BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil...

19
25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Pra Siklus (Kondisi Awal) Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Gajahkumpul kelas 5 semester 1 tahun 2013/2014 pada mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru banyak menggunakan metode ceramah. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung hampir 70% guru mendominasi pembicaraan. Guru tidak pernah melibatkan siswa dalam pemberian contoh pada saat kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini membuat siswa pasif selama proses pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, bahkan diantaranya ada yang melamun saja yaitu dengan cara mengamati keadaan luar kelas melalui kaca jendela, guru aktif sendiri dengan banyak cerita tanpa memperhatikan suasana kelas serta siswa tidak berani bertanya, guru hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah yang tidak memperdulikan dan mengkondisikan suasana kelas serta tidak terjalin komunikasi antara guru dan siswa sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung secara nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Proses belajar mengajar tentunya memerlukan sumber belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun selama proses belajar mengajar IPS guru kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul hanya menggunakan buku paket dan LKS sebagai sumber belajar utama. Hal ini mengakibatkan tingkat pemahaman yang diperoleh siswa sebatas dari guru dan buku paket saja. Materi yang disampaikan menggunakan buku paket yang tersedia dari pemerintah tanpa adanya seleksi dari guru, maka materi yang diajarkan kurang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan yang ada disekitar siswa. Guru juga tidak menggunakan alat peraga yang dapat menarik perhatian siswa. Di ruang kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul juga tidak terlihat alat-alat peraga yang memperlancar kegiatan belajar-mengajar. Alat peraga dapat membantu menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Namun pada kenyataannya, selama proses belajar mengajar guru tidak menggunakan alat peraga serta penyampaian materi

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil...

25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Pra Siklus (Kondisi Awal) Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Gajahkumpul kelas 5 semester

1 tahun 2013/2014 pada mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru banyak menggunakan metode ceramah. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung hampir 70% guru mendominasi pembicaraan. Guru tidak pernah melibatkan siswa dalam pemberian contoh pada saat kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini membuat siswa pasif selama proses pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, bahkan diantaranya ada yang melamun saja yaitu dengan cara mengamati keadaan luar kelas melalui kaca jendela, guru aktif sendiri dengan banyak cerita tanpa memperhatikan suasana kelas serta siswa tidak berani bertanya, guru hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah yang tidak memperdulikan dan mengkondisikan suasana kelas serta tidak terjalin komunikasi antara guru dan siswa sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung secara nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Proses belajar mengajar tentunya memerlukan sumber belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun selama proses belajar mengajar IPS guru kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul hanya menggunakan buku paket dan LKS sebagai sumber belajar utama. Hal ini mengakibatkan tingkat pemahaman yang diperoleh siswa sebatas dari guru dan buku paket saja. Materi yang disampaikan menggunakan buku paket yang tersedia dari pemerintah tanpa adanya seleksi dari guru, maka materi yang diajarkan kurang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan yang ada disekitar siswa. Guru juga tidak menggunakan alat peraga yang dapat menarik perhatian siswa. Di ruang kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul juga tidak terlihat alat-alat peraga yang memperlancar kegiatan belajar-mengajar. Alat peraga dapat membantu menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Namun pada kenyataannya, selama proses belajar mengajar guru tidak menggunakan alat peraga serta penyampaian materi

