BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. Identitas …
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. Identitas …
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Madrasah
a. Identitas Lembaga
Nama Lembaga : MI NU Tarbiyatuth
Thullab
No. Statistik Lembaga : 111233190137
Alamat : Payaman 02/03
Mejobo Kudus
(59381)
Email :
Tahun berdiri : 2010
Tahun Penegerian : 2010
Nama Kepala Lembaga : Abdul Chamdhan,
S.Pd.I
b. Visi dan Misi Lembaga
Visi : Unggul dalam Prestasi, Santun dalam Budi
Pekerti berdasarkan Iman dan Taqwa”.
Misi :
1. Menumbuhkan semangat keunggulan secara
intensif kepada seluruh warga madrasah.
2. Meningkatkan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
3. Membantu dan mendorong siswa mengenali
potensi yang ada pada dirinya
4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan
melibatkan seluruh warga sekolah dan warga
masyarakat
5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran
Islam Ahlus Sunnah wa Jama’ah.
c. Data Sarana dan Pra Sarana
1) Data Tanah dan Bangunan
a) Jumlah tanah yang dimiliki 1.725 M2
b) Jumlah tanah yang telah bersertifikat
1.515 M2
c) Luas bangunan seluruhnya 210 M2
51
d) Denah / lay out dan keterangannya
(terlampir)
2) Ruang dan gedung
N
o Jenis
Loc
al
M2
Kondisi
(lkl)
K
et Bai
k
Rus
ak
1 Ruang
Kelas 6
22
4
2
R.
Kantor/T
U
1
3 R. Kepala 1
4 R. Guru 1
5
R.
Perpustak
aan
- - - -
-
6 R. Lab. - - - -
7
R.
Keteramp
ilan
8 Aula
9 Mushalla
1
0
R. UKS 1
1
1
Halaman
Upacara 1
3) Data Peralatan dan Iventaris Kantor
N
o Jenis
Un
it
Kondisi (lkl) K
et Ba
ik
Seda
ng
Rus
ak
1 Mebelair 2
2 Mesin
Ketik
3 Telepon
4 Faximile
5 Sumber
52
Air/
PDAM
6 Compute
r 4
7 Kend.
Roda 2
8 Kend.
Roda 4
9 Peralatan
Lab.
1
0
Sound
Sistem
1
1
Sarana
Olah
raga
1
2
Sarana
Kesenian
1
3
Peralatan
UKS 1
1
4
Peralatan
Keteram
pilan
1
5
Daya
Listrik 1
90
0
W
T
d. Data Ketenagaan
Data Guru
No Mapel Jm
l
Status Pendidikan Guru Mach
/
Mis
mach
PNS/NIP Non
PNS SLA
D
2
D
3
S
1
S
2 150 130
1 B. Arab
1 Mis
mach
2 B. Inggris
1 Mis
mach
3 Olah
53
Raga
4 Guru
Kelas 2
Jumlah 4
e. Perencanaan Ke Depan
1) Konsep upaya mutu peningkatan mutu
lembaga
Pendidikan adalah sebuah proses
yang mempunyai banyak komponan dalam
meraih keberhasilan visi, misi dan tujuan
pendidikan yang diinginkan, dalam hal ini
kami menekankan “Penyediaan dan
peningkatan sarana-prasarana pendidikan
yang memadai, berkualitas dan merata pada
seluruh unit kerja demi terselenggaranya
sistem pembelajaran yang bermutu.
2) Prioritas pengembangan sarana prasarana
Lembaga ke depan. (disertai alasanya)
Jenis usulan :
a) Pengembangan gedung lembaga.
Alasan : Tumbuhnya kepercayaan dari
masyarakat terhadap kinerja MI NU
Tarbiyatuth Thullab yang baik, sehingga
masyarakat memberikan kepercayaan
penuh kepada lembaga ini untuk
mendidik putra putrinya menjadi putra
putri yang mereka harapkan.
b) Fasilitas
Alasan : terwujudnya fasilitas yang
memadai akan mempermudah
penyelenggaraan pembelajaran secara
maksimal.
