BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 1.1.1 1.1.1.1...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 1.1.1 1.1.1.1...
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
1.1.1 Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.Aloei Saboe
1.1.1.1 Letak Geografis RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan
Wongkaditi Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo.
Terletak di area lahan seluas 54.000 M2.
1.1.1.2 Sejarah Berdirinya RSUD Prof. Dr.H.Aloei Saboe
Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo
pertama kali dibangun pada tahun 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929
dengan nama Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo.
Pada tahun 1979, Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo ditetapkan
sebagai Rumah Sakit kelas C berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 51/Men.Kes/SK/II/79 sebagai rumah sakit kelas C
pada tanggal 17 September tahun 1987 Nama Rumah Sakit Kotamadya Gorontalo
di ubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.Aloei Saboe Gorontalo
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikotamadya Gorontalo Nomor 97
Tahun 1987. Nama tersebut diambil dari salah seorang perintis kemerdekaan
putera Gorontalo yang banyak berjasa dalam bidang kesehatan yaitu Almarhum
ALOEI SABOE yang memperoleh gelar adat (TAA LOO TINEPA LIPU).
Pada tahun 2002 terjadi perubahan struktur organisasi tata kerja Rumah
Sakit menjadi Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.Aloei
Saboe Kota Gorontalo berdasarkan surat keputusan Walikota Gorontalo Nomor :
351 tanggal 25 Maret Tahun 2002.
Tanggal 19 Maret 2001 adalah awal dimulainya relokasi bangunan Rumah
Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.Aloei Saboe dengan dilaksanakan peletakan Batu
Pertama pembangunan Gedung Baru Rumah Sakit. Empat tahun kemudian
tepatnya tanggal 19 Maret mulai dimanfaatkan Gedung Baru Rumah Sakit
Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Pada tahun 2009 Rumah Sakit Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe B Non Kependidikan milik Pemerintah Kota
Gorontalo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 084/MENKES/SK/I/2009 tanggal 29 Januari 2009.
Sejak berdirinya RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo telah
dipimpin oleh 12 (dua belas) orang, masing-masing sebagai berikut:
a. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Tahun 1929 s.d 1951
b. Dr. Lim Tang Hong Tahun 1951
c. Dr. Tek San Tahun 1972
d. Dr. Nicartin Pakaya Tahun 1972 s.d 1974
e. Dr. Hudaya Sudarman Tahun 1973 s.d 1978
f. Dr. Nicartin Pakaya Tahun 1974 s.d 1979
g. Dr. Abdul Latif Hiola Tahun 1983 s.d 1997
h. Dr. Hi. Rahman H. Pakaya Tahun 1983 s.d 1997
i. Dr. T.D.E Abeng Tahun 1997 s.d 1998
j. Dr. Hi. A. Tolohula Tahun 1998 s.d 1999
k. Dr. H. Sudirman Muhammad Tahun 1999 s.d 2004
l. Dr. Hj. Nurinda Rahim, MSc Tahun 2004 s.d 2010
m. Dr. Andang Ilato, MM Tahun 2010 s.d sekarang
1.1.1.3 Visi dan Misi RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Visi Rumah Sakit Umum Daerah sebagaimana yang tercantum dalam
Rencana Strategis Tahun 2008-2013 adalah :”Rumah Sakit Rujukan Dengan
Pelayanan Prima, Terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu
Dengan Di Landasi Sentuhan Manusiawi Serta Terjangkau OLeh Seluruh
Lapisan Masyarakat”.
Misi
Untuk mewujudkan Visi maka ditetapkan Misi Rumah Sakit Umum
Daerah sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Komprehensif
2. Mengembangkan Profesionalisme Karyawan Secara Berkelanjutan
3. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan Sesuai Kinerja
4. Mengembangkan Sistem Manajemen Keuangan
5. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Teknologi Informasi
1.1.1.4 Fasilitas Pelayanan RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Fasilitas pelayanan di RSUD Aloei Saboe diantaranya :
a. Pelayanan Medik
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Pelayanan Rawat Intensif
6. Pelayanan Rehabilitasi Medik
7. Pelayanan Spesialistik
b. Penunjang Medik dan Non Medik
1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Laboratorium
4. Instalasi Gizi
5. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
1.1.1.5 Struktur Organisasi RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.Aloei Saboe membentuk suatu
struktur organisasi yang dapat mengatur dan membatasi wewenang sehingga tidak
terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Berikut struktur organisasi di RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe.
