BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) dan FTI (Fakultas Teknologi Informasi) UKSW. Responden yang bermain game online dari komputer, dan responden akan dilakukan pemeriksaan mata di optik yang sama sebanyak 2 kali yaitu pre-test dan post-test. Jarak waktu antara pre-test dan post-test adalah 2 bulan. 4.2 Pelaksanaan Penelitian Total waktu yang digunakan untuk penelitian selama 4 bulan, mulai dari bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017. Secara detail, peneliti akan menjelaskan dalam persiapan dan proses pelaksanaan penelitian. 4.2.1 Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan tahap menyusun data primer dan data pendukung. Data primer meliputi data pemeriksaan mata, dan data pendukung meliputi data kuisioner dan wawancara singkat. Data primer didapatkan dengan cara melaksanakan pemeriksaan mata. Oleh karena itu, peneliti menyiapkan optik yang

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIK

(Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) dan FTI (Fakultas

Teknologi Informasi) UKSW. Responden yang bermain game online

dari komputer, dan responden akan dilakukan pemeriksaan mata di

optik yang sama sebanyak 2 kali yaitu pre-test dan post-test. Jarak

waktu antara pre-test dan post-test adalah 2 bulan.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Total waktu yang digunakan untuk penelitian selama 4 bulan,

mulai dari bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017. Secara detail,

peneliti akan menjelaskan dalam persiapan dan proses

pelaksanaan penelitian.

4.2.1 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dimulai dengan tahap menyusun data

primer dan data pendukung. Data primer meliputi data pemeriksaan

mata, dan data pendukung meliputi data kuisioner dan wawancara

singkat. Data primer didapatkan dengan cara melaksanakan

pemeriksaan mata. Oleh karena itu, peneliti menyiapkan optik yang

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

telah disetujui oleh pemilik optik untuk melaksanakan pemeriksaan

mata pre-test dan post-test.

Setelah pengambilan data primer, dilanjutkan dengan

pengambilan data pendukung. Data pendukung meliputi kuisioner

(terlampir) dan wawancara singkat (terlampir). Peneliti menyiapkan

beberapa pertanyaan dalam bentuk kuisioner dan wawancara

singkat yang akan diberikan kepada responden.

Uji validitas dan reliabilitas instrumen kuisioner (terlampir)

dilakukan pada salah satu warnet di Salatiga-Jawa Tengah pada

tanggal 30 Januari 2017, dan diberikan kepada 20 responden

dengan kriteria mahasiswa yang bermain game online ≥ 4 jam/hari.

Setelah kuisioner dinyatakan valid dan reliabel maka kuisioner

disebar ke 40 responden serta dilakukan wawancara singkat.

4.2.2 Proses Pelaksanaan

Izin penelitian dari pihak optik didapatkan oleh peneliti,

setelah menjelaskan tentang tujuan, metode dan prosedur

penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti kemudian bertemu

dengan responden untuk menandatangani lembar persetujuan yang

telah disediakan oleh peneliti.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Proses pelaksanaan pemeriksaan mata pre-test dilaksanakan

pada tanggal 7 Oktober – 29 Oktober 2016. Setelah dilakukan pre-

test responden diberikan perlakuan bermain game online selama 2

bulan sesuai dengan tanggal dilakukan pre-test. Setelah diberi

perlakuan maka dilaksanakan pemeriksaan post-test dimana

responden telah mengikuti perlakuan bermain game online salama

2 bulan sesuai dengan tanggal setelah pre-test. Setelah melakukan

pre-test dan post-test dengan menggunakan alat pemeriksaan mata

maka dilanjutkan dengan pembagian kuisioner dan wawancara

singkat. Kuisioner dan wawancara singkat digunakan sebagai data

pendukung.

Selama penelitian, kemudahan yang dialami oleh peneliti

yaitu pihak optik menerima dengan sukarela dan responden

bersedia membantu peneliti selama penelitian. Seiring berjalannya

proses penelitian ada hambatan yang ditemui oleh peneliti yaitu

beberapa responden mengalami kendala saat pemeriksaan mata.