54
2. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Pembelajaran CORE (Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending) di Kelas VI MI
NU Tarbiyatuth Thullab Payaman Mejobo
Kudus
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
peneliti dan hasil dokumentasi dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), terdapat
langkah-langkah kegiatan yang dilakukan oleh guru
mata pelajaran matematika diantaranya yaitu:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir/penutup.
a. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan guru
dalam proses belajar mengajar diawali dengan
salam dan do’a bersama; guru memeriksa
kehadiran, memeriksa kerapian berpakaian
siswa, posisi tempat duduk dan mengkondisikan
kelas untuk melakukan proses pembelajaran;
guru memotivasi siswa dengan menunjukkan
fakta yang ada di kehidupan sehari-hari;
memberikan pertanyaan secara komunikatif
kepada siswa terkait materi yang lalu dan yang
akan dipelajari yaitu tentang volume bangun
ruang balok, serta menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti yang peneliti amati,
guru matematika menggunakan model
pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,
Reflecting, Extending) yang mana siswa
dilibatkan secara aktif untuk penyelesaian suatu
masalah atau menjawab pertanyaan dan
menanggapi pendapat dari teman, dengan
menggunakan data atau referensi yang telah
mereka baca. Berikut ini adalah kegiatan inti
yang dilakukan oleh guru matematika dalam
menerapkan model tersebut, di antaranya :
55
1) Fase Connecting
a) Guru mengetahui kemampuan awal
siswa dengan cara melemparkan
pertanyaan terbuka kepada siswa untuk
memulai pembelajaran
b) Siswa menjawab pertanyaan tersebut
dengan data yang dimilikinya
c) Siswa mengamati beberapa gambar
berbentuk bangun ruang balok yang
ditampilkan guru
d) Siswa menghubungkan materi dengan
kehidupan sehari-hari
e) Guru menyajikan topik permasalahan
yang berkaitan dengan volume bangun
ruang balok
2) Fase Organizing
a) Setiap siswa harus menemukan dan
menyusun ide-ide setelah mengetahui
keterkaitan materi dengan masalah
yang diberikan
b) Setelah ide terkumpul, siswa harus
mengembangkan ide-ide yang
diperoleh sehingga tercipta strategi
penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan volume bangun ruang balok
3) Fase Reflecting
a) Guru membagi siswa menjadi 6
kelompok, setiap kelompok terdiri dari
4-5 siswa yang dipilih secara
heterogen
b) Siswa melakukan refleksi terhadap apa
yang telah dipelajari dengan
mengaitkannya dalam kehidupan
sehari-hari
c) Siswa bertukar ide/ solusi untuk
menyelesaikan masalah berdasarkan
pengetahuan/ pengalaman yang
dimiliki
56
d) Siswa mewakili kelompoknya
memaparkan hasil temuan diskusi
kelompok di depan kelas
e) Siswa dari kelompok lain bisa
menanggapi atau menambahkan
jawaban tersebut
f) Setelah terjawab siswa dapat
mengajukan pertanyaan lanjutan
kepada kelompok lain, secara
bergantian
g) Guru bersama siswa menyimpulkan
jawaban-jawaban dari siswa dan
memilih jawaban yang lebih tepat
h) Guru memberikan penguatan atas
kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
4) Fase Extending
a) Siswa mengerjakan soal terkait dengan
materi yang telah diberikan guru
secara mandiri
b) Guru memberikan penghargaan dan
motivasi ke depannya agar ide/ konsep
yang telah ditemukan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup yang dilakukan guru
dan siswa, meliputi:
1) Guru dan siswa merefleksi pembelajaran
yang telah dilaksanakan sebagai bahan
masukan untuk perbaikan langkah
selanjutnya
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa
agar tekun belajar, dan jangan mudah
menyerah
3) Guru menyampaikan materi yang akan
dibahas selanjutnya agar dapat dipelajari
terlebih dahulu
57
4) Pembelajaran diakhiri dengan bacaan
hamdalah dan salam penutup
Adapun media yang digunakan adalah
buku catatan siswa, printout gambar berbentuk
