BAB IV Hasil Dan Pembahasan
-
Upload
yulia-kurniawati -
Category
Documents
-
view
253 -
download
1
Transcript of BAB IV Hasil Dan Pembahasan
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 1/36
43
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan dilakukan pengujian terhadap bahan baku
yaitu limbah filet ikan kakap merah ( Lutjanus sp.) dan bahan pewarna alami dari
secang (Caesalpinia sappan L). Penelitian pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesegaran bahan baku dan karakteristik secang sebagai bahan
pewarna alami.
4.1.1 Pengujian bahan baku (daging limbah filet ikan kakap merah)
Daging limbah filet ikan kakap merah yang diperoleh berupa serpihan
daging dan sisa-sisa daging ikan kakap merah yang masih menempel pada tulang,
sirip dan bagian kepala. Serpihan digunakan sebagai bahan baku surimi dan
selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan edible coating
surimi. Daging limbah filet kakap merah yang digunakan dalam penelitian adalah
daging limbah filet beku seperti yang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Daging limbah filet ikan kakap merah beku.
Daging limbah filet sebelum digunakan dipisahkan dari sisik, tulang, dan
duri yang masih tercampur. Analisis yang dilakukan terhadap bahan baku meliputi
Total Volatile Base (TVB) diperoleh hasil 8,58±0,01 mgN/100g dan nilai pH
6,8±0,05. Nilai TVB dan pH menunjukkan bahwa daging limbah filet ikan kakap
merah tersebut telah mengalami penurunan mutu, tetapi masih pada tahap awal.
Nilai TVB kurang dari 10 mgN/100g menunjukkan ikan masih sangat segar
(Farber 1965). Nilai pH dapat mempengaruhi kekuatan gel. Kekuatan gel akan
tinggi jika pH daging berkisar antara 6,0-7,0, hal ini disebabkan miosin mudah
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 2/36
44
larut pada kisaran pH tersebut (Shimizu 1992). Daging limbah filet ikan yang
digunakan dalam penelitian menunjukkan daging yang sangat segar, sehingga
apabila digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan surimi dapat
menghasilkan kekuatan gel yang tinggi.
4.1.2 Bahan pewarna alami dari secang
Pewarna alami dari secang diperoleh melalui proses ekstraksi berdasarkan
metode Ye Min et al. (2006) dengan menggunakan pelarut air. Secang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami karena mengandung brazilein yang
berwarna merah dan bersifat larut dalam air panas (Sanusi 1993). Senyawa
brazilein termasuk ke dalam golongan flavonoid sebagai isoflavonoid.
Pengamatan dilakukan untuk melihat jumlah rendemen ekstrak secang yang baik
sebagai pewarna alami untuk dicampurkan pada edible coating.
(a) (b) (c)
Gambar 9 Ekstraksi secang (Caesalpinia sappan L). (a) kayu secang, (b) larutan
secang, (c) serbuk ekstrak secang.
Berdasarkan hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, diperoleh
rendemen cukup tinggi yaitu 5,7% (±0,03). Pelarut air menghasilkan rendemen
paling besar untuk mengekstrak secang dibandingkan dengan pelarut etanol(Weningtyas 2009). Nilai pH larutan secang sebelum dipekatkan menjadi serbuk
6,4±0,05 dengan warna merah. Kondisi keasaman atau pH larutan sangat
mempengaruhi stabilitas warna pigmen brazilein. Pada pH 6-7 secang berwarna
merah (Adawiyah dan Indriati 2003). Ekstrak kayu secang yang dihasilkan setelah
dipekatkan berupa serbuk berwarna kemerahan.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 3/36
45
4.2 Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu pembuatan
surimi, pembuatan dan karakterisasi edible coating, aplikasi edible coating pada
berbagai konsentrasi surimi terhadap udang rebus serta pengamatan terhadap
kemunduran mutu udang rebus yang dilapisi edible coating surimi selama
penyimpanan pada suhu 1-5 oC.
