BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.1 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk … · 2020. 3. 28. · Tbk didirikan...

56
45 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang konstruksi bangunan di Indonesia. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 29 Maret 1961 dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda yang bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1961, namun pada tahun 1972 berganti nama menjadi PT Wijaya Karya dan berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi. Kantor pusat WIKA beralamat di Jl. D.I Panjaitan Kav.9, Jakarta Timur 13340 dengan lokasi kegiatan di dalam negeri maupun luar negeri. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk memiliki 6 anak perusahaan, yaitu : 1. PT. Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA BETON) 2. PT. Wijaya Karya Realty (WIKA REALTY) 3. PT. Wijaya Karya Rekayasa Konstruksi 4. PT. Wijaya Karya Gedung 5. PT. Wijaya Karya Bitumen 6. PT. Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON) Pada penelitian ini saya mengambil data salah satu anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya Persero (Tbk) yaitu PT. Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON). Pada awalnya, perusahaan ini bernama PT Wijaya Karya Intrade (WIK), 45

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.1 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk … · 2020. 3. 28. · Tbk didirikan...

  • 45

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Profil Perusahaan

    4.1.1 Profil Perusahaan

    PT Wijaya Karya (Persero) Tbk adalah salah satu perusahaan BUMN yang

    bergerak dalam bidang konstruksi bangunan di Indonesia. PT Wijaya Karya (Persero)

    Tbk didirikan pada tanggal 29 Maret 1961 dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda

    yang bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en

    Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2

    Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik

    (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara

    Bangunan Widjaja Karja dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1961,

    namun pada tahun 1972 berganti nama menjadi PT Wijaya Karya dan berkembang

    menjadi sebuah kontraktor konstruksi. Kantor pusat WIKA beralamat di Jl. D.I

    Panjaitan Kav.9, Jakarta Timur 13340 dengan lokasi kegiatan di dalam negeri maupun

    luar negeri. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk memiliki 6 anak perusahaan, yaitu :

    1. PT. Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA BETON)

    2. PT. Wijaya Karya Realty (WIKA REALTY)

    3. PT. Wijaya Karya Rekayasa Konstruksi

    4. PT. Wijaya Karya Gedung

    5. PT. Wijaya Karya Bitumen

    6. PT. Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON)

    Pada penelitian ini saya mengambil data salah satu anak perusahaan dari PT.

    Wijaya Karya Persero (Tbk) yaitu PT. Wijaya Karya Industri dan Konstruksi

    (WIKON). Pada awalnya, perusahaan ini bernama PT Wijaya Karya Intrade (WIK),

    45

  • 100

    namun sebagaimana telah dinyatakan dalam Akta Notaris No. 35 tanggal 12 April

    2013 yang dibuat oleh Notaris Sri Ismayati, S.H di Jakarta dan memperoleh

    persetujuan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia No. AHU-

    21488.AH.01.02.2013 pada tanggal 22 April 2013, PT Wijaya Karya Intrade (WIK)

    berganti nama menjadi PT. Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON). WIKON

    bergerak pada bidang industri dan konstruksi bangunan yang menangani berbagai

    proyek pembangunan dalam negeri maupun luar negeri seperti proyek pembangunan

    LRT (Light Rapid Transportation) Kelapa Gading-Velodrome, proyek pembangunan

    jalan tol Semanggi, dan proyek pembangunan jalan tol Cengkareng - Batu Ceper -

    Kunciran. Salah satu dari proyek terebur menjadi tempat penulis dalam melakukan

    penelitian ini. Proyek pembangunan jalan tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran

    adalah proyek yang kantor cabangnya berlokasi di Jalan Wijaya Kusuma, Perumahan

    Banjar Wijaya Blok A11, No.14, Cipondoh, Tangerang. Proyek ini telah berjalan

    kurang lebih selama 11 bulan terhitung sejak bulan April 2017 dan direncanakan akan

    selesai pada akhir tahun 2019.

    4.1.2 Visi Misi dan Nilai Perusahaan

    VISI : Menjadi Perusahaan terkemuka di Industri Manufaktur dan Konstruksi

    di Indonesia.

    MISI :

    1. Menghasilkan produk dan layanan konstruksi sesuai dengan permintaan

    pelanggan.

    2. Memproduksi alumunium casting, plastik dan press parts yang berkualitas

    tinggi untuk menambah nilai bagi semua pihak.

    3. Menerapkan/mengintegrasikan Sistem Manajemen yang terintegrasi secara

    praktis.

    4. Komitmen terhadap implementasi nilai-nilai perusahaan.

    NILAI PERUSAHAAN

    1. Commitment (komitmen) : Berbuat sesuai kesepakatan dan janji.

    2. Innovation (inovasi) : Selalu mencari sesuatu yang lebih baik.

  • 47

    3. Balance (keseimbangan) : Menjaga keseimbangan semua aspek.

    4. Excellence (keunggulan) : Memberikan hasil lebih baik.

    5. Relationship (hubungan) : Hubungan kemitraan yang baik untuk para

    pihak.

    6. Teamwork (kerjasama tim) : Sinergi, kerja sama intra dan lintas unit kerja.

    7. Integrity (integritas) : Keutuhan dan ketulusan yang meliputi keadilan,

    bertanggung jawab, berintegritas, transparan, dan jujur.

    4.1.3 Struktur Organisasi

    Struktur organisasi di PT. Wijaya Karya (Tbk) pada proyek pembangunan

    jalan tol Cengkareng - Batu Ceper – Kunciran berbentuk lini dan staff. Lini dan staf

    merupakan pelimpahan wewenang dalam organisasi dengan berlangsung secara

    vertical dari atasan hingga bawahan. Struktur Organisasi Proyek Cengkareng – Batu

    Ceper – Kunciran sebagai berikut

  • 48

    Pelaksana Pelaksana

    Site Engineer Admin Lapangan Site Engineer

    Pelaksana Utama Pelaksana Utama

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya

    Sumber : PT. Wijaya Karya Persero (Tbk), 2019.

    4.1.4 Responden Penelitian

    Pengambilan data pada penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

    5 responden dimana responden memiliki hubungan secara langsung dengan supplier

    dalam pembelian dan penyewaan alat dan material. Penulis memilih 5 responden

    tersebut karena responden sangat mengenal karakter dari supplier untuk mendukung

    kebasahan data yang akan penulis teliti. Responden tersebut sebagai berikut :

    Manajer Konstruksi Manajer Konstruksi

    Engineering Staff

    Drafter

    Admin Surveyor

    Surveyor

    Health&Safety Admin

    SHE Officer

    Security

    Doc Control Staff

    QA Engineer

    Laboratorium Staff

    QC Staff

    Procurement Staff

    Secetary

    Tax Staff

    Cashier

    Accounting Staff

    Admin of Finance

    Chief of Finance and HC

    Chief of Procurement

    Chief of QA/QC

    Health, Safety and Security Supervisor

    Chef of Engineering

    Manajer Proyek

  • 49

    Tabel 4.1 Profil Responden

    Responden Jabatan Lama Bekerja

    NHD Manager Procurement 10 Tahun

    AS Senior Procurement Staff 5 Tahun

    MZ Senior Procurement Staff 5 Tahun

    FP Junior Procurement Staff 3 Tahun

    MW Junior Procurement Staff 2 Tahun

    Sumber : Penulis, 2019.

    4.2 Hasil Analisis Data

    4.2.1 Membuat Struktur Hierarki AHP

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode salah satunya adalah AHP.

    Analisis data dengan menggunakan AHP dengan cara melakukan penyusunan secara

    hierarki terhadap kriteria-kriteria yang berkaitan dalam pemilihan supplier tanah

    merah di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Jalan Tol Cengkareng

    – Batu Ceper – Kunciran. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini sangat

    membantu penulis dalam memecahkan permasalahan dalam memilih supplier tanah

    merah. Setelah melakukan wawancara dan evaluasi terhadap manager pengadaan dan

    staff pengadaan, maka selanjutnya dibuat struktur hierarki sebagai berikut :

  • 50

    Delivery

    Gambar 4.2 Struktur Hierarki AHP

    Sumber : Penulis, 2019

    Data AHP diatas adalah sebagai berikut :

    A. Goal atau Tujuan

    Untuk menentukan supplier yang paling tepat pada proyek pembangunan jalan

    tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran di PT. Wijaya Karya (Pesero) Tbk.

    B. Kriteria dan Sub Kriteria

    Kriteria dan Sub Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini telah dievaluasi

    oleh manager procurement dan staff procurement. Kriteria dan Sub Kriteria sudah

    sesuai dengan kriteria dalam pemilihan tanah merah di PT. Wijaya Karya (Persero)

    Tbk. Berikut adalah Kriteria dan Sub Kriteria yang digunakan :

    Pemilihan Supplier

    Spesifikasi Bahan Baku

    Kegemburan

    Diskon Ongkos

    Konsiste Harga Ketepatan nsi Kualitas

    Tanah Merah

    Jumlah Pengiriman

    Ketepatan Waktu Flexibilitas

    Pemberian

    Pengiriman PenyelesaiaIn ormasi

    Masalah

    History

    Performa Konsumen

    Perusahaan

    Supplier 6 Supplier 5 Supplier 3 Supplier 1

    Reputation Service Quality

    Supplier 4 Supplier 2

    Cost

  • 51

    Tabel 4.2 Kriteria dan Sub-Kriteria

    Kriteria Sub – Kriteria Kode

    Quality Spesifikasi Bahan Baku Q1

    Kegemburan Tanah Merah Q2

    Cost Diskon C1

    Harga C2

    Ongkos C3

    Delivery Ketepatan Waktu D1

    Ketepatan Jumlah D2

    Service Flexibilitas Pelayanan dan Pemesanan S1

    Penyelesaian Masalah S2

    Pemberian Informasi S3

    Reputation Performa Perusahaan R1

    History Konsumen R2

    Sumber: Zouggari dan Benyoucef (2012) dan Rezaei dan Ortt (2013)

    C. Alternatif

    Alternatif dalam penelitian ini adalah supplier yang melakukan supply tanah

    merah ke PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk pada proyek pembangunan jalan tol

    Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran dimana alternatif tersebut telah di evaluasi

    dan telah dipilih oleh manager pengadaan dan 4 orang staff pengadaan di PT.

    Wijaya Karya (Persero) Tbk. Ada 6 alternatif supplier yang telah di evaluasi oleh

    para responden yaitu sebagai berikut :

  • 52

    Tabel 4.3 Alternatif Supplier

    Inisial Supplier

    Alamat Supplier

    Supplier1 Graha Anugerah 3rd Floor. Jl. Raya Ps. Minggu No. 17 A Pancoran No. Selatan 12780.

    Supplier 2 Jl. Iskandar Muda No.168, RT.003/RW.005, Kedaung Baru, Neglasari, Tangerang City, Banten 15128.

    Supplier 3 JL. Kelapa Gading Selatan Blok BJ 8/3, Curug, Tangerang, 15810, West Pakulonan, Kelapa Dua, Tangerang, Banten 1581.

    Supplier 4 Jl. SFB Blok MM No. 7 Jababeka II Cikarang Kel. Pasirsari. Kec. Cikarang Selatan – Bekasi.

    Supplier 5 JL. Serimpi Raya No. 37. Kota Depok. 16411.

    Supplier 6 Kampung Cijantra RT. 005/003. Desa Jatake. Kecamatan Pagedangan. Kabupaten Tangerang. 15820.

    Sumber : Penulis, 2019.

    4.2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria

    Pada tahap ini dilakukan pembobotan terhadap masing masing perbandingan

    berpasangan antar kriteria dalam memilih tingkat kepentingan atas kriteria tersebut.

    Setelah mendapatkan hasil dari perbandingan berpasangan antar kriteria penulis dapat

    melihat dan dapat menggambarkan tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria.

    Matriks perbandingan berpasangan yang diolah pada program excel adalah sebagai

    berikut :

    1. Jika data bobot penilaian pada kuesioner berada di sebelah kiri dari angka 1,

    maka dari itu nilai yang diolah adalah nilai yang sebenarnya.

    2. Jika data bobot penilaian pada kuesioner berada di sebelah kanan dari angka

    1, maka nilai yang diolah adalah nilai yang berlawanan.

