, boekan?” kata lebah

“lagi poela akoe ta‟ bisa bermain-main sadja”

58

Adapoen perkataan lebah itoe tidaklah masoek kedalam

hati tjengkerik. Iapoen berdjalan meninggalkan sahabatnja

itoe dan bernjanjidengan njaring soearanja. Lebah pergilah

menghisap madoe oentoek disimpanja.

Demikianlah beberapa boelan lamanja. Maka datanglah

moesim kesawah. Tiap-tiap hari hudjan turun tiada

berhenti. Sawah jang kering soedah digenangi air.

Tjengkerik terpaksa melarikan diri ketempat jang tinggi.

Betoel disana senang rasanja, tetapi ta‟ ada apa-apa jang

akan dimakan. Maka amat soesah hidoepnja. Makin lama

makin lemah badannja karena ta‟ makan. Bernjanji-njanji

ta‟ berdaya lagi ia lagi. Maka pergilah ia kepada

sahabatnja, lebah, minta dikasihani.

Kata lebah: “ nah, boekanlah benar katakoe, bahwa masa

soesah itoe ta‟ dapat ditentoekan datangnja? Sebab itoe

sebeloem ia datang, sebaik-baiknja kita bersedia. Oentoeng

djoega akoe ada, djika tidak, apa dkjadinja?”

Mendengar itoe, tjengkerik itoe alangkah maloenja.

Sekarang tau benar ia, bahwa hemat itoe pangkal selamat.

(Tjerita Goeroe, 2603/1943: 13)

Dari salah satu cerita yang diambil dalam buku Tjerita guru

seperti di atas murid-murid di ajarkan dapat memanfaatkan waktu

dengan sebaik-baiknya dengan menggunakannya untuk kegiatan

ataupun hal-hal yang bermanfaat sehingga apa yang dilakukannya

tesebut dapat bermanfaat bagi dirinya di kemudian hari. Selain itu

murid juga diajarkan untuk tidak berlaku sombong dan angkuh,

memiliki jiwa penolong bagi seseorang yang membutuhkan

pertolongannya.

Menurut penuturan sukesi, pelajaran ini juga mengajarkan

tentang keadaan rumah tangga, yang dimaksud adalah bagaimana

seorang anak harus bersikap kepada orang tua yaitu

menghormatinya dengan tidak boleh bersikap kasar terhadap kedua

orang tua.

59

3.1.11 Pekerjaan tangan

Menurut penuturan Kadinem, Pekerjaan tangan merupakan

mata pelajaran yang dapat melatih keterampilan murid dan sebagai

penunjang mata pelajaran lain yang dimanfaatkan untuk membuat

media pembelajaran dan juga dengan kegiatan membuat berbagai

macam kerajinan. Mata pelajaran ini mengajarkan berbagai

keterampailan seperti membuat kerajinan dari tanah liat (Kuali,

kereta dll), berbagai mainan dari kulit jeruk dan blarak (daun

kelapa), merenda atau merajut (topi atau kopyah (dalam bahasa

Jawa), dompet) kayu.

Kegiatan memasak juga termasuk dalam mata pelajaran pekerjaan

tangan (Wawancara Sukesi, 25/01/2014).

3.1.12 Kebersihan dan kesehatan

Kebersihan dan kesehatan menjadi salah satu hal yang tak

luputdari perhatian guru, seperti setiap hari senin murid-murid

selalu diperiksa keadaan kuku-kuku tangan mereka kepada guru,

kuku-kuku tangan tersebut harus dalam keadaan bersih (wawancara

Kadinen, 5/10/2013).

3.1.13 Menggambar

Mata pelajaran ini biasanya berhubungan dengan mata

pelajaran lain seperti ilmu alam, ilmu bumi, dan sejarah, seperti

60

menggambar rumah, peta, sungai, laut, ikan, sayur, buah-buahan, dll

sesuai dengan instruksi guru.

