BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...

27
63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Plumbon 01, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dengan sampel/ subjek penelitian adalah kelas IVA dan IVB. Kelas IV A sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV B sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2016 sampai bulan April 2016. Pemilhan sampel/ subjek penelitian didasarkan pada beberapa aspek antara lain karena kedua kelas berada dalam satu sekolah yang sama yang berstatus SD inti. Sehingga siswa pada kedua kelas juga diperkirakan memiliki karakteristik yang hampir sama. Selain itu jumlah siswa pada kedua kelas juga sama. Hal tersebut diperkuat melalui hasil uji kesetaraan yang telah dilakukan. Dari hasil pretest kedua kelompok menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas homogen. Artinya kedua kelas memiliki varians dan rata-rata nilai yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat diberi perlakuan atau tindakan. Pelaksanaan pemberian perlakuan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan setiap kelasnya. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran project based learning. Pertemuan pertama dan kedua di kelompok eksperimen, dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran problem based learning mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pertemuan pertama, peneliti melaksanakan pembelajaran tentang sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Pertemuan kedua, dilakukan pembelajaran tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1...

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Plumbon 01, Kecamatan Suruh,

Kabupaten Semarang dengan sampel/ subjek penelitian adalah kelas IVA dan

IVB. Kelas IV A sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV B sebagai kelompok

kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2016 sampai bulan April

2016. Pemilhan sampel/ subjek penelitian didasarkan pada beberapa aspek antara

lain karena kedua kelas berada dalam satu sekolah yang sama yang berstatus SD

inti. Sehingga siswa pada kedua kelas juga diperkirakan memiliki karakteristik

yang hampir sama. Selain itu jumlah siswa pada kedua kelas juga sama.

Hal tersebut diperkuat melalui hasil uji kesetaraan yang telah dilakukan.

Dari hasil pretest kedua kelompok menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas

homogen. Artinya kedua kelas memiliki varians dan rata-rata nilai yang tidak

berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan

kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dapat diberi perlakuan atau tindakan.

Pelaksanaan pemberian perlakuan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan

setiap kelasnya. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning, sedangkan

kelompok kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran project based

learning.

Pertemuan pertama dan kedua di kelompok eksperimen, dilakukan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran problem based

learning mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pertemuan

pertama, peneliti melaksanakan pembelajaran tentang sumber daya alam yang

dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang

dapat diperbaharui. Pertemuan kedua, dilakukan pembelajaran tentang sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

64

Pertemuan pertama dan kedua pada kelompok kontrol, dilakukan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran project based learning

mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pembagian materi

pada pertemuan pertama dan kedua sama seperti pembagian materi pada

kelompok eksperimen. Setelah kedua kelompok diberikan tindakan kemudian

diberikan posttest untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Jadwal penelitian dan tes serta aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan di

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol akan dipaparkan pada tabel

berikut:

1. Kelompok Eksperimen

Tabel 4.1

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kelas (IVA) / Kelompok

Eksperimen SD Negeri Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016

No Tanggal Uraian Kegiatan

1. 19 Maret 2016 Memberikan pretest untuk kelompok eksperimen yang

digunakan untuk uji kesetaraan.

2. 24 Maret 2016 Pertemuan 1 Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen

melalui model pembelajaran problem based learning

dengan materi sumber daya alam yang dapat diperbaharui

beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

3. 30 Maret 2016 Pertemuan 2

Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen melalui model pembelajaran problem based learning

dengan materi sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

4. 31 Maret 2016 Kelompok eksperimen diberi soal posttest sebagai

evaluasi.

65

Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Observasi:

a. Pertemuan I:

Kelompok eksperimen terlebih dahulu diberikan pretest pada tanggal 19

Maret 2016. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen pada

pertemuan pertama tanggal 24 Maret 2016 diikuti oleh 20 siswa tanpa ada yang

ijin tidak masuk. Materi yang dilaksanakan adalah materi pada indikator 11.1.1

sampai 11.1.4. Pada pertemuan pertama, guru atau peneliti menunjukkan benda-

benda nyata berupa tanah, air dan tumbuhan sebagai media pembelajaran atau

contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Guru juga mendemonstrasikan

penguapan air panas pada wadah yang diberi tutup sebagai bukti bahwa air adalah

salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Setelah itu guru dan siswa

melakukan tanya jawab mengenai benda-benda dan kegiatan yang baru saja

diamati. Dari pegamatan yang telah dilakukan, guru mengorientasikan siswa pada

masalah mengenai jenis sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta

manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan

undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk merencanakan aktivitas

pemecahan masalah. Cara pemecahan masalah yang dilakukan siswa yaitu dengan

mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan

dilingkungan sekitar dan diskusi kelompok. Setelah laporan selesai, siswa secara

berkelompok mempresentasikan hasil laporan pemecahan masalah didepan kelas.

Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil pemecahan

masalah yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk

membuat kesimpulan.

Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, peneliti yang

bertindak sebagai guru dan guru yang menjadi observer mencatat bahwa guru dan

siswa melakukan semua sintak dalam kegiatan pembelajaran dan masing-masing

mendapatkan persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92%

terlaksana. Nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan jumlah poin yang

dilaksanakan : jumlah keseluruhan poin x 100%. Sehingga total kegiatan yang

dilaksanakan guru adalah 23 dari 25 poin.

