BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian
tersebut yaitu melakukan uraian hasil metode Analytical Hierarchy Proses (AHP)
dan Simple Additive Weigting (SAW) secara manual, analisis hasil dan pembahasan.
A. Uraian Hasil Metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) dan Simple Additive
Weigting (SAW)
1. Uraian Hasil Metode Analytical Hierarchy Proses (AHP)
Dalam penyelesaian permasalahan dengan metode AHP ada beberapa langkah-
langkah pemecahannya, yaitu :
a. Menentukan jenis-jenis Kriteria dan alternatif, dalam objek penelitian ini penulis
mengambil sampel pada UMKM Dinas Koperasi Perindustrian dan perdagangan
Provinsi Gorontalo, yaitu tentang pemberian bantuan Modal Wirausaha Baru.
Adapun Alternatif dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) Miskin
Produktif, serta kriteria-kriteria untuk penentuan pemberian Bantuan Modal
Wirausaha Baru adalah :
1. Status tempat tinggal (Kos/tdk memiliki, Kredit perumahan rakyat, Milik
instansi, Milik orangtua, Milik sendiri)
2. Parameter kemiskinan (Diatas rata-rata, Tidak miskin, Hampir miskin, Miskin,
Fakir miskin)
32
3. Produktivitas usaha (Tidak produktif, Hampir produktif, Cukup produktif,
Produktif, Sangat produktif)
4. Pendapatan per bulan (> Rp. 3.000.000, > Rp. 2.500.000 – Rp. 3000.000, > Rp.
1.500.000 – Rp. 2.500.000, > Rp. 750.000 – Rp. 1.500.000, Rp. 500.000 - Rp.
750.000)
5. Jumlah tanggungan keluarga (Tidak memiliki, 1-2 orang, 3-4 orang, 5 orang, >
6 orang)
b. Fasilitas pendukung usaha (Sangat rendah, Rendah, Cukup, Tinggi, Sangat
tinggi)Menyusun Kriteria-kriteria calon penerima Bantuan Wirausaha Baru
dalam matriks perbandingan berpasangan. Cara mengisi elemen-elemen matriks,
adalah sebagai berikut :
1) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 6.
2) Elemen matriks segitiga atas sebagai input
Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan
kriteria yang lain. Hasil penilaian bisa dilihat pada tabel 4.1.
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6
C1 1 2 3 5 5 7
C2
1 2 3 3 5
C3
1 3 3 5
C4
1 3 5
C5
1 2
C6
1
jumlah
Tabel 4.1 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria
33
3) Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah, mempunyai rumus
4) Kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel 4.2
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6
C1 1 2 3 5 5 7
C2 0.50000 1 2 3 3 5
C3 0.33333 0.50000 1 3 3 5
C4 0.20000 0.33333 0.33333 1 3 5
C5 0.20000 0.33333 0.33333 0.33333 1 2
C6 0.14286 0.20000 0.20000 0.20000 0.50000 1
jumlah 2.37619 4.36667 6.86667 12.53333 15.50000 25
5) Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan, maka langkah
selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks pada tabel
4.2 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6
C1 0.42084 0.45802 0.43689 0.39894 0.32258 0.28000
C2 0.21042 0.22901 0.29126 0.23936 0.19355 0.20000
C3 0.14028 0.11450 0.14563 0.23936 0.19355 0.20000
C4 0.08417 0.07634 0.04854 0.07979 0.19355 0.20000
C5 0.08417 0.07634 0.04854 0.02660 0.06452 0.08000
C6 0.06012 0.04580 0.02913 0.01596 0.03226 0.04000
Tabel 4.3 Matriks Nilai Kriteria
Tabel 4.2 Matriks Nilai Perbandingan Berpasangan Kriteria Pemberian Bantuan
Wirausaha Baru
34
Nilai 0,42084 pada kolom C1 baris C1 tabel 4.2 diperoleh dari nilai kolom C1
dan baris C1 tabel 4.2 dibagi jumlah kolom C1 tabel 4.2, dan seterusnya.
6) Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata atau
nilai prioritas kriteria. Hasilnya pada tabel 4.4.
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6
JML
BRS Prioritas
C1 0.42084 0.45802 0.43689 0.39894 0.32258 0.28000 2.31727 0.38621
C2 0.21042 0.22901 0.29126 0.23936 0.19355 0.20000 1.36360 0.22727
C3 0.14028 0.11450 0.14563 0.23936 0.19355 0.20000 1.03333 0.17222
C4 0.08417 0.07634 0.04854 0.07979 0.19355 0.20000 0.68238 0.11373
C5 0.08417 0.07634 0.04854 0.02660 0.06452 0.08000 0.38016 0.06336
C6 0.06012 0.04580 0.02913 0.01596 0.03226 0.04000 0.22326 0.03721
Nilai 2,31727 pada kolom jumlah baris, tabel 4.4 diperoleh dari hasil
penjumlahan dari 0.42084 + 0.45802 + 0.43689 + 0.39894 + 0.32258 + 0.28000
Nilai pada kolom prioritas tabel 4.4 diperoleh dari nilai pada kolom jumlah baris
dibagi dengan jumlah kriteria, dalam hal ini n=6.
Kriteria C1 atau status tempat tinggal adalah kriteria paling penting dalam kasus
ini, karena memiliki nilai prioritas paling tinggi dibandingkan kriteria parameter
kemiskinan, produktivitas usaha, pendapatan perbulan, jumlah tanggungan keluarga,
fasilitas pendukung usaha.
c. Mengukur konsistensi, langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) Membuat matriks penjumlahan setiap baris
Tabel 4.4 Nilai Prioritas Kriteria
35
Kalikan setiap nilai matriks elemen pertama pada tabel 4.2 perbandinngan
berpasangan dengan nilai prioritas kriteria elemen pertama pada tabel 4.4,
nilai matriks elemen kedua dengan nilai prioritas kriteria elemen kedua dan
seterusnya. Hasinya seperti pada tabel 4.5.
2) Jumlahkan setiap baris.
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5.
3) Perhitungan rasio konsistensi
Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi
(CR) <= 0,1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka matriks
perbandingan berpasangan harus diperbaiki.
Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti terlihat dalam tabel
4.6.
Tabel 4.5 Hasil Matriks Penjumlahan Tiap Baris
Tabel 4.6 Perhitungan Rasio Konsistensi
36
Kolom jumlah baris diperoleh dari kolom jumlah baris pada tabel 4.5,
sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada tabel 4.4,
kolom hasil diperoleh dari jumlah baris pada tabel 4.6 dibagi nilai prioritas
tabel 4.6.
Untuk nilai total diperoleh dari Jumlahan dari nilai-nilai hasil, dan nilai lamda
maks diperoleh dari total dibagi banyaknya elemen, dalam hal ini n=6.
d. Menghitung indeks konsistensi/Consistency Indeks (CI)
CI = ( maks – n) / (n-1)
= (6,31989 – 6) / (6 – 1)
= 0,31989 / 5
= 0,06398
e. Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR)
CR = CI / IR
= 0,06398 / 1,24
= 0,05159 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
IR = 1,24, diambil dari aturan tabel indeks random yang telah ditentukan sesuai
dengan ukuran matriks elemen yang ada.
Setelah dihasilkan prioritas kriteria, langkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas subkriteria. Perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua
kriteria. Dalam hal ini terdapat 6 kriteria yang berarti akan ada 6 perhitungan
prioritas subkriteria. Langkah-langkah penyelesaiannya seperti pada penentuan
prioritas kriteria sebelumnya.
37
a. Nilai Matriks Subkriteria
Ada 6 kriteria yang mendasari pengambilan keputusan pada calon penerima
Bantuan Modal Wirausaha dan semua kriteria memiliki subkriteria yang harus
dibandingkan dalam matriks berpasangan.
1). Subkriteria Status Tempat Tinggal
Proses pencarian nilai konsistensi subkriteria sama dengan proses pencarian nilai
konsistensi kriteria pada langkah-langkah sebelumnya, yaitu memasukkan nilai
perbandingan ke dalam elemen-elemen. Dalam mengisi elemen-elemen ini, perlu
dilakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu membandingkan
elemen secara berpasangan sesuai subkriteria yang diberikan.
a) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini elemen dari
subkriteria status tempat tinggal n = 5.
b) Elemen matriks segitiga atas sebagai input
c) Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
d) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.8.
Tabel 4.7 Masukan Nilai Perbandingan kriteria Status Tempat Tinggal
38
Langkah selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing nilai elemen pada
tabel 4.8 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada
tabel 4.9.
