BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini terdiri : Prestasi Belajar
Kimia Dasar (Y) dan Epistemologi Sains (X1), dan Motivasi Belajar (X2). Skor
masing di deskripsikan dalam bentuk rata rata atau Mean (M), Median
(Me),Modus, Standar Deviasi (Sd) distribusi frekuensi. Rekapitulasi data hasil
penelitian disajikan pada tabel dan hasl perhitungan di sajikan pada (lampiran 6)
Tabel 4.1 . Rekapitulasi Skor Data Hasil Penelitian.
Variabel
Data
Skor
Min
Skor
Max Range Mean Median Modus SD
Y 0 4 4 2.84 3 3 7.906
X1 107 83 24 97.35 97 96 309.7
X2 140 89 51 113.3 113 120 554.07
Keterangan :
Y : Prestasi Belajar Kimia Dasar
X1 : Epistemologi Sains
X2 : Motivasi belajar
Uraian deskripsi data hasil penelitian secara lengkap disajikan sebagai
berikut.
4.1.1 Deskripsi Prestasi Belajar Kimia Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Kimia
Data Prestasi Belajar kimia dasar diambil dari Nilai Mata Kuliah Kimia
Dasar yang telah diprogramkan oleh seluruh mahasiswa kimia. Secara teoritik
skor minimum yang diperoleh adalah 0 dan skor maksimumnya adalah 4.
berdasarkan rentang skor 0 sampai 4 seperti apa yang telah diberlakukan dalam
penentuan nilai diperguruan tinggi khusunya di Universitas Negeri Gorontalo.
Berdasarkan data dari 57 mahasiswa jurusan pendidikan kimia diperoleh
skor minimum 0, maksimum 4, Mean (M) sebesar 2.84, Median (Me) 3.00,
Modus (Mo) sebesar 3.00 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 7.906.(hasil
perhitungan disajikan dalam lampiran 6) berikut sebaran data disajikan dalam
tabel.
Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Kimia Dasar Mahasisiwa Kimia
No Angka Prestasi
Belajar Frekuensi Persentase Relatif (%)
1 0 3 5.30%
2 1 0 0%
3 2 10 17.60%
4 3 34 59.70%
5 4 10 17.40%
Jumlah 57 100%
Dari tabel ini, diketahui bahwa jumlah mahasisiwa yang memperoleh
prestasi belajar kimia dasar bahwa sekitar rata- rata atau angka prestasi 3 terdapat
34 orang mahasiswa (59.7 %),dengan kategori prestasi belajar baik dan 13 (22.9
%) memperoleh dibawah rata rata dengan kategori cukup dan kurang, dan sisanya
10 (17.4 %) mahasiswa memperoleh angka prestasi diatas rata-rata yakni 4
kategori baik sekali. .
4.1.2 Deskripsi Epistemologi Sains Mahasiswa Jurusun Kimia
Data epistemologi sains mahasiswa yang diperoleh melalui kuisioner atau
angket sebanyak 26 butir pernyataan yang secara teoritik skor minimum adalah 26
dan maksimumnya 130. Sehingga diperoleh rentangan maksimum dan minimum
rerata teoritik dengan skor 104
Berdasarkan hasil angket Epistemologi Sains yang diperoleh dari 57
mahasisiwa diperoleh skor maksimum 107, skor minimum 83, Mean (M) 97.35,
Modus Mo 96, dan Median (Me) 97, dan Standar Deviasi (SD) sebesar 309.70.
(perhitungan disajikan pada lampiran 6)
Tabel 4.3 Data Hasil Epistemologi Sains Mahasiswa
No Rentang Skor Frekuensi
Presentase Relatif
(%)
1 26-52 0 0%
2 53-78 0 0%
3 79-104 49 86%
4 105-130 8 14%
5 Jumlah 57 100%
Berdasarakan tabel diatas terlihat bahwa jumlah yang memperoleh skor
sekitar rata-rata yakni skor 79-104 berjumlah 49 mahasiswa (86 %) dengan
kategori epistemologi sains cukup ,tidak ada mahasiswa (0 %) memperoleh skor
dibawah rata-rata yakni 26-78 dengan kategori epistemologi lemah, dan 8
mahasiswa (14 %) yang memperoleh skor diatas rata-rata dengan skor 105-130
dengan kategori epistemologi sains baik.