4.2.1 Mutu surimi dari daging limbah filet ikan kakap merah
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan surimi adalah daging
limbah filet ikan kakap merah. Berdasarkan hasil uji pendahuluan menunjukkan
bahwa daging limbah filet kakap merah tersebut layak digunakan sebagai bahanbaku untuk pembuatan surimi karena memiliki tingkat kesegaran yang sangat
tinggi. Daging limbah filet kakap merah beku yang diperoleh dari industri,
seringkali masih mengandung sisik, duri dan tulang ikan. Oleh karena itu,
sebelum dilakukan pembuatan surimi daging limbah filet dibersihkan terlebih
dahulu dari kemungkinan adanya duri-duri atau kotoran yang lain.
Rendemen daging lumat dari daging limbah filet diperoleh 92,31% (±0,34)
sedangkan rendemen surimi yang diperoleh dari hasil pencucian sebanyak dua
kali adalah 72,36% (±0,18). Proses pembuatan surimi dilakukan pencucian
terhadap daging limbah filet ikan kakap merah dengan menggunakan air dingin.
Pencucian dengan air dingin merupakan tahap yang paling penting dalam proses
pembuatan surimi (Peranginangin et al. 1999). Pencucian yang secara berulang-
ulang maksimal sebanyak tiga kali akan meningkatkan gel surimi dan mencegah
terjadinya denaturasi protein miofibril selama penyimpanan beku (Matsumoto dan
Noguchi 1992).
Analisis yang dilakukan terhadap surimi beku meliputi nilai pH dan TVB.
Nilai pH surimi beku adalah 7,06±0,05 dan TVB sebesar 9,17 mgN/100g (±0,11).
Berdasarkan nilai pH dan TVB tersebut terlihat bahwa telah terjadi penguraian
protein selama penyimpanan beku, tetapi proses penguraian masih berjalan
dengan lambat. Penyimpanan yang lebih lama dapat menyebabkan terbentuknya
senyawa volatil yang dapat meningkatkan nilai pH dan TVBN. Nilai TVBN
kurang dari 10 mgN/100g termasuk ke dalam kategori ikan sangat segar (Farber
1965).
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 4/36
46
4.2.2 Pembuatan dan karakterisasi edible coating dari surimi
Edible coating dibuat dari surimi dengan berbagai konsentrasi, yaitu 2%,
6%, 10%, dan 14%. Edible coating yang terbentuk berwarna bening dan semakin
tinggi konsentrasinya kenampakannya menjadi semakin keruh. Penambahan
secang 2,5 mg/ml ke dalam edible coating menghasilkan warna merah tua, warna
tersebut dihasilkan karena coating memiliki pH mendekati basa yaitu 7,8±0,04.
Edible coating dari surimi limbah filet kakap merah pada berbagai konsentrasi
disajikan pada Gambar 10 dan untuk edible coating dengan pemberian ekstrak
secang disajikan pada Gambar 11.
2% 6% 10% 14%
Gambar 10 Edible coating dari surimi limbah filet kakap merah pada berbagai
konsentrasi surimi.
2% 6% 10% 14%
Gambar 11 Edible coating dari surimi limbah filet kakap merah pada berbagai
konsentrasi surimi dengan penambahan secang sebanyak 2,5 mg/ml.
Edible coating yang dicampur dengan ekstrak secang memiliki nilai
viskositas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan edible coating yang tidak
diberi ekstrak secang. Nilai rataan viskositas edible coating dari surimi limbah
filet kakap merah disajikan pada Gambar 12. Pemberian ekstrak secang dilakukan
setelah edible coating terbentuk.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 5/36
47
Gambar 12 Nilai rataan viskositas edible coating dari surimi daging limbah filet
Ikan kakap merah. tanpa secang, ditambah secang.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan secang, konsentrasi
surimi, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)
terhadap nilai viskositas edible coating seperti pada Lampiran 2. Secara
keseluruhan semakin besar konsentrasi surimi yang ditambahkan, maka nilai
viskositas edible coating menjadi meningkat. Hal ini disebabkan oleh jumlah
protein surimi yang ditambahkan ke dalam larutan mengalami denaturasi oleh
basa yang ditambahkan dalam proses pembuatan edible coating. Ikatan-ikatan
molekul yang mengalami kerusakan, maka molekul tersebut akan mengembang
dan pengembangan molekul ini mengakibatkan viskositas bertambah (Winarno
2008). Semakin banyaknya surimi sebagai zat terlarut yang ditambahkan juga
akan meningkatkan jumlah padatan terlarut dalam edible coating. Viskositas
dipengaruhi oleh zat yang terlarut dalam larutan tersebut, jika zat yang terlarut
semakin banyak dan larutan semakin kental maka nilai viskositas yang dihasilkan
akan semakin tinggi. Suspensi koloid dalam larutan dapat meningkat dengan cara
mengentalkan cairan. Pengembangan molekul zat terlarut mengakibatkan
viskositas bertambah (Winarno 2008).
