BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah...

20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Gunungtumpeng 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Subjek penelitian ini diambil dari semua siswa kelas III yang berjumlah 27 siswa. Sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan, oleh karena itu perlu adanya suatu layanan yang membantu untuk meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa. Identitas subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut: Tabel 4.1. Identitas Subjek Penelitian No. Nama Jenis Kelamin Umur (Th) 1. Nng L 8,5 2. Ptr L 8 3. Dl P 8 4. Hnf L 8 5. Adr L 8,5 6. Bly L 8,5 7. Nvl L 8 8. Nnd P 8 9. Ags L 8,5

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III

SD Negeri Gunungtumpeng 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh Kabupaten

Semarang. Subjek penelitian ini diambil dari semua siswa kelas III yang

berjumlah 27 siswa. Sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan, oleh

karena itu perlu adanya suatu layanan yang membantu untuk meningkatkan

keterampilan komunikasi lisan siswa. Identitas subjek penelitian dapat dilihat

pada tabel 4.1. sebagai berikut:

Tabel 4.1. Identitas Subjek Penelitian

No. Nama Jenis Kelamin Umur (Th)

1. Nng L 8,5

2. Ptr L 8

3. Dl P 8

4. Hnf L 8

5. Adr L 8,5

6. Bly L 8,5

7. Nvl L 8

8. Nnd P 8

9. Ags L 8,5

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

4.2.Pelaksanaan Penelitian

Proses pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pretest dan

posttest. Pretest dilakukan pada bulan Maret 2011 minggu ketiga dengan

bimbingan kelas. Pada kegiatan ini penulis membacakan beberapa cerita,

kemudian siswa diminta menceritakan kembali cerita yang dipilih. Dengan

bercerita penulis mengobservasi keterampilan siswa dalam berkomunikasi lisan.

10. Zdn L 8

11. Frdn L 8

12 Rtn P 8

13 My P 8,5

14 Na P 8

15 Irm P 8,5

16 Zsk P 8

17 Wnd P 8

18 Fr L 8

19 Rv P 8,5

20 Hn P 8,5

21 Els P 8,5

22 Dn P 8,5

23 Ss P 9

24 Rzk L 8

25 Gms L 8

26 Agl P 8

27 Egr L 8,5

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

� �

Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu

diberikan tindakan layanan bimbingan kelas dengan menggunakan terapi bermain

siklus I. Siklus II dilakukan untuk layanan lanjutan apabila pada siklus I sudah

berhasil maka pada siklus II dilakukan sebagai pemantapan.

Pengumpulan data menggunakan observasi selama tindakan siklus I dan

siklus II berlangsung, berdasarkan pedoman observasi. Setelah penulis melakukan

observasi awal, terdapat 11 siswa dari 27 siswa yang kurang terampil dalam

berkomunikasi lisan. Oleh karena itu penulis memberikan layanan bimbingan

kelas menggunakan terapi bermain siklus I dan tindakan lanjutan sebagai

pemantapan pada siklus II.

4.3. Hasil Penelitian

Pada kegiatan layanan bimbingan klasikal ini terdapat 2 siklus yang terdiri

dari 8 pertemuan pada siklus I dan 2 pertemuan pada siklus II. Adapun kegiatan

dan hasil PTBK diuraikan sebagai berikut:

1. Sebelum Siklus

Sebelum siklus I siswa belajar sesuai dengan tuntunan guru kelas. Di

dalam pembelajaran tersebut 40,74% dari 27 siswa kurang terampil dalam

berkomunikasi lisan. Saat penulis pertama kali masuk kelas sebagian siswa tidak

banyak bicara dan cenderung diam. Kemudian penulis melakukan observasi

sebelum memberikan tindakan layanan, yang kemudian diperoleh hasil pretest.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

Sebelum tindakan siklus I dilaksanakan, penulis memperoleh data dari

hasil pretest yang dilakukan terhadap siswa SD Negeri Gunungtumpeng 01

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Pretest tentang Keterampilan Komunikasi Lisan

