Nasionalisasi Potensi Sumber Daya Nasional Untuk ... · PDF filenegara-negara di dunia untuk...

10

Transcript of Nasionalisasi Potensi Sumber Daya Nasional Untuk ... · PDF filenegara-negara di dunia untuk...

Bagi orang awam, ada beberapapertanyaan yang menggelitikuntuk dijawab.Kenapa tentara

harus ada dalam sebuah negara? Ke-napa sistem persenjataan canggihdan mematikan terus dikembangkan?dan kenapa konflik atau perang terusberkecamuk?

Padahal sejatinya, manusia itu se-lalu mencari kedamaian. Tiga per-tanyaan tersebut bukan lagi sebuahpertanyaan, melainkan telah menjadifakta yang mendorong para pemimpinnegara-negara di dunia untuk meru-muskan national interest-nya denganmenempatkan masalah pertahanandan ke amanan dalam ranking atas.

Karena itu, Charles L. Glaser(2010) meyakini bahwa apa yang di -lihat oleh Thomas Hobbes tentangmanusia yang cenderung mendekatikesenangan dan menghindari pender-itaan tidak selalu berakhir dengankeadaan damai, melainkan seringkaliberujung pada peperangan.

Bagaimana Indonesia meresponberbagai pertanyaan tersebut?.Rakyat Indonesia meresponnya den-gan peng alaman saat berhadapandengan Belanda dan Jepang dulu.Pengalaman tersebut meyakinkanIndo nesia bahwa tentara, senjata danperang merupakan sebuah kenis ca -ya an dimana ketiganya akan bertemudalam hubungan yang tidak menye-nangkan. Soal waktu saja yangmenentukan kapan hal itu akan ter-jadi. Itulah kenapa, bagi banyak ne-gara, termasuk Indo nesia, masalahpertahanan dan keamanan selaluditempatkan pada ranking prioritas.Respon Indonesia dalam ayat-ayatkonstitusi kita juga sangat jelas.Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27ayat (3) menyatakan bahwa “Setiapwarga negara berhak dan wajibikut serta dalam upaya pembelaannegara.”

Respon visioner para pendiribangsa dan para pemimpin Era Refor-masi juga telah diikuti dengan responstrategiknya melalui Undang-UndangNomor 3 Tahun 2002 tentang perta-hanan negara, dimana didalamnyadiatur tentang keikutsertaan warga ne-gara dalam bela negara ke dalam sat-uan-satuan komponen bela negaratertentu. Ada komponen utama, yangmerupakan komponen profesionalpertahanan yaitu TNI. Ada juga kom-ponen cadangan, yang terdiri ataswarga negara, sumber daya alam,sumber daya buatan dan saranaprasarana nasional yang telah di -siapkan untuk dikerahkan melaluimobilisasi untuk memperbesar danmem perkuat komponen utama.

Terakhir, ada juga komponen pen-dukung yang terdiri atas warga ne-gara, sumber daya alam, sumberdaya buatan dan sarana prasarananasional yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat mem-perkuat komponen utama dan kompo-nen pendukung.

Masalahnya adalah, respon visionarisdan strategis tersebut belum diiringidengan respon-respon taktis tentangbagaimana peng aturan kepengelo-laan sumber daya nasional untuk ke-pentingan pertahanan negara me laluiundang-undang. Beberapa respontaktis adalah: tentang pembinaankesadaran bela negara; pemben-tukan komponen ca dangan; penyiap -an kom ponen pendukung; penataansumber daya alam dan buatan; sertapenyi apan sarana-prasarana untukkebutuhan pertahanan negara; sertastandard operating procedure (SOP)yang jelas ber kaitan de ngan upayanegara dalam me lakukan mobilisasidan demobilisasi.

Apabila perang terjadi hari ini,apakah perangkat hukum untuk men-gatur itu semua sudah ada?. Apakahlapisan kekuatan sumber daya na-sional untuk pertahanan lainnya siapuntuk digunakan?. Apakah peng -gunaan fasilitas milik swasta saatperang tidak melanggar undang-undang?. Hal-hal seperti ini akanmenyeret tentara kita dalam potensipengadilan HAM dan pengadilan-pengadilan lainnya, sebab payunghukum yang setingkat undang-undang belum ada.

Itulah beberapa poin yang mem -per lihatkan tentang urgensitas undang-undang yang mengatur masalahpengelolaan sumber daya nasionaluntuk pertahanan negara. Poin-pointersebut sememangnya sudah lamahadir dalam benak pikiran parapengambil ke putusan di republik ini.Saya memahami bagai mana faktor-faktor politis meng itarinya, termasukkepentingan-kepentingan sektoralserta kendala-kendala tata kelolakepe merintahannya.

Tetapi saya ingin ingatkan bahwahampir semua negara di dunia jugamengalami hal yang sama. Bedanyaadalah pada hasil akhir yang akan di-terima oleh negara-negara ter sebutsaat situasi perang terjadi. Negara-ne-gara yang gagal karena kelamaanmerespon secara cerdas berbagaipersoalan umum tersebut, berakhirdengan kegagalan otoritas politiknyadalam mengelola sumber daya na-sional untuk pertahanannya yangberakibat pada kehancuran negara - nya. Yugoslavia, Uni Soviet danSuriah merupakan beberapa contohnegara yang mengalami hal itu.

Kita perlu menyudahi diskursus ten-tang ini, dan mengalihkannya pada ke-sepakatan politik akan lahirnyak e bijakan setingkat undang-undanguntuk mengatur masalah sumber dayanasional untuk pertahanan ini. Kitaperlu lebih dewasa untuk tidak melihatdarimana usulan RUU ini berasal.

