BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Subyek...

25
43 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian tindakan telah dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jalan Nakula Sadewa I/3 Kembangarum Kel. Dukuh Kec. Sidomukti Salatiga. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X Akuntansi 1 berjumlah 36 peserta didik yang terdiri dari 2 peserta didik laki-laki dan 34 peserta didik perempuan. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, terlihat bahwa peserta didik mempunyai minat yang rendah terhadap mata pelajaran komunikasi bisnis. Hasil belajar yang di dapat penulis dari guru ada 28 peserta didik yang mempunyai nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga (75) atau 78% peserta didik dinyatakan tidak tuntas belajar. Ada 8 peserta didik yang dinyatakan tuntas belajar atau 22% peserta didik mempunyai hasil belajar lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga. Sehingga guru merasa resah atas rendahnya minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga. 4.2. Analisis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Penerapan metode Investigasi Kelompok di dalam penelitian tindakan dilaksanakan pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dan dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan. Penelitian tindakan telah dilaksanakan kurang lebih dua bulan (akhir Januari - awal Maret) tepatnya tanggal

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Subyek...

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Subyek Penelitian

Penelitian tindakan telah dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 1 Jalan Nakula Sadewa I/3 Kembangarum Kel. Dukuh Kec. Sidomukti

Salatiga. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X Akuntansi 1 berjumlah 36

peserta didik yang terdiri dari 2 peserta didik laki-laki dan 34 peserta didik

perempuan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, terlihat bahwa peserta

didik mempunyai minat yang rendah terhadap mata pelajaran komunikasi bisnis.

Hasil belajar yang di dapat penulis dari guru ada 28 peserta didik yang mempunyai

nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga (75) atau 78% peserta didik dinyatakan tidak tuntas belajar. Ada 8 peserta

didik yang dinyatakan tuntas belajar atau 22% peserta didik mempunyai hasil

belajar lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri 1 Salatiga. Sehingga guru merasa resah atas rendahnya minat yang

meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik kelas

X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.

4.2. Analisis Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Penerapan metode Investigasi Kelompok di dalam penelitian tindakan

dilaksanakan pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara

profesional dan dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan. Penelitian tindakan telah

dilaksanakan kurang lebih dua bulan (akhir Januari - awal Maret) tepatnya tanggal

44

27 Januari 2012 sampai dengan 9 Maret 2012 pada semester 2 tahun pelajaran

2011-2012. Setiap siklus dilaksanakan beberapa kali pertemuan. Siklus pertama

dibagi dalam tiga kali pertemuan, yang setiap kali pertemuan terdapat alokasi waktu

2 x 45 menit dan siklus kedua dibagi menjadi empat kali pertemuan (2 x 45 menit).

Tabel 4.1.

Pelaksanaan Penelitian Terhadap 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

Siklus Pertemuan Alokasi Waktu

(Menit)

Kegiatan

1 1 2x45 Pembentukan Kelompok dan

Diskusi Kelompok

2 2x45 Presentasi Kelompok

3 2x45 Bermain dan Post Test

2 4 2x45 Penyampaian Materi

5 2x45 Presentasi Kelompok

6 2x45 Bermain

7 2x45 Ulangan Harian

4.3. Analisis Tahapan dalam Siklus

Penelitian Tindakan dilaksanakan selama dua siklus. Siklus adalah sebuah

ciri khas yang dilaksanakan di dalam penelitian tindakan, yang tidak di miliki oleh

penelitian lainnya.

“Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki

pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus

menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu,

45

dalam PTK di kenal dengan adanya siklus pelaksanaan berupa pola:

perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan

ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya

tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus.”42

Penelitian tindakan yang telah dilaksanakan selama dua siklus berjalan

dengan baik. Setiap siklus telah tercapai jika sama dengan atau telah melebihi

indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Setiap siklus mempunyai beberapa

tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari perencanaan, implementasi tindakan,

observasi, dan refleksi. Hasil refleksi tersebut, yang kemudian sebagai acuan

pelaksanaan perbaikan selanjutnya.

Siklus 1 dilaksanakan pada tiga kali pertemuan, tanggal 27 Januari 2012

sampai dengan tanggal 10 Pebruari 2012. Siklus dilaksanakan setiap hari jum’at

pada jam 10.25 WIB sampai dengan 11.45 WIB atau jam pelajaran ke 5 dan ke 6 di

kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga. Adapun tabel

tahapan setiap siklus dapat di lihat sebagai berikut.