NO NAMA HAMBATAN

1 Ags Terbata – bata

2 Dn Mengulang ucapan kata atau kalimat

3 Els Terbata – bata

4 Hnf Jeda bicara yang lama

5 Irm Mengulang ucapan kata atau kalimat

6 Nnd Mengulang ucapan kata atau kalimat

7 Nvl Terbata – bata

8 Rtn Terbata – bata

9 Rzk Tersengal- sengal saat berbicara

10 Zsk Banyak mengucapkan ”ee”, ”emm”

11 Zdn Jeda bicara yang lama

Dari data pretest pada tabel 4.2 menunjukkan kriteria siswa kurang

terampil dalam berkomunikasi lisan, sehingga akan diberikan tindakan layanan

bimbingan kelas menggunakan metode terapi bermain pada siklus I dan

pemantapan pada siklus II.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

2. Siklus I

Siklus I terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan refleksi. Masing – masing tahap dalam PTBK ini diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan satuan layanan yang telah

disusun sebelumnya, sebelumnya guru sudah menjelaskan tentang komunikasi.

Kemudian penulis melanjutkan penjelasan mengenai bercerita. Pada kegiatan

berikutnya penulis menceritakan beberapa cerita, kemudian siswa menceritakan

kembali dengan memilih salah satu cerita yang telah didengar. Melalui siswa

bercerita, maka penulis akan memperoleh hasil pretest. Setelah itu siswa diberikan

layanan tindakan bimbingan kelas dengan metode terapi bermain, kemudian

sebagai evaluasi siswa diminta menceritakan pengalaman bermainnya kepada

penulis dan direkam menggunakan perekam suara.

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan mengikuti satlan BK. Pada tahap awal,

penulis memperkenalkan diri mengungkapkan maksud dan tujuan PTBK.

Selanjutnya pelaksanaan tindakan di kelas, penulis mengajak anak bermain

dengan menggunakan miniatur hewan. Siswa bebas memilih jenis hewan dan

bermain bebas sesuai kreatifitas dan imajinasi masing – masing. Ketika siswa

bermain, penulis mengobservasi ketertarikan, motivasi, dan kreatifitas para siswa.

Pada kegiatan bermain akan terlihat keterlibatan emosional dan

komunikasi antar teman dalam kegiatan bermain. Oleh karena itu, penerapan

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

terapi bermain diharapkan mampu meningkatkan keterampilan komunikasi lisan

siswa kelas III SD Negeri Gunungtumpeng 01 UPTD Pendidikan Kecamatan

Suruh Kabupaten Semarang.

c. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan kegiatan terapi

bermain dilakukan sejak awal hingga akhir layanan bimbingan. Dalam rangka

membina hubungan yang baik dengan siswa, penulis sudah memulai sejak

pertemuan awal. Para siswa dengan senang hati dan terbuka menerima penulis,

hanya beberapa siswa yang nampak pendiam. Kegiatan terapi bermain penulis

uraikan sebagai berikut:

Ags : Pada tahap relating, penulis membina hubungan yang baik dengan Ags.

Penulis berusaha memahami siswa, sehingga siswa dapat menerima

penulis. Berikutnya pada tahap releasing siswa nampak semaunya sendiri,

bermain sesukanya sesuai kehendaknya tanpa mempedulikan sekitarnya.

Pada tahap re-creating siswa marah terhadap penulis, berkata kasar dan

ekspresinya menunjukkan kemarahan. Kemudian saat tahap

reexperiencing penulis mendekati siswa dan menanyakan keinginannya,

siswa ini minta untuk diperhatikan. Oleh karena itu penulis menuruti

keinginan siswa dan mengajak siswa berinteraksi dengan halus dan

memberikan pengertian. Tahap terakhir yaitu resolving penulis mengajak

siswa lebih santai, dan memberikan perhatian terhadap siswa. Karena Ags

agak pemarah dan mudah ngambek, penulis berusaha memberikan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

perhatian lebih dalam setiap kegiatannya, tetapi Ags masih sulit diajak

berinteraksi.

