BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini terdiri : Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y) dan Epistemologi Sains (X1), dan Motivasi Belajar (X2). Skor masing di deskripsikan dalam bentuk rata rata atau Mean (M), Median (Me),Modus, Standar Deviasi (Sd) distribusi frekuensi. Rekapitulasi data hasil penelitian disajikan pada tabel dan hasl perhitungan di sajikan pada (lampiran 6) Tabel 4.1 . Rekapitulasi Skor Data Hasil Penelitian. Variabel Data Skor Min Skor Max Range Mean Median Modus SD Y 0 4 4 2.84 3 3 7.906 X 1 107 83 24 97.35 97 96 309.7 X 2 140 89 51 113.3 113 120 554.07 Keterangan : Y : Prestasi Belajar Kimia Dasar X 1 : Epistemologi Sains X 2 : Motivasi belajar

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini terdiri : Prestasi Belajar

Kimia Dasar (Y) dan Epistemologi Sains (X1), dan Motivasi Belajar (X2). Skor

masing di deskripsikan dalam bentuk rata rata atau Mean (M), Median

(Me),Modus, Standar Deviasi (Sd) distribusi frekuensi. Rekapitulasi data hasil

penelitian disajikan pada tabel dan hasl perhitungan di sajikan pada (lampiran 6)

Tabel 4.1 . Rekapitulasi Skor Data Hasil Penelitian.

Variabel

Data

Skor

Min

Skor

Max Range Mean Median Modus SD

Y 0 4 4 2.84 3 3 7.906

X1 107 83 24 97.35 97 96 309.7

X2 140 89 51 113.3 113 120 554.07

Keterangan :

Y : Prestasi Belajar Kimia Dasar

X1 : Epistemologi Sains

X2 : Motivasi belajar

Uraian deskripsi data hasil penelitian secara lengkap disajikan sebagai

berikut.

4.1.1 Deskripsi Prestasi Belajar Kimia Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Kimia

Data Prestasi Belajar kimia dasar diambil dari Nilai Mata Kuliah Kimia

Dasar yang telah diprogramkan oleh seluruh mahasiswa kimia. Secara teoritik

skor minimum yang diperoleh adalah 0 dan skor maksimumnya adalah 4.

berdasarkan rentang skor 0 sampai 4 seperti apa yang telah diberlakukan dalam

penentuan nilai diperguruan tinggi khusunya di Universitas Negeri Gorontalo.

Berdasarkan data dari 57 mahasiswa jurusan pendidikan kimia diperoleh

skor minimum 0, maksimum 4, Mean (M) sebesar 2.84, Median (Me) 3.00,

Modus (Mo) sebesar 3.00 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 7.906.(hasil

perhitungan disajikan dalam lampiran 6) berikut sebaran data disajikan dalam

tabel.

Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Kimia Dasar Mahasisiwa Kimia

No Angka Prestasi

Belajar Frekuensi Persentase Relatif (%)

1 0 3 5.30%

2 1 0 0%

3 2 10 17.60%

4 3 34 59.70%

5 4 10 17.40%

Jumlah 57 100%

Dari tabel ini, diketahui bahwa jumlah mahasisiwa yang memperoleh

prestasi belajar kimia dasar bahwa sekitar rata- rata atau angka prestasi 3 terdapat

34 orang mahasiswa (59.7 %),dengan kategori prestasi belajar baik dan 13 (22.9

%) memperoleh dibawah rata rata dengan kategori cukup dan kurang, dan sisanya

10 (17.4 %) mahasiswa memperoleh angka prestasi diatas rata-rata yakni 4

kategori baik sekali. .

4.1.2 Deskripsi Epistemologi Sains Mahasiswa Jurusun Kimia

Data epistemologi sains mahasiswa yang diperoleh melalui kuisioner atau

angket sebanyak 26 butir pernyataan yang secara teoritik skor minimum adalah 26

dan maksimumnya 130. Sehingga diperoleh rentangan maksimum dan minimum

rerata teoritik dengan skor 104

Berdasarkan hasil angket Epistemologi Sains yang diperoleh dari 57

mahasisiwa diperoleh skor maksimum 107, skor minimum 83, Mean (M) 97.35,

Modus Mo 96, dan Median (Me) 97, dan Standar Deviasi (SD) sebesar 309.70.

