Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

27
Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia BeritaKaget.com // Ilham Mahesa Sinaga // 30 Nov 2012 // Belum Ada Komentar Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam. Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki “budaya” pendidikan. Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit. Kompetisi global Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu Hongkong, Jepang, dan Singapura. Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai “di atas rata- rata”, lebih baik daripada Belanda, Selandia Baru, Kanada, dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis.

description

pendidikan

Transcript of Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

Page 1: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

Pendidikan Indonesia Terendah di DuniaBeritaKaget.com // Ilham Mahesa Sinaga // 30 Nov 2012 // Belum Ada Komentar

Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat

terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global

yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson,

sistem pendidikan Indonesia berada di posisi

terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat

pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea

Selatan, sementara Inggris menempati posisi

keenam.

Peringkat itu memadukan hasil tes internasional

dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun

2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat

pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat

disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara

memberikan status tinggi pada guru dan memiliki

“budaya” pendidikan.

Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini

berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan,

seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas.

Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan tes Pisa

dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu

tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk

Pearson oleh Economist Intelligence Unit.

Kompetisi global

Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia,

yaitu Hongkong, Jepang, dan Singapura.

Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai “di atas rata-rata”, lebih baik daripada

Belanda, Selandia Baru, Kanada, dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat

menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis.

Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang,

termasuk matematika, sains, dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang semakin

menurun dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, tujuan utamanya adalah memberikan pandangan

multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan menciptakan sebuah bank data yang akan

diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson bernama Learning Curve.

Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal

penting, tetapi tidak sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan, biaya

Page 2: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

adalah ukuran yang mudah, tetapi dampak yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap

pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.

Kesuksesan negara-negara Asia dalam peringkat ini merefleksikan nilai tinggi pendidikan dan pengharapan

orangtua. Hal ini dapat menjadi faktor utama ketika keluarga bermigrasi ke negara lain, kata Pearson.

Ada banyak perbedaan di antara kedua negara teratas, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, menurut laporan

itu, tetapi faktor yang sama adalah keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas pentingnya pendidikan dan

“tujuan moral”.

Kualitas guru

Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut

staf terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji.

Peringkat itu menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang

lebih baik. Dan ada pula konsekuensi ekonomi langsung atas sistem pendidikan performa tinggi atau

rendah, kata studi itu, terutama di ekonomi berbasis keterampilan dan global. Namun, tidak ada keterangan

yang jelas mengenai pengaruh manajemen sekolah dengan peringkat pendidikan.

Peringkat untuk tingkat sekolah menunjukkan bahwa Finlandia dan Korea Selatan memiliki pilihan tingkat

sekolah terendah. Namun, Singapura yang merupakan negara dengan performa tinggi memiliki tingkat

tertinggi.

Perlukah Pendidikan Berkarakter?WRITTEN BY ADIAN HUSAINI

PEMERINTAH, melalui Kementerian

Pendidikan Nasional sudah mencanangkan

penerapan pendidikan karakter untuk semua

tingkat pendidikan, dari SD-Perguruan

Tinggi. Menurut Mendiknas, Prof.

Muhammad Nuh, pembentukan karakter

perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter

sudah terbentuk sejak usia dini, kata

Mendiknas, maka  tidak akan mudah untuk

mengubah karakter seseorang. Ia juga

berharap, pendidikan karakter dapat

membangun kepribadian bangsa. Mendiknas

mengungkapkan hal ini saat berbicara pada

pertemuan Pimpinan Pascasarjana LPTK

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK) se-Indonesia di Auditorium

Universitas Negeri Medan (Unimed), Sabtu

(15/4/2010). 

Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia, bisa dimaklumi,

sebab selama ini dirasakan, proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia

Page 3: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak

lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya

lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.

Bahkan, bisa dikatakan, dunia Pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat

pelik. Kucuran anggaran pendidikan yang sangat besar disertai berbagai program terobosan sepertinya

belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak

alumni pendidikan yang unggul, yang beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter.

Dr. Ratna Megawangi, dalam bukunya, Semua Berakar Pada Karakter (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI,

2007), mencontohkan, bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal

tahun 1980-an. Menurutnya, pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the

good, loving the good, and acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif,

emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.

Dalam bukunya, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (2010), Doni Koesoema

Albertus menulis, bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang

berkeutamaan. Dalam pendidikan karakter, yang terutama dinilai adalah perilaku, bukan pemahamannya.

Doni membedakan pendidikan karakter dengan pendidikan moral atau pendidikan agama. Pendidikan

agama dan kesadaran akan nilai-nilai religius menjadi motivator utama keberhasilan pendidikan karakter.

