BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Banggai
Kabupaten Banggai terletak antara 122 derajat 23 detik – 124 derajat 20 detik
Bujur Timur dan 0 derajat 30 detik – 2 derajat 20 detik. Lintang Selatan dengan batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Tomini Sebelah Timur berbatasan
dengan Laut Maluku Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Banggai
Kepulauan Sebelah Barat berbatasam dengan Kabupaten Tojo Una-Una dan
Morowali.
Sedangkan luas wilayah Kabupaten Banggai adalah 9.672,70 Km2 dan secara
administrasi pemerintahan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tengah. Pada tahun 2008 Kabupaten Banggai dibagi kedalam 13 Kecamatan 23
Kelurahan dan 271 desa dan 2 UPT (unit pemukiman transmigrasi). Berikutnya,
ditahun 2009 telah berlangsung pemekaran diberbagai tingkat pemerintahan, terutama
di kecamatan, desa dan kelurahan sehingga menjadi 18 Kecamatan, 46 Kelurahan dan
291 desa dan 2 UPT. Daratan Kabupaten Banggai mempunyai 8 gunung, yang
tertinggi gunung Bulutumpu (2.401 meter) di Kecamatan Pagimana, serta dialiri 9
sungai, yang terpanjang sungai Minahaki, panjang 382,50 Km. Luas daerah yang
dialiri sungai mencapai 1.275,5 Km.
19
Letak geografis Kabupaten Banggai merupakan wilayah yang mempunyau
intensitas kegempaan yang sangat tinggi, akibat interaksi Lempeng Samudra Pasifik.
Hal ini menyebabkan wilayah Kabupaten Banggai sering dilanda gempa. Gempa
besar berkekuatan 6.0 skala richter terakhir terjadi pada tanggal 2 Juni tahun 1999
dan 12 Agustus 1999 dengan kedalaman pusat gempa 158 Km dan 33 Km.
Topografi Kabupaten Banggai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kemiringan 0 – 2 % sekitar 12,52 % dari luas wilayah. Kondisi tanah seperti ini
sangat potensial dimanfaatkan untuk kegiatan usaha pemukiman.
2 Kemiringan 2 – 15 % sekitar 13,47 % dari luas wilayah. Potensi dimanfaatkan
untuk berbagai jenis usaha, namun diperlukan usaha konservasi tanah dan air.
3 Kemiringan 15 – 40 % sekitar 37,26 % dari luas wilayah. Penggunaan tanah
kemiringan ini cukup rawan dan tidak layak untuk budidaya tanaman kondisi
pertanian sebaliknya yang dipilih sekaligus berfungsi sebagai konservasi.
4 Kemiringan di atas 40 % sekitar 36,75 % dari luas wilayah. Sangat potensial
terkena erosi, hanya layak dimanfaatkan untuk kawasan hutan lindung.
Kabupaten Banggai merupakan salah satu daerah kabupaten yang ada di
Provinsi Sulawesi Tengah, dan terletak antara 122’23’’ -
124020’ Bujur Timur dan 0030’ - 2020’ Lintang
Selatan.adapun batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Teluk Tomini
Timur : Laut Maluku
Selatan : Kabupaten Banggai Kepulauan
20
Barat : Kabupaten Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali
Wilayah Kabupaten Banggai 9.672,70 Km2, secara administrasi tahun 2008
dibagi dalam 13 kecamatan dengan 23kelurahan, 233 desa dan sebuah Unit
Pemukiman Transmigrasi (UPT).Jarak antara Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota
Propinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten lain di Sulawesi Tengah.
Luwuk - Palu = 610 Km
Luwuk - Parigi = 535 Km
Luwuk - Poso = 388 Km
Luwuk - Ampana = 248 Km
Luwuk - Banggai = 100 Km / 66 Mil Laut
Luwuk - Bungku = 161 Km / 106 Mil Laut
Nama Kecamatan Dan Ibukota
Kecamatan Luwuk Ibukota : Luwuk
Kecamatan KIntom Ibukota : KIntom
Kecamatan Batui Ibukota : Batui
Kecamatan Toili Ibukota : Cendana Pura
Kecamatan Toili Barat Ibukota : Sindang Sari
Kecamatan Luwuk Timur Ibukota : Honduhon
Kecamatan Masama Ibukota : Tangeban
Kecamatan Lamala Ibukota : Bonebakal
Kecamatan Balantak Ibukota : Balantak
Kecamatan Bualemo Ibukota : Bualemo
21
Kecamatan Pagimana Ibukota : Pagimana
Kecamatan Bunta Ibukota : Bunta
Kecamatan Nuhon Ibukota : Tomeang
Tahun 2008 wilayahnya terbagi dalam 13 kecamatan dengan 32 kelurahan, 271
desa, dan 2 UPTDilihat dari sisi klasifikasi desa, maka desa-desa di Kabupaten
Banggai terdiri dari 26 desa/kelurahan swadaya, 105desa/kelurahan swakarya dan
174 desa/kelurahan swasembada yang seluruhnya berjumlah 305
desa/kelurahan.Jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 311.684 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, yaitu dari2,62 persen per tahun
periode 1980-1990 menjadi 1,93 persen per tahun selama periode 1990-2000.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Banggai yaitu 32 penduduk per km2 di tahun
2008.
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi
Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali
serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April
dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata
curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk
curah hujan terendah di Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai
dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat
mencapai 16 sampai 22′ Celsius
22
4.1.2 Gambaran Sejarah Singkat Kabupaten Banggai
Tepatnya pada tanggal 3 November 1999 Gubernur Sulawesi Tengah (Brigjen
Purn. H.B. Palidju) atas nama Menteri Dalam Negeri meresmikan berdirinya
Kabupaten Banggai Kepulauan yang sebelumnya masih bernaung bergabung
dalam Kabupaten Banggai. Kabupaten Banggai Kepulauan menjadi satu kabupaten
otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kpabupaten Banggai Kepulauan.
Secara historis wilayah Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan mulanya
adalah bagian dari Kerajaan Banggai yang sudah dikenal sejak abad 13 Masehi
sebagaimana termuat dalam buku Negara Kertagama yang ditulis oleh Pujangga
Besar Empu Prapanca pada tahun Saka 1478 atau 1365 Masehi. Kerajaan
Banggai, awalnya hanya meliputi wilayah Banggai Kepulauan, namun
kemudian oleh Adi Cokro yang bergelar Mumbu Doi Jawa disatukan dengan
Wilayah Banggai Darat. Adik Cokro yang merupakan panglima perang dari
Kerajaan Ternate yang menikah dengan seorang Putri Portugis kemudian
melahirkan putra bernama Mandapar.
Mandapar inilah yang dikenal sebagai Raja Banggai Pertama yang dilantik pada
tahun 1600 oleh Sultan Said Berkad Syam dari Kerajaan Ternate. Raja Mandapar
yang bergelar Mumbu Doi Godong ini memimpin Banggai sampai tahun 1625,
Adapun sisa peninggalan Kerajaan Banggai yang dibangun pada abad ke XVI yang
masih dapat ditemui hingga saat ini yaitu Keraton yang ada di Kota Banggai. Pada
23
masa pemerintahan Raja Syukuran Amir, ibukota Kerajaan Banggai yang semula
berada di Banggai Kepulauan dipindahkan ke Banggai Darat (Luwuk).
Untuk penyelenggaraan pemerintahan diwilayah Banggai Laut ditempatkan
pejabat yang disebut Bun Kaken sedang untuk Banggai Darat disebut Ken Kariken.
Wilayah Banggai Darat dan Banggai Laut kemudian berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi Tengah menjadi Satu
Kabupaten Otonom yang dikenal sebagai Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk.
Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi tengah yang
terletak dibagian pantai timur Pulau Sulawesi. Kabupaten Banggai dengan ibukota
Luwuk, dengan batas wilayah sebelah utara Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan
dengan kabupaten Poso, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tolo dan sebelah
timur berbatasan dengan laut Banda.
Dari ibu kota Propinsi Palu menuju ibukota Kabupaten Banggai Luwuk dapat
ditempuh melalui jalan darat maupun udara. Jalan darat dapat memakai sarana
perhubungan kendaraan umum bus-bus kecil, atau dengan kendaraan carteran. Palu -
Luwuk dengan jarak sekitar 350 km. Transportasi udara dari ibukota Propinsi Palu
dilayani oleh pesawat kecil (Twin otter/ Cassa) dengan waktu tempuh 1.5 jam.
Penerbangan Palu - Luwuk secara regular setiap hari sekali. Dari Luwuk ke Pulau
Peleng dilayani oleh ferry secara reguler sekali setiap hari. Sedangkan Luwuk- Pulau
Banggai dilayani oleh perahu motor kayu yang jauh lebih kecil. Pelayaran Luwuk -
Banggai dilakukan secara reguler dan singgah di beberapa ibukota kecarnatan dengan
waktu tempuh antara 8 - 12 jam. Untuk mencapai pulau-pulau yang ada disekitar
24
Pulau Peleng dan Pulau Banggai jalan satu-satunya adalah menggunakan perahu
carteran.
Kabupaten Banggai menjadi salah satu dari 25 kabupaten yang
menerima penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha dari Pemerintah Indonesia 27
tahun lalu. Saat itu Kabupaten Banggai dianggap berprestasi karena mampu
menyumbang 50 persen Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda) bagi Provinsi Sulawesi
Tengah.Iini. Kebanggaan masyarakat di daerah yang hanya berkepadatan penduduk
28 jiwa tiap kilometer perseginya ini bertambah karena kabupaten Banggai mampu
menjadi penghasil beras nomor dua setelah Kabupaten Donggala di Sulawesi
Tengah.(h.s. padeatu ,s.h. banaggai
Monsu'ani Tano ternyata menjadi cara yang ampuh dalam memotivasi
masyarakat Banggai untuk membangun daerahnya sendiri. Gemar menanam, makna
dari istilah tersebut, telah menjadi gerakan yang mendapat tempat di hati masyarakat
Banggai. Buktinya, dalam lima tahun ke belakang, pertanian telah menjadi pemasok
terbesar kegiatan ekonomi daerah ini. Tahun 2000 misalnya, 54,4 persen (Rp 465,4
milyar) kegiatan ekonomi berasal dari sektor pertanian. Dan produksi beras menjadi
primadona.