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen (n=5) untuk mendapatkan nilai rata-rata atau
nilai prioritas alternatif. Hasinya seperti pada tabel 4.10.
Setelah mendapatkan nilai prioritas, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai
prioritas subkriteria. Nilai prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris
Tabel 4.9 Matriks Nilai Kriteria Status Tempat Tinggal
Tabel 4.10 Nilai Prioritas Status Tempat Tinggal
Tabel 4.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Status Tempat Tinggal
39
tersebut (tabel 4.10) dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom priotitas. Hasilnya
seperti pada tabel 4.11.
e) Tahap selanjutnya adalah, Kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama
pada tabel 4.8 perbandinngan berpasangan dengan nilai prioritas elemen pertama
pada tabel 4.10, nilai matriks elemen kolom kedua dengan nilai prioritas elemen
kedua dan seterusnya.
f) Kemudian jumlahkan setiap baris.
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.12 berikut ini :
g) Hasil dari penjumlahan baris subkriteria dibagi dengan prioritas
h) Jumlahkan hasil bagi pada poin sebelumnya kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut maks. (alternatif n = 5)
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.13
Tabel 4.12 Hasil Matriks Penjumlahan Setiap Baris – Status Tempat Tinggal
Tabel 4.11 Nilai Prioritas Subkriteria Status Tempat Tinggal
40
i) Menghitung indeks konsistensi/Consistency Indeks (CI)
CI = ( maks – n) / (n-1)
= (5,20475 – 5) / (5 – 1)
= 0,20475 / 4
= 0,05119
j) Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR)
CR = CI / IR
= 0,05119 / 1,12
= 0,04570 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
2). Subkriteria Parameter Kemiskinan
Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama dengan
tahapan-tahapan sebelumnya yaitu, memasukkan nilai perbandingan ke dalam
matriks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.14. Melakukan analisis
perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu membandingkan elemen secara
berpasangan. Langkah-langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
a) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini elemen n = 5.
Tabel 4.13 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Status Tempat Tinggal
41
b) Elemen matriks segitiga atas sebagai input
c) Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
d) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.15.
Langkah selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks pada
tabel 4.15 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada tabel
4.16.
Tabel 4.16 Matriks Nilai Kriteria Parameter Kemiskinan
Tabel 4.14 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Parameter kemiskinan
Tabel 4.15 Matriks Perbandingan Berpasangan Parameter Kemiskinan
42
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen (n=5) untuk mendapatkan nilai rata-rata atau
nilai prioritas alternatif. Hasinya seperti pada tabel 4.17.
Setelah mendapatkan nilai prioritas, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai
prioritas subkriteria. Nilai prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris
tersebut (tabel 4.17) dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom priotitas. Hasilnya
seperti pada tabel 4.18.
Tahap selanjutnya mengukur konsistensi, langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
e) Kalikan setiap nilai masukan matriks elemen kolom pertama pada tabel 4.15
perbandinngan berpasangan dengan nilai prioritas elemen pertama pada tabel
4.17, nilai matriks elemen kolom kedua dengan nilai prioritas elemen kedua dan
seterusnya.
Tabel 4.17 Nilai Prioritas Parameter Kemiskinan
Tabel 4.18 Nilai Prioritas Subkriteria Parameter Kermiskinan
43
f) Jumlahkan setiap baris.
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.19.
g) Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan nilai prioritas.
h) Jumlahkan hasil bagi pada poin sebelumnya kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut maks. (alternatif n = 5)
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.20.
i) Menghitung indeks konsistensi/Consistency Indeks (CI)
CI = ( maks – n) / (n-1)
= (5,12475 – 5) / (5 – 1)
= 0,12475 / 4
= 0,03119
Tabel 4.19 Hasil Matriks Penjumlahan Tiap Baris – Parameter Kemiskinan
Tabel 4.20 Perhitungan Rasio Konsistensi Parameter Kemiskinan
44
j) Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR)
CR = CI / IR
= 0,03119 / 1,12
= 0,02785 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
3). Produktivitas Usaha
Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama dengan
tahapan-tahapan sebelumnya yaitu, memasukkan nilai perbandingan ke dalam
matriks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.21. Melakukan analisis
perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu membandingkan elemen secara
berpasangan sesuai keadaan alternatif yang ada. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini elemen alternatif
n = 5.
b) Elemen matriks segitiga atas sebagai input
c) Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
Tabel 4.21 Masukan Nilai Perbandingan Produktivitas Usaha
45
d) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.22.
Langkah selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing matriks elemen pada
tabel 4.22 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada tabel
4.23.
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata atau nilai
prioritas alternatif. Hasinya seperti pada tabel 4.24.
Tabel 4.23 Matriks Nilai Produktivitas Usaha
Tabel 4.24 Nilai Prioritas Produktivitas Usaha
Tabel 4.22 Matriks Perbandingan Berpasangan Produktivitas Usaha
46
Setelah mendapatkan nilai prioritas, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai
prioritas subkriteria. Nilai prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris
tersebut (tabel 4.24) dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom priotitas. Hasilnya
seperti pada tabel 4.25.
Tahap selanjutnya mengukur konsistensi, langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
e) Kalikan setiap nilai masukan matriks elemen kolom pertama pada tabel 4.22
perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas elemen pertama pada tabel
4.24, nilai matriks elemen kolom kedua dengan nilai prioritas elemen kedua dan
seterusnya.
f) Jumlahkan setiap baris.
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.26.
Tabel 4.26 Hasil Matriks Penjumlahan Tiap Baris – Produktivitas Usaha
Tabel 4.25 Nilai Prioritas Subkriteria Produktivitas Usaha
47
g) Kemudian hasil dari penjumlahan baris setiap subkriteria dibagi dengan nilai
prioritas.
h) Jumlahkan hasil bagi pada poin sebelumnya kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut maks. (alternatif n = 5)
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.27.
i) Menghitung indeks konsistensi/Consistency Indeks (CI)
CI = ( maks – n) / (n-1)
= (5,24261 – 5) / (5 – 1)
= 0,24261 / 4
= 0,06065
j) Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR)
CR = CI / IR
= 0,06065 / 1,12
= 0,05415 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
Tabel 4.27 Perhitungan Rasio Konsistensi Produktivitas Usaha
48
4). Pendapatan per Bulan
Penentuan matriks perbandingannya masih sama dengan tahapan-tahapan
sebelumnya yaitu, memasukkan nilai perbandingan ke dalam matriks. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.27. Melakukan analisis perbandingan elemen yang
diprioritaskan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai keadaan
subkriteria yang ada. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini elemen alternatif
n = 5.
b) Elemen matriks segitiga atas sebagai input
c) Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
d) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.29.
Tabel 4.28 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Pendapatan per Bulan
Tabel 4.29 Matriks Perbandingan Berpasangan Pendapatan per Bulan
49
Langkah selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks pada
tabel 4.28 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada tabel
4.29.
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata atau nilai
prioritas. Hasinya seperti pada tabel 4.31.
Setelah mendapatkan nilai prioritas, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai
prioritas subkriteria. Nilai prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris
tersebut (tabel 4.30) dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom priotitas. Hasilnya
seperti pada tabel 4.32.
Tabel 4.30 Matriks Nilai Pendapatan per Bulan
Tabel 4.31 Nilai Prioritas Pendapatan per Bulan
50
Tahap selanjutnya mengukur konsistensi, langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
e) Kalikan setiap nilai masukan matriks elemen kolom pertama pada tabel 4.28
perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas alternatif elemen pertama pada
tabel 4.30, nilai matriks elemen kolom kedua dengan nilai prioritas elemen
kedua dan seterusnya.
f) Jumlahkan setiap baris.
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.33.
g) Tahap selajutnya hasil dari penjumlahan setiap baris dibagi dengan nilai
prioritas.
h) Jumlahkan hasil bagi pada poin sebelumnya kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut maks. (alternatif n = 5)
Tabel 4.33 Hasil Matriks Penjumlahan Tiap Baris – Pendapatan per Bulan
Tabel 4.32 Nilai Prioritas Subkriteria Produktivitas Usaha
51
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.34.
i) Menghitung indeks konsistensi/Consistency Indeks (CI)
CI = ( maks – n) / (n-1)
= (5,12475 – 5) / (5 – 1)
= 0,12475 / 4
= 0,03119
j) Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR)
CR = CI / IR
= 0,03119 / 1,12
= 0,02785 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
5). Jumlah Tanggungan Keluarga
Prosesnya masih tetap sama degan langkah-langkah sebelumnya, yaitu
memasukkan nilai perbandingan ke dalam matriks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.33. Melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu
membandingkan elemen secara berpasangan sesuai keadaan alternatif yang ada.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Tabel 4.34 Perhitungan Rasio Konsistensi Pendapatan per Bulan
52
a) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini elemen alternatif
n = 5.
b) Elemen matriks segitiga atas sebagai input
c) Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
d) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.36.
