BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Proses Pelaksanaan Tradisi Tarian Cakalele Di Kota Ternate Dalam melangsungkan Tradisi Tarian Cakalele di Ternate ini tentunya memeliki kaidah-kaidah atau proses tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh setiap orang-orang yang sudah terhimpun dalam Tradisi Tarian Cakalele. Adapun tahapan-tahapan yang terdapat dalam pelaksanaan Tradisi Tarian Cakalele di Ternate sebagai berikut: 1. Tahap Awal (Persiapan) Sebelum proses pelaksanaan tarian cakalele di lakukan perlu adanya persiapan-persiapan dan berbagai perlengkapan yang di perlukan pada saat pelaksanaan tarian cakalele. Oleh karena itu sebelum sampai pada puncak pelaksanaan tarian cakalele seluruh anggota tarian cakalele menyiapkan diri dengan melakukan latihan dan menyiapkan segala perlengkapan yang akan dipergunakan pada saat pelaksanaan tarian cakalele nanti. Menurut Muhammad Abdullah (26 Juni 2013) bahwa bahan-bahan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tarian cakalele antara lain sebagai berikut: a. Tifa (Beduk) b. Seragi (Gong)

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Proses Pelaksanaan Tradisi Tarian Cakalele Di Kota Ternate

Dalam melangsungkan Tradisi Tarian Cakalele di Ternate ini tentunya

memeliki kaidah-kaidah atau proses tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh

setiap orang-orang yang sudah terhimpun dalam Tradisi Tarian Cakalele. Adapun

tahapan-tahapan yang terdapat dalam pelaksanaan Tradisi Tarian Cakalele di

Ternate sebagai berikut:

1. Tahap Awal (Persiapan)

Sebelum proses pelaksanaan tarian cakalele di lakukan perlu adanya

persiapan-persiapan dan berbagai perlengkapan yang di perlukan pada saat

pelaksanaan tarian cakalele. Oleh karena itu sebelum sampai pada puncak

pelaksanaan tarian cakalele seluruh anggota tarian cakalele menyiapkan diri

dengan melakukan latihan dan menyiapkan segala perlengkapan yang akan

dipergunakan pada saat pelaksanaan tarian cakalele nanti.

Menurut Muhammad Abdullah (26 Juni 2013) bahwa bahan-bahan atau

perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tarian cakalele antara lain

sebagai berikut:

a. Tifa (Beduk)

b. Seragi (Gong)

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

c. Peda (pedang/parang)

d. Salawaku (Perisai)

e. Kabaya (pakaian)

2. Tapah Kedua (Pembentukan)

Menurut Ibrahim Ade (wawancara 25 Juni 2013) setelah tahap persiapan

yaitu perlengkapan-perlengkapan dari tradisi tarian cakalele. Maka, selanjutnya

yaitu tahap kedua atau pembentukan kelompok tradisi tarian cakalele. Tahap

kedua ini dilakukakan dengan mengadakan musyawarah dari kelompok

masyarakat untuk memilih anggota yang akan menjadi penari dalam tarian trdisi

cakalele tersebut.

Setelah terpilih anggota yang menjadi penari dalam tradisi tarian cakalel

yang berjumlah 30 orang. Maka akan dilakukan pematangan-pematangan dasar

bunga tarian. Karena dalam tarian cakalele memiliki berbarapa variasi dalam

tarian. Sehingga peserta punya kesiapan ketika tampil nanti.

3. Tahap Ketiga (Penampilan)

Setelah melewati beberapa tahap diatas, maka yang menjadi tahap akhir

atau inti adalah penampilan dari tradisi tarian cakalele. Dengan berbagai kesiapan

yang telah dilakukan maka penampilan dari tradisi tarian cakalele menjadi tahap

yang dinantiakn. Tahap ketiga ini merupakan tahap inti yang harus dilakukan

secara baik. Karena tahap ini yaitu mempertunjukan tradisi tarian cakalele yang

memiliki berbagai variasi dalam tarian. Dan dalam penampilan ini peserta tarian

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

diharapkan harus memiliki mental yang kuat, agar dapat melakukan gerakan-

gerakan tarian dengan benar dan baik.

