BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas mengacu pada
dua hal yaitu tindakan dan penelitian. Penelitian dan
pelaksanaan rencana merupakan bagian dari
tindakan. Sedangkan penelitian meliputi dua hal,
monitoring dan refleksi. Setiap komponen tersebut
merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan.
4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini disajikan hasil penelitian dan
tindakan secara keseluruhan, mulai siklus pertama
sampai siklus terakhir. Bentuk laporan ini mengikuti
rancangan Kemmis dan Taggart yang meliputi
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting) seperti dike-
mukakan pada bab sebelumnya. Keempat tahapan
tersebut kemudian dianalisis dalam beberapa bentuk
tahapan, yang meliputi; pratindakan, bentuk tinda-
kan, dan peningkatan yang diharapkan. Pada tahap
berikutnya dilaporkan secara keseluruhan hasil tin-
dakan dan diakhiri dangan pembahasan antar siklus.
4.1.1 Laporan Pra Tindakan a. Perencanaan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang keadaan pelaksanaan pembelajaran IPS di
kelas V SDN Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan
63
Semarang terlebih dahulu disajikan gambaran
observasi awal yang dilakukan bersama kolaborator
tentang kondisi riil sekolah tersebut. Data ini
penulis dapatkan melalui prasubjek dalam
penelitian ini yaitu kelas V berjumlah 35 siswa
yang terdiri dari 15 siswa laki – laki dan 20 siswa
perempuan.
Untuk mengetahui tingkat moralitas siswa
kelas V, maka sebelum dilakukan tindakan,
terlebih dahulu dilakukan uji dengan membagikan
angket untuk mengetahui tingkat moralitas siswa
berdasarkan metode peningkatan moralitas yang
telah disampaikan di depan. Adapun hasilnya
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan 20 item soal yang dinyatakan
valid dan reliabel untuk dilakukan ujicoba, dan
setelah dibagikan angket peningkatan moralitas
siswa, dipaparkan sebagai berikut: patokan untuk
mengukur moralitas siswa adalah nilai (skala)
tertinggi yaitu 4 dikalikan dengan jumlah soal yaitu
20, dikalikan dengan jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran yaitu 35. Uraiannya adalah sebagai
berikut:
Untuk skor perolehan, diperoleh sebagai
berikut: 4 x 20 x 35 = 2800 Jumlah skor yang
diperoleh adalah 1400 dengan penghitungan yaitu 2
x 20 x 35 = 1400. Dengan berpatokan pada rumus
64
untuk menghitung skor motiva peningkatan
moralitas yaitu:
1400/2800x100%
= 50%.
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali 70 – 85% = baik 55 – 69% = cukup baik <54% = kurang Dari ketentuan di atas, maka moralitas
siswa kelas V SDN Sidomukti 03
Kecamatan Bandungan Semarang berada
pada kategori kurang.
Selain menguji tingkat moralitas siswa
berdasarkan pendekatan penanaman nilai yang
dilakukan, dilakukan juga tes kepada siswa untuk
mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap
materi pelajaran IPS yang diajarkan. Acuan yang
digunakan sebagai ukuran untuk tingkat
penyerapan siswa pada mata pelajaran IPS adalah
siswa berhasil lulus Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM= 65) Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
65
Tabel 4. 1
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar IPS Sebelum Tindakan No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1 < 50 15 50 Belum tuntas 2 50 – 54 10 - Belum tuntas 3 55 – 59 - - Belum tuntas 4 60 – 64 5 16.67 Belum tuntas 5 65 – 69 2 8.33 Tuntas 6 70 – 74 - - Tuntas 7 75 – 79 1 8.33 Tuntas 8 80 – 84 - - Tuntas 9 85 – 89 2 16.67 Tuntas 10 90 – 94 - - Tuntas 11 95 – 100 - - Tuntas Jumlah 12 100 Rata-rata 57.08 Nilai tertinggi 85 Nilai terendah 40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari
total siswa yaitu 35 siswa ada 30 siswa atau
85.71% yang dinyatakan belum tuntas belajar IPS
berdasarkan kriteria KKM dan hanya 5 siswa atau
14.29% yang berhasil tuntas berdasarkan KKM.
Rinciannya berdasarkan perolehan nilai baik siswa
yang tuntas maupun yang belum tuntas
berdasarkan KKM adalah sebagai berikut: ada 15
siswa yang memperoleh nilai < 50 atau dengan
prosentase sebesar 42.86%, ada 10 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 50 – 54 dengan
prosentase sebesar 28.57%; tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang nilai antara 55 –
66
59, rentang nilai 70 – 74, rentang nilai antara 80 –
84 dan rentang nilai antara 90 – 100. Ada dua
siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 65 –
69 atau berada pada 5. 71% demikian juga ada 2
siswa yang memperoleh nilai pada rentang nilai
antara 85 – 89 dengan prosentase yang sama; dan
1 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 75 –
79 dengan prosentase 2.86%. Perolehan nilai
terendah pada mata pelajaran IPS sebelum
diberikan tindakan yaitu 40 dan nilai tertinggi yaitu
85 dengan nilai rata-rata yaitu 57.08.
Adapun hasil perolehan siswa pada mata
pelajaran IPS sebelum diberikan tindakan disajikan
pada grafik berikut ini:
Gambar 1. Rekapitulasi Belajar Siswa Sebelum
Tindakan
Mengacu pada KKM = 65, maka prosentase
keseluruhan siswa yang mencapai kriteria
67
ketuntasan mapun belum tuntas belajar,
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 2
Prosentase Ketuntasan Sebelum Tindakan No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1 < 65 30 85.71% Belum tuntas
2 ≥ 65 5 14.29% Tuntas Jumlah 12 100 Rata-rata 57.08 Nilai tertinggi
85
Nilai terendah
40
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas
kelas V SDN Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan
Semarang sebelum dilakukan tindakan, diketahui
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) sebanyak
30 siswa atau 85.71% dari total keseluruhan
siswa; sedangkan siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 5 siswa atau
14.29% dari total seluruh siswa.
b. Kegiatan Penelitian Tindakan
Langkah penelitian tindakan keals ini dilakukan
melalui serangkaian kegiatan yang terdiri dari
68
mengidentifikasi masalah, merumuskan permasa-
lahan, analisis awal, menetapkan penyebab perma-
salahan, mengupayakan pemecahan masalah, pe-
laksanaan tindakan, pembahasan hasil penelitian,
melakukan refleksi. Adapun jadwal kegiatan pene-
litian ini, sebagai berikut :
Tabel 4. 3
Jadwal Kegiatan Penelitian No Siklus/Tindakan Tanggal Jam Materi 1. Pra Tindakan 23
Februari 2010
Ke 1 - 2
Berbicara(memahami informasi/ pesan)
2. Siklus I 4.2 Tindakan
ke-1 4.3 Tindakan
k-2 (Refleksi)
12 Maret 2010 17 Maret 2010
Ke 4 Ke 4-5
Informasi/ pesan Komunikasi pesan
3. Siklus II a. Tindakan ke-1 b. Tindakan k-2
(Refleksi)
24 Maret 2010 3 April 2010
Ke 1-2 Ke 4-5
Informasi/ pesan Komunikasi pesan
4. Siklus III a. Tindakan ke-1 b. Tindakan k-2
(Refleksi)
10 April 2010 19 April 2010
Ke 1-2 Ke 4-5
Informasi/ pesan Komunikasi pesan
1) Dialog Awal tentang Nilai – nilai dalam IPS
Sebelum proses penelitian ini dilaksanakan,
peneliti melakukan konsultasi kepada kepala sekolah
SD Negeri Sidomukti 03 Kecamatan Bandungan
Semarang untuk menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian tindakan kelas pada lembaga ini. Peneliti
bersama kolaborator kemudian melakukan observasi
kelas awal untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi dan akan dipecahkan dalam penelitian ini.
69
Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 23 Februari
2010.
Peneliti bersama kolaborator yaitu guru IPS
kelas V (Yenti Erlinda,A.Ma) dan dibantu guru IPS
kelas V, selanjutnya mengadakan dialog untuk
mengetahui keadaan yang dihadapi guru dan siswa
dalam pembelajaran IPS. Guru diberi kesempatan
untuk mengungkapkan secara terbuka permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran IPS di kelas dan
pengalaman yang dirasakan langsung di lapangan.
Dari hasil dialog antara peneliti dan guru IPS dapat
diketahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran
selama ini yang dibedakan menajdi dua yaitu
permasalahan yang berasal dari guru dan siswa.
Permasalahan yang berasal dari guru antara lain
:
a) Guru belum mempunyai perangkat pembelajaran
yang sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran
(KTSP)
b) Guru seringkali kurang percaya diri dalam
mengajar
c) Nilai – nilai yang diajarkan dalam kelas secara teori
banyak yang tidak relevan dengan kenyataan
kehidupan di masyarakat.
d) Dominasi guru masih tinggi dalam proses belajar
mengajar
e) Metode pembelajaran cenderung bersifat klasikal
sehingga tidak menarik bagi siswa
70
f) Materi yang diajarkan cenderung bersifat teksbook
bukan kontekstual
g) Materi yang diajarkan cenderung bersifat hafalan
(aspek kognitif) bukan afektif
Permasalahan yang berasal dari siswa antara
lain :
a) Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPS
rendah
b) Siswa bersifat pasif dalam proses pembelajaran
sehingga enggan bertanya atau berpendapat
c) Sulitnya siswa mencari buku pegangan yang secara
khusus membahas keterkaitan antara pendidikan
sosial dengan pendidikan budi pekerti
d) Siswa takut kepada guru sehingga terasa ada jarak
antara siswa dengan guru
2). Penentuan Permasalahan Nilai – nilai Moral Dalam
Pembelajaran IPS
Dari dialog antara peneliti dengan guru IPS baik
kelas V ternyata ditemukan banyak kendala yang
dihadapi siswa dalam proses pembelajaran termasuk
di dalamnya sikap dan moralitas siswa sehingga guru
merasakan belum efektifnya proses pembelajaran yang
berlangsung selama ini. Peneliti dengan guru IPS
kemudian membahas permasalahan tersebut untuk
dianalisis guna mengetahui layak tidaknya untuk
ditindaklanjuti melalui penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan metode penanaman nilai.
71
Tabel 4. 4
Penentuan Permasalahan dalam Pembelajaran IPS No Masalah Hasil Analisis Keterangan 1. Guru belum mempunyai
perangkat pembelajaran yang sesuai kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Tidak terpilih
2. Guru seringkali kurang percaya diri dalam mengajar
Tidak terpilih
3. Nilai yang diajarkan dalam kelas secara teori banyak yang tidak relevan dengan kehidupan di masyarakat
Tidak terpilih
4. Dominasi guru masih tinggi dalam proses belajar mengajar
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai 5. Metode pembelajaran
cenderung bersifat klasikal sehingga tidak menarik bagi siswa
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai
6. Materi yang diajarkan cenderung bersifat teksbook bukan kontekstual
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai
7. Materi yang diajarkan cenderung bersifat hafalan (aspek kognitif) bukan afektif
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai
8. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPS rendah
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai 9. Siswa bersifat apsif
dalam pembelajaran sehingga enggan bertanya dan berpendapat
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai
10. Sulitnya siswa mencari buku pegangan yang secara khusus membahas pendidikan nilai – nilai moral
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai
11. Siswa takut kepada guru sehingga terasa ada jarak antara siswa
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai
72
dengan guru 12. Belum efektifnya
penanaman nilai – nilai moral dalam pembelajaran IPS
Terpilih Dengan metode penanaman
nilai
Permasalahan yang dihadapi dalam pembe-
lajaran IPS begitu kompleks untuk itu perlu segera
diatasi. Permasalahan yang dimaksud yaitu: dominasi
guru yang masih tinggi dalam pembelajaran, metode
pembelajaran bersifat klasikal sehingga tidak menarik
bagi siswa, guru sulit mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran, hal ini tergambar dari minimnya
antusias siswa untuk bertanya ataupun berpendapat,
metode yang diajarkan guru cenderung bersifat
teksbook, dan bersifat hafalan, motivasi siswa dalam
mengikuti pelajaran rendah, siswa bersifat pasif di
kelas, sulitnya siswa mencari buku pegangan yang
membahas pendidikan budi pekerti (nilai moral), siswa
takut kepada gurunya, serta belum efektifnya
pembelajaran etika sosial seperti penanaman nilai –
nilai moral. Tidak semua permasalahan yang dihadapi
dalam pembelajaran IPS ini diatasi, sesuai dengan
hasil dialog antara peneliti dengan guru IPS memilih
permasalahan yang dapat digunakan dalam penelitian
tindakan kelas dengan metode klarifikasi nilai. Dalam
penelitian tindakan ini permasalahan dibatasi pada:1)
metode pembelajaran yang digunakan guru bersifat
klasikal sehingga kurang menarik perhatian siswa, 2)
materi yang diajarkan guru cenderung bersifat
teksbook bukan kontekstual dan komprehensif, 3)
73
materi yang disampaikan guru lebih banyak hafalan
sehingga kurang melatih aspek afektif siswa, 4) belum
efektifnya pembelajaran etika sosial dalam kaitannya
dengan penanaman nilai – nilai moral siswa, 5) siswa
bersifat pasif dalam pembelajaran di kelas sehingga
enggan bertanya atau berpendapat.