26

yang sama persis dengan buku paket. Hal ini disebabkan oleh guru yang hanya

mempunyai RPP yang diberikan pemerintah tanpa dikembangkan lagi. Selain itu guru tidak mempelajari RPP yang akan digunakan selama kegiatan belajar mengajar. Terlihat pada saat proses belajar mengajar guru tidak menggunakan pendekatan, strategi ataupun model pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan sesekali bertanya jawab dengan siswa. Sebenarnya siswa perlu dilibatkan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk itu siswa perlu dilatih berfikir tingkat tinggi yang melibatkan kerjasama antar teman yang terbentuk dalam kelompok-kelompok yang heterogen supaya siswa tidak hanya memperoleh informasi dari penjelasan guru saja. Siswa dapat memperoleh informasi melalui praktek, teman maupun pengalaman yang siswa peroleh melalui lingkungan sekitar. Kegiatan akhir belajar mengajar IPS guru melakukan penilaian terhadap siswa. Sistem penilain yang digunakan guru kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul hanya menggunakan tes formatif yang mengandalkan kemampuan kognitif. Hal ini mengakibatkan siswa beranggapan bahwa dengan belajar tanpa memperhatikan guru di kelas, siswa bisa mendapatkan skor diatas KKM. Sebelum penilaian ini dilakukan, guru menyuruh siswa membaca materi yang terdapat dalam buku teks. Selanjutnya guru

memberikan soal-soal latihan yang diambil dari buku paket IPS yang dijadikan sebagai pegangan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengakibatkan siswa hanya menghafal materi, bukan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Guru kelas 5 SD N Gajahkumpul Kecamatan Batangan Kabupaten Pati ini lebih menekankan penilaian kognitif dan penilaian hasil dibandingkan dengan penilaian proses yang lalui siswa. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru di kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul Kecamatan Batangan Kabupaten Pati dengan KKM (Klasifikasi Ketuntasan Minimal) ≥80 diperoleh skor dari 20 siswa terdapat 9 siswa yang memenuhi KKM (45%). Sementara itu 11 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (55%), dengan skor maksimal 86 dan skor minimal 56. Untuk menindaklanjuti permasalahan yang ada, maka guru lain selain guru kelas dan guru mencari solusi yang menyebabkan 55% siswa nilainya masih dibawah KKM. Guru lain selain guru kelas dan guru mengambil kesimpulan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dan penilaian proses dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapkan pada

27

siswa. Pendekatan pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran

Quantum Teaching (QT). Berikut ini adalah tabel distribusi ketuntasan hasil belajar IPS tentang K.D. Pengenalan peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia saat Pra Siklus.

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus

NO SKOR KETUNTASAN JUMLAH SISWA

PERSENTASE (%)

1 <80 Tidak tuntas 11 55

2 ≥80 Tuntas 9 45

Jumlah 20 100

Sumber : Data Sekunder Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan pembelajaran IPS dengan kompetensi Dasar 1.1. Pengenalan peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia pada siswa kelas 5 semester 1 tahun 2013/2014 SD Negeri Gajahkumpul Kecamatan Batangan Kabupaten Pati yang berjumlah 20 siswa. Data ketuntasan hasil belajar mata pelajaran IPS dengan KKM ≥80 tercatat 9 siswa atau 45% dinyatakan tuntas dan 11 siswa atau 55% tidak tuntas. Selain itu skor maksimal yang dicapai siswa sebesar

86 dan skor minimal sebesar 56 dengan skor rata-rata 75. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian siswa pada skor maksimal sudah tinggi sebesar 86 namun terdapat perbedaan yang cukup jauh dengan skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 56. Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut:

28

Gambar 4.1

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus

Diagram tersebut menunjukkan perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau memenuhi KKM ≥80 adalah sebanyak 45% sedangkan siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 55%. Setelah di observasi lebih lanjut rendahnya hasil belajar siswa kelas 5 semester 1 tahun 2013/2014 SD Negeri Gajahkumpul dikarenakan guru belum menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan dan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat guru menjelaskan pelajaran. Guru tidak mempersiapkan perencanaan lebih dahulu, seperti RPP, alat peraga maupun lembar kerja siswa. Guru masih terlalu dominan dalam menjelaskan materi sehingga siswa cenderung bosan dalam kelas. Guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga siswa tidak tertarik dan bosan selama pelajaran berlangsung. Dengan diperolehnya data hasil belajar siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar atau memenuhi KKM ≥80 dari kelas 5 semester 1 tahun 2013/2014 SD Negeri Gajahkumpul, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 4.1.2. Pelaksanaan Siklus 1 Pelaksanaan siklus 1 sesuai rencana seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (QT) refleksi yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus (setiap siklus 2 kali pertemuan).