    Dalam pemahaman mengenai metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

    Peneliti membahas perhitungan pada kriteria dan sub-kriteria dari pemilihan supplier

    tanah merah. Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan hasil perhitungan dari 1

    responden yaitu responden 1 saja, dengan alasan perhitungan yang dilakukan terhadap

  • 53

    hasil kuesioner dari 4 responden sama. Hasil 4 responden lainnya akan dilampirkan

    pada lampiran. Tabel berikut adalah tabel 4.4 mamaparkan hasil dalam

    membandingkan faktor oleh responden 1.

    Tabel 4.4 Matriks Perbandingan Berpasangan (Pair Wise Comprasion Matriks)

    RESPONDEN 1 BOBOT KRITERIA

    KRITERIA Kualitas Biaya Delivery Service Reputation

    Kualitas 1 2 2 5 7

    Biaya 0,5 1 3 2 5 Delivery 0,5 0,33 1 3 3

    Service 0,2 0,5 0,333 1 5

    Reputation 0,143 0,2 0,333 0,2 1

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    Peneliti mengambil hasil dari data kuisoner responden 1, berikutnya responden 2 dan

    responden 3 terdapat pada halaman lampiran.

    *0,2 (Biaya) = biaya memiliki bobot nilai sebesar 0,2 dari kualitas

    *Sedangkan Kualitas = kualitas memiliki bobot nilai sebesar 5. Dimana menurut Saaty

    dalam tabel penilaian matriks yang berarti kualitas lebih penting dari biaya.

    Pair Wise Comprasion Matriks adalah matriks yang memaparkan perbandingan

    hasil kuisioner yang didapat dalam pemilihan prioritas kriteria. Setelah mengolah

    matriks perbandingan berpasangan, peneliti membuat matriks perbandingan

    berpasangan antar sub-kriteria pada responden 1. Dalam proses ini, hasil kuisoner di

    masukan ke dalam tabel dan menjadi matriks perbandingan berpasangan sub-kriteria.

  • 54

    Tabel 4.5 Matriks Perbandingan Berpasangan (Pair Wise Comprasion Matrix) Sub-Kriteria Responden 1

    MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN RESPONDEN 1

    KUALITAS K1 K2 K3 SERVICE S1 S2 S3

    K1 1 0,33 5 S1 1 5 3

    K2 3 1 7 S2 0,2 1 0,333

    K3 0,2 0,143 1 S3 0,33 3 1 4,2 1,473 13 1,53 9 4,333

    COST C1 C2 C3

    C1 1 0,111 0,143

    C2 9 1 3

    C3 7 0,333 1 17 1,444 4,143

    DELIVERY D1 D2

    D1 1 0,2

    D2 5 1 6 1,2

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Cara membaca matriks perbandingan berpasangan sub-kriteria sama dengan cara

    membaca pada tabel matriks perbandingan berpasangan penilian kriteria.

    Keterangan Tabel :

    *0,333 = memiliki bobot penilaian 0,33 dari C3 (berlawanan).

    **3 = Sub-kriteria 3 dari cost memiliki bobot nilai 3, yang artinya C3 sedikit lebih

    penting dibandingkan sub-kriteria 2 dari cost (C2).

    Matriks Perbandingan Berpasangan (Pair Wise Comprasion Matrix) Sub-Kriteria

    merupakan metode perbandingan berpasangan yang dapat digunakan untuk

    memperoleh kecenderungan terkait tentang varians atau kriteria yang dipilih. Pair

    Wise Comprasion Matrix diatas memaparkan perbandingan hasil kuisoner tentang

    pilihan prioritas sub-kriteria menururt responden. Pair Wise Comparison Matrix akan

    REPUTATION R1 R2 R1 1 0,33 R2 3 1

    4 1,33

  • 55

    menghasilkan nilai yang berasal dari perbandingan setiap krtiteria untuk

    membandingkan masing – masing kriteria. Nilai yang lebih tinggi menunjukan sub-

    kriteria pilihan yang lebih baik. Pada pembuatan matriks berpasangan antar sub-

    kriteria cara membaca matriks tersebut sama dengan cara membaca matriks

    berpasangan antar kriteria sebelumnya.

    4.2.3. Perhitungan Bobot Kriteria dan Perhitungan Bobot Sub-Kriteria 4.2.3.1 Normalisasi Kriteria

    Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan masing – masing kriteria,

    tahap selanjutnya adalah melakukan normalisasi terhadap hasil matriks

    perbandingan berpasangan. Pada tahap normalisasi dilakukan dengan cara

    membagi setiap bobot nilai masing – masing kriteria terhadap jumlah masing

    – masing kriteria. Hasil dari normalisasi dari perbandingan berpasangan

    kriteria sebagai berikut :

    Tabel 4. 6 Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria

    RESPONDEN 1

    KRITERIA Kualitas Cost Delivery Service Reputation Rata-Rata

    Kualitas *0,427 0,496 0,300 0,446 0,333 ***0,401

    Cost 0,213 **0,248 0,450 0,179 0,238 0,266

    Delivery 0,213 0,082 0,150 0,268 0,143 0,171

    Service 0,085 0,124 0,050 0,089 0,238 0,117

    Reputation 0,061 0,050 0,050 0,018 0,048 0,045 1 1 1 1 1

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *0,427 = nilai ini didapatkan dari pembagian pada matriks berpasangan antar kriteria

    pada kolom pertama dari kualitas (1) dengan hasil atau jumlah semua bobot pada

    kolom kualitas yaitu sebesar 2,343.

  • 56

    **0,248 = nilai ini didapatkan dari pembagian pada matriks berpasangan antar kriteria

    pada kolom kedua dari biaya (1) dengan hasil atau jumlah semua bobot pada kolom

    biaya yaitu sebesar 4,03.

    ***0,401 = nilai ini didapatkan dari rata – rata dari kriteria kualitas. Yaitu dengan

    menjumlahkan masing – masing bobot 0,427 + 0,496 + 0,300 + 0,446 + 0,333 lalu

    dibagi dengan jumlah kriteria delivery yaitu 5. Untuk kriteria selanjutnya

    perhitungannya sama. Tujuan dari perhitungan Normalisasi diatas adalah

    Dari perhitungan Normalisasi diatas terlihat bahwa:

    a. Kriteria Kualitas memiliki bobot penilaian tertinggi diantara lainnya

    yaitu sebesar 0,401.

    b. Kriteria Cost memiliki bobot tertinggi kedua setelah kualitas yaitu

    sebesar 0,266.

    c. Kriteria Delivery memiliki bobot tertinggi ketiga yaitu sebesar 0,171.

    d. Kriteria Service memiliki urutan ke empat dengan nilai sebesar 0,117.

    e. Kriteria Reputation memiliki bobot terendah diantara kriteria lainnya

    yaitu sebesar 0,045.

    Dapat disimpulkan bahwa urutan prioritas kriteria dari responden 1 dalam

    pemilihan tanah merah sebagai berikut :

    1. Kualitas

    2. Cost

    3. Delivery

    4. Service

    5. Reputation

    Setelah melakukan perhitungan normalisasi bobot antar kriteria. Selanjutnya

    peneliti melakukan perhitungan normalisasi bobot terhadap masing – masing sub-

    kriteria dengan langkah yang sama mengikuti proses perhitungan normalisasi antar

    kriteria diatas.

    4.2.3.2 Normalisasi Sub – Kriteria

    Langkah selanjutnya adalah mencari nilai bobot normalisasi terhadap masing –

    masing sub-kriteria. Cara perhitungan normalisasi matriks perbandingan berpasangan

  • 57

    sub-kriteria sama dengan dengan normalisasi perbandingan berpasangan bobot kriteria

    di atas. Berikut hasil dari normalisasi dari matriks perbandingan berpasangan sub-

    kriteria :

    Tabel 4. 7 Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria

    RESPONDEN 1

    KUALI TAS K1 K2 K3

    Rata- rata

    DELIVER Y D1 D2

    Rata - Rata

    K1

    0,238

    0,224

    0,385

    *0,282 D1

    0,167

    0,167

    0,167

    K2

    0,714

    0,679

    0,538

    0,644 D2

    0,833

    0,833

    0,833

    K3

    0,048

    0,097

    0,077

    0,074

    COST C1 C2 C3

    Rata- Rata

    REPUTA TION

    R1 R2 Rata – Rata

    C1

    0,059

    0,077

    0,035

    0,057 R1

    0,250

    0,248

    0,249

    C2

    0,529

    0,693

    0,724

    0,649 R2

    0,750

    0,752

    0,751

    C3

    0,412

    0,231

    0,241

    0,295

    SERVI CE

    S1

    S2

    S3

    Rata- Rata

    S1

    0,654

    0,556

    0,692

    0,634

    S2

    0,131

    0,111

    0,077

    0,106

    S3

    0,216

    0,333

    0,231

    0,260

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *0,282 = nilai ini didapatkan dari rata – rata dari kiteria cost. Yaitu dengan

    menjumlahkan masing – masing bobot 0,238+0,224+0,385 lalu di bagi dengan jumlah

    sub kriteria yaitu 3. Untuk kriteria selanjutnya perhitungannya sama dengan

    perhitungan rata – rata sub kriteria cost.

  • 58

    Untuk menghitung normalisasi kriteria dan sub kriteria mempunyai cara yang

    sama dalam perhitungannya. Yaitu dengan cara melakukan nilai dari setiap kolom lalu

    dibagi dengan total kolom pada kriteria dan sub-kriteria yang bersangkutan. Agar lebih

    jelas perhatikan perhitungan pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7. Setelah melakukan

    normalisasi, peniliti menghitung rata-rata pada setiap baris kriteria dan sub-kriteria

    dengan cara menjumlahkan nilai-nilai dari baris kriteria dan sub-kriteria terkait dan

    membaginya dengan jumlah elemen tersebut (n).

    Dari Tabel 4.8 diatas dapat disimpulankan dalam sub-kriteria kualitas dari responden

    1 sebagai berikut:

    a. Sub-kriteria K2 yaitu Kegemburan Tanah Merah memiliki prioritas pertama

    diantara sub-kriteria kualitas lainnya dengan bobot nilai 0,644,

    b. Sub-kriteria K1 yaitu Spesifikasi Bahan Baku memiliki prioritas kedua menurut

    responden 1 dengan bobot nilai 0,282.

    c. Sub-kriteria K3 yaitu Konsistensi Kualitas memiliki prioritas terendah dengan

    bobot nilai 0,074.

    Pada sub-kriteria Cost dari responden 1 dari tabel diatas dapat disimpulkan :

    a. Sub-kriteria C2 yaitu Diskon memiliki prioritas pertama diantara sub-kriteria

    Cost lainnya dengan bobot nilai 0,649.

    b. Sub-kriteria C3 yaitu Harga Produk memiliki prioritas kedua menurut

    responden 1 dengan bobot nilai 0,295.

    c. Sub-kriteria C1 yaitu Ongkos Pengiriman memiliki prioritas terendah dengan

    bobot nilai 0,057.

    Pada sub-kriteria Service dari responden 1 dari tabel diatas dapat disimpulkan :

    a. Sub-kriteria S1 yaitu Flexibilitas Pemesanan memiliki prioritas pertama

    diantara sub-kriteria Service lainnya dengan bobot nilai 0,634.

    b. Sub-kriteria S3 yaitu Kemampuan Memberikan Informasi memiliki prioritas

    kedua menurut responden 1 dengan bobot nilai 0,260.

    c. Sub-kriteria S2 yaitu Pemecahan Masalah memiliki prioritas terendah dengan

    bobot nilai 0,106.

    Pada sub-kriteria Service dari responden 1 dari tabel diatas dapat disimpulkan :

    a. Sub-kriteria D2 yaitu Ketepatan Waktu Pengiriman memiliki prioritas pertama

    diantara sub-kriteria Delivery lainnya dengan bobot nilai 0,833.

  • 59

    b. Sub-kriteria D1 yaitu Ketepatan Jumlah Pengiriman memiliki prioritas terendah

    menurut responden 1 dengan bobot nilai 0,167.

    Pada sub-kriteria Reputation dari responden 1 dari tabel diatas dapat disimpulkan :

    a. Sub-kriteria R2 yaitu Performa Perusahaan memiliki prioritas pertama diantara

    sub-kriteria Reputation lainnya dengan bobot nilai 0,751..

    b. Sub-kriteria R1 yaitu History Konsumen memiliki prioritas terendah menurut

    responden 1 dengan bobot nilai 0,249.