4. Tahap Akhir (Evaluasi)

Setelah penampilan dari tradisi tarian cakalele tersebut. Maka akan

diadakan yang namanya evaluasi. Evaluasi diadakan untuk mengoreksi berbagai

macam kekurangan dalam pelaksanaan tradisi tarian cakalele. Karena penampilan

para anggota dalam tradisi tarian cakalele bukanlah menjadi akhir pelaksanaan

dari tradisi tarian cakalele. Karena kelompok tersebut juga dipersiapkan dalam

kegiatan-kegiatan selanjutnya. (Wawancara Movis Suleman, 30 Juni 2013).

4.1.2 Proses Pelaksanaan Tradisi Tarian Kabasaran Di Minahasa

Menurut Antonius Doter (Wawancara 25 Juli 2013) bahwa tradisi tarian

cakalele di Minahasa merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun dan

dipertahankan keberadaanya di Minahasa sampai saat ini. Dipertahankannya

tradisi tarian cakalele ini karena dari tahapan-tahapan pelaksanaannya tercermin

nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Adapun tahapan-tahapanya

sebagai berikut:

1. Tahapa Kesiapan Perlengkapan

Menurut Markus Lose (Wawancara 29 Juli 2013) bahwa pelaksanaan

tarian kabasaran di minahasa memerlukan perlengkapan-perlengkapan sebagai

berikut:

a. Beduk

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

b. Parang

c. Perisai

d. Gong

e. Pakaian

f. Trompet cangkang bia

2. Tahap Pembentukan Sanggar

Setelah berbagai kesiapan perlengkapan yang disediakan maka yang

menjadi langkah selanjutnya dalam pelaksanaan tarian kabasaran yaitu

pembentukan tim yang berjumlah 12 orang dalam Tradisi tarian kabasaran

atau yang disebut sebagai sanggar. Setelah dibentuk, tim tersebut akan

melakukan latihan-latihan sebagai bentuk pematangan serta kesiapan sebelum

tampil.

3. Penampilan

Tahap inti dari tarian kabasaran yaitu penampilan dari tradisi tarian

kabasaran itu sendiri. Tarian ini juga memiliki berbagai variasi yang khas

sehingga menjadi suatu pertunjukan seni yang menarik bagi masyarkat

Minahasa. Penampilan ini juga menjadi faktor yang sangat penting dalam

pelaksanaan tradisi tarian kabasaran. Kareana ini merupakan pokok dari tradisi

tarian kabasaran. (Wawancara, Absalun Urep 14 Agustus 2013 )

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

4.1.3 Makna dan Simbol Tradisi Tarian Cakalele Ternate

4.1.3.1 Makna Tradisi Tarian Cakalele Ternate

Semangat berperang rakyat Maluku Utara melawan penjajah Belanda

serta Portugis dapat terungkapkan dalam setiap gerakan Tarian Cakalele yang

mengumbar semangat. Dengan dukungan filosofi warna pakaian adat serta

pedang dan tameng sebagai senjata perlawanan mereka.

Tarian Cakalele ini merupakan tarian perang yang saat ini

dipertunjukan pada saat menyambut tamu agung yang datang ke daerah

tersebut . Tarian Cakalele ini tersebut dimainkan oleh 30 pria yang biasanya

menggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan tarian

tradisional khas Maluku Utara.(Wawancara Abubakar Malan. 5 Juli 2013)

4.1.3.2 Simbol-Simbol Tradisi Tarian Cakalele Ternate

Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya.

Pakaian berwarna merah pada tubuh penari laki-laki, menyimbolkan rasa

heroisme terhadap bumi Maluku utara, serta keberanian dan patriotisme

orang Maluku utara ketika menghadapi perang.

Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku utara

yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

Tameng (salawaku) adalah alat penagkis dan teriakan lantang menggelegar

pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem

pemerintahan kolonial yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.

4.1.4 Makna dan Simbol Tarian Kabasaran Minahasa

4.1.4.1 Makna Tradisi Tarian Kabasaran Minahasa

Tarian Cakalele atau Kabasaran merupakan tarian perang tradisional budaya

asli Minahasa. tapi sekarang ini semakin susah dijumpai. Di berbagai daerah

Minahasa semakin sedikit orang yang tahu tentang tarian Cakalele ini, apalagi

menari dan melakukan tarian perang ini.

