BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/52370/11/BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/52370/11/BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Prosedur pengembangan LKS materi Bangun Ruang Sisi Datar yang
menggunakan pendekatan kontekstual dan berorientasi pada kemampuan
berpikir kritis ini dilakukan dengan model ADDIE yang terdiri dari tahap
analysis (analisis), design (desain), development (pengembangan),
implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi). Berdasarkan
penelitian pengembangan yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut.
1. Tahap Analysis (Analisis)
Tahap analisis ini merupakan tahap awal dari penelitian
pengembangan. Dalam tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan, analisis
kurikulum, dan analisis karakteristik siswa.
a. Analisis Kebutuhan
Optimalisasi pendidikan sesuai dengan prinsip pembelajaran abad-21
salah satunya adalah fokus pada skill. Seperti halnya yang tertera pada
Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006 bahwa salah satu SKL untuk satuan
pendidikan SMP/MTs/SMPLB adalah menunjukkan kemampuan berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Namun, faktanya berdasarkan hasil test
kemampuan berpikir kritis yang dilakukan di salah satu sekolah menengah
pertama di Kabupaten Magelang, sebanyak 46,43% siswa masih memperoleh
57
kriteria kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis masih
perlu mendapatkan perhatian khusus.
Selanjutnya, bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi
pelajaran matematika bidang geometri yang dipelajari pada jenjang SMP
kelas VIII. Berdasarkan data yang dirilis oleh puspendik, persentase
penguasaan bidang geometri dan pengukuran pada Ujian Nasional tahun
pelajaran 2015/2016 jenjang SMP provinsi Jawa Tengah mendapat hasil lebih
rendah dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain. Selain itu, menurut
guru yang mengampu mata pelajaran matematika di salah satu sekolah
menengah pertama yang ada di Kabupaten Magelang, materi bangun ruang
sisi datar tergolong sulit dipelajari oleh siswa khususnya pada bagian jaring-
jaring bangun ruang sisi datar. Hal ini dikarenakan ketersediaan bahan ajar
dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar tersebut masih terbatas,
sehingga perlu adanya pengembangan bahan ajar berupa LKS yang dapat
mempermudah siswa dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar.
LKS tersebut harus mengacu pada suatu pendekatan. Pendekatan yang
digunakan harus mempertimbangkan kondisi dan karakteristik siswa serta
diharapkan mampu membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan secara
mandiri, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan
kontekstual. Penggunaan pendekatan kontekstual yang mencakup delapan
komponen dirasa cocok untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa.
Delapan komponen tersebut di antaranya, membuat keterkaitan-keterkaitan
yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran
58
yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian yang autentik. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar materi bangun ruang sisi datar yang digunakan sebagai acuan dalam
mengembangkan LKS ini adalah sebagai berikut.
Tabel 19. SK dan KD Materi Bangun Ruang Sisi Datar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Memahami sifat-sifat kubus,
balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta
menentukan ukurannya
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat
kubus, balok, prisma dan limas serta
bagian-bagiannya
5.2 Membuat jaring-jaring kubus,
balok, prisma dan limas
5.3 Menghitung luas permukaan dan
volume kubus, balok, prisma dan
limas.
b. Analisis Kurikulum
Berdasarkan kurikulum 2006, materi bangun ruang sisi datar
merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa kelas VIII
pada semester genap. Materi bangun ruang sisi datar yang dibahas dibatasi
pada menyebutkan unsur-unsur serta sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan
limas; membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas; serta
menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas.
Pembelajaran yang dilakukan mengacu pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar seperti yang tertera pada Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006. Standar kompetensi yang harus dicapai siswa pada materi bangun ruang
sisi datar adalah memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukuran-ukurannya. Sedangkan
59
kompetensi dasar yang harus dicapai adalah mengidentifikasi sifat-sifat
kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya; membuat jaring-
jaring kubus, balok, prisma, dan limas; serta menghitung luas permukaan dan
volume kubus, balok, prisma, dan limas.
Materi bangun ruang sisi datar dipandang cocok untuk
mengembangkan LKS ini dikarenakan materi ini dapat dikaitkan dengan
permasalahan sehari-hari. Misalnya pada topik prisma dan limas, banyak
benda-benda di sekitar kita yang berbentuk prisma ataupun limas. Sebagai
contohnya, piramida Giza yang merupakan piramida terbesar di Mesir.
Piramida Giza berbentuk limas segiempat. Itu artinya, mempelajari Piramida
Giza sama halnya dengan mempelajari materi limas segiempat. Untuk itulah
materi bangun ruang sisi datar dapat digunakan sebagai materi dalam
pengembangan LKS dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini.
c. Analisis Karakteristik Siswa
Sesuai klasifikasi menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif siswa
pada jenjang SMP kelas VIII berada pada tahap operasional formal. Pada
tahap ini kemampuan menalar secara abstrak mulai meningkat. Namun,
kenyataannya tidak sedikit siswa yang masih mengalami kesulitan dalam
mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak, misalnya dalam mempelajari salah
satu materi geometri, yaitu bangun ruang sisi datar.
SMP Negeri 1 Kota Mungkid merupakan salah satu sekolah menengah
yang terletak di kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan laporan
hasil UN Puspendik tahun pelajaran 2014/2015, SMP Negeri 1 Kota Mungkid
60
menduduki peringkat 17 dari 59 sekolah menengah negeri yang ada di
kabupaten Magelang.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kota Mungkid,
siswa cenderung hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
Beberapa siswa aktif dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan oleh
guru kemudian menuliskannya di papan tulis untuk kemudian didiskusikan
bersama guru dan teman lainnya. Namun, tidak sedikit pula siswa yang pasif
dalam pembelajaran, bahkan ada yang justru berbincang-bincang dengan
teman lainnya.
Siswa tidak berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep
pembelajaran matematika. Keadaan tersebut membuat siswa cenderung
menghafal dalam mempelajari matematika, sehingga apa yang didapatkan
selama proses pembelajaran menjadi kurang bermakna. Akibatnya siswa
mengalami kesulitan dalam menghadapi soal-soal yang mengasah
kemampuan berpikir kritisnya. Berdasarkan hal itu, pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual cocok diterapkan untuk siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Kota Mungkid.