Dn : Tahap relating penulis berusaha membina hubungan yang baik dengan Dn

dikarenakan Dn pemalu dan pendiam. Pada awal pertemuan ditahap

releasing nampak bermain berkelompok dengan temannya, tetapi siswa

tidak banyak interaksi. Melalui ekspresi raut muka, nampak seperti ada

yang disembunyikan oleh Dn. Ketika diam, siswa nampak melamun

seperti memikirkan sesuatu. Kemudian pada tahap re-creating awalnya

siswa terlihat diam, tetapi terkadang secara tiba - tiba melontarkan kata –

kata agak kasar dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Penulis hanya

mengamati dan tidak mengganggu aktivitas bermain Dn. Ketika penulis

mulai masuk dalam perma-inan dan mengajak berinteraksi, respon Dn

sedikit sekali, bahkan tidak mengucapkan sepatah katapun dan tetap diam,

terkadang hanya tersenyum dan kemudian melanjutkan permainan

kembali. Tahap berikutnya yaitu re-experiencing, diketahui siswa merasa

rendah diri terhadap temannya, sehingga mengakibatkan siswa sering diam

dan melamun. Kemudian penulis mengajak siswa bercerita, awalnya siswa

enggan untuk berbicara, tetapi setelah merasa lebih nyaman, sedikit demi

sedikit Dn mulai mau membuka diri dan berbicara dengan penulis

meskipun tidak banyak bicara.

Els : Els merupakan siswa yang pendiam dan susah diajak bicara, untuk itu

perlu pendekatan yang lama untuk menjalin hubungan dengannya. Pada

tahap releasing Els nampak asik bermain bersama teman – temannya

dalam kelompok kecil. Pada tahap re-creating Els terlihat tidak begitu

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

nyaman dengan kehadiran orang baru, yaitu penulis. Els tampak gelisah,

oleh karena itu pada tahap reexperiencing penulis membiarkan ketidak

nyamanan Els. Kemudian penulis dengan hati – hati masuk ke dalam

permainan dan mengajak Els berinteraksi, awalnya Els hanya menanggapi

sedikit – sedikit tapi lama – kelamaan Els mulai mau diajak

berkomunikasi. Pada tahap resolving Els sudah lebih mudah diajak

berinteraksi, serta mulai banyak bicara dan sudah tidak terlalu diam seperti

sebelumnya.

Hnf : Hnf merupakan siswa yang pandai dalam pelajaran, namun anaknya agak

pendiam. Pada tahap relating, penulis bersikap ramah dan menyenangkan

supaya dapat diterima oleh Hnf. Ketika tahap releasing Hnf nampak asik

bermain dengan teman – temannya ketika membuat kreasi rumah –

rumahan, namun pada awal tahap ini tidak terjadi banyak interaksi sesama

siswa. Kemudian pada tahap re-creating baru tampak Hnf suka marah –

marah dan mengatur teman – temannya. Cara mengatur anak – anak lain

yaitu dengan berteriak – teriak kencang dan ngotot. Pada tahap

reexperiencing penulis membiarkan Hnf untuk mengeluarkan segala

perasaannya, kemudian penulis mendekati dengan halus dan bersikap

menyenangkan. Penulis mengajak siswa berinteraksi setelah Hnf dirasa

cukup mengeluarkan semua yang dirasa-kannya. Terakhir, pada tahap

resolving, penulis mengajak Hnf bercerita dan pada akhirnya Hnf mulai

lebih halus dan lebih leluasa menceritakan tentang dirinya.

