BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...

30
14 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Barakati a. Keadaan Geografis Asal mula desa Barakati adalah gabungan antara 2 desa yang awalnya masih merupakan desa Bua dan desa Iluta, namun kini kedua desa tersebut sejak tahun 2003 telah dimekarkan dan dibagi menjadi 3 desa yaitu desa Iluta, Barakati dan desa Bua. Pada tahun 2012 menurut data statistika, desa Barakati adalah salah satu dari 8 desa yang ada di kecamatan Batudaa yang terletak disebelah timur dari desa Payunga yang merupakan ibu kota kecamatan Batudaa yang jaraknya 5 kilometer dari kantor desa Barakati ke kecamatan. Desa Barakati terdiri dari 4 dusun yaitu dusun Hungayo, Botuhuwayo, Hutamela, dan dusun Bontula. Secara geografis sebelah Utara berbatasan dengan danau Limboto, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Biluhu timur, sebelah Timur dengan desa Iluta, sebelah Barat berbatasan dengan desa Bua. Luas desa menurut keadaan tanah diperinci secara perdusun pada tahun 2012 yaitu dusun Hungayo berada pada dataran rendah berjumlah 30, dusun Botuhuwayo pada dataran rendah 81 dan dataran tinggi 18 sehingga berjumlah 99, dusun Hutamela pada dataran rendah 48, dataran tinggi 9, jumlanya 55, dusun bontula pada dataran tinggi 36 dan pegunungan 126, jumlahnya 162. Masyarakat desa Barakati mayoritas berada pada dataran tinggi. Desa Barakati terdapat 1 sungai yaitu sungai panipi yang

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...

14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Barakati

a. Keadaan Geografis

Asal mula desa Barakati adalah gabungan antara 2 desa yang awalnya

masih merupakan desa Bua dan desa Iluta, namun kini kedua desa tersebut sejak

tahun 2003 telah dimekarkan dan dibagi menjadi 3 desa yaitu desa Iluta, Barakati

dan desa Bua. Pada tahun 2012 menurut data statistika, desa Barakati adalah salah

satu dari 8 desa yang ada di kecamatan Batudaa yang terletak disebelah timur dari

desa Payunga yang merupakan ibu kota kecamatan Batudaa yang jaraknya 5

kilometer dari kantor desa Barakati ke kecamatan. Desa Barakati terdiri dari 4

dusun yaitu dusun Hungayo, Botuhuwayo, Hutamela, dan dusun Bontula.

Secara geografis sebelah Utara berbatasan dengan danau Limboto, sebelah

Selatan berbatasan dengan desa Biluhu timur, sebelah Timur dengan desa Iluta,

sebelah Barat berbatasan dengan desa Bua. Luas desa menurut keadaan tanah

diperinci secara perdusun pada tahun 2012 yaitu dusun Hungayo berada pada

dataran rendah berjumlah 30, dusun Botuhuwayo pada dataran rendah 81 dan

dataran tinggi 18 sehingga berjumlah 99, dusun Hutamela pada dataran rendah 48,

dataran tinggi 9, jumlanya 55, dusun bontula pada dataran tinggi 36 dan

pegunungan 126, jumlahnya 162. Masyarakat desa Barakati mayoritas berada

pada dataran tinggi. Desa Barakati terdapat 1 sungai yaitu sungai panipi yang

15

terdapat di dusun Hungayo dan dusun Botuhuwayo dengan panjang 4000 Km.

Selain sungai, desa ini memiliki 1 gunung atau bukit yaitu bukit Intupo yang

tingginya kurang lebih 3 Km.

Pelaksanaan Wunungo di desa Barakati mayoritas diadakan di rumah

warga dan dimasjid yang berada didaerah pegunungan atau pada dataran tinggi,

karena berdasarkan hasil penelitian masyarakat desa Barakati mayoritas berada

pada dataran tinggi. Pelaksanaan Wunungo setelah melalui hasil observasi, di

daerah pegunungan inilah yang masih terdapat kelompok pelaku Wunungo. Jika

ditinjau dari keadaan letak desa Barakati yang terdiri atas dataran tinggi dan

dataran rendah.

Wunungo yang ada ditaran rendah sudah tidak dilaksanakan lagi, karena

ditinjau dari pelakunya tidak ada lagi yang berminat untuk melaksanakan atau

melantunkan Wunungo. Masyarakat yang berada pada dataran rendah sudah

terkontaminasi dengan hal-hal yang modern, sehingga tidak ada lagi yang peduli

terhadap apa yang menjadi budaya yang ada di desa Barakati karena mereka

menganggap hal tersebut adalah hal yang kuno atau ketinggalan zaman. Wunungo

yang diadakan di dataran tinggi masih sering dilaksanakan dan pelaku Wunungo

lebih banyak dibandingkan dengan pelaku Wunungo didataran rendah. Hal

tersebut dikarenakan masyarakat yang ada di daerah pegunungan atau dataran

tinggi belum terpengaruh oleh hal-hal yang modern.