2. Tahap Design (Desain)
Tahap selanjutnya dalam penelitian pengembangan ini adalah tahap
perancangan. Tahap perancangan meliputi penyusunan rancangan LKS.
a. Penyusunan Rancangan LKS
Hasil yang diperoleh pada tahap perancangan LKS adalah sebagai
berikut.
61
1) Penyusunan Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS memuat informasi terkait materi yang akan
dibahas dalam LKS berdasarkan indikator yang telah dijabarkan dari
kompetensi dasar. LKS yang dikembangkan meliputi LKS 1 mengenai
kubus dan balok, LKS 2 mengenai prisma, dan LKS 3 mengenai limas.
Secara garis besar, peta kebutuhan LKS dapat dilihat pada gambar
berikut:
62
5.1 Mengidentifikasi
sifat-sifat kubus, balok,
prisma dan limas serta
bagian-bagiannya
5.2 Membuat jaring-jaring
kubus, balok, prisma dan
limas
5.3 Menghitung luas
permukaan dan volume
kubus, balok, prisma dan
limas
Mengidentifikasi sifat-sifat
serta bagian-bagian kubus
Mengidentifikasi sifat-sifat
serta bagian-bagian balok
Mengidentifikasi sifat-sifat
serta bagian-bagian prisma
Mengidentifikasi sifat-sifat
serta bagian-bagian limas
Membuat jaring-jaring
kubus
Membuat jaring-jaring
balok
Membuat jaring-jaring
prisma
Membuat jaring-jaring
limas
Menghitung luas
permukaan dan volume
kubus
Menghitung luas
permukaan dan volume
balok
Menghitung luas
permukaan dan volume
prisma
Menghitung luas
permukaan dan volume
limas
LKS 1
LKS 2
LKS 3
63
2) Penyusunan Kerangka LKS
a) Perumusan KD dan indikator
Perumusan KD diturunkan dari standar kompetensi dan indikator
diturunkan dari KD. Perumusan KD dan indikator dalam
mengembangkan LKS ini sebagai berikut.
Tabel 20. SK, KD dan Indikator Materi Bangun Ruang Sisi Datar
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
5. Memahami
sifat-sifat kubus,
balok, prisma,
limas, dan bagian-
bagiannya, serta
menentukan
ukurannya
5.1 Mengidentifikasi
sifat-sifat kubus,
balok, prisma dan
limas serta bagian-
bagiannya
5.1.1 Menyebutkan
unsur-unsur kubus
5.1.2 Menyebutkan
sifat-sifat kubus
5.1.3 Menyebutkan
unsur-unsur balok
5.1.4 Menyebutkan
sifat-sifat balok
5.1.5 Menyebutkan
unsur-unsur prisma
5.1.6 Menyebutkan
sifat-sifat prisma
5.1.7 Menyebutkan
unsur-unsur limas
5.1.8 Menyebutkan
sifat-sifat limas
5.2 Membuat jaring-
jaring kubus, balok,
prisma dan limas
5.2.1 Membuat
jaring-jaring kubus
5.2.2 Membuat
jaring-jaring balok
5.2.3 Membuat
jaring-jaring prisma
5.2.4 Membuat
jaring-jaring limas
5.3 Menghitung luas
permukaan dan
volume kubus,
balok, prisma dan
limas
5.3.1 Menghitung
luas permukaan
kubus
5.3.2 Menghitung
volume kubus
64
5.3.3 Menghitung
luas permukaan
balok
5.3.4 Menghitung
volume balok
5.3.5 Menghitung
luas permukaan
prisma
5.3.6 Menghitung
volume prisma
5.3.7 Menghitung
luas permukaan
limas
5.3.8 Menghitung
volume limas
b) Penyusunan Materi
Untuk menyusun LKS ini diperlukan berbagai referensi terkait
materi yang dikembangkan. Berikut ini merupakan referensi yang
dipilih dan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan LKS ini.
(1) M.Cholik Adinawan dan Sugijono. 2007. Matematika untuk
SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
(2) Endah Rahaju, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning
Matematika Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
(3) Nuniek Avianti. 2007. Mudah Belajar Matematika untuk Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
(4) J. Dris dan Tasari. 2011. Matematika 2 untuk SMP dan MTs
Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Kementrian Pendidikan Nasional.
65
Selain referensi di atas, digunakan juga beberapa referensi dari
internet sebagai acuan dalam menyusun definisi dan mengembangkan
permasalahan yang ada pada LKS.
c) Perancangan dari Syarat Teknis atau Tampilan LKS
Rancangan LKS dari syarat teknis atau tampilan LKS memuat
beberapa komponen yang dicantumkan sebagai berikut.
(1) Sampul
Sampul terdapat di awal halaman LKS. Sampul terdiri atas judul
LKS, gambar pendukung, sasaran LKS, kolom identitas, dan nama
penulis.
(2) Halaman Identitas LKS
Halaman identitas berisi keterangan kurikulum maupun
pendekatakan yang digunakan, serta identitas-identitas penulis,
penyunting, dan penguji LKS.
(3) Fitur LKS
Fitur LKS berisi keterangan bagian-bagian yang ada pada LKS
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami LKS.
(4) Panduan Menggunakan LKS
Panduan ini berisi langkah-langkah pembelajaran yang harus
dilakukan oleh guru dalam mempraktekkan LKS tersebut.
(5) Prakata
Prakata berisi ucapan terimakasih dan informasi secara ringkas
mengenai LKS.
66
(6) Daftar Isi
Daftar isi ditulis untuk memudahkan pembaca dalam mencari
materi yang diinginkan. Daftar isi berisi judul-judul sub bab LKS
beserta nomor halamannya.
(7) Peta Konsep
Peta konsep digunakan untuk mempermudah pembaca dalam
memahami alur materi bangun ruang sisi datar. Peta konsep berisi
bagan materi bangun ruang sisi datar secara garis besar.
(8) Halaman Pengantar Materi
Halaman pengantar materi berisi sub judul LKS, indikator topik
yang akan dibahas, dan apersepsi.
(9) Nomor halaman
Nomor halaman dicantumkan pada setiap halaman untuk
memudahkan pembaca dalam menemukan halaman yang tertera pada
daftar isi.