Edible coating dengan penambahan ekstrak secang terdapat sedikit
gumpalan di dasar wadah edible coating. Hal ini terjadi karena ekstrak secang
memiliki kandungan tanin. Tanin yang terdapat dalam kayu secang ikut terekstrak
selama proses ekstraksi, karena tanin merupakan senyawa polar yang larut dalam
air dan etanol (Holinesti 2007). Kadar tanin ekstrak kayu secang yang diperoleh
0
2
4
68
10
12
14
2 6 10 14
V i s k o s i t a s
( C p
)
Konsentrasi surimi (%)
e
b f
cg
dh
a
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 6/36
48
melalui ekstraksi dengan air adalah 0,137% (Winarti dan Sembiring 1998). Tanin
yang terdapat pada ekstrak secang bereaksi dengan surimi yang terdapat dalam
edible coating, hal ini disebabkan surimi yang merupakan protein memiliki
muatan positif dan tanin bermuatan negatif sehingga terjadi mekanisme
pengikatan tanin oleh protein melalui muatan listrik. Menurut Siebert (1996),
protein akan mengendap bersama tanin membentuk kompleks yang tidak larut.
Interaksi tanin dengan protein akan membentuk ikatan hidrogen yang
mengakibatkan berat kedua molekul yang berikatan meningkat sehingga terjadi
pengendapan. Berdasarkan hal tersebut juga, sebagian surimi yang terdapat dalam
edible coating akan berikatan dengan tanin yang terdapat dalam ekstrak secang.
Penambahan secang yang mengandung tanin bermuatan negatif menyebabkan
jumlah ion negatif dalam larutan berlebih sehingga terjadi efek salting out . Salting
out dapat dideskripsikan sebagai fenomena dimana air tidak dapat melarutkan
akibat ion-ion terlarut dalam kondisi jenuh (Hasseine et al. 2008). Hal ini
menyebabkan jumlah zat terlarut dalam edible coating menjadi berkurang, dengan
demikian viskositasnya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan edible coating
yang tidak diberi ekstrak secang.
4.2.3 Aplikasi edible coating pada udang rebus
Udang rebus yang digunakan dalam penelitian adalah udang vannamei
( Litopenaeus vannamei). Kandungan Total Volatile Base (TVB) udang vannamei
rebus diperoleh hasil sebesar 4,32 mgN/100g dengan nilai pH adalah 7,36.
Analisis kimia udang vannamei rebus meliputi analisis proksimat yaitu kadar air,
kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Hasil analisis disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi kimia udang vannamei ( Litopenaeus vannamei) rebus
No Parameter Analisis Udang Rebus
1 Kadar air (%) 68,824±0,19
2 Kadar abu (%) 0,714±0,03
3 Kadar protein (%) 23,257±1,06
4 Kadar lemak (%) 1,634±0,06
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 7/36
49
Berdasarkan Tabel 7, maka udang vannamei rebus merupakan produk
olahan yang memiliki kandungan protein tinggi dan berlemak rendah, karena
kadar proteinnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemaknya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Jacoeb et al. (2008) udang memiliki kadar protein yang
tinggi dengan protein yang mudah untuk dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh.