bangun ruang balok. Sedangkan sumber belajar
yang digunakan sebagai penunjang keberhasilan
proses pembelajaran meliputi buku
ajar/panduan Matematika dan modul
Matematika kelas VI.1
B. Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas adalah pengujian untuk
membuktikan bahwa alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data atau mengukur data itu
valid.2 Untuk menguji data untuk angket peneliti
akan menggunakan uji validitas konstruk. Validitas
konstruk suatu tes adalah sejauh mana tes tersebut
mengukur konstruk atau trait (kemampuan) yang di
maksudkan untuk diukur. Berdasarkan teori terbaru
mengenai bagaimana skor tes seharusnya bertindak
(behave) pada berbagai situasi. Prediksi itu
kemudian di uji. Jika prediksi tersebut didukung
oleh data, maka validitas konstruk terjadi. Jika
tidak, maka tesnya tidak mempunyai validitas
konstruk. Pengujian validitas dapat dilakukan
dengan cara mengkorelasikan skor faktor dengan
skor total.3 Hasil uji validitas masing-masing item
dapat diketahui dari output SPSS dengan melihat
kolom Corrected Item Total Correllations. Apabila
1 Observasi Pembelajaran Matematika Kelas VI di MI NU
Tarbiyatuth Thllab Payaman Mejobo Kudus (pada hari Rabu, 11 Maret
2020 pukul 09.30 WIB) 2 Masrukhin, Statistik Deskriptif dan Inferensial, Aplikasi
Progam SPSS dan Excel,(Kudus: Media Ilmu Press, 2014), 137. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 177.
58
harga r korelasi tersebut positif dan lebih besar dari
nilai r tabel (N=15 dari signifikan 5% = 0,514)
maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen
tersebut valid. Setelah pengujian instrumen
dihitung dengan progam SPSS, maka hasil uji coba
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Untuk variabel Model CORE, peneliti
memberikan pernyataan sebanyak 20 item kepada
15 peserta didik kelas VI di MI NU Koiriyyah,
Bae, Kudus. Dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Hasil SPSS Uji Validitas Model CORE
(Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)
Item
Korelasi
Person
(r hitung)
Korelasi
Tabel Keterangan
1 0,631 0,514 Valid
2 0,627 0,514 Valid 3 0,665 0,514 Valid 4 0,743 0,514 Valid 5 0,551 0,514 Valid 6 0,635 0,514 Valid 7 0,577 0,514 Valid 8 0,678 0,514 Valid 9 0,633 0,514 Valid
10 0,616 0,514 Valid 11 0,595 0,514 Valid 12 0,548 0,514 Valid 13 0,721 0,514 Valid 14 0,652 0,514 Valid 15 0,721 0,514 Valid 16 0,723 0,514 Valid 17 0,620 0,514 Valid 18 0,707 0,514 Valid 19 0,519 0,514 Valid 20 0,643 0,514 Valid
59
Berdasarkan hasil data diatas dapat dianalisa
bahwa item pernyataan tentang Model CORE
mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel (r
hitung > 0,514). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua item Model CORE adalah valid.
Dengan demikian syarat validitas untuk alat ukur
Model CORE dapat terpenuhi.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen penelitian ini telah
dilakukan dengan menguji coba instrumen angket
yang sudah dibuat dengan menyebar angket kepada
sejumlah 15 peserta didik. Berdasarkan hasil
angket yang diperoleh setelah dilakukan uji
reliabilitas dengan memakai rumus Cronbach
Alpha, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil SPSS Uji Reliabilitas Model CORE dan
Motivasi Belajar Siswa
Variabel Koefisien
Cronbach
Alpha
Standar
Kriteria
Keterangan
Model
CORE 0,833 0,60
Reliabel
Motivasi
Belajar 0,687 0,60
Reliabel
Berdasarkan tabel diatas untuk penggunaan Model
CORE 4 sebesar 0,833 > 0,60
5 dan hasil motivasi
belajar matematika pada materi bangun ruang
balok6 sebesar 0,687 > 0,60
7. Sehingga dapat
4 Lihat Data Hasil Angket Uji Reliabilitas Variabel X
(Penggunaan Model CORE ) di lampiran 6b1. 5 Output SPSS Uji Reliabilitas di Lampiran 6c. 6 Lihat Data Hasil Angket Uji Reliabilitas Variabel Y
(Motivasi Belajar) di lampiran 6b2 7 Output SPSS Uji Realibilitas di Lampiran 6c.