Menurut Frans Damar (Wawancara 20 Agustus 2013) bahwa tarian cakalele

memiliki semboyan somahe kai kehage adalah semboyan yang mengandung

arti Semakin besar tantangan yang kita hadapi, semakin gigih kita menghadapi

tantangan sambil memohon kekuatan dari Tuhan, pasti akan beroleh hasil yang

baik.

4.1.4.2 Simbol-Simbol Tarian Kabasaran Minahasa

Busana yang digunakan dalam tarian ini cakalele terbuat dari kain tenun

Minahasa asli dan kain patola yaitu kain tenun merah dari dan tidak, Kabasaran

Minahasa telah memakai pakaian dasar celana dan kemeja merah. kemudian dililit

ikatan kain tenun. Dalam hal ini tiap etnis Minahasa punya cara khusus untuk

mengikatkan kain tenun. Khusus Kabasaran dari minahasa sendri, mereka lebih

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

menyukai busana perang dan bukannya busana upacara adat, yakni dengan

memakai lumut-lumut pohon sebagai penyamaran berperang.

Paling menarik adalah mahkota yang mereka pakai. Berbentuk kepala

burung, dengan moncong lancip berwarna kuning. Kemudian di atasnya bulu-bulu

yang berasal dari bulu ekor dan sayap ayam jantan. Tapi itu untuk penari bagian

prajurit. Sedangkan bagi sang pemimpin, mahkotanya menggunakan bulu dan

sayap dari burung elang.Ini sebagai simbol dari kekuatan sang pemimpin,

Termasuk kalung tiga tengkorak yang dipakai bagi yang ditunjuk sebagai

pemimpin.

4.1.5 Perkembangan Tradisi Tarian Cakalele di Ternate dan Minahasa

4.1.5.1 Perkembangan Tradisi Tarian Cakalele di Ternate

Menurut M. Saleh Kota (21 Juli 2013) bahwa sejak masa terbentuknya

masyarakat pertama di Ternate, Cakalele sudah menjadi tradisi masyarakat di

kepulauan ini. Seperti halnya di tempat lain di kepulauan Maluku dan sekitarnya

cakalele merupakan bentuk tradisi atau kebiasaan dalam masyarakat tradisional di

daerah ini.

Tradisi Cakalele sebenarnya bermula dari daerah Maluku Utara, yang

kemudian meluas ke daerah-daerah pengaruh kerajaan hingga sampai ke daerah

Maluku Tengah (Ambon & Seram), termasuk juga ke wilayah semenanjung

Sulawesi bagian utara (di Minahasa juga ada tradisi Cakalele ini) dan juga di

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

kawasan sepanjang pantai timur pulau Sulawesi. Mereka masih tetap

menggunakan istilah Cakalele ini sebagaimana sebutan asal yang diambil dari

kosa kata bahasa Ternate.

Tarian Cakalele sangat erat hubungannya dengan masyarakat Maluku,

terutama terhadap masyarakat Maluku Utara dikarenakan tarian ini berasal dari

Maluku Utara. Tarian ini menggambarkan betapa gigihnya perjuangan penduduk

maluku utara dalam mengusir penjajah. Dengan persenjataan secukupnya, yaitu

pedang dan tameng yang masih terkesan tradisional, masyarakat Maluku Utara

membuktikan bahwa semangat kemerdekaan membumbung tinggi dalam setiap

aktifitasnya. Ini terterapkan dalam beberapa gerakan Tarian Cakalele yang

menghujamkan tombak ke depan serta di iringi tameng yang selalu berada di

depan badan sebagai perlindungan. Dengan adanya tarian tersebut setidaknya

masih ada sebuah pengakuan bahwa masyarakat Maluku Utara merdeka atas dasar

kekuatan dan semangat rakyatnya. Tarian Cakalele ini adalah bukti filosofi sejarah

Maluku Utara yang selalu mendapat dukungan penuh dari Kepala Adat serta

sesepuh dan keikutsertaan rakyat dalam pelestariannya.