66

b. Pertemuan II

Pertemuan kedua pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal

30 Maret 2016 yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20. Materi yang

dilaksanakan adalah materi indikator 11.1.5 sampai 11.1.7. Kegiatan pembelajaran

dimulai dengan mengingat kembali materi yang diberikan di pertemuan pertama

serta guru kembali mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan menunjukkan

benda-benda nyata yang merupakan contoh sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui seperti bensin, logam, paku dan besi. Dari pegamatan yang telah

dilakukan, guru mengorientasikan siswa pada masalah mengenai jenis sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya.

Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa

dibimbing untuk merencanakan aktivitas pemecahan masalah. Cara pemecahan

masalah yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai

sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi

kelompok. Setelah laporan selesai, siswa secara berkelompok mempresentasikan

hasil laporan pemecahan masalah didepan kelas. Guru dan siswa melakukan tanya

jawab, evaluasi dan membahas hasil pemecahan masalah yang disajikan. Kegiatan

ahir yaitu guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.

Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, guru maupun siswa

masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran dengan persentase yang cukup

baik sesuai sintak dan RPP yaitu 96% (24 dari 25 poin). Dan jika dirata-rata pada

pertemuan 1 dan 2, guru dan siswa masing-masing melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan baik dengan presentase 94%.

Ahir kegiatan penelitian, pada tanggal 31 Maret 2016 kelompok

eksperimen diberikan soal posttest yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah

20 anak untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan suatu tindakan

berupa kegiatan pembelajaran dengan model problem based learning.

67

2. Kelompok Kontrol

Jadwal mengenai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di kelompok

kontrol dipaparkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kelas (IVB) / Kelompok Kontrol

SD Negeri Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016

No Tanggal Uraian Kegiatan

1. 19 Maret 2016 Memberikan pretes untuk kelompok kontrol yang digunakan untuk uji kesetaraan.

2. 23 Maret 2016 Pertemuan 1

Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol melalui

model pembelajaran project based learning dengan materi sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta

manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang

dapat diperbaharui.

3. 30 Maret 2016 Pertemuan 2 Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol melalui

model pembelajaran project based learning dengan materi

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat sumber daya alam yang

tidak dapat diperbaharui.

4. 31 Maret 2016 Kelompok kontrol diberi soal posttest sebagai evaluasi

Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Observasi:

a. Pertemuan I

Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama, terlebih dahulu kelompok

kontrol diberikan pretest pada tanggal 19 Maret 2016. Pelaksanaan kegiatan

pembelajaran pada kelompok kontrol pada pertemuan pertama tanggal 23 Maret

2016 diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20. Materi yang dilaksanakan

adalah materi pada indikator 11.1.1 sampai 11.1.4. Pada pertemuan pertama, guru

atau peneliti menunjukkan benda-benda nyata berupa tanah, air dan tumbuhan

sebagai media pembelajaran atau contoh sumber daya alam yang dapat

diperbaharui. Guru juga mendemonstrasikan penguapan air panas pada wadah

yang diberi tutup sebagai bukti bahwa air adalah salah satu sumber daya alam

yang dapat diperbaharui. Setelah itu guru dan siswa melakukan tanya jawab

mengenai benda-benda dan kegiatan yang baru saja diamati. Dari pegamatan yang

68

telah dilakukan, guru menentukan proyek atau tugas yang harus dikerjakan siswa

secara berkelompok yaitu pembuatan mading mengenai jenis sumber daya alam

yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi

menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk

merencanakan kegiatan penyelesaian proyek dan menyusun jadwal penyelesaian

proyek sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan penyelesaian proyek

yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber

seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi

kelompok. Siswa juga mencari berbagai bahan pembuatan mading diperpustakaan

sekolah. Siswa secara berkelompok mengerjakan dan menyelesaikan pembuatan

mading dengan bentuk sesuai kreatifitas kelompok. Setelah pengerjaan selesai,

siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil proyek berupa mading didepan

kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil

mading yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk

membuat kesimpulan.

Hasil observasi kegiatan pembelajaran project based learning yang

dilakukan, peneliti yang bertindak sebagai guru dan guru yang menjadi observer

mencatat bahwa guru dan siswa masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran

dengan persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92% terlaksana

didapat dari hasil perhitungan jumlah poin yang dilaksanakan : jumlah

keseluruhan poin x 100%. Sehingga total kegiatan yang dilaksanakan guru dan

siswa masing-masing adalah 23 dari 25 poin.

b. Pertemuan II

Pertemuan kedua pada kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 30

Maret 2016 yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20 siswa. Materi yang

dilaksanakan adalah materi indikator 11.1.5 sampai 11.1.7. Kegiatan pembelajaran

dimulai dengan mengingat kembali materi yang diberikan di pertemuan pertama

serta guru kembali mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan menunjukkan

benda-benda nyata yang merupakan contoh sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui seperti bensin, logam, paku dan besi. Dari pegamatan yang telah

69

dilakukan, guru menentukan proyek atau tugas yang harus dikerjakan siswa secara

berkelompok yaitu pembuatan mading mengenai jenis sumber daya alam yang

dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi

menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk

merencanakan kegiatan penyelesaian proyek dan menyusun jadwal penyelesaian

proyek sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan penyelesaian proyek

yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber

seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi

kelompok. Siswa juga mencari berbagai bahan pembuatan mading diperpustakaan

sekolah. Siswa secara berkelompok mengerjakan dan menyelesaikan pembuatan

mading dengan bentuk sesuai kreatifitas kelompok. Setelah pengerjaan selesai,

siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil proyek berupa mading didepan

kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil

mading yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk

membuat kesimpulan.

