BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan · 7 x 9 m, 2 ruang laboratorium IPA yang berukuran 15 x 8...

38
45 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Gambaran Subyek/Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah, sekolah ini merupakan sekolah yang secara geografis terletak di ibukota kecamatan dan dapat di capai dengan kendaraan umum dari daerah-daerah disekitarnya. SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah pertama negeri. Sekolah ini berdiri pada tanggal 09 Oktober 1982 dengan SK No.0299/0/1982 menempati lahan seluas 19900m 2 berlokasi di Jalan Raya Limbangan RT 1 RW 4 di desa Limbangan, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal yang berada dibawah pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal.Sebelah timur, selatan dan utara area persawahan, sebelah baratnya jalan raya Limbangan Boja. Peresmian dilaksanakan di Patean oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Dardji Darmodihardjo, SH. Bangunan pertama berupa 2 lokal yang berisi 6 ruang kelas, laboratorium serta perpustakaan. Batas geografisnya sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Singorojo dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Boja. SMP Negeri 1 Limbangan Kendal sekarang ini memiliki

Transcript of BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan · 7 x 9 m, 2 ruang laboratorium IPA yang berukuran 15 x 8...

  • 45

    BAB IV

    Hasil Penelitian dan Pembahasan

    4.1 Gambaran Subyek/Lokasi Penelitian

    Penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 1

    Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal

    Provinsi Jawa Tengah, sekolah ini merupakan sekolah

    yang secara geografis terletak di ibukota kecamatan

    dan dapat di capai dengan kendaraan umum dari

    daerah-daerah disekitarnya.

    SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal

    Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lembaga

    pendidikan menengah pertama negeri. Sekolah ini

    berdiri pada tanggal 09 Oktober 1982 dengan SK

    No.0299/0/1982 menempati lahan seluas 19900m2

    berlokasi di Jalan Raya Limbangan RT 1 RW 4 di desa

    Limbangan, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal

    yang berada dibawah pengawasan Dinas Pendidikan

    Kabupaten Kendal.Sebelah timur, selatan dan utara

    area persawahan, sebelah baratnya jalan raya

    Limbangan – Boja. Peresmian dilaksanakan di Patean

    oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof.

    Dardji Darmodihardjo, SH. Bangunan pertama berupa

    2 lokal yang berisi 6 ruang kelas, laboratorium serta

    perpustakaan. Batas geografisnya sebelah timur dan

    selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang,

    sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Singorojo

    dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Boja.

    SMP Negeri 1 Limbangan Kendal sekarang ini memiliki

  • 46

    NPSN 20321904 serta NSS 201032406042,

    terakreditasi A.

    Kondisi saat ini, gedung SMPN 1 Limbangan

    sangat representatif untuk belajar, dengan ruangan

    belajar yang berjumlah 15 ruang kelas yang berukuran

    7 x 9 m, 2 ruang laboratorium IPA yang berukuran 15 x

    8 m, 2 ruang perpustakaan dengan ukuran 15 x 8 m

    dan 12 x 7 m, ruang computer berukuran 8 x 9 m,

    ruang multimedia berukuran 8 x 12 m, ruang

    karawitan dan pedalangan berukuran 8 x 10 m, ruang

    bimbingan dan konseling berukuran 3,5 x 5 m, ruang

    koperasi siswa 3,5 x 5 m, 4 ruang kantin, 5 kamar

    mandi/WC siswa, 2 kamar mandi/WC guru, gedung

    perkantoran, dapur, Masjid dengan kapasitas 700

    orang, tempat wudhu sejumlah 40 kran, rumah

    penjaga, lapangan upacara, tempat bermain, lapangan

    dan panggung pementasan, lapangan olahraga bola

    basket, bola voli, dan foot sal. Lokasi tersebut dibagi

    menjadi 3 blok, yaitu blok atas, blok tengah dan blok

    bawah. Blok atas berada disebelah paling timur terdiri

    dari 9 ruang belajar, 1 ruang bimbingan dan konseling,

    1 ruang koperasi siswa, 4 ruang kantin siswa, 8 ruang

    kamar mandi/WC untuk siswa, 2 ruang ganti,

    panggung pementasan dan lapangan dengan rumput

    hijau seluas + 600 m2. Blok ini disebut blok atas

    karena tanahnya agak tinggi alias berundak dengan

    ketinggian + 3 meter dari blok paling bawah (sebelah

    barat).

    Blok tengah terdiri dari ruangan karawitan dan

    pedalangan, ruang perpustakaan yang difungsikan

    sebagai 2 ruang kelas, ruang laboratorium IPA yang

  • 47

    difungsikan sebagai ruang kelas , ruang gudang, taman

    dan ruang multi media. Blok ini berada dibawah + 1

    meter dari blok atas. Ruangan belajar pada blok ini

    hanya 3 kelas itupun pengalihan fungsi dari ruang

    perpustakaan dan ruang laboratorium IPA dan terkesan

    terpencil di antara ruang kelas lainnya.

    Blok bawah terdiri 6 ruangan kelas untuk

    belajar, 1 ruang Osis, 4 kamar mandi siswa,

    Laboratorium komputer, Laboratorium IPA, rumah

    penjaga, tempat wudhu + 30 buah dan panggung

    terbuka yang menyatu dengan taman. Blok ini berada

    dibawah + 1 meter dari blok tengah.

    Di bawah blok bawah masih ada bangunan lagi,

    tetapi peruntukannya bukan tempat belajar. Ruangan-

    ruangan ini digunakan sebagai sarana penunjang

    kegiatan belajar-mengajar dan perkantoran di SMP

    Negeri 1 Limbangan. Bangunan ini terdiri dari Masjid

    untuk tempat ibadah dengan ukuran 15 x 15 meter,

    tempat wudhu sebanyak 10, perpustakaan, hall, ruang

    TU, ruang kaur kurikulum,ruang kepala sekolah, ruang

    guru, kamar mandi/WC guru, ruang foto copy, gudang

    sarana olah raga, ruang UKS, dapur dan di atas dapur

    ada ruang komite sekolah.

    Di depan ruang perkantoran ada lapangan

    dengan rumput hijau untuk kegiatan upacara bendera

    dan olah raga siswa, dan tempat parkir, dibawahnya

    ada lapangan basket dan 2 lapangan bola voli yang

    bersebelahan dengan jalan masuk dan pos satpam.

    SMP Negeri 1 Limbangan pada tahun pelajaran

    2014/2015 memiliki siswa sejumlah 573 orang.

    Sedangkan untuk tenaga pendidik sejumlah 37 orang,

  • 48

    untuk tenaga kependidikan sejumlah 10 orang yang

    bertugas sebagai staf Tata Usaha, Petugas SATPAM dan

    petugas kebersihan.

    Visi SMP Negeri 1 Limbangan adalah “Unggul

    dalam Prestasi Berkarakter Kebangsaan dengan

    dasar Iman dan Taqwa”. Dengan indikator visi sebagai

    berikut:

    1. Unggul dalam prestasi akademik.

    2. Unggul dalam prestasi olah raga.

    3. Unggul dalam prestasi seni budaya.

    4. Unggul dalam prestasi keterampilan/prakarya.

    5. Terwujudnya kehidupan beragama yang

    harmonis.

    6. Terwujudnya masyarakat sekolah yang humanis.

    7. Terwujudnya masyarakat sekolah yang gemar

    membaca.

    8. Terwujudnya lingkungan sekolah yang aman,

    nyaman dan kondusif.

    4.2 Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian dilaksanakan dari 20 Nopember 2014

    sampai dengan 24 Januari 2015. Data diperoleh

    dengan cara wawancara, studi dokumen dan observasi.

