BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan · 7 x 9 m, 2 ruang laboratorium IPA yang berukuran 15 x 8...
Transcript of BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan · 7 x 9 m, 2 ruang laboratorium IPA yang berukuran 15 x 8...
-
45
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Gambaran Subyek/Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 1
Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal
Provinsi Jawa Tengah, sekolah ini merupakan sekolah
yang secara geografis terletak di ibukota kecamatan
dan dapat di capai dengan kendaraan umum dari
daerah-daerah disekitarnya.
SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lembaga
pendidikan menengah pertama negeri. Sekolah ini
berdiri pada tanggal 09 Oktober 1982 dengan SK
No.0299/0/1982 menempati lahan seluas 19900m2
berlokasi di Jalan Raya Limbangan RT 1 RW 4 di desa
Limbangan, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal
yang berada dibawah pengawasan Dinas Pendidikan
Kabupaten Kendal.Sebelah timur, selatan dan utara
area persawahan, sebelah baratnya jalan raya
Limbangan – Boja. Peresmian dilaksanakan di Patean
oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof.
Dardji Darmodihardjo, SH. Bangunan pertama berupa
2 lokal yang berisi 6 ruang kelas, laboratorium serta
perpustakaan. Batas geografisnya sebelah timur dan
selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang,
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Singorojo
dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Boja.
SMP Negeri 1 Limbangan Kendal sekarang ini memiliki
-
46
NPSN 20321904 serta NSS 201032406042,
terakreditasi A.
Kondisi saat ini, gedung SMPN 1 Limbangan
sangat representatif untuk belajar, dengan ruangan
belajar yang berjumlah 15 ruang kelas yang berukuran
7 x 9 m, 2 ruang laboratorium IPA yang berukuran 15 x
8 m, 2 ruang perpustakaan dengan ukuran 15 x 8 m
dan 12 x 7 m, ruang computer berukuran 8 x 9 m,
ruang multimedia berukuran 8 x 12 m, ruang
karawitan dan pedalangan berukuran 8 x 10 m, ruang
bimbingan dan konseling berukuran 3,5 x 5 m, ruang
koperasi siswa 3,5 x 5 m, 4 ruang kantin, 5 kamar
mandi/WC siswa, 2 kamar mandi/WC guru, gedung
perkantoran, dapur, Masjid dengan kapasitas 700
orang, tempat wudhu sejumlah 40 kran, rumah
penjaga, lapangan upacara, tempat bermain, lapangan
dan panggung pementasan, lapangan olahraga bola
basket, bola voli, dan foot sal. Lokasi tersebut dibagi
menjadi 3 blok, yaitu blok atas, blok tengah dan blok
bawah. Blok atas berada disebelah paling timur terdiri
dari 9 ruang belajar, 1 ruang bimbingan dan konseling,
1 ruang koperasi siswa, 4 ruang kantin siswa, 8 ruang
kamar mandi/WC untuk siswa, 2 ruang ganti,
panggung pementasan dan lapangan dengan rumput
hijau seluas + 600 m2. Blok ini disebut blok atas
karena tanahnya agak tinggi alias berundak dengan
ketinggian + 3 meter dari blok paling bawah (sebelah
barat).
Blok tengah terdiri dari ruangan karawitan dan
pedalangan, ruang perpustakaan yang difungsikan
sebagai 2 ruang kelas, ruang laboratorium IPA yang
-
47
difungsikan sebagai ruang kelas , ruang gudang, taman
dan ruang multi media. Blok ini berada dibawah + 1
meter dari blok atas. Ruangan belajar pada blok ini
hanya 3 kelas itupun pengalihan fungsi dari ruang
perpustakaan dan ruang laboratorium IPA dan terkesan
terpencil di antara ruang kelas lainnya.
Blok bawah terdiri 6 ruangan kelas untuk
belajar, 1 ruang Osis, 4 kamar mandi siswa,
Laboratorium komputer, Laboratorium IPA, rumah
penjaga, tempat wudhu + 30 buah dan panggung
terbuka yang menyatu dengan taman. Blok ini berada
dibawah + 1 meter dari blok tengah.
Di bawah blok bawah masih ada bangunan lagi,
tetapi peruntukannya bukan tempat belajar. Ruangan-
ruangan ini digunakan sebagai sarana penunjang
kegiatan belajar-mengajar dan perkantoran di SMP
Negeri 1 Limbangan. Bangunan ini terdiri dari Masjid
untuk tempat ibadah dengan ukuran 15 x 15 meter,
tempat wudhu sebanyak 10, perpustakaan, hall, ruang
TU, ruang kaur kurikulum,ruang kepala sekolah, ruang
guru, kamar mandi/WC guru, ruang foto copy, gudang
sarana olah raga, ruang UKS, dapur dan di atas dapur
ada ruang komite sekolah.
Di depan ruang perkantoran ada lapangan
dengan rumput hijau untuk kegiatan upacara bendera
dan olah raga siswa, dan tempat parkir, dibawahnya
ada lapangan basket dan 2 lapangan bola voli yang
bersebelahan dengan jalan masuk dan pos satpam.
SMP Negeri 1 Limbangan pada tahun pelajaran
2014/2015 memiliki siswa sejumlah 573 orang.
Sedangkan untuk tenaga pendidik sejumlah 37 orang,
-
48
untuk tenaga kependidikan sejumlah 10 orang yang
bertugas sebagai staf Tata Usaha, Petugas SATPAM dan
petugas kebersihan.
Visi SMP Negeri 1 Limbangan adalah “Unggul
dalam Prestasi Berkarakter Kebangsaan dengan
dasar Iman dan Taqwa”. Dengan indikator visi sebagai
berikut:
1. Unggul dalam prestasi akademik.
2. Unggul dalam prestasi olah raga.
3. Unggul dalam prestasi seni budaya.
4. Unggul dalam prestasi keterampilan/prakarya.
5. Terwujudnya kehidupan beragama yang
harmonis.
6. Terwujudnya masyarakat sekolah yang humanis.
7. Terwujudnya masyarakat sekolah yang gemar
membaca.
8. Terwujudnya lingkungan sekolah yang aman,
nyaman dan kondusif.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari 20 Nopember 2014
sampai dengan 24 Januari 2015. Data diperoleh
dengan cara wawancara, studi dokumen dan observasi.
Wawancara dengan informan/responden dipilih
berdasarkan kedudukan responden dalam manajemen
sarana prasaran, yakni Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah II, Kepala Urusan Sarana Prasarana, tim
perencanaan sarana prasarana sekolah, komite
sekolah, bagian inventaris barang, Panitia
Pembangunan Sekolah, bendahara, peserta didik,
-
49
kepala Laboratorium, kepala perpustakaan dan kepala
tata usaha untuk memperoleh data dokumentasi.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Diskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini mengevaluasi manajemen sarana
prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten
Kendal Tahun 2014/2015 yang ditinjau dari unsur
konteks, unsur masukan, unsur proses dan unsur
hasil.