4.1.3 Deskripsi Motivasi Belajar Mahasiswa jurusan kimia Kimia
Data motivasi belajar mahasiswa dijaring melalui kuisioner yang tersebar
kedalam 30 butir pernyataan. Secara teoritik skor minimum yang dicapai adalah
30 dan skor maksimum adalah 150.
Berdasarkan hasil kuisioner motivasi belajar yang jaring dari 57
Mahasiswa diperoleh skor maksimum 140 ,dan skor minimum 89, Mean (M)
113.3, Modus Mo 120 dan Median (Me ) 113, dan Standar Deviasi (SD) sebesar
554.07 (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 6.) sebaran data disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.4 Data Hasil Motivasi Belajar Mahasiswa
No Rentang skor Frekuensi Presentase Relatif (%)
1 30-60 0 0%
2 61-90 1 1.70%
3 91-120 43 75.50%
4 121-150 13 22.80%
5 Jumlah 57 100%
Berdasararkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah yang memperoleh skor
motivasi belajar sekitar rata-rata atau dengan rentang skor 91-120 berjumlah 43
Mahasiswa (75.50%) secara teoritik motivasi belajar cukup, 1 (1.7 %) orang
Mahasiswa memperoleh skor dibawah rata-rata dengan skor 30-90 dengan
kategori motivasi belajar kurang dan lemah. dan 13 mahasiswa (22.80 %) yang
memperoleh skor diatas rata-rata ataa sekitar 121-150 dengan kateori tergolong
motivasi belajar tinggi.
4.2 Hasil Pengujian Persyaratan Analisis Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Data Prestasi Belajar Kimia
Dasar (Y), (2) Data Epistemologi Sains (X1), dan (3) Data Motivasi Belajar
Mahasiswa (X2). Analisis statistik yang sesuai untuk menguji hubungan antara
ketiga data ini adalah analisis statistik parametrik yaitu regresi dan korelasi ganda.
Analisis ini diperkenankan apabila data hasil penelitian menunjukkan
berdistribusi normal, ada hubungan yang bersifat linier (Linearitas) antar dua
variabel. Hasil pengamatan persyaratan analisis tersebut diuraikan sebagai berikut.
Uji normalitas bertujuan untuk mengecek apakah data penelitian kita
berasal dari populasi yang sebaranya normal. Uji normalitas data sampel
dilakukan dengan menggunakan uji galat taksiran regresi Y atas X1 dan galat
taksiran Y atas X2 dengan menggunakan uji Lilliefors ( ) Hipotesis statistik yang
diuji dinyatakan sebagai berikut:
H0 : Populasi galat taksiran berdistribusi normal
H1 : Populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah H0 jika tabelLL 0 dan tolak H0 jika
tabelLL 0 pada taraf nyata α yang dipilih. Dalam penelitian ini dipili h α = 0,05,
sehingga untuk n = 57 maka nilai tabelL =
= 1.772
a). Uji Normalitas Galat Regresi Y atas X1
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program Excel For
Windows 2007 diperoleh = 0,1305. (Hasil perhitungan disajikan pada lampiran
7). Karena nilai = 0,1305 < = 1.772 maka di simpulkan bahwa galat
regresi Y atas X berdistribusi normal. L0
Dalam hal ini data berasal dari populasi berdistribusi normal, yang berarti
persyaratan normalitas data untuk regresi linear sederhana Y atas X dipenuhi.
b). Uji Normalitas Galat Regresi Y atas X2
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program Excel For
Windows 2007 diperoleh = 0,1305. (Hasil perhitungan disajikan pada
lampiran6 ). Karena nilai = 0,1305 < = 1.772 maka di simpulkan bahwa
galat regresi Y atas X2 berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari
populasi berdistribusi normal, yang berarti persyaratan normalitas data untuk
regresi linear sederhana Y atas X2 dipenuhi.