Dengan produktivitas rata-rata 3,0 ton per hektar, Kabupaten Banggai
menghasilkan padi sebanyak 69.693 ton tahun 2000. Dibandingkan tahun
sebelumnya, angka ini menurun drastis hingga 29 persen. Sementara untuk tahun
2001, kabupaten ini juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan produksi.
Bulan Juli 2001 terjadi banjir akibat gelombang tsunami yang merendam dan
25
merusak 43,5 hektar sawah di Kecamatan Batui. Banjir ini juga melanda Kecamatan
Toili yang selama ini menjadi sentra penghasil beras Kabupaten Banggai. .
Peningkatan Jumlah Penduduk Kabupaten Banggai Kepulauan selain
meningkatnya kelahiran juga disebabkan terjadinya arus migrasi (perpindahan
penduduk) sebagai dampak adanya pembangunan infrastruktur dan pembukaan
lapangan pekerjaan pada sektor pertanian, penggalian, industri perdagangan dan jasa-
jasa banyak menyerap tenaga kerja dari luar daerah, Disamping itu adanya
pengembangan komoditi unggulan pertanian, perikanan dan rumput laut menjadi
daya tarik migrasi pendudukv Lima Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk
terbesar yakni Kecamatan Banggai sebesar 20.019 jiwa, Kecamatan Tinangkung
sebesar 13.272 jiwa, Kecamatan Bokan Kepulauan sebesar 11.561 jiwa, Kecamatan
Totikum sebesar 9.867 jiwa, Kecamatan Bulagi Selatan sebesar 9.671 jiwa
4.1.3 Perkembangan Kependudukan
Sumberdaya manusia merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan.
Percepatan pembangunan kependudukan suatu daerah terkait seberapa besarnya
potensi sumberdaya manusia yang ada. Besarnya jumlah penduduk merupakan suatu
potensi sumberdaya pembangunan, yang bila dikelola maksimal akan berdampak
terhadap kemajuan pembangunan suatu daerah. Adanya perubahan perbaikan kondisi
pembangunan suatu daerah berdampak terhadap perubahan jumlah penduduk suatu
daerah, seperti arus migrasi serta kelahiran dari penduduk di daerah
tersebutFenomena kependudukan dipengaruhi oleh factor kelahiran (natalitas),
kematian (mortality) dan migrasi (migration). Hal tersebut sangat berpengaruh
26
terhadap perubahan faktor-faktor demografi suatu daerah. Kabupaten Banggai
Kepulauan sebagai daerah yang kondisinya dalam pembangunan mempunyai
perkembangan tingkat kependudukan yang beragam.
4.1.4 Pertumbuhan Penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banggai Kepulauan selama Periode
2000-2010 mencapai 1,96 persen hal ini mengalami kenaikan dibandingkan laju
pertumbuhan penduduk 1990-2000 yang mencapai pertumbuhan 1,43
persen.Peningkatan populasi penduduk di Kabupaten Banggai Kepulauan selama
kurun waktu 2000-2010 banyak dipengaruhi adanya faktor migrasi selain faktor
kelahiran. Faktor migrasi yang menonjol adalah terjadinya perpindahan penduduk
dari daerah sekitarnya menuju ke Kabupaten Banggai Kepulauan sebagai dampak
pembukaan lapangan pekerjaan dengan adanya proses pembangunan infrastruktur
jalan dan kantor pemerintahan, perumahan.
Demikian pula adanya peningkatan produksi komoditi pertanian dan perikanan
baik rumput laut, ikan, mutiara serta lainnya, dan adanya peningkatan sektor lainnya
seperti perdagangan dan jasa yang memberikan dampak terbukanya lapangan
pekerjaan bagi penduduk akibat pembangunan baik di Pulau Peleng maupun Pulau
Banggai, sehingga menarik penduduk untuk berpindah ke Kabupaten Banggai
Kepulauan.
4.1.5 Perkembangan Penduduk Perkecamatan
Hasil perkembangan penduduk per kecamatan menunjukan ada lima
kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak di Kabupaten Banggai Kepulauan, di
27
mana yang pertama adalah Kecamatan Banggai sebesar 20.019 jiwa, Kecamatan
Tinangkung sebesar 13.272 jiwa, Kecamatan Bokan Kepulauan sebesar 11.561 jiwa,
Kecamatan Totikum sebesar 9.867 jiwa, Kecamatan Bulagi Selatan sebesar 9.671
jiwa.
4.1.6 Mata pencarian
Berita Daerah-Budaya Wisata Wilayah Banggai merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Luwuk, daerah ini
berbatasan dengan Teluk Tomini di utara, Selat Peling di selatan, Kabupaten Poso
dan Kabupaten morowlai di Barat, dan Kabupaten Banggai Kepulauan di timur. Luas
wialyah daerah ini adalah 9.673 Km2. Kabupaten Banggai terbagi menjadi 8
Kecamatan.Daerah ini memiliki motto Monsu ani tano yang artinya gemar menanam,
karena pertanian telah menjadi pemasok terbesar kegiatan ekonomi daerah ini.
Dari hasil pertanian dan perkebunan ini berdampak besar juga terhadap
perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah
pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih
memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus
barang maupun jasa, daerah ini juga telah Bandara Bubung yang terletak di Luwuk,
Dua buah Pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Bunta dan Pelabuhan Luwuk, serta
terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit
tenaga listrik, air bersih, gas dan jaringan telekomunikasi. Masyarakat Banggai
Kepulauan selain bercocok tanam atau mengolah lahan pertanian mereka juga banyak
menggantungkan mata pencahariannya dari laut yang mengelilingi akan Banggai
28
Kepulauan ini, sangat besar sekali akan potensi hasil laut dari wilayah Banggai
Kepulauan ini.
Baik ikannya, rumput laut dan sebagainya,sehingga selain mereka langsung
menjual hasil tangkapan dari pada pencarian mereka dilaut maka selain itu juga
hasilnya mereka makan juga untuk kebutuhan keluarga mereka. Wah sangat segar
dan tidak mudak kita dapatkan di Jakarta, dimana di Banggai Kepulauan ini ikan
yang baru di dapat langsung diolah dan dinikmati.
Contohnya saja ikan ini dijual di Banggai Kepulauan hanya lima ribu rupiah
(Rp. 5000) selain murah harganya pastinya segar dan nikmat rasanya. Pada saat
matahari terbenam pun pemandangan sangat indah sekali dan sangat sayang jika
dilewatkan begitu saja, tidak pernah saya lupakan Banggai Kepulauan,kelak suatu
ketika nanti saya akan kembali kesana menikmati akan keindahanmu dan kekayaan
lautmu.
4.1.7 Mayoritas Agama Di Kota Luwuk
Kaum muslimin di Luwuk Banggai memiliki posisi penting dan strategis.
Keadaan tersebut disebabkan karena umat Islam adalah unsur yang paling mayoritas
dalam komunitas masyarakat Kabupaten Banggai. Olehnya itu, DPC Wahdah
Islamiyah (WI) Kabupaten Banggai, menggelar Daurah Syar‟iyah, yang digelar pada
hari Selasa, 17-18 Mei 2010, kegiatan yang dipusatkan di ruang pertemuan Aula
Diklat (SKB) itu, menghadirkan nara sumber tunggal yakni Fadhilatusy Syaikh
Abdullah Hamad Al Zaidany Hafidzahullah. Fadhilatusy Syaikh Abdullah merupakan
murid ulama besar Syaikh Utsaimin Rahimahumullaah.Materi yang disajikan lebih
29
menarik yakni membahas seputar Keutamaan Ilmu dan Penuntut Ilmu, Tazkiyatun
Nafs, Muamalah, Keutamaan Berdakwah, dan Tanya jawab bersama syaikhan
tersebut dibuka oleh Asisten II Sekretaris Pemerintah Kabupaten Banggai.
Selain dihadiri oleh sejumlah utusan ta‟mir masjid se-Kecamatan Luwuk, dan
sejumlah ormas Islam se-Kabupaten Banggai, kegiatan tersebut dihadiri pula daerah
binaan dari Ampana, dan Morowaliah tersebut melibatkan berbagai elemen umat
Islam untuk lebih mempererat jalinan komunikasi dan mengukuhkan ukhuwah antara
pengurus DPC Wahdah Islamiyah dengan masyarakat Luwuk Banggai. Sebelumnya,
Ahad (16/5) pukul 15.00 Wita, DPC Wahdah Islamiyah menggelar ceramah umum
yang juga di isi oleh Syaikh Abdullah hamad Al Zaidany, dengan penerjemah Ust
Muhajir, Lc (Dai Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Wil. Gorontalo dan
Pimpinan Ponpes Wahdah Islamiyah Cab. Gorontalo) bertempat di Masjid Agung
Luwuk.
Disamping 12 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan
seperti suku Da‟a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan
suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar
22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun
masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari
Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang
juga banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah Bugis, Makasar dan Toraja
30
serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah
penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam,
lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan
semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi
sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman
perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu
seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping
pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan
denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan
ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan
ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
4.1.8 Budaya
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun.
Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan
dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh
agama.
Banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak
perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam
masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah
31
bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat
Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo
dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di
kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara
perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman
Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli
dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif
Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.
Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak
dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model
pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka
menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional
Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya
memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula
yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah
tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba
semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala
diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan
benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau
32
sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang
berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
4.1.9 Adat Dan Budaya Masyarakat Kota Luwuk
Sebagai orang yang masih baru di Kota Luwuk ini, ada beberapa budaya
ataupun keadaan Kota Luwuk yang masih saya anggap sebagai sesuatu yang unik.
Keunikan ini, mungkin juga dirasakan orang-orang yang baru pertaa kali berkunjung
ke kota ini. Beberapa keunikan Kota Luwuk yang saya rasakan akan saya bagikan
disini, semoga membuat anda semakin tertarik berkunjung kesini. Beberapa keunikan
tersebut:
2. Bahasa daerah
Bahasa daerah di sini, bisa dikatakan hampir mirip dengan bahasa Indonesia, jadi
bagi anda yang baru pertama kali datang ke Luwuk tidak akan kesulitan untuk
memahaminya. Uniknya, bahasa daerah disini seperti bahasa Indonesia yang
disingkat-singkat. Mungkin untuk mengirit kata-kata. Contohnya: sudah makan sa pe
motor saya punya motor (motor punya saya) tahambur-hambur
4.1.11 Agama
Sebagai Agama yang Paling terakhir diturunkan kemuka bumi Islam
merupakan agama yang penuh dengan kesejukan. Al-quran sebagi penyempurna dari
yang pernah ada memuat ajaran dasar tentang kehidupan umat yang tak lekang
dimakan Zaman, sayang seribu sayang ketika ajaran pencerah yang diturunkan
kepada Nabi Muhhamad.saw oleh kebesaran Allah sang pencipta untuk
33
menyelamatkan kehidupan di dunia dan bekal diakhirat ternoda dengan orang yang
merasa benar dijalan yang sesat bukankah kita ingin agama islam menjadi agama
yang besar dimuka bumi ini kalo iyah. kenapa juga bukan menciptakan simpati tetapi
membuat orang jadi tak simpati.