3.1.14 Ilmu Bumi

Ilmu bumi merupakan mata pelajaran yang menerangkan

tentang keadaan bumi. Dalam ilmu bumi ada 2 hal yang tidak dapat

dipisahkan yakni alam dan masyarakat (manusia) karena keduanya

itu saling berhubungan. Pelajaran Ilmu bumi yang berhubungan

dengan ilmu alam meliputi: angin, musim, arus laut, peredaran bumi

dan matahari, bintang, bulan, dll. Ilmu bumi yang berhubungan

dengan masyarakat, ilmu yang dipelajari adalah kehidupan manusia

yang saling berhubungan dengan bumi seperti tanah, laut, iklm, laut,

sungai, gunung, danau, dll serta mengenai negara/ bangsa yang

mencakup peradaban, hasil bumi dan industri yang ada di negara

tersebut.

Selain itu ilmu bumi juga menerangkan hubungan keadaan

tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang. Pelajaran ilmu bumi

mulai diajarkan di kelas I-IV. Pembagian mata pelajaran ilmu bumi

menurut rencana pembelajaran:

a. Kelas 1 dan 2

Pelajaran ilmu bumi yang diajarkan di kelas 1 dan 2

hanya mencakup pengertian tentang: tempat, luas, dan

ukuran. Pengertian itu dijelaskan ketika murid-murid

membaca atau bercakap-cakap (menjawab pertanyaan).

61

b. Kelas 3

Dikelas 3 ilmu bumi telah dimasukkan kedalam jam

pelajaran dengan waktu yang telah ditentukan. Pelajaran

yang diterima adalah pengertian tentang: ukuran, tempat,

luas dengan ukuran yang pasti, arah mata angin (selatan,

timur, barat, utara), dan hasil bumi.

c. Kelas 4

Pelajaran yang diterima di kelas 4 yaitui

pengetahuan tentang negara sendiri yakni kepulauan

Indonesia (mempelajari provinsi-provinsi di Indonesia)

sehingga murid-murid dapat mengetahui dimana ia tinggal

dan bagaimana keadaan tempat tinggalnya tersebut , serta

pengetahuan yang lain tentang benua di Asia.

d. Kelas 5 dan 6

Ilmu bumi yang diajarkan yaitu peristiwa-peristiwa

yang sedang terjadi seperti perubahan-perubahan

masyarakat di Indonesia, cita-cita kemakmuran bersama,

dll. Selain itu juga mengajarkan hal-hal yag berguna dalam

kehidupan sehari-hari, seperti mempergunakan alat-alat

pengukur panas badan, timbangan dan neraca, dll.

Sebagai contoh pelajaran ilmu bumi tentang hasil bumi

dikelas 3: maksud pembelajaran ini adalah mengajarkan hasil

bumi ditempat dimana murid itu tinggal. Pelajaran dilakukan diluar

62

kelas agar muriid-murid dapat mengetahui secara langsung hasil

bumi tersebut. Untuk mengetahui hasil bumi apa saja yang ada,

maka guru harus mengajak murid-muridnya ke tempat yang

banyak menyediakan dan menjual hasil bumi tersebut, tempat yang

di maksud adalah pasar. Sebelum melakukan pembelajaran diluar

kelas, guru memberikan pengarahan tentang hal-hal apa yang harus

dilakukan seperti,

a) Maksud mereka mengunjungi pasar yaitu untuk mengetahui

hasil bumi di yang merupkan hasil bercocok tanam atau

barang-barang yang dijual di pasar tesebut.

b) Menjelaskan apa saja yang dilakukan setelah sasampainya

dipasar, seperti mengamati barang-barang apa saja yang

dijual? Dan berapa harganya? Serta benda-benda yang ada

disekitar pasar.

c) Membentuk kelompok yang terdri dari 4-5 orang, 1 orang

ditunjuk sebagi ketua kelompok.

d) Mencatat hasil yang didapat dari pengamatannya tersebut.

Sesampainya dipasar, murid dibebaskan untuk mengamati

barang-barang yang dijual dipasar (seperti sayur-sayuran, buah-

buahan, beras, kopi, tembkau, teh, gula pasir, dll) dibawah

pengawasan guru. Setelah setengah jam murid-murid melakukan

pengamatan. Guru meminta murid berkumpul dan kembali ke

sekolah. Kemudian setelah sampai di sekolah guru melakukan

63

evaluasi pembelajaran, dan di akhir pembelajaran murid-murid

ditugaskan membuat laporan hasil pengamatanya di pasar tadi.