Konstitusi kita cukup cerdas untuk

menghalau ke mungkinan terjadinya

abuse of power sekira kelahir an un-

dang-undang ini akan di man faat kan

untuk kepentingan ke menang an se se -

orang pada pemilihan presiden yang

akan datang misalnya. Atau untuk ke-

pentingan mengakomodir rezim politik

tertentu, dan lain sebagainya. Terlalu

berlebihan kekhawatiran kita apabila

kita menafikan kekuatan pers dan

rezim sosial media, untuk tidak me -

ngontrol potensi abuse of power dari

kelahiran undang-undang tersebut.

Justru, dengan kelahiran undang-

undang tersebut, kita memiliki ruang

akomodasi politik bagi lahirnya para

nasionalis yang akan berkontribusi

bagi negara. Para nasionalis juga akan

lahir dari kontribusinya melalui sum -

bangan pemikiran untuk membuat

kekuatan sumber daya buatan bagi

pertahanan negara.

Begitu pula semangat nasional-

isme akan pembangun an pertahanan

negara akan lahir dari kalangan peng -

usaha yang aset-asetnya rela untuk

dimobilisasi bagi kepentingan perta-

hanan. Inilah yang saya menyebutnya

deng an nasionalisasi potensi pengelo-

laan sumber daya pertahanan negara.

Potensi sumbangan masyarakat

yang begitu besar terhadap pemban-

gunan sistem pertahanan negara ter-

tunda atau terfasilitasi secara terbatas

dan bersifat sementara karena keti-

adaan undang-undang yang meng -

aturnya. Ketiadaan regulasi setingkat

undang-undang tersebut, bagi saya

merisau kan akan terjadinya fenomena

rent seeking military. Fenomena ini

merupakan gambaran dimana ter -

dapat hubungan-hubungan personal

dari kerja sama atau interaksi antara

pimpinan kemiliteran di Indonesia

dengan para pengusaha tertentu.

Kita harus menghentikan potensi

meluasnya rent seeking military, per-

luasan kelompok paramiliter di Indo -

nesia, dan hubungan-hubungan gelap

lainnya yang terkait deng an pengelo-

laan sumber daya nasional untuk per-

tahanan negara. Dalam bahasa

se der hana, saya ingin mengatakan

bahwa kita harus memindahkan

hubungan personal menjadi imper-

sonal, dari hubungan yang bersifat

politis menjadi hubungan yang profes-

sional, dan dari hubungan gelap men-

jadi hubungan yang sehat di antara

stakeholder institusi pertahanan den-

gan organisasi ke militeran kita. Inilah

saatnya kita untuk berani move ondari situasi penuh politicking dan

prejudice ke situasi yang mendorong

lahirnya “nasionalisme pertahanan”

yang efektif. Dan itu semua bermula

dari kita, khususnya dari gedung par-

lemen kita. Semoga! (Robi Nurhadi,

PhD) Dosen Hubungan Inter nasional,

FISIP Universitas Nasional). n

Nasionalisasi Potensi Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara

Pendahuluan

Luasnya wilayah Indonesia, meliputi daratan dan lautan, serta letaknya strategis, perlu penanganan tersendiri menghadapi ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri. Di era ancaman

proxy war yang terjadi selama ini, perlu upaya agar kita tetap mampu mempertahankan kemerdekaan.

UU No 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara mengamanatkan mengenai upaya bela negara, komponen cadangan dan komponen pendukung diatur dengan UU. Oleh sebab itu perlu menyiapkan dan membina seluruh komponen pertahanan negara secara dini, bertahap dan berkesinambungan. Sehingga offensive intelijen dapat berjalan secara baik.

Sebagai komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Upaya bela negara dapat dilakukan melalui berbagai profesi yang disandang oleh masing-masing warga negara. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.

Komponen pendukung adalah sumber daya nasional serta sarana dan prasarana yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.

Sebagian negara di dunia memiliki komponen cadangan dan komponen pendukung sebagai bagian dari sistem pertahanan negara. Kita pun harus bersiap tanpa menunggu ancaman tiba di depan mata, di tengah ancaman proxy yang kini meluas keberbagai negara di dunia. Kita harus mampu meramal secara intelijen segala bentuk ancaman kedepan.

PrioritasUntuk menghasilkan penyelenggaraan

sistem pertahanan negara yang efektif dan efisien maka komponen cadangan dan komponen pendukung menjadi prioritas. RUU PSDN mengerahkan sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang disiapkan dan dikerahkan melalui mobilisasi. Anggota yang dikerahkan mencakup pegawai negeri sipil, pekerja/buruh yang telah memenuhi sejumlah persyaratan.

Pertahanan negara mencakup segala upaya pertahanan bersifat semesta berdasarkan kesadaran atas hak dan kewajiban setiap warga negara.

Pertahanan negara merupakan kekuatan bersama antara sipil dan militer untuk menjamin integritas wilayah negara.

Indonesia telah menjadi wilayah yang strategis, berada diantara 2 benua, 2 samudra dan 3 selat. Menjadi negara yang penting di antara Amerika Serikat, Australia, China, Belanda dan negara-negara Timur Tengah. Indonesia memiliki geostrategis ketahanan nasional yang sangat penting. Inilah yang harus disadari oleh seluruh komponen bangsa, bahwa setiap saat dapat timbul ancaman, baik secara ideologi, politik, sosial, ekonomi dan hankam. Semua memerlukan soliditas untuk mengatasi ancaman yang ada.