4.3.1.1 Unsur Konteks
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah
diketahui bahwa latar belakang manajemen sarana
prasarana disesuaikan dengan visi dan misi sekolah
yang disepakati oleh semua warga sekolah termasuk
komite dan instansi terkait. Sarana prasarana memang
sangat dibutuhkan sebagi factor penunjang dalam
merealisasikan visi, misi dan tujuan sekolah. Pendapat
tersebut diperkuat oleh Waka II yang menyatakan
bahwa untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah
dalam proses belajar mengajar factor pendukung
keberhasilan pembelajaran adalah tersedianya sarana
prasarana yang memadai dan siap pakai.
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil
wawancara dengan guru, peserta didik dan tenaga
kependidikan, bahwa untuk menunjang proses
pendidikan dalam menggapai cita-cita seperti yang
tercantum dalam visi, misi dan tujuan sekolah
dibutuhkan sarana dan prasarana sebagai fasilitas
-
50
pendidikan untuk membantu peserta didik dalam
meraih prestasi belajar.
Kebijakan manajemen sekolah yang berkaitan
dengan sarana prasarana dituangkan dengan
membentuk Tim Pengembang Sekolah yang
mendiskripsikan 8 standar pendidikan melalui rapat
dinas dan sosialisasi, salah satunya mengenai standar
sarana prasarana. Kepala Sekolah membentuk tim
penyusun Rencana Kegiatan Jangka Menengah (RKJM)
4 tahunan, Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Komite sekolah
sangat mendukung manajemen sarana prasarana
dengan dimintai pertimbangan dalam menyusun
anggaran dan membantu mencarikan sumber dana
pengadaan dan perawatan sarana dan prasarana
sekolah.
Tim pengembang yang dalam hal ini
dilaksanakan oleh pembantu kepala sekolah bagian
sarana prasarana bertugas mendiskripsikan kebutuhan
sarana prasarana sekolah dengan melihat laporan
tahun 2013/2014 dan daftar isian kebutuhan sarana
prasarana yang disampaikan kepada pendidik dan
tenaga kependidikan. Dari diskripsi tersebut didapat
kebutuhan saran prasarana sekolah tahun 2014/2015.
Menurut bagian sarana prasarana bahwa
diskripsi kebutuhan sarana prasarana dijadikan acuan
dalam menyusun rencana pengadaan dan perawatan
sarana prasarana sekolah disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia dan atau mencari bantuan
dana dari sumber diluar sekolah.
-
51
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen
RKJM dan RKT dapat diketahui bahwa jumlah ruang
kelas adalah 15 ruang sedangkan jumlah rombongan
belajarnya 18 rombel, sehingga masih kekurangan 3
ruang kelas. Demikian pula dengan rasio kamar
mandi/WC siswa masih sangat kurang. Menurut
Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang standar
sarana prasarana pendidikan bahwa “rasio jamban
untuk tingkat SMP/MTs adalah minimum 1unit
jamban untuk 40 peserta didik pria, 1 unit jamban
untuk 30 peserta didik wanita”. Sementara di SMP N 1
Limbangan tahun pelajaran 2014/2015 jumlah peserta
didiknya 574 anak sedangkan KM/WC siswanya hanya
5 ruang sehingga perlu ditambah ± 12 ruang KM/WC
siswa. Dari data di RKJM tahun 2013/2017 diketahui
keterbatasan kemampuan orang tua yang sebagian
besar berasal dari golongan ekonomi menengah ke
bawah, mengharuskan sekolah melakukan efisiensi
dalam memanfaatkan anggaran yang ada untuk
mencapai hasil yang maksimal. Meskipun demikian
SMP Negeri 1 Limbangan melakukan peningkatan
efektifitas dan efisiensi, hal ini terlihat dari sarana dan
prasarana yang ada masih belum memenuhi pada:
1. Kurang lengkapnya peralatan TIK sebagai penunjang
pembelajaran mapel non TIK.
2. Lab IPA belum memenuhi standar, ruang komite
yang belum ada, dan saat ini tidak ada ruang aula
karena dipergunakan untuk ruang kelas.
3. Ruang Kelas masih kurang 3 ruang kelas
4. Ruang Bimbingan dan Konseling yang belum
representatif
-
52
5. Ruang Perpustakaan, dan Ruang Guru belum
memenuhi standar.
6. WC siswa.dll
Hasil wawancara dengan komite sekolah, orang
tua peserta didik, guru dan tenaga kependidikan
menyatakan bahwa masyarakat ikut partisipasi dalam
pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah
melalui sumbangan komite sekolah sebagai salah satu
sumber pendanaan dalam pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana sekolah, meskipun kemampuan
ekonomi orang tua peserta didik rata-rata pada posisi
menengah kebawah. Dari RKAS 2014/2015 diperoleh
data bahwa sumbangan komite mencukupi 60 % dana
pengadaan kebutuhan sarana prasarana sekolah.
4.3.1.2 Unsur Masukan
Pada unsur masukan diperoleh data tentang:
1) Kesiapan sumber daya manusia,
Menurut kepala sekolah personal pengurus
sarana prasarana sekolah sudah diupayakan sebaik
mungkin namun karena terbatasnya anggaran untuk
menggaji petugas khusus pengurus sarana dan
prasarana sekolah, maka pihak manajemen sekolah
hanya mengefektifkan personal yang ada meskipun
dengan kemampuan seadanya. Sementara sekolah ini
hanya memiliki 2 tenaga kependidikan yang berstatus
PNS itupun tidak menguasai TIK dan sudah hampir
pensiun, sedangkan tenaga kependidikan yang
berstatus PTT berjumlah 8 orang, 2 orang staf tata
usaha, 1 orang petugas perpustakaan, 1 orang bagian
inventaris barang, 1 orang bendahara, 1 orang SATPAM
-
53
dan 2 orang petugas kebersihan. Sehingga sarana
prasarana yang ada kurang terurus yang menimbulkan
kesulitan pada saat akan dimanfaatkan.
2) Skala prioritas
Pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah
tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah menyebutkan bahwa pada
tahun 2014/2015 SMP Negeri 1 Limbangan
memfokuskan pada kebutuhan sarana penunjang
pendidikan yaitu LCD Proyektor untuk 10 ruang kelas.
Kamar mandi/WC siswa yang dirasa masih sangat
kurang dari rasio jumlah siswa dibanding jumlah
kamar mandi/WC siswa yang ada, untuk itu perlu
dibangun 10 ruang kamar mandi/WC siswa. Ruang
kelas juga merupakan prioritas pembangunan
prasarana pada tahun 2014/2015 karena masih
kurang 3 ruang kelas yang selama ini menempati ruang
perpustakaan dan laboratorium IPA. Kebijakan kepala
sekolah tersebut sejalan dengan pendapat guru, tenaga
pendidik, dan peserta didik yang menyatakan bahwa
SMP Negeri 1 Limbangan masih kekurangan Kamar
Mandi/WC siswa. Orang tua siswa dan komite juga
mendukung prioritas pembangunan kamar mandi/WC
siswa tersebut dengan menyumbang pendanaan untuk
pembangunan tersebut. Demikian juga dengan
pengadaan LCD Proyektor juga didukung dana dari
orang tua siswa. Sedangkan untuk pembangunan 3
ruang kelas baru dan rehabilitasi 4 ruang kelas rusak
sedang dengan mengajukan proposal kepada
pemerintah.