    Wawancara dengan informan/responden dipilih

    berdasarkan kedudukan responden dalam manajemen

    sarana prasaran, yakni Kepala Sekolah, Wakil Kepala

    Sekolah II, Kepala Urusan Sarana Prasarana, tim

    perencanaan sarana prasarana sekolah, komite

    sekolah, bagian inventaris barang, Panitia

    Pembangunan Sekolah, bendahara, peserta didik,

  • 49

    kepala Laboratorium, kepala perpustakaan dan kepala

    tata usaha untuk memperoleh data dokumentasi.

    4.3 Hasil Penelitian

    4.3.1 Diskripsi Hasil Penelitian

    Penelitian ini mengevaluasi manajemen sarana

    prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten

    Kendal Tahun 2014/2015 yang ditinjau dari unsur

    konteks, unsur masukan, unsur proses dan unsur

    hasil.

    4.3.1.1 Unsur Konteks

    Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

    diketahui bahwa latar belakang manajemen sarana

    prasarana disesuaikan dengan visi dan misi sekolah

    yang disepakati oleh semua warga sekolah termasuk

    komite dan instansi terkait. Sarana prasarana memang

    sangat dibutuhkan sebagi factor penunjang dalam

    merealisasikan visi, misi dan tujuan sekolah. Pendapat

    tersebut diperkuat oleh Waka II yang menyatakan

    bahwa untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah

    dalam proses belajar mengajar factor pendukung

    keberhasilan pembelajaran adalah tersedianya sarana

    prasarana yang memadai dan siap pakai.

    Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil

    wawancara dengan guru, peserta didik dan tenaga

    kependidikan, bahwa untuk menunjang proses

    pendidikan dalam menggapai cita-cita seperti yang

    tercantum dalam visi, misi dan tujuan sekolah

    dibutuhkan sarana dan prasarana sebagai fasilitas

  • 50

    pendidikan untuk membantu peserta didik dalam

    meraih prestasi belajar.

    Kebijakan manajemen sekolah yang berkaitan

    dengan sarana prasarana dituangkan dengan

    membentuk Tim Pengembang Sekolah yang

    mendiskripsikan 8 standar pendidikan melalui rapat

    dinas dan sosialisasi, salah satunya mengenai standar

    sarana prasarana. Kepala Sekolah membentuk tim

    penyusun Rencana Kegiatan Jangka Menengah (RKJM)

    4 tahunan, Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana

    Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Komite sekolah

    sangat mendukung manajemen sarana prasarana

    dengan dimintai pertimbangan dalam menyusun

    anggaran dan membantu mencarikan sumber dana

    pengadaan dan perawatan sarana dan prasarana

    sekolah.

    Tim pengembang yang dalam hal ini

    dilaksanakan oleh pembantu kepala sekolah bagian

    sarana prasarana bertugas mendiskripsikan kebutuhan

    sarana prasarana sekolah dengan melihat laporan

    tahun 2013/2014 dan daftar isian kebutuhan sarana

    prasarana yang disampaikan kepada pendidik dan

    tenaga kependidikan. Dari diskripsi tersebut didapat

    kebutuhan saran prasarana sekolah tahun 2014/2015.

    Menurut bagian sarana prasarana bahwa

    diskripsi kebutuhan sarana prasarana dijadikan acuan

    dalam menyusun rencana pengadaan dan perawatan

    sarana prasarana sekolah disesuaikan dengan

    anggaran yang tersedia dan atau mencari bantuan

    dana dari sumber diluar sekolah.

  • 51

    Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen

    RKJM dan RKT dapat diketahui bahwa jumlah ruang

    kelas adalah 15 ruang sedangkan jumlah rombongan

    belajarnya 18 rombel, sehingga masih kekurangan 3

    ruang kelas. Demikian pula dengan rasio kamar

    mandi/WC siswa masih sangat kurang. Menurut

    Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang standar

    sarana prasarana pendidikan bahwa “rasio jamban

    untuk tingkat SMP/MTs adalah minimum 1unit

    jamban untuk 40 peserta didik pria, 1 unit jamban

    untuk 30 peserta didik wanita”. Sementara di SMP N 1

    Limbangan tahun pelajaran 2014/2015 jumlah peserta

    didiknya 574 anak sedangkan KM/WC siswanya hanya

    5 ruang sehingga perlu ditambah ± 12 ruang KM/WC

    siswa. Dari data di RKJM tahun 2013/2017 diketahui

    keterbatasan kemampuan orang tua yang sebagian

    besar berasal dari golongan ekonomi menengah ke

    bawah, mengharuskan sekolah melakukan efisiensi

    dalam memanfaatkan anggaran yang ada untuk

    mencapai hasil yang maksimal. Meskipun demikian

    SMP Negeri 1 Limbangan melakukan peningkatan

    efektifitas dan efisiensi, hal ini terlihat dari sarana dan

    prasarana yang ada masih belum memenuhi pada:

    1. Kurang lengkapnya peralatan TIK sebagai penunjang

    pembelajaran mapel non TIK.

    2. Lab IPA belum memenuhi standar, ruang komite

    yang belum ada, dan saat ini tidak ada ruang aula

    karena dipergunakan untuk ruang kelas.

    3. Ruang Kelas masih kurang 3 ruang kelas

    4. Ruang Bimbingan dan Konseling yang belum

    representatif

  • 52

    5. Ruang Perpustakaan, dan Ruang Guru belum

    memenuhi standar.

    6. WC siswa.dll

    Hasil wawancara dengan komite sekolah, orang

    tua peserta didik, guru dan tenaga kependidikan

    menyatakan bahwa masyarakat ikut partisipasi dalam

    pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah

    melalui sumbangan komite sekolah sebagai salah satu

    sumber pendanaan dalam pemenuhan kebutuhan

    sarana dan prasarana sekolah, meskipun kemampuan

    ekonomi orang tua peserta didik rata-rata pada posisi

    menengah kebawah. Dari RKAS 2014/2015 diperoleh

    data bahwa sumbangan komite mencukupi 60 % dana

    pengadaan kebutuhan sarana prasarana sekolah.

    4.3.1.2 Unsur Masukan

    Pada unsur masukan diperoleh data tentang:

    1) Kesiapan sumber daya manusia,

    Menurut kepala sekolah personal pengurus

    sarana prasarana sekolah sudah diupayakan sebaik

    mungkin namun karena terbatasnya anggaran untuk

    menggaji petugas khusus pengurus sarana dan

    prasarana sekolah, maka pihak manajemen sekolah

    hanya mengefektifkan personal yang ada meskipun

    dengan kemampuan seadanya. Sementara sekolah ini

    hanya memiliki 2 tenaga kependidikan yang berstatus

    PNS itupun tidak menguasai TIK dan sudah hampir

    pensiun, sedangkan tenaga kependidikan yang

    berstatus PTT berjumlah 8 orang, 2 orang staf tata

    usaha, 1 orang petugas perpustakaan, 1 orang bagian

    inventaris barang, 1 orang bendahara, 1 orang SATPAM

  • 53

    dan 2 orang petugas kebersihan. Sehingga sarana

    prasarana yang ada kurang terurus yang menimbulkan

    kesulitan pada saat akan dimanfaatkan.

    2) Skala prioritas

    Pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah

    tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil wawancara

    dengan kepala sekolah menyebutkan bahwa pada

    tahun 2014/2015 SMP Negeri 1 Limbangan

    memfokuskan pada kebutuhan sarana penunjang

    pendidikan yaitu LCD Proyektor untuk 10 ruang kelas.