Rangkuman Hasil pengujian normalitas galat regresi Y atas X di sajikan
pada Tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Galat Regresi Prestasi Belajar Kimia Dasar
(Y) atas Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar Mahaiswa (X2)
Galat
taksiran 0L tL
Kesimpulan
α = 0,05
Y atas X1
Y atas X2
0.1305
0.1305
0,1772
0,1772
Normal
Normal
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa persyaratan analisis
regresi dan korelasi ganda yakni pengujian normalitas penelitian telah dipenuhi.
Dengan demikian, data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini layak
menggunakan Analisis Regresi dan Korelasi Ganda. Hipotesis yang akan diuji
meliputi:
4.3.1 Hubungan antara Epistemologi Sains (X1) dengan Prestasi Belajar
Kimia Dasar (Y)
Hipotesis pertama yang diajukan adalah: ”Terdapat hubungan antara
epistemologi sains (X1) dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia
dasar (Y)”.
Dari hasil perhitungan analisis regresi sederhana data variabel
epistemologi sains dengan prestasi belajar kimia dasar menghasilkan arah regresi
b sebesar 0,10 dan konstanta a sebesar 6,850 Dengan demikian bentuk hubungan
dari kedua variabel tersebut digambarkan oleh persamaan regresi Ŷ = 6,850 +
0,10x1
Sebelum digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian, persamaan
regresi ini harus memenuhi syarat linieritas dan signifikansi regresi. Uji linearitas
regresi dilakukan untuk mengukur derajat keeratan hubungan, memprediksi
besarnya arah hubungan antar variabel, serta meramalkan besarnya variabel
terikat jika nilai variabel bebas diketahui. Untuk mengetahui derajat signifikansi
(keberartian regresi) dan linieritas regresi, digunakan Uji F.
Berdasarkan hasil uji signitifikansi regresi pada tabel (lampiran 9) dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 6,850 + 0,10X1 Berdasarkan hasil uji
signifikansi regresi dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 6,850 +
0,10X1. sangat signifikan pada taraf . Hal ini menyebabkan hipotesis nol
ditolak, sebab harga Fhitung = 5.822 > Ftabel = 4,00 dengan dk pembilang 1 dan dk
penyebut 55 pada . Karena itu persamaan.sangat signifikan pada
.
Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima, karena
Fhitung = 0,9398 < Ftabel = 2,49 dengan dk pembilang 40 dan dk penyebut 17 pada
. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = Ŷ
= 6,850 + 0,10X1 berbentuk ”linear”. Persamaan regresi ini mengandung arti
bahwa setiap kenaikan satu unit skor epistemologi sains, maka akan diikuti oleh
peningkatan skor prestasi belajar kimia dasar sebesar 0,10 unit pada konstanta
6,850 . Berikut grafik 4.1 peningkatan dan keeratan hubungan.
Untuk uji korelasi sederhana menggunakan program Excel for Windows
2007. Hasil dari analisis korelasi sederhana epistemologi sains dengan prestasi
belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar diperoleh nilai koefisien korelasi
(ry1) sebesar 0,73. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan)
setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan
uji-t pada dengan derajat kebebasan (dk) = 55. Hasil pengujian
menunjkkan bahwa thitung = 2.71 > t(0,05: 55) = 1,67 pada taraf signifikansi .
Ini berarti bahwa koefisien korelasi Epistemologi sains (X1) terhadap prestasi
belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar (Y) adalah sangat signifikan.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara epistemologi sains dengan prestasi belajar Mahasiswa pada mata kuliah
kimia dasar teruji kebenarannya.