(perhitungan disajikan pada lampiran 6)

Tabel 4.3 Data Hasil Epistemologi Sains Mahasiswa

No Rentang Skor Frekuensi

Presentase Relatif

(%)

1 26-52 0 0%

2 53-78 0 0%

3 79-104 49 86%

4 105-130 8 14%

5 Jumlah 57 100%

Berdasarakan tabel diatas terlihat bahwa jumlah yang memperoleh skor

sekitar rata-rata yakni skor 79-104 berjumlah 49 mahasiswa (86 %) dengan

kategori epistemologi sains cukup ,tidak ada mahasiswa (0 %) memperoleh skor

dibawah rata-rata yakni 26-78 dengan kategori epistemologi lemah, dan 8

mahasiswa (14 %) yang memperoleh skor diatas rata-rata dengan skor 105-130

dengan kategori epistemologi sains baik.

4.1.3 Deskripsi Motivasi Belajar Mahasiswa jurusan kimia Kimia

Data motivasi belajar mahasiswa dijaring melalui kuisioner yang tersebar

kedalam 30 butir pernyataan. Secara teoritik skor minimum yang dicapai adalah

30 dan skor maksimum adalah 150.

Berdasarkan hasil kuisioner motivasi belajar yang jaring dari 57

Mahasiswa diperoleh skor maksimum 140 ,dan skor minimum 89, Mean (M)

113.3, Modus Mo 120 dan Median (Me ) 113, dan Standar Deviasi (SD) sebesar

554.07 (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 6.) sebaran data disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 4.4 Data Hasil Motivasi Belajar Mahasiswa

No Rentang skor Frekuensi Presentase Relatif (%)

1 30-60 0 0%

2 61-90 1 1.70%

3 91-120 43 75.50%

4 121-150 13 22.80%

5 Jumlah 57 100%

Berdasararkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah yang memperoleh skor

motivasi belajar sekitar rata-rata atau dengan rentang skor 91-120 berjumlah 43

Mahasiswa (75.50%) secara teoritik motivasi belajar cukup, 1 (1.7 %) orang

Mahasiswa memperoleh skor dibawah rata-rata dengan skor 30-90 dengan

kategori motivasi belajar kurang dan lemah. dan 13 mahasiswa (22.80 %) yang

memperoleh skor diatas rata-rata ataa sekitar 121-150 dengan kateori tergolong

motivasi belajar tinggi.

4.2 Hasil Pengujian Persyaratan Analisis Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Data Prestasi Belajar Kimia

Dasar (Y), (2) Data Epistemologi Sains (X1), dan (3) Data Motivasi Belajar

Mahasiswa (X2). Analisis statistik yang sesuai untuk menguji hubungan antara

ketiga data ini adalah analisis statistik parametrik yaitu regresi dan korelasi ganda.

Analisis ini diperkenankan apabila data hasil penelitian menunjukkan

berdistribusi normal, ada hubungan yang bersifat linier (Linearitas) antar dua

variabel. Hasil pengamatan persyaratan analisis tersebut diuraikan sebagai berikut.

Uji normalitas bertujuan untuk mengecek apakah data penelitian kita

berasal dari populasi yang sebaranya normal. Uji normalitas data sampel

dilakukan dengan menggunakan uji galat taksiran regresi Y atas X1 dan galat

taksiran Y atas X2 dengan menggunakan uji Lilliefors ( ) Hipotesis statistik yang

diuji dinyatakan sebagai berikut:

H0 : Populasi galat taksiran berdistribusi normal

H1 : Populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah H0 jika tabelLL 0 dan tolak H0 jika

tabelLL 0 pada taraf nyata α yang dipilih. Dalam penelitian ini dipili h α = 0,05,

sehingga untuk n = 57 maka nilai tabelL =

= 1.772

a). Uji Normalitas Galat Regresi Y atas X1

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program Excel For

Windows 2007 diperoleh = 0,1305. (Hasil perhitungan disajikan pada lampiran

7). Karena nilai = 0,1305 < = 1.772 maka di simpulkan bahwa galat

regresi Y atas X berdistribusi normal. L0

Dalam hal ini data berasal dari populasi berdistribusi normal, yang berarti

persyaratan normalitas data untuk regresi linear sederhana Y atas X dipenuhi.