Selain pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran ini jaga

dapat dilakukan didalam kelas yakni dengan menugaskan murid-

murid untuk bercerita tentang kampung atau desanya yang meliputi

keadaan desa, hasil bumi apa yang dihasilkan di desanya.

(Pemimpin Pelajaran Ilmoe Boemi, 2602/1942: 16-25)

3.1.15 Bahasa Nippon/Jepang

Mata pelajaran bahasa Jepang merupakan mata pelajaran

wajib. Pelajaran ini diberikan ketika anak mulai duduk di bangku

kelas 3-6 (wawancara Djaman, 04/02/2014).

3.1.16 Badan manusia

Dalam buku badan manusia I dan II pelajaran ini mulai

diberikan di kelas 4-6. Ilmu ini mengajarkan tentang bagian-bagian

tubuh manusia beserta fungsi dari organ-organ tersebut termasuk

juga penyakit-penyakit yang adadi tubuh manusia dan zat-zat atau

vitamin-vitamin yang diperlukan tubuh. Dalam pelajaran badan

manusia mengajarkan:

a. Kelas 4

Mengenal bagian-bagian tubuh manusia dan

fungsinya (alat pencernaan makanan, alat pernafasan, alat

peredaran darah, alat pembuangan kotoran), panca indra

(kulit (indra peraba), mata (indra penglihatan), hidung

64

(indra penciuman), lidah (indra pengecap), telinga (indra

pendengaran).

b. Kelas 5 dan 6

Di kelas 5 dan 6 pelajaran badan manusia yang

diajarkan lebih mendalam dari kelas 4 yang mempelajari

bagian-bagian dan fungsi tubuh, namun hanya dasar-

dasarnya saja. Mempelajari tentang alat perlindungan badan

(kerangka/tulang) serta penyakit persendian tulang, alat

pencernaan makanan, vitamin (macam-macam vitamin dan

kegunan, penyakit-penyakit akibat kekurangan vitamin),

gigi (fungsi gigi, macam/jenis gigi, pertumbuhan gigi pada

anak), Darah, peredaran darah, alat pernafasan, alat

pembuangan kotoran, panca indra (kulit (indra peraba),

mata (indra penglihatan), hidung (indra penciuman), lidah

(indra pengecap), telinga (indra pendengaran).

3.1.17 Ilmu Alam

Ilmu pelajaran yang berhubungan erat dengan ilmu bumi.

Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari seperti tumbuh-

tumbuhan, hewan, tanah.

3.2 Kegiatan belajar mengajar

3.2.1 Sekolah Rakyat Kranggan

Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00-13.00. Pembagian

jam sekolah yang diterapkan di sekolah rakyat Kranggan terbagi menjadi :

65

1. Kelas 1, pembelajaran dimulai pukul 07.00-10.00

2. Kelas 2, pembelajarn dimulai pukul 10.00-13.00

3. Kelas 3, pembelajaran dimulai pukul 07.00-13.00

Di Sekolah Rakyat tersebut hanya ada 2 guru, seorang guru

mengajar kelas 1 dan 2 dan guru lainnya mengajar di kelas tiga saja.

Aktivitas pembelajaran diawali dengan upacara mengibarkan bendera

Kokki (bendera kebangsaan Jepang) dilanjutkan dengan melakukan gerak

badan atau taiso (wawancara Kadinem, 22/01/2014).

Sebelum mengawali aktivitas pembelajaran, terlebih dahulu murid-

murid menyiapkan barisan disisi luar kelas yang dipimpin oleh salah satu

murid, barisan terbagi menjadi 2 yakni disisi kiri dan kanan, dengan

mengambil sikap tegak. Setelah itu murid memasuki kelas dengan rapi dan

teratur, kemudian mengucapkan salam hormat kepada guru dengan

mengucapkan sensei konichiwa (sensei=guru) saat kegiatan belajar

mengajar akan dimulai dan ketika kegiatan pembelajaran selesai maka

murid mengucapkan sensei sayonara atau selamat tinggal bu guru

(sayonara = salam perpisahan yang diucapkan ketika keesokan harinya

bertemu kembali). Didikan disekolah yang diutamakan adalah kedisiplinan

dan sikap tegak sehingga dapat dikatakan murid-murid didik secara militer

(wawancara Sukesi, 25/01/2014)

Awal pembelajaran dibuka dengan terlebih dahulu guru melakukan

roll Call atau absensi. Selanjutnya, guru memberi perintah kepada murid-

muridnya untuk mengambil sikap duduk yang tegak dan mengkondisikan

66

kelas agar tenang, dengan memejamkan mata guru dan murid

mengheningkan cipta dengan mengucapkan kalimat berbahasa Jepang

secara bersama-sama.

