BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... ·...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Tentang Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan komplek karena merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri serta fungsi- fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Qauliyah, 2008). Rumah Sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas, sebuah institusi dan organisasi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap.Rumah Sakit juga merupakan suatu tempat bekerja tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan.Untuk itu rumah sakit dapat dipandang bertanggung jawab atas kesalahan dan atau kelalaian tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya (Aditama, 2002). Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan harus bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Anonim, 1992).

Transcript of BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... ·...

Page 1: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tentang Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan komplek karena

merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri serta fungsi-

fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai

berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Rumah sakit adalah suatu

organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana

kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

diderita oleh pasien (Qauliyah, 2008).

Rumah Sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas, sebuah

institusi dan organisasi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap.Rumah

Sakit juga merupakan suatu tempat bekerja tenaga kesehatan yang berhubungan

langsung dengan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan.Untuk itu rumah sakit

dapat dipandang bertanggung jawab atas kesalahan dan atau kelalaian tenaga

kesehatan yang bekerja di dalamnya (Aditama, 2002). Rumah sakit umum adalah

rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan harus bersifat dasar,

spesialistik dan subspesialistik (Anonim, 1992).

Page 2: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2.1.2 Fungsi Rumah Sakit

Menurut Milton Roemer dan Friedman dalam bukunya Doctors In

Hostpitals fungsi rumah sakit adalah :

a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapetiknya.

b. Harus memiliki pelayanan rawat jalan.

c. Rumah Sakit juga bertugas untuk melakukan pendidikan pelatihan.

d. Rumah Sakit perlu melakukan penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.

e. Bertanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan

kesehatan bagi populasi di sekitarnya (Aditama, 2002).

Dalam pelaksanaan tugasnya rumah sakit mempunyai fungsi

menyelenggarakan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis pelayanan

dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian

dan pengembangan serta administrasi dan keuangan (Sahadia, 2011).

2.1.3 Tipe-tipe Rumah Sakit

Penggolongan tipe rumah sakitdidasarkan pada unsur pelayanan,

ketenagaan, fisik dan peralatan. Ada lima tipe yaitu:

1. Rumah Sakit Tipe A

Rumah sakit tipe A adalah Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai

rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai Rumah

Sakit pusat.

Page 3: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2. Rumah Sakit Tipe B

Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan

disetiap Ibu Kota Propinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah

sakit Kabupaten.

3. Rumah Sakit Tipe C

Rumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap Ibu Kota

Kabupaten (Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari

Puskesmas.

4. Rumah Sakit Tipe D

Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan

kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi.Rumah

sakit ini menampung rujukan yang berasal dari Puskesmas.

5. Rumah Sakit Tipe E

Rumah sakit tipe E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang

menyelenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja.Saat

ini banyak rumah sakit kelas ini ditemukan misalnya, rumah sakit kusta, paru,

jantung, jiwa, kanker, ibu dan anak (Anonim, 2011).

Page 4: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2.1.4 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda Limboto

Kabupaten Gorontalo

1. Sejarah Rumah Sakit

Badan pengelola rumah sakit umum daerah Dr. M.M. Dunda yang semula

bernama Rumah Sakit Umum Limboto adalah rumah sakit milik pemerintah

kabupaten Gorontalo yang berlokasi di wilayah kabupaten Gorontalo, didirikan

pada tanggal 25 November 1963 dengan kapasitas awal tempat tidur 29 buah.

Melalui surat keputusan menteri kesehatan nomor 171/Menkes/SK/1994

Rumah Sakit UmumDaerah Dr. M.M. Dunda ditetapkan menjadi rumah sakit

kelas B. Dunda yang diambil dari nama seorang perintis kemerdekaan yang telah

mengabdikan dirinya dibidang kesehatan sehingga diabadikan menjadi nama

rumah sakit umum daerah milik pemerintah daerah kabupaten gorontalo yang

berkedudukan sebagai unit pelaksana pemerintah kabupaten gorontalo dibidang

pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Visi dan Misi

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih baik dan

bermutu, maka pihak rumah sakit umumdaerah Dr. M.M. Dunda memiliki

komitmen untuk mewujudkan pelayanan optimal (pelayanan prima) dengan

memformulasikan dalam visi dan misi, dengan program unggulannya.