    4.2.3.3 Pengujian Konsistensi Kriteria

    Setelah dilakukan normalisasi terhadap masing-masing bobot pada matriks

    perbandingan berpasangan antar kriteria. Tahap selanjutnya adalah melakukan

    pengujian konsistensi bobot terhadap kriteria dengan tujuan apakah hasil dari kuisoner

    bersifat konsisten atau tidak konsisten. Terdapat 2 hasil dari pengujian ini yaitu

    konsisten dan tidak konsistem. Tahap pertama dalam pengujian konsistensi adalah

    menghitung P Vector atau Priority Vector dengan cara sebagai berikut :

    V t = A.Wt, : = 1,2,3,…,n

    Tabel 4.8 Tabel Pengujian Konsistensi Kriteria

    RESPONDEN 1 KRITERI

    A Kualita

    s Biay

    a Deliver

    y Servic

    e Reputatio

    n Rata- Rata

    P Vector

    Kualitas 1 2 2 5 7 0,401

    *2,178

    Biaya 0,5 1 3 2 5 0,266

    1,440

    Delivery 0,5 0,33 1 3 3 0,171

    0,947

    Service 0,2 0,5 0,333 1 5 0,117

    0,613

    Reputation 0,143 0,2 0,333 0,2 1 0,045

    0,236

    JUMLAH 2,343 4,03 6,666 11,2 21

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 60

    Keterangan Tabel :

    2,178 = Perhitungan tersebut dari (1 x 0,401) + (2 x 0,266) + (2x 0,171) + (5 x 0,117)

    + (7 x 0,045) . P Vector selanjutnya mengikuti langkah perhitungan diatas.

    Hasil P Vector diatas menunjukan kriteria kualitas tanah merah adalah prioritas

    utama dari responden 1. Kualitas memiliki bobot nilai P Vector sebesar 2,178 lebih

    unggul dibandingkan bobot nilai P Vector kriteria lainnya. Prioritas yang kedua adalah

    kriteria biaya dengan bobot nilai P Vector sebesar 1,440 begitu dengan urutan nilai

    bobot P Vector kriteria selanjutnya.

    Tahap setelah melakukan perhitungan terhadap P Vector adalah menghitung

    Eigen Value (λ) dan menghitung Eigen Value Maximal (λ max). Menghitung Eigen

    Value Maximal (λ max) dengan cara menghitung rata – rata dari nilai Eigen Value (λ)

    dari masing – masing kriteria. Rumus dalam menghitung Eigen Value Maximal (λ

    max) sebagai berikut :

    λ max = !"#/"%

    &

    Tabel 4. 9 Uji Konsistensi Kriteria Eigen Value (λλλλ)

    RESPONDEN 1 KRITERIA Rata-Rata Priority Vector Eigen Value ( λ) λ max

    Kualitas 0,401 2,178 *5,436

    **5,367 Biaya 0,266 1,440 5,422

    Delivery 0,171 0,947 5,531 Service 0,117 0,613 5,227

    Reputation 0,045 0,236 5,222

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    Nilai *5,436 = nilai tersebut didapat dari perhitungan 2,178 dibagi dengan rata rata

    (0,401).

  • 61

    Nilai **5,367 = semua nilai eigen value dijumlahkan lalu dibagi banyaknya kriteria

    (5).

    Nilai eigen merupakan bobot setiap elemen yang bertujuan untuk menentukan

    vektor prioritas dalam AHP dalam menentukan prioritas eleme-elemen pada tingkat

    hierarki kriteria maupun sub-kriteria dari terendah sampai tertinggi. Berikutnya adalah

    melakulan uji konsistensi pada matriks perbandingan berpasangan. Tabel menurut

    Saaty diatas menunujukan Random Index yang digunakan untuk menghitung tingkat

    konsistensi suatu data yang didapat. Dengan syarat jika tingkat konsistensi kurang dari

    10% atau 0,01 ( CR < 0,1 ) maka nilai tersebut memiliki sifat konsisten dan dapat

    diterima. Tetapi jika nilai tingkat konsistensi lebih dari 10% ( CR > 0,1 ) maka nilai

    tersebut memiliki sifat tidak konsisten. Jika nilai tingkat konsistensi dinyatakan tidak

    konsisten, maka pengisian nilai pada matriks berbandingan berpasangan harus diulang

    dengan mengikuti langkah-langkah yang sama. Pengulangan tersebut pada bagian

    kriteria sampai dengan bagian alternatif. Kemudian dalam perhitungan Consistency

    Index (CI) dapat dihitung dengan rumus :

    CI =

    (( )*+ , &)

    (&,/)

    Dimana n adalah jumlah kriteria kriteria dan sub-kriteria masing-masing.

    Beriku adalah hasil dari perhitungan Consistency Index (CI).

    Tabel 4.10 Pengujian Konsistensi Kriteria (CR)

    RESPONDEN 1 KRITER

    IA Rata- Rata

    Priority Vector

    Eigen Value (λ) λ max CI RI CR

    Kualitas 0,401

    2,178

    5,436

    5,367

    *0,092

    **1, 12

    ***0,08 2

    Biaya 0,266

    1,440

    5,422

    Delivery 0,171

    0,947

    5,531

    Service 0,117

    0,613

    5,227

    Reputati on

    0,045 0,236

    5,222 Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 62

    Keterangan Tabel :

    *0,092 = Nilai ini didapatkan dari ( λ max – n ) / ( n – 1 ). Dimana n adalah banyaknya

    kriteria.

    **1,120 = adalah nilai random index an disesuaikan dengan jumlah matriks kriteria

    yaitu urutan ke 5 pada tebel RI Saaty.

    ***0,082 = pembagian dari CI dengan RI.

    Consistency Index yang bernilai nol berarti pembobotan konsistensi bersifat

    sempurna maka dari itu tidak dilakukan lagi perhitungan CR. Karena hasil CI diatas

    adalah 0,110 yang berarti tidak sempurna perlu dilakukan perhitungan derajat

    konsistensi. Batas ketidaktoleransi dapat ditentukan oleh hasil CR atau Random

    Consistency Index. Dalam perhitungam CR mempunyai rumus sebagai berikut :

    CR =

    01

    21

    Dalam pengujian konsistensi terhadap sub-kriteria, perhitungan sama halnya

    dalam dalam perhitungan pada kriteria. Sebagai contoh berikut hasil pengujian

    konsistensi sub-kriteria terhadap responden.

    4.2.3.4 Pengujian Konsistensi Sub-Kriteria

    Setelah dilakukan normalisasi seperti data diata. Setelah itu tahap selanjutnya

    adalah melakukan pengujian konsistensi terhadap sub-kriteria yang ingin diteliti.

    Tahap pertama dalam pengujian konsistensi adalah menghitung P Vector atau Priority

    Vector.

    Tabel 4.11 Tabel Pengujian Konsistensi Sub-Kriteria

    KUALITAS K1 K2 K3 Rata-rata P Vector K1 1 0,333 5 0,282 *0,864 K2 3 1 7 0,644 2,008 K3 0,2 0,143 1 0,074 0,222

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 63

    Keterangan Tabel :

    *0,864 = Perhitungan tersebut didapat dari (1 x 0,282) + (1 x 0,644) + (5 x 0,074).

    P Vector selanjutnya mengikuti langkah perhitungan diatas. Tahap setelah

    perhitungan P Vector adalah menghitung Eigen Value (λ) dan menghitung Eigen

    Value Maximal (λ max). Menghitung Eigen Value Maximal (λ max) dengan cara

    menghitung rata – rata.

    Tabel 4. 12 Uji Konsistensi Sub-Kriteria Eigen Value (λλλλ)

    KUALITA S

    K1

    K2

    K3

    Rata-rata

    P Vector

    Eigen Value (λ)

    K1

    0,238

    0,224

    0,385

    0,282

    0,864

    3,061

    K2 0,714

    0,679

    0,538

    0,644

    2,008

    3,118

    K3 0,048

    0,097

    0,077

    0,074

    0,222

    3,010

    COST C1

    C2

    C3 Rata-Rata

    P Vector

    Eigen Value (λ)

    C1

    0,059

    0,077

    0,035

    0,057

    0,171

    3,012

    C2 0,529

    0,693

    0,724

    0,649

    2,043

    3,150

    C3

    0,412

    0,231

    0,241

    0,295

    0,908

    3,081

    SERVICE S1 S2 S3 Rata-Rata P Vector Eigen Value (λ) S1 0,654 0,556 0,692 0,634 1,945 3,068

    S2 0,131 0,111 0,077 0,106 0,320 3,008

    S3 0,216 0,333 0,231 0,260 0,788 3,031

    DELIVERY D1 D2 Rata – Rata D1 0,167 0,167 0,167 D2 0,833 0,833 0,833

    REPUTATION R1 R2 Rata – Rata R1 0,250 0,248 0,249 R2 0,750 0,752 0,751

  • 64

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    Nilai *3,061 = nilai tersebut didapat dari perhitungan 0,864 dibagi dengan rata rata

    (0,282).

    Berbeda halnya dengan kriteria yang hanya terdapat 2 sub-kriteria contohnya pada

    kriteria delivery dan reputation tidak perlu dilakukan pengujian konsistensi. Pengujian

    konsistensi hanya perlu dilakukan jika n pada sebuah matriks lebih dari 2.

    Tabel 4.13 Pengujian Konsistensi Sub-Kriteria (CR)

    SUB- KRITERIA

    Rata- rata

    P Vector

    Eigen Value (λ)

    (λ) Max

    CI RI CR

    K1 0,282 0,864 3,061

    K2 0,644 2,008 3,118 *3,063 **0,0 32

    ***0, 58

    ****0,0 55

    K3 0,074 0,222 3,01

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *3,063 = semua nilai eigen value dijumlahkan lalu dibagi banyaknya kriteria (3).

    **0,032 = Nilai ini didapatkan dari ( λ max – n ) / ( n – 1 ). Dimana n adalah banyaknya

    kriteria.

    ***0,58 = adalah nilai random index an disesuaikan dengan jumlah matriks kriteria

    yaitu urutan ke 5 pada tebel RI Saaty

    ****0,055 = pembagian dari CI dengan RI.

    Dalam pengujian konsistensi terhap sub-kriteria, perhitungan sama halnya dalam

    perhitungan kriteria. Sebagai contoh berikut hasil pengujian konsistensi terhadap

    responden. Nilai Random Consistency Index (CR) dari masing-masing kriteria

  • 65

    memiliki nilai yang kurang dari 0,1 yang berarti setiap sub-kriteria dari hasil kusioner

    bersifat konsisten.

    Nilai CR tertinggi terdapat pada kriteria Cost yaitu sebesar 0,070 (terdapat pada

    lampiran) dan bersifat konsisten. CR tertinggi kedua adalah sub-kriteria kualitas

    sebesar 0,055 yang berarti dibawah nilai 0,1 yang berisfat konsisten. Untuk sub-

    kriteria delivery dan reputation tidak perlu dilakukan dalam mengujian CR karena

    hanya terdapat 2 variabel.

    4.2.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif

    Selanjutnya setelah melakukan pengujian konsistensi terhadap matriks

    perbandingan berpasangan antar kriteria dan matriks berpasangan antar sub-kriteria,

    lakukanlah uji konsistensi terhadap matriks berpasangan alternatif dengan sub

    kriterianya.

    Tabel 4.14 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Responden 1

    K1 S1 S2 S3 S4 S5 S6

    S1 1 1 7 1 1 7 S2 1 1 3 1 1 3 S3 0,143 0,33 1 0,143 0,33 1

    S4 1 1 0,7 1 5 5 S5 1 1 0,333 0,2 1 0,33

    S6 0,143 0,333 1 0,2 3 1 4,286 4,663 13,033 3,543 11,33 17,33

    K2 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S1 1 3 3 1 5 3

    S2 0,33 1 7 0,33 1 0,33 S3 0,33 0,143 1 0,333 7 1 S4 1 3 3 1 7 5 S5 0,2 1 0,143 0,143 1 0,33 S6 0,333 3 1 0,2 3 1

    3,193 11,143 15,143 3,006 24 10,66

    K3 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S1 1 0,33 3 0,5 0,2 1

    S2 3 1 2 0,33 0,5 3 S3 0,33 0,5 1 0,5 0,143 0,33

  • 66

    S4 2 3 2 1 0,2 3

    S5 5 2 3 5 1 7 S6 1 0,33 3 0,33 0,143 1

    12,33 7,16 14 7,66 2,186 15,33

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Tabel diatas menjelaksan hasil perbandingan kuisoner dari responden 1 dalam

    memilih alternatif atau supplier tanah merah yang tepat. Untuk alternatif lainnya

    seperti cost, delivery, service dan reputation terdapat dalam lampiran.