Bentuk aspek penanaman nilai di atas dirumus-
kan dalam bentuk penanaman nilai – nilai moralitas
siswa yang mengacu pada aspek etika sosial dalam
pembelajaran IPS, aspek tersebut berupa :
a) Aspek moral siswa dalam aktivitas individu
Aspek ini terjadi pada beberapa aktivitas siswa di
kelas, yang meliputi beberapa aspek, yaitu : 1)
Siswa menghargai orang lain yang sedang
berbicara, 2) Siswa tidak selalu mempertahankan
pendapat 3) Siswa memberikan kepercayaan
kepada orang lain atas dasar kemampuan, 4) Siswa
menghargai keberadaan teman sebaya baik dari
segi fisik, 5) siswa menghargai keberadaan teman
sebaya dari segi jenis kelamin, 6) Siswa terbuka
menerima perbedaan pendapat, 7) Siswa santun
dalam mengemukakan pendapatnya.
b) Aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok
Aspek ini meliputi beberapa aktivitas, diantaranya:
1) Siswa berperan dalam pengambilan keputusan
bersama, 2) Siswa menghargai perbedaan pendapat
dalam kelompok, 3) Siswa mendengarkan
penjelasan antar kelompok, 4) Siswa menyadari
kemampuan dirinya dalam kelompok, 5) Siswa
74
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas, 6) Siswa
menjunjung tinggi hasil kerja kelompok, 7) Siswa
menghargai keberadaan anggota kelompok.
c) Aspek moral siswa dalam aktivitas kelas
Aktivitas ini meliputi : 1) Siswa menghargai
perbedaan pendapat di forum kelas, 2) Siswa tidak
kaku dalam mengemukakan pendapatnya di kelas,
3) Siswa menghargai keberadaan guru di kelas, 4)
Siswa menghormati keberadaan pihak lain di kelas,
5) Siswa menjunjung tinggi hasil keputusan kelas,
6) Siswa menyadari akan kemampuan dirinya
dalam kelas, 7) Siswa terbuka menerima perbedaan
pendapat di kelas.
3). Penyebab Permasalahan
Setelah permasalahan dalam penelitian tindakan
ini ditetapkan, kemudian penenliti bersama guru IPS
mengidentifikasi faktor penyebab munculnya permasa-
lahan moralitas anak khususnya pada pembelajaran
IPS di SD Negeri Sidomukti 03 Kecamatan bandungan
Semarang, meliputi :
a). Munculnya anggapan negatif siswa bahwa IPS itu
mudah
b). Siswa beranggapan nilai – nilai yang diterapkan
dalam pembelajaran IPS tidak begitu sulit untuk
didapatkannya.
c). Siswa merasa kurang adanya relevansi yang positif
antara teori pembelajran IPS dengan kondisi
masyarakat di sekitarnya
75
d). Materi pembelajaran yang diberikan belum
mengungkapkan nilai – nilai saling ketergantungan
antara masing – masing siswa, baik dengan
lingkungan sekolah masyarakat maupun teman
sejawatnya.
Penyebab permasalahan yang paling dominan
terletak pada dominasi guru dalam pembelajaran yang
berakibat guru kurang menggunakan media dan
metode pembalajaran yang variatif. Guru kurang
melatih siswa untuk berempati, berpikir kritis dan pro-
blematik. Akibatnya memunculkan gejala negatif pada
diri anak yang ebrtentangan aspek etika sosial dalam
aspek nilai moralitas yang baik, seperti perhatian
siswa pada pembelajaran rendah, siswa kurang aktif
dalam proses pembelajaran, sisiwa kurang peka
terhadap masalah sosial yang melingkupinya.
4). Penentuan Upaya Pemecahan Permasalahan
Berdasarkan uraian permasalahan yang diha-
dapi siswa SD Negeri Sidomukti 03 Kecamatan Ban-
dungan Semarang dalam proses pembelajaran IPS
tersebut, ditentukan solusi untuk pemecahan masalah
segala upaya peningkatan pembelajaran nilai – nilai
moral kaitannya dengan etika sosial yang merupakan
bagian integral dari pendidikan IPS, maka proses
pembelajaran yang ditetapkan harus dapat menum-
buhkan dan mengembangkan jiwa sosial (nilai
kesalingtergantungan), jiwa empati siswa, rasa kerja
76
sama dan tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan
tugas belajar.
Guru diharapkan dapat merancang dan
mengorganisir proses pembelajaran nilai moral melalui
pembelajaran IPS secara baik, sehingga tujuan pembe-
lajaran dapat berhasil secara efektif. Oleh karena itu
pembelajaran harus didesain dan disajikan lebih
menarik yang bersifat komprehensif untuk mengem-
bangkan minat dan motivasi belajar siswa.
c. Perencanaan Peningkatan Pembelajaran IPS
melalui Metode Klarifikasi Nilai – nilai Moral
Upaya untuk meningkatkan pendidikan nilai
moral, peneliti dan guru IPS membuat rencana pro-
ses pembelajaran ynag dilaksanakan dengan meng-
gunakan metode klarifikasi nilai. Untuk itu perlu
ditetapkan alat kerja terhadap alternatif yang
dimaksud.
1) Menetapkan upaya Peningkatan Pembelajaran
Pendidikan Nilai Moral
Solusi yang dapat dilaksanakan dalam
meningkatkan pembelajaran nilai moral dite-
tapkan rancangan proses pembelajaran yang
tidak membosankan belajar siswa dengan
menerapkan metode pembelajaran klarifikasi
nilai. Dari penjelasan peneliti tentang metode
klarifikasi nilai, guru IPS menanggapinya secara
positif dan mendukung untuk dilakukan pene-
77
litian tindakan demi peningkatan proses pem-
belajaran IPS.
Setelah melakukan dialog, peneliti dan
kolaborator sepakat untuk mencoba meng-
gunakan metode tersebut di kelas V dengan
pertimbangan kelas yang bersangkutan banyak
memperoleh materi pelajran berbasis sosial
serta moral dan juga kebiasaan belajar siswa
dapat berpola pada tingkat selanjutnya. Proses
pembelajaran dengan klarifikasi nilai mengu-
payakan peran aktif siswa dalam belajar dan
membekali sikap siswa atas nilai kesaling-
tergantungan positif (toleransi terhadap orang
lain, tolong menolong, memiliki keterbukaan,
tanggung jawab individu, disiplin dan kerjasama
dengan orang lain)
3) Penyamaan Persepsi antara Peneliti dengan
Guru tentang Metode pembelajaran Klarifikasi
Nilai Moral dalam IPS
Dalam penyamaan persepsi guru dan
peneliti mendiskusikan materi atas pokok baha-
san yang dikaji dalam penelitian tindakan kelas.
Guru mencatat hal – hal yang harus dilakukan
sebelum melaksanakan metode klarifikasi nilai –
nilai moral tersebut. Setelah itu guru membagi
siswa dalam kelompok dan anggota kelompok
diusahakan merata kemampuan akademiknya.
Penentuan anggota kelompok ini supaya tidak
terjadi dominasi pembicaraan oleh kelompok
78
tertentu, sehingga dalam menentukan anggota
kelompok dapat berdasar kesepakatan dengan
siswa tetapi guru tetap selektif. Tugas guru
selama proses pembelajaran berlangsung
menjelaskan tujuan dan mekanisme pembelajar-
an, membagi tugas masing–masing kelompok,
menentukan tata cara siswa bekerjasama,
menentukan tata cara dalam diskusi, memantau
efektivitas kerja kelompok, mengevaluasi kerja
siswa dan bertindak sebagai fasilitator sekaligus
nara sumber siswa. Setelah guru memahami
penjelasan dari peneliti tentang aplikasi metode
klarifikasi nilai, peneliti bersama guru IPS
membuat desain pembelajaran untuk segera
diadakan penelitian tindakan kelas.
4.1.2 Tindakan Siklus 1 a. Penyusunan Rancangan Tindakan I
Metode penanaman nilai moralitas merupakan
rancangan tindakan dalam penelitian ini sebagai
upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran
IPS supaya tujuan belajar siswa dapat tercapai
secara optimal. Rancangan tindakan ini diperlukan
sebagai pedoman dalam proses penanaman nilai –
nilai moral dalam pembelajaran IPS. Dalam desain
pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator
dan nara sumber serta observer dalam proses
belajar mengajar. Sebagai observer guru mengamati
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
79
menganai motivasi siswa mengikuti pelajaran,
diskusi dengan siswa lain, keaktifan melakukan
pertanyaan kepada kelompok lain ketertiban
pelajaran, kepemilikan buku pelajaran, kesediaan
mendengarkan orang yang sedang berbicara,
kesediaan menghargai perbedaan pendapat, men-
cari pemecahan masalah apabila ada perbedaan
pendapat, keikhlasan menjalankan tugas kelom-
pok, kerjasama dalam kelompok, kesediaan me-
laksanakan keputusan, mempertahankan pendapat
dengan argumen yang dapat dipertanggungjawab-
kan, serta kesiapan menanggapi kritik secara ber-
moral dan beretika.
Dalam penelitian ini, peneliti bersama kolabora-
tor lainnya melakukan koordinasi dan pembagian
tugas yang jelas dalam melakukan pengamatan
terhadap siswa di kelas V. Hal ini dilakukan supaya
pengamatan peneliti dan guru IPS terhadap proses
pembelajaran lebih bersifat teliti dan efektif.
Berhubung kelas V, dalam pembelajaran IPS
terbagi menjadi lima kelompok, maka untuk proses
pengamatan peneliti dan kolaborator mendasarkan
pada acuan pedoman pengamatan yang telah ada
dan disepakati sebelumnya.
Rancangan tindakan dilaksanakan sebanyak
tiga siklus dan setiap siklus ada dua pertemuan
dalam pokok materi pelajaran yang berbeda. Setiap
akhir pelaksanaan tindakan terhadap rancangan
pembelajaran yang telah dibuat, guru dan peneliti
80
melakukan diskusi sebagai langkah refleksi. Hasil
dari diskusi dan refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan sebagai masukan dalam melakukan revisi
rancangan untuk pelaksanaan tindakan berikutnya
sesuai dengan permasalahan yang ada. Berikut ini
contoh rancangan tindakan pembelajaran pendi-
dikan moral dengan menggunakan metode kla-
rifikasi nilai.
Tabel 4. 5
Rancangan Pembelajaran IPS melalui
Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus I
Tindakan I
Rancangan Siklus I Tindakan I
Mata Pelajaran : IPS
Materi Pokok : Masalah Sosial
Pokok Bahasan : Kenakalan Remaja
Kelas/ Semester : V/ Genap
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan ke : 1
Kegiatan Aktifitas Pembelajaran Waktu
1. Pendahuluan Persiapan 3. Guru membuka pelajaran dengan
salam 4. Guru menyiapkan tugas yang akan
diberikan kepada siswa 5. Guru memberikan deskripsi tugas
yang dikerjakan siswa 6. Guru menjelaskan tata cara kerja
sama dalam kelompok
5 menit
2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam kelompok
81
2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru siswa dalam mengerjakan tugas kelompok mengikuti langkah g. Siswa memahami masalah yang
akan dipecahkan h. Siswa mengemukakan data/
fakta yang dijadikan solusi terhadap pemecahan masalah
i. Siswa memberikan pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah
j. Siswa mengambil kesimpulan berdasar diskusi kelompok
k. Siswa menyebutkan pemecahan yang diambil oleh kelompok
l. Siswa memberikan penjelasan lain jika diperlukan
60
menit
3. Penutup Penutup e. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya f. Guru mengkoordinir
pengumpulan tugas siswa g. Guru menutup pelajaran dengan
doa dan h. diakhiri salam
5 menit
Tabel 4. 6
Rancangan Pembelajaran IPS melalui
Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus I
Tindakan 2
Rancangan Siklus I Tindakan I
Mata Pelajaran : IPS
Materi Pokok : Masalah Sosial
82
Pokok Bahasan : Kenakalan Remaja
Kelas/ Semester : V/ Genap
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan ke : 2
Kegiatan Aktifitas Pembelajaran Waktu
1. Pendahuluan Persiapan 1. Guru membuka pelajaran dengan
salam 2. Guru melakukan apersepsi 3. Guru menyiapkan tugas yang akan
diberikan kepada siswa 4. Guru memberikan deskripsi tugas
yang dikerjakan siswa
5 menit
2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam kelompok 2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas
yang diberikan guru 3. Guru menjelaskan tata cara kerjasama 4. Guru menjelaskan tata cara diskusi 5. Guru mengamati jalannya diskusi
secara seksama untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa
60 menit
3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya 2. Guru mengevaluasi jalannya diskusi
yang dilaksanakan siswa 3. Guru menjelaskan permasalahan
yang tidak terselesaikan 4. Guru menutup pelajaran dengan
doa dan diakhiri salam
5 menit
b. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus I
Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali
pertemuan, pada pertemuan pertama dengan
alokasi waktu 2 kali 35 menit (2 jam pelajaran)
atau selama 70 menit. Pertemuan I dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2010, dan
pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 17
83
maret 2010. dalam setiap pertemuan kegiatan
pembelajaran berorientasi pada motivasi peran aktif
siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I
merupakan penerapan rancangan tindakan yang
telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan
metode penanaman nilai. Pembelajaran tindakan I
pada pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan
pada kompetensi dasar, kemampuan mengenal
permasalahan sosial di masyarakat.