    Kamar mandi/WC siswa yang dirasa masih sangat

    kurang dari rasio jumlah siswa dibanding jumlah

    kamar mandi/WC siswa yang ada, untuk itu perlu

    dibangun 10 ruang kamar mandi/WC siswa. Ruang

    kelas juga merupakan prioritas pembangunan

    prasarana pada tahun 2014/2015 karena masih

    kurang 3 ruang kelas yang selama ini menempati ruang

    perpustakaan dan laboratorium IPA. Kebijakan kepala

    sekolah tersebut sejalan dengan pendapat guru, tenaga

    pendidik, dan peserta didik yang menyatakan bahwa

    SMP Negeri 1 Limbangan masih kekurangan Kamar

    Mandi/WC siswa. Orang tua siswa dan komite juga

    mendukung prioritas pembangunan kamar mandi/WC

    siswa tersebut dengan menyumbang pendanaan untuk

    pembangunan tersebut. Demikian juga dengan

    pengadaan LCD Proyektor juga didukung dana dari

    orang tua siswa. Sedangkan untuk pembangunan 3

    ruang kelas baru dan rehabilitasi 4 ruang kelas rusak

    sedang dengan mengajukan proposal kepada

    pemerintah.

  • 54

    Pendapat tersebut sesuai dengan data yang

    diperoleh dari Rencana Kerja Tahunan (RKT)

    2014/2015 yang menyatakan bahwa pada tahun

    pelajarn 2014/2015 sekolah berencana melengkapi

    sarana prasarana sebagai berikut:

    a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru

    b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.

    c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10

    d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap

    kelas.

    e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin

    f. Perbaikan lapangan lompat jauh

    g. Pengadaan tong sampah tiap kelas

    h. Pengadaan mesin potong rumput

    i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD

    pembelajaran.

    j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan

    belakang.

    k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain

    l. Komputer/Laptop

    m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan

    Konseling

    3) Pendanaan

    Pengadaan sarana prasarana sekolah menurut

    kepala sekolah telah dianggarkan dalam RKAS/RKT

    menggunakan sumber dana dari bantuan pemerintah

    untuk pembangunan 3 ruang kelas, rehabilitasi 4

    ruang kelas. Pengadaan LCD Proyektor dan sarana

    pembelajaran dengan sumber dana dari sumbangan

    orang tua/komite. Demikian juga untuk pembangunan

    kamar mandi/WC siswa, perbaikan lapangan lompat

  • 55

    jauh dan pengadaan alat kebersihan (mesin potong

    rumput, gerobag sampah). Sedangkan dari informan

    yang lain didapatkan informasi bahwa pendanaan

    pengadaan sarana prasarana sekolah setiap tahun

    selalu dianggarkan dengan jumlah anggaran berkisar

    25% sampai dengan 40% dari anggaran sekolah.

    4) Strategi

    Hasil wawancara mendalam dengan kepala

    sekolah yang ditegaskan oleh bagian sarana prasarana

    sekolah dan Waka II menyatakan bahwa strategi yang

    dilakukan dalam pemenuhan sarana prasarana sekolah

    pada tahun 2014/2015 ini adalah: Pertama, sekolah

    menyusun anggaran sesuai dengan prioritas

    kebutuhan. Kedua, mengajukan anggaran untuk

    disetujui komite sekolah yang kemudian bersama

    komite sekolah memilah mana pengadaan yang bisa

    dicukupi dari sumber dana Bantuan Operasional

    Sekolah (BOS), mana pengadaan yang didanai dari

    sumber dana komite dan mana pengadaan yang

    dimintakan sumbangan dari pemerintah maupun pihak

    ketiga.

    4.3.1.3 Unsur Proses

    Pada unsur proses diperoleh data dari hasil

    wawancara dengan kepala sekolah dan wakil kepala

    sekolah II yang di kuatkan oleh guru dan tenaga

    kependidikan bahwa semua kegiatan sekolah termasuk

    didalamnya mengenai perencanaan dan proses

    pengadaan/perawatan/pemeliharaan sarana maupun

    prasarana sekolah selalu di sosialisasikan oleh kepala

  • 56

    sekolah melalui rapat dinas bulanan maupun dalam

    brifing – brifing mingguan.

    Dari hasil wawancara dengan beberapa informan,

    hasil observasi dan studi dokumen yang ada dapat

    diketahui bahwa kegiatan pengadaan sarana prasarana

    yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

    a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru

    b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.

    c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10

    d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap

    kelas.

    e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin

    f. Perbaikan lapangan lompat jauh

    g. Pengadaan tong sampah tiap kelas

    h. Pengadaan mesin potong rumput

    i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD

    pembelajaran.

    j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan

    belakang.

    k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain

    l. Komputer/Laptop

    m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan

    Konseling

    Untuk melaksanakan program tersebut telah

    dibentuk tiga tim, yaitu: Tim Belanja barang, Tim

    Pemeriksa Barang, dan Panitia Pembangunan Sekolah.

    Para penanggungjawab program diberi target waktu

    kapan kegiatan tersebut harus sudah selesai,

    kemudian dilakukan evaluasi tantangan dan

    hambatannya serta bagaimana solusi pemecahannya.

  • 57

    Tabel 4.1

    No Kegiatan Jadwal

    Pelaksanaan Penanggungjawab

    1.

    Pembangunan 3

    Ruang Kelas

    Baru

    April s.d. Juni

    2015

    Panitia

    Pembangunan

    Sekolah

    2.

    Rehabilitasi 4

    ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D

    April s.d. Juni

    2015

    Panitia

    Pembangunan Sekolah

    3.

    Pengadaan WC

    siswa sebanyak

    12

    April 2015

    Panitia

    Pembangunan

    Sekolah

    4.

    Pengadaan

    ruang tempat

    alat music, ruang praktek

    matematika

    April s.d. Juni

    2015

    Panitia

    Pembangunan Sekolah

    5.

    Pengadaan LCD

    proyektor, layar

    LCD untuk tiap

    kelas

    April s.d. Juni

    2015 Tim Belanja Barang

    6.

    Perbaikan

    lapangan basket dengan

    atap tertutup

    sehingga bisa

    multi fungsi

    April s.d. Juni

    2015

    Panitia

    Pembangunan

    Sekolah

    7.

    Pengadaan alat

    Olah Raga secara rutin

    September 2014

    dan Maret 2015 Tim Belanja Barang

    8.

    Handycam

    untuk

    pembuatan CD

    pembelajaran

    Mei 2015 Tim Belanja Barang

    9.

    Pengadaan alat

    Drum Band

    Sekolah

    Mei 2015 Tim Belanja Barang

    10.

    Perbaikan

    taman sekolah

    wilayah tengah

    dan belakang

    Juni 2015

    Panitia

    Pembangunan

    Sekolah

    11. Perlengkapan

    Perpustakaan April 2015 Tim Belanja Barang

    12. Komputer/Lapt

    op September 2014 Tim Belanja Barang

    13. Perluasan/Pem April s.d. Juni Panitia

  • 58

    bangunan

    Ruang Bimbingan dan

    Konseling

    2015 Pembangunan

    Sekolah

    Sumber: Program Kerja Kaur Sarpras 2014/2015, diolah

    Berdasarkan hasil wawancara dan studi

    dokumen dapat diketahui bahwa untuk pelaksanaan

    program tersebut dananya berasal dari 3 sumber.

    Pertama, pembangunan dan pengadaan dengan sumber

    dana dari pemerintah melalui Dana Alokasi Khusus

    (DAK) yang pelaksanaannya secara swakelola dan

    droping. Pada bagian ini hambatannya adalah

    ketergantungan manajemen sekolah terhadap

    kebijakan pemerintah dalam mengucurkan bantuan.

