BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Barakati
a. Keadaan Geografis
Asal mula desa Barakati adalah gabungan antara 2 desa yang awalnya
masih merupakan desa Bua dan desa Iluta, namun kini kedua desa tersebut sejak
tahun 2003 telah dimekarkan dan dibagi menjadi 3 desa yaitu desa Iluta, Barakati
dan desa Bua. Pada tahun 2012 menurut data statistika, desa Barakati adalah salah
satu dari 8 desa yang ada di kecamatan Batudaa yang terletak disebelah timur dari
desa Payunga yang merupakan ibu kota kecamatan Batudaa yang jaraknya 5
kilometer dari kantor desa Barakati ke kecamatan. Desa Barakati terdiri dari 4
dusun yaitu dusun Hungayo, Botuhuwayo, Hutamela, dan dusun Bontula.
Secara geografis sebelah Utara berbatasan dengan danau Limboto, sebelah
Selatan berbatasan dengan desa Biluhu timur, sebelah Timur dengan desa Iluta,
sebelah Barat berbatasan dengan desa Bua. Luas desa menurut keadaan tanah
diperinci secara perdusun pada tahun 2012 yaitu dusun Hungayo berada pada
dataran rendah berjumlah 30, dusun Botuhuwayo pada dataran rendah 81 dan
dataran tinggi 18 sehingga berjumlah 99, dusun Hutamela pada dataran rendah 48,
dataran tinggi 9, jumlanya 55, dusun bontula pada dataran tinggi 36 dan
pegunungan 126, jumlahnya 162. Masyarakat desa Barakati mayoritas berada
pada dataran tinggi. Desa Barakati terdapat 1 sungai yaitu sungai panipi yang
15
terdapat di dusun Hungayo dan dusun Botuhuwayo dengan panjang 4000 Km.
Selain sungai, desa ini memiliki 1 gunung atau bukit yaitu bukit Intupo yang
tingginya kurang lebih 3 Km.
Pelaksanaan Wunungo di desa Barakati mayoritas diadakan di rumah
warga dan dimasjid yang berada didaerah pegunungan atau pada dataran tinggi,
karena berdasarkan hasil penelitian masyarakat desa Barakati mayoritas berada
pada dataran tinggi. Pelaksanaan Wunungo setelah melalui hasil observasi, di
daerah pegunungan inilah yang masih terdapat kelompok pelaku Wunungo. Jika
ditinjau dari keadaan letak desa Barakati yang terdiri atas dataran tinggi dan
dataran rendah.
Wunungo yang ada ditaran rendah sudah tidak dilaksanakan lagi, karena
ditinjau dari pelakunya tidak ada lagi yang berminat untuk melaksanakan atau
melantunkan Wunungo. Masyarakat yang berada pada dataran rendah sudah
terkontaminasi dengan hal-hal yang modern, sehingga tidak ada lagi yang peduli
terhadap apa yang menjadi budaya yang ada di desa Barakati karena mereka
menganggap hal tersebut adalah hal yang kuno atau ketinggalan zaman. Wunungo
yang diadakan di dataran tinggi masih sering dilaksanakan dan pelaku Wunungo
lebih banyak dibandingkan dengan pelaku Wunungo didataran rendah. Hal
tersebut dikarenakan masyarakat yang ada di daerah pegunungan atau dataran
tinggi belum terpengaruh oleh hal-hal yang modern.
16
b. Keadaan Sosial Masyarakat
Berdasarkan data statistik pada tahun 2012, luas, jumlah penduduk dan
jumlah rumah tangga yang diperinci perdusun yaitu dusun Hungayo dengan luas
30 km, jumlah rumah tangga sebanyak 186 dan jumlah penduduk 811 jiwa. Dusun
Botuhuwayo dengan luas 99 km, jumlah rumah tangga sebanyak 116 dan jumlah
penduduk 580 jiwa. Dusun Hutamela dengan luas 55 km, jumlah rumah tangga
114 dan jumlah penduduk 553 jiwa. Dusun Bontula dengan luas 162 km, jumlah
rumah tangga 61 dan jumlah penduduk 280 jiwa. Berdasarkan data yang ada
dusun Hutamela merupakan dusun yang tingkat kepadatan penduduk tertinggi
yaitu 811 jiwa, sedangkan dusun Bontula tingkat kepadatan penduduknya yang
terkecil yaitu 280 jiwa.
