BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi...
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Salah satu tahapan yang harus dilalui sebelum penelitian
dilaksanakan adalah perlunya memahami tempat dilakukannya penelitian
dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan jalannya
penelitian. Penelitian ini dilakukan di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta. SLBN 1
Bantul, Yogyakarta. SLBN 1 Bantul, Yogyakarta menampung siswa yang
berkebutuhan khusus, seperti Tuna Rungu, Tuna Grahita, Tuna Daksa, Tuna
Netra dan Tuna Ganda. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek
ibu dari anak tuna grahita sedang dan berat atau anak retardasi mental sedang
dan berat. Hal ini dikarenakan sesuai dengan topik penelitian yang dipilih
oleh penulis mengenai hubungan Religiusitas dan Resiliensi pada Ibu yang
Memiliki Anak Retardasi mental. Pada saat penelitian dilakukan, SLBN 1
Bantul, Yogyakarta khususnya kelas retardasi mental sedang dan berat,
penulis mengambil ibu sebagai subjek sebanyak 30 orang.
Keseluruhan ibu di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta yang memiliki anak
retardasi mental sedang dan berat berjumlah 93 orang. Yang tersebar di
jenjang pendidikan, yaitu TKLB berjumlah 12 orang, SDLB berjumlah 53
orang, SMPLB 14 orang dan SMLB 14 orang. Yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah ibu dari anak retardasi mental di TKLB dan SDLB
sebanyak 30 orang. Peneliti mengambil sebagian dari jumlah total responden
di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta yang berjumlah total 93 orang menjadi 30
orang. Jumlah ini adalah jumlah responden yang bersedia untuk mengisi
skala.
55
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menemukan tempat penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan SLB yang akan menjadi tempat
penelitian dan meminta izin kepada Kepala SLBN 1 Bantul untuk
melaksanakan penelitian.
2. Persiapan Penelitian
Setelah mendapatkan ijin dari tempat penelitian, peneliti mengurus
persyaratan administrasi berupa ijin penelitian dari Fakultas Psikologi
dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
Setelah itu peneliti meminta ijin kepada Kepala SLBN 1 Bantul untuk
melakukan penelitian.
3. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian atau pengambilan data di lapangan dilaksanakan
pada tanggal 15 Juli – 20 Juli 2012. Instrumen disebarkan pada ibu-
ibu yang memiliki anak retardasi mental sedang dan berat dijenjang
pendidikan TKLB dan SDLB.
C. Hasil Uji Reliabilitas dan Seleksi Item
1. Skala Religiusitas
Uji reliabilitas dan analisis seleksi item pada Skala
Religiusitas dilakukan dengan dua kali putaran. Putaran pertama
untuk menyeleksi butir item yang lolos (memenuhi konvensi item)
dan mengeliminasi item yang gugur. Selanjutnya pada putaran kedua
untuk mengukur reliabilitas pengukuran dan daya diskriminan setelah
mengeluarkan item gugur.
Hasil uji realibilitas dan daya diskriminan item pada putaran
pertama dari skala Religiusitas dengan 40 item didapatkan koefisien
56
realibilitas sebesar 0,935 yang berarti alat ukur tergolong reliabel.
Kemudian item yang gugur berjumlah 8 item, yaitu item nomor 5, 9,
15, 16, 17, 21, 23 dan 32. Pada uji realibilitas putaran kedua
diperoleh koefisien realibilitas yang sama seperti koefisien realibilitas
putaran pertama yaitu sebesar 0,935 diperoleh bahwa semua item
valid karena semua nilai r lebih dari 0.3 dengan nilai r berkisar antara
0.321 (item no. 29) sampai dengan 0.824 (item no. 20).
Tabel 4.1.
Sebaran Item Setelah Seleksi Item Pada Skala Religiusitas
No Aspek Indikator
Nomor Item Total
Fav. Unfav.