Mata pelajaran yang diajarkan sangat beragam diantaranya,

berhitung (pelajaran ini diajarkan dengan 2 cara yakni awangan/lisan dan

tertulis), pekerjan tangan (merenda, membuat aneka main-mainan dari

kulit jeruk dan blarak (daun kelapa) dan kayu, lalu jaga dengan tanah liat,

selain itu juga bahan-bahan tersebut juga dapat dibuat berbagai kerajinan

tangan yang berhubungan dengan pelajaran lain sebagai salah satu media

pembelajaran), menulis (ada 2 macam cara yang diterapkan guru dalam

mengajar mata pelajaran ini yaitu dekte dan menulis halus), dan lain-lain.

Murid-murid melakukan latihan baris-berbaris sambil

menyanyikan lagu Miyoto dengan suara yang lantang. Selesai kegiatan

belajar mengajar disekolah, murid-murid sekolah dan juga masyarakat

umum yang masih belum mahir membaca dan menulis, pada sore harinya

mereka kembali mendapat pengajaran dari sekolah buta huruf yang

ditangani oleh tenaga pengajar yang berasal dari kampung/desa tersebut

yang belum memiliki ikatan dinas atau belum mengajar sebagai seorang

guru di sekolah milik pemerintah, sekolah tersebut bertempat di rumah-

rumah warga yang luas atau juga di balai-balai desa/tempat pertemuan

warga desa seperti di Kranggan, lodoyong, dll.

Di hari akhir pembelajaran dalam satu minggu (hari sabtu) murid-

murid di pinjami buku-buku pelajaran dengan harapan meskipun dihari

67

libur murid-murid tetap dapat belajar dan terkadang miminjamkan buku

kepada murid-murid dimaksudkan untuk hafalkan (menghafal salah satu

materi pelajaran dalam buku sesuai dengan kehendak guru), karena

hafalan tersebut akan diuji oleh guru yang akan dimasukkan ke dalam

nilai, sebab tiak ada ujian/ulangan khusus yang diadakan sebagai nilai

akhir. Nilai-nilai diambil dari kegiatan belajar mengajar sehari-hari

(wawancara Kadinem, 22/01/2014).

Hari efektif dalam kegiatan belajar mengajar adalah hari senin

hingga sabtu, dan minggu merupakan hari libur. Di dalam Undang-

Undang No.26 “Tentang hari liburan” oleh pemerintah Balatentara Dai

Nippon telah ditetapkan hari-hari libur selain hari minggu di Jawa dan

Madura (lihat lampiran 3, hlm 85), sebagai berikut:

1. Asyura

2. Tahun baru Imlek

3. Gerebeg Maulud (hari Maulud)

4. Mi‟raj Nabi Muhammad SAW

5. Grebeg Puasa (bulan puasa)

6. Grebeg besar (hari raya idul fitri)

7. Hari-hari libur yang ditetapkan oleh pembesar Balatentara Dai

Nippon

Hari-hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang dalam poin

ke 7 di antaranya adalah hari Tentyosetu atau hari lahirnya Tenno Haika

yang diperingati setiap tanggal 29 april, hari pembangunan Asia Timur

68

Raya yang diperingati setiap tanggal 8 Desember. Menurut penuturan

Kadinem, setiap diadakan pawai atau yang pada yang dulunya disebut

iring-iringan, murid-murid sekolah mengenakan baju yang berwarna hijau

muda dilengkapi dengan memakai jarik (kain batik panjang) yang bermotif

kawung, mereka berkumpul dilapangan untuk melaksanakan upacara.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam surat kabar Sinar Baroe 10