Tetapi, Doni yang meraih sarjana teologi di Universitas Gregoriana Roma Italia, agama tidak dapat dipakai

sebagai pedoman pengatur dalam kehidupan bersama dalam sebuah masyarakat yang plural. "Di zaman

modern yang sangat multikultural ini, nilai-nilai agama tetap penting dipertahankan, namun tidak dapat

dipakai sebagai dasar kokoh bagi kehidupan bersama dalam masyarakat. Jika nilai agama ini tetap

dipaksakan dalam konteks masyarakat yang plural, yang terjadi adalah penindasan oleh kultur yang kuat

pada mereka yang lemah," tulisnya.  

Oleh karena itu, simpul Doni K. Albertus, meskipun pendidikan agama penting dalam membantu

mengembangkan karakter individu, ia bukanlah fondasi yang efektif bagi suatu tata sosial yang stabil dalam

masyarakat majemuk. Dalam konteks ini, nilai-nilai moral akan bersifat lebih operasional dibandingkan

dengan nilai-nilai agama. Namun demikian, nilai-nilai moral, meskipun bisa menjadi dasar pembentuk

perilaku, tidak lepas dari proses hermeneutis yang bersifat dinamis dan dialogis.

Sebagai Muslim, kita tentu tidak sependapat dengan pandangan Doni K. Albertus semacam itu. Sebab, bagi

Muslim, nilai-nilai Islam diyakini sebagai pembentuk karakter dan sekaligus bisa menjadi dasar nilai bagi

masyarakat majemuk. Masyarakat Madinah yang dipimpin Nabi Muhamamd saw, berdasarkan kepada nilai-

nilai Islam, baik bagi pribadi Muslim maupun bagi masyarakat plural. Tentu kita memahami pengalaman

sejarah keagamaan yang berbeda antara Katolik dengan Islam.

Namun, dalam soal pendidikan karakter bagi anak didik, berbagai agama bisa bertemu. Islam dan Kristen

dan berbagai agama lain bisa bertemu dalam penghormatan terhadap nilai-nilai keutamaan. Nilai kejujuran,

kerja keras, sikap ksatria, tanggung jawab, semangat pengorbanan, dan komitmen pembelaan terhadap

kaum lemah dan tertindas, bisa diakui sebagai nilai-nilai universal yang mulia. Bisa jadi, masing-masing

pemeluk agama mendasarkan pendidikan karakter pada nilai agamanya masing-masing. 

Terlepas dari perdebatan konsep-konsep pendidikan karakter, bangsa Indonesia memang memerlukan

model pendidikan semacam ini. Sejumlah negara sudah mencobanya. Indonesia bukan tidak pernah

Page 4: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

mencoba menerapkan pendidikan semacam ini. Tetapi, pengalaman menunjukkan, berbagai program

pendidikan dan pengajaran – seperti pelajaran Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara

(PPKN), Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4),  –

belum mencapai hasil optimal, karena pemaksaan konsep yang sekularistik dan kurang seriusnya aspek

pengalaman. Dan lebih penting, tidak ada contoh dalam program itu!  Padahal, program pendidikan

karakter, sangat memerlukan contoh dan keteladanan. Kalau hanya slogan dan ’omongan’, orang Indonesia

dikenal jagonya!

Harap maklum, konon, orang Indonesia dikenal piawai dalam menyiasati kebijakan dan peraturan. Ide

UAN,  mungkin bagus!  Tapi, di lapangan, banyak yang bisa menyiasati bagaimana siswanya lulus semua.

Sebab, itu tuntutan pejabat dan orangtua. Guru tidak berdaya. Kebijakan sertifikasi guru, bagus! Tapi,

karena mental materialis dan malas sudah bercokol, kebijakan itu memunculkan tradisi berburu sertifikat,

bukan berburu ilmu!  Bukan tidak mungkin, gagasan Pendidikan Karakter ini nantinya juga menyuburkan

bangku-bangku seminar demi meraih sertifikat pendidikan karakter, untuk meraih posisi dan jabatan

tertentu.

*****

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J.

Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka

berkorban untuk keperluan bangsanya.” 

Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal

kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang

dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orangtua,

dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru

bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus

menjadi contoh bagi murid-muridnya.

Mohammad Natsir adalah contoh guru sejati, meski tidak pernah mengenyam pendidikan di fakultas

keguruan dan pendidikan. Hidupnya dipenuhi dengan idealisme tinggi memajukan dunia pendidikan dan

bangsanya. Setamat AMS (Algemene Middelbare School) di Bandung, dia memilih terjun langsung ke

dalam perjuangan dan pendidikan. Ia dirikan Pendis (Pendidikan Islam) di Bandung. Di sini, Natsir

memimpin, mengajar, mencari guru dan dana.  Terkadang, ia keliling ke sejumlah kota mencari dana untuk

keberlangsungan pendidikannya. Kadangkala, perhiasan istrinya pun digadaikan untuk menutup uang

kontrak tempat sekolahnya.

Disamping itu, Natsir juga melakukan terobosan dengan memberikan pelajaran agama kepada murid-murid

HIS, MULO, dan Kweekschool (Sekolah Guru). Ia mulai mengajar agama dalam bahasa Belanda. Kumpulan

naskah pengajarannya kemudian dibukukan atas permintaan Sukarno saat dibuang ke Endeh, dan diberi

judul Komt tot Gebeid (Marilah Shalat).