Tabel 4.2.

Tahapan Siklus 1 Terhadap 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

Tahapan Siklus 1 Kegiatan

Perencanaan 1. Identifikasi masalah penelitian tindakan

2. Penyelesaian masalah dengan metode yang sesuai

3. Pemilihan metode investigasi kelompok

4. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus

1 pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis

42 I G A K Wardani, op. cit. hal. 7.

46

secara professional (Lampiran 1)

5. Membuat soal uraian singkat untuk post test, jawaban, dan

kriteria penilaian siklus 1 (Lampiran 1)

6. Membuat alat peraga berupa permainan ular tangga dan

kartu soal (Lampiran 22)

7. Membuat format angket penilaian minat peserta didik

siklus 1 (Lampiran 3)

8. Membuat lembar wawancara untuk peserta didik siklus 1

(Lampiran 5)

9. Membuat lembar observasi siklus 1 yang akan di isi oleh

pengamat atau observer (Lampiran 7 dan 9)

Implementasi

Tindakan

1. Melaksanakan pembelajaran siklus 1 sesuai dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 1 dengan

metode Investigasi Kelompok pada kompetensi dasar

melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional

2. Melaksanakan post test pada akhir pertemuan siklus 1

3. Memberikan lembar angket dan lembar wawancara untuk

peserta didik.

4. Memberikan lembar observasi untuk di isi oleh guru

sebagai pengamat

Observasi 1. Pengisian lembar observasi oleh pengamat

2. Mengkoreksi hasil belajar peserta didik

3. Penulis menskorkan lembar angket penilaian minat peserta

47

didik dan lembar wawancara

Refleksi Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada akhir

tindakan siklus 1. Penulis, guru (pengamat independen), dan

guru mata pelajaran melakukan refleksi untuk mengetahui

permasalahan di dalam penelitian tindakan. Setelah

melakukan refleksi dapat diketahui bahwa:

1. Diskusi kelompok, penugasan, presentasi dan melakukan

permainan dapat di selesaikan dan dilaksanakan peserta

didik dengan baik

2. Pada saat permainan memang kondisi kelas agak gaduh,

terlihat peserta didik merasa senang. Peserta didik

melakukan permainan dengan seru sehingga saat

melakukan permainan kondisi kelas kurang tenang.

3. Hasil lembar wawancara, tiga puluh enam atau semua

peserta didik menyukai pembelajaran dengan metode

investigasi kelompok. (Lampiran 6, No. 1)

4. Hasil angket siklus 1 yang telah di olah penulis, terdapat

tujuh belas peserta didik yang berminat di dalam pelajaran

dengan metode investigasi kelompok. Ada Sembilan belas

peserta didik yang sangat berminat dengan mata pelajaran

komunikasi bisnis menggunakan metode investigasi

kelompok. (Lampiran 4)

48

5. Hasil belajar peserta didik pada siklus 1 kompetensi dasar

melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dengan

menggunaan metode investigasi kelompok, terdapat satu

orang peserta didik yang belum tuntas. Ada tiga puluh lima

peserta didik yang sudah mempunyai hasil belajar sama

atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga atau dianggap tuntas

belajar. (Lampiran 2)

Perbaikan

Rencana Siklus 2

Rencana pembelajaran siklus 2 (Lampiran 11) akan sedikit

berbeda dengan siklus1. Materi akan disampaikan dengan

power point di siklus 2. Pembelajaran siklus 2 akan

direncanakan bahwa peserta didik membuat sendiri alat

peraga berupa permainan ular tangga dan kartu soal. Hal

tersebut didasarkan oleh pembelajaran siklus 1 yang hasilnya

telah melebihi indikator keberhasilan yaitu minat dan hasil

belajar peserta didik dianggap sudah terpenuhi.

49

Tabel 4.3.

Tahapan Siklus II Terhadap 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

Tahapan Siklus 1 Kegiatan

Perencanaan 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus

2 pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis

secara professional (Lampiran 11)

2. Membuat soal uraian untuk ulangan harian, jawaban, dan

kriteria penilaian siklus 2 (Lampiran 11)

3. Membuat power point materi pelajaran (Lampiran 11)

4. Membuat format angket penilaian minat peserta didik

siklus 2 (Lampiran 13)

5. Membuat lembar wawancara untuk peserta didik siklus 2

(Lampiran 15)

6. Membuat lembar observasi siklus 2 yang akan di isi oleh

pengamat atau observer (Lampiran 17 dan 19)

Implementasi

Tindakan

1. Melaksanakan pembelajaran siklus 2 sesuai dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 2 dengan

metode Investigasi Kelompok pada kompetensi dasar

melaksanakan komunikasi bisnis secara professional

2. Melaksanakan ulangan harian yang di laksanakan pada

akhir siklus 2

50

3. Memberikan lembar angket dan lembar wawancara untuk

peserta didik.

