BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil SMP Kristen 04 Salatiga
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMP Kriten 04 Salatiga, yang terletak
di Jalan Tentara Pelajar no 4 kota Salatiga. SMP Kristen 04 Salatiga merupakan
lembaga pendidikan yang bernaung dibawah Yayasan Kemakmuran Rejeki dan
berakreditasi B. Sekolah ini dikepalai oleh Drs. Raharjo dibantu oleh 4 guru tetap dan
staff yang bergabung dalam lembaga pendidikan ini. Jumlah keseluruhan peserta
didik dalam sekolah ini adalah 66 peserta didik terdiri dari 44 peserta didik laki-laki
dan 22 peserta didik perempuan. Sekolah ini juga mempunyai 3 ruang kelas, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang laboraturium, 1 ruang kantor, dan 1 kantin sekolah. Kurikulum
yang digunakan di sekolah ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau
yang lebih terkenal dengan istilah KTSP.
Sekolah ini mempunyai visi yaitu menjangkau anak-anak yang tidak terjangkau
agar mampu mengenali talentanya dan mengembangkannya dengan landasan kasih
dan misinya adalah menylenggarakan pendidikan berdasarkan kasih sebagai sarana
pengembangan kreatifitas diri anak dalam rangka mempersiapkan diri menjadi
penerus bangsa yang terampil, beriman, berwawasan kebangsaan dan martabat. Visi
dan misi yang dipunya lembaga pendidikan ini memang terlihat bahwa sekolah ini
ingin menerapkan kasih dan pelayannya bagi orang-orang yang membutuhkan.
49
Sekolah ini membebaskan biaya pendidikan bagi peserta didiknya, karena sebagian
besar peserta didik disini dari kalangan yang secara finansial tidak mampu.
Pembebasan biaya dilakukan sekolah ini agar peserta didik mampu mengenyam
pendidikan dan mempunyai wawasan dalam pengetahuannya sehingga dapat
digunakan untuk masa depannya kelak.
Pada waktu peneliti melakukan observasi di sekolah, terlihat kesungguhan
mereka untuk sekolah terlihat ketika mereka berangkat sekolah tepat waktu walaupun
masih beberapa peserta didik yang terlambat masuk sekolah. Kesadaran akan
kebersihan pada peserta didik sangat tinggi yaitu terlihat ketika mereka piket
membersihkan ruang kelas mereka masing masing dan membuang sampah pada
tempatnya, sehingga lingkungan yang tercipta adalah bersih dan nyaman untuk
belajar. Disamping itu sekolah menerapkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap
peserta didik agar peserta didik selalu mencintai dan melindungi Negaranya, hal itu
dilakukan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap hari sebelum memulai
kegiatan pembelajaran. Selain itu guru juga mempunyai kesadaran akan ketepatan
waktu terlihat ketika mereka datang dan pulang sesuai dengan jam kerja, serta staff
Smp Kristen 04 yang selalu memberikan pelayanan terhadap peserta didiknya dengan
baik.
4.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan praktik mengajar yang
dilakukan di SMP Kristen 04 Salatiga kelas VIII Semester II tahun pelajaran 2017/
50
2018. Jumlah peserta didik dalam kelas tersebut adalah 21 yang terdiri dari 8
perempuan dan 13 laki- laki. Mata pelajaran yang digunakan untuk mengajar yaitu
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dengan kompetensi dasar Memahami usaha persiapan
kemerdekaan, pelaksanaan mengajar dilakukan dengan mengunakan model belajar
Numbered Heads Together (NHT).
4.2.1 Kondisi Awal ( Pra Siklus)
Kondisi awal adalah kondisi dimana sebelum dilakukannya perlakuan atau
tindakan didalam kelas. Sebelum dilakukannya tindakan, peneliti melakukan
observasi untuk melihat keadaan awal peserta didik ketika melalui proses
pembelajaran IPS. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data awal mengenai
motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik. Pada saat itu kegiatan pembelajaran
berlangsung selam dua jam pelajaran, dalam mengajar guru menggunakan model
ceramah dan membaca. Pada 20 menit pertama peserta didik masih fokus belajar
dengan memperhatikan ketika guru menerangkan, namun setelah menit berikutnya
samapai jam pelajaran habis terlihat ada peserta didik yang berbicara dengan teman
disekeliling tempat duduk, terdapat juga peserta didik yang meletakkan kepala di atas
meja, ada juga yang asik sendiri menggangu temannya yang sedang belajar, dan
terdapat peserta didik berjalan-jalan dikelas dengan alasan meminjam pengapus,
bolpin ke peserta didik yang lain, dari semua peserta didik hanya beberapa saja yang
masih tetap memperhatikan ketika guru mengajar.
51
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik mereka
mengungkapkan bahwa pembelajaran monoton, membosankan dan beberapa pokok
bahasan ada yang sulit utuk dipahami. Peneliti juga melakukan wawancara dengan
guru, guru menyatakan bahwa ada tiga atau empat peserta didik yang sulit untuk
memahami materi dibandingkan dengan peserta didik yang lainya sehingga
memerlukan pehatian khusus untuk peserta didik tersebut, terdapat juga peserta didik
yang sulit untuk di ajak interaksi dan tidak mau melaksanakan tugas yang diberikan
guru. Kondisi tersebutlah yang menggambarkan keadaan awal motivasi dalam belajar
peserta didik.
Sedangkan untuk mendapatkan data hasil belajar pada mata pelajaran IPS
peneliti memperolehnya melalui nilai hasil ulangan ahir kompetensi dasar (KD) 4.
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 57% peserta didik belum tuntas KKM yang
telah ditetapkan yaitu 70, sedangkan peserta didik yang tuntas berjumlah 43 %, dari
hasil nilai tersebut maka nilai rata-rata IPS kelas VIII berjumlah 62. Sesuai hasil
belajar yang rendah terlihat dari hasil ulangan ahir KD 4 kelas VIII SMP Kristen 04
Salatiga, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sesuai dengan susunan
kegiatan penelitian yang telah dipaparkan dibab sebelumnya. Penelitian tindakan
kelas ini menggunakan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS kelas VIII
untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar.