Visi :

“Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Yang Optimal”

Page 5: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

Misi :

Untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik dan rancangan untuk mendukung

visi rumah sakit, maka misi yang digunakan oleh pihak rumah sakit yaitu :

1) Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

2) Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia.

3) Kerja sama dengan mitra rumah sakit.

4) Mendukung sarana dan prasarana rumah sakit yang berkualitas dan

bermanfaat secara optimal.

5) Meningkatkan pendapatan rumah sakit.

6) Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

3. Tujuan dan Filosofi Rumah Sakit

Tujuan Rumah Sakit adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa dengan Visi Departemen Kesehatan “Membuat Rakyat Sehat”.

Filosofi :

“Keselamatan, Kesembuhan dan Kepuasan Pasien adalah Kebanggaan Kami”.

4. Tugas dan Fungsi

Tugas pokok badan pengelola rumah sakit umumdaerah Dr. M.M. Dunda

Kabupaten Gorontalo, yaitu :

1) Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi,

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya

rujukan.

Page 6: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2) Melaksanakan pelayanan umum yang bermutu sesuai standar pelayanan

rumah sakit.

Adapun fungsi badan pengelola rumah sakit umum daerah Dr. M.M. Dunda

Kabupaten Gorontalo, yaitu :

1) Pelayanan medis

2) Pelayanan penunjang medis dan non medis

3) Pelayanan dan asuhan keperawatan

4) Pelayanan rujukan

5) Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan

6) Penelitian dan pengembangan

7) Pelayanan administrasi umum dan keuangan

2.2 Kajian Tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan

standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang dikeluarkan oleh direktorat jendral

pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan tahun 2004, evaluasinya mengacu pada

pedoman survey akreditas rumah sakit yang digunakan secara rasional, disamping

ketentuan masing-masing rumah sakit.

Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

Page 7: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan

mutu pelayanan kefarmasian.

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit(Siregar dan Amalia, 2004).

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain:

a. Pengelolaan perbekalan farmasi

1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang

merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang

merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode

konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Page 8: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku melalui pembelian (tender dan

langsung), produksi sediaan farmasi (produksi steril dan nonsteril), serta

sumbangan/droping/hibah.

4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah

bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

6) Menyimpan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit yang

dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah

tidaknya terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya disertai sistem

informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

kebutuhan.

7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit

untuk pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem

persediaan lengkap, sistem resep perseorangan, sistem unit dose dan

sistem kombinasi oleh satelit farmasi), pasien rawat jalan (sentralisalisasi

dan atau desentralisasi dengan sistem resep perseorangan oleh apotek

rumah sakit) dan untuk pendistribusian perbekalan farmasi diluar jam kerja

(apotek rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan ruang rawat

Page 9: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

yang menyediakan perbekalan farmasi emergency)(Siregar dan Amalia,

2004).

b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien meliputi seleksi persyaratan

administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis.

2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan.

3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan dan pasien/keluarga

pasien.

6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga pasien.

7) Melakukan pencampuran obat suntik.

8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9) Melakukan penanganan obat kanker.

10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

12) Melaporkan seluruh kegiatan(Siregar dan Amalia, 2004).

2.2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat dikembangkan

dalam 3 tingkat yaitu:

Page 10: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

a. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan dan

pemfungsian yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh.

b. Manajer tingkat menengah, kebanyakan kepala bagian/unit fungsional

bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan mutu dalam daerah/bidang fungsional mereka, untuk

mencapai mutu produk dan pelayanan yang diinginkan.

c. Manajer garis depan terdiri atas personil pengawas yang secara langsung

memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu selama

berbagai tahap memproses produk dan pelayanan(Siregar dan Amalia, 2004).

2.2.3 Profil Instalasi Farmasi RSUD Dr. M. M. Dunda

Instalasi farmasi merupakan suatu divisi dari rumah sakit di bawah pimpinan

seorang apoteker tempat penyelenggaraan semua kegiatan dan pekerjaan

kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri yang terdiri

atas pelayanan paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pengendalian mutu, pengendalian distribusi, pelayanan farmasi klinik mencakup

pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan

program rumah sakit secara keseluruhan.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda telah mempunyai sebuah

instalasi farmasi yang memiliki bangunan tersendiri.Instalasi farmasi bertanggung

jawab terhadap pekerjaan dan pelayanan kefarmasian secara keseluruhan.