1. Ritual Involment
(praktek
beragama)
- Berdoa sebelum
mengerjakan/melakuk
an sesuatu
- Mengikuti upacara
keagamaan
- Membaca kitab suci /
alkitab setiap hari
- Melakukan kewajiban
yang ada dalam
agama
1
11
21*
31
6
16*
26
36
8
2. Ideological
Involment
(keyakinan
beragama)
- Percaya akan adanya
setan,
malaikat/surga/neraka
- Percaya akan
kebenaran firman
8
18
2
12
8
57
- Meyakini bahwa
Tuhan selalu
memberikan mukjizat
pada umatnya
- Meyakini akn adanya
hari kiamat/akhir
jaman
28
38
22
32*
3. Intelectual
Involment
(pengetahuan
beragama)
- Mengikuti khotbah
keagamaan
- Mempelajari kitab
suci agamanya
- Membaca buku
rohani
- Memahami ajaran
agama
9*
19
29
39
3
13,
23*
33
8
4. Experiental
involment
(pengalaman
beragama)
- Merasa bahwa Tuhan
mendengar doanya
- Merasa bahwa Tuhan
menyayanginya
- Merasa pernah
menglamai mukjizat
dari Tuhan
- Merasa Tuhan selalu
mendampingi
hidupnya
10
20
30
40
4
14
24
34
8
5. Consequential
Involment
- Memaafkan orang
lain yang telah
5*
7
8
58
(pengamalan
beragama)
berbuat salah
- Mendoakan orang
lain
- Mengucap syukur
dalam segala situasi
- Menolong orang lain
15*
25
35
17*
27
37
Jumlah 20 20 40
Tanda (*) menunjukkan item yang gugur
2. Skala Resiliensi
Uji realibilitas pada skala Religiusitas dilakukan dengan dua
kali putaran dengan menggunakan Alpha Cronbach. Putaran pertama
untuk menyeleksi butir item yang lolos (memenuhi konvensi seleksi
item) dan mengeliminasi item yang gugur. Selanjutnya pada putaran
kedua untuk mengukur realibilitas pengukuran dan daya diskriminan
setelah mengeluarkan item gugur.
Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan item pada putaran
pertama dari Skala Resiliensi dengan 56 item didapatkan nilai
coefisien alpha cronbach 0,914 yang berarti alat ukur tersebut
tergolong sangat reliabel. Jumlah item gugur adalah diperoleh 21
item tidak valid, item tersebut adalah no. 1, 11, 12, 15, 20, 25, 32, 33,
36, 37, 38, 39, 42, 43, 45, 47, 49, 52, dan 53. Pada uji realibilitas
putaran kedua diperoleh koefisien realibilitas yang sama seperti
koefisien realibilitas putaran pertama yaitu sebesar 0,914 diperoleh
bahwa semua item valid karena semua semua nilai r lebih dari 0.3
dengan nilai r berkisar antara 0.304 (item no. 29) sampai dengan
0.714 (item no. 16)
59
Tabel 4.2.
Sebaran Item Setelah Seleksi Item Pada Skala Resiliensi
No Aspek Indikator No. butir
Total Fav. Unfav.
1 Emotion
Regulation
- Mampu
mengendalikan
emosi dalam
menghadapi
tekanan
- Mampu
menampilkan
emosi yang
wajar sesuai
dengan
keadaan.
1*, 8
15, 43*
22, 29
36*, 50
8
2 Impulse Control - Mampu
mengendalikan
impuls yang
muncul dari
dalam diri
- Mampu
mengendalikan
impuls yang
muncul dari
orang-orang
sekitar
23, 30
37*,
44
2, 9,
16, 51
8
3 Optimism - Berpikir positif 3, 10 24, 31 8
60
terhadap
keadaan yang
dihadapi saat ini
- Berpikir positif
akan keadaan
yang akan
dihadapi dalam
masa depan
17,
45*
38*, 52*
4 Causal Analysis - Mampu
mengidentifikas
i masalah
- Mampu
menggali akar
suatu
permasalahan
- Mampu
menemukan
solusi dalam
menghadapi
suatu
permasalahan
- Mampu
menemukan
akibat dari
solusi
permasalahan
25*
32*
39*
46
4
11*
18
53*
8
5 Empathy - Mampu
merasakan
5, 12*
26, 33*
8
61
kesulitan yang
dialami oleh
orang lain
- Yakin pada
kemampuan
sendiri untuk
membantu
kesulitan orang
lain
19, 47*
40, 54
6 Self-eficacy - Yakin pada
kemampuan diri
dalam
mengatasi
tekanan
- Yakin akan
kemampuan diri
untuk dapat
sukses dimasa
depan
27, 34
41, 48
6, 13
20*, 55
8
62
7 Reaching out - Berani
menghadapi
resiko dari
situasi yang
tidak
menyenangkan
- Mengambil
aspek positif
didalam sebuah
permasalahan
yang sukar
7, 14
21, 49*
28, 35
42*, 56
8
Jumlah 28 28 56
Tanda (*) menunjukkan item yang gugur.