Masyarakat desa Barakati berjumlah 2224 orang yang terdiri dari laki-laki
dan perempuan, dengan jumlah 1124 orang laki-laki dan 1100 orang perempuan.
Dilihat dari data tersebut, maka masyarakat desa Barakati lebih di dominasi oleh
laki-laki. Tetapi jika diperinci perdusun pada dusun Botuhuwayo dan dusun
Bontula yang terdapat pada dataran tinggi dan pegunungan, lebih di dominasi oleh
kaum perempuan. Hal inilah yang menyebabkan pelaku Wunungo mayoritas
adalah perempuan. Pada dusun Hungayo dan dusun Hutamela, jumlah laki-laki
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan. Itulah yang
mengakibatkan atau yang mempengaruhi ada dan tidaknya pelaksanaan Wunungo.
17
Ditinjau dari segi Pendidikan jumlah terbesar adalah tamatan SD atau yang
tidak pernah sekolah dengan jumlah 786 orang, tamat SMP 771 orang, SMA 464
orang, DI-DII 13 orang, DIII 15 orang dan DIV-SI ke atas berjumlah 115 orang.
Pelaku Wunungo ditinjau dari segi pendidikan mayoritas adalah tamatan SMA.
Karena menurut hasil wawancara dengan pelaku Wunungo yang bisa membaca
Al-qur’an sebagian besar adalah tamatan SMA.
Keadaan sosial pelaku Wunungo didesa Barakati mayoritas adalah
perempuan. Laki-laki hanya sebagai pelengkap atau menyiapkan apa saja yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tadarus Al-qur’an. Pelaksanaan Wunungo terdiri
dari 3 kelompok. Kelompok Wunungo yang ada di masjid Baitul Makmur,
kelompok Wunungo di masjid Al-Hidayat yang ada di dataran tinggi dan masjid
Djabal Nur yang ada dipegunungan. Ketiga kelompok ini terbentuk karena
disesuaikan dengan mesjid yang ada. Desa Barakati memiliki 5 masjid, namun
yang melaksanakan Wunungo hanya 3 masjid. Masjid yang tidak melaksanakan
yaitu masjid Nurul Hidayat yang ada di dataran rendah, dan masjid Fastabiqul
khoirat yang ada di dataran tinggi, karena masjid tersebut merupakan masjid yang
di bangun oleh masyarakat Islam Muhammadiah. Ketiga kelompok pengajian
yang melaksanakan Wunungo ini terbentuk, karena adanya masjid yang
melaksanakan tadarus Al-qur’an dan masih menggunakan istilah adat bersendikan
syara, syara bersendikan kitabullah yang merupakan keyakinan Gorontalo.
Pada mata pencaharian, penduduk desa Barakati memiliki berbagai macam
lapangan usaha, termasuk pelaku Wunungo. Mayoritas mata pencaharian
18
penduduk desa barakati adalah nelayan karena desa Barakati berbatasan langsung
dengan Danau Limboto. Mata pencaharian pelaku Wunungo adalah pedagang,
pegawai negeri, bahkan ada yang hanya sebagai ibu rumah tangga. Agama yang
dianut oleh masyarakat 100% adalah agama Islam, karena seluruh penduduknya
beragama Islam maka pelaksanaan tadarus al-qur’an Rutin dilaksanakan setiap
hari dan di selingi dengan Wunungo yang berlafaskan Islami.
c. Adat Istiadat
Berdasarkan hasil wawancara, di desa Barakati masih banyak yang
melaksanakan adat Gorontalo. Adat yang masih dilaksanakan di desa ini
diantaranya adat Mongakiki ( akikah atau gunting rambut), Molubingo (mencubit),
Molonthalo (raba-raba perut), Mopolihu lo limu & Momeati ( mandi lemon dan
pembeatan) dan adat perkawinan.
1. Mongakiki ( akikah atau gunting rmbut) dilaksanakan oleh masyarakat
desa Barakati yang mempunyai anak balita yang baru lahir. Pada
pelaksanaan adat ini menyediakan pinang (Bulewe) yang masih terbungkus
dan yang sudah tua yang sudah terbuka, telur 7 buah, pala 7 buah, uang
logam yang di taruh pada sebuah tempat atau bak yang terisi beras, kelapa
mudah yang berwarna kuning yang di lubangi, tolangga dan Tohetutu (
lampu botol). Pada pelaksanaannya sebelum mengucapkan barjanji masih
melaksanakan Dikili yang diiringi dengan ketukan rebana. Setelah itu
mengucapkan barjanji sampai selesai.