(10) Daftar Pustaka
Daftar pustaka diletakkan pada akhir LKS yang menunjukkan
referensi dari isi LKS. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan aturan
penulisan daftar pustaka yang ada.
Secara garis besar, rancangan LKS yang dikembangkan dapat
dilihat pada Tabel 21 berikut ini.
67
Tabel 21. Rancangan LKS
Langkah
Pembelajaran
Kontekstual
Indikator
Berpikir Kritis Rancangan
Relating - Tahap relating dikemas melalui
percakapan antara dua tokoh yang
sedang membicarakan materi yang
dipelajari dengan dikaitkan pada
permasalahan sehari-hari. Tahap
relating dapat dilihat pada tiap LKS
dengan ditandai kalimat “Relating
Activity”
Experiencing - Tahap experiencing dikemas dengan
memberikan beberapa pertanyaan
untuk dijawab oleh siswa agar siswa
dapat menemukan konsep materi
yang dipelajari secara mandiri. Tahap
experiencing dapat dilihat pada tiap
LKS dengan ditandai kalimat
“Experiencing activity”
Applying and
Cooperating Menuliskan
pola/hubungan
dari beberapa
informasi
Tahap applying and cooperating
dikemas melalui soal-soal latihan
yang dikerjakan secara berkelompok.
Soal tersebut berkaitan dengan
konsep yang ditemukan oleh siswa.
Beberapa soal pada tahap applying
and cooperating disesuaikan dengan
indikator-indikator berpikir kritis
untuk melatih kemampuan berpikir
kritis siswa. Tahap applying and
cooperating dapat dilihat pada tiap
LKS dengan ditandai kalimat
“Applying and Cooperating
Activity”
Menuliskan
prediksi
jawaban dari
suatu masalah
Menyelesaikan
masalah
menggunakan
cara yang
efektif
Transfering Menuliskan
kesalahan dari
suatu
penyelesaian
masalah
Tahap transfering dikemas melalui
soal latihan yang dikerjakan oleh
siswa secara individu. Soal-soal
latihan tersebut merupakan soal yang
berkaitan dengan masalah kehidupan
sehari-hari. Beberapa soal pada tahap
transfering ini disesuaikan dengan
indikator berpikir kritis untuk melatih
kemampuan berpikir kritis siswa.
Tahap transfering ini dapat dilihat
Memperbaiki
penyelesaian
masalah yang
disajikan
Menuliskan
kesimpulan
68
dari
penyelesian
masalah
pada tiap LKS dengan ditandai
kalimat “Uji Pemahaman”
Menuliskan
informasi yang
kurang dari
suatu masalah
Menuliskan
langkah-
langkah yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan
masalah
Menuliskan
informasi yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan
masalah
3. Tahap Development (Pengembangan)
Setelah membuat rancangan LKS, tahap selanjutnya adalah tahap
pengembangan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan LKS, serta validasi
dan revisi LKS. Hasil dari tahap pengembangan meliputi :
a. Pengembangan LKS
LKS dikembangkan dengan memperhatikan kesesuaian materi/isi,
kesesuaian LKS dengan syarat didaktik, kesesuaian LKS dengan syarat
konstruksi, kesesuaian LKS dengan syarat teknis, kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan kontekstual, serta kesesuaian LKS untuk melatih kemampuan
berpikir kritis.
Kesesuaian kegiatan LKS dengan pendekatan kontekstual terlihat
pada berbagai permasalahan dan kegiatan yang disesuaikan dengan langkah
69
REACT. Tahap relating terdapat pada relating activity di mana siswa
diberikan suatu percakapan terkait hubungan antara materi yang akan
dipelajari dengan masalah kehidupan sehari-hari. Tahap experiencing
terdapat pada experiencing activity yang mendorong siswa untuk menemukan
konsep, rumus, atau sifat secara mandiri. Tahap applying dan cooperating
terdapat pada applying and cooperating activity yang berisi soal-soal untuk
didiskusikan secara berkelompok terkait konsep, rumus, atau sifat yang
ditemukan oleh siswa. Tahap transfering terdapat pada kolom uji
pemahaman. Kolom uji pemahaman tersebut berisi soal-soal mengenai
permasalahan sehari-hari yang terkait dengan konsep yang dipelajari namun
dikerjakan secara individu.
Selain itu, dibuat juga LKS untuk guru. LKS untuk guru
dikembangkan sama dengan LKS untuk siswa namun ditambah dengan kunci
jawaban serta panduan menggunakan LKS. LKS ini digunakan untuk
mempermudah guru dalam membimbing dan mengkonfirmasi hasil belajar
siswa.
Secara garis besar, pengembangan LKS dilihat dari aspek teknis atau
tampilannya adalah sebagai berikut.
(1) Sampul
Desain sampul LKS ditunjukkan pada gambar berikut.
70
Gambar 2. Desain Sampul LKS Guru
Gambar 3. Desain Sampul LKS Siswa
(2) Halaman Identitas LKS
Halaman identitas LKS ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4. Halaman Identitas LKS
71
(3) Fitur LKS
Fitur LKS ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 5. Fitur LKS
(4) Panduan Menggunakan LKS
Panduan Menggunakan LKS ditunjukkan oleh gambar berikut.
Gambar 6. Panduan Menggunakan LKS
72
(5) Prakata
Tampilan kata pengantar ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 7. Prakata
(6) Daftar Isi
Tampilan daftar isi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 8. Daftar Isi
73
(7) Peta Konsep
Tampilan peta konsep dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 9. Peta Konsep
(8) Halaman Pengantar Materi
Tampilan halaman pengantar materi terlihat sebagai berikut.
Gambar 10. Halaman Pengantar Materi
(9) Nomor Halaman
Tampilan nomor halaman LKS dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 11. Nomor Halaman
Judul dan
topik
Indikator
Apersepsi
74
(10) Daftar Pustaka
Tampilan daftar pustaka dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 12. Daftar Pustaka
Kemudian, untuk pengembangan LKS dilihat dari keterkaitan dengan
pendekatan kontekstual dan indikator berpikir kritisnya dijabarkan dalam
Tabel 22 di bawah ini.