Hasil observasi kegiatan pembelajaran pertemuan kedua menggunakan

model pembelajaran project based learning yang dilakukan, guru maupun siswa

masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran dengan hasil persentase yang

cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92% (23 dari 25 poin). Dan jika dirata-

rata pada pertemuan 1 dan 2, guru dan siswa masing-masing melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan baik dengan presentase 92%.

Ahir kegiatan pada penelitian ini adalah pada tanggal 31 Maret 2016.

Kelompok kontrol juga diberikan soal posttest yang diikuti oleh seluruh siswa

yang berjumlah 20 anak untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan

suatu tindakan berupa kegiatan pembelajaran dengan model project based

learning.

70

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. Deskripsi

data meliputi data posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Sedangkan analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas, selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata (uji t) dari hasil posttest.

4.2.1 Deskripsi Data

Nilai posttest yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol masih berupa data mentah. Untuk dapat menarik kesimpulan dari data

mentah, data diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang lebih baik

mengenai data tersebut.

Data nilai hasil belajar IPA yang diperoleh dari kelompok eksperimen

yaitu siswa kelas IVA SD Negeri Plumbon 01 dan kelompok kontrol yaitu siswa

kelas IVB SD Negeri Plumbon 01 disajikan dan dianalisis secara deskriptif. Hal

ini dilakukan agar data tersebut dapat dipaparkan secara lebih baik dan

disimpulkan secara mudah. Supaya lebih jelas, sebelum dilakukan analisis

deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel destribusi frekuensi nilai posttest dari

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Data nilai posttest diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IVA SD N Plumbon 01 telah

diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning,

sedangkan pada kelompok kontrol yaitu siswa kelas IVB SD N Plumbon 01 yang

sudah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran project based

learning.

1. Kelompok Eksperimen

Cara yang dapat dilakukan untuk membuat destribusi frekuensi nilai hasil

belajar posttest pada kelompok eksperimen menurut Sugiyono (2010: 36) pertama

menghitung jumlah kelas interval (K), setelah itu menghitung rentang data atau

jangkauannya (Range), dan menghitung panjang interval kelasnya (I) dengan

rumus seperti di bawah ini:

71

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 20

= 1 + 3,3 . 1,30

= 1 + 4,29

= 5,29 (dibulatkan menjadi 5 kelas)

Range (R) = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1

= (95 – 60) + 1

= 35 +1

= 36

Interval (I) = Range

Banyaknya Kelas

= 36

5 = 7,2 (dibulatkan menjadi 7)

Banyaknya kelas (K) dari perhitungan yang dipaparkan telah diketahui,

setelah itu menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval

kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.3

Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen (Kelas IVA)

SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

Tahun Ajaran 2015/2016

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 95 keatas 1 5 %

2 88 – 94 1 5 %

3 81 – 87 6 30 %

4 74 – 80 6 30 %

5 67 – 73 4 20 %

6 60 – 66 2 10 %

Jumlah 20 100%

Nilai Tertinggi 95

Nilai Terendah 60

Rata-rata 78,5

Tabel 4.3 menunjukkan nilai posttest kelompok eksperimen. Dari seluruh

siswa kelas IVA SD N Plumbon 01, siswa yang mendapat nilai 95 keatas terdiri

dari 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 88 sampai dengan

72

94 terdiri dari 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 81

sampai dengan 87 terdiri dari 6 anak dengan persentasi 30%. Siswa yang

mendapat nilai 74 sampai dengan 80 terdiri dari 6 anak dengan persentase 30%.

Siswa yang mendapat nilai dari 67 sampai dengan 73 terdiri dari 4 anak dengan

persentase 20%. Sedangkan siswa dengan nilai 60 sampai dengan 66 terdiri dari 2

anak dengan persentase 10%. Nilai tertinggi dari kelompok eksperimen adalah 95

dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata 78,5.

Gambaran data hasil belajar IPA siswa kelas IVA (kelompok

eksperimen) dapat diperjelas melalui gambar 4.1 berupa diagram destribusi

frekuensi nilai hasil belajar IPA dari hasil posttest kelompok eksperimen berikut:

Gambar 4.1 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok

Eksperimen (Kelas IVA) SD N Plumbon 01, Tahun Ajaran 2015/2016

2. Kelompok Kontrol

Tabel destribusi frekuensi nilai posttest hasil belajar IPA kelompok

kontrol (IVB) juga disajikan seperti pada kelompok eksperimen. Langkah pertama

menurut Sugiyono (2010: 36) yaitu menghitung banyaknya kelas (K), setelah itu

menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I)

dengan rumus seperti berikut ini:

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 20

= 1 + 3,3 . 1,30

0

1

2

3

4

5

6

60 – 66 67 – 73 74 – 80 81 – 87 88 – 94 95

keatas

10%

20%

30% 30%

5% 5%

Frek

uen

si

Interval Nilai Posttest Kelompok Eksperimen

73

= 1 + 4,29

= 5,29 (dibulatkan menjadi 5 kelas)

Range (R) = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1

= (90 – 60) + 1

= 30 + 1

= 31

Interval (I) = Range

Banyaknya Kelas

= 31

5 = 6,2 (dibulatkan menjadi 6)

Rumus tersebut dapat menunjukkan banyaknya kelas (K), jangkuannya

(Range), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi

frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol (Kelas IVB) SD

Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

Tahun Ajaran 2015/2016

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 90 – 95 1 5%

2 84 – 89 5 25%

3 78 – 83 3 15%

4 72 – 77 4 20%

5 66 – 71 4 20%

6 60 – 65 3 15%

Jumlah 20 100%

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 60

Rata-rata 76

Tabel 4.4 dapat menunjukkan nilai posttest kelompok kontrol, dari

seluruh siswa kelas IV B SD Negeri Plumbon 01, siswa yang mendapat nilai 90

sampai 95 terdiri dari 1 anak dengan persentase 5%, siswa yang mendapatkan

nilai 84 sampai dengan 89 terdiri dari 5 anak dengan persentase 25%. Siswa yang

mendapat nilai 78 sampai dengan 83 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15%.