4. Memberikan lembar observasi untuk di isi oleh guru

sebagai pengamat

Observasi 1. Pengisian lembar observasi oleh pengamat

2. Mengkoreksi hasil belajar peserta didik

3. Penulis menskorkan lembar angket penilaian minat peserta

didik dan lembar wawancara

Refleksi Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada akhir

tindakan siklus 2. Penulis, guru (pengamat independen), dan

guru mata pelajaran melakukan refleksi untuk mengetahui

hasil pembelajaran di dalam penelitian tindakan siklus 2.

Setelah melakukan refleksi dapat diketahui bahwa:

1. Peserta didik dapat melaksanakan tugas yang diberikan

guru dengan baik

2. Presentasi, hasil permainan dan kartu soal yang dibuat oleh

peserta didik dirasa sangat memuaskan

3. Memang tidak di pungkiri saat melaksanakan permainan

kondisi kelas masih gaduh, karena setiap kelompok

bermain dengan menjawab kartu soal yang sudah dibuat

oleh peserta didik dengan antusias sehingga kondisi kelas

memang tidak di mungkinkan untuk tenang

51

4. Hasil lembar wawancara, tiga puluh enam atau semua

peserta didik menyukai pembelajaran dengan metode

investigasi kelompok. (Lampiran 16, No. 1)

5. Hasil angket yang telah di olah penulis pada siklus 2,

terdapat delapan belas peserta didik yang berminat di

dalam pelajaran dengan menggunakan metode investigasi

kelompok. Ada delapan belas peserta didik yang sangat

berminat pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi

bisnis secara profesional mata pelajaran komunikasi bisnis

yang dilaksanakan menggunakan metode investigasi

kelompok. (Lampiran 14)

6. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2 kompetensi dasar

melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dengan

penggunaan metode investigasi kelompok, terdapat dua

peserta didik yang belum tuntas. Ada tiga puluh empat

peserta didik yang sudah mempunyai hasil belajar sama

atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga atau dianggap tuntas

belajar. Siklus 2 tidak lebih baik dari siklus 1, tetapi sudah

melebihi dari indikator keberhasilan. (Lampiran 12)

52

4.3.1. Analisis Siklus 1

Pelaksanaan siklus 1 sudah di laksanakan dengan baik oleh guru mata

pelajaran komunikasi bisnis di kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 1 Salatiga. Pelaksanaan tindakan menggunakan metode Investigasi

Kelompok. Metode Investigasi Kelompok membuat peserta didik merasakan secara

langsung pembelajaran dengan pengalaman-pengalaman yang di dapat dari proses

investigasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam satu kelompok kerja.

Penekanan tentang belajar dan mengajar di kelas X Akuntansi 1 lebih berfokus

terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan pengalaman-pengalaman yang

di peroleh peserta didik.

Hasil observasi (Lampiran 8) yang dilakukan oleh pengamat independen,

pada siklus 1 pertemuan pertama. Ada enam puluh satu sampai dengan delapan

puluh persen (61% - 80%) peserta didik memperhatikan apersepsi dan pengarahan

guru mata pelajaran tentang investigasi kelompok. Lebih dari delapan puluh persen

(>80%) peserta didik memperhatikan motivasi, menjawab pertanyaan, duduk

dengan kelompok masing-masing, melakukan diskusi kelompok, dan membuat

kesimpulan bersama guru mata pelajaran komunikasi bisnis.

Pertemuan kedua peserta didik terlihat, ada enam puluh satu sampai dengan

delapan puluh persen (61% - 80%) peserta didik melaksanakan kegiatan mendengar

penjelasan dari guru dan bertanya terhadap kelompok lain. Ada lebih dari delapan

puluh persen (>80%) peserta didik yang antusias untuk menceritakan trik-trik yang

di lakukan peserta didik di dalam investigasi, duduk secara berkelompok, penyajian

53

hasil investigasi, memperhatikan tanggapan dan membuat kesimpulan bersama

dengan guru mata pelajaran komunikasi bisnis.