DIREKTUR
Dr. Andang Ilato MM
WADIR PELAYANAN
Dr. Medy Sarita
BIDANG
KEPERAWATAN
Janita Bulamei,
BIDANG UMUM &
KEPEGAWAIAN
Drs. Hi. Kadir
BIDANG PERENC. &
MEDREC
Dr. Effendi Tilome,
BIDANG KEUANGAN
Marwan Mursidi,
S.Sos
WADIR UMUM &
KEUANGAN
Zamroni Agus, SE
KELOMPOK
KOMITE
Bagan 2. Struktur Organisasi RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
1.1.1.6 Alur Pelayanan RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
UMUM BAYAR
KASIR
ASKES KELENGKAPAN
ADMINISTRASI
POLIKLINIK TINDAKAN
APOTEK
LOKET
BIDANG PELAYANAN
Dr. H. Bobi H. Oko,
M.Kes
SUBBID BIMBINGAN &
PELAY.KEPERAWATAN
Abd. Wahab Pakaya,
S.Kep, Ns
SUBBID PENYUSUNAN
PRG & LAPORAN
Balidin, S.Pd, M.Si
SUBBID KEPEG DAN
DIKLAT
Burhanudin Dai
SUBBID PROMKES RUMAH
SAKIT
Dian Nadjamudin,
S.Kep, NS
SMP
INSTALASI
N
UPF
Bagan 3. Alur Pelayanan RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
1.1.2 Instalasi Farmasi RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
1.1.2.1 Falsafah dan Tujuan IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
a. Falsafah
Pelayanan rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
GAKIN KELENGKAPAN
ADMINISTRASI
UMUM KELENGKAPAN
ADMINISTRASI
ASKES PPATRS
GAKIN
PULANG
RAWAT INAP BAYAR KASIR
TINDAKAN
TINDAKAN
KONSUL DOKTER
UMUM/AHLI
IRD
Pasien
datang
b. Tujuan
1. Terwujudnya kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.
2. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etika farmasi dan mempertimbangkan aspek ekonomi
farmasi.
3. Tersedianya informasi mutakhir mengenai obat dan pengobatan.
4. Terwujudnya system pengawasan penggunaan obat, termasuk pencegahan
obat yang salah dan penyalahgunaan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku.
5. Berperan serta dalam pendidikan berkelanjutan profesi Farmasi.
6. Memfasilitasi pertukaran informasi diantara profesi tenaga kesehatan dan
masyarakat.
4.1.2.2 Visi Misi IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
a. Visi
Pelayanan kefarmasian yang profesional, efektif dan efisien serta
berorientasi kepada pasien.
b. Misi
1. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang optimal bagi pasien
2. Bertanggung jawab pada pengelolaan perbekalan farmasi yang berdaya guna
dan berhasil guna
3. Berperan serta dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
4. Mengembangkan SDM dan sistem management rumah sakit
4.1.2.3 Struktur Organisasi IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Bagan 4. Struktur Organisasi IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
4.1.2.4 Personalia IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Tabel 1. Personalia IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
No Nama Jabatan IFRS Fungsional
1. AHMAD HUSAIN PALLI, S.Si, Apt, M.Kes
KA. IFRS Apt. Madya
2. RUDOLF E. LUMY, S.Si, Apt MM KASUBFIRS Apt. Pertama 3. CHITRA TANDIAWAN, S.Si, Apt KASUBFIRS Apt. Pertama 4. IRNAWATY DAUDA, S.Si, Apt KASUBFIRS Apt. Pertama
Pj. Gudang Obat
RUKMIN ARBIE
Kepala Instalasi
AHMAD HUSAIN PALLLI, S.Si,
M.Kes, Apt
Kasub Instalasi Pengelolaan Perbekalan
Farmasi IRNAWATY DAUDA,
Kasub.Inst. Farmasi Pelayanan dan
pengembangan SDM
CHITRA TANDIAWAN, S.Si, Apt
Kasub Instalasi Jaminan Mutu dan Farmasi Klinik
RUDOLF E. LUMY, S.Si, Apt MM
Pj. Apotek Rawat Jalan
YULAN YASIN, S.Si, Apt
Pj. Apotek CMU
HERLINDA RAHMAN, S.Farm, Apt
Pj. Depo OK
IBNU SUHAN, S.Si, Apt
Unit Pengaduan
ELIDA TANAIO
Pj. Gudang
FRANS ABUKALA
5. YULAN YASIN, S.Si, Apt PJ UNIT/APT Apt. Pertama 6. IBNU SUHAN, S.Si, Apt PJ UNIT/APT Apt. Muda 7. LISNAWATI DAUD, S.Si, Apt PJ UNIT/APT Apt. 8. HERLINDA RAHMAN, S.Si, Apt PJ UNIT/APT Apt. Muda 9. SUCIATI RAHMAN, S.Si, Apt STAF Apt. Muda