D. Hasil Analisis Data
Pehitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan SPSS
(Statistical Product & Service Solution) 16.0. Namun sebelumnya
akan dipaparkan hasil pengukuran variabel yang digunakan.
1. Analisis Deskriptif
a. Religusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal,
maksimal, dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 4.3).
63
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Skala Religiusitas
Descriptive Statistics
N Min. Max. Mean
Std.
Deviation
Total 30 80.00 128.00 109.4667 11.77295
Valid N
(listwise) 30
Nilai-nilai diatas bermakna ada responden yang memiliki skor
religiusitas sebesar 80 dan ini merupakan skor terendah, ada juga
yang memperoleh skor 128 dan ini merupakan skor tertinggi.
Rata-rata keseluruah responden adalah 109.46 dengan standar
deviasi sebesar 11.77.
Jumlah aitem yang dapat digunakan adalah 32 aitem dengan
kategori jawaban mulai dari 1 sampai 4. Skor total teoritik data
religiusitas antara 32 sampai 128, sedangkan skor total empiris
yang diperoleh dalam penelitian menyebar dari skor terendah 80
sampai skor tertinggi 128. Semakin tinggi skor total menunjukan
religiusitas yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total
menunjukan religiusitas yang rendah. Dengan demikian untuk
variabel religiusitas memiliki skor teoritik terendah 32 (1 X 32)
dan skor tertinggi 128 (4 X 32). Dalam menentukan tinggi
rendahnya variabel religiusitas, digunakan 4 kategori yakni, sangat
rendah, rendah, tinggi, sangat tinggi.
Untuk mengetahui religiusitas digunakan interval dengan
ukuran:
64
244
96
4
32128
i
i
kategoribanyaknya
terendahskortertinggiskori
Tabel 4.4
Interval Skala Religiusitas
Kriteria Rentang Skor N Prosentase
Sangat Tinggi 104 ≤ x < 128 21 70%
Tinggi 80 ≤ x < 104 9 30%
Rendah 56 ≤ x < 80 0 0%
Sangat Rendah 32 ≤ x < 56 0 0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden menjawab dengan skala religiusitas pada kriteria sangat
tinggi yaitu 70% kemudian pada kriteria tinggi sebesar 30%. Hal ini
berarti kategori religiusitas yang sangat tinggi yaitu sebanyak 21 dan
sisanya sebanyak 9 ibu berada pada kategori kinerja yang tingg.
Denga demikian, dapat dikatakan bahwa religiusitas ibu yang
memiliki anak retardasi mental di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta berada
pada tingkat yang diharapkan, namun perlu adanya peningkatan dan
religiusitas yang tinggi harus dipertahankan.
1. Resiliensi
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal,
maksimal, dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
resiliensi (lihat tabel 4.5).
65
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Skala Religiusitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Total 30 96.00 137.00 116.3000 11.20699
Valid N
(listwise) 30
Nilai-nilai diatas bermakna ada responden yang memiliki skor
resiliensi sebesar 96 dan ini merupakan skor terendah, ada juga yang
memperoleh skor 137 dan ini merupakan skor tertinggi. Rata-rata
keseluruah responden adalah 116.30 dengan standar deviasi sebesar
11.20.