Gesekan primordialIndonesia merupakan negara kepulauan

yang strategis di tengah peta ekonomi dan politik global. Jumlah penduduk yang besar, dan mayoritas beragama Islam mampu berdampingan dengan pemeluk agama lain di Indonesia. Meskipun terkadang terjadi gesekan primordial, namun dapat teratasi dengan saling merendah dan merangkul. Kinerja intelijen yang baik juga ditentukan oleh kesiapan bela negara.

Indonesia memilik kekayaan alam, dan budaya. Pendekatan nilai-nilai kebudayaan memperteguh tujuan bela negara. Sinergi antar komponen pertahanan di Indonesia mampu menghadapi ancaman dari berbagai lini baik dari dalam maupun luar negeri.

Keanekaragaman budaya dan agama serta banyaknya penyebaran pulau yang berjumlah 17.504, rentan melahirkan konflik. Permasalahan perbatasan dengan 13 negara tetangga membutuhkan perhatian secara terus menerus. Ancaman bisa datang dari segala penjuru. Intelijen perlu mengkaji guna menciptakan early warning, problem solving dan forecasting.

Perkembangan lingkungan strategis di era globalisasi memiliki dampak signifikan terhadap ancaman non militer. Negara Indonesia yang dikenal dengan sebutan Nusantara, memiliki karakteristis yang berbeda dengan negara lain. Penanganannya sangat spesifik dan diketahui serta diselesaikan oleh seluruh komponen bangsa Indonesia.

Pembangunan komponen cadangan dan komponen pendukung bersumber pada landasan idiil Pancasila yang akan menjiwai perumusan cita-cita perjuangan bangsa. Pembentukan komponen ini diperlukan payung hukum yang berlaku bagi seluruh warga negara.

Tidak ada satu negarapun yang dapat melakukan agresi pada negara lain tanpa alasan objektif yang dibenarkan secara internasional. Oleh karena itu, perlu memperkuat dan mengoptimalkan peran masyarakat dalam menangkal berbagai bentuk ancaman.

Pelaksanaan fungsi pertahanan negara menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa dan negara. Di era globalisasi, kualitas ancaman makin luas dan melampaui wilayah internal negara. Tidak mudahnya memposisikan komponen cadangan dan komponen pendukung dalam situasi global.

Perbandingan Negara lainSebagai perbandingan, ada sejumlah

negara yang telah menerapkan sistem bela negara. Sistem bela negara di Jerman dikenal dengan Wehrpflicht dan dikhususkan untuk warga sipil laki-laki selama 9 bulan berusia 18-45 tahun. Kegiatan ini dapat diganti dengan kegiatan sosial yang diatur oleh peraturan pemerintah sebagai bentuk rekonsiliasi nasional.

Sementara itu, Komcad AS tercatat ada sejak masa awal kemerdekaan, ketika militia terlibat dalam perang kemerdekaan dan tentara reguler dibentuk. Komcad ini sempat dihentikan, namun setelah serangan terorisme tanggal 9 September 2003 dan perang Afganistan maupun Irak muncul rencana kembali mengaktifkan wajib militer.

Di samping itu, bela negara di Israel dinamakan Israel Defense Force (IDF) yang dicanangkan pertama kali pada 26 Mei 1948. Latar belakang peperangan panjang dengan negara-negara Arab mengharuskan Israel memiliki kekuatan militer yang tangguh apalagi jika dibandingkan dengan luas geografis yang terbatas dan jumlah penduduknya yang sedikit.

India memisahkan antara Militer (kekuatan utama) dalam menghadapi perang yang berada di bawah otoritas Kementerian Pertahanan dan Kekuatan Paramiliter yang berada di bawah otoritas Depdagri yang sekaligus menunjukkan bahwa mereka diarahkan untuk melaksanakan tugas-tugas counter-insurgency.

Komponen cadangan Philipina terdiri atas Auxiliary Reseve Units yang direkrut dari kaum sipil yang bekerja di sektor publik, dan ‘’Citizens Armed Forces Geographic Units’’ (CAFGUs) yang direkrut dari penduduk sipil biasa. CAFGUs pun dibagi menjadi non-active military reserve dan kelompok para militer. Sedangkan di Malaysia dikenal dengan nama Program Latihan Khidmat Negara (PLKN).

PenutupMelihat sejumlah negara telah

menerapkan UU PSDN maka sudah selayaknya Indonesia melakukan hal yang sama, apa lagi ancaman proxy terus menerus terjadi. Kesiapsiagaan ini perlu dalam rangka deteksi dini dan cegah dini. Semoga hal ini menjadi perhatian semua kalangan di Indonesia untuk segera mengesahkan RUU PSDN ini. Amin

ad

v

Tinjauan Pentingnya Ruu Pengelolaan Sumber daya Nasional untuk Pertahanan Negara dilihat dari aspek IntelijenOleh : Dr. Wawan H. PurwantoPengamat Intelijen

DUAL BENEFIT RUU PSDNOleh: DKS. Nugraha

Peneliti Utama pada : Center for Strategic and Defense Studies (CSDS-PPS UI)

Globalisasi merupakanfeno mena dimana se-makin terin tegrasinya

pra nata kehidupan sosial, eko -nomi, politik masyarakat duniayang menjurus kedalam sistemyang cenderung homogenJoseph E. Stiglitz (2002). Pe-maksaan nilai-nilai global jelasakan mereduksi berbagai pra -nata nilai yang sudah ada, makaperubahan adalah keniscayaanyang akan terjadi, jalan yang arifadalah bagaimana organisasinegara me lakukan penyesuaiangeopolitik dan geostratagi untukmeng hadapi perubahan ling -kungan. Penyikapan terhadapperubahan semestinya di susundalam sistem yang terencana,terhitung dan visioner, bukansekadar respons reaktif sesaatyang bersifat reflek, tak ter -konsep dan tidak visioner.