    Sehingga hanya bisa menunggu datangnya bantuan

    setelah mengajukan proposal bantuan. Kedua,

    Pembangunan dan pengadaan yang sumber dananya

    berasal dari pihak ketiga. Kesulitan yang dialami

    adalah bahwa pihak sekolah tidak memiliki tenaga yang

    dapat menarik pihak ketiga untuk membantu

    pendanaan dalam kegiatan pendidikan. Ketiga,

    Pembangunan dan pengadaan yang sumber dananya

    berasal dari sumbangan komite sekolah terhambat

    dengan kondisi ekonomi orang tua peserta didik yang

    sebagian masih berada dalam kondisi pra sejahtera

    sehinggga dana yang digalang dari partisipasi orang tua

    peserta didik belum dapat optimal.

    4.3.1.4 Unsur Hasil

    Keberhasilan manajemen sarana prasarana

    sangat ditentukan oleh pelaksanaannya (process), dan

    pelaksanaan (process) dipengaruhi oleh tingkat

  • 59

    kesiapan segala hal (input) yang diperlukan untuk

    berlangsungnya manajemen sarana prasarana. Hasil

    dari manajemen sarana prasarana yang efektif dan

    efisien merupakan indikator manajemen sarana

    prasarana yang akan berimbas pada kualitas

    pembelajaran sehingga dapat menciptakan sekolah

    yang berkualitas.

    Dari hasil wawancara, observasi, dan studi

    dokumen diperoleh data sebagai berikut:

    1) Inventarisasi

    Ada tiga kegiatan utama dalam proses

    inventarisasi, yaitu: pencatatan, pemberian kode dan

    pelaporan. Ketiga kegiatan tersebut berkaitan dengan

    administrasi sekolah. Sarana prasarana yang telah

    selesai pengadaanya harus dicatat dalam buku

    inventaris, diberi kode pada sarana prasarananya,

    setelah itu dilaporkan kepada atasan dalam hal ini

    kepala sekolah kemudian kepala sekolah

    melaporkannya pada dinas terkait/Pemerintah.

    Demikian pendapat bagian inventaris. Namun demikian

    kaur sarana prasarana mengatakan lain, bahwa

    penginventarisasian sarana prasarana yang diperoleh

    dari bantuan pemerintah maupun dari sumber dana

    komite sekolah belum semuanya terinventaris dengan

    baik, masih banyak barang yang tidak masuk dalam

    buku inventaris atau ada catatan di inventaris tetapi

    barangnya tidak ada. Hasil wawancara dengan kaur

    sapras tersebut dibenarkan oleh guru dan tenaga

    kependidikan, bahwa inventaris barang masih kurang

    teliti dan asal-asalan dalam membuat data inventaris,

    sebagai contoh data yang tertulis dalam kartu

  • 60

    inventaris ruangan tidak sesuai dengan barang –

    barang yang ada di ruangan tersebut. Keteledoran

    tersebut berakibat pada ketidaksiapan sarana ketika

    akan dimanfaatkan untuk proses pembelajaran.

    Kekurang telitian tersebut juga berakibat pada analisis

    kebutuhan akan sarana dan prasarana setiap

    tahunnya. Menurut waka II bahwa kendala yang

    dihadapi pada proses inventarisasi adalah petugas

    penanggungjawab sarana prasarana harus membagi

    waktu dan tenaga untuk tugas sebagai pendidik dan

    sebagai pengelola sarana dan prasarana sekolah

    demikian juga dengan staf yang membantu pengelolaan

    sarana dan prasarana sekolah juga harus membagi

    waktu dan tenaga sebagai pengurus laboratorium IPA

    dan sebagai pengelola sarana prasarana. Hal ini terjadi

    karena sekolah tidak memiliki anggaran yang cukup

    untuk memberikan gaji kepada pengelola sarana dan

    prasarana sekolah.

    2) Pemeliharaan

    Pemeliharaan sarana prasarana sekolah di SMP

    Negeri 1 Limbangan dilakukan secara rutin, berkala

    dan insidental. Hasil wawancara dengan kepala sekolah

    yang dibenarkan oleh penanggungjawab pengelola

    sarana prasarana sekolah menyatakan bahwa

    pemeliharaan sarana prasarana sekolah tergantung

    pada ketersediaan dana. Namun demikian sekolah

    sudah menjadwalkan pemeliharaan sarana dan

    prasarana sekolah secara rutin setiap tahun,

    pemeliharaan berkala sesuai dengan tingkat ketahanan

    sarana prasarana sekolah, selain itu juga dilakukan

    pemeliharaan insidental pada sarana prasarana yang

  • 61

    membutuhkan pemeliharaan mendadak karena sangat

    dibutuhkan dalam proses pembelajaran maupun

    sarana penunjang pembelajaran.

    Wakil Kepala Sekolah II bagian humas dan

    sarana prasarana menyatakan bahwa sumber dana

    yang terbatas dan bantuan pemerintah yang terkendala

    regulasi kebijakan mengharuskan SMP Negeri 1

    Limbangan untuk menjaga efisiensi dalam

    pemeliharaan sarana prasarana sekolah. Adakalanya

    jadwal pemeliharaan tidak dapat dilaksanakan karena

    ketersediaan dana yang tidak mencukupi.

    Hasil wawancara dengan Kaur Sarana Prasarana

    menyatakan bahwa semestinya pemeliharaan sarana

    prasarana dapat dimulai dari pemakaian dengan cara

    yang hati-hati terutama dalam pemakaian sarana

    laboratorium. Sementara sekolah belum memiliki

    pengelola khusus yang mempunyai keahlian sesuai

    dengan jenis sarana prasarana sekolah. Kalaupun akan

    mengangkat petugas khusus, sekolah kesulitan dana

    dalam penggajiannya.

    3) Pemanfaatan

    Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah yang

    efektif sesuai dengan aturan penggunaan yang ada

    dalam masing-masing sarana dapat menambah

    efisiensi pemanfaatan sarana tersebut. Hasil

    wawancara dengan beberapa guru dan peserta didik

    didapat hasil bahwa sebagian guru masih belum dapat

    memanfaatkan sarana pembelajaran khususnya yang

    berkaitan dengan TIK dengan baik. Sebagian guru

    masih belum dapat memanfaatkan LCD Proyektor

    sebagai sarana pembelajaran, apalagi pemanfaatan

  • 62

    internet. Menurut pengelola sarana prasarana sekolah

    bahwa belum adanya aturan yang dikeluarkan sekolah

    dalam pemakaian sarana yang ada, sehingga sering

    terjadi guru atau tenaga kependidikan pada saat akan

    menggunakan sarana sekolah sebagai sarana

    pembelajaran barangnya tidak ada dan tidak diketahui

    siapa yang menggunakannya. Hal ini terjadi karena

    tidak ada petugas khusus pengelola sarana dan tidak

    disediakan buku peminjaman barang. Kadang juga

    terjadi pemakai sarana setelah selesai tidak

    mengembalikan lagi ke gudang penyimpanan sehingga

    orang lain yang akan memakai kesulitan mencari

    sarana tersebut. Menurut guru yang lain pemanfaatan

    sarana dan prasrana pembelajaran sangat mendukung

    pencapaian hasil belajar peserta didik, bahkan pada

    kegiatan ektakurikuler olahraga dan seni ketersediaan

    sarana mampu menghasilkan prestasi dalam bidang

    olahraga dan kesenian di tingkat kabupaten maupun

    propinsi. Hal ini lebih dikarenakan kemampuan guru

    dalam memanfaatkan sarana yang tersedia.

    4) Penghapusan

    Secara operasional penghapusan sarana dan

    prasarana adalah kegiatan untuk meniadakan sarana

    dan prasarana sekolah dari daftar inventaris.