10. SITI SAFUR SUMBA, S.Si PJ ADMIN AA/Tng Teknis 11. NURHAYATI KADIR, S.Si STAF AA/Tng Teknis 12. ROHANI INDAH WARDHANI
SINGGIH S.Farm STAF AA/Tng Teknis
13. RATIH HARDIANTI, A.Md, Farm AA/TNG TEKNIS
AA/Tng Teknis
14. AMALIA SORAYA, T, A.Md, Farm PJ UNIT/APT AA/Tng Teknis 15. NURHAYATI DUMAHA, A.Md,
Farm AA/TNG TEKNIS
AA/Tng Teknis
16. SAIDA, A.Md, Farm PJ UNIT AA/Tng Teknis 17. SITI HAMZIA, A.Md, Farm STAF AA/Tng Teknis 18. ELYDAH TANIO STAF AA/Tng Teknis 19. IRNA HAMID HASAN STAF AA/Tng Teknis 20. MAGDALENA S. DEMOLINGO STAF AA/Tng Teknis 21. ROHANI J. ARBIE STAF Juru Resep 22. RUKMIN ARBIE STAF Juru Resep 23. YUSNI MOKODOMPIS STAF Juru Resep 24. IRMAWATI THAMBRIN, SE STAF Administrasi 25. SORFIN HALID STAF Juru Resep 26. FRANS ABUKALA STAF Administrasi 27. FITRIANI DJAFAR STAF Juru Resep 28. NENENG H. HIDAYAT, SE STAF Administrasi 29. NINGSIH YUSUF STAF Administrasi 30. MARNA HASAN STAF Juru Resep 31. BAMBANG STAF Adminstrasi 32. ZULEHA DAMISI STAF Juru Resep 33. HENDRIK Amd. Farm STAF AA/Tng Teknis 34. NOVITA MANTI, Amd. Farm STAF AA/Tng Teknis 35. PRATIWI R. MALIKI, Amd. Farm STAF AA/Tng Teknis 36. RIZAN MASI, Amd. Farm STAF AA/Tng Teknis 37. FAHRUDIN LATJUBA STAF Administrasi 38. OPAN STAF Adminstrasi
4.1.2.5 Fasilitas Pelayanan IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
IFRS RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe terdiri dari apotek dan depo sebagai
berikut :
a. Apotek Cental terdiri dari :
a) Pelayanan pasien umum dan rawat jalan
b) Pelayanan pasien askes
b. Apotek CMU (Pelayanan 24 jam)
c. Depo Apotek OK (Pelayanan untuk pasien bedah/operasi)
IFRS RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe terdapat dan tersedia :
a. Ruang pimpinan (Kepala IFRS)
b. Ruang staf dan ruang rapat
c. Gudang obat
d. Gudang Alkes
e. Penyimpanan perbekalan farmasi (lemari obat, lemari obat-obat OKT dan
narkotika lemari pendingin)
f. Tempat dan alat-alat peracikan obat
g. Ruang pelayanan informasi obat (PIO)
h. Alat komunikasi yang memadai
i. Perangkat komputer yang cukup
4.1.2.6 Pelayanan Farmasi IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
keputusan Menteri Kesehatan nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa Pelayanan Rumah Sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu
termaksud pelayanan Farmasi Klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu Pelayanan Farmasi
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented
care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan Kefarmasian merupakan
kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
a.Pelayanan Resep IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Pemeriksaan
Resep
Dokter Pasien
Resep Pasien Askes
PNS
Resep pasien
Jamkesmas
Pasien
Umum Obat-obatan
Apt.Motilango
Alkes
Apotik RS
Pemeriksaan kelengkapan
administrasi meliputi:
-kartu keabsahan
jamkesmas
-surat jaminan pelayanan
(SJP)
Bagan 5. Pelayanan Resep IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
1. Kebutuhan obat/alkes dilayani dengan sistem resep perorangan
2. Pelayanan resep jamkesmas :
a. Resep jamkesmas dilayani diapotek utama loket jamkesmas dari pukul
08.00 – 14.00 WITA sedangkan di apotek CMU dilayani 24 jam.
b. Periksa kelengkapan dokumen jamkesmas.
c. Isi modul SIM; layanan resep dan cetak struk.
d. Klep bersama; resep+dokumen+struk.
e. Tanda tangan distruk; petugas yang menerima resep, yang memberi harga,
yang menyiapkan, yang menyerahkan, pasien.