Desember 2602/1942 (lihat lampiran 7, hlm 89), menyebutkan pada

tanggal 8 Desember (hari pembangunan Asia Timur Raya) di Ambarawa

mengadakan perayaan untuk memperingati hari tersebut. pukul 09.15

barisan upacara berjalan dari t. Guntyo (kawedanan) menuju ke lapangan

olahraga (sekarang lapangan Penglima Besar Jendral Sudirman) yang

diikuti oleh pegawai-pegawai penjara, pemuda yang berjumlah ±1500

orang dengan diiringi oleh barisan yang bermain suling serta anggota

komite dan murid-murid sekolah. Pukul 10.00 upacara dimulai dengan

mengibarkan bendera Kokki yang dipimpin oleh t. Ir. Abdoelmoentalib.

kemudian mempersembahkan hormat kepada J. M. M. Tenno Heika

dengan menghadap ke arah istana. dilanjutkan dengan pidato dari P.T

katayama (wakil dari P. T Semarang-Syutyokan) dengan bahsaa Nippon

yang diterjemahhkan oleh t. Ambarawa Guntyo, isi pidato menerangkan

tentang maksud perayaan tersebiut. Upacara ditutup dngan meneriakkan

Banzai sebsnysk 3 klai oleh semua peserta upacara. Selain itu juga ada

berbagai permainan yang ditujukan unuk menghibur rakyat Asia tesebut.

69

Kewajiban yang tidak luput diterapkan oleh pemerintah Jepang

kepada murid-murid sekolah adalah menanam, merawat dan memanen

pohon jarak. Menurut kadinem, sebagai bagian dari pembelajaran,

menanam jarak merupakan suatu kewajiban bagi murid-murid sekolah

sehingga setiap 1 kali dalam seminggu murid sekolah rakyat Kranggan

diwajibkan mengumpulkan bidji jarak yang berada di pinggir-pinggir jalan

dan disekitar kompleks sekolah dibawah pengawasan guru.

Akhir tahun pengajaran, murid-murid sekolah rakyat Kranggan

menerima raport atau hasil belajar selama satu tahun mereka belajar (baik

di kelas 1, 2, 3) yang mencakup nilai akademik (ilmu

pengetahuan/kepandaian) dan non akdemik (kelakuan). Raport tersebut

digunakan untuk melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi

yaitu di kelas 4-6.

3.2.2 Sekolah Rakyat Pasekan

Penyeragaman pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang

membangkitkan kembali gairah belajar dikalangan anak-anak di Indonesia

tidak terkecuali anak-anak di desa Pasekan kecamatan Ambarawa.

Meskipun, tidak sedikit anak-anak yang tidak ingin bersekolah pada masa

pendudukan Jepang ini, namun peran pemerintah dalam meningkatkan

pendidikan sangat besar. Karena itu Ku (pemerintahan desa) juga memiliki

andil dalam merekrut calon murid-murid sekolah rakyat salah satunya di

desa Pasekan, meskipun tidak semua perekrutan/pendaftaran itu disetiap

daerah dilakukan oleh Ku. Pendaftaran murid-murid di sekolah rakyat

70

Pasekan dilakukan oleh Kepala Dusun atau Bekel (bagian dari

pemerintahan desa/ Ku) sehingga bersekolah menjadi suatu kewajiban bagi

anak-anak didesa Pasekan.

Semangat belajar yang tinggi ditujukkan dengan intensitas

kehadiran murid-murid SR Kranggan dalam mengikuti pembelajaran,

meskipun demikian hasil dalam bidang akademis tidak maksimal.

(wawancara Djaman, 04/02/2014)

Aktivitas pembelajaran dimulai pukul 07.00 – 14.00. kegiatan

pembelajaran diawali dengan upacara yang dilakukan setiap hari dengan

mengibarkan bendera Kokki atau bendera kebangsaan Jepang. Pengibaran

bendera Kokki di iringi dengan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. Lirik

lagu kimigayo :

Kimi Ga Yo

Kimi Ga Yo wa

Chiyo ni yachiyo ni

sazare ishi no

iwaota narite

koke no musu made

Lagu kebangsaan ini wajib dihafal oleh seluruh murid-murid sekolah.