Persaingan diera global ada -lah persaingan antar negaradalam memperebutkan sumber-sumber kehidup an yang stra -tegis, seperti air, pangan danenergy, pertarungan antaraaktor negara dan non negarameramaikan khasanah pe - perang an yang kian tidakterbaca bentuknya. Asymmetricwar fare, proxy war fare, sampaikepada hybrid war fare meru-pakan tantangan yang harusmampu di urai menjadi peluangguna memperkuat daya saingbangsa. Tata kelola sumberdaya nasional mutlak menjadisebuah instrumen untuk mem-bangun keunggulan bersaingsebuah bangsa. Dimana negarasecara filosofis se harusnyamemiliki kemampuan untuk me -nata, mengelola dan meman-faatkan seluruh sumber dayanasional bagi tercapainya cita-

cita bernegara yaitu kesejahter-aan dan keamanan.

Membangun kekuatan ne-gara tidak akan terlepas daribagaimana kemampuan sebu -ah negara dalam membangunkekuatan pertahanan se bagaipilar penjaga sebagai ter se -lenggaranya pembangunan ke -sejah teraan. Paradigama ke - sejah tera an untuk pertahananrasanya sudah kurang cocokuntuk diera sekarang khusus-nya bagi kondisi Indonesia,paradigma pertahanan untukke sejahteraan sudah harus didi pikirkan sebagai alternatifuntuk menjadi negara yangadidaya paling tidak di RegionalAsia.

Usulan pemerintah untuk me -nyusun rancangan undang-undang penge lolaan sumberdaya nasional untuk per tahanannegara (RUU-PSDN) hendak -nya tidak diterjemahkan secaraparsial, karena bila dicermatiRUU yang diusulkan pada tahun2015 ini merupakan sistemuntuk membang un konstruksitata kelola sumber daya nasionalbagi pertahanan, deng an ada -nya sistem tata kelola untuk per-tahanan maka diharapkan akanmenjadi triger bagi tata kelolasektor lainnya.

Sumber daya nasional yangdikelola adalah sumber dayamanusia, sumber daya alamdan buatan serta sarana danprasarana nasional. Sumberdaya nasional akan dibangundari mulai strata paling halusyaitu bela negara bagi pemben-tukan karakter bangsa yangmilitant atau soft power de ve -lopment, di segmen lainnya adakomponen pendukung dan kom - ponen cadangan pertahanan

negara. Begitu pun untuk sum-ber daya alam dan buatan sertasarana prasarana yang akan di-data, ditata, disiapkan sehinggadapat menjadi sumber dayayang sewaktu-waktu siap di-pakai.

Diberbagai negara yang men-erapkan sistem pengelolaansumber daya nasional, untukSDM nya relatif akan lebih baikdan itu terlihat dari indeks pem-bangunan manusia (human de-velopment index), penataansarana prasarana akan mele -verage bagi pe ningkatan kuali-tas pelayanan pada publik danadanya percepatan yang sig-nifikan terhadap kesejahtaraansuatu negara. Tentu sistemyang di buat harus dalamkonteks NKRI sebagai negarademokrasi yang meng hormatiHAM dan patuh pada supremasisipil. Membangun demo krasibukan berarti negara haruslemah dan kalah, menghormatiHAM bukan berarti negaraharus absen dan abai terhadappengaturan dan patuh padasupremasi sipil artinya adapemisahan yang jelas antaratanggung jawab politik dan tang-gung jawab operasional dalampelaksana an tugas per tahanan.Artinya juga bahwa militeradalah alat negara yang bolehdigunakan apabila ada ke - putusan politik negara.

Pengelolaan sumber dayanasional paradigmanya adalahkebutuhan pertahanan dan ke -sejehteraan yang harus disan -ding kan menjadi dual benefityang berakar pada kesemes-taan untuk meghasilkan sinergike kuatan maha daya bangsa.n

FOTO DOK. KEMHAN

NKRI memiliki tingkat heterogenitas sosial budaya, suku bangsa dan bahasa serta agama dan keyakinan yang sangat beragam. Luas wilayah dan kekayaan alam yang melimpah

membutuhkan sistem pengamanan yang kuat, untuk terjaminya keutuhan wilayah, kedaulatan negara serta keselamatan seluruh bangsa. Membangun kekuatan negara salah satu pilarnya adalah sistem pertahanan yang tangguh. Untuk itulah Kementerian Pertahanan dan DPR menginisiasi rancangan undang-undang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara (RUU-PSDN).

G agasan rancangan undang-undang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara, merupakan langkah strategis bagi penguatan negara. Pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara akan menjadi trigger bagi sistem pengelolaan sumber daya nasional secara keseluruhan. Pelaksanaan pembangunan pertahanan dilaksanakan dengan merumuskan kebijakan umum pertahanan negara (JAKUMHANEG) sebagai panduan penyelenggaraan pertahanan negara. Pelaksanaan pembangunan kekuatan pertahanan negara diselenggarakan secara terpadu dan lintas sektoral, dengan melibatkan Kementerian dan LPNK serta penyelenggara negara lainnya termasuk TNI.

Konsep pertahanan semesta adalah jalan yang ditempuh bangsa ini dan terbukti telah teruji diberbagai medan, kondisi dan berjaya menjadi solusi bagaimana bangsa ini bertahan dari setiap ancaman dan gangguan yang membahayakan kedaulatan dan keselamatan serta keutuhan wilayah negara. Bangsa Indonesia mendeklair kesemestaan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 30 ayat (2), yang menyatakan bahwa “usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan

dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung” dimana dalam ayat (5) diamanatkan bahwa susunan dan kedudukan TNI POLRI dalam menjalankan tugasnya serta syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara harus diatur oleh undang-undang.