16

b. Keadaan Sosial Masyarakat

Berdasarkan data statistik pada tahun 2012, luas, jumlah penduduk dan

jumlah rumah tangga yang diperinci perdusun yaitu dusun Hungayo dengan luas

30 km, jumlah rumah tangga sebanyak 186 dan jumlah penduduk 811 jiwa. Dusun

Botuhuwayo dengan luas 99 km, jumlah rumah tangga sebanyak 116 dan jumlah

penduduk 580 jiwa. Dusun Hutamela dengan luas 55 km, jumlah rumah tangga

114 dan jumlah penduduk 553 jiwa. Dusun Bontula dengan luas 162 km, jumlah

rumah tangga 61 dan jumlah penduduk 280 jiwa. Berdasarkan data yang ada

dusun Hutamela merupakan dusun yang tingkat kepadatan penduduk tertinggi

yaitu 811 jiwa, sedangkan dusun Bontula tingkat kepadatan penduduknya yang

terkecil yaitu 280 jiwa.

Masyarakat desa Barakati berjumlah 2224 orang yang terdiri dari laki-laki

dan perempuan, dengan jumlah 1124 orang laki-laki dan 1100 orang perempuan.

Dilihat dari data tersebut, maka masyarakat desa Barakati lebih di dominasi oleh

laki-laki. Tetapi jika diperinci perdusun pada dusun Botuhuwayo dan dusun

Bontula yang terdapat pada dataran tinggi dan pegunungan, lebih di dominasi oleh

kaum perempuan. Hal inilah yang menyebabkan pelaku Wunungo mayoritas

adalah perempuan. Pada dusun Hungayo dan dusun Hutamela, jumlah laki-laki

lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan. Itulah yang

mengakibatkan atau yang mempengaruhi ada dan tidaknya pelaksanaan Wunungo.

17

Ditinjau dari segi Pendidikan jumlah terbesar adalah tamatan SD atau yang

tidak pernah sekolah dengan jumlah 786 orang, tamat SMP 771 orang, SMA 464

orang, DI-DII 13 orang, DIII 15 orang dan DIV-SI ke atas berjumlah 115 orang.

Pelaku Wunungo ditinjau dari segi pendidikan mayoritas adalah tamatan SMA.

Karena menurut hasil wawancara dengan pelaku Wunungo yang bisa membaca

Al-qur’an sebagian besar adalah tamatan SMA.

Keadaan sosial pelaku Wunungo didesa Barakati mayoritas adalah

perempuan. Laki-laki hanya sebagai pelengkap atau menyiapkan apa saja yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan tadarus Al-qur’an. Pelaksanaan Wunungo terdiri

dari 3 kelompok. Kelompok Wunungo yang ada di masjid Baitul Makmur,

kelompok Wunungo di masjid Al-Hidayat yang ada di dataran tinggi dan masjid

Djabal Nur yang ada dipegunungan. Ketiga kelompok ini terbentuk karena

disesuaikan dengan mesjid yang ada. Desa Barakati memiliki 5 masjid, namun

yang melaksanakan Wunungo hanya 3 masjid. Masjid yang tidak melaksanakan

yaitu masjid Nurul Hidayat yang ada di dataran rendah, dan masjid Fastabiqul

khoirat yang ada di dataran tinggi, karena masjid tersebut merupakan masjid yang

di bangun oleh masyarakat Islam Muhammadiah. Ketiga kelompok pengajian

yang melaksanakan Wunungo ini terbentuk, karena adanya masjid yang

melaksanakan tadarus Al-qur’an dan masih menggunakan istilah adat bersendikan

syara, syara bersendikan kitabullah yang merupakan keyakinan Gorontalo.

Pada mata pencaharian, penduduk desa Barakati memiliki berbagai macam

lapangan usaha, termasuk pelaku Wunungo. Mayoritas mata pencaharian

18

penduduk desa barakati adalah nelayan karena desa Barakati berbatasan langsung

dengan Danau Limboto. Mata pencaharian pelaku Wunungo adalah pedagang,

pegawai negeri, bahkan ada yang hanya sebagai ibu rumah tangga. Agama yang

dianut oleh masyarakat 100% adalah agama Islam, karena seluruh penduduknya

beragama Islam maka pelaksanaan tadarus al-qur’an Rutin dilaksanakan setiap

hari dan di selingi dengan Wunungo yang berlafaskan Islami.

c. Adat Istiadat

Berdasarkan hasil wawancara, di desa Barakati masih banyak yang

melaksanakan adat Gorontalo. Adat yang masih dilaksanakan di desa ini

diantaranya adat Mongakiki ( akikah atau gunting rambut), Molubingo (mencubit),

Molonthalo (raba-raba perut), Mopolihu lo limu & Momeati ( mandi lemon dan

pembeatan) dan adat perkawinan.