Hal ini dikarenakan waktu yang bertabrakan dengan jadwal kuliah.

responden yang mengalami kendala pemeriksaan mata, kembali

dilaksanakan di hari berikutnya. Jadwal perlakuan bermain game

online semua responden sama, selama 2 bulan sebanyak lebih dari

4 jam/hari.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

4.3 Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan menyajikan data

dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows. Hasil penelitian

yang akan disajikan terbagi atas 2, yaitu analisa univariat dan

analisa bivariat.

4.3.1 Analisis Univariat

Analisa univariat yang dilakukan untuk menyajikan beberapa

variabel yang telah diukur yaitu data speris dan data silinder.

Penyajian data speris dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Analisis Uji Univariet Speris

Pre_Test SPH Kanan Jumlah Presentase Mean

0,00 0,25 0,50 0,75 1,00

1 15 14 4 1

2,9% 42,9% 40,0% 11,4% 2,9%

0,4214

35 100%

Post_Test Sph Kanan

0,25 0,50 0,75 1,25

2 14 16 3

5,7% 40,0% 45,7% 8,6%

0,6643

35 100%

Pre-Test SPH Kiri

0,25 0,50 0,75 1,00

8 18 8 1

22,9% 51,4% 22,9% 2,9%

0,5143

35 100%

Post_Test SPH Kiri

0,25 0,50 0,75

1 16 16

2,9% 45,7% 45,7%

0,6429

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

1,00 1,25

1 1

2,9% 2,9%

35 100%

Sumber: Data pribadi, diolah (2017).

Ket; Sph : Speris

Berdasarkan Tabel 4.1 analisis yang didapat yaitu adanya

perbedaan nilai rata-rata antara satu dengan yang lain pada

pemeriksaan mata speris.

Setelah mendeskripsikan data pemeriksaan mata speris pada

tabel 4.1, selanjutnya peneliti akan deskripsikan tentang

pemeriksaan mata silinder.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan tentang analisa

univariat variabel pemeriksaan mata silinder.

Tabel 4.2 Analisis Uji Univariat Silinder

Pre_test CYL Kanan Jumlah Presentase Mean

0,00 0,25 0,50 0,75

11 9 13 2

31,4% 25,7% 37,1% 5,7%

0,2929

35 100%

Post_test CYN kanan

0,25

0,50

0,75

1,00

1,25

2

17

9

3

4

5,7%

48,6%

25,7%

8,6%

11,4%

0,6786

35 100%

Pre-test CYL Kiri

0,00 10 28,6%

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

0,25

0,50

10

15

28,6%

42,9%

0,2857

35 100%

Post_Test CYL Kiri

0,25

0,50

0,75

1,00

5

16

13

1

14,3%

45,7%

37,1%

2,9%

0,5714

35 100%

Sumber: Data pribadi, diolah (2017).

Ket; Cyl : Silinder

Tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan

nilai rata-rata antara satu dengan yang lain pada pemeriksaan mata

silinder.

4.3.2 Uji Bivariat

Berdasarkan uji normalitas data yang dilakukan, maka data

tersebar normal (data terlampir hal 69). Berdasarkan karakteristik

data normal maka keputusan yang diambil menggunakan uji paired

t-test. Penyajian uji paired t-test dideskripsikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Uji Paired t-test Speris Kanan

Speris kanan Mean P Value

Pre-Test 0,4214 0,000

Post-Test 0,6643

Sumber : Data pribadi, diolah (2017)

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara pre-test dan post-test pemeriksaan mata speris kanan

bermain game online.

Data analisis uji beda speris kanan, maka selanjutnya peneliti

akan menganalisa pemeriksaan mata speris kiri. Berikut ini adalah

tabel 4.4 yang menyajikan tentang uji beda speris kiri.

Tabel 4.4 Uji Paired t-test Speris Kiri

Speris kiri Mean P Value

Pre-Test 0,5143

0,004

Post-Test 0,6429

Sumber: Data pribadi, diolah (2017).