-
54
Pendapat tersebut sesuai dengan data yang
diperoleh dari Rencana Kerja Tahunan (RKT)
2014/2015 yang menyatakan bahwa pada tahun
pelajarn 2014/2015 sekolah berencana melengkapi
sarana prasarana sebagai berikut:
a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru
b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.
c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10
d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap
kelas.
e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin
f. Perbaikan lapangan lompat jauh
g. Pengadaan tong sampah tiap kelas
h. Pengadaan mesin potong rumput
i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD
pembelajaran.
j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan
belakang.
k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain
l. Komputer/Laptop
m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan
Konseling
3) Pendanaan
Pengadaan sarana prasarana sekolah menurut
kepala sekolah telah dianggarkan dalam RKAS/RKT
menggunakan sumber dana dari bantuan pemerintah
untuk pembangunan 3 ruang kelas, rehabilitasi 4
ruang kelas. Pengadaan LCD Proyektor dan sarana
pembelajaran dengan sumber dana dari sumbangan
orang tua/komite. Demikian juga untuk pembangunan
kamar mandi/WC siswa, perbaikan lapangan lompat
-
55
jauh dan pengadaan alat kebersihan (mesin potong
rumput, gerobag sampah). Sedangkan dari informan
yang lain didapatkan informasi bahwa pendanaan
pengadaan sarana prasarana sekolah setiap tahun
selalu dianggarkan dengan jumlah anggaran berkisar
25% sampai dengan 40% dari anggaran sekolah.
4) Strategi
Hasil wawancara mendalam dengan kepala
sekolah yang ditegaskan oleh bagian sarana prasarana
sekolah dan Waka II menyatakan bahwa strategi yang
dilakukan dalam pemenuhan sarana prasarana sekolah
pada tahun 2014/2015 ini adalah: Pertama, sekolah
menyusun anggaran sesuai dengan prioritas
kebutuhan. Kedua, mengajukan anggaran untuk
disetujui komite sekolah yang kemudian bersama
komite sekolah memilah mana pengadaan yang bisa
dicukupi dari sumber dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), mana pengadaan yang didanai dari
sumber dana komite dan mana pengadaan yang
dimintakan sumbangan dari pemerintah maupun pihak
ketiga.
4.3.1.3 Unsur Proses
Pada unsur proses diperoleh data dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah II yang di kuatkan oleh guru dan tenaga
kependidikan bahwa semua kegiatan sekolah termasuk
didalamnya mengenai perencanaan dan proses
pengadaan/perawatan/pemeliharaan sarana maupun
prasarana sekolah selalu di sosialisasikan oleh kepala
-
56
sekolah melalui rapat dinas bulanan maupun dalam
brifing – brifing mingguan.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan,
hasil observasi dan studi dokumen yang ada dapat
diketahui bahwa kegiatan pengadaan sarana prasarana
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru
b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.
c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10
d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap
kelas.
e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin
f. Perbaikan lapangan lompat jauh
g. Pengadaan tong sampah tiap kelas
h. Pengadaan mesin potong rumput
i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD
pembelajaran.
j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan
belakang.
k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain
l. Komputer/Laptop
m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan
Konseling
Untuk melaksanakan program tersebut telah
dibentuk tiga tim, yaitu: Tim Belanja barang, Tim
Pemeriksa Barang, dan Panitia Pembangunan Sekolah.
Para penanggungjawab program diberi target waktu
kapan kegiatan tersebut harus sudah selesai,
kemudian dilakukan evaluasi tantangan dan
hambatannya serta bagaimana solusi pemecahannya.
-
57
Tabel 4.1
No Kegiatan Jadwal
Pelaksanaan Penanggungjawab
1.
Pembangunan 3
Ruang Kelas
Baru
April s.d. Juni
2015
Panitia
Pembangunan
Sekolah
2.
Rehabilitasi 4
ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D
April s.d. Juni
2015
Panitia
Pembangunan Sekolah
3.
Pengadaan WC
siswa sebanyak
12
April 2015
Panitia
Pembangunan
Sekolah
4.
Pengadaan
ruang tempat
alat music, ruang praktek
matematika
April s.d. Juni
2015
Panitia
Pembangunan Sekolah
5.
Pengadaan LCD
proyektor, layar
LCD untuk tiap
kelas
April s.d. Juni
2015 Tim Belanja Barang
6.
Perbaikan
lapangan basket dengan
atap tertutup
sehingga bisa
multi fungsi
April s.d. Juni
2015
Panitia
Pembangunan
Sekolah
7.
Pengadaan alat
Olah Raga secara rutin
September 2014
dan Maret 2015 Tim Belanja Barang
8.
Handycam
untuk
pembuatan CD
pembelajaran
Mei 2015 Tim Belanja Barang
9.
Pengadaan alat
Drum Band
Sekolah
Mei 2015 Tim Belanja Barang
10.
Perbaikan
taman sekolah
wilayah tengah
dan belakang
Juni 2015
Panitia
Pembangunan
Sekolah
11. Perlengkapan
Perpustakaan April 2015 Tim Belanja Barang
12. Komputer/Lapt
op September 2014 Tim Belanja Barang
13. Perluasan/Pem April s.d. Juni Panitia
-
58
bangunan
Ruang Bimbingan dan
Konseling
2015 Pembangunan
Sekolah
Sumber: Program Kerja Kaur Sarpras 2014/2015, diolah
Berdasarkan hasil wawancara dan studi
dokumen dapat diketahui bahwa untuk pelaksanaan
program tersebut dananya berasal dari 3 sumber.
Pertama, pembangunan dan pengadaan dengan sumber
dana dari pemerintah melalui Dana Alokasi Khusus
(DAK) yang pelaksanaannya secara swakelola dan
droping. Pada bagian ini hambatannya adalah
ketergantungan manajemen sekolah terhadap
kebijakan pemerintah dalam mengucurkan bantuan.
Sehingga hanya bisa menunggu datangnya bantuan
setelah mengajukan proposal bantuan. Kedua,
Pembangunan dan pengadaan yang sumber dananya
berasal dari pihak ketiga. Kesulitan yang dialami
adalah bahwa pihak sekolah tidak memiliki tenaga yang
dapat menarik pihak ketiga untuk membantu
pendanaan dalam kegiatan pendidikan. Ketiga,
Pembangunan dan pengadaan yang sumber dananya
berasal dari sumbangan komite sekolah terhambat
dengan kondisi ekonomi orang tua peserta didik yang
sebagian masih berada dalam kondisi pra sejahtera
sehinggga dana yang digalang dari partisipasi orang tua
peserta didik belum dapat optimal.