Langkah selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks pada
tabel 4.34 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada tabel
4.37.
Tabel 4.37 Matriks Nilai Jumlah Tanggungan Keluarga
Tabel 4.35 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Tanggungan Keluarga
Tabel 4.36 Matriks Perbandingan Berpasangan Jumlah Tanggungan Keluarga
53
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata atau nilai
prioritas. Hasinya seperti pada tabel 4.38.
Setelah mendapatkan nilai prioritas, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai
prioritas subkriteria. Nilai prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris
tersebut (tabel 4.36) dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom priotitas. Hasilnya
seperti pada tabel 4.39.
Tahap selanjutnya mengukur konsistensi, langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
e) Kalikan setiap nilai masukan matriks elemen kolom pertama pada tabel 4.34
perbandinngan berpasangan dengan nilai prioritas alternatif elemen pertama
Tabel 4.38 Nilai Prioritas Jumlah Tanggungan Keluarga
Tabel 4.39 Nilai Prioritas Subkriteria Jumlah Tanggungan Keluarga
54
pada tabel 4.36, nilai matriks elemen kolom kedua dengan nilai prioritas elemen
kedua dan seterusnya.
f) Jumlahkan setiap baris.
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.38.
g) Hasil dari penjumlahan baris setiap alternatif dibagi dengan nilai prioritas.
h) Jumlahkan hasil bagi pada poin sebelumnya kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut maks. (alternatif n = 5)
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.41.
Tabel 4.40 Hasil Matriks Penjumlahan Tiap Baris – Jumlah Tanggungan
Keluarga
Tabel 4.41 Perhitungan Rasio Konsistensi Jumlah Tanggungan Keluarga
55
i) Menghitung indeks konsistensi/Consistency Indeks (CI)
CI = ( maks – n) / (n-1)
= (5,15501 – 5) / (5 – 1)
= 0,15501 / 4
= 0,03875
j) Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR)
CR = CI / IR
= 0,03875 / 1,12
= 0,03460 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
6). Fasilitas Pendukung Usaha
Masukkan nilai perbandingan ke dalam matriks. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.42. Melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan,
yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai keadaan subkriteria yang
ada. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini elemen alternatif
n = 5.
b) Elemen matriks segitiga atas sebagai input
Tabel 4.42 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Fasilitas Pendukung Usaha
56
c) Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus
d) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.43.
Langkah selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks pada
tabel 4.43 dengan jumlah masing-masing kolom. Hasil bagi dapat dilihat pada tabel
4.44.
Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata atau nilai
prioritas. Hasinya seperti pada tabel 4.45.
Tabel 4.44 Matriks Nilai Fasilitas Pendukung Usaha
Tabel 4.43 Matriks Perbandingan Berpasangan Fasilitas Pendukung Usaha
57
Setelah mendapatkan nilai prioritas, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai
prioritas subkriteria. Nilai prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris
tersebut (tabel 4.43) dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom priotitas. Hasilnya
seperti pada tabel 4.46.
Tahap selanjutnya mengukur konsistensi, langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
e) Kalikan setiap nilai masukan matriks elemen kolom pertama pada tabel 4.41
perbandinngan berpasangan dengan nilai prioritas alternatif elemen pertama
pada tabel 4.43, nilai matriks elemen kolom kedua dengan nilai prioritas
alternatif elemen kedua dan seterusnya.
f) Jumlahkan setiap baris.
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.47.
Tabel 4.45 Nilai Prioritas – Fasilitas Pendukung Usaha
Tabel 4.46 Nilai Prioritas Subkriteria Fasilitas Pendukung Usaha
58
g) Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas relatif setiap subkriteria.
h) Jumlahkan hasil bagi pada poin sebelumnya kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut maks. (alternatif n = 5)
Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.48.
i) Menghitung indeks konsistensi/Consistency Indeks (CI)
CI = ( maks – n) / (n-1)
= (5,26918 – 5) / (5 – 1)
= 0,26918 / 4
= 0,06729
j) Menghitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR)
CR = CI / IR
= 0,06729 / 1,12
= 0,06008 (CR < 0,1 , nilai ACCEPTABLE)
Tabel 4.47 Hasil Matriks Penjumlahan Tiap Baris – Fasilitas Pendukung Usaha
Tabel 4.48 Perhitungan Rasio Konsistensi – Fasilitas Pendukung Usaha
59
b. Hasil Akhir
Langkah selanjutnya adalah prioritas hasil perhitungan pada kriteria dan
subkriteria per kriteria atau langkah 1 dan 2 kemudian dituangkan dalam matriks
hasil yang terlihat dalam tabel 4.49.
Cara penyelesaiannya, jika diberikan data minimal 5 orang kepala keluarga
miskin produktif seperti yang terlihat pada tabel 4.50.
Maka hasil akhirnya akan tampak dalam tabel 4.51.
Tabel 4.49 Matriks Hasil
Tabel 4.50 Data Calon Penerima Bantuan Modal Wirausaha Baru
Tabel 4.51 Hasil Akhir
60
Nilai 0,39 pada kolom C1 (status tempat tinggal) baris KK1 diperoleh dari nilai
KK1 untuk C1, yaitu status ‘milik sendiri’ dengan nilai prioritas subkriteria 1 (tabel
4.47), dikalikan dengan nilai prioritas kriteria status tempat tinggal sebesar 0,39
(tabel 4.47), demikian seterusnya berdasarkan data calon penerima bantuan modal
wirausaha baru.
Kolom jumlah pada tabel 4.49 diperoleh dari penjumlahan masing-masing
barisnya. Nilai dari kolom jumlah inilah yang dipakai sebagai dasar untuk
merangking prestasi alternatif dalam hal ini KK miskin produktif. Semakin besar
nilainya, maka Kepala Keluarga tersebut akan layak untuk diberikan bantuan modal
wirausaha baru.
Jadi, berdasarkan simulasi melalui metode AHP diperoleh informasi bahwa dari
kelima alternatif yang paling layak menerima bantuan Modal Wirausaha Baru adalah
alternatif KK3 = 0,89176. Hal ini karena KK3 memiliki nilai paling tinggi dari
alternatif lainnya.
