BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....

33
63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan yang telah diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian disajikan dengan deskripsi yang lebih rinci. Hasil penelitian disajikan mulai dari pratindakan sampai dengan pada akhir siklus. Rencana tindakan ini mengacu pada tindakan penelitian model spiral Suharsimi Arikunto, dimana masing-masing siklus terdiri atas 3 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan/observasi, dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan prasiklus. Tindakan prasiklus diambil peneliti dari nilai ulangan harian terakhir yang diperoleh dari guru kelas 5. Berdasarkan kondisi awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan tahap perencanaan untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat RPP, membuat evaluasi untuk akhir siklus, serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran. Setelah melakukan perencanaan selanjutnya peneliti melaksanakan tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan pengajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Tahapan yang terakhir adalah tahap refleksi. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data ini yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus 2. 4.1.1. Pelaksanaan Prasiklus 1. Kondisi Prasiklus Kegiatan yang paling pokok dalam proses pembelajaran di kelas adalah berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran merupakan proses edukatif antara dua unsur manusiawi yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar sehingga guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam mengelola interaksi pembelajaran maka guru dituntut untuk mampu mendesain program, menguasai

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....

  • 63

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan

    yang telah diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian disajikan dengan deskripsi yang

    lebih rinci. Hasil penelitian disajikan mulai dari pratindakan sampai dengan pada

    akhir siklus. Rencana tindakan ini mengacu pada tindakan penelitian model spiral

    Suharsimi Arikunto, dimana masing-masing siklus terdiri atas 3 tahap yaitu tahap

    perencanaan, tindakan/observasi, dan refleksi.

    Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti terlebih dahulu

    melakukan tindakan prasiklus. Tindakan prasiklus diambil peneliti dari nilai

    ulangan harian terakhir yang diperoleh dari guru kelas 5. Berdasarkan kondisi

    awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan tahap perencanaan

    untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat RPP, membuat evaluasi

    untuk akhir siklus, serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam

    pembelajaran. Setelah melakukan perencanaan selanjutnya peneliti melaksanakan

    tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan

    terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan

    pelaksanaan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan

    pengajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Tahapan yang terakhir adalah tahap

    refleksi. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data ini

    yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus 2.

    4.1.1. Pelaksanaan Prasiklus

    1. Kondisi Prasiklus Kegiatan yang paling pokok dalam proses pembelajaran di kelas adalah

    berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran merupakan

    proses edukatif antara dua unsur manusiawi yaitu siswa sebagai pihak yang

    belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar sehingga guru memiliki peranan

    yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam mengelola interaksi

    pembelajaran maka guru dituntut untuk mampu mendesain program, menguasai

  • 64

    materi, serta mampu menentukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai

    sehingga dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif.

    Dalam kegiatan proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas,

    guru cenderung mengajar menggunakan metode konvensional yang rentan dengan

    pembelajaran ceramahan yang tidak variatif, dimana guru adalah penentu jalannya

    proses pembelajaran, sedangkan siswa lebih sebagai penerima informasi secara

    pasif. Siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya

    sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan

    standar. Pembelajarannyapun masih sangat abstrak dan teoritis serta kebenaran

    bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. Sehingga interaksi di antara siswa

    kurang. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, berdampak pada hasil

    belajar siswa kelas 5 dalam menerima materi pada mata pelajaran IPA semester 2.

    Nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran IPA masih rendah, bahkan masih

    banyak ditemukan siswa yang dinilaninya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum

    (KKM) yaitu 70.

    2. Hasil Analisis Prasiklus Pada prasiklus peneliti mengambil nilai ulangan harian yang dilaksanakan

    sebelum melakukan tindakan siklus 1.Berikut nilai hasil ulangan harian yang

    peneliti peroleh sebelum melakukan tindakan siklus 1.

    Tabel 9. Nilai Ulangan Harian IPA Kelas 5 Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

    SDN Urutsewu 3 No Nama Siswa Nilai Prasiklus Keterangan 1 DU 64 Belum Tuntas 2 DC 62 Belum Tuntas 3 FFR 62 Belum Tuntas 4 ANA 54 Belum Tuntas 5 AK 70 Tuntas 6 EMM 62 Belum Tuntas 7 F 68 Belum Tuntas 8 IL 56 Belum Tuntas 9 KDS 62 Belum Tuntas 10 NA 60 Belum Tuntas 11 PSK 60 Belum Tuntas

  • 65

    No Nama Siswa Nilai Prasiklus Keterangan 12 RDS 70 Tuntas 13 RH 78 Tuntas 14 RDV 80 Tuntas 15 A 80 Tuntas 16 AF 58 Belum Tuntas 17 APP 72 Tuntas 18 AMW 58 Belum Tuntas 19 ATS 58 Belum Tuntas 20 BL 60 Belum Tuntas 21 DAF 76 Tuntas 22 DAN 70 Tuntas 23 DRW 84 Tuntas 24 E 70 Tuntas 25 GLS 72 Tuntas 26 IRA 70 Tuntas 27 MRD 56 Belum Tuntas 28 MNC 74 Tuntas 29 RP 50 Belum Tuntas 30 RFS 64 Belum Tuntas 31 SAW 62 Belum Tuntas 32 SRA 66 Belum Tuntas 33 SW 76 Tuntas 34 TA 56 Belum Tuntas 35 TAS 72 Tuntas 36 NPA 60 Belum Tuntas 37 MDS 70 Tuntas 38 PAA 64 Belum Tuntas

    KKM 70

    Rata-rata kelas 65,94 Nilai maksimum 84 Nilai minimum 50

    Agar lebih mudah dalam menentukan kelompok interval nilai atau data

    yang sudah diperoleh, maka peneliti menggunakan pengelompokkan dalam

    bentuk tabel. Sehingga akan lebih mudah melihat dan mengetahui tentang

    jangakuan skor tertinggi dan skor terendah, banyaknya katagori serta interval dari

    data yang ada. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono

  • 66

    (2011:34-35) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk

    menentukan Range, banyak kategori, dan interval adalah sebagai berikut :

    Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut:

    Range / Jangkauan = skort tertinggi – skor terendah

    Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n

    Interval (K) = range/(banyak kategori)

    Dalam menentukan pembuatan interval nilai, cara menentukan interval

    nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur

    jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus sebagai

    berikut :

    Log 38 = 1,579

    K = 1 + 3,3 log 38

    K = 1 + 3,3 .1,579

    K = 1 + 5,247

    K = 6,247 dibulatkan menjadi 6.

    Berdasarkan data hasil belajar prasiklus, setelah dilakukan analisis

    berdasarkan nilai hasil prasiklus dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

    Tabel 10. Distribusi Ketuntasan Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    Interval Frekuensi Keterangan Persentase (%)

    84-90 1 Tuntas 2,6%

    77-83 3 Tuntas 7,9%

    70-76 12 Tuntas 31,6%

    63-69 5 Belum Tuntas 13,2%

    56-62 15 Belum tuntas 39,4%

    49-55 2 Belum tuntas 5,3%

    Jumlah 38 100%

    Berdasarkan dari data diatas hasil nilai ulangan harian siswa kelas 5 pada

    mata pelajaran IPA sebagai nilai prasiklus yang di ambil peneliti sebelum

    melakukan tindakan siklus 1, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut

  • 67

    rendah, hal ini dapat diketahui melalui tabel 9. Berdasarkan nilai prasiklus diatas

    perbandingan siswa yang belum mencapai KKM adalah 22 siswa dengan

    persentase sebesar 57,9%, sedangkan siswa yang tuntas dari KKM adalah 16

    siswa atau 42,1%. Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai

    interval nilai 84-90 sebanyak 1 orang dengan persentase 2,6%, jumlah siswa yang

    mencapai interval nilai 77-83 sebanyak 3 orang dengan persentase 7,9%, jumlah

    siswa yang mencapai interval nilai 70-76 sebanyak 12 orang dengan persentase

    31,6%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai 63-69 sebanyak 5 orang 13,2%,

    jumlah siswa yang mencapai interval nilai 56-62 sebanyak 15 orang 39,4%, dan

    jumlah siswa yang mencapai interval nilai 49-55 sebanyak 2 orang dengan

    persentase 5,3%. Jadi, jumlah keseluruhan siswa ada 38 siswa dimana jumlah

    siswa yang tuntas ada 16 siswa dan tidak tuntas ada 22 siswa, dengan perolehan

    nilai terendah yaitu 50 dan tertinggi 84.

    Pada pembelajaran IPA ini, guru menggunakan metode konvensional,

    sehinga masih ada 22 siswa yang belum mencapai nilai KKM.Sehingga peneliti

    merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas demi membantu

    meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

    tipe Group Investigation (GI) pada pembelajaran IPA materi “Cahaya dan Sifat-

    sifatnya” untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada

    gambar 3 dibawah ini:

  • 68

    Gambar 3. Grafik Nilai Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    Berdasarkan pada patokan penilaian peneliti bahwa siswa yang dikatakan

    tuntas apabila nilai siswa mencapai KKM = 70, maka persentase keseluruhan

    siswa yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai kriteria KKM,

    disajikan pada tabel berikut ini:

    Tabel 11. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu

    3 No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

    Jumlah Siswa Persentase (%)

    1

  • 69

    Seperti pada tabel 11 diatas, Persentase ketuntasan hasil belajar siswa

    kelas 5 SDN Urutsewu 3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sebelum

    dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM

    sebanyak 22 siswa dengan persentase 57,9%, sedangkan siswa yang mencapai

    KKM sebanyak 16 siswa dengan persentase 42,1% dari total seluruh siswa

    sebanyak 38. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 50 sedangkan nilai tertinggi

    hasil belaajar siswa adalah 84.

    Dari tabel diatas dapat disajikan grafik presentase hasil belajar siswa pada

    prasiklus yang belum mencapai KKM dan yang sudah mencapai KKM sebagi

    berikut :

    Gambar 4. Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    4.1.2. Pelaksanaan Siklus 1

    1. Tahap Perencanaan Tindakan

    Setelah memperoleh data hasil belajar siswa kelas 5 SDN Urutsewu 3 pada

    kondisi awal, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 5 untuk

    melakukan kegiatan siklus 1. Dalam siklus 1 ini peneliti melakukan 3 kali

    0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%

    Belum Tuntas Tuntas

    57,90%

    42,10%

    Persentase Ketuntasan Belajar Prasiklus

    Belum Tuntas

    Tuntas

  • 70

    pertemuan, dimana masing-masing pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2×35

    menit).

    Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti bersama guru kelas 5

    menyiapkan rencana pembelajaran dimana peneliti membuat Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang selanjutnya dikonsultasikan kepada guru

    kelas 5 untuk mengetahui apakah sesuai atau tidak RPP yang telah dibuat peneliti

    diterapkan di sekolah tersebut. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar

    observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru untuk mengetahui

    tingkat ketercapaiannya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

    Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai observer kegiatan

    siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa yang

    berperan sebagai pengambil dokumtasi foto selama kegiatan pembelajaran. Materi

    yang dipilih oleh guru kelas 5 adalah cahaya dan sifat-sifatnya.

    2. Tahap Pelaksanaan Tindakan/observasi

    Pelaksanaan siklus 1 dilakukan pada tanggal 20, 25, 27 Maret 2014.

    Dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan

    membuat suatu karya/model dan kompetensi dasarmendeskripsikan sifat-sifat

    cahaya tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

    indikator pembelajaran pada pertemuan pertama adalah menyebutkan sumber

    cahaya yang ada disekitar dan mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai

    berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). Pada pertemuan kedua adalah

    mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin, dan

    menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari

    melalui percobaan. Sedangkan pertemuan ketiga adalah menunjukkan bukti

    bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna dan memberikan contoh peristiwa

    penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

    a. Analisis data hasil observasi guru Hasil observasi siklus 1 pada pertemuan pertama guru masih terlihat

    bingung dengan langkah-langkah pembelajaran GI. Hal ini disebabkan karena

    kurangnya persiapan guru sebelum mengajar dengan model kooperatif tipe GI

    yang telah peneliti siapkan.. Namun pada umumnya guru sudah melaksanakan

  • 71

    dengan baik semua kegiatan pembelajaran antara lain menyiapkan ruang, alat, dan

    media pembelajaran. Guru mengatur siswa dalam pembagian kelompok secara

    heterogen sehingga diharapkan masing-masing kelompok memiliki kekuatan yang

    merata. Guru juga memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran

    walaupun masih ada beberapa siswa yang masih susah diatur dan membuat gaduh

    kelas dengan memberikan teguran dan memotivasi siswa yang suka membuat

    gaduh agar dapat tenang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, serta

    menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan.

    Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga memotivasi pada seluruh kelas

    untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi dengan sedikit

    mengulas materi pembelajaran yang lalu serta menjelaskan tujuan pembelajaran

    serta uraian kegiatan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan yamg akan

    dilakukan.

    Guru juga menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah

    pembelajaran GI secara jelas dan rinci. Tujuan dari penjelasan tersebut adalah

    agar siswa mengerti langkah-langkah apa saja yang akan mereka lakukan pada

    pembelajaran IPA.

    Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok guru membagi siswa

    menjadi beberapa kelompok walaupun suasana kelas bertambah ramai dan gaduh

    dari pada suasana sebelumnya. Karena jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 38

    anak, maka guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa menjadi 6 kelompok

    secara heterogen berdasarkan kemampun akademis siswa, dimana masing-masing

    kelompok terdiri atas 6-7.

    Pada tahap pemilihan topik guru yang menentukan topik yang akan

    diinvestigasi oleh masing-masing kelompok yaitu mengenai sifat-sifat cahaya.

    Untuk pertemuan pertama masing-masing kelompok melakukan investigasi

    tentang sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).

    Untuk pertemuan kedua masing-masing kelompok melakukan investigasi tentang

    sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung

    atau cekung) serta menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam

    kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pensil dan koin yang dimasukkan ke

  • 72

    dalam gelas yang berisi air. Sedangkan untuk pertemuan ketiga masing-masing

    kelompok melakukan investigasi membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari

    berbagai warna dengan menggunakan cakram warna yang dibuat sendiri oleh

    masing-masing kelompok, dan yang terakhir adalah memberikan contoh peristiwa

    penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari yaitu membuat pelangi sederhana

    dari balon sabun.

    Pada tahap perencanaan tugas guru membimbing siswa berdiskusi

    membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian serta

    membimbing siswa dalam menyusun rencana penelitian meskipun belum

    menyeluruh dalam membimbing siswa.

    Pada tahap pelaksanaan investigasi guru sudah membing siswa dalam

    melakukan peneliian, tetapi guru belum menunjukkan sikap terbuka terhadap

    respon siswa dan terkesan menuntut siswa bahwa hasil penelitian harus sesuai

    yang diharapkan. Seperti ketika siswa melaksanakan investigasi tentang sifat-sifat

    bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung dituntut sesuai dalam buku

    sehingga siswa terpaku dalam buku bukan mencari sendiri. Namun pada

    pertemuan selanjutnya guru sudah menyerahkan investigasi kepada siswa dan

    guru hanya membimbing. Pada tahap ini guru juga sudah menumbuhkan

    keceriaan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta menumbuhkan

    partisipasi yang aktif dalam proses pembelajaran.

    Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir guru memantau hasil

    penelitian masing-masing kelompok. Guru juga memeriksa hasil penelitian

    kelompok meskipun tidak semua kelompok diperiksa karena keterbatasan waktu.

    Pada tahap presentasi laporan akhir guru mengatur jalannya presentasi dari

    masing-masing kelompok. Presentasi dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri

    kelompok trakhir yaitu kelompok 6. Selain itu guru juga memberikan pengutan

    dari hasil presentasi masing-masing kelompok.

    Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa

    dalam membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun masih

    didominasi oleh guru. Selain itu guru juga memberikan kuis tertulis yang

    dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

  • 73

    tentang materi yang baru saja dipelajari. Di akhir siklus 1 guru juga memberikan

    evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas

    dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya apakah ada peningkatan

    hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1. Pada akhir pembelajaran guru juga

    melakukan refleksi pembelajaran.

    Dari hasil observasi pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan

    kualitas guru dalam mengajar yang sebelumnya pada kondisi awal hanya

    menggunakan metode konvensional dan sekarang menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe GI. Dengan pemakain model pembelajaran

    kooperatif tipe GI terjadi peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N

    Urutsewu 3 materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan sub pokok bahasan sifat-sifat

    cahaya mengalami peningkatan mskipun masih banyak ditemukan siswa yang

    belum tuntas KKM.

    Untuk mengatasi kelemahan tersebut yang perlu diperhatikan guna

    memperbaiki pembelajaran berikutnya, guru diharapkan agar lebih terbuka

    terhadap respon siswa, memotivasi siswa supaya mampu bekerja secara kooperatif

    terutama kepada siswa yang suka membuat ribut dan sulit bekerja dalam tim.

    Serta membantu siswa dalam menyiapkan sarana pendukung.

    Dalam pembelajaran model kooperatif tipe GI agar pada tindakan

    selanjutnya dapat sesuai dengan apa yang diharapkan, guru diharpkan agar lebih

    mengerti langkah-langkah pembelajaran GI. Guru juga diharapkan agar dapat

    lebih menguasai kelas supaya masing-masing siswa benar-benar membahas materi

    bukan membahas hal lain di luar materi pembelajaran. Selain itu guru juga

    diharpkan mampu menguasai kemampuan kelompok, hal ini dikarenakan tugas

    guru dalam pembelajaran GI adalah sebagai fasilitator yang menyediakan

    kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam

    kontribusi, bukan merancang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

    faktual seperti apa, bagaimana dan sebagainya.

    b. Analisis data hasil observasi siswa Pada siklus 1 peneliti mengamati aktivitas masing-masing kelompok

    sedangkan untuk pengambilan dokumentasi foto selama berlangsungnya kegiatan

  • 74

    pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa. Untuk kegiatan

    pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe GI pada pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya

    dan sifat-sifatnya.

    Pada saat guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran

    kooperatif tipe GI beberapa siswa masih kesulitan memahaminya. Namun setelah

    masuk ke dalam kegiatan investigasi mampu mengikuti kegiatan dengan baik.

    Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok keadaan kelas sangat

    gaduh dimana siswa sibuk mencari anggota kelompoknya serta gaduh karena

    menata tempat duduk. Siswa juga merasa antusias bergabung dengan

    kelompoknya meskipun guru yang menentukan anggota kelompok.

    Pada tahap pemilihan topik siswa mendengarkan penjelasan guru serta

    menjawab pertanyaan dari guru mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa juga

    sudah mulai menelaah sumber-sumber informasi.

    Pada tahap perencanaan tugas siswa bersama kelompoknya membahas

    topik yang akan diinvestigasi selanjutnya merencanakan kegiatan investigasi.

    Pada tahap ini sudah terlihat adanya kerja sama dalam kelompok namun masih

    terlihat ada beberapa siswa yang belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya.

    Pada tahap pelaksanaan investigasi siswa bekerja sama dengan

    kelompoknya mencari informasi, menagalisis data, selanjutnya mereka melakukan

    percobaan dimana langkah-langkah percobaan sudah ditulis dalam Lembar Kerja

    Praktikum yang telah dibagikan oleh guru pada saat guru menentukan topik.

    Setelah melakukan percobaan selanjutnya siswa membuat kesimpulan dari

    investigasinya.

    Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir siswa melakukan

    persiapan-persiapan apa saja yang akan dilaporkan serta bagaimana membuat

    presentasinya. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk

    memaparkan hasil kerja kelompoknya.

    Pada tahap presentasi laporan akhir masing-masing perwakilan kelompok

    menyamaikan hasil percobaan yang telah dilakukan beserta kesimpulan yang

    didapat sedangkan kelompok lain memberikan sanggahan apabila hasilnya

  • 75

    berbeda. Presentasi tersebut dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok

    trakhir yaitu kelompok 6.

    Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi siswa berdasarkan bimbingan dari

    guru membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun dalam menarik

    kesimpulan masih didominasi oleh guru. Selain itu siswa juga diberi kuis tertulis

    yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

    tentang materi yang baru saja dipelajari. Sedangkan pada akhir siklus 1 siswa

    mengerjakan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk

    mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya

    apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1. Pada akhir

    pembelajaran siswa menerima refleksi pembelajaran pembelajaran dari guru.

    Dari observasi siswa pada siklus 1 sudah ada peningkatan hasil belajar

    IPA dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan

    dengan menggunakan model pembeajaran kooperatif tipe GI.

    Kelemahan-kelamahan tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan

    motivasi kepada siswa dengan menumbuhkan rasa percaya diri serta memberikan

    peluang kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga

    semua siswa terliat dalam kegiatan pembelajaran.

    3. Refleksi

    Berdasarkan pembelajaran siklus 1 yang telah dilaksanakan, hasil belajar

    IPA sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus)

    sebelum diadakannya tindakan dengan menggunakan model pembeajaran

    kooperatif tipe GI. Tetapi masih ditemuan siswa yang memperoleh nilai di bawah

    KKM yang telah ditentukan dari pihak sekolah yaitu ketuntasan klasikal

  • 76

    4.1.3. Pelaksanaan Siklus 2

    1. Tahap Perencanaan Tindakan

    Setelah melaksanakan siklus 1, selanjutnya peneliti melakukan diskusi

    dengan guru kelas 5 untuk melakukan kegiatan siklus 2 berdasarkan kekurangan-

    kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Hal ini dilakukan agar pada pembelajaran

    siklus 2 ini dapat berlangsung lebih baik. Sama halnya dengan siklus 1, pada

    siklus 2 ini peneliti melakukan 3 kali pertemuan, dimana masing-masing

    pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2× 35 menit).

    Pada siklus 2 peneliti juga bersama guru kelas 5 menyiapkan rencana

    pembelajaran dimana peneliti membuat RPP selanjutnya dikonsultasikan kepada

    guru kelas 5 untuk mengetahuai apakah sesuai tidaknya RPP yang telah dibuat

    peneliti diterapkan di sekolah tersebut. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar

    observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru.

    Sama halnya dengan siklus 1 peneliti berperan langsung sebagai observer

    kegiatan siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa

    yang berperan sebagai pengambil dokumtasi foto selama kegiatan pembelajaran.

    Materi pada siklus 2 adalah lanutan dari materi siklus 1.

    2. Tahap Pelaksanaan Tindakan/observasi

    Pelaksanaan siklus 2 dilakukan pada tanggal 1, 8, dan 15 April 2013.

    Dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan

    membuat suatu karya/model dan kompetensi dasarmembuat suatu karya/model,

    misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat

    cahaya. Untuk indikator pembelajaranpertemuan pertama adalah menyebutkan

    macam-macam alat optik dan membuat karya/model yang sesuai dengan

    rancangan untuk membuat model periskop. Pada pertemuan kedua adalah

    menjelaskan fungsi cakram warna yang telah dibuat dan membuat karya/model

    yang sesuai dengan rancangan untuk membuat model kaca pembesar sederhana.

    Sedangkan pada pertemuan ketiga adalah menguji cara kerja model yang dibuat.

    a. Analisis data hasil observasi guru Hasil observasi pada siklus 2 secara keseluruhan guru sudah melaksanakan

    dengan baik antara lain menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran. Guru

  • 77

    mengatur siswa dalam menempati tempat duduknya. Guru juga melakukan

    pembagian kelompok secara heterogen lagi, hal ini dilakukan karena pada

    pembagian kelompok sebelumnya masih belum merata, hal tersebut terlihat pada

    kelompok 5 yang anggotanya terdiri atas siswa laki-laki semua cenderung menjadi

    pembuat onar. Pada siklus 2 ini pemahaman guru tentang langkah-langkah dalam

    pembelajaran GI sudah mulai terlihat. Guru juga memeriksa kesiapan siswa

    dalam menerima pembelajaran serta memotivasi siswa yang suka membuat gaduh

    agar dapat tenang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, guru juga

    menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan.

    Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga sudah memotivasi pada

    seluruh kelas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi

    dengan sedikit mengulas materi pembelajaran yang lalu untuk mengetahui

    kesiapan siswa dalam melanjutkan materi serta menjelaskan tujuan pembelajaran

    dan uraian kegiatan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang

    akan dilakukan.

    Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok guru membagi

    kembali siswa menjadi beberapa kelompok walaupun suasana kelas bertambah

    ramai dan gaduh dari pada suasana saat siklus 1 karena beberapa siswa protes

    akibat adanya perubahan anggota kelompok.

    Pada tahap pemilihan topik guru yang menentukan topik yang akan

    diinvestigasi oleh masing-masing kelompok yaitu mengenai merancang dan

    membuat suatu karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya. Untuk

    pertemuan pertama masing-masing kelompok melakukan investigasi merancang

    dan membuat model periskop dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Untuk

    pertemuan kedua masing-masing kelompok melakukan investigasi tentang

    merancang dan membuat model kaca pembesar sederhana. Sedangkan untuk

    pertemuan ketiga masing-masing kelompok melakukan investigasi menguji model

    yang telah dibuat pada pertemuan pertama dan kedua.

    Pada tahap perencanaan tugas guru sudah membimbing siswa berdiskusi

    untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian

    serta membimbing siswa dalam menyusun rencana penelitian.

  • 78

    Pada tahap pelaksanaan investigasi guru sudah membing siswa dalam

    melakukan peneliian, guru sudah mulai menunjukkan sikap terbuka terhadap

    respon siswa. Pada tahap ini guru juga sudah menumbuhkan keceriaan dan

    antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta menumbuhkan partisipasi

    yang aktif dalam proses pembelajaran.

    Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir guru memantau hasil

    penelitian masing-masing kelompok. Guru juga sudah memeriksa hasil penelitian

    kelompok satu per satu.

    Pada tahap presentasi laporan akhir guru mengatur jalannya presentasi dari

    masing-masing kelompok meskipun keadaan kelas menjadi gaduh saat ada

    kelompok lain yang melakukan presentasi. Hal ini tidak jauh beda pada saat

    siklus 1. Presentasi dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok trakhir yaitu

    kelompok 6. Pada akhir kegiatan presentasi kelompok, guru juga memberikan

    pengutan dari hasil presentasi masing-masing kelompok.

    Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa

    dalam membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun siswa masih

    sangat bergantung kepada guru dalam mengambil kesimpulan. Selain itu guru

    juga memberikan kuis tertulis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui

    sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang baru saja dipelajari. Sama

    halnya pada akhir siklus 1, di akhir siklus 2 guru juga memberikan evaluasi

    berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam

    pembelajaran IPA mengenai merancang dan membuat suatu karya atau model

    dengan menerapkan sifat cahaya apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi

    awal, siklus 1, ke siklus 2. Pada akhir pembelajaran guru juga melakukan refleksi

    pembelajaran.

    Berdasarkan observasi guru, pada siklus 2 ini telah menunjukkan adanya

    peningkatan cara atau kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI apabila dibandingkankan

    dengan siklus 1. Dengan melakukan pendekatan khusus dalam pembelajaran GI

    misalnya, memberikan motivasi pada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran

    dengan baik guru sudah mampu menguasai keadaan kelas, sehingga dapat

  • 79

    dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan model pembelajaran

    kooperatif tipe GI.

    b. Analisis data hasil observasi siswa Sama halnya dengan siklus 1, pada siklus 2 peneliti mengamati aktivitas

    masing-masing kelompok sedangkan untuk pengambilan dokumentasi foto selama

    berlangsungnya kegiatan pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa.

    Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GIpada pembelajaran IPA

    pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya.

    Pada siklus 2 ini siswa sudah mulai memahami langkah-langkah model

    pembelajaran kooperatif tipe GI. Siswa terlihat antusias ketika akan mengikuti

    pembelajaran. Hal tersebut terlihat ketika guru kelas, peneliti, dan 1 mahasiswa

    sebagai pengambil dokumentasi foto masuk ke ruang kelas dengan membawa alat

    pembelajaran siswa terlihat antusias.

    Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok keadaan kelas lebih

    gaduh dibandingkan dengan keadaan pada saat siklus. Hal tersebut dikarenakan

    guru mengubah susunan anggota kelompok.

    Pada tahap pemilihan topik siswa mendengarkan penjelasan guru serta

    menjawab pertanyaan dari guru mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa juga

    sudah mulai terlihat aktif menelaah sumber-sumber informasi.

    Pada tahap perencanaan tugas siswa bersama kelompoknya membahas

    topik yang akan diinvestigasi selanjutnya merencanakan kegiatan investigasi.

    Pada tahap ini sudah terlihat adanya kerja sama dalam kelompok hanya terlihat

    beberapa siswa yang belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya. Namun

    secara keseluruhan siswa sudah melakukan kegiatan dengan baik.

    Pada tahap pelaksanaan investigasi siswa bekerja sama dengan

    kelompoknya mencari informasi, menagalisis data, selanjutnya mereka melakukan

    percobaan dimana langkah-langkah percobaan sudah ditulis dalam Lembar Kerja

    Praktikum yang telah dibagikan oleh guru pada saat guru menentukan topik.

    Setelah melakukan percobaan selanjutnya siswa membuat kesimpulan dari

    investigasinya.

  • 80

    Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir siswa melakukan

    persiapan-persiapan tentang apa saja yang akan dilaporkan serta bagaimana

    membuat presentasinya. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu

    anggotanya untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya.

    Pada tahap presentasi laporan akhir masing-masing perwakilan kelompok

    menyamapaikan hasil karya yang telah dilakukan beserta kesimpulan yang

    didapat sedangkan kelompok lain memberikan sanggahan apabila hasilnya

    berbeda. Presentasi tersebut dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok

    terakhir yaitu kelompok 6.

    Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi siswa berdasarkan bimbingan dari

    guru membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran. Dalam penarikan

    kesimpulan siswa sudah terlihat aktif , hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa

    yang menyampaikan gagasannya meskipun dalam menarik kesimpulan masih

    bergantung kepada guru. Pada akhir pembelajaran siswa juga diberi kuis tertulis

    yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

    tentang materi yang baru saja dipelajari. Sama halnya pada akhir siklus 1, di akhir

    siklus 2 siswa mengerjakan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan

    untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai merancang dan

    membuat suatu karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya apakah ada

    peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1, dan ke siklus 2. Pada akhir

    pembelajaran siswa menerima refleksi pembelajaran dari guru.

    Dari observasi siswa pada siklus 2 ini sudah ada peningkatan yang cukup

    signifikan terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan kondisi awal

    (prasiklus) sebelum diadakan tindakan dan siklus 1 dengan menggunakan model

    pembeajaran kooperatif tipe GI. Walaupun suasana kelas bertambah gaduh

    dibandingkan dengan siklus 1 terutama pada saat pembagian ulang kelompok.

    Namun hal tersebut dapat diatasi guru dengan memberikan motivasi kepada para

    siswa.

    Dalam siklus 2 ini dapat disimpulkan bahwa guru berhasil meningkatkan

    hasil belajar IPA kelas 5 SDN Urutsewu 3. Hal tersebut terbukti dengan

  • 81

    meningkatnya rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tuntas sesuai dengan nilai

    KKM yang telah ditentukan dari sekolah.

    3. Tahap Refleksi

    Berdasarkan observasi pada siklus 2, telah terjadi peningkatan yang cukup

    signifikan dari siswa maupun guru walaupun masih terdapat kekurangan pada

    siswa seperti, kondisi kelas menjadi lebih gaduh dari siklus 1 terutama pada saat

    pembagian ulang kelompok. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa siswa

    yang protes.

    Pada siklus 2 telah terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru yang lebih

    baik dari siklus 1 dengan ketuntasan klasikal >80% yaitu 89,50%. Kelebihan

    tersebut antara lain:

    1) Rasa percaya diri siswa telah meningkat. Hal tersebut terlihat dari keberanian

    siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari guru, serta

    keberanian siswa dalam menyampaikan gagasannya baik dengan guru maupun

    teman kelompoknya.