Udang vannamei yang telah direbus selama 5 menit, ditiriskan dan
selanjutnya dilapisi oleh edible coating dari daging limbah filet ikan kakap merah
( Lutjanus sp.) dengan metode pencelupan selama 30 menit. Seluruh permukaan
udang rebus terselimuti coating secara merata dan berwarna transparan sehingga
udang rebus tampak mengkilat. Secara visual warna merah pada udang yang
dilapisi edible coating yang ditambah secang relatif lebih merah dibandingkan
dengan udang yang dilapisi tanpa secang.
Penentuan konsentrasi surimi yang akan digunakan untuk penelitian
kemunduran mutu udang rebus dilakukan dengan uji hedonik dan uji warna
terhadap udang masak yang telah dilapisi edible coating. Konsentrasi surimi yang
terpilih selanjutnya diaplikasikan terhadap udang rebus untuk tahap penelitian
selanjutnya.
1. Penilaian organoleptik dengan uji hedonik
Uji organoleptik adalah menilai suatu produk menggunakan alat indera
penglihatan, pencicip, pembau dan indera pendengar. Uji ini dilakukan supaya
dapat diketahui penerimaan panelis atau konsumen terhadap suatu produk
(Soekarto 1985). Uji hedonik dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap udang rebus yang dilapisi
edible coating. Edible coating terdiri dari dua jenis yaitu tanpa secang dan
ditambah dengan secang sebanyak 2,5 mg/ml. Karakteristik yang diuji meliputi
kenampakan, warna, aroma dan rasa. Hasil uji hedonik udang rebus yang dilapisi
edible coating surimi disajikan pada Gambar 13 dan hasil uji hedonik udang rebus
yang dilapisi edible coating surimi dengan penambahan ekstrak secang disajikan
pada Gambar 14.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 8/36
50
Gambar 13 Hasil uji hedonik terhadap udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi. Konsentrasi surimi 2%, 6%, 10%, 14%.
Gambar 14 Hasil uji hedonik terhadap udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi ditambah secang 2,5 mg/ml. Konsentrasi surimi 2%,
6%, 10%, 14%.
a. Kenampakan
Kenampakan merupakan parameter organoleptik yang penting, karena
merupakan sifat sensoris yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Bila kesan
kenampakan produk baik atau disukai, maka konsumen baru akan melihat sifat
sensoris lainnya (aroma, rasa, tekstur). Kenampakan tidak menentukan tingkat
kesukaan konsumen secara mutlak, tetapi kenampakan juga mempengaruhi
0
1
2
3
45
6
7
Kenampakan Warna Aroma Rasa
S k o r u j i h e d o n
i k
Karakteristik organoleptik
aa a
a
b
bb
c
d d d d
e e e e
0
1
2
3
4
5
6
Kenampakan Warna Aroma Rasa
S k o r
u j i h e d o n i k
Karakteristik organoleptik
b
c
cc
de e e e
f f f
f
a
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 9/36
51
penerimaan konsumen. Umumnya konsumen memilih dan menerima makanan
yang memiliki kenampakan yang menarik (Soekarto 1985).
Kisaran nilai rataan kenampakan udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi adalah 4,7 sampai 6,03. Nilai terendah adalah pada udang rebus yang diberi
edible coating surimi sebesar 6%, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada udang
rebus yang dilapisi edible coating dengan konsentrasi surimi 14%. Kisaran nilai
rataan kenampakan udang rebus yang dilapisi edible coating surimi yang diberi
ekstrak secang adalah 3,7 sampai 5,1. Nilai terendah pada konsentrasi surimi 2%
dan nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14%. Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 3a diperoleh hasil bahwa
konsentrasi surimi pada edible coating surimi tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kenampakan udang rebus, sedangkan edible coating surimi dengan
pemberian secang memberikan pengaruh yang nyata terhadap kenampakan udang
rebus.