1. Mongakiki ( akikah atau gunting rmbut) dilaksanakan oleh masyarakat

desa Barakati yang mempunyai anak balita yang baru lahir. Pada

pelaksanaan adat ini menyediakan pinang (Bulewe) yang masih terbungkus

dan yang sudah tua yang sudah terbuka, telur 7 buah, pala 7 buah, uang

logam yang di taruh pada sebuah tempat atau bak yang terisi beras, kelapa

mudah yang berwarna kuning yang di lubangi, tolangga dan Tohetutu (

lampu botol). Pada pelaksanaannya sebelum mengucapkan barjanji masih

melaksanakan Dikili yang diiringi dengan ketukan rebana. Setelah itu

mengucapkan barjanji sampai selesai.

19

2. Molubingo dan Mopolihu lo limu pelaksanaannya berbeda dengan

Mongakiki. Pada adat ini memandikan anak perempuan yang berumur 2

tahun dengan perasan jeruk purut (Limututu) yang telah disediakan.

Setelah dimandikan anak tersebut kakinya diinjakkan pada piring yang

berisi tanah, bunga Polohungo, rumput dan uang logam, kemudian dicubit

atau menghilangkon kotoran pada kemaluannya.

3. Molonthalo di laksanakan pada ibu hamil yang kandungannya sudah

berusia 7 bulan. Alat dan bahan yang digunakan dalam Molonthalo ini

disediakan oleh Hulango atau bidan kampung. Tahap pertama pada adat

ini yaitu memandikan ibu hamil dengan campuran kembang yang telah

disediakan serta air yang terisi pada 7 potong bambu kuning, kemudian

dipecahkan telur ayam di telapak tangan ibu hamil tersebut bersama

perangkat adat lainnya pada saat proses mandikan. Setelah selesai

dimandikan dinjutkan dengan adat Molonthalo yang di laksanakan

didalam kamar dengan posisi ibu hamil yang sedang berguling yang

didampingi oleh anak laki-laki dan perempuan, kemudian suami dari ibu

hamil tersebut melakukan tarian longgo dan melangkahi perut istrinya

sebanyak 3 kali. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian adat lainnya

sampai selesai dibacakan do’a shalawat oleh imam.

4. Mopolihu lo limu & Momeati (mandi lemon dan pembeatan) dilaksanakan

pada anak gadis yang beranjak dewasa. Ini dilakukan seperti pada tahap

molubingo yaitu dengan memandikan anak gadis tersebut dengan perasan

20

air jeruk dan kembang yang telah disediakan oleh orang yang

memandikan. Setelah dimandikan, menginjakkan kaki ke piring yang

berisi rumput, tanah dan uang logam. Kemudian di beat atau dibina oleh

imam.

5. Pada adat perkawinan ada 3 tingkatan adat yang ada di desa barakati yaitu

ada adat yang biasa-biasa saja, adat yang belum sempurna dan adat yang

sempurna. Adat yang sempurna biasanya hanya dilaksnakan oleh pejabat

tinggi atau pemangku adat itu sendiri.

d. Kesenian

Didesa ini memiliki beberapa kesenian yang sering dilsakukan oleh

masyarakatnya yang terdiri dari seni musik dan tari. Pada seni musik, di desa ini

masih menjaga tradisi daerah Gorontalo yaitu tarian Dana-dana dan Buruda.

Tarian Dana-dana sangat digemari oleh anak-anak sampai orang dewasa. Pada

kesenian ini bukan hanya menampilkan tarian saja, tetapi di iringi oleh Gambus

dan Marwas. Kesenian Dana-dana ini sering di adakan di daerah pegunungan.

Ada juga alat musik Rebana yang digunakan pada arisan dikili dan Buruda, yang

dilaksanakan di setiap rumah warga pada hari jum’at setelah selesai sholat jum’at.

Arisan dikili dan Buruda ini diadakan bergiliran, tergantung siapa yang tercabut

dalam arisan tersebut yang tergabung dengan masyarakat yang ada di desa lain di

kecamatan Batudaa.

21

B. Wunungo

a. Asal usul

Berdasarkan hasil wawancara, menurut Rohana Makrun, Wunungo artinya

selingan. Secara pengertiannya Wunungo adalah nyanyian yang merupakan

hiburan yang syair-syairnya berisikan tentang penghormatan, pujian, anjuran dan

ucapan terima kasih sebagai selingan pada pelaksanaan tadarus Al-qur’an.