2. Uraian Hasil Metode Simple Additive Weighting (SAW)
Dalam penyelesaian permasalahan dengan metode SAW ada beberapa langkah-
langkah pemecahannya, yaitu :
a. Menentukan jenis-jenis Kriteria dan alternatif, Alternatif dalam penelitian ini
adalah Kepala Keluarga (KK) Miskin Produktif, serta kriteria-kriteria untuk
penentuan pemberian Bantuan Modal Wirausaha Baru adalah :
61
C1 : Status tempat tinggal
1 = Kos/tdk memiliki
2 = Kredit perumahan rakyat
3 = Milik instansi
4 = Milik orangtua
5 = Milik sendiri
C2 : Parameter kemiskinan
1 = Diatas rata-rata
2 = Tidak miskin
3 = Hampir miskin
4 = Miskin
5 = Fakir miskin
C3 : Produktivitas usaha
1 = Tidak produktif
2 = Hampir produktif
3 = Cukup produktif
4 = Produktif
5 = Sangat produktif
C4 : Pendapatan per bulan
1 = >Rp 3.000.000
2 = >Rp 2.500.000 – Rp 3.000.000
3 = >Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000
4 = >Rp 750.000 – 1.500.000
62
5 = Rp 500.000 – Rp 750.000
C5 : Jumlah tanggungan keluarga
1 = Tidak memiliki
2 = 1-2 orang
3 = 3-4 orang
4 = 5 orang
5 = > 6 orang
C6 : Fasilitas pendukung usaha
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Cukup
4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi
b. Membuat tabel nilai alternatif disetiap kriteria
c. Setelah melakukan proses pembobotan untuk setiap kriteria yang ada, maka
langkah selanjutnya yaitu melakukan normalisasi dan menentukan hasil akhir
dari proses perankingan, yaitu nilai dari alternatif disetiap kriteria dibagi dengan
nilai maksimal setiap kolom kriteria
Tabel 4.52 Nilai Alternatif Setiap Kriteria
63
Normalisasi :
15
5
}1,4,5,5,5max{
511 r
80,05
4
}3,5,5,3,4max{
412 r
14
4
}4,4,4,4,4max{
413 r
15
5
}4,5,5,4,5max{
514 r
80.05
4
}3,4,5,3,4max{
415 r
80,05
4
}5,3,3,5,4max{
416 r
15
5
}1,4,5,5,5max{
521 r
60,05
3
}3,5,5,3,4max{
322 r
14
4
}4,4,4,4,4max{
423 r
80,05
4
}4,5,5,4,5max{
424 r
60,05
3
}3,4,5,3,4max{
325 r
15
5
}1,4,5,5,5max{
531 r
15
5
}3,5,5,3,4max{
532 r
15
5
}3,4,5,3,4max{
535 r
60,05
3
}5,3,3,5,4max{
336 r
15
5
}5,3,3,5,4max{
526 r
80,05
4
}1,4,5,5,5max{
441 r
15
5
}3,5,5,3,4max{
542 r
14
4
}4,4,4,4,4max{
443 r
15
5
}4,5,5,4,5max{
544 r
80,05
4
}3,4,5,3,4max{
445 r
60,05
3
}5,3,3,5,4max{
346 r
14
4
}4,4,4,4,4max{
433 r
15
5
}4,5,5,4,5max{
534 r
64
d. Selanjutnya didapat hasil matriks ternormalisasi adalah :
e. Proses berikutnya perankingan dengan menggunakan vektor bobot yang telah
ditentukan oleh pengambil keputusan, aturannya total vector bobot harus 100%
tidak bisa melebihi dari 100%.
C1= 39 % / 0,39 ; C2 = 23% / 0,23 ; C3 = 17% / 0,17 ; C4 = 11% / 0,11 ; C5 =
6% / 0,06 ; C6 = 4% / 0,04. Total bobot = 100%
16,08,016,02,0
6,08,01118,0
111111
16,08,016,01
8,08,0118,01
R
20,05
1
}1,4,5,5,5max{
151 r
60,05
3
}3,5,5,3,4max{
352 r
14
4
}4,4,4,4,4max{
453 r
80,05
4
}4,5,5,4,5max{
454 r
60,05
3
}3,4,5,3,4max{
355 r
15
5
}5,3,3,5,4max{
556 r
65
Perankingan dilakukan dengan cara mengalikan vektor bobot dengan hasil
matriks ternormalisasi.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.53.
Nilai akhir diperoleh dari setiap proses perankingan yaitu penjumlahan dari
perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai
terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik KK3 = 0,89 sebagai solusi.
Berdasarkan simulasi melalui metode SAW diperoleh informasi bahwa dari kelima
alternatif yang paling layak menerima bantuan Modal Wirausaha Baru adalah
alternatif KK3. Hal ini karena KK3 memiliki nilai akhir yang paling tinggi dari
alternatif yang lain.
Tabel 4.53 Hasil Normalisasi
93,0)8,0)(04,0()8,0)(06,0()1)(11,0()1)(17,0()8,0)(23,0()1)(39,0(1 V
86,0)1)(04,0()6,0)(06,0()8,0)(11,0()1)(17,0()6,0)(23,0()1)(39,0(2 V
98,0)1)(04,0()1)(06,0()1)(11,0()1)(17,0()1)(23,0()1)(39,0(3 V
89,0)6,0)(04,0()8,0)(06,0()1)(11,0()1)(17,0()1)(23,0()8,0)(39,0(4 V
55,0)1)(04,0()6,0)(06,0()8,0)(11,0()1)(17,0()6,0)(23,0()2,0)(39,0(5 V
66
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian metode AHP dan SAW yang telah diuraikan
sebelumnya, kedua metode ini mampu menyelesaikan studi kasus yang sama dalam
pengambilan keputusan. Proses penyelesaian kedua metode ini berbeda, metode AHP
dilakukan dengan perbandingan berpasangan kriteria dan sub kriteria sedangkan
dengan metode SAW lebih sederhana proses penyelesaiannya. Hasil akhir yang
diberikan oleh kedua metode ini relatif sama. Faktor yang membedakan dalam
penyelesaian kedua metode ini adalah :
1. Faktor Pemberian Nilai
Pada metode AHP pemberian nilai dilakukan pada penentuan nilai prioritas
kriteria dan nilai prioritas subkriteria yang kemudian dari hasil penentuan prioritas
itu akan menghasilkan nilai prioritas dari setiap kriteria dan subkriteria untuk
diproses dengan nilai keadaan alternatif. Sedangkan pada metode SAW pemberian
nilai dilakukan dengan sederhana, yaitu sesuai dengan keadaan alternatif terhadap
kriteria.
2. Faktor Pemberian Nilai Vektor Bobot
Pada metode AHP penentuan vektor bobot atau lebih dikenal dengan prioritas,
memiliki rumus : jumlah baris dibagi jumlah elemen, sedangkan pada metode SAW
penentuan nilai prioritas vektor bobot dilakukan sesuai kebijakan Manajer, yaitu
memberikan nilai vektor bobot secara langsung.
67
C. Skema Rancangan Metode Analytical Hierarcy Proses (AHP) dan Simple
Additive Weighting (SAW )
Berdasarkan data yang ada yaitu data internal dan data eksternal serta data
ektraksi maka gambaran sistem pendukung keputusan penentuan pemberian bantuan
dana wirausaha baru adalah sebagai berikut.
1. Rancangan Sistem Pendukung Keputusan
Berdasarkan data yang ada yaitu data internal serta data eksternal maka gambaran
sistem keputusan untuk pemberian bantuan Modal Wirausaha Baru yaitu sebagai berikut :
/
Gambar 4.1 Skema Rancangan Sistem Pendukung Keputusan Penerima
Bantuan Modal Wirausaha Baru
Data Eksternal
SK Gubernur
Gorontalo tentang
batuan modal
Wirausaha Baru,
Data Kemiskinan dari
BPS dan BPMD-KP
Prov. Gorontalo
Data Internal
Data calon penerima.
Data Kriteria KK
Miskin penerima
bantuan Modal
Wirausaha Baru .
E
K
S
T
R
A
K
S
I
Basis
Data
SPK
Basis
Model
SPK
Sistem
Manajemen
Basis Data
Sistem
Manajemen
Basis Model
1. Model AHP
2. Model SAW
Dialog Layar Terminal
- Dialog Penentuan prioritas
kriteria
- Dialog proses seleksi
- Dialog Proses perankingan
- Laporan hasil perankingan
pemohon bantuan modal
wirausaha baru
User
68
Untuk dapat menghasilkan suatu informasi yang baik, maka diperlukan juga
data-data yang baik, karena pada dasarnya merupakan hasil dari pengolahan data
yang diinput pada sistem. Data digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian: yaitu data
internal, data eksternal dan data ekstraksi.
a. Data Internal
Data internal merupakan data yang berasal dari dalam organisasi. Data internal
diperoleh sistem proses transaksi perusahaan atau organisasi. Pada sisetm
pendukung keputusan ini yang dikategorikan sebagai data internal adalah:
1) Syarat-syarat yang menjadi ketentuan dari pemberian bantuan modal
wirausaha baru
2) Data-data calon peneriam bantuan modal wirausaha baru
b. Data Eksternal
Data eksternal diperoleh dari luar organisasi atau instansi namun tetap memiliki
pengaruh dalam menciptakan sistem pendukung keputusan yang akan dibangun.
Pada sistem pendukung keputusan ini yang dikategorikan sebagai data eksternal
adalah peraturan pemerintah yang mengatur penyaluran dana bantuan modal
wirausaha baru.
c. Data Ekstraksi
Data ekstraksi merupakan penggabungan dari data internal dan data eksternal.
Proses data ekstaksi akan menghasilkan database sistem pendukung keputusan.
Data ekstraksi meliputi: import file, meringkas dan menyaring data yang
69
menghasilkan laporan dari data yang ada di database. Proses ekstraksi dikelola
dalam DBMS (Database Management System).
d. Pemodelan Fungsional
Model fungsional menggambarkan bagaiman masukan diproses oleh sistem
menjadi keluaran yang diharapkan oleh pengguna. Model fungsional memuat
beberapa aliran data atau data flow diagram (DFD) yang memperlihatkan aliran
data dari luar sistem yang kemudian diproses oleh sistem dan akhirnya
menghasilkan keluaran yang berguna.