Jaman saat ini sudah berubah kebesaran dan kejayaan umat manusia dan
ajarannya bukan ditentukan lagi dengan seberapah besar penaklukan terhadap
wilayah kekuasaan tetapi seberapah besar rasa penghargaan, keseganan, dan rasa
percaya umat lain terhadap agama islam disitulah arti kebesaran yang sebenarnya
Ketika terjadi sweping pada saat bulan suci ramadhan oleh ormas tertentu
yang menuntut dihargainya bulan ramadhan dengan cara yang brutal, ketika Bom
meledak dimana -mana karena pelakunya menuntut penghargaan terhadap umat
islam, ketika moral dikesampingkan memaksa untuk dihargai atas nama Islam maka
disinilah letak kedangkalan dalam memberi arti terhadap ajaran agama islam
Agama Islam tidak minta penghargaan dengan cara yang dipaksakan karna
bagimu agamamu, bagiku agamaku alangkah baiknya ketika penghargaan itu lahir
dari kesadaran hati yang paling dalam oleh umat agama lain karena kesejukan hati
dari umat islam yang ada dimuka bumi ini
Harusnya kita meletakkan agama sebagai bentuk pengabdian personal
terhadap sang pencipta sebagai pegangan hidup didunia dan penyelamat diakhirat
serta ungkapan syukur atas kebesaran Allah yang telah memberikan kita kehidupan
didunia dalam setiap ibadah yang dilaksanakan.
34
Menyikapi berbagai hal yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini sebaiknya
pemerintah harus tegas menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi khususnya yang
menyangkut kerukunan antar umat beragama masyarakat butuh konkrit setiap
persoalan hukum harus diselesaikan dengan hukum pula jangan berkedok menjaga
stabilitas karna takut momok serbuan mayoritas terhadap minoritas ketegasan dari
aparat penting untuk menjaga kewibawaan pemerintah yang demokrasi, Obama saja
berani memberi Izin sesuai perundangan yang berlaku tentang pembangunan islamik
center di grand zerro pertanyaannya mana yg lebih penting supremasi hukum atau
persoalan yg sama terus terjadi dimasa yg akan datang sehingga tambah mengucilkan
agama Islam sebagai Agama dengan jumlah Umat terbesar di negara tercinta ini
Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36%
penduduk memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13%
memeluk agama Hindu dan Budha. Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk
Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan oleh Said ldrus Salim
Aldjufri – seorang guru pada sekolah Alkhairaat.Agama Kristen pertama kali
disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda
A.C Cruyt dan Adrian.
4.1.10 Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu
dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrume seperti suling, gong dan
gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian
ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat waino musik
35
tradisional ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah
dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana
mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan
keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat
Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten
Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara
penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu
tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk
lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama
pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.
4.1.13 Flora dan Fauna
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, dimana
Flora dan Faunanya berbeda jauh dengan Flora dan Fauna Asia yang terbentang di
Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan Flora dan Fauna Oceania yang
berada di Australia hingga Papua dan Pulau timor. Garis maya yang membatasi zona
ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan Flora dan Faunanya disebut Wallacea,
karena teori ini di kemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut
menemukan teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna
tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang
berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi,
36
kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang
berkantung, serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis
yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies
rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian
ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka
alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam
Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Hasil hutan pun tak kalah perannya bagi pertumbuhan ekonomi Banggai.
Setidaknya berdasarkan angka hingga Agustus 2001 dari Iuran Hasil Hutan (IHH)
diperoleh Rp 1,5 milyar dan dari Dana Reboisasi 453.915 dollar AS. Pemasukan itu
berasal dari hasil kayu rimba logs dan selebihnya dari rotan, damar, kulit japari dan
kemiri.
Saat ini Pertaminta terus-menerus berupaya menggali cadangan gas yang
tersimpan di bumi Banggai. Tahun 2003 lalu Pertamina menemukan gas dengan
kapasitas 34 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) dan 160 BCPD (barrel kondensat
per hari) dari hasil pemboran sumur Donggi (DNG #1) di desa Kamiwangi,
Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Sumur yang mulai ditajak
tanggal 14 Agustus 2001 dan berhasil diselesaikan pada tanggal 4 September 2001
dengan kedalaman akhir 2502 MBLB (meter bawah lantai bor) diantaranya telah
dilakukan uji kandung lapisan (UKL).
37
Interval kedalaman 1705 - 1710 M dan menghasilkan 14 MMSCFGD + 50
BCPD. Sedang interval kedalaman 1620 - 1630 M menghasilkan 20 MMSCFGD +
110 BCPD. Kondensat yang dihasikan dari kedua lapisan tersebut mempunyai derajat
API sebesar 54 derajat. Selanjutnya untuk membuktikan potensi cadangan gas di
komplek Donggi maupun Blok Matindok Sulawesi Tengah akan dilakukan studi
geologi dan geofisika terpadu yang melibatkan ahli eksplorasi, ahli reservoir dan ahli
Kabupaten Banggai merupakan salah satu daerah kabupaten yang ada di
Provinsi Sulawesi Tengah, dan terletak antara 122‟23‟ – 124020‟ Bujur Timur dan
0030‟ – 2020‟ Lintang Selatan. Adapun batas wilayah sebagai berikut - Utara : Teluk
Tomini- Timur : Laut Maluku- Selatan : Kabupaten Banggai Kepulauan- Barat :
Kabupaten Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali. Luas Wilayah Kabupaten
Banggai 9.672,70 Km2, secara administrasi tahun 2008 dibagi dalam 13 kecamatan
dengan 23 kelurahan, 233 desa dan sebuah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).
Jarak antara Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah dan
Kabupaten lain di Sulawesi Tengah- Luwuk – Palu = 610 Km- Luwuk – Parigi = 535
Km Luwuk – Poso = 388 Km- Luwuk – Ampana = 248 Km Luwuk – Banggai = 100
Km / 66 Mil Laut- Luwuk – Bungku = 161 Km / 106 Mil
Laut Nama kecamatan dan Ibukota Kecamatan Luwuk Ibukota
LuwukKecamatan KIntom Ibukota : KIntom Kecamatan Batui Ibukota : Batui
Kecamatan Toili Ibukota : Cendana Pura Kecamatan Toili Barat Ibukota : Sindang
Sari Kecamatan Luwuk Timur Ibukota : Honduhontan Masama Ibukota
TangebanKecamatan Lamala Ibukota :Bonebakal Kecamatan Balantak Ibukota
38
:Balantak Kecamatan Bualemo Ibukota : Bualemo Kecamatan Pagimana Ibukota :
Pagimana Kecamatan Bunta Ibukota : Bunta Kecamatan Nuhon Ibukota Tomeang
pada tahun 2008 wilayahnya terbagi dalam 13 kecamatan dengan 32 kelurahan, 271
desa, dan 2 UPT Dilihat dari sisi klasifikasi desa.
Maka desa-desa di Kabupaten Banggai terdiri dari 26 desa/kelurahan
swadaya, 105 desa/kelurahan swakarya dan 174 desa/kelurahan swasembada yang
seluruhnya berjumlah 305 desa/kelurahan.Jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar
311.684 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, yaitu dari 2,62
persen per tahun periode 1980-1990 menjadi 1,93 persen per tahun selama periode
1990-2000. Kepadatan penduduk di Kabupaten Banggai yaitu 32 penduduk per km2
di tahun 2008.
Sektor Pertanian masih merupakan sektor yang sangat menentukan
perekonomian, Kabupaten Banggai, karena sebagian besar penduduk mempunyai
mata pencaharian dengan bercocok tanam, hal ini sesuai dengan data bahwa dari
keseluruhandesa/kelurahan di Kabupaten Banggai sekitar 93,98% merupakan potensi
sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan.
Pada sektor pertanian ini dibagi menjadi lima bagian sebagai berikut :
Tanaman Pangan. Perkebunan. Kehutanan4. Peternakan Perikanan
Perkembangan ekonomi Kabupaten Banggai secara umum cukup membaik
dimana pertumbuhannya meningkat dengan cukup meyakinkan pada lima tahun
terakhir ini. PDRB tahun 2008 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 2.806.850 juta
sedangkan berdasarkan harga konstan (2000) mencapai Rp 1.654.837 juta.
39
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banggai tahun 2008 mencapai 7,26
persen lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Sektor yang
mengalami pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan tahun sebelumnya adalah
sektor listrik dan air bersih yang mencapai pertumbuhan 9,45 persen, kenaikannya
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.Bupati saat ini Dr.H. Mamun Amir,
Wakil Bupati H. Musdar M Amin, SE,MSi.
Entomolog Inggris, Alfred Russel Wallace menggolongkan Pulau Sulawesi
dengan Kabupaten Banggai di dalamnya, berbeda flora dan fauna dengan pulau-pulau
lain di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera atau Papua. Salah satu obyek wisata di
Kabupaten Banggai adalah Suaka Margasatwa Bangkiriang. Areal seluas 3.500
hektare dengan jarak 56 kilometer dari Luwuk adalah tempat perlindungan bagi
Burung Maleo.
Jenis unggas berukuran lebih kecil dari ayam biasa dan memiliki cara bertelur
mirip penyu ini diperlakukan khusus oleh masyarakat setempat. Tiap tahunnya,
khususnya tiap panen telur Maleo, mereka selalu mengadakan upacara Tumpe demi
menghindari diri dari kutukan wabah penyakit. Acara-acara seperti itu tentunya
sangat unik sebagai daya tarik wisata. Tempat wisata andalan lainnya adalah Suaka
Marga Satwa Patipati, Panorama Alam Salodik, Pulau Bandang, Pantai Kilometer 5,
Air Terjun Hanga-Hanga, Lombuyan (suaka marga-satwa bagi Anoa), Pulau Tikus
yang terkenal dengan pasir putihnya dan banyak lagi yang lainnya.