1. Tujuan Pelayanan IFRS Dr. M. M. Dunda

a. Manajemen

1) Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

Page 11: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2) Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

3) Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kefarmasian melalui

pendidikan.

4) Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna mudah dievaluasi

dan berdaya guna untuk pengembangan.

5) Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk

peningkatan mutu pelayanan.

b. Farmasi Klinik

1) Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk

pencegahan dan rehabilitasinya.

2) Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik

potensial maupun kenyataan.

3) Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui

kerjasama pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

4) Merancang menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat.

5) Menjadi pusat informasi bagi pasien, keluarga, masyarakat dan tenaga

kesehatan Rumah Sakit.

6) Melaksanakan konseling pada pasien maupun tenaga kesehatan untuk

terapi rasional baik akut kronik maupun gawat darurat.

7) Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun retrospektif.

8) Melakukan pelayanan TPN.

9) Memonitor kadar obat dalam darag (TDM).

Page 12: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

10) Melayani konsultasi keracunan.

11) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan,

penerapan dan evaluasi pengobatan.

12) Terlibat dalam tim di bawah tanggung jawab komite medis.

2. Pengelolaan Pembekalan Farmasi di IFRS Dr. M.M. Dunda

Kegiatan dalam pengelolaan perbekalan farmasi mencakup perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan,

penghapusan, monitoring dan evaluasi.Semua kegiatan ini merupakan pelayanan

farmasi manajemen di rumah sakit. Adapun tahap perencanaan di IFRS Dr. M. M.

Dunda, yaitu :

a. Pemilihan

Tujuan pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi

benar-benar di perlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola

penyakit di rumah sakit. Pemilihan obat di RSUD Dr. M.M. Dunda merujuk

kepada daftar obat esensial nasional (DOEN), formularium jaminan kesehatan

bagi masyarakat miskin, daftar plafon harga obat (DPHO), askes dan jaminan

sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK). Pemilihan obat juga di dasarkan pada

peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan

mendapatkan obat dan biaya yang di butuhkan.

Pemilihan obat di IFRS Dr. M. M. Dunda sudah berdasarkan pada

formularium rumah sakit.Untuk kegiatan pemilihan / perencanaan di lakukan di

pusat instalasi farmasi yakni di apotek 1 di rumah sakit lama.

Page 13: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

b. Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui

penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan

selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.Masing-masing

apotek di IFRS Dr.M. M. Dunda melakukan rekapan kompilasi penggunaan obat

setiap bulan baik untuk pemakaian obat untuk pasien askes dan jamkesmas rawat

inap, pasien askes dan jamkesmas rawat jalan serta rekapan obat-obat untuk

pasien umum.

c. Perhitungan Kebutuhan

Tujuan perhitungan kebutuhan adalah agar perbekalan farmasi yang

direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat di

butuhkan. Perhitungan kebutuhan di lakukan untuk menghindari terjadinnya

kekosongan obat. Masalah kekosongan obat sering terjadi di kedua apotek IFRS

Dr. M. M. Dunda di sebabkan susahnya mendapatkan obat dari PBF terdekat atau

karena keberadaan obat tersebut yang kosong pada PBF. Perhitungan kebutuhan

yang di gunakan dalam IFRS Dr. M. M. Dunda adalah dengan kombinasi metode

konsumsi dan morbiditas yakni di dasarkan pada pemakaian obat, pola penyakit

dan jumlah kunjungan resep pada 3 bulan atau 6 bulan terakhir dengan berbagai

penyesuaian dan koreksi.

2.3 Perencanaan Obat

Perencanaan obat merupakan satu tahap awal yang penting dalam

menentukan keberhasilan tahap selanjutnya, sebab tahap perencanaan berguna

Page 14: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

untuk menyesuaikan antara kebutuhan pengadaan dengan dana yang tersedia

untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tujuan perencanaan obat

adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan

kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Anonim, 2010).

2.3.1 Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah obat benar-benar

diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah

sakit, untuk mendapatkan pengadaan yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-

dasar pemilihan kebutuhan obat yaitu meliputi:

1) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari

kesamaan jenis.

2) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai

efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.

3) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug

of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial

Nasional (DOEN) sesuai dengan tipe rumah sakit masing-masing, Formularium

Rumah Sakit, Formularium Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin, Daftar

Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Jamsostek)(Anonim, 2010).