Selama pelaksanaan tindakan berlang-
sung guru bersama peneliti mengamati serta men-
catat kejadian yang terjadi selama pembelajaran
sesuai dengan hal – hal yang termuat dalam lembar
obeservasi.
1) Pelaksanaan Siklus Pertama Pertemuan I
Pada pertemuan pertama, pelaksanaan
pembelajaran dengan aspek moralitas siswa
dalam pembelajaran IPS menitikberatkan pada
aspek penanaman nilai. Sesuai dengan
rancangan tindakan guru memulai pelajaran
dengan berdoa tetapi guru belum mengawali
dengan mengucap salam. Selanjtunya, utnuk
menarik perhatian siswa guru melakukan
apersepsi yang berhubungan dengan materi
kenakalan remaja. Dalam hal ini siswa diminta
untuk memecahkan permasalahan yang beru-
pa dilema moral dengan mengikuti langkah –
langkah :
84
a) Siswa memahami masalah yang akan
dipecahkan
b) Siswa menunjukkan data/ fakta yang
dijadikan sumber terhadap pemecahan
masalah
c) Siswa menunjukkan pertimbangan positif
dan negatif dalam pemecahan masalah
d) Siswa mengambil kesimpulan berdasar-
kan diskusi kelompok
e) Siswa mneyebutkan pemecahan yang
diambil oleh kelompok
f) Siswa memberikan penjelasan lain jika
diperlukan
Masalah yang dipecahkan siswa dalam
siklus I berupa dilema moral yang terjadi di
masyarakat. Materi pada pertemuan I siklus I
difokuskan pada materi pokok yaitu masalah
sosial. Untuk menunjukkan perilaku positif
terhadap upaya peningkatan dan kesadaran
dalam menanamkan sikap dan perilaku yang
baik, guru memulai pelajaran dengan
melakukan apersepsi sebagai upaya menarik
minat siswa dalam mengikuti pelajaran dnegan
cara memberikan pertanyaan – pertanyaan
singkat yang pernah dibicarakan pada
pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru
meminta siswa untuk menempatkan diri
sesuai dengan pembagian kelompok yang ada
kemudian mendiskusikan materi pelajaran.
85
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan
indikator pembelajaran dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami siswa. Siswa
memperhatikan dan menyimak penjelasan
guru dengan seksama. Kemudian siswa di-
minta untuk membentuk kelompok. Jumlah
kelompok yang dibentuk ada lima kelompok
dengan masing – masing kelompok berang-
gotakan delapan orang. Setelah siswa mem-
bentuk kelompok, selanjutnya guru mem-
bagikan tugas kepada kelompok untuk didis-
kusikan dengan tugas yang berbeda antara
kelompok satu dengan lainnya.
Selama siswa menyelesaikan tugas
kelompok, guru mengamati dan membimbing
kerjasama secara bergiliran. Pada bagian
penutup guru mengkoordinir pengumpulan
hasil diskusi siswa dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya
terhadap hal yang belum dimengerti dan
memberikan penjelasan sejelas – jelasnya
kepada murid. Setelah memeriksa tugas siswa
dan tidak ada lagi pertanyaan yang di-
ajukannya, guru kemudian menutup materi
pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan
salam.
Tabel 4. 7
Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam
Pembelajaran IPS Siklus Pertama Tindakan I
86
No Kategori
Penilaian Ketuntasan
Kelas
Skor
Kelas
Rata -
rata
Jml
Siswa
%
1 Aspek moral siswa
dalam aktivitas
individu
347 17,35 18 50
2 Aspek moral siswa
dalam aktivitas
kelompok
344 17,2 15 35
3 Aspek moral siswa
dalam aktivitas kelas
342 17,1 14 30
Berdasarkan data observasi siklus
pertama tindakan I didapatkan bahwa masih
rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa
dalam memahami konsep nilai moralitas,
kondisi ini dapat dilihat dari skor yang dicapai
siswa berdasarkan lembar observasi yang
dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam
aktivitas individu diperoleh bahwa dari 35
jumlah siswa kelas V hanya 18 siswa atau 50%
yang telah menerapkan aspek ini, sedangkan
rata – rata pencapaian kelas sebesar 17,35
dari 347 skor yang diperoleh siswa. Untuk
kategori kedua, yaitu pada aspek moral siswa
dalam aktivitas kelompok, didapatkan bahwa
skor yang diperoleh seluruh siswa sebesar 344
dengan rata – rata pencapaian sebesar 17,2,
dan hanya 15 siswa atau 35% yang telah
menerapkan konsep ini secara baik.
87
Sedangkan untuk aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas, didapatkan skor pencapaian
kelas sebesar 342 dengan rata – rata kelas
sebesar 17,1 dari data tersebut didapatkan
bahwa tingkat ketuntasan kelas dalam
menerapkan konsep ini secara baik berjumlah
14 siswa atau baru mencapai taraf 30%.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama
Pertemuan ke 2
Pertemuan ke dua ini merupakan kelan-
jutan dari pertemuan pertama dengan materi
pokok “masalah sosial”. Seperti pada per-
temuan pertama, guru memulai pelajaran
dengan melakukan apersepsi yaitu menga-
jukan beberapa pertanyaan singkat untuk
dijawab siswa, hal ini dilakukan untuk
memfokuskan perhatian siswa. Pertanyaan
tersebut menyangkut materi yang sudah
diajarkan.
Sebelum dilaksanakan kegiatan inti guru
menyampaikan tata cara siswa dalam melaku-
kan diskusi supaya lebih terarah. Di samping
itu guru juga memotivasi siswa agar berperan
aktif dalam setiap kegiatan dengan
mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain
yang sedang mempresentasikan tugas
kelompok atau menjawab pertanyaan yang
diajukan dari siswa yang lain. Selanjutnya
88
siswa bergabung dalam kelompok sesuai
dengan pembagian kelompoknya untuk mela-
kukan diskusi dengan aturan main yang
sudah dijelaskan oleh guru. Guru mengamati
secara seksama aktivitas siswa selama
berlangsungnya diskusi dan mencatat hal –
hal yang berlum terjawab.
Pada bagian penutup, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal yang belum jelas. Kemudian menanggapi
setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa
dan memberikan penjelasan atas persoalan
yang tidak terselesaikan pada waktu diskusi.
Setelah tanya jawab selesai, guru memotivasi
siswa agar kerjasama kelompok terus
ditingkatkan dan kepada anggota yang masih
pasif untuk giat berperan dalam pertemuan
berikutnya. Selanjutnya guru menutup
pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan
salam.
Tabel 4. 8
Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam
Pembelajaran IPS Siklus Pertama Pertemuan 2
No Kategori
Penilaian Ketuntasan
Kelas
Skor
Kelas
Rata -
rata
Jml
Siswa
%
89
1 Aspek moral siswa
dalam aktivitas individu
356 17,8 21 60
2 Aspek moral siswa
dalam aktivitas
kelompok
351 17,55 15 45
3 Aspek moral siswa
dalam aktivitas kelas
343 17,15 14 40
Berdasarkan data observasi siklus
pertama tindakan II juga didapatkan bahwa
masih rendahnya tingkat ketuntasan belajar
siswa dalam memahami konsep nilai
moralitas, walaupun secara argumentatif telah
mengalami peningkatan dibanding pada
tindakan I, kondisi ini dapat dilihat dari skor
yang diacapai siswa berdasarkan lembar
observasi yang dilakukan. Pada aspek moral
siswa dalam aktivitas individu diperoleh bahwa
dari 35 jumlah siswa kelas V hanya 21 siswa
atau 60% yang telah menerapkan aspek ini,
sedangkan rata – rata pencapaian kelas
sebesar 17,8 dari 356 skor yang diperoleh
siswa. Untuk kategori kedua, yaitu pada aspek
moral siswa dalam aktivitas kelompok.,
didapatkan bahwa skor yang diperoleh seluruh
siswa sebesar 351 dengan rata – rata
pencapaian sebesar 17,55 dan hanya 15 siswa
atau 45% yang telah menerapkan konsep ini
secara baik. Sedangkan untuk aspek moral
siswa dalam aktivitas kelas didapatkan skor
90
pencapaian kelas sebesar 343 dengan rata –
rata kelas sebesar 17,15 dari data tersebut
didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas
dalam menerapkan konsep ini secara baik
berjumlah 14 siswa atau baru mencapai taraf
40%.
c. Hasil Tindakan Siklus I
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti
bersama kolaborator diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1) Pengamatan terhadap guru
Guru telah melaksanakan pembelajaran
pada siklus I pertemuan pertama dan kedua
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Guru telah berusaha untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
berpendapat selama pembelajaran berlangsung.
Di samping itu guru telah melakukan apresiasi
guan menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif sehingga siswa lebih tertarik untuk
mengikuti pelajaran. Dominasi guru di kelas
juga sudah berkurang sehingga guru tidak lagi
bersifat indoktrinasi. Guru juga telah membagi
siswa dalam kelompok dan menyampaikan
dilema moral untuk dipecahkan siswa secara
berkelompok untuk kemudian dipresentasikan.
Pada siklus I baik pertemuan pertama
tanggal 12 Maret 2010 dan kedua tanggal 17
91
Maret 2010 guru belum dapat mengontrol kerja
siswa, hal ini dikarenakan siswa belum
mempunyai pengalaman yang cukup terhadap
penerapan metode klarifikasi nilai. Guru
kelihatan tegang, dalam memberi penjelasan
terhadap pertanyaan yang diajukan siswa, maka
ketika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
langkah – langkah metode penanaman nilai,
guru tersebut meminta bantuan peneliti untuk
menjawabnya.
Guru telah mengawali pelajaran dengan
berdoa tetapi belum mengucapkan salam.
Dilihat dari kelengkapan perangkat pem-
belajaran ternyata guru yang bersangkutan
belum memilikinya. Demikian juga guru belum
nampak memberikan motivasi belajar siswa
supaya aktif mengambil peran dalam setiap
kegiatan, hal ini dapat dilihat pada waktu
pertemuan pertama dan kedua berlangsung
masih banyak siswa ngobrol dan bertanya asyik
bermain dengan teman sebelahnya. Di samping
itu guru belum aktif memantau dan mengawasi
kerja siswa dalam kelompok.
Pada bagian penutup proses pembelajar-
an, guru menjelaskan setiap permasalahan yang
tidak terselesaikan waktu diskusi berlangsung
dan selanjutnya, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru
92
menutup pelajaran dengan berdoa tetapi belum
diakhiri dengan mengucap salam.
2) Pengamatan terhadap Siswa
Pada tindakan ini kerjasama kelompok
untuk menyelesaikan tugas cukup baik, hal ini
terbukti siswa dapat mengumpulkan tuags
kelompok sesuai dengan langkah – langkah kerja
dalam metode klarifikasi nilai. Demikian juga siswa
telah memberikan kepercayaan kepada orang lain
atas dasar kemampuan untuk mempresenatsikan
tugas kelompok. Hal positif yang dapat diamati
berkaitan dengan nilai moral dari siswa yaitu
kesediaan untuk melaksanakan hasil keputusan
bersama dan keikhlasan untuk menjunjung tinggi
keputusan bersama.
d. Refleksi
Setelah siklus I berakhir, peneliti
mendiskusikan dnegan guru mengenai aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan metode
klarifikasi nilai. Penetapan metode ini pada siklus I
belum dapat dilaksanakan secara optimal
indikasinya siswa belum banyak berperan dalam
kelompok, di samping itu juga karena guru baru
pertama kali menerapkan metode tersebut.
1) Pengamatan terhadap guru
Hasil observasi terhadap guru IPS
terhadap penerapan metode penanaman nilai
moral menunjukkan respon yang baik,
93
meskipun pelaksanaan tindakan pada siklus I
guru masih canggung dan bingung mengajar
dengan model pembelajaran ini karena belum
biasa menggunakan. Dari pemantauan peneliti
banyak hal yang sudah dilaksanakan guru
seperti guru sudah mengawali pelajaran dengan
berdoa, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, tidak lagi mendominasi
pelajaran, menggunakan metode klarifikasi nilai
dalam pembelajaran IPS, membagi sisiwa dalam
kelompok, serta mengakhiri pelajaran dengan
doa.