    Tabel diatas adalah hasil pengisian kuisoner pada responden 1 dengan kriteria

    Kualitas. Terlihat pada kualitas 1 responden pertama lebih cenderung memilih supplier

    1 dalam hal Spesifikasi Bahan Baku Tanah Merah dengan bobot nilai 18. Untuk

    kriteria 2 atau Kegemburan Tanah Merah Supplier 2 lebih cenderung memilih supplier

    3 dengan total 15,143. Dan yang terakhir yaitu kualitas 3 atau Konsistensi Kualitas

    responden 1 cenderung memilih supplier 6 dalam memenuhi kriteria tersebut.

    4.2.5 Perhitungan Bobot Alternatif

    4.2.5.1 Pengujian Normalisasi Alternatif

    Setelah dilakukan pembobotan terhadap setiap alternatif kedalam

    matriks perbandingan berpasangan alternatif. Selanjutnya adalah melakukan

    perhitungan normalisasi terhadap matriks perbandingan berpasangan

    alternatif. Perhitungan normalisasi dilakukan dengan cara seperti perhitungan

    sebelumnya yaitu perhitungan dalam melakukan normalisasi terhadap kriteria

    dan sub-kriteria. Hasil dari normalisasi dari perbandingan berpasangan kriteria

    terhadap responden 1 adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.15 Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif

    K1 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata-Rata S1 0,233 0,214 0,537 0,282 0,088 0,404 *0,293 S2 0,233 0,214 0,23 0,282 0,088 0,173 0,204 S3 0,033 0,071 0,077 0,04 0,029 0,058 0,051 S4 0,233 0,214 0,054 0,282 0,441 0,289 0,252

  • 67

    S5 0,233 0,214 0,026 0,056 0,088 0,019 0,106 S6 0,033 0,071 0,077 0,056 0,265 0,058 0,093

    K2 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata-Rata S1 0,313 0,269 0,198 0,333 0,208 0,281 0,267 S2 0,103 0,09 0,462 0,11 0,042 0,031 0,14 S3 0,103 0,013 0,066 0,111 0,292 0,094 0,113 S4 0,313 0,269 0,198 0,333 0,292 0,469 0,312 S5 0,063 0,09 0,009 0,048 0,042 0,031 0,047 S6 0,104 0,269 0,066 0,067 0,125 0,094 0,121

    K3 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata-Rata S1 0,081 0,046 0,214 0,065 0,091 0,065 0,094 S2 0,243 0,14 0,143 0,043 0,229 0,196 0,166 S3 0,027 0,07 0,071 0,065 0,065 0,022 0,053 S4 0,162 0,419 0,143 0,131 0,091 0,196 0,19 S5 0,406 0,279 0,214 0,653 0,457 0,457 0,411 S6 0,081 0,046 0,214 0,043 0,065 0,065 0,086

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *0,293 = nilai ini didapatkan dari rata – rata dari Supplier 1. Yaitu dengan

    menjumlahkan masing – masing bobot 0,233+0,214+0,537+0,282+0,008+0,404 lalu

    di bagi dengan jumlah supplier yaitu 6. Untuk kriteria selanjutnya perhitungannya

    sama dengan perhitungan rata – rata supplier 1 pasa sub-kriteria 1.

    Untuk alternatif lainnya seperti cost, delivery, service dan reputation terdapat dalam

    lampiran.

    4.2.5.2 Pengujian Konsistensi Alternatif

    Setelah melakukan pengujian normalisasi terhadap matriks perbandingan

    berpasangan alternatif. Selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi terhadap

    matriks perbandingan berpasangan alternatif. Berikut adalah rumus dalam melakukan

    perhitungan konsistensi :

  • 68

    Eigen Value (λ) = Priority Vector / Weight atau Rata – Rata

    M

    CR = 01, dimana, 21

    CI = (345 – & & ,/

    Dalam pengujian konsistensi alternatif, table Random Index yang dicetuskan

    Saaty sangat diperlukan. Dimana jika hasil dari tingkat konsitensi alternatif kurang

    dari 10% atau CR < 0,1 maka nilai konsistensi dianggap konsisten, dan hasil tersebut

    dapat dipakai dalam penelitian. Namun sebaliknya, jika hasil kosnsitensi lebih dari

    10% atau CR > 0,1, maka nilai perbandingan berpasangan alternatif bersifat tidak

    konsisten. Maka dari itu harus dilakukan pengisian nilai pada matriks perbandingan

    berpasangan harus diulang hingga hasilnya konsisten.

    Tabel 4.16 Tabel Pengujian Konsistensi Alternatif Responden 1

    K1 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata-Rata P Vector S1 1 1 7 1 1 7 0,293 *1,868 S2 1 1 3 1 1 3 0,204 1,289 S3 0,143 0,33 1 0,143 0,33 1 0,051 0,325 S4 1 1 0,7 1 5 5 0,252 1,316 S5 1 0,333 0,2 1 0,33 0,106 0,671 S6 0,143 0,333 1 0,2 3 1 0,093 0,530

    K1 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata-Rata P Vector S1 1 3 3 1 5 3 0,267 **1,474 S2 0,33 1 7 0,33 1 0,33 0,140 3,632 S3 0,33 0,143 1 0,333 7 1 0,113 0,160 S4 1 3 3 1 7 5 0,312 0,905 S5 0,2 1 0,143 0,143 1 0,33 0,047 0,100 S6 0,333 3 1 0,2 3 1 0,121 0,031

    K1 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata-Rata P Vector S1 1 0,33 3 0,5 0,2 1 0,094 0,572

  • 69

    S2 3 1 2 0,33 0,5 3 0,166 1,080 S3 0,33 0,5 1 0,5 0,143 0,33 0,053 0,349 S4 2 3 2 1 0,2 3 0,190 1,321 S5 5 2 3 5 1 7 0,411 2,924

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Tabel Pengujian Konsistensi diatas bertujuan untuk melihat hasil dari kuisoner,

    ada 2 kemungkinan hasil yaitu konsisten dan tidak konsisten. Hasil tersebut dilihat dari

    Consistency Ratio (CR). Untuk hasil sub-kriteria cost, delivery, flexibilitas dan

    reputation responden 1 terdapat pada lampiran. Begitu juga hasil dari responden 2

    sampai dengan responden 5 terdapat pada lampiran.

    *1,868 = nilai ini didapatkan dari (1 x 0,293) + (1 x 0,204) + (7 x 0,51) + (1 x 0,252)

    + (1 x 0,106) + (7 x 0,093)

    **1,474 = nilai ini didapatkan dari (1 x 0,267) + (3 x 0,140) + (3 x 0,113) + (1 x 0,312

    + (5 x 0,047) + (3 x 0,121)

    Tabel Pengujian Konsistensi Alternatif Responden Sub-Kriteria lainnya seperti

    Cost, Delivery, Service, dan Reputation terdapat pada lampiran untuk masing – masing

    responden.

    Tabel 4.17 Tabel Uji Konsistensi Sub-Kriteria Eigen Value

    K 1

    S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata- Rata

    P Vector (λ)

    S1

    0,233

    0,214

    0,537

    0,282

    0,088

    0,404 0,293 1,868

    *6,372

    S2 0,233

    0,214 0,230

    0,282

    0,088

    0,173 0,204 1,289

    6,334

    S3

    0,033

    0,071 0,077

    0,040

    0,029

    0,058 0,051 0,325

    6,330

    S4 0,233

    0,214 0,054

    0,282

    0,441

    0,289 0,252 1,316

    5,216

    S5

    0,233

    0,214 0,026

    0,056

    0,088

    0,019 0,106 0,671

    6,315

    S6 0,033

    0,071 0,077

    0,056

    0,265

    0,058 0,093 0,530

    5,675

    K 2

    S1 S2 S3 S4 S5 S6 Rata- Rata

    P Vector (λ)

  • 70

    S1

    0,313

    0,269

    0,198

    0,333

    0,208

    0,281

    0,267

    1,474

    **5,51 7

    S2 0,103 0,090

    0,462

    0,110

    0,042

    0,031

    0,140

    3,632

    26,012

    S3 0,103 0,013

    0,066

    0,111

    0,292

    0,094

    0,113

    0,160

    1,415

    S4 0,313

    0,269

    0,198

    0,333

    0,292

    0,469

    0,312

    0,905

    2,898

    S5 0,063 0,090

    0,009

    0,048

    0,042

    0,031

    0,047

    0,100

    2,128

    S6 0,104

    0,269

    0,066

    0,067

    0,125

    0,094

    0,121

    0,031

    0,257

    K 3 S1 S2 S3 S4 S5 S6

    Rata- Rata

    P Vector (λ)

    S1

    0,081

    0,046

    0,214

    0,065

    0,091

    0,065

    0,094

    0,572

    6,090

    S2 0,243

    0,140

    0,143

    0,043

    0,229

    0,196

    0,166

    1,080

    6,523

    S3 0,027 0,070

    0,071

    0,065

    0,065

    0,022

    0,053

    0,349

    6,546

    S4 0,162

    0,419

    0,143

    0,131

    0,091

    0,196

    0,190

    1,321

    6,944

    S5 0,406 0,279

    0,214

    0,653

    0,457

    0,457

    0,411

    2,924

    7,115

    S6 0,081

    0,046

    0,214

    0,043

    0,065

    0,065

    0,086

    0,516

    6,010

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    Nilai *6,372 = nilai tersebut didapat dari perhitungan P-Vector (1,868) dibagi dengan

    rata rata (0,293).

    Nilai **5,517 = nilai tersebut didapat dari perhitungan P-Vector (1,289) dibagi dengan

    rata rata (0,267).

    Tabel 4.18 Pengujian Konsistensi Alternatif (CR)

    K1 Rata-Rata P Vector (λ) (λ) Max CI RI CR S1 0,293 1,868 6,372

    S2 0,204 1,289 6,334

    S3 0,051 0,325 6,330 *6,040 **0,008 ***1,24 ****0,007 S4 0,252 1,316 5,216

    S5 0,106 0,671 6,315

  • 71

    S6 0,093 0,530 5,675

    K2 Rata-Rata P Vector (λ) (λ) Max CI RI CR

    S1 0,267 1,474 5,517

    S2 0,140 3,632 26,012

    S3 0,113 0,160 1,415 6,371 0,074 1,24 0,060 S4 0,312 0,905 2,898

    S5 0,047 0,100 2,128

    S6 0,121 0,031 0,257

    K3 Rata-Rata P Vector (λ) (λ) Max CI RI CR

    S1 0,094 0,572 6,090

    S2 0,166 1,080 6,523

    S3 0,053 0,349 6,546 6,538 0,108 1,24 0,087 S4 0,190 1,321 6,944

    S5 0,411 2,924 7,115

    S6 0,086 0,516 6,010

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *6,040 = semua nilai eigen value dijumlahkan lalu dibagi banyaknya kriteria (3).

    **0,008 = Nilai ini didapatkan dari ( λ max – n ) / ( n – 1 ). Dimana n adalah banyaknya

    kriteria.

    ***1,24 = adalah nilai random index an disesuaikan dengan jumlah matriks kriteria

    yaitu urutan ke 6 pada tebel RI Saaty

    ****0,007 = pembagian dari CI dengan RI.

    Dalam pengujian konsistensi terhadapa alternatif, perhitungan sama halnya

    dalam perhitungan kriteria dan sub-kriteria. Sebagai contoh berikut hasil pengujian

    konsistensi terhadap responden 1 diatas. Nilai Random Consistency Index (CR) dari

    masing-masing kriteria memiliki nilai yang kurang dari 0,1 yang berarti setiap

    alternatif dari hasil kusioner bersifat konsisten.