Tarian Cakalele menyimpan cerita unik. Tarian ini memiliki filosofi

peperangan. Maka dari itu, warna pakaian yang dipilih bagi penari pria adalah

merah yang berarti berani dan bersemangat. Merah juga melambangkan jiwa

patriotisme serta heroisme pada tanah Maluku Utara. (Wawancara Muhamad

Abdullah. 11 Juli 2013 )

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

Alat berupa pedang dan tameng juga semakin melengkapi kesan heroik

tersebut. Jika Anda pernah menyaksikan tarian ini secara langsung, Anda pasti

tidak akan aneh mendengar teriakan-teriakan dari para penari. Teriakan tersebut

ternyata juga mempunyai arti sendiri. Mereka berteriak sebagai simbol protes

terhadap pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat.

Tarian cakalele ini biasanya di tampilkan dalam upacara adat untuk

pengangkatan kepala adat setempat serta untuk menyambut tamu-tamu agung

sebagai simbolis semangat para pejuang Maluku Utara dahulu dalam melawan

penjajah.

Sebuah tarian pastilah memiliki makna yang terkandung dalam setiap

gerakannya. Makna itu yang menjadi daya tarik setiap orang yang melihatnya.

Dari makna itulah masyarakat kedepan dapat mengerti arti sebuah kebudayaan

yang tercampur dengan semangat perjuangan patriotisme. Tak terelakan bahwa

banyak wisatawan menjadikan Tarian Cakalele sebagai simbol semangat,

kegigihan dan kebersatuan antar rakyat dan pemangku adatnya. Tarian ini telah

menjadi objek wisata yang patut di lestarikan agar asal-usul dari rakyat maluku

tidak terlupakan oleh waktu. Dari seni ini juga dapat meningkatkan wisatawan

dalam negeri maupun asing yang ingin melihat atau bahkan mempelajarinya. Ini

meningkatkan pendapatan daerah Maluku Utara dari awal yang hanya sebagai

simbolis perjuangan kini telah menjadi salah satu objek wisata yang jarang terlihat

umum.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

Setiap karya seni daerah pasti terdapat nilai-nilai adat yang tersirat di

dalamnya, termasuk juga Tarian Cakalele. Tarian yang telah di kenal seluruh

warga Indonesia sebagai tarian asli Maluku Utara kini menjadi daya tarik

tersendiri bagi wisatawan. Terutama dalam nilai magis dan spiritual yang

terkandung dalam setiap gerakannya. Penarinya pun juga tak sembarangan,

diambil dari orang-orang yang telah memahami secara matang makna dari tarian

tersebut. Tarian Cakalele menjadi nilai plus bagi APBD pemerintah Maluku

Utara. Tentunya harus di dukung dengan budaya untuk melestarikannya agar

menjadi objek wisata yang dapat di kenal dunia.

4.1.5.2 Perkembangan Tradisi Tarian Cakalele di Minahasa

Pada zaman penjajahan Belanda tempo dulu , ada peraturan daerah

mengenai Kabasaran yang termuat dalam Staatsblad Nomor 104 B, tahun 1859

yang menetapkan bahwa 1. Upacara kematian para pemimpin negeri (Hukum

Basar, Hukum Kadua, Hukum Tua) dan tokoh masyarakat, mendapat pengawalan

Kabasaran. Juga pada perkawinan keluarga pemimpin negeri. 2. Pesta adat,

upacara adat penjemputan tamu agung pejabat tinggi Belanda Residen, kontrolir

oleh Kabasaran. 3. Kabasaran bertugas sebagai “Opas” (Polisi desa). 4. Seorang

Kabasaran berdinas menjaga pos jaga untuk keamanan wilayah setahun 24 hari.

Kabasaran yang telah ditetapkan sebagai polisi desa dalam Staatsblad tersebut di

atas, akhirnya dengan terpaksa oleh pihak belanda harus ditiadakan pada tahun

1901 karena saat itu ada 28 orang tawanan yang melarikan diri dari penjara

Manado. Untuk menangkap kembali seluruh tawanan yang melarikan diri

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

tersebut, pihak Belanda memerintahkan polisi desa, dalam hal ini Kabasaran,

untuk menangkap para tawanan tersebut. Namun malang nasibnya para tawanan

tersebut, karena mereka tidak ditangkap hidup-hidup melainkan semuanya tewas

dicincang oleh Kabasaran. Para Kabasaran pada saat itu berada dalam organisasi

desa dipimpin Hukum Tua. Tiap negeri atau kampung memiliki sepuluh orang

Kabasaran salah satunya adalah pemimpin dari regu tersebut yang disebut

“Pa’impulu’an ne Kabasaran”. Dengan status sebagai pegawai desa, mereka

mendapat tunjangan berupa beras, gula putih, dan kain.