Model fungsional sistem pendukung keputusan penentuan peserta jamkesmas
digambarkan dengan :
1) Rancangan Dialog
2) diagram konteks
3) diagram level 0, Level 1
4) Diagram ER
70
2. Rancangan Dialog Sistem
Rancangan dialog dari sistem pendukung keputusan bertujuan untuk
memudahkan terjadinya interaksi antara pengguna dengan sistem, dimana rancangan
dialognya menggunakan gaya menu dengan strukturnya seperti pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Struktur Dialog Menu
Menu Utama
Pilih Metode Proses Hitung
Nilai Akhir
Laporan
Nilai Kriteria AHP
Nilaia Subkriteria
AHP
Data Pemohon
AHP
Data Pemohon
SAW
Hasil AHP
Hasil SAW
Model AHP
Input Data Nilai
Kriterian
Hitung Nilai
Akhir AHP
Hitung Nilai
Akhir SAW
Reset Metode
Model SAW
71
3. Diagram Konteks
Gambar 4.3 Diagram Konteks
User SPK
Perbandingan
Metode
- Pilih Metode AHP
- Pilih Metode SAW
- Laporan Nilai Akhir Metode AHP
- Laporan Nilai Akhir Metode SAW
72
4. Diagram Alir Data Level 0
Gambar 4.4 Diagram Alir Data Level 0
User
Metode AHP - Pilih Metode AHP
1.0
Pilih Metode
2.0
Input Data
3.0
Hitung Nilai
Akhir
4.0
Laporan
- Pilih Metode SAW - Pilih Metode SAW
- Pilih Metode AHP
Metode SAW
- Pilih Metode AHP
- Pilih Metode SAW
Data Nilai KriteriaAHP
Data Nilai SubKriteriaAHP
Kriteria Pemohon AHP
Data Pemohon SAW dan
Bobot SAW
Data Nilai KriteriaAHP
Data Nilai SubKriteriaAHP
Data Kriteria Pemohon AHP
Data Pemohon SAW dan
Bobot SAW
Data Hitung AHP
Data Hitung SAW
- Data nilai kriteria AHP
- Data nilai kriteria Subkriteria AHP
- Data Kriteria AHP
- \Data Pemohon SAW dan Bobot SAW
- Data Hitung AHP
Data Hitung SAW
Data Hitung AHP
Data Hitung SAW - Laporan Nilai Akhir Metode AHP
- Laporan Nilai Akhir Metode SAW
73
5. Diagram Alir Data Level 1 Pilih Metode
Gambar 4.5 Diagram Alir Data Level 1 Pilih Metode
User
2.1P
Pilih Metode
SAW Pilih Metode SAW
1.1P
Pilih Metode
AHP Pilih Metode AHP
Pilih Metode AHP
Pilih Metode SAW
Pilih Metode AHP
Pilih Metode SAW
74
6. Entity Relationalship Diagram (ERD)
ERD merupakan pemodelan untuk menjelaskan hubungan atau relasi antar data
dalam basis data.
Gambar 4.6 ERD Proses Sistem Pendukung Keputusan Penerima Bantuan
Modal Wirausaha Baru
Kriteria Subkriteria
Pemohon Nilai
Hasil
Memiliki
1 n
Memiliki
1
1
Memiliki
n 1
Memiliki
1
1
Memiliki
1
1
Memiliki
1
1
75
Berikut adalah penjelasan diagram entity relationalship pada tabel-tabel yang
ada :
a. Hubungan antar tabel Kriteria dan tabel Subkriteria adalah one to many karena 1
kriteria memiliki banyak subkriteria.
b. Hubungan antara tabel kriteria dan tabel nilai adalah one to one karena 1kriteria
memiliki 1 nilai.
c. Hubungan antara tabel subkriteria dan tabel nilai adalah one to one karena 1
subkriteria memiliki 1 nilai.
d. Hubungan antar tabel pemohon dan subkriteria adalah one to one karena 1
pemohon memiliki 1 jenis subkriteria.
e. Hubungan antar tabel pemohon dan tabel nilai adalah one to many karena 1
calon pemohon bantuan memiliki banyak nilai.
f. Hubungan antar tabel pemohon dan tabel hasil adalah one to one karena 1
pemohon memiliki 1 hasil.
76
7. Rancangan Form Nilai Kriteria AHP
Matriks Perbandingan Berpasangan
Hitung
Matriks Nilai Kriteria
Mengukur Konsistensi “Matriks Penjumlahan Tiap Baris”
Next
Gambar 4.7 Rancangan Form Input Nilai Kriteria Metode AHP
Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya
77
a. Rancangan Form Input Subkriteria Status Tempat Tinggal - AHP
Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks Nilai Subkriteria – Status Tempat Tinggal
Hitung
Mengukur Konsistensi “Matriks Penjumlahan Tiap Baris”
Next
Gambar 4.8 Rancangan Form Input Subkriteria Status Tempat Tinggal - AHP
Berikutnya
Berikutnya Sebelumnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya
78
b. Rancangan Form Input Subkriteria Parameter Kemiskinan - AHP
Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks Nilai Subkriteria – Parameter Kemiskinan
Mengukur Konsistensi “Matriks Penjumlahan Tiap Baris”
Gambar 4.9 Rancangan Form Input Subkriteria Parameter Kemiskinan - AHP
Hitung Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya
79
c. Rancangan Form Input Subkriteria Produktivitas Usaha - AHP
Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks Nilai Subkriteria – Produktivitas Usaha
Mengukur Konsistensi “Matriks Penjumlahan Tiap Baris”
Gambar 4.10 Rancangan Form Input Subkriteria Produktivitas Usaha - AHP
Hitung Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya
80
d. Rancangan Form Input Subkriteria Pendapatan per Bulan - AHP
Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks Nilai Subkriteria – Pendapatan per Bulan
Mengukur Konsistensi “Matriks Penjumlahan Tiap Baris”
Gambar 4.11 Rancangan Form Input Subkriteria Pendapatan per Bulan - AHP
Hitung Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya
81
e. Rancangan Form Input Subkriteria Jumlah Tanggungan Keluarga - AHP
Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks Nilai Subkriteria – Jumlah Tanggungan Keluarga
Mengukur Konsistensi “Matriks Penjumlahan Tiap Baris”
Gambar 4.12 Rancangan Form Input Subkriteria Jumlah Tanggungan Keluarga
Hitung Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya
82
f. Rancangan Form Input Subkriteria Fasilitas Pendukung Usaha - AHP
Matriks Perbandingan Berpasangan
Matriks Nilai Subkriteria – Fasilitas Pendukung Usaha
Mengukur Konsistensi “Matriks Penjumlahan Tiap Baris”
Gambar 4.13 Rancangan Form Input Subkriteria Fasilitas Pendukung Usaha
Hitung Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya Berikutnya
Sebelumnya
83
g. Rancangan Form Input Data Nilai Kriteria Pemohon - AHP
Gambar 4.14 Rancangan Form Input Data Nilai Kriteria Pemohon - AHP
Simpan Jumlah Pemohon : Orang
84
h. Rancangan Form Hasil Perhitungan Prioritas - AHP
Gambar 4.15 Rancangan Form Hasil Perhitungan Prioritas - AHP
Data Penilaian :
Load Data Simpan
85
i. Rancangan Form Laporan Hasil Nilai Akhir - AHP
Hasil Proses Pencarian Nilai Akhir :
Nama
Status
Tempat
Tinggal
Parameter
Kemiskinan
Produktivitas
Usaha
Pendapatan
per Bulan
Jumlah
Tanggungan
Fasilitas
Pendukung
Usaha
Nilai
Akhir
KK1 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK2 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK3 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK4 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK5 xx xx Xx Xx xx xx xx
Cetak
Gambar 4.16 Rancangan Form Hasil Nilai Akhir - AHP
Ranking Simpan
86
j. Rancangan Output Metode Analythical Hierarchy Proses (AHP)
Rancangan output yang dihasilkan oleh sistem berupa laporan penilaian, seperti ditunjukkan pada gambar 4.17.