52
4.2.2 Siklus Pertama (Siklus I)
Praktik mengajar siklus I dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan pertama dua
jam pelajaran sedangkan pertemuan kedua tiga jam pelajaran karena pada pertemuan
kedua akan dilakukan tes evaluasi pembelajaran dan pengisian angket motivasi
belajar. Materi pelajaran siklus I membahas mengenai proses persiapan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, berikut adalah rincian dari siklus I:
4.2.2.1 Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan peneliti sebelum mengajar adalah menyusun RRP
sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan yaitu memahami usaha
persiapan kemerdekaan, menyusun instrumen penilaian, menetapkan indikator
pencapaian dan menyusun angket motivasi belajar.
4.2.2.2 Pelaksanan
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Membuat rancangan kegiatan pembelajaran dengan penerapan model
belajar NHT didalamnya (RPP terlampir).
b) Membuat lembar observasi guru dan peserta didik selama kegiatan
pembelajaran dilakukan (terlampir).
c) Membuat alat evaluasi yang akan dilakukan peserta didik secara mandiri
pada setiap ahir siklus (terlampir).
53
d) Membuat media pembelajaran.
e) Membuat angket motivasi belajar (terlampir).
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru dan guru mata pelajaran IPS
berperan sebagai observer untuk menilai dan mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung. penerapan model belajar NHT dilakukan pada setiap pertemuannya,
terdapat juga perbedaan waktu pelaksanaan antara pertemuan pertama dan kedua,
pertemuan pertama dilakukan dua jam mata pelajaran sedangkan pertemuan kedua
dilakukan tiga jam pelajaran karena pada ahir pelajaran pertemuan kedua peserta
didik akan melakukan tes evaluasi pembelajaran dan mengisi angket motivasi belajar.
Berikut adalah uraian pelaksanaan siklus I:
I. Pertemuan Pertama
Tindakan pada pertemuan pertama siklus I dilakukan pada hari Kamis, 9
Februari 2018 dengan beberapa kegiatan sebbagai berikut:
1) Kegiatan awal
Pertemuan pertama siklus 1 dilakukan pada jam pelajaran ke 1-2.
Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit,pada kegiatan awal ini guru
mengucapkan salam dan membacakan renungan pagi kemudia siswa berta
guru menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu guru mengabsen
kehadiran siswa, Sebelum masuk ke kegiatan inti Guru menyampaikan
54
tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan selama pertemuan pertama
berlangsung.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini proses pembelajaran berlangsung selama 60
menit. Materi yang disampaikan guru adalah menjelaskan terbentuknya
BPUPKI dan PPKI, tokoh-tokoh yang terlibat dalam BPUPKI dan PPKI
dan alasan pemuda menculik Soekarno- Hatta. Setelah guru menerangkan
materi, guru memberikan waktu kepada peserta didik untuk menanyakan
materi yang belum dipahami. Untuk memperdalam pemahaman peserta
didik mengenai materi pembelajaran hari ini, guru memberikan intruksi
kepada seluruh peserta didik di kelas agar membentuk kelompok menjadi 5
kelompok dengan berhitung 1-4.
Setiap kelompok yang terbentuk akan mendapatkan nomer kepala 1-
4,nomer tersebut akan dipakai dikepala peserta didik dalam kelompok,
kemudian Guru memberikan lembar kertas yang akan isi skor perolehan
nilai. Model pembelajaran NHT ini menggunakan soal benar salah dalam
pelaksanaannya, peserta didik yang menjawab harus mampu memberikan
alasan atau penjelasan dari jawaban yang dipilih.
Guru membacakan soal benar salah kemudian peserta didik dalam
kelompok bersiskusi menentukan jawaban yang benar dan tepat. Setelah
55
itu, guru akan memanggil nomor kepala yang sama pada setiap
kelompoknya, nomor yang terpanggil harus mampu memberikan jawaban
dan penjelasannya, contohnya guru memanggil nomor 1 jadi setiap peserta
didik yang berkepala nomor 1 dalam masing-masing kelompok harus
berdiri dan menjawabnya. Setelah itu, guru membahas jawaban yang benar
dari soal yang dibacakannya, jika perserta didik dalam kelompok mampu
menjawab benar maka akan medapatkan skor 1 sedangkan yang menjawab
salah tidak akan mendapat skor atau skor 0, kemudian peserta didik akan
menuliskan skor perolehannya didalam lembar kertas yang telah diberikan
guru. Begitu seterusnya soal dibacakan sampai semua soal habis. Masing-
masing kelompok menghitung jumlah skor yang diperoleh, skor tersebut
akan menjadi nilai tugas dikelas.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan ahir dilakukan selama 15 menit, dalam kegiatan ini guru
beserta peserta didik membuat kesimpulan pembelajaran hari ini, mencatat
rangkuman dan melakukan refleksi pada pembelajaran yang telah
dilakukan hari ini. Sebelum kegiatan pembelajaran diakhiri Guru
memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi
selanjutnya mengenai alasan pemuda menculik Soekarno-Hatta.
II. Pertemuan Kedua
56
Pertemuan kedua siklus I dilakukan hari Jumat, 15 Februari 2018 pada jam
pelajaran 1-3. Berikut adalah rancangan kegiatan pada pertemuan kedua.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit, kegiatan ini dimulai
dengan guru mengucapkan salam dan membacakan renungan pagi
kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara
bersama-sama. Sebelum masuk ke materi yang akan disampaikan
mengenai latar belakang pemuda menculik Soekarno-Hatta, guru terlebih
dahulu mengabsen kehadiran peserta didik. Untuk memperdalam
pemahaman peserta didik mengenai materi belajar minggu lalu, guru
beserta peserta didik mengulas kembali materi yang sudah dipelajari.
Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilaksanakan selama 85 menit. Guru menjelaskan materi
mengenai latar belakang pemuda menculik Soekarno-Hatta, guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai
pokok bahasan yang belum dipahami. Seperti pertemuan minggu lalu,
peserta didik kembali membentuk kelompok menjadi 5 kelompok yang
terdiri dari 4 peserta didik tiap kelompoknya, masing-masing kelompok
57
akan mendapatkan nomor kepala 1-4 yang akan dipakai dikepala peserta
didik.