Kisah Natsir dan sederet guru bangsa lain sangat penting untuk diajarkan di sekolah-sekolah dengan tepat

dan benar. Natsir adalah contoh guru yang berkarakter dan bekerja keras untuk kemajuan bangsanya. Ia

adalah orang yang sangat haus ilmu. Cita-citanya bukan untuk meraih ilmu kemudian untuk mengeruk

keuntungan materi dengan ilmunya. Tapi, dia sangat haus ilmu, lalu mengamalkannya demi kemajuan

masyarakatnya.

Page 5: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

*****

Pada 17 Agustus 1951, hanya 6 tahun setelah kemerdekaan RI, M. Natsir melalui sebuah artikelnya yang

berjudul“Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut”, Natsir mengingatkan

bahaya besar yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu mulai memudarnya semangat pengorbanan. Melalui

artikelnya ini, Natsir menggambarkan betapa jauhnya kondisi manusia Indonesia pasca kemerdekaan

dengan pra-kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan, kata Natsir, bangsa Indonesia sangat mencintai

pengorbanan. Hanya enam tahun sesudah kemerdekaan, segalanya mulai berubah. Natsir menulis:

“Dahulu, mereka girang gembira, sekalipun hartanya habis, rumahnya terbakar, dan anaknya tewas di

medan pertempuran, kini mereka muram dan kecewa sekalipun telah hidup dalam satu negara  yang

merdeka, yang mereka inginkan dan cita-citakan sejak berpuluh dan beratus tahun yang lampau… Semua

orang menghitung pengorbanannya, dan minta dihargai…Sekarang timbul penyakit bakhil. Bakhil keringat,

bakhil waktu dan merajalela sifat serakah… Tak ada semangat dan keinginan untuk memperbaikinya.

Orang sudah mencari untuk dirinya sendiri, bukan mencari cita-cita yang diluar dirinya...” 

Peringatan Natsir hampir 60 tahun lalu itu perlu dicermati oleh para elite bangsa, khususnya para pejabat

dan para pendidik. Jika ingin bangsa  Indonesia menjadi bangsa besar yang disegani di dunia, wujudkanlah

guru-guru yang mencintai pengorbanan dan bisa menjadi teladan bagi bangsanya.  Beberapa tahun

menjelang wafatnya, Natsir juga menitipkan pesan kepada sejumlah cendekiawan yang mewawancarainya,

”Salah satu penyakit bangsa Indonesia, termasuk umat Islamnya, adalah berlebih-lebihan dalam mencintai

dunia.”  Lebih jauh, kata Natsir:

”Di negara kita, penyakit cinta dunia yang berlebihan itu merupakan gejala yang ”baru”, tidak kita jumpai

pada masa revolusi, dan bahkan pada masa Orde Lama (kecuali pada sebagian kecil elite masyarakat).

Tetapi,  gejala yang ”baru” ini, akhir-akhir ini terasa amat pesat perkembangannya, sehingga sudah menjadi

wabah dalam masyarakat. Jika gejala ini dibiarkan berkembang terus, maka bukan saja umat Islam akan

dapat mengalami kejadian yang menimpa Islam di Spanyol, tetapi bagi bangsa kita pada umumnya akan

menghadapi persoalan sosial yang cukup serius.”  

*****

Seorang dosen fakultas kedokteran pernah menyampaikan keprihatinan kepada saya. Berdasarkan survei,

separoh lebih mahasiswa kedokteran di kampusnya mengaku, masuk fakultas kedokteran untuk mengejar

materi. Menjadi dokter adalah baik. Menjadi ekonom, ahli teknik, dan berbagai profesi lain, memang baik.

Tetapi, jika tujuannya adalah untuk mengeruk kekayaan, maka dia akan melihat biaya kuliah yang dia

keluarkan sebagai investasi yang harus kembali jika dia lulus kuliah. Ia kuliah bukan karena mencintai ilmu

dan pekerjaannya, tetapi karena berburu uang!

Kini, sebagaimana dikatakan Natsir, yang dibutuhkan bangsa ini adalah “guru-guru sejati” yang cinta

berkorban untuk bangsanya. Bagaimana murid akan berkarakter; jika setiap hari dia melihat pejabat

mengumbar kata-kata, tanpa amal nyata. Bagaimana anak didik akan mencintai gurunya, sedangkan mata

kepala mereka menonton guru dan sekolahnya materialis, mengeruk keuntungan sebesar-besarnya melalui

lembaga pendidikan.

Page 6: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

Pendidikan karakter adalah perkara besar. Ini masalah bangsa yang sangat serius. Bukan urusan

Kementerian Pendidikan semata. Presiden, menteri, anggota DPR, dan para pejabat lainnya harus memberi

teladan. Jangan minta rakyat hidup sederhana, hemat BBM, tapi rakyat dan anak didik dengan jelas melihat,

para pejabat sama sekali tidak hidup sederhana dan mobil-mobil mereka – yang dibiayai oleh rakyat –

adalah mobil impor dan sama sekali tidak hemat.