Kabupaten Banggai merupakan bekas Kerajaan Banggai yang meliputi
wilayah Banggai daratan dan Banggai Kepulauan. Pada tahun 1999 Kabupaten
40
Banggai dimekarkan menjadi Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai
Kepulauan.
Kabupaten Banggai merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Tengah
yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, baik berupa hasil laut
(ikan, udang, mutiara, rumput laut dan sebagainya), aneka hasil bumi (kopra, sawit,
coklat, beras, kacang mente dan lainnya) serta hasil pertambangan (nikel yang sedang
dalam taraf eksplorasi) dan gas (Blok Matindok dan Senoro).
Sekitar abad ke-13, masa pada masa keemasan kerajaan Singosari yang
berpusat di jawa Timur, ketika itu Singosari di bawah kekuasan terakhir, terbesar
yaitu Kertanegara ( 1268-1292 ), nama Banggai telah di kenal dan menjadi bagian
kerajaan Singaosari. Berikutnya, sekitar abad 13-14 Masehi pada masa kerajaan
Mojopahit yang juga berpusat di Jawa Timur, ketika tampuk pemerintahan di pegang
raja terbesar Mojopahit bernama Hayam Wuruk ( 1351-1389 ) saat itu kerajaan
Banggai sudah dikenal dengan sebutan benggawi dan menjadi bagian kerajaan
Mojopahit.
Bukti bahwa kaerajaan Banggai sudah di kenal sejak zaman Mojopahit
dengan nama Benggawi setidaknya dapat di lihat dari apa yang telah di tulis seorang
pujangga Mojopahit yang bernama Mpu Prapanca dalam bukunya”Negara
Kartagama” buku bertarikh caka 1478 atau tahun 1365 Masehi,yang dimuat dalam
seuntai syair nomor 14 bait kelima sebagai berikut.
Ikang Saka Nusa,Sumba,solor,Munar,Muah,Tikang,I Wandleha,Athawa
Maloko,Wiwawun ri Serani Timur Mukadi Ningagaku Nusantara (Mangkasara
41
Makasar, Buntun Buton, Benggawi Banggai, Kunir Pulau Kunyit,Salayah Selayar,
ambawa Ambon,Maloko Maluku ). Hayam Wuruk ingin mempersatukan Nusantara
lewat sumpah Palapa yang di ucapkan sang Pati Gajah Mada.Dengan sumpah tersebut
Hayam Wuruk makin terkenal dengan programnya mempersatukan Nusatara.
Di daerah yang sekarang kita kenal sebagai Kabupaten Banggai pernah bediri
kerajaan-kerajaan kecil.Yang tertua bernama kerjaan bersaudara Buko dan
Bulagi.letak kerajaan Buko dan Bulagi berada di pulau Peling belhan barat.Kemudian
muncul keajaan-kerajaan baru seperti, Kerajaan Sisipan, Kerajaan Lipotomundo, dan
Kadupadang.Semuanya beada di pulau Peling bagian tengah (sekarang kecamatan
Liang).
Sementara di bagian pulau Peling sebelah timur (sekitar Kecamatan Totikum
dan Tinangkung) waktu itu telah berdiri kerajaan yang agak besar yakni kerajaan
Bongganan. Upaya unntuk memekarkan kerjaan Bongganan dilakukan Pangeran dan
beberapa bansawan kerajaan akhirnya membuahkan hasil bila sebelumnya wilayah
kerajaan banggai hanya meliputi pulau Banggai, kemudian dpat diperlebar.
Di Banggai Darat ( kabupaten Banggai, waktu itu sudah berdiri Kerajaan
Tompotika yang berpusat di sebelah utara ( Kecamatan Bualemo ) bagian Selatan
kerajaan tiga bersaudara Motiandok, Balaloa, dan Gori-Gori. Perkembangan Kerajaan
Banggai yang ketika itu masih terpusat di Pulau Banggai, mulai pesat dan menjadi
Primus Inter Pares atau yang utama dari beberapa kerajaan yang ada, sewaktu
pemerintahan Kerajaan Banggai berada di bawah pembinaan Kesultanan ternate akhir
abad 16.
42
Wilayah Kerajaan Banggai pada tahun 1950-an hanya meliputi Pulau
Banggai, kemudian diperluas sampai ke Banggai Darat, hingga ke Tanjung Api,
Sungai Bangka dan Togung Sagu yang terletak di sebelah Selatan Kecamatan Batui.
Perluasan wilayah Kerajaan Banggai dilakukan oleh Adi Cokro yang bergelar
Mumbu Doi Jawa pada abad ke-16. Istilah ” Mumbu Doi” berarti yang wafat atau
mangkat, khusus dipakai untuk raja-raja Banggai yang tertinggi derajatnya.
Adi Cokro adalah bangsawan dari Pulau Jawa yang mengabdikan diri kepada
Sultan Baab-Ullah dari Ternate. Di tangan Adi Cokro kerajaan-kerajaan Banggai
mampu dipersatukan hingga akhirnya ia dianggap sebagai pendiri Kerajaan Banggai.
Adi Cokro tercatat pula sebagai orang yang memasukkan agama Islam ke Banggai.
hal tersebut sebagaimana ditulis Albert C. Kruyt dalam bukunya De Vorsten Van
Banggai ( Raja-raja Banggai).
Adi Cokro bergelar Mumbu Doi Jawa, yang dalam dialeg orang Banggai
disebut Adi Soko, mempersunting seorang wanita asal Ternate berdarah Portugis
bernama Kastellia ( Kastella). Perkawinan Adi dengan Kastellia melahirkan putra
bernama Mandapar yang kemudian menjadi Raja Banggai. Istilah ” Adi” merupakan
gelar bangsawan bagi raja-raja Banggai, hal tersebut sama dengan gelar RM ( Raden
Mas) untuk bangsawan Jawa atau Andi bagi bangsawan bugis.
Kerajaan Banggai dikenal Oleh Kerajaan Ternate, sementara Kerajaan Ternate
ditaklukan Bangsa Portugis, otomatis Kerajaan Banggai berada dibawah kekuasaan
Bangsa Portugis. Bukti, itu setidaknya dapat dilihat dengan ditemukannya sisa-sisa
43
peninggalan Bangsa Portugis di daerah ini di antaranya meriam kuno atau benda
peninggalan lainnya.
Tahun 1532 P.A. Tiele pernah menulis dalam bukunya De Europeers in Den
maleischen Archipel, di sana disebutkan, bahwa pada tahun 1532. Laksamana Andres
De Urdanette yang berbangsa Spanyol merupakan sekutu ( kawan ) dari Sultan
Jailolo, pernah mengunjungi wilayah sebelah Timur Pulau Sulawesi ( Banggai ).
Andres de Urdanette merupakan orang barat pertama yang menginjakan kaki di
Banggai. Sedang orang Portugis yang pertama kali datang ke Banggai bernama
Hernando Biautemente tahu 1596.
Tahun 1956 Pelaut Belanda yang sangat terkenal bernama Cornelis De
Houtman datang ke Indonesia. Menariknya, pada tahun 1594 atau dua tahun sebelum
datang ke Indonesia Cornelis De Houtman sudah menulis tentang Banggai. ketika
Adi Cokro ynag bergelar Mumbu Doi Jawa, kembali ke tanah Jawa dan wafat disana,
tampuk Kerajaan Banggai dilanjutkan oleh Mandapar dengan gelar Mumbu Doi
Godong. Mandapar dilantik sebagai Raja Banggai pada tahun 1600 di Ternate oleh
Sultan Said Uddin Barkat Syah.
Tahun 1602 Belanda datang ke Indonesia dan mendirikan Vereeniging Oast
Indische Compagnie ( VOC ) yang merupakan Kongsi Dagang Belanda untuk
perdagangan di Hindia Timur ( Indonesia ). Kesaksian salah seorang pelaut bangsa
Inggris bernama David Niddeleton yang pernah dua kali datang ke Banggai
menyebutkan. Pengaruh VOC di Banggai sudah ada sejak Raja Mandapar memimpin
Banggai. Kerajaan Banggai pernah dikuasai Ternate. namun setelah Kerajaan Ternate
44
dapat ditaklukan dan direbut oleh Sultan Alaudin dari Kerajaan Gowa ( Sulawesi
Selatan ) maka Banggai ikut menjadi bagian dari Kerajaan Gowa. Dalam sejarah
tercatat Kerajaan Gowa sempat berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat
besar dan kuat di Indonesia Timur.
Kerajaan Banggai berada di bawah pemerintahan Kerajaan Gowa berlangsung
sejak tahun 1625-1667. Pada tahun 1667 dilakukan perjanjian Bongaya yang sangat
terkenal antara Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa melepaskan semua wilayah
yang tadinya masuka dalam kekuasaan Kerajaan Ternate seperti Selayar, Muna,
Manado, Banggai, Gapi ( Pulau Peling ), Kaidipan, Buol Toli-Toli, Dampelas,
Balaesang, Silensak dan kaili. Pada saat Sultan Hasanuddin dikenal sebagai raja yang
sengit melawan Belanda.
Bentuk perjuangan yang dilakukan Hasanuddin ternyata memberikan
pengaruh tersendiri bagi Raja Banggai ke-4, yakni Raja Mbulang dengan gelar
Mumbu Doi Balantak ( 1681-1689 ) hingga Mbulang memberontak terhadap
Belanda. Sebenarnya Mbulang Doi Balantak menolak untuk berkongsi dengan VOC
lantaran monopoli dagang yang terapkan Belanda hanya menguntungkan Belanda
sementara rakyatnya di posisi merugi. Tapi apa hendak dikata, karena desakan Sultan
Ternate yang menjadikan Kerajaan Banggai sebagai bagian dari taklukannya, dengan
terpaksa Mbulang Doi Balantak tidak dapat menghindar dari perjanjian yang dibuat
VOC ( Belanda ).
Tahun 1741 tepatnya tanggal 9 November perjanjian antara VOC dengan
Mbulang Doi Balantak diperbarui oleh Raja Abu Kasim yang bergelar Mumbu Doi
45
Bacan. Meski perjanjian telah diperbaharui oleh Abu Kasim, tetapi secara sembunyi
sembunyi Abu Kasim menjalin perjanjian kerjasama baru dengan Raja Bungku. Itu
dilakukan Abu Kasim dengan target ingin melepaskan diri dari Kerajaan Ternate.