3. Pelayanan resep-resep
a. Resep non jamkesmas dapat dilayani di apotek utama (pelayanan pasien
umum dan rawat jalan, pelayanan pasien askes) dari pukul 08.00 – 14.00
WITA sedangkan di apotek CMU dilayani 24 jam.
b. Resep askes/mitra: dilayani sama seperti resep jamkesmas. Catatan : perlu
ada kontrol dari IFRS terhadap penggunaan BHP/alkes pasien askes,
caranya lihat pada rekapan penggunaan alkes pasien askes pada modul
SIM.
c. Resep umum : isi modul SIM layanan resep dan cetak struk. Minta pasien
membawa struk dan membayar dikasir. Struk dicap dikasir sebagai bukti
lunas.
d. Klep bersama : resep+struk+dokumen (askes/mitra)
e. Tanda-tanda di struk: petugas yang menerima resep, memberi harga, yang
menyiapkan, yang menyerahkan pasien.
4. Resep, struk dan dokumen dibundel menurut kategori pendanaan dan menurut
tanggal. Resep narkotika dikop, yang kopi dibundel bersama dokumen, yang
asli disimpan bersama stock obat narkotika.
5. Bila obat kosong disatu depo, cek pada SIM apakah ada stok di apotek atau
depo lain. Bila ada arahkan pasien ke apotek atau depo tersebut.
6. Pengembalian obat dilayani dengan mengisi modul retur pada SIM.
7. Pembayaran yang kurang atau dengan jaminan barang hanya dilayani apabila
ada persetujuan dari wadir pelayanan. Pada modul layanan resep di input
jumlah/persentase diskon dan penanggung jawab diskon.
8. Harga jual obat disusun oleh IFRS dan bidang pelayanan, ditetapkan dengan
SK direktur, direview secara periodik sesuai keperluan.
9. Modul layanan resep, meliputi data : no resep, tanggal resep, jenis pasien
(umum, askes, jamkesmas minus dokumen, jamkesmas plus dokumen, mitra,
RSAS), asal resep, nam dokter, nama dan umur pasien, kode obat, satuan,
harga, jumlah, total, kategori obat (jamkesmas/non jamkesmas).
b. Pelayanan Farmasi Klinik
Farmasi klinik adalah pelayanan yang diberikan secara langsung sebagai
bagian dari pelayanan penderita atau memerlukan interaksi langsung dengan
penderita atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam perawatan
penderita khususnya di rumah sakit.
Adapun kegiatan yang dilakukan di RS Aloei Saboe adalah Pelayanan
Informasi Obat, Visite Mandiri, Konseling, Monitoring Efek Samping Obat,
Pemantauan Terapi Obat dan dispensing sitostatika.
Produksi steril hanya melakukan Admixture IV dan rekonstitusi obat
kanker. Kegiatan rekonstitusi obat kanker berdasarkan permintaan dokter yang di
konfirmasikan terlebih dahulu dan mengatur jadwal pelayanan kemoterapi pasien,
karena apabila obat tersebut telah selesai diracik dan dicampur maka stabilitas
obat tersebut hanya akan bertahan selama 48 jam sehingga hal ini berpengaruh
terhadap khasiat dan daya kerja obat tersebut.
Untuk pasien rawat jalan, pasien atau keluarganya membawa resep dan
obatnya langsung ke tempat pelayanan tempat rekonstitusi obat kanker yang ada
di RSAS/depo farmasi sehari sebelum di gunakan. Sedangkan untuk pasien rawat
inap, resep dan obatnya dibawa oleh perawat depo farmasi lalu sehari sebelum di
gunakan. Setelah selesai direkonstitusi, petugas farmasi akan membawa obat
tersebut ke depo farmasi/ruangan tempat pasien tersebut di rawat. Kegiatan
pencampuran obat kanker di lakukan dalam ruangan tersendiri yang telah di
lengkapi dengan alat Laminar Air Flow (LAF) vertical yang khusus untuk tujuan
pencampuran obat kanker.