    Penghapusan sarana dan prasarana sekolah adalah

    sarana dan prasarana yang sudah tercatat dalam buku

    inventaris dengan dengan criteria-kriteria normative

    yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Hasil

    wawancara dengan bagian inventaris dan kepala

    sekolah diperoleh data bahwa di SMP Negeri 1

    Limbangan belum pernah diadakan usulan

  • 63

    penghapusan sarana prasarana sekolah. Hal ini

    dikarenakan sarana dan prasarana yang ada

    dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan didaya

    gunakan secara optimal.

    4.3.2 Hasil Analisis

    Hasil penelitian yang sudah didiskripsikan secara

    kualitatif kemudian akan dianalisis menggunakan

    model evaluasi CIPP guna menjawab rumusan masalah.

    4.3.2.1 Evaluasi Konteks

    Evaluasi konteks merupakan latar belakang atau

    situasi lingkungan yang mempengaruhi tujuan dan

    strategi yang dikembangkan. Berdasarkan data yang

    diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan strudi

    dokumen ditemukan fakta bahwa manajemen sarana

    dan prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan

    ditinjau dari evaluasi konteks dilatar belakangi oleh

    visi, misi, dan ujuan sekolah. Untuk dapat mencapai

    visi, misi, dan tujuan sekolah diperlukan pendukung

    yang berupa sarana dan prasarana sekolah yang

    memadai. Kepala sekolah dan komite sekolah memiliki

    komitmen yang kuat untuk memenuhi kebutuhan

    sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang

    tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah.

    Kepala sekolah membentuk tim pengembang

    sekolah yang salah satunya mengenai standar sarana

    dan prasarana. Tim penyusun RKJM, RKT, dan RKAS.

    Komite sekolah membantu dalam menggalang dana

    dari orang tua peserta didik, alumni maupun pihak

    ketiga.

  • 64

    4.3.2.2 Evaluasi Masukan

    Evaluasi masukan mencakup kesiapan sumber

    daya manusia, skala prioritas, pendanaan dan strategi

    yang disiapkan manajemen sarana prasarana sekolah.

    Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan,

    ditemukan fakta bahwa manajemen sarana dan

    prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan ditinjau dari

    komponen evaluasi masukan adalah sebagai berikut:

    1) Kesiapan suber daya manusia

    Masih belum memiliki pengelola sarana

    prasarana yang khusus dengan latar belakang

    pendidikan/keahlian pengelola sarana prasarana,

    hanya mengoptimalkan guru dan tenaga kependidikan

    yang ada sehinga pengelolaan sarana prasarananya

    kurang optimal.

    2) Skala prioritas

    Pada tahun 2014/2015 SMP Negeri 1 Limbangan

    memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan:

    a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru

    b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.

    c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10

    d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap

    kelas.

    e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin

    f. Perbaikan lapangan lompat jauh

    g. Pengadaan tong sampah tiap kelas

    h. Pengadaan mesin potong rumput

    i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD

    pembelajaran.

    j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan

    belakang.

  • 65

    k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain

    l. Komputer/Laptop

    m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan

    Konseling

    3) Pendanaan

    Berasal dari tiga sumber, yaitu pemerintah lewat

    dana alokasi khusus (DAK) dan bantuan operasional

    sekolah (BOS), sumbangan komite sekolah dan dari

    alumni. Dari DAK untuk pembangunan 3 ruang kelas

    baru dan rehabilitasi 4 ruang kelas rusak. Dana BOS

    hanya dapat digunakan untuk perawatan ringan dan

    pengadaan alat – alat pembelajaran. Sumbangan

    komite digunakan untuk pembangunan kamar

    mandi/WC siswa, perbaikan taman sekolah, perbaikan

    lapangan olahraga, dan pengadaan alat kebersihan.

    Sumbangan dari alumni dan masyarakat dimanfaatkan

    untuk pengadaan karpet masjid dan perlengkapan

    perpustakaan.

    4) Strategi

    Dilakukan penyusunan kebutuhan sesuai dengan

    skala prioritas kebutuhan, membahas pendanaan dan

    rencana pengadaan/perawatan dengan komite sekolah

    mana-mana pengadaan/perawatan yang dipenuhi

    dengan sumber dana dari DAK dan BOS, mana

    pengadaan/[perawaan yang dipenuhi dengan sumber

    dana sumbangan komite dan pihak ketiga atau

    masyarakat.

    4.3.2.3 Evaluasi Proses

    Evaluasi proses merupakan pelaksanaan nyata

    dari manajemen sarana dan prasarana sekolah yang

  • 66

    meliputi perencanaan pengadaan sarana prasarana,

    penanggungjawab pengadaan/perawatan/rehabilitasi,

    jadwal pelaksanaan program, evaluasi tantangan dan

    hambatan serta solusinya.

    Hasil wawancaran, observasi dan studi dokumen

    menunjukkan fakta sebagai berikut:

    1) Perencanaan

    Hasil dari diskripsi kebutuhan sarana dan

    prasarana yang kemudian di skala prioritas

    berdasarkan prioritas kebutuhan direncanakan:

    a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru

    b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.

    c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10

    d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap

    kelas.

    e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin

    f. Perbaikan lapangan lompat jauh

    g. Pengadaan tong sampah tiap kelas

    h. Pengadaan mesin potong rumput

    i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD

    pembelajaran.

    j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan

    belakang.

    k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain

    l. Komputer/Laptop

    m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan

    Konseling

    2) Penanggung jawab

    Penanggung jawab pembangunan dan rehabilitasi

    prasarana sekolah adalah Panitia Pembangunan

    Sekolah (P2S), penanggung jawab pengadaan sarana

  • 67

    adalah tim belanaja barang dan tim pemeriksa barang.

    Masing – masing penanggungjawab diberi target waktu

    untuk menyelesaikan pekerjaannya seperti yang

    tercantum dalam table 4.1

    3) Pelaksanaan

    Pelaksanaan pengadaan/rehabilitasi/perawatan

    sarana prasarana didanai dari 3 sumber, yakni

    pemerintah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) yang

    dilaksanakan secara swakelola atupun droping.

    Swakelola hambatannya dana yang dikeluarkan

    pemerintah tidak tentu waktunya sehingga

    menyulitkan P2S dalam melaksanakan swakelola.

    Sedangkan bantuan DAK dengan sistem droping,

    sarana prasarana yang diterima sekolah kadang tidak

    sesuai dengan kebutuhan sekolah atau mutunya

    sangat rendah. Sumber dana dari pihak ketiga dalam

    hal ini adalah alumni, kesulitan yang dialami adalah

    tidak adanya tenaga dari pihak sekolah yang memiliki

    kemampuan dalam menarik alumni untuk ikut

    membantu pendanaan pengadaan sarana prasarana

    sekolah. Sumber dana dari komite sekolah terhambat

    dengan kondisi ekonomi orang tua siswa dan batasan

    dari pemerintah dalam hal ini peraturan bupati yang

    melarang manajemen sekolah menarik sumbangan dari

    orang tua siswa lebih dari Rp 900.000,-, hal ini

    menyebabkan partisipasi orang tua peserta didik dalam

    hal pendanaan sekolah kurang optimal.

    4.3.2.4 Evaluasi Hasil

    Evaluasi hasil yaitu keseluruhan hasil yang

    dicapai oleh program. Berdasarkan dari data yang

  • 68

    berhasil dikumpulkan peneliti, ditemukan fakta bahwa

    manajemen sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1

    Limbangan Kabupaten Kendal dari unsur hasil

    meliputi:

    1) Inventarisasi

    Ada tiga proses inventarisasi yaitu: pencatatan,

    pemberian kode dan pelaporan. Kegiatan tersebut

    sudah dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan, namun

    masih ditemukan kekurangtelitian petugas pengelola

    sarana dan prasarana sekolah sehingga ada beberapa

    sarana yang tidak terinventarisir atau ada barang yang

    tercatat di buku inventaris tetapi barangnya tidak tahu

    kemana. Akibat dari kekurangtelitian petugas

    menyebabkan ketidaksiapan sarana prasarana pada

    saat akan dimanfaatkan pada proses pembelajaran,

    sehingga prsoses pembelajaran tidak dapat berjalan

    dengan baik yang berimbas pada hasil belajar peserta

    didik kurang maksimal.