b). Uji Normalitas Galat Regresi Y atas X2

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program Excel For

Windows 2007 diperoleh = 0,1305. (Hasil perhitungan disajikan pada

lampiran6 ). Karena nilai = 0,1305 < = 1.772 maka di simpulkan bahwa

galat regresi Y atas X2 berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari

populasi berdistribusi normal, yang berarti persyaratan normalitas data untuk

regresi linear sederhana Y atas X2 dipenuhi.

Rangkuman Hasil pengujian normalitas galat regresi Y atas X di sajikan

pada Tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Galat Regresi Prestasi Belajar Kimia Dasar

(Y) atas Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar Mahaiswa (X2)

Galat

taksiran 0L tL

Kesimpulan

α = 0,05

Y atas X1

Y atas X2

0.1305

0.1305

0,1772

0,1772

Normal

Normal

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa persyaratan analisis

regresi dan korelasi ganda yakni pengujian normalitas penelitian telah dipenuhi.

Dengan demikian, data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini layak

menggunakan Analisis Regresi dan Korelasi Ganda. Hipotesis yang akan diuji

meliputi:

4.3.1 Hubungan antara Epistemologi Sains (X1) dengan Prestasi Belajar

Kimia Dasar (Y)

Hipotesis pertama yang diajukan adalah: ”Terdapat hubungan antara

epistemologi sains (X1) dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia

dasar (Y)”.

Dari hasil perhitungan analisis regresi sederhana data variabel

epistemologi sains dengan prestasi belajar kimia dasar menghasilkan arah regresi

b sebesar 0,10 dan konstanta a sebesar 6,850 Dengan demikian bentuk hubungan

dari kedua variabel tersebut digambarkan oleh persamaan regresi Ŷ = 6,850 +

0,10x1

Sebelum digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian, persamaan

regresi ini harus memenuhi syarat linieritas dan signifikansi regresi. Uji linearitas

regresi dilakukan untuk mengukur derajat keeratan hubungan, memprediksi

besarnya arah hubungan antar variabel, serta meramalkan besarnya variabel

terikat jika nilai variabel bebas diketahui. Untuk mengetahui derajat signifikansi

(keberartian regresi) dan linieritas regresi, digunakan Uji F.

Berdasarkan hasil uji signitifikansi regresi pada tabel (lampiran 9) dapat

disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 6,850 + 0,10X1 Berdasarkan hasil uji

signifikansi regresi dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 6,850 +

0,10X1. sangat signifikan pada taraf . Hal ini menyebabkan hipotesis nol

ditolak, sebab harga Fhitung = 5.822 > Ftabel = 4,00 dengan dk pembilang 1 dan dk

penyebut 55 pada . Karena itu persamaan.sangat signifikan pada

.

Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima, karena

Fhitung = 0,9398 < Ftabel = 2,49 dengan dk pembilang 40 dan dk penyebut 17 pada

. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = Ŷ

= 6,850 + 0,10X1 berbentuk ”linear”. Persamaan regresi ini mengandung arti

bahwa setiap kenaikan satu unit skor epistemologi sains, maka akan diikuti oleh

peningkatan skor prestasi belajar kimia dasar sebesar 0,10 unit pada konstanta

6,850 . Berikut grafik 4.1 peningkatan dan keeratan hubungan.

Untuk uji korelasi sederhana menggunakan program Excel for Windows

2007. Hasil dari analisis korelasi sederhana epistemologi sains dengan prestasi

belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar diperoleh nilai koefisien korelasi

(ry1) sebesar 0,73. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan)

setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan

uji-t pada dengan derajat kebebasan (dk) = 55. Hasil pengujian

menunjkkan bahwa thitung = 2.71 > t(0,05: 55) = 1,67 pada taraf signifikansi .