60
disimpulkan bahwa instrumen dari kedua variabel
tersebut dikatakan reliabel.
2. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Tabel 4.3
Dilihat dari hasil pengolahan data dengan
SPSS di ketahui bahwa nilai signifikansi (Asym
Sig 2-tailed) pada pretest sebesar 0,271, karena
signifiikansi lebih dari 0,05, maka data pretest
terdistribusi normal, sedangkan data postest nilai
sig<0,05 (0,012), maka data tidak normal.
2) Uji Homogenitas Tabel 4.4
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,931 1 52 ,171
Oleh karena nilai signifikansi > 0,05 (1,931 >
0,05) maka nilai pretest dan postest bersifat
homogen.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
27 27
68,1481 83,3333
11,01992 9,19866
,192 ,308
,168 ,308
-,192 -,210
,999 1,601
,271 ,012
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Pretest Postest
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
61
3. Uji Peningkatan N Gain
Tabel 4.5
Persentase Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa
Persentase diperoleh dari hasil perhitungan
rata-rata peningkatan motivasi belajar siswa kelas VI
pada pembelajaran matematika menggunakan model
CORE dengan menggunakan rumus N Gain sebesar
44% atau kategori “sedang”, berikut disajikan dalam
bentuk tabel :
Tabel 4.6
No Kategori Jumlah Persentase
1 Tinggi 7 26%
2 Sedang 12 44%
3 Rendah 8 30%
Rata-Rata Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
No Res pre post pos-pre smi-pos N gain Kategori
1 80 100 20 20 1,00 tinggi
2 60 70 10 40 0,25 rendah
3 80 100 20 20 1,00 tinggi
4 80 80 0 20 0,00 rendah
5 80 70 -10 20 -0,50 rendah
6 70 80 10 30 0,33 sedang
7 60 90 30 40 0,75 tinggi
8 65 80 15 35 0,43 sedang
9 60 80 20 40 0,50 sedang
10 55 90 35 45 0,78 tinggi
11 60 80 20 40 0,50 sedang
12 85 80 -5 15 -0,33 rendah
13 55 100 45 45 1,00 tinggi
14 55 80 25 45 0,56 sedang
15 65 70 5 35 0,14 rendah
16 80 90 10 20 0,50 sedang
17 80 80 0 20 0,00 rendah
62
4. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Wilcoxon) Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
digunakan, maka dibuktikan dengan uji Wilcoxon. Uji
Wilcoxon merupakan, cara alternatif uji beda
berpasangan yang datanya berdistribusi tidak
normal.8 Maka salah satu alternatif untuk menjawab
hipotesis adalah dengan uji Wilcoxon Signed Rank
Test.
8 Hidayat, A., 2014. Wilcoxon Signed Rank Test dengan SPSS.
Uji Statistik. URL https://www.statistikian.com/2014/08/wilcoxon-signed-
rank-test-dengan-spss.html (accessed 20 Oktober 2020).
18 65 80 15 35 0,43 sedang
19 65 90 25 35 0,71 tinggi
20 55 80 25 45 0,56 sedang
21 70 80 10 30 0,33 sedang
22 60 100 40 40 1,00 tinggi
23 90 80 -10 10 -1,00 rendah
24 50 80 30 50 0,60 sedang
25 65 70 5 35 0,14 rendah
26 70 80 10 30 0,33 sedang
27 80 90 10 20 0,50 sedang
Jumlah 1840 2250 410 860 10,51
Rata-rata 68,15 83,33 15,19 31,85 0,39 Nilai
Minimal 50 70 -10 10 -1,00 Nilai
Maksimal 90 100 45 50 1,00
63
Descriptive Statistics
27 68,1481 11,01992 50,00 90,00
27 83,3333 9,19866 70,00 100,00
Pretest
Postest
N Mean Std. Dev iat ion Minimum Maximum
Ranks
3a 5,67 17,00
22b 14,00 308,00
2c
27
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Postest - Pretest
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest < Pretesta.