Jumlah aitem yang digunakan adalah 35 aitem dengan
kategori jawaban dimulai dari 1 sampai 4, yaitu skor 4 untuk sangat
setuju, 3 untuk skor setuju, 2 untuk skor tidak setuju, 1 untuk skor
sangat tidak setuju. 4 option ini berlaku untuk pernyataan yang
bersifat postif dan sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Skor
total teoritik data resiliensi antara 35 sampai 137, sedangkan skor
total empiris yang diperoleh dalam penelitian menyebar dari skor
terendah 96 sampai skor tertinggi 137. Semakin tinggi skor total
menunjukan resiliensi yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor
total menunjukan resiliensi yang rendah. Dengan demikian untuk
variabel resiliensi memiliki skor teoritik terendah 35 (1 X 35) dan
skor tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 140 (4 X 35). Dalam
menentukan tinggi rendahnya variable resiliensi, digunakan 4
kategori yakni sangat rendah, rendah, tinggi, sangat tinggi.
Untuk mengetahui resiliensi digunakan interval dengan
ukuran:
66
25,264
35140
i
kategoribanyaknya
terendahskortertinggiskori
Tabel 4.6. Interval Resiliensi
Kategori Range N Prosentase
Sangat Tinggi 113,75 – 140 14 53,3%
Tinggi 87,50 - 113,175 16 46,7%
Rendah 61,25 - 87,50 0 0%
Sangat Rendah 35 - 61,25 0 0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden menjawab skala resiliensi pada kriteria sangat tinggi
yaitu 53,3% atau sebanyak responden kemudian pada kriteria tinggi
sebesar 46,7% atau sebanyak responden yang berada dalam kirteria
ini. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden memiliki kategori
resiliensi yang sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa resiliensi ibu yang memiliki anak retardasi mental di SLBN 1
Bantul, Yogyakarta berada pada tingkat yang diharapkan, dan perlu
dipertahankan.
E. Uji Asumsi
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji normalitas, uji linearitas dan uji korelasi.
1. Uji Normalitas
Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk
67
melakukan analisis dengan teknik korelasi Pearson Product
Moment. Pengujian uji normalitas dilakukan dengan melihat hasil
uji Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Normalitas Religiusitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total
N 30
Normal Parametersa Mean 1.0947E2
Std. Deviation 1.17729E1
Most Extreme
Differences
Absolute .118
Positive .068
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z .647
Asymp. Sig. (1-tailed) .797
a. Test distribution is Normal.
Pada uji normalitas diatas diperoleh koefisien Kolmogorov
Smirnove sebesar 0.647 dengan signifikansi sebesar 0.797 (p >
0.05). dikarenakan signifikansi jauh diatas 0.05 maka sebaran
data dikatakan normal. Dengan demikian variabel religiusitas
normal dan dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
68
Tabel 4.8.
Hasil Uji Normalitas Resiliensi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total
N 30
Normal Parametersa Mean 1.1630E2
Std. Deviation 1.12070E1
Most Extreme
Differences
Absolute .092
Positive .082
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .502
Asymp. Sig. (1-tailed) .963
Pada uji normalitas diatas diperoleh koefisien Kolmogorov
Smirnove sebesar 0.502 dengan signifikansi sebesar 0.963 (p >
0.05). dikarenakan signifikansi jauh diatas 0.05 maka sebaran data
dikatakan normal. Dengan demikian variabel resiliensi normal dan
dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
2. Uji Linearitas
Tabel 4.9. Hasil Uji Lineraitas
ANOVA
Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
RESILIENSI *
RELIGIUSITAS Between
Groups (Combined) 4127.700 23 179.465 2.224 .162
Linearity 3066.389 1 3066.389 38.000 .001
Deviation from
Linearity 1061.311 22 48.241 .598 .825
Within Groups 484.167 6 80.694
Total 4611.867 29
69
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar
0,598 dengan sig. =0,825 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan
antara religiusitas dengan resiliensi adalah linear.
3. Uji Korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi
yang meliputi ujI normalitas dan uji linieritas. Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 16.0. Hasil korelasi
antara religiusitas dengan resiliensi dapat dilihat pada Tabel 4.10
berikut ini.