Ini berarti bahwa koefisien korelasi Epistemologi sains (X1) terhadap prestasi

belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar (Y) adalah sangat signifikan.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara epistemologi sains dengan prestasi belajar Mahasiswa pada mata kuliah

kimia dasar teruji kebenarannya.

Pengaruh positif antara epistemologi sains (X1) dengan prestasi belajar

Mahasiswa (Y) didukung oleh koefisien determinasi (ry12) sebesar 0,544. Hal ini

berarti bahwa 54.,4 variasi yang terjadi pada prestasi belajar mahasiswa dapat

dijelaskan oleh variasi epistemologi sains Ŷ= 6,850 + 0,10X1

y = 0.100x1 - 6.850 R² = 0.544

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

0 20 40 60 80 100 120

pre

stas

i be

laja

r

Epistemologi Sains

Grafik 4.1 Estimasi koefisien korelasi x1 dengan Y

Rangkuman hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara

epistemologi sains dengan prestasi belajar siswa dan kontribusinya disajikan pada

tabel 4.6 serta perhitungannya disajikan pada lampiran 9.

Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

antara Epistemologi sains (X1) dengan Prestasi Belajar kimia dasar (Y)

N Dk

Kontribusi

(%)

α = 0,05

57 55 0,73 0,544 54.4 2.71* 1,67

Keterangan:

n = Jumlah Responden

= Koefisien Korelasi antara Epistemologi Sains Prestasi Belajar Kimia

Dasar

= Koefisien Determinasi antara epistemologi sains dengan Prestasi

Belajar Kimia Dasar

* = Koesifien Korelasi sangat Signifikan ( = 2.71 > = 1,67 pada

α = 0,05)

4.3.2. Hubungan antara Motivasi Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia

Dasar (Y)

Hipotesis kedua yang diajukan adalah: ”Terdapat hubungan antara

motivasi (X2) dengan prestasi belajar kimia dasar (Y)”. Dari perhitungan analisis

regresi sederhana data variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar kimia

dasar menghasilkan arah regresi b sebesar 0,058 dan konstanta a sebesar 3,724

Dengan demikian bentuk hubungan dari kedua variabel tersebut digambarkan oleh

persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2

Berdasarkan hasil uji signifikansi regresi (lampiran 9) dapat disimpulkan

bahwa persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2. sangat signifikan pada taraf

. Hal ini menyebabkan hipotesis nol ditolak, sebab harga Fhitung =

30,6025> Ftabel = 4,00 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 55 pada .

Karena itu persamaan Ŷ = 3,724 + 0,058X2 sangat signifikan pada

Hasil uji linearitas pada lampiran 9 menunjukkan bahwa hipotesis nol

diterima, karena Fhitung =0.59 < Ftabel = 3,15 dengan dk pembilang 55 dan dk

penyebut 2 pada . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2 berbentuk ”linear”. Persamaan regresi ini

mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor motivasi belajar, maka

akan diikuti oleh peningkatan skor prestasi belajar siswa sebesar 0,058 unit pada

konstanta 3,724. Berikut grafik 4.2

y = 0,0587x - 3,7248 R² = 0,4662

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

0 20 40 60 80 100 120 140 160

pre

stas

i be

laja

r

Motivasi Belajar

Grafik 4.2 Estimasi koefisien korelasi X2 dengan Y

Untuk uji korelasi sederhana menggunakan program Excel for Windows

2007. Hasil dari Analisis korelasi sederhana skor motivasi belajar dengan prestasi

belajar kimia dasar Mahasiswa diperoleh nilai koefisien korelasi (ry2) sebesar

0,68. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah

dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t

pada dengan derajat kebebasan (dk) = 55. Hasil pengujian menunjkkan

bahwa thitung = 2.814 > t(0,05: 55) = 1.67 pada taraf signifikansi . Ini berarti

bahwa koefisien korelasi motivasi (X2) terhadap prestasi belajar Kimia Dasar (Y)

adalah sangat signifikan (analisis uji signifikansi koefisien korelasi disajikan pada

Lampiran 9). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara motivasi belajar mahasisiwa dengan prestasi belajar Kimia Dasar

teruji kebenarannya.

Pengaruh positif antara motivasi (X2) terhadap prestasi belajar Mahasiswa

(Y) didukung oleh koefisien determinasi (ry22) sebesar 0,446. Hal ini berarti

bahwa 44,6,2% variasi yang terjadi pada prestasi belajar siswa dapat dijelaskan

oleh variasi motivasi melalui persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2.

Rangkuman hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara motivasi

belajar dengan prestasi belajar siswa dan kontribusinya disajikan pada tabel 4.7

serta perhitungannya disajikan pada (Lampiran 9).

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

antara Motivasi belajar dengan Prestasi Belajar Kimia dasar (Y)

N Dk Kontribusi(%)

α = 0,05

57 55 0,68 0,446 46,6 2.814* 1,67

Keterangan:

n = Jumlah Responden

= Koefisien Korelasi Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar kimia

dasar

= Koefisien Determinai Motivasi Belajar Prestasi Belajar kimia dasar

* = Koesifien Korelasi sangat Signifikan ( = 2,814 > = 1,671

pada α = 0,05)

4.3.3. Hubungan antara Epistemologi (X1) dan Motivasi Belajar (X2)

Secara Bersama-Sama dengan Prestasi Belajar Siswa (Y)

Hipotesis ketiga yang dianjurkan dalam penelitian in adalah : ”Terdapat

hubungan secara bersama-sama antara Epistemologi Sains dan Motivasi belajar

dengan Prestasi belajar Kimia Dasar”. Analisis yang digunakan untuk menguji

hipotesis ini adalah analisis regresi dan korelasi ganda.

Analisis regresi dan korelasi ganda menggnakan program Excel for

Windows 2007. Hasil perhitungan diperoleh arah regresi b1 sebesar 0,54 untuk

variabel X1 (Epistemologi Sains ) dan b2 sebesar 0,13 untuk variabel X2 (Motivasi

Belajar) serta konstanta a0 sebesar 1,637.

Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat tersebut dapat digambarkan oleh persamaan Ŷ = 1,637 + 0,54X1 + 0,13 X2

(Hasil perhitungan disajikan pada (Lampiran 9). Sebelum digunakan untuk

menarik kesimpulan penelitian, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat

signifikansi regresi. Untuk mengetahui signifikansi persamaan regresi, dilakukan

uji F dan hasilnya disajikan pada Tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8: Rangkuman Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

Ganda antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar dengan

Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)

Sumber Varians Dk JK

α = 0,05

Regresi (reg) 57 515 7.187 3.15

Sisa (S) 54 231,.33

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai Fhitung = 7.187 < Ftabel = 3.15 pada

taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi ganda Ŷ =

1,637 + 0,54X1 + 0,13X2 sangat signifikan sehingga dapat digunakan untuk

memprediksi. Model regresi ini mengandung arti bahwa jika secara bersama-sama

Epistemologi Sains dan motivasi belajar ditingkatkan sebesar satu skor maka

akan terjadi kecendrungan peningkatan prestasi belajar Kimia dasar sebesar

0.0034 unit dan 0,0108 unit pada kostanta a0 sebesar 1,637

Perhitungan korelasi ganda antara epistemologi Sains (X1) dan motivasi

belajar (X2) dengan prestasi belajar kimia dasar (Y) menghasilkan koefisien

korelasi sebesar Ry.12 = 0,616. Uji keberartian koefisien korelasi menggunakan uji

F. Perhitungan diperoleh Fhit =10.23 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi α =

0,05 sebesar 3.15. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel maka koefisien korelasi

sangat signifikan (berarti). Ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat

hubungan secara bersama-sama antara epistemologi sains dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar kimia dasar pada mahasiswa kimia teruji kebenarannya.

Hasil pengujian koefisien korelasi ganda dan uji signifikansinya serta

koefisien determinasi disajikan pada tabel 4.14 dan perhitungannya disajikan pada

Lampiran 9.