  • 72

    4.2.6 Hasil Perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)

    Setelah mendapatkan hasil perhitungan dari masing – masing kriteria, sub-

    kriteria dan alternatif maka akan menghasilkan bobot penilaian dari setiap kriteria,

    sub-kriteria dan alternatif dari 3 responden pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

    Langkah selanjutnya adalah melakukan penggabungan antara semua penilian tersebut

    dengan menggunakan Geometric Mean. Rumus Geometric Mean yang digunakan

    adalah sebagai berikut :

    Geometric Mean =

    Atau

    Geometric Mean = 97�/ � �; � �< , … , �&

    4.2.6.1 Analisa Geometric Mean Kriteria

    Perhitungan Geometric dari masing – masing kriteria adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.19 Perhitungan Geometric Mean Kriteria

    KRITERIA

    R1

    R2

    R3

    R4

    R5

    Geometric Mean

    Weight

    Weight

    Weight

    Weight

    Weight

    Weight

    Kualitas

    0,401

    0,138

    0,432

    0,434

    0,135

    *0,269

    Cost

    0,266

    0,069

    0,065

    0,092

    0,058

    0,173

    Delivery

    0,171

    0,063

    0,06

    0,038

    0,087

    0,129

    Service

    0,117

    0,249

    0,151

    0,171

    0,242

    0,189

    Reputation

    0,045

    0,481

    0,292

    0,265

    0,478

    0,24

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 73

    Keterangan Tabel :

    *0,269 = Hasil tersebut didapatkan dari perhitungan Geometric yang memiliki rumus

    mengalikan masing-masing bobot hasil dari responden lalu mengakarkan dengan

    pangkat akar sesuai banyaknya responden atau sama dengan rumus :

    ������ !" #�$% = R7(0,401 � 0,138 � 0,432 � 0,434 � 0,135)

    Untuk Geometric Mean kriteria selanjutnya mengikuti langkah seperti

    perhitungan geometric mean diatas. Berdasarkan Analisa Perhitungan Geometric

    Mean dari kelima esponden.

    4.2.6.2 Hasil Urutan Prioritas Kriteria

    Urutan prioritas kriteria dapat disimpulkan dari hasil Geometric Mean yang telah

    diolah dengan metode AHP diatas. Bisa dilihat urutan prioritas untuk kriteria dalam

    pemilihan kriteria tanah merah pada PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Pembangunan

    Jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran sebagai berikut :

    1. Kualitas

    2. Reputation

    3. Service

    4. Cost

    5. Delivery

    Setelah melakukan pengurutan prioritas kriteria dari kelima responden

    Selanjutnya, peneliti melakukan perhitungan geometric mean sub-kriteria. Cara

    perhitungan dalam menghitung geometric mean dari sub-kriteria memiliki sedikit

    perbedaan dari perhitungan geometric mean terhadap kriteria. Sebelum menghitung

    Geometric Mean peneliti harus menghitung bobot keseluruhan atau Global Weight

    terlebih dahulu.

  • 74

    4.2.6.3 Analisa Geometric Mean Sub – Kriteria

    Tabel 4.20 Nilai dan Bobot Keselurahan Global Weight Sub – Kriteria

    Kriteria dan Sub-

    Kriteria

    Responden 1 Responden 2 Responden 3

    Weig

    ht Criter

    ia

    Local Weig

    ht Sub-

    Criter ia

    Globa l

    Weig ht

    Sub- Criter

    ia

    Weig

    ht Criter

    ia

    Local Weig

    ht Sub-

    Criter ia

    Globa l

    Weig ht

    Sub- Criter

    ia

    Weig

    ht Criter

    ia

    Local Weig

    ht Sub-

    Criter ia

    Globa l

    Weig ht

    Sub- Criter

    ia Kualitas 0,401 0,138 0,432

    K1 0,282 *0,113 0,282 0,039 0,283 0,122

    K2

    0,644 **0,25

    8

    0,644 0,089

    0,643

    0,278 K3 0,074 0,030 0,074 0,010 0,074 0,032

    Cost 0,266 0,069 0,065 C1 0,057 0,015 0,057 0,004 0,090 0,006 C2 0,649 0,173 0,648 0,045 0,354 0,023 C3 0,295 0,078 0,295 0,020 0,556 0,036

    Delivery 0,171 0,063 0,060 D1 0,167 0,029 0,167 0,011 0,125 0,008 D2 0,833 0,142 0,833 0,052 0,875 0,053

    Service 0,117 0,249 0,151 S1 0,634 0,074 0,634 0,158 0,643 0,097 S2 0,106 0,012 0,106 0,026 0,283 0,043 S3 0,26 0,030 0,260 0,065 0,074 0,011

    Reputati on

    0,045

    0,481

    0,292

    R1 0,249 0,011 0,249 0,120 0,833 0,243 R2 0,751 0,034 0,750 0,361 0,167 0,049

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Tabel 4.21 Lanjutan Nilai dan Bobot Keselurahan Global Weight Sub –

    Kriteria

    Kriteria

    dan Sub-

    Kriteria

    Responden 4 Responden 5

    Weight Criteria

    Local Weight

    Sub- Criteria

    Global Weight Sub-

    Criteria

    Weight Criteria

    Local Weight Sub-

    Criteria

    Global Weight Sub-

    Criteria Kualitas 0,434 0,135

    K1 0,193 0,084 0,134 0,018 K2 0,723 0,314 0,746 0,101 K3 0,084 0,036 0,12 0,016

    Cost 0,082 0,058 C1 0,093 0,008 0,09 0,005

  • 75

    C2 0,292 0,024 0,354 0,021 C3 0,615 0,050 0,556 0,032

    Delivery 0,058 0,087 D1 0,125 0,007 0,167 0,015 D2 0,875 0,051 0,833 0,072

    Service 0,161 0,242 S1 0,365 0,059 0,057 0,014 S2 0,206 0,033 0,649 0,157 S3 0,429 0,069 0,294 0,071

    Reputation 0,265 0,478 R1 0,751 0,199 0,833 0,398 R2 0,249 0,066 0,167 0,080

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    Tabel Analisa Geometric Sub-Criteria diatas adalah tabel yang menjelaskan

    hasil perhitungan yang telah diolah oleh penulis terhadap kelima responden. Global

    Weight adalah hasil dari Weight Criteria atau disebut rata-rata kriteria yang dikalikan

    Local Weight Sub-Criteria atau rata-rata sub-kriteria yang telah dihitung sebelumnnya.

    *0,113 = Perhitungan didapatkan dari perkalian antara Weight Criteria dengan Local

    Weight Sub-Kriteria (0,401 x 0,282).

    *0,0258 = Perhitungan didapatkan dari perkalian antara Weight Criteria dengan Local

    Weight Sub-Kriteria (0,401 x 0,644). Untuk perhitungan Global Weight Sub-Criteria

    mengikuti langkah tersebut.

    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :

    A. Responden 1

    • Dalam sub-kriteria Kualitas memiliki bobot tertinggi pada Kualitas 2 yaitu

    Kegemburan Tanah Merah sebesar 0,258.

    • Pada sub-kriteria Cost memiliki bobot tertinggi pada Cost 2 yaitu Harga Produk

    sebesar 0,173.

    • Pada sub-kriteria Delivery memiliki bobot tertinggi pada Delivery 2 yaitu

    Ketepatan Jumlah Pengiriman sebesar 0,142 dibandingkan dengan Ketepatan

    Waktu Pengiriman sebesar 0,029.

    • Dalam sub-kriteria Service memiliki bobot tertinggi pada Service 1 yaitu

    Flexibilitas Pemesanan sebesar 0,074.

  • 76

    • Dalam sub-kriteria Reputation memiliki bobot tertinggi pada Reputation 2 yaitu

    History Konsumen sebesar 0,034 dibandingkan dengan Performa Perusahaan

    sebesar 0,011.

    B. Responden 2

    • Dalam sub-kriteria Kulitas memiliki bobot tertinggi pada Kualitas 2 yaitu

    Kegemburan Tanah Merah sebesar 0,089.

    • Pada sub-kriteria Cost memiliki bobot tertinggi pada Cost 2 yaitu Harga Produk

    sebesar 0,045.

    • Pada sub-kriteria Delivery memiliki bobot tertinggi pada Delivery 2 yaitu

    Ketepatan Jumlah Pengiriman sebesar 0,052 dibandingkan dengan Ketepatan

    Waktu Pengiriman sebesar 0,011.

    • Dalam sub-kriteria Service memiliki bobot tertinggi pada Service 1 yaitu

    Flexibilitas Pemesanan sebesar 0,138.

    • Dalam sub-kriteria Reputation memiliki bobot tertinggi pada Reputation 2 yaitu

    History Konsumen sebesar 0,361 dibandingkan dengan Performa Perusahaan

    sebesar 0,120.

    C. Responden 3

    • Dalam sub-kriteria Kualitas memiliki bobot tertinggi pada Kualitas 2 yaitu

    Kegemburan Tanah Merah sebesar 0,278.

    • Pada sub-kriteria Cost memiliki bobot tertinggi pada Cost 3 yaitu Harga Produk

    sebesar 0,036.

    • Pada sub-kriteria Delivery memiliki bobot tertinggi pada Delivery 2 yaitu

    Ketepatan Jumlah Pengiriman sebesar 0,053 dibandingkan dengan Ketepatan

    Waktu Pengiriman sebesar 0,008.

    • Dalam sub-kriteria Service memiliki bobot tertinggi pada Service 1 yaitu

    Flexibilitas Pemesanan sebesar 0,097.

    • Dalam sub-kriteria Reputation memiliki bobot tertinggi pada Reputation 1 yaitu

    Performa Perusahaan sebesar 0,243 dibandingkan dengan History Konsumen

    sebesar 0,049.

  • 77

    D. Responden 4

    • Dalam sub-kriteria Kualitas memiliki bobot tertinggi pada Kualitas 2 yaitu

    Kegemburan Tanah Merah sebesar 0,314.

    • Pada sub-kriteria Cost memiliki bobot tertinggi pada Cost 3 yaitu Harga Produk

    sebesar 0,050.

    • Pada sub-kriteria Delivery memiliki bobot tertinggi pada Delivery 2 yaitu

    Ketepatan Jumlah Pengiriman sebesar 0,051 dibandingkan dengan Ketepatan

    Waktu Pengiriman sebesar 0,007.

    • Dalam sub-kriteria Service memiliki bobot tertinggi pada Service 3 yaitu sebesar

    0,069.

    • Dalam sub-kriteria Reputation memiliki bobot tertinggi pada Reputation 1 yaitu

    Performa Perusahaan sebesar 0,833 dibandingkan dengan History Konsumen

    sebesar 0,167.

    E. Responden 5

    • Dalam sub-kriteria Kualitas memiliki bobot tertinggi pada Kualitas 2 yaitu

    Kegemburan Tanah Merah sebesar 0,101.

    • Pada sub-kriteria Cost memiliki bobot tertinggi pada Cost 3 yaitu Harga Produk

    sebesar 0,032.

    • Pada sub-kriteria Delivery memiliki bobot tertinggi pada Delivery 2 yaitu

    Ketepatan Jumlah Pengiriman sebesar 0,072 dibandingkan dengan Ketepatan

    Waktu Pengiriman sebesar 0,015.

    • Dalam sub-kriteria Service memiliki bobot tertinggi pada Service 2 yaitu sebesar

    0,157.

    • Dalam sub-kriteria Reputation memiliki bobot tertinggi pada Reputation 1 yaitu

    Performa Perusahaan sebesar 0,398 dibandingkan dengan History Konsumen

    sebesar 0,080.

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas 2 yaitu kegemburan tanah

    merah memiliki bobot nilai yang paling tinggi diantara lainnya, untuk sub-kriteria cost

    yaitu harga produk memiliki nilai paling tinggi diantara lainnya, untuk sub-kriteria

    delivery yaitu dalam ketepatan jumlah pengiriman lebih tinggi bobot nilainya diantara

    lainnya. Sub-kriteria flexibilitas pemesanan memiliki bobot nilai yang mutlak lebih

  • 78

    tinggi dari pada sub-kriteria service lainnya. Dan yang terakhir adalah reputation, pada

    sub-kriteria reputation performa perusahaan memiliki bobot nilai yang lebih tinggi

    daripada history konsumen.

    Langkah selanjutnya setelah menghitung Global Weight untuk masing-masing

    sub-kriteria adalah melakukan perhitungan Geometric Mean dengan rumus seperti

    perhitungan Geometric Mean pada masing-masing kriteria.

    Geometric Mean = 97�/ � �; � �< , … , �&

    Tabel 4.22 Geometric Mean Global Weight Sub – Kriteria

    Kriteria & Sub - Kriteria

    Geometric Mean

    Result

    Normalized

    Kualitas

    K1 *0,061 ** 0,090

    K2 0,061 0,090 K3 0,022 0,033

    Cost

    C1 0,009 0,013 C2 0,050 0,075 C3 0,051 0,076

    Delivery

    D1 0,012 0,018 D2 0,068 0,101

    Service

    S1 0,062 0,092 S2 0,037 0,055 S3 0,040 0,060

    Reputation

    R1 0,121 0,179 R2 0,079 0,118

    TOTAL 0,674 1

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

  • 79

    *0,061 = R7(0,113 � 0,039 � 0,039 � 0,122 � 0,084 � 0,018)

    **0,090 = hasil dari pembagian 0,061 dengan 0,674. Dalam mencari nilai keseluruhan

    Geometric Mean dari Global Weight Sub – Kriteria dan perhitungan Normalisasi ikuti

    kedua langkah diatas. Agar lebih mempermudah proses perhitungan AHP peneliti

    merangkum hasil global weight sub-kriteria dari 5 responden dalam tabel 4.26.