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti memiliki batasan penelitian, yaitu evaluasi
pelaksanaan dispensing yang dilakukan dilihat berdasarkan sarana dan prasarana,
APD (alat pelindung diri), SDM dan SOP (standar operasional prosedur).
4.2.1 Sarana dan Prasarana
Dalam Pedoman Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang
mendukung operasional pelayanan kefarmasian di perlukan sarana dan prasarana
yang layak dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung
mendukung pelayanan kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat,
fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan
kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing Rumah Sakit dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan
ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien
(Anonim, 2006).
1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas peralatan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar
atau dalam.
2. Pembagian Ruangan
a. Ruang Kantor
1. Ruang pimpinan
2. Ruang staf
3. Ruang kerja/administrasi
4. Ruang pertemuan
b. Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, efisien untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :
1. Ruang produksi sediaan non steril
2. Ruang produksi sediaan steril
2. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
tahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik nonsteril
maupun aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik
(Anonim, 2004).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti, sarana dan prasarana yang tersedia di RSUD Prof.Dr.H. Aloei Saboe
dalam melakukan dispensing sitostatika meliputi ruangan khusus berukuran 4x3
m2 terletak di ruangan G2 atas, memiliki lemari pencampur khusus (LAF),
ventilasi, penyerap debu, AC, washtaffel dan lemari penyimpanan. Dari hasil
observasi tersebut peralatan produksi yang tersedia sudah memenuhi standar
dispensing sediaan farmasi berbahaya menurut standar pelayanan farmasi di
rumah sakit dilihat dari ruangan dan peralatan. Namun, sebaiknya dibuat ruangan
antara yakni ruangan yang memisahkan antara area luar dengan ruangan khusus
yang steril agar kontaminasi bakteri yang dibawa oleh petugas tidak di bawa
kedalam ruangan steril dan dapat digunakan bagi petugas untuk memakai APD.
Peralatan yang digunakan untuk penanganan dan pembuangan limbah
sitotoksik dan obat berbahaya adalah setelah melakukan dispensing bekas tempat
obat dibuang dalam tempat pembuangan khusus, untuk benda-benda tajam seperti
vial, ampul ditempatkan dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, kemudian
limbah dibawa ke tempat pembuangan yang selanjutkan akan dimusnahkan
dengan incenerator 1000oC dan pengolahan limbah sitostatika yang dilakukan di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe telah memenuhi standar pengolahan limbah
sitostatika menurut pedoman pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan
sitostatika.
4.2.2 APD (Alat Pelindung Diri)
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang
berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Resiko
pekerjaan yang umum dihadapi tenaga kefarmasian dalam melakukan dispensing
sitostatika adalah bahaya paparan obat-obat sitostatika tersebut karena obat kanker
bersifat sangat toksik atau beracun (karsinogenik, mutagenic dan teratogenik),
dimana kalau kita terpapar karena terhirup, tersentuh atau tertelan dapat merusak
jaringan tubuh.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya (Anonim, 2012).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, APD
yang tersedia di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe adalah sarung tangan steril,
masker, pelindung mata, kap dan gaun penutup. APD tersebut digunakan untuk
melindungi petugas dari paparan obat sitostatika. APD yang tersedia masih kurang
yakni alas kaki khusus, namun APD ini bukan suatu kewajiban, karena APD ini
digunakan untuk melindungi kaki dai benda tajam atau berat atau dari cairan yang
kebetulan jatuh atau menetes pada kaki dan dapat menggunakan alas kaki pribadi
yang tahan terhadap benda tajam dan tidak tembus cairan sitotoksik.
4.2.3 SDM (Sumber Daya Manusia)
Sumber daya manusia merupakan suatu potensi yang ada dalam diri
seseorang yang dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau perusahaan
sesuai dengan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki (Anonim, 2011).
Sumber daya manusia farmasi rumah sakit meliputi personalia pelayanan
farmasi rumah sakit yakni sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit
dengan persyaratan :
1. Terdaftar di Departeman Kesehatan
2. Terdaftar di Asosiasi Profesi
3. Mempunyai izin kerja.
4. Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi
profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi
persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun
kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu
profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi
rumah sakit.
Dari hasil wawancara kepada petugas, sumber daya manusia yang
melakukan dispensing sitostatika di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe adalah hanya
oleh tenaga kefarmasian yakni terdiri dari seorang apoteker dan dibantu oleh
asisten apoteker. Tenaga kefarmasian tersebut dalam memaksimalkan fungsinya
dalam melakukan pelayanan kefarmasian sering mengikuti berbagai pelatihan
tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit namun selama ini, pelatihan yang
diikuti belum ada pelatihan khusus tentang dispensing sitostatika. Sehingga guna
menerapkan perkembangan ilmu kefarmasian tentang dispensing khususnya
dispensing sitostatika dilakukan melalui buku-buku, jurnal dan penelitian terkini.