2.3.2 Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan obat berfungsi untuk mengetahui penggunaan

bulanan masing-masing jenis obat di unit pelayanan selama setahun dan sebagai

Page 15: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi

penggunaan obat adalah:

1) Jumlah penggunaan tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan.

2) Persentase penggunaan tiap jenis obat terhadap total penggunaan setahun

seluruh unit pelayanan.

3) Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis obat(Anonim, 2010).

2.3.3 Perhitungan Kebutuhan

Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang harus dihadapi

oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit. Masalah kekosongan atau

kelebihan obat dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata

hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses

perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti di

atas, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah,

tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan(Anonim, 2010).

Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui

beberapa metode :

a. Metode Konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel

konsumsi obat periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah obat

yang dibutuhkan adalah :

1) Pengumpulan dan pengolahan data.

2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.

Page 16: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.

4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

b. Motode Morbiditas/Epidemiologi

Perhitungan jumlah kebutuhan obat yang berdasarkan beban kesakitan

(morbidy load) yang harus dilayani. Metode morbiditas adalah perhitungan

kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan

waktu tunggu (lead time). Langkah-langkah dalam metode ini adalah :

1) Menetukan jumlah pasien yang akan dilayani.

2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit.

3) Menyediakan formularium/standar pedoman obat.

4) Menghitung perkiraan kebutuhan obat.

5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

c. Kombinasi Metode Konsumsi dan Morbiditas/Epidemiologi

Metode ini disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Acuan yang

digunakan yaitu:

1) DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit

(Standard Treatment Guidelines/STG) dan kebijakan setempat yang

berlaku.

2) Data catatan medik/rekam medik.

3) Anggaran yang tersedia.

4) Penetapan prioritas.

5) Pola penyakit.

6) Sisa persediaan.

Page 17: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

7) Data penggunaan periode yang lalu.

8) Rencana pengembangan (Anonim, 2010).

Tabel 1.Perbandingan metode konsumsi dan metode morbiditas (Anonim, 2010)

Metode

Konsumsi Morbiditas/Epidemiologi

1. Pilihan pertama dalam perencanaan

dan pengadaan.

2. Lebih mudah dan cepat dalam

perhitungan.

3. Kurang tepat dalam penentuan jenis

dan jumlah.

4. Mendukung ketidak rasionalan

dalam penggunaan.

1. Lebih akurat dan mendekati

kebutuhan yang sebenarnya.

2. Pengobatan lebih rasional.

3. Perhitungan lebih rumit.

4. Tidak dapat digunakan untuk

semua penyakit.

5. Data yang diperlukan:

a. Kunjungan pasien

b. Sepuluh besar pola

penyakit

c. Presentase dewasa dan

anak

2.4 Evaluasi Perencanaan

Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan obat untuk tahun yang akan

datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti dengan

evaluasi. Teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisa nilai ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi.

2. Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik.

3. Kombinasi ABC dan VEN.

4. Revisi daftar perbekalan farmasi(Anonim, 2010).

Page 18: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2.4.1 Analisa ABC

ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang menunjukan

peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak.

Prosedur :

Prinsip utamanya adalah dengan menempatkan jenis-jenis obat ke dalam suatu

urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaran terbanyak. Urutan

langkahnyaadalah sebagai berikut:

a. Kumpulkan kebutuhan obat yang diperoleh dari salah satu metode

perencanaan, daftar harga obat dan biaya yang diperlukan untuk tiap nama

dagang. Kelompokkan ke dalam kategori dan jumlahkan biaya per kategori

obat.

b. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing presentase jenis obat

terhadap anggaran total.

c. Urutkan kembali jenis-jenis obat diatas, mulai dengan jenis yang memakan

presentase biaya banyak.

d. Hitung presentase kumulatif, dimulai dengan urutan 1 dan seterusnya.

e. Identifikasi jenis obat apa yang menyerap ± 70% anggaran total (biasanya

didominasi oleh beberapa jenis obat saja).