    2) Pemeliharaan

    Pemeliharaan dilakukan secara rutin, berkala

    dan insidental. pemeliharaan secara rutin dilakukan

    setahun dua kali yaitu pada bulan Desember dan bulan

    Juli. Pemeliharaan berkala dilakukan sesuai dengan

    tingkat ketahanan masing–masing sarana prasarana

    sekolah. Sedangkan pemeliharaan insidental dilakukan

    pada sarana prasarana sekolah yang memerlukan

    pemeliharaan mendadak karena sangat dibutuhkan

    dalam proses pembelajaran maupun penunjang

    pembelajaran.

    Untuk efisiensi anggaran dan efektifitas sarana

    prasarana sekolah dimulai dari pemanfaatan sarana

  • 69

    prasarana sekolah terutama sarana laboratorium harus

    secara hati – hati dan sesuai dengan petunjuk

    pemanfaatan yang ada dalam masing – masing sarana.

    3) Pemanfaatan

    Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah yang

    efektif sesuai dengan aturan penggunaan yang ada

    dalam masing-masing sarana dapat menambah

    efisiensi pemanfaatan sarana tersebut. Dari hasil

    penelitian ditemukan adanya beberapa guru yang

    belum dapat memanfaatkan sarana sesuai dengan

    aturan penggunaannya khususnya sarana yang

    berkaitan dengan TIK, contohnya penggunaan LCD

    Proyektor, dan pemanfaatan internet.

    Di SMP Negeri 1 Limbangan ini juga belum ada

    aturan tentang pemanfaatan sarana dan prasarana

    sekolah, belum disediakan buku peminjaman sarana

    sekolah, juga belum memiliki petugas khusus yang

    mengurusi sarana sekolah.

    4) Penghapusan

    Dari data yang dikumpulkan peneliti bahwa di

    SMP Negeri 1 Limbangan ini belum pernah

    mengusulkan penghapusan sarana dan prasarana

    sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah berusaha

    memanfaatkan sarana prasarana yang ada sebaik-

    baiknya dan didayagunakan secara optimal.

    4.4 Pembahasan

    Dalam sub bab ini dibahas mengenai analisis

    data yang berhasil dikumpulkan penelitian guna

    menjawab rumusan masalah.

  • 70

    4.4.1 Evaluasi Konteks

    Evaluasi konteks ini merupakan situasi atau

    latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan strategi

    yang dikembangkan. Berdasarkan data yang berhasil

    dikumpulkan ditemukan fakta bahwa manajemen

    sarana dan prasarana sekolah di SMP Negeri 1

    Limbangan ditinjau dari evaluasi konteks dilatar

    belakangi oleh visi, misi, dan ujuan sekolah. Untuk

    dapat mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah

    diperlukan pendukung yang berupa sarana dan

    prasarana sekolah yang memadai. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Mansur dalam bukunya Metodologi

    Pendidikan Agama Islam yang dikutip Suharsimi “

    Kegiatan belajar mengajar di kelas memerlukan sarana

    atau fasilitas yang sesuai dengan kegiatan yang harus

    dilakukan oleh guru dan murid. Fasilitas yang tersedia

    turut menentukan pilihan metode mengajar” (Arikunto,

    2005: 6).

    Kepala sekolah mempunyai komitmen yang kuat

    dengan membentuk tim pengembang sekolah yang

    salah satunya mengenai standar sarana prasarana.

    Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmud

    Hidayat (2013) dengan judul “ Manajemen Sarana dan

    Prasarana Pendidikan di SMA Institut Indonesia

    Semarang”. Penelitian ini membahas mengenai

    manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Dalam

    penelitian ini disebutkan bahwa komitmen kepala

    sekolah dengan membuat surat keputusan membentuk

    tim khusus dalam melakukan perencanaan sarana dan

    prasarana.

  • 71

    Jika dibandingkan antara penelitian yang

    dilakukan Mahmud (2013) dengan penelitian yang

    dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan memiliki

    persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama

    membahas mengenai komitmen kepala sekolah tentang

    pembentukan tim yang menangani sarana prasarana

    sekolah. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh

    Mahmud (2013) tim yang dibentuk bertugas khusus

    melakukan perencanaan sarana dan prasarana

    sekolah. Sedangkan yang dilakukan kepala sekolah

    SMP Negeri 1 Limbangan adalah membentuk tim yang

    tugasnya tidak hanya melakukan perencanaan

    kebutuhan sarana prasarana saja, tetapi juga

    melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan.

    4.4.2 Evaluasi Masukan

    Evaluasi masukan mencakup kesiapan sumber

    daya manusia, skala prioritas, pendanaan dan strategi

    yang disiapkan manajemen sarana prasarana sekolah.

    Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan,

    ditemukan fakta bahwa manajemen sarana dan

    prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan ditinjau dari

    komponen evaluasi masukan adalah sebagai berikut:

    1) Kesiapan sumber daya manusia.

    SMP Negeri 1 Limbangan baru memiliki pengelola

    sarana prasarana sekolah yang khusus dengan latar

    belakang pendidikan/keahlian pengelola sarana

    prasaran, yaitu pengelola perpustakaan saja.

    Sedangkan pengelola ruangan lain seperti Laboratorium

    dan pengelola sarana prasarana lainnya ditangani oleh

    pengelola yang tidak memiliki keahlian khusus sebagai

  • 72

    pengelola sarana prasarana sekolah. Kecenderungan ini

    dapat menjadi hambatan dalam meningkatkan

    efektifitas dan efisiensi pengelolaan, serta berdampak

    pada produktifitas sarana prasarana sekolah.

    Kesiapan sumber daya manusia pengelola sarana

    prasarana sesuai dengan penelitian yang dilakukan

    Tangela (2013) dengan judul “Analisis Implementasi

    Kebijakan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah

    di SMP Negeri 2 Batu”. Penelitian ini membahas

    tentang implementasi kebijakan pengelolaan saran dan

    prasarana sekolah yang meliputi: perencanaan,

    pengadaan, pendistribusian, pemakaian, pemeliharaan,

    inventarisasi, dan penghapusan sarana prasarana

    sekolah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

    dalam pemakaian sarana prasarana ada kendala bagi

    efektifitas dan efisiensi pengelolaan yang berimbas pada

    produktifitas sarana prasarana sekolah. Adapun

    penyebab dari kendala tersebut adalah belum adanya

    petugas pengelola khusus sarana prasarana sekolah.

    Jika dibandingkan antara penelitian yang

    dilakukan oleh Tangela (2013) dengan penelitian yang

    dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan mempunyai

    persamaan dan perbedaan. Keduanya sama – sama

    membahas mengenai pengelolaan sarana prasarana

    sekolah yang keduanya juga mendapatkan hasil bahwa

    kendala dalam pengelolaan sarana prasarana

    disebabkan karena tidak dimilikinya pengelola khusus

    sarana prasarana sekolah. Perbedaannya penelitian

    yang dilakukan Tangela (2013) pengelolaan sarana

    prasarana dilakukan seluruhnya oleh guru sebagai

    “side job”, yang disebabkan karena keterbatasan dana.