Keterangan yang didapat dari tabel diatas yaitu ada pengaruh

yang signifikan antara pre-test dan post-test pemeriksaan mata

speris kiri bermain game online.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Dari data uji beda speris kanan di atas, maka peneliti

selanjutnya akan menyajikan data pemeriksaan mata silinder

kanan. Berikut ini adalah tabel 4.5.

Tabel 4.5 Uji Paired t-test Cyl Kanan

Silinder

kanan Mean P Value

Pre-Test 0,2929 0,000

Post-Test 0,6786

Sumber : Data pribadi, diolah (2017).

Data diatas dijelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara pre-test dan post-test pemeriksaan mata silinder kanan

bermain game online.

Peneliti menganalisis uji beda silinder kanan, sehingga

selanjutnya peneliti akan menganalisa pemeriksaan mata silinder

kiri. Berikut ini adalah tabel 4.6 yang menyajikan tentang uji beda

silinder kiri.

Tabel 4.6 Uji Paired t-test Cyl Kiri

Silinder kiri Mean P Value

Pre-Test 0,2857

0,000

Post-Test 0,5714

Sumber : Data pribadi, diolah (2017)

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Uji paired t-test silinder kiri dapat dijelaskan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara pre-test dan post-test pemeriksaan

mata silinder kiri bermain game online.

4.4 Pembahasan

Manusia memiliki kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.

Salah satu kebutuhan dasar dalam teori keperawatan Virginia

Handerson adalah bermain atau berekreasi (Potter & Perry, 2006).

Bagi remaja dan dewasa awal, bermain merupakan kebutuhan

sekunder yang sebaiknya terpenuhi karena dapat memberikan

kesegaran baik secara fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari

rasa lelah dan bosan serta dapat memperoleh semangat yang baru

(Nakita, 2001).

Bermain game online merupakan salah satu contoh gaya

hidup bagi remaja dan dewasa awal. Hasil penelitian yang didapat

oleh peneliti menemukan bahwa responden bermain game online

untuk menghilangkan stress. Sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Kusumadewi, 2009) tentang hubungan kecanduan

game online dengan ketrampilan sosial, didapatkan bahwa rata-rata

responden bermain game online untuk menghilangkan stress. Hal

tersebut dapat terjadi karena game online merupakan suatu

aktivitas yang menyenangkan. Menurut Yee (2006), salah satu

motivasi penting dalam bermain game online adalah

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

menghilangkan stress. Jika motivasi tersebut berhasil didapatkan

responden, maka responden akan merasa rileks dan mendapatkan

perasaan yang nyaman.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat menunjukkan

bahwa ada perbedaan nilai rata-rata antara pre-test dan post-test

bermain game online pada pemeriksaan mata lensa speris dan

lensa silinder. Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi

mata yaitu miopi (mata minus) dan astigmastisma (silinder). Miopia

atau rabun jauh merupakan suatu kelainan refraksi dimana berkas

sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, sehingga jatuh

pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan yang

jauh objek tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar datang

saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai

diretina sinar-sinar ini akan menjadi divergen, membentuk lingkaran

yang difus akibat bayangan yang kabur (Curtin, 2002).

Mata minus tidak bisa dicegah baik dengan terapi ataupun

obat-obatan kecuali jika melakukan operasi lasik. Mata minus dapat

dilakukan hanya dengan menjaga kesehatan mata agar minus tidak

bertambah cepat dengan memberikan kacamata atau lensa kontak

sesuai ukuran serta mengurangi aktivitas membaca terlalu dekat

dan terlalu lama bekerja di depan komputer (Ilyas,2006).

Astigmatisme atau mata silinder merupakan kelainan pada mata

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

yang disebabkan karena lengkungan kornea mata yang tidak

merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa saja tanpa peduli

dengan status sosial, umur dan jenis kelamin. Astigmatisma

menyebabkan penderita akan mengalami kesulitan melihat sesuatu

secara jelas atau menjadi kabur, terutama untuk obyek-obyek yang

berukuran kecil. Biasanya penderita astigmatisme juga menderita

miopi. Bola mata dalam keadaan normal berbentuk bulat seperti

bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk dapat ditangkap

pada satu titik di retina (Ilyas,2006).

Pada mata yang mengalami astigmatisme, bola mata

berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang

masuk ke mata sedikit menyebar atau tidak fokus pada retina. Hal

ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya

terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang

agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang (Ilyas, 2006).

Berbeda dengan minus, silinder cenderung tidak akan bertambah

bila menggunakan ukuran yang tepat pada kacamata atau lensa

kontak. Silinder justru akan bertambah bila tidak menggunakan

ukuran aslinya. Pada umumnya, sekali diberikan ukuran yang

sebenarnya maka silinder akan tetap pada ukuran tersebut (Ilyas,

2006).

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media

penglihatan dan panjang bola mata seimbang sehingga bayangan

benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah

makula lutea. Mata yang normal akan menempatkan bayangan

benda tepat di retina pada keadaan mata tidak melakukan

akomodasi. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan

badan kaca keruh maka sinar tidak dapat diteruskan ke makula

lutea. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan

oleh kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata (Curtin,

2002).

Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding

bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan penting dalam

membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau

bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang

berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan oleh sinar kornea

(mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih

panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat

terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang

dapat berupa miopi. Miopi terjadi bila titik fokus sistem optik media

penglihatan terletak di depan macula lutea (Curtin, 2002).

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Hubungan antara miopi dan bermain game online yaitu

lamanya responden bermain game online lebih dari 4 jam/hari, dan

menatap layar komputer dalam waktu lama. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sadri I (2003) bahwa

bagian terbesar radiasi monitor komputer tidak akan menimbulkan

efek berbahaya bagi manusia namun perlu diperhatikan lamanya

radiasi menyinari tubuh khususnya mengenai mata. Intensitas

radiasi yang rendah namun lama penyinaran yang panjang lebih

dari 4 jam/hari dapat menimbulkan gangguan fisiologis. Paparan

dalam waktu yang lama dan jarak yang kurang dari standar ukur

dapat menyebabkan mata menjadi pegal, mata pedih, mata berair,

mata merah dan penglihatan kabur (Curtin, 2002).

Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan bahwa

responden mengetahui tentang bahaya ganggun mata saat bermain

game online dalam jangka waktu yang lama yaitu mata akan kering

dan berair jika tidak berkedip, namun seringkali diabaikan sebab

game online yang dimainkan lebih asyik dan seru dari pada

kesehatan mata. Hal ini didukung dari hasil penelitian, antara lain;

“Yang membuat saya tertarik yaitu untuk mengisi waktu santai,

ketika saya merasa jenuh. Kemudian game yang saya pilih untuk

bermain itu seru dan asyik (A10). Iya, saya mengerti dampak

bermain game bagi mata. Saat saya melihat ke monitor dalam

jangka waktu lama tanpa berkedip maka mata saya akan kering

dan berair (A15)”.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Menurut Jeffrey Anshell dalam Goldsborough (2007),

seorang optimetris di California, pengguna layar monitor pada

komputer dapat memicu timbulnya masalah penglihatan. Apabila

kedua mata fokus pada satu titik dalam jangka waktu yang lama,

lensa mata akan mengalami stuck at that focal point, yang akan

menyebabkan timbulnya kelelaham mata yang dapat berisiko miopi.

Secara singkat proses melihat yaitu cahaya masuk ke dalam mata

melalui pupil, lensa mata kemudian akan memfokuskan cahaya

sehingga bayangan benda yang dimaksud jatuh tepat di retina

mata. Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan

bayangan benda tersebut ke otak. Otak kemudian memproses

bayangan benda tersebut sehingga kita dapat melihat benda

tersebut. Namun jika terjadin kelainan maka benda tidak akan jatuh

tepat didepan retina mata.