Tabel 4.9 Rangkuman Korelasi Ganda dan Uji Signifikansi Koefisien

Korelasi Ganda antara X1 dan X2 Secara Bersama-Sama Dengan Prestasi

Belajar Siswa (Y)

N

Kontribusi

(%)

α = 0,05

57 0,616 0,379 37,9 10.23* 3,15

Keterangan :

n = Jumlah Responden

Ry12 = Koefisien Korelasi Ganda antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi

Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)

= Koefisien Determinasi antara Epistemologi Sains(X1) dan Motivasi

Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)

* = Koefisien Korelasi Ganda Sangat Signifikan Karena (Fhit = 10.23 > Ftab

= 3,15) (Ry2)2

Dari tabel diperoleh koefisien determinasi (Ry.12)2sebesar 0,516 Hal ini

berarti bahwa 26.6 % variasi yang terjadi pada prestasi belajar mahasiswa pada

mata kuliah Kimia Dasar dapat dijelaskan oleh Epistemologi Sains dan motivasi

belajar secara bersama-sama melalui regresi Ŷ = 1,637+ 0,54X1 + 0,13X2

Rangkuman nilai koefisiesn korelasi, koefisien korelasi determinasi, dan

kontribusi antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan

prestasi belajar Kimia Dasar (Y) disajikan pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Rangkuman Nilai Koefisien Korelasi, Koefisien Korelasi

Determinasi, dan Kontribusi antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi

Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)

Hubungan diantara

Variable

Nilai

Koefisien

Korelasi (r)

Nilai Koefisien

Determinasi (r2)

Kontribusi (%)

X1 terhadap Y 0,73 0,544 54,4

X2 terhadap Y 0,68 0, 446 44,6

X1X2 terhadap Y 0.618 0.379 37,9

4. 4 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian mengacu pada hasil pengujian hipotesis

penelitian, yaitu ; (a) hubungan Epistemologi Sains dengan prestasi belajar Kimia

Dasar, (b) hubungan amotivasi belajar dengan prestasi belajar Kimia Dasar, dan

(c) hubungan antara keduanya secara bersamaan.

1. Hubungan Epistemologi sains dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar

Dari analisis diperoleh bentuk persamaan regresi antara Epistemologi

Sains dengan prestasi belajar belajar kimia dasar adalah Ŷ = 6.850 + 0,10 X1.

Model regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor epistemologi

sains akan diikuti oleh naiknya prestasi belajar sebesar 0.10 pada konstanta 6,850.

Dengan kata lain makin tinggi (baik) Epistemologi Sains Mahasiswa, makin

tinggi pula prestasi belajar siswa.

Nilai koefisien korelasi antara Epistemologi Sains dengan prestasi belajar

mahasiswa sebesar (ry1) sebesar 0,73 dengan koefisien determinasi (ry1)2 sebesar

0,544. Nilai ini mengindikasikan bahwa hubungan antara epistemologi sains

dengan prestasi belajar dengan kontribusi sebesar 54,4 %.

Ini menunjukkan bahwa 54,4 % variasi prestasi belajar mahasiswa pada

mata kuliah kimia dasar ditentukan oleh epistemologi sains mahsiswa. Dengan

kata lain, epistemologi sains juga menentukan dalam mempengaruhi prestasi

belajar mahasiswa sehingga bisa memberikan kontribusi dalam hal ini ilmu kimia

khususnya mata kuliah kimia dasar.

2. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar

Dari analisis diperoleh bentuk persamaan regresi antara motivasi belajar

dengan prestasi belajar adalah: Ŷ =3,724 + 0,058 X2. Bentuk persamaan regresi

ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu skor motivasi belajar akan diikuti

oleh kenaikan skor prestasi belajar sebesar 0,058 unit pada konstanta 3,724 .

Dengan kata lain, makin tinggi motivasi belajar makin tinggi pula prestasi belajar

mahasiswa kimia siswa pada mata kuliah kimia

Motivasi belajar perlu dimiliki setiap peserta didik, karena motivasi belajar

merupakan tenaga atau daya pendorong untuk melakukan tindakan belajar.