2) Pengamatan terhadap siswa
Suasana pertemuan pertama dalam siklus
I siswa masih kelihatan cemas dan kaku karena
belum biasa menggunakan metode penanaman
nilai. Pada siklus I pertemuan pertama dan
kedua motivasi siswa mengikuti pelajaran
tergolong rendah, hal ini terlihat ketika guru
sudah berkali – kali meminta siswa utnuk
segera menampatkan diri sesuai dengan kelom-
poknya tidak segera beranjak dari tempat
duduknya sehingga siswa belum dapat mengi-
kuti pelajaran dengan tertib. Jalannya diskusi
juga sangat monoton karena didominasi oleh
orang – orang tertentu saja. Pada waktu ada
kesempatan bagi kelompok untuk mengajukan
pertanyaan atau pendapat terhadap kelompok
yang mempresentasikan tugas kelompok ter-
94
nyata dari lima kelompok yang ada hanya tiga
kelompok yang menggunakannya. Jumlah anak
yang angkat bicara selama pertemuan kedua
hanya ada 15 anak dari siswa sebanyak 35 yang
berarti baru 45% dan itu pun cenderung debat
kusir karena tidak ditunjuk seorang moderator
dan pemandu jalannya diskusi langsung
dilakukan oleh guru.
Rendahnya kemampuan siswa dalam
menanamkan nilai – nilai moralitas dalam pem-
belajaran juga disebabkan oleh beberapa hal,
seperti masih rendahnya kesadaran siswa untuk
menghargai perbedaan pendapat bahkan ada
beberapa siswa memotong pembicaraan teman
yang sedang berlangsung, dari lima kelompok
yang ada tiga kelompok cenderung mem-
pertahankan pendapat tanpa argumentasi yang
dapat dipertanggungjawabkan sehingga siswa
cenderung emosi apabila ada kritik yang
ditujukan kepada keolompoknya yang dilanjut-
kan dengan apersepsi berupa pertanyaan
singkat kepada siswa. Pada kegiatan inti pem-
belajaran guru memberikan tugas yang dikerja-
kan secara kelompok untuk kemudian
dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
Pada akhir pembelajaran guru selalu mem-
berikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal – hal yang belum dimengerti
95
dan mengakhiri dengan berdoa dan mengucap-
kan salam.
Analisis dan refleksi terhadap aktivitas
siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajar-
an dengan menggunakan metode penanaman
nilai menunjukkan keberhasilasn yang masih
rendah atas rancangan tindakan yang telah
dibuat.
Tabel 4. 9
Tingkat Ketuntasan Nilai Moralitas
dalam Pembelajaran IPS Siklus II
No Kategori
Ketuntasan Kelas
Pertemuan I Pertemuan 2
Jml
Siswa %
Jml
Siswa %
1 Aspek moral siswa
dalam aktivitas
individu
18 50 21 60
2 Aspek moral siswa
dalam aktivitas
kelompok
12 35 15 45
3 Aspek moral siswa
dalam aktivitas
kelas
10 30 14 40
Namun demikian ada aktivitas positif yang
dilakukan oleh siswa antara lain, siswa telah
melakukan aktivitas moral secara individu di
mana 18 siswa atau 50% dari 35 siswa pada
tindakan I telah mengalami peningkatan sebesar
96
60% atau meningkat menjadi 21 siswa pada
tindakan II. Aktivitas positif juga terjadi pada
aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok, di
mana siswa yang telah melakukan aktivitas ini
sebanyak 12 siswa atau 35%, dan kemudian
meningkat sebanyak 15 siswa atau 45% pada
tindakan II. Aktivitas positif juga terlihat pada
aspek moral siswa dalam aktivitas kelas, di
mana telah terjadi peningkatan sebesar 10%
dari tindakan I ke tindakan II, kondisi ini
terlihat pada tindakan I hanya 10 siswa atau
30% yang telah menerapkan konsep ini secara
baik, kemudian meningkat pada tindakan II
menjadi 14 siswa atau 40%.
Masih rendahnya penerapan konsep ini
disebabkan oleh belum ditingkatkan aktivitas
belajar siswa antara lain motivasi siswa dalam
mengikuti pelajaran, di mana hanya 45% siswa
yang sudah siap melakukan diskusi saat guru
memintanya. Dilihat dari keberanian siswa
mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain
baru, menghargai perbedaan pendapat dalam
kelas yang masih rendah sehingga beberapa
siswa masih sering memotong pembicaraan
teman saat diskusi ada tiga kelompok, jalannya
diskusi masih didominasi oleh kelompok
tertentu yang cenderung mempertahankan
pendapat yang kurang dapat dipertanggungja-
wabkan dan bahkan cara menanggapi kritik dari
97
kelompok lain masih bersifat emosional seba-
gaimana ditampilkan oleh kelompok I dan 3.
Berdasarkan hasil kesepakatan yang
dilakukan bersama kolaborator dapat disim-
pulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari
kegiatan pembelajaran belum tercapai. Dengan
demikian kegiatan dilanjutkan pada siklus
berikutnya dengan melakukan revisi terhadap
rencangan pembelajaran IPS yang telah dibuat
sebelumnya.
4.1.3 Tindakan Siklus II a. Rancangan pembelajaran Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada Siklus II
merupakan kelanjutan dari siklus I berhubung
proses pembelajaran pada siklus I belum mencapai
hasil sesuai denngan rancangan yang ditetapkan
maka perlu dilanjutkan pada siklus II.
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebanyak
dua kali pertemuan dengan materi pokok
keterbukaan dan jaminan keadilan dengan
menggunakan metode klarifikasi nilai. Metode
klarifikasi nilai merupakan rancangan tindakan
dalam penelitian ini sebagai upaya untuk
meningkatkan penanaman nilai – nilai moralitas
siswa sehingga tujuan belajar siswa dapat tercapai
secara optimal. Untuk mewujudkan nilai – nilai
moralitas pada siswa, dalam desain pembelajaran
ini guru berperan sebagai fasilitator dan nara
98
sumber serta observer selama proses pembelajaran.
Sebagai observer guru mengawali aktivitas siswa
mengenai motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran, diskusi dengan siswa lain, keaktifan
mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain,
ketertiban mengikuti pelajaran, kepemilikan buku
pelajaran, ketersediaan mendengarkan orang yang
sedang berbicara, kesediaan menghargai perbedaan
pendapat, mencari pemecahan masalah apabila ada
perbedaan pendapat, keikhlasan menjalankan
tugas kelompok, kerjasama dalam kelompok,
kesediaan melaksanakan keputusan, memperta-
hankan pendapat dengan argumen yang dapat
dipertanggungjawabkan serta kemampuan mena-
nggapi kritik.
Hasil refleksi dari siklus I diketahui bahwa
belum berhasilnya pelaksanaan tindakan secara
optimal sesuai dengan rancangan yang telah
ditetapkan karena pertama kali mengenal dan
menerapkan metode klarifikasi nilai. Di samping itu
disebabkan siswa sulit memahami permasalahan
yang ada dalam permasalahan moral yang
diberikan guru. Penyebab lainnya yaitu belum
ditunjuknya moderator untuk memimpin pelak-
sanaan diskusi.
Untuk mencapai hasil yang optimal, pada
siklus II perlu dibuat rancangan pembelajaran
yang memfokuskan pada penanaman nilai – nilai
moralitas seperti pada siklus I. Rancangan
99
pembelajaran dibuat antara guru dan peneliti
kemudian dikonsultasikan untuk ditindaklanjuti
dan direvisi pada tindakan berikutnya.
Berdasarkan pengamatan peneliti tentang
pelaksanaan dan hasil refleksi pada siklus I maka
untuk mencapai keberhasilan pada siklus II guru
harus bersungguh – sungguh dan lebih cermat
melaksanakan pembelajaran dengan metode
klarifikasi nilai. Berikut ini contoh rancangan
tindakan pembelajaran pendidikan yang mene-
kankan pada aspek moralitas siswa dengan meng-
gunakan metode penanaman nilai pada siklus II.
Tabel 4. 10
Rancangan Pembelajaran IPS melalui Metode
Penanaman Nilai Moral pada Siklus II Tindakan I
Rancangan Siklus II Tindakan I
Mata Pelajaran : IPS
Materi Pokok : Masalah Sosial
Pokok Bahasan : Pengangguran
Kelas/ Semester : V/ Genap
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan ke : 1
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu
1. Pendahuluan Persiapan
1. Guru membuka pelajaran dengan
salam
2. Guru melakukan apersepsi
3. Guru menyiapkan tugas yang akan
5 menit
100
diberikan kepada siswa
4. Guru memberikan deskripsi tugas
yang dikerjakan
5. Guru menjelaskan tata cara kerja
lama dalam kelompok
2. Kegiatan Inti Guru membagi siswa dalam kelompok
1. Siswa bekerja sesuai dengan tugas
yang diberikan guru
2. Siswa dalam mengerjakan tugas
kelompok mengikuti langkah :
a. Siswa menaliarni masalah yang
akan dipecahkan
b. Siswa menemukan data/ fakta
yang dijadikan sumber terhadap
pemecahan masalah
c. Siswa menunjukkan
pertimbangan positif dan negatif
dalam pemecahan masalah
d. Siswa mengambil kesimpulan
berdasar diskusi kelompok
e. Siswa menyebutkan penjelasan
lain jika diperlukan
60
menit
3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
2. Guru mengkoordinir pengumpulan
tugas siswa
3. Guru menutup pelajaran dengan doa
dan diakhiri salam
5 menit
Tabel 4. 11
Rancangan Pembelajaran IPS melalui
Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus II
Tindakan 2
Rancangan Siklus II Tindakan 2
101
Mata Pelajaran : IPS
Materi Pokok : Masalah Sosial
Pokok Bahasan : Pengangguran
Kelas/ Semester : V/ Genap
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan ke : 2
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu
1. Pendahuluan Persiapan 1. Guru membuka pelajaran dengan
salam 2. Guru melakukan apersepsi 3. Guru menyiapkan tugas yang
akan diberikan kepada siswa 4. Guru memberikan deskripsi tugas
yasng dikerjakan
5 menit
2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam kelompok 2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru 3. Guru menjelaskan tata cara kerja sama 4. Guru menjelaskasn tata cara diskusi 5. Guru mengamati jalannya diskusi
secara seksama untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa
60 menit
3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 2. Guru mengevaluasi jalannya diskusi yang dilaksanakan oleh siswa 2. Guru menjelaskasn permasalahan yang tidak terselesaikan 3. Guru menutup pelajaran dengan doa dan diakhiri salam
5 menit
Dengan dipilih seorang moderator oleh
siswa sendiri, pembelajaran yang fokusnya pada
moral siswa dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode penanaman nilai akan
bertambah baik.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II
102
Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali
pertemuan, dengan alokasi waktu 70 menit untuk
pertemuan pertama dan 70 menit untuk pertemuan
kedua dalam setiap pertemuan kegiatan
pembelajaran berorientasi pada memotivasi peran
aktif siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
merupakan penerapan rancangan yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan
tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
menggunakan metode penanaman nilai.
Pembelajaran tindakan II pada pertemuan pertama
dan kedua dilaksanakasn pada materi pokok
“masalah sosial”. Selama pelaksanaan tindakan
berlangsung guru bersama peneliti mengamati
serta mencatat kejadian yang ada sesuai dengan
hal – hal yang termuat dalam lembar observasi.
1) Pelaksanaan siklus II pertemuan I
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan
pada tanggal 12 Maret 2010 pertemuan pertama
pelaksanaan pembelajaran dengan penanaman
nilai – nilai moral anak dalam IPS menggunakan
metode klarifikasi nilai. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, siswa harus mengikuti langkah
– langkah :
a) Siswa memahami masalah yang akan dipe-
cahkan
b) Siswa menunjukkan data/fakta yang dija-
dikan sumber terhadap pemecahan masalah
103
c) Siswa menunjukkan pertimbangan positif
dan negatif dalam pemecahan masalah
d) Siswa mengambil kesimpulan berdasar dis-
kusi kelompok
e) Siswa menyebutkan pemecahan masalah
yang diambil oleh kelompok
f) Siswa memberikan penjalasan lain jika
diperlukan
Masalah yang dipecahkan siswa dalam
siklus II berupa materi kontekstual yang erat
hubungannya dengan masalah sosial. Sesuai
dengan rancangan tindakan yang telah
ditetapkan, guru memulai pelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam. Untuk
menarik minat siswa dalam mengikuti
pelajaran, guru memulai pelajaran dengan
melakukan apersepsi yaitu dengan cara
memberikan pertanyaan–pertanyaan singkat
yang pernah dibicarakan pertemuan sebe-
lumnya. Selanjutnya guru meminta siswa
menempatkan diri sesuai dengan pembagian
kelompok yang ada kemudian mendis-
kusikan materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan
indikator pembelajaran dengan mengguna-
kan bahasa yang mudah dipahami siswa.