Pertemuan ketiga, terlihat enam puluh satu sampai dengan delapan puluh

persen (61% - 80%) peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru. Terlihat

lebih dari delapan puluh persen (>80%) peserta didik melakukan kegiatan duduk

sesuai dengan kelompok masing-masing, menjawab pertanyaan, menjawab kartu

soal yang di bacakan dari permainan ular tangga, kerjasama di dalam kelompok,

dan membuat kesimpulan dengan guru mata pelajaran komunikasi bisnis. Pada saat

melaksanakan permainan ular tangga di kelas X Akuntansi 1, peserta didik memang

terlihat agak gaduh. Peserta didik antusias di dalam melaksanakan pembelajaran

dan terlihat merasa senang melakukan pembelajaran dengan metode Investigasi

Kelompok.

Hasil wawancara (Lampiran 6) terhadap peserta didik melalui lembar

wawancara. Semua peserta didik atau seratus persen (100%) peserta didik menyukai

pembelajaran dengan metode investigasi kelompok, menyukai pembelajaran dengan

cara diskusi kelompok, suka membantu teman yang sedang mengalami kesulitan

belajar dan ataupun bertanya saat peserta didik mengalami kesulitan belajar. Pada

pertanyaan apakah anda suka cara belajar dengan mencari informasi di lingkungan

sekitar yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari pada mata

pelajaran komunikasi bisnis? Ada satu peserta didik atau dua koma delapan persen

(2.8%) yang tidak menyukai, dan tiga puluh lima peserta didik atau sembilan puluh

tujuh koma dua persen (97.2%) menyatakan suka.

54

Hasil analisis siklus 1 terlihat bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan antusias pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi

bisnis secara profesional mata pelajaran komunikasi bisnis. Peserta didik merasa

bahwa pembelajaran dengan metode Investigasi Kelompok menyenangkan, dan

peserta didik mempunyai minat yang lebih terhadap pembelajaran komunikasi

bisnis kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dengan

menggunakan metode Investigasi Kelompok dari pada metode sebelumnya.

4.3.2. Analisis Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus 2. Pertemuan ke empat terlihat

bahwa hasil observasi (Lampiran 18) guru independen menyatakan ada enam puluh

satu sampai dengan delapan puluh persen peserta didik mencatat materi ajar. Lebih

dari delapan puluh persen peserta didik memperhatikan, menjawab, dan membuat

kesimpulan bersama dengan guru mata pelajaran komunikasi bisnis.

Pertemuan kelima terlihat sekitar enam puluh satu sampai dengan delapan

puluh persen (61% - 80%) peserta didik memperhatikan apersepsi dan motivasi

yang guru mata pelajaran sampaikan. Lebih dari delapan puluh persen (>80%)

peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran yaitu, duduk dengan kelompok

masing-masing, penyajian hasil Investigasi dengan media ular tangga, bertanya

kepada kelompok lain, memperhatikan dan membuat kesimpulan bersama dengan

guru mata pelajaran komunikasi bisnis.

Pertemuan keenam terlihat bahwa lebih dari delapan puluh persen (>80%)

peserta didik melakukan kegiatan memperhatikan, mendengar, menjawab

55

pertanyaan, duduk sesuai dengan kelompok masing-masing, menjawab kartu soal di

dalam permainan, dan membuat kesimpulan bersama guru.

Hasil wawancara (Lampiran 16) yang dilakukan penulis melalui lembar

wawancara, menyatakan bahwa pada pertanyaan pertama semua peserta didik atau

seratus persen (100%) menyukai pembelajaran dengan metode Investigasi

Kelompok pada mata pelajaran komunikasi bisnis. Pertanyaan kedua ada satu

peserta didik atau dua koma delapan persen (2.8%) yang tidak menyukai cara

belajar dengan mencari informasi di lingkungan sekitar peserta didik yang berkaitan

dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari, sedangkan tiga puluh lima peserta

didik atau sembilan puluh tujuh koma dua persen (97.2%) menyukainya.