Nilai rataan kenampakan udang rebus yang dilapisi edible coating surimi
dan udang rebus yang dilapisi edible coating dengan penambahan secang
memiliki nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14%. Hal tersebut terjadi karena
konsentrasi surimi 14% dapat membentuk edible coating dengan baik. Edible
coating dapat menutupi permukaan udang rebus dengan sempurna pada saat
diaplikasikan, sehingga mampu membuat permukaan udang rebus terlihat jernih,
transparan, mengkilap dan cerah. Menurut Krochta (1992), penggunaan edible
coating dapat mereduksi laju kerusakan selama proses, memperbaiki tekstur dan
penampakan produk.
b. Warna
Warna merupakan atribut sensori yang sangat penting dan harus selaludipertimbangkan, karena mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kualitas
suatu produk (Niamnuy 2008). Pigmentasi yang bagus dan homogen dalam suatu
bahan pangan adalah karakteristik kualitas yang menentukan terhadap penerimaan
konsumen. Produk dengan warna yang menarik akan lebih diterima oleh
konsumen walaupun dengan harga yang lebih mahal (Delgado et al. 2003).
Kisaran nilai rataan warna udang rebus yang dilapisi edible coating surimi
adalah 4,5 sampai 6. Nilai terendah adalah pada udang rebus yang diberi edible
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 10/36
52
coating surimi 6%, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada udang rebus yang
dilapisi edible coating dengan konsentrasi surimi 14%. Kisaran nilai rataan
kenampakan udang rebus yang dilapisi edible coating surimi yang diberi ekstrak
secang adalah 3,5 sampai 5,03. Nilai terendah pada konsentrasi surimi 2% dan
nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14%. Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 3b diperoleh hasil bahwa
konsentrasi surimi pada edible coating surimi dan edible coating surimi dengan
pemberian secang memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna udang rebus.
Nilai rataan warna udang rebus yang dilapisi edible coating surimi dan
udang rebus yang dilapisi edible coating dengan penambahan secang memiliki
nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14%. Konsentrasi surimi 14% terhadap
edible coating yang diaplikasikan pada udang rebus mampu memperbaiki warna
udang rebus, udang rebus menjadi memiliki warna yang lebih cerah dan
mengkilap sehingga banyak disukai oleh panelis. Edible coating efektif dalam
mengurangi penurunan kualitas sensori produk yang meliputi warna, bau, dan
f irmness (Mastromatteo 2010).
c. Aroma
Enak atau tidaknya suatu produk makanan ditentukan oleh aroma, bahkan
aroma lebih kompleks daripada cicip atau rasa, dan kepekaan indera pembauan
lebih tinggi daripada indera pencicipan. Industri pangan menganggap sangat
penting melakukan uji bau karena dapat memberikan hasil penilaian produksinya
disukai atau tidak disukai (Soekarto 1985).
Nilai rataan aroma udang rebus yang dilapisi edible coating surimi
berkisar antara 5,06 sampai 5,13. Nilai terendah adalah pada udang rebus yang
diberi edible coating surimi sebesar 2%%, sedangkan nilai tertinggi terdapat padaudang rebus yang dilapisi edible coating dengan konsentrasi surimi 14%. Nilai
rataan aroma udang rebus yang dilapisi edible coating surimi yang diberi ekstrak
secang berkisar antara 4,50 sampai 4,73. Nilai terendah pada konsentrasi surimi
6% dan nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14%. Berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 3c diperoleh hasil bahwa
konsentrasi surimi pada edible coating surimi dan edible coating surimi dengan
pemberian secang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap aroma udang
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 11/36
53
rebus. Hal ini terjadi karena edible coating surimi memiliki aroma yang netral,
sehingga ketika diaplikasikan pada udang rebus tidak menimbulkan aroma yang
menyimpang dari aroma udang rebus.
d. Rasa
Rasa merupakan faktor penting yang menjadi dasar diambilnya keputusan
oleh konsumen terhadap diterimanya suatu produk. Apabila sebuah produk
mempunyai rasa yang tidak enak, maka produk tersebut tidak akan diterima oleh
konsumen walaupun warna dan aromanya baik (Winarno 2008).
Hasil rata-rata penilaian panelis terhadap rasa udang rebus yang dilapisi
edible coating surimi berkisar antara 4,16 sampai 4,66. Nilai terendah adalah pada
udang rebus yang diberi edible coating surimi 6%, sedangkan nilai tertinggi
terdapat pada udang rebus yang dilapisi edible coating dengan konsentrasi surimi
14%. Hasil rataan penilaian panelis terhadap rasa udang rebus yang dilapisi
edible coating surimi yang diberi ekstrak secang berkisar antara 3,83 sampai 4,56.