Siswa memperhatikan dan menyimak
penjelasan guru dengan seksama. Kemudian
siswa diminta untuk membentuk kelompok.
104
Jumlah kelompok yang dibentuk ada lima
kelompok dengan masing – masing kelompok
beranggotakan delapan orang. Karena jumlah
siswa kelas V ada 35 anak, maka untuk satu
kelompok beranggotakan tujuh anak. Setelah
siswa membentuk kelompok, selanjutnya
guru membagikan tugas kepada kelompok
untuk didiskusikan dengan tugas yang
berbeda antara kelompok satu dengan
lainnya.
Selama siswa menyelesaikan tugas
kelompok, guru mengamati dan membimbing
kerja sama secara bergiliran. Pada bagian
penutup guru mengkoordinir pengumpulan
hasil diskusi siswa dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya
terhadap hal yang belum dimengerti dan
memberikan penjelasan sejelas mungkin
kepada murid. Setelah memeriksa tugas
siswa dan tidak ada lagi pertanyaan yang
diajukannya, guru kemudian menutup
materi pelajaran dengan berdoa dan diakhiri
dengan salam.
2) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke 2
Pertemuan kedua ini merupakan
kelanjutan dari pertemuan pertama dengan
materi pokok keterbukaan dan jaminan
keadilan. Seperti pada pertemuan pertama, guru
memulai pelajaran dengan berdoa dan mengu-
105
capkan salam dilanjutkan dengan melakukan
apersepsi yaitu mengajukan beberapa per-
tanyaan singkat untuk dijawab siswa, hal ini
dilakukan untuk memfokuskan perhatian siswa.
Pertanyaan tersebut menyangkut materi yang
sudah diajarkan.
Sebelum dilaksanakan kegiatan inti guru
menyampaikan tata cara siswa dalam
melakukan diskusi supaya lebih terarah. Di
samping itu guru juga memotivasi siswa agar
berperan aktif dalam setiap kegiatan dengan
mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain
yang sedang mempresentasikan tugas kelompok
atau menjawab pertanyaan yang diajukan dari
kelompok lain. Selanjutnya siswa bergabung
dalam kelompok sesuai dengan pembagian
kelompoknya untuk melakukan diskusi dengan
aturan main yang sudah dijelaskan oleh guru.
Guru mengamati secara seksama aktivitas siswa
selama berlangsungnya diskusi dan mencatat
hal – hal yang belum terjasab.
Pada bagain penutup, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal yang belum jelas dan menanggapi setiap
pertanyaan yang dilakukan siswa serta
memberikan penjelasan atas persoalan yang
tidak terselesaikan pada waktu diskusi. Setelah
tanya jawab selesai, guru memotivasi siswa agar
kerja sama kelompok terus ditingkatkan dan
106
kepada anggota yang masih pasif untuk giat
berperan dalam pertemuan berikutnya.
Selanjutnya guru menutup pelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam.
c. Hasil Tindakan Siklus II
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
peneliti bersama kolaborator, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1) Pengamatan terhadap Guru
Guru telah melaksanakan pembelajaran
pada siklus II pertemuan pertama dan kedua
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Tidak seperti pada siklus sebelumnya, pada
siklus II ini guru sudah tidak canggung dan
langsung sehingga hampir semua pertanyaan
yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan
penerapan metode klarifikasi nilai dapat dijawab
dengan baik. Guru telah berusaha untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan berpendapat selama pembelajaran
berlangsung. Di samping itu guru tetap
melakukan apersepsi guna menciptakan
susasana pembelajaran yang kondusif untuk
menarik perhatian siswa mengikuti pelajaran.
Dominasi guru di kelas juga sudah berkurang
sehingga guru tidak lagi bersifat indoktrinasi.
Guru juga telah membagi siswa dalam kelompok
dan menyamppaikan tugas untuk dipecahkan
107
siswa secara berkelompok dengan topik
:”Pengangguran” untuk kemudian dipresentasi-
kan.
Pada siklus II pertemuan pertama tanggal
12 Maret 2010 dan kedua tanggal 27 maret
2010 sudah banyak peningkatan dalam
pembelajaran dibanding pada siklus I. guru
mulai mengontrol kegiatan siswa, hal ini
dikarenakan guru sudah mempunyai penga-
laman dari siklus I terhadap penerapan metode
klarifikasi nilai. Guru sudah tidak begitu kaku
dalam menyampaikan penjelasan terhadap
pertanyaan yang diajukan siswa, maka ketika
ada pertanyaan dari siswa mengenai langkah –
langkah metode klarifikasi nilai guru tidak lagi
meminta bantuan peneliti utnuk menjawabnya.
Hanya dalam pertemuan pertama dan kedua
siklus II guru belum menguasai materi secara
baik terbukti ketika ada beberapa pertanyaan
yang diajukan siswa guru belum menjalas-
kannya secara fokus dan bahkan ada beberapa
penjelasan guru yang tidak benar.
Guru telah mengawali pelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam. Dilihat dari
kelengkapan perangkat pembelajaran ternyata
guru yang bersangkutan masih belum
memilikinya. Guru sudah nampak memberikan
motivasi belajar siswa supaya aktif mengambil
peran dalam setiap kegiatan, hal ini dapat
108
dilihat pada waktu pertemuan pertama dan
kedua berlangsung begitu guru meminta siswa
untuk melakukan diskusi sebagian siswa sudah
bergabung dalam kelompoknya meskipun ada
satu kelompok yang asyik ngobrol dan bermain
dengan teman sebelahnya. Namun demikian
guru sudah aktif memantau dan mengawasi
kerja siswa dalam kelompok sesuai dengan
lembar observasi dan rancangan yang telah
ditetapkan.
Psda bagian penutup proses pembela-
jaran, guru menjelaskan setiap permasalahan
yang tidak terselesaikan dalam diskusi dan
selanjutnya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan. Setelah
tanya jawab dirasa cukup, guru menutup
pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan
mengucap salam.
2) Pengamatan terhadap Guru
Suasana pertemuan pertama dalam siklus
II siswa sudah tidak kelihatan cemas dan kaku
karena sudah mempunyai pengalaman meng-
gunakan metode klarifikasi nilai pada siklus II.
Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua
motivasi siswa mengikuti pelajaran tergolong
tinggi, hal ini terlihat ketika guru meminta siswa
untuk menempatkan diri sesuai dengan
kelompoknya hampir semua duduk bergabung
dalam kelompoknya masing – masing, hanya
109
ada satu kelompok yang masih asyik ngobrol
dan gaduh karena revisi terhadap bahan yang
akan dipresentasikan belum selesai. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
sudah menyiapkan diri dan dapat mengikuti
pelajaran dengan tertib. Jalannya diskusi sudah
dipimpin oleh moderator yang disepakati oleh
teman – temannya yaitu siswa yang bernama
Rusdi dan dapat memimpin pelaksanaan
presentasi dengan baik sehingga pembicaraan
tidak lagi didominasi oleh orang – orang
tertentu. Pada waktu ada kesempatan siswa
untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat
terhadap kelompok yang mempresentasikan
tuagsnya, semua kelompok sudah mengguna-
kan kesempatan dengan baik. Jumlah anak
yang angkat bicara selama pertemuan kedua
berlangsung ada 21 anak dari siswa sebanyak
35 yang berarti baru 60% meskipun cenderung
didorong oleh teman dalam kelompoknya.
Demikian juga kesediaan siswa untuk
menghargai perbedaan pendapat sudah baik
ketika ada siswa yang mempresentasikan tugas
kelompok dan menjawab pertanyaan dari
kelompok lain hampir semua siswa menyimak
dan tidak asyik ngobrol. Dari lima kelompok
yang ada satu kelompok cenderung memperta-
hankan pendapat tanpa argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara ilmiah, cende-
110
rung emosi sedangkan untuk empat kelompok
lainnya dapat menanggapinya dengan santun
apabila ada kritik yang ditujukan kepada
kelompoknya.
Sebagaimana yang terjadi pada siklus I
kerjasama kelompok untuk menyelesaikasn
tugas cukup baik, hal ini terbukti siswa dapat
mengumpulkan tugasnyas sesuai dengan
langkah–langkah kerja dalam metode klarifikasi
nilai. Demikian juga siswa telah memberikan
kepercayaan kepada orang lain atas dasar
kemampuan untuk mempresentasikan tugas
kelompok. Di samping itu hal positif yang dapat
diamati dari siswa yaitu kesediaan untuk
melaksanakan hasil keputusan bersama dan
keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusan
bersama.
Tabel 4. 12
Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam
Pembelajaran IPS Siklus Kedua Pertemuan 1
No Kategori
Penilaian Ketuntasan
Kelas
Skor
Kelas
Rata
- rata
Jml
Siswa
%
111
1 Aspek moral siswa dalam
aktivitas individu
357 17,85 21 60
2 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelompok
356 17,8 18 50
3 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas
359 17,95 25 70
Berdasarkan data observasi siklus kedua
tindakan I didapatkan bahwa masih rendahnya
tingkat ketuntasan belajar siswa dalam
memahami konsep nilai moralitas, kondisi ini
dapat dilihat dari skor yang dicapai siswa
berdasarkan lembar observasi yang dilakukan.
Pada aspek moral siswa dalam aktivitas individu
diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V
hanya 21 siswa atau 60% yang telah
menerapkan aspek ini, sedangkan rata – rata
pencapaian kelas sebesar 17,85 dari 357 skor
yang diperoleh siswa. Untuk kategori kedua,
yaitu pada aspek moral siswa dalam aktivitas
kelompok, didapatkan bahwa skor yang
diperoleh seluruh siswa sebesar 356 dengan
rata – rata pencapaian sebesar 17,8 dan hanya
18 siswa atau 50% yang telah menerapkan
konsep ini secara baik. Sedangkan untuk aspek
moral siswa dalam aktivitas kelompok,
didapatkan bahwa skor yang diperoleh seluruh
siswa sebesar 356 dengan rata – rata
pencapaian sebesar 17,8 dan hanya 18 siswa
atau 50% yang telah menerapkan konsep ini
secara baik. Sedangkan untuk aspek moral
112
siswa dalam aktivitas kelas, didapatkan skor
pencapaian kelas sebesar 359 dengan rata – rata
kelas sebesar 17,95 dari data tersebut
didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas
dalam menerapkan konsep ini secara baik
berjumlah 25 siswa atau baru mencapai taraf
70%.
Tabel 4. 13
Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam
Pembelajaran IPS Siklus Kedua Pertemuan 1
No Kategori
Penilaian Ketuntasan
Kelas
Skor
Kelas
Rata
- rata
Jml
Siswa
%
1 Aspek moral siswa dalam
aktivitas individu
359 17,95 25 70
2 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelompok
359 17,95 21 60
3 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas
358 17,9 23 65
Berdasarkan data observasi siklus kedua
tindakan II juga didapatkan bahwa masih
rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa
dalam memahami konsep nilai moralitas,
walaupun secara argumentatif telah mengalami
peningkatan dibanding pada tindakan I, kondisi
ini dapat dilihat dari skor yang dicapai siswa
berdasarkan lembar observasi yang dilakukan.
Pada aspek moral siswa dalam aktivitas individu
113
diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V
hanya 14 siswa atau 25% yang telah
menerapkan aspek ini, sedangkan rata – rata
pencapaian kelas sebesar 17,95 dari 359 skor
yang diperoleh siswa. Untuk kategori kedua,
yaitu pada aspek moral siswa dalam aktivitas
kelompok, didapatkan bahwa skor yang
diperoleh seluruh siswa sebesar 359 dengan
rata – rata pencapaian sebesar 17,95 dan hanya
21 siswa atau 60% yang telah menerapkan
konsep ini secara baik. Sedangkan untuk aspek
moral siswa dalam aktivitas kelas, didapatkan
skor pencapaian kelas sebesar 358 dengan rata
– rata kelas sebesar 17,9 dari data tersebut
didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas
dalam menerapkan konsep ini escara baik
berjumlah 23 siswa atau baru mencapai taraf
65%.
d. Refleksi Siklus II
Setelah siklus II berakhir, peneliti
mendiskusikan dengan guru mengenai aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan metode klarifikasi
nilai. Penerapan metode ini pada siklus II sudah
banyak mengalami peningkatan baik dilihat dari
persiapan mengajar guru maupun proses
pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan guru
sudah mengalami metode penanaman nilai dengan
baik, indikasinya siswa sudah banyak berperan dalam
114
kelompok. Berdasarkan hasil diskusi disimpulkan
bahwa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
pembelajaran sudah banyak mengalami peningkatan.