Irm : Ketika membina hubungan dengan Irm penulis agak sedikit membutuhkan

waktu karena Irm juga termasuk anak yang pendiam. Kemudian pada

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

��

tahap releasing siswa tampak asyik bermain, tetapi tidak peduli dengan

teman – temannya. Meskipun Rtn bermain berkelompok tetapi sikapnya

acuh tak acuh, apalagi kalau sudah asik dengan permainan dan

perasaannya sendiri (re-creating). Pada tahap reexperiencing, penulis

membiarkan Rtn tetap cuek, namun kemudian penulis mulai masuk dalam

permainan dan mengajak Irm lebih memperhatikan sekitarnya dan

berinteraksi dengan teman – temannya. Tahap terakhir ketika resolving

Rtn sudah mulai bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman – temannya.

Nnd : Nnd adalah siswa yang ceria dan murah senyum. Nnd termasuk siswa yang

pendiam dan pemalu, meskipun demikian Nnd berusaha untuk dekat

dengan penulis. Oleh karena itu penulis memberikan perhatian dan

bersikap menye-nangkan ketika membina hubungan dengan Nnd. Nnd

suka mencari perhatian dengan penulis, Nnd sebenarnya anak yang

terbuka meskipun agak pemalu. Pada tahap releasing siswa tampak asik

dan senang bermain dengan temannya. Tetapi pada tahap re-creating ada

rasa sedih yang disembunyikan dalam keceriaannya. Ternyata perasaan

sedih ini ketika Nnd ditinggal oleh kedua orangtuanya ke Sumatra untuk

bekerja. Lalu pada reexperiencing penulis mengajak Nnd untuk

menceritakan apa yang dirasakannya, dan Nnd mengatakan bahwa dirinya

sedih karena harus ditinggal oleh orangtuanya. Kemudian pada tahap

resolving siswa dengan lugunya menyatakan menerima keadaan harus

berpisah dengan orangtuanya demi mencari uang. Dari hasil tersebut siswa

lebih terbuka dengan penulis dan sering melakukan komunikasi baik

secara langsung maupun tak langsung.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

��

Nvl : Awalnya Nvl tampak malu, tetapi sebenarnya Nvl merupakan siswa yang

terbuka. Penulis tidak mengalami kesulitan ketika membina hubungan

dengan Nvl. Ketika releasing Nvl tampak senang dan antusias dalam

bermain, serta mau berinteraksi meskipun cara bicaranya seperti terburu –

buru. Kemudian di tahap re-creating siswa nampak penurut dan takut

terhadap orang yang otoriter, kebetulan Nvl bermain dalam kelompok

yang diketuai oleh Hnf yang suka memerintah. Ketika tahap

reexperiencing penulis mengajak Hnf berce-rita, dan Hnf menceritakan

dirinya suka dimarahi oleh orangtuanya yang galak sehingga dia menjadi

penurut. Siswa juga mengatakan tidak suka dengan Hnf yang dianggapnya

nakal. Pada tahap resolving siswa sudah lebih terbuka dan sering

mengajak penulis untuk berkomunikasi.

Rtn : Rtn merupakan anak yang suka menyendiri, namun tidak canggung ketika

penulis mendekati dan menjalin hubungan. Rtn menerima penulis dengan

terbuka. Pada tahap releasing siswa tampak bermain sendiri dan berdialog

sendiri. Meskipun bermain tanpa teman, Rtn tampak menikmati kegiatan

bermainnya. Tahap re-creating barulah tampak bahwa siswa tampak

minder ketika bergabung dengan teman – temannya, raut mukanya tampak

tidak nyaman ketika bermain berkelompok dengan teman, berbeda engan

ketika Rtn bermain sendiri. Kemudian pada tahap reexperiencing penulis

masuk dalam permainan dan berinteraksi dengan Rtn. Rtn nampak senang

dan dengan mudah menanggapi ketika berinteraksi dengan penulis. Pada

tahap resolving Rtn sedikit mulai mengurangi mindernya, meskipun masih

suka menyendiri tetapi Rtn mulai membaur dengan teman.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