29

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan Penelitian

a. Pertemuan I

Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan I, terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, diantaranya RPP, alat peraga yaitu menggunakan gambar peninggalan sejarah bercorak Hindu berupa gambar candi dan prasasti. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 1.1. Pengenalan peninggalan sejarah Hindu-Budha dan islam di Indonesia dengan indikator membentuk kelompok 5 orang menyimak gambar, mengidentifikasikan 4 gambar peninggalan sejarah Hindu di Indonesia, memberi nama 4 gambar peninggalan sejarah

Hindu, Menyampaikan nama gambar peninggalan sejarah , membuat kesimpulan gambar peninggalan sejarah di Indonesia. kemudian menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran.. b. Pertemuan II Perencanaan pembelajaran pada siklus 1 pertemuan II sebagai tindak lanjut dari hasil belajar siswa dan kekurangan/kelemahan pada pertemuan I maka pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan pertemuan I. Sebelum mengajar pada pertemuan II, terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran. kemudian menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran. Guru juga menyiapkan rubrik penilaian seperti: rubrik penilaian unjuk kerja refleksi. Rencana pelaksanaan mengenai K.D.1.1.Pengenalan peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia dengan indikator membentuk kelompok 5 orang menyimak gambar, mengidentifikasikan 4 gambar peninggalan sejarah Hindu di Indonesia, memberi nama 4 gambar peninggalan sejarah Hindu, Menyampaikan nama gambar peninggalan sejarah , membuat kesimpulan gambar peninggalan sejarah di Indonesia. kemudian menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran. Guru juga menyiapkan rubrik

30

penilaian seperti: rubrik penilaian unjuk kerja refleksi berupa non tes melalui observasi

dan LKS serta tes yang berupa tes formatif ( tertulis ). 4.1.2.2 Implementasi Tindakan dan Observasi A. Implementasi Tindakan Pelaksanaan pada siklus 1 ini terdiri dari 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Masing-masing pertemuan berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Secara bersama-sama dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran dengan RPP tentang materi ”pengenalan peninggalan sejarah bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia”. a. Pertemuan I

Kegiatan awal pada siklus 1 pertemuan I ini untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, berdoa bersama diteruskan dengan presensi kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan melakukan apersepsi dengan menanyakan pada siswa tentang materi pembelajaran peninggalan sejarah Hindu di Indonesia “ apakah kalian pernah bertamasya ke candi prambanan ?” setelah itu guru memotivasi siswa dengan memberikan 2 jempol. Selanjutnya, guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah pendekatan pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran Quantum teaching (MPQT). Kegiatan inti, guru menjelaskan sekilas materi tentang pengenalan peninggalan sejarah Hindu di Indonesia, kemudian setiap siswa memulai membentuk kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 orang, siswa secara berkelompok menyimak gambar peninggalan sejarah Hindu yang ditampilkan melalui LCD. Kemudian siswa melakukan diskusi. Kegiatan akhir dalam pembelajaran, guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dari materi yang telah dipelajari. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari setelah itu guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

31

b. Pertemuan II Kegiatan awal pada siklus 1 pertemuan II ini untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, berdoa bersama diteruskan dengan presensi kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan memberikan apersepsi dengan menanyakan pada siswa tentang peninggalan sejarah hindu di Indonesia, sambil memperlihatkan salah satu gambar candi melalui LCD , setelah itu guru memotivasi siswa dengan memberikan tepuk tangan dan menyayikan lagu “Dari sabang sampai Merauke” secara bersama - sama. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan digunakan dengan pendekatan MPQT. Kegiatan inti, untuk mengingat kembali materi yang telah diulas dalam pertemuan I guru menjelaskan sekilas materi tentang pengenalan peninggalan sejarah Hindu di