    Tabel 4.23 Rangkuman Nilai Global Weight Sub – Kriteria

    Kriteria dan Sub-Kriteria

    Responden 1 Responden 2 Responden 3

    Global Weight

    Global Weight

    Global Weight

    K1 0,113 0,039 0,122 K2 0,258 0,089 0,278 K3 0,030 0,010 0,032 C1 0,015 0,004 0,006 C2 0,173 0,045 0,023 C3 0,078 0,020 0,036 D1 0,029 0,011 0,008 D2 0,142 0,052 0,053 S1 0,074 0,158 0,097 S2 0,012 0,026 0,043 S3 0,030 0,065 0,011 R1 0,011 0,120 0,243 R2 0,034 0,361 0,049

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Tabel 4.24 Lanjutan Rangkuman Nilai Global Weight Sub – Kriteria

    Sub-

    Kriteria

    Responden 4 Responden 5 Geometric Mean Sub-Kriteria

    Global Weight Global Weight Global Weight Ranking

    K1 0,084 0,018 0,075 5 K2 0,314 0,101 0,208 1 K3 0,036 0,016 0,025 11 C1 0,008 0,005 0,008 13 C2 0,024 0,021 0,057 7 C3 0,050 0,032 0,044 10 D1 0,007 0,015 0,014 12 D2 0,051 0,072 0,074 6 S1 0,059 0,014 0,080 4 S2 0,033 0,157 0,054 8

  • 80

    S3 0,069 0,071 0,049 9 R1 0,199 0,398 0,194 2 R2 0,066 0,080 0,118 3

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Setelah mendapatkan rangkuman hasil Global Weight Sub-kriteria dari 5

    responden, maka akan diurutkan urutan proritas dari sub-kriteria dalam pemilihan

    tanah merah di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Pembangunan Jalan Tol Cengkareng

    – Batu Ceper – Kunciran seperti tabel 4.28. Urutan prioritas berdasarkan hasil

    perhitungan Global Weight Sub-Kriteria diatas

    Tabel 4.25 Urutan Prioritas dan Hasil Global Weight Sub – Kriteria

    Sub-Kriteria

    Geometric Mean Sub-Kriteria

    Global Weight Ranking

    K2 0,208 1 R1 0,194 2 R2 0,118 3 S1 0,080 4 K1 0,075 5 D2 0,074 6 C2 0,057 7 S2 0,054 8 S3 0,049 9 C3 0,044 10 K3 0,025 11 D1 0,014 12 C1 0,008 13

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 81

    4.2.6.4 Analisa Geometric Mean Alternatif

    Tabel 4.26 Geometric Mean dari Alternatif

    ALTERN

    ATIF

    KUALITAS 1 Geometric Mean

    Respond en 1

    Respond en 2

    Respond en 3

    Respond en 4

    Respond en 5

    Weig ht

    Normali zed

    S1

    0,293

    0,293

    0,293

    0,312

    0,307

    *0,30 0

    **0,302

    S2 0,204 0,204 0,204 0,193 0,108 0,177 0,179 S3 0,051 0,051 0,051 0,041 0,045 0,048 0,048 S4 0,252 0,252 0,252 0,242 0,330 0,264 0,266 S5 0,106 0,106 0,106 0,127 0,123 0,113 0,114 S6 0,093 0,093 0,093 0,083 0,087 0,090 0,091

    0,993 1,000

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Setelah mendapatkan hasil dari semua responden, selanjutnya penulis mengolah

    semua data dari kelima responden untuk menghitung rata-ratanya atau geometric mean

    dengan tujuan dapat menghasilkan urutan prioritas pada alternatif yaitu supplier tanah

    merah.

    Perhitungan Geometric Mean sama seperti cara dalam menghitung Geometric

    Mean dari Sub – Kriteria sebelumya. Sub – Kriteria K1 sebagai contoh dalam

    perhitungan Geometric Mean Alternatif. Sub – Kriteria lainnya terdapat pada

    lampiran.

    *0,300 = R7(0,293 � 0,204 � 0,051 � 0,252 � 0,106 � 0,093)

    **0,302 = Weight S1 dibagi dengan total keseluruhan weight. 0,300 dibagi dengan

    0,993

    Pada tahap melakukan normalisasi kelima responden cenderung memilih

    supplier 4 dalam pemenuhan sub-kriteria yang pertama yaitu Spesifikasi Bahan Baku

    sebesar 0,266. Supplier kedua yang dipilih adalah Supplier 1 memiliki bobot

    normalisasi 0,302. Begitu seterusnya. Untuk sub-kriteria lainnya terdapat dalam

    halaman lampiran.

  • 82

    4.2.6.5 Hasil Perhitungan Analytical Hierarchy Process

    Dalam AHP ini, penulis hanya akan menampilkan hasil perhitungan dari

    geometric mean dari kualitas untuk perhitungan lainnya terdapat dalam lampiran.

    Perhitungan Geometric Mean Alternatif pada kriteria kualitas bertujuan untuk menarik

    angka perwakilan dari para responden mengenai alternatif terkait dengan sub – kriteria

    yang ada. Berikut adalah hasil perhitungan Geometric Mean beserta Urutan Prioritas

    dar Alternatif.

    Tabel 4.27 Geometric Mean dan Urutan Prioritas dari Alternatif

    SUB - KRITERIA

    HASIL AKHIR GEOMETRIC MEAN

    S1

    S2

    S3

    S4

    S5

    S6

    Global Weight

    K1 0,293 0,204 0,051 0,252 0,106 0,093 0,208 K2 0,267 0,140 0,113 0,312 0,047 0,121 0,194 K3 0,094 0,166 0,053 0,190 0,411 0,086 0,118 C1 0,232 0,362 0,085 0,134 0,105 0,083 0,080 C2 0,283 0,081 0,149 0,118 0,227 0,141 0,075 C3 0,245 0,089 0,125 0,358 0,121 0,063 0,074 D1 0,199 0,038 0,165 0,144 0,098 0,355 0,057 D2 0,155 0,193 0,161 0,174 0,194 0,053 0,054 S1 0,047 0,104 0,169 0,258 0,325 0,098 0,049 S2 0,061 0,107 0,298 0,256 0,143 0,135 0,044 S3 0,222 0,205 0,157 0,266 0,064 0,085 0,025 R1 0,066 0,174 0,147 0,297 0,198 0,117 0,014 R2 0,072 0,275 0,118 0,145 0,270 0,119 0,008

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil bobot akhir alternatif. Maka global weight

    atau bobot diatas dikalikan dengan bobot geometric mean sub-kriteria dengan hasil

    sebagai berikut :

  • 83

    Tabel 4.28 Hasil Akhir Perhitungan AHP Pada Alternatif

    SUB - KRITERIA

    HASIL AKHIR GEOMETRIC MEAN

    S1 S2 S3 S4 S5 S6

    K1 *0,061 0,042 0,011 0,052 0,022 0,019

    K2 0,052 0,027 0,022 0,061 0,009 0,024

    K3 0,011 0,020 0,006 0,022 0,048 0,010

    C1 0,019 0,029 0,007 0,011 0,008 0,007

    C2 0,021 0,006 0,011 0,009 0,017 0,011

    C3 0,018 0,007 0,009 0,027 0,009 0,005

    D1 0,011 0,002 0,009 0,008 0,006 0,020

    D2 0,008 0,010 0,009 0,009 0,011 0,003

    S1 0,002 0,005 0,008 0,013 0,016 0,005

    S2 0,003 0,005 0,013 0,011 0,006 0,006

    S3 0,006 0,005 0,004 0,007 0,002 0,002

    R1 0,001 0,002 0,002 0,004 0,003 0,002

    R2 0,001 0,002 0,001 0,001 0,002 0,001

    Total 0,215 0,164 0,112 0,235 0,160 0,114

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *0,061 = Nilai tersebut didapatkan dengan mengalikan global weight atau bobot pada

    tabel 4.26 dikalikan dengan bobot geometric mean sub-kriteria. 0,208 dikalikan

    dengan 0,293

    Tabel 4.29 Analisis Hasil Perhitungan AHP

    ALTERNATIF BOBOT AKHIR

    Supplier 1 0,215

    Supplier 2 0,164

    Supplier 3 0,112

    Supplier 4 0,235

    Supplier 5 0,160

    Supplier 6 0,114

    1,000

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 84

    Berdasarkan hasil perhitungan AHP pada tabel 4. 29. 1 dari 6 supplier memiliki

    urutan prioritas pertama yaitu supplier 4. Supplier 4 memiliki bobot sebesar 0,235. Hal

    tersebut menjadikan supplier 4 layak dijadikan supplier yang dipilih oleh PT. Wijaya

    Karya (Persero) Tbk dalam memenuhi kebutuhan proyek akan tanah merah. Dalam

    perhitungan AHP, supplier 4 unggul dalam 4 sub-kriteria yaitu dalam K2, C3, S3, dan

    R1. Sedangkan 5 supplier yang lain hanya unggul dalam beberapa sub-kriteria lainnya.

    Untuk menghasilkan perhitungan prioritas alternatif dari AHP, penulis melakukan uji

    TOPSIS.

    4.3 Metode Analisis TOPSIS

    4.3.1 Matriks Keputusan

    Dalam metode TOPSIS, langkah pertama adalah membuat matriks keputusan.

    Dari data AHP yang telah dikelola diatas sebelumnya dapat dibuat matriks keputusan

    seperti dibawah ini :

    Tabel 4.30 Hasil Akhir Geometric Mean AHP

    SUB - KRITERIA

    HASIL AKHIR GEOMETRIC MEAN

    S1

    S2

    S3

    S4

    S5

    S6

    Global Weight

    K1 0,293 0,204 0,051 0,252 0,106 0,093 0,208 K2 0,267 0,140 0,113 0,312 0,047 0,121 0,194 K3 0,094 0,166 0,053 0,190 0,411 0,086 0,118 C1 0,232 0,362 0,085 0,134 0,105 0,083 0,080 C2 0,283 0,081 0,149 0,118 0,227 0,141 0,075 C3 0,245 0,089 0,125 0,358 0,121 0,063 0,074 D1 0,199 0,038 0,165 0,144 0,098 0,355 0,057 D2 0,155 0,193 0,161 0,174 0,194 0,053 0,054 S1 0,047 0,104 0,169 0,258 0,325 0,098 0,049 S2 0,061 0,107 0,298 0,256 0,143 0,135 0,044 S3 0,222 0,205 0,157 0,266 0,064 0,085 0,025 R1 0,066 0,174 0,147 0,297 0,198 0,117 0,014 R2 0,072 0,275 0,118 0,145 0,270 0,119 0,008

    S Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 85

    4.3.2 Matriks Keputusan Ternomalisasi

    Setelah menyusun matriks keputusan, selanjutnya membuat matriks

    keputusan ternomalisasi. Tujuan dari matriks keputusan ternomalisasi adalah

    untuk menghetaui bobot dari masing - masing keputusan. Matriks keputusan

    ternormalisasi memiliki rumus sebagai berikut :

    Tabel 4.31 Matriks Keputusan Ternormalisasi

    SUB - KRITERI

    A

    Hasil Akhir Geomteric Mean

    S1

    S2

    S3

    S4

    S5

    S6 TOTA

    L

    Akar

    K1

    *0,086

    0,042

    0,003

    0,064

    0,011

    0,009

    **0,214 ***0,46

    2

    K2

    0,071

    0,020

    0,013

    0,097

    0,002

    0,015

    0,218

    0,467

    K3

    0,009

    0,028

    0,003

    0,036

    0,169

    0,007

    0,252

    0,502

    C1

    0,054

    0,131

    0,007

    0,018

    0,011

    0,007

    0,228

    0,477

    C2

    0,080

    0,007

    0,022

    0,014

    0,052

    0,020

    0,194

    0,441

    C3

    0,060

    0,008

    0,016

    0,128

    0,015

    0,004

    0,230

    0,480

    D1

    0,040

    0,001

    0,027

    0,021

    0,010

    0,126

    0,225

    0,474

    D2

    0,024

    0,037

    0,026

    0,030

    0,038

    0,003

    0,158

    0,397

    S1

    0,002

    0,011

    0,029

    0,067

    0,106

    0,010

    0,223

    0,473

    S2

    0,004

    0,011

    0,089

    0,066

    0,020

    0,018

    0,208

    0,456

    S3

    0,049

    0,042

    0,025

    0,071

    0,004

    0,007

    0,198

    0,445

    R1

    0,004

    0,030

    0,022

    0,088

    0,039

    0,014

    0,197

    0,444

    R2

    0,005

    0,076

    0,014

    0,021

    0,073

    0,014

    0,203

    0,450

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    ]/[ 5[ ^ X\] WX Y∑X

    UV =

    5WX , j = 1,2,3,…,j,I = 1,2,3,…, n.