Rzk : Rzk adalah siswa yang aktif, cepat diajak bergaul dan mudah menerima

penulis, sehingga cepat akrab dengan penulis. Pada tahap releasing Rzk

tampak semaunya dan ingin menang sendiri. Rzk bermain dengan aktif

namun sedikit agak kasar. Pada tahap re-creating siswa mengajak bermain

penulis, ketika bermain dengan Rzk, miniatur hewan yang diperankan oleh

penulis dipukuli oleh Rzk. Kemudian pada tahap reexperiencing Rzk

masih tetap bermain kasar, penulis menanggapi perlakuan kasar Rzk. Rzk

terlihat ingin diperhatikan, oleh karena itu penulis memberikan perhatian

pada Rzk. Berdasarkan pengalaman bermain tersebut di tahap resolving

penulis mengajak Rzk lebih bersikap halus dan akhirnya siswa tersebut

lebih santai dan tidak sekasar biasanya. Namun bicaranya masih tersengal

seperti buru – buru.

Zsk : Awalnya Zsk tampak diam dan malu - malu, tapi lama – kelamaan Zsk

mudah akrab dengan penulis dan mau berinteraksi. Pada tahap releasing

siswa tampak senang dan asik bermain dengan teman sekelompoknya.

Lalu di tahap re-creating siswa tampak mencari perhatian terhadap

penulis, untuk itu penulis kemudian masuk dalam permainan dan bermain

peran dengan Zsk. Karena Zsk merasa kurang perhatian, maka penulis

berusaha memperhatikan Zsk pada tahap reexperiencing sehingga Zsk

merasa dihargai dan dianggap keberadaannya. Pada tahap resolving Zsk

sudah lebih membaur dengan teman dan keinginan diperhatikan oleh

penulis sudah mulai berkurang.

Zdn : Awalnya Zdn suka melarikan diri ketika didekati oleh penulis, namun

akhirnya Zdn mulai bisa menerima penulis dengan terbuka. Pada awal

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

permainan saat releasing Zdn tampak berbaur dengan temannya dan asyik

bermain. Tetapi ketika tahap re-creating Zdn lebih suka menyendiri dan

ekspresinya menunjukkan rasa kesepian. Karena lebih nyaman bermain

sendiri, penulis membiarkan Zdn bermain dengan zona amannya. Setelah

itu pada tahap reexperiencing, penulis mulai masuk ke dalam permainan

dan membantu siswa mengurangi rasa kesepian dengan bermain yang

menyenangkan sehingga Zdn tertarik bermain bersama. Pada tahap

resolving penulis dibantu oleh salah satu siswa bernama Andr untuk

masuk dalam permainan. Zdn tampak lebih ceria dan gembira. Meskipun

demikian, Zdn masih belum banyak berinteraksi dengan teman yang lain.

Setelah pelaksanaan tindakan siklus I, diketahui hasil sebagai berikut:

Posttest siklus I :