Sungguh mengerikan para Kabasaran pada waktu itu, karena meski hanya

digaji dengan beras, gula putih, dan kain, mereka sanggup membantai 28 orang

yang seluruhnya tewas dengan luka-luka yang mengerikan.

Seiring tidak ada lagi peperangan antar daerah, tari Kabasaran kini

dijadikan sebagai tari penyambutan tamu dan hiburan warga Minahasa ketika

menyelenggarakan pesta adat. Seringkali, tarian ini hadir sebagai hiburan warga

ketika propinsi Sulawesi Utara menyelenggarakan festival adat.

Tari Cakalele ternyata tidak dimiliki oleh masyarakat Maluku Utara saja,

suku Minahasa ternyata juga memiliki budaya tarian perang itu. Tentunya, dengan

gaya gerakan dan pakaian yang memiliki khas tersendiri.

Bentuk pakaiannya, dengan menggunakan dasar kain karung goni.

Kemudian di seluruh permukaannya dihiasi rumbai-rumbai kain berwarna merah

dengan panjang hingga di bawah lutut. Pada kaki, pada bagian betis, dibebat

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

dengan bahan yang sama. Sebagai alas kaki, penari mengenakan sandal khusus

yang juga terbuat dari karung goni.

Paling menarik adalah mahkota yang mereka pakai. Berbentuk kepala

burung, dengan moncong lancip berwarna kuning. Kemudian di atasnya bulu-bulu

yang berasal dari bulu ekor dan sayap ayam jantan. Tapi itu untuk penari bagian

prajurit. Sedangkan bagi sang pemimpin, mahkotanya menggunakan bulu dan

sayap dari burung elang. Ini sebagai simbol dari kekuatan sang pemimpin jelas,

bahwa penari yang mendapat bagian sebagai pemimpin itu adalah sebuah

kebanggaan. (Wawancara Odi Kotim. 8 Juli 2013)

Tiga tengkorak yang bergerai di leher merupakan tulang tengkorak dari

monyet. seharusnya tengkorak yang dipakai adalah tengkorak manusia. Tapi

zaman sekarang siapa yang mau menyediakan dan menggunakan tengkorak

manusia hanya sekadar untuk menari. Jadi para pemimpin adat Minahasa sepakat

menggantinya dengan tengkorak monyet ini.(Wawancara Frans Damar. 19 Juli

2013)

Tak hanya itu, untuk prajurit, mereka dilengkapi dengan tameng kayu dan

tombak. Sedangkan pemimpinnya cukup dengan tombak. Kemudian gerakan

tarian mereka, terbagi menjadi beberapa bagian. Mulai dari persiapan, maju

berhadap-hadapan, hingga saling serang. Kemudian diakhiri dengan saling

mundur. Uniknya, sebelum dan sesudah menari, mereka lebih dulu saling

memberi penghormatan.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

Sebagai iringan, tarian ini cukup menggunakan alat musik sederhana.

Sebuah drum kecil yang dipukul bertalu-talu dan berhenti sejenak, setiap sang

pemimpin meneriakkan komando.

Menari Cakalele sendiri itu sudah menjadi masyarakat Minahasa dalam

sanggar kesenian yang ada di Minahasa dan selalu berlaga di depan wisatawan

yang datang ke daerah Minahasa. Dan sampai sekarang tradisi tarian cakalele

masih di pertahankan oleh masyarakat minahasa,karena budaya cakalele

merupakan warisan dari nenek moyang mereka.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Proses Pelaksanaan Tradisi Tarian Cakalele Di Kota Ternate

Cakalele secara harafiah berarti “setan / roh yang sedang

mengamuk”. Bila jiwa seseorang telah dirasuki syaitan/roh, maka ia tidak takut

kepada siapapun yang dihadapi dan ia telah haus akan darah manusia. Dengan

demikian, menurut Abdul Hamid Hasan atraksi Cakalele di dalam peperangan

ataupun uji coba ketahanan jiwa raga seseorang dalam kegiatan “Legu Kie se

Gam” berbeda dengan Cakalele yang sekedar ditampilkan pada upacara resmi

lain.