Indonesia, kemudian setiap siswa membentuk kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 orang, siswa secara berkelompok menyimak gambar peninggalan sejarah Hindu yang ditampilkan melalui LCD, siswa mengidentifikasi keunggulan 4 gambar peninggalan sejarah Hindu ( candi dieng, candi prambanan, prasasti kebon kopi, patung arca dwarapula ) melalui LKS, siswa memberi nama pada 4 gambar peninggalan sejarah Hindu di Indonesia secara eksplorasi dan siswa melakukan diskusi. Kemudian dilanjutkan dengan siswa menyampaikan gambar peninggalan Hindu hasil kelompok, siswa di bimbing gurunya membuat kesimpulan dari hasil diskusi, dan yang terakhir masing-masing kelompok menyampaikan pengidentifikasian dan pemberian nama peninggalan sejarah melalui penjelasan dan memberi tanggapan. Dan diakhiri dengan tepuk tangan bersama sebagai tanda penghargaan atas prestasi mereka. B. Observasi Pengamatan dilaksanakan secara intensif dan berkelanjutan, dilaksanakan pengamatan dengan meminta bantuan observer (guru kelas 5) untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan untuk mengamati perilaku

siswa selama proses pembelajaran serta aktivitas guru selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran Quantum Teaching (MPQT) refleksi. Berdasarkan lembar

32

implementasi observasi pada siklus 1 dalam pelaksanaan pengamatan menyatakan

dengan nilai. Jadi dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan siklus 1 masih terdapat kekurangan yaitu pada waktu memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi meengidentifikasi maupun memberi nama, siswa masih kebingungan untuk merumuskan definisi sehingga hasil diskusi siswa masih belum begitu maksimal, dan guru sudah memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Namun, beberapa siswa masih mengalami kesulitan. Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam menentukan identifikasi gambar. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. 4.1.2.3 Refleksi

Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 1 pertemuan I dan II kemudian di ambil data secara kuantitatif melalui tes formatif dan penilaian unjuk kerja refleksi (dapat di lihat pada lampiran 6) di dalam siklus 1 dengan menggunakan MPQT refleksi mengalami peningkatan, khususnya pada materi ”Pengenalan peninggalan sejarah Hindu di Indonesia hasil perolehan nilai siklus 1 yang mencapai KKM ≥80 sebanyak 12 siswa (60%), belum mencapai KKM sebanyak 8 siswa (40%), dengan nilai rata-rata 84, nilai

tertinggi 90 dan nilai terendah 70. Pertemuan I dan II pada siklus 1 guru menerapkan MPQT refleksi seperti yang

sudah dijelaskan pada poin sebelumnya. Guru memberikan tes formatif pada pertemuan II. Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dari pertemuan I dan II dilakasanakan maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Refleksi dan analisis hasil tes (unjuk kerja) pada siklus 1 terdapat 12 siswa (60%) yang tuntas dan 12 siswa (40%) belum tuntas, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Berikut merupakan hasil belajar IPS pada siklus 1.

33

Tabel 4.2 Distribusi Skor Hasil Belajar IPS pada siklus 1

NO. SKOR FREKUENSI PERSENTASE (%)

1 65 1 5

2 70 3 15

3 75 4 20

4 80 2 10

5 85 7 35

6 90 3 15

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer Pada tabel 4.2 tersebut, nampak ada variasi skor hasil belajar IPS pada siklus 1.

Dari tabel itu nampak bahwa ada 1 dari 20 siswa (5%) yang mendapat skor 65 yang

merupakan skor minimal; 3 dari 20 siswa (15%) mendapat skor 70; 4 siswa (20%) mendapat skor 75; 2 dari 20 siswa (10%) mendapat skor 80 yang merupakan skor minimal batas tuntas; 7 dari 20 siswa (35%) mendapat skor 85; 3 siswa (15%) mendapat skor 90 yang merupakan skor maksimal dari hasil belajar IPS. Dengan demikian, siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 60 % dan yang belum tuntas sebanyak 40 (%). Hal ini ditunjukkan secara rinci melalui tabel 4.3 tentang Distribusi Ketuntasan Belajar IPS Siklus 1.