Tabel 22. Pengembangan LKS
Langkah
Pembelajaran
Kontekstual
Indikator
Berpikir Kritis Fitur
Relating -
Experiencing -
75
Applying and
Cooperating Menuliskan
pola/hubungan
dari beberapa
informasi
Menuliskan
prediksi
jawaban dari
suatu masalah
Menyelesaikan
masalah
menggunakan
cara yang
efektif
Transfering Menuliskan
kesalahan dari
suatu
penyelesaian
masalah
Memperbaiki
penyelesaian
masalah yang
disajikan
Menuliskan
kesimpulan
dari
penyelesian
masalah
Menuliskan
informasi yang
kurang dari
suatu masalah
Menuliskan
langkah-
langkah yang
diperlukan
untuk
76
menyelesaikan
masalah
Menuliskan
informasi yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan
masalah
b. Validasi dan Revisi
Validasi LKS dilakukan oleh dua dosen dan satu guru. Sedangkan
validasi instrumen penelitian dilakukan oleh satu dosen. Sebelum diberikan
kepada validator, draft LKS dan instrumen penelitian tersebut
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Saran dan masukan yang
diberikan oleh dosen pembimbing antara lain:
1) Pertanyaan-pertanyaan pada tahap Experiencing diperbaiki lagi agar
lebih mengacu pada pertanyaan-pertanyaan berpikir kritis.
Gambar 13. Perbaikan Tahap Experiencing
77
2) Panduan menggunakan LKS ditulis agar guru dapat mengetahui
langkah-langkah dalam menggunakan LKS yang dikembangkan,
sehingga panduan menggunakan LKS harus ditulis secara lengkap.
Gambar 14. Perbaikan Panduan Menggunakan LKS
3) Antara kubus, balok, prisma, dan limas lebih baik dipisah. Sehingga
untuk LKS 1 membahas kubus dan balok, LKS 2 membahas prisma,
dan LKS 3 membahas limas.
Gambar 15. Perbaikan Partisi Sub Topik
78
4) Aktivitas untuk mempelajari jaring-jaring lebih baik diubah agar lebih
mudah dipahami oleh siswa.
Gambar 16. Perbaikan Aktivitas Experiencing
5) Ukuran gambar jaring-jaring kubus, balok, prisma ataupun limas terlalu
besar. Lebih baik diperkecil agar tidak terlalu memakan tempat.
6) Kolom untuk menemukan rumus lebih baik tidak usah disertai operasi
matematika, hal ini ditujukan supaya siswa lebih mandiri dalam
menuliskan rumus yang telah siswa peroleh secara mandiri.
79
Gambar 17. Perbaikan Kolom Penemuan Rumus
7) Perbaiki beberapa susunan kalimat perintah pada soal di LKS agar
menjadi kalimat yang mudah dipahami siswa.
8) Aspek pada kisi-kisi lembar penilaian LKS lebih baik ditambah dengan
kesesuaian kegiatan dengan pendekatan kontekstual dan
kebermanfaatan LKS dalam melatih kemampuan berpikir kritis.
9) Indikator penilaian pada kisi-kisi angket respons siswa lebih baik
ditambah dengan kemudahan mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dan keterbantuan siswa dalam
melatih kemampuan berpikir kritis menggunakan LKS.
10) Perbaiki kalimat pada pernyataan angket respons siswa agar mudah
dipahami oleh siswa.
11) Indikator penilaian pada kisi-kisi angket respons guru lebih baik
ditambah dengan kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan
kebermanfaatan untuk melatih kemampuan berpikir kritis.
12) Kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kritis lebih baik ditambah dengan
keterangan indikator pencapaian materi.
80
13) Pedoman penskoran kunci jawaban soal tes kemampuan berpikir kritis
diperbaiki agar lebih spesifik ketika digunakan untuk melakukan
penilaian.
Draft LKS dan instrumen penelitian yang telah disesuaikan dengan
saran dan masukan dari dosen pembimbing kemudian divalidasi dan
dimintakan pendapat kepada dua dosen dan satu guru matematika. Validasi
tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan
dari segi kevalidan. Hasil penilaian validasi LKS dan instrumen penilaian
dapat dilihat pada lampiran B1 sampai B5.
Hasil validasi LKS dan instrumen penilain dari penilai menunjukkan
bahwa LKS dan soal kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan layak
diuji cobakan di lapangan dengan revisi sesuai saran dan masukan dari
penilai. Berbagai saran dan masukan yang diberikan terhadap LKS yang
dikembangkan dan soal kemampuan berpikir kritis yang disusun adalah
sebagai berikut:
1) Perbaiki kalimat soal agar menjadi kalimat yang mudah dipahami
siswa.
2) Perbaiki penulisan daftar pustaka pada LKS.
3) Lengkapi keterangan gambar pada soal agar soal dapat dikerjakan
siswa.
4) Perbaiki alur percakapan pada tahap relating agar dapat dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari.
5) Perbaiki redaksi penulisan pada lembar penilaian LKS.
81
6) Sesuaikan kembali antara kisi-kisi dengan pernyataan yang diberikan
pada angket respons siswa dan angket respons guru.
7) Perbaiki kalimat pada soal kemampuan berpikir kritis supaya tidak
ambigu.
LKS dan soal kemampuan berpikir kritis yang dinyatakan layak oleh
validator dapat langsung diuji cobakan di sekolah setelah melalui tahap revisi
sesuai saran yang diberikan.
4. Tahap Implementation (Implementasi)
Tahap implementasi pada penelitian ini merupakan tahap uji coba
terbatas yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kota Mungkid kelas VIII B. Uji
coba tersebut dilaksanakan pada tanggal 28 April 2017 sampai 30 Mei 2017.