Au lee ini berasal dari gabungan dua kata, yaitu “Au” yang berarti darah,

dan “leo” yang berarti mengalir atau membanjir. Kebiasaan pelaku apabila

mencapai kemenangan, harus meminum darah salah satu musuhnya sebagai

imbalan kepada roh gaib yang merasuki dalam dirinya. Demikian gambaran

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

peperangan yang terjadi pada jaman dahulu seperti yang diceriterakan oleh

beberapa orang tua-tua di Ternate.

Tradis Tarian Cakalele merupakan sebuah tarian yang secara tradisi

ditampilkan pada saat upacara-upacara adat besar di ternate seperti pada upacara

legu gam (pesta rakyat) di Ternate. Tarian cakalele ini biasanya di tampilkan saat

penjemputan tamu-tamu besar atau penjemputan sultan pada saat pelaksanaan

upacaara legu gam. Personil dalam tarian cakalele adalah prajurit-prajurit khusus

kesultanan yang secara ritual telah menguasai tarian cakalele secara turun-

temurun.

Proses pelaksanaannya dimulai pada saat penjemputan sultan keluar dari

kadaton kesultanan ternate untuk menghadiri upacara legu gam didepan kedaton

kesultanan ternate,para penari tarian cakalele akan memulai aksinya, bersimpuh

dihadapan sultan kemudian untuk mendapatkan restu dari sultan. Para penari laki-

laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah tua. Di kedua

tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng

(salawaku) di sisi kiri. Para penari kemudian melakukan atraksi tarian cakalele

dengan diiringi musik dari tifa (beduk) dan Gong.

4.2.2 Proses Pelaksanaan Tradisi Tarian Kabasaran Di Minahasa

Kabasaran merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang

diangkat dari kata; Wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong jenggernya

agar supaya sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

Para penari Tradisi Tarian Cakalele biasa dilakukan pada saat penjemputan

tamu-tamu besar karena minahasa adalah daerah yang masih mempertahankan

adat-istiadat,sehinggah sebelum melakukan aksinya para tarian cakalelel

memberikan penghormatan atau menunduk kepala sejenak pada tamu-tamu besar

yang datang didaerah tersebut. kemudian para tarian cakalele melakukan atraksi

cakalele dihadapan para tamu-tamu besar dan seluruh mayarakat minashasa yang

hadir menyaksikan tarian cakalele, kemudian alat yang di pegang berupa parang

dan salawaku itu dipetunjukan pada tamu-tamu besar, bahwa alat yang mereka

gunakan ini melambangkan alat perlawanan pada masa para penjaja.sampai pada

saat sekarang mereka masih menjaga dan melestariakn alat-alat tarian cakalele ini.

Kata Kawasalan ini kemudian berkembang menjadi "Kabasaran" yang

merupakan gabungan dua kata “Kawasal ni Sarian” “Kawasal” berarti menemani

dan mengikuti gerak tari, sedangkan “Sarian” adalah pemimpin perang yang

memimpin tari keprajuritan tradisional Minahasa. Perkembangan bahasa melayu

Manado kemudian mengubah huruf “W” menjadi “B” sehingga kata itu berubah

menjadi Kabasaran, yang sebenarnya tidak memiliki keterkaitan apa-apa dengan

kata “besar” dalam bahasa Indonesia, namun akhirnya menjadi tarian penjemput

bagi para Pembesar-pembesar.

4.2.3 Makna dan Simbol Tradisi Tarian Cakalele dan Kabasaran

Tarian cakalele di Ternate dan tarian kabasaran merupakan dua tarian yang

memiliki kemiripan. Dilihat dari sisi peralatan yang digunakan oleh penari

memiliki kemiripan walupun ukurannya yang berbeda. Dan secara historisnya

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

kedua tarian ini digunakan sebagai tarian perang melawan penjajah kala itu.

Dilain sisi kedua tarian ini memiliki perbedaan-perbedaan dari segi makna dan

simbol-simbol.