Tabel 4.10.
Hasil Uji Korelasi
religiusitas resiliensi
Religiusitas Pearson
Correlation 1 .831
Sig. (1-tailed) .000
N 30 30
Resiliensi Pearson
Correlation .831 1
Sig. (1-tailed) .000
N 30 30
Dari hasil uji korelasi diatas dapat dilihat bahwa nilai r
sebesar 0.831 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05) dengan
demikian dapat dikatakan bahwa religiusitas memiliki hubungan
positif signifikan terhadap resiliensi. Semakin tinggi religiusitas
maka semakin tinggi pula resiliensi, sebaliknya semakin rendah
religiusitas semakin rendah pula resiliensi. Besarnya koefisien
determinasi adalah 0.6905 (r2) atau 69,05%, artinya religiusitas
70
mempengaruhi resiliensi sebesar 69.05% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lainnya.
F. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan dapat adanya hubungan positif
yang sangat signifikan antara Religuisitas dengan Resiliensi.
Berdasarkan hasil tersebut hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diterima, hal ini ditunjukan dengan koefisien korelasi nilai (rxy)
sebesar 0.831 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05). Nilai (r) yang
positif dalam penelitian ini menunjukan bahwa kenaikan nilai
variabel satu yaitu variable bebas (x) berupa Religiusitas diikuti
dengan naiknya variabel tergantung (y) yaitu Resiliensi. Artinya
semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi resiliensi ibu dari
anak retardasi mental, sebaliknya jika semakin rendah religuisitas
maka semakin rendah pula resiliensi pada ibu yang memiliki anak
retaradasi mental.
Pengaruh efektif religiusitas terhadap resiliensi dapat dilihat
dari koefisien determinan atau koefisien korelasi yang dikuadratkan.
Dalam penelitian ini (𝑟2) memiliki nilai sebesar 69,05%. Hal ini
mengindikasikan bahwa religuisitas secara umum memberikan
pengaruh sebesar 69,05% terhadap resiliensi dan 30,95% resiliensi
mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor lain ini dapat
berupa faktor kognitif individu, faktor dukungan keluarga dan faktor
komunitas (everall, 2006).
Adanya hubungan yang positif antara religiusitas dan resiliensi
disebabkan oleh adanya pemahaman mengenai religusitas sebagai
landasan utama bagi individu untuk menemukan ketenangan diri dan
batin dalam situasi yang sulit, yang dimana ketenangan diri dan batin
71
ini dapat memunculkan suatu bentuk ketahanan diri (resiliensi)
ditengah keadaannya yang krisis.
Pemahaman mengenai religiusitas yang positif ini terlihat dari
tingginya skor religiusitas yang bermakna adanya kemampuan para
individu untuk bertahan dengan keadaan hidup yang krisis seperti
halnya keadaan krisis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental,
hal ini berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
Hasil data yang telah diperoleh semakin menjelaskan bahwa dengan
mengetahui tingkat religiusitas yang dimiliki individu maka dapat
diketahui pula gambaran resiliensi yang dimiliki individu tersebut.
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi telah banyak
banyak ditunjukan dalam berbagai penelitian. Adanya religiusitas
membuat individu semakin dapat bertahan dengan permasalahan yang
sedang dihadapinya. Individu akan memaknai stres yang berat bukan
sebagai stres yang berat (Smet, 1994) religiusitas muncul sebagai
landasan utama individu menemukan ketenangan diri dan batin, hal ini
dapat memunculkan suatu bentuk ketahanan diri (resiliensi) dalam diri
individu, ditengah keadaannya yang krisis.
Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian terhadap korban
penyintas bencana merapi (Retnowati, 2011). Sama dengan penelitian
yang dilakukan pada ibu yang memiliki anak retardasi mental,
penelitian Retnowati terhadap korban penyintas bencana merapi
tersebut juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang yang positif
secara signifikan antara religiusitas dengan resiliensinya.