Proses uji coba diikuti oleh 31 siswa kelas VIII B. Jadwal pelaksanaan uji
coba dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini:
Tabel 23. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba
No. Pelaksanaan Materi
1 Jum’at, 5 Mei 2017 LKS 1. Memahami unsur-unsur kubus
dan balok serta bagian-bagiannya
2 Sabtu, 6 Mei 2017 LKS 1. Membuat jaring-jaring kubus dan
balok
3 Jum’at, 12 Mei 2017 LKS 1. Menghitung luas permukaan
kubus dan balok
4 Sabtu, 13 Mei 2017 LKS 1. Menghitung volume kubus dan
balok
5 Jum’at, 19 Mei 2017 Tes kemampuan berpikir kritis
6 Jum’at, 26 Mei 2017 Pengisian angket respons siswa
Pada tahap ini, peneliti hanya menguji cobakan LKS 1 saja dikarenakan
keterbataan waktu. Secara umum, proses pembelajaran tiap pertemuannya
diawali dengan pendahuluan yaitu memberikan informasi tentang topik yang
82
akan dipejari, tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan.
Kemudian masuk ke kegiatan inti yang mengacu pada pendekatan
kontekstual menggunakan langkah-langkah pembelajaran REACT (Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Tahap relating
dilakukan dengan meminta perwakilan dua siswa untuk membacakan
percakapan pada relating activity dan meminta siswa yang lain untuk
menyimak. Kemudian guru menegaskan keterkaitan antara materi yang akan
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Siswa terlibat aktif dalam tahap ini,
hal ini tampak pada gambar 18 yang menunjukkan dua orang siswa sedang
membacakan percakapan di depan kelas.
Gambar 18. Siswa Mempraktekkan Percakapan Tahap Relating
Tahap experiencing dilakukan dengan meminta siswa menjawab
beberapa pertanyaan pada experiencing activity kemudian guru membimbing
siswa supaya dapat menemukan konsep materi yang dipelajari. Siswa
cenderung tenang dan mengikuti arahan yang diberikan oleh guru pada tahap
experiencing ini. Hal ini ditunjukkan pada gambar 19 berikut ini.
83
Gambar 19. Guru Membimbing Siswa Menemukan Konsep
Selanjutnya, tahap Applying dan cooperating dilakukan dengan
membentuk kelompok yang beranggota 4-5 siswa, lalu masing-masing
kelompok diminta untuk mengerjakan soal yang ada pada applying and
cooperating activity. Siswa aktif dalam kegiatan berdiskusi, tetapi ada
beberapa siswa yang membuat kegaduhan selama proses diskusi berlangsung
sehingga perlu mendapat pengawasan khusus dari guru untuk siswa-siswa
tersebut. Gambar 20 berikut ini adalah gambar salah satu kelompok yang
sedang berdiskusi bersama kelompoknya.
Gambar 20. Siswa Berdiskusi dengan Anggota Kelompok
Kemudian guru memilih perwakilan 2 kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Anggota kelompok yang lain pun turut
84
memperhatikan presentasi perwakilan tersebut. Hal ini tampak pada gambar
21 berikut ini.
Gambar 21. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusinya
Tahap yang terakhir, yaitu tahap transfering dilakukan dengan
mengerjakan soal uji pemahaman secara mandiri untuk kemudian
dikonfirmasi oleh guru. Siswa terlibat aktif dalam setiap tahapan
pembelajaran. Berikut adalah gambar beberapa siswa yang sedang
mengerjakan soal uji pemahaman secara individu.
Gambar 22. Siswa Mengerjakan Uji Pemahaman
Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, namun sesekali
peneliti harus menjelaskan beberapa hal yang belum dipahami siswa. Siswa
tidak malu bertanya ketika belum memahami materi yang dipelajari. Adapun
catatan-catatan selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut.
85
Pada pertemuan pertama, siswa diberikan LKS kemudian diminta untuk
mengisi identitas masing-masing. Sebelum memasuki topik yang akan
dipelajari, peneliti terlebih dahulu menjelaskan mengenai bagian-bagian
LKS. Pada pertemuan pertama ini siswa mempelajari tentang unsur-unsur
kubus dan balok serta bagian-bagiannya dengan lancar.
Pada pertemuan kedua, siswa mempelajari jaring-jaring kubus dan
balok. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok di mana masing-masing kelompok
harus menemukan 1 jaring-jaring kubus dan 1 jaring-jaring balok yang
berbeda-beda antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Siswa
sangat antusias dalam berdiskusi untuk membuat jaring-jaring kubus dan
jaring-jaring balok bersama anggota kelompoknya. Kesulitan yang dihadapi
pada pertemuan kedua ini adalah ketika mengendalikan kondisi kelas.
Pada pertemuan ketiga, siswa mempelajari tentang luas permukaan
kubus dan balok. Proses pembelajaran berjalan cukup lancar. Siswa aktif
dalam mengerjakan soal-soal latihan pada LKS. Siswa juga berebut ketika
diminta untuk mengerjakan di depan kelas.
Pada pertemuan keempat, siswa mempelajari volume kubus dan balok.
Kesulitan yang dihadapi pada pertemuan ini adalah ada beberapa siswa yang
terbalik dalam memahami rumus luas permukaan kubus dengan rumus
volume kubus. Dalam hal ini peneliti harus membimbing siswa tersebut
secara personal dengan menggunakan peraga rubik.
86
Pada pertemuan kelima, siswa diberikan tes kemampuan berpikir kritis.
Hasil tes kemampuan berpikir kritis digunakan untuk melihat keefektifan
LKS yang diuji cobakan.
Pada pertemuan keenam, siswa diberikan angket respons siswa. Hasil
angket respons tersebut digunakan untuk melihat kepraktisan LKS yang diuji
cobakan.
Sebagian besar siswa tampak antusias ketika belajar dengan
menggunakan LKS. Tampilan LKS yang didesain semenarik mungkin
membuat siswa semangat mengerjakan tahapan demi tahapan pada LKS.
Namun, tak jarang siswa kebingungan ketika memaknai kalimat yang ada
pada LKS terutama pada bagian soal berpikir kritis, sehingga guru harus
menjelaskan secara lisan maksud dari kalimat pada LKS tersebut. Selain itu
ada beberapa kesalahan penulisan pada LKS yang kemudian ditanyakan oleh
siswa.
5. Tahap Evaluation (Evaluasi)
Setelah melakukan uji coba, tahapan selanjutnya adalah tahap evaluasi.
Selama proses uji coba berlangsung, saran dan masukan dari guru dan siswa
ditampung untuk kemudian dijadikan sebagai perbaikan atau revisi tahap II.