Tabel 4.3. Hasil Posttest I tentang Keterampilan Komunikasi Lisan

NO NAMA HAMBATAN PENINGKATAN

1 Ags Terbata – bata Belum mengalami peningkatan

2 Dn Mengulang ucapan kata atau kalimat

Belum mengalami peningkatan

3 Els Terbata – bata Frekuensi terbata – bata berkurang

4 Hnf Jeda bicara yang lama Jeda bicara tidak lama

5 Irm Mengulang ucapan kata atau kalimat

Frekuensi mengulang ucapan kata atau kalimat berkurang

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

� �

6 Nnd Mengulang ucapan kata atau kalimat

Frekuensi mengulang ucapan kata atau kalimat berkurang

7 Nvl Terbata – bata Frekuensi terbata – bata berkurang

8 Rtn Terbata – bata Frekuensi terbata – bata berkurang

9 Rzk Tersengal- sengal saat berbicara Tidak tersengal – sengal saat berbicara

10 Zsk Banyak mengucapkan ”ee”, emm”

Frekuensi pengucapan ”ee” dan ”emm” berkurang

11 Zdn Jeda bicara yang lama Belum ada peningkatan

Data yang penulis peroleh adalah berdasarkan rekaman suara ketika

bercerita. Dari hasil posttest tersebut dapat diketahui 8 siswa sudah mengalami

peningkatan dalam keterampilan komunikasi lisan dan masih terdapat 3 siswa

yang belum mengalami peningkatan. Siswa yang mengalami peningkatan adalah

siswa yang mulai agak berkurang hambatannya (terbata – bata, mengulang ucapan

kalimat atau

kata, jeda yang lama, tersengal – sengal saat berbicara, banyak mengucapkan

“ee”, “emm”). Bagi siswa yang belum berkurang hambatan dalam komunikasi

lisannya dianggap belum mengalami peningkatan.

a) Refleksi

Berdasarkan layanan tindakan dan observasi dapat dilihat hasilnya belum

seperti yang diharapkan karena tingkat keberhasilan belum mencapai semua

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

siswa. Siswa yang belum berhasil mengalami peningkatan yaitu dikarenakan

siswa tersebut membutuhkan proses yang lebih lama dan intens dalam tahap –

tahap terapi bermain. Siswa belum terbiasa untuk mengungkapkan perasaan dan

pikirannya, sehingga penulis akan berusaha lebih intens membantu siswa dalam

proses terapi bermain supaya siswa lebih terampil dalam berkomunikasi lisan.

Oleh karena itu perlu diadakan tindakan siklus II untuk membantu siswa yang

belum mengalami peningkatan supaya mencapai tingkat keberhasilan.

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan dilakukan berdasarkan satuan layanan yang telah

disusun sebelumnya, dalam pelaksanaan layanan menggunakan beberapa rencana.

Pada siklus II ini, kegiatan diuraikan sebagai berikut:

1) Penulis akan melakukan wawancara terhadap siswa. Siswa yang

diwawancarai adalah siswa yang belum mengalami peningkatan

komunikasi lisan berdasarkan hasil posttest siklus I.

2) Siswa diajak untuk bermain, kemudian untuk kesekian kalinya siswa

dibantu melalui beberapa tahap dalam terapi bermain. Kali ini, proses yang

penulis lakukan akan lebih intens dan fokus pada 3 siswa yang belum

mengalami peningkatan.

3) Siswa diminta untuk bercerita dan direkam dengan perekam suara. Cerita

tidak ditentukan, sehingga siswa bebas menceritakan apa saja yang ingin

diceritakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan komunikasi lisan yang dialami siswa.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan mengikuti satuan layanan Bimbingan dan

Konseling. Penulis menyediakan mainan miniatur hewan dan mengajak siswa

bermain. Siswa bebas memilih jenis hewan dan bebas bermain sesuai kreativitas

dan imajinasi masing – masing. Bersamaan dengan anak bermain, penulis

mengobservasi ketertarikan, motivasi, dan kreativitas siswa.

Pada kegiatan bermain akan terlihat keterlibatan emosional dan

komunikasi antar teman dalam kegiatan bermain. Oleh karena itu, penerapan

terapi bermain diharapkan mampu meningkatkan keterampilan komunikasi lisan

siswa kelas III SD Negeri Gunungtumpeng 01 UPTD Pendidikan Kecamatan

Suruh Kabupaten Semarang.

c. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan kegiatan terapi

bermain dilakukan sejak awal hingga akhir layanan. Pada siklus II ini penulis

lebih mengutamakan siswa yang belum mengalami peningkatan dalam

komunikasi lisan. Hal ini dilakukan supaya penulis lebih fokus dalam

penanganan, sehingga siswa dapat mengalami peningkatan meskipun tidak

banyak. Kegiatan terapi bermain penulis uraikan sebagai berikut:

Ags : Pada tahap relating, hubungan penulis dan Ags sudah semakin membaik

dan semakin akrab. Berikutnya pada tahap releasing siswa masih

semaunya sendiri, bermain sesukanya sesuai kehendaknya tanpa

mempedulikan sekitarnya. Pada tahap re-creating siswa juga sering marah

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

terhadap penulis, berkata kasar dan ekspresinya menunjukkan kemarahan.

Kemudian saat tahap reexperiencing penulis lebih intens mendekati siswa

dan berusaha lebih memperhatikan Ags karena siswa ini memang ingin

selalu diperhatikan. Interaksi antara penulis dan Ags pun semakin

membaik sehingga di tahap akhir ketika resolving suasana semakin

membaik dan Ags mulai mengurangi kemarahan dan sikap kasarnya.

Komunikasi semakin berjalan dengan baik.

Dn : Tahap relating siswa sudah lebih mudah diajak berinteraksi karena siswa

sudah mulai mau berbicara meskipun kadang masih diam. Tahap

berikutnya ketika releasing Dn sudah tidak terlalu banyak melamun dan

mulai berbicara dengan teman – temannya ketika bermain. Kemudian

pada tahap re-creating awalnya siswa masih sama terlihat diam, dan

kadang masih melontarkan kata – kata agak kasar secara tiba – tiba. Tahap

berikutnya yaitu reexperiencing, siswa masih terlihat minder terhadap

temannya, tetapi siswa berusaha lebih banyak berinteraksi dengan teman

lain ketika bermain dalam kelompok. Tahap akhir ketika resolving penulis

mengajak bercerita ketika berkumpul bersama teman – temannya dan Dn

sudah tampak mulai nyaman dan lebih banyak bicara dari sebelumnya.

Zdn : Pada tahap relating Zdn sudah mulai mudah diajak bicara, meskipun sifat

melarikan dirinya masih sering muncul. Ketika tahap releasing, Zdn

terlihat kadang berbaur dengan temannya tetapi terkadang masih memilih

sendiri. Kemudian pada tahap re-creating masih muncul rasa kesepian

dalam kesendiriannya. Selanjtnya pada tahap reexperiencing, meski sudah

lebih ceria, sekilas masih muncul ekspresi dari rasa kesepian tersebut.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

Oleh karena itu ketika tahap resolving, penulis mengajak lebih banyak

siswa untuk bermain bersama Zdn. Akhirnya Zdn sudah lebih banyak

bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman – temannya.

Siswa yang sebelumnya sudah mengalami peningkatan, dalam kegiatan

terapi bermain penulis lebih banyak mengajak bercerita sehingga hambatan

komunikasi lisan beberapa siswa semakin banyak berkurang, dan siswa sudah

lebih terampil dalam menggunakan komunikasi lisan.

Setelah pelaksanaan siklus II, diperoleh hasil sebagai berikut:

Posttest siklus II:

Tabel 4.4. Hasil Posttest II tentang Keterampilan Komunikasi Lisan

NO NAMA HAMBATAN PENINGKATAN

1 Ags Terbata – bata Frekuensi terbata – bata berkurang

2 Dn Mengulang ucapan kata atau kalimat

Frekuensi pengulangan ucapan kata atau kalimat berkurang

3 Els Terbata – bata Frekuensi terbata – bata berkurang

4 Hnf Jeda bicara yang lama Jeda bicara tidak lama

5 Irm Mengulang ucapan kata atau kalimat

Frekuensi mengulang ucapan kata atau kalimat berkurang

6 Nnd Mengulang ucapan kata atau kalimat

Frekuensi mengulang ucapan kata atau kalimat berkurang

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

���

7 Nvl Terbata – bata Frekuensi terbata – bata berkurang

8 Rtn Terbata – bata Frekuensi terbata – bata berkurang

9 Rzk Tersengal- sengal saat berbicara Tidak tersengal – sengal saat berbicara

10 Zsk Banyak mengucapkan ”ee”, emm”

Frekuensi pengucapan ”ee” dan ”emm” berkurang

11 Zdn Jeda bicara yang lama Jeda bicara tidak begitu lama

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, ternyata kegiatan layanan siklus I terdapat 8

siswa yang sudah agak berkurang hambatan komunikasi lisannya, dan 3 siswa

yang masih belum mengalami peningkatan. Setelah pelaksanaan siklus II, 3 siswa

yang tadinya belum mengalami peningkatan, akhirnya sudah agak berkurang

hambatan komunikasi lisannya.