Tabel 4.3 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus 1

NO SKOR KETUNTASAN FREKUENSI PERSENTASE

(%)

1 ≥ 80 Tuntas 12 60

2 < 80 Tidak Tuntas 8 40

JUMLAH 20 100

Sumber : Data Primer

34

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus 1

Mendasarkan pada diagram 4.2, nampak tingkat ketuntasan belajar IPS pada siklus 1 pada lingkaran yang jauh lebih besar (60%) dibandingkan dengan gambar lingkaran (irisan) siswa yang tidak tuntas (40 %). Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus 1 yang menunjukkan hasil yang belum maksimal maka perlu ada perbaikan pada siklus

2. Hal ini dapat disadari, karena berdasar hasil observasi, nampak ada kelemahan-kelemahan yang muncul yakni: Pada saat kegiatan awal, guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran terlalu cepat, sehingga siswa kurang memahami apa yang harus dia pahami ketika pembelajaran, pada saat proses pembelajaran, siswa dalam kegiatan diskusi kelompok kurang mendapat bimbingan dari guru yang lebih intensif, manajemen waktu pembelajaran kurang berjalan dengan baik sehingga pembelajaran berlangsung kurang efektif dan efisien.

4.1.3. Pelaksanaan Siklus 2 Pelaksanaan siklus 2 sesuai rencana seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model pembelajaran Quantum

Teaching (QT) refleksi yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus (setiap siklus 2 kali pertemuan).

35

4.1.3.1 Perencanaan Tindakan Penelitian

a. Pertemuan I

Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan I, terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, diantaranya RPP, alat peraga yaitu menggunakan gambar peninggalan sejarah bercorak Budha berupa gambar candi dan prasasti. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat mengenai KD 1.1. Pengenalan peninggalan sejarah Hindu-Budha dan islam di Indonesia dengan indikator membentuk kelompok 5 orang menyimak gambar, mengidentifikasikan 4 gambar peninggalan sejarah Budha di Indonesia, memberi nama 4 gambar peninggalan sejarah Budha, Menyampaikan nama gambar peninggalan sejarah , membuat kesimpulan gambar

peninggalan sejarah di Indonesia. kemudian menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran. Guru juga menyiapkan rubrik penilaian seperti: rubrik penilaian unjuk kerja refleksi berupa non tes melalui observasi dan LKS. b. Pertemuan II Perencanaan pembelajaran pada siklus 2 pertemuan II sebagai tindak lanjut dari hasil belajar siswa dan kekurangan/kelemahan pada pertemuan I maka pada perencanaan pertemuan II masih sama dengan dengan pertemuan I. Sebelum mengajar pada pertemuan II, terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran. kemudian menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran. Guru juga menyiapkan rubrik penilaian seperti: rubrik penilaian unjuk kerja refleksi. Rencana pelaksanaan mengenai K.D.1.1.Pengenalan peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia dengan indikator membentuk kelompok 5 orang menyimak gambar, mengidentifikasikan 4 gambar peninggalan sejarah Budha di Indonesia, memberi nama 4 gambar peninggalan sejarah Budha, Menyampaikan nama gambar peninggalan sejarah Budha di Indonesia , membuat kesimpulan gambar peninggalan sejarah Budha di Indonesia. kemudian menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran. Guru juga menyiapkan rubrik penilaian seperti: rubrik penilaian unjuk kerja

36

refleksi berupa non tes melalui observasi dan LKS serta tes yang berupa tes formatif (

tertulis ). 4.1.3.2 Implementasi Tindakan dan Observasi A. Implementasi Tindakan Pelaksanaan pada siklus 2 ini terdiri dari 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Masing-masing pertemuan berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Secara bersama-sama dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran dengan RPP tentang materi ”pengenalan peninggalan sejarah bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia”. a. Pertemuan I