4.2.4 SOP (Satndar Operasi Prosedur)
4.2.4.1 Pengertian SOP
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
4.2.4.2 Tujuan SOP
1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai
terkait.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau
kesalahan administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
4.2.4.3 Fungsi SOP
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
4.2.4.4 Keuntungan adanya SOP
1. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara
konsisten
2. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa
yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan
3. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan, SOP digunakan
untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan baik atau tidak
dan Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja
yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja (Anonim, 2008).
4.2.4.5 SOP Dispensing Sitostatika di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Dalam menjalankan operasional di rumah sakit, peran pegawai memiliki
kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan khususnya dalam melakukan
pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu diperlukan standar-standar operasi
prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya
manusia yang profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi dan misi
rumah sakit.
Tabel 2. SOP Kemoterapi di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
RSUD ALOEI SABOE
FARMASI KLINIK
Nomor Dokumen : ……..
Revisi ke II
Jumlah Halaman :
1/3
PROSEDUR TETAP
PELAYANAN INSTALASI FARMASI
Tanggal Terbit :
Januari 2011
Pengesahan
Direktur RSUD Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Dr.Andang Ilato,MM. Nip.1964 0430 199803 1 002
PENGERTIAN Tata cara persiapan dan pencampuran obat kemoterapi
TUJUAN Sebagai acuan pelayanan kemoterapi
KEBIJAKAN SK. Direktur No. 800/RSUD-II/UK/27/2012
PROSEDUR 1. Bahan-bahan yang diperlukan
Obat kemoterapi
Cairan pencampur
2. Alat yang dibutuhkan
APD (Alat Pelindung Diri)
Jarum suntik
Ecoflac (Conector)
3. Cara penyiapan
a. Penyiapan ruangan
Steril
Hanya staf khusus
b. Petugas
Sudah menggunakan APD yang dipersyaratkan
c. Pengoplosan
Di dalam LAF (Box Khusus)
d. Persiapan administrasi
a. Persiapan pasien
Identifikasi pasien dan riwayat terapi
Informed consent
b. Persiapan alat dan obat
1. Cek : diagnosis, tujuan terapi, detil regimen,
peralatan
2. Identifikasi obat kemoterapi (nama, dosis, ED, dsb)
3. Perhitungan dosis (LPB, BB)
4. Pelarutan : perhatikan jenis pelarut (stabilitas) dan
volume (efektifitas dan efek samping).
c. Pelarutan obat
1. Dilakukan di isolator khusus
2. Teknik aseptik
3. Perhatikan obat kemoterapi yang tidak boleh
dikocok
d. Cara pengambilan obat sitotoksik
1. Ampul
Gunakan jarum berfilter jika ampul berbahan
gelas
Patahkan leher ampul menjauhi operator dan
menggunakan kain steril
2. Vial
Aseptik bagian karet vial
Jika larutan yang diambil berlebih, masukkan
kembali ke dalam vial
Usap ujung vial dengan bahan steril setelah
rekonstitusi
e. Obat yang sudah dioplos diberi label dan diserahkan ke
perawat ruangan
f. Bekas tempat obat dibuang di tempat sampah medis
Prosedur persiapan obat sitostatika yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe adalah :
a. Penyiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan
langkah langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5
BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer
batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
4) Menghitung kesesuaian dosis.
5) Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan,
dan tanggal kadaluarsa campuran.
8) Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket.
9) Melengkapi dokumen pencampuran (Protokol Kemoterapi)
10) Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan
pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.
b. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika
1) Memakai APD
2) Mencuci tangan
3) Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC
5) Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6) Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8) Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9) Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja
BSC.
10) Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11) Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika
12) Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung cahaya.
13) Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan
khusus.
14) Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam
wadah untuk pengiriman.
15) Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui
pass box.
16) Menanggalkan APD
Obat yang sudah siap digunakan diserahkan ke perawat ruangan yang
selanjutnya akan dialkukan pemberian kepada pasien.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan dispensing
sitostatika telah sesuai dengan SOP dan SOP yang tersedia dilakukan revisi jika
ada perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja serta
dievaluasi setiap tahunnya.