Gambar 4.17 Rancangan Dialog Output Sistem - AHP
87
8. Rancangan Form Input Data Nilai Kriteria Pemohon Bantuan Modal Wirausaha Baru dan Vektor Bobot Kriteria -
(SAW)
Jumlah Pemohon : Orang
Nama
Status
Tempat
Tinggal
Parameter
Kemiskinan
Produktivitas
Usaha
Pendapatan
per Bulan
Jumlah
Tanggungan
Fasilitas
Pendukung Usaha
Jumlah
Poin
KK1 xx Xx Xx xx Xx Xx xx
KK2 xx Xx Xx xx Xx Xx xx
KK3 xx Xx Xx xx Xx Xx xx
KK4 xx Xx Xx xx Xx Xx xx
KK5 xx Xx Xx xx Xx Xx xx
Vektor Bobot : %
Simpan
Gambar 4.18 Rancangan Form Input Nilai Kriteria Pemohon dan Bobot Kriteria - SAW
88
a. Rancangan Form Hitung Nilai Akhir – SAW
Hasil Seleksi :
Normalisasi Status Tempat
Tinggal
Parameter
Kemiskinan
Produktivitas
Usaha
Pendapatan
per Bulan
Jumlah
Tanggungan
Fasilitas
Pendukung Usaha
KK1 Xx Xx Xx Xx xx xx
KK2 Xx Xx Xx Xx xx xx
KK3 Xx Xx Xx Xx xx xx
KK4 Xx Xx Xx Xx xx xx
KK5 Xx Xx Xx Xx xx xx
b. Rancangan Form Laporan Hasil Nilai Akhir - SAW
Hitung
Gambar 4.19 Rancangan Form Input Pencarian Nilai Akhir - SAW
89
Hasil Proses Pencarian Nilai Akhir :
Nama
Status
Tempat
Tinggal
Parameter
Kemiskinan
Produktivitas
Usaha
Pendapatan
per Bulan
Jumlah
Tanggungan
Fasilitas
Pendukung
Usaha
Nilai
Akhir
KK1 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK2 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK3 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK4 xx xx Xx Xx xx xx xx
KK5 xx xx Xx Xx xx xx xx
Gambar 4.20 Rancangan Form Laporan Hasil Nilai Akhir - SAW
Cetak Ranking Simpan
90
c. Rancangan Output Simple Additive Weihgting (SAW)
Gambar 4.21 Rancangan Dialog Output Sistem - SAW
91
D. Implementasi Sistem
1. Tampilan Menu Utama Aplikasi Pengujian Perbandingan Metode AHP dan
SAW
Dalam Form Menu Utama terdiri dari empat menu, yaitu menu pilih Metode,
Input Data, Proses, dan menu Laporan yang keseluruhan menu memiliki Submenu
masing-masing.
a. Menu Metode memiliki SubMenu AHP dan SAW :
1) Submenu AHP berfungsi untuk mengaktifkan metode AHP
2) Submenu SAW berfungsi untuk mengaktifkan metode SAW
b. Tampilan Menu Input data
Menu Input data memiliki SubMenu Nilai Kriteria AHP, Nilai Subkriteria AHP,
Data Kriteria Pemohon - AHP, data Pemohon - SAW dan bobot SAW:
a. Nilai Kriteria AHP berfungsi untuk menginput nilai perbandingan kriteria
b. Nilai Sub Kriteria AHP berfungsi untuk menginput nilai perbandingan
subkriteria
Gambar 4.22 Form Tampilan Menu Utama
92
c. Data Kriteria Pemohon - AHP berfungsi untuk menginput data pemohon.
d. Data Pemohon dan Bobot SAW berfungsi untuk menginput nilai pemohon
dan bobot kriteria.
c. Menu Proses memiliki SubMenu Hitung AHP, Hitung SAW dan Riset Metode :
1) Hitung AHP berfungsi untuk menghitung nilai data pemohon berdasarkan
prioritas kriteria dan subkriteria.
2) Hitung SAW berfungsi untuk mengalikan hasil nilai normalisasi data
pemohon dengan nilai bobot kriteria.
3) Reset Metode berfungsi untuk mengembalikan kerja sistem keposisi awal
d. Laporan memiliki SubMenu laporan AHP dan laporan SAW:
1) Laporan AHP berfungsi untuk menampilkan nilai akhir AHP dan meranking
nilai akhir dari nilai yang terbesar sampai dengan nilai yang terkecil.
2) Laporan SAW berfungsi untuk menampilkan nilai akhir SAW dan
meranking nilai akhir dari nilai yang terbesar sampai dengan nilai yang
terkecil.
93
Pilih metode merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam aplikasi ini.
Jika AHP yang dipilih maka semua menu yang berkaitan dengan AHP akan aktif dan
menu yang berkaitan dengan SAW akan dinonaktifkan. Seperti langkah berikut ini
setelah dipilih AHP tahapan pertama yang dilakukan user adalah menginput nilai
perbandingan kriteria.
1) Tampilan Form Input Nilai Kriteria – AHP
Pada tampilan form input nilai kriteria ini, user melakukan perbandingan
berpasangan kriteria, dimana matriks segitiga atas merupakan inputan nilai
perbandingan kriteria dan matriks segitiga bawah adalah hasil perbandingan matriks
segitiga atas. Nilai masukan yang dapat di gunakan hanya dari 1-9 sesuai dengan
nilai yang terdapat pada tabel Saaty. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung
jumlah nilai kolom kriteria, setelah didapatkan jumlah kolom, tombol berikutnya
berfungsi untuk menampilkan hasil matriks nilai kriteri yaitu nilai prioritas.
Gambar 4.23 Form Tampilan Menu Input Data Nilai Kriteria AHP
94
Setelah didapatkan nilai prioritas maka tahap selanjutnya adalah mengukur
konsistensi dengan mengklik tombol berikutnya pada gambar 4.24 sehingga akan
muncul tampilan untuk nilai penjumlahan tiap baris.
Gambar 4.24 Form Tampilan Prioritas Kriteria
Gambar 4.25 Form Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris
95
Tombol berikutnya pada gambar 4.25 akan memberikan hasil pengukuran
konsistensi nilai, jika nilai CR < 0,1 maka nilai tersebut dapat diterima, tapi jika nilai
CR > 0,1 maka nilai input perbandingan berpasangan kriteria ditinjau kembali.
Setelah dilakukan perbandingan berpasangan kriteria dan mendapatkan nilai
prioritas kriteria, langkah selanjutnya adalah membandingkan sub-sub kriteria untuk
mendapatkan nilai prioritas subkriteria.
2) Tampilan Form Input Nilai SubKriteria C1 – AHP
Gambar 4.26 Form Tampilan Hasil Pengukuran Konsistensi Kriteria
Gambar 4.27 Form Tampilan Menu Input Data Nilai Subkriteria C1 AHP
96
Pada tampilan form input nilai kriteria ini, user melakukan perbandingan
berpasangan subkriteria, dimana matriks segitiga atas merupakan inputan nilai
perbandingan kriteria dan matriks segitiga bawah adalah hasil perbandingan matriks
segitiga atas. Nilai masukan yang dapat di gunakan hanya dari 1-9 sesuai dengan
nilai yang terdapat pada tabel Saaty. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung
jumlah nilai kolom kriteria, setelah didapatkan jumlah kolom, tombol berikutnya
berfungsi untuk menampilkan hasil matriks nilai kriteri yaitu nilai prioritas.
Setelah didapatkan nilai prioritas maka tahap selanjutnya adalah mengukur
konsistensi dengan mengklik tombol berikutnya pada gambar 4.28 sehingga akan
muncul tampilan untuk nilai penjumlahan tiap baris.
Gambar 4.28 Form Tampilan Prioritas Subkriteria C1
97
Tombol berikutnya pada gambar 4.29 akan memberikan hasil pengukuran
konsistensi nilai, jika nilai CR < 0,1 maka nilai tersebut dapat diterima, tapi jika nilai
CR > 0,1 maka nilai input perbandingan berpasangan kriteria ditinjau kembali.
Gambar 4.29 Form Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris C1
Gambar 4.30 Form Tampilan Hasil Pengukuran Konsistensi SubKriteria C1
98
3) Tampilan Form Input Nilai SubKriteria C2 – AHP
Pada tampilan form input nilai kriteria ini, user melakukan perbandingan
berpasangan subkriteria, dimana matriks segitiga atas merupakan inputan nilai
perbandingan kriteria dan matriks segitiga bawah adalah hasil perbandingan matriks
segitiga atas. Nilai masukan yang dapat di gunakan hanya dari 1-9 sesuai dengan
nilai yang terdapat pada tabel Saaty. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung
jumlah nilai kolom kriteria, setelah didapatkan jumlah kolom, tombol berikutnya
berfungsi untuk menampilkan hasil matriks nilai kriteri yaitu nilai prioritas.