Dengan demikian, hal – hal positif yang telah dicapai
perlu untuk ditentukan sedangkan untuk beberapa
item yang belum mencapai hasil yasng optimal perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya dnegan melakukan
revisi terhadap rancangan pembelajaran yang telah
dibuat sebelumnya.
e. Pembahasan Siklus II
Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode
klarifikasi nilai pada siklus II pertanyaan pertama
dan kedua guru sudah memulai pembelajaran
dengan doa dan mengucapkan salam yang
dilanjutkan dengan menyampaikan apersepsi
berupa pertanyaan singkat kepada siswa. Pada
kegiatan inti pembelajaran guru memberikan tugas
yang dikerjakan secara kelompok untuk kemudian
dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
Hasilnya semua kelompok dapat menyelesaikan
tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada akhir pembelajaran guru selalu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal –
hal yang belum dimengerti dan mengakhiri dengan
berdoa dan mengucapkan salam.
Hasil observasi terhadap guru IPS atas
diterapkan metode penanaman nilai menunjukkan
115
respon yang baik, tindakan pada siklus II tidak
canggung dan bingung mengajar dengan model
pembelajaran ini. Dari pemantauan peneliti banyak
hal yang sudah dilaksanakan guru seperti guru
sudah mengawali pelajaran dengan berdoa dan
salam, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, guru tidak lagi mendominasi
pelajaran, guru menggunakan metode penanaman
nilai dalam pembelajaran IPS, guru membagi siswa
dalam kelompok, serta mengakhiri pelajaran
dengan doa.
Analisis dan refleksi terhadap aktivitas
siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran
dengan menggunakan metode penanaman nilai
menunjukkan peningkatan pembelajaran yang
berorientasi pada aspek moralitas anak sesuai
dengan rancangan tindakan yang telah dibuat.
Tabel 4. 14
Tingkat Ketuntasan Nilai Moralitas
dalam Pembelajaran IPS Siklus Kedua
No Kategori Ketuntasan Kelas
Pertemuan I Pertemuan 2
116
Jml
Siswa %
Jml
Siswa %
1 Aspek moral siswa dalam
aktivitas individu
21 60 25 70
2 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelompok
18 50 21 60
3 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas
25 70 23 65
Aktivitas positif yang dilakukan oleh siswa
antara lain siswa melakukan diskusi dengan
sesama teman dan ada 2 dari 35 siswa (kurang
dari 10%) yang tidak sportif dalam kelompoknya,
mendengarkan orang lain yang sedang berbicara
ada 32 dari 35 siswa (90%), memberikan
kepercayaan kepada orang lain atas dasar
kemampuan tergolong tinggi terbukti semua
kelompok menunjuk wakil untuk mempre-
sentasikan hasil kerja kelompok dengan kemam-
puannya, bekerjasama menyelesaikan tugas ke-
lompok, melaksanakan keputusan bersama, serta
menjunjung tinggi hasil keputusan bersama.
Kesediaan menghargai perbedaan pendapat cukup
baik, siswa mendengarkan atas penjelasan dari
kelompok lain dengan seksama sehingga tidak
memotong pembicaraan teman saat diskusi. Dalam
mempertahankan pendapat sudah bersifat ilmiah
dan apabila ada perbedaan pendapat dapat dicari
penyelesaian yang baik.
Sedangkan aktivitas siswa yang perlu
ditingkatkan antara lain : motivasi siswa dalam
117
mengikuti pelajaran secara optimal yang ditetap-
kan siswa lebih tertib dalam mengikuti pelajaran.
Dilihat dari keberanian siswa mengajukan
pertanyaan kepada kelompok lain. Di samping itu,
semangat siswanya untuk berprestasi belum begitu
menggembirakan karena setelah dicermati dari
tugas yang dikumpulkan sebagian besar masih
bersifat asal mengumpulkan. Di samping itu saat
mempresentasikan hasil kelompok, hanya ada 2
kelompok yang secara sungguh – sungguh
melaksanakan diskusi misalnya menggunakan
media pembelajaran.
4.1.4 Tindakan Siklus Ketiga a. Rancangan pembelajaran siklus III
Pelaksanaan tindakan pada siklus III
merupakan kelanjutan dari siklus II untuk lebih
memantapkan dan meyakinkan pencapaian
peningkatan pembelajaran yang berorientasi
pada penanaman nilai moral anak pada siklus III
bukan karena kebetulan tetapi memang sudah
dirancang sebelumnya. Pembelajaran pada
siklus III dilaksanakan sebanyak dua kali
pertemuan pada materi pokok “Masalah Sosial”
sudah bergabung dalam kelompok, siap dan
tertib dalam mengikuti pelajaran. Dilihat dari
keberanian siswa mengajukan pertanyaan
kepada kelompok lain termasuk tinggi dilakukan
oleh 32 dari 35 siswa (90%). Di samping itu,
118
semangat siswa untuk berprestasi sudah
menggembirakan, hal ini dilihat ketika siswa
mempresentasikan tugasnya semua kelompok
menggunakan media yang mudah dipahami
kelompok lain untuk lebih memperjelas jawaban.
Demikian juga anggota kelompok aktif
menjelaskan atas pertanyaan yang diajukan dari
kelompok lain.
Dalam pertemuan pertama dan kedua
pada siklus II guru menguasai materi secara
baik terbukti ketika ada beberapa pertanyaan
yang diajukan siswa yang berhubungan dengan
isi pelajaran guru dapat menjelaskan dengan
tenang dan benar. Namun sampai dengan
pelaksanaan siklus II satu hal yang dirasakan
belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu
guru belum mempunyai pernagkat pembelajaran
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam KTSP.
Pelaksanaan tindakan pada siklus III
merupakan kelanjutan dari siklus II untuk lebih
memantapkan dan meyakinkan pencapaian
peningkatan pembelajaran yang berorientasi
pada penanaman nilai moral anak. Pembelajaran
pada siklus III dilasknaakan sebanyak dua kali
pertemuan pada materi pokok “Masalah Sosial”
dengan kompetensi dasar kemampuan
menganalisis dan merespon permasalahan yang
terjadi di masyarakat dengan metode
penanaman nilai, metode penanaman nilai
119
merupakan rencana tindakan dalam penelitian
ini sebagai upaya untuk menigkatkan proses
pembelajaran IPS yang berorientasi pada nilai –
nilai moral anak. Supaya tujuan belajar siswa
dapat tercapai secara optimal, pelaksanaan
siklus III ini, didasarkan hasil refleksi pada
siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan
pembelajaran yang positif, untuk lebih
meyakinkan apa yang telah dicapai maka perlu
diadakan pembelajaran dengan metode yang
sama.
Hasil refleksi dari siklus II diketahui
bahwa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
pembelajaran sudah berhasil meskipun dapat
ditingkatkan lagi. Dengan demikian, secara
umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
sudah berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran
meningkat cukup berarti. Dilihat dari
keberanian siswa mengajukan pertanyaan
kepada kelompok lain termasuk tinggi dilakukan
oleh 27 dari 35 siswa (75%). Di samping itu,
semangat siswa untuk berprestasi sudah
menggembirakan, ketika siswa mempresen-
tasikan tugasnya kelompok menggunakan siswa
yang mudah dipahami kelompok lain untuk
lebih memperjelas jawaban. Demikian juga
anggota kelompok aktif menjelaskan dan
menjawab pertanyaan yang diajukan dari ke-
120
lompok lain. Pada siklus II, guru menguasai ma-
teri secara baik, ketika ada beberapa per-
tanyaan siswa yang berhubungan dengan isi pe-
lajaran guru dapat menjelaskan dengan tenang
dan benar. Untuk mendapatkan gambar-an yang
telah memuaskan hasil yang dicapai pada siklus
II maka perlu dilaksanakan siklus III.
Tabel 4. 15
Rancangan Pembelajaran IPS melalui
Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus III
Tindakan 1
Rancangan Siklus I Tindakan 1
Mata Pelajaran : IPS
Materi Pokok : Masalah Sosial
Pokok Bahasan : Kejahatan
Kelas/ Semester : V/ Genap
Waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan ke : 1
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu
1. Pendahuluan Persiapan
1. Guru membuka pelajaran
dengan salam. 1 guru
melakukan apersepsi
2. Guru menyiapkan tugas yang
akan diberikan kepada siswa
3. Guru memberikan deskripsi
tugas yasng dikerjakan
4. Guru menjelaskan tata cara
5 menit
121
kerja lama dalam kelompok
2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam
kelompok
2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas
yang diberikan guru
3. Siswa dalam mengerjakan tugas
kelompok mengikuti langkah :
a. Siswa memahami masalah
yang akan dipecahkan
b. Siswa menemukan data/fakta
yang dijadikan sumber terhadap
pemecahan masalah
c. Siswa menunjukkan
pertimbangan positif dan negatif
dalam pemecahan masalah
d. Siswa mengambil kesimpulan
berdasar diskusi kelompok
e. Siswa menyebutkan pemecahan
yang diambil oleh kelompok
f. Siswa menyebutkan penjelasan
lain jika diperlukan
60 menit
3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
2. Guru mengkoordinir
pengumpulan tugas siswa
3. Guru menutup pelajaran dengan
doa dan diakhiri salam
5 menit
Tabel 4. 16
Rancangan Pembelajaran IPS melalui
Metode Penanaman Nilai Moral pada Siklus II
Tindakan 2
122
Rancangan Siklus III Tindakan 2
Mata Pelajaran : IPS
Materi Pokok : Masalah Sosial
Pokok Bahasan : Kejahatan
Kelas/ Semester : IV/ Genap
Waktu : 35 menit
Pertemuan ke : 2
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Waktu
1. Pendahuluan Persiapan
1. Guru membuka pelajaran dengan
salam
2. Guru melakukan apersepsi
3. Guru menyiapkan tugas yang
akan diberikan kepada siswa
4. Guru memberikan deskripsi tugas
yang dikerjakan siswa
5 menit
2. Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa dalam
kelompok
2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas
yang diberikan guru
3. Guru menjelaskan tata cara kerja
sama
4. Guru menjelaskan tata cara diskusi
5. Guru mengamati jalannya diskusi
secara seksama untuk mengetahui
tingkat partisipasi siswa
60 menit
3. Penutup 1. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
2. Guru mengevaluasi jalannya
diskusi yang dilaksanakan oleh siswa
2. Guru menjelaskan permasalahan
yang tidak terselesaikan
3. Guru menutup pelajaran dengan
doa dan diakhiri salam
5 menit
123
b. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus III
Siklus III dilaksanakan sebanyak dua kali
pertemuan, dengan alokasi waktu 70 menit untuk
pertemuan pertama dan 70 menit untuk pertemuan
kedua. Dalam setiap pertemuan kegiatan pembe-
lajaran berorientasi pada memotivasi peran aktif dan
semangat berprestasi siswa. Pelaksanaan tindakan
pada siklus III merupakan penerapan rancangan
tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
menggunakan metode penanaman nilai. Pembelajaran
tindakan III pada pertemuan pertama dan kedua
dilaksanakan pada materi pokok “Masalah Sosial”.
1) Pelaksanaan Tindakan III Pertemuan I
Pertemuan pertama Siklus III dilaksa-
nakan pada tanggal 12 Februari 2010 pertemuan
pertama pelaksanaan pembelajaran yang
berorientasi pada aspek moral anak dalam IPS
dengan menggunakan metode penanaman nilai.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok siswa harus
menggunakan langkah – langkah :
a) Siswa memahami masalah yang akan
dipecahkan
b) Siswa menunjukkan data/ fakta yang dijadikan
sumber terhadap pemecahan masalah
c) Siswa menunjukkan pertimbangan positif dan
negatif dalam pemecahan masalah
124
d) Siswa mengambil kesimpulan berdasar diskusi
kelompok
e) Siswa menyebutkan pemecahan yang diambil
oleh kelompok
f) Siswa memberikan penjelasan lain jika
diperlukan
Masalah yang dipecahkan siswa dalam siklus
III berupa materi kontekstual yang erat hubungan
dengan masalah sosial yaitu wacana yang bertema
:”Mengenal Kejahatan “.
Sesuai dengan rancangan tindakan yang
telah ditetapkan, guru memulai pelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam. Untuk menarik
minat siswa dalam mengikuti pelajaran, guru
memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi
yaitu dengan cara memberikan pertanyaan –
pertanyaan singkat yang pernah dibicarakan pada
pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru meminta
siswa untuk menempatkan diri sesuai dengan
pembagian kelompok yang ada kemudian
mendiskusikan materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan
indikator pembelajaran dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami siswa. Siswa
memperhatikan dan menyimak penjelasan guru
dengan seksama. Kemudian siswa diminta untuk
membentuk kelompok. Jumlah kelompok yang
dibentuk ada lima kelompok yang masing – masing
125
kelompok beranggotakan empat orang. Karena
jumlah siswa kelas V ada 35 anak maka untuk
satu kelompok dengan anggota empat anak.
Setelah siswa membentuk kelompok, selanjutnya
guru membagikan tugas kepada kelompok untuk
didiskusikan dengan tugas yang berbeda antara
kelompok satu dnegan lainnya.