4.3.1.4 Unsur Hasil
Keberhasilan manajemen sarana prasarana
sangat ditentukan oleh pelaksanaannya (process), dan
pelaksanaan (process) dipengaruhi oleh tingkat
-
59
kesiapan segala hal (input) yang diperlukan untuk
berlangsungnya manajemen sarana prasarana. Hasil
dari manajemen sarana prasarana yang efektif dan
efisien merupakan indikator manajemen sarana
prasarana yang akan berimbas pada kualitas
pembelajaran sehingga dapat menciptakan sekolah
yang berkualitas.
Dari hasil wawancara, observasi, dan studi
dokumen diperoleh data sebagai berikut:
1) Inventarisasi
Ada tiga kegiatan utama dalam proses
inventarisasi, yaitu: pencatatan, pemberian kode dan
pelaporan. Ketiga kegiatan tersebut berkaitan dengan
administrasi sekolah. Sarana prasarana yang telah
selesai pengadaanya harus dicatat dalam buku
inventaris, diberi kode pada sarana prasarananya,
setelah itu dilaporkan kepada atasan dalam hal ini
kepala sekolah kemudian kepala sekolah
melaporkannya pada dinas terkait/Pemerintah.
Demikian pendapat bagian inventaris. Namun demikian
kaur sarana prasarana mengatakan lain, bahwa
penginventarisasian sarana prasarana yang diperoleh
dari bantuan pemerintah maupun dari sumber dana
komite sekolah belum semuanya terinventaris dengan
baik, masih banyak barang yang tidak masuk dalam
buku inventaris atau ada catatan di inventaris tetapi
barangnya tidak ada. Hasil wawancara dengan kaur
sapras tersebut dibenarkan oleh guru dan tenaga
kependidikan, bahwa inventaris barang masih kurang
teliti dan asal-asalan dalam membuat data inventaris,
sebagai contoh data yang tertulis dalam kartu
-
60
inventaris ruangan tidak sesuai dengan barang –
barang yang ada di ruangan tersebut. Keteledoran
tersebut berakibat pada ketidaksiapan sarana ketika
akan dimanfaatkan untuk proses pembelajaran.
Kekurang telitian tersebut juga berakibat pada analisis
kebutuhan akan sarana dan prasarana setiap
tahunnya. Menurut waka II bahwa kendala yang
dihadapi pada proses inventarisasi adalah petugas
penanggungjawab sarana prasarana harus membagi
waktu dan tenaga untuk tugas sebagai pendidik dan
sebagai pengelola sarana dan prasarana sekolah
demikian juga dengan staf yang membantu pengelolaan
sarana dan prasarana sekolah juga harus membagi
waktu dan tenaga sebagai pengurus laboratorium IPA
dan sebagai pengelola sarana prasarana. Hal ini terjadi
karena sekolah tidak memiliki anggaran yang cukup
untuk memberikan gaji kepada pengelola sarana dan
prasarana sekolah.
2) Pemeliharaan
Pemeliharaan sarana prasarana sekolah di SMP
Negeri 1 Limbangan dilakukan secara rutin, berkala
dan insidental. Hasil wawancara dengan kepala sekolah
yang dibenarkan oleh penanggungjawab pengelola
sarana prasarana sekolah menyatakan bahwa
pemeliharaan sarana prasarana sekolah tergantung
pada ketersediaan dana. Namun demikian sekolah
sudah menjadwalkan pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah secara rutin setiap tahun,
pemeliharaan berkala sesuai dengan tingkat ketahanan
sarana prasarana sekolah, selain itu juga dilakukan
pemeliharaan insidental pada sarana prasarana yang
-
61
membutuhkan pemeliharaan mendadak karena sangat
dibutuhkan dalam proses pembelajaran maupun
sarana penunjang pembelajaran.
Wakil Kepala Sekolah II bagian humas dan
sarana prasarana menyatakan bahwa sumber dana
yang terbatas dan bantuan pemerintah yang terkendala
regulasi kebijakan mengharuskan SMP Negeri 1
Limbangan untuk menjaga efisiensi dalam
pemeliharaan sarana prasarana sekolah. Adakalanya
jadwal pemeliharaan tidak dapat dilaksanakan karena
ketersediaan dana yang tidak mencukupi.
Hasil wawancara dengan Kaur Sarana Prasarana
menyatakan bahwa semestinya pemeliharaan sarana
prasarana dapat dimulai dari pemakaian dengan cara
yang hati-hati terutama dalam pemakaian sarana
laboratorium. Sementara sekolah belum memiliki
pengelola khusus yang mempunyai keahlian sesuai
dengan jenis sarana prasarana sekolah. Kalaupun akan
mengangkat petugas khusus, sekolah kesulitan dana
dalam penggajiannya.
3) Pemanfaatan
Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah yang
efektif sesuai dengan aturan penggunaan yang ada
dalam masing-masing sarana dapat menambah
efisiensi pemanfaatan sarana tersebut. Hasil
wawancara dengan beberapa guru dan peserta didik
didapat hasil bahwa sebagian guru masih belum dapat
memanfaatkan sarana pembelajaran khususnya yang
berkaitan dengan TIK dengan baik. Sebagian guru
masih belum dapat memanfaatkan LCD Proyektor
sebagai sarana pembelajaran, apalagi pemanfaatan
-
62
internet. Menurut pengelola sarana prasarana sekolah
bahwa belum adanya aturan yang dikeluarkan sekolah
dalam pemakaian sarana yang ada, sehingga sering
terjadi guru atau tenaga kependidikan pada saat akan
menggunakan sarana sekolah sebagai sarana
pembelajaran barangnya tidak ada dan tidak diketahui
siapa yang menggunakannya. Hal ini terjadi karena
tidak ada petugas khusus pengelola sarana dan tidak
disediakan buku peminjaman barang. Kadang juga
terjadi pemakai sarana setelah selesai tidak
mengembalikan lagi ke gudang penyimpanan sehingga
orang lain yang akan memakai kesulitan mencari
sarana tersebut. Menurut guru yang lain pemanfaatan
sarana dan prasrana pembelajaran sangat mendukung
pencapaian hasil belajar peserta didik, bahkan pada
kegiatan ektakurikuler olahraga dan seni ketersediaan
sarana mampu menghasilkan prestasi dalam bidang
olahraga dan kesenian di tingkat kabupaten maupun
propinsi. Hal ini lebih dikarenakan kemampuan guru
dalam memanfaatkan sarana yang tersedia.
4) Penghapusan
Secara operasional penghapusan sarana dan
prasarana adalah kegiatan untuk meniadakan sarana
dan prasarana sekolah dari daftar inventaris.
Penghapusan sarana dan prasarana sekolah adalah
sarana dan prasarana yang sudah tercatat dalam buku
inventaris dengan dengan criteria-kriteria normative
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Hasil
wawancara dengan bagian inventaris dan kepala
sekolah diperoleh data bahwa di SMP Negeri 1
Limbangan belum pernah diadakan usulan
-
63
penghapusan sarana prasarana sekolah. Hal ini
dikarenakan sarana dan prasarana yang ada
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan didaya
gunakan secara optimal.