Pertanyaan ketiga ada tiga puluh enam peserta didik atau seratus persen (100%)

menyukai cara belajar dengan menggunakan diskusi kelompok. Pertanyaan

keempat dijawab oleh semua peserta didik atau seratus persen (100%) dengan suka

membantu teman yang sedang mengalami kesulitan dan atau bertanya saat

mengalami kesulitan belajar. Pertanyaan kelima dari lembar wawancara, seluruh

peserta didik atau seratus persen (100%) menyukai pembelajaran dengan media

pembelajaran ular tangga dan bermain. Pertanyaan keenam ada satu peserta didik

atau dua koma delapan persen (2.8%) yang tidak menyukai jika media

pembelajaran di buat sendiri di dalam kelompok, sedangkan tiga puluh lima peserta

didik atau sembilan puluh tujuh koma dua persen (97.2) menyukainya. Pertanyaan

ketujuh ada dua peserta didik atau lima koma enam persen (5.6%) tidak menyukai

jika materi selanjutnya menggunakan metode Investigasi Kelompok, sedangkan

56

sisanya atau Sembilan puluh empat koma empat persen (94.4%) peserta didik

menyukainya.

Hasil observasi dan hasil wawancara peserta didik pada siklus 2, terlihat

bahwa peserta didik menyukai pembelajaran dengan metode Investigasi Kelompok.

Banyak peserta didik juga menginginkan jika materi selanjutnya menggunakan

metode Investigasi Kelompok.

4.4. Analisis Minat Belajar Peserta Didik

Salah satu permasalahan yang di resahkan oleh guru mata pelajaran

komunikasi bisnis adalah rendahnya minat yang meliputi perhatian, kegiatan, dan

rasa senang peserta didik pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis

secara profesional mata pelajaran komunikasi bisnis. Hasil pengamatan yang

dilakukan pada pra siklus terlihat ada delapan belas peserta didik tidak fokus pada

materi ajar yang sedang guru sampaikan. Peserta didik sibuk dengan kegiatannya

masing-masing, dan peserta didik akan memfokuskan perhatiannya apabila sudah di

tegur oleh guru. Pembelajaran sebelumnya menggunakan metode ceramah,

sehingga dirasa perlu menggunakan metode yang dapat membangkitkan minat

peserta didik. Metode yang digunakan dan dirasa cocok di dalam menyelesaikan

permasalahan yang diresahkan oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis adalah

metode Investigasi Kelompok.

Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan metode Investigasi Kelompok,

peserta didik dapat dikategorikan berminat dan sangat berminat dengan mata

pelajaran komunikasi bisnis pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi

bisnis secara profesional. Kategori minat belajar peserta didik yang meliputi

57

perhatian, kegiatan, dan rasa senang dapat kita lihat melalui tabel dan diagram

sebagai berikut.

Tabel 4.4.

Minat Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

No. Kategori Siklus 1 Siklus 2

Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase

1. Tidak Berminat 0 0% 0 0%

2. Kurang Berminat 0 0% 0 0%

3. Berminat 17 47.2% 18 50%

4. Sangat Berminat 19 52.8% 18 50%

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 4.1.

Grafik Minat Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

Terlihat (Gambar 4.1.) pada siklus 1 terdapat empat puluh tujuh koma dua

persen (47.2%) dari peserta didik dikategorikan berminat. Terdapat lima puluh dua

koma delapan persen (52.8%) dari peserta didik dikategorikan sangat berminat pada

58

kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional mata

pelajaran komunikasi bisnis dengan menggunakan metode Investigasi Kelompok.

Pada siklus 2 terdapat lima puluh persen (50%) atau setengah dari jumlah peserta

didik dikategorikan berminat, dan lima puluh persen (50%) peserta didik lainnya

dikategorikan sangat berminat pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi

bisnis secara professional mata pelajaran komunikasi bisnis dengan menggunakan

metode Investigasi Kelompok. Minat peserta didik pada siklus 1 dan siklus 2 sudah

melampaui indikator keberhasilan tiap siklus yaitu lebih atau sama dengan tujuh

puluh lima persen (75%) dari peserta didik di kelas X Akuntansi 1 Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.

4.5. Analisis Hasil Belajar Peserta Didik

Bagian ini akan memaparkan pembahasan analisis hasil belajar peserta didik

dengan menggunakan metode Investigasi Kelompok pada pokok bahasan

melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional. Hasil belajar peserta didik

dapat dilihat di dalam rangkuman nilai yang sudah di olah penulis dalam bentuk

tabel dan diagram. Hasil belajar peserta didik akan memuat hasil belajar dari pra

siklus, siklus 1, dan siklus 2 dengan rata-rata nilai kelas.

59

Tabel 4.5.

Hasil Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 4.2.