Selama siswa menyelesaikan tugas kelompok,
guru mengamati dan membimbing kerjasama siswa
secara bergiliran. Pada bagian penutup guru
mengkoordinir pengumpulan hasil diskusi siswa
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terhadap hal yang belum dimengerti dan
memberikan penjelasan sejelas mungkin kepada
murid. Setelah memeriksa tugas siswa dan tidak
ada lagi pertanyaan yang diajukannya, guru
kemudian menutup materi pelajaran dengan
berdoa dan diakhiri dengan salam.
2) Pelaksanaan Tindakan III Pertemuan I
Pertemuan kedua ini merupakan kelanjutan
dari pertemuan pertama dengan materi pokok
“masalah sosial”. Seperti pada pertemuan pertama,
guru memulai pelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam dilanjutkan dengan
melakukan apersepsi yaitu mengajukan beberapa
pertanyaan singkat untuk dijawab siswa, hal ini
dilakukan untuk memfokuskan perhatian siswa.
126
Pertanyaan tersebut menyangkut materi yang
sudah diajarkan.
Sebelum dilaksanakan kegiatan inti guru
menyampaikan tata cara siswa dalam melakukan
diskusi supaya lebih terarah. Di samping itu, guru
juga memotivasi siswa agar berperan aktif dalam
setiap kegiatan dan menunjukkan semangat
berprestasi. Selanjutnya siswa bergabung dalam
kelompok sesuai dengan pembagian kelompok
utnuk melakukan diskusi dengan aturan main
yang sudah dijelaskan oleh guru. Guru mengamati
secara seksama aktivitas siswa selama berlang-
sungnya diskusi dan menacatat hal – hal yang
belum terjawab.
Pada bagian penutup, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal
yang belum jelas dan menanggapi setiap
pertanyaan yang diajukan siswa serta memberikan
penjelasan atas persoalan yang tidak terselesaikan
pada waktu diskusi. Setelah tanya jawab selesai,
guru memotivasi siswa agar kerja sama kelompok
terus ditingkatkan dan kepada anggota yang masih
pasif untuk giat berperan dalam pertemuan
berikutnya. Di akhir kegiatan guru menutup
pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
c. Hasil Tindakan Siklus III
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
peneliti dengan guru IPS diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
127
1) Pengamatan terhadap guru
Guru telah melaksanakan pembelajaran pa-
da siklus III pertemuan pertama dan kedua sesuai
rancangan yang telah ditetapkan. Pada siklus III ini
guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya dan berpendapat selama pembelajaran
berlangsung, suasana pembelajaran bersifat demo-
kratis, terbuka bahkan ada beberapa canda yang
menambah hangatnya keadaan. Kesan guru galak,
angker dan mendominasi kelas tidak terlihat dalam
proses belajar mengajar. Di samping itu guru juga
melakukan apersepsi guna menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif untuk menarik perhatian
siswa mengikuti pelajaran. Selanjutnya guru membagi
siswa dalam kelompok yang anggota – anggota berbeda
dari siklus II, kemudian guru menyampaikan tugas
untuk dipecahkan siswa secara berkelompok dengan
judul :”Tindak Kejahatan di Masyarakat”.
Pada siklus III pertemuan pertama tanggal 12
Februari 2010 dan kedua tanggal 14 Februari 2010
semakin menguatkan hasil yang dicapai pada siklus II.
Guru benar – benar dapat mengontrol kerja siswa
karena guru sudah mempunyai pengalaman dari
siklus I dan II. Guru mempunyai percaya diri yang
tinggi, tidak kaku dalam menyampaikan penjelasan
terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Dalam
pertemuan pertama dan kedua siklus III guru
menguasai materi dan mempersiapkan diri secara
mantap atas materi yang dipecahkan siswa terbukti
128
ketika ada beberapa pertanyaan yang diajukan siswa,
guru dapat menjelaskan dengan tenang dan benar.
Sebagaimana yang ada dalam rancangan
pembelajaran, guru mengawali pelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam dan siswa juga
menjawab salam dengan kompak. Untuk kesekian
kalinya guru memberikan motivasi belajar siswa
supaya aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan
presentasi hasil kelompok. Sebaliknya siswa sangat
respek dalam pembelajaran ini, pada pertemuan
pertama dan kedua berlangsung begitu guru dan
peneliti memasuki ruangan kelas, siswa sudah
bergabung dalam kelompok siap dan tertib mengikuti
pelajaran. Kendala yang masih nampak pada
pelakanaan siklus III, seperti pada pertemuan
sebelumnya yaitu guru belum mempunyai keleng-
kapan perangkat pembelajaran.
Pada bagian penutup proses pembelajaran,
banyak sekali siswa yang bertanya dibanding siklus II
sehingga guru kekurangan waktu untuk menjelas-
kannya. Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru me-
nutup pelajaran dengan berdoa dan diakhiri dengan
mengucap salam.
2) Pengamatan terhadap siswa
Suasana pertemuan pertama dalam siklus III
terasa menyenangkan berbeda dengan siklus
sebelumnya, begitu guru dan peneliti masuk kelas
siswa sudah bergabung dalam kelompok siap
menerima tugas dari guru. Pada siklus III pertemuan
129
e\pertama dan kedua motivasi siswa mengikuti
pelajaran tergolong tinggi, tanpa diminta oleh guru
siswa sudah menempatkan diri sesuai dengan
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah
siap dan tertib mengikuti pelajaran. Bertindak selaku
moderator adalah siswa yang bernama Ambang
Setiawan yang memimpin dengan tegas tetapi
humoris. Pada waktu ada kesempatan bagi siswa
untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat
terhadap kelompok yang mempresentasikan tugasnya
semua kelompok juga berebut mengacungkan jari
untuk bertanya. Jumlah anak yang ikut berbicara
selama pertemuan kedua berlangsung ada 25 anak
dari siswa sebanyak 35 yang berarti ada 70%.
Demkian juga kesediaan siswa untuk menghargai
perbedaan pendapat sudah baik. Ada beberapa siswa
yang mempertahankan pendapat tetapi disertai
argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan
jika belum ada titik temu mereka sepakat untuk
menanyakan kepada guru/ nara sumber.
Sebagaimana yang terjadi pada siklus I dan II
kerjsama kelompok untuk menyelesaikan tugas cukup
baik, hal ini terbukti semua kelompok mengumpulkan
tugas sesuai dengan langkah – langkah yang
ditentukan dan tepat waktu. Demikian juga siswa
telah memberikan kepercayaan kepada siswa yang
dipandang mampu untuk mewakili kelompok
mempresentasikan tugas kelompok. Karena anggota
kelompok, pada siklus III tidak sama dengan siklus II
130
maka secara otomatis personil yang mewakili
kelompok juga berbeda. Berdasar pengamatan peneliti
dan guru IPS menyimpulkan bahawa kesediaan siswa
untuk melaksanakakan hasil keputusan bersama dan
keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusan
bersama tergolong tinggi.
Tabel 4. 17
Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam
Pembelajaran IPS Siklus Ketiga Pertemuan 1
No Kategori
Penilaian Ketuntasan
Kelas
Skor
Kelas
Rata -
rata
Jml
Siswa
%
1 Aspek moral siswa dalam
aktivitas individu
359 17,95 25 70
2 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelompok
358 17,9 25 70
3 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas
356 17,8 21 60
Berdasarkan data observasi siklus ketiga
tindakan I didapatkan bahwa masih rendahnya tingkat
ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep
nilai moralitas, kondisi ini dapat dilihat dari skor yang
dicapai siswa berdasarkan lembar observasi yang
dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam aktivitas
individu diperoleh bahwa dari 35 jumlah siswa kelas V
hanya 25 siswa atau 70% yang telah menerapkan
131
aspek ini, sedangkan rata – rata pencapaian kelas
sebesar 17,95 dari 359 skor yang diperoleh siswa.
Untuk kategori kedua, yaitu pada aspek moral siswa
dalam aktivitas kelompok, didapatkan bahwa skor
yang diperoleh seluruh siswa sebesar 358 dengan rata
– rata pencapaian sebesar 17,9 dan hanya 25 siswa
atau 70% yang telah menerapkan konsep ini secara
baik. Sedangkan untuk aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas, didapatkan skor pencapaian kelas
sebesar 356 dengan rata – rata kelas sebesar 17,8 dari
data tersebut didapatkan bahwa tingkat ketuntasan
kelas dalam menerapkan konsep ini secara baik
berjumlah 21 siswa atau baru mencapai taraf 60%.
Tabel 4. 18
Aspek Penanaman Nilai Moralitas dalam
Pembelajaran IPS Siklus Ketiga Pertemuan 2
No Kategori
Penilaian Ketuntasan
Kelas
Skor
Kelas
Rata -
rata
Jml
Siswa
%
1 Aspek moral siswa dalam
aktivitas individu
371 18,55 28 80
2 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelompok
378 18,9 30 85
3 Aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas
371 18,55 26 75
Berdasarkan data observasi siklus ke II
tindakan II didapatkan bahwa telah maksimalnya
tingkat ketuntasan belajar siswa dalam memahami
132
konsep nilai moralitas, secara argumentatif telah
terjadinya peningkatan yang signifikan dibandingkan
pada tindakan I, kondisi ini dapat dilihat dari skor
yang dicapai siswa berdasarkan lembar observasi yang
dilakukan. Pada aspek moral siswa dalam aktivitas
individu diperoleh bahwa dari 35 junlah siswa kelas V,
28 siswa atau 80% telah menerapkan aspek ini,
sedangkan rata – rata pencapaian kelas sebesar 18,55
dari 371 skor yang diperoleh siswa. Untuk kategori
kedua, yaitu pada aspek moral siswa dalam aktivitas
kelompok, didapatkan bahwa skor yang dieproleh
seluruh siswa sebesar 378 dengan rata – rata
pencapaian sebesar 18,9 di mana 30 siswa atau 85%
telah menerapkan konsep ini secara baik. Sedangkan
untuk aspek moral siswa dalam aktivitas kelas,
didapatkan skor pencapaian kelas sebesar 371 dengan
rata – rata kelas sebesar 18,55 dari data tersebut
didapatkan bahwa tingkat ketuntasan kelas dalam
menerapkan konsep ini secara baik berjumlah 26
siswa atau baru mencapai taraf 75%.
d. Refleksi Siklus III
Setelah siklus III berakhir, peneliti mendis-
kusikan dengan guru mengenai aktivitas belajar siswa
dengan berorientasi pada aspek nilai moral dengan
menggunakan metode penanaman nilai. Keberhasilan
pada siklus III lebih memantapkan apa yang telah
dicapai pada siklus II, bahwa keberhasilasn yang ada,
bukan karena kebetulan tetapi memang sesuai dengan
133
apa yang telah ditetapkan dalam rancangan
pembelajaran. Penerapan metode klarifikasi nilai pada
siklus III sudah menunjukkan peningkatan pembel-
ajaran IPS baik dilihat dari persiapan mengajar guru
maupun proses pembelajaran di kelas. Hal ini
dikarenakan guru sudah memahami metode klarifikasi
nilai dengan baik. Indikasinya peran siswa dalam
kelompok dan diskusi menunjukkan peningkatan yang
besar.
Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti
dengan kolaborator disimpulkan bahwa tujuan yang
ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran sudah
berhasil meskipun ada beberapa aspek yang dapat
ditingkatkan lagi. Dengan demikian, dapat disimpul-
kan bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran
pada siklus III sudah berhasil sesuai dengan yang
diharapkan.
e. Pembahasan Siklus III
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pene-
liti bersama kolaborasi diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pengamatan terhadap guru
Guru telah melaksanakan pembelajaran
pada siklus III pertemuan pertama dan kedua
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Guru
telah berusaha untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat
selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu
134
guru telah melakukan apersepsi guna menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif sehingga
siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran.
Dominasi guru di kelas juga sudah berkurang
sehingga guru tidak lagi bersifat indoktrinasi. Guru
juga telah membagi siswa dalam kelompok dan
menyampaikan dilema moral untuk dipecahkan
siswa secara berkelompok untuk kemudian
dipresentasikan.
Pada siklus III baik pertemuan pertama
tanggal 12 Maret 2010 dan kedua tanggal 17 Maret
2010 guru telah dapat mengontrol kerja siswa, hal
ini dikarenakan siswa telah mempunyai
pengalaman yang cukup terhadap penerapan
metode penanaman nilai. Guru tidak kelihatan
tegang dalam memberi penjelasan terhadap per-
tanyaan yang diajukan siswa, ketika ada
pertanyaan yang berkaitan dengan langkah –
langkah metode penanaman nilai, guru tidak lagi
meminta bantuan peneliti untuk menjawabnya.