  • 73

    Sedangkan di SMP negeri 1 Limbangan dikelola oleh

    pengelola yang belum memiliki keahlian khusus

    sebagai pengelola sarana prasarana sekolah.

    2) Skala Prioritas.

    Hasil yang diperoleh dari hasil wawancara dan

    studi dokumen menunjukkan bahwa skala prioritas

    perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana

    di SMP Negeri 1 Limbangan ditentukan melalui

    mekanisme penjaringan aspirasi dari warga sekolah

    tentang kebutuhan sarana prasarana dan hasil

    diskripsi kekurangan sarana prasarana pada tahun

    sebelumnya. Kemudian disesuaikan dengan anggaran

    yang tersedia/dapat disediakan melalui rapat dengan

    komte sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Pada

    tahun 2014/2015 ditentukan prioritas pemenuhan

    kebutuhan sebagai berikut:

    a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru

    b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.

    c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10

    d. Pengadaan LCD proyektor untuk tiap kelas.

    e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin

    f. Perbaikan lapangan lompat jauh

    g. Pengadaan tong sampah tiap kelas

    h. Pengadaan mesin potong rumput

    i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD

    pembelajaran.

    j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan

    belakang.

    k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain

    l. Komputer/Laptop

  • 74

    m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan

    Konseling

    Skala prioritas pemenuhan kebutuhan sarana

    prasarana pendidikan sesuai dengan penelitian yang

    dilakukan Solichin (2011) yang berjudul “Manajemen

    Sarana dan Prasarana Pendidikian di STAIN

    Pamekasan”. Penelitian ini memebahas tentang a)

    Pemeliharaan sarana dan prasarana, b) Aspek-aspek

    manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang

    meliputi perencanaan, pengorganisasian, inventarisasi,

    pengendalian dan pengawasan, c) Tujuan manajemen

    sarana dan prasarana pendidikan, dan d) siklus

    pengelolaan sarana prasarana. Hasil dari penelitian ini

    menunjukkan bahwa skala prioritas perencanaan

    masih merupakan keinginan pemegang kebijakan.

    Jika dibandingkan antara penelitian yang

    dilakukan Solichin (2011) dengan penelitian yang

    dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan keduanya sama-

    sama membahas tentang perencanaan sarana

    prasarana pendidikan. Perbedanya penelitian yang

    dilakukan Solichin (2011) menunjukkan bahwa skala

    prioritas perencanaan masih merupakan keinginan

    pemegang kebijakan. Sedangkan penelitian yang

    dilakukan di SMP negeri 1 Limbangan menunjukkan

    bahwa skala prioritas perencanaan pemenuhan

    kebutuhan saran prasarana didasarkan pada hasil

    kesepakatan semua warga sekolah.

    3) Pendanaan.

    Pendanaan pengadaan/perawatan sarana

    prasarana sekolah di SMP negeri 1 Limbangan berasal

    dari tiga sumber, yaitu pemerintah melalui DAK dan

  • 75

    BOS, sumbangan komite dan dari Alumni. Masing –

    masing sumber pendanaan memili kendala yang

    berbeda. Sumber dana DAK memiliki kendala regulasi

    anggaran tergantung pada kebijakan pemerintah.

    Sumber dana BOS memiliki batasan-batasan

    pemanfaatan anggarannya. Sumber dana komte dan

    alumni memili hambatan kondisi ekonomi masyarakat

    menyebabkan kurang optimalnya penggalangan dana

    dari sumber ini.

    Dari sumber dana diatas salah satunya sumber

    dana dari masyarakat, yaitu orang tua dan alumni. Hal

    ini menggambarkan keikutsertaan masyarakat dalam

    penggalangan dana. Ini sesuai dengan penelitian yang

    dilakukan oleh McDonald (2010) dengan judul

    penelitian “Contested Visions of the Community School”.

    Penelitian ini membahas mengenai analisis kebutuhan

    sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    masyarakat dan warga sekolah membantu dalam

    pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Adapun

    fasilitas yang tersedia dari bantuan masyarakat adalah

    perlengkapan olahraga. Demikian juga penelitian yang

    dilakukan oleh Hidayat (2013) dengan judul

    “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMA

    Institut Indonesia Semarang”. Hasil penelitian

    menunjukkan sumber dana yang dimiliki SMA Institut

    Indonesia Semarang berasal dari pemerintah, yayasan,

    alumnus, orang tua, dan donatur. Sumber-sumber

    dana tersebut didistribusikan dalam bentuk RAPBS.

    Jika dibandingkan dengan kedua penelitian

    tersebut dengan penelitian yang di lakukan di SMP

    Negeri 1 Limbangan ada persamaan dan perbedaanya.

  • 76

    Ketiganya sama-sama membahas mengenai

    keikutsertaan masyarakat dalam menyumbangkan

    dana bagi perencanaan sarana prasrana pendidikan.

    Hanya saja penelitian yang dilakukan McDonald (2010)

    alokasi dananya untuk kebutuhan olahraga, penelitian

    yang dilakukan Hidayat (2013) alokasi dananya

    disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan

    penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan

    alokasi dana sumbangan masyarakat digunakan untuk

    pembangunan kamar mandi/WC siswa, perbaikan

    taman sekolah, perbaikan lapangan olahraga, dan

    pengadaan alat kebersihan.

    4) Strategi.

    Hasil wawancara dan studi dokumen

    menunjukkan bahwa strategi dalam perencanaan

    pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah di

    SMP Negeri 1 Limbangan adalah dengan melakukan

    penyusunan kebutuhan sesuai dengan skala prioritas

    kebutuhan, kemudian membahas rencana pendanaan

    dan pengadaan/perawatan dengan komite sekolah.

    4.4.3 Evaluasi Proses

    Evaluasi proses merupakan pelaksanaan nyata

    dari manajemen sarana dan prasarana sekolah yang

    meliputi perencanaan pengadaan sarana prasarana,

    penanggungjawab pengadaan/perawatan/rehabilitasi,

    jadwal pelaksanaan program, evaluasi tantangan dan

    hambatan serta solusinya. Hasil wawancaran, observasi

    dan studi dokumen menunjukkan fakta sebagai

    berikut:

    1) Perencanaan.

  • 77

    Perencanaan pengadaan/perawatan/rehabilitasi

    sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan

    direncanakan berdasarkan diskripsi kebutuhan sarana

    prasarana yang dihimpun dari laporan tahun yang lalu

    dan daftar usulan pengadaan/perawatan/rehabilitasi

    yang diajukan oleh guru, tenaga kependidikan, peserta

    didik maupun komite sekolah/orang tua siswa.

    Perencanaan tersebut dituangkan dalam RKJM tahun

    2013/2017, serta RKAS dan RKT tahun 2014/2015.

    Penelitian Solichin (2013), penelitian Hidayat

    (2013), dan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1

    Limbangan sama – sama membahas tentang

    perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana

    sekolah. Jika dibandingkan antara ketiganya, masing

    masing memiliki perbedaan. Penelitian Solichin (2011)

    di STAIN Pamekasan menemukan bahwa perencanaan

    sarana dan prasarana pendidikan merupakan

    keinginan pemegang kebijakan dan belum memiliki

    suatu dokumen yang menjadi pegangan, landasan dan

    acuan dalam upaya mengembangkan secara

    institusional. Perencanaan sarana prasarana

    pendidikan di STAIN Pamekasan belum menyerap

    aspirasi civitas STAIN Pamekasan. Penelitian Hidayat

    (2013) di SMA Institut Indonesia Semarang menemukan

    bahwa perencanaan sarana prasarana di SMA II

    Semarang dilakukan di awal tahun ajaran, dan disusun

    oleh tim khusus yang dibentuk kepala sekolah. Tim

    tersebut menyusun rencana sarana prasarana dengan

    melakukan identifikasi kebutuhan, pendataan sarana

    dan prasarana dengan nmenggunakan sekala prioritas.

    Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1

  • 78

    Limbangan menemukan bahwa perencanaan dilakukan

    oleh tim pengembang sekolah pada awal tahun ajaran.

    Tim tersebut bertugas mengidentifikasi kebutuhan

    berdasarkan laporan tahun sebelumnya dan usulan

    dari warga sekolah kemudian di skala prioritas

    berdasarkan kebutuhan yang paling mendesak.

    Perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana

    sekolah didokumentasikan dalam RKJM tahun

    2013/2017, RKAS dan RKT tahun 2014/2015.

    2) Penanggungjawab.

    Penanggung jawab adalah tim yang dibentuk oleh

    kepala sekolah pada awal tahun pelajaran. Dalam hal

    pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah, tim

    yang bertanggung jawab ada tiga, yakni Panitia

    Pembangunan Sekolah (P2S) yang bertanggungjawab

    atas pembangunan prasarana sekolah, tim belanja

    barang dan tim pemeriksa barang yang

    bertanggungjawab atas pengadaan sarana sekolah.

    Masing – masing penanggungjawab diberi batas waktu

    tertentu untuk dapat menyelesaikan tanggungjawabnya

    dan segera melaporkan hasil pekerjaannya kepada

    kepala sekolah.

    3) Pelaksanaan.

    Dalam pelaksanaan pengadaan/perawatan

    sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan

    pendanaan diperoleh dari tiga sumber, yakni sumber

    dana dari pemerintah melalui DAK dan BOS, sumber

    dana dari sumbangan komite sekolah/orang tua siswa,

    dan sumber dana dari alumni maupun donatur yang

    tidak mengikat. Hasil penelitian ini sesuai dengan

    penelitian yang dilakukan Tanggela (2013) yang

  • 79

    menemukan bahwa pelaksanaan pengadaan/perawatan

    sarana prasarana sekolah bergantung pada sumber

    dana dari pemerintah. Penelitian Hidayat (2013)

    menunjukan bahwa pelaksanaan pengadaan/

    perawatan mengandalkan sumber dana dari bantuan

    masyarakat. Demikian juga dengan penelitian

    McDonald (2010) menemukan bahwa pelaksanaan

    pengadaan/perawatan sarana prasarana dibantu dari

    bantuan masyarakat. Jika dibandingkan dengan ketiga

    penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan di SMP

    Negeri 1 Limbangan menemukan bahwa pelaksanaan

    pengadaan/perawatan sarana prasarananya tidak

    bergantung pada satu sumber dana saja tetapi

    beberapa sumber dana, yakni pemerintah, bantuan

    masyarakat, dan warga sekolah.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ifeoma (2012),

    dengan judul penelitian “Assessing School Facilities in

    Public Secondary Schools in Delta State, Nigeria”,

    membahas mengenai kondisi sarana dan prasarana

    sekolah menengah umum di negara Nigeria. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa kondisi sarana dan

    prasarana sekolah rusak dan diharapkan adanya

    perbaikan atau tahap pemeliharaan pengelolaan sarana

    dan prasarana. Jika dibandingkan dengan penelitian

    Ifeoma (2012), penelitian yang dilakukan di SMP Negeri

    1 Limbangan menunjukkan bahwa di SMP Negeri 1

    Limbangan tidak hanya melakukan perbaikan dan

    pemeliharaan saarana prasarana saja tetapi juga

    melakukan pengadaan sarana prasarana sekolah.

  • 80

    4.4.4 Evaluasi Hasil

    Evaluasi hasil yaitu keseluruhan hasil yang

    dicapai oleh program. Berdasarkan dari data yang

    berhasil dikumpulkan peneliti, ditemukan fakta bahwa

    manajemen sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1

    Limbangan Kabupaten Kendal dari unsur hasil

    meliputi:

    1) Inventarisasi.

    Ditemukan kekurang telitian petugas pengelola

    sarana prasarana dalam melakukan pencatatan,

    pemberian kode dan pelaporan sarana prasarana. Hal

    ini berkibat pada ketidaksiapan sarana prasarana pada

    saat akan dimanfaatkan, sehingga proses pembelajaran

    tidak dapat berjalan dengan baik.

    2) Pemeliharaan.

    Di SMP Negeri 1 Limbangan dilakukan

    pemeliharaan secara rutin dua kali dalam satu tahun,

    secara berkala berdasarkan ketahanan masing-masing

    sarana prasarana sekolah, dan pemeliharaan insidental

    yang dilakukan sesuai dengan kondisi sarana

    prasarana yang memerlukan pemeliharaan mendadak

    untuk menunjang proses pembelajaran.

    3) Pemanfaatan.

    Ditemukan adanya sebagian guru yang belum

    dapat memanfaatkan sarana khususnya yang berkaitan

    dengan TIK. Pengelolaan sarana prasarana sekolah

    belum memiliki aturan pemanfaatan atau SOP (standar

    operational procedure) sarana prasarana yang jelas,

    belum menyediakan buku peminjaman sarana

    pendidikan. SMP Negeri 1 Limbangan juga belum

  • 81

    memiliki petugas khusus pengelola sarana prasarana

    sekolah karena keterbatasan dana.

    4) Penghapusan

    Di SMP negeri 1 Limbangan manajemen sarana

    prasarana belum pernah mengusulkan penghapusan

    sarana prasarana sekolah.

    Hasil penelitian tersebut di atas sesuai dengan

    penelitian Tanggela (2013) yang menemukan bahwa 1)

    pemakaian sarana prasarana belum memiliki SOP dan

    administrasinya belum terintegrasi secara digital.

    Belum memiliki pengelola khusus sehingga mengurangi

    efektifitas, efisiensi, dan produktifitas sarana

    prasarana. 2) pemeliharaan dilakukan secara rutin,

    berkala dan insidental. 3) inventarisasi dilakukan jika

    ada sarana prasarana baru. 4) penghapusan belum

    pernah diusulkan.

    Jika dibandingkan antara penelitian Tanggela

    (2013) dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri

    1 Limbangan keduanya sama – sama membahas

    tentang pemanfaatan/pemakaian, pemeliharaan,

    inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana

    sekolah. Perbedaanya di SMP Negeri 1 Limbangan

    pemanfaatan/pemakaian sarana prasarana sekolah

    belum efektif dan efisien karena sebagian guru belum

    dapat mengoperasikan sarana yang berkaitan dengan

    TIK. Inventarisasi di SMP Negeri 1 Limbangan masih

    terdapat ketidak telitian pengelola yang berakibat

    kurang efisien, kurang efektif dan berkurangnya

    produktifitas sarana prasarana.

  • 82

    4.5 Implikasi

    Implikasi dapat dirumuskan berdasarkan hasil

    temuan penelitian yang merupakan kondisi nyata di

    SMP Negeri 1 Limbangan. Dari hasil evaluasi dengan

    model evaluasi CIPP ditemukan bahwa manajemen

    sarana prasarana sekolah dapat berjalan dengan baik

    jika, latar belakang perencanaan sesuai dengan visi,

    misi, dan tujuan sekolah. Dalam penentuan skala

    prioritas kebutuhan melibatkan seluruh warga sekolah

    dan didokumentasikan dengan jelas. Ditentukan

    penanggungjawab dan jadwal pelaksanaan pemenuhan

    kebutuhan sarana prasarana sekolah. Agar sarana

    prasarana sekolah dapat dimanfaatkan secara efektif,

    efisien dan produktif perlu diinventarisasi dengan teliti,

    dirawat secara rutin, berkala dan insidental.