Langkah yang ditempuh Abu Kasim ini dilakukan karena melihat beban yang dipikul
oleh rakyat Banggai sudah sangat berat karena selalu dirugikan oleh VOC. Tahu raja
Abu Kasim menjalin kerjasama dengan Raja BUngku, akhirnya VOC jadi berang (
marah ).
Abu Kasim lantas ditagkap dan dibuang ke Pulau Bacan ( Maluku Utara ),
hingga akhirnya meninggal disana. Usaha Raja – raja Banggai untuk melepaskan diri
dari belenggu Kerajaan Ternate berulang kali dilakukan. dan kejadian serupa
dilakukan Raja Banggai ke-9 bernama Antondeng yang bergelar Mumbu Doi Galela (
1808 – 1829 ).Serupa dengan Raja-raja Banggai sebelumnya, Antondeng juga
melakukan perlawanan kepada Kesultanan Ternate.
Sebenarnya perlawanan Anondeng ditujukan kepada VOC ( Belanda ).
Karena Antondeng menilai perjanjian yang disebut selama ini hanya menguntungkan
Hindia Belanda dan menjepit rakyatnya. Karena itulah Antondeng berontak. Karena
perlawanan kurang seimbang, Antondeng kemudian ditangkap dan dibuang ke Galela
( Pulau Halmahera ).
Setelah Antondeng “dibuang” ke Halmahera, Kerajaan Banggai kemudian
dipimpin Raja Agama, bergelar Mumbu Doi Bugis. Memerintah tahun 1829 – 1847.
Raja Agama sempat melakukan perlawanan yang sangat heroik dalam perang Tobelo
yang sangat terkenal.
46
Tetapi Kerajaan ternate didukung armada laut yang “modern” akhirnya
mereka berhasil mematahkan perlawanan Raja Agama. pusat perlawanan Raja
Agama dilakukan dari “Kota Tua” banggai ( Lalongo ). Dalam perang Tobelo, raja
Agama sempat dikepung secara rapat oleh musuh. Berkat bantuan rakyat yang sangat
mencintainya, Raja Agama dapat diloloskan dan diungsikan ke wilayah Bone
Sulawesi Selatan, sampai akhirnya wafat di sana tahun 1874. Setelah Raja Agama
hijrah ke Bone, munculah dua bersaudara Lauta dan Taja. Kepemimpinan Raja Lauta
dan Raja Taja tidak berlangsung lama. Meski hanya sebentar memimpin tetapi
keduanya sempat melakukan perlawanan, hingga akhirnya Raja Lauta dibuang ke
Halmahera sedang Raja Taja diasingkan ke Pulau Bacan, Maluku Utara.
Dalam Pemerintahan Kerajaan Banggai, sejak dulunya sudah dikenal sistem
demokrasi. Dimana dalam menjalankan roda pemerintahan Raja akan dibantu oleh
staf eksekutif atau dewan menteri yang dikenal dengan sebutan komisi empat, yaitu :
1. Mayor Ngopa atau Raja Muda
2. Kapitan Laut Kepala Angkatan Perang
3. Jogugu atau Menetri Dalam Negeri
4. Hukum Tua atau Pengadilan
Penunjukan dan pengangkatan komisi empat, dilakukan langsung oleh Raja
yang tengah bertahta. Sementara badan yang berfungsi selaku Legislatif disebut
Basalo Sangkap. Terdiri dari Basalo Dodonung, Basalo Tonobonunungan, Basalo
Lampa, dan Basalo Ganggang. Basalo Sangkap diketuaioleh Basalo Dodonung,
dengan tugas melakukan pemilihan setipa bangsawan untuk menjadi raja. Demikian
47
pula untuk melantik seorang raja dilakukan di hadap[an Basalo Sangkap. Basalo
sangkap yang akan melantik raja, lalu akan meriwayatkan secara teratur sejarah raja-
raja Banggai. Berurut kemudian disebutkanlah calon raja yang akan dilantik, yang
kepadanya akan dipakaikan mahkota kerajaan. Dengan begitu, raja tersebut akan
resmi menjadi Raja Kerajaan Banggai.
Silsilah raja-raja Banggai disebutkan sebagai berikut : 1. Mandapar dengan
gelar Mumbu Doi Godong, 2. Mumbu Doi Kintom, 3. Mumbu Doi Balantak, 4.
Mumbu Doi Benteng, 5. Mumbu Doi Mendono, 6. Abu Kasim, 7. Mumbu Doi
Pedongko, 8. Manduis, 9. Antondeng, 10. Agama, 11.blauta, 12. Taja, 13. tatu Tanga,
14. saok, 15. Nurdin, 16. Abdul Abdul Azis, 17. Abdul Rahman, 18. Haji Awaludin,
19. Haji Syukuran Aminuddin Amir.
4.1.11 Keadaan Penduduk Kacamatan Kintom Berdasarkan Pendidikan Dan
Agama
Di Kecamatan Kintom terdapat jenjang pendidikan dari tingkat Taman Kanak-
Kanak sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Berikut ini akan diasajikan
table jumlah sekolah berdasarkan jenjang pendidikannya, Guru dan murid di
Kecamatan Kintom.
48
Table. 4.1 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Taman Kanak-Kanak (TK) Menurut
Status Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah Swasta
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Guru 45 47 49 50 50 51 51 55 28 50 54 54
Siswa 339 339 338 340 343 344 344 346 356 481 432 433
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.2 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah Dasar (SD) Menurut Status
Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah Negeri
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah 16 16 16 16 16 16 16 16 16 18 18 18
Guru 140 142 143 143 142 149 155 182 175 177 128 128
Siswa 1456 1551 1578 1567 1589 1599 1609 1746 1885 1806 1862 1861
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
49
Table. 4.3 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Madrasah Ibtidaiyah (SD) Menurut
Status Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah swasta
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _ _ _ _ _ _ 1 1 1 1 1 1
Guru _ _ _ _ _ _ 8 8 7 15 13 13
Siswa _ _ _ _ _ _ 22 37 30 36 40 41
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.4 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah Negeri
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3
Guru 19 21 22 24 24 25 27 40 40 42 50 50
Siswa 289 290 298 299 302 325 333 362 371 386 416 420
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
50
Table. 4.5 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Madrasah Tsanawiyah (Mts) Menurut
Status Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah Swasta
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah 1 2 2 3 3 3 3 3 3
Guru 17 24 24 32 32 27 52 58 58
Siswa 69 120 120 148 155 144 194 194 194
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.6 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah Menengah Umum (SMU)
Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah Negeri
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _ _ _ _ _ _ 1 1 1 1 1 1
Guru _ _ _ _ _ _ 16 25 20 15 29 29
Siswa _ _ _ _ _ _ 216 195 198 313 289 292
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
51
Table. 4.7 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Menurut Status Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah Swasta
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _ _ _ _ _ _ _ _ _ 1 1 1
Guru _ _ _ _ _ _ _ _ _ 2 12 12
Siswa _ _ _ _ _ _ _ _ _ 62 57 62
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
Table. 4.8 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Madrasah Aliyah (MA) Menurut Status
Sekolah Di Kecamatan Kintom.
Sekolah Swasta
Jumlah Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sekolah _ _ _ _ _ _ 1 2 2 2 2 2
Guru _ _ _ _ _ _ 9 47 27 26 28 28
Siswa _ _ _ _ _ _ 78 118 122 125 104 108
(sumber : UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga).
52
Masyarakat Kecamatan Kintom menganut beberapa Agama, agama yang
domainan dianut oleh masyarakat Kintom Adalah islam. Setiap agama memiliki
tempat ibadahnya masing-masing. Berikut ini adalah tabel presentase penduduk
menurut agama di Kecamatan Kintom dan jumlah tempat ibadah menurut agama di
Kecamatan Kintom.
Tabel 4.9 presentase penduduk menurut agama di Kecamatan Kintom
Agama Tahun
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
2
0
1
0
2
0
1
1
Islam 90,
19
90,1
9
90,19 90,1
9
90,1
9
90,1
9
90,1
9
90,1
9
90,
19
89,
82
89,
81
89,
81
Kristen 9,
73
9,
73
9,
73
9,
73
9,
73
9,
73
9,
73
9,
73
9,
73
10,
10
10,
12
10,
12
Katholik 0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
0,
02
Hindu _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Budha 0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
0,
05
Sumber ; Departemen Agama Kabupaten Banggai
53
Table. 5.0 jumlah tempat ibadah menurut agama di Kecamatan Kintom
Jumlah Tahun
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
201
1
Islam 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 18 18
Kristen 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6
Katholi
k
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Hindu _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Budha _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Sumber ; Departemen Agama Kabupaten Banggai
4.2 Sajian Data
4.2.1 Dinamika Kehidupan Masyarakat Kecamatan kintom
Dalam merekontriksi dinamika di kecamatan kintom maka di usahakan
mengupas persoalan ini dalam tiga segi, yaitu dari segi pendidikan,ekonomi, dan
budaya Sebagimana yang dikemukankan oleh seorang informan ( Hamdan, sabtu 21
juni 2012 ), “Bahwa manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gennya untuk
mengembang berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadian.
Tetapi wujud dari kepribadian yaitu sangat di pengaruhi oleh berbagai macam stimuli
yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya. Maka proses
54
internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu di lahirkan sampai ia
hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala
hasrat, perasaan, nafsu serta emosi yang di perlukan sepanjang hidupnya.
Proses ini bersangkutan dengan proses kebudayaan dalam hubungan dengan
sistem sosial. Dalam proses itu individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya
belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di
sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada
dalam kehidupan sehari-hari.
Proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikap dengan adat-istiadat, sistem norma, sebagai mana yang di kemukakan oleh
seorang informan (Aswar Pawata, kamis 9 maret 2012), „‟bahwa setiap manusia yang
tinggal di suatu daerah dia pasti mempunyai adat dan aturan hidup tersendiri, serta
peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya .kata enkulturasi dalam bahaa
Indonesia juga bearti “pembudayaan”. Seorang individu dalam hidupnya juga sering
meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai
budaya memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternaliasi dalam
kepribadianya.