Nilai terendah pada konsentrasi surimi 2% dan nilai tertinggi pada konsentrasi
surimi 14%. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis
pada Lampiran 3d diperoleh hasil konsentrasi surimi pada edible coating surimi
dan edible coating surimi dengan pemberian secang tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap rasa udang rebus.
Berdasarkan hasil uji hedonik, aplikasi edible coating terhadap udang
rebus menunjukkan bahwa konsentrasi surimi pada edible coating yang
diaplikasikan pada udang rebus, yang paling disukai oleh panelis adalah 14%.
Konsentrasi tersebut paling disukai baik pada edible coating tanpa secang maupun
pada edible coating yang ditambah dengan secang.
2. Uji warna udang pada berbagai konsentrasi surimi dalam edible coating
Warna bahan pangan merupakan atribut sensori yang mempengaruhi
kualitas dan penerimaan produk pangan. Produk pangan dengan nilai gizi yang
tinggi belum tentu dapat dipilih konsumen jika warnanya tidak menarik atau tidak
sesuai dengan standarnya. Hasil uji warna udang rebus yang dilapisi edible
coating dari surimi limbah filet ikan kakap merah, disajikan pada Gambar 15, 16,
dan 17.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 12/36
54
Gambar 15 Nilai L* udang rebus yang dilapisi edible coating dengan berbagaikonsentrasi surimi. kontrol, tanpa secang, ditambah
secang.
Berdasarkan Gambar 15 nilai rata-rata L* udang rebus yang dilapisi edible
coating surimi berkisar antara 72,25-78,07 nilai tertinggi pada konsentrasi surimi
14% dan terendah pada konsentrasi surimi 2%. Nilai rataan L* udang rebus yang
dilapisi edible coating surimi dengan pemberian ekstrak secang berkisar antara
69,76-77,53, nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14% dan terendah pada
konsentrasi surimi 6%.
Nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan, menyatakan cahaya pantul yang
menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam. Nilai L* berkisar dari 0
(hitam) hingga 100 (putih). Berdasarkan Gambar 15, nilai L* udang rebus
cenderung mengalami peningkatan dengan semakin meningkatnya konsentrasi
surimi yang ditambahkan ke dalam edible coating. Nilai L* pada udang rebus
yang diberi edible coating dengan konsentrasi surimi 14% paling tinggi
dibandingkan dengan yang lainnya. Hasil tersebut ditunjukkan baik pada
perlakuan yang diberi secang maupun yang tidak diberi secang. Hal ini
disebabkan pada konsentrasi 14% edible coating yang terbentuk memiliki sifat gel
yang stabil, pada saat diaplikasikan pada udang rebus edible coating mampu
menyelimuti permukaan dengan sempurna, sehingga udang rebus menjadi
mengkilap dan cerah.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 4a menunjukkan bahwa konsentrasi
surimi, perlakuan secang dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang
60
65
70
75
80
Kontrol 2 6 10 14
N i l a i L *
Konsentrasi surimi (%)
a
b
c
d
e
f
g
h
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 13/36
55
nyata (p<0,05) terhadap nilai L* udang rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan
pengaruh yang nyata antara interaksi perlakuan secang pada konsentrasi surimi
2%, 6%, 10% dan 14%.
Gambar 16 Nilai a* udang rebus yang dilapisi edible coating dengan berbagai
konsentrasi surimi. kontrol, tanpa secang, ditambah
secang.
Berdasarkan Gambar 16 menunjukkan nilai rataan a* udang rebus yang
dilapisi edible coating surimi berkisar antara 13,21-16,06, nilai tertinggi pada
konsentrasi surimi 14% dan terendah pada konsentrasi surimi 2%. Nilai rataan a*
udang rebus yang dilapisi edible coating surimi dengan pemberian ekstrak secang
berkisar antara 17,09-20,22 nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14% dan
terendah pada konsentrasi surimi 2%.