Grafik Ketuntasan Hasil Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

No. Kategori

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase

1 Tuntas Belajar 8 22.2% 35 97.2% 34 94.4%

2 Tidak Tuntas

Belajar

28 77.8% 1 2.8% 2 5.6%

3 Jumlah 36 100% 36 100% 36 100%

4 Hasil Terendah 26 72.5 72

5 Hasil Tertinggi 100 100 96

6 Rata - rata 63.61 94.38 85.72

60

Gambar 4.2. terlihat hasil belajar peserta didik di kelas X Akuntansi 1 pada

kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mata

pelajaran komunikasi bisnis sebelum dilaksanakan tindakan hanya dua puluh dua

koma dua persen (22.2%) peserta didik dinyatakan telah tuntas. Sisanya sebesar

tujuh puluh tujuh koma delapan persen (77.8%) peserta didik belum bisa dikatakan

tuntas, karena hasil belajar peserta didik masih di bawah 75 (sesuai Kriteria

Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga). Hasil belajar

terendah peserta didik yaitu 26, dan hasil belajar tertinggi yaitu 100 dengan rata-rata

kelas 63.61. Keadaan inilah yang menjadi salah satu permasalahan yang diresahkan

oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis. Permasalahan yang diresahkan oleh

guru adalah minat peserta didik terhadap mata pelajaran komunikasi bisnis yang di

anggap rendah dan berdampak terhadap hasil belajar peserta didik yang rendah.

”Menurut Wiji Suwarno, peserta didik yang mempunyai minat terhadap

mata pelajaran bisa meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan yang tidak

mempunyai minat akan sulit meningkatkan hasil belajarnya. Pendidik mempunyai

tugas untuk membangkitkan minat peserta didik agar prestasinya meningkat.”43

Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan metode yang meningkatkan minat

belajar peserta didik akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan

tindakan di kelas X Akuntansi 1 menggunakan metode Investigasi Kelompok.

Metode pembelajaran yang membuat peserta didik membangun pengetahuan

mereka dengan pengalaman-pengalaman yang mereka terima dari hasil Investigasi

Kelompok.

43 Wiji Suwarno, loc. cit. hal. 116.

61

Penggunaan metode Investigasi Kelompok di kelas X Akuntansi 1

dilaksanakan pada dua siklus tindakan. Siklus pertama terlihat Sembilan puluh tujuh

koma dua persen (97.2%) dari jumlah peserta didik sudah dianggap tuntas belajar,

sedangkan dua koma delapan persen (2.8%) dari jumlah peserta didik belum dapat

dikatakan tuntas. Nilai terendah peserta didik yaitu 72.5 dan tertinggi yaitu 100.

Peserta didik belum dapat dikatakan tuntas jika belum mendapat hasil belajar sama

dengan atau lebih dari 75 (sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga). Hasil belajar peserta didik pada siklus

pertama di dapat dari post test yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran pada

akhir pertemuan siklus pertama.

Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama yang hasilnya sudah

melebihi dari indikator keberhasilan dan dianggap telah sukses. Pembelajaran

selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada

siklus kedua. Pembelajaran pada siklus kedua diakhiri dengan ulangan harian

peserta didik. Hasil ulangan harian peserta didik pada siklus kedua terlihat bahwa

Sembilan puluh empat koma empat persen (94.4%) dari jumlah peserta didik sudah

dianggap tuntas belajar. Sedangkan peserta didik yang tidak tuntas belajar sebesar

lima koma enam persen (5.6%) dari jumlah peserta didik. Hasil belajar terendah

peserta didik adalah 72 dan tertinggi adalah 96. Walau prosentase peserta didik

yang tuntas menurun sebesar dua koma delapan persen (2.8%) dari siklus pertama

ke siklus kedua, siklus kedua juga dapat dikatakan berhasil. Siklus kedua dikatakan

berhasil karena hasil belajar peserta didik sudah melebihi dari indikator

keberhasilan.

62

Gambar 4.3.

Grafik Rata-Rata Kelas dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Salatiga

Gambar 4.3. terlihat bahwa hasil rata-rata di kelas X Akuntansi 1 pada

kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mengalami

peningkatan dari pra siklus ke siklus pertama. Pada pra siklus terlihat rata-rata kelas

adalah 63.61 dan mengalami peningkatan sebesar 30.77, sehingga pada siklus

pertama terlihat bahwa rata-rata kelas menjadi 94.38. Tetapi pada siklus kedua

terlihat menurun rata-rata kelasnya yang semula pada siklus pertama adalah 94.38,

dan di siklus kedua menjadi 85.72.

Setelah penggunaan metode Investigasi Kelompok, terlihat terdapat

peningkatan hasil belajar peserta didik dan rata-rata kelas pada mata pelajaran

komunikasi bisnis kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara

professional. Metode Investigasi Kelompok dapat menjawab permasalahan-

permasalahan yang telah diresahkan oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis di

kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.

63

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian

Permasalahan yang diresahkan oleh guru mata pelajaran adalah awal dari

timbulnya penelitian tindakan di kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 1 Salatiga. Permasalahan tersebut adalah rendahnya minat yang meliputi

perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik pada

kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mata

pelajaran komunikasi bisnis. Penggunaan metode ceramah yang sebelumnya

dilaksanakan guru dirasa kurang maksimal di dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Pembelajaran selanjutnya menggunakan metode yang akan

meningkatkan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil

belajar peserta didik. Metode yang digunakan yaitu metode Investigasi Kelompok.

Metode Investigasi Kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang

dilakukan secara berkelompok. Peserta didik akan dibentuk secara berkelompok,

dan selanjutnya akan melakukan investigasi di tempat yang telah di tentukan

sebelumnya. Pencarian informasi di dalam Investigasi adalah sebuah upaya

pembelajaran peserta didik dari pengalaman-pengalaman yang akan di dapat saat

melakukan Investigasi Kelompok. Setelah peserta didik melaksanakan investigasi,

selanjutnya peserta didik akan mempresentasikan secara kelompok di dalam kelas.

Menurut Soejadi dalam Teti Sobari yang dikutip oleh Rusman, “Teori yang

melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya

pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana

siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang

kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila

64

perlu.”44

Setiap siklus tindakan pada penelitian tindakan di kelas X Akuntansi 1

telah terlaksana dengan baik menggunakan metode Investigasi Kelompok.

Terlihat setelah menggunakan metode Investigasi kelompok, di setiap siklus

tindakan semua peserta didik atau seratus persen (100%) menyukai dan meminati

mata pelajaran komunikasi bisnis pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi

bisnis secara profesional. Pada siklus pertama, peserta didik yang dikategorikan

berminat sebanyak tujuh belas peserta didik atau empat puluh tujuh koma dua

persen (47.2%), sedangkan yang sangat berminat sebanyak 19 peserta didik atau

lima puluh dua koma delapan persen (52.8%). Pada siklus kedua terjadi perubahan

minat peserta didik, yaitu peserta didik yang berminat sebanyak 18 peserta didik

atau lima puluh persen (50%), sedangkan yang sangat berminat sebanyak 18 peserta

didik atau lima puluh persen (50%). Minat peserta didik pada kategori sangat

berminat mengalami penurunan sebesar dua koma delapan persen (2.8%), dan

kategori berminat naik sebesar (2.8%). Tetapi pada setiap siklus tindakan, peserta

didik dapat digolongkan mempunyai minat belajar pada kompetensi dasar

melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mata pelajaran komunikasi

bisnis.

Hasil belajar peserta didik juga mengalami perubahan setelah menggunakan

metode Investigasi Kelompok. Hasil belajar peserta didik pada pra siklus terdapat

delapan peserta didik yang sudah dikatakan tuntas belajar atau dua puluh dua koma

dua persen (22.2%), sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak dua puluh

delapan peserta didik atau tujuh puluh tujuh koma delapan persen (77.8%). Hasil

44 Rusman, Model-Model Pembelajaran ”Mengembangkan Profesionalisme Guru”,

Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 201.

65

terendah peserta didik adalah 26 dan tertinggi adalah 100, dengan rata-rata kelas

63.61.

Setelah tindakan siklus pertama dengan metode Investigasi Kelompok, pada

akhir siklus guru melaksanakan post test. Hasil belajar peserta didik pada siklus

pertama mengalami peningkatan yang signifikan. Terdapat tiga puluh lima peserta

didik yang tuntas belajar atau sembilan tujuh koma dua persen (97.2%), sedangkan

satu peserta didik tidak tuntas belajar atau dua koma delapan persen (2.8%). Hasil

terendah peserta didik adalah 72.5 dan tertinggi yaitu 100, dengan rata-rata kelas

94.38. Siklus pertama terlihat terjadi peningkatan ketuntasan peserta didik yang

sebelumnya pada pra siklus sebesar dua puluh dua koma dua persen (22.2%),

menjadi sembilan puluh tujuh koma dua persen (97.2%). Peningkatan ketuntasan

peserta didik sebesar tujuh puluh lima persen (75%).