Bukanlah hal yang mudah bagi ibu untuk menerima kenyataan
bahwa mereka memiliki anak dengan kondisi keterbelakangan mental.
Apalagi situasi yang harus mereka lakukan untuk mengasuh dan
mendidik anak tersebut. Resiliensi sangat dibutuhkan karena resiliensi
72
khususnya yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh besar bagi
perkembangan anaknya. Ibu sebagai orang terdekat dalam kehidupan
anak dapat membantu anak retaradasi mental dalam meningkatkan
perkembangan sosial anak. Pengasuhan yang penuh cinta kasih dan
perhatian kepada anak merupakan hal yang dibutuhan oleh anak
retardasi mental (Yohana, 2001).
Religiusitas berperan penting sebagai landasan dasar ibu yang
memiliki anak retardasi mental untuk menemukan potensi resiliensi
yang ada didalam dirinya. Berbekal kepatuhan terhadap Tuhan dan
menjalankan ajaran agama dengan baik, individu yang mengalami
suatu bentuk permasalahan akan menemukan ketenangan batin dan
kekuatan dalam diri untuk merespon secara positif masalah yang
sedang dihadapi seperti halnya masalah yang dialami ibu dengan
memiliki anak retardasi mental (Jalaludin, 2010). Respon secara
positif inilah yang kemudian memunculkan suatu bentuk kekuatan dan
ketahanan (resiliensi) untuk menghadapi suatu masalah dan tentunya
guna mencapai kepandaian mencari solusi permasalahan.
Setiap ibu dari anak retardasi mental yang memiliki tingkat
religiusitas yang baik dan tinggi, mereka tidak akan pernah
menyalahkan keadaan buruk yang menimpa mereka. Mereka tidak
akan pernah menghancurkan relasi mereka terhadap Tuhan dengan
menjauhkan diri dari Tuhan, tidak percaya akan adanya Tuhan dan
meninggalkan kewajiban ajaran agamanya. Tingkat religiusitas yang
tinggi ini sebaliknya akan membuat mereka merasakan memiliki
benteng perlindungan, mereka akan tetap tenang dalam menjalankan
hidup walaupun memiliki anak retardasi mental yang mungkin
seringkali dihina oleh orang lain. Mereka hampir tidak pernah
73
mengalami kekhawatiran, karena kesetiaan dan keyakinan mereka
akan pertolongan Tuhan, akan senantiasa dipelihara oleh Tuhan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat religiusitas resiliensi
yang tinggi. Religiusitas mereka yang tinggi terlihat dari pemahaman
yang dalam tentang agama mereka masing-masing, beberapa dari
mereka tekun melaksanakan ibadah dan melaksanakan kewajiban-
kewajiban agama secara rutin dan taat. Penerapan tentang agama
sebagaian besar telah mereka dapatkan dari orangtua mereka. Mereka
mengakui bahwa dari kecil ajaran agama dari orangtua memang sudah
melekat dalam diri mereka. Data ini peneliti dapatkan berdasarkan
hasil wawancara yang tidak terencana, karena dimana situasi peneliti
harus membacakan skala kepada beberapa subjek yang tidak bisa
membaca, dan dalam proses pengisian skalaseperti ini terjadilah
proses wawancara yang tidak terencana karena subjek dapat
menjelaskan secara verbal tentang kehidupan religiusitas dan resiliensi
yang mereka alami dengan memiliki anak retardasi mental. Disamping
religiusitas, resiliensi mereka juga nampak karena mereka senantiasa
mengasuh dan mendidik anak mereka, walaupun banyak celaan
namun hal seperti itu tidak pernah mereka hiraukan. Kasih sayang
mereka terhadap anak mereka dan perhatian mereka terhadap
pendidikan anak mereka sangat besar, hal ini dapat terlihat dari hasil
observasi yang dilakukan peneliti selama masa penelitian, para ibu
dengan sabar menunggu anaknya sekolah.
Tingginya religiusitas yang mereka miliki sangat memberikan
sumbangan yang positif terhadap resiliensi yang mereka miliki juga.
Dan ini dapat terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.