Pelaksanaan model belajar NHT ini menggunakan jenis soal benar
salah, kemudian guru membacakan soal benar salah dan masing-masing
kelompok berdiskusi menentukan jawaban yang benar beserta
penjelasannya. Setelah itu, guru menunjuk salah satu nomer, nomer yang
disebutkan guru harus berdiri maju kedepan dan bersedia menjawab soal
benar salah beserta penjelasannya, setelah masing-masing kelompok
menjawab soal tersebut guru menyampaikan penjelasan mengenai jawaban
yang benar. Jika jawaban benar akan mendapatkan skor nilai 1 dan jika
salah akan mendapatkan skor 0, jawaban tersebut kemudian ditulis dilembar
kertas.
Pertemuan kedua siklus I ini peserta didik melakukan tes evaluasi hasil
belajar. hasil dari pengerjaan soal evaluasi merupakan ukuran keberhasilan
dari penelitian siklus I ini. Berdasarkan proses belajar siklus I yang
dilakukan selama dua kali pertemuan dengan menerapkan model belajar
kooperatif tipe NHT,maka didapatkan data nilai hasil belajar sebagai
berikut: terdapat 12 dari 21 peserta didik yang tuntas KKM, sedangkan
masih terdapat 9 peserta didik yang belum mencapai KKM. Terdapat satu
peserta didik mendapatkan nilai tertinggi yaitu 93 dan empat peserta didik
58
mendapatkan nilai terendah yaitu 43, sedangkan untuk rata-rata nilai hasil
belajar siklus I adalah 66.6.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilakukan selama 25 menit. Pada kegiatan akhir ini,
guru bersama peserta didik membuat kesimpulan mengenai pembelajaran
hari ini, kemudian peserta didik mencatat rangkuman dari materi yang sudah
dibahas dan melakukan refleksi dari kegiatan belajar yang telah dilakukan
hari ini. Sebelum kegiatan pembelajaran diahiri guru memberikan lembar
yang berisi angket mengenai motivasi belajar peserta didik, angket tersebut
akan diisi peserta didik gunanya untuk mengetahui tanggapan dari peserta
didik mengenai motivasi belajar setelah mengikuti kegiatan belajar dengan
penerapan model belajar NHT.
3. Tahap Observasi/ Pengamatan
Penilaian observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan pertama terdapat satu
aspek belum terlaksana yaitu memberikan soal tes evaluasi, pada pertemuan pertama
tidak dilakukan karena soal tes evaluasi hanya dilakukan pada pertemuan kedua.
Untuk penilaian observasi peserta didik terdapat dua aspek yang belum terlaksana
yaitu tidak memperhatikan arahan yang diberikan guru dan tidak mau maju kedepan
ketika dipanggil karena malu. Sedangkan pada siklus I pertemuan kedua semua
kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik sudah terlaksana.
59
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan releksi terhadap motivasi belajar dan hasil
belajar peserta didik yang sudah dilakukan pada siklus I sebagai berikut:
1) Berdasarkan pengisian angket yang telah dilakukan oleh peserta didik pada
siklus I, didapatilah hasil dari motivasi belajar peserta didik. Dari
Keseluruhan peserta didik terdapat 25 peserta didik yang memperoleh skor
nilai ≥ 3. Jika di presentasekan menjadi 72%, hasil tersebut belum
melampaui indikator ketercapaian motivasi belajar yang ditetapkan. Maka
dari itu peneliti perlu berupaya memperbaiki untuk kegiatan pembelajaran
berikutnya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.
2) Hasil belajar peserta didik pada siklus I ini diperoleh melalui tes formatif
bebentuk pilihan ganda yang berjumlah 14 soal. Hasil yang diperoleh
adalah 12 dari 21 peserta didik tuntas KKM sedangkan 9 peserta didik
belum tuntas KKM yang telah ditentukan, dengan ini maka diperlukannya
perbaikan untuk siklus berikutnya supaya ketuntasan dari seluruh peserta
didik dapat mencapai 80%. Pada siklus I ini masih terdapat satu hal yang
kurang sesuai dari rancangan kegiatan yang telah ditentukan, yaitu kurang
tepatnya penggunaan waktu pada pertemuan pertama, hal ini dikarenakan
peserta didik masih bingung dan belum paham mengenai penggunaan
model belajar sehingga waktu yang digunakan melebihi dari waktu yang
ditentukan.
60
3) Pada saat model belajar NHT diterapkan masih terdapat beberapa peserta
didik yang tidak berdiskusi dengan kelompoknya sehingga pada saat
mendapat giliran menjawab dan maju kedepan peserta didik tersebut tidak
bisa menjawab atau menjawab asal-asalan. Ketika pembagian kelompok
terdapat beberapa peserta didik yang jalan kesana kemari mengangu
temanya, dan ada juga peserta didik yang tidak ingin satu kelompok dengan
peserta didik tertentu hal tersebut membuat lama waktu pembentukan
kelompok.
4) Penggunaan waktu dalam pembelajaran masih kurang tepat, karena peserta
didik masih bingung dengan penerapan model NHT. Hal tersebut membuat
penggunaan waktu tidak sesuai dengan RPP.
Berasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I, masih terdapat
beberapa siswa belum memahami penerapan model belajarNHT, tidak berdiskusi
dengan kelompoknya, dan berlari kesana kemari menganggu temannya. Namun
dalam hasil belajar peserta didik pasa siklus I ini terdapat peningkaran dari konsidi
awal 43% menjadi 61%. Diketahui dari hasil siklus I masih terdapat kekurang yaitu
kurangnya kerja sama dalam kelompok dan mengandalkan teman yang pandai untuk
menjawabnya. Maka dari itu peneliti akan memperbaiki dan melakukan tindakan
selanjutnya pada siklus II agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat dan
melebihi yang ditargetkan. Berikut adalah hal-hal yang harus diperbaiki pada silus II:
61
a) Memastikan kepahaman peserta didik agar pada saat pelasanaan penggunaan
model belajar NHT peserta didik tidak kebingungan dan menggunakan waktu
melebihi dari yang ditetapkan.
b) Menegur dan mengingatkan peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran
dan menggangu peserta didik lainnya.
c) Mengubah cara menjawab soal benar salah dengan cara mencari jawaban
yang sudah disediakan guru kemudian menempelkannya di lembar kerja yang
sudah disediakan didepan. Hal ini dilakukan karena pada siklus I peserta didik
dalam kelompok saling bergantung sehingga hanya sebagian peserta didik
saja yang bekerja sama
4.2.3 Siklus Kedua (Siklus II)
Pada penelitian siklus II ini, kegiatan pembelajaran dilakukan selama dua kali
pertemuan dengan menggunakan materi peristiwa proklamasi dan terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun rinciannya sebagai berikut:
4.2.3.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan disiklus II ini peneliti menyiapkan berbagai hal seperti
materi yang akan diajarkan, media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hal tersebut dilakukan supaya tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai yang diharapkan dan hasil belajar dapat meningkat
dibandingkan siklus I.
62
4.2.3.2 Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Berikut adalah beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan
tindakan:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi yang
akan diajarkan (terlampir).
b. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (terlampir).
c. Menyiapkan soal evaluasi yang akan digunakan setelah proses pembelajaran
(terlampir).
d. Menyiapkan angket motivasi belajar(terlampir).
e. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa (terlampir).
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Materi yang digunakan peneliti pada siklus II ini adalah KD 5.2 yaitu
menjelaskan peristiwa proklamasi dan terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Berikut adalah tahapan proses pembelajaran pada siklus II:
I. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada Jumat, 23 Februari
2018 melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
63
Pembelajaran dilakukan pada jam pelajaran 1-2, diawali dengan guru
mengucapkan salam dan membacakan renungan pagi kemudian dilanjutkan
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama- sama yang
bertujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri peserta didik.
sebelum masuk ke materi pembelajaran guru mengecek kehadiran peserta
didik setelah itu guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan
dilakukan hari ini.
2) Kegiatan Inti
Materi yang dijelaskan guru pada pertemuan ini adalah menjelaskan
tujuan Jepang membentuk BPUPKI, menjelaskan hasil sidang BPUPKI dan
proses penyusunan dasar negara. Sebelum pembagian kelompok guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai
pokok bahasan yang belum dipahami, setelah tidak ada yang akan
dipertanyakan guru membagi peserta didik dalam kelompok. Pembagian
kelompok ini berbeda dengan siklus I jika pada siklus tersebut pembagian
kelompok dilakukan dengan cara berhitung dari 1-4 dipertemuan ini
pembagian kelompoknya dilakukan dengan game menyanyikan lagun “ Satu
anak Tuhan pergi sekolah minggu ” hal ini dilakukan agar peserta didik tidak
bosan dalam pembentukan kelompok belajar karena peserta didik dapat
memilih sendiri teman kelompoknya. Setelah kelompok terbentuk guru
64
memberikan nomor kepala yang akan dipakai masing-masing peserta didik,
nomor kepala tersebut setiap kelompok terdiri dari 1-4.
Pada penerapan model belajar NHT ini tidak berbeda dengan siklus I
yaitu masih tetap menggunakan tipe soal benar salah. Peserta didik diminta
guru untuk berdiskusi agar ketika guru memangil nomor berapapun peserta
didik siap untuk menjawabnya, pembacaan soal dilakukan oleh guru
kemudian setelah soal dibacakan guru memanggil nomor kepala, nomer
yang terpanggil kemudian mencari potongan jawaban yang sudah disediakan
guru dan menempelkan jawaban pada lembar kerja yang tertera dimeja
depan, pembacaan soal dilakukan terus menurus sampai semua soal
terbacakan. Setelah semua selesai, guru beserta peserta didik mencocokan
jawaban yang benar atau salah dan memberikan pensekorannya seperti siklus
I yaitu jika benar mendapat skoe 1 dan jika salah mendapat skor 0.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan ini guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari
pembelajaran hari ini dan peserta didik diminta untuk mengungkapkan hal
yang disuka dan tidak disuka dalam pembelajaran kemuadian peserta didik
mencatat rangkuman. Sebelum mengahiri pertemuan guru memberikan tugas
untuk mempelajari materi yang akan dipelajari hari berikutnya.
II. Pertemuan Kedua
65
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada Jumat, 2 Maret 2018
melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit, guru mengucapkan
salam dan membacakan renungan kemudian salah satu peserta didik
memimpin doa untuk mengawali kegiatan pembelajaran hari ini. Setelah itu
guru beserta peserta didik menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan
dengan guru mengabsen kehadiran siswa. Untuk memperdalam ingatan dan
pemahaman peserta didik mengenai pertemuan sebelumnya, guru melakukan
ulasan ulang mengenai materi yang disampaikan pada pertemuan pertama
siklus II, kemudian disampaikannya tujuan pembelajaran hari ini.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan selama 95 menit karena akan diadakan tes
evaluasi pembelajaran. Materi yang dijelaskan guru pada pertemuan kedua
siklus II adalah menjelaskan penyusunan UUD negara Indonesia,
pembentukan PPKI dan peranannya didalam proses persiapan kemerdekaan
Indonesia. Pembagian kelompok masih sama seperti pertemuan pertama
siklus II yaitu dengan menyanyikan lagu “satu anak Tuhan pergi sekolah
minggu”. Setelah kelompok terbentuk guru membagikan nomor kepala dan
amplop yang berisi jawaban- jawaban.
66
Sedikit berbeda dengan pertemuan pertama siklus II, pada pertemuan
ini guru membacakan soal kemudian peserta didik bersama kelompoknya
harus berdiskusi mencari jawaban yang sesuai. jawaban telah tersedia
didalam amplop yang disediakan guru, hal ini dilakukan guru agar perseta
didik lebih teliti memilih jawaban yang benar dan mampu bekerja sama
dengan kelompoknya. Setelah jawaban ditemukan, guru memanggil nomor
tertentu untuk menjawab dan menempelkan di lembar kerja yang berada
didepan, pembacaan soal dilakukan sampai semua terbacakan. Setelah
selesai guru dan siswa mencocokan jawaban yang benar dan salah,
penilaiannya jika benar diberi nilai 1dan jika salah diberi nilai 0. Kemudia
Guru memberikan tes evaluasi pembelajaran dengan bahan materi yang
sudah dibahas untuk menilai hasil belajar peserta didik.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan ahir dilakukan selama 15 menit, guru bersama peserta didik
menyimpulkan hasil dari kegiatan belajar hari ini dan melakukan refleksi
kemudian mencatat rangkuman.