Pengaruh positif antara epistemologi sains (X1) dengan prestasi belajar
Mahasiswa (Y) didukung oleh koefisien determinasi (ry12) sebesar 0,544. Hal ini
berarti bahwa 54.,4 variasi yang terjadi pada prestasi belajar mahasiswa dapat
dijelaskan oleh variasi epistemologi sains Ŷ= 6,850 + 0,10X1
y = 0.100x1 - 6.850 R² = 0.544
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
0 20 40 60 80 100 120
pre
stas
i be
laja
r
Epistemologi Sains
Grafik 4.1 Estimasi koefisien korelasi x1 dengan Y
Rangkuman hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara
epistemologi sains dengan prestasi belajar siswa dan kontribusinya disajikan pada
tabel 4.6 serta perhitungannya disajikan pada lampiran 9.
Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
antara Epistemologi sains (X1) dengan Prestasi Belajar kimia dasar (Y)
N Dk
Kontribusi
(%)
α = 0,05
57 55 0,73 0,544 54.4 2.71* 1,67
Keterangan:
n = Jumlah Responden
= Koefisien Korelasi antara Epistemologi Sains Prestasi Belajar Kimia
Dasar
= Koefisien Determinasi antara epistemologi sains dengan Prestasi
Belajar Kimia Dasar
* = Koesifien Korelasi sangat Signifikan ( = 2.71 > = 1,67 pada
α = 0,05)
4.3.2. Hubungan antara Motivasi Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia
Dasar (Y)
Hipotesis kedua yang diajukan adalah: ”Terdapat hubungan antara
motivasi (X2) dengan prestasi belajar kimia dasar (Y)”. Dari perhitungan analisis
regresi sederhana data variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar kimia
dasar menghasilkan arah regresi b sebesar 0,058 dan konstanta a sebesar 3,724
Dengan demikian bentuk hubungan dari kedua variabel tersebut digambarkan oleh
persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2
Berdasarkan hasil uji signifikansi regresi (lampiran 9) dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2. sangat signifikan pada taraf
. Hal ini menyebabkan hipotesis nol ditolak, sebab harga Fhitung =
30,6025> Ftabel = 4,00 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 55 pada .
Karena itu persamaan Ŷ = 3,724 + 0,058X2 sangat signifikan pada
Hasil uji linearitas pada lampiran 9 menunjukkan bahwa hipotesis nol
diterima, karena Fhitung =0.59 < Ftabel = 3,15 dengan dk pembilang 55 dan dk
penyebut 2 pada . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2 berbentuk ”linear”. Persamaan regresi ini
mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor motivasi belajar, maka
akan diikuti oleh peningkatan skor prestasi belajar siswa sebesar 0,058 unit pada
konstanta 3,724. Berikut grafik 4.2
y = 0,0587x - 3,7248 R² = 0,4662
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
pre
stas
i be
laja
r
Motivasi Belajar
Grafik 4.2 Estimasi koefisien korelasi X2 dengan Y
Untuk uji korelasi sederhana menggunakan program Excel for Windows
2007. Hasil dari Analisis korelasi sederhana skor motivasi belajar dengan prestasi
belajar kimia dasar Mahasiswa diperoleh nilai koefisien korelasi (ry2) sebesar
0,68. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah
dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t
pada dengan derajat kebebasan (dk) = 55. Hasil pengujian menunjkkan
bahwa thitung = 2.814 > t(0,05: 55) = 1.67 pada taraf signifikansi . Ini berarti
bahwa koefisien korelasi motivasi (X2) terhadap prestasi belajar Kimia Dasar (Y)
adalah sangat signifikan (analisis uji signifikansi koefisien korelasi disajikan pada
Lampiran 9). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara motivasi belajar mahasisiwa dengan prestasi belajar Kimia Dasar
teruji kebenarannya.