Saran dan masukan yang diberikan terkait LKS dan cara penyampaian materi
oleh peneliti. Beberapa hal yang diperbaiki adalah sebagai berikut:
1) Penambahan keterangan pada gambar kubus di tahapan experiencing
2) Perbaikan kalimat pertanyaan di tahapan experiencing
87
3) Perbaikan kunci jawaban pada LKS guru terkait soal topik luas permukaan
balok
Hasil akhir pengembangan LKS setelah melalui perbaikan tersebut
dapat dilihat pada lampiran D2 dan lampiran D3.
Pada tahap ini juga dilakukan analisis kualitas LKS dari aspek
kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.
a. Analisis Kevalidan
Analisis kevalidan digunakan untuk melihat kualitas LKS yang
dikembangkan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh dosen dan
guru matematika. Penilaian LKS dilihat dari aspek kesesuaian materi/isi,
kesesuaian LKS dengan syarat didaktik, kesesuaian LKS dengan syarat
konstruksi, kesesuaian LKS dengan syarat teknis, kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan kontekstual, serta kesesuaian LKS untuk melatih kemampuan
berpikir kritis. Secara singkat, hasil penilaian LKS ditunjukkan dengan Tabel
24 berikut :
Tabel 24. Hasil Penilaian LKS
Aspek Penilaian Skor
Maksimal
Skor Rata-
rata Kategori
kesesuaian materi/isi 5,00 4,00 Baik
kesesuaian LKS dengan syarat
didaktik
5,00 4,06 Baik
kesesuaian LKS dengan syarat
konstruksi
5,00 4,14 Baik
kesesuaian LKS dengan syarat
teknis
5,00 4,33 Sangat Baik
kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan kontekstual
5,00 4,67 Sangat Baik
kesesuaian LKS untuk melatih
kemampuan berpikir kritis
5,00 4,48 Sangat Baik
Kesimpulan 4,28 Sangat Baik
88
Penilaian ahli terhadap LKS yang dikembangkan menunjukkan skor
rata-rata 4,28. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian, LKS yang
dikembangkan memenuhi kualifikasi sangat baik. Kualifikasi LKS yang
memenuhi kriteria sangat baik tersebut menunjukkan bahwa LKS memenuhi
kualifikasi valid. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan layak
digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
b. Analisis Kepraktisan
Analisis kepraktisan dilakukan untuk mengetahui kualitas LKS yang
dikembangkan berdasarkan angket respons siswa dan angket respons guru
setelah menggunakan LKS, serta hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran. Berikut ini merupakan hasil yang telah diperoleh.
1) Angket Respons Siswa
Angket respons siswa digunakan untuk menilai kepraktisan LKS
ditinjau dari indikator penilaian kemudahan penggunaan LKS, kemudahan
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, keterbantuan siswa dalam memahami materi menggunakan
LKS, serta keterbantuan siswa dalam melatih kemampuan berpikir kritis
menggunakan LKS. Secara singkat, hasil angket respons siswa ditunjukkan
pada Tabel 25 berikut:
89
Tabel 25. Hasil Angket Respons Siswa
Indikator Penilaian Skor
Maks Skor
Rata-rata Kategori
kemudahan penggunaan
LKS
5,00 4,10 Baik
kemudahan mengikuti
proses pembelajaran
dengan menggunakan
pendekatan kontekstual
5,00 4,23 Sangat Baik
keterbantuan siswa dalam
memahami materi
menggunakan LKS
5,00 4,21 Sangat Baik
keterbantuan siswa dalam
melatih kemampuan
berpikir kritis
menggunakan LKS
5,00 4,15 Baik
Kesimpulan 4,17 Baik
Respons siswa terhadap LKS yang telah digunakan menunjukkan skor
rata-rata 4,17. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian LKS yang
dikembangkan, respons siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan
LKS tersebut memenuhi kriteria baik.
2) Angket Respons Guru
Angket respons guru juga digunakan untuk menilai kepraktisan LKS
yang telah digunakan. Secara singkat, hasil angket respons guru ditunjukkan
pada Tabel 26 berikut ini :
Tabel 26. Hasil Angket Respons Guru
Indikator Penilaian Skor
Maksimal
Skor Rata-
rata Kategori
Penggunaan bahasa 5,00 4,67 Sangat Baik
Isi/materi LKS 5,00 4,00 Baik
Kesesuaian ilustrasi/gambar 5,00 4,00 Baik
Kesesuaian dengan
pendekatan kontekstual
5,00 3,83 Baik
Kebermanfaatan untuk
melatih kemampuan berpikir
kritis
5,00 4,00 Baik
Kesimpulan 4,10 Baik
90
Respons guru terhadap LKS yang telah digunakan menunjukkan skor
rata-rata 4,10. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian LKS yang
dikembangkan, respons guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan
LKS tersebut memenuhi kriteria baik.
3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk menilai
kepraktisan LKS yang dikembangkan dalam proses pembelajaran. Secara
singkat, hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran ditunjukkan pada
Tabel 27 berikut:
Tabel 27. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan Persentase rata-rata Kategori
Pertemuan ke 1 90,91 Sangat Baik
Pertemuan ke 2 90,91 Sangat Baik
Pertemuan ke 3 100 Sangat Baik
Pertemuan ke 4 100 Sangat Baik
Kesimpulan 95,45 Sangat Baik
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran selama proses
pembelajaran dengan menggunakan LKS yang dikembangkan
menunjukkan persentase rata-rata 95,45. Berdasarkan pedoman kualifikasi
keterlaksanaan pembelajaran yang dikembangkan, pelaksanaan
pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria
sangat baik. Namun, ada beberapa catatan dalam pelaksanaan pembelajaran
yaitu guru sebaiknya tidak lupa untuk memberikan kesempatan kepada
siswa dalam memberi tanggapan ketika berdiskusi, dan waktu yang
digunakan untuk mengerjakan soal tahap transfering kurang cukup sehingga
latihan soal menjadi tugas rumah.