Dilihat dari sisi makna Cakalele secara etimologi dalam bahasa Ternate,

terdiri atas dua suku kata, yaitu “Caka” (syaitan/roh) dan “Lele” (mengamuk).

Hingga saat ini masyarakat Ternate masih menggunakan istilah Caka untuk

menyebut roh jahat, ada juga istilah lain untuk Caka yaitu “Suwanggi”. Caka

dalam Bahasa Tidore disebut dengan “Coka”. Sedangkan kabasaran secara

etimologi Kata Kawasalan ini kemudian berkembang menjadi "Kabasaran" yang

merupakan gabungan dua kata “Kawasal ni Sarian” “Kawasal” berarti menemani

dan mengikuti gerak tari, sedangkan “Sarian” adalah pemimpin perang yang

memimpin tari keprajuritan tradisional Minahasa.

Secara simbol cakalele Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-

laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku utara, serta keberanian

dan patriotisme orang Maluku utara ketika menghadapi perang. Pedang pada

tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku utara yang harus

dipertahankan hingga titik darah penghabisan. Tameng (salawaku) menyimbolkan

alat penangkis atau dikenal dengan tameng.

Sedangkan kabasaran Busana yang digunakan dalam tarian ini terbuat dari

kain tenun Minahasa asli dan kain patola, adalah kain tenun merah itu

melambangkan ciri has daerah Minahasa, Kabasaran Minahasa telah memakai

pakaian dasar celana dan kemeja merah, kemudian dililit ikatan kain tenun. Dalam

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

hal ini tiap sub-etnis Minahasa punya cara khusus untuk mengikatkan kain tenun.

Khusus tarian cakalele mereka lebih menyukai busana perang dan bukannya

busana upacara adat, yakni dengan memakai lumut-lumut pohon sebagai

penyamaran berperang. Paling menarik adalah mahkota yang mereka pakai.

Berbentuk kepala burung, dengan moncong lancip berwarna kuning. Kemudian di

atasnya bulu-bulu yang berasal dari bulu ekor dan sayap ayam jantan. Tapi itu

untuk penari bagian prajurit. Sedangkan bagi sang pemimpin, mahkotanya

menggunakan bulu dan sayap dari burung elang. Ini sebagai simbol dari kekuatan

sang pemimpin..

Untuk menyambut para tamu dalam perayaan adat. Dalam tarian ini

biasanya para penari pria memakai senjata parang. Biasanya kostum yang

digunakan dalam tarian ini, Dominan menggunakan warna merah dan kuning

serta menggunakan pengikat kepala yang berwarna merah.

Warna merah yang dikenakan sebagai celana pada penari melambangkan

kepahlawanan, atau keberanian dan patriotisme. Sedangkan parang

melambangkan martabat penduduk Maluku Utara yang akan dijaga sampai mati.

Lalu, perisai serta teriakan para penari melambangkan gerakan protes melawan

sistem pemerintahan yang tidak berpihak terhadap rakyat. Tarian ini dilakukan

secara berpasang-pasangan dengan diiringi musik drum, glute, bia atau sejenis

musik tiup. Selain itu ada juga yang menyebutkan bahwa Tradisi Tarian Cakalele

merupakan tarian sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang bangsa

Maluku Utara yang merupakan seorang pelaut. Dalam melakukan tarian ini,

arwah nenek moyang mereka dapat memasuki tubuh si penari, sehingga penduduk

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

asli Maluku Utara mempercayai bahwa tarian ini merupakan tarian penghormatan

kepada nenek moyangnya.

Dilihat dari sisi sejarah tarian ini juga menjadi perdebatan kedua belah

pihak terkait dangan kehadiran tarian tersebut. Menurut Amin Faruk sejarawan

Maluku Utara Tradisi Tarian Cakalele merupakan tarian asli maluku utara yang

hadir pada masa penjajah dan taarian ini lahir sebagai akibat dari kemarahan

rakyat Maluku Utara terhadap penjajah pada waktu itu. Sehingga sebagai bentuk

perlawanan maka tarian ini digunakan untuk melawan para penjajah. Namun

Tradisi Tarian Kabasara ini memang asli dari minahasa dengan nada yang sama

sebagai tarian perang melawan penjajah. Jadi dari kedua pernyataan yang

disampaikan maka sebenarnya kedua tarian ini memiliki kesamaan dari sisi

semangat yang timbul untuk melawan penjajah.