4.3.2 Hasil Analisis
Hasil penelitian yang sudah didiskripsikan secara
kualitatif kemudian akan dianalisis menggunakan
model evaluasi CIPP guna menjawab rumusan masalah.
4.3.2.1 Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks merupakan latar belakang atau
situasi lingkungan yang mempengaruhi tujuan dan
strategi yang dikembangkan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan strudi
dokumen ditemukan fakta bahwa manajemen sarana
dan prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan
ditinjau dari evaluasi konteks dilatar belakangi oleh
visi, misi, dan ujuan sekolah. Untuk dapat mencapai
visi, misi, dan tujuan sekolah diperlukan pendukung
yang berupa sarana dan prasarana sekolah yang
memadai. Kepala sekolah dan komite sekolah memiliki
komitmen yang kuat untuk memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang
tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah.
Kepala sekolah membentuk tim pengembang
sekolah yang salah satunya mengenai standar sarana
dan prasarana. Tim penyusun RKJM, RKT, dan RKAS.
Komite sekolah membantu dalam menggalang dana
dari orang tua peserta didik, alumni maupun pihak
ketiga.
-
64
4.3.2.2 Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan mencakup kesiapan sumber
daya manusia, skala prioritas, pendanaan dan strategi
yang disiapkan manajemen sarana prasarana sekolah.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan,
ditemukan fakta bahwa manajemen sarana dan
prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan ditinjau dari
komponen evaluasi masukan adalah sebagai berikut:
1) Kesiapan suber daya manusia
Masih belum memiliki pengelola sarana
prasarana yang khusus dengan latar belakang
pendidikan/keahlian pengelola sarana prasarana,
hanya mengoptimalkan guru dan tenaga kependidikan
yang ada sehinga pengelolaan sarana prasarananya
kurang optimal.
2) Skala prioritas
Pada tahun 2014/2015 SMP Negeri 1 Limbangan
memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan:
a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru
b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.
c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10
d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap
kelas.
e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin
f. Perbaikan lapangan lompat jauh
g. Pengadaan tong sampah tiap kelas
h. Pengadaan mesin potong rumput
i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD
pembelajaran.
j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan
belakang.
-
65
k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain
l. Komputer/Laptop
m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan
Konseling
3) Pendanaan
Berasal dari tiga sumber, yaitu pemerintah lewat
dana alokasi khusus (DAK) dan bantuan operasional
sekolah (BOS), sumbangan komite sekolah dan dari
alumni. Dari DAK untuk pembangunan 3 ruang kelas
baru dan rehabilitasi 4 ruang kelas rusak. Dana BOS
hanya dapat digunakan untuk perawatan ringan dan
pengadaan alat – alat pembelajaran. Sumbangan
komite digunakan untuk pembangunan kamar
mandi/WC siswa, perbaikan taman sekolah, perbaikan
lapangan olahraga, dan pengadaan alat kebersihan.
Sumbangan dari alumni dan masyarakat dimanfaatkan
untuk pengadaan karpet masjid dan perlengkapan
perpustakaan.
4) Strategi
Dilakukan penyusunan kebutuhan sesuai dengan
skala prioritas kebutuhan, membahas pendanaan dan
rencana pengadaan/perawatan dengan komite sekolah
mana-mana pengadaan/perawatan yang dipenuhi
dengan sumber dana dari DAK dan BOS, mana
pengadaan/[perawaan yang dipenuhi dengan sumber
dana sumbangan komite dan pihak ketiga atau
masyarakat.
4.3.2.3 Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan pelaksanaan nyata
dari manajemen sarana dan prasarana sekolah yang
-
66
meliputi perencanaan pengadaan sarana prasarana,
penanggungjawab pengadaan/perawatan/rehabilitasi,
jadwal pelaksanaan program, evaluasi tantangan dan
hambatan serta solusinya.
Hasil wawancaran, observasi dan studi dokumen
menunjukkan fakta sebagai berikut:
1) Perencanaan
Hasil dari diskripsi kebutuhan sarana dan
prasarana yang kemudian di skala prioritas
berdasarkan prioritas kebutuhan direncanakan:
a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru
b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.
c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10
d. Pengadaan LCD proyektor, layar LCD untuk tiap
kelas.
e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin
f. Perbaikan lapangan lompat jauh
g. Pengadaan tong sampah tiap kelas
h. Pengadaan mesin potong rumput
i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD
pembelajaran.
j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan
belakang.
k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain
l. Komputer/Laptop
m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan
Konseling
2) Penanggung jawab
Penanggung jawab pembangunan dan rehabilitasi
prasarana sekolah adalah Panitia Pembangunan
Sekolah (P2S), penanggung jawab pengadaan sarana
-
67
adalah tim belanaja barang dan tim pemeriksa barang.
Masing – masing penanggungjawab diberi target waktu
untuk menyelesaikan pekerjaannya seperti yang
tercantum dalam table 4.1
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadaan/rehabilitasi/perawatan
sarana prasarana didanai dari 3 sumber, yakni
pemerintah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) yang
dilaksanakan secara swakelola atupun droping.
Swakelola hambatannya dana yang dikeluarkan
pemerintah tidak tentu waktunya sehingga
menyulitkan P2S dalam melaksanakan swakelola.
Sedangkan bantuan DAK dengan sistem droping,
sarana prasarana yang diterima sekolah kadang tidak
sesuai dengan kebutuhan sekolah atau mutunya
sangat rendah. Sumber dana dari pihak ketiga dalam
hal ini adalah alumni, kesulitan yang dialami adalah
tidak adanya tenaga dari pihak sekolah yang memiliki
kemampuan dalam menarik alumni untuk ikut
membantu pendanaan pengadaan sarana prasarana
sekolah. Sumber dana dari komite sekolah terhambat
dengan kondisi ekonomi orang tua siswa dan batasan
dari pemerintah dalam hal ini peraturan bupati yang
melarang manajemen sekolah menarik sumbangan dari
orang tua siswa lebih dari Rp 900.000,-, hal ini
menyebabkan partisipasi orang tua peserta didik dalam
hal pendanaan sekolah kurang optimal.
4.3.2.4 Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil yaitu keseluruhan hasil yang
dicapai oleh program. Berdasarkan dari data yang
-
68
berhasil dikumpulkan peneliti, ditemukan fakta bahwa
manajemen sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1
Limbangan Kabupaten Kendal dari unsur hasil
meliputi:
1) Inventarisasi
Ada tiga proses inventarisasi yaitu: pencatatan,
pemberian kode dan pelaporan. Kegiatan tersebut
sudah dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan, namun
masih ditemukan kekurangtelitian petugas pengelola
sarana dan prasarana sekolah sehingga ada beberapa
sarana yang tidak terinventarisir atau ada barang yang
tercatat di buku inventaris tetapi barangnya tidak tahu
kemana. Akibat dari kekurangtelitian petugas
menyebabkan ketidaksiapan sarana prasarana pada
saat akan dimanfaatkan pada proses pembelajaran,
sehingga prsoses pembelajaran tidak dapat berjalan
dengan baik yang berimbas pada hasil belajar peserta
didik kurang maksimal.
2) Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan secara rutin, berkala
dan insidental. pemeliharaan secara rutin dilakukan
setahun dua kali yaitu pada bulan Desember dan bulan
Juli. Pemeliharaan berkala dilakukan sesuai dengan
tingkat ketahanan masing–masing sarana prasarana
sekolah. Sedangkan pemeliharaan insidental dilakukan
pada sarana prasarana sekolah yang memerlukan
pemeliharaan mendadak karena sangat dibutuhkan
dalam proses pembelajaran maupun penunjang
pembelajaran.
Untuk efisiensi anggaran dan efektifitas sarana
prasarana sekolah dimulai dari pemanfaatan sarana
-
69
prasarana sekolah terutama sarana laboratorium harus
secara hati – hati dan sesuai dengan petunjuk
pemanfaatan yang ada dalam masing – masing sarana.
3) Pemanfaatan
Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah yang
efektif sesuai dengan aturan penggunaan yang ada
dalam masing-masing sarana dapat menambah
efisiensi pemanfaatan sarana tersebut. Dari hasil
penelitian ditemukan adanya beberapa guru yang
belum dapat memanfaatkan sarana sesuai dengan
aturan penggunaannya khususnya sarana yang
berkaitan dengan TIK, contohnya penggunaan LCD
Proyektor, dan pemanfaatan internet.
Di SMP Negeri 1 Limbangan ini juga belum ada
aturan tentang pemanfaatan sarana dan prasarana
sekolah, belum disediakan buku peminjaman sarana
sekolah, juga belum memiliki petugas khusus yang
mengurusi sarana sekolah.
4) Penghapusan
Dari data yang dikumpulkan peneliti bahwa di
SMP Negeri 1 Limbangan ini belum pernah
mengusulkan penghapusan sarana dan prasarana
sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah berusaha
memanfaatkan sarana prasarana yang ada sebaik-
baiknya dan didayagunakan secara optimal.
4.4 Pembahasan
Dalam sub bab ini dibahas mengenai analisis
data yang berhasil dikumpulkan penelitian guna
menjawab rumusan masalah.
-
70
4.4.1 Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks ini merupakan situasi atau
latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan strategi
yang dikembangkan. Berdasarkan data yang berhasil
dikumpulkan ditemukan fakta bahwa manajemen
sarana dan prasarana sekolah di SMP Negeri 1
Limbangan ditinjau dari evaluasi konteks dilatar
belakangi oleh visi, misi, dan ujuan sekolah. Untuk
dapat mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah
diperlukan pendukung yang berupa sarana dan
prasarana sekolah yang memadai. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mansur dalam bukunya Metodologi
Pendidikan Agama Islam yang dikutip Suharsimi “
Kegiatan belajar mengajar di kelas memerlukan sarana
atau fasilitas yang sesuai dengan kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru dan murid. Fasilitas yang tersedia
turut menentukan pilihan metode mengajar” (Arikunto,
2005: 6).
Kepala sekolah mempunyai komitmen yang kuat
dengan membentuk tim pengembang sekolah yang
salah satunya mengenai standar sarana prasarana.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmud
Hidayat (2013) dengan judul “ Manajemen Sarana dan
Prasarana Pendidikan di SMA Institut Indonesia
Semarang”. Penelitian ini membahas mengenai
manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Dalam
penelitian ini disebutkan bahwa komitmen kepala
sekolah dengan membuat surat keputusan membentuk
tim khusus dalam melakukan perencanaan sarana dan
prasarana.
-
71
Jika dibandingkan antara penelitian yang
dilakukan Mahmud (2013) dengan penelitian yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan memiliki
persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama
membahas mengenai komitmen kepala sekolah tentang
pembentukan tim yang menangani sarana prasarana
sekolah. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh
Mahmud (2013) tim yang dibentuk bertugas khusus
melakukan perencanaan sarana dan prasarana
sekolah. Sedangkan yang dilakukan kepala sekolah
SMP Negeri 1 Limbangan adalah membentuk tim yang
tugasnya tidak hanya melakukan perencanaan
kebutuhan sarana prasarana saja, tetapi juga
melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan.
4.4.2 Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan mencakup kesiapan sumber
daya manusia, skala prioritas, pendanaan dan strategi
yang disiapkan manajemen sarana prasarana sekolah.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan,
ditemukan fakta bahwa manajemen sarana dan
prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan ditinjau dari
komponen evaluasi masukan adalah sebagai berikut:
1) Kesiapan sumber daya manusia.
SMP Negeri 1 Limbangan baru memiliki pengelola
sarana prasarana sekolah yang khusus dengan latar
belakang pendidikan/keahlian pengelola sarana
prasaran, yaitu pengelola perpustakaan saja.
Sedangkan pengelola ruangan lain seperti Laboratorium
dan pengelola sarana prasarana lainnya ditangani oleh
pengelola yang tidak memiliki keahlian khusus sebagai
-
72
pengelola sarana prasarana sekolah. Kecenderungan ini
dapat menjadi hambatan dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pengelolaan, serta berdampak
pada produktifitas sarana prasarana sekolah.
Kesiapan sumber daya manusia pengelola sarana
prasarana sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Tangela (2013) dengan judul “Analisis Implementasi
Kebijakan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah
di SMP Negeri 2 Batu”. Penelitian ini membahas
tentang implementasi kebijakan pengelolaan saran dan
prasarana sekolah yang meliputi: perencanaan,
pengadaan, pendistribusian, pemakaian, pemeliharaan,
inventarisasi, dan penghapusan sarana prasarana
sekolah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam pemakaian sarana prasarana ada kendala bagi
efektifitas dan efisiensi pengelolaan yang berimbas pada
produktifitas sarana prasarana sekolah. Adapun
penyebab dari kendala tersebut adalah belum adanya
petugas pengelola khusus sarana prasarana sekolah.
Jika dibandingkan antara penelitian yang
dilakukan oleh Tangela (2013) dengan penelitian yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan mempunyai
persamaan dan perbedaan. Keduanya sama – sama
membahas mengenai pengelolaan sarana prasarana
sekolah yang keduanya juga mendapatkan hasil bahwa
kendala dalam pengelolaan sarana prasarana
disebabkan karena tidak dimilikinya pengelola khusus
sarana prasarana sekolah. Perbedaannya penelitian
yang dilakukan Tangela (2013) pengelolaan sarana
prasarana dilakukan seluruhnya oleh guru sebagai
“side job”, yang disebabkan karena keterbatasan dana.