Kegiatan awal pada siklus 2 pertemuan I ini untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, berdoa bersama diteruskan dengan presensi kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan melakukan apersepsi dengan menanyakan pada siswa tentang materi pembelajaran peninggalan sejarah Budha di Indonesia “ apakah kalian pernah bertamasya ke candi Borobudur ?” setelah itu guru memotivasi siswa dengan memberikan 2 jempol. Ada beberapa siswa

berinisiatif menyanyikan lagu “Bertamasya“. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah pendekatan pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran Quantum teaching (MPQT). Kegiatan inti, guru menjelaskan sekilas materi tentang pengenalan peninggalan sejarah Budha di Indonesia, kemudian setiap siswa memulai membentuk kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 orang, siswa secara berkelompok menyimak gambar peninggalan sejarah Budha yang ditampilkan melalui LCD. Kemudian siswa melakukan diskusi. Kegiatan akhir dalam pembelajaran, guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dari materi yang telah dipelajari. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari setelah itu guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

37

b. Pertemuan II Kegiatan awal pada siklus 1 pertemuan II ini untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, berdoa bersama diteruskan dengan presensi kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan memberikan apersepsi dengan menanyakan pada siswa tentang peninggalan sejarah hindu di Indonesia, sambil memperlihatkan salah satu gambar candi melalui LCD ”, setelah itu guru memotivasi siswa dengan memberikan tepuk tangan. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan digunakan dengan pendekatan MPQT. Kegiatan inti, untuk mengingat kembali materi yang telah diulas dalam pertemuan I guru menjelaskan sekilas materi tentang pengenalan peninggalan sejarah Budha di Indonesia, kemudian setiap siswa membentuk kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 orang,

siswa secara berkelompok menyimak gambar peninggalan sejarah Budha yang ditampilkan melalui LCD, siswa mengidentifikasi keunggulan 4 gambar peninggalan sejarah Budha ( Patung sang Budha Gautama, Candi borobudur, candi sewu, Prasasti kedukan bukit ) melalui LKS, siswa memberi nama pada 4 gambar peninggalan sejarah Budha di Indonesia secara eksplorasi dan siswa melakukan diskusi. Kemudian dilanjutkan dengan siswa menyampaikan gambar peninggalan Budha hasil kelompok, siswa di bimbing gurunya membuat kesimpulan dari hasil diskusi, dan yang terakhir masing-masing kelompok menyampaikan pengidentifikasian dan pemberian nama peninggalan sejarah melalui penjelasan dan memberi tanggapan. Dan diakhiri dengan tepuk tangan bersama sebagai tanda penghargaan atas prestasi mereka. B. Observasi Pengamatan dilaksanakan secara intensif dan berkelanjutan, dilaksanakan pengamatan dengan meminta bantuan observer (guru kelas 5) untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan untuk mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran serta aktivitas guru selama proses pembelajaran

melalui model pembelajaran Quantum Teaching (MPQT) refleksi. Berdasarkan lembar implementasi observasi pada siklus 2 dalam pelaksanaan pengamatan menyatakan

38

dengan nilai untuk kriteria terlihat adalah sebesar 20 dan kriteria tidak terlihat adalah

sebesar 0. Jadi dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan siklus 2 masih terdapat kekurangan yaitu pada waktu memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi mengidentifikasi maupun memberi nama, siswa masih kebingungan untuk merumuskan definisi sehingga hasil diskusi siswa masih belum begitu maksimal, dan guru sudah memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Namun, beberapa siswa masih mengalami kesulitan. Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam menentukan identifikasi gambar. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. 4.1.3.3 Refleksi

Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 2 pertemuan I dan II kemudian di ambil data secara kuantitatif melalui tes formatif dan penilaian unjuk kerja refleksi (terdapat di lampiran 6) di dalam siklus 2 dengan menggunakan MPQT refleksi mengalami peningkatan, khususnya pada materi ”Pengenalan peninggalan sejarah Budha di Indonesia hasil perolehan nilai siklus 2 yang mencapai KKM ≥80 sebanyak 19 siswa (95%), belum mencapai KKM sebanyak 1 siswa (5%), dengan nilai rata-rata 85,25, nilai

tertinggi 95 dan nilai terendah 75. Pertemuan I dan II pada siklus 2 guru menerapkan MPQT refleksi seperti yang

sudah dijelaskan pada poin sebelumnya. Guru memberikan tes formatif pada pertemuan II. Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan I dan II dilakasanakan maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Refleksi dan analisis hasil tes (unjuk kerja) pada siklus 2 terdapat 19 siswa (95%) yang tuntas dan 1 siswa (5%) belum tuntas, namun demikian pada siklus 2 ini bisa dikatakan berhasil meskipun tercapai 100% memenuhi KKM karena adanya faktor nilai obyektif dari salah satu siswa. Berikut merupakan hasil belajar IPS pada siklus 2.

39

Tabel 4.4 Distribusi Skor Hasil Belajar IPS pada siklus 2

NO. SKOR FREKUENSI PERSENTASE (%)

1 75 1 5

2 80 6 30

3 85 3 15

4 90 5 25

5 95 5 25

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer Pada tabel 4.3 tersebut, nampak ada variasi skor hasil belajar IPS pada siklus 2.

Dari tabel itu nampak bahwa ada 1 dari 20 siswa (5%) yang mendapat skor 75 yang merupakan skor minimal; 6 dari 20 siswa (30%) mendapat skor 80 yang merupakan skor minimal batas tuntas; 3 siswa (15%) mendapat skor 85; 5 dari 20 siswa (25%) mendapat skor 90; 5 dari 20 siswa (25%) mendapat skor 95 yang merupakan skor maksimal dari hasil belajar IPS. Dengan demikian, siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 95 %. Hal ini ditunjukkan secara rinci melalui tabel 4.3 tentang Distribusi Ketuntasan Belajar IPS.

Tabel 4.5 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siklus 2

NO SKOR KETUNTASAN FREKUENSI PERSENTASE

(%)

1 ≥ 80 Tuntas 19 95

2 < 80 Tidak Tuntas 1 5

JUMLAH 20 100

Sumber : Data Primer

40

Gambar 4.3

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus 2 Mendasarkan pada diagram 4.3, nampak tingkat ketuntasan belajar IPS pada siklus 2 pada lingkaran yang jauh lebih besar (95%) dibandingkan dengan gambar lingkaran (irisan) siswa yang tidak tuntas (5 %).

Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus 2 yang menunjukkan hasil yang belum maksimal 100% namun dalam penelitian dirasakan sudah cukup memenuhi kriteria kelulusan minimal (KKM) sebesar ≥80 karena terdapat satu siswa yang belum mencapai

nilai yang ditentukan dikarenakan siswa tersebut merupakan anak yang berkebutuhan khusus. Hal ini dapat disadari, karena berdasar hasil observasi, nampak terdapat kelebihan dan kelemahan yang muncul yakni:

A. Kelebihan

1. Guru memiliki RPP dan indikator pembelajaran yang mengarah pada pengembangan berpikir tingkat tinggi yang nampak pada indikator merumuskan pengidentifikasian, menamai, menyimpulkan, serta memberi motivasi siswa untuk berani berpendapat

2. Pada saat kegiatan awal, guru menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran dan memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat kesimpulan.