Siswa yang mendapat nilai 72 sampai dengan 77 terdiri dari 4 anak dengan

74

persentasi 20%. Siswa yang mendapat nilai 66 sampai dengan 71 juga terdiri dari

4 anak dengan persentase 20%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dari 60

sampai dengan 65 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15%. Nilai tertinggi dari

kelompok kontrol adalah 90 dan nilai terendahnya 60 dengan nilai rata-rata 76.

Gambaran data hasil belajar IPA kelompok kontrol disajikan pada

Gambar 4.2 berupa diagram destribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA dari hasil

posttest kelompok kontrol.

Gambar 4.2 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol

(Kelas IVB) SD N Plumbon 01, Tahun Ajaran 2015/2016

Analisis deskriptif nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dilakukan setelah destribusi frekuensi berupa tabel dan grafik telah

disajikan. Data deskriptif statistik nilai posttest dari kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, yang meliputi nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata dan

standar deviasi nilai hasil belajar IPA dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

0

1

2

3

4

5

60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 - 99 90 - 95

15%

20% 20%

15%

25%

5%

Fre

ku

en

si

Interval Nilai Posttest kelompok Kontrol

75

Tabel 4.5

Analisis Deskriptif Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol SD N Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016

Descriptive Statistics

N

Mini

mum

Maxi

mum Sum Mean

Std.

Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

EKSPERI

MEN 20 60 95 1570 78.50 1.990 8.900

KONTROL 20 60 90 1520 76.00 1.940 8.675

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai posttest kelompok eksperimen dengan

jumlah data (N) sebanyak 20 anak dengan jumlah nilai 1570 mempunyai nilai

minimum 60 dan nilai maksimum 95. Sedangkan mean pada kelompok

eksperimen yaitu 78,50 dan standart deviation yaitu 8,900. Sedangkan hasil

belajar IPA kelompok kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 20 dengan jumlah

nilai 1520 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 90. Kelompok

kontrol mempunyai mean yaitu 76,00 dan standart deviation yaitu 8,675.

4.2.2 Analisis Data

4.2.2.1 Uji Normalitas

Langkah analisis data yang pertama yaitu melakukan uji normalitas. Uji

normalitas dilakukan setelah pemberian tes, baik dalam kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol. Syarat suatu data dikatakan berdestribusi normal jika

signifikansi > 0,05.

Tabel 4.6

Uji Normalitas Posttest

Tests of Normality

KELOMPOK

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

NILAI EKSPERI MEN

.167 20 .144 .951 20 .382

KONTROL .150 20 .200* .937 20 .207

76

Tabel 4.6 dapat menunjukkan bahwa data pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol hasil posttest berdestribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan

hasil perhitungan nilai sig pada tabel Shapiro-Wilk kelompok eksperimen yang

menunjukkan angka 0,382 (0,382 > 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol

menunjukkan angka sebesar 0,207 (0,207 > 0,05). Dari data hasil perhitungan

diatas maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttes pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol berdestribusi normal.

Hasil uji normalitas posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol menggunakan SPSS 16,0 juga dapat disajikan dalam kurva berikut:

Gambar 4.3 Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen

Gambar 4.4 Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol

77

Kedua gambar diatas yaitu gambar 4.3 dan gambar 4.4, terdapat garis

diagonal yang menunjukkan keadaan ideal dari data yang mengikuti destribusi

normal. Titik-titik di sekitar garis adalah keadaan data yang diuji. Jika titik-titik

berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis maka dapat

disimpulkan bahwa data mengikuti destribusi normal. Titik-titik yang ditunjukkan

pada kedua gambar hampir mendekati dan bahkan ada beberapa yang menempel

garis, maka seperti yang telah ditunjukkan dalam perhitungan menggunakan SPSS

16.0 for Windows maka, data kedua kelompok yaitu eksperimen dan kontrol dari

hasil posttest tersebut terdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas memiliki tingkat

varians data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji homogenitasnya adalah

data nilai posttest kelompok eksperimen (kelas IVA) dan kelompok kontrol (kelas

IV B). Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS 16 for

Windows. Data dapat dikatakan homogen jika signikansi >0,05 dan jika

signifikansi < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

Hasil dari uji homogenitas data (posttest) hasil belajar IPA siswa kelas

IVA SD N Plumbon 01 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IVB SD N

Plumbon 01 sebagai kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Uji Homogenitas Posttest

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.018 1 38 .895

Hasil uji homogenitas pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sig. uji

homogenitas antara kelompok eksperimen dan keompok kontrol adalah 0,895.

Dari hasil yang ditunjukkan 0,895 > 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dinyatakan homogen. Dfl= jumlah kelompok

data - 1 atau 2 – 1 = 1 sedangkan df2= jumlah data - jumlah kelompok data atau

40 - 2 = 38.

78

4.2.2.3 Uji Hipotesis

Pengujian selanjutnya terhadap data posttest setelah dberikan perlakuan

atau tindakan adalah uji hipotesis menggunakan uji t. Pengujian ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik antara

kelompok eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning

dengan kelompok kontrol yang menggunakan model Project Based Learning.