  • 86

    Keterangan Tabel :

    *0,086 = Perhitungan dari hasil akhir geometric mean AHP dikuadratkan atau di

    pangkatkan 2 (0,2932)

    **0,214 = Penjumlahan dari hasil akhir geometric mean yang sudah dikuadratkan

    (0,086+0,042+0,003+0,064+0,011+0,009)

    ***0,462 = Hasil dari melakukan pengkaran pada kolom total atau total hasil akhir

    geometric mean (√0,214). Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan

    terhadap matriks keputusan ternormalisasi.

    Tabel 4.32 Matriks Keputusan Ternomalisasi Supplier 1 – Supplier 3

    SUB - KRITERIA

    Hasil Akhir Geomteric Mean Akar

    Normalized Decision Matrix S1 S2 S3 S1 S2 S3

    K1 0,086 0,042 0,003 0,462 0,186 0,090 0,006 K2 0,071 0,020 0,013 0,467 0,153 0,042 0,027 K3 0,009 0,028 0,003 0,502 0,018 0,055 0,006 C1 0,054 0,131 0,007 0,477 0,113 0,274 0,015 C2 0,080 0,007 0,022 0,441 0,182 0,015 0,050 C3 0,060 0,008 0,016 0,480 0,125 0,017 0,033 D1 0,040 0,001 0,027 0,474 0,084 0,003 0,057 D2 0,024 0,037 0,026 0,397 0,060 0,094 0,065 S1 0,002 0,011 0,029 0,473 0,005 0,023 0,060 S2 0,004 0,011 0,089 0,456 0,008 0,025 0,195 S3 0,049 0,042 0,025 0,445 0,111 0,094 0,055 R1 0,004 0,030 0,022 0,444 0,010 0,068 0,049 R2 0,005 0,076 0,014 0,450 0,012 0,168 0,031

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Tabel 4.33 Lanjutan Matriks Keputusan Ternomalisasi Supplier 4 – Supplier 6

    SUB - KRITERI

    A

    Hasil Akhir Geomteric Mean Aka

    r

    Normalized Decision Matrix

    S4 S5 S6 S4 S5 S6

    K1

    0,064

    0,011

    0,009 0,46

    2

    *0,137

    0,024

    0,019

  • 87

    K2

    0,097

    0,002

    0,015

    0,46 7

    0,209

    0,005

    0,031

    K3

    0,036

    0,169

    0,007

    0,50 2

    0,072

    0,337

    0,015

    C1

    0,018

    0,011

    0,007

    0,47 7

    0,038

    0,023

    0,014

    C2

    0,014

    0,052

    0,020

    0,44 1

    0,032

    0,117

    0,045

    C3

    0,128

    0,015

    0,004

    0,48 0

    0,267

    0,031

    0,008

    D1

    0,021

    0,010

    0,126

    0,47 4

    0,044

    0,020

    0,266

    D2

    0,030

    0,038

    0,003

    0,39 7

    0,076

    0,095

    0,007

    S1

    0,067

    0,106

    0,010

    0,47 3

    0,141

    0,224

    0,020

    S2

    0,066

    0,020

    0,018

    0,45 6

    0,144

    0,045

    0,040

    S3

    0,071

    0,004

    0,007

    0,44 5

    0,159

    0,009

    0,016

    R1

    0,088

    0,039

    0,014

    0,44 4

    0,199

    0,088

    0,031

    R2

    0,021

    0,073

    0,014

    0,45 0

    0,047

    0,162

    0,031

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *0,137 = hasil tersebut didapatkan dari pembagian dari hasil akhir geometric mean

    dengan hasil akar dari nilai akhir geometric mean (0,064 dibagi dengan 0,462). Untuk

    perhitungan normalisasi pada masing-masing supplier mengikuti langkah tersebut.

    4.3.3 Matriks Keputusan Ternomalisasi Berbobot

    Tujuan dari perhitungan matriks ini adalah menghetaui bobot pada

    masing – masing matriks keputusan yang telah ternormalisasi. Untuk

    menghetaui nilai bobot masing – masing sub – kriteria dari beberapa supplier

    penulis melakukan perkalian angka pada setiap kolom pada matriks keputusan

    yang telah ternormalisasi dengan bobot yang bersangkutan. Geometric mean

    yang digunakan dalam perhitungan ini adalah hasil dari geometric mean global

    weight dari sub – kriteria yang telah diolah dengan metode AHP di atas.

  • 88

    Tabel 4. 34 Matriks Keputusan Ternormalisasi Berbobot

    SUB -

    KRITERI A

    Normalize d

    Geometric Mean Global Weight Sub -

    Kriteria

    Normalized Decision Matriks

    Weight Normlized Decision Matrix

    S1

    S2

    S3

    S1

    S2

    S3

    K1 0,208

    0,186

    0,090

    0,006

    * 0,039

    0,019

    0,001

    K2 0,194

    0,153

    0,042

    0,027

    0,030

    0,008

    0,005

    K3 0,118

    0,018

    0,055

    0,006

    0,002

    0,006

    0,001

    C1 0,08

    0,113

    0,274

    0,015

    0,009

    0,022

    0,001

    C2 0,075

    0,182

    0,015

    0,050

    0,014

    0,001

    0,004

    C3 0,074

    0,125

    0,017

    0,033

    0,009

    0,001

    0,002

    D1 0,057

    0,084

    0,003

    0,057

    0,005

    0,000

    0,003

    D2 0,054

    0,060

    0,094

    0,065

    0,003

    0,005

    0,004

    S1 0,049

    0,005

    0,023

    0,060

    0,000

    0,001

    0,003

    S2 0,044

    0,008

    0,025

    0,195

    0,000

    0,001

    0,009

    S3 0,025

    0,111

    0,094

    0,055

    0,003

    0,002

    0,001

    R1 0,014

    0,010

    0,068

    0,049

    0,000

    0,001

    0,001

    R2 0,008

    0,012

    0,168

    0,031

    0,000

    0,001

    0,000

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Tabel 4.35 Lanjutan Matriks Keputusan Ternormalisasi Berbobot

    SUB - KRITERIA

    Normalized Decision Matriks

    Weight Normlized Decision Matrix

    S4 S5 S6 S4 S5 S6

    K1 0,137 0,024 0,019 0,029 0,005 0,029

    V ij = wij x rij

  • 89

    K2 0,209 0,005 0,031 0,040 0,001 0,040

    K3 0,072 0,337 0,015 0,008 0,040 0,008

    C1 0,038 0,023 0,014 0,003 0,002 0,003

    C2 0,032 0,117 0,045 0,002 0,009 0,002

    C3 0,267 0,031 0,008 0,020 0,002 0,020

    D1 0,044 0,020 0,266 0,002 0,001 0,002

    D2 0,076 0,095 0,007 0,004 0,005 0,004

    S1 0,141 0,224 0,020 0,007 0,011 0,007

    S2 0,144 0,045 0,040 0,006 0,002 0,006

    S3 0,159 0,009 0,016 0,004 0,000 0,004

    R1 0,199 0,088 0,031 0,003 0,001 0,003

    R2 0,047 0,162 0,031 0,000 0,001 0,000

    Sumber :Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    *0,039 = hasil tersebur didapatkan dengan cara mengalikan angka sub-kriteria K1

    dengan kolom bobot normalized geometric mean global weight yang bersangkutan

    (0,208 x 0,186). Untuk menghitung matriks keputusan ternormalisasi pada masing –

    masing supplier terhadap seluruh sub – kriteria ikuti cara perhitungan dalam

    menghitung sub-kriteria K1 diatas.

    4.3.4 Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif

    Pada metode TOPSIS, sangat berkaitan dengan solusi ideal dan solusi negatif.

    Hasil yang telah ditemukan selanjutnya akan ditentukan berdasarkan solusi ideal

    positif dan solusi ideal negatif. Rumus yang digunakan dalam perhitungan solusi ideal

    positif dan solusi ideal negatif sebagai berikut :

    A. Solusi Ideal Positif

    A+ = {(max (vij) j ∈ J), (min (vij)J ∈ j’) }

    i = 1,2,3,.. m } = V1 + V2 + … + Vn + }

    A+ = {(max (vij) j ∈ J), (min (vij)J ∈ j’) }

    i = 1,2,3,.. m } = V1 - V2 - … - Vn - }

  • 90

    Tabel 4.36 Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif

    SUB -

    KRITERIA

    Solusi Ideal Positif dan Negatif

    Vij + Vij -

    K1 0,0387 0,0012

    K2 0,0405 0,0009

    K3 0,0397 0,0007

    C1 0,0220 0,0012

    C2 0,0137 0,0011

    C3 0,0198 0,0012

    D1 0,0048 0,0002

    D2 0,0051 0,0033

    S1 0,0110 0,0002

    S2 0,0086 0,0004

    S3 0,0040 0,0002

    R1 0,0028 0,0001

    R2 0,0013 0,0001

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Keterangan Tabel :

    V ij + = hasil dari mencari angka yang paling besar untuk masing – masing sub – kriteria

    angka yang didapatkan dari kolom matriks keputusan ternormalisasi berbobot.

    V ij - = hasil dari mencari angka yang paling kecil untuk masing – masing sub – kriteria

    angka yang didapatkan dari kolom matriks keputusan ternormalisasi berbobot.

    4.3.5 Separation Measure

    Untuk mengukur jarak antara alternatif ke solusi ideal positif dan solusi ideal

    negatif adalah fungsi dari Separation Measure.

  • 91

    VeU

    VeU

    A. Perhitungan dalam solusi ideal positif seperti berikut :

    S1* = `∑& ( 7!8 9 78 ∗) 2

    B. Perhitungan dalam solusi ideal negatif seperti berikut :

    S1- = ̀ ∑& ( 7!8 9 78 9) 2

    Tabel 4.37 Hasil dari Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif

    SUB -

    KRITE RIA

    Weight Normlized Decision

    Matrix

    Weight Normlized Decision

    Matrix

    Solusi Ideal Positif

    dan Negatif

    S1 S2 S3 S4 S5 S6 Vij + Vij -

    K1

    0,039

    0,019

    0,001

    0,029

    0,005

    0,029

    0,038

    7

    0,001

    2

    K2

    0,030

    0,008

    0,005

    0,040

    0,001

    0,040

    0,040

    5

    0,000

    9

    K3

    0,002

    0,006

    0,001

    0,008

    0,040

    0,008

    0,039

    7

    0,000

    7

    C1

    0,009

    0,022

    0,001

    0,003

    0,002

    0,003

    0,022

    0

    0,001

    2

    C2

    0,014

    0,001

    0,004

    0,002

    0,009

    0,002

    0,013

    7

    0,001

    1

    C3

    0,009

    0,001

    0,002

    0,020

    0,002

    0,020

    0,019

    8

    0,001

    2

    D1

    0,005

    0,000

    0,003

    0,002

    0,001

    0,002

    0,004

    8

    0,000

    2

    D2

    0,003

    0,005

    0,004

    0,004

    0,005

    0,004

    0,005

    1

    0,003

    3

    S1

    0,000

    0,001

    0,003

    0,007

    0,011

    0,007

    0,011

    0

    0,000

    2

  • 92

    S2

    0,000

    0,001

    0,009

    0,006

    0,002

    0,006

    0,008

    6

    0,000

    4

    S3

    0,003

    0,002

    0,001

    0,004

    0,000

    0,004

    0,004

    0

    0,000

    2

    R1

    0,000

    0,001

    0,001

    0,003

    0,001

    0,003

    0,002

    8

    0,000

    1

    R2

    0,000

    0,001

    0,000

    0,000

    0,001

    0,000

    0,001

    3

    0,000

    1

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Tabel 4. 38 Lanjutan Hasil Separation Measure dari Solusi Ideal Positif