3. Pada saat proses pembelajaran, siswa menempati tempat duduk sesuai dengan

41

perintah guru kelas, mendengarkan tujuan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran dengan baik. 4. Pemberian kesimpulan pada akhir pembelajaran sudah dilakukan bersama-sama

siswa. 5. Pada saat proses pembelajaran, siswa dalam kegiatan diskusi kelompok bimbingan

dari guru sudah baik B. Kelemahan 1. Manajemen waktu pembelajaran kurang berjalan dengan baik sehingga pembelajaran

berlangsung kurang efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dapat diketahui telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS melalui MPQT refleksi dengan KD 1.1. Pengenalan makna peninggalan-peninggalan sejarah hindu-Budha dan Islam di Indonesia siswa kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul Kecamatan Batangan Kabupaten Pati semester 1 tahun 2013/2014. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada

Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Ketuntasan

Belajar Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Tuntas 9 45 12 60 19 95

Tidak Tuntas 11 55 8 40 1 5

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar IPS, pada pra siklus 55% siswa tidak tuntas dan 45% siswa tuntas, siklus 1 terdapat 40% siswa tidak tuntas dan 60% siswa tuntas, siklus 2 terdapat 5% siswa tidak tuntas dan 95% siswa tuntas . Hal ini dapat digambarkan pada gambar 4.4 diagram perbandingan ketuntasan hasil belajar di bawah ini.

42

Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada

Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Pembahasan Siklus 1 Fokus perbaikan pada penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS melalui Model pembelajaran Quantum Teaching refleksi. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas 5 SD Negeri Gajahkumpul kec. Batangan Kab. Pati semester 1 tahun 2013/2014 terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS melalui MPQT, sebelum diadakan tindakan skor rata-rata 75, skor tertinggi 86, skor terendah 56 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus 1 skor rata-rata menjadi 84 dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 70. Hasil siklus 1 dengan tingkat keberhasilan 60% dari jumlah siswa sebanyak 20 siswa, menunjukkan pada siklus 1 ini hasil belajar IPS sudah meningkat, masih ada siswa yang belum tuntas dengan persentase 40%. Persentase ini sudah memenuhi target indikator

keberhasilan siklus 1 yaitu ≥80%, namun belum memenuhi ketuntasan akhir penelitian

43

yang ingin dicapai dari seluruh siswa sehingga perlu dilakukan tindakan siklus 2.

Perolehan hasil belajar pada siklus 1 ini masih belum optimal, beberapa kekurangan dalam penelitian tindakan siklus 1 ini antara lain dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru terlalu cepat, sehingga siswa kurang mengerti apa yang harus dia pahami ketika pembelajaran, pembagian kelompok yang belum disiapkan sebelumnya, dalam manajemen waktu pembelajaran perlu ditingkatkan sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan efisien, guru kurang dalam membimbing siswa melaksanakan langkah pembelajaran, selain itu pemberian kesimpulan pada akhir pembelajaran perlu dilakukan bersama-sama siswa. Semua siswa harus beraktifitas positif dalam pembelajaran sehingga siswa memperoleh manfaat pembelajaran melalui MPQT.

4.2.2 Pembahasan Siklus 2

Perbaikan hasil belajar IPS pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru, presentase pembelajaran maupun presentase ketuntasan belajar. Namun demikian hasil belajar IPS belum maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru terlalu cepat, kemudian kurang tepatnya manajemen waktu pembelajaran, guru kurang dalam membimbing siswa melaksanakan langkah pembelajaran. Belum semua siswa beraktifitas positif dalam pembelajaran.

Selanjutnya pada siklus 2 perbaikan hasil belajar IPS difokuskan pada kekurangan di siklus 1. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih beraktifitas positif. Pada penelitian siklus 1 ketuntasan hasil belajar IPS sebesar 60% dan skor rata-rata 84 dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 70. Pada siklus 2 ketuntasan belajar IPS meningkat menjadi 95%, siswa yang belum tuntas berkurang menjadi 5% dan skor rata-rata meningkat menjadi 85,25 dengan skor tertinggi 95 dan skor terendah 80. Hasil siklus

2 dengan tingkat keberhasilan 95% dari jumlah seluruh siswa 20 siswa, menunjukkan pada siklus 2 ini hasil belajar IPS sudah meningkat, masih ada siswa yang belum tuntas dengan persentase 5%. Persentase ini sudah memenuhi target indikator keberhasilan siklus 2 yaitu lebih dari 90% siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal.