BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan...

141
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Maka sesuai dengan sasaran penelitian, pada bab ini dibahas tentang hubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer. Hubungan tersebut antara lain; Pertama, mendeskripsikan persamaan dan pertentangan tokoh dan penokohan. Kedua, mendeskripsikan persamaan dan pertentangan pengaluran. Ketiga, mendeskripsikan persamaan dan pertentangan pelataran. Temuan peneliti berupa hubungan intertekstual terhadap penokohan, pengaluran, dan pelataran dalam naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer, dapat dilihat dalam pembahasan sebagaai berikut. A. Persamaan dan Pertentangan Penokohan antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya Pramoedya Ananta Toer. Tokoh dan penokohan menjadi hal penting dalam menganalisis karya sastra, karena dengan unsur inilah, maka muncul peristiwa yang menimbulkan konflik, pesan, amanat, moral dan hal lain yang ingin disampaikan pengarang. Karya sastra yang dibuatnya pun akan mengikuti konvensi karya sastra sebelumnya, baik membenarkan, mengembangkan, maupun menyimpang. Baik Saini KM atau pun Pramoedya Ananta Toer dalam karyanya menggunakan kisah sejarah yang sama sebagai dasar ceritanya, tetapi antara keduanya telah menghidupkan sejarah tersebut dengan pendapatnya masing-masing. Maka 34 HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Maka sesuai dengan sasaran penelitian, pada bab ini dibahas tentang

hubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok

karya Saini KM dengan novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer.

Hubungan tersebut antara lain; Pertama, mendeskripsikan persamaan dan

pertentangan tokoh dan penokohan. Kedua, mendeskripsikan persamaan dan

pertentangan pengaluran. Ketiga, mendeskripsikan persamaan dan pertentangan

pelataran.

Temuan peneliti berupa hubungan intertekstual terhadap penokohan,

pengaluran, dan pelataran dalam naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer, dapat dilihat dalam pembahasan

sebagaai berikut.

A. Persamaan dan Pertentangan Penokohan antara Naskah Drama Ken

Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya Pramoedya

Ananta Toer.

Tokoh dan penokohan menjadi hal penting dalam menganalisis karya

sastra, karena dengan unsur inilah, maka muncul peristiwa yang menimbulkan

konflik, pesan, amanat, moral dan hal lain yang ingin disampaikan pengarang.

Karya sastra yang dibuatnya pun akan mengikuti konvensi karya sastra

sebelumnya, baik membenarkan, mengembangkan, maupun menyimpang. Baik

Saini KM atau pun Pramoedya Ananta Toer dalam karyanya menggunakan kisah

sejarah yang sama sebagai dasar ceritanya, tetapi antara keduanya telah

menghidupkan sejarah tersebut dengan pendapatnya masing-masing. Maka

34

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

35

menjadi hal yang wajar, apabila terdapat persamaan maupun pertentangan

(perbedaan) antara naskah drama Ken Arok dengan novel Arok Dedes. Tetapi

sebelum memaparkan antara persamaan dan pertentangan (perbedaan) nya,

terlebih dahulu peneliti memberikan gambaran tokoh antara kedua karya sastra

tersebut. Berikut ini digambaran tokoh-tokoh dalam naskah drama Ken Arok karya

Saini KM dengan novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer.

Tabel 1

Tokoh pada naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes

No. Nama Tokoh dalam

Naskah Drama Ken Arok

Nama Tokoh dalam

Novel Arok dedes

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

Ken Arok

Tunggul Ametung

Tita

Kertajaya

Lohgawe

Empu Gandring

Ken Dedes

Ken Umang

Kebo Ijo

Bongo Samparan

Empu Purwa

Ki Lembong

Anusapati

Empu Pamor

Empu Narayana

Mahisa Walungan

Gubar Baleman

Mahisa Taruna

Empu Sridhara

Empu Aditya

Punta

Prasanta

Orang Desa Batil

Juru Deh

Emban

-

-

-

Ken Arok

Tunggul Ametung

Kertajaya

Lohgawe

Empu Gandring

Ken Dedes

Ken Umang

Kebo Ijo

Bango Samparan

Empu Purwa

Ki Lembung

Belakangka

Arya Artya

Tanca

Lingsang

Gusti Putra

Hayam

Bana

Mundrayana

Oti

Rimang

Gede Mirah

Ki Lembong

Nyi Lembong

Lurah Sina

Tantripala

Lurah Moleng

Dadung Sungging

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

36

Berdasarkan tabel tersebut, jelaslah bahwa antara naskah drama dan

novel, keduanya memiliki persamaan dan pertentangan (perbedaan) tokoh dan

tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan adanya persamaan dan

perbedaan penokohan. Berikut pemaparan persamaan dan pertentangan tokoh dan

penokohan yang dimaksud.

1. Tokoh

Sebelum menjelaskan masalah penokohan, maka perlu diketahaui bahwa

tokoh-tokoh yang terlibat dalam naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes

dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu; berdasarkan keterlibatannya

dalam keseluruhan cerita, berdasarkan fungsi penampilan tokoh, dan berdasarkan

perwatakannya. Berikut pemaparan dari ketiga jenis tokoh yang dimaksud.

a. Tokoh Berdasarkan Keterlibatannya dalam Keseluruhan Cerita

1) Persamaan

Keterlibatan para tokoh dalam keseluruhan cerita, dapat dibedakan

menjadi dua, yakni tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (bawahan).

Seringkali dalam sebuah cerita akan melibatkan beberapa tokoh, maka menjadi

hal penting untuk pertama kali dapat menentukan tokoh sentralnya.

Baik dalam naskah drama Ken Arok maupun novel Arok Dedes, terdapat

tokoh sentral yang menjadi bagian penting dan utama dalam peristiwa yaitu

tokoh “Ken Arok”. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling banyak diceritaan,

banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain dan menjadi tokoh yang paling

banyak terlibat dengan makna yang ingin pengarang sampaikan.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

37

Dipastikan tokoh sentral dalam naskah drama Ken Arok adalah Ken

Arok. Hal tersebut dikarenakan, dari keseluruhan babak (episode) yang ada,

tokoh ini hampir selalu terlibat bahkan hadir dalam setiap babaknya, kecuali pada

babak dua, tiga, empat, sebelas, dan tigabelas. Maka dapat disimpulkan bahwa

Ken Arok (sentral) telah terlibat dalam delapan babak dari empatbelas babak yang

ada. Meskipun dalam enam babak tersebut tidak digambarkan secara langsung,

tetapi keterlibatan tokoh sentral dapat digambarkan melalui pembicaraan

antartokoh. Inilah yang menjadi fungsi ketidakhadirannya dalam enam babak

tersebut.

Ketidakhadiran tokoh sentral pada babak dua berfungsi memberikan

kesempatan kepada tokoh Kertajaya dan para pengikutnya (tokoh tambahan)

untuk membicarakan tokoh sentral. Pembicaraan antartokoh tersebut mengacu

pada pokok permasalahannya yang ditujukkan untuk pencapaian penangkapan

terhadap tokoh sentral (Ken Arok menjadi buronan kerajaan Kediri).

Ketidakhadiran tokoh sentral pada babak tiga, empat dan enam menjadi

kesempatan bagi tokoh Tunggul Ametung dan kaum brahmana, untuk

membicarakan tokoh sentral. Pada ketiga babak tersebut digambarkan siasat kaum

brahmana dengan meminta persetujuan dari Tunggul Ametung, untuk dapat

menjinakkan Ken Arok (sentral). Pada babak tiga, empat dan enam juga menjadi

gambaran tokoh Tunggul Ametung dan kaum brahmana sebagai tokoh yang

memperjuangkan sesuatu, berupa kebenaran dan kedamaian.

Pada babak sebelas, ketidakhadiran tokoh sentral berfungsi untuk

menggambarkan dampak yang ditimbulkan oleh tokoh sentral, yaitu berkuasanya

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

38

tokoh sentral di Tumapel menyebabkan tumbangnya Kertajaya. Ketidakhadiran

tokoh sentral juga terdapat pada babak tigabelas. Pada babak ini berfungsi untuk

memberikan kesempatan kepada tokoh Anusapati untuk membicarakan tokoh

sentral. Pada babak sebelas ini juga berfungsi untuk membeberkan situasi

delapanbelas tahun setelah berkuasanya tokoh sentral di kerajaan Singasari.

Bukan hanya pada naskah dramanya, dalam novel Arok Dedes pun tokoh

sentral (Ken Arok) menjadi tokoh yang paling banyak terlibat dalam ceritanya.

Meskipun tidak selalu dimunculkan dalam setiap peristiwa atau kejadian, tetapi

kehadiran tokoh sentral hampir selalu muncul di setiap babnya. Dari sepuluh bab

yang ada, hanya ada satu bab yang tidak menggambarkan kehadiran tokoh Ken

Arok, yaitu pada bab tiga. Pada bab ini digunakan untuk menggambarkan tokoh

Ken Dedes, yang cukup berperan dalam peristiwa dan munculnya konflik.

Kaitannya dengan tokoh sentral, pada bab tiga ini digambarkan tokoh Ken Dedes

yang memiliki rasa ingin tahu (penasaran) terhadap tokoh sentral. Digambarkan

pada bab tiga, bahwa telah muncul seorang brahmana muda dengan nama Borang

(sebenarnya Ken Arok), diberitakan ia telah membuat kerusuhan khususnya bagi

penghuni Tumapel. Ken Dedes ingin sekali mengetahui siapa sebenarnya

brahamana muda yang bernama Borang itu.

Pada dasarnya tokoh sentral berperan sebagai tokoh yang paling banyak

diceritakan, dan banyak berhubungan dengan tokoh lainnya. Maka dari itu,

peristiwa atau jalinan peristiwa dalam sebuah cerita khususnya naskah drama dan

novel, tidaklah cukup hanya tokoh sentral yang berperan dalam ceritanya. Adapun

diharuskannya campur tangan dari tokoh lain yaitu berperan sebagai tokoh

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

39

tambahan, ini dikarenakan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya saling terkait

dan sangat menentukan perkembangan plot (alur) secara keseluruhan. Tokoh

tambahan dimaksudkan juga sebagai penyempurna dalam munculnya berbagai

konflik, baik sebagai pendukung atau penentang tokoh sentral.

Adapun persamaan tokoh tambahan dalam naskah drama Ken Arok

dengan novel Arok Dedes, adalah sebagai berikut.

Pertama, Ken Dedes. Tokoh ini berperan sebagai isteri Tunggul

Ametung yang kemudian menjadi isteri Ken Arok. Baik dalam naskah drama

maupun pada novelnya, tokoh Ken Dedes memiliki kadar keutamaan yang lebih

daripada tokoh lainnya. Tokoh ini dapat juga disebut sebagai tokoh tambahan

yang utama. Hal tersebut dikarenakan Ken Dedes ini banyak berkaitan dengan

tokoh sentral. Kehadirannya juga mempengaruhi dalam pengembangan alur.

Dalam naskah drama, tokoh Ken Dedes dimaksudkan sebagai tujuan utama (hal

yang ingin dicapai) tokoh sentral. Lain pada novelnya, tokoh Ken Dedes berperan

sebagai tokoh yang mendukung tokoh sentral, dan bukan menjadi sasaran utama

tokoh sentral.

Kedua, Tunggul Ametung. Sama halnya dengan tokoh Ken Dedes,

Tunggul Ametung juga termasuk sebagai tokoh tambahan yang utama. Tokoh ini

berperan sebagai penentang tokoh sentral, dimana kemunculan tokoh ini dalam

cerita difungsikan sebagai salah satu sasaran perjuangan tokoh sentral.

Ketiga, Kertajaya. Selain Tunggul Ametung, tokoh Kertajaya juga

berperan sebagai tokoh yang dijadikan sasaran tokoh sentral, bahkan menjadi

sasaran paling utama. Baik dalam naskah drama maupun dalam novelnya,

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

40

perjuangan untuk mencapai tujuan lebih difokuskan pada Tumapel (Tunggul

Ametung). Maka kehadiran tokoh Kertajaya, tidak banyak digambarkan dalam

ceritanya, namun tokoh ini berpengaruh pula dalam timbulnya konflik atau

masalah, sehingga dapat dikatakan Kertajaya sebagai tokoh tambahan yang utama.

Keempat, Lohgawe. Tokoh ini berperan sebagai tokoh tambahan yang

berperan sebagai tokoh penengah, antara tokoh sentral dan tokoh penentangnya.

Kehadirannya juga berfungsi sebagai penyelesai atau yang menyudahi

permasalahan. Dalan novelnya, selain sebagai tokoh penengah, tokoh ini juga

berperan sebagai pendukung tokoh sentral.

Kelima, Empu Gandring dan Kebo Ijo. Kehadiran kedua tokoh tersebut

berfungsi sebagai tokoh yang digunakan oleh tokoh sentral sebagai sasaran

(korban) dalam perjuangannya untuk mencapai tujuan.

Keenam, Bango Samparan. Kehadirannya sebagai pendukung tokoh

sentral. Dalam naskah dramanya, tokoh ini dihadirkan secara langsung namun

tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan konflik. Sedangkan pada

novelnya, tokoh Bango Samparan, memang tidak dihadirkan secara langsung

melainkan dihadirkan melalui tokoh sentral, namun tokoh ini cukup berpengaruh

dalam perkembangan konflik.

Ketujuh, Ki Lembong (Lembung dalam novelnya). Tokoh ini

dimaksudkan sebagai tokoh yang berjasa bagi tokoh sentral. Baik dalam naskah

drama maupun dalam novelnya, Ki Lembong tidak sering dimunculkan,

meskipun dimunculkan itupun tidak secara langsung, melainkan kehadirannya

digambarkan melaui pembicaraan tokoh lainnya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

41

Kedelapan, Empu Purwa. Tokoh ini berfungsi sebagai tokoh yang

menerima akibat yang ditimbulkan oleh penentang tokoh sentral. Anaknya; Ken

Dedes telah diculik oleh Tunggul Ametung dan dinikahinya tanpa restu dari Empu

Purwa. Kehadiran tokoh ini sebenarnya tidak terlalu mendukung dalam

munculnya konflik, karena ia hanya sebagai korban.

Kesembilan, Ken Umang. Tokoh ini berperan sebagai pendukung tokoh

sentral. Dalam naskah drama hanya terdapat satu babak yang menggambarkan

kehadiran Ken Umang dan terkesan tidak berpengaruh dalam perkembangan

konfliknya. Sedangkan pada novelnya, Ken Umang kerap muncul dalam berbagai

peristiwa. Selain itu tokoh ini juga difungsikan sebagai pemanis cerita agar tidak

terkesan monoton. Diceritakan dalam novelnya, bahwa Ken Umang adalah

kekasih Ken Arok (sentral). Sejak kecil Ken Umanglah yang selalu berbaik hati

pada Ken Arok, meskipun tidak rupawan tetapi tutur kata dan tingkah lakunya

yang lembut telah membuat Ken Arok lebih menyayanginya.

Dari bebrapa hal yang sudah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa

kemunculan tokoh-tokoh tambahan memiliki porsi yang lebih sedikit

dibandingkan dengan tokoh sentral. Kehadirannya pun dimunculkan apabila

terkait dengan tokoh sentral. Selain itu, tokoh-tokoh yang sudah dipaparkan di

atas termasuk sebagai tokoh tambahan namun yang utama, dapat dikatakan

sebagai tokoh yang sudah melekat pada ceritanya. Kemungkinan apabila terdapat

pengarang lainnya yang bermaksud menceritakan tentang kehidupan „Ken Arok‟,

tidak lain tokoh-tokoh tambahan tersebut adalah tokoh yang harus terlibat dalam

penceritaannya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

42

Baik dalam naskah drama Ken Arok maupun novel Arok Dedes, juga

terdapat tokoh tambahan yang dapat dikatakan sebagai tokoh yang kurang

penting. Tanpa ketidakhadirannya, inti atau makna cerita tetap dapat tersampaikan

kepada pembaca atau penikmat, meskipun menjadi kurang sempurna. Adapun

tokoh tambahan yang dimaksud adalah; para prajurit, dayang-dayang dan

pengikut Ken Arok. Berhubungan dengan analisis yang dilakukan peneliti,

ternyata dalam ceritanya tokoh-tokoh tersebut tidak dideskripsikan secara detail,

dan terkesan hanya sebagai pelengkap atau penyempurna cerita. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka peneliti pun tidak dapat melakukan kajian secara lebih

terperinci pula.

2) Pertentangan

Tokoh utama dalam naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes

memiliki persamaan yaitu “Ken Arok” sebagai tokoh utama, dan tidak ada hal

yang berbeda atau dipertentangkan terhadap tokoh tersebut. Lain halnya pada

tokoh tambahan yang banyak mengalami perbedaan (bertentangan). Hal tersebut

dikarenakan masing-masing pengarang (Saini KM dan Pramoedya Ananta Toer)

telah memilih dan mempersiapkan para tokohnya dengan sedemikian rupa. Selain

itu, bukankah tokoh yang dihadirkan harus memiliki beban dalam membangun

permasalahan-permasalahan atau konflik-konflik di dalam masing-masing

ceritanya. Maka kemungkinan untuk melencengnya sosok tokoh yang telah

dipersiapkan masing-masing pengarang itu dapat saja terjadi. Berikut dijelaskan

pertentangan tokoh tambahan antara naskah drama Ken Arok dengan novel Arok

Dedes.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

43

Tabel 2

Perbedaan tokoh tambahan antara Naskah Drama Ken Arok dengan Novel Arok

Dedes

No. Naskah Drama Ken Arok Novel Arok Dedes

1. Anusapati Belakangka

2. Mpu Pamor Arya Artya

3. Mpu Narayana Tanca

4. Mahisa Walungan Lingsang

5. Gubar Baleman Gusti Putra

6. Mahisa Taruna Hayam

7. Mpu Sridhara Bana

8. Mpu Aditya Mundrayana

9. Punta Oti

10. Prasanta Rimang

11. Orang Desa Batil Gede Mirah

12. Juru Deh Nyi Lembung

13. Emban Lurah Sina

14. Tita Tantripala

15. - Dadung Sungging

16. - Lurah Moleng

Dalam naskah drama muncul tokoh Anusapati, berperan sebagai anak

kandung dari Tunggul Ametung yang menjadi anak pungut Ken Arok. Meskipun

tokoh ini termasuk sebagai tokoh tambahan, namun kehadirannya menjadi hal

penting karena kehadirannya berfungsi sebagai tokoh pemenang, sekaligus untuk

menyelesaikan permasalahan atau mengakhiri ceritanya. Hal tersebut dikarenakan

pada naskah drama memang terkesan ingin menceritakan kembali hakikat sejarah

masa lampau, sehingga menitikberatkan pula pada silsilah kerajaan. Berbeda pada

novel Arok Dedes, yang sama sekali tidak memunculkan tokoh Anusapati. Hanya

saja digambarkan pada novelnya, bahwa saat peristiwa tumbangnya Tunggul

Ametung, isterinya; Ken Dedes sedang mengandung anak darinya, tidak pula

digambarkan kelahiran anak yang saat itu sedang dikandungnya. Apakah anak

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

44

yang dikandungnya akan lahir sebagai Anusapati atau dengan nama lain, itu

menjadi kebebasan para pembaca.

Adapun tokoh tambahan lain, yang kehadirannya pada naskah drama tidak

berpengaruh pada perkembangan konflik. Tokoh yang dimaksud antara lain;

Mahisa Walungan (adiknya panglima pasukan Kediri), Gubar Baleman

(panglima pasukan Kediri), Mahisa Taruna (perwira pasukan Kediri), Mpu

Narayana dan Mpu Aditya (menteri Kertajaya), Mpu Pamor dan Mpu

Sridhara (pendeta kerajaan Kediri). Tokoh-tokoh tersebut tidaklah dimunculkan

oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novel Arok Dedes, dan memang tidak perlu

untuk dimunculkan. Hal ini dikarenakan, tokoh-tokoh tersebut merupakan tokoh

yang sengaja dimunculkan oleh pengarang sebagai gambaran tentang siapa saja

yang orang-orang yang yang berada di kerajaan Kediri. Sedangkan pada novel,

Pramoedya lebih banyak menggambarkan keadaan Tumapel bukan Kediri. Maka

tokoh-tokoh tersebut tidak perlu dimunculkan dalam novel.

Berbeda dengan novel, mengingat naskah drama juga memiliki tujuan

untuk dipentaskan, tentunya akan menjadi monoton apabila suasana dari awal

hingga akhir cerita selalu menegangkan. Maka menjadi hal yang wajar apabila

suasana perlu dicairkan atau dikendorkan dengan kehadiran tokoh parodi,

meskipun hanya sementara. Seperti halnya dengan naskah drama Ken Arok ini,

kehadiran tokoh; Punta, Prasanta, Juru Deh, dan Emban, menjadi tokoh yang

cukup penting apabila dilihat dari segi pementasannya. Tetapi apabila dilihat

secara tekstual, keempat tokoh tersebut dapat dikatakan tidak begitu penting

karena tidak berpengaruh pada perkembangan konflik dalam ceritanya. Punta,

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

45

Prasanta, Juru Deh, dan Emban dalam naskah drama berperan sebagai bawahan

(pelayan) nya Anusapati. Berhubung dalam novel, tidak dimunculkan tokoh

Anusapati maka wajar apabila beberapa tokoh tersebut juga tidak dimunculkan

dalam novelnya.

Selain Anusapati, tokoh lain yang turut serta berperan dalam penyelesaian

konflik atau cerita adalah Orang Desa Batil. Pembunuhan terhadap Ken Arok

telah dilakukannya atas suruhan Anusapati. Tokoh ini berperan sebagai

penyampai informasi kepada Anusapati, terhadap kerusuhan yang dilakukan oleh

tokoh sentral (Ken Arok), berfungsi untuk memunculkan konflik kembali menuju

ke penyelesaian.

Adapun pendukung tokoh sentral (Ken Arok), sekaligus sebagai

sahabat baiknya yaitu digambarkan oleh tokoh Tita. Tokoh ini sebenarnya tidak

berpengaruh pada perkembangan konflik. Kehadirannya hanya sebagai

pendukung penuh tokoh sentral, dan seringkali kehadirannya selalu bersamaan.

Begitu juga pada novelnya, tokoh sentral juga memiliki sahabat baik seperti Tita

dalam naskah dramanya, tetapi gambaran dalam novelnya, tokoh tersebut

berperan dengan nama Tanca bukan Tita. Sebenarnya baik Tita maupun Tanca,

keduanya memiliki peran dan fungsi yang sama.

Demikian dijelaskan beberapa tokoh tambahan yang terdapat dalam

naskah drama Ken Arok, namun tidak terdapat dalam novel Arok Dedes. Maka

sebaliknya , tidak sedikit tokoh tambahan yang terdapat pada novel, namun tidak

dimunculkan pula dalam naskah dramanya. Tokoh yang dimaksud, antara lain

sebagai berikut.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

46

Belakangka, Dadung Sungging dan Arya Artya, berperan sebagai

penghalang perjuangan tokoh sentral. Ken Arok (tokoh sentral) berusaha

menggulingkan Akuwu Tumapel dengan maksud menyelamatkan rakyat dari

kekejamannya. Tetapi perjuangan Ken Arok terhalang oleh Belakangka, Dadung

Sungging dan Arya Artya, yang memiliki ambisi menggulingkan Akuwu Tumapel

pula. Tetapi ambisi dari ketiga-tiganya, semata-mata untuk kepentingan diri

mereka sendiri, bukanlah untuk kepentingan rakyat. Maka kehadiran dari ketiga

tokoh tersebut menjadi penting karena mempengaruhi dalam perkembangan

konflik. Ketiganya berlaku sebagai tokoh tambahan, karena kehadiran pada

ceritanya tidak sebanyak penggambaran tokoh sentral. Namun, pada tokoh

Belakangka, ia dapat dikatakan sebagai tokoh tambahan yang utama, karena ia

berperan penuh terhadap rencana untuk menjatuhkan Ken Arok. Kehadiran

Belakangka pun memiliki porsi yang lebih banyak, dibandingkan dengan tokoh

Dadung Sungging dan Arya Artya. Lain halnya pada naskah drama Ken Arok,

Saini KM tidaklah memunculkan tokoh yang berperan sebagai penghalang

perjuangan Ken Arok. Hal ini dikarenakan pada naskah drama, pengarang

terfokus pada konflik utama. Tanpa adanya tokoh penghalang maka tidak

mempengaruhi, mengurangi, bahkan mengubah inti cerita yang hendak

dikomunikasikan kepada pembaca.

Dalam novel Arok Dedes oleh Pramoedya dicantumkan beberapa tokoh

yang berfungsi sebagai pendukung tokoh sentral, di antaranya; Tanca yang

berperan sebagai pendamping setia Ken Arok. Keduanya sama-sama berjuang

baik dalam hal pendidikan maupun dalam perang melawan Tumapel. Tokoh

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

47

pendukung lain sebut saja Tantripala, guru Ken Arok yang pertama sebelum ia

menempuh pendidikan kepada Dang Hyang Lohgawe. Dengan bekal ilmu yang

telah Ken Arok pelajari, maka ia dengan Tanca berencana untuk melakukan

serangan kepada Tumapel yang juga dibantu oleh tokoh pendukung; Hayam dan

Lingsang. Keduanya diposisikan sebagai pimpinan pasukan perang. Dalam

perang melawan pasukan Tumapel yang tidak sedikit jumlahnya, semakin banyak

juga orang-orang yang menggabungkan diri dengan pasukan Ken Arok.

Kebanyakan orang-orang yang datang padanya adalah mereka yang merasa

tertindas oleh pihak kerajaan. Tokoh tersebut adalah Gusti Putra (seorang

Silpasastrawan Tumapel), Bana (bekas prajurit Tumapel), Mundrayana, dan Oti

( pasangan suami isteri yang menjadi budak Tumapel di pematang emas).

Beberapa tokoh tersebut berperan sebagai penolong tokoh sentral. Jelaslah tokoh-

tokoh yang ada pada novel tersebut tidak akan mungkin tercantum pada naskah

dramanya, karena perjuangan tokoh sentral tidak dilakukannya dengan jalan

peperangan seperti dalam novelnya. Pada naskah drama digambarkan perjuangan

tokoh sentral lebih bersifat rahasia. Ken Arok melakukan penggulingan terhadap

Akuwu dengan tangannya sendiri.

Adapun pada novel Arok Dedes, digambarkan beberapa tokoh yang tidak

begitu terlibat terhadap perkembangan konflik, dan terkesan hanya sebagai

pelengkap cerita. Tokoh yang dimaksud, antara lain; Rimang dan Gede Mirah

(pelayan di Tumapel), Lurah Sina (lurah dapur Tumapel), dan Lurah Moleng

(lurah di pendulangan emas). Beberapa tokoh tersebut berperan sebagai tokoh

tambahan, karena kehadirannya hanya bersifat sesaat saja.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

48

Dalam novelnya juga terdapat tokoh yang berperan sebagai tokoh yang

menerima akibat dari tindakan penentang tokoh sentral. Nyi Lembung menjadi

hidup sendiri setelah suaminya; Ki Lembung mati terbunuh oleh prajurit

Tumapel. Ini pula yang menjadi salah satu ambisi tokoh sentral untuk

membalaskan dendamnya kepada Tumapel. Sedangkan pada naskah drama tokoh

Nyi Lembong tidak dihadirkan. Yang diceritakan hanya Ki Lembong yang telah

menemukan bayi Ken Arok dan sebagai ayah pungut yang pertama.

b. Tokoh Berdasarkan Fungsi Penampilan Tokoh

1) Persamaan

Adapun persamaan tokoh berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam

naskah drama maupun novelnya, yaitu terdapat empat tokoh protagonis dan satu

tokoh antagonis. Dalam naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes, yang

sama-sama digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh protagonis adalah Ken

Dedes, Ken Umang, Mpu purwa, dan Lohgawe, sebaliknya yang sama-sama

digambarkan sebagai tokoh antagonis adalah Prabu Kertajaya raja Kediri. Berikut

pemaparan persamaan tokoh tersebut.

a) Ken Dedes sebagai tokoh protagonis

Ken Dedes gadis cantik dari desa, anak seorang brahmana bernama Empu

Purwa, sekaligus isteri dari Tunggul Ametung, yang akhirnya menjadi isteri dari

Ken Arok. Sebagai anak dari seorang brahmana, Ken Dedes selalu menjunjung

nilai-nilai agama. Ken Dedes mendapat ulukan sebagai brahmani muda.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

49

Baik dalam naskah drama maupun dalam novel, tokoh Ken Dedes

dimaksudkan sebagai pasangan dari tokoh sentral, sebagai tokoh yang berperan

untuk dikagumi oleh tokoh sentral. Ken Dedes ini dimunculkan dalam ceritanya

dengan maksud sebagai gambaran seorang perempuan yang meskipun memiliki

kemewahan dan menyandang gelar „Yang Mulia‟, tetapi pernikahannya dengan

seorang yang berkuasa (dalam novel; Tunggul Ametung dan naskah drama;

adalah Ken Arok) tidak pernah membuatnya merasakan kebahagiaan. Maka dapat

dikatakan bahwa kekayaan dan jabatan memang penting tapi itu bukan jaminan

untuk mencapai kebahagiaan. Selain itu sikap „sabar‟ juga digambarkan oleh

tokoh Ken Dedes. Kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi permasalahan,

menjadikannya semakin kuat dan bisa tetap bertahan, dan akhirnya kemenangan

pun menjadi miliknya juga.

Dalam naskah drama Ken Arok karya Saini KM, Ken Dedes digambarkan

sebagai tokoh protagonis. Ia seorang perempuan yang baik, hormat pula pada

suaminya. Meskipun ia dinikahi secara paksa oleh Ken Arok, namun tanggung

jawabnya sebagai seorang isteri dan ibu tetap ia penuhi. Hal tersebut ditunjukkan

dengan kutipan berikut.

Ken Arok : Tidak benar, saya mau kau berada di sini.

Ken Dedes : Saya akan mengganggu Kakanda. Biarlah saya berada di

antara anak-anak kita. Mereka memerlukan saya di sana,

apalagi kalau Kakanda tidak berada di antara mereka.

Ken Arok : Baiklah. Tapi bagaimana kabarnya Anusapati?

Ken Dedes : Dia baik-baik saja, kakanda. Kemarin saya terima suratnya

(Saini KM, 1990:82).

Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah Ken Dedes merupakan tokoh yang

berlaku baik, juga penurut, terlebih ia sangat menghormati suaminya, meskipun ia

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

50

sebenarnya tidak menyukai tingkah suaminya yang suka berjudi, mabuk-

mabukan, dan bemain perempuan. Ken Dedes sebagai tokoh protagonis juga

digambarkan dalam novel Arok Dedes. Ia anak semata wayang dari Empu Purwa

sekaligus sebagai murid utamanya. Pelajaran-pelajaran tentang segala bentuk

kebaikan ia dapatkan dari para gurunya dan dari kitab-kitab tentang keagamaan.

Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Waktu Hyang Surya terbit, Yang Suci Belakangka di Pendopo

mengumumkan pada sekalian pembesar pekuwan, bahwa Ken Dedes

adalah seorang perawan suci yang mematuhi ajaran nenek moyang, para

dewa dan para guru (Toer, 2009:25).

b) Ken Umang sebagai tokoh protagonis

Saini KM dalam naskah dramanya memunculkan tokoh Ken Umang,

berperan sebagai isteri (permaisuri) dari Ken Arok. Tindakan tercela dari Ken

Arok, seperti berjudi dan meminum arak yang berlebihan menjadi hal yang

kurang ia sukai. Seringkali suaminya melakukan hal tersebut namun Ken Umang

kerap melarangnya. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Ken Umang : Kanda, Kanda terlalu mabuk. Istirahat dulu, atau

berhentilah minum. Makanlah sesuatu.

Ken Arok : Siapa yang mabuk? Tidak. Ayo putar dadunya.

Pria : Gusti belum meletakkan taruhannya.

Ken Arok : Mana uangku?

Ken Umang : Sudah habis.

Ken Arok : Ambil!

Ken Umang : Tidak, Kanda sudah terlalu lama berjudi. Kanda terlalu

banyak minum. Sekarang istirahat dulu (Saini KM,

1990:99).

Ken Umang sebagai tokoh protagonis juga digambarkan dalam novel Arok

Dedes. Pramoedya menggambarkan tokoh Ken Umang sebagai seorang

perempuan yang tidak rupawan, namun baik hatinya. Sejak kecil ia menaruh

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

51

perhatian kepada Ken Arok saudara angkatnya. Keduanya pun saling

menyayangi. Kebaikan Umanglah yang telah membuat Ken Arok terpikat

padanya. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

...Ki Bango Samparan semakin sayang kepadanya, hampir tak turun lagi

ke sawah atau ladang, menjadi bandar dadu, dan selalu membawa pulang

kemenangan.

Semakin banyak yang diterimanya, dan dengan sembunyi-

sembunyi diberikannya kepada Umang.

“Biar aku simpankan untuk kakang” sambutnya selalu.

“Buat apa aku? Untuk kau sendiri”

Dengan diam-diam Umang menyimpankan untuk dirinya. Dan ia

semakin terpikat pada budi bahasanya yang manis dan tanpa pamrih.

Sayang dia tidak rupawan, sering ia menyesali Umang (Toer, 2009:77).

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ken Umang pada

dasarnya memang tidak rupawan, tetapi ia memiliki hati yang tulus. Itu yang

membuat Ken Arok benar-benar menyayanginya. Dapat diambil nilai positif dari

tokoh Ken Umang tersebut, yaitu bahwa meskipun seseorang tidak memiliki

kecantikan secara fisik, tetapi cantik dari dalam hatinya, maka ia pun akan tetap

disayangi oleh orang-orang di sekelilingnya.

c) Empu Purwa sebagai tokoh protagonis

Empu Purwa berlaku sebagai tokoh protagonis. Ia seorang pendeta Budha,

dikenal sebagai kaum brahmana yang terpelajar. Sudah barang tentu Empu Purwa

memiliki watak dan tingkah laku yang baik. Seperti yang digambarkan oleh Saini

KM dalam naskah dramanya. Berikut kutipannya.

Mpu Purwa : Kita tidak berhak membalas kejahatan dengan kejahatan.

Hanya kebaikan yang menyudahkan kejahatan. Demikian

ajaran Sang Budha (Saini KM, 1990:93).

Berdasarkan kutipan tersebut, maka jelaslah bahwa tokoh Empu Purwa

bukanlah tipe pendendam. Ia seorang yang bertindak dalam hal kebaikan, ajaran

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

52

agama sudah menjadi tuntunan baginya dalam menjalani hidup. Begitu pula dalam

novel Arok Dedes. Pramoedya telah menggambarkan Empu Purwa adalah seorang

yang berlaku baik, penyayang terlebih kepada Ken Dedes. Ia tidak suka dengan

kehidupan yang menyesatkan seperti tingkah dan laku buruk Tunggul Ametung.

Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Sejak kecil ibunya telah meninggal. Semua kasih sayang Empu

Purwa tertumpah padanya sebagai anak tunggal. Antara ayah dan anak

terjalin kemesraan, yang mengharukan bagi para brahmana yang datang

berkunjung. Dan mereka tidak menolak kesertaannya dalam semadhi

bersama. Tidak jarang semadhi itu ditujukan untuk hancurnya Tunggul

Ametung, agar Hyang Mahakala tidak membinasakan semua-mua karena

kesesatannya (Toer, 2009:107).

d) Lohgawe (Dang Hyang Lohgawe) sebagai tokoh protagonis

Sebutan Dang Hyang adalah untuk mereka yang pribadinya bekerja demi

kemuliaan Hyang Syiwa. Juga ketinggian dan keluasan ilmu yang dikuasainya.

Baik dalam naskah drama maupun novel, masing-masing penulis telah

menggambarkan tokoh Lohgawe adalah seorang yang sangat meninggikan nilai

keagamaan. Terkait dengan ilmu yang dikuasainya, dialah yang disebut-sebut

sebagai pemimpin kaum brahmana, atau orang tertinggi di kaum brahmana.

Pastilah orang yang demikian memiliki watak dan perilaku baik, yang patut ditiru

oleh para murid atau pengikutnya.

Saini KM dalam naskah drama menggambarkan tokoh Lohgawe sebagai

tokoh panutan bagi warga sekitar. Kerusuhan yang dilakukan oleh Ken Arok

merupakan salah satu tanggung jawabnya. Sebagai brahmana yang bertugas

mendidik Ken Arok untuk menjadi seorang yang baik-baik. Hal tersebut sesuai

dengan kutipan berikut.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

53

Lohgawe : (Kepada Mpu Pamor dan Mpu Sridhara) Setengah tugas

kita selesai. Tinggal kita berusaha mendidik Ken Arok,

menjinakkannya, sehingga benar-benar ia jadi seorang

manusia (Saini KM, 1990:49).

Dang Hyang Lohgawe dalam novelnya digambarkan sebagai tokoh yang

sangat dihormati oleh para pengikutnya. Tokoh ini sangat menentang siapapun

yang melakukan kesesatan, termasuk Tunggul Ametung. Maka pada saat

tumbangnya Tunggul Ametung, itu berarti adalah kemenangan baginya, dan

kemenangan bagi para rakyat Tumapel. Hal tersebut sesuai dengan kutipan

berikut.

Dang Yang Lohgawe mengangkat satu tangan. Orang pun berlutut

dan mengangkat sembah.

“Dengarkanlah kalian semua yang telah memenangkan perang.

Dengan kemenangan ini maka telah selesai babak perlawanan terhadap

Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Kita semua memasuki babak lain,

yang sama sekali berlainan daripada sebelumnya jangan bangunkan macan

tidur. Para dewa telah membenarkan kejahatan Tunggul Ametung dan

kemenangan kita. Akuwu itu mati di bawah pedang Kebo Ijo atau kita,

sama saja, karena itulah kehendak para dewa” (Toer, 2009:545).

e) Prabu Kertajaya sebagai tokoh antagonis

Pada naskah drama dan novel, terdapat satu persamaan tokoh antagonis

yaitu seorang raja Kediri bernama Prabu Kertajaya. Tokoh antagonis sangat

berperan dalam berkembangnya konflik, bahkan tidak jarang tokoh antagonis ini

terlibat langsung pada konflik utama.

Dalam naskah drama digambarkan, bahwa Kertajaya menuduh kaum

brahmana yang bersalah terhadap munculnya perusuh bernama Ken Arok. Kaum

brahmana diberi tugas untuk dapat menangkap Ken Arok. Apabila dalam jangka

waktu yang telah ditentukan mereka tidak bisa juga mengubah Ken Arok menjadi

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

54

orang yang baik-baik, maka kaum brahmana wajib menyembah Kertajaya. Hal

tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Kertajaya : Mamanda kami persilahkan berangkat untuk mencari Ken

Arok dan kawan-kawannya; kami beri waktu Mamanda

untuk mendidiknya hingga jadi warga Kediri yang baik,

ya selama tiga bulan. Seandainya Mamanda tidak berhasil

melaksanakan tugas itu, seandainya darma kaum

brahmana tidak terpenuhi, kami tidak berkeratan

menerima Mamanda kembali ke istana, akan tetapi bukan

sebagai kaum brahmana, melainkan sebagai warga biasa

saja. Oleh karena itu, kami akan menuntut agar Mamanda

semua menyembah kepada kami. Itu masuk akal. Semua

warga Kediri menyembah kepada kami, kecuali kaum

brahmana. Akan tetapi kaum brahmana yang gagal

melaksanakan darmanya bukanlah brahmana, oleh karena

itu wajib menyambah kepada kami...(Saini KM, 1990:22).

Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah bahwa Kertajaya adalah seorang

yang suka bertindak semena-mena. Tidak dapat menghormati kaum brahmana,

sebaliknya ia menyuruh kaum brahmana untuk menyembahnya. Itu merupakan

kesalahan besar, kaum brahmana menyebutnya sebagai bentuk kemurtadan. Hal

tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Mpu Sridhara : Itulah yang harus lebih kita khawatirkan. Dari sikapnya,

kebijakan-kebijakannya, tindakan-tindakannya dan

terakhir dari tantangannya kepada kita jelaslah bagiku,

bahwa Kertajaya bermaksud mengenyampingkan

golongan kita. Itu adalah bentuk kemurtadan yang tidak

kepalang tanggung...(Saini KM, 1990:26).

Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah bahwa Kertajaya memerintahkan

kaum brahmana untuk menyembahnya, itu dianggap sebagai bentuk kemurtadan.

Hal tersebut dikarenakan, kaum brahmana (pendeta) adalah seorang yang

menjujung tingg nilai agama, mereka hanya mau menyembah kepada Tuhannya.

Maka, menyembah Kertajaya sama saja dengan merendahkan wibawa kaum

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

55

brahmana. Karena menyembah raja tidak lain hanya dilakukan oleh rakyat kecil

bukan pendeta. Sudah menjadi suatu keharusan apabila raja (Kertajaya) dengan

kaum pendeta, keduanya memiliki sikap saling menghormati karena masing-

masing memiliki kedudukan yang patut dihormati.

Bentuk keantagonisan Kertajaya lainnya yang digambarkan dalam naskah

drama maupun novel, yaitu sikapnya dalam memimpin. Prabu Kertajaya

digambarkan sebagai seorang pemimpin yang hanya mementingkan dirinya

sendiri dengan cara mengeruk harta rakyat untuk memperbanyak kekayaannya.

Manusia yang demikian tidaklah dapat disebut sebagai orang yang baik, karena

seorang pemimpin haruslah dapat menentramkan rakyatnya. Namun sebaliknya

rakyat sengsara karena besarnya pajak-pajak yang harus dibayarkan kepadanya.

Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Lohgawe : Ingat, kalau dalam dua bulan kita tidak berhasil mencari

jalan keluar dari masalah Ken Arok ini, maka kalian harus

menyambah kepada Kertajaya. Jelas itu adalah

malapetaka. Nah, menangkap atau membunuh Ken Arok

adalah suatu yang mustahil, seperti surat yang kalian tulis

kepadaku. Tapi itu sebenarnya tidak penting. Kertajaya

hanya menginginkan agar rakyatnya tidak diganggu dan

pajak-pajak mengalir. Ia tidak mau kehilangan muka dan

kehilangan sumber kekayaannya. Kalau kita berhasil

memenuhi keinginannya itu kita akan lolos dari

cengkeraman masalah ini (Saini KM, 1990:33).

Saini KM dalam naskahnya menggambarkan kejahatan Kertajaya melalui

dialog yang disampaikan oleh tokoh Lohgawe. Dijelaskan bahwa ia tidak

menghormati kaum brahmana, memerintah kaum brahmana untuk menyembahnya

adalah hal yang tidak terpuji. Kertajaya seorang yang selalu mementingkan

kepentingan pribadinya, terbukti ia hanya memanfaatkan rakyat untuk

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

56

memperkaya dirinya, dan apabila ia menginginkan rakyat tidak diganggu perusuh,

semata-mata untuk melancarkan pemberian pajak dari rakyat kepadanya. Begitu

juga dengan keantagonisan yang digambarkan dalam novel Arok Dedes. Kertajaya

memanfaatkan rakyat untuk menjadi budak, dan budak-budak itulah yang

dipergunakan Kertajaya untuk memperkaya dirinya dan orang-orang yang terlibat

di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Untuk mengambil hati kaum brahmana Sri Baginda Kertajaya

menghidupkan kembali perbudakan untuk merawat bangunan-bangunan

suci. Yang suci Belakangka dengan serta-merta membenarkan. Suatu telah

ditemukannya untuk menciptakan perbudakan. Akuwu Tumapel

menyokong dan memanfaatkannya. Dan dipergunakan budak-budak itu

untuk memperkaya diri mereka berdua.

“Sekumpulan ular bermuka dua,” sebut Arya Artya.

“Memperbudak orang-orang tak berdaya, yang membikin orang tak

berdaya untuk di jadikkan budak. (Toer, 2009:34)”

2) Pertentangan

Terdapat beberapa tokoh dalam naskah drama dan novel, yang memiliki

pertentangan apabila dilihat dari fungsi penampilan tokohnya. Tokoh tersebut

antara lain; Ken Arok, Akuwu Tunggul Ametung, Empu Gandring, Kebo Ijo, Ki

Lembong dan Bongo Samparan. Pertentangan tersebut dapat dijelaskan secara

lebih rinci, adalah sebagai berikut.

a) Ken Arok dalam naskah drama sebagai tokoh antagonis sedangkan pada

novelnya sebagai tokoh protagonis.

Ken Arok dalam naskah dramanya berperan sebagai tokoh antagonis, yang

mengakibatkan timbulnya konflik utama. Beberapa konflik bermunculan setelah

adanya peristiwa kerusuhan yang dibuat olehnya. Tokoh ini berperan untuk

memperjuangkan sesuatu berupa kekuasaan (raja) juga wanita (Ken Dedes).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

57

Keantagonisan Ken Arok dalam naskah drama digambarkan melalui kutipan

berikut

Empu Sridhara : Asal-usul Ken Arok tidak karuan Maharesi. Sebagai

bayi ia ditemukan di kuburan lalu dipungut sebagai

anak oleh seorang pencuri bernama Lembong, orang

desa Pangkur. Ketika tumbuh menjadi anak-anak, ia

mulai pandai mencuri dan berjudi. Tak ada ternak,

barang atau uang yang aman dari tangannya yang

panjang. Begitu parahnya ia keranjingan berjudi,

hingga akhirnya ia tidak saja menghabiskan harta

ayah-pungutnya, akan tetapi bahkan menjual kerbau

milik majikannya. Ketika berangkat remaja, ia tidak

saja mencuri, akan tetapi merampok dan lebih

daripada perampok lain. Nyawa orang seperti tidak

ada harganya baginya. Sedikit tersinggung ia cepat

mencabut keris dan membunuh orang,...(Saini KM,

1990:30-).

Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah bahwa Ken Arok adalah seorang

yang jahat. Mencuri, berjudi, merampok, memperkosa, bahkan membunuh,

merupakan perbuatan tercela. Tindakan yang banyak mendatangkan kerugian baik

bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Dijelaskan dalam kutipan, bahwa

segala tindak kejahatan yang ia lakukan tidak hanya sesaat, tetapi menjadi suatu

kebiasaan. Terbukti karena ia semenjak kecil sudah berani mencuri daan berjudi.

Naskah dramanya menggambarkan Ken Arok sebagai tokoh antagonis,

namun lain pada novelnya. Dalam novel Arok Dedes, Ken Arok berperan sebagai

tokoh protagonis. Sebagai tokoh utama dengan sifat dan perilaku baik, yang

diidealkan oleh pembaca. Tokoh ini memperjuangkan perdamaian, kebenaran, dan

cinta. Berbeda dengan tokoh Ken Arok yang digambarkan dalam naskah

dramanya, yang melakukan perjuangan hanya untuk kekuasaan dan wanita. Dalam

novelnya, Ken Arok bukanlah sosok yang suka melakukan tindakan tercela seperti

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

58

dalam naskah dramanya, tetapi sebaliknya. Ken Arok adalah seorang pemuda

yang berjuang melawan kejahatan. Berikut kutipan yang menjelaskan

keprotagonisan Ken Arok. Ia tidak suka dengan pencurian, penganiayaan,

perampokan dan tindakan tercela lainnya. Hal tersebut sesuai dengan kutipan

berikut.

“Bicara kau Arok”

“Dengarkan, kalian!” Keadaan reda,”bahwa kemenangan bukan

satu-satunya buah usaha. Maka jangan ulangi kejahatan Tunggul Ametung

dan balatentaranya. Jangan ada seorang pun yang merampok, mencuri,

merampas, menganiaya, memperkosa seperti mereka. Dalam hal ini

aturan Sri Baginda Erlangga masih berlaku: hukuman mati terhadap

mereka itu. Juga terhadap diriku bila dalam babak baru ini melakukannya

(Toer, 2009:546).”

Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ken Arok adalah

seorang yang berlaku baik. Ken Arok tidak hanya memberikan larangan untuk

mencuri, menganiaya, merampok, dan memperkosa, ia pun akan menghukum

siapa saja, bahkan dirinya sendiri apabila melakukan tindakan tercela itu.

Berdasarkan hal tersebut, maka jelaslah bahwa Ken Arok pada novel berlaku

sebagai tokoh protagonis. Ini bertentangan terhadap tokoh Ken Arok pada naskah

drama yang berlaku sebagai tokoh antagonis.

Baik Saini KM maupun Pramoedya, lewat tokoh Ken Arok ini keduanya

hendak menyampaikan bentuk nilai kemanusiaan. Berhubung pada naskah drama

Ken Arok sebagai tokoh antagonis, maka ia termasuk sebagai penyampai nilai

amoral. Berbeda pada novel, Ken Arok sebagi tokoh protagonis maka ia sebagai

penyampai nilai moral, nilai tenteng kebaikan. Ken Arok dalam naskah dramanya

ia berlaku jahat dan akhirnya menerima pembalasan dari anak pungutnya

Anusapati. Lain pada novelnya, Ken Arok berjuang demi kesejahteraan rakyat,

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

59

akhirnya menerima kemenangan dan kebahagiaan. Berdasarkan hal tersebut, maka

nilai yang hendak disampaikan adalah, bahwa; sekecil apapun kebaikan yang kita

tanam, pasti akan kelihatan hasilnya. Sedikit saja kejahatan, pasti juga terungkap

dan kalah (siapa yang menanam pasti juga akan memetik hasilnya).

b) Akuwu Tunggul Ametung dalam naskah drama sebagai tokoh protagonis

sedangkan pada novelnya sebagai tokoh antagonis

Protagonis pada tokoh Tunggul Ametung, digambarkan oleh tokoh

Lohgawe, bahwa Tunggul Ametung adalah seorang yang pantas menjadi raja. Ia

pemimpin yang baik dan pantas untuk dihormati. Hal tersebut sesuai dengan

kutipan berikut.

Tunggul Ametung : Saya belum dapat mengatakan apa-apa, Mamanda.

Lohgawe : Ananda adalah pemimpin yang baik. Ananda sangat

berhati-hati. Mamanda sungguh hormat kepada

Ananda. Darah raja-raja pasti mengalir di urat

Ananda. Memang Ananda tidak usah menentukan

sikap sekarang. Yang penting di antara kita sudah

ada pengertian, dan Ananda sudah siap-siap untuk

menghadapi perkembangan masalah ini.

Tunggul Ametung : Tapi Mamanda, menurut berita yang saya terima,

akibat perbuatan-perbuatannya, Ken Arok itu dapat

membahayakan Mamanda (Saini KM, 1990:36).

Digamabarkan pada kutipan tersebut, bahwa Tunggul Ametung adalah

sosok pemimpin yang baik. Sikapnya yang hati-hati dalam menyelesaikan

permasalahan, membuat brahmana hormat padanya. Brahmana pun mengakui

bahwa jiwa kepemimpinan Tunggul Ametung, telah ada padanya. Dari cara yang

dilakukan Tunggul Ametung dalam menghadapi permasalahan, ia termasuk

sebagai seorang yang bertanggung jawab. Ini membuktikan bahwa Tunggul

Ametung sebagai tokoh baik, protagonis.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

60

Berbeda pada novel Arok Dedes, Tunggul Ametung bukanlah seorang

yang baik, dan sama sekali tidak pantas untuk dihormati. Tunggul Ametung oleh

Pramoedya, digambarkan sebagai sosok pemimpin yang tidak dapat dijadikan

teladan, karena sifat dan sikapnya buruk. Berikut penjelasan dalam kutipan.

“Akhir kelaknya saya akan menang, Ayah, Agunglah kau, puncak

Triwangsa, kaum brahmana. Agunglah Hyang Mahadewa Syiwa.”

Dan Tunggul Ametung hanya seorang jantan yang tahu memaksa,

merusak, memerintah, membinasakan, merampas. Bahkan membaca ia tak

pernah, karena memang tidak bisa. Menulis apa lagi.

Dedes tak tahu lagi harus berbuat apa. Melawan ia tak mampu. Lari

pun ia tak mampu. Meraung tidak mungkin (Toer, 2009:13).

Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah Tunggul Ametung adalah seorang

yang tidak pantas untuk diberi hormat. Ia memaksa, merampas, merusak,

memerintah, membinasakan, hal tersebut tidak pantas ada pada diri seorang

pemimpin. Terlebih Tunggul Ametung adalah seorang yang tidak pernah dan

tidak dapat membaca, maka ia dapat dikatakan sebagai seorang yang bodoh. Dari

segala watak dan perilakunya yang tercela itu, maka dapat disimpulkan bahwa

Tunggul Ametung sebagai tokoh antagonis.

Saini KM menggmbarkan Tunggul Ametung sebagai tokoh protagonis,

sedangkan Pramoedya menggambarkannya sebagai tokoh antagonis. Melalui

tokoh Tunggul Ametung, baik pada naskah drama dan novel. Maka nilai

kehidupan atau nilai positif yang dapat disimpulkan yaitu “kesalahan seseorang

sekecil apapun akan mendapat balasannya”. Meskipun dalam naskah dramanya ia

berlaku baik, tetapi sebagai manusia ia memiliki kesalahan yaitu melakukan

tindakan penculikan dan menikahi paksa Ken Dedes. Akhirnya Tunggul Ametung

mati di tangan Ken Arok.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

61

c) Empu Gandring dalam naskah drama sebagai tokoh protagonis sedangkan

pada novelnya sebagai tokoh antagonis

Empu Gandring dalam naskah drama digambarkan sebagai tokoh yang

baik. Ia senang melihat kehidupan Ken Arok semakin membaik. Empu Gandring

menasehati Ken Arok seperti dalam kutipan berikut.

Empu Gandring : Syukur. Kau sendiri, kudengar kau bekerja pada

Akuwu Tumapel?

Ken Arok : Benar Mpu.

Empu Gandring : Bagus. Daripada hidup liar, tanpa masa depan yang

jelas, lebih baik pilih hidup yang wajar. Kesempatan

untuk maju bukannya tidak terbuka kalau kau hidup

secara wajar (Saini KM, 1990:57).

Berdasarkan kutipan tersebut, tokoh Empu Gandring digambarkan sebagai

tokoh pendukung tokoh sentral (Ken Arok). Tetapi tidak demikian pada

novelnya, karena tokoh Empu Gandring berperan sebagai penentang dan sebagai

penghalang perjuangan tokoh sentral. Dalam naskah drama, Empu Gandring

adalah seorang yang licik yang menginginkan singgasana Tumapel, dan sikap

manis yang ia berikan kepada Tunggul Ametung, hanya bohong belaka. Berikut

dijelaskan dalam kutipan.

Kesulitan lain yang harus diselesaikan adalah Empu Gandring.

Sebagaimana halnya dengan para sudra terkemuka, pada mereka timbul

impian untuk naik menjadi akuwu, bahwa Tunggul Ametung sendiri

seorang sudra telah memberanikan impian mereka, para tamtama, Empu

Gandring sendiri, dan terutama satria Kebo Ijo. Semua mereka

menghendaki singgasana Tumapel. Di antara semua itu yang dianggap

paling berbahaya adalah Empu Gandring. Dialah penghasut pertama agar

para tamtama ingkar pada Tunggul Ametung dan kemerosotannya. Yang

memerosotkannya adalah perlawanan pemuda dan orang-orang tani yang

dipimpinnya. Gandring ingin memetik buah hasilnya (Toer, 2009:4-460).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

62

d) Ki Lembong dalam naskah drama sebagai tokoh antagonis sedangkan pada

novelnya sebagai tokoh protagonis

Dalam naskah drama tokoh Ki Lembong memang tidak digambarkan

secara detail. Hanya terdapat keterangan, bahwa ia adalah seorang pencuri yang

telah menemukan bayi Ken Arok. Namun dari kutipan berikut, dapat disimpulkan

bahwa Ki Lembong berlaku sebagai tokoh antagonis.

Empu Sridhara : Asal-usul Ken Arok tidak karuan Maharesi. Sebagai

bayi ia ditemukan di kuburan lalu dipungut sebagai

anak oleh seorang pencuri bernama Lembong, orang

desa Pangkur. Ketika tumbuh menjadi anak-anak, ia

mulai pandai mencuri dan berjudi. Tak ada ternak,

barang atau uang yang aman dari tangannya yang

panjang. Begitu parahnya ia keranjingan berjudi,

hingga akhirnya ia tidak saja menghabiskan harta ayah-

pungutnya, akan tetapi bahkan menjual kerbau milik

majikannya. Ketika berangkat remaja, ia tidak saja

mencuri, akan tetapi merampok dan lebih daripada

perampok lain. Nyawa orang seperti tidak ada harganya

baginya. Sedikit tersinggung ia cepat mencabut keris

dan membunuh orang,...(Saini KM, 1990:30-).

Berdasarkan kutipan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Ki

Lembong berperan sebagai tokoh antagonis. Perbuatannya tercela, karena seorang

yang berprofesi sebagai pencuri, tidaklah dapat dikatakan sebagai seorang yang

baik. Terlebih ia berperan sebagai figur seorang ayah yang tidak berhasil

mendidik anaknya. Anak pungutnya; Ken Arok tumbuh dengan kepribadiannya

yang tercela. Hal tersebut membuktikan bahwa Ki Lembong tidak dapat mendidik

bahkan tidak menginginkan anaknya tumbuh menjadi seorang yang baik-baik.

Kehadiran tokoh Ki Lembong tidak mempengaruhi perkembangan alur

atau timbulnya konflik. Ia hanya barfungsi sebagai penjelas asal-usul Ken Arok

(tokoh sentral). Tetapi dari penggambarannya di dalam cerita, tokoh Ki Lembong

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

63

berfungsi pula sebagai penyampai pesan tentang nilai kehidupan. Ki Lembong

sebagai gambaran figur orang tua yang salah dalam mendidik anaknya. Ia seorang

pencuri memiliki anak sebagai seorang pencuri pula, bahkan lebik buruk dari itu.

“Buah apabila jatuh itu tidak jauh dari pohonnya”. Ungkapan tersebut hanya

sebagai perumpamaan untuk Ki Lembong dengan anaknya (Ken Arok).

Ki Lembong, oleh Pramooedya dimunculkan sebagai Ki Lembung dalam

novelnya. Ki Lembung digambarkan sebagai seorang yang baik-baik. Ia bukan

seorang pencuri melainkan hanya petani biasa yang memiliki kerbau. Pekerjaan

mengurus kerbau menjadi hal yang harus dilakukan bagi seorang penggembala.

Hal itu juga yang ia ajarkan kepada anak pungutnya. Ken Arok tumbuh menjadi

anak yang penurut dan rajin membantu orang tuanya. Tokoh Ki Lembung

diumpamakan sebagai figur penyayang, seorang ayah yang ideal bagi anaknya. Ia

mau mengajarkan hal apa saja yang ia bisa kepada anaknya. Selain menggembala

dan bertani, Ki Lembung juga mengajarkan tata cara menangkis dan menyerang.

Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Bayi itu diserahkan pada isterinya:

“Para dewa telah mengirimkan pada kita bayi lelaki yang seorang

ini. Peliharalah ia sebagai anak sendiri.”

Arok tidak pernah tidak merasa berterimakasih bila mengenangkan

suami-isteri di Randu Alas itu. Merekalah yang membesarkannya tanpa

pamrih. Menginjak umur enam tahun ia sudah terbiasa bergaul dengan

kerbau, memandikan dan menggembalakan, menggiringnya ke sawah

dengan Ki Lembung memikul garu atau luku, di belakangnya.

.....

Ki Lembung! Seorang Bapak yang berwibawa dan pengasih itu.

Daripadanya ia mendapatkan cara menangkis dan menyerang, dengan

tongkat, kemudian pun dengan senjata tajam. Betapa ia hormat padanya.

Ki Lembung adalah juga gurunya yang pertama (Toer, 2009:92-94).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

64

e) Bango Samparan dalam naskah drama sebagai tokoh antagonis sedangkan

pada novelnya sebagai tokoh protagonis

Ayah pungut Ken Arok yang kedua setelah Ki Lembong, adalah Bango

Samparan. Saini KM menggambarkan Bango Samparan sebagai tokoh antagonis,

karena ia berperan sebagai seorang yang melakukan tindakan tidak terpuji, yaitu

menjadi penjudi. Ia selalu mendukung atau mengembangkan perjudian dan rumah

hiburan. Berikut dijelaskan dalam kutipan.

Bango Samparan : Perkiraanmu tepat, Arok.

Ken Arok : Perkiraan apa?

Bango Samparan : Perjudian keliling itu berhasil baik.

Ken Arok : Perjudian keliling yang mana?

Bango Samparan : Wah, kau lupa, rupanya. Dulu ketika rumah-rumah

judi penghasilannya berkurang, kau menyarankan

agar kita mengadakan perjudian di tempat-tempat

panen, baik panen buah-buahan, padi ataupun ikan.

Bahkan kau menyarankan diadakan perjudian di

tempat penjualan hasil hutan. Ternyata hasilnya

bagus.

Ken Arok : Syukur. Bagaimana dengan rumah-rumah hiburan?

(Saini KM, 1990:78).

Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah bahwa Bango Samparan seorang

yang hanya mementingkan kesejahteraannya dengan Ken Arok, kepentingan

untuk hal yang tidak baik. Hal tersebut berbeda dengan karakter tokoh Bango

Samparan yang ada pada novelnya. Meskipun Bango Samparan juga sebagai

penjudi, namun ia seorang penyayang dan perduli terhadap kebutuhan pendidikan

anak-anak. Berikut penjelasan dalam kutipan.

Pada suatu sore yang suram dengan gerimis tipis datang ke

perguruan Tantripala dua orang bocah, Temu dan Tanca. Guru itu

bertanya:

“Siapa yang menyuruh kalian belajar kemari?”

“Bapak Bango Samparan”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

65

Siapa tidak mengenal nama Bango Samparan? Seorang penjudi yang lebih sering ditemukan di tempat perjudian daripada di rumah? Seorang penjudi yang mengirimkan bocah-bocah untuk belajar! (Toer, 2009:70).

f) Kebo Ijo dalam naskah drama sebagai tokoh protagonis sedangkan pada

novelnya sebagai tokoh antagonis

Dalam naskah drama tokoh Kebo Ijo berperan sebagai pengawal Tunggul

Ametung dan berfungsi sebagai korban terhadap perjuangan yang dilakukan oleh

tokoh sentral (Ken Arok). Ia difitnah sebagai pembunuh Akuwu Tunggul

Ametung. Kebo Ijo ini seorang yang baik-baik. Ia patuh dan menerima perintah

atau putusan dari atasan (Akuwunya). Ia juga seorang yang lebih mengutamakan

kepentingan kerajaan daripada kepentingan pribadinya. Hal tersebut sesuai dengan

kutipan berikut.

Lohgawe : Begini, Perwira. Dalam tawar menawar kami dengan Ken Arok, telah disetujui bahwa hanya setengah dari anak buah Ken Arok akan dijadikan pengawal Akuwu. Akan tetapi Ken Arok menyetujui usul itu dengan syarat, yaitu bahwa dia diangkat menjadi kepala pengawal. Artinya, kau menjadi wakilnya.

Kebo Ijo : Saya tidak melihat masalah apapun dalam hal itu, Mamanda.

Lohgawe : Kau benar-benar perwira yang mendahulukan kerajaan daripada dirimu, Perwira.

Tunggul Ametung : Tidakkah kau punya gagasan lain yang dapat kami pertimbangkan untuk diusulkan kepada Ken Arok?

Kebo Ijo : Maksud Akuwu? Tunggul Ametung : Misalnya, kau tetap jadi Kepala Pengawal sedang Ken

Arok mendapat tambahan penghargaan dalam bentuk barang atau uang.

Kebo Ijo : Saya benar-benar tidak berkeberatan jadi wakilnya, Akuwu.

Tunggul Ametung : Syukurlah kalau begitu. Lohgawe : Syukurlah, Perwira. Kau benar-benar ksatrya yang

setia kepada dharma. Kami, kaum brahmana, harus berterimakasih kepadamu dan kepada tuanmu, Akuwu Tunggul Ametung (Saini KM, 1990:47-48).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

66

Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah bahwa tokoh Kebo Ijo merupakan

seorang perwira yang patuh terhadap Tunggul Ametung. Meskipun jabatannya

harus diserahkan kepada Ken Arok, tetapi ia seperti tidak menaruh rasa benci

sedikit pun kepadanya. Akan tetapi sikap patuh dan rela yang dimiliki oleh Kebo

Ijo tersebut sama sekali tidak digambarkan pada tokoh Kebo Ijo dalam novelnya.

Di dalam novel, tokoh Kebo Ijo dimunculkan sebagai tokoh antagonis. Ia

bukanlah seorang perwira yang patuh kepada Akuwu, tetapi sebaliknya. Kebo Ijo

ini adalah seorang tamtama Tumapel yang berkhianat kepada Akuwunya. Justru

menggulingkan atau membunuh Akuwu adalah salah satu rencana busuknya

bersama Empu Gandring. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Seperti anjing mendekati tuannya yang membawa tongkat pemukul

Kebo Ijo datang kepada Empu Gandring untuk mengadukan halnya.

“Tuan tidak pernah menceritakan sebelumnya, tegur Empu

Gandring, “kalau telah bunuh Kidang Gumelar dari belakang. Perbuatan

terkutuk itu yang menggagalkan semua rencana. Mengapa hanya seorang

Kidang tanpa arti Tuan binasakan? Bukankah rencana semula Tunggul

Ametung sendiri dan Arok? Kemudian menyerbu ke pendulangan emas

Kediri. (Toer, 2009: 441).”

Dijelaskan pada kutipan tersebut, bahwa Kebo Ijo berniat menggulingkan

Tunggul Ametung, Ken Arok juga Kediri. Semua yang ia lakukan semata-mata

untuk dapat menguasai singgasana, menginginkan menjadi Akuwu bahkan raja

Kediri. Kehadiran tokoh Kebo Ijo dalam novel berfungsi sebagai penghalang

tokoh sentral dalam berjuang. Selain itu tokoh ini juga digunakan oleh tokoh

sentral (Ken Arok) sebagai korban dalam mencapai tujuannya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

67

2. Penokohan

Penokohan yang digambarkan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novel

Arok Dedes, pada dasarnya memang lebih detail dibanding pemaparan penokohan

pada naskah drama Ken Arok oleh Saini KM. Hal tersebut dikarenakan, karakter

atau watak yang dijelaskan dalam sebuah novel dapat secara langsung

diungkapkan oleh pengarang. Namun lain halnya dengan naskah drama, harus

menghayati secara penuh terhadap dialog, baru akan diketahui karakter tokoh

yang ingin disampaikan oleh pengarang. Hal-hal yang melekat pada seorang tokoh

dapat dijadikan sumber data, guna membuka makna dalam naskah drama secara

keseluruhan. Hal melekat yang dimaksud adalah persoalan nama, peran, keadaan

fisik, keadaan psikis, dan keadaan sosialnya. Tetapi sebelum membahas lebih jauh

tentang persamaan dan pertentangan penokohan, maka terlebih dahulu akan

dipaparkan penokohan masing-masing tokoh, baik pada naskah drama Ken Arok

mupun pada novel Arok Dedes dengan menggunakan tabel. Berikut pemaparan

penokohan berdasarkan fisik, psikis, dan sosialnya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

68

a. Penokohan dalam naskah drama Ken Arok karya Saini KM

Tabel 3

Karakteristik tokoh dalam naskah drama Ken Arok karya Saini KM

No. Tokoh Ciri-ciri Tokoh

Fisik Psikis Sosial

1. Ken Arok Seorang lelaki dengan keadaan

tubuh yang kuat seperti seekor

harimau (h.15).

Penjahat yang luar biasa; nekad, kejam,

egois dan tidak pernah mau mengalah.

Ken Arok lihai dalam merampok

khususnya dalam menyiasati lawan,

fillingnya pun tajam (h.15-17), dan

suka memaksa (h.68-70). Pemuda yang

suka berjudi, mencuri, membunuh dan

memperkosa gadis ini, otaknya memang

licik atau licin (h.30-31). Ia seorang

pemberani, namun memiliki sifat

pamrih, melakukan sesuatu asalkan

menguntungkan baginya (h.42-43),

optimis dan pandai berpura-pura (h.44,

52, 61, 80).

Seorang ksatrya. Entah anak siapa,

hanya saja diceritakan bahwa Ki

Lembong (h.63) dan Ki Bango

Samparan yang telah menjadi ayah

angkatnya (h.31). Namun setelah

tumbangnyaTunggul Ametung ia

menggantikannya dengan mengubah

Tumapel menjadi Singasari (h.70).

2. Tunggul

Ametung

Seorang laki-laki dari kaum

Kstrya.

Ia seorang yang baik-baik, bertanggung

jawab; menebus kesalahan dengan

menghormati mertuanya (h.31),

sikapnya lebih hati-hati, hormat pada

kaum brahmana(h.36) dan ia termasuk

pemimpin yang bijaksana (h.46).

kepercayaannya kepada Sang Bathara;

berdoa dan membakar dupa (h.35,37).

Seorang Akuwu Tumapel, dibawah

pemerintahan raja Kertajaya di Kediri.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

69

3. Empu Purwa Seorang laki-laki yang sudah

tua, Anusapati memanggilnya

dengan sebutan “Kakenda”

(h.91) .

Baik dan terpelajar, ia beranggapan

bahwa tak berhak membalas kejahatan

dengan kejahatan, hanya kebaikanlah

yang menyudahkan kejahatan.

Kematian Tunggul Ametung pun

baginya adalah kesalahannya sendiri,

penculikan yang dilakukan terhadap

anaknya Ken Dedes, menyebabkan ia

membenci Tunggul Ametung (h.93).

Meskipun begitu, menjadi seorang

bawahan ia tetap patuh kepada

Kertajaya (h. 34).

Ayah Ken Dedes. Seorang

brahmana(pendeta) (h.11), yang

terpelajar (h. 93).

4. Lohgawe Laki-laki tua, seorang

Maharesi.

Terhormat, orang yang dapat di

percaya, tabah, dan bijaksana (h.26-35),

selain itu ia juga peduli kepada rakyat

(h.36)

Kaum brahmana (pendeta) yang datang

dari Jambudwipa, menjadi ayah angkat

Ken Arok (guru) (h.12). Ia adalah

seorang yang pandai dalam kitab (h.52).

5. Ken Dedes Seorang perempuan dengan

betisnya yang indah (h.53).

Memiliki sikap sopan dan santun, dan

mengharagi terhadap sesama, terlebih

kepada kaum brahmana (h.37). Ia lebih

senang sembahyang dan tidak menyukai

kebiasaan Arok (h.81).

Seorang ratu dan istri dari Tunggul

Ametung. Ia diculik dari ayahnya Mpu

Purwa (h.31). Setelah kematian Tunggul

Ametung ia dipaksa untuk menikah

dengan Ken Arok (h.69).

6. Ken Umang Seorang perempuan yang

kurang montok (h.81).

Tidak suka dengan kebiasaan Ken

Arok, seperti berjudi dan mabuk-

mabukan, namun sayang terhadap

suaminya itu (h.81).

Istri dari Ken Arok. Permaisuri

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

70

7. Kebo Ijo Seorang laki-laki, dari kaum

ksatrya.

Baik. Patuh pada Tunggul Ametung,

tidak egois dan perhatian (h.47-48).

Kaum ksatria, seorang kepala pengawal

yang di gantikan oleh Arok, ia

menerima atas keputusan Akuwunya

untuk di jadikan wakil dari Arok. Kebo

Ijo adalah seorang yang setia pada

dharma, dan patuh pada peraturan

(h.47-48).

8. Ki Lembong Seorang laki-laki. Arok

menyebutnya Paman Lembong

(h.63)

Kelakuannya buruk, tidak baik dalam

mendidik anak (h.30).

Seorang pencuri yang menemukan bayi

Arok, karena kebetulan ia tidak

memiliki anak (h.30).

9. Bango

Samparan

Seorang laki-laki.

Kelakuannya buruk, selalu berpihak dan

menuruti Ken Arok (h.78), tapi

menghormati kaum brahmana (h.39).

Ayah angkat kedua Ken Arok dan

seorang bandar judi

10. Kertajaya Laki-laki, seorang raja. Dengan

sebutan Gusti Prabu (h. 22)

Berwatak keras, bertindak sewenang-

wenang (h.22). Wataknya sombong dan

hanya takut kepada Bethara Guru

(h.23). Tindakannya kelewatan seperti

menggerogoti wibawa kaum brahmana

(h.29). Sebagai pemimpin ia hanya

tidak mau kehilangan muka dan

mementingkan kekayaannya sendiri,

dengan menerima aliran pajak dari

rakyat (h.33)

Penguasa kerajaan Kediri, seorang

Gusti Prabu

11. Empu

Gandring

Seorang laki-laki tua (h.60). Baik. Bertanggungjawab. Senang

melihat Arok hidupnya di Tumapel

lebih baik dan terarah (h.57).

Seorang pande besi dan piawai

membuat keris (h.57).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

71

12. Tita - Percaya dan setia kepada Ken Arok tetapi ia tidak dapat mengetahui pikiran dan rencana Ken Arok (h.62-63).

Anak seorang Kepala Desa di Siganggeng (h.57). Sahabat baik Ken Arok, baik dalam merampok maupun setelah Arok menjadi raja Singasari (h.63,80).

13. Anusapati Seorang remaja laki-laki menuju dewasa, umurnya mendekati 18 tahun (h.78).

Baik, tidak suka kejahatan. Ia pemuda yang teladan, penyayang, sopan dan santun, tekun belajar, bijaksana (h.88), melakukan segala sesuatunya dengan penuh pertimbangan (h.92). Ia perduli terghadap rakyat kecil (h.95).

Seorang anak raja (Raden). Anak kandung dari Tunggul Ametung dan menjadi anak pungut Ken Arok.

14. Empu Pamor

Seorang laki-laki, dengan julukan brahmana

Pikirannya ragu-ragu, cemas (h.26,45,48).

Pendeta Kerajaan Kediri yang mengasingkan diri ke Panawijen (h.12).

15. Empu Sridhara

Seorang laki-laki, dengan julukan brahmana

Tabah (h.35). Optimis dan yakin bahwa perangkap untuk Ken Arok benar dan akan berhasil (h.45).

Pendeta Kerajaan Kediri yang mengasingkan diri ke Tumapel (h.12).

16. Mahisa Taruna

- Patuh kepada Kertajaya, namun yakin pada kehendak Tuhan, dan patuh juga kepada kaum brahmana (h.25).

Seorang perwira dalam pasukan Kediri (h.12).

17. Mahisa Walungan

- Patuh kepada Kertajaya, namun ia juga baik karena ia tidak mau melihat rakyat Tumapel menderita (h.25).

Adik dari panglima pasukan Kediri (h.12).

18. Gubar Baleman

- Patuh kepada Kertajaya, tapi ia berada dipihak Mahisa Walungan (h.25).

Panglima pasukan Kediri (h.12).

19. Empu Narayana

- Patuh kepada kertajaya dan menganggap Lohgawe biang keladi dari pembunuhan Tunggul Ametung, menganggap bahwa kaum brahmana pantas dibunuh. Ia juga khawatir ketika Kertajaya tewas (h.73-77).

Menteri Kertajaya dari kerajaan Kediri (h.12).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

72

20. Empu

Aditya

Seorang laki-laki, dengan

sebutan Mpu

Patuh kepada Kertajaya, sepakat pada

Empu Narayana dan tidak suka rakyat

Tumapel dibebaskan dari pajak-pajak.

Ia juga khawatir ketika Kertajaya tewas

(h.73-77).

Menteri Kertajaya dari kerajaan Kediri

(h.12).

21. Punta - Patuh pada pangeran Anusapati. Suka

mengejek dan sok pinter (h.85).

Seorang Punakawan, yang mengabdi

pada Anusapati (h.12,88).

22. Prasanta Seorang laki-laki, yang punya

isteri (h. 87)

Patuh pada pangeran Anusapati.

Cerewet, tidak jujur, suka menipu, dan

tidak tahu sopan santun, curang kepada

Punta (h.89).

Seorang Punakawan, yang mengabdi

pada Anusapati (h.12,88).

23. Juru Deh - Patuh pada pangeran Anusapati. Suka

tidur, tidak mau ikut campur urusan

Punta dan Prasanta (h.84).

Seorang Punakawan, yang mengabdi

pada Anusapati (h.12,88).

24. Emban Seorang Perempuan, dengan

panggilannya „Mbok‟ (h. 89).

Sopan dan perhatian. Pelayan di Panawijen (h.88).

25. Orang

Desa Batil

Seorang laki-laki. Patuh pada pangeran Anusapati, sopan

dan pemberani (h.95).

Ia adalah salah satu wakil dari desanya

yang sedang dilanda keprihatinan

karena kelakuan dari ken Arok (h.95).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

73

b. Penokohan dalam novel Arok Dedes

Tabel 4

Penokohan dalam novel Arok Dedes

No. Tokoh Penokohan

Fisik Psikis Sosial

1. Ken Arok Seorang pemuda dengan umur

mendekati dua puluh tahun

(h.232),tubuhnya kukuh dan sehat

(h.17), bahunya bidang (h.166),

serta memiliki otot dan paru-paru

yang kuat (h.72). Matanya tajam

jernih memancar seperti bukan

sembarang mata (h.71,74), parang

pada pinggang menjadi bagian

dari tubuhnya (h.167),

mengenakan kalung perak pada

lehernya dengan gambar dudul

hamsa, garuda dan nandi (h.24).

Selalu patuh pada kebaikan (h.168). Ia

seorang yang pemberani atau nekad,

tanpa kegentaran (h.17) . Kegesitan,

kekuatan, kecerdasan dan kekukuhan

menyebabkan ia hampir selalu keluar

sebagai pemenang dalam permainan dan

perkelahian (h.93). Penyayang (h.77,

284), tahu balas budi (h.75), dan

bersikap sopan santun (h.79,81). Ia

pemuda terdidik, dan semangat

belajarnya pun tinggi(h.71). Selalu

melakukan sesuatu dengan segala

perencanaan dan pertimbangan (h.97).

Ken Arok bersikap berpura-pura (h.321)

ahli dalam membuat siasat untuk

menyerang musuh dalam peperangan

yang di sandiwarakannya , dengan satu

harapan dan tujuan yaitu

menggulingkan Tunggul Ametung demi

kesejahteraan rakyat (h.347). Ia juga

pemuda yang cakap, pandai dan

bijaksana (h.548).

Seorang Syiwa. Waktu bayi ditemukan

oleh Ki Lembung (h.91), ketika tumbuh

dewasa diangkat anak oleh Ki Bango

Samparan (h.74), dan setelah dewasa ia

berguru pada Tantripala dan di

lanjutkan kepada Lohgawe (h.81-86).

Semangat belajarnya tinggi. Ia

menguasai bait Mahabarata dan

Ramayana, juga fasih Sansekerta

(h.208). Ken Arok dipercaya oleh kaum

brahmana dan rakyat Tumapel untuk

menumpas kejahatan (h.213). Akhirnya

ia menjadi Akuwu dan bersanding

dengan kedua istrinya (h. 548)

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

74

2. Tunggul

Ametung

Seorang laki-laki, berwajah bulat

(h.30) dengan muka bopeng

bekas jerawat besar, dada dan dua

belah tanganya berbulu (h.14).

Umurnya kurang lebih lima puluh

tahun berhidung pesek, berpipi

tebal, matanya besar dan bulat

(h.29). Matanya besar dan bulat

dengan lingkaran kuning yang

luas tidak bersinar pula dan ia

berkumis (h.116). Orangnya

menakutkan, berkeroncong

binggal berkepala naga bermata

intan, dan pada lehernya

berkalung serba emas (h.108-

109). Hidungnya lengkung ke

dalam tulang pipinya terlalu

tinggi sehingga membuat rongga

mata nampak dalam (h.323),

mulutnya agak lebar dan

mukanya agak lebar pula (h.325).

Selama dua puluh tahun memerintah,

pekerjaan pokoknya adalah melakukan

perampasan kepada rakyat Tumapel:

kuda terbaik, burung terbaik, perawan

tercantik (h.3). Tunggul Ametung

seorang jantan yang tahu memaksa,

merusak, memerintah, membinasakan,

merampas, bahkan membaca ia tak

pernah, karena memang tidak bisa,

menulis apalagi (h.13). Perangainya

sombong (h.114) dan tidak pernah

menghormati kaum brahmana (h.319).

Ia seorang yang jahat, telah memusuhi

Hyang Syiwa (h.106) dan hanya takluk

kepada Kediri (h.225). Seorang

pemimpin yang terlalu banyak

mengurus dirinya sendiri (h.254).

Seorang Sudra yang disatryakan (h.11),

tak sedikit pun darah Hindu dalam

dirinya (h.325). Kertajayalah yang

memilihnya menjadi Akuwu Tumapel

(h.224).

3. Empu

Purwa

Seorang laki-laki, Ayah Dedes. Penyayang terutama kepada Ken Dedes.

Mengharapkan jatuhnya Tunggul

Ametung (h.107).

Salah satu kaum brahmana yang

terpelajar (h.11), berilmu,

berpengetahuan, dan berbakat (h.36).

4. Lohgawe Seorang lelaki yang sudah tua dan

keriput, dan seorang Empu (h.61).

“Dengan tegas mengaku tidak suka

pada Sri Baginda Kertajaya, apalagi

akuwunya di Tumapel, Tunggul

Ametung (2009:64)”. Seorang

“Pribadinya tak jera-jera bekerja demi

kemuliaan Hyang Syiwa. Juga untuk

ketinggian ilmu yang dikuasainya”.

Lohgawe adalah seorang brahmana

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

75

brahmana yang menghormati Sri

Erlangga sebagai pembangun agung

bagi kemakmuran dan kesejahteraan

negeri dan kawula (h.67). Ia juga

seorang yang berwibawa dan terhormat

(h.252).

yang selalu dipercaya untuk meredakan

permasalahan (h.172).

5. Ken Dedes Perempuan cantik di seluruh

negeri, yang tanpa riasan pun

orang lain takkan bisa menandingi

(h.2). Dedes berumur enam belas

tahun berwajah bulat, berhidung

bangir tipis (h.29), kulitnya

gading dan pahanya seperti

pualam (h.330). Mengenakan

cincin bersusun pada jarinya

(h.102).

Senang dengan keindahan atau seni

(h.99), bersikap optimis dan yakin

(h.13), ia juga perempuan bijaksana

(h.149). Ken Dedes mencintai Arok

(h.340), telah membantu Ken Arok

untuk menggulingkan suaminya

Tunggul Ametung (h.344).

Seorang gadis desa, anak dari seorang

brahmana terkemuka yaitu Mpu Purwa.

Ia terdidik untuk menjadi seorang

brahmani (h.3). Perempuan keturunan

darah hindu (h.30), merupakan perawan

suci yang patuh pada ajaran (h.25). Ia

termasuk wanita utama di Tumapel

(h.100). Ketika Tunggul Ametung

dalam keadaan sakit dan tak berdaya,

sempat Ken Dedes yang

menggantikannya dalam memerintah

(h.434).

6. Ken Umang Seorang perempuan yang tidak

rupawan (h.77) dan kurus. Ia

hanya bercawat, pada

pinggangnya tergantung parang,

badannya kotor (h.272). Berbibir

tebal, bermata kecil dan hanya

berdaging pada dada (h.546).

Baik. Bahasanya manis tanpa pamrih

(h.77). Setelah dewasa, ia menjadi

perempuan kuat (h.393). “ Adalah gadis

terganas dari seluruh rombongannya.

Tak ada di antara mereka yang

dikasihininya ampun (h.275).

Anak dari Ki Bango Samparan. Waktu

kecil sering sakit-sakitan (h.75).

Sesudah dewasa ia menjadi kawanan

Arok dan menjadi istri Arok.Mereka

bersekongkol untuk menggulingkan

Tunggul Ametung, ia menjadi pimpinan

barisan wanita (h.275).

7. Kebo Ijo Seorang laki-laki umurnya tiga

puluh satu tahun (h.409).

Jahat. Berambisi menggulingkan

Tunggul Ametung, Ken Arok namun

menginginkan Ken Dedes (h.407,441)

Seorang Wisynu, nampak jelas dari

nama binatang (h.329). . Ia juga seorang

tamtama (h.409).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

76

8. Ki Lembong

Seorang lelaki tua, tubuhnya tinggi. Otot-ototnya kuat berserat, kekuatannya tangguh. Ia seorang yang jeli dan bermata gesit baik di siang dan malam hari (h.91).

Setiap pekan, pagi-pagi ia selalu mencuci matanya dengan air kencingnya sendiri (h.91). Ia berwibawa dan pengasih, terlebih kepada Ken Arok (h.94).

Ayah pungut pertama Arok, seorang petani, dan memelihara beberapa kerbau. Ia juga guru pertama bagi Arok (h.92).

9. Bango Samparan

Seorang laki- Laki. Umang dan Arok memanggilnya Ayah.

Baik. Sayang kepada Arok dari pada anaknya sendiri (h.77).

Ayah kandung dari Umang dan ayah pungut dari Arok (h.76). Meskipun ia seorang penjudi tetapi sering mengirimkan anak-anak untuk belajar, salah satunya Arok yang ia kirimkan ke Tantripala (h.70).

10. Kertajaya Seorang laki-laki, raja Kediri. Berwatak keras, bertindak sewenang wenang. Lebih mementingkan kepentingannya sendiri (kekayaan), menghidupkan perbudakan untuk memperkaya dirinya sendiri (h.34). Juga seorang pengkhianat (169)

Penguasa kerajaan Kediri, seorang Gusti Prabu.

11. Empu Gandring

Seorang lelaki tua, dengan jenggot hitam panjang dan matanya agak sipit (h.312), dengan selendang berkalung pada lehernya (h.382).

Sifatnya yang rakus, menjadikannya berlaku tidak jujur (h.465). Tidak punya pendirian. Hanya patuh pada Akuwu, tetapi dibelakang itu ia bersekongkol dengan orang lain untuk merebut kekuasaan Akuwu. Lebih tepatnya ia sebagai pengadu domba (h.466).

Seorang pandai besi, membuat segala macam peralatan peperangan zaman kerajaan (h.267).

12. Tanca - Setia kawan (h.81), sikapnya tenang, cerdas tapi tidak selincah Ken Arok, bisa dikatakan lamban (h.71).

Anak petani biasa di desa Karangksetra (h.71). Tita adalah sahabat baik Ken Arok sewaktu kecil sampai mereka dewasa. Sahabat pribadi sekaligus, kawan dalam berperang melawan Tunggul Ametung.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

77

13. Lingsang - Jujur, siap menjaga emas dan perak dengan baik dan hanya patuh perintah Arok (h.266).

Anak dari seorang pandai emas, sehingga dalam berperang ia ditugasi untuk merawat, melebur, menyimpan emas dan perak (h.265),.

14. Hayam - Tidak punya pendirian (h.368), awalnya patuh terhadap Arok, tetapi dengan alasan yang tidak jelas ia malah memfitnah Arok, bahwa Arok telah menyembunyikan emas untuk kepentingan pribadi. Bisa dikatakan ia adalah seorang penghasut dan pemfitnah (h.396).

Hayam Lumang Celukan, anak seorang pandai emas yang pintar dalam mencari tempat pendulangan emas (h.269).

15. Belakangka Seorang laki-laki, sebagai kaum brahmana.

Mengaku bahwa ia wakil dari Kediri, tapi mengharapkan keambrukan Tunggul Ametung. Selalu berusaha untuk mempertahankan wibawa atau kemuliaannya. Melalui Kebo Ijo ia perintahkan untuk menumpas Arok dan Lohgawe (h.531).

Brahmana, sekaligus sebagai pandita Wisynu terkemuka di Tumapel (h.4). Anak buah Kertajaya yang disuruh untuk mengawasi pemerintahan Tumapel.

16. Arya Artya Seorang laki-laki, berumur mendekati empat puluh tahun (h.33), berjubah cokelat, mengenakan kalung dan bertongkat gading (h.394).

Orangnya pamrih, menginginkan jabatan atau kedudukan seperti Belakangka. Pengetahuannya luas, tapi ia merasa ia seperti disamakan dengan kepala desa, dan tak juga diijinkan untuk mengajar (h.36).

Seorang brahmana. Memiliki pengetahuan khususnya tentang sifat-sifat para Dewa, Syakti dan lambang-lambang serta tafsirnya. Menguasai Bharathayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, menguasai Mahababharata dan Ramayana asli, juga Ramayana dari zaman rakai Balitung, tigaratus tahun yang lalu, sansekerta dan Jawa (h.33).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

78

17. Gusti Putra Dari namanya, ia dipastikan

adalah seorang laki-laki.

Seorang yang baik mau berpihak pada

budak.

Silpasastrawan atau perancang dan

pembangun gedung-gedung suci (h.55).

18. Rimang Seorang perempuan, umur tiga

puluh tujuh tahun (h.125).

Seorang yang jujur, setia pada Dedes,

pendendam kepada Tunggul Ametung

dan mengaku tidak banyak tahu tentang

para dewa (h.126).

Seorang sudra yang memuliakan para

dewa. Sebenarnya ia adalah bekas selir

Akuwu, waktu masih cantik tiada

menandingi, ia duculik dari anak dan

istrinya di rumah dan disekap di

keputrian, sampai ia memiliki dua orang

anak (h.126). Pengiring Paramesywari

Ken Dedes juga sebenarnya adalah Ibu

daripada Lingsang, kawanan Arok

(h.542).

19. Oti Seorang perempuan dengan umur

dua puluh tahun (h.26).

Tidak percaya akan kesucian, merasa

dirinya hina (h.26). Pesimis akan tiada

lelaki yang mau dengannya, padahal ia

sangat merindukan kasih sayang

seorang lelaki. Punya perasaan iri

terhadap Dedes, karena memiliki

segalanya. Ia seorang yang pemberani

dan tidak takut pada hukuman (h.31).

Seorang budak.

Datang dari sebuah pulau yang ia tidak

mau menyebut namanya, ia diperjual

belikan sebagai budak. Hingga dari

istana Kediri ia dihadiahkan untuk

Tunggul Ametung, karena ia memiliki

keistimewaan, yaitu membuat sambal

jeruk yang menimbulkan gairah untuk

makan (h.26-27). Namun saat tragedi

peperangan pasukan Arok melawan

Tumapel, ia merupakan salah satu

perempuan pemberani pendamping

umang (h.517).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

79

20. Mundra-

yana

Berbadan kukuh, namun hanya

selembar cawat yang menutup

kemaluannya. Punggungnya lebar,

bahunya bidang, tubuhnya tinggi

besar seperti raksasa (h.52). Otot

dan lengannya kuat seperti terbuat

dari tembaga (h.53), giginya

kuning gading berkilat-kilat,

namun sayang matanya hanya

satu (h.58).

Penyayang, terlebih pada Oti, istrinya.

Bersemangat walau hanya memiliki satu

mata (h.58).

Seorang budak di pendulangan, yang

menjadi suami Oti. Ayahnya dahulu

seorang penjudi, pemain dadu,

tertimbun hutang menjadi budak,

akhirnya ia pun terseret dalam

perbudakan. Dalam peperangaan

melawan Tumapel ia memimpin barisan

laki,laki, perempuan, tua dan dewasa

kecuali anak-anak (h.56).

21. Gede Mirah Seorang perempuan. Sopan santun dan patuh terhadap

perintah Akuwu dan Dedes.

Pesuruh di Tumapel.

22. Bana Pemuda belia, belum tumbuh

kumis dan cambang (h.350).

Selalu bersemangat, pengikutnya

semakin banyak (h.513).

Pemimpin barisan anak-anak belasan

tahun, dan gadis-gadis desa (h.513).

23. Nyi

Lembong

Seorang perempuan tua yang

mukanya telah rusak dimakan usia

(h.285). Tapi fisiknya kuat karena

tak pernah sakit (h.287).

Sayang pada Arok, setia (h.285).

Menikmati hidup apa adanya (h.287)

dan tanpa pamrih (h.92).

Ibu pertama Arok. Ia angkat Arok

sebagai anaknya karena ia juga tak

mempunyai anak. Ia seorang yang

kesepian, pekerjaannya adalah

penggembala (h.92).

24. Lurah Sina - Baik, karena memberi kesempatan

kepada para budak untuk melihat

kemewahan Dedes, secara sembunyi-

sembunyi (h.29).

Lurah dapur di Tumapel (h.28).

25. Tantripala Seorang laki-laki, sebagai kaum

brahmana.

Baik. Ia seorang Budha yang yang tidak

memperlihatkan kebudhaannya (h.88).

Seorang guru, memiliki banyak murid.

Guru Ken Arok, sebelum Lohgawe

(h.70).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

80

26. Dadung

Sungging

- Hanya patuh pada perintah Empu

Gandring (h.380).

Seorang anggota gerakan rahasia,

prajurit Tumapel, yang dilatih berbagai

macam kejahatan oleh Empu Gandring

terhadap kawula Tumapel (h.380).

27. Lurah

Moleng

Seorang perempuan tua yang telah

kisut dengan buah dada seperti

kantong kempes tergeong-geong

sampai ke pusat (h.50).

Baik. Mau membantu Oti yang sedang

kesusahan (h.51).

Lurah di pendulangan (h.50).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

81

c. Persamaan dan Pertentangan, sekaligus teknik pelukisan tokoh dalam

Naskah Drama Ken Arok karya Saini KM dan Novel Arok Dedes karya

Pramoedya Ananta Toer.

Berdasarkan penjelasan penokohan pada tabel 3 dan tebel 4. Maka dapat

disimpulkan bahwa; baik pada naskah drama maupun novelnya, hampir semua

tokoh yang dihadirkan pada masing-masing karyanya memiliki perbedaan

penokohan (watak dan perilakunya). Bahkan tokoh yang memiliki nama atau

sebutan yang sama, antara keduanya pun terdapat perbedaan pada watak dan

perilaku tokohnya. Tokoh-tokoh tersebut antara lain; Ken Arok, Tunggul

Ametung, Kertajaya, Ken Dedes, Ken Umang, Lohgawe, Empu Purwa, Kebo Ijo,

Ki Lembong (novel; Ki Lembung), Bango Samparan, Empu Gandring dan teman

setia Arok. Dari sekian tokoh yang sudah disebutkan, hanya tokoh “Kebo Ijo”

pada naskah drama dengan novelnya yang tidak memiliki persamaan, karena

gambaran karakter pada keduanya sangatlah bertentangan. Sedangkan pada

pertentangannya, tokoh Mpu Purwa dan Ken Umang tidak termasuk di dalamnya,

karena kedua tokoh tersebut pada naskah drama maupun novelnya memiliki

gambaran penokohan yang sama. Maka berikut dijelaskan persamaan dan

pertentangannya.

Adapun tokoh-tokoh tersebut tidak serta merta hadir kepada pembaca.

Mereka memerlukan sarana yang memungkinkan kehadirannya. Maka, selain

kajian penokohan ini membahas permasalahan watak atau karakter tokoh,

melainkan juga bagaimana pengarang melukiskan kehadiran tokoh tersebut. Maka

berdasarkan pemaparan dari tabel 3 dan 4, dari masing-masing tokoh tersebut

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

82

dapat dikelompokan berdasarkan persamaan dan pertentangan, beserta teknik

pelukisan tokohnya. Berikut pemaparannya.

1) Pelukisan tokoh berdasarkan persamaan Karakterisik tokoh

Tabel 5

Teknis pelukisan tokoh pada persamaan karakteristik tokoh pada naskah drama

Ken Arok dengan novel Arok Dedes.

No. Keterangan Karakteristik

tokoh

Penokohan

Kesimpulan Naskah

Drama

Novel

1. Sosial

Ken Arok tidak

jelas orang tuanya Cakapan Analitis Berbeda

2.

Fisik

Ken Arok

memiliki fisik

yang kuat

Tingkah

laku tokoh Analitis Sama

3.

Psikis

Ken Arok

pemuda

pemberani

Cakapan Analitis Berbeda

4.

Psikis

Ambisi Ken Arok

gulingkan Akuwu Cakapan

Pikiran

dan

perasaan

Berbeda

5.

Sosial

Ken Arok

menggantikan

Akuwu (raja) di

Tumapel

Cakapan Reaksi

tokoh lain Berbeda

6.

Sosial

Tunggul

Ametung adalah

seorang Akuwu

dibawah

pemerintahan

Kediri.

Cakapan

Pikiran

dan

perasaan

Berbeda

7.

Psikis

Tunggul

Ametung patuh

kepada Kertajaya

Cakapan Cakapan Sama

8. Sosial

Kertajaya seorang

raja di Kediri

Tingkah

laku tokoh Analitis Sama

9.

Psikis

Kertajaya

memanfaatkan

rakyat

Cakapan Cakapan Sama

10.

Sosial

Ken Dedes adalah

anak dari Mpu

Purwa

Cakapan Cakapan Sama

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

83

11.

Psikis

Ken Dedes

menghormati

kaum brahmana

Cakapan Analitis Berbeda

12.

Fisik

Ken Umang

adalah

perempuan yang

tubuhnya tidak

berisi

Cakapan Analitis Berbeda

13.

Psikis

Ken Umang

sangat

menyayangi Ken

Arok

Cakapan Reaksi

tokoh lain Berbeda

14.

Sosial

Lohgawe adalah

kaum brahmana

(pendeta)

Cakapan Analitis Berbeda

15.

Sosial

Lohgawe sebagai

seorang yang

berilmu,

terhormat pula

Cakapan Reaksi

tokoh lain Berbeda

16.

Sosial

Mpu Purwa

adalah kaum

brahmana

(pendeta)

Cakapan Reaksi

tokoh lain Berbeda

17.

Sosial

Mpu Purwa

seorang yang

terpelajar

Cakapan Reaksi

tokoh lain Berbeda

18.

Sosial

Ki Lembong,

seorang yang

telah menemukan

bayi Arok

Cakapan Reaksi

tokoh lain Berbeda

19.

Sosial

Bango Samparan

adalah seorang

penjudi

Cakapan Reaksi

tokoh lain Berbeda

20.

Sosial

Empu Gandring

seorang pandai

besi

Cakapan Cakapan Sama

21. Sosial Teman setia Arok Cakapan Cakapan Sama

Berdasarkan penjelasan persamaan karakteristik pada naskah drama Ken

Arok dan novel Arok Dedes dan pelukisan tokoh pada tabel tersebut. Maka,

berikut dipaparkan secara lebih terperinci, disertai dengan kutipan-kutipan yang

menjelaskannya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

84

a) Ken Arok

Pertama, Ken Arok adalah seorang pemuda yang tidak jelas siapa orang

tuanya. Digambarkan dalam naskah drama dan novel, bahwa Ken Arok adalah

seorang pemuda yang waktu masih bayi, ia ditemukan oleh Ki Lembong

(novel:Ki Lembung) dan ialah yang menjadi ayah pungut pertamanya. Berikut

digambarkan dalam kutipan.

Ken Arok : Kau tahu ayah-ibuku tak jelas. Paman Lembong, bapak-

angkatku yang pertama, menemukanku sebagai bayi di

kuburan. Mungkin aku bayi siluman.

Tita : (Main-main) Dan waktu kecil kau nakal seperti gandurwo

(Saini KM, 1990:63).

Kecerdasan mereka menyebabkan Tantripala ingin tahu tentang

orangtua mereka. Bango Samparan dipanggil. Tanca adalah anak petani

biasa, yang turun temurun tinggal di desa karangksetra. Hanya Temu yang

tidak jelas siapa orang tuanya (Toer, 2009:71).

Dapat ditafsirkan bahwa penyampaian penokohan pada kedua kutipan

tersebut, menggunakan teknik pelukisan tokoh yang berlainan. Saini KM pada

naskah dramanya menggambarkan ketidakjelasan orang tua Ken Arok,

menggunakan teknik cakapan. Percakapan dilakukan oleh ken Arok dengan tokoh

lain (Tita). Secara terang-terangan Ken Arok menyebutkan pada dialognya, bahwa

ia tidak mengetahui kejelasan ayah dan ibunya. Berbeda dengan Pramoedya,

dalam novel ia menggambarkan ketidakjelasan orang tua Ken Arok dilukiskan

dengan menggunakan teknik analitis. Pengarang melukiskannya dengan

memberikan deskripsi atau penjelasan secara langsung.

Kedua, seorang pemuda dengan fisiknya yang kuat. Berikut dijelaskan

dalam kutipan.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

85

Ken Arok bangun dan bangkit. Seperti seekor harimau ia

menggeliat. Gerakannya memperlihatkan seekor binatang buas, lembut

tapi penuh tenaga. Ia memandang ke arah matahari (Saini KM, 1990:15-

16).

Juga Temu melarikan diri, ke jurusan barat. Ia mempunyai susunan

otot kuat, dan paru-paru lebih kuat lagi (Toer, 2009:72).

Pada kedua kutipan tersebut kiranya sudah dapat menggambarkan keadaan

fisik Ken Arok atau Temu (novel; nama kecilnya), bahwa ia memiliki keadaan

fisik yang kuat dan sehat. Pada kutipan pertama yaitu naskah drama,

penggambaran kedirian tokoh Ken Arok dengan cara memunculkan kelakuan

(tingkah laku) dari tokoh yang bersangkutan. Kelakuan yang dimaksud adalah

reaksi atau sikap yang dimunculkan untuk menggambarkan kedirian Ken Arok.

Maka dilihat berdasarkan kutipan pertama, dapat disimpulkan bahwa

penggambaran pengarang terhadap kedirian tokoh Ken Arok tersebut

menggunakan metode dramatik dengan teknik tingkah laku.Sedangkan pada

kutipan kedua yaitu kutipan pada novel, kedirian tokoh Ken Arok cenderung

digambarkan secara langsung dan tidak bertele-tele, yaitu menggunakan teknik

analitis.

Ketiga, Ken Arok seorang pemuda yang pemberani dan tidak ada

kegentaran padanya. Berikut dijelaskan dalam kutipan

....

Lohgawe : Pasukan Kertajaya tidak akan mengganggumu lagi.

Ken Arok : Saya tak takut kepada pasukan Kertajaya atau pasukan siapa

pun.

Lohgawe : Tapi mereka menjadi persoalan bagimu bukan?

Ken Arok : Itu saya bisa mengurusnya (Saini KM,1990:42).

Peristiwa itu mendesak berita hebat dari hampir dua bulan lalu

yang menyebabkan penjagaan istana Tumapel dan seluruh Kutaraja

diperketat. Berita itu adalah tentang Borang, seorang pemuda berpawakan

kukuh, berani atau nekad, tanpa kegentaran (Toer, 2009:17).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

86

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, kiranya sudah dapat menggambarkan

bahwa Ken Arok mempunyai sifat bemberani. Meskipun pada naskah drama,

Saini KM tidak secara terang-terangan mendeskripsikan sifat keberanian Arok.

Tetapi melalui teknik cakapan yang digambarkan melalui dialog tokoh Ken Arok,

yang menyatakan tentang ketidaktakutannya kepada Kertajaya. Itu sudah menjadi

cukup bukti bahwa ia adalah seorang yang pemberani. Berbeda dengan novel

Arok Dedes, Pramoedya menggambarkan Ken Arok adalah seorang yang

pemberani. Ia gambarkan dengan teknik analitis, secara langsung tanpa bertele-

tele.

Keempat, berambisi menggulingkan Tunggul Ametung. Ken Arok seorang

pemuda yang berjuang untuk menggulingkan Tunggul Ametung, hanya saja

tujuan perjuangan Ken Arok pada naskah drama dan novelnya berbeda. Berikut

gambaran pada kutipan.

Lohgawe : Ken Dedes wanita yang luar biasa. Ia adalah wanita

nareswari. Siapa pun yang menikahinya akan menjadi

raja...

Tita muncul kembali.

Ken Arok : Tita, aku akan membunuh Tunggul Ametung (Saini KM,

1990:52-54).

Dan bila Tunggul Ametung tidak digulingkan oleh dirinya, siapa

yang berani melakukan? Duapuluh tahun, seumur hidupnya, Akuwu itu

telah merajalela perampok besar yang diberi pengganda oleh Sri Baginda

Kertajaya.

Kalau Tunggul Ametung dapat digulingkan, maka balatentara

Kediri akan datang.

Sampai disitu ia berhenti berpikir... (Toer, 2009:98).

Pada kedua kutipan tersebut, sama-sama menggambarkan keinginan Ken

Arok untuk menggulingkan Tunggul Ametung. Hanya saja cara atau teknik

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

87

pelukisan tokoh antara keduanya berlainan. Pada kutipan pertama, Saini KM

menggambarkan keinginan Ken Arok untuk gulingkan Tunggul Ametung dengan

menggunakan teknik cakapan. Telah terjadi percakapan atau dialog antara Ken

Arok dengan tokoh lain (Tita). Sedangkan pada novel, Pramoedya

menggambarkannya dengan menggunakan teknik pikiran dan perasaan. Dimana

pikiran dan perasaan Ken Arok telah berperan untuk menggambarkan sifat

kediriannya yang ambisius.

Kelima, Ken Arok menjadi seorang raja. Perjuangannya memang tidak

sia-sia, dengan berbagai siasat akhirnya Tunggul Ametung tewas seakan-akan

bukan karena tangannya. Maka berhasilah ia menyandang gelar Akuwu Tumapel.

Berikut dalam kutipannya.

Bango Samparan : Ayolah pendeta.

Lohgawe : Saya tidak punya pilihan lain. (Mengulangi upacara

yang dilakukannya terdahulu). Sebagai pendeta

Agung, bersama ini kunyatakan Ken Arok syah

sebagai raja bagi seluruh negeri Tumapel (Saini KM,

1990:70).

“Kalian telah dengarkan dia, Arok, orang yang cakap, pandai dan

bijaksana, yang akan membawa kalian pada kegemilangan. Dia mendapat

pancaran sepenuhnya dari Hyang Bathara Guru. Dia adalah orang terbaik

dari kalian. Dia adalah titisan Hyang Wisynu, karena dialah yang

memelihara kalian dari bencana Tunggul Ametung dan balatentaranya. Dia

adalah Akuwu-mu, Akuwu Tumapel! (Toer, 2009:548)”

Teknik pelukisan tokoh pada kutipan pertama adalah menggunakan teknik

cakapan. Melalui percakapan atau dialog para tokoh (Ken Arok dan Lohgawe)

lah, Saini KM menggambarkan peristiwa disyahkannya Ken Arok sebagai Akuwu

Tumapel. Sedangkan pada kutipan kedua, digambarkan tokoh Lohgwe yang labih

berperan dalam menyampaikan nilai kedirian tokoh Ken Arok. Lohgawe

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

88

menyatakan bahwa Ken Arok adalah orang yang cakap dan bijaksana, akan

membawa kegemilangan. Teknik gambaran tokoh yang demikian termasuk

pelukisan menggunakan teknik reaksi tokoh lain.

b) Tunggul Ametung

Pertama, seorang Akuwu Tumapel. Berikut dijelaskan dalam kutipan.

Lohgawe : Sekarang tentang Tunggul Ametung.

Mpu sridhara : Akuwu Tumapel ini orang baik-baik...(Saini KM, 1990:)

Teka-teki itu pada suatu kali akan ditanyakannya padanya. Juga

teka-teki kemenangannya di selatan. Karena, bukanlah itu gerakan Syiwa

malawan Tunggul Ametung? Bagaimana mungkin ia menindas mereka

para pelawan Akuwu itu?

Makin ia pikirkan, Arok semakin menjadi teka-teki

baginya...(Toer, 2009:354).

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua-

duanya menjelaskan tentang Tunggul Ametung adalah seorang Akuwu. Akan

tetapi cara pelukisan tokoh antara kutipan yang pertama dengan kutipan yang

kedua menggunakan teknik yang berbeda. Pada naskah drama yaitu pada kutipan

pertama, pengarang menggunakan teknik cakapan untuk menggambarkan

kedirian Tunggul Ametung. Sedangkan pada novel yaitu kutipan kedua,

pengarang menggunakan teknik pikiran dan perasaan. Kesadaran yang dumaksud

adalah kesadaran dari Tokoh Tunggul Ametung sendiri, yaitu menggambarkan

tentang dirinya yang penasaran terhadap Ken Arok.

Kedua, Tunggul Ametung patuh kepada Kertajaya. Berikut dijelasan

dalam kutipan.

Tunggul Ametung : Benar seperti kata Mamanda, kami di Tumapel ini

terjepit. Kami memahami beban warga Tumapel

sudah cukup berat, akan tetapi sebagai Akuwu kami

adalah abdi Sang Prabu (Saini KM, 1990:34).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

89

...

“Ataukah kau sendiri yang tidak bisa mengerti?”

Tunggul Ametung tidak bisa menjawab.

“Atau kau sendiri yang sudah bosan memangku jabatan?”

“Hidup dan mati sahaya adalah milik Sri Baginga (Toer, 2009:

225).”

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, dapat dijelaskan. Bahwa pada kutipan

pertama dalam naskah drama dan kutipan kedua pada novel. Kedua-duanya sama-

sama menggunakan teknik cakapan dalam melukiskan kedirian Tunggu Ametung

yang patuh kepada Kertajaya. Percakapan atau dialog juga secara langsung

disampaikan oleh tokoh yang terkait, yaitu Tunggul Ametung.

c) Kertajaya

Pertama, seorang raja Kediri. Berikut dijelasan dalam kutipan

Adegan 1

Raja Kertajaya dihadap oleh para menteri, pendeta kerajaan,

diantaranya...(Saini KM, 1990: 18).

Pasukan kuda dan Tunggul Ametung di depan itu langsung menuju

ke istana Ratu Angabaya Kediri untuk memohon ijin menghadap Sri

Baginda Kertajaya (Toer, 2009: 223).

Berdasarkan kedua kutipan tersebut dapat disimpulkan, bahwa Saini KM

menggunakan teknik tingkah laku tokoh dalam pelukisannya. Sedangkan

Pramoedya menggunakan teknik analitis dalam pelukisan tokohnya.

Kedua, Kertajaya memanfaatkan rakyat hanya untuk memperkaya

dirinya. Termasuk sebagai pemimpin yang tidak mementingkan kepentingan

rakyatnya. Berikut digambarkan dalam kutipan.

Lohgawe :....Kertajaya hanya menginginkan agar rakyatnya tidak

diganggu dan pajak-pajaknya mengalir. Ia tidak mau

kehilangan muka dan kehilangan sumber

kekayaannya...(Saini KM, 1990:33).

“Kau Tunggul Ametung, setiap kali menghadap, setiap kali

semakin banyak yang tak kau persembahkan.”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

90

Ia tunduk mengawasi kaki Sri Baginda yang telah lebih setengah

abad pernah melangkahi bumi, lebih tiga puluh tahun duduk di singgasana

dalam kemewahan dan kebesaran.

“Malah perkawinanmu dengan Ken Dedes juga tidak kau

persembahkan...(Toer, 2009:223)”.

Pada kedua kutipan tersebut, digambarkan kedirian tokoh

Kertajaya. Ia seorang raja yang hanya menginginkan harta milik takyat,

demi untuk memperkaya dirinya. Baik pada naskah drama dan novel

kedirian Kertajaya, sama-sama dilukiskan dengan menggunakan teknik

cakapan.

d) Ken Dedes

Pertama, Ken Dedes anak dari Mpu Purwa. Berikut dijelaskan dalam

kutipan.

Mpu Sridhara : ...Istrinya, Ken Dedes, tidak dinikahinya secara wajar.

Tunggul Ametung menculiknya dari tempat ayahnya di

desa Panawijen. Ia berusaha menebus kesalahannya

dengan cara menghormati ayah Ken Dedes, seorang

pendeta Budha bernama Mpu Purwa (Saini KM, 1990:32).

“Dedes, Tanca, anak Mpu Purwa. Di culik dari desanya

Panawijil.”

“Semua sudah dengar.”

“Waktu Mpu Purwa ada bersama kami.”

“Ya.”

“Anak brahmana keturunan. Tentunya cantik.”

“Ya, semua yang tercantik kepunyaan Tunggul Ametung, Tanca

mulai meminggir, “kemari Arok ke tempat yang lebih tinggi. Mari kita

lihat.”(Toer, 2009:282).”

Kedirian tokoh Ken Dedes, pada kedua kutipan tersebut sama-sama

dilukiskan dengan menggunakan teknik cakapan. Pada kutipan pertama,

penggambaran tokoh Ken Dedes dihadirkan oleh tokoh Mpu Sridhara. Begitu juga

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

91

pada penggambaran tokoh Ken Dedes pada novel, tokoh ini menjadi bahan

perbincangan (percakapan) bagi tokoh Arok dan Tanca.

Kedua, menghormati kaum brahmana. Ken Dedes, perempuan terdidik

keturunan brahmana (Mpu Purwa) tentu sikapnya baik sesuai dengan apa yang

dipelajarinya. Perempuan yang selain cantik itu pun, selalu bisa menghormati

seseorang, khususnya kaum brahmana. Berikut digambarkan dalam kutipan.

Ken Dedes : (Kepada Lohgawe). Mamanda, kami mohon diri.

Lohgawe : Silahkan, Ananda putri (Mereka pergi dengan Tita) (Saini

KM, 1990:54).

Berdasarkan kutipan tersebut, dijelaskan bahwa dialog yang disampaikan

oleh Ken Dedes merupakan gambaran dari perilakunya yang sopan dan hormat

kepada seseorang yang lebih tua daripadanya. Kata “mohon diri” , merupakan

kata yang lumrah dan sopan bagi seseorang yang memiliki jabatan tinggi untuk

memintakan izin. Sikap hormat Dedes (di novel) kepada kaum brahmana juga

digambarkan pada kutipan berikut.

Pada hari yang ditentukan Lohgawe datang ke Tumapel,...

Kemudian Akuwu itu keluar dari bilik agung bersama Ken Dedes.

Dan Paramesywari segera bersujud dan membersihkan kaki Dang Hyang

Lohgawe dengan penutup kepalanya.

Tamu itu dengan dua belah tangan menengadahkan muka Dedes,

meresruinya...(Toer, 2009:2).

Berdasarkan kutipan yang menjelaskan tentang kedirian tokoh Ken Dedes

tersebut. Perihal sikap hormatnya kepada kaum brahmana. Maka dapat

disimpulkan bahwa gambaran tentang hal tersebut. Baik pada naskah drama dan

novel, keduanya memiliki teknik pelukisan tokoh yang berlainan. Pada naskah

drama, Saini KM melukiskan sikap hormat Ken Dedes kepada kaum brahmana,

dengan menggunakan teknik cakapan. Sedangkan Pramoedya pada novelnya

menggunakan teknik analitis.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

92

e) Ken Umang

Pertama, seorang perempuan dengan tubuhnya yang tidak montok (kurus

tidak berisi). Berikut dijelaskan dalam kutipan.

Ken Umang : Jadi saya tidak boleh ikut bicara?

Ken Arok : Buat apa? Bikinlah tubuhmu semakin montok, lupakan

yang lain...(Saini KM, 1990:81).

“Gadis kecil beringus dulu, kini sudah besar,” desau Arok. Ia

mundur dan memandangi tubuh kotor yang kurus itu. Ia perhatikan

dadanya, pinggul dan pinggangnya. Gadis itu telah memasuki kedewasaan.

(Toer, 2009:275).

Kedua kutipan tersebut sama-sama menggambarkan keadaan fisik tokoh

Ken Umang. Ia digambarkan sebagai seorang perempuan dengan fisiknya yang

tidak montok atau kurus (novel). Keduanya memiliki arti yang sama. Penokohan

Ken Umang, berdasarkan kutipan tersebut pada dasarnya sama. Tetapi teknik

yang digunakan dalam penyampaian kedirian tokoh berlainan. Pada naskah

drama, fisik Ken Umang digambarkan menggunakan teknik cakapan. Sedangkan

pada novel, fisik Ken Umang digambarkan dengan menggunakan teknik analitis.

Kedua, ia menyayangi Ken Arok. Berikut dijelaskan dalam kutipan.

Ken Umang : Kanda, Kanda terlalu mabuk. Istirahat dulu, atau

berhentilah minum. Makanlah sesuatu.

Ken Arok : Siapa yang mabuk? Tidak. Ayo putar dadunya.

Pria : Gusti belum meletakkan taruhannya.

Ken Arok : Mana uangku?

Ken Umang : Sudah habis.

Ken Arok : Ambil!

Ken Umang : Tidak, Kanda sudah terlalu lama berjudi. Kanda terlalu

banyak minum. Sekarang istirahat dulu (Saini KM,

1990:99).

Berdasarkan kutipan tersebut, digambarkan bahwa Ken Umang; isteri Ken

Arok, merupakan perempuan yang memberikan perhatiannya kepada suaminya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

93

Perintah larangan yang ditujukan kepada Ken Arok semata-mata karena rasa

sayang padanya. Karena seorang isteri yang baik tidaklah ingin melihat suaminya

terus-terusan mabuk dan berjudi seperti yang dilakukan oleh Arok. Begitu pula

pada novelnya, Ken Umang begitu menyayangi Ken Arok, dijelaskan pada

kutipan berikut.

Ia tampilkan kembali Umang pada mata batinnya. Mengapa anak

itu lebih mengasihinya daripada saudara-saudaranya sendiri? Mengapa dia

selalu melakukan segala yang bisa mendatangkan kesenangannya? Adakah

secara naluriah dia telah mencintainya sejak semula (Toer, 2009:80).

Adapun teknik pelukisan tokoh yang digunakan oleh Saini KM dengan

Pramoedya dalam menyampaikan kedirian tokoh Ken Umang. Pada naskah drama

Ken Umang ditampilkan menggunakan teknik cakapan. Lain halnya pada novel,

Pramoedya menggambarkan tokoh Ken Umang dengan teknik reaksi tokoh lain.

Berdasarkan kutipan kedua, tokoh lain yang dimaksud adalah Ken Arok. Ia telah

memberikan penilaian ataupun pendapat tentang kedirian tokoh Ken Umang.

f) Lohgawe

Pertama, Lohgawe adalah kaum brahmana ( pendeta). Hal tersebut,

sesuai dengan kutipan berikut.

Lohgawe : Saya tak punya pilihan lain (Mengulangi upacaranya yang

dilakukannya terdahulu). Sebagai pendeta Agung, bersama

ini kunyatakan Ken Arok syah sebagai raja bagi seluruh

wilayah Tumapel (Saini KM, 1990: 70).

...Dalam suatu sidang brahmana barang tujuh tahun yang lalu telah

dikeluarkan gelar Dang Hyang untuknya dan Lohgawe sebagai sebutan

yang pribadinya tak jera-jera bekerja demi kemuliaan Hyang Syiwa (Toer,

2009: 172).

Pada kutipan pertama, kedirian tokoh Lohgawe dilukiskan dengan

menggunakan teknik cakapan. Dengan teknik tersebut pengarang

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

94

menggambarkannya melalui doalog atau percakapan yang disampaikan langsung

oleh tokoh yang berkaitan. Pada kutipan kedua tokoh Lohgawe dilukiskan dengan

menggunakan teknik analitis, yaitu mendeskripsikannya secara langsung.

Kedua, Lohgawe adalah seorang yang terhormat dan berilmu. Hal

tersebut, sesuai dengan kutipan berikut.

Lohgawe : Anakku, sambil menunggu datangnya majikanmu, marilah kita

lanjutkan pembicaraan kita terdahulu.

Ken Arok : Saya bukan murid yang baik, tetapi saya akan mendengarkan,

Mamanda.

Lohgawe : Nah, sekarang akan kujelaskan kepadamu pasal dalam Kitab

Kutarmanwa yang berkenaan dengan Titipan. Pasal 160 Bab

Titipan mengatakan sebagai berikut: “Penitipan milik

sebaiknya dilakukan kepada orang yang tinggi wangsanya,

baik kelakuannya, tahu akan dharma, setia kepada katanya,

bersih hatinya dan orang kaya...(Saini KM, 1990:52).”

Dari penjelasan pada kutipan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

Lohgawe adalah seorang yang terhormat dengan ilmunya yang disampaikan

kepada Ken Arok tentang sebuah Kitab yang menjelaskan hal; penitipan.

Seseorang yang mengetahui tentang pasal-pasal pada suatu kitab, tentunya orang

tersebut juga dapat dikatakan sebagai orang yang berilmu. Sama halnya sepereti

pada novelnya, bahwa Pramoedya juga menggambarkan Lohgawe adalah seorang

guru, yang berilmu dan dihormati pula. Berikut kutipannya.

“Medan perang, medan tikai dan singgasana,” Lohgawe

meneruskan. “Tidak sia-sia kuberikan ilmu kepadamu. Kaulah harapan

bagi semua brahmana...”

...

Semua murid mengangkat sembah.

Malam itu acara ditutup dengan semadhi. Dang Hyang Lohgawe

meninggalkan tempat belajar, memasuki malam (Toer, 2009:68-69).

Teknik pelukisan tokoh Lohgawe yang terdapat pada kutipan tersebut

dapat ditafsirkan. Saini KM melakukan penggambaran terhadap tokoh Lohgawe

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

95

dengan teknik cakapan. Lain halnya dengan Pramoedya, pada kutipan kedua

tersebut. Digambarkan bahwa kedirian tokoh Lohgawe dihadirkan oleh tokoh lain

yaitu pelukisan adanya murid-murid yang mengangkat sembah terhadapnya.

Jelaslah teknik reaksi tokoh lain sebagai cara yang digunakan pengarang untuk

menggambarkan tokoh Lohgawe.

g) Empu Purwa

Pertama, Empu Purwa adalah seorang brahmana (pendeta). Berikut

kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Mpu Sridhara : ...Ia menebus kesalahannya dengan menghormati ayah

Ken Dedes, seorang pendeta Budha yang bernama Mpu

Purwa (Saini KM, 1990: 32).

Dalam bilik agung Ken Dedes berlutut menghadapi peraduan. Air

matanya telah kering...

Ia tak bisa terima perkawinan semacam ini: seorang brahmani

harus membasuh kaki seorang sudra yang disatriakan. Dan ayahnya,

seorang brahmana terpelajar,...(Toer, 2009: 11).

Kedua kutipan tersebut sama-sama menjelaskan tentang kedirian tokoh

Mpu Purwa, sebagai ayah dari Ken Dedes. Namun berbeda dalam teknik

pelukisan tokohnya. Pada kutipan pertama, Saini KM menggambarkan kedirian

tokoh Mpu Purwa dengan teknik cakapan, yang digambarkan oleh tokoh Mpu

Sridhara. Sedangkan pada novel yaitu pada kutipan kedua, kedirian tokoh Mpu

Purwa dilukiskan dengan teknik reaksi tokoh lain. Tokoh lain yang dimaksud

adalah tokoh Ken Dedes.

Kedua, seorang yang terpelajar. Berikut dijelaskan dalam kutipan.

Mpu Purwa : Kita tidak berhak membalas kejahatan dengan kejahatan.

Hanya kebaikan yang menyudahkan kejahatan.

Demikian ajaran Sang Budha (Saini KM, 1990:93).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

96

Ia tahu Mpu Purwa dengan diam-diam telah menerima beberapa

orang pelajar. Sampai sebegitu jauh ia tak persembahkan itu pada Sang

Akuwu. Orang berilmu, berpengetahuan dan berbakat itu tak boleh punah

(Toer, 2009:35-36).

Pada kutipan pertama dengan teknik cakapan. Pada dasarnya Saini KM

secara tidak terangan-terangan menggambarkan kediarian tokoh Mpu Purwa

sebagai tokoh yang terpelajar. Dari gambaran dialog yang disampaikan, mengenai

hal yang berkaitan dengan ajaran Sang Budha. Jelaslah bahwa ia menguasai ajaran

tersebut. Maka ia termasuk sebagai seorang yang terpelajar. Digambarkan pula

pada kutipan kedua, bahwa Mpu Purwa adalah seorang yang berilmu, yang sama

artinya seorang itu sebagai orang terpelajar. Tetapi pengarang untuk dalam

melukiskannya menggunakan teknik reaksi tokoh lain. Tokoh lain tersebut telah

mengungkapkan pendapatnya tentang kedirian tokoh Mpu Purwa.

h) Ki Lembong

Seorang yang menemukan bayi Ken Arok. Berikut digambarkan dalam

kutipan.

Ken Arok : Kau tahu ayah-ibuku tak jelas. Paman Lembong, bapak-

angkatku yang pertama, menemukanku sebagai bayi di

kuburan. Mungkin aku bayi siluman.

Tita : (Main-main) Dan waktu kecil kau nakal seperti gandurwo

(Saini KM, 1990:63).

Ia tampilkan Ki Lembong di hadapan mata batinnya.

....

Ki Lembong! Dialah orang yang pertama-tama di dunia ini yang ia

kenal sebagai pengasihnya. Menurut ceritanya, dialah orang yang

menemukannya saat bayi, dibuang oleh orang tuanya digerbang sebuah

pura desa (Toer:2009:91).

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, jelaslah baik Saini KM maupun

Pramoedya, Ki Lembong (Ki Lembung; dalam novel) sama-sama digambarkan

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

97

sebagai seorang yang telah menemukan waktu bayi Arok. Hanya saja cara

melukiskan kedirian tokoh Ki Lembong berlaianan. Pada kutipan pertama Saini

KM melukiskan tokoh Ki Lembong dengan teknik cakapan. Sedangkan pada

kutipan kedua Pramoedya menggambarkan tokoh Ki lembung dengan

menggunakan teknik reaksi tokoh lain. Pada novel, pengarang secara terang-

terangan menggambarkan keadaan batin Ken Arok berupa pandangannya terhadap

Ki Lembung.

i) Bango Samparan

Seorang penjudi. Ayah pungut kedua Ken Arok ini adalah seorang penjudi

bahkan seorang bandar judi. Berikut digambarkan dalam kutipan.

Mpu Sridhara : ...Sekarang ia berada di tempat ayah pungutnya yang

kedua, penjudi kawakan bernama Bango Samparan

(Saini KM, 1990:).

...Ki Bango Samparan semakin sayang kepadanya, hampir tak lagi turun

ke sawah atau ladang, menjadi bandar dadu dan selalu membawa pulang

kemenangan (Toer, 2009:77).

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, kedua pengarang baik Saini KM

maupun Pramoedya secara terang-terangan menjelaskan kedirian tokoh Bango

Samparan sebagai seorang penjudi (bandar dadu; novel). Teknik yang digunakan

pengarang adalah teknik cakapan pada kutipan pertama pada naskah drama.

Sedangkan pada novel yaitu kutipan kedua, pengarang melukiskan tokoh Bango

Samparan dengan menggunakan teknik reaksi tokoh lain. Ken Arok sebagai

pengantar untuk menghadirkan kedirian Bango Samparan, dengan cara

mengungkapkan pendapatnya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

98

j) Empu Gandring

Seorang pandai besi (pembuat senjata). Berikut digambarkan dalam

kutipan.

Ken Arok : Mpu, bagaimana dengan keris pesanan saya?

Mpu gandring : Sudah kubilang keris yang baik hanya dapat

diselesaikan dalam satu tahun (Saini KM, 1990:58).

“Kau Empu Gandring, dengarkan aku.”

“Siapa kau sesuangguhnya?”

“Pada tangan kami ada senjata bikinan tanganmu sendiri (Toer,

2009:7).”

Berdasarkan gambaran pada kedua kutipan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa Empu Gandring adalah seorang yang pekerjaannya membuat senjata

(keris). Pada kedua-duanya sama-sama melukiskan profesi tokoh Empu Gandring,

dengan menggunakan teknik cakapan.

k) Tita (di novelnya; Tanca)

Sebagai teman setia Ken Arok. Baik dalam naskah drama maupun dalam

novelnya, digambarkan bahwa; Ken Arok (tokoh sentral) memiliki sahabat setia.

Mereka berdua berteman sejak masih kecil hingga dewasa. Berikut digambarkan

dalam kutipan.

Tita : (Mereka duduk) Sudah bertahun-tahun kita bersama, tapi kau

tetap teka-teki bagiku, Arok.

Ken Arok : Apa penting betul kau mengerti diriku?

...

Tita : (Main-main) Dan waktu kecil kau nakal seperti anak

ganderwo (Saini KM, 1990:62-63).

“Kalau kau menang, kau akan jadi raja, Temu?”

“Kau akan jadi patihku.”

“Selama ini aku telah jadi patihmu.”

Temu tertawa terbahak (Toer, 2009:83).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

99

Apabila dilihat dari teknik pelukisan tokoh. Maka penggambaran tokoh

Tita atau Tanca sebagai teman setia Arok, pada keduanya sama-sama

menggunakan teknik cakapan. Gambaran tentang kedirian tokoh tidak lain

digambarkan oleh tokoh yang bersangkutan yaitu Tita (Tanca; novel) dan Ken

Arok.

2) Pelukisan tokoh berdasarkan pertentangan (perbedaan) Karakterisik

tokoh

Pelukisan tokoh berdasarkan pertentangan (perbedaan) Karakterisik tokoh

dalam naskah drama Ken Arok dengan novel Arok Dedes. Adalah berikut

dijelaskan dalam tabel.

Tabel 6

Teknis pelukisan tokoh pada pertentangan (perbedaan) karakteristik tokoh pada

naskah drama Ken Arok dengan novel Arok Dedes.

No. Keterangan

Naskah Drama Novel

Karakteristik

Tokoh

Teknik

Pelukisan

Tokoh

Karakteristik

Tokoh

Teknik

Pelukisan

Tokoh

1.

Psikis Ken Arok patuh

pada tindak

kejahatan

Cakapan Ken Arok

patuh pada

tindak kebaikan

Cakapan

2. Psikis Tunggul

Ametung

menghormati

kaum brahmana

Cakapan Tunggul

Ametung tidak

menghormati

kaum brahmana

Cakapan

Psikis Tunggul

Ametung

menghormati

Mpu Purwa

Cakapan Tunggul

Ametung

murka terhadap

Mpu Purwa

Cakapan

Psikis Tunggul

Ametung patuh

pada

kepercayaannya

(Betara Raya)

Cakapan Tunggul

Ametung tidak

patuh pada

Hyang Syiwa

Reaksi

tokoh lain

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

100

3. Psikis Ken Dedes tidak

mencintai Ken

Arok

Cakapan Ken Dedes

mencintai Ken

Arok

Arus

kesadaran

Fisik Ken Dedes

betisnya yang

indah

Tingkah

laku

tokoh

Ken Dedes

pahanya yang

seperti pualam

Analitis

4. Psikis Lohgawe

bersekongkol

dengan Tunggul

Ametung

Cakapan Lohgawe

bersekongkol

dengan Ken

Arok

Analitis

5. Sosial Kebo Ijo seorang

pimpinan

pengawal Akuwu

Cakapan Kebo Ijo hanya

seorang

Tamtama

Tumapel

(prajurit

terendah)

Cakapan

Psikis Kebo Ijo patuh

kepada Tunggul

Ametung

Cakapan Kebo Ijo

berambisi

menggulingkan

Tunggul

Ametung

Analitis

6. Sosial Ki Lembong

seorang pencuri

Cakapan Ki Lembung

seorang petani

yang memiliki

kerbau

Analitis

7.

Psikis Empu Gandring

Baik, senang

melihat

perkembangan

Arok

Cakapan Empu Gandring

berusaha

jatuhkan Ken

Arok

Cakapan

Psikis Empu Gandring

jujur dan

bertanggung

jawab

Cakapan Empu Gandring

tidak jujur

Cakapan

Berdasarkan penjelasan persamaan karakteristik dan pelukisan tokoh pada

tabel tersebut. Maka, berikut dipaparkan secara lebih terperinci, disertai dengan

kutipan-kutipan yang menjelaskannya.

a) Ken Arok

Pada naskah drama, digambarkan bahwa Ken Arok adalah seorang yang

berlaku jahat (tidak terpuji). Berlainan dengan tokoh yang digambarkan

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

101

Pramoedya dalam novelnya, yaitu tokoh Ken Arok berlaku sebagai tokoh yang

baik, terpuji. Adapun teknik dalam melukiskan kedirian tokoh Ken Arok yang

bertentangan tersebut. Yaitu, pada naskah drama dan novel, keduanya sama-sama

menggambarkan kedirian tokoh Ken Arok dengan menggunakan teknik cakapan.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama, yang

menggambarkan kedirian tokoh Ken Arok sebagai pribadi yang suka melakukan

tindak kejahatan sesuai dengan teknik pelukisannya.

Empu Sridhara : Asal-usul Ken Arok tidak karuan Maharesi. Sebagai

bayi ia ditemukan di kuburan lalu dipungut sebagai

anak oleh seorang pencuri bernama Lembong, orang

desa Pangkur. Ketika tumbuh menjadi anak-anak, ia

mulai pandai mencuri dan berjudi. Tak ada ternak,

barang atau uang yang aman dari tangannya yang

panjang. Begitu parahnya ia keranjingan berjudi,

hingga akhirnya ia tidak saja menghabiskan harta ayah-

pungutnya, akan tetapi bahkan menjual kerbau milik

majikannya. Ketika berangkat remaja, ia tidak saja

mencuri, akan tetapi merampok dan lebih daripada

perampok lain. Nyawa orang seperti tidak ada harganya

baginya. Sedikit tersinggung ia cepat mencabut keris

dan membunuh orang,...(Saini KM, 1990:30-).

Berikut gambaran dalam kutipan pada novel, yang menggambarkan

kedirian tokoh Ken Arok sebagai pribadi yang suka melakukan tindak kebaiakan

sesuai dengan teknik pelukisannya.

“Bicara kau Arok”

“Dengarkan, kalian!” Keadaan reda,”bahwa kemenangan bukan

satu-satunya buah usaha. Maka jangan ulangi kejahatan Tunggul Ametung

dan balatentaranya. Jangan ada seorang pun yang merampok, mencuri,

merampas, menganiaya, memperkosa seperti mereka. Dalam hal ini

aturan Sri Baginda Erlangga masih berlaku: hukuman mati terhadap

mereka itu. Juga terhadap diriku bila dalam babak baru ini melakukannya

(Toer, 2009:546).”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

102

b) Tunggul Ametung

Pertama, pada naskah drama, Tunggul Ametung digambarkan sebagai

tokoh yang memiliki sikap hormat kepada kaum brahmana. Teknik pelukisan

tokoh ini, oleh Saini KM dilukiskan dengan menggunakan teknik cakapan. Dalam

dialognya, Tunggul Ametung mengaku telah mendapat kehormatan untuk

melakukan perundingan dengan kaum brahmana. Maka ia pun termasuk sebagai

seorang yang tahu sikap menghormati. Tetapi berbeda pada novelnya, Pramoedya

menggambarkan Tunggul Ametung adalah tokoh yang tidak tahu sikap

menghormati, terlebih kepada kaum brahmana. Teknik pelukisan tokoh Tunggul

Ametung pada novel menggunakan teknik reaksi tokoh lain, yaitu oleh Lohgawe

mengenai pendapat yang diungkapkannya.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama, yang

menggambarkan kedirian tokoh Tunggul Ametung sebagai pribadi yang tidak

menghormati kaum brahmana, sesuai dengan teknik pelukisannya.

Tunggul Ametung : Kami merasa benar-benar mendapat kehormatan

diajak berunding tentang hal itu, Mamanda (Saini

KM, 1990:36).

Berikut gambaran dalam kutipan pada novel, yang menggambarkan

kedirian tokoh Tunggul Ametung sebagai pribadi menghormati kaum brahmana,

sesuai dengan teknik pelukisannya.

“Begitulah tingkah seorang sudra yang tak tahu diuntung,” kata

Lohgawe, “ tidak pernah bisa menghormati orang. Juga tidak menghormati

dirinya sendiri. Tak ada sesuatu apapun yang perlu dihormatinya (Toer,

2009:9).”

Kedua, pada naskah drama, Tunggul Ametung digambarkan bahwa ia

menghomati Mpu Purwa untuk menebus kesalahannya karena telah menculik

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

103

Ken Dedes. Berbeda dengan novel, sikapnya kasar terhadap Mpu Purwa, hingga

membunuh mertuanya pun sanggup ia lakukan. Pertentangan tentang kedirian

tokoh Tunggul Ametung, baik pada naskah drama maupun novel. Pada keduanya

pengarang sma-sama melukiskannya dengan teknik cakapan.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama dan novel, yang

menggambarkan pertentangan kedirian tokoh Tunggul Ametung, sesuai dengan

teknik pelukisannya.

Mpu Sridhara : ...Isterinya Ken Dedes tidak dinikahinya secara wajar.

Tunggul Ametung menculiknya dari tempat ayahnya

Ken Dedes. Ia berusaha menebus kesalahannya dengan

menghormati ayah Ken Dedes, seorang pendeta Budha

bernama Mpu Purwa (Saini KM, 1990:33).

“Para dewa adalah abadi, mereka mempunyai kesabaran dalam

menunggu. Manusia berumur pendek.”

“Ayahku pun belum kakanda dapatkan.”

“Juga bisa dia kehilangan kepalanya.”

Ia mengerti suaminya mulai mengancamnya. Ia menggigil. Hatinya

meriut kecil. Ia ketakutan (Toer, 2009:164).

Ketiga, Tunggul Ametung pada naskah drama, ia digambarkan sebagai

seorang yang berpedoman pada kepercayaannya (yang dianut). Hal tersebut oleh

Saini KM digambarkan dengan menggunakan teknik cakapan, yang diungkapkan

langsung oleh Tunggul Ametung melalui dialognya. Sikap terpuji tersebut,

bertentangan dengan sikapnya yang digambarkan dalam novel. Jangankan

memuja apa yang sudah dianutnya (Hyang Syiwa), bahkan ia memusuhi. Hal

tersebut, oleh Pramoedya dilukiskan dengan menggunakan teknik reaksi tokoh

lain, yaitu digambarkan oleh tokoh Ken Dedes.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

104

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama, yang

menggambarkan kedirian tokoh Tunggul Ametung sebagai pribadi yang percaya

kepada Sang Betara Raya, sesuai dengan teknik pelukisannya.

Tunggul Ametung : Wahai Betara Raya! Tapi sebagai Akuwu saya tak

berhak mengatakan sesuatu...

....

Tunggul Ametung : Baiklah kalau begitu, kami hanya dapat berdoa dan

membakar dupa. Sekarang saatnya tiba untuk

beristirahat (Saini KM, 1990:35-37).

Berikut gambaran dalam kutipan pada novel, yang menggambarkan

kedirian tokoh Tunggul Ametung sebagai pribadi yang tidak mengindahkan

Hyang Syiwa, sesuai dengan teknik pelukisannya.

....Kemudian dari pelajaran ayahnya ia tahu, Tunggul Ametung adalah

seorang penjahat, karena ia tidak mengindahkan Hyang Syiwa, bahkan

memusuhi. Seorang pemuja Hyang Syiwa adalah orang yang tahu diri,

karena selalu menimbang masa dan hari lewat, menghukum dirisendiri

pada setiap permasalahan dan kekeliruan (Toer, 2009:106).

c) Ken Dedes

Pertama, Digambarkan dalam naskah drama bahwa Ken Dedes dipaksa

menikah dengan Ken Arok, karena sama sekali ia tidak mencintainya. Hal tersebut

berbeda dengan novel, dimana Pramoedya menggambarkan Ken Dedes telah jujur

mengakui bahwa ia mencintai Ken Arok. Bahkan ia menginginkan Arok untuk

menjadi suaminya. Kedirian tokoh Ken Dedes, baik dalam naskah drama maupun

novel, sama-sama dilukiskan dengan menggunakan teknik cakapan.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama dan novel, yang

menggambarkan kedirian tokoh Ken Dedes, sesuai dengan teknik pelukisannya.

Ken Arok : Hari ini saya bermaksud memperisteri Ken Dedes.

Ken Dedes : Oh!

Lohgawe : Tapi...

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

105

Ken Arok : Tidak ada tapi, Mamanda...(Lohgawe didorong untuk berdiri

di depan Ken Arok dan Ken Dedes. Ken Dedes akan bangkit,

akan tetapi dipegang oleh Ken Arok dan di dudukan kembali

tidak berdaya) (Saini KM, 1990:69).

...Dengan jujur ia mengakui pada dirinya telah jatuh cinta pada pemuda

sudra tanpa darah Hindu setetes pun itu, yang demikian fasih berbahasa

ilmu para dewa...

Dialah yang patut jadi suamiku, pemegang kekuasaan atas Tumapel,

seorang brahmana yang akan dapat memuliakan cakrawati Hyang Syiwa.

Ia pejamkan mata, menikmati musik yang terdengar dalam Sansekerta

Arok (Toer, 2009:340).

Kedua, Ken Dedes adalah seorang perempuan cantik anak Mpu Purwa.

Tubuhnya indah. Dalam naskah drama Saini KM menggambarkan keindahan betis

Ken Dedes. Namun, pada novel bukan betisnya yang terlihat indah melainkan

pahanya yang seperti pualam. Pertentangan fisik Ken Dedes tersebut, oleh kedua

pengarang dilukiskan dengan teknik yang berbeda. Saini KM pada naskah drama

melukiskan dengan teknik tingkah laku tokoh, yiatu tingkah laku yang dilakukan

oleh Ken Dedes. Sedangkan Pramoedya dalam novel ia lukiskan kedirian Ken

Dedes dengan mendeskripsikan secara langsung, yaitu dengan teknik analitis.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama dan novel, yang

menggambarkan kedirian fisik tokoh Ken Dedes, sesuai dengan teknik

pelukisannya.

Ken Arok : Baik, Mamanda. (Tunggul Ametung turun dan muncul

dari kereta. Ia mengulurkan tangannya, membantu Ken

Dedes, Ken Dedes turun, betisnya terbuka dan Ken Arok

melihatnya dengan terpesona) (Saini KM, 1990:53).

Parameswari turun dari tandu. Ia terpesona oleh kecantikannya.

Kulitnya gading. Angin meniup dan kulitnya tersingkap memperlihatkan

pahanya yang seperti pualam. Arok mengangkat muka dan menatap

Dedes. Dengan sendirinya Ekagrata ajaran Tantripala bekerja. Cahaya

matanya memancarkan gelombang menaklukan wanita yang berada di

hadapannya (Toer, 2009:330).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

106

d) Lohgawe

Dalam naskah drama, tokoh Lohgawe digambarkan sebagai kaum

brahamana yang berpihak kepada Tunggul Ametung. Hal tersebut dilukiskan

dengan menggunakan teknik cakapan. Yaitu dengan penggambaran dialog

melalui tokoh Lohgawe dan Ken Arok. Lain halnya pada novel, Lohgawe

bukanlah berpihak pada Tunggul Ametung melainkan kepada Ken Arok.

Pramoedya melukiskan kedirian Lohgawe tersebut dengan menggunakan teknik

analitis.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama, yang

menggambarkan kedirian tokoh Lohgawe berpihak kepada Tunggul Ametung,

sesuai dengan teknik pelukisannya.

Lohgawe : Baiklah, Akuwu, kami akan membicarakannya dengan

Tunggul Ametung. Kami harus berangkat sekarang juga.

Sekali lagi, kau bersedia tiadak mengganggu rakyat Kediri

dengan imbalan jadi pengawal pribadi Tunggul Ametung?

Ken Arok : Dengan semua anak buah saya (Saini KM, 1990:430.

Berikut gambaran dalam kutipan pada novel, yang menggambarkan

kedirian tokoh Lohgawe berpihak kepada Ken Arok, sesuai dengan teknik

pelukisannya.

Dengan pengawalan empat orang pada malam itu juga ia berangkat

ke Pangkur untuk menemui Dang Hyang Lohgawe. Ia menyampaikan

Tumapel sudah hampir berada di tangannya. Setiap waktu ia dapat

gulingkan Tunggul Ametung.

...

“Ya, Bapak Mahaguru, sahaya mengerti; Kediri tidak akan diam.

Pasukan gajahnya yang perkasa akan segera datang menghancurkan

Tumapel.”

“Itu bisa kau hadapi Arok (Toer, 2009:346).”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

107

e) Kebo Ijo

Pertama, dalam naskah drama, Kebo Ijo digambarkan sebagai seorang

prajurit namun memiliki jabatan yang tinggi, yaitu sebagai pemimpin pengawal

Akuwu. Sebelum Ken Arok yang menggantikannya, dan ia menjadi wakilnya.

Sedangkan Pramoedya dalam novelnya, menggambarkan tokoh Kebo Ijo hanyalah

seorang Tamtama, yaitu prajurit dengan pangkat terendah. Kedirian tokoh Kebo

Ijo dalam naskah drama maupun dalam novel, ia sama-sama dilukiskan dengan

menggunakan teknik cakapan. Dalam naskah drama, pengarang memunculkan

tokoh Kebo Ijo dan Tunggul Ametung, sedangkan dalam novel pengarang

menghadirkan tokoh Kebo Ijo dengan Ken Dedes. Kedirian tokoh Kebo Ijo

digambarkan oleh lawan bicaranya.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama dan novel, yang

menggambarkan kedirian tokoh Kebo Ijo, sesuai dengan teknik pelukisannya.

Kebo Io : Maksud Akuwu?

Tunggul Ametung : Misalnya, kau tetap jadi Kepala Pengawal sedang Ken

Arok mendapat tambahan penghargaan dalam bentuk

barang atau uang.

Kebo Ijo : Saya benar-benar tidak berkeberatan jadi wakilnya,

Akuwu (Saini KM, 1990:47).

“Siapa namamu?” tanyanya pada Tamtama itu.

Kebo Ijo mengangkat sembah dan mempersembahkan namanya. “Kau

tamtama, bukan?”

“Benar, Yang Mulia”

“Namamu Kebo, mengapa hanya tamtama bukan perwira? (Toer,

2009:409).”

Kedua, pada naskah drama, Kebo Ijo juga digambarkan sebagai seorang

prajurit yang patuh terhadap Akuwunya. Hal tersebut berbeda dengan gambaran

pada novel, bahwa Kebo Ijo bukanlah patuh tetapi ia berniat jatuhkan Tunggul

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

108

Ametung. Sama saja bahwa ia adalah sosok pengkhianat. Pertentangan kedirian

tokoh Kebo Ijo, pada naskah drama dan novelnya sama-sama dilukiskan dengan

menggunakan teknik cakapan. Saini KM menghadirkan percakapan tersebut

dilakukan oleh Tunggul Ametung dan Kebo Ijo. Pramoedya lewat novelnya, ia

gambarkan tokoh Kebo Ijo melalui percakapan tokoh Kebo Ijo dan Empu

Gandring.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama dan novel, yang

menggambarkan kedirian tokoh Kebo Ijo, sesuai dengan teknik pelukisannya.

Kebo Ijo : Saya siap, menerima perintah, Akuwu.

Tunggul Ametung :...Kebo Ijo. Duduklah, kita akan merundingkan sesuatu

(saini KM, 1990:47).

Seperti anjing mendekati tuannya yang membawa tongkat

pemukul Kebo Ijo datang kepada Empu Gandring untuk mengadukan

halnya.

“Tuan tidak pernah menceritakan sebelumnya, tegur Empu

Gandring, “kalau telah bunuh Kidang Gumelar dari belakang. Perbuatan

terkutuk itu yang menggagalkan semua rencana. Mengapa hanya seorang

Kidang tanpa arti Tuan binasakan? Bukankah rencana semula Tunggul

Ametung sendiri dan Arok? Kemudian menyerbu ke pendulangan emas

Kediri (Toer, 2009: 441).”

f) Ki Lembong

Dalam naskah drama, Saini KM menghadirkan tokoh Ki Lembong yang

pekerjaannya adalah sebagai pencuri, hal tersebut merupakan tindakan yang tidak

terpuji. Kedirian tokoh Ki Lembong pada naskah drama, dimunculkan dengan

menggunakan teknik cakapan. Sedangkan pada novel, digambarkan pekerjaan Ki

Lembung bukanlah sebagai seorang pencuri, melainkan ia hanya sebagai petani

biasa yang memiliki beberapa kerbau. Hal tersebut dilukiskan oleh Pramoedya

dengan menggunakan teknik analitis.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

109

Berikut dijelaskan dalam kutipan pada naskah drama, yang

menggambarkan kedirian tokoh Ki Lembong yang pekerjaannya sebagai pencuri,

sesuai dengan teknik pelukisannya.

Empu Sridhara : Asal-usul Ken Arok tidak karuan Maharesi. Sebagai

bayi ia ditemukan di kuburan lalu dipungut sebagai

anak oleh seorang pencuri bernama Lembong (Saini

KM, 1990:30).

Berikut dijelaskan dalam kutipan pada naskah drama, yang

menggambarkan kedirian tokoh Ki Lembung yang pekerjaannya sebagai petani,

sesuai dengan teknik pelukisannya.

....Kau masih juga menangis. Aku batalkan maksudku dan kubawa kau

pulang.

Ki Lembung tinggal di tengah hutan, seorang petani yang memiliki

kerbau.

Bayi itu diserahkan pada isterinya:

“Para dewa telah mengirimkan pada kita bayi lelaki yang seorang

ini. Peliharalah ia sebagai anak sendiri. (Toer, 2009:92).”

g) Bango Samparan

Bango Samparan sebagai ayah pungut kedua Ken Arok. Dalam naskah

drama, Bango Samparan digambarkan sebagai seorang yang mendukung Arok

untuk mendirikan tempat hiburan dan perjudian. Hal tersebut dilukiskan dengan

menggunakan teknik cakapan, yaitu percakapan yang dilakukan oleh Bango

Samparan dan Ken Arok. Sedangkan pada novel, bango Samparan digambarkan

bahwa meskipun ia adalah seorang penjudi namun ia sangat peduli terhadap

pendididkan anak. Seringkali ia kirimkan anak-anak untuk pergi belajar. Hal

tersebut oleh pengarang dilukiskan dengan menggunakan teknik analitis.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

110

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama, yang

menggambarkan kedirian tokoh Bango Samparan yang mendukung Arok untuk

mendirikan tempat hiburan, sesuai dengan teknik pelukisannya.

Bango Samparan : Pikiranmu tepat, Arok.

Ken Arok : Perkiraan apa?

Bango Samparan : Perjudian keliling itu berhasil baik.

Ken Arok : Perjudian keliling yang mana?

Bango Samparan : Wah, kau lupa, rupanya. Dulu ketika rumah-rumah

judi penghasilannya berkurang, kau menyarankan

agar kita mengadakan perjudian ditempat-tempat

panen, baik panen, baik panen buah-buahan, padi

ataupun ikan. Bahkan kau menyarankan diadakan

perjudian ditempat penjualan hasil hutan. Ternyata

hasilnya bagus.

Ken Arok : Syukur. Bagaimana dengan rumah-rumah hiburan?

(Saini KM, 1990:78)

Berikut gambaran dalam kutipan pada novel, yang menggambarkan

kedirian tokoh Bango Samparan sebagai pribadi yang peduli terhadap pendidikan

anak, sesuai dengan teknik pelukisannya.

Pada suatu sore yang suram dengan gerimis tipis datang ke

perguruan Tantripala dua orang bocah, Temu dan Tanca. Guru itu

bertanya:

“Siapa yang menyuruh kalian belajar kemari?”

“Bapak Bango Samparan”

Siapa tidak mengenal nama Bango Samparan? Seorang penjudi yang

lebih sering ditemukan di tempat perjudian daripada di rumah? Seorang

penjudi yang mengirimkan bocah-bocah untuk belajar! (Toer, 2009:70).

h) Empu Gandring

Pertama, Empu Gandring dalam naskah dramanya, ia digambarkan

sebagai seorang yang berlaku baik. Ia senang melihat Ken Arok hidupnya

semakin membaik. Berbeda dengan novel, bahwa Pramoedya menggambarkan

Empu Gandring tidak memiliki pribadi yang penuh perhatian seperti dalam

naskah drama. Sebaliknya, Pramoedya menggambarkan sosoknya yang

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

111

menginginkan jatuhnya Ken Arok, dan memusuhinya. Pertentangan kedirian

tokoh Empu Gandring tersebut, oleh pengarang sama-sama dilukiskan dengan

menggunakan teknik cakapan. Yaitu, percakapan antara Empu Gandring dan Ken

Arok.

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama dan novel, yang

menggambarkan kedirian tokoh Empu Gandring, sesuai dengan teknik

pelukisannya.

Empu Gandring : Syukur. Kau sendiri, kudengar kau bekerja pada Akuwu

Tumapel?

Ken Arok : Benar Mpu.

Empu Gandring : Bagus. Dari pada hidup liar, tanpa masa depan yang

jelas, lebih baik pilih hidup yang wajar. Kesempatan

untuk maju bukannya tidak terbuka kalau kau hidup

secara wajar (Saini KM, 1990:57).

“Jadi bagaimana dengan senjata yang dijanjikan?”

“Gampang, Tuan.”

“Sahaya ragu-ragu akan kegampangannya. Sudah lama besi tidak

masuk ke Tumapel.”

“Sebut nama Empu Gandring dan gudang senjata akan terbuka.”

“Berikanlah segera. Kita harus menghadapi Arok.

“Hanya setelah sahaya dapat pastikan waktunya. Kita belum lagi

mencapai persetujuan tentang pembagian hasil yang akan dicapai. Demi

Hyang Pancagina (Toer, 2009:446).”

Kedua, penokohan Empu Gandring berdasarkan psikisnya. Dalam naskah

drama, Empu Gandring memiliki karakter tokoh yang jujur dan bertanggung

jawab. Kejujuran dalam mempertanggungjawabkan senjata buatannya. Sebaliknya

pada novel, Ia adalah sosok yang tidak jujur. Pertentangan kedirian tokoh Empu

gandring oleh kedua pengarang sma-sama dilukiskan dengan menggunakan teknik

cakapan. Yaitu, percakapan yang dilakukannya dengan tokoh Ken Arok.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

112

Berikut gambaran dalam kutipan pada naskah drama dan novel, yang

menggambarkan kedirian tokoh Empu Gandring, sesuai dengan teknik

pelukisannya.

Ken Arok : Mpu, bagaimana dengan keris pesanan saya?

Mpu Gandring : Sudah kubilang, keris yang baik hanya dapat

diselesaikan dalam satu tahun.

Ken Arok : Apa tidak bisa dipercepat?

Empu Gandring : Tidak, Arok. Membuat keris tidak hanya berarti

menempa atau menyepuh. Membuat keris berarti

bertapa, samadi, memuja, membakar dupa dan

seterusnya. Keris yang dibuat secara sembarang akan

membahayakan pemiliknya.

Ken Arok : Rasanya enam bulan cukup lama, Mpu.

Mpu Gandring : Enam bulan terlalu singkat. Aku tak bisa

mempertanggungjawabkan keris yang dibuat sesingkat

itu (Saini KM, 1990:58).

Empu Gandring dibawa ke asrama Arok. Ia didudukan di atas

bangku dan Arok memeriksanya sambil berdiri.

“Kau tahu dosa-dosamu. Maka kudengarkan kusebutkan satu demi

satu: pertama, kerakusan menyebabkan kau suka menipu semua orang

yang membutuhkan jasamu.”

“Sahaya tidak pernah menipu.”

“Kau tak perlu bantah atau jawab. Cukup kau dengarkan. Juga Yang

Mulia Akuwu kau tipu sehingga senjata Tumapel tak dapat dipergunakan

untuk memadamkan kerusuhan. Mau lihat bukti? (Toer, 2009:465)”

Pada kutipan tersebut, jelaslah bahwa Empu Gandring bukanlah seorang

yang jujur, ia rakus. Empu Gandring, bukan pula seorang yang bertanggung jawab

karena tidak dapat mempertanggungjawabkan senjata yang seharusnya telah ia

berikan kepada Tumapel.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

113

B. Persamaan dan Pertentangan Pengaluran antara Naskah Drama Ken

Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya Pramoedya

Ananta Toer.

Alur merupakan hubungan antar satu peristiwa dengan peristiwa yang lain,

yang biasanya menimbulkan sebab akibat. Artinya munculnya peristiwa pastinya

akan mempengaruhi pada peristiwa berikutnya, dan sebaliknya peristiwa yang di

sajikan lebih dahulu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang hadir

sesudahnya. Kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa itulah yang nantinya

dapat membangun terjadinya konflik.

Konflik pada naskah drama Ken Arok karya Saini KM dan novel Arok

Dedes karya Pramoedya Ananta Toer, dapat dinilai sebagai puncak dari

perselisihan antara kepentingan pihak protagonis dan pihak antagonis.

Perselisihan yang terjadi diakhiri dengan berakhirnya konflik, yaitu memberikan

keberuntungan kepada satu pihak tertentu, dan menjadi keruntuhan atau bencana

bagi pihak lainnya. Meskipun demikian, kita tidak akan pernah menemukan dua

buah karya fiksi yang memiliki struktur plot yang sama persis. Seperti dalam

naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes, secara garis besar mungkin saja

ada kesamaan, namun secara lebih rinci pasti banyak mengalami perbedaan. Hal

tersebut dikarenakan pengerang memiliki kebebasan dalam mengembangkan plot,

membangun konflik, dan menyiasati penyajian peristiwa sesuai dengan selera

estetisnya. Maka berikut dipaparkan tentang tahap pengaluran (plot) dan

pembedaan plot berdasarkan kriteria waktunya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

114

1. Tahap Pengaluran Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM

Tahap pengaluran pada naskah drama dibagi menjadi lima tahap, yaitu

tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap

klimaks, dan tahap penyelesaian. Berikut kelima tahapan alur yang terdapat dalam

naskah drama.

Tabel 7

Pengaluran dalam Naskah drama Ken Arok

No. Tahapan Keterangan

1. Penyituasian Peristiwa perampokan oleh Ken Arok terhadap

rombongan pedagang di sebuah hutan, sebagai

tahap perkenalan tokoh.

2. Pemunculan konflik a. Laporan kerusuhan oleh Mahisa Taruna

Kertajaya murka.

b. Kaum Brahmana dianggap biang keladi

terhadap kerusuhan Ken Arok.

c. Kedatangan Ken Arok ke Tumapel sebagai

siasat kaum brahmana untuk dapat

menjinakkannya karena membunuhnya

meupakan suatu yang mustahil.

3. Peningkatan konflik a. Ken Arok terpesona oleh kecantikan Ken

Dedes.

b. Ken Arok berencana menggulingkan

Tunggul Ametung, setelah menerima

pengertian dari Lohgawe.

c. Pembunuhan oleh Ken Arok terhadap Empu

Gandring.

4. Klimaks a. Pembunuhan terhadap Tunggul Ametung,

seakan-akan perbuatan Kebo Ijo

b. Pembunuhan oleh Ken Arok terhadap Kebo

Ijo.

c. Ken Arok berkuasa dan memaksa menikahi

Ken Dedes, dan meminta gelar Betara Guru.

d. Tewasnya Prabu Kertajaya, karena Betara

Guru.

5. Penyelesaian a. Datang orang desa Batil kepada Anusapati

b. Anusapati datang ke Singasari

c. Terbunuhnya Ken Arok

d. Anusapati penguasa Singasari

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

115

Bagian awal (penyituasian), pengarang memulai ceritanya dengan

memperkenalkan tokoh Ken Arok disertai penggambaran karakter dan latar

tempat untuk menggambarkan bahwa seorang Ken Arok adalah penjahat yang

tempat tinggalnya tidak menentu, paling sering ia beraktivitas di dalam hutan.

Pengenalan tokoh Ken Arok, menjadi hal yang sentral dan teramat penting dalam

naskah drama Ken Arok. Hal ini disebabkan Ken Arok adalah penggerak sentral

dari semua peristiwa terhadap pesan yang akan disampaikan oleh pengarang

kepada pembaca. Tahap penyituasian tersebut juga sebagai tahap pemberian

informasi terhadap cerita yang dikisahkan untuk tahap berikutnya.

Setelah tahap penyituasian, maka mulai dimunculkannya konflik atau

permasalahan. Pada naskah drama, konflik yang mulai muncul adalah berita

tentang kerusuhan yang diakibatkan oleh Ken Arok. Dalam hal ini, kehadiran

kaum brahmana menjadi tokoh lain yang keterlibatannya mendukung

perkembangan konflik. Yaitu, kaum brahmana dituduh oleh Kertajaya sebagai

pihak yang bersalah dalam kerusuahan yang diakibatkan oleh Ken Arok. Konflik

pun akhirnya semakin berkembang dengan adanya siasat kaum brahmana untuk

menempatkan Ken Arok di Tumapel.

Setelah dimunculkan konflik, maka dilanjutkan dengan peningkatan

konflik, dimana konflik yang di munculkan semakin berkembang, dan peristiwa

semakin menegangkan. Pada tahap ini konflik yang dimunculkan adalah konflik

yang sifatnya utama, atau inti dari cerita mulai disampaikan menuju ke klimaks.

Konflik yang digambarkan pada tahap ini adalah peristiwa pertemuan antara Ken

Arok dengan Ken Dedes. Ken Arok terpesona akan kecantikannya, berniat pula

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

116

akhirnya ia untuk menggulingkan Tunggul Ametung. Terlebih Ken Arok

mengetahui dari Lohgawe, bahwa siapa yang dapat menikahi Ken Dedes ia akan

menjadi raja. Dengan peristiwa ini, maka inti cerita mulai dimunculkan. Empu

gandring menjadi korban dalam siasat Ken Arok gulingkan Tunggul Ametung.

Klimaks sebagai puncak konflik yang dialami oleh para tokoh, diantaranya

tokoh; Ken Arok, Tunggul Ametung dan Kebo Ijo. Pertama kali klimaks muncul

adalah dengan penggamabaran peristiwa terbunuhnya Tunggul Ametung.

Kematian Akuwu, sebenarnya adalah perbuatan Ken Arok, namun seolah-olah

tangan Kebo Ijolah yang telah melakukannya. Ken Arok berhasil menghasut

orang-orang dan para prajurit, dan seolah-olah Ken Arok sebagai pahlawan dalam

penangkapan Kebo Ijo. Semua rencananya berjalan mulus, hingga Kebo Ijo

akhirnya mati oleh tangan Ken Arok. Pada tahap klimaks ini, juga dimaksudkan

sebagai tahap untuk memberikan kesempatan kepada tokoh sentral untuk

memenangkan perjuangan sebagai buah dari usahanya. Akhirnya ia dapat

menggantikan Tunggul Ametung sebagai Akuwu. Ken Dedes menjadi isterinya

dan gelar bethara guru telah disandangnya.

Pada bagian akhir terdapat tahap penyelesaian. Konflik yang sudah

mencapai klimaks diberi penyelesaian. Namun pada naskah drama ini pada tahap

akhir sebelum penyelesaian pembaca disuguhi kembali peristiwa yang cukup

menegangkan yaitu peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Anusapati

terhadap Ken Arok. Peristiwa yang dapat dikatakan sebagi klimaks kedua ini

merupakan peristiwa penyerangan pasukan yang dibawa oleh Anusapati kepada

Ken Arok. Hal tersebut dikarenakan di dalam naskah drama (pementasannya),

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

117

biasanya konflik tidak segera diakhiri oleh pengarang. Kalau masih bisa

pengarang akan mempertahankannya sebagai suspense. Jika perlu konflik yang

telah gawat dan sulit harus tetap terus didramatisir.

Pada tahap penyelesaian, terdapat beberapa adegan yang memberikan

ketegangan, yaitu adegan ketika Ken Arok diserang berkali-kali, ditusuki dengan

keris namun ia tetap melawan dan kuat, hingga Anusapati tidak tahan melihat

perlakuan Ken Arok. Ia berikan keris Empu Gandring kepada orang desa Batil.

Tubuh Ken Arok jatuh, terkapar. Ia mati terbunuh oleh keris Empu Gandring.

Anusapati pun muncul sebagai pemenang dalam ceritanya.

Berdasarkan pemaparan tahap pengaluran pada naskah drama Ken Arok,

maka urutan peristiwanya dapat digambarkan menggunakan diagram struktur plot.

Berikut digambarkan diagram struktur plot pada naskah drama Ken Arok.

Klimaks 1

Peningkatan

Konflik ** Klimak 2

***

Pemecahan

Pemunculan

Konfliks *

Awal Tengah Akhir

Keterangan: * konflik dimunculkan dan semakin ditingkatkan.

** konflik semakin meningkat hingga mencapai klimaks.

Klimaks yang paling intensif dan menegangkan.

Muncul peristiwa, konflik dibangun hingga mendekati

penyelesaian.

***konflik dan ketegangan dikendorkan.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

118

2. Tahap Pengaluran Novel Arok Dedes Karya Pramoedya Ananta Toer

Sama halnya dengan pengaluran pada naskah drama, pada novel Arok

Dedes pun pengaluran dibedakan menjadi lima tahap, yaitu tahap penyituasian,

tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap

penyelesaian. Berikut kelima tahap alur pada novelnya.

Tabel 8

Pengaluran dalam Novel Arok Dedes

No. Tahapan Keterangan

1. Penyituasian Peristiwa Ken Dedes yang akan dinikahkan secara

paksa dengan Tunggul Ametung dan munculnya

Borang di desa Bantar, sebagai tahap perkenalan

tokoh.

2. Pemunculan konflik a. Laporan kerusuhan oleh Borang kepada

Tunggul Ametung.

b. Tunggul Ametung bertemu dengan Borang,

kaum brahman patut bertanggungjawab.

c. Bango Samparan menjadi budak, Ken arok

bersumpah akan membebaskannya.

d. Ki Lembong terbunuh oleh prajurit Tumapel,

Ken Arok berniat untuk balas dendam.

e. Ken Arok datang ke Tumapel sebagai siasat

dari Lohgawe.

3. Peningkatan konflik a. Ken Dedes jatuh cinta kepada Ken Arok dan

menyerahkan hidup dan mati suaminya kepada

Ken Arok.

b. Ken Arok teringat kata Lohgawe, untuk

menjatuhkan Tunggul Ametung seolah-olah

bukan karena tangannya.

c. Hayam Lumang Celukan memfitnah Ken Arok.

d. Kebo Ijo jatuh hati pada Ken Dedes.

e. Ken Arok mengetahui rencana busuk

Belakangka, Kebo Ijo dan Empu Gandring.

f. Terbunuhnya Empu Gandring adalah kesalahan

yang dibuat Kebo Ijo.

4. Klimaks a. Serangan besar-besaran terhadap tumapel oleh

pasukan Umang, Tanca, Lingsang, Oti, arih-

arih, Santing, Bana, Mundrayana, Gusti Putra

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

119

dibantu oleh penduduk dan para petani.

b. Kebo Ijo keluar dari bilik agung dengan pedang

berlumuran darah.

c. Ken Arok memerintahkan untuk menangkap

Kebo Ijo.

d. Terbongkarnya kebusukan Belakangka.

5. Penyelesaian a. Orang-orang menyaksikan tumbangnya

Tunggul Ametung, hanya Empu Purwa yang

menolak untuk hadir.

b. Ken Arok tahu Ken Umang mengandung

anaknya.

c. Perbudakan dihapus.

d. Ken Arok menjadi Akuwu Tumapel.

e. Ken Arok berjanji akan menumpas kejahatan

baik didalam maupun luar Tumapel (Kediri).

f. Ken Arok memiliki dua Paramesywari.

Pada novel Arok Dedes, tahap awal atau yang disebut sebagai tahap

penyituasian ditunjukan dengan adanya perkenalan tokoh Ken Dedes dan Tunggul

Ametung. Kedua tokoh tersebut menjadi penting dimunculkan pada awal

penceritaan, karena kedua tokoh tersebut termasuk tokoh yang banyak diceritakan

oleh pengarangnya. Tokoh Ken Dedes dimunculkan pertama kali sebagai

pembuka cerita, sebagai gambaran kepada pembaca tentang dirinya sebagai pihak

yang menderita, sedangkan Tunggul Ametung sebagai orang yang berlaku jahat,

dimunculkan sebagai sumber terjadinya konflik atau peristiwa. Tokoh yang

menderita dan jahat tersebut, menimbulkan pertanyaan di benak pembaca tentang

akhir cerita terhadap tokoh yang menderita dan tokoh yang berlaku jahat tersebut.

Perkenalan lebih lanjut juga dimunculkan oleh peristiwa Tunggul Ametung yang

bertemu dengan Borang, seorang pemuda yang seringkali membuat resah Tunggul

Ametung dan prajuritnya. Borang yang dimaksud sebenarnya adalah tokoh Ken

Arok. Kemunculannya dalam tahap perkenalan menggambarkan bahwa Ken

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

120

Arok, yang digambarkan sebagai penyamaran atau sandiwaranya sebagai seorang

pemuda yang bernama Borang adalah tokoh yang berlaku baik. Kemunculan Ken

Arok berpura-pura bernama Borang ini, berperan sebagai tokoh penyelamat bagi

tokoh yang menderita sekaligus musuh dari tokoh antagonis. Ketiga tokoh

tersebut menjadi sentral cerita sebagai tokoh yang berperan aktif dalam

memunculkan berbagai konflik.

Tahap pemunculan koflik dalam novel Arok Dedes menjadi lebih

berkembang dibandingkan dengan naskah dramanya. Antara keduanya hanya

memiliki dua peristiwa yang sama terhadap tahap pemunculan konflik, yaitu

sama-sama terdapat siasat tokoh Lohgawe dan adanya peristiwa kedatangan Ken

Arok di Tumapel. Terjadinya perbedaan atau pengembangan pemunculan konflik

tersebut, pastinya akan menyebabkan peningkatan konflik menjadi berbeda.

Terbukti hanya ada satu peristiwa yang hampir sama yaitu adanya seseorang yang

mengagumi kecantikan Ken Dedes. Pada novelnya digambarkan bahwa Ken Arok

dan Kebo Ijolah yang telah mengakui kecantikan Ken Dedes, tetapi Ken Arok

hanya sebatas mengagumi tidak menjadi tujuan utama untuk ia bersanding dengan

isteri dari Akuwu itu. Lain halnya dengan Kebo Ijo, dalam novelnya ini, ia

digambarkan sebagai seorang yang berambisi menggulinggan Tunggul Ametung

dan berkeinginan memperisteri Ken Dedes. Peristiwa ini juga mempengaruhi

munculnya peristiwa atau konflik lainnya yang akan muncul kemudian. Salah

satunya adalah timbulnya pertentangan antara Kebo Ijo dengan Ken Arok, yang

sama-sama ingin menjatuhkan Tunggul Ametung. Tidak seperti pada naskah

dramanya, yang mana tokoh Kebo Ijo digambarkan sebagai tokoh yang bijaksana

dan patuh pada Tunggul Ametung.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

121

Tahap klimaks merupakan titik puncak konflik dari jalinan peristiwa-

peristiwa sebelumnya. Yang darinya akan diperoleh titik hasil cerita, dan

biasanya akan dialami oleh tokoh utama baik protagonis maupun antagonis. Baik

dalam naskah drama Ken Arok maupun novel Arok Dedes, dalam ceritanya sama-

sama mengisahkan tantang peralihan kekuasaan dari Tunggul Ametung kepada

Ken Arok, maka menggulingkan Tunggul Ametung menjadi sumber terjadinya

konflik utama yang dialami para tokoh. Kaitannya dengan hal tersebut, maka

untuk tahap klimaks atau inti cerita tertuju pada peristiwa tumbangnya Tunggul

Ametung. Hanya saja peristiwa yang melatarbelakangi munculnya tahap klimaks

tersebut antara kedua karya sastra pasti akan berbeda.

Tahap akhir atau penyelesaian dalam novel Arok Dedes adalah

kemenangan pada tokoh protagonis, khususnya tokoh sentral yang berjuang,

akhirnya mendapatkan hasil dari perjuangannya. Ken Arok menjadi Akuwu

Tumapel menggantikan Tunggul Ametung, disertai dengan bertemunya beberapa

tokoh dengan para keluarganya. Pada tahap ini konflik mulai diredakan,

ketegangan dikendorkan, pada klimaks diberi penyelesaian. Digambarkan setelah

Ken Arok dinobatkan sebagai Akuwu tokoh yaitu Ken Arok menyatakan bahwa;

akan dihapuskannya perbudakan dan berjanji untuk menumpas segala macam

kejahatan. Kejahatan yang dimaksud adalah; merampok, mencuri, merampas,

menganiaya, dan memperkosa, seperti yang dilakukan oleh Tunggul Ametung dan

balatentaranya. Memiliki dua perempuan; Ken Dedes dan Ken Umang, juga

menjadi salah satu kebahagiaan milik Arok, ia akan setia hanya kepada kedua

isterinya itu, merekalah yang akan menemani hidupnya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

122

Tahap-tahap peristiwa pada novel bersifat kronologis, artinya dari awal

hingga akhir memiliki tingkatan konflik yang runtut. Dari awal pemunculan

konflik, semakin meningkat hingga mencapai klimaks sebagai puncak ceritanya.

Setelah klimaks tidak terdapat cerita yang menegangkan, sebaliknya cerita mulai

dikendorkan. Hal tersebut dapat juga digambarkan dalam bentuk (gambar)

diagram. Diagram struktur yang dimaksud, didasarkan pada urutan kejadian

secara kronologis. Berikut diagram struktur pengaluran pada novel Arok Dedes.

Klimaks

Peningkatan Konflik **

Pemunculan

Konflik * ***Pemecahan

Awal Tengah Akhir

Keterangan : * konflik dimunculkan dan semakin ditingkatkan.

** konflik semakin meningkat hingga mencapai klimaks.

*** konflik dan ketegangan dikendorkan.

3. Persamaan dan Pertentangan Tahap Pengaluran antara Naskah Drama

Ken Arok dengan Novel Arok Dedes

Berdasarkan tahap alur yang sudah dipaparkan, maka dapat disimpulkan,

bahwa alur antara naskah drama Ken Arok dengan novel Arok Dedes memiliki

persamaan dan perbedaan. Hal tersebut dikarenakan pada naskah drama

cenderung pengarang tidak akan menceritakan peristiwa dengan bertele-tele,

karena cukup dengan menampilkan cerita inti, pembaca pun sudah cukup mampu

untuk menangkapnya (memahaminya). Lain halnya dengan sebuah novel yang

mempunyai kemungkinan besar untuk mengulur-ulur serta memperpanjang

peristiwa inti dengan peristiwa sampingan. Berikut pemaparan persamaan dan

pertentangan alur dalam naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

123

Tabel 9

Pemaparan dan Persamaan dan pertentangan alur dalam naskah drama Ken Arok

dan novel Arok Dedes.

No. Tahap

Pengaluran Persamaan

Pertentangan

Naskah Drama Novel

1. Penyituasian - Tokoh Ken Arok. Tokoh Tunggul

Ametung dan Ken

Dedes.

2. Pemunculan

konflik

Laporan

kerusuhan Ken

Arok, dan

meminta

tambahan

prajurit.

Laporan

ditujukkan kepada

Prabu Kertajaya

Laporan ditujukkan

kepada Akuwu

Tunggul Ametung

Kaum brahmana

harus

mempertanggung

jawabkan

kerusuhan Ken

Arok.

Terbengkelainya

tugas brahmana

yang tidak dapat

mendidik rakyat ke

arah kebaikan.

Karena hanya

brahmana

(Lohgawe) lah

yang mengetahui

akan kemunculan

seorang brahmana

muda.

-

Tidak ada dalam

naskah drama.

Bango Samparan

menjadi budak,

Ken Arok

bersumpah akan

membebaskannya.

-

Tidak ada dalam

naskah drama.

Ki Lembong

terbunuh, Ken

Arok berjanji akan

membalaskan

dendam kepada

Tumapel.

Kedatangan Ken

Arok ke Tumapel

atas perintah

Lohgawe

Bertujuan untuk

mendidik Ken

Arok, agar tidak

mengganggu

rakyat Kediri.

Bertujuan untuk

menggulingkan

Tunggul Ametung.

3. Peningkatan

konflik

- Tidak terdapat

pada naskah

drama.

Ken Dedes

mencintai Ken

Arok,

menyerahkan hidup

dan mati Tunggul

Ametung

kepadanya.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

124

Petuah dari

Lohgawe,

sehingga ia

menginginkan

jatuhnya Tunggul

Ametung.

Karena ingin

memiliki Ken

Dedes dengan

begitu ia akan

menjadi raja.

Karena dukungan

dari kaum

brahmana untuk

membasmi segala

macam kejahatan.

- - Hayam memfitnah

Ken Arok

- -

Kebo Ijo

menginginkan Ken

Dedes

- -

Ken Arok tahu

rencana Kebo Ijo,

Mpu Gandring dan

Belakangka.

Terbunuhnya

Mpu Gandring

Oleh Ken Arok

dengan keris Mpu

Gandring

Mati terbakar di

asrama Ken Arok

4. Klimaks Akuwu mati

terbunuh, Kebo

Ijo menjadi

tersangka.

Orang tahu bahwa

keris yang

tertancap pada

tubuh Akuwu

adalah milik Kebo

Ijo.

Prajurit melihat

kebo Ijo keluar dari

bilik agung (tempat

istirahat Akuwu)

dengan pedang

berlumur darah.

- Tewasnya Prabu

Kertajaya

Tidak ada dalam

novel.

- -

Terbongkarnya

kebusukan

Belakangka.

5. Penyelesaian

-

Tumbangnya Ken

Arok dan

posisinya

digantikan oleh

anusapati menjadi

tahap

penyelesaian.

Ken Arok menjadi

Akuwu Tumapel

menjdi tahap

penyelesaian.

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diuraikan adanya persamaan dan

pertentangan tahap pengaluran dalam naskah drama Ken Arok dan novel Arok

Dedes. Adalah sebagai berikut.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

125

1. Tahap perkenalan tokoh (awal cerita).

Pada naskah drama dan novel, awal cerita pada keduanya terdapat tahap

awal yang berupa pengenalan tokoh. Ini dimaksudkan dapat membawa pembaca

untuk segera mengenali tokoh yang akan dikisahkan. Dengan cara ini pembaca

segera mengetahui “siapa dan bagaimana”-nya, jati diri tokoh-tokoh tersebut.

Sebelum berbicara tentang persamaan dan pertentangan pada tahap perkenalan

tokoh, maka kita baca terlebih dahulu dua buah kutipan berikut ini. Kutipan ini

merupakan bagian awal dari naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes.

Adegan 1

Tampak Ken Arok tidur di suatu tempat yang agak tinggi, sesuatu

yang dapat dibayangkan penonton sebagai batu besar atau cabang pohon

dan sebangsanya. Tita, sahabat dan pembantu Ken Arok berdiri di suatu

tempat sambil mengamati ke arah dari mana rombongan pedagang akan

datang. Beberapa orang, antara tiga sampai lima orang perampok,

berada di dekatnya, juga tampak mengawasi dan gelisah.

Perampok 1 : Tita, biasakah dia tidur seperti itu?

Tita : (Tersenyum) Apa salahnya dia tidur?

Perampok 1 : Ya tidak ada salahnya. Tapi rasanya tidak pantas. Orang lain

gelisah dan tegang, ia enak-enak tidur.

Tita : Kalau kau takut, kami tidak memaksamu ikut dalam

pekerjaan ini.

Perampok 1 : Kau tahu saya tidak takut.

Tita : Barangkali kau tidak percaya kepadanya?

Perampok 1 : (Ragu-ragu) Tidak juga. Dia begitu terkenal, masa

bertindak sembrono.

Tita : (Tersenyum) Kau tidak akan memahaminya. Dia bukan

manusia. Sekarang tenanglah.

Adegan 2

Ken Arok bangun dan bangkit. Seperti seekor harimau ia menggeliat. Ia

berjalan ke arah anak buahnya. Gerakannya memperlihatkan gerakan

seekor binatang buas, lembut tetapi penuh tenaga. Ia memandang ke arah

matahari.

Ken Arok : Dalam beberapa saat mereka akan tiba.

Tita : Bagaimana kau tahu?

Ken Arok : Dari Kediri mereka berangkat subuh. Mereka membawa

beban dan gerakan mereka tidak akan cepat. Jadi beberapa

saat mereka akan tiba disini.

Tita : Kau yakin?

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

126

Ken Arok : Sudah ku cium bau mereka. Sekarang cepat kalian

bersembunyi. Aku akan membunuh yang paling kuat

diantara mereka. Begitu aku menyerang, kalian langsung

menyerang. (Para perampok bersembunyi kecuali Ken

Arok).

Tita : Arok, sembunyilah kau.

Ken Arok : Tidak. Sembunyilah kalian. (Terdengar suara rombongan

datang. Ken Arok berdiri di tengah jalan)

(Saini KM, Ken Arok, 1990:15-16)

Ia takkan dapat lupakan peristiwa itu pertama kali ia sadar dari

pingsan. Tubuhnya dibopong dan diturunkan dari kuda, dibawa masuk

keruangan besar ini juga. Ia digeletakan diatas peraduan, dan orang yang

menggotongnya yaitu, Taunggul Ametung, berdiri mengawasinya. Ia

tengkurapkan diri diatas peraduan dan menangis. Orang itu tak juga pergi.

Dan ia tidak diperkenankan meninggalkan bilik besar ini. Gede Mirah

menyediakan untuknya air, tempat membuang kotoran dan makanan.

Matari belum terbit. Lampu-lampu suram menerangi bilik besar itu. Begitu

matari muncul masuk ke dalam seorang tua mengenakan tanda-tanda

brahmana. Ia tak mau turun dari peraduan. Tetapi Tunggul Ametung

membopongnya lagi, mendudukannya di sebuah bangku yang diberi tilam

permadani. Ia tutup mukanya dengan tangan. Tunggul Ametung duduk di

sampingnya. Orang dengan tanda brahmana itu telah menikahinya. Hanya

Gede Mirah bertindak sebagai saksi. Kemudian Tunggul Ametung

meninggalkan bilik bersama brahmana itu. Sejak itu ia tidak

diperkenankan keluar dari bilik besar ini.

(Toer, Arok Dedes, 2009:1-2).

Dalam sebagian besar cerita secara umum, permulaan cerita biasanya

benar-benar merupakan suatu permulaan dan terkait dengan cerita yang akan

berlangsung berikutnya (bersifat temporal). Akan tetapi, dua buah kutipan di atas

menunjukkan bahwa kemungkinan tidak setiap cerita bagian awalnya benar-benar

merupakan “awal”.

Kutipan Ken Arok di atas menunjukkan bahwa Saini KM memberikan

sejumlah informasi tertentu kepada pembaca. Kita diperkenalkan dengan karakter

seorang tokoh. Kita diberi tahu tokoh itu bernama Ken Arok, yang sedang tertidur

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

127

sambil menunggu rombongan (mangsa) datang. Kita juga diberi tahu bahwa tokoh

tersebut adalah seorang perampok yang dibantu oleh kawanannya. Kondisi fisik

dengan keadaan tubuh yang kuat dan penuh tenaga itu juga diinformasikan kepada

kita. Juga termasuk sifat kejamnya dalam menghadapi lawan, karena tidak segan-

segan ia membunuh mangsanya. Tahap awal ini juga berfungsi untuk

menggambarkan khusus tentang konflik yang akan berbuntut pada peristiwa-

peristiwa berikutnya.

Demikian pula halnya dengan kutipan yang kedua, awal Arok Dedes.

Informasi yang diperoleh setelah membaca kutipan tersebut adalah bahwa cerita

ini diawali oleh peristiwa kecil yang berguna untuk melukiskan watak tokoh,

meskipun bukan tokoh utama namun tokoh tersebut dipandang penting dalam

keseluruhan cerita. Tokoh yang dimunculkan pada tahap awal ini adalah Tunggul

Ametung, yang memaksa menikahi seorang perempuan bernama Ken Dedes, ia

sebagai korban dari perbuatan yang dilakukan oleh Tunggul Ametung.

Sebenarnya, pada tahap awal yang digambarkan tentang peristiwa pemaksaan ini

adalah sebuah informasi kepada pembaca tentang salah satu bentuk kejahatan,

yang tidak lain dilakukan oleh Tunggul Ametung.

Akan tetapi pada titik ini kita tidak diberi tahu apa sebabnya Ken Dedes

dinikahi secara paksa dan kemudian kenapa ia tidak merasa bahagia menjadi isteri

dari seorang Akuwu. Juga kita tidak diberi informasi kenapa pada bagian awal

cerita digambarkan tiba-tiba Ken Dedes sadar dari pingsan, dan dirasa memang

pembaca merasa penasaran tentang apa yang terjadi pada Ken Dedes, sebelum ia

tersadar dari pingsan. Informasi-informasi tentang hal itu memang diberikan oleh

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

128

pengarang agak kemudian dalam cerita itu. Jadi awal cerita yang sesungguhnya

novel Arok Dedes tidak di bagian permulaan, namun pada bagian-bagian

selanjutnya. Memang pada dasarnya kutipan yang kedua; novel Arok Dedes,

menunjukkan bahwa sepertinya tidak setiap cerita bagian awalnya benar-benar

merupakan “awal”.

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pertentangan

tahap awal yaitu tahap perkenalan tokoh, antara naskah drama dan novelnya

terdapat pada “siapa yang diperkenalkan pengarang pada awal ceritanya”. Saini

KM pada naskah drama Ken Arok, menggambarkan awal ceritanya dengan jati

diri Ken Arok dengan peristiwa perampokan yang ia lakukan dengan kawanannya.

Sebagai salah satu gambaran perilaku (antagonis) dan tidak kejahatan yang

dilakukannya, yang berbuntut pada peristiwa atau konflik yang akan muncul

kemudian. Sedangkan oleh Pramoedya Ananta Toer pada novel Arok Dedes,

perkenalan tokoh pada tahap awal menggambarkan bentuk kejahatan yang yang

dilakukan oleh Tokoh Tunggul Ametung dengan korbannya adalah Ken Dedes.

Tunggul Ametung meskipun bukanlah tokoh sentral namun tokoh inilah yang

menjadi penyebab utama timbulnya konflik dalam cerita, dan berhubungan erat

dengan tokoh sentral.

2. Laporan kerusuhan Ken Arok, dan permintaan tambahan prajurit.

Peristiwa laporan kerusuhan serta permintaan tambahan prajurit, sama-

sama digambarkan baik pada naskah drama maupun novelnya. Tentang hal

tersebut, maka perlu dibaca terlebih dahulu dua buah kutipan berikut ini. Kutipan

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

129

ini merupakan gambaran pertentangan, tentang laporan kerusuhan pada naskah

drama Ken Arok dan novel Arok Dedes.

Kertajaya : Persilahkan Mahisa Taruna masuk (Penjaga keluar, lalu

kembali mengiringkan Mahisa Taruna). Sekarang,

bicaralah Mahisa Taruna...

Mahisa Taruna : Ampun atas kelancangan hamba, Gusti Prabu; tapi Ken

Arok bukan perampok biasa.

Kertajaya : (Mengejek) Kalian cerdik, Mahisa Taruna. Kau tutupi

ketidakmampuan kalian dengan memuji lawan kalian.

Mahisa Taruna : Kami bersumpah tidak akan pulang sebelum memenggal

kepalanya, Gusti Prabu. Namun, tanpa tambahan prajurit

kami khawatir kami tidak dapat menangkapnya. Kami

sudah tahu tempat persembunyiannya (Saini KM,

1990:18).

Pengumuman itu diserukan di panggung alun-alun. Belum lagi

tersebar ke semua desa seorang kepala pasukan telah menjatuhkan diri di

hadapan Tunggul Ametung di pendopo.

“Ampun Yang Mulia, kerusuhan di barat Kutaraja. Sahaya mohon

balabantuan. Mereka terlalu kuat.”

“Siapa bangkitkan kerusuhan itu? Borang? Santing?”

“Bukan, Yang Mulia.”

“Arih-arih lagi?”

“Tidak jelas, Yang Mulia”

“Bukankah yang dipadamkan Kidang Tandingan sebulan yang lalu

bernama Arih-arih?”

“Tepat, Yang Mulia.”

“Juga yang sekali ini orangnya muda?”

“Boleh jadi, Yang Mulia.”

“Siapkan pasukan kuda, aku sendiri yang bakal menangkap

bajingan itu (Toer, 2009:41).”

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertentangan

pada laporan kerusuhan terdapat pada “kepada siapa laporan tersebut

disampaikan”. Pada kutipan pertama naskah drama Ken Arok menggambarkan

bahwa berita kerusuhan dilaporkan dan ditujukan kepada Prabu Kertajaya.

Sedangkan pada kutipan kedua novel Arok Dedes, laporan kerusuhan disampaikan

kepada Akuwu Tunggul Ametung.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

130

3. Kaum brahmana harus mempertanggung jawabkan kerusuhan Ken Arok.

Ken Arok digambarkan sebagai perusuh, ia dan komplotannya disebut-

sebut sebagai musuh dari Kertajaya, ataupun musuh Tunggul Ametung dalam

novelnya. Atas kerusuhan yang dibuat oleh Ken Arok atau Borang samaran Ken

Arok dalam novelnya, menjadikan kaum brahmana dituding sebagai pihak yang

berhak untuk mempertanggung jawabkan atas perbuatan Ken Arok tersebut. Maka

berikut dua buah kutipan pada naskah drama dan novelnya, yang menggambarkan

pertentangan alasan mengapa kaum brahmana harus mempertanggung jawabkan

kerusuhan tersebut.

Kertajaya : Kami tidak tersinggung, Mamanda. Kami pun tidak

berkeberatan Mamanda berbicara secara langsung tentang

tugas-tugas yang berhubungan dengan darma Ksatrya.

Namun sebaliknya, kami harap Mamanda pun tidak

tersinggung kalau kami menyatakan, kalau ada rakyat kami

yang memihak kepada perampok dan pemerkosa itu, hal itu

diantaranya disebabkan oleh terbengkelainya tugas Mamanda

dan kaum brahmana umumnya. Janganlah heran kalau ada

warga Kediri yang berkata; Mengapa Ken Arok menjadi

perampok dan pemerkosa, padahal di Kediri terdapat

pendeta-pendeta terkenal yang bertugas mendidik rakyat ke

arah kebaikan? Bukanlah sebagian pajak yang dibayarkan

oleh rakyat diserahkan kepada pendeta, agar para pendeta

dapat melaksanakan tugas mendidik rakyat dengan tentram

(Saini KM, 1990:21-22).

....Lagipula tak mungkin seorang muda bisa jadi brahmana Untuk dapat

menguasai Sansekerta paling tidak dia membutuhkan waktu sepuluh tahun.

Tanpa itu bagaimana seorang muda dapat mengenal Atharwaweda dan

menjadi brahmana? Berapa umur orang yang mengaku brahmana muda

itu, Yang Mulia?.

“Dari kumisnya yang setebal kepalan, kiranya tigapuluh.”

“Dengan umur tigapuluh orang baru bisa menghafal mantra-mantra

petahbisan,” Arya Artya mengangguk. “Belum pernah terdengar ada

brahmana berkumis sekepal. Di mana Yang Mulia jumpai dia?”

Tunggul Ametung tak menjawab. Pada waktu itu Belakangka

datang. Menghormat kedua-duanya dan memulai:

“Yang Mulia, mendengar dari para prajurit tentang brahmana muda

itu....”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

131

“Tak ada brahmana muda berkumis sekepal, Yang Mulia,

percayalah,” Sumbar Arya Artya.

“Serahkan persoalan ini pada sahaya, Yang Mulia. Bukan suatu

perkara yang sulit.”

“Tak ada brahmana seperti itu. Dia hanya penipu, Yang Mulia.

Sepatutnya dihancurkan saja dengan gerukan kerang.”

“Pada dadanya terpasang lembaran perak panjang, selebar satu

setengah jengkal, dengan gambar Hyang Durga Mahisasuramardini,”

Tunggul ametung mengadu.

“Patut disobek-sobek kulitnya diumpankan pada anjing hutan,

penipi itu,” Arya Artya membenarkan.

“Tiadakah Yang Mulia salah lihat?” Belakangka menguji.

“Jagad Pramudita. Apakah aku sudah dianggap rabun?”

“Di manakah Yang Mulia pernah melihat Hyang Durga seperti

itu?” Belakangka mendesak menyisihkan Arya Artya.

Tunggul Ametung menyadari Belakangka sedang menyelidiki

kepercayaannya. Dia bisa mengadu kepada Yang Tersuci di Kediri, dan

nasibnya akan terjerembab. Ia perintahkan dua orang itu pergi.

Sebelum meninggalkan jenjang Yang suci Belakangka berbisik

padanya:

“Hanya Lohgawe yang harus dituntut tanggungjawabnya, Yang

Mulia, biar belakangka ini mengurusnya (Toer, 2009:47-48).”

Dalam kedua kutipan di atas menggambarkan, bahwa dengan alasan

tertentu kaum brahmana ditunjuk sebagai pihak yang patut untuk bertanggung

jawab kerusuhan yang disebabkan oleh Ken Arok. Tetapi alasan yang menjadikan

kaum brahmana untuk bertanggung jawab, pada naskah drama dengan novelnya

bertentangan. Pada kutipan pertama naskah drama Ken Arok, menggambarkan,

bahwa adanya Ken Arok melakukan tindak kejahatan berupa merampok dan

memperkosa, tidak lain adalah dari ketidakmampuan kaum brahmana dalam

mendidik rakyat. Maka rakyat khususnya Ken Arok menjadi wajar apabila

melakukan kejahatan, karena ia dianggap tidak mendapatkan pendidikan yang

baik dan benar dari para pendeta di Kediri. Sedangkan pada novel Arok Dedes,

alasan kaum brahmana sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kerusuhan Ken

Arok tidaklah demikian.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

132

Ken Arok, dalam novelnya digambarkan sebagai seorang brahmana muda

yang melakukan pemberontakan kepada kerajaan dengan cara melakukan

penyamaran, dengan menyandang nama Borang. Ia memiliki kumis sekepal

dengan mengenakan kalung pada lehernya yang bergambar Hyang Durga

Mahisasuramardini. Penjelasan dalam kutipan; bahwa kemunculan perusuh (ken

Arok) dengan umur tigapuluh tahun, yang sudah menguasai Sansekerta dan

mengenal Atharwaweda. Itu menjadi hal yang sulit dipercaya, baik oleh tunggul

Ametung, Arya Artya maupun Belakangka. Terlebih mereka tidak pernah

mengenal dan tidak pernah ada seorang brahmana yang memiliki kumis sekepal.

Anggapan mereka, bahwa yang mengetahui kemunculan brahmana muda satu-

satunya adalah seseorang yang memiliki sebutan brahmana juga, yaitu Lohgawe.

Alasannya adalah; Lohgawe disebut-sebut sebagai seorang brahmana terkemuka,

terlebih ia sangat paham dengan murid-muridnya yang menyandang julukan

brahmana. Salah satunya brahmana muda dengan sebutan Borang itu. Itulah

alasan yang menjadikan kaum brahmana, khususnya Lohgawe harus bertanggung

jawab.

4. “Bango Samparan menjadi budak” tidak terdapat pada naskah drama Ken

Arok.

Berikut ini dijelaskan dalam kutipan, bahwa Bango Samparan telah

diperbudak dan Ken Arok berjanji akan membebaskannya.

“Mengapa kau menangis, Umang?” tegur Tanca, “bukankah kau

semestinya gembira bertemu dengan abangmu?”

Kaki Umang semakin menggigil, kemudian jatuh berlutut.

“Ampuni Aku, Umang, ayah sudah terburu diperbudakkan.”

Umang menjatuhkan badan di tanah dan menangis sejadi-jadinya.

“Bangun, kau, prajurit!” perintah Tanca.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

133

Tangis Umang menjadi keras.

“Umang!” panggil Arok, “bangun kau, dan dengar aku.”

Umang bangun, berdiri di hadapan Arok dan membuang muka.

“Dengarkan, aku bersumpah untuk membebaskan ayahmu” Dan

kepada yang lain-lain: “Siapa yang tidak sanggup membantu?

Kepungan orang itu melompat berdiri:

“Perintahkan! Perintahkan!”

“Kau dengar Umang? Semua temanmu sedia melakukan.”

“Dengan pemimpin, Arok, pimpinanmu sendiri.” (Toer, 2009:273-

274)”

Dalam novelnya digambarkan bahwa Ken Arok siap untuk membebaskan

Bango Samparan, ayah Ken Umang. Sebenarnya peristiwa ini tidak terlalu

mendukung konflik yang akan timbul kemudian. Namun tidak tanpa alasan,

pengarang memunculkan peristiwa diperbudakannya Bango Samparan dalam

novel Arok Dedes. Peristiwa ini berfungsi untuk menggambarkan karakter dari

Ken Arok yaitu memberikan informasi kepada pembaca, bahwa ken Arok adalah

seorang penyayang, ia perduli terhadap Umang. Seorang yang tahu balas budi,

terbukti ia masih ingin membebaskan ayah pungutnya dan juga Arok sebagai

seorang pemimpin yang tidak gentar, pemberani. Bertentangan pada naskah

dramanya, peristiwa diperbudaknya Bango Samparan tidak dimunculkan oleh

pengarangnya. Hal tersebut disebabkan pada naskah drama, cenderung lebih

terfokus pada inti cerita, dan tidak akan mengulur-ulur cerita seperti dalam novel.

Terlebih hal (peristiwa) itu tidak sepenuhnya mendukung dalam perkembangan

konflik, maka hal tersebut akan diabaikan. Seperti dalam novelnya, sebenarnya

peristiwa diperbudakannya Bango Samparan tidaklah mendukung konflik yang

akan timbul kemudian.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 101: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

134

5. “Terbunuhnya Ki Lembong” Tidak terdapat pada naskah drama Ken Arok.

Peristiwa ini tidaklah perlu dicantumkan pada naskah dramanya, seperti

halnya dengan peristiwa diperbudakkannya Bango Samparan pada novelnya,

karena tidak terlalu berpengaruh pada konflik yang akan timbul kemudian. Pada

naskah drama tidak digambarkan tentang kematian Ki Lembong, hanya penemuan

bayi Ken Arok oleh Ki Lembonglah yang digambarkan pada naskah dramanya.

Peristiwa “terbunuhnya Ki Lembong” pada novelnya, juga hanya digunakan oleh

Pramoedya untuk menjelaskan atau memberikan informasi kepada pembaca

tentang kebaikan Ken Arok dan tindak kejahatan dari Tumapel. Di gambarkan,

bahwa Ki Lembong sebagai ayah pungut dari Ken Arok telah dibunuh oleh

prajurit Tumapel, dan Ken Arok sebagai anak yang berbakti patutlah jika ia

membalaskan dendam atas kematian ayahnya. Hal tersebut sesuai dengan kutipan

berikut.

“Ampun, Mak, tidak, bukan prajurit Tumapel,” Ia dekati Nyi

Lembung, dan wanita itu menghindarinya.

“Mengapa, Mak?”

“Jangan sentuh aku.”

Tapi Arok telah membopongnya lagi, berbisik:

“Bukan prajurit Tumapel, Mak, bukan.”

“Bapakmu mereka bunuh di desa Kidal, Temu, tidak pernah

kembali lagi, sudah lima tahun berselang,” Ia mulai menangis lagi.

“Diam, Mak, aku sudah dengar. Inilah anakmu yang akan

membalaskan dendam brahmaputramu, Mak (Toer, 2009:286).”

6. Kedatangan Ken Arok ke Tumapel atas perintah Lohgawe

Dengan adanya kedatangan Ken Arok ke Tumapel, menjadi sumber utama

terjadinya atau timbulnya berbagai konflik, ia dapat bergerak sebebas-bebasnya

untuk dapat menggulingkan Akuwu Tunggul Ametung. Hal tersebut sama-sama

digambarkan, baik dalam naskah drama maupun dalam novelnya. Hanya saja

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 102: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

135

alasan mengapa Ken Arok oleh Lohgawe ditempatkan di Tumapel, antara

keduanya berlainan. Berikut ini dua buah kutipan pada naskah drama Ken Arok

yang menggambarkan alasan penempatan ken Arok di Tumapel.

Lohgawe : Kau tidak perlu pusing-pusing lagi kalua kau setuju jadi

pengawal pribadi Akuwu Tumapel.

Ken Arok : Bagi saya bukan imbalan kalau pasukan Kertajaya tidak

mengganggu. Gangguan itu tidak memusingkan saya. Saya

minta imbalan lain.

Lohgawe : Katakanlah.

Ken Arok : Satu: Bukan saya saja yang jadi pengawal tetapi semua anak

buah saya. Dua: Kerajaan tidak mengganggu kegiatan saya

disini.

Lohgawe : Seandainya imbalan itu disetujui, tidak akan ada lagi

gangguan terhadap rakyat Kediri.

Ken Arok : Dari anak buah saya, tidak.

Lohgawe : Baiklah, Anakku, kami akan membicarakannya dengan

Tunggul Ametung. Kami harus berangkat sekarang juga.

Sekali lagi, kau bersedia tidak mengganggu rakyat Kediri

dengan imbalan jadi pengawal pribadi Tunggul Ametung

(Saini KM, 1990:42-43).

Muncul Lohgawe, Tunggul Ametung, Kebo Ijo dan Utusan.

Tunggul Ametung : Kalau dia bertanya, kapan kita sedia menerimanya,

katakan setiap waktu.

Utusan : Baik, Akuwu (Menyembah. Pergi)

Lohgawe : (Kepada Mpu Pamor dan Mpu Sridhara) Setengah

tugas kita selesai. Tinggal kita berusaha mendidik

Ken Arok, menjinakkannya hingga ia benar-benar

jadi seorang manusia (Saini KM, 1990:49).

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa; Ken

Arok diperintahkan datang ke Tumapel untuk menjadi pengawal Tunggul

Ametung, dengan begitu maka kerusuhan dapat diredakan. Dengan kedatangan

Ken Arok ke Tumapel, dimaksudkan agar ia dapat bertanggung jawab atas

tugasnya menjadi pengawal Akuwu. Selanjutnya, digambarkan pada kutipan

kedua, setelah ia berada di Tumapel ia memiliki kawajiban untuk belajar dan

kaum brahmana sendiri yang akan mendidiknya. Diharapkan dengan mendidik

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 103: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

136

Ken Arok, maka ia akan bertaubat secara pelan-pelan menjadi manusia yang

hidup sewajarnya. Maka dengan dibawanya Ken Arok ke Tumapel, semata-mata

hanyalah untuk merubahnya agar menjadi manusia yang baik-baik, tidak seperti

sebelumnya; perampok, pemerkosa, pencuri, dan penjudi.

Sedangkan pada novel Arok Dedes, “keinginan kaum brahmana untuk

merubah Ken Arok, bahkan mendidiknya” bukanlah menjadi alasan dibawanya

Ken Arok ke Tumapel. Hal tersebut berbeda dengan penggambaran Pramoedya

dalam novelnya. Dalam novel justru sebaliknya, kaum brahmanalah yang

merencanakan kedatangan Ken Arok ke Tumapel, dengan tujuan menggulingkan

Akuwu Tunggul Ametung. Kaum brahmana percaya kepada Ken Arok, bahwa

hanya ia yang dapat tumbangkan Tunggul Ametung. Dengan kedatangannya di

Tumapel maka ia akan mendapatkan kepercayaan dari Akuwu. Meskipun harus

menghamba kepada Akuwu, semata-mata dilakukannya agar dengan bebas dapat

menggulingkannya. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Dalam kereta Arok baru mendengar maksud gurunya: ia hendak

dibawa menghadap Tunggul Ametung untuk meredakan kerusuhan di

bagian selatan negeri.

“Garudaku!” Bisik Lohgawe, “hanya kau yang dapat tumbangkan

Akuwu Tumapel. Hanya cara ini yang bisa ditempuh. Kau harus

mendapatkan kepercayaan dari Tunggul Ametung. Dengan kepercayaan

itu kau harus bisa menggulingkannya. Semua brahman di Tumapel, Kediri,

di seluruh pulau Jawa, akan menyokongmu. Dengan Tumapel di tanganmu

kau akan bisa hadapi Kediri. Demi Hyang mahadewa, kau pasti bisa.”

Arok terpesona oleh tugas yang datang secara mendadak itu. Dari

medan pertempuran ia harus pindah ke medan siasat.

“ Kau pasti bisa,” ulang Lohgawe mempengaruhi.

“Sahaya pasti bisa.”

“Pegang Tumapel dan hadapi Kediri”

“Pegang Tumapel dan hadapi Kediri, ya, Bapa Mahaguru (Toer,

200:6-7).”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 104: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

137

7. “Ken Dedes mencintai Ken Arok dan menyerahkan hidup dan mati Tunggul

Ametung kepadanya” tidak terdapat pada naskah drama Ken Arok.

Arok menerima tugas untuk meredakan kerusuhan di bagian selatan

negeri, dengan menjadi anak buah Tunggul Ametung. Dengan demikian, Arok

dapat memeasuki pakuwan Akuwu dengan sah. Dalam pada itu, ia bertemu

dengan Ken Dedes di Pakuwan. Arok terpesona oleh kecantikan Dedes. Dedes

juga mengagumi bahkan mencintai Arok. berikut kutipan yang menggambarkan

Ken Dedes jatuh hati kepada Ken Arok.

...Dengan jujur ia mengakui pada dirinya telah jatuh cinta pada

pemuda sudra tanpa darah Hindu setetes pun itu, yang demikian fasih

berbahasa ilmu para dewa...

Dialah yang patut jadi suamiku, pemegang kekuasaan atas Tumapel,

seorang brahmana yang akan dapat memuliakan cakrawati Hyang Syiwa.

Ia pejamkan mata, menikmati musik yang terdengar dalam Sansekerta

Arok (Toer, 200:340).

Ken Dedes menginginkan untuk bersanding dengan Ken Arok,

digambarkan bahwa hanya Ken Aroklah yang pantas menjadi suaminya,

seseorang yang dapat memuliakan Hyang Syiwa. Dedes juga mengambil peranan

tidak kecil untuk menggulingkan suaminya sendiri, Akuwu Tumapel. Maka dapat

dikatakan bahwa pemberontakan dan kudeta terhadap Tunggul Ametung

sebenarnya hasil kerjasama Arok dan Dedes. Berikut dijelaskan dalam kutipan.

“Katakan padaku, pada pihak siapa kau berada.”

“Sahaya ada di pihak para brahmana, pada pihak Kakanda.”

“Apakah hanya cukup dengan pemihakan?”

“Sahaya serahkan suami sahaya, hidup dan matinya pada Kakanda,”

ia menunduk,”semua yang dituntun oleh tangan Dang Hyang Lohgawe

pasti kebenaran yang tak dapat ditawar (Toer, 200:344).”

Peristiwa jatuh cintanya Ken Dedes kepada Ken Arok tidaklah

dicantumkan pada naskah dramanaya. Hal tersebut dikarenakan Saini KM

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 105: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

138

menggambarkan Ken Arok adalah seorang penjahat, apabila di hubungkan

dengan kehidupan sebenarnya tidak pantaslah anak seorang brahmana

menginginkan pernikahan dengan seorang yang jahat. Pada naskah dramanya pun,

dijelaskan bahwa Ken Dedes menjalankan pernikahan dengan Ken Arok dengan

keterpaksaan. Berikut penjelasan dalam kutipan.

Ken Arok : Hari ini saya bermaksud memperisteri Ken Dedes.

Ken Dedes : Oh!

Lohgawe : Tapi...

Ken Arok : Tidak ada tapi, Mamanda...(Lohgawe didorong untuk berdiri

di depan Ken Arok dan Ken Dedes. Ken Dedes akan bangkit,

akan tetapi dipegang oleh Ken Arok dan di dudukan kembali

tidak berdaya) (Saini KM, 10:6).

8. Ken Arok mendapat petuah dari Logawe, sehingga ia menginginkan jatuhnya

Tunggul Ametung.

Pada naskah drama dan novelnya, sama-sama digambarkan, bahwa atas

pertemuannya dengan Ken Dedes, membuat Ken Arok terpesona akan kecantikan

isteri Akuwu itu. Tiada mengelakan, tokoh Lohgawe mengungkapkan bahwa

dengan diperisterinya Ken Dedes maka ia akan menjadi raja. Baik pada naskah

drama maupun pada novelnya menggambarkan hal demikian, yang ada pada

kedua kutipan berikut.

Tinggal Lohgawe dan Ken Arok.

....

Ken Arok : Saya baru melihat betis seperti itu.

Lohgawe : Ken Dedes wanita luar biasa. Ia adalah wanita nareswari.

Siapa pun yang menikahinya akan menjadi raja (Tersenyum)

saya sudah mengatakan hal itu berulang-ulang kepada

Akuwu. Sekarang marilah kita lanjutkan pembicaraan kita.

Ken Arok : betisnya disebut Nareswari?

Lohgawe : eanita nareswari, Arok!

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 106: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

139

Ken Arok : Apakah hanya betisnya atau seluruhnya, tidak menjadi

maslah bagiku. Masalahnya bagaimana saya bisa

mendapatkan wanita nareswari itu (Saini KM, 10:54-55).

“Sahaya mengerti sepenuhnya, Bapa Mahaguru.”

“Mungkin kau lupa jatuhkan Tunggul Ametung seakan tidak

karena tangamu. Tangan orang lain harus melakukannya Dan orang itu

harus dihukum didepan umum berdasarkan bukti tak terbantahkan. Kau

mengambil jarak secukupnya dari peristiwa itu. Tanpa jatuhnya Tumapel

kita takkan bisa menghadapi Kediri. Tumapel adalah modal pertama,

Arok. Jangan kau lupa.”

Ia diam, memejamkan mata kemudian meneruskan:

“Segera setelah jatuhnya Tunggul Ametung, Belakangka akan

bertindak sebagai wakil Kediri. Ia akan menempatkan seseorang untuk

menjadi pengganti sementara. Itu tidak boleh. Dedes harus segera

memegang kekuasaan pengganti suaminya. Dia harus mampu

menjatuhkan hukuman bagi yang bersalah dan karunia bagi yang berjasa.

Kaulah harus jadi tempat ia menyandarkan diri.

...

“Hanya orang seperti kau yang berhak memiliki dia. Ingat, Arok,

dia berdarah Hindu. Bila ia memegang kekuasaan atas Tumapel adalah

sudah wajar menurut kebiasaan lama. Bukan kau. Dari perkawinanmu

dengannya saja syarat-syarat baru tersedia untukmu”

“Tiadakah Bapa Mahaguru menaruh banyak, kepercayaan pada

sahaya?”

“Kau hanya menjalani kehendak kaum brahmana” (Toer, 200:347-

348).”

Berdasarkan kedua kutipan tersebut, tampaknya Saini KM dan Pramoedya

Ananta Toer, tidak lain; bermaksud menggambarkan Lohgawe sebagai perantara

untuk Ken Arok jatuhkan Tunggul Ametung. Hanya saja munculanya ” Lohgawe”

dalam naskah dramanya berfungsi sebagai seorang yang berkewajiban

menyampaiakan hal-hal tertentu yang perlu Ken Arok ketahui. Maka apa yang

disampaikan oleh Lohgawe tentang “perempuan nareswari” seperti pada kutipan

pertama di atas, tampaknya hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan

kepada Ken Arok tentang hal itu. Terlebih Lohgawe pun tidak menginginkan Ken

Arok melakukan tindakan sesuai apa yang diucapkannya, karena itu berarti ia

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 107: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

140

segera merebut Ken Dedes dari tangan Akuwu. Akan tetapi Ken Arok tidak ingin

melewatkan kesempatan itu, ia benar-benar menginginkan Ken Dedes untuk

nantinya dapat menggantikan Tunggul Ametung.

Sama seperti pada naskah dramanya, pada novel Arok Dedes pun tokoh

Lohgawe telah menempati posisi penting dalam maksud Ken Arok jatuhkan

Tunggul Ametung. Kali ini ia bukan sebagai penghalang Ken Arok untuk

memiliki Ken Dedes, bahkan sebaliknya Ken Arok oleh Lohgawe dianggap sebagi

seorang yang pantas memiliki Ken Dedes. Lohgawe telah mendukung penuh

kepada Ken Arok untuk menguasai Tumapel, kemudian ke Kediri, karena itu telah

menjadi kehendak kaum brahmana. Di gambarkan pada kutipan kedua pada

novelnya, bahwa Lohgawe mengatakan; setelah jatuhnya Tunggul Ametung, Ken

Dedeslah yang harus memegang kekuasaan. Tetapi tidak menutup kemungkinan

dengan diperisterinya Ken Dedes, syarat Ken Arok untuk menjadi Akuwu akan

terpenuhi. Maka hal tersebut tidak jauh bebeda dengan yang ada pada naskah

dramanya, yang menjelaskan bahwa “siapa saja yang dapat menikahi Ken Dedes

ia akan menjadi seorang raja”.

Tapi tidak seperti pada naskah dramanya, bahwa Ken Arok menginginkan

Ken Dedes semata-mata hanyalah agar ia dapat menyandang gelar raja. Berbeda

dengan yang digambarkan oleh Pramoedya dalam novelnya, bahwa Ken Arok

memiliki kesempatan untuk mendapatkan Tumapel dan bersanding dengan Ken

Dedes tidak lain adalah kehendak kauam brahmana.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 108: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

141

9. “Hayam Lumang Celukan memfitnah Ken Arok” tidak terdapat pada naskah

drama Ken Arok.

Tokoh Hayam tidak dimunculkan dalam naskah drama Ken Arok, juga

tidak dimunculkannya tokoh lain sebagai penyebab timbulnya konflik sampingan

seperti tokoh Hayam dalam novelnya. Konflik pada naskah dramanya hampir

keseluruhannya ditampilkan oleh tokoh sentral, seperti; terbunuhnya Empu

gandring, fitnah terhadap Kebo Ijo, dan terbunuhnya Kertajaya. Keseluruhan

permasalahan tersebut ditimbulkan oleh Ken Arok. Sedangkan pada novelnya,

berhubung pada sebuah novel pengarang lebih leluasa mengulur-ulur cerita. Maka

menjadi hal wajar pada novel Arok Dedes terdapat beberapa konflik sampingan

dan salah satunya adalah dimunculkannya konflik Hayam Lumang Celukan yang

melakukan pemfitnahan kepada Ken Arok. Berikut kutipan yang menjelaskannya.

“Dia anggap dirinya Hyang Yama sendiri,” pekik Arok.

“Dengarkan suara brahmana palsu itu. Dengarkan aku, kalian, tak ada

brahmana menggunakan nama para dewa untuk kepentingannya sendiri,

kecuali brahmana palsu.” Dan ia memekik, “Hayam, singkirkan

brahmanamu ini, keluar kau, dan hadapi Arok. Jangan bersembunyi pada

tengkuk anak buah! Kau, penghasut, pemfitnah!”

Hayam tak juga keluar.

Arok memerintahkan satu regu untuk mengawasi jalan negeri, agar

tidak tersusul oleh tentara Tumapel.

“Dan kalian anak buah Hayam, jangan angkat senjatamu. Biar kita

semua selesaikan pertengkaran ini. Keluarkan pimpinamu, seorang warok

yang tidak dapat dipercaya mulutnya itu.”

“Lumatkan Arok!” perintah Arya Artya.

“Sama saja nilaimu dengan Hayam, brahmana! Dengan modal

fitnah dan hasut hendak dapatkan segala-galanya (Toer, 200:36).”

10. “Kebo Ijo menginginkan Ken Dedes ” tidak terdapat pada naskah drama Ken

Arok.

Tindakan “Kebo Ijo menginginkan” Ken Dedes sama halnya dengan

keinginan Ken Arok pada naskah dramanya. Sama-sama terpesona dengan

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 109: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

142

kecantikan Ken Dedes dan menginginkannya dengan cara menggulingkan

Tunggul Ametung. Kebo Ijo oleh Saini KM digambarkan sebagai seorang

pimpinan pengawal yang patuh terhadap Akuwunya, dan sama sekali tidak ada

keinginan untuk menginginkan Ken Dedes apalagi menjatuhkan Tunggul

Ametung. Lain halnya pada novel Arok Dedes, Pramoedya menggambarkan kebo

Ijo adalah seorang tamtama yang menginginkan permaisuri dan singgasana

Tumapel. Berikut dijelaskan dalam kutiapan.

Dan Kebo Ijo tak habis-habis heran melihat paramesywari

Tumapel memerlukan berhenti dan memberinya perintah menunggu terus

di Pura.

....

Ia mengimpikan diri menjungkirkan Tunggul Ametung, dan Dedes

mendampinginya (Toer, 200:407-408).

11. “Ken Arok tahu rencana busuk Mpu Gandring, Kebo Ijo, dan Belakangka”

tidak terdapat pada naskah drama Ken Arok.

Pramoedya memunculkan Empu Gandring, tokoh yang diceritakan

mempunyai pandai besi pembuat senjata, yang juga memiliki hasrat ingin

menguasai Tumapel. Dialah penghasut pertama agar para tamtama ingkar kepada

Tunggul Ametung dalam kemerosotannya. Empu Gandring sebagai pemimpin

dari para pemuda, tani dan Kebo Ijo, ia yang nantinya akan memetik buah

usahanya. Empu Gandring ingin keluar sebagai pemenang tanpa berkelahi, dan

demikian maka ia akan jadi pewaris Tunggul Ametung. Begitu juga dengan

Belakangka yang menginginkan agar Tunggul Ametung seorang sudra digantikan

oleh seorang satria, ia memperguanakan Kebo Ijo yang memiliki silsilah satria

untuk menyingkirkan Ken Arok.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 110: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

143

Hal yang sudah dipaparkan tersebut, tidaklah seperti yang digambarkan

pada naskah drama Ken Arok. Empu Gandring bukanlah seorang yang

menginginkan tumbangnya Tunggul Ametung, ia hanya seorang pandai besi

pembuat senjata. Begitu juga dengan Kebo Ijo, apabila dalam novelnya Kebo Ijo

adalah seorang yang dikendalikan oleh Empu Gandring untuk dapat singkirkan

Ken Arok dan Tunggul Ametung. Tetapi pada naskah dramanya Kebo Ijo justru

digambarkan sebagai korban dari Ken Arok, dengan keris Empu Gandring sebagai

penyebab utamanya.

12. Terbunuhnya Empu Gandring.

Saini KM dan Pramoedya dalam karyanya, sama-sama mencantumkan

peristiwa kematian seorang pandai besi bernama Empu Gandring. Hanya saja hal

yang melatar belakangi (cara) matiannya Empu Gandring , pada naskah drama

dan novel, berlainan. Berikut dijelaskan dalam kutipan.

Empu Gandring : Kau ini tidak sabar benar, Arok. Apakah kau akan

membunuh orang?

Ken Arok : Tidak, Empu (Menusukkan keris ke tubuh Empu

Gandring)

....

Tita : Mengapa kau bunuh orang tua ini?

Ken Arok : Ada tiga tujuan yang hendak kucapai. Pertama, aku tidak

usah membayar pada orang tua itu, yang lainnya kau

akan tahu kemudian....

Tita : Kau sungguh tak terduga, Arok (Saini KM, 10:5-60).

“Arok, kau telah tangkap Empu Gandring dan Yang Suci atas

perintah Yang Mulia Akuwu?”

“Benar.”

“Dimanakah mereka Sekarang?”

“Dalam Guci abu.”

“Jagad Dewa! Telah kau bunuh mereka.”

“Tidak. Kau yang membunuhnya. Mereka di dalam asramaku

waktu prajurit-prajuritmu kau perintahkan membakar asramaku.”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 111: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

144

“Mengapa mesti kau perbuat itu, kebo? Tiadakah kau mengerti

bagaimana prihatinku memikirkan semua ini? Engkau menambahi

keprihatinanku begini.”

“Ampun Yang Mulia, prajurit-prajurit dungu tidak berpikiran

begitu....”

“Tetapi kau yang memerintahkan. Mereka takkan berani

melakukannya tanpa perintahmu,” Paramesywari menekankan (Toer,

200:42).

Berdasarkan kedua kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kematian Empu Gandring yang digambarkan dalam naskah dramanya dan

novelnya, memiliki perbedaan yaitu pada cara yang dilakukan dan tempat

berlangsungnya pembunuhan.

Saini KM pada naskah dramanya menggambarkan pembunuhan terhadap

Empu Gandring, secara langsung dilakukan oleh Ken Arok. Awalnya hanya

berpura-pura melihat keris buatan Empu itu, kemudian Ken Arok menancapkan

keris ke tubuh Empu gandring. Pikirannya sangat licik, ia melakuakan hal

tersebut untuk tujuan tetentu. Lain halnya pembunuhan Empu Gandring yang

digambarkan oleh Pramoedya Ananta Toer. Dalam novelnya, Empu Gandring

mati terbakar di dalam asrama Ken Arok. Kebo Ijo bermaksud membakar asrama

Ken Arok dengan anggapan Ken Arok pun akan menjadi abu di dalamnya. Tetapi

tidak demikian, Ken Arok semula sudah mengetahui rencana busuk Kebo Ijo,

maka Empu Gandring yang berhasil dibawa ke Tumapel dan ditempatkan di

asrama Arok pun menjadi korban dari perbuatan Kebo

13. Akuwu mati terbunuh, Kebo Ijo menjadi tersangka.

Ken Arok melakukan rencana pembunuhan terhadap Akuwu secara

bertahap. Baik pada naskah drama maupun novelnya, Ken Arok melakukan

pembunuhan dengan sangat rapi, sehingga seolah bukan Ken Arok yang

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 112: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

145

membunuh Sang Akuwu. Saini KM menggambarkan rencana Ken Arok untuk

memunuh Akuwu adalah dengan cara memberikan keris miliknya kepada Kebo

Ijo. Ia berpura-pura bersikap manis, seakan-akan ia merelakan keris

kepunyaannya dihadiahkan kepada seorang yang akan dikambing hitamkan dalam

rencananya membunuh Akuwu. Peristiwa yang terjadi adalah; Ken Arok berpura-

pura menyuruh Kebo Ijo untuk beristirahat dari penjagaan, dan Ken Arok

mengatakan bahwa ia sanggup untuk menggantikan penjagaan Tumapel. Saat

Kebo Ijo sedang terlelap, Ken Arok menjalankan rencananya. Hingga waktunya

tiba, Ken Arok memberikan pengumuman bahwa Akuwu sudah terbunuh oleh

keris yang sedang ia bawa, yaitu keris miliknya yang ia berikan kepada Kebo Ijo.

Logisnya berarti pada saat Kebo Ijo sedang terlelap tidur, Ken Arok tanpa

sepengetahuan Kebo Ijo telah mengambil keris itu darinya. Hingga seakan-akan

pembunuhan Akuwu adalah perbuatan Kebo Ijo. Berikut penjelasan dalam

kutipan.

Kebo Ijo : Kakanda baik sekali kepada saya.

Ken Arok : Kalau kau mau balas budi, cepatlah tidur.

Kebo Ijo : Ah, kakanda. Baiklah kalau Kakanda sudah siap berjaga,

kami akan tidur sekarang. Mari kawan-kawan, mari Tita

(mereka pergi).

Ken Arok : selamat tidur, semoga pulas, Kebo Ijo.

Kebo Ijo : (Tertawa) Selamat jaga! (Pergi, Ken Arok memberi isyarat

kepada Tita).

....

Adegan 8

Muncul Ken Arok dari gerbang diiringkan oleh Tita. Ken Arok memegang

keris Mpu Gandring yang berdarah.

Ken Arok : Akuwu Tunggul Ametung tewas dibunuh orang. Pasti orang

dalam. Sekitar Pakuwon dijaga ketat. Ini keris

pembunuhnya. Siapa yang kenal dengan keris ini? Keris siapa

ini?

Prajurit : Keris Kebo Ijo! Itu keris Kebo Ijo!

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 113: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

146

Ken Arok : Panggil Kebo Ijo. Paksa bawa kesini (Prajurit berlarian)

(Saini KM, 10:66).

Sementara itu, Pramoedya memunculkan peristiwa pembunuhan Akuwu

yang seakan-akan dilakukan oleh Kebo Ijo, bukanlah demikian seperti pada

naskah dramanya. Arok merencanakan menggulingkan Akuwu, dan ia

mempergunakan segala sesuatu yang berguna baginya. Akuwu dibius Dedes

dengan arahan dari Ken Arok. Kebo Ijo yang akhirnya membunuh Tunggul

Ametung, dengan perkataan yang tepat, Arok membuat Kebo Ijo melakukan

pembunuhan itu, dan Dedes membiarkannya. Dengan demikian Kebo Ijo dituduh

membunuh Akuwu yang sedang mabuk. Pramoedya menggambarkan dalam

novelnya, bahwa Kebo Ijo memang mengaku telah menancapkan pedang pada

tubuh Akuwu, tetapi ia melakukannya hanya sekali. Sedangkan pada tubuh

Akuwu terdapat bekas pukulan pedang sebanyak tiga kali, dan Kebo Ijo tidak

merasa telah memukulkan pedangnya sejumlah itu. Berikut oleh Pramoedya

digambarkan dalam kutipan.

“Kakanda! Kakanda! Tangis Dedes, membungkuki suaminya.”

“Berapa kali kau pukulkan pedangmu” desak Arok.

“Hanya sekali, pada perutnya.”

Arok melangkah cepat ke arah Tunggul Ametung, membungkuk

sebentar, merabanya sedikit, kembali kepada Kbo Ijo:

“Penipu, pembunuh. Paling tidak tiga kali kau memedang.

Badannya masih hangat, jari-jarinya masih bergerak. Tak ada orang lain

masuk kecuali kau!” ia menuding ke arah pintu Taman Larangan. Dan

disana tombak-tombak menyirngai tanpa nampak prajurit-prajurit yang

memeganginya. “Hanya kau!”

“Sahaya hanya sekali memedang, sungguh mati, pada peritnya

(Toer, 200:525).”

Berdasarkan kutipan tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa terdapat

seseorang yang telah memedang tubuh Tunggul Ametung sebanyak dua kali

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 114: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

147

sebelum Kebo Ijo memedang pada bagian perutnya. Maka, satu-satunya orang

yang berani dan sudah merencanakan hal tersebut adalah Ken Arok.

14. “Terbunuhnya Kertajaya” tidak terdapat pada novel Arok Dedes.

Dijelaskan pada kutipan berikut.

....

Kertajaya : (Berjalan ke arah singgasana, tertegun) Tak ada tempat

lain untuk mengungsi, selain Dewalaya. (Menusuk

dadanya dengan keris).

Aditya/Narayana : Gusti! (Kertajaya tewas. Black Out) (Saini KM, 10:76).

Peristiwa terbunuhnya Kertajaya seperti pada kutipan di atas, tidak

terdapat pada novelnya. Pramoedya hanya menggambarkan keberanian Ken Arok

tentang janjiannya terhadap rakyat. Ia menyatakan, bahwa akan melakukan

penyerangan kepada Kediri, apabila Sri Baginda Kertajaya tidak menyukai dan

mengirimkan balatentaranya untuk menyerang.

15. “Terbongkarnya kebusukan Belakangka,” tidak terdapat pada naskah drama

Ken Arok.”

Ken Arok pada novel Arok Dedes, setelah kemenangannya menjatuhkan

Tunggul Ametung, kemudian disusul dengan peristiwa pengakuan Keo Ijo tentang

kebusukan yang dilakukan oleh Yang Suci Belakangka. Dapat dikatakan bahwa

peristiwa yang digambarkan oleh pramoedya ini merupakan konflik puncak yang

mendekati penyelesaian. Pada peristiwa ini pembaca dibawa kepada hal yang

menegangkan. Belakangka selalu mengelak dan memojokkan Ke Arok bahwa

Ken Aroklah dalang dari permasalahan di Tumapel. Belakangka bukannya

semakin kuat tetapi ia semakin melemah, ketika Kebo Ijo menyatakan tentang

kebusukan Yang Suci. Bahwa lewat Kebo Ijolah, Belakangka berencana

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 115: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

148

menyingkirkan Ken Arok juga Dang Hyang Lohgawe. Berikut digamabrkan

dalam kutipan.

“Jangan jatuhkan dulu hukuman atas mereka, Yang Mulia. Mereka belum lagi bicara tentang kesertaan Belakangka dalam perkara ini.” Pada anak buahnya: “Bawa kemari Yang Suci Belakangka.”

Kebo Ijo gemetar menjadi-jadi. Belakangka berdiri di hadapan Arok. Jubahnya telah lusuh dan

destarnya agak miring. Ia bersidekap mempertahankan kemuliannya. Tak ada tongkat padanya.

“Nah, katakan, kau, Kebo Ijo, apa perintah yang kau terima dari Yang Suci.” “Menumpas Arok,” jawabnya. “Mengapa tak kau lakukan? Baik, kau tak mau menjawab. Jadi Yang Suci jelas hendak menumpas aku dan pasukanku. Dengan bantuan pasukan kuda pun kau tak lakukan itu. Yang Suci, Yang Suci telah dengar sendiri.” Si penipu! Desau Belakangka pelahan. “Demi hidup dan demi mati,” susul Kebo Ijo, “dan memerintahkan juga menumpas Dang Hyang Lohagawe (Toer, 200:530-5).”

16. Pada tahap penyelesaian; pada naskah drama “Ken Arok mati dan

berkuasanya Anusapati di Singasari” sedangkan pada novelnya “Ken Arok

menang dan menjadi Akuwu Tumapel.”

Tahap penyelesaian pada naskah drama Ken Arok sangat bertentangan

dengan novel Arok Dedes. Hal ini dikarenakan pada keduanya memiliki peristiwa

atau konflik yang berbeda pula, maka pada tahap ini pun peristiwa disesuaikan

dengan tahap atau cerita sebelumnya.

Pada naskah dramanya, Saini KM menggambarkan Ken Arok adalah

seorang yang jahat, menggulingkan Akuwu hanya untuk kepentingan pribadinya.

Akhirnya menjadi raja, tapi keberadaannya semakin membuat resah warga. Maka

pada tahap penyelesaian, kemenangan didapat oleh Anusapati yang telah

menjatuhkan Ken Arok. Saini KM menggambarkan tahap penyelesain diawali

dengan kedatangan orang desa Batil kepada Anusapati yang melaporkan bentuk

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 116: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

149

dari kejahatan Ken Arok. Disusul dengan peristiwa kedatangan Anusapati ke

Singasari terjadilah peristiwa pembunuhan terhadap ken Arok.

Sementara Pramoedya dalam novelnya, menggambarkan Ken Arok adalah

pejuang yang membela rakyat, sudah sepantasnya ia mendapatkan gelar Akuwu

menggantikan Tunggul Ametung. Hanya ialah yang dapat memimpin para rakyat

dan berani melawan Kediri. Itulah kehendak kaum brahaman. Pada tahap

penyelesaian ini, kesempatan Pramoedya untuk mengendorkan suasana. Peristiwa

digambarkan sebagai akhir dari permasalahan, yaitu penyaksian mayat Tunggul

Ametung oleh pendukung Arok dan rakyat umumnya. Kemudian disusul dengan

peristiwa yang sifatnya menyenangkan antara lain; dihapuskannya perbudakan,

Arok mengetahui Umang mengandung dan Arok memiliki dua isteri. Itulah

menjadi gambaran kemenangan Ken Arok , dalam novel Arok Dedes.

4. Pengaluran pada Naskah Drama Ken Arok dan Novel Arok Dedes

Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu

Berdasarkan kriteria urutan waktu plot (alur) dibedakan menjadi tiga, yaitu

plot lurus (progresif), plot sorot-balik (fals-back) dan plot campuran. Apabila

dilihat dari berbagai plot tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita

pada naskah drama Ken Arok memiliki alur lurus, sedangkan pada novel Arok

Dedes menggunakan alur campuran.

Saini KM pada naskah drama Ken Arok, telah menggunakan alur lurus,

karena peristiwa-peristiwa yang ditampilkan bersifat kronologis, keterbatasan

karena peristiwa harus dipentaskan, maka penggarapan terhadap peristiwa atau

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 117: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

150

bahkan waktu pun harus bersifat kronologis, ada semacam ketentuan mana yang

harus didahulukan dan mana yang memang harus dikemudiankan. Naskah drama

Ken Arok memiliki cerita yang runtut dari tahap awal hingga ke tahap akhir. Ken

Arok membuat kerusuhan yang menimbulkan pihak kerajaan resah dan berusaha

untuk menangkapnya, namun Ken Arok penjahat yang luar biasa menangkap atau

membunuhnya menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Gagalnya penangkapan

terhadap Ken Arok membuat Kertajaya marah dan memerintahkan kepada kaum

brahmana untuk berusaha mendidiknya menjadi orang yang baik-baik, maka

dikirimkanlah Ken Arok ke Tumapel untuk menjadi prajurit dan menerima

pendidikan sekaligus. Kedatangan Ken Arok ke Tumapel telah membuatnya jatuh

hati kepada Ken Dedes, ingin ia miliki perempuan cantik itu, hingga akhirnya

menggulingkan Tunggul Ametung manjadi tujuan utamanya. Perencanaan

pembunuhan terhadap Tunggul Ametung tersusun rapi, hingga kemenangan

didapat pula oleh Ken Arok. Terbunuhnya Tunggul Ametung telah

menjadikannya Akuwu dan mengganti nama Tumapel menjadi Singasari. Hingga

pada tahap penyelesaian pengarang memunculkan tokoh Anusapati, setelah

delapan belas tahun Ken Arok menjadi raja Anusapati tumbuh dewasa, ia yang

akhirnya menggulingkan Ken Arok dan menjadi penguasa Singasari.

Pramoedya menggunakan cara (plot) campuran untuk menceritakan latar

belakang Arok dan Dedes dalam novel ini. Pada tahap awal penceritaaan

Pramoedya menggambarkan tokoh Ken Dedes sebagai gadis desa yang sedang

dirundung kesedihan. Ia dinikahi tanpa restu dari orang tuanya. Hingga sudah

waktunya selama empat puluh hari sebagai hari selesainya wadad pengantin.

Pramoedya menggambarkan pula dalam novelnya tentang kemunculan Ken Arok

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 118: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

151

yang menyamar menjadi Borang, ia mengakui telah menentang Tumapel dan

Kertajaya. Ken Arok menjadi murid Lohgawe, setelah ia menempuh pendidikan

pada Tantripala. Di sinilah terjadi adanya penceritaan ulang Ken Arok pada masa

kecilnya. Ia membaca rontal dari Tantripala.

Temu (nama kecil; Ken Arok) ditemukan Ki Lembong sebagai bayi yang

dibuang pada tengah malam oleh orang tuanya di gerbang sebuah pura desa

Randualas. Menginjak usia enam tahun, ia sudah terbiasa bergaul dengan kerbau,

menggembalakan hingga memandikannya. Memasuki umur sepuluh tahun ia

mulai membantu bertani, tempat penggembalaan menjadi medan bermain

untuknya. Pramoedya menggambarkan bahwa kegesitan, kekuatan, kecerdasan

dan kekukuhan telah melekat pada dirinya, memimpin juga menjadi hal yang

sudah bisa ia lakukan.

Temu dilukiskan Pramoedya sebagai seorang pemuda yang dapat

memihak kepada orang yang teraniaya. Dalam pengembaraannya untuk pertama

kali, ia melihat seorang prajurit Tumapel memasuki rumah penduduk dan

merampas kambingnya. Seorang bocah menangisi binatang kesayangannya itu.

Hatinya memberontak melihat perampasan itu. Ia mendapatkan kebahagiaan

dengan perbuatan itu. Juga dalam sekali peristiwa, ia melihat empat orang prajurit

menyeret seorang gadis, dibawa masuk kedalam hutan. Ia mengerahkan semua

temannya dan mengikuti prajurit-prajurit itu, mengganggu mereka, sehingga

terpaksa melepaskan korban mereka.

Pada suatu hari Temu dan anak-anak desa Randualas menyerang kereta

Tumapel yang membawa upeti emas. Tetapi penyerangan itu tidak berhasil. Maka

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 119: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

152

anak-anak terpaksa buyar melarikan diri, melalui jalan-jalan yang tidak dapat

ditempuh oleh kuda. Mereka dikejar pasukan Tumapel. Temu memasuki desa

Karangksetra. Napasnya sudah hampir putus waktu ia tiba di sebuah ladang. Lima

orang bapak-beranak dilihatnya sedang mencangkul. Prajurit-prajurit Tumapel

bersorak menyuruh penduduk membantu menangkapanya. Memasuki desa itu,

Temu pasti tertangkap bila mereka dibantu beramai-ramai. Temu melihat sebatang

pacul yang tergeletak tidak digunakan. Cepat ia mengambilnya dan mulai ia ikut

mencangkul. Suara sorak prajurit semakin mendekat. Bapak dan empat orang

anaknya memperhatikannya, mengerti apa yang sedang terjadi, dan meneruskan

pekerjaan mereka seakan-akan tiada terjadi sesuatu. Sejak itu Temu diambil oleh

orang tua yang bersamanya, sebagai anak pungutnya Ki Bango samparan. Ayah

angkat ini sangat menyayanginya. Bertahun-tahun Temu tinggal dengan keluarga

itu. Setiap hari ia bekerja dengan saudara-saudaranya.

Tiga tahun kemudian Temu meninggalkan ayah angkatnya, karena

saudara-saudaranya, kecuali Umang, cemburu pada kasih bapak mereka kepada

Temu, seorang pendatang yang tidak menentu asalnya. Ki Bango samparan

mengirim Temu kepada Bapa Tantripala di desa Kapundungan yang merupakan

guru pertama baginya. Tantripala merupakan seorang Budha yang tidak mau

mengakui kebudhaannya. Tantripala mengajarkan cipta dan karsa dalam

ekagrata. Dia terpaku melihat kecerdasan muridnya. Sebenarnya dia memerlukan

tiga tahun untuk melaksanakannya. Tetapi, Temu berhasil melaksanakannya

hanya dalam seminggu. Tantripala tidak berani memimpinnya lebih lanjut untuk

menjadi mahasiddha (orang sakti). Tanggung jawabnya sebagai guru terlalu berat.

Tantripala menjelaskan padanya, bahwa ia sudah melewati pendidikan cantrik,

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 120: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

153

mangayu, jejanggan, uluguntung. Dia sudah sampai pada tingkat cikil, tingkat

kelima dalam tata pendidikan. Di atasnya masih ada tiga tingkat lagi: wasi, resi

dan bagawan. Maka, Temu dikirikannya kepada Dang Hyang Lohgawe, guru yang

kedua bagi Arok. Meneruskan belajar pada Dang Hyang Lohgawe berarti ia akan

mencapai tingkat wasi. Temu menimba ilmu dari guru yang keduanya, Dang

Hyang Lohgawe. Temu menerima nama Arok daripadanya, karena dia dianggap

sebagai harapan bagi semua brahmana.

Penceritaan hal yang seharusnya sudah berlalu, juga digambarkan pada

tokoh Ken Dedes. Sudah berhari-hari ia termenung di Tumapel menjadi seorang

isteri Akuwu. Namun bukanlah kebahagiaan yang ia dapatkan. Hingga pada suatu

siang ia mengingat kejadian ketika ia diculik oleh Tunggul Ametung dirumahnya.

Diceritakan bahwa; Sore hari Mpu purwa ayah Ken Dedes berpamitan untuk pergi

dalam waktu yang agak lama. Ia ditinggal dirumah bersama bujang-bujang dan

wanita. Malam harinya ia mendengar kabar bahwa esok hari di desanya akan

kedatangan rombongan Sang Akuwu, dan semua warga harus hadir. Ia adalah

seorang yang tak mau dan tak sudi menyembah seorang Akuwu yang belum patut

mendapatkan penghormatannya. Tibalah pagi itu, Ken Dedes turun ke pancuran

berniat untuk menghindarkan diri dari rombongan Akuwu. Sambil menghafal

sepuluh syair dan bermain dengan curah air dari pancuran bambu. Datanglah

seorang bujang kepadanya memberitahukan bahwa rombongan Akuwu sudah

pergi. Ken Dedes berniat untuk kembali pulang, ia melewati lereng bukit,

menyebrangi padang. Sampai ditepi hutan ia terengah-engah, berhenti untuk

memeriksa keliling. Ia merasa aman, tetapi tidak diduganya seekor kuda telah

berdiri tegak didepannya dengan penunggang yang setengah baya. Dedes tahu

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 121: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

154

itulah Tunggul Ametung. Secara paksa lalu dibopongnya Dedes menunggang

kuda, hingga sampai di Tumapel.

C. Persamaan dan Pertentangan Pelataran antara Naskah Drama Ken Arok

Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya Pramoedya Ananta

Toer.

Penggambaran latar pada naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes,

secara umum sebenarnya sama karena kedua karya tersebut mengisahkan

kehidupan Ken Arok, yang dalam penggambarannya peristiwa-peristiwa yang

berlangsung tersebut berada di wilayah Tumapel. Akan tetapi apabila dilihat

secara detail, akan tampak perbedaan latar, khususnya latar tempat, latar waktu

dan latar sosial, yang akan memperjelas keadaan. Berikut pemaparannya.

1. Persamaan dan Pertentangan Latar tempat

Terdapat persamaan dan pertentangan yang menunjukkan latar (setting)

tempat, pada naskah drama Ken Arok dengan novel Arok Dedes. Berikut

dijelaskan dalam tabel.

Tabel 10

Persamaan dan pertentangan latar tempat peristiwa pada naskah drama Ken Arok

dengan novel Arok Dedes

No. Latar Tempat Persamaan Pertentangan

Naskah Drama Novel

1. Kediri Kerajaan yang

dipimpin oleh

Prabu Kertajaya

- -

2. Tumapel Kerajaan di

bawah

pemerintahan

Kediri yang

dipimpin oleh

- -

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 122: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

155

seorang Akuwu;

Tunggul

Ametung

3. Pabrik atau

bengkel Empu

Gandring

-

Di Lulumbang Di selatan

Kutaraja

4. Tempat bayi

Ken Arok

ditemukan oleh

Ki Lembong

-

Di kuburan Di gerbang

sebuah pura desa

5. Desa

Kapundungan -

Tempat Ken

Arok melakukan

kejahatan

Kediaman

Tantripala

6. Kediaman Ki

Lembong -

Desa Pangkur Randu Alas

7. Kediaman

Bango

Samparan

-

Gunung Lejar Karangksetra

8. Kediaman

Lohgawe -

Jambudwipa Desa Pangkur

9. Kediaman Mpu

Purwa -

Panawijen Panawijil

10. Tempat matinya

Empu Gandring -

Di

kediamannya;

bengkel besi

Empu Gandring

Asrama Ken Arok

di Tumapel

11. Tempat

bertemunya

pertama kali

Ken Arok

dengan Ken

Dedes

Di Taman

Baboji

Depan pintu

gerbang belakang

pakuwan

a. Kerajaan Kediri

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “Kediri” pada naskah

drama Ken Arok.

Di Keraton Kediri, siang hari.

Raja Kertajaya dihadap para menteri, pendeta kerajaan, di antara Mpu

Pamor dan Mpu sridhara, kedua panglima, yaitu Mahisa Walungan dan

Gubar Baleman (Saini KM,10:18).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 123: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

156

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “Kediri” pada pada

novel Arok Dedes.

Tunggul Ametung hanya seorang penjahat dan pendekar yang

diangkat untuk jabatan oleh Sri Kertajaya untuk menjamin arus upeti ke

Kediri (Toer, 200:3).

b. Tumapel

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “Tumapel” pada naskah

drama Ken Arok.

Lohgawe : Sekarang tentang Tunggul Ametung.

Mpu sridhara : Akuwu Tumapel ini orang baik-baik...(Saini KM,10:)

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “Kediri” pada pada

novel Arok Dedes.

Dan siang itu Tunggul Ametung, tidak menjenguknya. Sore hari

juga tidak. Kemudian ia mengetahui: suaminya telah meninggalkan

tumapel langsung menjuju ke Kediri (Toer, 200:123).

c. Kediaman Empu Gandring

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Empu

Gandring” pada naskah drama Ken Arok.

Di Lulumbang, di bengkel pandai besi Mpu gandring. Siang.

Mpu Gandring sedang bekerja di bengkelnya. Muncul Ken Arok Dengan

Tita (Saini KM, 1990:57).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Empu

Gandring” pada pada novel Arok Dedes.

Mereka berpisahan. Rombongan besar berjalan seorang-seorang ke

berbagai jurusan. Arok dan Hayam langsung menuju ke selatan Kutaraja.

....

Anjing itu menggonggong gila waktu Hayam dan Arok

menghampiri rumah itu (Toer, 2009:2).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 124: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

157

d. Tempat ditemukannya bayi Ken Arok oleh Ki Lembong

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “ditemukannya bayi

Ken Arok oleh Ki Lembong” pada naskah drama Ken Arok.

Empu Sridhara : Asal-usul Ken Arok tidak karuan Maharesi. Sebagai

bayi ia ditemukan di kuburan lalu dipungut sebagai

anak oleh Ki Lembong, orang desa Pangkur...(Saini

KM, 1990:30).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “ditemukannya bayi

Ken Arok oleh Ki Lembong” pada pada novel Arok Dedes.

Ki Lembung! Dialah orang pertama-tama di dunia ini yang ia kenal

sebagai pengasihnya. Menurut ceritanya, dialah yang menemukan dirinya

sebagai bayi, dibuang oleh orangtuanya di gerbang sebuah pura desa.

Tengah malam (Toer, 2009:91).

e. Kapundungan

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “Kapundungan” pada

naskah drama Ken Arok.

....

Ken Arok : Tapi kalau berjudi aku sering kalah. Kau kadang-kadang

menang.

Tita : Itu tidak penting, bukan! Uangmu kembali karena waktu

pulang pemenangnya kau rampok.

Ken Arok : Kalah itu tak enak.

Tita : Pantas.

Ken Arok : Pantas apa?

Tita : Waktu penyadap di Kapundungan hampir mencelakakan

kau, kau perkosa anak gadisnya.

Ken Arok : Gadis itu cantik.

Tita : Kau bajingan (Saini KM, 1990:64).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “Kapundungan” pada

pada novel Arok Dedes.

Sejak pertama kali ia tahu Bapa Tantripala jatuh kasih kepadanya.

Mata itu! Ia sering dengar guru itu menyebut. Juga Bango Samparan kasih

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 125: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

158

padanya sejak pandang pertama karena matanya. Untuk pertama kali pula

dalam hidupnya di Kapundungan...(Toer, 2009:84).

f. Kediaman Ki Lembong

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Ki

Lembong” pada naskah drama Ken Arok.

Empu Sridhara : Asal-usul Ken Arok tidak karuan Maharesi. Sebagai

bayi ia ditemukan di kuburan lalu dipungut sebagai

anak oleh Ki Lembong, orang desa Pangkur...(Saini

KM, 1990:30).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Ki

Lembung” pada pada novel Arok Dedes.

Menjelang pagi mereka telah mengepung Randu Alas yang

terpencil di dalam hutan. Desa kecil itu telah padat dengan gubuk-gubuk

para pelarian dari Tumapel....

Rumah Ki Lembong kini berada di tengah-tengah desa. Arok maju

tanpa ragu-ragu ke rumah, kemudian berbalik memeriksa kandang ( Toer,

2009:284).

g. Kediaman Bango Samparan

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Bango

Samparan” pada naskah drama Ken Arok.

Di dalam hutan di daerah Gunung Lejar. Waktu, sembarang.

Adegan I

Pentas tampak sibuk. Di bagian depan orang-orang yang minum tuak.

Ada yang mabuk, setengah mabuk dan segala macam tingkahnya. Bagian

tengah orang-orang menari dengan ronggeng merangkap pelacur. Di

bagian belakang orang-orang berjudi. Muncul pembawa berita.

Pembawa Berita : Paman Bango Samparan mana?

Seseorang : Di dalam!

Pembawa Berita : Katakan ada tamu! (Saini KM, 1990:38).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Bango

Samparan” pada pada novel Arok Dedes.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 126: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

159

Setelah menerima kumisnya ia berjalan bergegas seorang diri

melalui perladangan, menghindari Kutaraja, menuju ke utara. Ia tidak

singgah di Pangkur atau pun Kapundungan. Tujuan sementara ini hanya

satu: Karangksetra, keluarga Bango samparan (Toer, 2009:270).

h. Kediman Lohgawe

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Lohgawe”

pada naskah drama Ken Arok.

Empu sridhara : Kita akan mengirim utusan ke Jambudwipa. Kita mohon

Mamanda Lohgawe sudi berkunjung ke Bumi Jawa.

Sekarang marilah kita tinggalkan tempat ini (Mereka

pergi dengan pendeta-pendeta lain) (Saini KM,

1990:24).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Lohgawe”

pada pada novel Arok Dedes.

Jauh sebelum iring-iringan telah berjalan lebih dahulu pasukan yang

membersihkan jalanan dan sekitarnya dari para perusuh. Seorang peseru

mewartakan keberangkatan Paramesywari ke Pangkur untuk sowan Dang

Hyang Lohgawe (Toer, 2009:250).

i. Kediaman Mpu Purwa

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Mpu Purwa”

pada naskah drama Ken Arok.

Empu Sridhara : Akuwu Tumapel ini orang baik-baik. Sudah barang tentu

sebagai manusia ia punya kelemahan. Isterinya Ken

Dedes tidak dinikahinya secara wajar. Tunggul Ametung

menculiknya dari tempat ayahnya di Panawijen. (Saini

KM, 1990:32).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “kediaman Mpu Purwa”

pada pada novel Arok Dedes.

“Dedes, Tanca, anak Empu Purwa. Diculik dari desanya di Panawijil.”

“Semua sudah dengar”

“waktu Empu Purwa bersama kami.”

“Ya.”

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 127: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

160

“Anak brahmana keturunan. Tentunya cantik (Toer, 2009:282).”

j. Tempat matinya Empu Gandring

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “matinya Empu

Gandring” pada naskah drama Ken Arok.

Di Lulumbang, di bengkel pandai besi Mpu Gandring.

....

Empu Gandring : Kau ini tidak sabar benar, Arok. Apakah kau akan

membunuh orang?

Ken Arok : Tidak, Empu (Menusukkan keris ke tubuh Empu

Gandring)

....

Tita : Mengapoa kau bunuh orang tua ini?

Ken Arok : Ada tiga tujuan yang hendak kucapai. Pertama, aku

tidak usah membayar pada orang tua itu, yang lainnya

kau akan tahu kemudian....

Tita : Kau sungguh tak terduga, Arok (saini KM, 1990:57-

60).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “matinya Empu

Gandring” pada pada novel Arok Dedes.

“Arok, kau telah tangkap Empu Gandring dan Yang Suci atas

perintah Yang Mulia Akuwu?”

“Benar.”

“Dimanakah mereka Sekarang?”

“Dalam Guci abu.”

“Jagad Dewa! Telah kau bunuh mereka.”

“Tidak. Kau yang membunuhnya. Mereka di dalam asramaku

waktu prajurit-prajuritmu kau perintahkan membakar asramaku.”(Toer,

2009:492).

k. Tempat pertama kalinya Ken Arok bertemu dengan Ken Dedes

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “pertama kalinya Ken

Arok bertemu dengan Ken Dedes.” pada naskah drama Ken Arok.

Di taman Baboji.

....

Lohgawe : Mereka sudah daptang. Kita lanjutkan pembicaraan lain kali,

anakku.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 128: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

161

Ken Arok : Baik, Mamanda. (Tunggul Ametung turun dan muncul

dari kereta. Ia mengulurkan tangannya, membantu Ken

Dedes, Ken Dedes turun, betisnya terbuka dan Ken Arok

melihatnya dengan terpesona) (Saini KM, 1990:53).

Berikut keterangan yang menunjukan latar tempat “pertama kalinya Ken

Arok bertemu dengan Ken Dedes.” pada novel Arok Dedes.

Dalam iringan dua orang ia melakukan jalan. Tandu itu berhenti di

depan pintu gerbang belakang pakuwan. Ia berhenti memberi hormat dan

menggendikkan pangkal tombak pada bumi.

Parameswari turun dari tandu. Ia terpesona oleh kecantikannya.

Kulitnya gading. Angin meniup dan kulitnya tersingkap memperlihatkan

pahanya yang seperti pualam. Arok mengangkat muka dan menatap Dedes

(Toer, 2009:330).

2. Persamaan dan Pertentangan Latar waktu

Adapun persamaan dan pertentangan latar waktu pada naskah drama Ken

Arok dengan novel Arok Dedes. Berikut dijelaskan dalam tabel.

Tabel 11

Persamaan dan pertentangan latar waktu peristiwa pada naskah drama Ken Arok

dengan novel Arok Dedes

No. Peristiwa Persamaan

Pertentangan

Naskah

Drama Novel

1. Permintaan penambahan

prajurit untuk dapat

meredakan kerusuhan yang

dilakukan oleh Ken Arok

Siang - -

2. Kedatangan Lohgawe ke

Tumapel - Siang

Satu

minggu

yang akan

datang

3. Ken Arok mendatangi Empu

Gandring dan menagih

senjata yang dipesannya

Siang - -

4. Terbunuhnya Tunggul

Ametung

Malam - -

5. Ken Arok menjadi Akuwu Malam - -

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 129: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

162

Berdasarkan pemaparan keterangan latar waktu pada tabel tersebut, maka

berikut dipaparkan secara terperinci.

a. Permintaan penambahan prajurit untuk dapat meredakan kerusuhan yang

dilakukan oleh Ken Arok.

Berikut keterangan yang menunjukkan latar waktu “Permintaan penambahan

prajurit untuk dapat meredakan kerusuhan yang dilakukan oleh Ken Arok” pada

naskah drama Ken Arok.

Di Keraton Kediri. Siang Hari.

....

Mahisa Taruna : Ampun beribu ampun, Gusti Prabu. Hamba datang

diutus oleh Panglima Nala untuk mohon tambahan

prajurit.

Kertajaya : Wah! Wah! Kami mengharapkan kau datang

membawa berita bahwa kepala Ken Arok berada

dalam perjalanan untuk diserahkan kepada kami

(Saini KM, 1990:18).

Berikut keterangan yang menunjukan latar waktu “Permintaan

penambahan prajurit untuk dapat meredakan kerusuhan yang diakibatkan oleh

Ken Arok” pada novel Arok Dedes.

Pengumuman itu diserukan di panggung alun-alun. Belum lagi tersebar ke

semua desa seorang kepala pasukan telah menjatuhkan diri di hadapan

Tunggul Ametung di pendopo.

“Ampun Yang Mulia, kerusuhan di barat Kutaraja. Sahaya mohon

balabantuan. Mereka terlalu kuat.”

“Siapa bangkitkan kerusuhan itu? Borang? Santing?”

“Bukan, Yang Mulia.”

“Arih-arih lagi?”

“Tidak jelas, Yang Mulia”

“Bukankah yang dipadamkan Kidang Tandingan sebulan yang lalu

bernama Arih-arih?”

“Tepat, Yang Mulia.”

“Juga yang sekali ini orangnya muda?”

“Boleh jadi, Yang Mulia.”

“Siapkan pasukan kuda, aku sendiri yang bakal menangkap

bajingan itu.

....

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 130: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

163

Tunggul Ametung tertawa meremehkan. Hari ini juga ia akan

perlihatkan apa yang ia bisa pada Paramesywari. Resi Tal pengurus Candi

Belahan itu bukankah sudah meramalkan diri bakal lebih besar, jauh lebih

besar daripada Sri Baginda Kertajaya? Sebelum matari tenggelam ia sudah

akan mengutip karunia yang ia janjikan sendiri (Toer, 2009:41).”

b. Kedatangan Lohgawe ke Tumapel

Berikut keterangan yang menunjukan latar waktu “kedatangan Lohgawe

ke Tumapel” pada naskah drama Ken Arok.

Lohgawe : Marilah kita pergi ke tempat Akuwu Tunggul Ametung. (Black

Out)

Babak IV

Di istana Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Siang hari.

Adegan I

Hadir pendeta Lohgawe, Mpu Sridhara, Mpu Pamor, Tunggul Ametung,

para pembantu kepercayaan Tunggul Ametung dan prajurit juga (Saini

KM, 1990:33-34).

Berikut keterangan yang menunjukan latar waktu “Kedatangan Lohgawe

ke Tumapel” pada naskah drama Arok Dedes.

“Tidak mungkin dang Hyang Lohgawe bisa menjawab sekarang

juga. Herilah waktu barang seminggu,” jawab tuan rumah, “Lohgawe akan

turun ke Tumapel dan menyampaikan sesuatu. Cukuplah kiranya ucapan

ini. Dan kau, Cucu, juga aku akan temui kau di Tumapel seminggu yang

akan datang.”

***

Pada hari yang ditentukan Lohgawe datang ke Tumapel, menaiki

pendopo yang masih berterompah tapas. Sang patih menyambutnya.

Belakangka dan Akuwu masih harus di cari.

Kemudian Akuwu keluar dari bilik agung bersama Ken Dedes.

(Toer, 2009:262).

c. Ken Arok mendatangi Empu Gandring dan menagih senjata yang dipesannya.

Berikut keterangan yang menunjukan latar waktu “Ken Arok mendatangi

Empu Gandring dan menagih senjata yang dipesannya” pada naskah drama Ken

Arok.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 131: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

164

Tita : Selamat siang, Mpu.

Mpu Gandring : Selamat siang. Ah, rupanya kalian.

....

Ken Arok : Mpu, bagaimana dengan keris pesanan saya?

Mpu Gandring : Sudah kubilang, keris yang baik hanya dapat diselesaikan

dalam satu tahun (Saini KM, 199057-58).

Berikut keterangan yang menunjukkan latar waktu “Ken Arok mendatangi

Empu Gandring dan menagih senjata yang dipesannya” pada naskah drama Arok

Dedes.

Dengan regu itu pula pada suatu siang ia mendatangi pabrik

senjata. Ia mengenakan gelang dan kalung perwira Tumapel, langsung

masuk dan mendapatkan empu itu sedang memeriksa nilai tombak-tombak

yang baru turun dari penyepuhan.

....

“Baru kali ini sahaya melihat Tuan. Nama Arok sahaya kenal tapi

baru sekali ini melihat. Duduk, Tuan Arok,” ia mempersilakannya pada

selembar tikar yang tergelar dipojokan. “Lebih baik berdiri saja begini.” “Baik. Tentunya Tuan ada keperluan penting.” “Aku datang membawakan dua hal. Pertama, bagaimana warta

tentang senjata yang aku pesan (Toer, 2009462-463)?”

d. Terbunuhnya Tunggul Ametung

Berikut keterangan yang menunjukan latar waktu “terbunuhnya Tunggul

Ametung” pada naskah drama Ken Arok.

Di depan gerbang Pakuwon Tumapel. Malam hari. .... Muncul Ken Arok dari gerbang diiringkan oleh Tita. Ken Arok memegang keris Mpu Gandring yang berdarah. Ken Arok : Akuwu Tunggul Ametung tewas dibunuh orang. Pasti orang

dalam. Sekitar Pakuwon dijaga ketat. Ini keris pembunuhnya. Siapa yang kenal dengan keris ini? Keris siapa ini?

Prajurit : Keris Kebo Ijo! Itu keris Kebo Ijo! Ken Arok : Panggil Kebo Ijo. Paksa bawa kesini (Prajurit berlarian) (Saini KM, 1990:66). Berikut keterangan yang menunjukan latar waktu “Terbunuhnya Tunggul

Ametung” pada naskah drama Arok Dedes .

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 132: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

165

Malam itu seratus depa jalanan kiri dan seratus depa jalanan depan pakuwan bermandikan sinar damar besar, berjajar sampai ke pelataran, pendopo pakuwan.

.... Di depan peraduan Tunggul Ametung menggeletak di lantai kayu,

bermandi darah, tuak, dan muntahan sendiri. Dadanya belah, perutnya menganga....(Toer, 2009:520-524).

e. Ken Arok menjadi Akuwu.

Berikut keterangan yang menunjukkan latar waktu “Ken Arok menjadi

Akuwu” pada naskah drama Ken Arok.

Ken Arok : Kalian tahu, akulah Kepala Kawal di Tumapel. Oleh karena

itu, kekuasaan atas wilayah Tumapel jatuh ketanganku.

Ken Arok : ...Malam ini kita akan berpesta! Sembelih kerbau sesuka

kalian! Alirkan tuak dari guci-guci! Bongkar gudang-gudang!

Menari dan menyanyilah kalian, karena hari ini dan

selanjutnya adalah kemenangan kita (Saini KM, 1990: 68-

72). Berikut keterangan yang menunjukkan latar waktu “Ken Arok menjadi

Akuwu” pada naskah drama Arok Dedes. Sorak sorai bertalu menantang tengah malam. Sekilas alam terang

oleh petir yang dibarengiulah ledakannya. “Bicara kau Arok!” perintah Lohgawe. “Dengarlah aku berjanji, sebagai Akuwu Tumapel perbudakan

tidak akan diadakan lagi, aku lawan dan aku hapuskan. Dengan bantuan kalian semua akan kutumpas kejahatan dalam bentuk dan cara apa pun. Aku takkan menghaki milik kalian, juga tidak akan merampas apa pun dari siapa pun. Dua orang wanita ini saja yang akan menyertai hidupku sebagai istri. Dan akan ku pimpin kalian menghadapi dan melawan kejahatan dari luar Tumapel, dari siapa pun datangnya (Toer, 2009:549-550).”

3. Persamaan dan Pertentangan Latar Sosial

a. Persamaan

Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi,

begitupun latar sosial pada naskah drama. Berdasarkan kajian yang dilakukan

terhadap latar tempat dan waktu, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa latar

sosial dalam naskah drama Ken Arok dengan novel Arok Dedes tidaklah jauh

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 133: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

166

berbeda yaitu latar sosial yang mencerminkan kehidupan di zaman kerajaan

khususnya kerajaan Kediri dan Tumapel.

Naskah drama Ken Arok dan novel Arok Dedes, sama-sama bercerita

tentang kehidupan kerajaan Kediri, sebuah kerajaan yang pernah besar di Jawa

Timur. Kehidupan yang dimaksud bukanlah hanya tentang kehidupan raja-raja,

melainkan kehidupan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya; sebutan Prabu (Sri Baginda), Akuwu, Pangeran, Gusti,

Paramesywari, Adinda, Cucunda, Kekenda, Kakanda, serta terdapat; dayang-

dayang, Prajurit, Emban, dan Pengawal. Sebutan, julukan atau gelar yang

dipaparkan tersebut merupakan salah satu tradisi atau kebiasaan yang dilakukan

dalam sebuah pemerintahan yang berbentuk kerajaan.

Tradisi sebagai suatu keyakinan (religiositas) dimunculkan oleh Saini KM

dan Pramoedya Ananta Toer, tidaklah jauh berbeda yaitu penggambaran para

tokoh sebagai penganut agama Hindu dan Budha. Mengingat sejarah kerajaan

Kediri juga termasuk sebagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha. Maka pada

naskah drama dan novelnya pun oleh kedua pengarang yang berbeda sama-sama

dimunculkan tokoh-tokoh yang berperan sebagai pendeta (kaum brahmana).

Adanya sebutan pendeta terhadap tokoh; Lohgawe dan Mpu Purwa, ritual

sembahyang di kuil dan Wiracerita Mahabarata Ramayana yang terdapat pada

naskah drama Ken Arok, sebagai gambaran para tokoh yang mempunyai

keyakinan Hindu-Budha. Begitu juga pada novel Arok Dedes, bukan hanya

keyakinan pada agama Hindu- Budha tetapi juga Syiwa dan Wisynu. Seperti

dijelaskan pada kutipan berikut.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 134: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

167

“Kalian lihat, aku adalah seorang Syiwa, isteriku, Umang, orang

Wisynu, bapa angkatku, Bango Samparan dan Ki Lembung juga orang

Wisynu, guruku, Yang terhormat Tantripala adalah Budha, mahaguruku,

Yang Suci Dang Hyang Lohgawe adalah Syiwa (Toer, 2009:547).”

b. Pertentangan

1) “Ken Arok” dalam naskah drama berstatus sosial rendah sedangkan dalam

novelnya berstatus sosial tinggi.

Pertentangan pada naskah drama Ken Arok dengan novel Arok Dedes,

berhubungan dengan tokoh apabila dilihat dari status sosial tokoh yang

bersangkutan. Maka pertentangan terdapat pada kebiasaan hidup pada tokoh

sentral, “yaitu Ken Arok”. Saini KM pada naskah dramanya menggambarkan Ken

Arok sebagai seorang yang berstatus sosial rendah, sedangkan pada novelnya ia

berperan sebagai seorang yang berstatus sosial tinggi.

Berikut kutipan pada naskah drama Ken Arok, yang menjelaskan Ken

Arok berstatus sosial rendah.

Empu Sridhara : Asal-usul Ken Arok tidak karuan Maharesi. Sebagai

bayi ia ditemukan di kuburan lalu dipungut sebagai

anak oleh seorang pencuri bernama Lembong, orang

desa Pangkur. Ketika tumbuh menjadi anak-anak, ia

mulai pandai mencuri dan berjudi. Tak ada ternak,

barang atau uang yang aman dari tangannya yang

panjang. Begitu parahnya ia keranjingan berjudi,

hingga akhirnya ia tidak saja menghabiskan harta

ayah-pungutnya, akan tetapi bahkan menjual kerbau

milik majikannya. Ketika berangkat remaja, ia tidak

saja mencuri, akan tetapi merampok dan lebih

daripada perampok lain. Nyawa orang seperti tidak

ada harganya baginya. Sedikit tersinggung ia cepat

mencabut keris dan membunuh orang,...(Saini KM,

1990:30-).

Berdasarkan pada kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ken Arok

adalah seorang yang seringkali melakukan tindakan tercela. Mencuri, merampok,

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 135: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

168

memperkosa dan membunuh orang, merupakan tindakan yang tidak sepatutnya

tidak dilakukan oleh seorang manusia. Terlebih perbuatan yang demikian adalah

perbuatan yang merugikan orang lain. Menyebabkan orang lain itu akan

memandang seorang yang melakukan perbuatan jahat itu sebagai seorang yang

tiada artinya, orang yang rendah, seseorang yang tidak disukai oleh orang lain.

Maka seperti tokoh; Ken Arok pada naskah dramanya termasuk sebagai tokoh

yang berstatus sosial rendah.

Sedangkan pada novel Arok Dedes, apabila ditinjau dari cara

berpikir dan bersikap, maka tokoh; Ken Arok berperan sebagai tokoh yang

berstatus sosial tinggi. Hal tersebut dikarenakan tokoh Ken Arok yang

digambarkan oleh Pramoedya Ananta Toer, berbeda bahkan bertentangan

dengan figur Ken Arok yang digambarkan oleh Saini KM. Pada naskah

dramanya, Ken Arok ini digambarkan sebagai tokoh yang berperilaku

baik, terlebih ia juga menguasai berbagai ilmu. Hal tersebut sesuai dengan

kutipan berikut.

“Dengarkan sahaya ulangi kata-katanya: Wanita adalah Dewa;

Wanita adalah kehidupan; Wanita adalah perhiasan untuk pria....Yang

Mulia. Sahaya membenarkan, hanya alasannya tidak, Yang Mulia,

menyesatkan....”

Dengan susah payah Ken Dedes berbalik, melangkah cepat-cepat

meninggalkan Taman Larangan, masuk ke Bilik Agung. Sepanjang

perjalanan ia menyebut-nyebut:

“Jagad Dewa, Jagad Pramudita!”

Tunggul Ametung meninggalkan tempat duduk, berjalan cepat

memburu isterinya. Arok menutup mata memusatkan ekagrata pada

pendengarannya, dan ia dengar:

Tunggul Ametung : Mengapa, Permata? Mengapa?

Ken Dedes : Jagad Dewa! Jagad Pramudita!

Tunggul Ametung : Ya-ya, mengapa?

Ken Dedes : Bukan semestinya dia duduk di tanah begitu di

hadapan Dedes.

Tunggul Ametung : Mengapa?

Ken Dedes : Akulah yang semestinya menyeka kakinya.

Tunggul Ametung dengan nada sengit : Mengapa?

Ken Dedes darai Sansekertanya jelas dia telah kuasa semua ilmu.

Dia tahu yang aku tidak tahu....(Toer, 2009:335).

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 136: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

169

Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa Ken Arok adalah seorang yang

menguasai berbagai ilmu salah satunya adalah ilmu Sansekerta. Hal inilah yang

membuat Ken Dedes merasa kagum padanya. Sampai akhirnya Dedes merasa

bahwa Ken Arok adalah seorang yang pantas untuk ia hormati, dengan bukti

ungkapan akan kesediannya untuk menyeka kaki Arok. Maka dalam hal cara

bepikir, Ken Arok dalam novelnya dapat dikelompokkan pada seorang yang

berstatus tinggi.

2) Terdapat gambaran kehidupan perbudakan pada novelnya dan tidak terdapat

pada naskah dramanya.

Mundrayana dan Oti dalam naskah drama Ken Arok, di gambarkan

sebagai tokoh yang berstatus sosial sangat rendah, mereka berdua adalah suami

isteri yang berlaku sebagai budak. Kehidupan perbudakan tidak dijelaskan dalam

naskah drama Ken Arok. Budak bukan berarti tokoh tersebut selalu berlaku tidak

baik, akan tetapi budak yang dimaksud adalah tokoh yang dimunculkan sebagai

seorang yang patuh kepada perintah pimpinan, tidak memiliki kedudukan di

kerajaan atau di lingkungan masyarakatnya, pekerjaan yang dilakukannya

dipandang rendah, dan hukuman adalah hal biasa yang diterimanya. Pramoedya

dalam novel Arok Dedes menggambarkan kehidupan perbudakan yang dilakukan

Belakangka dan Tunggul Ametung, untuk dipersembahkan kepada Kediri Sri

Baginda Kertajaya. Kehidupan perbudakan digambarkan sebagai seorang yang

pekerjaannya hanya sebagai pembelah atau pemahat batu ataupun mendulang

emas, pakaian yang dikenakan pun hanya lembaran kain untuk menutupi

tubuhnya, terlebih seorang laki-laki yang hanya memakai cawat kecil hampir

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 137: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

170

telanjang bulat. Para budak bertempat tinggal pondok-pondok yang terbuat dari

dedaunan yang dijepit dengan bambu belah, tebal sejengkal, atapnya dari ilalang,

tinggi tiga depa, lebar empat dan panjang lima depa, itupun mereka dirikan sendiri

dibawah pohon-pohon rindang. Seorang budak sudah terbiasa apabila hidupnya

kekurangan,terkekang dan tidak lagi suci bagi seorang perempuan. Seperti tokoh

Oti, ia adalah gambaran seorang budak perempuan hina, yang dahulunya sering di

perjualbelikan dari pulau satu ke pulau yang lain, dengan begitu banyak lelaki

yang menggunakannya tanpa mendapatkan seorang bayi. Berdasarkan hal tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Oti dalam novel Arok Dedes adalah tokoh

yang memiliki status sosial paling rendah.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 138: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

171

Tabel 12

D. Gambaran Umum Hubungan Intertekstual antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes

Karya Pramoedya Ananta Toer

No. Unsur Intrinsik Keterangan Persamaan Pertentangan

Naskah Drama Novel

1. Tokoh:

a. Berdasarkan fungsi

penampilan tokoh

Protagonis

Ken Dedes, Ken Umang,

Empu Purwa, Lohgawe.

Tunggul Ametung, Empu

Gandring, Kebo Ijo,

Anusapati, Empu Pamor,

Mahisa Taruna, mahisa

Walungan, Gubar Baleman,

Empu Sridhara, Punta,

Prasanta, Orang desa Batil

dan Juru Deh.

Ken Arok, Bango Samparan,

Tanca, Lingsang, Gusti Putra,

Bana, Mundrayana, Oti,

Rimang, Gede Mirah, Nyi

Lembong, Lurah Sina,

Tantripala, Lurah Moleng, dan

Ki Lembong.

Antagonis Kertajaya

Ken Arok, Tita, Bango

Samparan, Empu Narayana,

Empu Aditya.

Tunggul Ametung, Empu

Gandring, Kebo Ijo,

Belakangka, Arya Artya,

Hayam, dan Dadung Sungging.

b. Berdasarkan

Keterlibatan dalam

Keseluruhan Cerita

Tokoh Utama Ken Arok - -

Tokoh Tambahan Tunggul Ametung,

Kertajaya, Lohgawe,

Empu Gandring, Ken

Dedes, Ken Umang, Kebo

Ijo, Bango Samparan, Ki

Lembong, dan Empu

Purwa

Anusapati, Empu Pamor,

Empu Narayana, Mahisa

Walungan, Gubar Baleman,

Mahisa taruna, Empu

Sridhara, Empu Aditya,

Punta, Prasanta, Juru Deh,

Emban, dan orang desa Batil

Belakangka, Arya Artya,

Tanca, Lingsang, Gusti Putra,

Hayam, Bana, Mundrayana,

Oti, Rimang, Gede Mirah, Nyi

Lembong, Lurah Sina,

Tantripala, Dadung Sungging,

dan Lurah Moleng.

c. Penokohan Penokohan; dengan menggunakan teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik Analitis dan

dramatik.

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 139: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

172

2. Pengaluran Penyituasian

Tahap perkenalan tokoh. Tokoh Ken Arok. Tokoh Tunggul Ametung dan

Ken Dedes.

Tahap pemunculan

konflik

Laporan kerusuhan Ken

Arok, dan meminta

tambahan prajurit.

Laporan ditujukkan kepada

Prabu Kertajaya

Laporan ditujukkan kepada

Akuwu Tunggul Ametung

Kaum brahmana harus

mempertanggung

jawabkan kerusuhan Ken

Arok.

Terbengkelainya tugas

brahmana yang tidak dapat

mendidik rakyat ke arah

kebaikan.

Karena hanya brahmana

(Lohgawe) lah yang

mengetahui akan kemunculan

seorang brahmana muda.

-

Tidak ada dalam naskah

drama.

Bango Samparan menjadi

budak, Ken Arok bersumpah

akan membebaskannya.

-

Tidak ada dalam naskah

drama.

Ki Lembong terbunuh, Ken

Arok berjanji akan

membalaskan dendam kepada

Tumapel.

Kedatangan Ken Arok ke

Tumapel atas perintah

Lohgawe

Bertujuan untuk mendidik

Ken Arok, agar tidak

mengganggu rakyat Kediri.

Bertujuan untuk

menggulingkan Tunggul

Ametung.

Tahap peningkatan

konflik

-

Tidak terdapat pada naskah

drama.

Ken Dedes mencintai Ken

Arok, menyerahkan hidup dan

mati Tunggul Ametung

kepadanya.

Petuah dari Lohgawe,

sehingga ia

menginginkan jatuhnya

Tunggul Ametung.

Karena ingin memiliki Ken

Dedes dengan begitu ia akan

menjadi raja.

Karena dukungan dari kaum

brahmana untuk membasmi

segala macam kejahatan.

- - Hayam memfitnah Ken Arok

- - Kebo Ijo menginginkan Ken

Dedes

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 140: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

173

- -

Ken Arok tahu rencana Kebo

Ijo, Mpu Gandring dan

Belakangka.

Terbunuhnya Mpu

Gandring

Oleh Ken Arok dengan keris

Mpu Gandring

Mati terbakar di asrama Ken

Arok

Klimaks

Akuwu mati terbunuh,

Kebo Ijo menjadi

tersangka.

Orang tahu bahwa keris yang

tertancap pada tubuh Akuwu

adalah milik Kebo Ijo.

Prajurit melihat kebo Ijo

keluar dari bilik agung

(tempat istirahat Akuwu)

dengan pedang berlumur

darah.

- Tewasnya Prabu Kertajaya Tidak ada dalam novel.

Terbongkarnya kebusukan

Belakangka

Penyelesaian -

Tumbangnya Ken Arok dan

posisinya digantikan oleh

Anusapati menjadi tahap

penyelesaian.

Ken Arok menjadi Akuwu

Tumapel menjdi tahap

penyelesaian

Berdasarkan kriteria

urutan waktu - Berplot Lurus Berplot Campuran

3.

Pelataran

a. Latar Tempat

Kerajaan yang

dipimpin oleh Prabu

Kertajaya

Kediri -

-

Kerajaan yang

dipimpin oleh Tunggul

Ametung

Tumapel - -

Pabrik atau bengkel

Empu Gandring

Kediaman Empu

Gandring Di Lulumbang

Di Selatan Kutaraja

Tempat penemuan

bayi Ken Arok Di Kuburan

Di gerbang sebuah pura desa

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016

Page 141: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.ump.ac.id/3578/6/KAMSIAH - BAB IV.pdfhubungan intertekstual antara dua karya sastra, yaitu naskah drama Ken Arok karya Saini KM dengan

174

Desa Kapundungan

Tempat Ken Arok melakukan

kejahatan

Kediaman Tantripala

Kediaman Ki

Lembong Desa Pangkur

Randu Alas

Kediaman Bango

Samparan Gunung Lejar

Karangksetra

Kediaman Lohgawe Jambudwipa Desa Pangkur

Kediaman Mpu Purwa Panawijen Panawijil

Tempat matinya Empu

Gandring

Di kediamannya; bengkel

Empu Gandring

Asrama Ken Arok di Tumapel

Tempat bertemunya

pertama kali Ken Arok

dengan Ken Dedes

Di Taman Baboji Depan pintu gerbang belakang

Pakuwan

b. Latar Waktu Permintaan

ditambahkannya

prajurit untuk

menangkap Ken Arok

Siang -

Kedatangan Lohgawe

ke Tumapel - Siang

Satu minggu yang akan

datang

Ken arok mendatangi

Empu Gandring dan

menagih senjata

pesanannya.

Siang - -

Terbunuhnya Tunggul

Ametung Malam -

-

Ken Arok menjadi

Akuwu Malam -

c. Latar Sosial - Kehidupan Kerajaan - -

- Tokoh Ken Arok Berstatus sosial rendah Berstatus sosial tinggi

- - - Kehidupan perbudakan

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA ..., KAMSIAH, PBSI FKIP, UMP 2016