91
Klasifikasi respons siswa yang memenuhi kriteria baik, klasifikasi
angket respons guru yang memenuhi kriteria baik, dan klasifikasi
keterlaksanaan pembelajaran yang memenuhi kriteria sangat baik
menunjukkan bahwa LKS yang digunakan memiliki kualifikasi praktis.
c. Analisis Keefektifan
Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas LKS yang
dikembangkan berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa. Secara
singkat, hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa ditunjukkan pada Tabel 28
berikut:
Tabel 28. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil Tes Banyak Siswa Persentase (%)
Siswa dengan kriteria
minimal baik (≥ 60)
26 83,87
Siswa dengan kriteria
dibawah baik (< 60)
5 16,13
Jumlah 31 100,00
Persentase ketuntasan klasikal adalah 83,87. Berdasarkan pedoman
kualifikasi ketuntasan belajar klasikal yang telah dikembangkan, kualifikasi
keefektifan LKS yang telah digunakan memenuhi kriteria sangat baik.
Secara lebih detail dilakukan penilaian untuk setiap indikator
kemampuan berpikir kritis seperti ditunjukkan pada Tabel 29 berikut ini:
Tabel 29. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator
Kemampuan Berpikir Kritis Skor per
butir Kategori
Indikator 1. Menuliskan pola/ hubungan
dari beberapa informasi 81,72
Sangat Baik
Indikator 2. Menuliskan informasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah 72,04
Baik
92
Indikator 3. Menuliskan langkah-langkah
yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah
69,89
Baik
Indikator 4. Menyelesaikan masalah
menggunakan cara yang efektif 72,04
Baik
Indikator 5. Menuliskan kesimpulan dari
penyelesaian masalah 82,26
Sangat Baik
Indikator 6. Menuliskan prediksi jawaban
dari suatu masalah 88,71
Sangat Baik
Indikator 7. Menuliskan kesalahan dari
suatu penyelesaian masalah 80,65
Sangat Baik
Indikator 8. Memperbaiki penyelesaian
masalah yang disajikan 82,26
Sangat Baik
Indikator 9. Menuliskan informasi yang
kurang dari suatu masalah 83,87
Sangat Baik
Skor rata-rata 79,27 Baik
Berdasarkan Tabel 29 di atas, diketahui bahwa skor rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa adalah 79,27. Berdasarkan pedoman
kualifikasi skor kemampuan berpikir kritis, skor rata-rata tersebut memiliki
kualifikasi baik.
Persentase ketuntasan klasikal sebesar 83,87 yang memenuhi kriteria
sangat baik dan skor kemampuan berpikir kritis dengan rata-rata 79,27 yang
memenuhi kriteria baik. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan
bahwa LKS yang dikembangkan efektif ditinjau dari kemampuan berpikir
kritis.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan langkah-
langkah pengembangan LKS pada materi bangun ruang sisi datar dengan
menggunakan pendekatan kontekstual yang berorientasi kemampuan berpikir
kritis siswa SMP kelas VIII beserta dengan kualitas LKS dilihat dari aspek
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Pengembangan LKS tersebut
93
dilakukan melalui 5 tahapan pengembangan yaitu analysis (analisis), design
(desain), development (pengembangan), implementation (pelaksanaan), dan
evaluation (evaluasi). Hasil dari pengembangan berupa produk akhir yang telah
diuji kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Beberapa hal yang diperoleh
dalam penelitian pengembangan LKS materi bangun ruang sisi datar dengan
pendekatan kontekstual berorientasi pada kemampuan berpikir kritis adalah
sebagai berikut.
1. Kevalidan LKS
Produk berupa LKS matematika yang telah dikembangkan memenuhi
kriteria valid berdasarkan hasil penilaian oleh dua dosen dan satu guru
matematika. Hasil penilaian LKS tersebut telah mencapai kriteria minimal
baik.
Berdasarkan penilaian pada LKS, diperoleh skor rata-rata 4,28 dari skor
maksimal 5,00 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
LKS yang dikembangkan telah memenuhi syarat pengembangan LKS yang
baik (Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis 1993: 41-46).
Berdasarkan Tabel 19, aspek kesesuaian LKS dengan syarat teknis
memenuhi klasifikasi sangat baik. Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E.
Kaligis (1993: 41-46), syarat teknis berkaitan dengan tulisan, gambar dan
penampilan. Hal ini berarti bahwa tulisan yang digunakan dalam LKS yang
dikembangkan sudah sesuai dengan standar yang dipaparkan oleh Hendro
Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis, gambar yang dicantumkan dalam LKS
sudah berhubungan dengan topik yang dibahas, dan tampilan LKS sudah
94
menarik. Selain itu, aspek kesesuaian kegiatan dengan pendekatan
kontekstual dan aspek kesesuaian LKS untuk melatih kemampuan berpikir
kritis juga memenuhi klasifikasi sangat baik. Hal ini berarti bahwa aktivitas
pada LKS yang dikembangkan telah sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran pendekatan kontekstual meliputi relating, experiencing,
applying, cooperating, dan transfering. LKS juga sudah memuat soal-soal
yang mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis guna melatih
kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan hasil penilaian dosen dan guru matematika, LKS memiliki
klasifikasi baik pada aspek kesesuaian materi/isi, kesesuaian syarat didaktik,
dan kesesuaian syarat konstruksi. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang
dikembangkan sudah sesuai dengan SK dan KD materi bangun ruang sisi
datar, LKS yang dikembangkan juga sudah memperhatikan kemampuan
siswa yang heterogen, serta penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata,
tingkat kesukaran, dan kejelasan LKS yang dikembangkan sudah sesuai
standar yang dipaparkan Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis namun
tidak sebaik aspek-aspek penilaian lainnya.
Komentar dan saran dari dosen dan guru matematika selaku validator
di antaranya adalah perlunya membenahi kalimat yang digunakan dalam LKS
agar menjadi kalimat yang tidak ambigu. Misalnya ketika menuliskan
perintah “berapakah hasil akar kuadrat dari √576?”. Kalimat tersebut jika
lebih dicermati, artinya adalah menanyakan hasil akar kuadrat dari akar 576
atau sama saja dengan menanyakan “berapakah hasil √√576?”, padahal yang
95
dimaksudkan peneliti bukanlah pertanyaan itu. Dengan demikian, kalimat
tersebut harus diubah menjadi “berapakah hasil dari √576?”. Penggunaan
kalimat dalam LKS merupakan salah satu syarat yang penting, seperti yang
telah dijelaskan oleh Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis bahwa kalimat
yang digunakan dalam LKS harus memiliki struktur yang jelas, kalimat juga
lebih baik sederhana namun bisa dimengerti oleh pengguna.