4.2.4 Perkembangan Tradisi Tarian Cakalele di Ternate dan Minahasa

Berdasarkan sejarah bahwa tradisi tarian cakalele dan kabasaran

merupakan tradisi tarian tradisional yang hadir pada masa penjajahan. Seiring

dengan perkembangan zaman setelah masa penjajahan maka tridisi tersebut

dikembangkan dan dilestarikan sehingga tetapi hidup dalam kehidupan

masyarakat baik Ternate maupun Minahasa.

Setelah dikembangkan dari kedua tarian tersebut ternyata kedua tarian

tersebut mengandung beberapa nilai yaitu:

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

1. Nilai Seni

Tradisi Tarian cakalele dan kebasaran merupakan dua tarian yang

mengandung nilai seni. Karena keua tarian menarik simpatik masyarakat dari

gerakan-gerakan yang ditnjukan. Sehingga kedua tarian sering di tampilkan dalam

acara-acara besar atau pertunjukan-pertunjukan dari masing-masing daerah.

Tradisi Tarian Cakalele ini sering ditampilkan dalam kegiatan besar

seperti Legu Gam (Pesta Rakyat) yang dilaksanakan oleh pemerintah Daerah

bersama pihak kesultanan Ternate setiap tahunnya. Dan tarian ini juga sering

ditampilkan sebagai penjemputan para pejabat pemerintah yang hadir dalam suatu

kegiatan.

Tarian kebesaran juga digunkan dalam setiap acara yang dilakukan oleh

masyarak Minahasa, Misalnya acara perkawinan. Dan masyarakat sangat antusias

menyaksikan tarian tersebut. Karena bagi mereka ini sangat menarik dan

mengandung nilai seni.

2. Nilai Ekonomi

Setiap karya seni daerah pasti terdapat nilai-nilai adat yang tersirat di

dalamnya, termasuk juga Tarian Cakalele. Tarian yang telah di kenal seluruh

warga Indonesia sebagai tarian asli Maluku Utara kini menjadi daya tarik

tersendiri bagi wisatawan. Terutama dalam nilai magis dan spiritual yang

terkandung dalam setiap gerakannya. Penarinya pun juga tak sembarangan,

diambil dari orang-orang yang telah memahami secara matang makna dari tarian

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

tersebut. Tarian Cakalele menjadi nilai plus bagi APBD pemerintah Maluku

Utara. Tentunya harus di dukung dengan budaya untuk melestarikannya agar

menjadi objek wisata yang dapat di kenal dunia.

Di Minahasa tarian kabasaran pun menjadi salah satu objek wisata untuk

menarik para wisatawan unuk hadir ke daerah Minahasa. Karena tarian ini bukan

hanya menjadi tarian yang ditampilkan pada acara atau pertunjukan tapi diusahan

sebagai suatu trdisi yang bisa memberikan nilai ekonomis. Ketika para wisatawan

hadir yang jelas memberikan keuntungan kepada daerah.

3. Nilai Sosial

Tradisi Tarian cakalele dan Kabasaran merupakan kedua tarian sebagai

simbol semangat, kegigihan dan kebersatuan antar rakyat dan pemangku adatnya.

Sehingga tarian ini pun mengandung nilai sosial.

Tradisi Tarian Cakalele ini ditampilkan selain sebagai bentuk pelestarian

terhadap suatu budaya tarian inipun digunakan untuk menghimpun serta

mempersatukan kembali masyarakat yang ada. Dengan tarian ini maka dengan

sendirinya akan timbul semangat persatuan dan kesatuan masyarakat itu sendiri.

Tradisi tarian kabasaran kami tampilkan dalam setiap acara atau

pertunjukan baik itu acara perkawinan maupun yang lain. Itu bukan hanya sebagai

daya tarik untuk masyarakat tetapi disisi lain ini merupakan sebuah bentuk

mengajak masyarakat untuk saling mengenal antara satu dengan yang lain.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/284/5/2013-2-87201-231409027-bab4-09012014032738.pdfmenggunakan Parang dan Salawaku tarian tersebut merupakan

Sehingga masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat tidak merembek pada

suatu konflik besar.