Pengaruh positif antara motivasi (X2) terhadap prestasi belajar Mahasiswa
(Y) didukung oleh koefisien determinasi (ry22) sebesar 0,446. Hal ini berarti
bahwa 44,6,2% variasi yang terjadi pada prestasi belajar siswa dapat dijelaskan
oleh variasi motivasi melalui persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2.
Rangkuman hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar siswa dan kontribusinya disajikan pada tabel 4.7
serta perhitungannya disajikan pada (Lampiran 9).
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
antara Motivasi belajar dengan Prestasi Belajar Kimia dasar (Y)
N Dk Kontribusi(%)
α = 0,05
57 55 0,68 0,446 46,6 2.814* 1,67
Keterangan:
n = Jumlah Responden
= Koefisien Korelasi Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar kimia
dasar
= Koefisien Determinai Motivasi Belajar Prestasi Belajar kimia dasar
* = Koesifien Korelasi sangat Signifikan ( = 2,814 > = 1,671
pada α = 0,05)
4.3.3. Hubungan antara Epistemologi (X1) dan Motivasi Belajar (X2)
Secara Bersama-Sama dengan Prestasi Belajar Siswa (Y)
Hipotesis ketiga yang dianjurkan dalam penelitian in adalah : ”Terdapat
hubungan secara bersama-sama antara Epistemologi Sains dan Motivasi belajar
dengan Prestasi belajar Kimia Dasar”. Analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis ini adalah analisis regresi dan korelasi ganda.
Analisis regresi dan korelasi ganda menggnakan program Excel for
Windows 2007. Hasil perhitungan diperoleh arah regresi b1 sebesar 0,54 untuk
variabel X1 (Epistemologi Sains ) dan b2 sebesar 0,13 untuk variabel X2 (Motivasi
Belajar) serta konstanta a0 sebesar 1,637.
Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat tersebut dapat digambarkan oleh persamaan Ŷ = 1,637 + 0,54X1 + 0,13 X2
(Hasil perhitungan disajikan pada (Lampiran 9). Sebelum digunakan untuk
menarik kesimpulan penelitian, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat
signifikansi regresi. Untuk mengetahui signifikansi persamaan regresi, dilakukan
uji F dan hasilnya disajikan pada Tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8: Rangkuman Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Ganda antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar dengan
Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)
Sumber Varians Dk JK
α = 0,05
Regresi (reg) 57 515 7.187 3.15
Sisa (S) 54 231,.33
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai Fhitung = 7.187 < Ftabel = 3.15 pada
taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi ganda Ŷ =
1,637 + 0,54X1 + 0,13X2 sangat signifikan sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi. Model regresi ini mengandung arti bahwa jika secara bersama-sama
Epistemologi Sains dan motivasi belajar ditingkatkan sebesar satu skor maka
akan terjadi kecendrungan peningkatan prestasi belajar Kimia dasar sebesar
0.0034 unit dan 0,0108 unit pada kostanta a0 sebesar 1,637
Perhitungan korelasi ganda antara epistemologi Sains (X1) dan motivasi
belajar (X2) dengan prestasi belajar kimia dasar (Y) menghasilkan koefisien
korelasi sebesar Ry.12 = 0,616. Uji keberartian koefisien korelasi menggunakan uji
F. Perhitungan diperoleh Fhit =10.23 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi α =
0,05 sebesar 3.15. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel maka koefisien korelasi
sangat signifikan (berarti). Ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat
hubungan secara bersama-sama antara epistemologi sains dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar kimia dasar pada mahasiswa kimia teruji kebenarannya.
Hasil pengujian koefisien korelasi ganda dan uji signifikansinya serta
koefisien determinasi disajikan pada tabel 4.14 dan perhitungannya disajikan pada
Lampiran 9.