2. Kepraktisan LKS
LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis berdasarkan
angket respons siswa, angket respons guru, serta hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum tanggapan guru terhadap LKS
yang telah digunakan dalam pembelajaran adalah baik dan tanggapan siswa
adalah baik. Sementara itu pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati
menunjukkan hasil yang sangat baik.
Berdasarkan respons yang diberikan oleh siswa diperoleh skor rata-rata
4,17 dari skor maksimal 5,00 dengan klasifikasi baik. Hal ini berarti bahwa
LKS yang dikembangkan telah membantu dan memudahkan siswa dalam
mempelajari materi bangun ruang sisi datar. Dengan demikian, LKS yang
dikembangkan telah memenuhi manfaat pengambangan bahan ajar menurut
Andi Prastowo (2013:302) yaitu siswa mendapat kemudahan dalam
mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.
Hasil respons siswa terhadap LKS yang dikembangkan ditinjau dari
kemudahan penggunaan LKS dan keterbantuan dalam melatih kemampuan
berpikir kritis memenuhi klasifikasi baik. Sedangkan hasil respons siswa
96
terhadap LKS yang dikembangkan ditinjau dari kemudahan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dan keterbantuan dalam melatih kemampuan
berpikir kritis memenuhi klasifikasi sangat baik.
Selanjutnya berdasarkan hasil lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran, pada setiap pertemuan memiliki kategori sangat baik. Pada
pertemuan ke-3 dan ke-4 memperoleh persentase rata-rata sebesar 100%,
yang artinya pembelajaran pada pertemuan ke-3 dan ke-4 berjalan sesuai
dengan rencana. Sedangkan pada pertemuan ke-1 dan ke-2 memperoleh
persentase rata-rata sebesar 90,91%, yang artinya ada 1 aktivitas yang tidak
terlaksana pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Persentase rata-rata
akhir dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran adalah 95,45
dengan kategori sangat baik.
Hasil respons yang diberikan oleh guru matematika diperoleh skor rata-
rata 4,10 dari skor maksimal 5,00 dengan klasifikasi baik, hasil respons siswa
diperoleh skor rata-rata 4,17 dari skor maksimal 5,00 dengan klasifikasi baik,
serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan persentase
rata-rata 95,45 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
LKS yang dikembangkan praktis untuk digunakan dalam proses
pembelajaran bagi guru.
3. Keefektifan LKS
Berdasarkan hasil uji coba lapangan, LKS yang dikembangkan dengan
pendekatan kontestual telah memenuhi kriteria efektif. Secara umum,
persentase ketuntasan siswa dalam tes kemampuan berpikir kritis yang
97
dilakukan pada akhir pertemuan adalah 83,87% dengan kategori sangat baik.
Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2014:225) bahwa CTL dapat
mendorong para siswa untuk menerapkan pemikiran kritis dan kreatif ke
dalam kehidupan keseharian.
Siswa harus mengasah kemampuan berpikir kritisnya karena hal ini
merupakan salah satu SKL yang harus dicapai untuk satuan pendidikan
SMP/MTs/SMPLB sesuai dengan Permendiknas No 23 Tahun 2006. Siswa
menemukan konsep yang dipelajarinya melalui aktivitas-aktivitas sesuai
langkah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Melalui aktivitas-
aktivitas tersebut, siswa dapat menemukan konsep yang dipelajarinya secara
mandiri dan mengasah kemampuannya. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Cronbach (Baharuddin, 2015:16) bahwa belajar yang
terbaik adalah melalui pengalaman sendiri. Dengan pengalaman,
pembelajaran yang diperoleh siswa menjadi bermakna.
Berdasarkan hasil tes belajar diperoleh nilai rata-rata 79,27 dari skor
maksimal 100 dengan klasifikasi baik. Ketercapaian hasil belajar
menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran sehingga LKS yang
dikembangkan dapat dikatan efektif, hal ini dikarenakan pada tahap applying
dan transfering dalam LKS tersebut berisi soal untuk melatih untuk
menuliskan informasi yang kurang dari suatu masalah, menuliskan langkah-
langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, menuliskan
pola/hubungan dari beberapa informasi, menuliskan kesalahan dari suatu
penyelesaian masalah, memperbaiki penyelesaian masalah yang disajikan,
98
menuliskan prediksi jawaban dari suatu masalah, menuliskan kesimpulan dari
penyelesaian masalah, menuliskan informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah, dan menyelesaikan masalah menggunakan cara yang
efektif sesuai dengan indikator-indikator untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Meskipun masih terdapat kekurangan dalam
pelaksanaan pembelajaran kontekstual di kelas, di antaranya sulitnya
mengkondisikan ketenangan siswa terutama ketika melaksanakan tahap
cooperating. Siswa sangat antusias dalam berdiskusi dengan anggota
kelompoknya sehingga menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. Namun,
secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran efektif ditinjau dari
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Diah
Kusumaningsih (2011) di mana salah satu hasil penelitiannya adalah bahwa
melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual siswa
terlatih untuk mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi
permasalahan kontekstual dengan cermat, mengkonstruksi pengetahuan
dengan bantuan LKS, menemukan sendiri materi yang harus mereka pelajari
sehingga siswa dapat mengembangkan daya nalarnya secara kritis untuk
memecahkan masalah.
Berdasarkan tercapainya kriteria valid, praktis, dan efektif dari LKS yang
telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir berupa LKS bangun
ruang sisi datar menggunakan pendekatan kontekstual yang valid, praktis, dan
efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.
99
C. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini memiliki keterbatasan
waktu pelaksanaan pembelajaran yang tidak sesuai dengan perencanaan peneliti.
Pada pertemuan kedua, 3 jam pelajaran berakhir sebelum tahap transfering
terlaksana. Hal ini dikarenakan diskusi kelompok dalam membuat jaring-jaring
kubus dan balok menyita banyak waktu.
Selain itu, LKS yang digunakan untuk uji coba dalam penelitian ini hanya
LKS 1. Kubus dan Balok saja, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu.