BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4 -...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4 -...
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal,
deskripsi hasil siklus 1, deskripsi hasil perbaikan pada siklus 2, pembahasan hasil penelitian,
dan hasil tindakan yang kami paparkan sebagai berikut:
4.1 Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum diadakan penelitian pada awal terlebih dahulu diadakan survey dan
pengamatan subyek. Survey berupa pelajaran biasa tanpa metodologi penelitian sebanyak 2
kali pertemuan yang diajarkan oleh guru kelas IV. Pada akhir pembelajaran peneliti meminta
izin pada guru kelas untuk melaksanakan tes IPA materi Struktur dan Fungsi Bagian
Tumbuhan guna mendapat data tentang kondisi awal siswa sebelum diberi tindakan
selanjutnya. Pada kelas IV SD Negeri Keputon 02 sebelum dilaksanakan penelitian pada
pertengahan semester I Tahun pelajaran 2013/2014, banyak siswa yang kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA, materi pokok Struktur dan
Fungsi Bagian Tumbuhan. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa. Rendahnya hasil
belajar pada siswa kelas IV ini disebabkan oleh beberapa faktor, untuk itu guru dituntut untuk
mengatasinya.
Berdasarkan data hasil tes IPA materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan
belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1. Tuntas 3 27,27 %
2. Belum Tuntas 8 72,73 %
Jumlah 11 100 %
34
Apabila nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-
rata awal dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Tes IPA Pra Siklus
4.2 Deskripsi Hasil Siklus 1
Hasil penelitian yang diadakan pra siklus menjadi acuan untuk diambil tindakan yang
tepat untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Dari tes IPA pra siklus menunjukkan masih
banyak siswa yang nilainya dibawah KKM. Peneliti mengambil tindakan awal sebelum
pelaksanaan siklus I antara lain pemilihan sumber belajar ,media belajar dan model
pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh ataupun takut dengan pelajaran IPA.
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Siklus 1 terdiri dari 2 x pertemuan, 1 pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua
jam pelajaran). Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 adalah:
1) Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa
2) Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran.
3) Merumuskan tujuan pembelajaran.
4) Menyiapkan materi pelajaran.
5) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
6) Merancang pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD
7) Menyiapkan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran.
8) Membuat lembar observasi.
9) Membuat lembar kerja dan tes untuk melihat hasil yang telah dilakukan.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu :
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai Terendah 30
3 Nilai Rata-rata 50
35
A. Langkah pembelajaran
1. Kegiatan awal
a Mengkondisikan kelas
b Apersepsi
c Menyampaikan tujuan pembelajaran
d Membagi siswa dalam beberapa kelompok
e Menjelaskan prosedur belajar kelompok
2. Kegiatan Inti
a. Tanya jawab tentang bagian akar dan jenis-jenis akar
b. Membagikan LKS kepada tiap kelompok
c. Meminta siswa membaca dan memahami petunjuk kerja yang terdapat dalam
LKS
d. Meminta siswa melakukan diskusi dalam kelompok
e. Membimbing dan memotivasi siswa agar aktif dalam kelompok
f. Meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan
kelas secara bergantian
g. Memeriksa hasil kerja kelompok
h. Melakukan tes secara individu
i. Memeriksa hasil tes individu
j. Pemberian penghargaan kepada kelompok
3. Kegiatan Penutup
a. Memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa..
b. Peserta didik dibimbing untuk menyimpulkan.
c. Menguji keterampilan siswa dengan lembar tugas peserta didik.
d. Tindak lanjut (perbaikan dan pengayaan ).
4.2.3 Hasil Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan siklus 1 dilakukan selama proses kegiatan
berlangsung. Observer, yaitu teman sejawat Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02
Kecamatan Blado, mengikuti keseluruhan proses tindakan yang dilaksanakan di kelas IV SD
Negeri Keputon 02 Kecamatan Blado.
36
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari jumlah
siswa kelas IV sebanyak 11 siswa, yang sudah tuntas sebanyak 63,63 % atau 7 siswa dan
yang belum tuntas sebanyak 36,36 % atau 4 siswa. Adapun bila dianalisa berdasarkan
perolehan nilai anak dapat disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus 1
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1. Tuntas 7 63,63 %
2. Belum Tuntas 4 36,36 %
Jumlah 11 100 %
Apabila nilai siklus 1 dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata
awal dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Perolehan Nilai Tes Hasil belajar IPA Siklus 1
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 90
2 Nilai Terendah 50
3 Nilai Rata-rata 66,36
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 50 ,
sedangkan rata-rata kelas adalah 66,36.
Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh teman
sejawat yaitu Parjinem,S.Pd.SD Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02. Adapun hasil
pengamatan terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran IPA
dapat ditunjukkan pada lampiran 4.
37
4.2.4 Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi tes kemampuan awal dan hasil tes siklus 1 dapat dilihat
adanya peningkatan hasil belajar, nilai rata-rata kelas, dan ketuntasan belajar siswa, dari
sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus 1. Perbandingan perolehan nilai hasil belajar
IPA siswa antara kondisi awal dengan siklus I dapat disajikan dalam bentuk gambar/grafik 4.1.
Gambar 4.1 Grafik perbandingan nilai terendah,nilai tertinggi dan rata – rata kelas
antara pra siklus dan siklus I
Terlihat pada gambar 4.1 nilai tertinggi tetap dari 80 menjadi 80 nilai terendah masih
naik dari 30 menjadi 50 dan nilai rata-rata naik dari 50 menjadi 66,36
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya pada
gambar 4.2.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pra Siklus Siklus I
30
50
80 80
50
66,36
Nilai Terendah
Nilai tertinggi
Rata-Rata Kelas
Nilai
38
Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar
Kondisi Awal dan Siklus I
Terlihat dari gambar 4.2 bahwa siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan dari 3
siswa pada Pra Siklus menjadi 7 siswa pada Siklus I,atau dari 27,27 % pada Pra Silkus
menjadi 63,63 % pada siklus I.
Hasil refleksi setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I ditemukan masalah-
masalah sebagai berikut:
a) Guru kurang dapat memfariasikan metode dalam pembelajaran.
b) Persebaran siswa yang pandai dalam kelompok kurang merata.
c) Ada kelompok yang tidak menyelesaikan tugas sampai tuntas karena ada sifat egois
diantara anggotanya.
d) Pemantauan guru terhadap siswa pada saat pelajaran masih kurang.
Ketidakberhasilan proses perbaikan pembelajaran siklus I ini disebabkan oleh:
a) Penggunaan sumber pembelajaran belum digunakan secara optimal oleh siswa.
b) Siswa belum memahami konsep materi yang diberikan.
c) Peran guru sebagai fasilitator belum optimal.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Pra Siklus Siklus I
3
7
8
4 Tuntas
Blm Tuntas
Jumlah Siswa
39
4.3 Deskripsi Hasil Perbaikan Siklus 2
Hasil penelitian yang diadakan Siklus 1 ternyata kurang optimal. Dari hasil refleksi
siklus 1 peneliti mengambil tindakan awal sebelum pelaksanaan siklus II . yaitu membentuk
kelompok belajar siswa, sedangkan pembentukan kelompok di lakukan oleh guru, dengan
kriteria anak yang berbeda, kurang, sedang, dan baik dalam satu kelompok belajar.
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan, berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran).
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 adalah:
1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa.
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam
pembelajaran.
3. Merumuskan tujuan pembelajaran.
4. Menyiapkan materi pelajaran.
5. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
6. Merancang pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
7. Menyiapkan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran.
8. Membuat lembar observasi.
9. Membuat lembar kerja dan tes untuk melihat hasil yang telah dilakukan.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu:
1. Langkah pembelajaran
1). Kegiatan awal
a) Mengkondisikan kelas
b) Apersepsi
c) Menyampaikan tujuan pembelajaran
d) Membagi siswa dalam beberapa kelompok
e) Menjelaskan prosedur belajar kelompok
2). Kegiatan Inti
a) Membagikan LKS kepada tiap kelompok
40
b) Meminta siswa membaca dan memahami petunjuk kerja yang terdapat dalam
LKS
c) Meminta siswa melakukan diskusi dalam kelompok
d) Membimbing dan memotivasi siswa agar aktif dalam kelompok
e) Meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke
depan kelas secara bergantian
f) Memeriksa hasil kerja kelompok
g) Melakukan tes secara individu
h) Memeriksa hasil tes individu
i) Pemberian penghargaan kepada kelompok dengan kualifikasi super, hebat,
dan baik
3) Kegiatan Akhir
a) Menyimpulkan pelajaran
b) Tindak lanjut
4.3.3 Hasil Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan siklus 2 dilakukan selama proses kegiatan
berlangsung. Observer, yaitu teman sejawat Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02,
mengikuti keseluruhan proses tindakan yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Keputon 02
Kecamatan Blado.
Pengamatan terhadap hasil belajar IPA siswa pada akhir tindakan siklus 2 dan
pengamatan terhadap proses belajar yang diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas guru dan
siswa selama kegiatan siklus 2. Pengamatan terhadap hasil belajar IPA ini dilakukan sendiri
oleh peneliti, sedangkan pengamatan terhadap proses belajar dilakukan oleh teman sejawat
yaitu Parjinem,S.Pd.SD. yang kesehariannya Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02.
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari jumlah
siswa kelas IV sebanyak 11 anak, yang sudah tuntas sebanyak 90,90 % atau 10 siswa dan
yang belum tuntas sebanyak 9,09 % atau 1 siswa. Adapun bila dianalisa berdasarkan
perolehan nilai anak dapat disajikan pada tabel 4.5.
41
Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus 2
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1. Tuntas 10 90,90 %
2. Belum Tuntas 1 9,09 %
Jumlah 11 100 %
Apabila nilai siklus 2 dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perolehan Nilai Tes Hasil belajar IPA Siklus 2
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 90
2 Nilai Terendah 60
3 Nilai Rata-rata 77,27
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 60,
sedangkan rata-rata kelas adalah 77,27.
Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh
teman sejawat yaitu Parjinem,S.Pd.SD yang mengajar di kelas VI SD Negeri Keputon 02 .
Adapun hasil pengamatan terhadap keaktivan guru selama proses pembelajaran IPA dapat
ditunjukkan pada lampiran 6.
4.3.4 Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi tes siklus 1 dan hasil tes siklus 2 dapat dilihat adanya
peningkatan perolehan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan hasil belajar siswa dari tindakan siklus 1
dan sesudah tindakan siklus 2.
Perbandingan perolehan nilai hasil belajar IPA siswa antara siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada
gambar 4.3.
42
Gambar 4.3 Grafik perbandingan nilai terendah,nilai tertinggi dan rata – rata kelas
antara Siklus I dan siklus II
Terlihat pada gambar 4.3 nilai tertinggi naik dari 80 menjadi 90 nilai terendah naik
dari 50 menjadi 60 dan nilai rata-rata naik dari 66,36 menjadi 77,27.
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya pada
gambar 4.4
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar
Siklus I dan siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus I Siklus II
50
60
80
90
66,36
77,27
Nilai Terendah
Nilai tertinggi
Rata-Rata Kelas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Siklus I Siklus II
8
10
3
1
Tuntas
Blm Tuntas
Jumlah Siswa
43
Terlihat dari gambar 4.4 bahwa siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan dari
7siswa pada Siklus I menjadi 10 siswa pada Siklus II,atau dari 63,63 % pada siklus I menjadi
90,90 %
Secara keseluruhan terjadi peningkatan hasil belajar IPA siswa dari tindakan siklus 1
dan sesudah tindakan siklus 2, namun belum semua mencapai ketuntasan belajar, ada 9,09
% atau 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar setelah tindakan siklus 2, yang
kemudian akan di beri bimbingan khusus oleh guru.
4.4 Hasil Tindakan
Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran IPA siklus I dan siklus II berjalan
dengan baik, terjadi peningkatan hasil belajar yang memuaskan. Pelaksanaan aktivitas
perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II tersebut dapat digambarkan sebagai beikut :
1. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas.
Pembahasan materi secara terperinci, urut, dan sistematis, mulai menujukkan alat
peraga dan cara menggunakanya serta manfaatnya dalam kehidupan sehari–hari.
Pembahasan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa
2. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret
Alat peraga yang digunakan guru sesuai dengan materi Struktur dan Fungsi Bagian
Tumbuhan
3. Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga.
Pendemonstrasian dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok
dengan bantuan guru sebagai pembimbing
4. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran / Pengungkapan gagasan / ide
Siswa aktif dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan tanya jawab dan
menyampaikan pendapat.
5. Pemberian bimbingan pada siswa dalam mengambil kesimpulan
Memberikan motivasi pada siswa untuk mengambil kesimpulan dengan cara
merangsang siswa untuk berpendapat.
6. Pemberian latihan-latihan
Pemberian latihan–latihan secara lisan, baik indvidu maupun klasikal dengan bentuk
soal yang bervariasi.
44
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran IPA siklus I dan II ternyata
menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini ditunjukkan dari hasil analisis nilai tes formatif
siswa kelas IV SD Negeri Keputon 02 pada waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran
IPA siklus II yaitu 11 siswa yang mendapat nilai di atas 70 ada 10 siswa ( 90,90 %)
dengan rincian 2 siswa mendapat nilai 90, 5 siswa deegan nilai 80, 3 siswa mendapat
nilai 70.
Berdasarkan hasil analisis nilai tes formatif siswa kelas IV di atas, akhirnya
penulis beserta teman sejawat dan supervisor menyimpulkan bahwa pelaksanaan
perbaikan pembelajaran IPA siklus II 10 siswa mendapat nilai di atas 70 dan sudah
mencapai KKM, sehingga peneliti tidak perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran
siklus III.
Tabel 4.7 Tabel Hasil Ketuntasan Pembelajaran IPA Pra Siklus,Siklus I,Siklus II
No. Jumlah
Siswa Pelaksanaan
Ketuntasan Persentase
Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas
1. 11 Pra Siklus 3 8 27,27 72,73
2. 11 Siklus I 7 4 63,63 36,36
3. 11 Siklus II 10 1 90,90 9,09
Perbandingan ketuntasan belajar siswa Pra Siklus ,Siklus I,Siklus II dapat digambarkan
dalam grafik (gambar 4.5) sebagai berikut :
45
Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Ketuntasan belajar siswa kelas IV
Pra siklus,Siklus I dan siklus II
Perbandingan Persentase ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan dalam grafik
(gambar 4.6) sebagai berikut :
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan belajar siswa kelas IV
Pra siklus,Siklus I dan siklus II
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PraSiklus
Siklus I Siklus II
3
7
10
8
4
1
Tuntas
Blm Tuntas
Jumlah Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
27,27
63,63
90,9
72,73
36,36
9,09
Tuntas
Blm Tuntas
Persentase
46
4.5 Pembahasan
4.5.1 Hasil Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus I
Berdasarkan data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran hasil tes
formatif di atas, dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan
menunjukkan kemajuan. Perbaikan pembelajaran IPA Siklus I, berjalan cukup baik.
Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran Siklus I sebagai berikut :
1. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas.
Pembahasan materi secara terperinci, urut, dan sistematis, mulai menujukkan alat
peraga dan cara menggunakanya serta manfaatnya dalam kehidupan sehari–hari.
Pembahasan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa
2. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret
Alat peraga yang digunakan guru sesuai dengan materi Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan
3. Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga.
Pendemonstrasian dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupu kelompok
dengan bantuan guru sebagai pembimbing
4. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran / Pengungkapan gagasan / ide
Siswa aktif dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan tanya jawab dan
menyampaikan pendapat.
5. Pemberian bimbingan pada siswa dalam mengambil kesimpulan
Memberikan motivasi pada siswa untuk mengambil kesimpulan dengan cara
merangsang siswa untuk berpendapat.
6. Pemberian latihan-latihan
Pemberian latihan–latihan secara lisan, baik indvidu maupun klasikal dengan bentuk
soal yang bervariasi.
4.5.2 Hasil Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus II
Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran IPA siklus II berjalan dengan
baik, Berkenaan dengan itu terjadi peningkatan hasil belajar yang memuaskan.
Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran Siklus II tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
47
1. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas.
Pembahasan materi secara terperinci, urut, dan sistematis, mulai
menujukkan alat peraga dan cara menggunakanya serta manfaatnya dalam
kehidupan sehari–hari. Pembahasan materi dengan bahasa yang mudah
dipahami siswa
2. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret
Alat peraga yang digunakan guru sesuai dengan materi Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan
3. Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan peraga.
Pendemonstrasian dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupun
kelompok dengan bantuan guru sebagai pembimbing
4. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran / Pengungkapan gagasan / ide
Siswa aktif dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan tanya
jawab dan menyampaikan pendapat.
5. Pemberian bimbingan pada siswa dalam mengambil kesimpulan
Memberikan motivasi pada siswa untuk mengambil kesimpulan dengan cara
merangsang siswa untuk berpendapat.
6. Pemberian latihan-latihan
Pemberian latihan–latihan secara lisan, baik indvidu maupun klasikal dengan
bentuk soal yang bervariasi.
4.5.3 Pembahasan hasil perbaikan pembelajaran
Perbaikan pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Keputon 02, berjalan dengan
baik karena itu hasil belajar siswa juga meningkat. Perbaikan pembelajaran terjadi
karena secara sungguh-sungguh guru melaksanakan ativitas-aktivitas perbaikan yang
direncanakan. Sementara itu aktivitas-aktivitas yang dipilih tepat untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan pembelajaran yang muncul.
Ketepatan aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran tersebut dapat dijelaskan seperti
berikut :
a. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas
48
Teori Piaget (dalam Syamsudin A dan Budiman N, 2004 : 1.6) yang
mengisyaratkan bahwa kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa berbeda.
Implikasinya berarti bahwa sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode
pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan
pelajaran jika urutan bahan pelajaran itu meloncat-loncat. Untuk itu materi yang akan
disampaikan harus dipersiapkan dengan matang.
Di samping itu bahasa harus jelas, karena sebagai alat komunikasi membantu
pembentukan dan mendorog perkembangan pikiran. Jadi setelah siswa
mendengarkan penjelasan guru akan mengerti dan dapat berfikir serta menanggapi
pertanyaan-pertanyaan guru.
b. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret
Alat peraga lebih membantu belajar siswa dan memudahkan mengajar bagi
guru, melalui alat peraga pengajaran penanaman konsep yang abstrak dapat
diwujudkan dalam bentuk konkret, jalannya pelajaran tidak membosankan dan
monoton, lebih menarik minat serta memberikan variasi belajar siswa (Tj. Mulyono,
Gapi A. dan Abidin, 1980 : 5.6)
Tahap perkembangan kognitif yang dialami anak SD adalah berfikir operasinal
konkret yang ditandai dengan kemampuan anak untuk mengoperasikan kaidah-
kaidah logika. Meskipun masih terikat objek-obek yang yang bersifat konkret.
Berdasarkan teori di atas penulis berpendapat bahwa siswa mudah memahami
konsep bila disertai contoh-contoh konkret sebagai alat peraga.
c. Pendemonstrasian cara menentukan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
Dengan demonstrasi proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
materi yang dipelajari. Dengan demonstrasi siswa terlibat dalam berbagai kegiatan
yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan penekanan pada
belajar.
Hal ini relevan dengan hasil Diklat Fungsional KBK Guru Kelas IV yang
disampaikan LPMP ( Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) Jawa Tengah yang
menyatakan bahwa salah satu kegiatan pembelajaran IPA adalah demonstrasi, juga
pada pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan)
49
menekankan bahwa siswa harus terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan penekanan pada
belajar melalui berbuat yaitu demonstrasi oleh siswa maupun guru.
d. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh
strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai
berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian bahan / isi
kurikulum.
Richard Anderson (Sudjana,1990) mengajukan 2 (dua) pendekatan yaitu
pendekatan yang berorientasi pada guru, dimana aktivitas guru dalam suatu proses
pembelajaran lebih dominan dibandingkan siswa. Pendekatan ini bersifat teacher
centered.
Pendekatan kedua lebih berorientasi pada siswa. Pendekatan ini bersifat
student centered yang merupakan kebalikan dari pendekatan pertama, dimana
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan guru. Pada
pendekatan kedua inilah yang penulis lakukan sebagai patokan dalam mengaktifkan
siswa kelas IV SD Negeri Keputon 02 dalam proses pembelajaran IPA sehingga
harapan penulis outputnya akan meningkat.
e. Pemberian latihan–latihan
Untuk mengetahui daya serap siswa, latihan perlu diberikan baik lisan maupun
tulisan. Individu maupun klasikal, latihan-latihan bisa dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Latihan dapat memberikan penguatan dan feedback bagi siswa. Sehingga
siswa mengetahui bagaimana dia dapat berhasil. Bagi siswa yang mendapat nilai baik
akan memberikan motivasi untuk belajar, sedangkan yang kurang baik menjadi
masukan bahwa dirinya harus lebih giat belajar (Prof. Dr. Asawi Zaenul, M.Pd.: 2004 )
Hasil latihan siswa dapat dijadikan tolak ukur kinerja guru dalam melakukan
pembelajaran. Untuk itu sebagai guru harus banyak memberikan latihan untuk
keberhasilan pembelajaran.