19
2. Molubingo dan Mopolihu lo limu pelaksanaannya berbeda dengan
Mongakiki. Pada adat ini memandikan anak perempuan yang berumur 2
tahun dengan perasan jeruk purut (Limututu) yang telah disediakan.
Setelah dimandikan anak tersebut kakinya diinjakkan pada piring yang
berisi tanah, bunga Polohungo, rumput dan uang logam, kemudian dicubit
atau menghilangkon kotoran pada kemaluannya.
3. Molonthalo di laksanakan pada ibu hamil yang kandungannya sudah
berusia 7 bulan. Alat dan bahan yang digunakan dalam Molonthalo ini
disediakan oleh Hulango atau bidan kampung. Tahap pertama pada adat
ini yaitu memandikan ibu hamil dengan campuran kembang yang telah
disediakan serta air yang terisi pada 7 potong bambu kuning, kemudian
dipecahkan telur ayam di telapak tangan ibu hamil tersebut bersama
perangkat adat lainnya pada saat proses mandikan. Setelah selesai
dimandikan dinjutkan dengan adat Molonthalo yang di laksanakan
didalam kamar dengan posisi ibu hamil yang sedang berguling yang
didampingi oleh anak laki-laki dan perempuan, kemudian suami dari ibu
hamil tersebut melakukan tarian longgo dan melangkahi perut istrinya
sebanyak 3 kali. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian adat lainnya
sampai selesai dibacakan do’a shalawat oleh imam.
4. Mopolihu lo limu & Momeati (mandi lemon dan pembeatan) dilaksanakan
pada anak gadis yang beranjak dewasa. Ini dilakukan seperti pada tahap
molubingo yaitu dengan memandikan anak gadis tersebut dengan perasan
20
air jeruk dan kembang yang telah disediakan oleh orang yang
memandikan. Setelah dimandikan, menginjakkan kaki ke piring yang
berisi rumput, tanah dan uang logam. Kemudian di beat atau dibina oleh
imam.
5. Pada adat perkawinan ada 3 tingkatan adat yang ada di desa barakati yaitu
ada adat yang biasa-biasa saja, adat yang belum sempurna dan adat yang
sempurna. Adat yang sempurna biasanya hanya dilaksnakan oleh pejabat
tinggi atau pemangku adat itu sendiri.
d. Kesenian
Didesa ini memiliki beberapa kesenian yang sering dilsakukan oleh
masyarakatnya yang terdiri dari seni musik dan tari. Pada seni musik, di desa ini
masih menjaga tradisi daerah Gorontalo yaitu tarian Dana-dana dan Buruda.
Tarian Dana-dana sangat digemari oleh anak-anak sampai orang dewasa. Pada
kesenian ini bukan hanya menampilkan tarian saja, tetapi di iringi oleh Gambus
dan Marwas. Kesenian Dana-dana ini sering di adakan di daerah pegunungan.
Ada juga alat musik Rebana yang digunakan pada arisan dikili dan Buruda, yang
dilaksanakan di setiap rumah warga pada hari jum’at setelah selesai sholat jum’at.
Arisan dikili dan Buruda ini diadakan bergiliran, tergantung siapa yang tercabut
dalam arisan tersebut yang tergabung dengan masyarakat yang ada di desa lain di
kecamatan Batudaa.
21
B. Wunungo
a. Asal usul
Berdasarkan hasil wawancara, menurut Rohana Makrun, Wunungo artinya
selingan. Secara pengertiannya Wunungo adalah nyanyian yang merupakan
hiburan yang syair-syairnya berisikan tentang penghormatan, pujian, anjuran dan
ucapan terima kasih sebagai selingan pada pelaksanaan tadarus Al-qur’an.
Menurut Sarce Makrun, Wunungo artinya dalam bahasa Gorontalo satu
syair yang mengandung nasihat keagamaan khususnya agama Islam dan
dilagukan serta dilafazkan bersama-sama atau berkelompok.
Mohunungo artinya melakukan atau melafazkan syair Wunungo secara bersama-
sama atau berkelompok.