Data dianalisis menggunakan teknik uji t dengan program SPSS Statistic 16.0 for

Windows. Berikut ini merupakan tabel uji t hasil belajar (posttest) peserta didik

setelah dilakukan tindakan antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol.

Tabel 4.8

Hasil Uji t Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Diffe

rence

Std.

Error

Diffe

rence

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

NI

LAI

Equal

varian

ces assumed

.018 .895 .900 38 .374 2.50000 2.77915 -3.12610 8.12610

Equal

varian ces not

assumed

.900 37.975 .374 2.50000 2.77915 -3.12622 8.12622

Hasil uji t dilihat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai sig. (2-tailed) 0,374

sehingga 0,374 > 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Problem

Based Learning dan Project Based Learning ditinjau dari hasil belajar dalam

pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semester 2 tahun ajaran 2015/2016.

Selain melihat tingkat signifikansi 0,05, hasil uji t dari perhitungan SPSS juga

79

dapat dilihat dari t hitung dan t tabel. Menurut Sugiyono (2010: 97) bila harga t

hitung lebih kecil atau sama dengan (<) dari harga t tabel maka Ho diterima.

Begitu pula sebaliknya, jika harga t hitung lebih besar atau sama dengan (>) dari

harga t tabel maka Ha diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak

dilihat (+) atau (-) nya.

Cara mengetahui perbandingan t hitung dan t tabel, maka terlebih dahulu

menghitung dk. Dk adalah jumlah keseluruhan siswa dari kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dikurangi dua. Dalam penelitian ini terdapat 40 siswa yang

diteliti. Jadi, untuk mengetahui dk pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

dk = n1 + n2 – 2

= 20 + 20 – 2

= 38

Dk dari perhitungan penelitian ini adalah 38 maka nilai t tabelnya 2,024.

Nilai t hitung yang diperoleh sebesar 0,900. Maka 0,900 < 2,024, jadi Ho

diterima Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based

Learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N

Plumbon 01 semester 2 tahun ajaran 2015/2016.

4.3 Pembahasan Penelitian

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran

IPA ditingkat sekolah dasar untuk lebih meningkatkan kemampuan dan

merangsang keaktifan siswa. Namun, kegiatan pembelajaran di SD N Plumbon 01

kurang maksimal dalam melibatkan siswa secara aktif untuk berusaha

membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri. Melihat begitu banyaknya

model pembelajaran, peneliti tertarik untuk membandingkan perbedaan

penggunaan dua model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar IPA dari aspek

kognitif. Dari berbagai model pembelajaran, peneliti tertarik untuk meneliti

perbedaan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project

Based Learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA.

80

Penelitian ini diawali dengan memberi pretest pada siswa kelas IVA dan

IVB SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dengan

materi pembelajaran energi. Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas, kemudian kedua kelas

diberikan tes (posttest). Materi posttest yang diberikan sesuai dengan materi yang

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu tentang sumber daya alam. Data

posttest yang dihasilkan dapat digunakan untuk menguji hipotesis.

Hasil pretest yang ditunjukkan oleh siswa kelas IVA dan IVB SD Negeri

Plumbon 01 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal,

homogen dan memiliki varians atau kemampuan yang sama sebelum diberi

perlakuan sehingga kondisi awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

memiliki perbedaan yang signifikan. Pemberian treatmen atau perlakuan dengan

model pembelajaran problem based learning dilakukan dikelas IVA sebagai kelas

eksperimen, dan pemberian treatmen dengan model pembelajaran project based

learning dilakukan dikelas IVB sebagai kelas kontrol. Setelah diberi treatment

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka selanjutnya adalah

diberikan posttest.

Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol berlangsung dengan baik.

Baik dari persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan prosedur

dalam model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning.

Hasil penelitian dan pengolahan data yang didapat, menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol pada saat posttest

menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai pada saat pretest. Rata-

rata nilai hasil belajar untuk posttest dari kelompok eksperimen sebesar 78,5 dan

pada kelompok kontrol sebesar 7,6. Sedangkan nilai pretest pada kelompok

eksperimen sebesar 72,25 sehingga peningkatan rata-rata nilai yang ditunjukkan

sebesar 6,25. Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai pretest sebesar

71,0 sehingga peningkatan pada kelompok kontrol sebesar 5,0. Berdasarkan

pemaparan diatas, nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol mengalami kenaikan dari hasil nilai pretest. Dan jika dilihat dari hasil

81

posttest, rata-rata nilai kedua kelompok menunjukkan perbedaan/ selisih nilai

hanya sebesar 2,50. Sehingga hasil yang ditunjukkan dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai posttest kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Secara singkat deskripsi komparasi hasil

pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 4.9 Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tahap pengukuran Rata-rata nilai (mean) kelompok Keterangan

selisih nilai Eksperimen Kontrol

Awal (pretest)

Akhir (posttest)

Peningkatan

72,25

78,50

6,25

71,00

76,00

5,00

1,25

2,50

Gambar 4.5 Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Hasil analisis uji t hasil belajar posttest pada tabel 4.8 sig. (2-tailed)

menunjukkan angka 0,374 yang berarti 0,374>0,05 sehingga Ho diterima dan Ha

ditolak. Sedangkan t hitung sebesar 0,900. Jika df = 38, maka t tabel sebesar 2,024

jadi, 0,900 < 2,024. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa

perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol ternyata

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari

hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester II

Tahun Ajaran 2015/2016.