Menurut Sarce Makrun, Wunungo artinya dalam bahasa Gorontalo satu

syair yang mengandung nasihat keagamaan khususnya agama Islam dan

dilagukan serta dilafazkan bersama-sama atau berkelompok.

Mohunungo artinya melakukan atau melafazkan syair Wunungo secara bersama-

sama atau berkelompok.

Moonungo artinya dalam bahasa Indonesia sangat merdu, adakalanya Wunungo

diambil pada ayat-ayat Al-qur’an. Lebih banyak syair-syair Wunungo yang

dikutip pada kitab-kitab seperti :

a. Syaratal anam atau kitab maulid Nabi b. Kitab Barzanji c. Kitab Diba (debe)d. Kitab Buruda e. Buku-buku Qasidah karya para budayawan Islam f. Dan lain sebagainya

Digorontalo ada yang menulis syair-syair yang mengandung nasihat dalam

bentuk bahasa Gorontalo tetapi hal ini memerlukan kehati-hatian, karena menjaga

jangan sampai syairnya akan sama seperti syair atau pantun Lohidu dalam bahasa

22

Gorontalo yang merupakan Tradisi lisan seperti Wunungo dan ini menyimpang

dari maksud orang-orang terdahulu yang mencetuskannya.

Sejak kapan Wunungo ditulis dan dicetuskan dan siapa penulis dan pencetusnya,

hal ini agak sulit diketahui. Sebagian besar orang dahulu di Gorontalo yang

menulis karya-karya seni budaya religius tidak menulis nama-nama mereka,

seperti pada karya-karya seni budaya religius (keagamaan) :

a. Mi’raj (meeraji)b. Turunani c. Tinilo atau Sairi d. Sayiya e. Deningo f. Wunungo g. Jaabu h. Dikili dan lain-lain

Untuk memperkenalkan hal ini terjadi, yaitu pada abad ke 16, abad 17 dan

seterusnya, yaitu pada waktu agama Islam terterima oleh masyarakat Gorontalo.

Sebelum Islam masuk digorontalo maka rakyat Gorontalo memeluk agama

animisme. Pada zaman animisme agama sangat dikenal dan sakral melakukan seni

seperti : Mohumbungo, Modayango (menari sambil molohidu dan mohumbungo).

Ulama penyiar Islam dapat merubah dengan seni bernuansa Islam. Wunungo

diperkirakan terjadi pada abad ke 18 setelah masyarakat sudah banyak mengenal

dan membaca Al-qur’an. Untuk memasyarakatkan Al-qur’an para ulama dapat

menghimpun masyarakat bertadarus Al-qur’an secara berkelompok dan

membacanya secara bergiliran dan jika terjadi kesalahan dalam membaca Al-

qur’an maka untuk memberi kesempatan kepada pembaca memperbaiki

bacaannya diselingi dengan Wunungo. Disamping itu selain untuk memberi

23

kesempatan pembaca memperbaiki bacaannya, peran Wunungo adalah untuk

menyemarakkan acara tadarus Al-qur’an.

Didesa Barakati masih sering mengadakan Tadarus Al-qur’an yang

diselingi dengan Wunungo. Wunungo tidak wajib dilaksanakan menurut kitab suci

Al-qur’an namun hanya merupakan adat Gorontalo yang dikenal dengan adat

bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah. Pelaksanaan Tadarus

dilaksanakan di 2 tempat yaitu dimasjid dan dirumah warga. Masyarakat desa

Barakati melaksanakan Tadarus Al-qur’an di masjid Baitul Makmur setelah

selesai sholat Magrib sekitar pukul 18.30 wita sampai sebelum adzan Isya

dikumandangkan. Sedangkan Tadarus Al-qur’an yang dilaksanakan dirumah

warga biasanya dilaksanakan setelah sholat Isya atau sesudah pulang dari masjid.

Wunungo yang dilantunkan, sebagai selingan untuk orang yang sering

salah dalam membaca Al-qur’an agar orang tersebut berhenti sejenak dan melihat

letak kesalahannya dalam membaca. Selain sebagai selingan untuk memperbaiki

cara mengaji, Wunungo dilantunkan sebagai pujian kepada allah maupun para

nabi, tetapi hal yang perlu dihindari jangan sampai keagungan Al-qur’an menjadi

kurang karena lebih mementingkan Wunungo dibanding bacaan Al-qur’an.