Berbagai gejala yang ditimbulkan pada pemain game online

dalam waktu ≥ 4 jam/hari lama selain diakibatkan oleh cahaya yang

masuk ke bola mata, juga dikarenakan mata pemain game online

berkedip lebih sedikit dibandingkan normal. Berkurangnya kedipan

menyebabkan mata menjadi kering dan terasa terbakar (Sitzman,

2005). Selain menampilkan gambar dan teks, monitor juga

mengeluarkan radiasi dan gelombang-gelombang tertentu yang

tidak dapat dideteksi oleh panca indera, misalkan saja monitor

generasi lama sering mengeluarkan ultraviolet dan sinar X.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Kandungan dalam sinar ultraviolet yaitu panjang gelombang antara

240 nm–320 nm sedangkan kandungan sinar X yaitu panjang

gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer (sama

dengan frekuensi dalam rentang 30 petahertz - 30 exahertz) dan

memiliki energi dalam rentang 100 eV - 100 Kev (Sitzman,2005).

Berbagai radiasi pada optik memiliki efek yang berbeda-beda

pada bagian mata. Efek kerusakan tergantung dari panjang

gelombang, intensitas, durasi dan frekuensi paparan pada mata.

Radiasi optik memiliki efek yang besar pada bagian mata yang

banyak menyerapnya. Seberapa dalam sinar dapat masuk ke

dalam mata tergantung panjang gelombang sinar (Sitzman, 2005).

Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti dijelaskan bahwa

responden menyadari bahwa otot mata akan tegang jika berada

didepan monitor dalam jangka waktu yang lama. Hal ini

dikarenakan pancaran sinar dari monitor memberikan dampak

buruk bagi mata, sehingga menyebabkan penglihatan kurang jelas.

Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dikemukakan oleh

Sparul dalam Erin (2012), bahwa selain kebiasaan dalam

melakukan aktivitas jarak dekat, jumlah waktu yang dihabiskan

dalam membaca, dan paparan sinar radiasi yang sering terhadap

monitor akan mengakibatkan mata menjadi kering dan terkadang

kepala akan merasa pusing.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

Faktor komunitas juga merupakan salah satu alasan

responden untuk bermain game online. Game online adalah

permainan yang dapat diakses oleh banyak pemain, dimana mesin-

mesin yang digunakan pemain dihubungkan oleh internet (Adams &

Rollings, 2007). Game online sangat mempengaruhi para remaja

sehingga mereka akan membentuk komunitas dan memiliki

motivasi-motivasi yang unik untuk bermain game online. Melalui

komunitas tersebut mereka akan membuat turnamen yang

membuat pemain semakin adiktif.

Alasan lain responden bermain game online adalah untuk

mencari teman. Game online merupakan bagian dari dimensi sosial

yang dapat menghilangkan rasa kesepian. Salah satu tugas

perkembangan remaja akhir adalah membentuk identitas diri.

identitas diri remaja membutuhkan harga diri dan penerimaan

khusus dengan teman sebaya (Wong, 2001). Identitas diri dapat

dicapai melalui bermain game online. Seorang remaja dapat

mencari teman baru ketika bermain game online sehingga

seseorang tersebut dapat membentuk identitas diri.

Dilihat dari reaksi responden, peneliti menemukan bahwa

selain responden mengetahui dampak dari bermain game online

namun diabaikan maka responden mengalami gangguan

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14258/4/T1_462012099_BAB IV... · Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan refraksi mata

penglihatan yang menyebabkan pandangan menjadi kabur dan

merasa pusing sehingga responden harus memakai kacamata yang

dianjurkan oleh dokter. Namun kenyataannya responden merasa

malu memakai kacamata disebabkan oleh karena ini adalah

pertama kalinya memakai kacamata sehingga membuat responden

tidak percaya diri dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini didukung

dari hasil penelitian bahwa;

“Yang akan saya lakukan adalah memakai kacamata minus sesuai

anjuran dari dokter mata. Namun saya tidak percaya diri karena

saya malu. Ini pertama kali saya harus memakai kacamata.

Sehingga saya hanya memakai kacamata saat di kos dan tidak

digunakan saat pergi ke kampus (A30).

4.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti

menggunakan responden dari komunitas mahasiswa di dua fakultas

dengan metode accidental sehingga masih diperlukan penelitian

lebih luas serta responden lebih banyak dengan kriteria responden

yang lebih spesifik.