Perubahan sosial yang terjadi pada tingkat kelembagaan terjadi apabila
keuntungan akan perubahan lebih besar dari pada biaya atau kerugian yang
ditanggung. Konsep ini tentu akan dapat diperdebatkan mengenai pihak siapa yang
diuntungkan dan pihak mana yang dirugikan. Perspektif gerakan sosial melihat
bahwa dalam kelembagaan atau organisasi modern akan tercipta kelompok-kelompok
55
dengan tujuan yang sama baik mendukung perubahan atau menentang perubahan
yang terjadi.
Perspektif interasional melihat adanya kompetisi antar kelompok sebagai
sebuah penyebab perubahan sosial.kompetisi mungkin dapat berupa konflik
kepentingan tentang perubahan itu sendiri.tekanan dari luar dapat berupa teknologi
(material) maupun ideologi yang berasal dari tingkat makro ataupun sumber
structural seperti pemerintah.dinamika inilah yang terjadi pada kelembagaan yang
pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan sosial.
Dari sudut pandang kebudayaan, seni adalah salah satu bentuk eksperimen
budaya kebudayaan ada karena sengaja diadakan oleh manusia untuk membentuk
sebuah peradaban bagi orang-orang yang terlibat didalamnya serta untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena hanya manusialah makhluk yang berkebudayaan
dan yang memiliki peradaban dalam hidupnya. Salah satu wujud produk kebudayaan
manusia adalah seni. Maka, tidaklah berlebihan jika kemudian banyak yang
menyatakan, bahwa seni tradisi dapat mengungkapkan sikap dan proses pengetahuan
sosial. Bila demikian halnya, bahwa seni tradisi nusantara memiliki wajah yang
jamak ( multifaced). Artinya, bahwa seni tradisi.
Walaupun seni tradisi merupakan warisan dari generasi, akan tetapi bukan
berarti hidup gratis, ia harus terus berjalan dan berdialog dengan proses peradaban
yang melingkupinya. Oleh karenanya adalah wajar bilamana seni tradisi nusantara
secara wujud, fungsi, dan maknanya selalu berubah seirama dengan dinamika sosial
budaya masyarakat. Perubahan itu bisa saja terletak pada pengolahan bentuk,
56
pengetahuan serta muatan perilaku sosial yang terdapat didalamnya. Kendatipun
demikian dalam seni tradisi tetap saja terdapat unsur sosial dan kultural yang terus
melekat sepanjang perjalanannya. Maka, seni tradisi selalu dipelajari oleh generasi
berikutnya.
Tradisi dan seni tradisi tetap dipandang penting untuk dipelajari dan diwariskan
kepada generasi berikutnya karena terdapat keyakinana bahwa didalamnya
terkandung makna yang pantas untuk diteladani dalam konteks kehidupan manusia
secara kesinambungan. Artinya, sebagai suatu yang terjadi pada masa lampau
diteruskan dan diajarkan untuk masa kini karna didalamnya terdapat hal yang pantas
untuk di contoh.
Kata lain terdapat makna esensial dan ruhkultural yang pantas untuk diteruskan.
Masalahnya adalah Bgaimana cara untuk mensikapi seni tradisi agar tetap dapat
berperan sebagai sarana transformasi nilai kenusantaraan, adalah suatu amat komplek
dan dilematis karena pada saat sekarang kehidupan seni tradisi berhadapan dengan
gemerlapnya budaya industri seni yang lebih menghibur dan memproduksi selera
masa dilema seni tradisi.
Membangun motivasi wirausaha pemuda dalam rangka menumbuhkan
kepeloporan dan kemandirian pemuda secara sosial ekonomi Membangun tatanan
kehidupan sosial budaya menuju terwujudnya masyarakat madani, yakni masyarakat
yang tertib demokratis, dan sejahtera lahir batin.
Berbagai macam permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara
lain Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme dikalangan
57
masyarakat termasuk jiwa pemuda. Kekurang pastian yang dialami oleh generasi
muda terhadap masa depannya. Belum keseimbangannya antara jumlah generasi
muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non
formal.
Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan
berkurangnya produktifitas oleh nilai-nilai kekuasaan dan sebagainya. Masih
langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelefansikan pendapat sikap dan
tindakanya dengan kenyataan yang ada.
Namun dengan adanya kerjasama antar orang tua, sekolah / universitas,
masyarakat, dan pemerintah dalam menanggulangi masalah ini agar tercipta
lingkungan yang kondusif, maka generasi muda Indonesia senantiasa mampu
menjawab setiap tantangan dan permasalahan yang dihadapi pada zamannya.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
masyarakat Kecamatan Kintom:
1.Faktor kondisi sosial ekonomi
Tingkat kehidupan suatu masyarakat Kecamatan Kintom dapat di nilai dari
sosial ekonomi karena keadaan sosial ekonomi akan mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemerintah. Pembangunan dan kehidupan
bermasyarakat keadaan sosial ekonomi juga erat hubungannya dengan mata pencarian
penduduk, karena setiap mata pencarian penduduk, mempunyai jenis yang berbeda-
beda dengan tingkat penghasilan atau pendapatan yang juga berbeda sehingga dapat
58
diketahui tingkat kesejahteraan masyarakat, mata pencarian penduduk di kecamatan
kintom sangat beragam, tetapi kebanyakan mata pencariannya sebagai petani dan
nelayan sebagiannya menjadi wiraswasta, Pns, dan tukang, selaian itu juga dengan
adanya perusahaan-perusahaan yang ada di kecamatan kintom seperti perusahaan gas
minyak, bara tempurung, batu pica, dapat membantu perekonomian masyarakat
kintom yaitu dengan membuka lapangan kerja sehingga penganguran di kecamatan
kintom berkurang,meskipun di pandang dari segi sosial merugikan daerah dan
masyarakat kintom.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurhaya Hasan, S.Sos ( wawancara rabu
5 juni 2012 ), “Bahwa dalam keadaan miskin dan perbuatan lebih terpusat pada
masalah pangan dan kerja untuk memperoleh sesuap nasi demi mempertahankan
hidup, soal dinamika kehidupan masyarakat kecamatan kintom tidak membawah
pengaruh terhadap perekonomian masyarakat akan tetapi perubahan itu terjadi pada
warga masyarakat itu sendiri.
2.Faktor pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses modernisasi
masyarakat kecamatan kintom dalam arti sebuah sikap pandangan serta pola pikir
tradisioal dan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Pendidikan merupakan salah
satu faktor yang penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa. Sama halnya
dengan pendidikan di kecamatan kintom dari tahun ke tahun semakin meningkat
penerapan pendidikannya terutama dari segi tenaga guru, semakin banyak lulusan-
lulusan yang berkualitas, kemudian ditunjang dari media pendukung pembelajaran,
59
metode, dan kurikulum. Dengan adanya semua media dan pendukung tersebut
pendidikan di desa tangeban semakin meningkat tingkat pendidikannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rinaldi Sanula S,pd ( Wawancara sabtu 8
juni 2012) “Faktor pendidikan tergantung pada sumber daya manusia berkualitas dan
mempunyai keahlian serta diikuti oleh sarana dan fasilitas yang mendukung
dukungan dan partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan yang memiliki oleh masyarakat”.
3.Faktor Sosial Budaya
Kegiatan hidup sehari-hari nilai sosial budaya harus dijabarkan dalam bentuk
norma-norma atau aturan-aturan hidup bermasyarakat, sehingga mudah dipahami dan
diikuti oleh segenap lapisan masyarakat. Jika dikaji lebih lanjut bahwa eksistensi
sosial budaya ini terkait erat dengan kebiasaan yang berlaku ditengah masyarakat
kecamatan kintom. Dalam hal ini kebiasaan yang berlaku ditengah-tengah masyarakat
kecamatan kintom yang sangat kental dalam hidup bermasyarakat yaitu sikap gotong
royong dalam bidang apapun terutama gotong royong pembangunan yaitu lomba
kebersihan lingkungan, kemudian terkait dari semua itu gotong royong dalam
pembuatan acara yang di laksanakan di kecamatan kintom, masyarakat kecamatan
kintom sangat antusias demi terlaksana acara yang akan dibuat. pembentukan sikap
dan perilaku masyarakat.
60
Struktur sosial budaya masyarakat yang kondusif dan cenderung agamais
biasanya memberikan corak yang positif terhadap perkembangan perilaku generasi
muda. Sebaliknya struktur sosial budaya masyarakat yang kurang kondusif biasanya
akan mengarahkan generasi muda pada perilaku yang negatif pula. Oleh karenanya
struktur sosial budaya dalam masyarakat hendaknya ditata dengan baik sehingga
dapat memberi kontribusi yang maksimal terhadap perkembangan perilaku positif
generasi muda. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamdan ( Wawancara Senin
10 juni 2012) ”Dalam konteks ini tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang
positif, cenderung akan memberi kontribusi yang positif pula dalam pembentukan
sikap dan perilaku dilingkungan bermasyarakat di kecamatan kintom”.
4.3 Pembahasan
Kecamatan Kintom merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan Kintom terdiri dari 1 kelurahan dan
18 desa. Kelurahan yang di maksud yaitu kelurahan kintom sedangkan 18 Desa yang
dimaksud yaitu Desa Babang Buyangge, Kalolos, Tangkiang, Padang, Manyula,
Uling, Samadoya, Dimpalon, Solan, Mendono, Sayambongi, Padungnyo, Lontio,
Solan Baru, lumbe, Mondonun, lontio Baru dan Dimpalon Baru. Jumlah penduduk
kecamatan kintom adalah 13.023 jiwa.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan
pembangunan bangsa. Sama halnya dengan pendidikan di kelurahan kintom dari
tahun ke tahun semakin meningkat penerapan pendidikannya terutama dari segi
61
tenaga guru, semakin banyak lulusan-lulusan yang berkualitas, kemudian ditunjang
dari media pendukung pembelajaran, metode, dan kurikulum. Dengan adanya semua
media dan pendukung tersebut pendidikan di kelurahan kintom semakin meningkat
tingkat pendidikannya.
Secara ideal pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk memanusiakan
manusia, dalam artian dengan pendidikan diharapkan potensi yang ada dalam diri
manusia dapat teraktualisasi dalam wujud nyata. Moh. Hatta dalam Basri Amin
(2006:74) mengemukakan bahwa tiga aspek penting dalam pendidikan untuk
kemajuan yakni karakter, tanggung jawab dan penyelesaian masalah (perbaikan
keadaan).