Pada skala mikro, pendidikan karakter ini harus dimulai dari sekolah, pesantren, rumah tangga, juga Kantor

Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama. Dari atas sampai ke bawah, dan sebaliknya. Sebab,

guru, murid, dan juga rakyat sudah terlalu sering melihat berbagai paradoks. Banyak pejabat dan tokoh

agama bicara tentang taqwa; berkhutbah bahwa yang paling mulia diantara kamu adalah yang taqwa. Tapi,

faktanya, saat menikahkan anaknya, yang diberi hak istimewa dan dipandang mulia adalah pejabat dan

yang berharta. Rakyat kecil dan orang biasa dibiarkan berdiri berjam-jam mengantri untuk bersalaman.

Kalau para tokoh agama, dosen, guru, pejabat, lebih mencintai dunia dan jabatan, ketimbang ilmu, serta

tidak sejalan antara kata dan perbuatan, maka percayalah, Pendidikan Karakter yang diprogramkan

Kementerian Pendidikan hanya akan berujung slogan! [Depok, Juni 2010/hidayatullah.com]

   

   

YouTube Slider

Filsafat Ilmu Islami : Manusia Bisa Tahu Yang Benar

Pendidikan Karakter

Dr. Abas Mansur Tamam ‘Mengupas Liberal dari al-Azhar’

Kata ’Allah” di Malaysia dan Indonesia

“Karakter” Versi Ki Hadjar Dewantara

Pendidikan Karakter Barat

Enam Prinsip Pendidikan Karakter Islami

Nikmati Islamia Republika Besok 17 Januari 2013

Undangan Diskusi Insists, 29 Desember 2012

Multikulturalisme dan Alienasi Islam dengan Budaya Nusantara

Page 7: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

KURIKULUM 2013: INSTRUMEN PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKANPosted on Maret 29, 2013 by alenmarlis under Uncategorized

Oleh: Bambang Indriyanto

Peneliti Pada Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang,

Kemdikbud

Secara konvensional terdapat kecenderungan bahwa

upaya peningkatan mutu pendidikan selalu dikaitkan

dengan ketersediaan sarana dan prasana pendidikan yang

memadai, serta kompetensi guru. Pendapat tersebut tidak

sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya betul.

Ada komponen lain yang jarang disentuh yaitu kurikulum.

Argumentasi yang dikemukakan pada tulisan ini adalah

kurikulum merupakan instrumen strategis bagi upaya

peningkatan mutu pendidikan.

Kenapa demikian?. Kurikulum sebagai instrumen

peningkatan mutu pendidikan terdiri dari tiga entitas yaitu

tujuan, metode, dan isi. Peningkatan kompetensi guru dan

Page 8: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan hanya akan

memberikan makna bagi peserta didik jika diarahkan pada

pencapaian tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam

kurikulum. Pada konteks Sistem Pendidikan Nasional

rumusan tersebut dirumuskan pada Standar Kompetensi

Lulusan (SKL). Pada Peraturan Pemerintah nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab

Ketentuan Umum SKL didefinisikan sebagai “kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,

dan keterampilan”.

Untuk menjamin agar SKL tersebut dapat dicapai maka

kegiatan belajar mengajar tersebut dilengkapi dengan

tujuh standar lainnya yaitu standar isi, standar proses,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,

standar penilaian pendidikan. Keberadaan standar-standar

ini telah dijamin oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005, Pasal 2.

Kurikulum 2013 sebagai bagian dari intervensi

peningkatan mutu pendidikan, tentu tidak bisa

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Oleh karena itu, SKL menjadi rujukan ketika

Kurikulum 2013 diterapkan, termasuk tujuh standar

Page 9: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

nasional pendidikan lainnya. Demikian juga dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tetap menjadi

bagian Kurikulum 2013. Satuan pendidikan tetap

mempunyai kewenangan untuk mengembangkan

kurikulum sendiri yang sesuai dengan kondisi satuan

pendidikan tersebut. Di samping itu, Kurikulum 2013 tetap

merupakan kurikulum berbasis kompetensi.

Namun demikian, sebagaimana dinyatakan pada UU

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 38, kerangka dasar dan struktur kurikulum

pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh

Pemerintah. Satuan pendidikan tetap harus merujuk pada

kerangka dasar dan struktur kurikulum jika harus

mengembangkan kurikulum sendiri. Ketentuan untuk

merujuk pada kerangka dasar dan struktur kurikulum

merupakan bagian dari quality assurance.