Betapa para pendiri bangsa menyadari pentingnya kesemestaan dalam pertahanan, sehingga mencantumkan dalam satu pasal khusus dalam Undang-Undang Dasar Negara. Reformasi disegala bidang dimulai dari era baru pasca pemerintahan orde baru 1998 hingga sekarang, dan reformasi dibidang pertahanan dan keamanan belum selesai 100 % bila kita merujuk pada sistem demokrasi yang kita anut. Langkah tepat pemisahan TNI dan POLRI adalah langkah besar untuk memperjelas kedudukan institusi TNI sebagai alat negara dibidang pertahanan dan POLRI sebagai alat negara yang menangani bidang keamanan. Masing-masing institusi sudah diatur dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia yang lahir bersamaan dengan UU No. 3 tentang Pertahanan Negara, sedangkan mengenai syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam pertahan negara belum ada undang-undang yang mengaturnya.

Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan menginisiasi beberapa undang-undang terkait pengaturan keikutsertaan warga negara dalam pertahanan yaitu dengan mengusulkan rancangan undang-undang komponen cadangan pertahanan negara (KOMCAD), rancangan undang-undang komponen pendukung pertahanan negara (KOMDUK), bahkan rancangan undang-undang bela negara. Akan tetapi regim politik belum menganggap bahwa

rancangan undang-undang tersebut belum menjadi prioritas.

Angin baru pemerintahan Jokowi - JK, dengan nawa cita atau sembilan harapan pada cita ke-8 dikatakan bahwa pemerintah akan “Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia”. Sungguh harapan yang sangat strategis, dan bila dijalankan akan menjadi pondasi kekuatan bangsa yang sulit tergoyahkan. Usulan baru yang datang dari badan legislasi DPR dan Kementerian Pertahanan terkait hal terebut agar ketiga RUU yang pernah dibuat untuk digabung menjadi satu RUU yang integratif. Maka lahirlah RUU Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara (RUU-PSDN), yang sedang dalam proses harmonisasi di Kemenkumham-RI.

Pembangunan kekuatan pertahanan negara kita belum sempurna dan ini merupakan kelemahan bagi sistem kesemestaan yang sedang kita bangun. Komponen cadangan dan pendukung yang dibentuk dengan pondasi bela negara, bertujuan untuk melipatgandakan kekuatan utama pertahanan negara, akan tetapi selain untuk kepentingan pertahanan pengelolaan sumber daya nasional memiliki banyak aspek strategis bagi ketahanan bangsa. Aspek strategis mencakup aspek idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta aspek geografis, asta gatra yang tercakup dalam azas kesemestaan RUU PSDN adalah leveraging factor bagi terbangunya ketahanan nasional yang dicita-citakan. n

adv

Konstruksi Kekuatan Negara dan Urgensi RUU PSDN untuk Menghadapi Tantangan Global Oleh : NugrahaPeneliti Utama pada Center for Strategic and Defense Studies (CSDS-PPS UI)

Vis i pemerintahan Presiden Joko widodo untuk mejadikan In-donesia sebagai neg-

ara poros maritim dunia per-lu mendaptkan apresiasi, wa-lau dalam implementasinya se-lama tiga tahun pemerintah-an berjalan pembagunan sek-tor kemaritiman belum terli-hat geliat yang cukup signifi-kan. Untuk mewujudkan mim-pi besar tersebut perlu pengk-ajian yang serius, guna men-imbang berbagai aspek serta implikasinya terhadap kehidu-pan berbangsa dan bernega-ra. Untuk itu pemerintah seha-rusnya mulai fokus menyusun isntrumen dasar seperti : per-tama: konsolidasi politik na-sional yang mengarah kepada penyatuan visi pembagunan, kedua, menyusun skala priori-tas kepentingan nasional, keti-ga menyusun sistem tata kelo-la sumber daya nasional .

Konsolidasi politik nasion-al sangat penting untuk men-ciptakan soliditas nasional, ter-utama soliditas politik antara eksekutif dan legislatif agar tercipta dinamika yang sehat dalam proses check and bal-ances pemerintahan. Stabil-itas nasional sangat sulit ter-cipta apabila kegaduhan poli-tik tidak terkelola, padahal sta-

bilitas merupakan prasyarat mutlak bagi berjalanya pem-bagunan nasional. Konsolida-si politik harus mampu men-jadi jembatan bagi penyatuan visi pembagunan serta penyu-sunan skala prioritas kepentin-gan nasional, yang akan men-jadi guiding line arah pemba-gunan negara serta sebagai rambu-rambu penting dalam hubungan antar negara.

Skala prioritas kepent-ingan nasional mutlak har-us disusun, biasanya dalam peradaban negara demokra-si presiden dan wakil raky-at terpilih akan menyusun skala prioritas “Kepentingan Nasional”(national interest), se-hingga arah pembagunan me-miliki konsep yang jelas den-gan skala prioritas kepent-ingan nasional sebagai back bone. Untuk pencapaian-ya maka perlu disusun ren-cana pembagunan nasion-al dengan setting goal yang jelas dan terukur, guna men-gamankan jalanya pembagu-nan dari berbagai hambatan, gangguan dan ancaman ser-ta perlu disusun strategi raya (grand strategy) yang kompre-hensif melalui proses yang de-mokratis. Untuk itu kehadi-ran sistem keamanan nasional dan berbagai instrumenya su-

dah sangat urgent, berbagai pi-ranti yang dibutuhkan seperti undang-undang kemanan na-sional (national security act.), dewan keamanan nasional (na-tional security council), yang di-topang oleh kekuatan badan intelejen sebagai inter agen-si yang profesional dan taat aturan hukum intelejen yang berlaku (inter agency of intelli-gent), kekuatan diplomasi yang handal (diplomatic forces) ser-ta kapasitas kekuatan pemu-kul (coercive power) yang efek-tif yang berasal dari sumber daya nasional (national resourc-es) yang terkelola dengan baik.