Tabel 4.9 Rangkuman Korelasi Ganda dan Uji Signifikansi Koefisien
Korelasi Ganda antara X1 dan X2 Secara Bersama-Sama Dengan Prestasi
Belajar Siswa (Y)
N
Kontribusi
(%)
α = 0,05
57 0,616 0,379 37,9 10.23* 3,15
Keterangan :
n = Jumlah Responden
Ry12 = Koefisien Korelasi Ganda antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi
Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)
= Koefisien Determinasi antara Epistemologi Sains(X1) dan Motivasi
Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)
* = Koefisien Korelasi Ganda Sangat Signifikan Karena (Fhit = 10.23 > Ftab
= 3,15) (Ry2)2
Dari tabel diperoleh koefisien determinasi (Ry.12)2sebesar 0,516 Hal ini
berarti bahwa 26.6 % variasi yang terjadi pada prestasi belajar mahasiswa pada
mata kuliah Kimia Dasar dapat dijelaskan oleh Epistemologi Sains dan motivasi
belajar secara bersama-sama melalui regresi Ŷ = 1,637+ 0,54X1 + 0,13X2
Rangkuman nilai koefisiesn korelasi, koefisien korelasi determinasi, dan
kontribusi antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan
prestasi belajar Kimia Dasar (Y) disajikan pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Rangkuman Nilai Koefisien Korelasi, Koefisien Korelasi
Determinasi, dan Kontribusi antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi
Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)
Hubungan diantara
Variable
Nilai
Koefisien
Korelasi (r)
Nilai Koefisien
Determinasi (r2)
Kontribusi (%)
X1 terhadap Y 0,73 0,544 54,4
X2 terhadap Y 0,68 0, 446 44,6
X1X2 terhadap Y 0.618 0.379 37,9
4. 4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian mengacu pada hasil pengujian hipotesis
penelitian, yaitu ; (a) hubungan Epistemologi Sains dengan prestasi belajar Kimia
Dasar, (b) hubungan amotivasi belajar dengan prestasi belajar Kimia Dasar, dan
(c) hubungan antara keduanya secara bersamaan.
1. Hubungan Epistemologi sains dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar
Dari analisis diperoleh bentuk persamaan regresi antara Epistemologi
Sains dengan prestasi belajar belajar kimia dasar adalah Ŷ = 6.850 + 0,10 X1.
Model regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor epistemologi
sains akan diikuti oleh naiknya prestasi belajar sebesar 0.10 pada konstanta 6,850.
Dengan kata lain makin tinggi (baik) Epistemologi Sains Mahasiswa, makin
tinggi pula prestasi belajar siswa.
Nilai koefisien korelasi antara Epistemologi Sains dengan prestasi belajar
mahasiswa sebesar (ry1) sebesar 0,73 dengan koefisien determinasi (ry1)2 sebesar
0,544. Nilai ini mengindikasikan bahwa hubungan antara epistemologi sains
dengan prestasi belajar dengan kontribusi sebesar 54,4 %.
Ini menunjukkan bahwa 54,4 % variasi prestasi belajar mahasiswa pada
mata kuliah kimia dasar ditentukan oleh epistemologi sains mahsiswa. Dengan
kata lain, epistemologi sains juga menentukan dalam mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa sehingga bisa memberikan kontribusi dalam hal ini ilmu kimia
khususnya mata kuliah kimia dasar.
2. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar
Dari analisis diperoleh bentuk persamaan regresi antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar adalah: Ŷ =3,724 + 0,058 X2. Bentuk persamaan regresi
ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu skor motivasi belajar akan diikuti
oleh kenaikan skor prestasi belajar sebesar 0,058 unit pada konstanta 3,724 .
Dengan kata lain, makin tinggi motivasi belajar makin tinggi pula prestasi belajar
mahasiswa kimia siswa pada mata kuliah kimia
Motivasi belajar perlu dimiliki setiap peserta didik, karena motivasi belajar
merupakan tenaga atau daya pendorong untuk melakukan tindakan belajar.