Dalam berbagai forum uji publik yang telah

diselenggarakan dari tanggal 29 November sampai

dengan 23 Desember 2012, beberapa perseta

menanyakan tentang keberadaan Buku Babon. Mereka

yang belum mengetahui tentang maksud Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyediakan Buku

Babon beranggapan bahwa akan keseragaman dalam

Page 10: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

kurikulum, dan bertentangan dengan ketentuan pada PP

nomor 19 tahun 2005. Keberadaan Buku Babon, tidak

dimaksudkan sebagai bentuk sentralisasi kurikulum dan

penyeragaman, tetapi dimaksudkan untuk standarisasi

dalam pelaksanaan kurikulum. Hal ini didasarkan pada

adanya kecenderungan tidak setaranya kurikulum yang

digunakan oleh satuan pendidikan. Kecenderungan ini

terjadi karena adanya perbedaan kompetensi guru,

sehingga ada satuan pendidikan yang mengadopsi

kurikulum dari satuan pendidikan atau contoh dari Pusat

Kurikulum dan Perbukuan, tanpa melakukan penyesuaian-

penyesuaian dengan kondisi satuan pendididkan tempat

guru tersebut mengajar.

Buku Babon didisain untuk memfasilitasi guru melakukan

tugas mengajarnya dan peserta didik mengikuti kegiatan

belajar mengajar. Buku Babon direncanakan untuk

memuat isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode

evaluasi. Dengan ketiga komponen tersebut, guru

diharapkan dapat melakukan diagnosis terhadap kesulitan

belajar peserta didik dan peserta didik diharapkan akan

mengetahui pada topik bahasan yang mana dia

mengalami kesulitan untuk memahaminya. Keberadaan

Buku Babon merupakan standar minimum yang harus

dicapai oleh setiap siswa. Jika ada satuan pendidikan yang

Page 11: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

mampu untuk mencapai lebih tinggi dari standar yang

ditetapkan pada Buku Babon Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan tidak melarangnya, bahkan mendorong setiap

satuan pendidikan dapat mencapai target yang lebih

tinggi.

Kurikulum 2013 merupakan intervensi peningkatan mutu

yang strategis, namun sasarannya besar baik dari segi

siswa yang akan menjadi subyek dari kurikulum 2013,

maupun guru yang menjadi aktor utama dalam

implementasinya, sehingga pelaksanaan secara serentak

dengan sasaran semua satuan pendidikan secara nasional

menjadi hal yang sulit untuk dilaksanakan. Wakil Presiden

dalam sambutannya dalam pembukaan Rembuknas

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013,

menyatakan bahwa Implementasi Kurikulum 2013 perlu

dilaksanakan segera secara bertahap dan jangan molor

karena yang rugi generasi muda. Begitu molor pasti ada

korban, sebagian generasi muda tidak bisa menerima

manfaat kurikulum baru..

Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 akan dilaksanakan

secara terbatas dan berjenjang. Untuk SD akan

dilaksanakan pada kelas I dan IV, sedangkan pada SMP

dilaksanakan VII, dan di SMA dilaksanakan di kelas IX. Jika

Page 12: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

pada tahun ajaran 2013/14 Kurikulum 2013 dilaksanakan

pada kelas-kelas tersebut, maka pada tahun ajaran

2014/15 secara berjenjang dilaksanakan pada kelas-kela

berikutnya. Misalnya di SD dapat dilaksanakan pada kelas

II dan V, sedangkan di SMP dapat dilaksanakan pada kelas

VII dan di SMA/SMK dilaksanakan pada kelas X.

Keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak hanya

pada ketepatan dan comperehensiveness perumusan SKL

dan kerangka dasar, serta struktur kurikulum, tetapi dari

kepemimpinan kepala sekolah pada tingkat satuan

pendidikan dan kepemimpinan guru pada tingkat kelas.

Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran penting

dalam memfasilitasi guru dalam melaksanakan proses

belajar mengajar di kelas. Sedangkan kepemimpinan guru

di tingkat kelas jelas menjadi bagian yang tidak bisa

dipisahkan dengan bekerhasilan dalam pelaksanaan

Kurikulum 2013. Guru merupakan aktor terdepan dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 yang berhadapan dengan

peserta didik. Peran penting guru antara lain meliputi: (1)

kemampuan menjabarkan topik-topik bahasan pada mata

pelajaran menjadi informasi yang menarik dan mudah

dipahami oleh peserta didik, (2) kemampuan untuk

mengidentifikasi tingkat dan area kesulitan peserta didik

dan kemampuan untuk membantunya keluar dari

Page 13: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

kesulitan tersebut, dan (3) kemampuan melakukan

evaluasi kemajuan belajar siswa. Berdasarkan hasil

evaluasi guru dapat menentukan strategi untuk

menentukan metode pembelajaran yang lebih tepat dan

kecepatan dalam memberikan informasi berupa

pengetahuan kepada peserta didik.

Kurikulum 2013 memang merupakan instrumen

peningkatan mutu pendidikan. Peran guru dan kepala

sekolah menjadi pendukung utama agar Kurikulum 2013

dapat secara signifikan meningkatan mutu pendidikan

dasar dan menengah.

KURIKULUM 2013 MENYEIMBANGKAN KOMPETENSI SIKAP,

KETRAMPILAN DAN PENGETAHUAN.

Posted on Februari 22, 2013 by alenmarlis under Uncategorized

Malang, Jawa Timur — Mendikbud menceritakan bahwa

banyak pihak yang mempertanyakan kenapa repot-repot

mengubah kurikulum. Bahkan ada yang mengeritik

dengan ungkapan ganti menteri ganti kurikulum. “Saya

katakan, kalau demi peserta didik, tidak perlu merasa

repot. Kalau untuk kemajuan peserta didik, tidak apa-apa

Page 14: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

dikritik ganti menteri ganti kurikulum. Yang penting

generasi masa depan kita bertambah baik. Itu niat kita,”

tutur Nuh.

Dalam pemaparannya ketika menyampaikan materi

kurikulum 2013 di Universitas Islam Malang (Unisma),

Sabtu, 16 Februari 2013, Mendikbud menunjukkan bahwa

banyak materi pelajaran dari TIMMS dan PISA yang

seharusnya sudah diajarkan tapi nyatanya belum diajarkan

dalam kurikulum kita sekarang. Akibatnya, prestasi

akademik peserta didik kita selalu tertinggal dari negara-

negara lain.

Sebaliknya, tambah Nuh, banyak materi yang belum

waktunya diajarkan namun sudah diajarkan, sehingga

membebani para peserta didik. Misalnya murid-murid

kelas satu SD yang baru masuk sekolah dalam minggu

pertama sudah harus bisa menuliskan nama-nama teman

sekelasnya beserta alamat rumahnya.

Disamping itu, kata Mendikbud, pengembangan Kurikulum

2013 juga didasarkan atas banyak rasionalitas dalam

rangka mengembangkan peserta didik yang kreatif,

inovatif, produktif, dan afektif. Penekanannya tidak lagi

pada ranah kognitif atau hafalan belaka, sebagaimana

Page 15: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

telah banyak dikritik. Dengan Kurikulum 2013 justeru kita

ingin meningkatkan dan menyeimbangkan antara

kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan

pengetahuan (cognitive) di kalangan peserta didik.

5. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

a. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsanya.

b. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai

macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat,

budaya, suku, dan agama.

Menumbuhkan Rasa Nasionalisme dan Patriotisme Di Kalangan Anak

Dirgahayu Republik Indonesia Ke 6617 Agustus 1945 - 17 Agustus 2011

Sekali Merdeka Tetap Merdeka!!

Page 16: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

Berhubung bulan ini adalah bulan Agustus, yang merupakan bulan

dimana negara kita sedang merayakan HUT Republik Indonesia. Ane

berinisiatif menulis dan mencari beberapa artikel mengenai hal

Patriotisme pada anak.

Kenapa harus anak?

Soalnya saya berpikiran skrg ini rasa patriotisme maupun nasionalisme

pada anak2 indonesia skrg ini sdh memudar dan tentunya orang tua

selaku ujung tombak utk membimbing anak2nya skrg sdh kurang

peduli lg.

Dalam menumbuhkan patriotisme pada anak2, intinya kita harus selalu

menginformasikan hal2 mengenai nasionalisme kpd mrka, serta

menjelaskan arti pentingnya hari2 bsr nasional serta event2 nasional

lainnya. Bisa dgn hal2 simpel sprt menonton berita bersama, bantulah

mereka utk mengerti tidak hanya tentang fakta mengenai

pemerintahan kita, namun ttg arti demokrasi sebenarnya. dan Anda

sebaiknya memberikan pandangan Anda sendiri mengenai event2 atau

hari kebesaran nasional yang terjadi, diskusikan kepadanya bhw org

lain pun dapat memiliki pandangan2 yang berbeda.

Berikut ini Beberapa Penyebab Memudarnya Nasionalisme dan

Patriotisme dikalangan Anak

" Faktor Internal "

❶. Pemerintahan pada zaman reformasi yang jauh dari harapan para

anak, sehingga membuat mereka kecewa pada kinerja pemerintah

saat ini. Terkuaknya kasus2 korupsi, penggelapan uang Negara, dan

penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat Negara membuat para

pemuda enggan utk memerhatikan lagi pemerintahan.

Page 17: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

❷. Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan

rasa nasionalisme dan patriotisme, sehingga para anak meniru sikap

tersebut. Para anak merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan

sekitarnya.

❸. Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan

maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di kalangan anak

dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois

dan emosional.

Page 18: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

❹. Tertinggalnya Indonesia dgn Negara-negara lain dalam segala

aspek kehidupan, membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi

bangsa Indonesia.

❺. Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik

dari suku-suku lainnya, membuat anak lebih mengagungkan daerah

atau sukunya daripada persatuan bangsa.

" Faktor Eksternal "

❶. Cepatnya arus globalisasi yang berimbas pada moral pemuda.