66

68

70

72

74

76

78

80

pretest posttes

Nil

ai eksperi

men

kontrol

82

Pengambilan keputusan bahwa Ho diterima selain dilihat dari uji t dan

rata-rata hasil nilai pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol, hal ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Merinda

Dian Prametasari (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran problem

based learning memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Begitu pula dengan

penelitian yang dilakukan oleh I.A. Diyah Kamayani (2013) yang menyatakan

bahwa model pembelajaran project based learning memiliki pengaruh terhadap

hasil belajar IPA. Jadi antara kedua model pembelajaran tersebut dalam penelitian

ini memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Hasil posttest kedua model

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil pretest. Namun dalam

pengaruh yang ditunjukkan dari hasil belajar dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning dan project based learning dalam hasil

penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Hasil uji t yang menyatakan bahwa Ho diterima atau tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based

learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar IPA kelas IV SD N

Plumbon 01 Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016, dapat disebabkan oleh beberapa

faktor.

Faktor pertama dapat ditinjau dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan,

peneliti mendapatkan beberapa persamaan kendala yang dialami dalam

pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing model. Kendala yang sama yaitu

pada saat guru membimbing siswa melakukan penyelidikan atau pecarian

informasi. Dalam model pembelajaran problem based learning siswa

dikelompokkan secara heterogen dengan cara mengambil undian. Sebagian siswa

terlihat ada yang kurang kompak dalam bekerjasama dengan kelompoknya dan

lebih asik untuk bermain sendiri. Begitu juga dalam kegiatan presentasi ada

beberapa siswa yang masih malu-malu dan kurang percaya diri dalam

penyampaian hasil pemecahan masalah. Upaya untuk dapat mengatasi kendala

tersebut diantaranya yaitu guru terlebih dahulu harus mempersiapkan kegiatan

pembelajaran dengan lebih baik. Persiapan tersebut salah satunya dengan

memotivasi siswa untuk selalu aktif dan kompak dalam kegiatan pembelajaran.

83

Sebelumnya siswa juga dapat dilatih terlebih dahulu untuk mampu melakukan

pencarian informasi dengan baik. Selain itu dalam kegiatan penyelidikan yang

menggunakan sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar juga harus ditentukan

lebih rinci mengenai batasan waktu dalam pengerjaanya supaya siswa tidak

banyak bermain sendiri dan lebih efektif menggunakan waktu. Aktivitas

peyelidikan sebaiknya juga selalu dipantau untuk berada dilingkungan sekolah

atau dilingkungan terdekat saja.

Kendala yang dialami dalam pembelajaran dengan model project based

learning yaitu ketika proses penyelesaian proyek atau tugas, ada beberapa siswa

yang bermain sendiri dengan bahan-bahan pembuatan proyek, lebih asik untuk

membuat kreasi proyek mading dan kurang memeperhatikan isi materi yang akan

dijadikan mading. Sebagian siswa juga masih kurang percaya diri dalam kegiatan

presentasi dan menanggapi hasil karya kelompok. Upaya untuk dapat mengatasi

kendala tersebut diantaranya dengan membagi kelompok untuk lebih heterogen

sesuai dengan kemampuan kognitif siswa supaya siswa yang berpotensi lebih asik

bermain sendiri akan dapat diingatkan oleh teman lainnya sehingga akan lebih

kompak, lebih percaya diri dan dapat saling bertukar informasi dengan baik dalam

kegiatan pembelajaran. Pemantauan kegiatan pembelajaran juga dapat lebih

ditingkatkan menjadi lebih baik lagi dengan selalu mengingatkan, mengontrol dan

memberikan arahan kepada siswa untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat

mengganggu kelangsungan proses pembelajaran.

Hasil observasi secara keseluruhan dalam kegiatan pembelajaran, peneliti

bertindak sebagai guru dan guru bertindak sebagai observer baik dalam

pembelejaran kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol juga menunjukkan

presentase nilai yang baik sesuai sintaks dan RPP. Dalam pembelajaran dikelas

eksperimen maupun kelas kontrol pada pertemuan pertama, kegiatan atau aktivitas

guru dan sisiwa masing-masing melaksanakan 92% kegiatan sesuai sintak dan

RPP (23 poin dari 25 poin). Pada pembelajaran pertemuan kedua tindakan guru

dan aktivitas siswa pada kelompok eksperimen masing-masing melaksanakan

96% kegiatan sesuai sintak dan RPP (24 dari 25 poin). Sedangkan pada

pembelajaran pertemuan kedua dikelas kontrol, masing-masing melaksanakan

84

92% kegiatan sesuai sintak dan RPP (23 dari 25 poin). Sehingga jika dirata-rata

dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua

pada kelas eksperimen, maka guru dan siswa masing-masing melaksanakan 94%

dan pada kelas kontrol melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai sintak

dan RPP dengan baik. Selain itu dilihat dari media yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlagsung siswa sama-sama

menggunakan media berupa benda-benda nyata yang disajikan guru sebagai

contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui

serta sumber belajar dengan buku-buku yang ada di perpustakaan.

Terdapat beberapa faktor selain hasil nilai, kendala dan proses dalam

kegiatan yang dilakukan ketika pembelajaran yang mempengaruhi hasil penelitian

menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

penggunaan model pembelajaran problem based learning dan project based

learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N

Plumbon 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

Faktor tersebut diantaranya, model pembelajaran problem based learning

dan project based learning, keduanya termasuk kedalam model pembelajaran

yang mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan membangun pengetahuannya

sendiri berdasarkan pemecahan masalah atau penyelesaian tugas dengan

penyelidikan atau pencarian informasi dari berbagai sumber yang telah dilakukan

oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Selain itu jika ditinjau dari

beberapa ahli dalam bab II, model pembelajaran problem based learning dan

project based learning juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir

sama.