Moonungo artinya dalam bahasa Indonesia sangat merdu, adakalanya Wunungo
diambil pada ayat-ayat Al-qur’an. Lebih banyak syair-syair Wunungo yang
dikutip pada kitab-kitab seperti :
a. Syaratal anam atau kitab maulid Nabi b. Kitab Barzanji c. Kitab Diba (debe)d. Kitab Buruda e. Buku-buku Qasidah karya para budayawan Islam f. Dan lain sebagainya
Digorontalo ada yang menulis syair-syair yang mengandung nasihat dalam
bentuk bahasa Gorontalo tetapi hal ini memerlukan kehati-hatian, karena menjaga
jangan sampai syairnya akan sama seperti syair atau pantun Lohidu dalam bahasa
22
Gorontalo yang merupakan Tradisi lisan seperti Wunungo dan ini menyimpang
dari maksud orang-orang terdahulu yang mencetuskannya.
Sejak kapan Wunungo ditulis dan dicetuskan dan siapa penulis dan pencetusnya,
hal ini agak sulit diketahui. Sebagian besar orang dahulu di Gorontalo yang
menulis karya-karya seni budaya religius tidak menulis nama-nama mereka,
seperti pada karya-karya seni budaya religius (keagamaan) :
a. Mi’raj (meeraji)b. Turunani c. Tinilo atau Sairi d. Sayiya e. Deningo f. Wunungo g. Jaabu h. Dikili dan lain-lain
Untuk memperkenalkan hal ini terjadi, yaitu pada abad ke 16, abad 17 dan
seterusnya, yaitu pada waktu agama Islam terterima oleh masyarakat Gorontalo.
Sebelum Islam masuk digorontalo maka rakyat Gorontalo memeluk agama
animisme. Pada zaman animisme agama sangat dikenal dan sakral melakukan seni
seperti : Mohumbungo, Modayango (menari sambil molohidu dan mohumbungo).
Ulama penyiar Islam dapat merubah dengan seni bernuansa Islam. Wunungo
diperkirakan terjadi pada abad ke 18 setelah masyarakat sudah banyak mengenal
dan membaca Al-qur’an. Untuk memasyarakatkan Al-qur’an para ulama dapat
menghimpun masyarakat bertadarus Al-qur’an secara berkelompok dan
membacanya secara bergiliran dan jika terjadi kesalahan dalam membaca Al-
qur’an maka untuk memberi kesempatan kepada pembaca memperbaiki
bacaannya diselingi dengan Wunungo. Disamping itu selain untuk memberi
23
kesempatan pembaca memperbaiki bacaannya, peran Wunungo adalah untuk
menyemarakkan acara tadarus Al-qur’an.
Didesa Barakati masih sering mengadakan Tadarus Al-qur’an yang
diselingi dengan Wunungo. Wunungo tidak wajib dilaksanakan menurut kitab suci
Al-qur’an namun hanya merupakan adat Gorontalo yang dikenal dengan adat
bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah. Pelaksanaan Tadarus
dilaksanakan di 2 tempat yaitu dimasjid dan dirumah warga. Masyarakat desa
Barakati melaksanakan Tadarus Al-qur’an di masjid Baitul Makmur setelah
selesai sholat Magrib sekitar pukul 18.30 wita sampai sebelum adzan Isya
dikumandangkan. Sedangkan Tadarus Al-qur’an yang dilaksanakan dirumah
warga biasanya dilaksanakan setelah sholat Isya atau sesudah pulang dari masjid.
Wunungo yang dilantunkan, sebagai selingan untuk orang yang sering
salah dalam membaca Al-qur’an agar orang tersebut berhenti sejenak dan melihat
letak kesalahannya dalam membaca. Selain sebagai selingan untuk memperbaiki
cara mengaji, Wunungo dilantunkan sebagai pujian kepada allah maupun para
nabi, tetapi hal yang perlu dihindari jangan sampai keagungan Al-qur’an menjadi
kurang karena lebih mementingkan Wunungo dibanding bacaan Al-qur’an.
28
D. Analisis Wunungo
Peneliti menganalisis Wunungo dengan langkah awal yang dilakukan yaitu
dengan mentranskripsi lantunan Wunungo kedalam bentuk notasi balok. Hal ini
dilakukan oleh peneliti, karena Wunungo memiliki beberapa macam versi yang
terdiri dari Wunungo awal, tengah dan Wunungo akhir. Untuk masing-masing
motif peneliti hanya memberi nama motif A, motif B dan seterusnya. Hal ini
dilakukan oleh peneliti agar membantu peneliti dalam membedakan motif-motif
yang ada.
a. Wunungo awal
m m¹
Pada bagian ini diberi nama motif m untuk membantu menganalisis motif-
motif berikutnya. Motif m merupakan motif utama yang terdapat pada bar 1 mulai
dari ketukan 1 sampai ketukan ke 8 yang di akhiri akor tonika dengan nada la. m¹
merupakan filler dari motif m yang di mulai dari bar ke 2 ketukan 1 sampai
ketukan 8 diakhiri dengan akor dominan nada mi.
Penamaan motif ini biasanya dimulai dengan m, n dan seterusnya. Setiap
pengulangan motif dengan sedikit perubahan di beri kode m¹, m², n¹, n² dan
sebagainya.
29
m² m³
Motif m² merupakan elise dari motif utama yang terdapat pada bar 6 mulai
dari ketukan 1 sampai ketukan ke 7 yang di akhiri akor dominan dengan nada mi.
m³ merupakan filler dari motif m² yang di mulai dari bar ke 7 ketukan 4 sampai
ketukan 8 diakhiri dengan akor Tonika nada la.
m4 m5
Motif m4 merupakan elise dari motif m³ yang terdapat pada bar 9 mulai
dari ketukan 4 sampai ketukan ke 11 yang di akhiri akor tonika dengan nada la.
m5 merupakan filler dari m³ yang di mulai dari bar ke 11 ketukan 4 sampai
ketukan 8 diakhiri dengan akor dominan nada mi.
m³ m6
Motif m³ merupakan elise dari motif utama yang terdapat pada bar 4 mulai
dari ketukan 1 sampai ketukan ke 7 yang di akhiri akor dominan dengan nada mi.
m6 merupakan filler dari motif m³ yang di mulai dari bar ke 15 ketukan 4 sampai
ketukan 8 diakhiri dengan akor Tonika nada la.
30
b. Wunungo tengah
m m¹
Motif m merupakan motif utama dari Wunung tengah yang terdapat pada
bar 1 yang dimulai dari ketukan 4 sampai ketukan 8 diakhiri dengan akor tonika
nada la. m¹ merupakan elise dari motif utama yang terdapat pada bar 3 mulai dari
ketukan ke 4 sampai ketukan ke 8 yang diakhiri dengan akor dominan nada mi.
n n¹
Motif n merupakan motif kedua dari Wunung tengah yang teradapat pada
bar 6 yang dimulai dari ketukan 1 sampai ketukan 8 yang diakhiri dengan akor
tonika nada do. n¹ merupakan filler dari motif n yang terdapat pada bar 8 mulai
dari ketukan ke 1 sampai ketukan ke 8 yang diakhiri dengan akor tonika nada la.
c. Wunungo Akhir
m n n¹
Motif m merupakan motif pertama dari Wunungo akhir, yang terdapat
pada bar 1 dimulai dari ketukan 1 sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor dominan
nada si. Motif n adalah motif ke dua dari Wunungo akhir yang terdapat pada bar
31
ke 3 di mulai dari ketukan 2 sampai ketukan 4 diakhiri dengan akor dominan nada
si. Motif n¹ merupakan filler dari motif n yang terdapat pada bar 5 di mulai dari
ketukan 2 sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor tonika nada la.
m¹ o n² n³
Motif m¹ merupakan filler dari motif m yang terdapat pada bar 8 dimulai
dari ketukan satu sampai ke 5 di akhiri dengan akor tonika nada do. Motif o
merupakan motif ketiga dari Wunungo akhir yang terdapat pada bar 11 dimulai
pada ketukan 2 sampai pada ketukan 6 diakhiri dengan akor dominan nada si.
Motif n² merupakan elise dari motif n yang terdapat pada bar 14 dimulai ketukan
2 sampai ketukan 4 diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif n³ merupakan
augmentasi dari motif n² yang terdapat pada bar 8 ketukan ke 2 sampai ketukan 8
diakhiri dangan akor tonika nada la.
m n² n³
Motif m merupakan motif pertama dari Wunungo akhir, yang terdapat
pada bar 1 yang dimulai dari ketukan 1 sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor
dominan nada si. Motif n² merupakan elise dari motif n yang terdapat pada bar 14
dimulai dari ketukan 2 sampai ketukan s4 diakhiri dengan akor tonika nada do.
32
Motif n³ merupakan augmentasi dari motif n² yang terdapat pada bar 8 ketukan ke
2 sampai ketukan 8 diakhiri dangan akor tonika nada la.
m² n² n4
Motif m² merupakan filler dari motif m yang dimulai dari ketukan 2
sampai ketukan 8 diakhiri dengan akor dominan nada si. Motif n² merupakan
elise dari motif n yang terdapat pada bar 14 dimulai dari ketukan 2 sampai
ketukan 4 diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif n4 merupakan augmentasi
dari motif n² dimulai dari ketukan ke 2 sampai pada ketukan ke 5 diakhiri dengan
akor tonika nada la.
m¹ o n² n³
Motif m¹ merupakan filler dari motif m yang dimulai dari ketukan satu
sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif o merupakan motif
ketiga dari Wunungo akhir yang terdapat pada bar 11 dimulai pada ketukan 2
4sampai pada ketukan 6 diakhiri dengan akor dominan nada si. Motif n²
merupakan elise dari motif n yang dimulai dari ketukan 2 sampai ketukan 4
diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif n³ merupakan augmentasi dari motif n²
33
yang dimulai dari ketukan ke 2 sampai ketukan 8 diakhiri dangan akor tonika
nada la.
E. Syair Wunungo
a. Wunungo Awal
1. Syair wunungo awal
“Assalamu alaikum Hadirin walhadirat Muslimin walmuslimat Sekalian yang terhormat
Aduhai ibu dan bapak Pikirkan sedalam-dalam Agama Islam mulia Amin-amin illah yaumiddin”
Sumber : Hi. Halid N. Payu, 2 Oktober 21013
Terjemahan:
Assalamu alaikum Hadirin dan hadirat Muslimin dan muslimat Semuanya yang kami hormati
Wahai ibu dan bapak Pikirkan sedalam-dalamnya Agama Islam adalah agama yang mulia Kepada hari pembalasan
2. Makna syair Wunungo awal :
Pada syair Wunungo awal bait pertama dalam kalimat :
Assalamu alaikum Para hadirin dan hadirat Para muslimin dan muslimat Semuanya yang kami hormati
34
Kalimat ini mempunyai makna untuk mengajak para hadirin memeluk
agama Islam, memperdalam agama dan bertaqwa kepada Allah SWT,
menjalankan apa yang di perintahkan dan menjauhi segala larangannya. Umat
muslim di anjurkan pula untuk saling menghormati antara satu dan yang lain.
Orang yang saling menhormati termasuk orang yang beriman. Orang yang
beriman kepada Allah SWT sesungguhnya Allah telah menjanjikan surga adalah
tempat yang kekal baginya, dan orang yang tidak menjalankan apa yang
diperintahkan maka tempat yang ditentukan oleh Allah SWT adalah neraka
jahannam. Dalam surat Al-Baqarah ayat 132, juz pertama Alif Lam-mim yang
artinya berbunyi:
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Pada bait kedua dalam kalimat :
Wahai ibu dan bapak Pikirkan sedalam-dalamnya Agama Islam adalah agama yang mulia Kepada hari akhir
Mempunyai makna, kepada seluruh umat Islam yang menjalankan tadarus
diperingatkan untuk tetap menjunjung tinggi agama Islam, menyiarkan agama
Islam dan menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang mulia dan agama yang
besar, jadi dalam tadarus ini mengajak kepada semuanya agar menjaga almamater
Islam dan percaya bahwa hari pembalasan itu memang benar-benar ada. Kiamat
35
pasti terjadi dan pemeluk agama Islam mempercayai rukun iman yang ke 5 yaitu
percaya adanya hari kiamat atau hari pembalasan. Dalam surat Adh-Dhariyat ayat
6-7 yang artinya berbunyi:
“sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi”.
b. Wunungo Tengah
1. Syair Wunungo Tengah
“Poopiyohe ngadimu Poopiyohe ngadimu Poopiyohe ngadimu Nabi-nabi totilimu
Ngadimu poopiyohe Ngadimu poopiyohe Ngadimu poopiyohe Nabi-nabi hidungohe” Sumber : Hi. Halid N. Payu, 2 Oktober 2013.
Terjemahan Perbaiki cara mengajimu Perbaiki cara mengajimu Perbaiki cara mengajimu Para nabi berada disampingmu
Cara megajimu diperbaiki Cara mengajimu diperbaiki Cara mengajimu diperbaiki Para nabi mendengarkanmu
2. Makna Syair Wunungo Tengah
Makna Syair pada Wunungo tengah dalam kalimat :
Perbaiki cara mengajimu Para nabi berada disampingmu Para nabi mendengarkanmu
36
Yakni anjuran sekaligus peringatan kepada pembaca Al-qur’an untuk
berhati-hati dan perlahan-lahan dalam membaca Al-qur’an, karena ketika mengaji
para nabi ada di samping kita dan mendengarkan kita ketika melantunkan ayat-
ayat suci Al-qur’an, dan ketika mengaji sering salah pengucapannya ataupun
pembacaannya, maka artinya salah dan bukan pahala yang kita dapatkan
melainkan dosa besar. Allah SWT telah murunkan Al-qur’an kepada umatnya
dengan sempurna, maka Allah pun meminta umatnya untuk mengamalkan Al-
qur’an dan membacanya dengan baik dan benar. Dalam surat Al-Baqarah ayat 121
dan surat Al-Mzzammil ayat 4 yang artinya berbunyi:
“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
3. Syair Wunungo Tengah
Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Dahai oli pata mu
Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu
Dahai mu oli pata Sumber : Hi. Halid N. Payu, 02 Oktober 2013. Terjemahan
Wujud kidam baqa Wujud kidam baqa Wujud kidam baqa Jangan sampai kau lupakan
Wujud baqa kidam Wujud baqa kidam Wujud baqa kidam
Jangan sampai kau lupakan
37
4. Makna Syair Wunungo Tengah
Makna syair Wunungo dalam kalimat :
Wujud kidam baqa Jangan sampai kau lupakan
Seluruh umat manusia khususnya pemeluk agama Islam dianjurkan agar
selalu mempercayai dan mayakini adanya tuhan, karena allah mempunyai 99 sifat
yang 3 diantaranya dipilih dan ditulis sebagai syair Wunungo yaitu Wujud, qidam
dan baqa, yang masing-masing sifat memiliki arti dan makna tersendiri.
Wujud artinya Ada. Allah Taala itu ada, mustahil Allah itu tiada. Qidam artinya
Sedia. Allah itu sedia ada. Mustahil didahului oleh Adam (tiada). Baqa artinya
kekal. Allah itu bersifat kekal. Mustahil ia dikatakan fana (binasa).
5. Syair Wunungo Tengah
Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Dahai oli pata mu
Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu Dahai mu oli pata Sumber : Rohana Makrun, 10 Oktober 2013.
Terjemahan Wujud kekal tak bermula Wujud kekal tak bermula Wujud kekal tak bermula Jangan kau lupakan
Kekal tak bermula kekal Kekal tak bermula kekal Kekal tak bermula kekal
Jangan kau lupakan
38
6. Makna Syair Wunungo
Makna Syair Wunungo tengah dalam kalimat :
Wujud kekal tak bermula Jangan kau lupakan
Makna dalam syair ini menunjukan sifat-sifat Allah yang kekal dan abadi.
Artinya bahwa Allah taala benar-benar ada dan kita sebagai umatnya dianjurkan
untuk mempercayai dan meyakini akan keberadaannya.
7. Syair Wunungo Tengah
Ada buwa qurrani Ada buwa qurrani Ada buwa qurrani Ohadisi paramani
Quruani ada buwa Quruani ada buwa Quruani ada buwa Omaana opituwa
Terjemahan
Beradab terhadap qur’an Beradab terhadap qur’an Beradab terhadap qur’an Ada hadist firman
Qur’an beradab Qur’an beradab Qur’an beradap Punya makna-makna kejelasan
8. Makna Syair Wunungo Tengah
Makna syair Wunungo tengah dalam kalimat :
Beradab terhadap qur’an Ada hadist firman
Punya makna-makna kejelasan
39
Makna dari kalimat-kalimat tersebut yaitu manusia diperintahkan oleh
Allah untuk beradap dan beriman terhadap Al-qur’an yang telah diturunkan oleh
Allah SWT, dan orang-orang yang seperti itulah selalu akan mendapat petunjuk
dari Allah SWT dan termasuk orang orang yang sangat beruntung. karena hal
tersebut ada dalam hadist dan firman Allah dan Al-qur’an mempunyai makna-
makna yang jelas. Seperti dijelaskan dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 91
dan ayat 5 yang artinya berbunyi:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al-qur’an yang diturunkan Allah, “mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada Al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-qur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka”.
Dan ayat 5artinya : “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.
9. Syair Wunungo Tengah
Popuasa potabiya Popuasa potabiya Popuasa potabiya Dila baka todunia
Potabiya popuasa Potabiya popuasa Potabiya popuasa Todunia dila baka
Terjemahan
Berpuasa bersembahyang Berpuasa bersembahyang Berpuasa bersembahyang Tidak kekal didunia
Bersembahyang berpuasa Bersembahyang berpuasa Bersembahyang berpuasa Didunia tidak kekal
40
10. Makna Syair Wunungo Tengah
Makna syair Wunungo tengah pada bait pertama dan kedua memiliki
makna yang sama yaitu dalam kalimat :
Berpuasa bersembahyang Tidak kekal didunia Bersembahyang berpuasa Didunia tidak kekal Maknanya sebagai anjuran kepada umat Islam yang wajib dilaksanakan
yaitu berpuasa dan mendirikan shalat untuk memperoleh pahala dari Allah SWT.
Puasa diwajibkan oleh Allah kepada umatnya dan tidak ada alasan untuk tidak
melaksanakannya. Jika dalam keadaan sakit diwajibkan untuk membayar fidyah
kepada fakir miskin. Begitu pula dengan shalat. Shalat 5 waktu wajib untuk
dikerjakan kecuali wanita-wanita yang dalam keadaan haid. Bagi orang sakit
shalat dibolehkan untuk dikerjakan duduk atau dalam posisi guling/tidur. Tidak
ada alasan untuk tidak mengerjakannya. Karena manusia yang hidup di dunia
semuanya tidak ada yang kekal dan abadi. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al-
Baqarah ayat 183 tentang kewajiban umat Islam dalam melakukan puasa yang
artinya berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 110 sebagai anjuran untuk mendirikan
shalat yang artinya berbunyi:
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan kebaikan apa saja yang yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya
41
pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.
11. Syair Wunungo Tengah
Mongadi dali dalili Mongadi dali dalili Mongadi dali dalili Lahu-lahu lomasiri
Dali-dalili mongadi Dali-dalili mongadi Dali-dalili mongadi Lahu-lahu loarabi
Terjemahan Mengaji berdalil/bertafsir Mengaji berdalil/bertafsir Mengaji berdalil/bertafsir Berlagu mesir
Bertafsir mengaji Bertafsir mengaji Bertafsir mengaji Berlagu arab
12. Makna Syair Wunungo Tengah
Makna syair dalam Wunungo ini yaitu sebagai anjuran untuk melafaskan
Al-qur’an atau kalimat-kalimat Allah dengan cara berdalil dan bertafsir sambil
melagukannya. Dalam hadits Bukhari, abu hurairah dari Nabi SAW bersabda
“Allah tidak mengizinkan pada sesuatupun, sebagaimana Allah mengizinkan
kepada Nabi untuk melagukan Al-qur’an. “sufyan berkata, “tafsirnya adalah,
bahwa ia melagu-lagu dengannya.”
42
c. Wunungo Akhir
1. Syair Wunungo Akhir “Amiyatiya mamohintu mohuwalingo Bolo maapu allah bolo maapu Malo oganggu lo buluhuto Mohile du’a, du’a to allah otutumulo
Modudunggaya poli to tadarus peentha mayi Bolo maapu allah bolo maapu Amiyatiya mamohinthu” Sumber : Hi. M.A Puluhulawa, 08 Oktober.
Terjemahan
Kami mohon diri untuk kembali Mohon maaf Sudah menganggu dan meributkan suasana Mohon doa, doa kepada allah ada umur panjanag kita akan bertemu kembali pada tadarus yang akan datang maaf sekali lagi kami mohon maaf kami akan mohon diri
2. Makna syair Wunungo akhir
Makna syair pada Wunungo akhir dalam Kalimat :
Kami mohon diri untuk kembali Mohon maaf Sudah menganggu dan meributkan suasana
Mohon doa, doa kepada allah ada umur panjang
Makna dalam syair Wunungo bait pertama ini sebagai permohonan maaf
kepada tuan rumah atau pelaksana tadarus, karena telah meributkan suasana serta
mendoakan semuanya agar diberikan umur panjang sehingga dapat bertemu
kembali. Allah SWT memerintahkan umatnya untuk saling mendo’akan satu sama
lain.
43
Pada bait kedua Wunungo Akhir ini mengandung makna yang sama
dengan Wunungo pada bait pertama, yaitu pada kalimat :
kita akan bertemu kembali pada tadarus yang akan datang maaf sekali lagi kami mohon maaf kami akan mohon diri
Pelaku Wunungo saling mendoakan agar dapat bertemu kembali, pada
tadarus berikutnya, dan memohon maaf kepada pelaksana tadarus atau tuan rumah
dan memohon diri untuk kembali kerumah.