Page 19: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

mereka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingkan dgn

kebudayaanya sendiri, sbg contohnya para pemuda lbh memilih

memakai pakaian minim yang mencerminkan budaya barat

dibandingkan memakai batik atau baju yang sopan yang

mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai

oleh narkoba dan minum2 keras, sehingga sgt merusak martabat

bangsa Indonesia

❷. Paham liberalisme yang dianut oleh Negara2 barat yang

memberikan dampak pada kehidupan bangsa. Anak cenderung meniru

paham libelarisme, seperti sikap individualisme yang hanya

memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar dan

sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.

Upaya Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air di Sekolah1. Melaksanakan Upacara Bendera

Rasa Cinta Tanah Air dapat ditanamkan kpdanak sejak usia dini agar

rasa terhadap cinta tanah air tertananam d hatinya dan dapat mnjd

manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya misalnya dgn

upacara sederhana setiap hari Senin yang di lakukuan di sekolah dgn

menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya

dgn penuh bangga, dan mengucapkan Pancasila dgn semangat.

Kegiatan seperi ini bisa diarahkan pada 5 aspek perkembangan sikap

perilaku maupun kemampuan dasar. Pada aspek sikap perilaku,

Page 20: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

melalui cerita bs menghargai dan mencintai Bendera Merah Putih,

mengenal cara mencintai Bendera Merah Putih dgn merawat dan

menyimpan dgn baik, menghormati bendera ketika dikibarkan

2. Melatih Siswa Utk Aktif Dalam Berorganisasi

Kegiatan anak di luar belajar formal jg melatih inisiatif. Anak yang

melibatkan dirinya dlm organisasi, akan berusaha menjadi pribadi

yang berguna. Inilah sebabnya, anak menjadi pribadi yang berinisiatif

tinggi krn ia merasa diperlukan oleh organisasinya.

Anak yang berorganisasi juga cenderung lebih obyektif dalam menilai

sesuatu. Ia terbiasa dgn perbedaan dan lebih mudah menerimanya.

Anak juga lebih mudah menerima konflik yang biasa terjadi dalam

organisasi.

3. Melalui Acara Memperingati Hari Besar Nasional

Kegiatan lain adalah memperingati hari besar nasional dgn kegiatan

lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa

secara sederhana dgn menunjukkan miniatur candi dan

menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan

pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat,

mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran.

Bisa jg diintegrasikan dlm tema lain melalui pembiasaan sikap dan

perilaku, misalnya mnjga kebersihan dan kelestarian lingkungan,

menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi sesama dan

makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain.

Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta

tanah air.

4. Melalui Lagu-Lagu Nasional

Yg tidak kalah menariknya adalah menanamkan rasa cinta tanah air

melalui lagu. Dgn menyanyi apalagi jika diiringi dgn musik, anak akn

merasa senang, gembira, serta lebih mdh hafal dan memahami pesan

yang akn disampaikan guru. Jika lagu wajib nasional dianggap msh

Page 21: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

terlalu sulit utk anak, maka guru bisa menciptakan lagu sendiri yang

sesuai utk anak usia dini.

Guru diberikan kebebasan utk mengembangkan kreativitasnya di

sekolah termasuk dlm menciptakan lagu. Lagu utk anak usia dini

biasanya dgn kalimat yang sederhana, mdh diucapkan, mdh dipahami

dan dihafalkan. Lagu sebaiknya yang bernada riang gembira, krn hal

ini akn merangsang perkembangan otak anak, anak terbiasa utk selalu

riang dlm bekerja, cepat dlm menghadapi dan memutuskan masalah,

tidak cepat putus asa.

5. Memberikan Pendidikan Moral

Membentuk moral anak bisa dilakukan lewat story telling (dongeng).

Kegiatan membaca dongeng dan berdiskusi antara guru dan anak, ini

dapat dilakukan di sekolah maupun di rumah.

Anak tentu saja mnjdi anugerah terindah bagi setiap orangtua. Namun,

ketika sang buah hati beranjak remaja atau dewasa, bs jadi anak yang

telah dibesarkan dan dididik sebaik mungkin, mnjadi ank yang tidak

mengerti nilai2 moral dlm kehidupan.

6. Memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan

kewarganegaraan

pancasila adalah jati diri bangsa indonesia, sebagai falsafah, ideologi,

dan alat pemersatu bangsa indonesia. Pancasila merupakan

pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa indonesia

yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh pancasila terhadap

bangsa dan negara indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena

perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa indonesia.

Beberapa Hal yang Dapat Dilakukan Untuk Menumbuhkan Patriotisme dan Nasionalisme Pada Anak di Keluarga :

❶. Mendidik anak untuk mencintai budaya, dan alam indonesia

dengan mengajarkan dan mengenalkan permainan tradisional

Sebenarnya permainan tradisional sangat baik untuk melatih fisik dan

mental anak. Secara tidak langsung anak2 akan dirangsang kreatifitas,

Page 22: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan

wawasannya melalui permainan tradisional.