24

C. Transkripsi Wunungo

1. Transkripsi Wunungo Awal

25

2. Transkripsi Wunungo Tengah

26

27

3. Transkripsi Wunungo Akhir

28

D. Analisis Wunungo

Peneliti menganalisis Wunungo dengan langkah awal yang dilakukan yaitu

dengan mentranskripsi lantunan Wunungo kedalam bentuk notasi balok. Hal ini

dilakukan oleh peneliti, karena Wunungo memiliki beberapa macam versi yang

terdiri dari Wunungo awal, tengah dan Wunungo akhir. Untuk masing-masing

motif peneliti hanya memberi nama motif A, motif B dan seterusnya. Hal ini

dilakukan oleh peneliti agar membantu peneliti dalam membedakan motif-motif

yang ada.

a. Wunungo awal

m m¹

Pada bagian ini diberi nama motif m untuk membantu menganalisis motif-

motif berikutnya. Motif m merupakan motif utama yang terdapat pada bar 1 mulai

dari ketukan 1 sampai ketukan ke 8 yang di akhiri akor tonika dengan nada la. m¹

merupakan filler dari motif m yang di mulai dari bar ke 2 ketukan 1 sampai

ketukan 8 diakhiri dengan akor dominan nada mi.

Penamaan motif ini biasanya dimulai dengan m, n dan seterusnya. Setiap

pengulangan motif dengan sedikit perubahan di beri kode m¹, m², n¹, n² dan

sebagainya.

29

m² m³

Motif m² merupakan elise dari motif utama yang terdapat pada bar 6 mulai

dari ketukan 1 sampai ketukan ke 7 yang di akhiri akor dominan dengan nada mi.

m³ merupakan filler dari motif m² yang di mulai dari bar ke 7 ketukan 4 sampai

ketukan 8 diakhiri dengan akor Tonika nada la.

m4 m5

Motif m4 merupakan elise dari motif m³ yang terdapat pada bar 9 mulai

dari ketukan 4 sampai ketukan ke 11 yang di akhiri akor tonika dengan nada la.

m5 merupakan filler dari m³ yang di mulai dari bar ke 11 ketukan 4 sampai

ketukan 8 diakhiri dengan akor dominan nada mi.

m³ m6

Motif m³ merupakan elise dari motif utama yang terdapat pada bar 4 mulai

dari ketukan 1 sampai ketukan ke 7 yang di akhiri akor dominan dengan nada mi.

m6 merupakan filler dari motif m³ yang di mulai dari bar ke 15 ketukan 4 sampai

ketukan 8 diakhiri dengan akor Tonika nada la.

30

b. Wunungo tengah

m m¹

Motif m merupakan motif utama dari Wunung tengah yang terdapat pada

bar 1 yang dimulai dari ketukan 4 sampai ketukan 8 diakhiri dengan akor tonika

nada la. m¹ merupakan elise dari motif utama yang terdapat pada bar 3 mulai dari

ketukan ke 4 sampai ketukan ke 8 yang diakhiri dengan akor dominan nada mi.

n n¹

Motif n merupakan motif kedua dari Wunung tengah yang teradapat pada

bar 6 yang dimulai dari ketukan 1 sampai ketukan 8 yang diakhiri dengan akor

tonika nada do. n¹ merupakan filler dari motif n yang terdapat pada bar 8 mulai

dari ketukan ke 1 sampai ketukan ke 8 yang diakhiri dengan akor tonika nada la.

c. Wunungo Akhir

m n n¹

Motif m merupakan motif pertama dari Wunungo akhir, yang terdapat

pada bar 1 dimulai dari ketukan 1 sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor dominan

nada si. Motif n adalah motif ke dua dari Wunungo akhir yang terdapat pada bar

31

ke 3 di mulai dari ketukan 2 sampai ketukan 4 diakhiri dengan akor dominan nada

si. Motif n¹ merupakan filler dari motif n yang terdapat pada bar 5 di mulai dari

ketukan 2 sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor tonika nada la.

m¹ o n² n³

Motif m¹ merupakan filler dari motif m yang terdapat pada bar 8 dimulai

dari ketukan satu sampai ke 5 di akhiri dengan akor tonika nada do. Motif o

merupakan motif ketiga dari Wunungo akhir yang terdapat pada bar 11 dimulai

pada ketukan 2 sampai pada ketukan 6 diakhiri dengan akor dominan nada si.

Motif n² merupakan elise dari motif n yang terdapat pada bar 14 dimulai ketukan

2 sampai ketukan 4 diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif n³ merupakan

augmentasi dari motif n² yang terdapat pada bar 8 ketukan ke 2 sampai ketukan 8

diakhiri dangan akor tonika nada la.

m n² n³

Motif m merupakan motif pertama dari Wunungo akhir, yang terdapat

pada bar 1 yang dimulai dari ketukan 1 sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor

dominan nada si. Motif n² merupakan elise dari motif n yang terdapat pada bar 14

dimulai dari ketukan 2 sampai ketukan s4 diakhiri dengan akor tonika nada do.