Guru telah mengawali pelajaran dengan
berdoa dan mengucapkan salam. Dilihat dari
kelengkapan perangkat pembelajaran ternyata guru
yang bersangkutan telah menyiapkan terlebih
dahulu. Demikian juga guru selalu memberikan
motivasi belajar siswa suapya aktif mengambil
peran dalam setiap kegiatan. Hal ini dapat dilihat
pada waktu pertemuan pertama dan kedua
berlangsung tidak terdapat lagi siswa ngobrol dan
135
asyik bermain dengan teman sebelahnya. Di
samping itu guru telah aktif memantau dan
mengawasi kerja siswa dalam kelompok.
Pada bagian penutup proses pembelajaran,
guru menjelaskan setiap permasalahan yang tidak
terselesaikan waktu diskusi berlangsung dan
selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan. Setelah tanya
jawab dirasa cukup, guru menutup pelajaran
dengan berdoa dan diakhiri dengan mengucap
salam.
b. Pengamatan terhadap Siswa
Pada tindakan ini kerjsama kelompok untuk
menyelesaikan tugas cukup baik, hal ini terbukti
siswa dapat mengumpulkan tugas kelompok sesuai
dengan langkah – langkah kerja dalam metode
klarifikasi nilai. Demikian juga siswa telah
memberikan kepercayaan kepada orang lain atas
dasar kemampuan untuk mempresentasikan tugas
kelompok. Hal positif yang dapat diamati berkaitan
dengan nilai moral dari siswa yaitu kesediaan
untuk melaksanakan hasil keputusan bersama dan
keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusan
bersama.
Tabel 4. 19
Tingkat Ketuntasan Nilai Moralitas dalam
Pembelajaran IPS Siklus Ketiga
136
No Kategori
Ketuntasan Kelas
Pertemuan I Pertemuan 2
Jml
Siswa %
Jml
Siswa %
1 Aspek moral siswa
dalam aktivitas individu
25 70 28 80
2 Aspek moral siswa
dalam aktivitas
kelompok
25 70 30 85
3 Aspek moral siswa
dalam aktivitas kelas
21 60 26 75
Persentase peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan
nilai moralitas pada siklus III secara argumentatif
dapat diketahui, bahawa telah terjadinya
peningkatan ketuntasan belajar siswa dari tiga
kategori yang diberikan. Peningkatan pertama,
yaitu aspek moral siswa dalam aktivitas individu,
terjadinya peningkatan sebesar 10% dari tindakan I
ke tindakan II, di mana dari 25 siswa atau 70%
pencapaian siswa pada tindakan I naik menjadi 28
siswa atau 80%. Peningkatan kedua, yaitu aspek
moral siswa dalam aktivitas kelompok, aspek ini
mengalami kenaikan sebesar 15%, di mana pada
tindakan I siswa yang tuntas dalam memahami
aspek ini sebanyak 25 siswa atau 70%, kemudian
mengalami kenaikan sebanyak 30 siswa atau 85%
pada tindakan II. Kenaikan yang sama juga terjadi
pada aspek ketiga, yaitu aspek moral siswa dalam
aktivitas kelas, dari dua tindakan yang dilakukan
terhadap aspek ini terjadi perubahan terhadap
137
pencapaian hasil belajar siswa, di mana dari 21
siswa 60% pada tindakan I naik menjadi 26 siswa
atau 75% pada tindakan kedua.
4.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti
bersama kolaborator dari awal siklus sampai dengan
siklus terakhir diperoleh data sebagai berikut :
a. Pengamatan terhadap guru
Guru telah melaksanakan pembelajaran pada
siklus I pertemuan pertama dan kedua sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Guru belum berusaha
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan berpendapat selama pembelajaran
berlangsung. Di samping itu guru tidak melakukan
apersepsi guna menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif sehingga siswa lebih tertarik utnuk
mengikuti pelajaran. Dominasi guru di kelas masih
terjadi sehingga dan terjadi indoktrinasi. Guru belum
membagi siswa dalam kelompok dan menyampaikan
dilema moral untuk dipecahkan secara berkelompok
untuk kemudian dipresentasikan.
Pada siklus I baik pertemuan pertama tanggal
12 Maret 2010 dan kedua tanggal 17 Maret 2010 guru
belum dapat mengontrol kerja siswa, hal ini
dikarenakan siswa belum mempunyai pengalaman
yang cukup terhadap penerapan metode klarifkasi
nilai. Guru kelihatan tegang, dalam memberi pen-
jelasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa,
138
maka ketika ada pertanyaan yang berkaitan dengan
langkah–langkah metode penanaman nilai, guru
tersebut meminta bantuan peneliti untuk menja-
wabnya.
Guru telah mengawali pelajaran dengan berdoa
tetapi belum mengucapkan salam. Dilihat dari
kelengkapan perangkat pembelajaran ternyata guru
yang bersangkutan belum memilikinya. Demikian juga
guru belum nampak memberikan motivasi belajar
siswa supaya aktif mengambil peran dalam setiap
kegiatan, hal ini dapat dilihat pada waktu pertemuan
pertama dan kedua berlangsung masih banyak siswa
ngobrol dan bertanya asyik bermain dengan teman
sebelahnya. Di samping itu guru belum aktif
memantau dan mengawasi kerja siswa dalam
kelompok.
Pada bagian penutup proses pembelajaran, guru
menjelaskan setiap permasalahan yang tidak
terselesaikan waktu diskusi berlangsung dan
selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan. Setelah tanya jawab
dirasa cukup, guru menutup pelajaran dengan berdoa
tetapi belum diakhiri dengan mengucap salam.
b. Pengamatan terhadap Siswa
Pada tindakan ini kerjasama kelompok utnuk
menyelesaikan tuags cukup baik, hal ini terbukti
139
siswa dapat mengumpulkan tugas kelompok sesuai
dengan langkah – langkah kerja dalam metode
klarifikasi nilai. Demikian juga siswa telah mem-
berikan kepercayaan kepada orang lain atas dasar
kemampuan untuk mempresentasikan tugas
kelompok. Hal positif yang dapat diamati berkaitan
dnegan nilai moral dari siswa yaitu kesediaan untuk
melaksanakan hasil keputusan bersama dan
keikhlasan untuk menjunjung tinggi keputusans
bersama.
Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode pena-
naman nilai pada siklus II pertanyaan pertama dan
kedua guru sudah memulai pembelajaran dengan doa
dan mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan
menyampaikan apersepsi berupa pertanyaan singkat
kepada siswa. Pada kegiatan inti pembelajaran guru
memberikan tugas yang dikerjakan secara kelompok
untuk kemudian dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya. Hasilnya semua kelompok dapat
menyelesaikan tuags sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Pada akhir pembelajaran guru selalu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk me-
nanyakan hal – hal yang belum dimengerti dan meng-
akhiri dengan berdoa dan mengucapkan salam.
Hasil observasi terhadap guru IPS atas
diterapkan metode penanaman nilai menunjukkan
respon yang baik, tindakan pada siklus II tidak
canggung dan bingung mengajar dengan model
140
pembelajaran ini. Dari pemantauan peneliti banyak
hal yang sudah dilaksanakan guru seperti guru sudah
mengawali pelajaran dengan berdoa dan salam,
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, guru
tidak lagi mendominasi pelajaran, guru menggunakan
metode penanaman nilai dalam pembelajaran IPS,
guru membagi siswa dalam kelompok, serta
mengakhiri pelajaran dengan doa.
Analisis dan refleksi terhadap aktivitas siswa
dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan
menggunakan metode penanaman nilai menunjukkan
peningkatan pembelajaran yang berorientasi pada
aspek moralitas anak sesuai dengan rancangan
tindakan yang telah dibuat. Aktivitas positif yang
dilakukan oleh siswa antara lain siswa melakukan
diskusi dengan sesama teman dan ada 2 dari 35 siswa
(kurang dari 10%) yang tidak sportif dalam
kelompoknya, mendengarkan orang lain yang sedang
berbicara ada 32 dari 35 siswa (90%), memberikan
kepercayaan kepada orang lain atas dasar
kemampuan tergolong tinggi terbukti semua kelompok
menunjuk wakil untuk mempresenatsikan hasil kerja
kelompok dengan kemampuannya, bekerja sama
menyelesaikan tugas kelompok, melaksanakan
keputusan bersama, serta menjunjung tinggi hasil
keputusan bersama. Kesediaan menghargai perbedaan
pendapat cukup baik, siswa mendengarkan atas
penjelasan dari kelompok lain dengan seksama
sehingga tidak memotong pembicaraan teman saat
141
diskusi. Dalam mempertahankan pendapat sudah
bersifat ilmiah dan apabila ada perbedaan pendapat
dapat dicari penyelesaian yang baik.
Sedangkan aktivitas siswa yang perlu
ditingkatkan antara lain : motivasi siswa dalam mengi-
kuti pelajaran secara optimal yang ditetapkan siswa
lebih tertib dalam mengikuti pelajaran. Dilihat dari
keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada
kelompok lain baru dilakukan oleh 19 dari 35 siswa
(55%). Di samping itu, semangat siswanya untuk
berprestasi belum begitu menggembirakan karena
setelah dicermati dari tugas yang dikumpulkan
sebagian besar masih bersifat asal mengumpulkan. Di
samping itu saat mempresentasi hasil diskusi
kelompok, hanya ada 2 kelompok yang secara
sungguh – sungguh melaksanakan diskusi misalnya
menggunakan media pembelajaran.
c. Pengamatan terhadap guru
Guru telah melaksanakan pembelajaran pada
siklus III pertemuan pertama dan kedua sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Guru telah berusaha
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan berpendapat selama pembelajaran
berlangsung. Di samping itu guru telah melakukan
apersepsi guna menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif sehingga siswa lebih tertarik untuk
mengikuti pelajaran. Dominasi guru di kelas juga
sudah berkurang sehingga guru tidak lagi bersifat
142
indoktrinasi. Guru juga telah membagi siswa dalam
kelompok dan menyampaikan dilema moral untuk
dipecahkan siswa secara berkelompok untuk
kemudian dipresentasikan.
Pada siklus III baik pertemuan pertama tanggal
12 Maret 2010 dan kedua tanggal 17 maret 2010 guru
telah dapat mengontrol kerja siswa, hal ini
dikarenakan siswa telah mempunyai pengalaman yang
cukup terhadap penerapan metode penanaman nilai.
Guru tidak kelihatan tegang dalam memberi
penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa,
ketika ada pertanyaan yang berkaitan dengan langkah
– langkah metode penanaman nilai, guru tidak lagi
meminta bantuan peneliti untuk menjawabnya.
Guru telah menagawali pelajaran dengan berdoa
dan mengucapkan salam. Dilihat dari kelengkapan
perangkat pembelajaran ternyata guru yang
bersangkutan telah menyiapkan terlebih dahulu.
Demikian juga guru selalu memberikan motivasi
belajar siswa supaya aktif mengambil peran dalam
setiap kegiatan, hal ini dapat dilihat pada waktu
pertemuan pertama dan kedua berlangsung tidak
terdapat lagi siswa ngobrol dan asyik bermain dengan
teman sebelahnya. Di samping itu guru telah aktif
memantau dan mengawasi kerja siswa dalam
kelompok.
Pada bagian penutup proses pembelajaran, guru
menjelaskan setiap permasalahan yang tidak
terselesaikan waktu diskusi berlangsung dan
143
selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan. Setelah tanya jawab
dirasa cukup, guru menutup pelajaran dengan berdoa
dan diakhiri dengan mengucap salam.
d. Pengamatan terhadap Siswa
Pada tindakan ini kerjasama kelompok untuk
menyelesaikan tugas cukup baik, hal ini terbukti
siswa dapat mengumpulkan tuags kelompok sesuai
dengan langkah – langkah kerja dalam metode
klarifikasi nilai. Demikian juga siswa telah memberi-
kan kepercayaan kepada orang lain atas dasar
kemampuan untuk mempresentasikan tugas
kelompok. Hal positif yang dapat diamati berkaitan
dengan nilai moral dari siswa yaitu kesediaan untuk
melaksanakan hasil keputusan bersama dan
keikhlasan untuk menjunjung keputusan bersama.
Kerjasama kelompok untuk menyelesaikan tugas
telah begitu baik, hal ini terbukti siswa belum dapat
melaksanakan keputusan bersama, serta telah mampu
mnjunjung tinggi hasil keputusan bersama secara
baik. Ini dapat dilihat dari rata – rata penerapan
konsep nilai toleransi siswa, di mana telah tingginya
tingkat kesadaran siswa dalam menerapkan konsep
ini, baik dalam hal kesediaan mendengarkan orang
lain yangs edang berbicara, memberikan kepercayaan
kepada orang lain atas dasar kemampuan, bekerjsama
menyelesaikan tugas kelompok, kesediaan menghargai
perbedaan pendapat seperti mendengarkan penjelasan
kelompok lain dengan tidak memotong pembicaraan
144
teman saat diskusi. Tidak selalu mempertahankan
pendapat dan menerima perbedaan pendapat.
Menghormati keberadaan guru di kelas, keberadaan
peneliti dan keberadaan teman sebaya.