Berbeda dengan permainan berteknologi tinggi, permainan tradisional

memberikan banyak pembelajaran bagi anak-anak yang pada akhirnya

mampu membentuk pribadi yang tidak egois. Pasalnya, permainan

tradisional mengajarkan anak-anak untuk selalu patuh pada aturan

(hukum), tidak egois, dan mengajarkan anak untuk selalu menjalin

hubungan baik dengan sesama teman. Tak ada satupun permainan

tradisional yang bisa dilakukan sendirian di rumah. Karena untuk

bermain, anak2 butuh seorang atau beberapa orang yang bisa

dijadikan partner maupun lawannya.

❷. Memberikan arahan pada anak bahwa indonesia adalah

negara yang kuat, besar dan kaya

Sejak dini perlu di tanamkan pada anak bahwa setiap warga negara

dan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga

dan membangun negara Indonesia tercinta yang penuh akan kekayaan

tanpa melihat status, golongan ataupun jabatan.

Hal tersebut seharusnya tidak hanya diucapkan melalui kata-kata atau

sebuah wacana tanpa mempraktekannya dalam kehidupan sehar-hari.

Siapapun dapat melakukan tanggung jawabnya sesuai peran apapun

yang diambilnya.

❸. Mengajarkan anak untuk mencintai lingkungan dan menjaga

lingkungan

Mengajarkan anak bagaimana menjaga lingkungan akan sangat baik

sebagai bekal dan wawasan kedinian bagi anak-anak, mereka akan

menyadari peran mereka dalam menjaga lingkungan merupakan

fondasi yang kuat untuk memberikan pemahaman yang ideal. Karena

kesadaran yang terbangun sejak dini akan sangat membekas bagi

mereka.

❹. Mengajarkan dan mencontohkan pada anak untuk mandiri

dan bangga dengan produk dalam negeri

Page 23: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

Di era globalisasi ini banyak anak yang sudah mulai lupa dengan

identitas bangsanya sendiri. Anak-anak cenderung lebih suka hal-hal

yang kebarat-baratan, orang tuapun lebih suka mengajak anakya

makan di restoran fast food daripada makan di restoran Indonesia. Hal

ini juga membuat anak cenderung terbiasa dengan makanan barat

daripada makanan Indonsia.

Sebagai orang tua harus mendidik dan memperkenalkan identitas

bangsa indonesia pada anak sehingga anak akan lebih mencintai dan

mengenal bangsanya sendiri.

❺. Mengajarkan anak untuk mencintai sesama dan memiliki rasa

empati terhadap sesamanya

Cinta sesama ditanamkan pada anak haruslah dengan mengajarkan

perilaku-perilaku menolong. Namun untuk mengajarkannya, tak perlu

kita sampai menyediakan waktu khusus tapi cukup dari keseharian.

Misal, ibu tengah sibuk menenangkan adik bayi yang rewel sementara

si kakak minta dibacakan cerita. Nah, si ayah yang menyaksikan hal itu

harusnya tanggap, "Ayah saja, ya, yang bacain. Kan, Ibu lagi repot

ngurus adik."

❻. Mengenalkan semangat kepahlawanan pada anak

Banyak cara untuk mengenalkan semangat kepahlawanan pada anak,

diantaranya adalah dengan berdongeng, mendongeng dapat

membangun emosi, imaginasi, mengembangankan logika dan adaya

khayal, dan juga pengembangan tata bahasa. Orang tua dapat

menceritakan bagaimana sulitnya para pejuang untuk

memperjuangkan bangsa ini. Penyampaian pesan-pesan melalui

berdongeng akan lebih cepat ditangkap oleh anak

Menumbukan rasa patriotisme pada anak memang sangat diperlukan,

Kenapa ?

Karena merekalah bibit-bibit baru penerus bangsa Indonesia yang kian

lama mengalami krisis patriotisme.

Mengajarkan anak-anak tentang patriotisme sangatlah baik, karena hal

Page 24: Pendidikan Indonesia Terendah Di Dunia

ini dapat mengajarkannya untuk menjadi warga negara yang baik dan

tentunya bertanggung jawab. Hal ini sangatlah simpel dan sederhana

daripada mengajarkannya cara mendeklamasikan proklamasi atau

mengajarkan cara untuk memilih wakil negara. Yang terpenting adalah

mengajarkannya untuk berpikir, berani untuk bertanya, berdiskusi, dan

bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Marilah kita tingkatkan patriotisme pada anak sehingga lebih

mencintai negara ini dalam setiap hal dan tindakan yang kita kerjakan.

Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI

Mari kita saling berbagi pengalaman dan tips tentang bagaimana

mendidik anak supaya selalu mencintai negaranya.

Sumber

Share on linkedinShare on facebookShare on twitterShare on

emailMore Sharing Services?

Posted by JayBodyInside   at 23.06   

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke

Facebook

Reactions:0 comments:

Poskan Komentar

"Silahkan berkomentar kawan,,, karena komentar anda sangat berarti pada blog ini,

semoga bermanfaat, terima kasih ~,~"