4.4. Pembahasan

Kegiatan terapi bermain dilakukan pada siswa kelas III SDN

Gunungtumpeng 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa yang kurang terampil dalam

komunikasi lisan dengan kriteria sebagai berikut: terbata- bata, tersengal – sengal

saat berbicara, mengulang ucapan kalimat atau kata, jeda bicara yang lama,

banyak mengucapkan “ee” dan “emm”. Instrument yang digunakan adalah

pedoman observasi. Layanan terapi bermain diberikan beberapa hari selama

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

��

sepuluh kali pertemuan atas persetujuan guru kelas. Diperoleh hasil, hambatan

komunikasi lisan dapat berkurang setelah diberi layanan terapi bermain.

Melalui observasi dan hasil pretest, diketahui terdapat 11 siswa yang

kurang terampil dalam komunikasi lisan, dan setelah pemberian layanan diperoleh

hasil posttest siklus I yang menunjukkan bahwa 8 siswa mengalami peningkatan

komunikasi lisan dengan agak berkurang hambatan yang dialami oleh masing –

masing siswa. Kemudian pada hasil posttest siklus II, keseluruhan dari 11 siswa

semuanya telah mengalami peningkatan dalam komunikasi lisan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka benar apa yang dikatakan

Djiwandono (2005), bahwa dunia anak sangat berkaitan erat dengan dunia

bermain. Betapa pentingnya pengaruh bermain terhadap anak. Banyak aspek yang

bisa terasah ketika anak bermain, diantaranya motorik kasar, motorik halus,

bahasa, sosial, dan kognitif. Sepanjang masa kanak – kanak, bermain sangat

mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Dengan bermain bersama

anak lain, anak belajar membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan

memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut. Agar dapat bermain

dengan baik bersama anak lain, anak harus belajar berkomunikasi, dalam arti anak

dapat mengerti dan sebaliknya anak harus belajar mengerti apa yang

dikomunikasikan orang lain.

Melalui observasi, penulis juga dapat mengetahui ketertarikan, motivasi,

dan kreativitas dari pengalaman bermain anak. Bermain merupakan salah satu

metode mengajar yang dapat membuat siswa tertarik dan termotivasi untuk aktif

dalam kegiatan berbicara, berkomunikasi, dan bersosialisasi, serta merangsang

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1801/5/T1...Setelah diketahui sebagian siswa kurang terampil dalam komunikasi lisan perlu diberikan tindakan

��

kreativitas anak. Ketika bermain, anak dapat bereksplorasi dengan dunia nyata

dan imajinasinya.

Kegiatan ini penulis lakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan

komunikasi lisan siswa kelas III SDN Gunungtumpeng 01 UPTD Pendidikan

Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang adalah dengan memberikan layanan

terapi bermain yang terangkum dalam 5 tahap sesuai pernyataan Djiwandono

(2005) berikut:

1. Relating (hubungan) : penulis membina hubungan yang baik dengan siswa melalui kegiatan bermain.

2. Releasing (melegakan perasaan) anak menggunakan permainan untuk melepaskan mengurangi ketegangan melalui katarsis.

3. Re-creating (menciptakan) kembali kejadian – kejadian yang mengacau pikiran dan perasaan dihidupkan kembali melalui permainan.

4. Reexperiencing (mengalami kembali) : anak dibantu untuk menghubungkan kejadian – kejadian masa lalu dengan perasaan dan tingkah laku sekarang.

Resolving (menyelesaikan) : anak menyelesaikan masalah atau menemukan cara

baru dalam menghadapi masalah dengan mempraktikan tingkah laku baru dalam

bermain.