Kelebihan yang diperoleh oleh siswa kelas eksperimen dari penggunaan

model pembelajaran problem based learning antara lain, siswa akan lebih terbiasa

mengahadapai masalah dengan adanya kegiatan yang menuntun siswa untuk

mampu memecahkan masalah. Solidaritas antar siswa juga semakin terlihat

dengan adanya diskusi dan kerja kelompok untuk bertukar pendapat dan

informasi. Hubungan antara siswa dan guru juga semakin akrab dengan senantiasa

membimbing proses pembelajaran. Sedangkan kekurangan dari penggunaan

85

model pembelajaran problem based learning seperti yang telah dipaparkan

sebelumnya yaitu sebagian siswa terlihat ada yang asik bermain sendiri sehinngga

mengulur waktu menjadi lebih lama.

Penggunaan model pembelajaran project based learning di kelompok

kontrol juga menimbulkan dampak kelebihan dan kelemahan bagi siswa.

Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih termotivasi untuk dapat menyelesaikan

tugas pembuatan mading. Selain itu siswa juga akan lebih kompak dalam

bekerjasama, berdiskusi dan menyelesaiakan proyek pembuatan mading.

Ketrampilan pengelolaan sumber juga terlihat dengan kemampuan siswa

untukmencari informasi dari sumber belajar dan memanfaatkan bahan yang ada di

lingkungan sekitar dalam penyelesaian proyek atau tugas. Sedangkan kekurangan

dari penggunaan model pembelajaran project based learning seperti yang telah

dipaparkan sebelumnya yaitu sebagian siswa ada yang bermain sendiri dengan

bahan-bahan pembuatan proyek atau tugas tersebut tanpa memperhatikan isi

materi pembelajaran sehingga agak sulit dikontrol dan membutuhkan waktu yang

lebih lama.

Uraian kelebihan dan kekurangan atau kelemahan dari kedua model

pembelajaran yang memiliki jumlah dan makna yang hampir sama ini menjadi

alasan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari

hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester II

Tahun Ajaran 2015/2016. Persamaan pada kelebihan model yaitu sama-sama

dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dengan penyelesaian

masalah itu sendiri atau dengan penyelesaian tugas. Siswa juga sama-sama akan

lebih termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran

dengan adanya masalah atau tugas. Interaksi dan kerjasama yang baik juga sama-

sama dapat terjalin dan ditingkatkan degan adanya kegiatan diskusi dan kerja

kelompok. Selain itu dalam kedua model pembelajaran juga terdapat peluang

untuk meningkatkan ketrampilan mengelola sumber belajar yang ada

dilingkungan sekitar baik dengan cara eksperimen atau dengan pemanfaatan

pembuatan proyek atau tugas.

86

Kedua model pembelajaran juga memiliki kekurangan yang hampir sama.

Persamaanya yaitu, ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran memerlukan biaya

dan waktu yang cukup banyak serta sebagian siswa sulit untuk dikontrol.

Sehingga kedua model pembelajaran juga sama-sama memerlukan kecakapan

guru dalam mengelola dan menguasai kelas dengan baik.

Faktor lain yang mempengaruhi tidak terdapatnya perbedaan yang

signifikan antara penggunaan kedua model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar

IPA juga dapat dilihat dari sintak atau langkah-langkah dari masing-masing model

yang hampir sama. Berikut ini akan disajikan langkah-langkah dari masing-

masing model sehingga dapat dilihat persamaan yang dimiliki oleh kedua model

yang menjadikan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan antara penggunaan

kedua model pembelajaran ditinjau dari hsil belajar IPA.

Tabel 4.10

Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning

dan Project Based Learning

No Problem Based

Learning

Project Based

Learning

Analisis

1. Mengorientasikan peserta didik

pada masalah

yang akan

dipecahkan.

Menentukan proyek yang

akan dikerjakan

Persamaan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan kedua model

pembelajaran pada langkah pertama

adalah, sama-sama menentukan kegiatan

yang akan dilakukan terlebih dahulu. Pada model problem based learning

langkah awal berbentuk masalah yang

harus dipeccahkan sedangkan pada model project based learning berbentuk

suatu tugas atau proyek. Dalam kegiatan

pembelajaran baik orientasi masalah

maupun penentuan proyek menggunakan materi yang sama yaitu

tentang sumber daya alam yang

dikaitkan dengan kehidupan nyata di lingkungan sekitar siswa. Pada model

problem based learing orientasi masalah

berupa jenis, manfaat dan cara menjaga SDA, sedangkan pada model project

based learning penentuan proyek berupa

pembuatan mading tentang jenis,

manfaat dan cara menjaga SDA,

2. Mengorganisasi dan

membimbing untuk

Membuat

rencana kegiatan

Persamaan dari langkah kedua yaitu

guru sama-sama membimbing dan

87

kegiatan belajar dalam penyelesaian

proyek

mengarahkan siswa untuk

merencanakan kegiatan yang

nantinya akan dilakukan untuk dapat

menyelesaikan masalah atau tugas

yang telah dipaparkan sebelumnya.