Postest > Pretestb.
Postest = Pretestc.
Tabel 4.7
Output diatas, menjelaskan bahwa nilai rata-rata
postest>pretest (83,33>68,15)
Tabel. 4.8
Interpretasi Data :
1) Negative ranks atau selisih (negatif) antara hasil
belajar untuk pre test dan post test. Disini
terdapat 3 data negatif (N), yang artinya ke 3
siswa mengalami penurunan motivasi belajar
dari nilai pretest ke nilai postest. Mean rank
rata-rata penurunan tersebut adalah sebesar 5,67
sedangkan jumlah rangking negatif atau sum of
ranks adalah 17.
2) Positive ranks atau selisih (positif) antara hasil
belajar untuk pre test dan post test. Disini
terdapat 22 data negatif (N), yang artinya ke 22
siswa mengalami peningkatan motivasi belajar
dari nilai pretest ke nilai postest. Mean rank
rata-rata peningkatan tersebut adalah sebesar
5,67 sedangkan jumlah rangking negatif atau
sum of ranks adalah 17.
64
Test Statisticsb
-3,934a
,000
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Postest -
Pretest
Based on negat iv e ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
3) Ties adalah kesamaan nilai pretest dan post-test
. Disini ada dua siswa yang memiliki nilai yang
sama baik pretest maupun postest.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji
Wilcoxon adalah :9
1) Jika nila Asymp sig (2-tailed)lebih kecil dari
0,05 (< 0,005), maka H1 diterima
2) Sebaliknya, jika nila Asymp sig (2-tailed) lebih
besar dari 0,05 (>0,05), maka H1 ditolak.
Tabel 4.9
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon
Signed Rank Test, maka nilai Z yang didapat sebesar -
3,934 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
0,000 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05
sehingga keputusan hipotesis adalah menerima
Ha atau yang berarti terdapat perbedaan bermakna
antara kelompok pretest dan posttest.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis yang telah peneliti lakukan,
maka pembahasannya adalah sebagai berikut:
9 Raharjo, S., n.d. Panduan Lengkap Cara Melakukan Uji
Wilcoxon dengan SPSS. SPSS Indonesia. URL
https://www.spssindonesia.com/2017/04/cara-uji-wilcoxon-spss.html
(accessed 10.22.20).
65
1. Penggunaan Model CORE (Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending) pada Mata
Pelajaran Matematika Materi Volume Bangun
Ruang Balok Kelas VI MI NU Tarbiyatuth
Thullab Payaman Mejobo Kudus Tahun
Pelajaran 2019/2020.
Model CORE (Connecting, Organizing,
Reflecting, Extending) merupakan metode
pembelajaran yang cocok digunakan pada peserta
didik dijenjang MI, karena pada usia tersebut
peserta didik masih berpikir abstrak. Penggunaan
Model CORE dalam pembelajaran mata pelajaran
Matematika dapat membantu mengkonkretkan
materi voume bangun ruang balok. Selain itu
penggunaan Model CORE juga dapat menarik
perhatian siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam
mendengarkan materi yang disampaikan oleh
pendidik. Sesuai dengan penelitian Indrawati yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran CORE
(Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)
Pada Peningkatan Pemahaman Konsep dan
Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII A SMP N
32 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016” 10
.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dalam pemanfaatan model pembelajaran.Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai
dan motivasi belajar siswa dengan model CORE.
Hal ini sesuai dengan pelaksanaan penggunaan
Model CORE pada pembelajaran Matematika
kelas VI di MI NU Tarbiyatuth Thullab Payaman
10 Indrawati, Penerapan Model Pembelajaran CORE
(Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) Pada Peningkatan
Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII A SMP
N 32 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016, (Skipsi: Universitas
Muhammadiyah Purworejo, 2016),
http://repository.umpwr.ac.id:8080/bitstream/handle/123456789/2049/122
140031Indrawati.pdf, diakses pada tanggal 3 Juni 2020, Pukul 11.59 WIB.