3. Tahap Observasi/ Pengamatan
Pada tahap observasi disiklus II ini semua kegiatan guru dari pertemuan
pertama sampai kedua semua aspek terlaksana, begitu juga dengan kegiatan yang
67
dilakukan peserta didik semua aspek terlaksana semua. Hal ini membuktikan bahwa
siklus II lebih baik dibandingkan siklus I.
4. Tahap Refleksi
Pada siklus II ini, hasil analisis motivasi belajar mengalami kenaikan. Dari data
analisi hanya terdapat 2 peserta didik yang tidak memperoleh skor nilai rata-rata ≥3.
Presentase hasilnya adalah 90%, sehingga terjadi kenaikan sebesar 18% dari siklus I.
presentase tersebut membuktikan bahwa indikator ketercapaian motivasi belajar yaitu
80% sudah tercapai di siklus II.
Sedangkan untuk analisis hasil belajar siklus II terdapat 18 peserta didik tuntas
KKM sedangkan 3 peserta didik belum tuntas KKM. Berdasarkan hasil konsultasi
dengan guru matapelajaran IPS dan wali kelas ternyata dari 3 peserta didik yang
belum tuntas tersebut memang lambat untuk memahami materi pelajaran dan ketika
diberi tugas peserta didik tersebut hampir tidak pernah mengerjakannya karena alasan
lupa. Masalah tersebut dapat diatasi melalui perhatian guru terhadap peserta didik
tersebut melalui penambahan waktu khusus untuk penyampain materi .
Presentase dari penelitian siklus ini jika dilihat dari seberapa besar yang sudah
mencapai KKM dapat disimpulkan bahwa ketuntasan dari keseluruhan peserta didik
sudah melebihi target. Ketuntasan hasil belajar yang ditargetkan peneliti adalah 80%
sedangkan ketuntasan hasil belajar siklus II mencapai 86%.
68
4.3 Hasil Analisis Data
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan analisis data motivasi belajar pra
siklus, siklus I dan siklus II, sedangkan hasil belajar akan dipaparkan hasil dari pra
siklus, siklus I, dan siklus II sebagai berikut:
4.3.1 Motivasi Belajar Pra Siklus
Hasil dari observasi yang peneliti lakukan ketika mengikuti kegiatan belajar
mengajar pada matapelajaran IPS di kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga menunjukan
kurang antusias dan bersemangat dalam belajar. Hal itu terlihat ketika peserta didik
tidak memperhatikan guru mejelaskan materi, bahkan ketika guru memberikan
pertanyaan tidak ada peserta didik yang mau menjawab. Pada saat guru meminta
salah satu peserta didik untuk membacakan materi, peserta didik tersebut
melakukannya dengan terpaksa terlihat dengan cara membacanya yang lirih dan
badan disenderkan meja. Peserta didik dikelas hanya mendengarkan, dan sebagian
kecil saja yang mau mencacat materi yang diberikan guru tersebut, tidak sedikit pula
yang berbicara dengan teman disekeliling tempat duduknya, terdapat juga peserta
didik berjalan-jalan dikelas dengan alasan ingin meminjam penghapus dan ijin
kebelakang. Kegiatan belajar tersebut terlihat tidak kondusif ditambah dengan peserta
didik yang menyenderkan kepalanya dimeja. Dari keadaan tersebutlah dapat
tergambar bagaiaman motivasi belajar dari peserta didik.
69
4.3.2 Analisis Hasil Belajar Pada Kondisi Awal (Pra Siklus)
Data pra siklus diperoleh peneliti melalui hasil ulangan ahir KD 4. Berdasarkan
data terdapat 9 dari 21 peserta didik tuntas KKM dengan presentase 43% dan 12
peserta didik belum tuntas KKM dengan presentase 57%. Terdapat 3 peserta didik
mendapat nilai tertinggi yaitu 90 dan 3 peserta didik mendapat nilai terendah 50
sehingga rata-rata nilai IPS adalah 62. Berikut adalah tabel ketuntasan hasil belajar
pra siklus:
Tabel 4.1
Hasil Belajar IPS Peserta didik Pra Siklus
Nilai frekuensi Presentase Keterangan
≥ 70 9 43% Tuntas
< 70 12 57% Tidak tuntas
Jumlah 21 100
Rata-rata kelas 6.2
Sumber: hasil nilai ulangan IPS terahir kelas VIII
Tabel 4.2 tersebut memaparkan ketuntasan hasil belajar pra siklus mata
pelajaran IPS peserta didik kelas VIII di SMP kristen 04 Salatiga. Penjelasanya
sebagai berikut: 9 perserta didik tuntas KKM yang telah ditetapkan dengan presentase
43% dan 12 dari 21 peserta didik tidak tuntas KKM dengan presentase 57%, jika
dirata-rata nilai hasil belajar mata pelajaran IPS adalah sebesar 62. Sebagai berikut
peneliti juga akan menyajikan ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam bentuk
grafik:
70
Gambar 4.1 Grafik ketuntasan hasil belajar peserta didik Pra Siklus
4.3.3 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus I
Peneliti mengajar menggunakan model belajar Numbered heads Together
(NHT), sebelum masuk materi peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran, terlihat
ketiga mereka mengetahui pembelajaran akan menggunakan model belajar NHT rasa
penasaran mereka tinggi sehingga tidak sedikit dari peserta didik yang tertarik dalam
pembelajaran. Dalam pejelasan materi peneliti berusaha berjalan mengelilingi kelas
sehingga meminimalis peserta didik untuk bergurau, peneliti memberikan pertanyaan
berulang-ulang kepada peserta didik agar peserta didik paham dengan penjelasan
guru. Ketika peserta didik mulai lesu peneliti memberikan selingan game agar peserta
didik tidak bosan.