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam masyarakat kecamatan kintom
sebab pendidikan senantiasa memberikan andil yang cukup besar dalam upaya turut
mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjaga bangsa dari perpecahan. Dengan
adanya kualitas pendidikan maka kemampuan, kreatifitas, keuletan dan daya kritis
akan wujudkan suatu kemajuan dalam segala aspek kehidupan. Untuk menciptakan
sumber daya manusia yang handal maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan,
kondisi masyarakat Kecamatan Kintom dalam aspek tingkat pendidikan masih sangat
rendah hal ini dikarenakan masih adanya pola fikir masyarakat Kecamatan Kintom
yang masih mengesampingkan aspek urgensi dari pendidikan tahap kehidupan sosial
disamping keterbatasan secara ekonomi.
62
Masyarakat Kecamatan Kintom kini walaupun sebagian besar penduduknya
hanya lulusan sekolah menengah pertama (SMP) akan tetapi ada juga yang lulus
SMA dan sekitar 100 orang yang sarjana hal ini sangat membantu pemerintah dalam
menciptakan kerukunan hidup dalam masyarakat Kecamatan Kintom, dengan
pendidikan ini dapat menciptakan integrasi antara etnis budaya yang berbeda dan
menyadarkan masyarakat Kecamatan Kintom dari sebuah kehidupan nasional
maupun berbeda.
Sistem perekonomian yang sangat potensial di Kecamatan Kintom adalah
pertanian dan perkebunan dimana diawalnya daerah ini merupakan daerah yang
masih kurang penduduknya dan memiliki banyak lahan tanah yang kosong dan belum
dimamfaatkan oleh warga masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka
lahan atau wilyah yang ada mulanya kosong menjadi terisi dan termamfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Kintom. Dengan pertumbuahan penduduk tersebut sedikitnya
telah merubah kondisi perekonomian masyarakat yang ada pada Kecamatan Kintom.
Kegiatan pertanian lebih bekal menampakan aktifitasnya, karena masyarakat
memiliki bekal kemampuan dalam bercocok tanam.
Hal ini juga telah memberikan motivasi kepada masyarakat setempat untuk
berusaha dan bersaing dalam kehidupan. Pada umumnya masyarakat kintom ini
hanya memiliki kemampuan hidup dalam bidang pengelohan tanah seperti bertani
dan berkebun, karena bidang ini sangat sesuai dengan kondisi daerah tujuan
masyarakat dan pemerintah telah memberikan bekal teori kepada generasi muda.
63
Tingkatan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari mata pencaharian masyarakat
tersebut. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Kintom anatara lain sebagai
petani di ladang, peternak dan nelayan. Para perani menghasilkan tanaman pangan
seperti ubi kayu, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.
Ada juga tanaman hasil perkebunan seperti kelapa, kopi, cengkeh, kapuk, jambu
mente, kakao dan kemiri.
Untuk peternakan, ternak yang dipelihara antara lain sapi, kambimg, babi, ayam
ras dan itik/bebek.
Para nelayan menangkap ikan menggunakan kapal yang beraneka ragam seperti
jukung, perahu sedang, perahu besar, motor temple, kapal motor <5 PK, kapal motor
5-10 PK serta rumpon. Alat penangkap ikan yang digunakanpun beraneka ragam
seperti bubu, pancing tangan, pancing tonda, sero, gill net, jala lempar, pukat
pantai/dampar, bagan apung, bagan tancap, pukat cincin, pejala (payang) dan rawai
dasar.
Dilihat dari deskripsi di atas, dapat diketahui bahwa tingkat perekonomian
masyarakat Kecamatan Kintom sudah berkembang.
Secara umum manusia merupakan mahluk yang menghendaki adanya
kebersamaan dan hidup berdampingan dalam suatu komunitas. Sebagai mahluk sosial
tidak mampu bertahan tanpa bantuan orang lain atau sesamanya guna pengembangan
potensi yang dimiliki. Maka yang bersangkutan jelaslah harus menciptakan suasana
64
bersama manusia dengan kehidupan sekitarnya. Hal tersebut dapat lihat dalam
masyarakat Kecamatan Kintom, yang mana dalam kehidupan sehari - hari telah
mencerminkan adanya suatu bentuk interaksi/hubungan diantara yang berlatar
belakang etnis budaya yang berbeda. Hubungan yang berlangsung pada masyarakat
ini terjadi diantara etnis baik antara individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok dan maupun individu dengan individu dapat berjalan dengan baik dan
mencerminkan adanya suatu hubungan yang kondusif.
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan informan bahwa masyarakat disini
meskipun terdiri dari berbagai etnis namun masyarakat selalu menjalin hubungan
baik, hubungan masyarakat tidak terbatas hanya antara sesama suku, melainkan
hubungan itu terjalin dengan berbagai kelompok etnis dan budaya yang berbeda.
Salah satu contohnya pada setiap kegiatan ta‟ziah atas meninggalnya seorang yang
berasal dari etnis lain, sebagai bagian dari masyarakat tanpa berfikir bahwa yang
meninggal tersebut adalah suku lain namun masyarakat tetap menghadiri acara
ta‟ziah tersebut berbagai rasa turut belasungkawa.
Sumberdaya manusia merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan.
Percepatan pembangunan kependudukan suatu daerah terkait seberapa besarnya
potensi sumberdaya manusia yang ada. Besarnya jumlah penduduk merupakan suatu
potensi sumberdaya pembangunan, yang bila dikelola maksimal akan berdampak
terhadap kemajuan pembangunan suatu daerah. Adanya perubahan perbaikan kondisi
pembangunan suatu daerah berdampak terhadap perubahan jumlah penduduk suatu
65
daerah, seperti arus migrasi serta kelahiran dari penduduk di daerah
tersebut.Fenomena kependudukan dipengaruhi oleh factor kelahiran (natalitas),
kematian (mortality) dan migrasi (migration). Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap perubahan faktor-faktor demografi suatu daerah. Kecamatan kintom sebagai
daerah yang kondisinya dalam pembangunan mempunyai perkembangan tingkat
kependudukan yang beragam. Perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
kelembagaan terjadi apabila keuntungan akan perubahan lebih besar dari pada biaya
atau kerugian yang ditanggung. Konsep ini tentu akan dapat diperdebatkan mengenai
pihak siapa yang diuntungkan dan pihak mana yang dirugikan. Perspektif gerakan
sosial melihat bahwa dalam kelembagaan atau organisasi modern akan tercipta
kelompok-kelompok dengan tujuan yang sama baik mendukung perubahan atau
menentang perubahan yang terjadi.
Perspektif interasional melihat adanya kompetisi antar kelompok sebagai sebuah
penyebab perubahan sosial.kompetisi mungkin dapat berupa konflik kepentingan
tentang perubahan itu sendiri.tekanan dari luar dapat berupa teknologi (material)
maupun ideologi yang berasal dari tingkat makro ataupun sumber structural seperti
pemerintah. Inilah yang terjadi pada kelembagaan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan perubahan sosial.
Dari sudut pandang kebudayaan, seni adalah salah satu bentuk eksperimen
budaya kebudayaan ada karena sengaja diadakan oleh manusia untuk membentuk
sebuah peradaban bagi orang-orang yang terlibat didalamnya serta untuk memenuhi
66
kebutuhan hidupnya. Oleh karena hanya manusialah makhluk yang berkebudayaan
dan yang memiliki peradaban dalam hidupnya. Salah satu wujud produk kebudayaan
manusia adalah seni. Maka, tidaklah berlebihan jika kemudian banyak yang
menyatakan, bahwa seni tradisi dapat mengungkapkan sikap dan proses pengetahuan
sosial. Bila demikian halnya, bahwa seni tradisi nusantara memiliki wajah yang
jamak ( multifaced). Artinya, bahwa seni tradisi.
Walaupun seni tradisi merupakan warisan dari generasi, akan tetapi bukan berarti
hidup gratis, ia harus terus berjalan dan berdialog dengan proses peradaban yang
melingkupinya. Oleh karenanya adalah wajar bilamana seni tradisi nusantara secara
wujud, fungsi, dan maknanya selalu berubah seirama dengan dinamika sosial budaya
masyarakat Kecamatan Kintom. Perubahan itu bisa saja terletak pada pengolahan
bentuk, pengetahuan serta muatan perilaku sosial yang terdapat didalamnya.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kintom selama Periode 2000-2011
mencapai 4,43 persen hal ini mengalami kenaikan dibandingkan laju pertumbuhan
penduduk 1990-2000 yang mencapai pertumbuhan 1,43 persen.Peningkatan populasi
penduduk di Kecamatan Kintom selama kurun waktu 2000-2011 banyak dipengaruhi
adanya faktor migrasi selain faktor kelahiran. Faktor migrasi yang menonjol adalah
terjadinya perpindahan penduduk dari daerah sekitarnya menuju ke Kecamatan
Kintom sebagai dampak pembukaan lapangan pekerjaan dengan adanya proses
pembangunan infrastruktur jalan dan kantor pemerintahan, perumahan.
67
Demikian pula adanya peningkatan produksi komoditi pertanian dan perikanan
baik rumput laut, ikan, mutiara serta lainnya, dan adanya peningkatan sektor lainnya
seperti perdagangan dan jasa yang memberikan dampak terbukanya lapangan
pekerjaan bagi penduduk, sehingga menarik penduduk untuk berpindah ke
Kecamatan kintom.
Hasil perkembangan penduduk per kelurahan menunjukan ada lima kecamatan
yang memiliki penduduk terbanyak di Kecamatan kintom, di mana yang pertama
adalah Kelurahan kalolos sebesar 46,40 jiwa, kelurahan padungnyo sebesar 33,16
jiwa, Kelurahan solan baru sebesar 27,31 jiwa, Kelurahan dimpalon baru sebesar
13,38jiwa, Kelurahan dimpalon sebesar 13,20 jiwa.
Kintom merupakan salah satu Kecamatan di kabupaten banggai Sulawesi Tengah
yang beribukota di Luwuk, kecamatan ini berbatasan dengan kecamatan nambo di
timur, Selat Peling di selatan, kecamatan batui di Barat, dan pegunungan tongkea di
utara. Luas wialyah Kecamatan Kintom adalah 518,72 Km2. Kecamatan kintom
terbagi menjadi 19 kelurahan.kecamatan ini memiliki motto Monsuani tano menuju
masyarakat madani yang artinya gemar menanam, karena pertanian telah menjadi
pemasok terbesar kegiatan ekonomi daerah ini sehingga dapat mensejahterakan
masyarakat.