Namun, pada model project based

learning kegiatan pembuatan

rencana penyelesaian tugas lebih

rinci dengan adanya perencanaan

penggunaan bahan untuk

penyelesaian proyek atau tugas. 3. Membimbing

penyelidikan

pemecahan masalah

Menyusun

jadwal aktivitas

penyelesaian proyek

Langkah ketiga dalam model problem

based learning, guru membimbing

siswa melakukan penyelidikan pemecahan masalah berdasarkan

rencana yang telah disusun pada tahap

sebelumnya. Sedangkan pada model project based learning langkah ketiga

masih melanjutkan dari langkah

pembuatan rencana penyelesaian proyek yaitu dengan menyusun jadwal aktivitas

penyelesaian proyek sesuai rencana

yang telah dibuat supaya dapat selesai

tepat waktu.

4. Membimbing

penyelesaian dan

penyajian hasil pemecahan masalah.

Menyelesaikan

proyek sesuai

rencana dan jadwal dengan

bimbingan dan

pengawasan

guru.

Langkah keempat dalam model problem

based learning, guru membimbing

siswa untuk menyelesaikan dan menyajikan hasil pemecahan masalah

dalam bentuk laporan yang dapat

dilakukan dengan kegiatan presentasi di

depan kelas. Sedangkan pada model project based learning yaitu

penyelesaian proyek sesuai dengan

rencana dan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Langkah

keempat pada model project based

learning hampir sama dengan langkah ketiga yang dilakukan dalam model

problem based learning yaitu suatu

proses penyelesaian. Proses

penyelesaian pada model project based learning berupa pengerjaan proyek

sedangkan proses penyelesaian pada

model problem based learning berupa pemecahan masalah.

5. Melakukan analisis

dan penilaian dari

pemecahan masalah

Menyusun dan

melakukan

presentasi hasil penyelesaian

Langkah kelima pada model problem

based learning adalah kegiatan analisis

dan penilaian dari pemecahan masalah dalam bentuk laporan yang disampaikan

88

proyek. atau dipresentasikan didepan kelas. Guru dapat memberikan analisis,

komentar ataupun saran dari hasil

pemecahan masalah yang telah dipaparkan siswa. Selain itu siswa juga

dapat mengemukakan pendapat atau

kesan saat melakukan kegiatan

pemecaham masalah. Sedangkan langkah kelima pada model project

based learning hampir sama dengan

langkah keempat dalam model problem based learning yaitu suatu kegiatan

penyususnan dan penyajian hasil. Pada

model problem based learning penyususnan dan penyajian hasil berupa

presentasi laporan pemecahan masalah

sedangkan pada model project based

learning berupa presentasi penyelesaian tugas berupa mading.

6. Melakukan

evaluasi pengalaman

belajar dan hasil

penyelesaian

proyek

Langkah keenam pada model project

based learning hampir sama dengan langkah kelima atau langkah terahir

pada model problem based learning

yaitu analisis atau penilaian dari proses

kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis atau penilaian

pada model problem based learning

yaitu dari hasil proses dan hasil pemecahan masalah yang telah

dilakuan. Sedangkan pada model project

based learning yaitu dari proses dan kegiatan penyelesaian tugas berupa

mading. Dalam langkah terahir pada

model project based learning, guru juga

dapat memberikan komentar ataupun saran dari hasil penyelesaian tugas

pembuatan mading. Selain itu siswa

juga dapat mengemukakan pendapat, kesan atau kesulitan saat melakukan

kegiatan penyelesaian tugas.

Persamaan yang dimiliki baik dalam kendala dan proses pembelajaran,

media pembelajaran yang digunakan, kelebihan dan kelamahan serta langkah-

langkah pembelajaran yang hampir sama dari kedua model dapat menjadi sesuatu

yang mempengaruhi hasil penelitian ini yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based

89

learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran

IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semester II tahun ajaran 2015/2016. Namun,

walau tidak terdapat perbedaan yang signifikan, kedua model menunjukkan

adanya pengaruh terhadap pembelajaran IPA yang dibuktikan dengan peningkatan

rata-rata nilai posttest dibandingkan dengan rata-rata nilai pretest.

Hasil nilai yang ditunjukkan oleh kelas eksperimen dan kontrol, sebagian

besar nilai posttest siswa lebih baik dibandingkan dengan nilai pada waktu pretest

sehingga jika dirata-rata nilai siswa kelompok eksperimen dan kontrol pada waktu

posttest memang menunjukkan hasil yang lebih baik dari pretest. Namun,

dikelompok eksperimen dan kontrol terdapat beberapa siswa yang nilainya tetap

sama berada di bawah rata-rata dan ada pula yang tetap sama dengan nilai yang

bagus tanpa ada pengaruh antara nilai pretest ke posttest. Hal ini diperkirakan

ketika proses pembelajaran, siswa dengan nilai yang tetap berada dibawah rata-

rata memang memiliki kemampuan kogitif yang agak kurang. Saat kegiatan

pembelajaran berlangsung, siswa tersebut juga lebih sering ribut sehingga kurang

fokus saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki nilai

tetap sama dengan kriteria bagus diperkirakan memiliki kemampuan kognitif yang

baik. Selain itu, siswa tersebut juga mampu mengikuti kegiatan pembelajaran

yang diberikan dengan baik sehingga hasil nilai yang ditunjukkan juga baik.

Berdasarkan hasil nilai yang ditunjukkan dapat disimpulkan pula bahwa pengaruh

hasil belajar yang ditimbulkan dalam penggunaan model problem based learning

dan project based learning juga dipengaruhi oleh karakteristik siswa berupa

kemampuan kognitif yang berbeda-beda satu sama lain.