Maka dari itu untuk melihat peningkatan dari motivasi belajar peserta didik
akan dipaparkan hasil analisis motivasi belajar peserta didik yang sudah diisi setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model belajar NHT. Perhitungan
dalam angket ini berdasarkan rata-rata jumlah jawaban peserta didik mengenai
pernyataan dalam angket tersebut. Indikator keberhasilannya adalah jika perserta
0%
20%
40%
60%
≥ 70 ˂ 70
ketuntasan hasil belajar peserta didik Pra Siklus
presentase
71
didik sudah mencapai rata-rata >3 di anggap motivasi belajarnya tinggi. Untuk
mengukur motivasi belajar peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut:
P = JS/JP*100%
Keterangan :
P = Presentase yang dicapai peserta didik
JS = Jumlah Skor jawaban Peserta Didik
JP = Jumlah Pernyataan
Rumus tersebut diterapkan dengan menggunakan Microsoft Office Exel 20117.
Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk menganalisis seberapa besar peningkatan
terhadap motivasi belajar peserta didik. Adapun akan dipaparkan tabel hasil analisis
data motivasi belajar:
Tabel 4.2
Hasil Analisis Motivasi Belajar Siklus 1
Nilai frekwensi Presentase
>3(Motivasi belajar tinggi) 15 72%
≤3(Motivasi belajar rendah) 6 28%
Sumber: data hasil analisis
Tabel tersebut memaparkan mengenai presentase ketercapaian dari motivasi
belajar. dari 21 peserta didik hanya terdapat 6 peserta didik yang belum memenuhi
ketercapaian skor nilai rata-rata ≤3 yaitu dengan presentase 28%. Sedangkan peserta
didik yang sudah mencapai skor nilai rata-rata >3 atau yang sudah mencapai motivasi
tinggi berjumlah 15 peserta didik dengan presentase 72%. Hasil presentase tersebut
72
belum memenuhi ketercapaian dari indikator keberhasilan 80%, maka dari itu masih
diperlukannya 8% lagi untuk mencapai skor keberhasilan. Hasil anasilis motivasi
belajar juga akan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik hasil motivasi belajar peserta didik Siklus I
4.3.4 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I
Analisi hasil belajar siklus I diperoleh melalui tindakan mengajar menggunakan
model belajar kooperatif tipe NHT. Pada siklus I terdapat dua kali pertemuan, dari
hasil analisi data terdapat 12 dari 21 peserta didik tuntas dari KKM yang telah
ditentukan dan 9 peserta didik belum tuntas dari KKM yang telah ditentukan. Agar
lebih jelasnya akan disajikan data analisis dalam bentuk tabel:
Tabel 4.3
Hasil Belajar IPS Peserta didik Siklus I
Nilai frekuensi Presentase Keterangan
≥ 70 12 57% Tuntas
< 70 9 43% Tidak tuntas
Jumlah 21 100
Rata-rata kelas 6.6
Sumber: Hasil test evaluasi Siklus I
0%
50%
100%
≥ 3 ˂ 3
ketercapaian Hasil Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus I
presentase
73
Tabel 4.3 tersebut menjelaskan presentase ketuntasan hasil belajar peserta didik
kelas VIII yang berjumlah 21. 12 peserta didik dengan presentase 57% tuntas KKM
,sedangankan 9 atau 43% didik tidak tuntas KKM, rata-rata hasil belajar yang
diperoleh dari keseluruhan peserta didik adalah 66. Akibat dari perserta didik yang
belum mencapai KKM karena mereka kurang memperhatikan ketika materi
dijelaskan peneliti, disamping itu ada beberapa peserta didik yang lambat menerima
materi dibandingkan dengan peserta didik yang lainnya, dan ketika kerja sama dalam
kelompok peserta didik tersebut selalu mengandalkan teman kelompoknya sehingga
pada waktu tes evaluasi peserta didik tersebut mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya. Jika disajikan dalam bentuk grafik maka ketuntasan hasil belajar
siklus I sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik ketuntasan hasil belajar peserta didik Siklus I
0%
20%
40%
60%
≥ 70 ˂ 70
ketuntasan hasil belajar peserta didik Siklus I
presentase
74
4.3.5 Analisis Hasil Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus II
Pada bagian ini, untik menganalisis hasil motivasi belajar dikilus II ini,
perhitunganya masih sama dengan siklus I yaitu menggunakan Microsoft Office Exel
2007. Untuk itu akan ditampilkan melalui tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Analisis Motivasi Belajar Siklus II
Nilai frekwensi Presentase
>3(Motivasi belajar tinggi) 19 90%
≤3(Motivasi belajar rendah) 2 10%
Sumber: data hasil analisi
Tabel 4.4 memaparkan mengenai hasil analisis motivasi belajar peserta didik
kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga. Dari hasil tersebut dilihatkan 2 peserta didik
tidak mencapai skor nilai rata-rata ≤3 dengan presentase 10% masih meiliki motivasi
belajar rendah. Ketercapaian skor rata-rata >3 di siklus II ini meningkat dibandingkan
siklus I, yaitu hasilnya 29 peserta didik atau 90% peserta didik bermotivasi belajar
meningkat. Hasil ini membuktikan terjadinya peningkatan terhadap motivasi belajar
peserta didik dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Sehingga pada siklus ini dapat
dikatakan berhasil karena dapat mencapai target yang ditetapkan yaitu 80%. Berikut
ketercapaian hasil belajar jika digambarkan dalam bentuk grafik.
75
Gambar 4.4 Grafik hasil motivasi belajar peserta didik Siklus II
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS dan wali kelas
VIII, mengatakan bahwa peserta didik yang masih memiliki motivasi belajar rendah
mempunyai lingkungan pertemanan yang kurang baik, dan menjadi korban dari
keluarga yang broken home, sehingga tidak ada yang mempengarui peserta didik
tersebut untuk mempunyai kesadaran dalam belajarnya. mengenai hasil wawancara
tersebut, maka guru harus lebih memberikan perhatian ke peserta didik yang masih
rendah dalam motivasi belajar.