-
73
Sedangkan di SMP negeri 1 Limbangan dikelola oleh
pengelola yang belum memiliki keahlian khusus
sebagai pengelola sarana prasarana sekolah.
2) Skala Prioritas.
Hasil yang diperoleh dari hasil wawancara dan
studi dokumen menunjukkan bahwa skala prioritas
perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana
di SMP Negeri 1 Limbangan ditentukan melalui
mekanisme penjaringan aspirasi dari warga sekolah
tentang kebutuhan sarana prasarana dan hasil
diskripsi kekurangan sarana prasarana pada tahun
sebelumnya. Kemudian disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia/dapat disediakan melalui rapat dengan
komte sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Pada
tahun 2014/2015 ditentukan prioritas pemenuhan
kebutuhan sebagai berikut:
a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru
b. Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.
c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10
d. Pengadaan LCD proyektor untuk tiap kelas.
e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin
f. Perbaikan lapangan lompat jauh
g. Pengadaan tong sampah tiap kelas
h. Pengadaan mesin potong rumput
i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD
pembelajaran.
j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan
belakang.
k. Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain
l. Komputer/Laptop
-
74
m. Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan
Konseling
Skala prioritas pemenuhan kebutuhan sarana
prasarana pendidikan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Solichin (2011) yang berjudul “Manajemen
Sarana dan Prasarana Pendidikian di STAIN
Pamekasan”. Penelitian ini memebahas tentang a)
Pemeliharaan sarana dan prasarana, b) Aspek-aspek
manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, inventarisasi,
pengendalian dan pengawasan, c) Tujuan manajemen
sarana dan prasarana pendidikan, dan d) siklus
pengelolaan sarana prasarana. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa skala prioritas perencanaan
masih merupakan keinginan pemegang kebijakan.
Jika dibandingkan antara penelitian yang
dilakukan Solichin (2011) dengan penelitian yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan keduanya sama-
sama membahas tentang perencanaan sarana
prasarana pendidikan. Perbedanya penelitian yang
dilakukan Solichin (2011) menunjukkan bahwa skala
prioritas perencanaan masih merupakan keinginan
pemegang kebijakan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan di SMP negeri 1 Limbangan menunjukkan
bahwa skala prioritas perencanaan pemenuhan
kebutuhan saran prasarana didasarkan pada hasil
kesepakatan semua warga sekolah.
3) Pendanaan.
Pendanaan pengadaan/perawatan sarana
prasarana sekolah di SMP negeri 1 Limbangan berasal
dari tiga sumber, yaitu pemerintah melalui DAK dan
-
75
BOS, sumbangan komite dan dari Alumni. Masing –
masing sumber pendanaan memili kendala yang
berbeda. Sumber dana DAK memiliki kendala regulasi
anggaran tergantung pada kebijakan pemerintah.
Sumber dana BOS memiliki batasan-batasan
pemanfaatan anggarannya. Sumber dana komte dan
alumni memili hambatan kondisi ekonomi masyarakat
menyebabkan kurang optimalnya penggalangan dana
dari sumber ini.
Dari sumber dana diatas salah satunya sumber
dana dari masyarakat, yaitu orang tua dan alumni. Hal
ini menggambarkan keikutsertaan masyarakat dalam
penggalangan dana. Ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh McDonald (2010) dengan judul
penelitian “Contested Visions of the Community School”.
Penelitian ini membahas mengenai analisis kebutuhan
sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat dan warga sekolah membantu dalam
pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Adapun
fasilitas yang tersedia dari bantuan masyarakat adalah
perlengkapan olahraga. Demikian juga penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2013) dengan judul
“Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMA
Institut Indonesia Semarang”. Hasil penelitian
menunjukkan sumber dana yang dimiliki SMA Institut
Indonesia Semarang berasal dari pemerintah, yayasan,
alumnus, orang tua, dan donatur. Sumber-sumber
dana tersebut didistribusikan dalam bentuk RAPBS.
Jika dibandingkan dengan kedua penelitian
tersebut dengan penelitian yang di lakukan di SMP
Negeri 1 Limbangan ada persamaan dan perbedaanya.
-
76
Ketiganya sama-sama membahas mengenai
keikutsertaan masyarakat dalam menyumbangkan
dana bagi perencanaan sarana prasrana pendidikan.
Hanya saja penelitian yang dilakukan McDonald (2010)
alokasi dananya untuk kebutuhan olahraga, penelitian
yang dilakukan Hidayat (2013) alokasi dananya
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan
alokasi dana sumbangan masyarakat digunakan untuk
pembangunan kamar mandi/WC siswa, perbaikan
taman sekolah, perbaikan lapangan olahraga, dan
pengadaan alat kebersihan.
4) Strategi.
Hasil wawancara dan studi dokumen
menunjukkan bahwa strategi dalam perencanaan
pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah di
SMP Negeri 1 Limbangan adalah dengan melakukan
penyusunan kebutuhan sesuai dengan skala prioritas
kebutuhan, kemudian membahas rencana pendanaan
dan pengadaan/perawatan dengan komite sekolah.
4.4.3 Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan pelaksanaan nyata
dari manajemen sarana dan prasarana sekolah yang
meliputi perencanaan pengadaan sarana prasarana,
penanggungjawab pengadaan/perawatan/rehabilitasi,
jadwal pelaksanaan program, evaluasi tantangan dan
hambatan serta solusinya. Hasil wawancaran, observasi
dan studi dokumen menunjukkan fakta sebagai
berikut:
1) Perencanaan.
-
77
Perencanaan pengadaan/perawatan/rehabilitasi
sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan
direncanakan berdasarkan diskripsi kebutuhan sarana
prasarana yang dihimpun dari laporan tahun yang lalu
dan daftar usulan pengadaan/perawatan/rehabilitasi
yang diajukan oleh guru, tenaga kependidikan, peserta
didik maupun komite sekolah/orang tua siswa.
Perencanaan tersebut dituangkan dalam RKJM tahun
2013/2017, serta RKAS dan RKT tahun 2014/2015.
Penelitian Solichin (2013), penelitian Hidayat
(2013), dan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1
Limbangan sama – sama membahas tentang
perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana
sekolah. Jika dibandingkan antara ketiganya, masing
masing memiliki perbedaan. Penelitian Solichin (2011)
di STAIN Pamekasan menemukan bahwa perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan merupakan
keinginan pemegang kebijakan dan belum memiliki
suatu dokumen yang menjadi pegangan, landasan dan
acuan dalam upaya mengembangkan secara
institusional. Perencanaan sarana prasarana
pendidikan di STAIN Pamekasan belum menyerap
aspirasi civitas STAIN Pamekasan. Penelitian Hidayat
(2013) di SMA Institut Indonesia Semarang menemukan
bahwa perencanaan sarana prasarana di SMA II
Semarang dilakukan di awal tahun ajaran, dan disusun
oleh tim khusus yang dibentuk kepala sekolah. Tim
tersebut menyusun rencana sarana prasarana dengan
melakukan identifikasi kebutuhan, pendataan sarana
dan prasarana dengan nmenggunakan sekala prioritas.
Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1
-
78
Limbangan menemukan bahwa perencanaan dilakukan
oleh tim pengembang sekolah pada awal tahun ajaran.
Tim tersebut bertugas mengidentifikasi kebutuhan
berdasarkan laporan tahun sebelumnya dan usulan
dari warga sekolah kemudian di skala prioritas
berdasarkan kebutuhan yang paling mendesak.
Perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana
sekolah didokumentasikan dalam RKJM tahun
2013/2017, RKAS dan RKT tahun 2014/2015.
2) Penanggungjawab.
Penanggung jawab adalah tim yang dibentuk oleh
kepala sekolah pada awal tahun pelajaran. Dalam hal
pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah, tim
yang bertanggung jawab ada tiga, yakni Panitia
Pembangunan Sekolah (P2S) yang bertanggungjawab
atas pembangunan prasarana sekolah, tim belanja
barang dan tim pemeriksa barang yang
bertanggungjawab atas pengadaan sarana sekolah.
Masing – masing penanggungjawab diberi batas waktu
tertentu untuk dapat menyelesaikan tanggungjawabnya
dan segera melaporkan hasil pekerjaannya kepada
kepala sekolah.
3) Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan pengadaan/perawatan
sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan
pendanaan diperoleh dari tiga sumber, yakni sumber
dana dari pemerintah melalui DAK dan BOS, sumber
dana dari sumbangan komite sekolah/orang tua siswa,
dan sumber dana dari alumni maupun donatur yang
tidak mengikat. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Tanggela (2013) yang
-
79
menemukan bahwa pelaksanaan pengadaan/perawatan
sarana prasarana sekolah bergantung pada sumber
dana dari pemerintah. Penelitian Hidayat (2013)
menunjukan bahwa pelaksanaan pengadaan/
perawatan mengandalkan sumber dana dari bantuan
masyarakat. Demikian juga dengan penelitian
McDonald (2010) menemukan bahwa pelaksanaan
pengadaan/perawatan sarana prasarana dibantu dari
bantuan masyarakat. Jika dibandingkan dengan ketiga
penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan di SMP
Negeri 1 Limbangan menemukan bahwa pelaksanaan
pengadaan/perawatan sarana prasarananya tidak
bergantung pada satu sumber dana saja tetapi
beberapa sumber dana, yakni pemerintah, bantuan
masyarakat, dan warga sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Ifeoma (2012),
dengan judul penelitian “Assessing School Facilities in
Public Secondary Schools in Delta State, Nigeria”,
membahas mengenai kondisi sarana dan prasarana
sekolah menengah umum di negara Nigeria. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kondisi sarana dan
prasarana sekolah rusak dan diharapkan adanya
perbaikan atau tahap pemeliharaan pengelolaan sarana
dan prasarana. Jika dibandingkan dengan penelitian
Ifeoma (2012), penelitian yang dilakukan di SMP Negeri
1 Limbangan menunjukkan bahwa di SMP Negeri 1
Limbangan tidak hanya melakukan perbaikan dan
pemeliharaan saarana prasarana saja tetapi juga
melakukan pengadaan sarana prasarana sekolah.
-
80
4.4.4 Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil yaitu keseluruhan hasil yang
dicapai oleh program. Berdasarkan dari data yang
berhasil dikumpulkan peneliti, ditemukan fakta bahwa
manajemen sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1
Limbangan Kabupaten Kendal dari unsur hasil
meliputi:
1) Inventarisasi.
Ditemukan kekurang telitian petugas pengelola
sarana prasarana dalam melakukan pencatatan,
pemberian kode dan pelaporan sarana prasarana. Hal
ini berkibat pada ketidaksiapan sarana prasarana pada
saat akan dimanfaatkan, sehingga proses pembelajaran
tidak dapat berjalan dengan baik.
2) Pemeliharaan.
Di SMP Negeri 1 Limbangan dilakukan
pemeliharaan secara rutin dua kali dalam satu tahun,
secara berkala berdasarkan ketahanan masing-masing
sarana prasarana sekolah, dan pemeliharaan insidental
yang dilakukan sesuai dengan kondisi sarana
prasarana yang memerlukan pemeliharaan mendadak
untuk menunjang proses pembelajaran.
3) Pemanfaatan.
Ditemukan adanya sebagian guru yang belum
dapat memanfaatkan sarana khususnya yang berkaitan
dengan TIK. Pengelolaan sarana prasarana sekolah
belum memiliki aturan pemanfaatan atau SOP (standar
operational procedure) sarana prasarana yang jelas,
belum menyediakan buku peminjaman sarana
pendidikan. SMP Negeri 1 Limbangan juga belum
-
81
memiliki petugas khusus pengelola sarana prasarana
sekolah karena keterbatasan dana.
4) Penghapusan
Di SMP negeri 1 Limbangan manajemen sarana
prasarana belum pernah mengusulkan penghapusan
sarana prasarana sekolah.
Hasil penelitian tersebut di atas sesuai dengan
penelitian Tanggela (2013) yang menemukan bahwa 1)
pemakaian sarana prasarana belum memiliki SOP dan
administrasinya belum terintegrasi secara digital.
Belum memiliki pengelola khusus sehingga mengurangi
efektifitas, efisiensi, dan produktifitas sarana
prasarana. 2) pemeliharaan dilakukan secara rutin,
berkala dan insidental. 3) inventarisasi dilakukan jika
ada sarana prasarana baru. 4) penghapusan belum
pernah diusulkan.
Jika dibandingkan antara penelitian Tanggela
(2013) dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri
1 Limbangan keduanya sama – sama membahas
tentang pemanfaatan/pemakaian, pemeliharaan,
inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana
sekolah. Perbedaanya di SMP Negeri 1 Limbangan
pemanfaatan/pemakaian sarana prasarana sekolah
belum efektif dan efisien karena sebagian guru belum
dapat mengoperasikan sarana yang berkaitan dengan
TIK. Inventarisasi di SMP Negeri 1 Limbangan masih
terdapat ketidak telitian pengelola yang berakibat
kurang efisien, kurang efektif dan berkurangnya
produktifitas sarana prasarana.
-
82
4.5 Implikasi
Implikasi dapat dirumuskan berdasarkan hasil
temuan penelitian yang merupakan kondisi nyata di
SMP Negeri 1 Limbangan. Dari hasil evaluasi dengan
model evaluasi CIPP ditemukan bahwa manajemen
sarana prasarana sekolah dapat berjalan dengan baik
jika, latar belakang perencanaan sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan sekolah. Dalam penentuan skala
prioritas kebutuhan melibatkan seluruh warga sekolah
dan didokumentasikan dengan jelas. Ditentukan
penanggungjawab dan jadwal pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan sarana prasarana sekolah. Agar sarana
prasarana sekolah dapat dimanfaatkan secara efektif,
efisien dan produktif perlu diinventarisasi dengan teliti,
dirawat secara rutin, berkala dan insidental.