Dengan adanya motivasi belajar dalam diri mahasiswa khusunya yang bergelut
dalam ilmu sains atau kimia itu sendiri, maka mereka akan terpanggil untuk
melakukan aktivitas belajar untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Noehi Nasution (Djamarah, 2008: 200) motivasi
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis seseorang untuk belajar.
Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar pada
umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
Nilai koefisien korelasi antara motivasi belajar mahasiswa dengan prestasi
belajar kimia dasar mahasiswa (ry2) sebesar 0,68 dengan koefisien determinasi
(ry2)2 sebesar 0,446 nilai ini mengindikasikan bahwa hubungan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar mahasiswa memberikaan kontribusi sebesar 44,6
%. Ini menunjukkan bahwa 44,6 % variasi hail belajar mahasiswa ditentukan oleh
motivasi belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar mahasiswa ditentukan pula
oleh motivasi belajar. Motivasi belajar ini perlu ditingkatkan karena memberikan
hubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa.
3. Hubungan antara Epistemologi Sains dan Motivasi Belajar dengan
Prestasi Belajar Kimia Dasar
Dari analisis diperoleh persamaan regresi antara epistemologi sains dan
motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa adalah Ŷ =
1,637 + 0,54X1 + 0,13X2. Bentuk regresi ini mengindikasikan bahwa jika skor
Epistemologi Sains dan motivasi belajar secara bersama-sama dinaikkan satu skor
maka akan diikuti oleh kenaikan skor prestasi belajar Mahasiswa khususnya mata
kuliah Kimia dasar sebesar 1,637. Dengan kata lain, makin tinggi Epistemologi
Sains dan motivasi belajar maka makin tinggi pula prestasi belajar Mahasiswa
pada mata Kuliah Kimia .
Nilai koefisien korelasi antara Epistemologi Sains dan motivasi belajar
secara bersama-sama dengan prestasi belajar Kimia Dasar Mahasiswa Kimia
(Ry.12) sebesar 0,616 dengan koefisien determinasi (Ry.12)2 sebesar 0,379. Nilai
korelasi ini mengindikasikan bahwa hubungan antara Epistemologi sains
mahasiswa dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar
dengan kontribusi sebesar 37,9%. Ini menunjukkan bahwa 37,9% variasi prestasi
belajar mahasiswa ditentukan oleh Epistemologi Sains dan motivasi belajar.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Walaupun dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin, tetapi peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat
beberapa keterbatasan, khususnya pada instrumen penelitian. Keterbatasan ini
bukan hal yang disengajakan tetapi semata-mata karena kemampuan peneliti dan
pengaruh pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat
ataupun dilibatkan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain di
sebabkan oleh:
1. Keterbatasan instrumen penelitian, disadari peneliti karena terbatasnya sumber
yang berhasil diperoleh peneliti dalam penyusunan teori. Keterbatasan teori secara
langsung menyebabkan keterbatasan instrumen, terutama dalam hal indikator-
indikator epistemologi sains, meskipun instrumen diambil baku dimedia atau di
jurnal namun karena baru pertama diungkap maka harus di sesuaikan dengan
kondisi jurusan dan mahasiswa. Artinya, bila diperoleh sumber-sumber rujukan
teori yang lebih banyak, akan lebih dapat mengungkap variabel-variabel
penelitian dengan baik.
2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini tidak dilakukan validasi pakar,
tapi divalidasi oleh dosen yang ada di jurusan pendidikan kimia dan
dikonsultasikan dengan pembimbing.
3. Data Epistemologi sains dan motivasi belajar siswa diperoleh melalui
kuesioner dengan menggunakan skala penilaian berbentuk skala lima. Instrumen
ini bukan merupakan satu-satunya instrumen yang mampu mengungkap
keseluruhan aspek yang diteliti meskipun telah diuji melalui uji coba lapangan
dan menghasilkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Salah satu hal yang tidak
dapat dikontrol peneliti adalah kemauan mahasiswa untuk mengungkap keadaan
diri mereka yang sebenarnya.