4.3.6 Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II
Analisis hasil belajar siklus II diperoleh melalui proses pembelajaran yang
menggunakan model belajar kooperatif tipe NHT. Hasil yang diperoleh adalah 18
dari 21 peserta didik tuntas sesuai KKM yang telah ditetapkan dengan presentase
86% dan 3 dari 21 peserta didik belum tuntas KKM dengan presentase 14%. Berikut
adalah sajian hasil belajar siklus II dalam bentk tabel:
0%
50%
100%
≥ 3 ˂ 3
ketercapaian Hasil Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus II
presentase
76
Tabel 4.5
Hasil Belajar IPS Peserta didik Siklus II
Nilai frekuensi Presentase Keterangan
≥ 70 18 86% Tuntas
< 70 3 14% Tidak tuntas
Jumlah 21 100
Rata-rata kelas 7.8
Sumber: hasil tes evaluasi siklus II
Hasil belajar siklus II juga dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik ketuntasan hasil belajar peserta didik Siklus II
Gambar grafik 4.5 menunjukan mengenai presentase hasil belajar siklus II.
Dapat dilihat ≥70 menjelaskan ketuntasandari 21 peserta didik yaitu sebesar 86% dan
˂ 70 adalah yang belum menncapai ketuntasan yaitu 14%.
Berdasarkan wawancara dengan guru matapelajaran dan wali kelas, peserta
didik yang tidak tuntas terbut memang mengalami kesulitan dalam penangkapan
materi, peserta didik tersebut sedikit lambat menerima materi dari pada peserta didik
yang lain, dan peserta didik tersebut memiliki lingkungan belajar kurang baik
0%
50%
100%
≥ 70 ˂ 70
ketuntasan hasil belajar peserta didik Siklus II
presentase
77
sehingga tidak ada yang mempengarui peserta didik tersebut untuk belajar kecuali
disekolah.
4.3.7 Perbandingan Ketercapaian Motivasi Belajar Sikus Idan Siklus II
Dari analisi yang sudah dilakukan sebelumnya, pada tahap ini peneliti akan
membandingkan ketercapaian dari peningkatan motivasi belajar peserta didik pada
mata pelajaran IPS dengan menggunakan model belajar NHT. Analisis hasil yang
akan dibandingkan adalah siklu I dan siklus II.
Tabel 4.6
Perbandingan Ketercapaian Motivasi Belajar Peserta didik Siklus I dan Siklus II
Nilai Siklus I Siklus II
f P(%) f P(%)
>3(Motivasi belajar tinggi) 15 72% 19 90%
≤3(Motivasi belajar rendah) 6 28% 2 10%
Sumber: data hasil analisi
Tabel 4.6 memaparkan mengenai peningkatan motivasi belajar peserta didik,
pada siklus I hanya terdapat 15 perserta didik atau 72% peserta didik mempunyai
motivasi belajar tinggi sedangkan motivasi belajar rendah pada siklus I diperoleh 6
peserta didik atau 28% peserta didik. Kemudian peserta didik pada siklus II yang
mempunyai motivasi belajar tinggi sebanyak 19 atau 90% peserta didik, untuk peserta
didik dengan motivasi belajar rendah menurun dari siklus I sebanyak 6 menjadi 2
perserta didik. Peningkatan dari motivasi belajar pada siklus I ke Siklus II adalah
sebanyak 18%. Hasil analisi data tersebut menunjukan ketercapaian dari indikator
yang telah ditentukan sebelumnya bahkan melebihi dari yang ditargetkan yaitu 80%.
78
4.3.8 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Sikus I, dan Siklus II
Pada bagian ini peneliti akan membandingkan hasil belajar pra siklus, siklus I
dan siklus II yang sudah dilalui, tujuannya agar mengetahui seberapa besar
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II.
Tabel 4.7
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II Keterangan
F P(%) f P(%) F P(%)
≥ 70 9 43% 12 57% 18 86% Tuntas
˂70 12 57% 9 43% 3 14% Tidak Tuntas
Sumber: Data yang diolah
Tabel 4.7 tersebut memaparkan perbandingan hasil belajar tiap siklusnya.
Pada pra siklus terdapat 9 peserta didik tuntas KKM yang ditentukan yaitu lebih besar
sama dengan 70, atau 43% peserta didik tuntas, dan yang memperoleh dibawah KKM
sebanyak 12 peserta didik atau 57%. Siklus 1 ada 12 peserta didik lulus KKM kalau
dipresentasekan menjadi 57%, sedangkan yang tidak tuntas KKM adalah 9 peserta
didik dengan presentase 43%. Kemudian pada siklus II 18 peserta didik atau 86%
peserta didik tuntas KKM dan 3 peserta didik atau 14% peserta didik tidak tuntas
KKM yang telah ditetapkan.
4.4 Pembahasan
Dimyati dan Mudjiono (2009: 80), memandang motivasi sebagai dorongan
mental pada diri peserta didik yang mengarahkan pola perilaku individu, termasuk
perilaku belajar. Hal ini benar adanya sesuai dengan penelitian yang dilakukan
79
peneliti setiap siklusnya, peserta didik mengalami pergerakan atau perubahan dalam
perilaku belajarnya. Perilaku belajar yang dimaksud adalah, keaktivan peserta didik
dikelas, rasa ingin tahu peserta didik yang bertambah, rasa percaya diri perserta didik
yang meningkat, dan kemauan belajar (mengerjakan tugas, mengerjakan PR) yang
meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan pendapat Alderfer (Nashar, 2004:42),
mengenai motivasi belajar, yang menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan
keinginan siswa yang cenderung ke arah belajar dan didorong oleh hasrat untuk
memperoleh prestasi belajar. Perubahan dalam perilaku belajar peserta didik tersebut
sebagai kecenderungan peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar sebaik
mungkin. Definisi tersebut mendukung peneliti dalam meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, karena motivasi belajar mendorong ketercapaian dari hasil belajar
peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi belajar dan hasil di kelas VIII
pada mata pelajaran IPS di SMP Kristen 04 Salatiga, dengan penggunaan model
belajar kooperatif tipe NHT yang sudah dipaparkan sebelumnya. Maka dapat
diketahui bahwa penggunaan model belajar kooperatif tipe NHT telah meningkatan
motivasi belajar peserta didik. Peserta didik kelas VIII terdiri dari 13 laki-laki dan 12
perempuan, karakter yang dipunyai oleh peserta didik adalah kurang percaya diri hal
tersebut didukung ketika penelititi melakukan obervasi dikelas VIII pada mata
pelajaran IPS, pada waktu guru meminta salah satu peserta didik untuk membacakan
materi, peserta didik tersebut menolaknya namun guru tetap berupaya membujuk agar
80
peserta didik tersebut mau membaca dan ahkirnya peserta didik tersebut membaca
dengan nada yang lirih. Selain itu ketertarikan dalam belajar peserta didik kurang,
terlihat ketika peserta didik berbicara dengan teman sebangkunya atau teman
disekitar tempat duduknya, terdapat juga peserta didik yang meletakkan kepala diatas
meja.