Menyusun sistem tata kelo-la sumber daya nasional san-gat penting dan strategis, me-nyiapkan sumber daya nasi-onal harus berorientasi pada dua manfaat (dual function) yaitu manfaat keekonomian dan manfaat keamanan (pros-perity and security). Sumber daya nasional yang terkelo-la dengan baik akan menin-gkatkan daya saing negara (state advantage), dengan tata kelola yang baik maka akan dihasilkan sinergi kekuatan yang akan memperkokoh ke-tahanan nasional (national re-silient). Sumber daya nasion-al adalah segala sesuatu yang berada dalam wilayah atau-

pun di luar wilayah negara dan ada dalam kuasa nega-ra, yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam dan buatan, sarana prasara-na, nilai budaya, teknologi, bahkan letak geografis seka-lipun. Secara filosofis negara seharusnya mampu mengelo-la, dan menggunakan seluruh sumber daya untuk kepent-ingan nasional termasuk ke-pentingan pertahanan negara. Tentu dalam pelaksanaanya membutuhkan piranti hukum yang demokratis, menghor-mati hak azasi manusia dan menerapkan supremasi sip-il sebagai landasan legal for-mal, untuk itu usulan rancan-gan undang-undang pengelo-laan sumber daya nasional (RUU-PSDN) sangat penting dan strategis bagi keberlang-sungan kehidupan berbang-sa dan bernegara di era glob-al sekarang bahkan yang akan datang. Pengelolaan sumber daya nasional untuk pertah-anan negara akan menjadi trigger bagi semakin tertatan-ya pengelolaan sektor lainya. Paradigma membagun kekua-tan pertahanan dari kese-jahteraan rasanya perlu dika-ji ulang dan merubahnya den-gan peradigma baru ” pemban-gunan kekuatan pertahanan untuk kesejahteraan”.

Indonesia sebagai neg-ara kepulauan yang ingin menjadi negara poros mari-tim dunia harus bekerja eks-tra keras karena visi “men-jadi negara poros maritime dunia” (NPMD), negara har-us mempersiapkan pondasi yang riil dalam skema pemba-gunan berjenjang. Memban-gun negara poros maritim du-nia tidak mungkin dilakukan oleh satu periode pemerintah-an, perlu waktu panjang dan konsistensi haluan pembangu-nan. Suksesi kekuasaan tidak boleh merubah haluan pemba-gunan, permasalahanya mam-pukah negara membangun so-

liditas politik jangka panjang untuk mematenkan peta jalan visi pembangunan? Sehing-ga haluan menjadi kesepaka-tan nasional yang wajib dilak-sanakan oleh setiap pemerin-tahan yang berkuasa?.

Cita-cita visioner pemerin-tah perlu mempertimbang-kan berbagai hal tekait ber-bagai aspek kehidupan ber-bangsa dan bernegara, apabi-la (NPMD) diartikan kita akan menyerahkan seluruh wilayah laut kita tidak hanya sebatas ALKI untuk digunakan bebas tanpa hambatan oleh siapap-un. Maka sungguh bukan hal yang mudah dalam pengelo-laanya, dibutuhkan kapasi-tas atau kemampuan nega-ra dalam pengamananya serta menghitung berbagai manfaat yang bisa diambil untuk kema-juan bangsa. Untuk itu san-gat penting untuk mendefinisi-kan “NPMD”, definisi yang jelas paling tidak akan men-jadi dasar kita dalam menyiap-kan berbagai langkah strete-gis yang harus, dan yang ter-penting bagaimana membuat kalkulasi perhitungan manaje-men resiko berbagai hal yang akan berimbas terhadap eksis-tensi negara seperti:

Pertama: status kita seba-gi nengara kepulauan, Neg-ara Kepulauan (“archipelag-ic State) merupakan salah satu hasil gemilang perjuan-gan diplomatik bangsa Indo-nesia, konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hu-kum laut telah memutuskan bahwa suatu negara yang se-luruhnya terdiri dari satu gu-gus besar atau lebih kepulau-an dapat mencakup pulau-pulau lain. Konvensi ini me-nentukan pula bahwa gugu-san kepulauan berarti suatu gugusan pulau-pulau terma-suk bagian pulau, perairan di antara gugusan pulau-pu-lau tersebut merupakan suatu kesatuan geografi dan politik, atau yang secara historis telah

dianggap sebagai satu kesat-uan. Pengakuan dunia terh-adap Indonesia sebagi negara kepulauan jelas sangat men-guntungkan bagi bangsa Indo-nesia, laut antara pulau-pulau nusantara menjadi satu kes-atuan wilayah idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, per-tahan dan keamanan, sehing-ga memperluas wilayah yuris-diksi NKRI. Pertanyaan pent-ing adalah: apakah dengan menjadi poros maritim du-nia tidak akan merubah ke-daulatan dan geopolitik NKRI?