66
yaitu dalam kategori baik, adalah dengan rata-rata
83,333 dibulatkan menjadi 83.
2. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika Materi Volume Bangun
Ruang Balok Kelas VI MI NU Tarbiyatuth
Thullab Payaman Mejobo Kudus Tahun
Pelajaran 2019/2020.
Peningkatan motivasi belajar Matematika
adalah hasil dari sebuah proses pembelajaran yang
meliputi aspek kognitif dan afektif dalam mata
pelajaran Matematika. Kemampuan kognitif mata
pelajaran Matematika merupakan usaha sadar
meningkatkan penguasan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan pembelajaran dalam
mata pelajaran Matematika tentang materi volume
bangun ruang balok di MI NU Tarbiyatuth Thullab
Payaman dengan adanya pengalaman yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
pendidik. Sehingga dengan memperhatikan
kognitif belajar peserta didik diharapkan peserta
didik mampu mengetahui, memahami, serta dapat
mengaplikasikan pengalaman materi yang sudah
didapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada
dasarnya ketika siswa telah memiliki motivasi
belajar untuk suatu pembelajaran, maka hasil
belajar baik itu kognitif ataupun psikomotorik
mereka akan lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang tidak memiliki motivasi belajar. Dalam
penelitian Revianandha Pratama yeng berjudul
“Pengaruh Sikap Siswa Tentang Cara Mengajar
Guru dan Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran
IPS Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Kelas
VIII Di Kecamatan Godean Tahun Ajaran
2012/2013” 11
. Hasil penelitian tersebut
11 Revianandha Pratama, Pengaruh Sikap Siswa Tentang Cara
Mengajar Guru dan Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran IPS Terhadap
Motivasi Belajar Siswa SMP Kelas VIII Di Kecamatan Godean Tahun
67
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan sikap siswa tentang cara
mengajar guru dan penggunaan alat bantu
pembelajaran IPS terhadap motivasi belajar siswa
SMP kelas VIII. Adapun yang diperoleh dari
peningkatan motivasi belajar ssiwa pada mata
pelajaran Matematika pada kelas VI di MI NU
Tarbiyatuth Thullab Payaman dalam kategori
sedang, yaitu sebesar 44%.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara model pembelajaran CORE (Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending) terhadap
peningkatan motivasi belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika materi volume bangun
ruang balok MI NU Tarbiyatuth Thullab
Payaman Mejobo Kudus tahun pelajaran
2019/2020.
Berdasarkan uji Wilcoxon menjelaskan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam
pemanfaatan model pembelajaran. Dengan
demikian, peserta didik akan lebih mudah
memahami bahan materi daripada tanpa bantuan
model CORE tersebut. Dalam penggunaan model
pembelajaran seorang pendidik harus memilih
model untuk kepentingan pengajaran, sebaiknya
pendidik memperhatikan kriteria-kriteria model
untuk menunjang kemampuan kognitif peserta
didik salah satunya adalah ketepatannya dengan
tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih
atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang telah
ditetapkan. Salah satu model pembelajaran
sederhana yang siap diimplementasikan, dapat
memfasilitasi motivasi belajar ssiwa adalah Model
CORE (Connecting, Organizing, Reflecting,
Ajaran 2012/2013, (Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013),
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/21859, diakses pada tanggal 2 Juni 2020,
Pukul 18.29 WIB.
68
Extending). Dari penjelasan tersebut saling
berkaitan antara peningkatan motivasi belajar
dengan menggunakan Model CORE dalam
pembelajaran Matematika yang dominan numberic
(perhitunga). Maka dari itu, penggunaan Model
CORE berpengaruh cukup signifikan dalam
meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran
Matematika, dibuktikan dengan adanya selisih
(positif) antara hasil belajar untuk pre test dan post
test. Dimana 22 siswa mengalami peningkatan
motivasi belajar dari nilai pretest ke nilai postest
dengan selisih rata-rata 18,913% atau dibulatkan
menjadi 19%.