    2) Aktivitas siswa meningkat. Hal tersebut terlihat dari cara siswa bekerja

    dengan timnya dan semakin aktifnya siswa dalam mengajukan pertanyaan

    pada saat kegiatan investigasi. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil

    belajar siswa.

    3) Guru dapat menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru

    berhasil dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

    4.2. Hasil Penelitian Setelah melaksanakan tindakan penelitian siklus 1 dan siklus 2,

    selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Berikut disajikan deskripsi dan

    analisis data dari kegiatan siklus 1 dan siklus 2 yang telah diolah.

    4.2.1. Deskripsi Data

    4.2.1.1. Data Siklus 1

    Proses belajar mengajar pada siklus 1 dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe GI dengan indikator keberhasilan pada siklus 1

    dikatakan berhasil apabila terjadi kenaikan nilai rata-rata dari prasiklus serta

    adanya kenaikan jumlah siswa yang telah tuntas KKM ≥70.

  • 82

    Hasil evaluasi pada akhir siklus sebagai tolak ukur tingkat pemahaman

    tentang cahaya dan sifat-sifatnya yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang

    diperoleh adalah 70,34 sedangkan pada pada kondisi awal (prasiklus) yang

    diperoleh dari ulangan harian sebelum diadakan siklus 1 nilai rata-rata hanya

    mencapai 65,94, dari siklus ini terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar

    siswa.

    Berdasarkan hasil tes pada siklus 1 terdapat 16 siswa yang mendapat nilai

    kurang dari 70 sebagai standar KKM, dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah

    50. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang optimal karena

    masih banyak ditemukan siswa yang belum mencapai KKM, sehingga perlu

    tindakan perbaikan.

    Dari hasil wawancara dengan 16 siswa yang nilainya kurang dari 70

    sebagai standar KKM, ternyata siswa belum dapat menyelesaikan soal dengan

    tuntas karena tidak dapat memahami konsep materi pelajaran cahaya dan sifat-

    sifatnya. Hal tersebut terjadi karena siswa pasif dan hanya bergantung pada

    anggota kelompoknya pada saat mengikuti kegiatan investigasi sehingga kurang

    mengerti materi yang telah dipelajari.

    Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus 1 untuk mendaptkan range,

    kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasiklus. Dengan demikian

    peneliti akan mendapatkan hasil distribusi tindakan pada siklus 1 sebagai berikut:

    Interval (K) = 1 + 3,3 log n

    Banyaknya kategori Log 38 = 1,579

    K = 1 + 3,3 log 38

    K = 1 + 3,3 .1,579

    K = 1 + 5,247

    K = 6,247 dibulatkan menjadi 6.

    Untuk memperjelas hasil siklus 1 dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:

  • 83

    Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus 1 Kelas 5 SDN Urutsewu 3 No Interval Frekuensi Persentase (%)

    1 84-90 3 7,9%

    2 77-83 5 13,2%

    3 70-76 13 34,2%

    4 63-69 11 28,9%

    5 56-62 5 13,2%

    6 49-55 1 2,6%

    Berdasarkan pada tabel 4.4di atas dapat dilihat yang berada dalamrentang

    skor 49-55 sebanyak 1 siswa, dalam rentang skor 56-62 sebanyak 5 siswa, dalam

    rentang skor 63-69 sebanyak 11 siswa, rentang skor 70-76 sebayak 13 siswa,

    rentang skor 77-83 sebanyak 5 siswa, dan rentang skor 84-94 sebanyak 3 siswa.

    Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada

    gambar 4.3 dibawah ini:

    Gambar 5. Grafik Nilai Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    4.2.1.2. Data Siklus 2

    Berikut dapat dilihat hasil pembelajaran pada siklus 2 yang telah

    dilaksanakan pada tabel 13

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    84-90 77-83 70-76 63-69 56-62 49-55

    3

    5

    13

    11

    5

    1

    Nilai Siklus 1

  • 84

    Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Hasil Belajar Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN

    Urutsewu 3 Interval Frekuensi Persentase (%)

    91-97 4 10,5%

    84-90 4 10,6%

    77-83 6 15,7%

    70-76 20 52,7%

    63-69 3 7,9%

    56-62 1 2,6%

    Berdasarkan pada tabel 4.5dapat dilihat dari jumlah 38 siswa, yang berada

    dalam rentang skor rentang skor 56-62 sebanyak 1 siswa, 63-69 sebanyak 3 siswa,

    dalam rentang skor 70-76 sebanyak 20 siswa,dalam rentang skor 77-83 sebanyak

    6 siswa, dalam rentang skor 84-94 sebanyak 4 siswa, dandalam rentang skor 91-

    97 sebanyak 4 siswa.

    Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada

    gambar 6 dibawah ini:

    Gambar 6. Grafik Nilai Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    0

    5

    10

    15

    20

    91-97 84-90 77-83 70-76 63-69 56-62

    4 46

    20

    31

    Nilai Hasil Belajar Siklus 2

  • 85

    4.2.2. Analisis Data

    Dalam penelitian analisis data yang digunakan adalah analisis

    ketuntatasan dan analisis komparatif. Dalam analisis ketuntasan, data mentah dari

    hasil yang diperoleh pada tiap siklus dibandingkan dengan skor KKM sehingga

    dapat dilihat jumlah siswa yang telah mencapai nilai KKM dan siswa yang belum

    mencapai nilai KKM. Sedangkan dalam analisis komparatif, data yang diperoleh

    dari hasil analisis ketuntasan dilakukan perbandingkan dengan membandingkan

    ketuntasan hasil belajar antara prasiklus, siklus 1, dan siklus 2.

    4.2.2.1. Analisis Ketuntasan

    1. Analisis Ketuntasan Siklus 1

    Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 1 dapat dilihat

    dalam tabel 14 berikut.

    Tabel 14. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    No Nilai Setelah Tindakan (Siklus 1) Keterangan

    Jumlah Siswa Persentase (%)

    1

  • 86

    hasil belaajar siswa adalah 90. Dan rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 adalah

    70,34.

    Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 1 dapat dilihat pada

    gambar 7 di bawah ini:

    Gambar 7. Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    2. Analisis Ketuntasan Siklus 2

    Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 2 dapat dilihat

    dalam tabel 15.

    Tabel 15. Persentase Ketuntasan Belajar IPA Siklus 2 Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    No Nilai Setelah Tindakan Pada Siklus 2 Keterangan

    Jumlah Siswa Persentase (%)

    1

  • 87

    Dari hasil analisis tes formatif siklus 2, terlihat terjadi peningkatan yang

    cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai

    dibawah KKM turun menjadi 4 siswa dengan persentase 10,5% dari total

    keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKMmenjadi sebanyak

    34siswa dengan persentase 89,5% dari total seluruh siswa sebanyak 38. Nilai

    terendah hasil belajar siswa menjadi60 sedangkan nilai tertinggi hasil belaajar

    siswa meningkat menjadi96.Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi

    76,78.

    Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 2 dapat dilihat pada

    gambar 8. di bawah ini:

    Gambar 8. Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    4.2.2.2. Analisis Deskriptif Komparatif

    Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yan yang telah dilakukan, maka akan

    dilakukan analisis deskriptif komparatif untuk mengukur perubahan hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbandingan

    dari masing-masing siklus.

    0,00%

    20,00%

    40,00%

    60,00%

    80,00%

    100,00%

    Belum Tuntas Tuntas

    10,50%

    89,50%

    Persentase Ketuntasan Siklus 2

    Belum Tuntas

    Tuntas

  • 88

    1. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Prasiklus Dan Siklus 1 Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

    agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1,

    berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan

    belajar IPA sebelum tindakan (kondisi awal) atau prasiklus dan setelah tindakan

    pada siklus 1.

    Tabel 16. Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Prasiklus

    dengan Siklus 1

    No. Ketuntasan Prasiklus Siklus 1

    Jumlah Siswa

    Persentase (%)

    Jumlah Siswa

    Persentase (%)

    1 Tuntas 16 42,10% 21 55,30%

    2 Belum Tuntas 22 57,90% 17 44,70%

    Jumlah 38 100% 38 100% Rata-rata 65,94 70,34

    Nilai Teringgi 84 93 Nilai Terendah 50 50

    Seperti pada tabel 16 di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa diketahui

    adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA jumlah nilai yang

    diperoleh dari nilai prasiklus sampai dengan siklus 1 begitu juga dengan

    persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan (kondisi awal) atau

    prasiklus, jumlah siswa yang tuntas hanya 16 siswa dengan peresentase 42,1%,

    meningkat menjadi 21 siswa pada siklus 1 dengan persentase 55,3% atau terjadi

    kenaikan 13,2%. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada prasiklus yaitu

    22 siswa dengan persentase 57,9% dan turun menjadi 17 siswa dengan persentase

    44,7%, setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus 1, jumlah siswa yang

    tidak tuntas dari prasiklus sampai pada siklus 1 mengalami penurunan 13,2%.

    Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas

    sebelum tindakan (kondisi awal) dan setelah tindakan pada siklus 1:

  • 89

    Gambar 9. Grafik Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Prasiklus dengan Siklus 1 2. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Siklus 1 Dan Siklus 2

    Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

    agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1,

    berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan

    belajar IPA pada siklus 1 dan siklus 2.

    Tabel 17. Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1

    dengan Siklus 2

    No. Ketuntasan Siklus 1 Siklus 2

    Jumlah Siswa

    Persentase (%)

    Jumlah siswa Persentase (%)

    1 Tuntas 21 55,30% 34 89,50%

    2 Belum Tuntas 17 44,70% 4 10,50%

    Jumlah 38 100% 38 100% Rata-rata 70,34 76,78

    Nilai Teringgi 93 96 Nilai Terendah 50 60

    Seperti pada tabel 17 di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa diketahui

    adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA jumlah nilai yang

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    Prasiklus Siklus 1

    16

    2122

    17

    Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus dan Siklus 1

    Tuntas

    Belum Tuntas

  • 90

    diperoleh dari siklus 1 dengan siklus 2 begitu juga dengan persentase ketuntasan

    hasil belajar siswa. Pada siklus 1, jumlah siswa yang tuntas hanya 21 siswa

    dengan peresentase 55,30%, meningkat menjadi 34 siswa pada siklus 2 dengan

    persentase 89,50 atau terjadi kenaikan 34,20%. Sedangkan jumlah siswa yang

    belum tuntas pada siklus 1 yaitu 17 siswa dengan persentase 44,70 dan turun

    menjadi 4 siswa dengan persentase 10,50% setelah peneliti melakukan

    pemantapan pada siklus 2, jumlah siswa yang tidak tuntas dari siklus 1ke siklus 2

    mengalami penurunan 34,20%

    Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas

    sebelum tindakan (kondisi awal) dan setelah tindakan pada siklus 1:

    Gambar 10. Grafik Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 1 dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SD Negeri Urutsewu 3 3. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan

    Siklus 2

    Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

    agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1,

    berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan

    belajar IPA sebelum tindakan (kondisi awal) atau prasiklus, setelah tindakan pada

    siklus 1 dan siklus 2.

    05

    1015

    202530

    35

    Siklus 1 Siklus 2

    21

    34

    17

    4

    Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 dan Siklus 2

    Tuntas

    Belum Tuntas

  • 91

    Tabel 18. Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA

    Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

    No. Ketuntasan Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

    Jumlah Siswa

    Persentase (%)

    Jumlah Siswa

    Persentase (%)

    Jumlah siswa

    Persentase (%)

    1 Tuntas 16 42,10% 21 55,30% 34 89,50%

    2 Belum Tuntas 22 57,90% 17 44,70% 4 10,50%

    Jumlah 38 100% 38 100% 38 100% Rata-rata 65,94 70,34 76,78

    Nilai Teringgi 84 93 96 Nilai Terendah 50 50 60

    Seperti pada tabel 18 di atas, dapat terlihat perbandingan jumlah dan

    presentasi ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada kondisi awal

    atau kegiatan prasiklus jumlah siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM yang

    ditentukan hanya ada 16 siswa dengan persentase 42,1% sedangkan jumlah siswa

    yang belum mencapai KKM ada 22 siswa dengan presentase 57,9%. Setelah

    peneliti melakukan tindakan atau kegiatan siklus 1 jumlah siswa yang mencapai

    nilai KKM meningkat menjadi 21 siswa dengan presentase 53,3% sedangkan

    jumlah siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM menurun menjadi 17

    siswa dengan presentase 44,7%. Kemudian peneliti melakukan tindakan lagi

    untuk memperbaiki dan pemantapan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan siklus

    2. Pada siklus 2 jumlah siswa yang mencapai nilai sesuai KKM mengalami

    peningkatan yang cukup signifikan yaituberjumlah 34 siswa dengan presentase

    89,5% sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM

    mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu brjumlah 4 siswa dengan

    presentase 10,5%. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya peningkatan hasil

    belajar siswa dari kondisi sebelum diberi tindakan (kondisi awal) atau prasiklus,

    kondisi setelah diberi tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. Berikut disajikan dalam

    grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum tindakan (kondisi awal)

    dan setelah tindakan pada siklus 1 dan siklus 2:

  • 92

    Gambar 11. Grafik Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SD Negeri Urutsewu 3

    4.3. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SDN urutsewu

    3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali masih ditemukan kurangnya tingkat

    pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA. Hal tersebut terlihat dari

    rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPA apabila dibandingkan dengan

    beberapa mata pelajaran yang lain. Pembelajarannya pun masih menggunakan

    metode konvensional sehingga siswa cepat merasa bosan serta pengalaman siswa

    dalam menggali pengetahuan masih kurang.

    Proses pembelajaran sebelum adanya tindakan siklus 1 guru cenderung

    sebagai penentu jalannya proses pembelajaran. Siswa adalah penerima informasi

    secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan

    diasumsikannya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki

    sesuai dengan standar. Kebenarannyapun bersifat absolut dan pengetahuan

    bersifat final, sehingga pengalaman siswa dalam menggali pengetahuan masih

    kurang. Selain itu siswa masih bekerja secara individual sehingga interaksi di

    antara siswa masih kurang. Siswa terlihat jenuh, konsentrasi hanya terjadi pada 30

    menit awal pelajaran sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA rendah.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

    22

    17

    4

    16

    21

    34

    Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2

    Belum Tuntas

    Tuntas

  • 93

    Nilai rata-rata yang didapat siswa sebelum diadakan tindakan (kondisi

    awal) atau prasiklus adalah 65,94. Siswa yang sudah mencapai nilai Kriteria

    Ketuntasan Minimum (KKM = 70) hanya ada 16 siswa (42,1%). Nilai tertinggi

    yang diperoleh pada kondisi awal atau prasiklus adalah 84 sedangkan untuk nilai

    terendah adalah 50.

    Perbandingan yang cukup signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan

    belum tuntas menunjukkan bahwa ke-16 siswa yang telah tuntas memiliki daya

    tangkap yang lebih apabila dibandingkan dengan teman-temannya yang lain

    meskipun hanya menggunakan metode konvensional. Sedangkan 23 siswa yang

    lain masih kurang dalam menangkap dan menguasai materi yang disampaikan

    guru pada aktivitas belajar prasiklus. Berdasarkan keadaan prasiklus tersebut

    sehingga perlu diadakan tindakan yang sesuai yaitu dengan mengubah strategi

    dalam pembelajaran yang mampu menciptakan suasana kelas yang kondunsif

    dimana siswa dapat bekerja sama antara siswa yang lebih pandai dengan siswa

    yang kurang dan strategi agar siswa mudah dalam memahami materi pelajaran.

    Serta pada pembelajaran dalam proses memperoleh pengetahuan melalui tindakan

    langsung, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna.

    Menurut Isjoni (2013:14-15) pembelajaran kooperatif adalah salah satu

    bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran

    kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

    kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas

    kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan

    saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Sedangkan group

    investigation merupakan proses yang menekankan inisiatif siswa untuk berpikir

    secara analitis, kritis, kreatif, reflektif, dan produktif untuk memperoleh suatu

    pengetahuan. Dalam group investigation (GI) lebih menekankan pada siswa untuk

    melakukan penyelidikan secara ilmiah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan

    bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) merupakan

    suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok

    kecil untuk melakukan penyelidikan guna memperoleh suatu pengetahuan.

  • 94

    Teori dari Isjoni tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh peneliti. Pada saat peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

    GI dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran adalah 1) pengorganisasi

    siswa ke dalam kelompok; 2) pemilihan topik; 3) perencanaan tugas; 4)

    pelaksanaan investigasi; 5) persiapan pembuatan laporan akhir; 6) presentasi

    laporan akhir dan; 7) evaluasi, hasil belajar IPA yang diperolehpun meningkat.

    Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari peroleh pada tes formatif

    pada akhir siklus 1 dan siklus 2.

    1. Siklus 1

    Siklus 1 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI sesuai

    sintaks siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 21 siswa (55,30%),

    sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa (44,70%).

    Nilai rata-rata kelasnya adalah 70,34. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh

    adalah 93 sedangkan nilai terendah adalah 50.

    2. Siklus 2

    Siklus 2 juga dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI

    sesuai dengan sintaks siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 34

    siswa (89,50%), sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 4

    siswa (10,50%). Nilai rata-rata kelasnya adalah 76,78. Untuk nilai tertinggi

    yang diperoleh adalah 96 sedangkan nilai terendah adalah 60.

    Meskipun masih ditemukan siswa yang belum mencapai nilai KKM

    namun apabila berdasarkan pada indikator keberhasilan, penelitian ini sudah

    dikatakan berhasil karena pada siklus 2 jumlah ketuntasan klasikal lebih dari 80%

    yaitu 89,47%. Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat siswa yang belum

    mencapai nilai KKM rendahnya nilai yang mereka peroleh disebabkan karena

    belum pahamnya tentang materi yang diajarkan. Hal itu disebabkan karena

    rendahnya daya tangkap keempat siswa tersebut terbukti dengan rendahnya nilai

    yang diperoleh baik dari prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, sehingga diperlukan

    perhatian khusus terhadap keempat siswa tersebut. Namum meskipun keempat

    siswa tersebut belum mencapai nilai KKM, tetapi keempat siswa tersebut telah

  • 95

    mengalami peningkatan hasil belajar apabila dibandingkan dari hasil belajar

    prasiklus ke siklus 1, dan ke siklus 2

    Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang

    dilakukan oleh Untari (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil belajar Ilmu

    Pengetahuan Alam Pokok Bahasan Energi Melalui Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

    Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester II Tahun

    ajaran 2011/2012”. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa

    pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD

    Negeri Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

    Berdasarkan perolehan nilai yang didapat pada siklus 1 dan 2

    pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group

    investigation dengan langkah-langkah pembelajaran 1) pengorganisasi siswa ke

    dalam kelompok; 2) pemilihan topik; 3) perencanaan tugas; 4) pelaksanaan

    investigasi; 5) persiapan pembuatan laporan akhir; 6) presentasi laporan akhir dan;

    7) evaluasi, dapat meningkatkan kerja sama kelompok dan meningkatkan

    pemahaman siswa terhadap materi pelajaran pokok bahasan cahaya dan sifat-

    sifatnya yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA kelas 5 di SDN

    Urutsewu 3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2013/2014.