Dengan adanya motivasi belajar dalam diri mahasiswa khusunya yang bergelut

dalam ilmu sains atau kimia itu sendiri, maka mereka akan terpanggil untuk

melakukan aktivitas belajar untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Hal

ini sesuai dengan pendapat Noehi Nasution (Djamarah, 2008: 200) motivasi

adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis seseorang untuk belajar.

Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar pada

umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.

Nilai koefisien korelasi antara motivasi belajar mahasiswa dengan prestasi

belajar kimia dasar mahasiswa (ry2) sebesar 0,68 dengan koefisien determinasi

(ry2)2 sebesar 0,446 nilai ini mengindikasikan bahwa hubungan antara motivasi

belajar dengan prestasi belajar mahasiswa memberikaan kontribusi sebesar 44,6

%. Ini menunjukkan bahwa 44,6 % variasi hail belajar mahasiswa ditentukan oleh

motivasi belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar mahasiswa ditentukan pula

oleh motivasi belajar. Motivasi belajar ini perlu ditingkatkan karena memberikan

hubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa.

3. Hubungan antara Epistemologi Sains dan Motivasi Belajar dengan

Prestasi Belajar Kimia Dasar

Dari analisis diperoleh persamaan regresi antara epistemologi sains dan

motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa adalah Ŷ =

1,637 + 0,54X1 + 0,13X2. Bentuk regresi ini mengindikasikan bahwa jika skor

Epistemologi Sains dan motivasi belajar secara bersama-sama dinaikkan satu skor

maka akan diikuti oleh kenaikan skor prestasi belajar Mahasiswa khususnya mata

kuliah Kimia dasar sebesar 1,637. Dengan kata lain, makin tinggi Epistemologi

Sains dan motivasi belajar maka makin tinggi pula prestasi belajar Mahasiswa

pada mata Kuliah Kimia .

Nilai koefisien korelasi antara Epistemologi Sains dan motivasi belajar

secara bersama-sama dengan prestasi belajar Kimia Dasar Mahasiswa Kimia

(Ry.12) sebesar 0,616 dengan koefisien determinasi (Ry.12)2 sebesar 0,379. Nilai

korelasi ini mengindikasikan bahwa hubungan antara Epistemologi sains

mahasiswa dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar

dengan kontribusi sebesar 37,9%. Ini menunjukkan bahwa 37,9% variasi prestasi

belajar mahasiswa ditentukan oleh Epistemologi Sains dan motivasi belajar.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Walaupun dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha semaksimal

mungkin, tetapi peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat

beberapa keterbatasan, khususnya pada instrumen penelitian. Keterbatasan ini

bukan hal yang disengajakan tetapi semata-mata karena kemampuan peneliti dan

pengaruh pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat

ataupun dilibatkan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain di

sebabkan oleh:

1. Keterbatasan instrumen penelitian, disadari peneliti karena terbatasnya sumber

yang berhasil diperoleh peneliti dalam penyusunan teori. Keterbatasan teori secara

langsung menyebabkan keterbatasan instrumen, terutama dalam hal indikator-

indikator epistemologi sains, meskipun instrumen diambil baku dimedia atau di

jurnal namun karena baru pertama diungkap maka harus di sesuaikan dengan

kondisi jurusan dan mahasiswa. Artinya, bila diperoleh sumber-sumber rujukan

teori yang lebih banyak, akan lebih dapat mengungkap variabel-variabel

penelitian dengan baik.

2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini tidak dilakukan validasi pakar,

tapi divalidasi oleh dosen yang ada di jurusan pendidikan kimia dan

dikonsultasikan dengan pembimbing.

3. Data Epistemologi sains dan motivasi belajar siswa diperoleh melalui

kuesioner dengan menggunakan skala penilaian berbentuk skala lima. Instrumen

ini bukan merupakan satu-satunya instrumen yang mampu mengungkap

keseluruhan aspek yang diteliti meskipun telah diuji melalui uji coba lapangan

dan menghasilkan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Salah satu hal yang tidak

dapat dikontrol peneliti adalah kemauan mahasiswa untuk mengungkap keadaan

diri mereka yang sebenarnya.