Kedua: keberadaan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI), yang tumpang tindih dengan life line saja sudah menjadi ma-salah bagi kedaulatan negara, sering kali kedaulatan kita di-kangkangi oleh negara-negara besar, karena pada kenyataan-ya ALKI tidak hanya digunak-an untuk kepentingan sipil. Alur ini sering digunakan seba-gi jalur perlintasan kapal per-ang, kapal selam bahkan ka-pal induk serta berbagai jenis pesawat tempur yang mampu melakukan pengintaian yang sangat riskan bagi keamanan negara. ALKI adalah alur laut di wilayah NKRI yang ditetap-kan sebagai alur untuk pelak-sanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan berdasarkan kon-vensi hukum laut internasi-onal yang telah kita ratifikasi. ALKI merupakan alur yang di-peruntukkan bagi kepentingan pelayaran dan penerbangan damai asing di wilayah NKRI dengan cara normal. Dari as-pek strategis ALKI ditetapkan untuk menghubungkan dua perairan bebas, yaitu Samu-dera Hindia dan Samudera Pa-sifik yang menjadi choek point bagi kepentingan Amerika dan sekutunya. Semua kapal dan pesawat udara asing yang mau melintas ke utara atau ke se-latan harus melalui ALKI, dan kiat berkewajiaban menja-min keamanan alur kusus tersebut. Bila ALKI merupak-

an transaksi diplomatik guna mendapatkan pengakuan seb-agai negara kepulauan, maka keberadaan ALKI patut di kaji ulang sesuai dengan perubah-an geopolitik dan kepentingan nasional. Dengan demikian kedaulatan negara akan utuh dan sepenuhnya menjadi tang-gung jawab bangsa Indonesia sendiri.

Ketiga: zona wilayah eksklusif, adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di dalam-nya, hak menerapkan hukum nasional atas wilayah tersebut, bernavigasi secara bebas, ser-ta menggunakan wilayah uda-ra bagi penerbagan di atas-nya, termasuk memanfaatkan dasar lautnya bagi penanaman kabel dan pipa (cable andpipe-line) . Konsep dari ZEE muncul dari kebutuhan yang mende-sak. Sementara akar sejarahn-ya berdasarkan pada kebutu-han yang berkembang semen-jak tahun 1945 untuk mem-perluas batas jurisdiksi nega-ra pantai atas lautnya. Apak-ah konsep NPMD hendakya memperkuat posisi kita seb-agai negara kepulauan, maka kita harus melakukan evaluasi ulang geopolitik dan geostrate-gi negara.

Yang terpenting bahwa ber-bagai tatanan global yang akan kompleks membutuh-kan strategi raya yang mam-pu mengitegrasikan seluruh kekuatan negara untuk saling bersinergi dan kosepsi yang paling mungkin adalah mem-bangun sistem yang berba-sis kesemestaan. Untuk itu RUU-PSDN sangat urgent se-bagai legal formal regulation bagi tatalaksana pengelolaan sistem yang berbasis kese-mestaan dalam konteks neg-ara demokrasi yang menghor-mati hak asasi dan patuh apa-da supremasi sipil. (adv)

Konsolidasi Nasional Menuju Negara Maritim DuniaOleh: DKS. Nugraha

Peneliti pada: Center for Strategic and Defense Studies (CSDS-PPS UI)

Membangun Kekuatan Pertahanan Berbasis Kesemestaan Di Era Global (Menelisir Urgensi RUU-PSDN)

Oleh : NugrahaPeneliti Utama pada : Center for Strategic and Defense Studies (CSDS-PPS UI)

Globalisasi merupak-an fenomena semakin terinte-grasinya pranata kehidupan so-sial, ekonomi, dan politik dunia menuju ke dalam suatu sistem yang semakin homogen Joseph E. Stiglitz (2002), fenomena ini dipercepat oleh perkembangan teknologi informasi dan komu-nikasi sebagai tools percepatan perubahan yang kian tak ter-bendung. Mobilitas manusia (human nobilities), arus infor-masi (information flow), arus fi-nansial (financial flow), mendo-brak batas antar negara yang selama ini bagaikan benteng besi yang kokoh menjadi bias (bordrless), intensnya komu-

nikasi dan persinggungan an-tar budaya banyak masyarakat yang tercabut dari akar buday-anya sendiri (rootless). Pori-po-ri ini adalah jalan masuk angin ancaman serius terhadap ke-selamatan bangsa yang sering tidak disadari, proxy warfare, hybrid war fare merupakan po-la-pola ancaman baru yang me-nyusup melalui arus angin pe-rubahan. Isu demokratisasi, hak asasi, masalah lingkun-gan, ekonomi pasar, sering menjadi alat paksa yang dise-bar melalui agen-agen organisa-si non pemerintah sebagai alat pembenaran.

Melihat berbagai gejolak

yang berakhir konflik di ber-bagai kawasan, polanya sela-lu berawal dari isu-isu terse-but, beyond military opera-tions (BMO) sering digunakan sehingga menyamarkan je-jak desain konflik. Kasus ge-jolak Balkan pasca mangkat-nya Presiden Tito, tiba-tiba Yugoslavia terpecah menjadi beberapa negara berbasis et-nik, fenomena ini merupak-an rembesan dari tergunting-nya nilai-nilai poros Soviet di Balkan dan Eropa timur, Gejo-lak Timur Tengah, Arab spring revolution (ASR) menyisakan peperangan panjang Sunni Vs Syi’ah dan memperkuat he-

gemoni Israel di kawasan ini. Konflik boleh dibungkus isu apa saja tapi muaranya adalah perebutan sumber daya peno-pang kehidupan yang strate-gis seperti air (water), pan-gan (food) dan energi (energy) yang jumlahnya sangat terba-tas. Setiap jengkal negeri yang memiliki sumber daya penting akan menjadi rebutan, kepu-lauan Natuna yang kaya min-yak dan gas tersambung sam-pai kepulauan spartly yang di-perebutkan paling tidak 5 neg-ara yang saling klaim.

Indonesia merupakan neg-ara yang kaya akan sumber daya alam, dari mulai min-yak bumi, gas alam, batuba-ra, micro mineral, bahan tam-bang radioaktif, hutan laut yang semua membutuhkan sentuhan pengelolaan agar dapat memberi manfaat opti-mal bagi kesejahteraan rakyat disaat damai. Selain itu pada kondisi tertentu dimana seb-agaian atau seluruh wilayah negara dalam keadaan teran-cam maka sumber daya yang dimiliki harus dapat digunak-an untuk kepentingan pertah-anan negara.

Dua sisi benefit ini harus dibuat dalam sebuah sistem yang diatur oleh aturan hukum yang demokratis dan berkeadi-lan, untuk itu rancangan un-dang-undang pengelolaan sum-ber daya nasional (RUU-PSDN) sangat penting keberadaanya . Sistem tata kelola yang baik wa-jib anut pada asas transparansi

dan akuntabilitas yang mem-buka seluas-luasnya partisipa-si publik dari mulai perenca-naan, pelaksaaan, dan pema-faatan, sehingga setiap penge-lolaan dapat dipertanggungjaw-abkan.

Pengelolaan sumber daya na-sional untuk pertahanan neg-ara akan menjadi trigger bagi terbangunnya sistem tata ke-lola sektor lain yang terkait, rancangan undang undang PSDN harus menjadi undang-undang yang dapat menginte-grasikan seluruh sumber daya nasional untuk memperkuat dan memperbesar kemam-puan gelar kekuatan kompo-nen utama pertahanan nega-ra. Sumber daya nasional yang dimaksud mencakup pertama: sumber daya manusia (SDM), kedua: sumber daya alam dan buatan (SDA/B), ketiga, sa-rana dan prasarana nasional (SAPRANAS)

Sumber daya manusia dike-lola mulai dengan pendidi-kan bela negara, penyiapan komponen pendukung dan pembentukan komponen cadangan pertahanan neg-ara. Pendidikan bela negara wajib dikenakan kepada selu-ruh warga negara tanpa kecu-ali, di lingkungan pekerjaan PNs, bUMN, swasta, ling-kungan pendidikan dari mu-lai PaUD sampai perguruan tinggi baik pendidikan formal maupun non formal, lingkun-gan pemukiman, oKP, or-mas, dari mulai tingkat RT,

RW, kampung-kampung ke-lurahan dst. Pola pendidikan dirumuskan dengan melibat-kan kementerian dan lembaga negara lain yang terkait, setiap segmen masyarakat tentu ber-beda pola pendidikanya akan tetapi pada intinya bela neg-ara adalah pendidikan karak-ter bangsa (soft power develop-ment). Dengan pendidikan bela negara diharapkan terbentuk pribadi masyrakat yang militan dan patriotis, sehingga dengan kesadaran dan suka rela mau menjadi bagian dari sistem pertahanan negara.

Arus globalisasi yang tak ter-bendung melahirkan komplek-sitas ancaman disegenap sek-tor kehidupan bernegara, pen-anggulanganya tidak mugkin dapat selesai dengan penan-ganan yang parsial. Perlu ada systemic system yang dibangun sebagai tameng preventif selain menyiapkan kekuatan koersif yang terkonstruksi dalam satu sistem utuh yang memadukan pertahanan militer dan nir mi-liter. Doktrin pertahanan sudah saatnya menjadi doktrin yang mencakup keduanya, doktrin tidak boleh diterjemahkan sem-pit sebagai alat paksa negara, doktrin adalah panduan strat-egis negara yang harus disam-paikan kepada rakyat sehingga garis state order dapat terlihat dengan jelas sebagai batas atau rambu-rambu untuk memilih dan memilah mana yang bo-leh dan tidak boleh dikerjakan, mana saja hal yang merugikan

kepentingan nasional dan men-guntungkan kepetingan nasi-onal.

Pertahanan semesta adalah konsep pertahanan yang vi-sioner, konsep ini teruji dari jaman ke jaman. Era global dimana ancaman sudah san-gat kompleks membutuhkan sistem yang memang harus melibatkan seluruh sumber daya nasional yang dimiliki, kesemestaan artinya memper-luas spektrum militansi dan patriotisme tidak hanya seba-tas pada institusi yang men-jadi coercive power akan tetapi harus menjadi idiologi seluruh warga negara. Kesemestaan dalam pertahanan akan mem-beri imbas positif terhadap be-lahan lain dari keamanan yai-tu kesejahteraan. Jadi san-gat na’if ketika seluruh bang-sa mempersiapkan kekuatan negara untuk melindungi ke-pentingan nasionalnya, kita masih sibuk berkutat di ku-bangan perkelahian kepent-ingan politik sektoral antara ya dan tidak untuk membuat sistem yang mampu menter-jemahkan kesemestaan men-jadi sistem yang berjalan nya-ta. Kesemestaan bukan jurus dewa yang tak membumi, ke-semestaan adalah sistem yang applicable dan adaptable den-gan perubahan geopolitik keki-nian, kesemestaan adalah ke-manunggalan seluruh kompo-nen bangsa yang sangat dis-egani kawan dan ditakuti la-wan. (adv)

Harian PelitaSELASA | 16 MEI 2017/19 SYA’BAN 1438 H 8