Sebagai satu rangkaian dari upacara, murid-murid sekolah rakyat Pasekan

mengucapkan sumpah setia terhadap kaisar Jepang, yang berbunyi:

Warera wa Sin Jawa no Gakko to nari (kulo sedoyo dados murid ting

Jawa baru/kami semua menjadi siswa sekolah Jawa baru), Dai Toa sensoo

ni manabi (kulo sedoyo sinau kagem menang utawi jaya/kami belajar

untuk kemenangan atau kejayaan (Asia Timur Raya). Setelah melakukan

71

upacara bendera selanjutnya murid-murid sekolah melakukan senam pagi/

gerak badan (Taiso). Setengah hingga satu jam melakukan aktivitas rutin

setiap pagi kira-kira pukul 08.00 kegiatan belajar mengajar didalam kelas

dimulai. (wawancara Djaman, 04/02/2014).

Kegiatan belajar mengajar di SR (sekolah Rakyat) Pasekan hanya

di pegang oleh 2 guru yang semuanya merupakan guru laki-laki. Dalam

mengajar guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja tetapi guru

juga mengajarkan budi pekerti. Penanaman budi pekerti dilakukan salah

satunya ketika pelajaran bercerita/mendongeng, dari cerita yang

disampaikan oleh guru maka murid dapat mengambil contoh atau teladan

melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut.

Pendidikan Sekolah rakyat pasekan hanya 3 tahun saja yang terdiri

dari kelas 1-3 saja. Sehingga apabila murid-murid tersebut ingin

melanjutkan pendidikannya harus turun ke kecamatan yang letaknya

sangat jauh dari desa mereka. Menurut penuturan Karmi, mayoritas murid

sekolah rakyat adalah laki-laki sedangkan murid perempuan hanya ada

sekitar 5 orang.

Pembelajaran berlangsung dari pukul 08.00-14.00 kecuali hari

jum‟at yang pembelajaran berlangsung hingga pukul 12.00 saja. dengan

pembagian waktu yang berbeda di setiap kelasnya. Berbagai mata

pelajaran diajarkan seperti berhitung, menulis, bahasa Jawa,

bercerita/mendongeng, membaca, gerak badan atau taiso, bahasa melayu,

menyanyi, olahraga, dll. Tingkat kesulitannya berbeda-beda disetiap

72

jenjang pendidikannya. Semua mata pelajaran yang diajarkan tidak

terlepas dari kepentingan Jepang sesuai dengan landasan Pendidikan yaitu

Hakko Iciu serta tujuan pendidikannya yaitu mengajarkan ilmu

pengetahuan berdasarkan cita-cita pembentukan lingkungan Asia Timur

Raya, oleh sebab itu pengetahuan yang diberikan dan tujuan harus sejalan,

sebagai contoh mata pelajaran seni suara/menyanyi, menurut Djaman

pelajaran menyanyi juga masuk dalam penilaian, salah satu nyanyian yang

diajarkan adalah bendera Dai Nippon,. Lirik lagunya sebagai berikut :

Bendera Dai Nippon

Bendera Dai Nippon yang amat Mulia

Pergi-pergi kota seluruh Asia

Matahari terbit itu semboyannya

Bendera Dai Nippon yang amat Mulia

Lagu tersebut di tujukan untuk menghormati bangsa Jepang karena bangsa

Jepang adalah penyelamat, disisi lain nyanyian tersebut juga menanamkan

pengertian kepada murid bahwa bangsa Jepang merupakan bangsa yang

besar dan kuat, bangsa yang menguasai Asia dan sebagai bangsa yang

akan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penjajahan yang artinya

memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Dalam hal mengajar guru sangat memperhatikan kemampuan yang

dimiliki peserta didiknya (murid) sehingga setiap apa yang diajarkan

belum dimengerti oleh peserta didiknya maka guru tersebut tidak akan

melanjutkan pelajaran itu ke bab selanjutnya melainkan akan diajarkan

kembali hingga peserta didiknya benar-benar mahir/pintar. Telah menjadi

ketetapan bahwa setiap sekolah rakyat harus memiliki pekarangan yang

73

luas, yang dimaksudkan selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas

diluar kelas juga digunakan sebagai tempat menanam jarak yang

merupakan suatu kewajiban bagi murid-murid sekolah unuk menanam.

Murid-murid sekolah rakyat Pasekan juga memiliki kewajiban yang sama

yakni menanam, memelihara serta memanen jarak kemudian diserahkan

kepada Jepang.