    SUB - KRITERIA

    Separation Measure dari Solusi Ideal Positif

    S1 S2 S3 S4 S5 S6

    K1 - *0,020 0,038 0,010 0,034 0,036

    K2 0,011 0,032 0,035 - 0,040 0,034

    K3 0,038 0,033 0,039 0,031 - 0,039

    C1 0,013 - 0,021 0,019 0,020 0,021

    C2 - 0,013 0,010 0,011 0,005 0,012

    C3 0,011 0,019 0,017 - 0,018 0,018

    D1 - 0,005 0,001 0,002 0,004 0,007

    D2 0,002 0,000 0,002 0,001 - 0,005

    S1 0,011 0,010 0,008 0,004 - 0,008

    S2 0,008 0,007 - 0,002 0,007 0,003

    S3 0,001 0,002 0,003 - 0,004 0,001

    R1 0,003 0,002 0,002 - 0,002 0,003

    R2 0,001 - 0,001 0,001 0,000 0,000

    TOTAL 0,098 0,142 0,177 0,082 0,131 0,187

    AKAR 0,313 0,377 0,420 0,287 0,362 0,433

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 93

    Tabel 4.39 Lanjutan Hasil Separation Measure dari Solusi Ideal Negatif

    SUB - KRITERIA

    Separation Measure dari Solusi Ideal Negatif

    S1 S2 S3 S4 S5 S6

    K1 0,038 * 0,018 - 0,028 0,004 0,002

    K2 0,029 0,007 0,004 0,039 - 0,006

    K3 0,001 0,005 - 0,007 0,039 0,000

    C1 0,008 0,021 - 0,002 0,001 0,000

    C2 0,013 - 0,003 0,001 0,008 0,000

    C3 0,008 - 0,001 0,019 0,001 0,001

    D1 0,005 - 0,003 0,002 0,001 0,012

    D2 - 0,002 0,001 0,001 0,002 0,002

    S1 - 0,001 0,003 0,007 0,011 0,003

    S2 - 0,001 0,009 0,006 0,002 0,006

    S3 0,003 0,002 0,001 0,004 - 0,003

    R1 - 0,001 0,001 0,003 0,001 0,006

    R2 - 0,001 - - 0,001 0,001

    TOTAL 0,105 0,059 0,026 0,119 0,071 0,042

    AKAR *0,324 0,243 0,161 0,345 0,266 0,205

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019

    Keterangan Tabel :

    *0,020 = hasil tersebut didapatkan dari 7(0,019 9 ;!8g ) atau 7(0,019 − 0,039)

    **0,018 = hasil tersebut didapatkan dari 7(0,019 − ;!8, ) atau 7(0,019 − 0,001)

    ***0,324 = hasil tersebut didapatkan dari hasil pengakaran total sum Separation

    Measure Solusi Ideal Positif atau 70,105

    4.3.6 Relative Closeness

    Langkah terakhir dalam metode TOPSIS adalah dengan menghitung Relative

    Closeness atau kedekatan relative. Kedekatan Relatif berfungsi untuk mengurutkan

  • 94

    (! h

    urutan prioritas dari setiap alternatif supplier tanah merah. Cara menghitung kedekatan

    relatif menggunakan rumus seperti berikut :

    Ct1 = h ]

    9 ] hi] )

    , i = 1,2,…,j

    Alternatif diurutkan dari yang terbaik hingga terburuk sesuai dengan hasil

    perhitungan dari Relative Closeness Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang

    memiliki nilai Closeness Coeficient yang tertinggi.

    Tabel 4.40 Hasil Akhir Analisa TOPSIS

    Alternatif Hasil Rank

    Supplier 4 0,953 1 Supplier 1 0,509 2 Supplier 2 0,423 3

    Supplier 5 0,390 4 Supplier 6 0,321 5

    Supplier 3 0,277 6 Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Setelah menghitung nilai Relative Closeness diatas, maka didapatkan urutan

    prioritas alternatif. Supplier 1 layak menjadi supplier terbaik dalam menyuplai tanah

    merah untuk PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Dalam perhitungan Relative Closeness

    diatas perhitungan supplier 4 memiliki jarak terjauh dari solusi ideal negatif dan

    memiliki jarak terdekat atau terpendek dari solusi ideal negatif.

    4.4 Implikasi Penelitian

    4.4.1 Secara Teoritis

    Menurut teori yang dikemukakan Zouggari dan Benyoucef (2012) dan Rezaei dan

    Ortt (2013) tentang kriteria supplier terdapat 34 kategori kriteria. Tetapi penulis

    melakukan wawancara terhadap staff pengadaan dan mendapatkan hasil bahwa dalam

    !

  • 95

    kegiatan menyuplai tanh merah staff pengadaan barang dan jasa PT. Wijaya Karya

    (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran

    hanya mempettimbangkan 6 kriteria. 6 kriteria yang dipilih adalah kualitas, cost,

    delivery atau pengiriman, flexibilitas pemesanan, reputation. Dari 6 supplier tersebut,

    penulis melakukan pengolahan data dengan metode AHP dengan tujuan melakukan

    urutan prioritas terhadap kriteria tersebut.

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis hasil diatas

    menunjukan bahwa kriteria Kualitas menjadi kriteria utama PT. Wijaya Karya

    (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper - Kunciran

    dalam pemilihan supplier tanah merah. Kriteria Kualitas memiliki bobot yang paling

    tinggi diantara 5 kriteria lainnya. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

    Ozkan, Basligil dan Sahin (2011) yang dalam penelitiannya menunjukan bahwa

    kriteria Kualitas adalah kriteria yang memiliki bobot tertinggi dari alternatif lainnya.

    Oleh karena itu Ozkan, Basligil dan Sahin (2011) mengemukakan bahwa kriteria

    Kualitas adalah kriteria tertinggi.

    4.4.2 Secara Praktis

    A. Penentuan Kriteria

    Hasil analisis dengan meggunakan metode AHP diatas penulis mendapatkan hasil

    praktis. Hasil praktis tersebut yaitu hasil urutan prioritas dalam memilih kriteria

    pemilihan tanah merah yang akan digunakan oleh PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk

    dalam Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran. Urutan

    prioritas kriteria pemilihan tanah merah PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek

    Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper - Kunciran sebagai berikut :

    Tabel 4.41 Hasil Urutan Prioritas Kriteria

    KRITERIA Bobot Rank

    Kualitas 0,269 1

    Reputation 0,240 2

    Service 0,189 3

    Cost 0,173 4

    Delivery 0,129 5 Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

  • 96

    Kualitas menjadi urutan pertama dalam pemilihan kriteria tanah merah. Pada PT.

    Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper

    – Kunciran menunjukan bahwa kualitas dalam pemilihan tanah merah sangat

    mempengaruhi karena dalam suatu proyek kualitas sangat diperhatikan. Jika kualitas

    yang dipilih salah atau tidak sesuai kriteria berdampak cukup besar dalam dalam

    terwujudnya proyek tersebut. Menurut PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek

    Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran kualitas tanah merah

    yang baik adalah memiliki kegemburan tanah yang tinggi, dapat disimpulkan jika

    semakin gembur tanah akan semakin cocok untuk proyek karena tidak mudah rusak

    atau cacat.

    Kriteria yang penting selanjutnya adalah reputation dari supplier. PT. Wijaya

    Karya (Persero) Tbk Proyek sangat mementingkan reputasi suppliernya, karena jika

    supplier tersebut memiliki reputasi yang baik maka perusahaan yakin bahwa supplier

    memiliki kualitas tanah merah yang baik pula. Reputasi supplier sangat

    mempengaruhi tim pengadaan dalam memiliki supplier contohnya tim pengadaan

    selalu mengadakan survey terhadap konsumen supplier tersebut bagaimana kinerja

    supplier dan kualitas dari tanah merah. Jika history konsumen supplier positif itu

    menjadi nilai tambahan untuk tim pengadaan dalam memilih supplier tersebut. Selain

    itu PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng –

    Batu Ceper – Kunciran selalu mengutamakan supplier yang mempunyai standar ISO

    180. Dimana supplier yang memiliki standar ISO 180 dianggap layak menjadi salah

    satu supplier yang dipilih.

    Selanjutnya kriteria ketiga yaitu service memiliki bobot 0,269. Pada PT. Wijaya

    Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper –

    Kunciran memiliki sub-kriteria flexibilitas pemesanan, pemecahan masalah dan

    kemampuan memberikan informasi. Ketiga sub-kriteria tersebut dianggap penting

    oleh tim pengadaan dalam pemilihan supplier. Jika salah satu sub-kriteria tidak

    dimiliki oleh supplier maka menjadi nilai minus untuk tim pengadaan dalam memilih

    supplier tersebut. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol

    Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran lebih memilih supplier yang melakukan

    sosialisasi terlebih dahulu tentang produk yang mereka tawarkan. Sehingga PT.

  • 97

    Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper

    – Kunciran menghetaui dengan spesifik produk yang supplier tawarkan dan tidak

    terjadi kesalahan spesifikasi produk saat sudah melakukan pembayaran.

    Kriteria keempat yang memiliki bobot 0,173 tidak jauh berbeda dengan kriteria

    Service yaitu Cost. Karena dalam proyek memiliki budget yang sangat terbatas maka

    dari itu tim pengadaan harus sangat mempetimbangkan cost dari tanah merah. Sebagai

    contoh adalahnya harga tanah merah itu sendiri. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk

    Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran lebih memilih

    harga tanah merah yang lebih murah karena keterbatasan dana, tidak hanya murah

    kualitas tanah merah yang diberikan juga harus dilihat terlebih dahulu. Selain itu dalam

    hal ongkos, PT. Wika selalu melihat jarak antara supplier terhadap proyek karena itu

    sangat mempengaruhi ongkos yang akan dibayar oleh perusahaan.

    Delivery atau Pengiriman menjadi kriteria ke 5 dengan bobot 0,129 dalam

    pemilihan supplier tanah merah. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek

    Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran lebih mengutamakan

    supplier yang dapat mengirmkan produknya dengan tepat waktu, dengan alasan

    sebuah proyek memiliki jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena

    itu, PT. Wika selalu mencari supplier yang dapat memenuhi kebutuhan tanah merah

    proyek dengan tepat waktu.

    B. Penentuan Supplier

    Selain mengolah data untuk melihat urutan prioritas terhadap kriteria tanah

    merah yang dibutuhkan oleh PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan

    jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran penulis melakukan penelitian untuk

    menghetaui supplier mana yang paling tepat untuk menyuplai tanah merah kepada PT.

    Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper

    – Kunciran. Dari ke enam supplier tersebut akan dipilih memlalui kuisoner yang telah

    disebar oleh penulis kepada staff pengadaan barang dan jasa. Hasil dari pengolahan

    data yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode AHP adalah sebagai

    berikut.

  • 98

    Tabel 4.42 Hasil Akhir Analisa AHP

    Alternatif Weight Supplier 1 0,215

    Supplier 2 0,164

    Supplier 3 0,112

    Supplier 4 0,235

    Supplier 5 0,160 Supplier 6 0,114

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Pada tabel 4.42. Supplier 4 menjadi supplier yang memiliki bobot tertinggi yaitu

    0,235. Supplier 4 unggul dalam beberapa sub-kriteria, yaitu kegemburan tanag merah

    (K2), Ongkos (C3), Kemampuan Memberikan Informasi (S3), Performa Perusahaan

    (R1) dan Performa Persuahaan (R1). Supplier 4 memiliki keunggulan hampir disetiap

    sub-kriteria. Supplier lainnya hanya unggul dalam beberapa sub-kriteria. Oleh karena

    itu, supplier 4 dapat memenuhi kebutuhan tanah merah untuk PT. Wijaya Karya

    (Persero) Tbk Proyek Pembangunan jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran.

    Tabel 4.43 Hasil Akhir Analisa TOPSIS

    Alternatif Hasil Rank

    Supplier 4 0,953 1

    Supplier 1 0,509 2

    Supplier 2 0,423 3

    Supplier 5 0,390 4

    Supplier 6 0,321 5

    Supplier 3 0,277 6

    Sumber : Pengolahan data primer, 2019.

    Pada tabel 4.41 menghasilkan hasil dari perhitungan urutan prioritas dalam

    pemilihan supplier dengan