Gambar 4.31 Form Tampilan Menu Input Data Nilai Subkriteria C2 AHP
Gambar 4.32 Form Tampilan Prioritas Subkriteria C2
99
Setelah didapatkan nilai prioritas maka tahap selanjutnya adalah mengukur
konsistensi dengan mengklik tombol berikutnya pada gambar 4.32 sehingga akan
muncul tampilan untuk nilai penjumlahan tiap baris.
Tombol berikutnya pada gambar 4.33 akan memberikan hasil pengukuran
konsistensi nilai, jika nilai CR < 0,1 maka nilai tersebut dapat diterima, tapi jika nilai
CR > 0,1 maka nilai input perbandingan berpasangan kriteria ditinjau kembali.
Gambar 4.33 Form Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris C2
Gambar 4.34 Form Tampilan Hasil Pengukuran Konsistensi SubKriteria C2
100
4) Tampilan Form Input Nilai SubKriteria C3 – AHP
Pada tampilan form input nilai kriteria ini, user melakukan perbandingan
berpasangan subkriteria, dimana matriks segitiga atas merupakan inputan nilai
perbandingan kriteria dan matriks segitiga bawah adalah hasil perbandingan matriks
segitiga atas. Nilai masukan yang dapat di gunakan hanya dari 1-9 sesuai dengan
nilai yang terdapat pada tabel Saaty. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung
jumlah nilai kolom kriteria, setelah didapatkan jumlah kolom, tombol berikutnya
berfungsi untuk menampilkan hasil matriks nilai kriteri yaitu nilai prioritas.
Gambar 4.35 Form Tampilan Menu Input Data Nilai Subkriteria C3 AHP
Gambar 4.36 Form Tampilan Prioritas Subkriteria C3
101
Setelah didapatkan nilai prioritas maka tahap selanjutnya adalah mengukur
konsistensi dengan mengklik tombol berikutnya pada gambar 4.36 sehingga akan
muncul tampilan untuk nilai penjumlahan tiap baris.
Tombol berikutnya pada gambar 4.37 akan memberikan hasil pengukuran
konsistensi nilai, jika nilai CR < 0,1 maka nilai tersebut dapat diterima, tapi jika nilai
CR > 0,1 maka nilai input perbandingan berpasangan kriteria ditinjau kembali.
Gambar 4.37 Form Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris C3
Gambar 4.38 Form Tampilan Hasil Pengukuran Konsistensi SubKriteria C3
102
5) Tampilan Form Input Nilai SubKriteria C4 – AHP
Pada tampilan form input nilai kriteria ini, user melakukan perbandingan
berpasangan subkriteria, dimana matriks segitiga atas merupakan inputan nilai
perbandingan kriteria dan matriks segitiga bawah adalah hasil perbandingan matriks
segitiga atas. Nilai masukan yang dapat di gunakan hanya dari 1-9 sesuai dengan
nilai yang terdapat pada tabel Saaty. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung
jumlah nilai kolom kriteria, setelah didapatkan jumlah kolom, tombol berikutnya
berfungsi untuk menampilkan hasil matriks nilai kriteri yaitu nilai prioritas.
Gambar 4.39 Form Tampilan Menu Input Data Nilai Subkriteria C4 AHP
Gambar 4.40 Form Tampilan Prioritas Subkriteria C4
103
Setelah didapatkan nilai prioritas maka tahap selanjutnya adalah mengukur
konsistensi dengan mengklik tombol berikutnya pada gambar 4.40 sehingga akan
muncul tampilan untuk nilai penjumlahan tiap baris.
Tombol berikutnya pada gambar 4.41 akan memberikan hasil pengukuran
konsistensi nilai, jika nilai CR < 0,1 maka nilai tersebut dapat diterima, tapi jika nilai
CR > 0,1 maka nilai input perbandingan berpasangan kriteria ditinjau kembali.
Gambar 4.41 Form Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris C4
Gambar 4.42 Form Tampilan Hasil Pengukuran Konsistensi SubKriteria C4
104
6) Tampilan Form Input Nilai SubKriteria C5 – AHP
Pada tampilan form input nilai kriteria ini, user melakukan perbandingan
berpasangan subkriteria, dimana matriks segitiga atas merupakan inputan nilai
perbandingan kriteria dan matriks segitiga bawah adalah hasil perbandingan matriks
segitiga atas. Nilai masukan yang dapat di gunakan hanya dari 1-9 sesuai dengan
nilai yang terdapat pada tabel Saaty. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung
jumlah nilai kolom kriteria, setelah didapatkan jumlah kolom, tombol berikutnya
berfungsi untuk menampilkan hasil matriks nilai kriteri yaitu nilai prioritas.
Gambar 4.43 Form Tampilan Menu Input Data Nilai Subkriteria C5 AHP
Gambar 4.44 Form Tampilan Prioritas Subkriteria C5
105
Setelah didapatkan nilai prioritas maka tahap selanjutnya adalah mengukur
konsistensi dengan mengklik tombol berikutnya pada gambar 4.44 sehingga akan
muncul tampilan untuk nilai penjumlahan tiap baris.
Tombol berikutnya pada gambar 4.45 akan memberikan hasil pengukuran
konsistensi nilai, jika nilai CR < 0,1 maka nilai tersebut dapat diterima, tapi jika nilai
CR > 0,1 maka nilai input perbandingan berpasangan kriteria ditinjau kembali.
Gambar 4.45 Form Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris C5
Gambar 4.46 Form Tampilan Hasil Pengukuran Konsistensi Subkriteria C5
106
7) Tampilan Form Input Nilai SubKriteria C6 – AHP
Pada tampilan form input nilai kriteria ini, user melakukan perbandingan
berpasangan subkriteria, dimana matriks segitiga atas merupakan inputan nilai
perbandingan kriteria dan matriks segitiga bawah adalah hasil perbandingan matriks
segitiga atas. Nilai masukan yang dapat di gunakan hanya dari 1-9 sesuai dengan
nilai yang terdapat pada tabel Saaty. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung
jumlah nilai kolom kriteria, setelah didapatkan jumlah kolom, tombol berikutnya
berfungsi untuk menampilkan hasil matriks nilai kriteri yaitu nilai prioritas.
Gambar 4.47 Form Tampilan Menu Input Data Nilai Subkriteria C6 AHP
Gambar 4.48 Form Tampilan Prioritas Subkriteria C6
107
Setelah didapatkan nilai prioritas maka tahap selanjutnya adalah mengukur
konsistensi dengan mengklik tombol berikutnya pada gambar 4.46 sehingga akan
muncul tampilan untuk nilai penjumlahan tiap baris.
Tombol berikutnya pada gambar 4.49 akan memberikan hasil pengukuran
konsistensi nilai, jika nilai CR < 0,1 maka nilai tersebut dapat diterima, tapi jika nilai
CR > 0,1 maka nilai input perbandingan berpasangan kriteria ditinjau kembali.
Gambar 4.49 Form Tampilan Matriks Penjumlahan Tiap Baris C6
Gambar 4.50 Form Tampilan Hasil Pengukuran Konsistensi SubKriteria C6
108
Setelah dilakukan perbandingan prioritas antara kriteria dan kriteria serta sub
kriteria dan sub kriteria, langkah selanjutnya adalah user melakukan inputan data
kriteria pemohon - AHP.
8) Tampilan Form Data Kriteria Pemohon - AHP
Langkah selanjutnya adalah melakukan proses perhitungan metode AHP, yaitu
dengan mengklik tombol Load Data maka secara otomatis data-data yang telah
diinputkan pada menu input data akan muncul pada sel-sel seperti pada gambar
dibawah ini
Gambar 4.51 Form Tampilan Data Kriteria Pemohon AHP
Gambar 4.52 Form Tampilan Proses - AHP
109
Setelah dilakukan penyimpanan maka data akan tersimpan pada database.
Langkah terakhir yaitu pembuatan Laporan, saat user memilih menu laporan maka
user akan dihadapkan dengan tampilan form Hasil – AHP. Tombol ranking berfungsi
untuk mengurutkan nilai dari nilai yang tertinggi hingga nilai terendah, tombol
simpan untuk menyimpan data dan tombol print excel untuk mencetak laporan ke
dalam format microsoft excel.
Gambar 4.53 Form Tampilan Hasil - AHP
110
Berikut ini adalah tampilan Laporan hasil – AHP dalam Microsoft Office Excel
Langkah selanjutnya adalah menghitung SAW, sebelum user masuk ke proses
penyelesaian metode SAW, terlebih dahulu lakukan reset metode untuk
mengembalikan posisi sistem pada semula. Langkah awal adalah pilih metode SAW,
Jika user memilih metode SAW maka secara otomatis seluruh menu yang
berhubungan dengan metode SAW akan diaktifkan dan menu-menu yang
berhubungan dengan AHP akan dinonaktifkan. Dalam proses penyelesaian SAW
sangat sederhana, yaitu :
Gambar 4.54 Tampilan Laporan hasil – AHP dalam Microsoft Office Excel
111
1) Pilih menu input data kemudian pilih input data pemohon dan bobot kriteria
Pada form input data nilai kriteria pemohon dan bobot SAW berfungsi untuk
menginput data nilai pemohon serta menginputkan bobot nilai kriteria SAW.
Gambar 4.55 Form Input Data Nilai Kriteria Pemohon dan Bobot SAW
112
2) Setelah dilakukan penginputan, tahap selanjutnya adalah proses menghitung
SAW, yaitu pilih menu Proses dan pilih submenu Hitung SAW. Kemudian
klik hitung maka secara otomatis sel-sel perhitungan normalisasi akan
memiliki nilai hasil normalisasi
Gambar 4.56 Form Hitung - SAW
113
3) Setelah dilakukan perhitungan normalisasi tahapan terakhir adalah laporan
nilai akhir metode SAW, yaitu dengan cara pilih menu laporan pilih hasil
SAW.
Tombol ranking berfungsi untuk mengurutkan nilai dari nilai yang tertinggi
hingga nilai terendah, tombol simpan untuk menyimpan data dan tombol print excel
untuk mencetak laporan ke dalam format microsoft excel. Berikut ini adalah tampilan
Laporan hasil – SAW dalam Microsoft Office Excel
Gambar 4.57 Form Hasil - SAW
Gambar 4.58 Tampilan Laporan hasil – SAW dalam Microsoft Office Excel
114
E. Testing Sistem
1. Pengujian Black Box
Pengujian selanjutnya dilakukan untuk memastikan bahwa suatu event atau
masukan akan menjalankan proses yang tepat dan menghasilkan output yang sesuai
dengan desain. Rencana pengujian sistem dapat dilihat pada tabel 4.33.
Tabel 4.54 Rencana Pengujian Sistem
No Item Uji Detail Pengujian Jenis Pengujian
1 Input Data Nilai
Kriteria &
Subkriteria (AHP)
Hitung, Berikutnya Blackbox
2 Input Data Kriteria
Pemohon (AHP)
Simpan Blackbox
3 Input Data
Pemohon dan
Bobot (SAW)
Simpan, Update, Hapus Blackbox
4 Proses HItung AHP Load data, Simpan Nilai Blackbox
5 Proses Hitung
SAW
Hitung Blackbox
6 Laporan Ranking, Print Excel,
Simpan
Blackbox
2. Hasil pengujian sistem
a. Pengujian Input Data Nilai Kriteria & Subkriteria (AHP)
Tabel 4.55 Pengujian Input Data Nilai Kriteria & Subkriteria (data normal)
Hitung
Data Masukan Data nilai sesuai dengan atribut yang disediakan
Yang Diharapkan Proses hitung data berhasil, data tersimpan pada
database yang disediakan.
Pengamatan Data berhasil disimpan pada database dan
ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Berikutnya
Data Masukan Data nilai sesuai dengan atribut yang disediakan
Yang Diharapkan Proses untuk matriks nilai kriteria, matriks
115
penjumlahan setiap baris dan perhitunga rasio
konsistensi.
Pengamatan Proses selanjutnya berhasil
Kesimpulan Sukses
Tabel 4.56 Pengujian Input Data Nilai Kriteria & Subkriteria (data salah)
Hitung
Data Masukan Nilai Dikosongkan
Yang Diharapkan Proses hitung data tidak berhasil, ditampilkan pesan
salah satu nilai tidak boleh dikosongkan.
Pengamatan Data gagal disimpan pada database, tampil perintah
untuk mengisi nilai kriteria & subkriteria.
Kesimpulan Sukses
Berikutnya
Data Masukan Jumlah dikosongkan
Yang Diharapkan Proses selanjutnya tidak berhasil, ditampilkan
pesan lakukan perhitungan terlebih dahulu.
Pengamatan Gagal untuk proses selanjutnya, tampil pesan untuk
melakukan perhitungan terlebih dahulu.
Kesimpulan Sukses
b. Pengujian Input Data Pemohon (AHP)
Tabel 4.57 Pengujian Input Data Pemohon (data normal)
Simpan
Data Masukan Masukan jumlah pemohon
Yang Diharapkan Proses tambah data berhasil dan disimpan pada
database.
Pengamatan Data berhasil disimpan pada database dan
ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
c. Pengujian Input Data Pemohon dan Bobot (SAW)
Tabel 4.58 Pengujian Nilai Kriteria & Subkriteria (data normal)
Simpan
Data Masukan Masukan jumlah pemohon
Yang Diharapkan Proses tambah data berhasil dan disimpan pada
database.
Pengamatan Data berhasil disimpan pada database dan
ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
116
d. Pengujian Proses Hitung AHP
Tabel 4.59 Pengujian Proses Nilai AHP (data normal)
Load Data
Data Masukan Data pemohon
Yang Diharapkan Proses mengisi data pemohon berhasil dan
ditampilkan pada datagrid.
Pengamatan Data berhasil ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Simpan Nilai
Data Masukan Pilih data yang akan disimpan
Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil
Pengamatan Data diperbaharui dan ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
e. Pengujian Proses Hitung SAW
Tabel 4.60 Pengujian Proses Nilai AHP (data normal)
Hitung
Data Masukan Data nilai pemohon dan bobot kriteria
Yang Diharapkan Proses hitung data berhasil dan ditampilkan pada
datagrid.
Pengamatan Data berhasil ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
f. Pengujian Laporan
Tabel 4.61 Pengujian Laporan (data normal)
Ranking
Data Masukan Data pemohon dan nilai kriteria
Yang Diharapkan Proses perankingan berhasil dan ditampilkan pada
datagrid.
Pengamatan Data berhasil ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Print Excel
Data Masukan Pilih data yang akan dicetak
Yang Diharapkan Data yang akan dicetak ditampilkan di excel.
Pengamatan Data ditampilkan pada excel dan dicetak.
Kesimpulan Sukses
Simpan
Data Masukan Pilih data yang akan disimpan
Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil
117
Pengamatan Data diperbaharui dan ditampilkan pada database.
Kesimpulan Sukses
F. Evaluasi Sistem
Hasil yang diberikan oleh kedua metode adalah:
1. Hasil Evaluasi AHP
Tabel 4.62 Hasil Evaluasi AHP
2. Hasil Evaluasi SAW
Tabel 4.63 Hasil Evaluasi SAW
Dimana hasil akhir dari kedua metode ini relatif sama, pada AHP yang
mendapatkan nilai tertinggi adalah KK3 = 0,89176, demikian juga pada SAW yang
mendapatkan nilai tertinggi adalah KK3 = 0,98. Letak perbedaannya ada pada
peringkat kedua dan ketiga, dimana pada AHP yang mendapatkan nilai tertinggi
kedua adalah KK4 = 0,72237 dan nilai tertinggi ketiga KK1 = 0,71553 sedangkan
pada SAW yang mendapatkan nilai tertinggi kedua adalah KK1 = 0,93 dan yang
mendapatkan nilai tertinggi ketiga adalah KK4 = 0,89. Letak perbedaan antara
metode AHP dan SAW terdapat pada proses perhitungan nilai prioritas kriteria. Pada
118
AHP proses penyelesaiannya dilakukan perbandingan berpasangan antara kriteria
dan kriteria serta subkriteria dan subkriteria. Hasil perbandingan berpasangan dibagi
dengan jumlah elemen, sehingga diperoleh nilai prioritas dari setiap kriteria dan
subkriteria. Nilai prioritas dikalikan dengan nilai keadaan alternatif untuk
mendapatkan nilai akhir. sedangkan pada SAW dilakukan penilaian secara sederhana
yaitu penilaian kriteria terhadap keadaan alternatif. Hasil penilaian tersebut
dinormalisasikan dan hasil normalisasi dikalikan dengan bobot kriteria atau prioritas
kriteria yang ditentukan secara langsung oleh manajer.