1) Obat kategori A menyerap anggaran 70%

2) Obat kategori B menyerap anggaran 20%

3) Obat kategori C menyerap anggaran 10%

Page 19: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2.4.2 Analisa VEN

Berbeda dengan istilah ABC yang menunjukan urutan, VEN adalah

singkatan dari V (vital), E (esensial) dan N (non-esensial). Jadi melakukan analisis

VEN artinya menentukan prioritas kebutuhan suatu obat. Dengan kata lain,

menentukan apakah suatu jenis obat termasuk vital (harus tersedia), esensial

(perlu tersedia) atau non-esensial (tidak prioritas untuk disediakan).

Kriteria VEN

Kriteria yang umum adalah obat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Vital (V) bila obat tersebut diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan (life

saving drugs) dan bila tidak tersedia akan meningkatkan resiko kematian.

2) Esensial (E) bila obat tersebut terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit

atau mengurangi penderitaan pasien.

3) Non-esensial (N) meliputi aneka ragam obat yang digunakan untuk penyakit

yang sembuh sendiri (self limiting desease), obat yang diragukan manfaatnya,

obat yang mahal namun tidak mempunyai kelebihan manfaat dibanding obat

sejenis dan lain-lain.

2.4.3 Analisa Kombinasi ABC dan VEN

Jenis obat yang termasuk kategori A dari analisis ABC adalah benar-benar

jenis obat yang diperlukan untuk penanggulangan penyakit terbanyak. Dengan

kata lain, statusnya harus E dan sebagian V dari VEN. Sebaliknya, jenis obat

dengan status N harusnya masuk kategori C. Digunakan untuk menetapkan

prioritas untuk pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai dengan

kebutuhan.

Page 20: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

Tabel 2. Metode gabungan ABC dan VEN (Anonim, 2010)

A B C

V VA VB VC

E EA EB EC

N NA NB NC

Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat.

Mekanismenya adalah sebagai berikut :

1) Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi atau

dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat

kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NA

menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini

dana yang tersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.

2) Pendekatannya sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC,

NB, NA dimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA.

2.4.4 Revisi Daftar Obat

Bila langkah-langkah dalam analisis ABC maupun VEN terlalu sulit

dilakukan atau diperlukan, tindakan cepat untuk mengevaluasi daftar perencanaan,

sebagai langkah awal dapat dilakukan suatu evaluasi cepat (rapid evaluation),

misalnya dengan melakukan revisi daftar perencanaan obat. Namun sebelumnya,

perlu dikembangkan dahulu kriterianya, obat atau nama dagang apa yang dapat

dikeluarkan dari daftar. Manfaatnya tidak hanya dari aspek ekonomik dan medik,

tetapi juga dapat berdampak positif pada beban penanganan stok.

Page 21: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2.5 Kerangka Konsep

2.5.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar

dari pengeluaran rumah sakit. Belanja obat yang demikian besarnya tentunya

harus dikelola dengan efektif dan efisien, hal ini diperlukan mengingat dana

kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan.

Kondisi ini tentunya harus disikapi dengan sebaik-baiknya melalui

perencanaan yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan obat di

rumah sakit.Karena suatu perencanaan merupakan salah satu fungsi yang

menentukan keberhasilan tahapan pelayanan obat selanjutnya di rumah

sakit.Suatu perencanaan yang baik idealnya diikuti dengan evaluasi agar dapat

disesuaikan dengan aspek ekonomi dan aspek medik dari rumah sakit.

Adapun variable-variabel yang diteliti adalah :

1. Jumlahpemakaian obat perlu dihitung agar dapat dikelompokkan berdasarkan

jumlah pemakaian obat yang terbesar hingga terkecil.

2. Nilai pemakaian obat perlu dihitung agar dapat dikelompokkan obat yang

memiliki nilai investasi terbesar sampai yang terkecil.

3. Nilai kumulatif dan persen perlu ditentukan agar obat dapat dikelompokkan

kedalam A, B dan C.

Page 22: BAB II nabila - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6166/3/2012-1-48401-821309010-bab2... · peresepan dokter dan berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kemudahan mendapatkan obat dan

2.5.2 Skema Kerangka Konseptual

Ket : variabel yang diteiti

variabel yang tidak diteliti

Bagan 1. Kerangka Konsep

Menghitung jumlah

pemakaian obat

Menghitung nilai

pemakaian/investasi

Analisis

Perencanaan

Berdasarkan

Metode ABC

Kombinasi Evaluasi

ABC & VEN

Revisi daftar obat

Menentukan nilai

kumulatif & persen

Analisa VEN