Dari hasil pertanian dan perkebunan ini berdampak besar juga terhadap
perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah
68
pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih
memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus
barang maupun jasa, serta terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung
diantaranya sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, dan jaringan telekomunikasi.
Masyarakat Kecamatan Kintom selain bercocok tanam atau mengolah lahan pertanian
mereka juga banyak menggantungkan mata pencahariannya dari hasil laut selain
mereka langsung menjual hasil tangkapan dari pada pencarian mereka dilaut maka
selain itu juga hasilnya mereka makan juga untuk kebutuhan keluarga mereka. Wah
sangat segar dan tidak mudah kita dapatkan di Jakarta, dimana di Kecamatan Kintom
ini ikan yang baru di dapat langsung diolah dan dinikmati.
Contohnya saja ikan ini dijual di Kecamatan Kintom hanya lima ribu rupiah (Rp.
5000) 3 ekor, selain murah harganya pastinya ikannya segar dan nikmat rasanya.
Pada saat matahari terbenam pun pemandangan sangat indah sekali dan sangat sayang
jika dilewatkan begitu saja, tidak pernah saya lupakan Kecamatan Kintom,kelak suatu
ketika nanti saya akan kembali kesana menikmati akan keindahanmu dan kekayaan
lautmu.
Kehidupan suatu masyarakat sangat di pengaruhi oleh agama dimana agama
merupakan salah satu pembangunan manusia dari segi mental dan spiritual didasari
dengan agama yang dianut.agama menjadi pedoman hidup bagi manusia untuk
mengatur pelaksanan hidupnya, sehingga dengan ketaatan kepada agama secara
69
langsung telah mengajarkan manusia untuk patuh dan membiasakan untuk berdisiplin
dalam menjalankan aturan.
Masyarakat Kecamatan Kintom mayoritas beragama islam walaupun didalamnya
masih terdapat kurang lebih 30% yang beragama kristen namun pengamatan penulis
tingkat pemahaman masyarakat terhadap ajaran agama islam sudah sangat meningkat.
Hal ini terlihat dari bentuk tempat beribadah yaitu mesjt, Pembangunan dibidang
keagamaan baik fisik maupun non fisik semakin meningkat, terlihat pembinaan
keagamaan aktif dilaksanakan melalui balai-balai yang ada di Kecamatan Kintom,
serta pelaksanaan perayaan hari-hari besar keagamaan baik dilaksanakan berjamaah
yang diputuskan dimesjid maupun secara individu berjalan dengan baik.
Mayoritas agama di Kecamatan Kintom adalah agama islam. Keadaan tersebut
disebabkan karena agama islam adalah agama mayoritas dalam komunitas
masyarakat Kecamatan Kintom, selain agama islam terdapat juga agam Kristen dan
katolik. Di bawah ini akan di sajikan tabel berdasarkan jumblah penganut agama dan
jumlah tempat ibadah.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar
tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-
pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar
komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim
bahasa harus harus menguasai bahasanya.
70
Di kabupaten banggai khususnya Kecamatan Kintom terdapat bahasa daerah
yang biasa di gunakan masyarakat sebagai alat komunikasi. Bahasa daerah yang di
gunakan yaitu bahasa daerah dari suku saluan karena mayoritas suku yang ada di
Kecamatan Kintom adalah suku saluan. Meskipun ada sebagian kecil pendatang dari
suku lain misalnya suku jawa, gorontalo, bugis, kaili dan Maluku. Akan tetapi bahasa
yang di gunakan sabagai alat komunikasi antar suku bukanlah bahasa daerah
melainkan bahasa Indonesia.
Lingkungan kelurahan kintom mencakup iklim dan geografis, tampat tinggal,
adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah
segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa
berkembang, adalah seluruh yang ada.
Eksistensi lingkungan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam
mengkonsumsi kigiatan individu dalam sifat positif dan negatif. Lingkungan yang
kondusif serta selalu meletakkan nilai-nilai agama sebagai dasar utama dalam
menjalani kehidupan, cenderung akan mewarnai terbentuknya perilaku positif dalam
bermasyarakat. Sebaliknya lingkungan yang selalu diselimuti dengan masalah, serta
kurang terbiasa dengan nilai agamais, cenderung menjadi lahan subur tumbuhnya
perilaku negatif dalam prilaku masyarakat kelurahan kintom.
Demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom, mereka juga akan terpengaruhi kepada
71
hal-hal yang negatif itu. Sehingga kondisi ini menunjukkan perlunya penataan
lingkungan, guna memberi kontribusi yang maksimal terhadap pembentukan perilaku
positif masyarakat Kecamatan Kintom.
Mencermati hal ini, maka perlu dilakukan usaha untuk membina perilaku tiap
individu melalui usaha pembinaan ini dihadapkan mampu mengantisipasi perilaku
negatif yang sering mucul di kalangan masyarakat. Dengan pembinaan ini diharapkan
mampu mengarahkan masyarakat untuk berperilaku positif sehingga menjadi sumber
daya pembangunan yang potensial di masa kini dan masa yang akan datang.
Kehidupan kita di masyarakat Kecamatan Kintom sangat mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, tidak terkecuali dengan berbagai perkembangan yang ada di era
globalisasi ini. Sebagai masyarakat yang berkualitas tentu kita harus bisa menyikapi
dengan benar kehidupan masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini, itu semua
agar semua orang juga bisa mendapatkan manfaat dari era globalisasi itu sendiri.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh mawardi pawata, selaku lurah di
Kelurahan Kintom (Wawancara 12 Mei 2012), “Kehidupan masyarakat Kecamatan
Kintom di sekitar kita adalah hasil dari sebuah tindakan setiap orang, sehingga jika
terjadi suatu aktifitas dari seseorang maka dari satu aktifitas itu juga
bisa mengembangkan kehidupan masyarakat yang lainnya. Jadi, apa yang akan kita
lakukan nanti juga akan diteruskan oleh kehidupan generasi Kecamatan Kintom
72
Selain itu, sebagai masyarakat kita adalah bagian dari kehidupan masyarakat itu
untuk menciptakan masa depan kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom yang lebih
baik maka kita yang merupakan generasi muda harus bisa memiliki kehidupan yang
berkualitas. Dengan begitu, kehidupan kita juga bisa mempengaruhi kehidupan
masyarakat Kecamatan Kintom di sekitar. Menciptakan kehidupan masyarakat di era
globalisasi seperti sekarang ini untuk memiliki masa depan yang cerah bisa menjadi
sulit juga bisa menjadi sangat mudah, tergantung bagaimana setiap individunya
menciptakan suatu kehidupan. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa
dari satu kehidupan bisa mempengaruhi kehidupan di masyarakat sekitar.
Masa depan yang cerah di kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom bisa
menjadi sulit jika kehidupan dari satu individu tidak memiliki kualitas yang baik, tapi
masa depan kehidupan masyarakat yang cerah juga bisa dengan mudah kita raih
asalkan setiap dari kita memiliki kehidupan yang berkualitas. Bagaimana caranya
Sebenarnya sudah cukup banyak tips yang saya tuliskan untuk menciptakan
kehidupan masyarakat berkualitas, seperti contohnya Masa Depan Tidak Akan
Berubah. Berawalah dari situ, dengan begitu bisa memiliki pondasi dasar untuk bisa
menciptakan kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom yang berkualitas.
Kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom terlahir dari satu kehidupan sosial
seseorang, maka jika setiap orang memiliki kehidupan sosial maka di situlah
kehidupan masyarakat berada. Suatu kehidupan masyarakat tidak akan tercipta jika
73
tidak dimulai dari satu kehidupan sosial, kerena kehidupan sosial dari setiap orang
adalah dasar dari terciptanya kehidupan masyarakat Kecamatan Kintom.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa keadaan
geografis masyarakat yang merintangi kelurahan kintom, Oleh sebab itu, janganlah
heran apabila dapat ditemui kelompok masyarakat yang tidak mempunyai sopan
santun, adap, norma, bukan karena tidak mau atau tidak mau tahu, akan tetapi karena
banyak pengaruh yang timbul antara individu yang satu ke yang lainnya.
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan
lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti suling, gong dan gendang. Alat
musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual
keagamaan. Di wilayah beretnis saluan yang terdapat di Kecamatan Kintom musik
tradisional - ditampilkan ketika ada upacara penyambutan. Kesenian ini telah
dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana
mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan
keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah tari molabot yang artinya tarian
penyambutan yang berasal dari masyarakat suku saluan, Tarian molabot khusus
ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari
besar tertentu. Tari molabot adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan
74
berpasangan. Tarian ini adalah warisan leluhur dan merupakan kebiasaan selama
pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Di Sulawesi Tengah.
Tari Molabot merupakan tari pemyambutan yang diangkat dari inti gerak tiga
etnis (suku) yang ada di Kabupaten Banggai, yaitu Saluan, Banggai dan Balantak,
yang kemudian dirangkum menjadi tari pergaulan. Tari ini meski memiliki gerak dan
ranpak yang sama tetapi dalam penyebutan diantara tiga etnis yang ada memang agak
sedikit berbeda sebagai pengaruh dari dialeg setiap etnis. Tari ini dalam aksen suku
Saluan disebut Molabot, dalam bahasa Balantak disebit Malaboti, sementara dalam
Bahasa Banggai disebut dengan Malabot.
Gerak tari tari Molabot banyak didominasi oleh gerak kaki dan tangan yang
melingkar, sebagai sinbol kebersamaan dan kekeluargaan dengan syair-syair yang
mengungkapkan rasa persauda-raan. Tari Malabot biasanya dimainkan penari-lpenari
putri dengan jumlah penari antara 6 sampai 8 orang. Untuk lebih menyemarkkan
gerak tari penyambutan ini biasanya para penari Molabot akan diiringi tetabuhan
kendang dan gong.
Tari Molabot selain mempunyai makna untuk menyambut para tetamu yang
sifatnya komu-nikatif, dilakukan pada penyambutan. Setelah tari Molabot selesai
ditampilkan baru kemudian dilanjutkan dengan acara yang lain. Lazimnya dilanjutkan
dengan tari “Modero” yakni tari persaudaraan / pergaulan yang banyak digemari para
muda/mudi di Kabupaten Banggai.