32

Motif n³ merupakan augmentasi dari motif n² yang terdapat pada bar 8 ketukan ke

2 sampai ketukan 8 diakhiri dangan akor tonika nada la.

m² n² n4

Motif m² merupakan filler dari motif m yang dimulai dari ketukan 2

sampai ketukan 8 diakhiri dengan akor dominan nada si. Motif n² merupakan

elise dari motif n yang terdapat pada bar 14 dimulai dari ketukan 2 sampai

ketukan 4 diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif n4 merupakan augmentasi

dari motif n² dimulai dari ketukan ke 2 sampai pada ketukan ke 5 diakhiri dengan

akor tonika nada la.

m¹ o n² n³

Motif m¹ merupakan filler dari motif m yang dimulai dari ketukan satu

sampai ketukan 5 diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif o merupakan motif

ketiga dari Wunungo akhir yang terdapat pada bar 11 dimulai pada ketukan 2

4sampai pada ketukan 6 diakhiri dengan akor dominan nada si. Motif n²

merupakan elise dari motif n yang dimulai dari ketukan 2 sampai ketukan 4

diakhiri dengan akor tonika nada do. Motif n³ merupakan augmentasi dari motif n²

33

yang dimulai dari ketukan ke 2 sampai ketukan 8 diakhiri dangan akor tonika

nada la.

E. Syair Wunungo

a. Wunungo Awal

1. Syair wunungo awal

“Assalamu alaikum Hadirin walhadirat Muslimin walmuslimat Sekalian yang terhormat

Aduhai ibu dan bapak Pikirkan sedalam-dalam Agama Islam mulia Amin-amin illah yaumiddin”

Sumber : Hi. Halid N. Payu, 2 Oktober 21013

Terjemahan:

Assalamu alaikum Hadirin dan hadirat Muslimin dan muslimat Semuanya yang kami hormati

Wahai ibu dan bapak Pikirkan sedalam-dalamnya Agama Islam adalah agama yang mulia Kepada hari pembalasan

2. Makna syair Wunungo awal :

Pada syair Wunungo awal bait pertama dalam kalimat :

Assalamu alaikum Para hadirin dan hadirat Para muslimin dan muslimat Semuanya yang kami hormati

34

Kalimat ini mempunyai makna untuk mengajak para hadirin memeluk

agama Islam, memperdalam agama dan bertaqwa kepada Allah SWT,

menjalankan apa yang di perintahkan dan menjauhi segala larangannya. Umat

muslim di anjurkan pula untuk saling menghormati antara satu dan yang lain.

Orang yang saling menhormati termasuk orang yang beriman. Orang yang

beriman kepada Allah SWT sesungguhnya Allah telah menjanjikan surga adalah

tempat yang kekal baginya, dan orang yang tidak menjalankan apa yang

diperintahkan maka tempat yang ditentukan oleh Allah SWT adalah neraka

jahannam. Dalam surat Al-Baqarah ayat 132, juz pertama Alif Lam-mim yang

artinya berbunyi:

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Pada bait kedua dalam kalimat :

Wahai ibu dan bapak Pikirkan sedalam-dalamnya Agama Islam adalah agama yang mulia Kepada hari akhir

Mempunyai makna, kepada seluruh umat Islam yang menjalankan tadarus

diperingatkan untuk tetap menjunjung tinggi agama Islam, menyiarkan agama

Islam dan menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang mulia dan agama yang

besar, jadi dalam tadarus ini mengajak kepada semuanya agar menjaga almamater

Islam dan percaya bahwa hari pembalasan itu memang benar-benar ada. Kiamat

35

pasti terjadi dan pemeluk agama Islam mempercayai rukun iman yang ke 5 yaitu

percaya adanya hari kiamat atau hari pembalasan. Dalam surat Adh-Dhariyat ayat

6-7 yang artinya berbunyi:

“sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi”.

b. Wunungo Tengah

1. Syair Wunungo Tengah

“Poopiyohe ngadimu Poopiyohe ngadimu Poopiyohe ngadimu Nabi-nabi totilimu

Ngadimu poopiyohe Ngadimu poopiyohe Ngadimu poopiyohe Nabi-nabi hidungohe” Sumber : Hi. Halid N. Payu, 2 Oktober 2013.