Hal itu terjadi karena guru kurang menguasai kondisi kelas dan dalam mengajar
masih menggunakan metode pembelajaran konvensional sehingga dapat berpengaruh
bagi ketercapaian hasil belajar perserta didik. Namum motivasi belajar dan hasil
belajar peserta didik meningkat setelah diterapkannya model belajar kooperatif tipe
Numbered Heads Togeter (NHT). Numbered Heads Togeter (NHT) Menurut
Hamdani (2010: 89), adalah suatu metode belajar dengan cara siswa dikelompokan
menjadi beberapa kelompok dan memberikan nomor pada setiap siswaa, kemudian
pelaksanaanya dengan siswa dipanggil oleh guru secara acak. Model belajar ini
sangat cocok diterapkan di kelas VIII ini, karena antusias dalam belajar peserta didik
telihat sangat baik. Model belajar ini menekankan agar peserta didik aktif dalam
pembelajaran dan bekerjasama dalam kelompok.
Pada saat siklus I dilakukan, sudah mulai terlihat antusias peserta didik yang
ditunjukan dengan tidak ramai saat pembentukan kelompok, tidak berbicara dengan
teman disekelilinya ketika dijelaskan materi dan tidak meletakan kepala di atas meja.
Perilaku peserta didik tersebut menujukan hasil 72% motivasi belajar peserta didik
meningkat dengan rata-rata perolehan nilai ≥ 3 pada siklus I, sedangkan pada siklus II
81
90% peserta didik mempunyai motivasi belajar tinggi dengan rata-rata perolehan nilai
≥3. Hal ini membuktikan keberhasilan dari penerapan model belajar kooperatif tipe
NHT dalam peningkatan motivasi belajar peserta didik.
Seperti halnya yang sudah dibahas sebelumnya bahwa motovasi belajar
merupakan penggerak atau pendorong perilaku belajar untuk mendapatkan hasil
belajar yang sesuai. Hasil belajar merupakan hasil dari peserta didik setelah
melakukan kegiatan pembelajaran, pernyataan ini didukung oleh Sudjana (2010:22),
yang mengartikan hasil belajar sebagai kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah menerima pengalaman belajar mulai dari awal sampai dengan proses
kemudian hasil akhirnya yang disebut dengan hasil belajar. Definisi tersebut
mendukung dalam penelitian yang dilakukan peneliti, hasil belajar peserta didik kelas
VIII pada mata pelajaran IPS diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang
dilakukan setiap siklusnya.
Hasil penelitian menyatakan, adanya peningkatan terhadap hasil belajar peserta
didik setelah peneliti menerapkan model kooperatif tipe NHT. Pada siklus I sudah
mulai terlihat perbedaan hasil belajar dari data pra siklus hanya 43% peserta didik
yang mendapat nilai ≥ 70, setelah diterapkannya model belajar NHT diperoleh hasil
57% yang mendapatkan nilai ≥ 70 atau tuntas KKM, dan pada siklus II terjadi
peningkatan lagi terhadap hasil belajar sebesar 86% peserta didik yang mendapatkan
nilai di atas ≥ 70 atau tuntas KKM.
82
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agni Era Hapsari pada tahun 2016 yang
berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together Berbantuan Media Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi
Belajar Siswa”. Hasil penelitiannya menunjukan kondisi awal aktivitas belajar peserta
didik sebesar 20% mempunyai aktivitas belaja tinggi, 20% mempunyai aktivitas
sedang dan 60% aktivitas rendah. Setelah dilakukannya tindakan dengan
menggunakan model belajar kooperatif tipe NHT didapati hasil 40% aktivitas belajar
tinggi, 30% aktivitas belajar sedang dan 30% aktivitas belajar redah, sedangkan pada
siklus II, 80% aktivitas belajar peserta didik tinggi, 20% ativitas belajar sedang dan
0% aktivitas belajar rendah. Kemudian untuk prestasi belajar peserta didik pada
kondisi awal hanya 20% peserta didik tuntas KKM dengan nilai lebih dari 75. Setelah
diterapkan model belajar NHT pada siklus I prestasi belajar siswa meningkat menjadi
70% tuntas KKM dan pada siklus II 100% tuntas KKM. Penelitian ini membuktikan
peningkatan terhadap aktivitas dan prestasi belajar peserta didik setelah menggunakan
model belajar NHT.
Penelitian tersebut mempunyai kesamaan dan perbedaan terhadap penelitian
yang dilakukan peneliti. Kesamaanya terletak pada model belajar yang digunakan
yaitu Numbered Heads Together (NHT) dan variabel yang diteliti yaitu prestasi
belajar, prestasi belajar sama dengan hasil belajar karena perolehan nilainya didapat
dari hasil tindakan pembelajaran. Sedangkan perbedaannya terletak pada jumlah
peserta didik pada penelitian Agni Era Hapsari jumlah peserta didiknya adalah 30 dan
83
jumlah peserta didik peneliti 21. Perbedaan selanjutnya terletak pada variabel Y1
yaitu aktivitas belajar merupakan variabel Y1 Agni Era Hapsari dan motivasi belajar
variabel Y1 peneliti.