Siklus kedua terlihat bahwa ketuntasan belajar peserta didik sebesar

Sembilan puluh empat koma empat persen (94.4%). Ketuntasan belajar peserta

didik memang bisa dikatakan turun dari siklus pertama ke siklus kedua. Penurunan

ketuntasan belajar peserta didik sebesar dua koma delapan persen (2.8%). Tetapi

siklus kedua masih dianggap berhasil, karena sudah melebihi dari indikator

keberhasilah setiap siklus yaitu tujuh puluh lima persen (75%).

Peningkatan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan

hasil belajar peserta didik kelas X Akuntansi 1 terjadi karena penggunaan metode

Investigasi Kelompok. Peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus pertama di

iringi oleh peningkatan minat belajar peserta didik. Peningkatan ketuntasan hasil

belajar peserta didik dari 22.2% menjadi 97.2% diiringi oleh minat peserta didik

66

yang dikategorikan berminat sebesar 47.2% dan sangat berminat 52.8%. Tidak ada

peserta didik yang dikategorikan tidak berminat dan kurang berminat pada siklus

pertama.

Pada siklus kedua terjadi penurunan tingkat ketuntasan hasil belajar peserta

didik. Ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus kedua sebesar 94.4% yang

sebelumnya pada siklus pertama sebesar 97.2%. Penurunan tingkat ketuntasan

belajar peserta didik pada siklus kedua juga diiringi oleh penurunan tingkat kategori

minat peserta didik. Pada siklus kedua peserta didik yang dikategorikan berminat

sebesar 50% dari 47.2% pada siklus pertama. Peserta didik yang dikategorikan

sangat berminat pada siklus kedua sebesar 50% yang sebelumnya sebesar 52.8%

pada siklus pertama. Pada siklus kedua peserta didik yang dikategorikan sangat

berminat turun sebesar 2.8%. Pada siklus kedua juga tidak ada peserta didik yang

dikategorikan tidak berminat dan kurang berminat.

Penurunan hasil belajar peserta didik dari siklus pertama ke siklus kedua

dikarenakan adanya penurunan minat belajar peserta didik. Minat pada siklus kedua

dikatakan turun disebabkan oleh beberapa hal. Hasil wawancara pada siklus kedua

(Lampiran 16), 2.8% peserta didik tidak menyukai cara belajar dengan mencari

informasi di lingkungan sekitar (Pertanyaan No.2). Sebesar 2.8% tidak menyukai

jika media pembelajaran di buat sendiri (Pertanyaan No.6). Sebesar 5.6% tidak

setuju jika materi pelajaran yang akan dating menggunakan metode Investigasi

Kelompok (Pertanyaan No.7). Sedangkan pada hasil wawancara pada siklus

pertama (Lampiran 6), hanya 2.8% peserta didik tidak menyukai cara belajar

dengan mencari informasi di lingkungan sekitar (Pertanyaan No.2). pertanyaan

67

yang lain sebesar 100% peserta didik memberi respon positif. Minat peserta didik

yang meliputi perhatian, kegiatan, dan rasa senang pada siklus kedua menurun

dibandingkan dengan siklus pertama.

Minat belajar peserta didik akan berdampak terhadap hasil belajar peserta

didik. Peserta didik yang berminat akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan peserta didik yang tidak ataupun kurang berminat. ”Menurut

Wiji Suwarno, peserta didik yang mempunyai minat terhadap mata pelajaran bisa

meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan yang tidak mempunyai minat akan sulit

meningkatkan hasil belajarnya. Pendidik mempunyai tugas untuk membangkitkan

minat peserta didik agar prestasinya meningkat.”45

Walaupun terjadi penurunan minat belajar peserta didik yang berdampak

terhadap hasil belajar peserta didik dari siklus pertama ke siklus kedua, penelitian

tindakan di kelas X Akuntansi 1 dianggap berhasil. Penurunan minat dan hasil

belajar tersebut tidak terlalu signifikan, dan hasilnya masih melebihi dari indicator

keberhasilan. Pembelajaran di kelas X Akuntansi 1 dengan metode investigasi

kelompok sudah dapat menyelesaikan permasalahan yang diresahkan oleh guru,

yaitu rendahnya minat dan hasil belajar peserta didik.

Metode pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar akan

berdampak terhadap hasil belajar peserta didik. Metode investigasi kelompok dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar

melaksanakan komunikasi bisnis secara professional kelas X Akuntansi 1 Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.

45 Wiji Suwarno, loc. cit. hal. 116.