Terjemahan Perbaiki cara mengajimu Perbaiki cara mengajimu Perbaiki cara mengajimu Para nabi berada disampingmu

Cara megajimu diperbaiki Cara mengajimu diperbaiki Cara mengajimu diperbaiki Para nabi mendengarkanmu

2. Makna Syair Wunungo Tengah

Makna Syair pada Wunungo tengah dalam kalimat :

Perbaiki cara mengajimu Para nabi berada disampingmu Para nabi mendengarkanmu

36

Yakni anjuran sekaligus peringatan kepada pembaca Al-qur’an untuk

berhati-hati dan perlahan-lahan dalam membaca Al-qur’an, karena ketika mengaji

para nabi ada di samping kita dan mendengarkan kita ketika melantunkan ayat-

ayat suci Al-qur’an, dan ketika mengaji sering salah pengucapannya ataupun

pembacaannya, maka artinya salah dan bukan pahala yang kita dapatkan

melainkan dosa besar. Allah SWT telah murunkan Al-qur’an kepada umatnya

dengan sempurna, maka Allah pun meminta umatnya untuk mengamalkan Al-

qur’an dan membacanya dengan baik dan benar. Dalam surat Al-Baqarah ayat 121

dan surat Al-Mzzammil ayat 4 yang artinya berbunyi:

“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

3. Syair Wunungo Tengah

Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Dahai oli pata mu

Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu

Dahai mu oli pata Sumber : Hi. Halid N. Payu, 02 Oktober 2013. Terjemahan

Wujud kidam baqa Wujud kidam baqa Wujud kidam baqa Jangan sampai kau lupakan

Wujud baqa kidam Wujud baqa kidam Wujud baqa kidam

Jangan sampai kau lupakan

37

4. Makna Syair Wunungo Tengah

Makna syair Wunungo dalam kalimat :

Wujud kidam baqa Jangan sampai kau lupakan

Seluruh umat manusia khususnya pemeluk agama Islam dianjurkan agar

selalu mempercayai dan mayakini adanya tuhan, karena allah mempunyai 99 sifat

yang 3 diantaranya dipilih dan ditulis sebagai syair Wunungo yaitu Wujud, qidam

dan baqa, yang masing-masing sifat memiliki arti dan makna tersendiri.

Wujud artinya Ada. Allah Taala itu ada, mustahil Allah itu tiada. Qidam artinya

Sedia. Allah itu sedia ada. Mustahil didahului oleh Adam (tiada). Baqa artinya

kekal. Allah itu bersifat kekal. Mustahil ia dikatakan fana (binasa).

5. Syair Wunungo Tengah

Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Wujudu kidamu baqa Dahai oli pata mu

Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu Wujudu baqa kidamu Dahai mu oli pata Sumber : Rohana Makrun, 10 Oktober 2013.

Terjemahan Wujud kekal tak bermula Wujud kekal tak bermula Wujud kekal tak bermula Jangan kau lupakan

Kekal tak bermula kekal Kekal tak bermula kekal Kekal tak bermula kekal

Jangan kau lupakan

38

6. Makna Syair Wunungo

Makna Syair Wunungo tengah dalam kalimat :

Wujud kekal tak bermula Jangan kau lupakan

Makna dalam syair ini menunjukan sifat-sifat Allah yang kekal dan abadi.

Artinya bahwa Allah taala benar-benar ada dan kita sebagai umatnya dianjurkan

untuk mempercayai dan meyakini akan keberadaannya.

7. Syair Wunungo Tengah

Ada buwa qurrani Ada buwa qurrani Ada buwa qurrani Ohadisi paramani

Quruani ada buwa Quruani ada buwa Quruani ada buwa Omaana opituwa

Terjemahan

Beradab terhadap qur’an Beradab terhadap qur’an Beradab terhadap qur’an Ada hadist firman

Qur’an beradab Qur’an beradab Qur’an beradap Punya makna-makna kejelasan

8. Makna Syair Wunungo Tengah

Makna syair Wunungo tengah dalam kalimat :

Beradab terhadap qur’an Ada hadist firman

Punya makna-makna kejelasan

39

Makna dari kalimat-kalimat tersebut yaitu manusia diperintahkan oleh

Allah untuk beradap dan beriman terhadap Al-qur’an yang telah diturunkan oleh

Allah SWT, dan orang-orang yang seperti itulah selalu akan mendapat petunjuk

dari Allah SWT dan termasuk orang orang yang sangat beruntung. karena hal

tersebut ada dalam hadist dan firman Allah dan Al-qur’an mempunyai makna-

makna yang jelas. Seperti dijelaskan dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 91

dan ayat 5 yang artinya berbunyi:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al-qur’an yang diturunkan Allah, “mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada Al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-qur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka”.

Dan ayat 5artinya : “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.

9. Syair Wunungo Tengah

Popuasa potabiya Popuasa potabiya Popuasa potabiya Dila baka todunia

Potabiya popuasa Potabiya popuasa Potabiya popuasa Todunia dila baka

Terjemahan

Berpuasa bersembahyang Berpuasa bersembahyang Berpuasa bersembahyang Tidak kekal didunia

Bersembahyang berpuasa Bersembahyang berpuasa Bersembahyang berpuasa Didunia tidak kekal

40

10. Makna Syair Wunungo Tengah

Makna syair Wunungo tengah pada bait pertama dan kedua memiliki

makna yang sama yaitu dalam kalimat :

Berpuasa bersembahyang Tidak kekal didunia Bersembahyang berpuasa Didunia tidak kekal Maknanya sebagai anjuran kepada umat Islam yang wajib dilaksanakan

yaitu berpuasa dan mendirikan shalat untuk memperoleh pahala dari Allah SWT.

Puasa diwajibkan oleh Allah kepada umatnya dan tidak ada alasan untuk tidak

melaksanakannya. Jika dalam keadaan sakit diwajibkan untuk membayar fidyah

kepada fakir miskin. Begitu pula dengan shalat. Shalat 5 waktu wajib untuk

dikerjakan kecuali wanita-wanita yang dalam keadaan haid. Bagi orang sakit

shalat dibolehkan untuk dikerjakan duduk atau dalam posisi guling/tidur. Tidak

ada alasan untuk tidak mengerjakannya. Karena manusia yang hidup di dunia

semuanya tidak ada yang kekal dan abadi. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al-

Baqarah ayat 183 tentang kewajiban umat Islam dalam melakukan puasa yang

artinya berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 110 sebagai anjuran untuk mendirikan

shalat yang artinya berbunyi:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan kebaikan apa saja yang yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya

41

pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.

11. Syair Wunungo Tengah

Mongadi dali dalili Mongadi dali dalili Mongadi dali dalili Lahu-lahu lomasiri

Dali-dalili mongadi Dali-dalili mongadi Dali-dalili mongadi Lahu-lahu loarabi

Terjemahan Mengaji berdalil/bertafsir Mengaji berdalil/bertafsir Mengaji berdalil/bertafsir Berlagu mesir

Bertafsir mengaji Bertafsir mengaji Bertafsir mengaji Berlagu arab

12. Makna Syair Wunungo Tengah

Makna syair dalam Wunungo ini yaitu sebagai anjuran untuk melafaskan

Al-qur’an atau kalimat-kalimat Allah dengan cara berdalil dan bertafsir sambil

melagukannya. Dalam hadits Bukhari, abu hurairah dari Nabi SAW bersabda

“Allah tidak mengizinkan pada sesuatupun, sebagaimana Allah mengizinkan

kepada Nabi untuk melagukan Al-qur’an. “sufyan berkata, “tafsirnya adalah,

bahwa ia melagu-lagu dengannya.”

42

c. Wunungo Akhir

1. Syair Wunungo Akhir “Amiyatiya mamohintu mohuwalingo Bolo maapu allah bolo maapu Malo oganggu lo buluhuto Mohile du’a, du’a to allah otutumulo

Modudunggaya poli to tadarus peentha mayi Bolo maapu allah bolo maapu Amiyatiya mamohinthu” Sumber : Hi. M.A Puluhulawa, 08 Oktober.

Terjemahan

Kami mohon diri untuk kembali Mohon maaf Sudah menganggu dan meributkan suasana Mohon doa, doa kepada allah ada umur panjanag kita akan bertemu kembali pada tadarus yang akan datang maaf sekali lagi kami mohon maaf kami akan mohon diri

2. Makna syair Wunungo akhir

Makna syair pada Wunungo akhir dalam Kalimat :

Kami mohon diri untuk kembali Mohon maaf Sudah menganggu dan meributkan suasana

Mohon doa, doa kepada allah ada umur panjang

Makna dalam syair Wunungo bait pertama ini sebagai permohonan maaf

kepada tuan rumah atau pelaksana tadarus, karena telah meributkan suasana serta

mendoakan semuanya agar diberikan umur panjang sehingga dapat bertemu

kembali. Allah SWT memerintahkan umatnya untuk saling mendo’akan satu sama

lain.

43

Pada bait kedua Wunungo Akhir ini mengandung makna yang sama

dengan Wunungo pada bait pertama, yaitu pada kalimat :

kita akan bertemu kembali pada tadarus yang akan datang maaf sekali lagi kami mohon maaf kami akan mohon diri

Pelaku Wunungo saling mendoakan agar dapat bertemu kembali, pada

tadarus berikutnya, dan memohon maaf kepada pelaksana tadarus atau tuan rumah

dan memohon diri untuk kembali kerumah.