Nilai a* merupakan nilai yang menerangkan warna kromatik yang
terkandung di dalam sampel. Nilai a* menentukan warna kromatik campuranmerah-hijau. Nilai a+ (positif) dari 0 sampai +80 untuk warna merah, dan –a
(negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Berdasarkan data nilai a* pada
Gambar 16 menunjukkan bahwa udang rebus yang dilapisi edible coating surimi
tanpa secang dengan konsentrasi surimi sebesar 2% memiliki nilai kromatik
merah paling kecil tetapi bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa warna
kromatik yang terkandung masih berada pada kisaran warna merah. Nilai
kromatik merah paling tinggi ditunjukkan pada udang rebus yang dilapisi edible
0
5
10
15
20
25
Kontrol 2 6 10 14
N i l a i a *
Konsentrasi surimi (%)
a bc
de f
g h
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 14/36
56
coating dengan konsentrasi surimi 14% yang diberi ekstrak secang. Edible coating
yang diberi ekstrak secang menghasilkan nilai kromatik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan edible coating tanpa ekstrak secang. Hal ini menunjukkan
bahwa edible coating yang dikombinasikan dengan pewarna alami secang dapat
memberikan warna merah yang lebih tajam pada udang rebus, sehingga warna
udang rebus tersebut menjadi lebih menarik konsumen.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 4b menunjukkan bahwa konsentrasi
surimi, perlakuan secang, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang
nyata (p<0,05) terhadap nilai a* udang rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan
pengaruh yang nyata antara interaksi perlakuan secang pada konsentrasi surimi
2%, 6%, 10% dan 14%.
Gambar 17 Nilai b* udang rebus yang dilapisi edible coating dengan berbagai
konsentrasi surimi. kontrol, tanpa secang, ditambah
secang.
Nilai rataan b* udang rebus yang dilapisi edible coating surimi berkisar
antara 48,46-53,74. Nilai tertinggi pada konsentrasi surimi 14% dan terendah pada
konsentrasi surimi 2%. Nilai rataan b* udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi dengan pemberian ekstrak secang berkisar antara 49,73-54,28, nilai
tertinggi pada konsentrasi surimi 14% dan terendah pada konsentrasi surimi 2%.
Nilai b* menentukan warna kromatik gradasi kuning-biru dengan nilai b+
(positif) dari 0 hingga +70 untuk warna kuning dan –b (negatif) dari 0 hingga -80
untuk warna biru. Berdasarkan Gambar 17 nilai b* cenderung mengalami
peningkatan dengan semakin meningkatnya konsentrasi surimi yang ditambahkan
40
45
50
55
Kontrol 2 6 10 14
N i l a i b *
Konsentrasi surimi (%)
a b
c
d
e
f gh
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 15/36
57
ke dalam edible coating. Nilai b* pada udang rebus yang diberi edible coating
dengan konsentrasi surimi 14% paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
Hasil tersebut ditunjukkan baik pada perlakuan yang diberi secang maupun yang
tidak diberi secang.
Nilai kromatik kuning paling tinggi ditunjukkan pada udang rebus yang
dilapisi edible coating dengan konsentrasi surimi 14% yang diberi ekstrak secang.
Edible coating yang diberi ekstrak secang menghasilkan nilai kromatik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan edible coating tanpa ekstrak secang. Hal ini
menunjukkan bahwa edible coating yang dikombinasikan dengan pewarna alami
secang dapat memberikan warna kuning pada udang rebus, sehingga dapat
memperbaiki warna udang rebus tersebut.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 4c menunjukkan bahwa konsentrasi
surimi, perlakuan secang, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang
nyata (p<0,05) terhadap nilai b* udang rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan
pengaruh yang nyata antara interaksi perlakuan secang pada konsentrasi surimi
2%, 6%, 10% dan 14%..
Berdasarkan hasil uji hedonik, diperoleh hasil bahwa konsentrasi surimi
pada edible coating yang paling banyak disukai oleh panelis adalah 14%. Hasil
uji warna juga menunjukkan bahwa konsentrasi surimi 14% pada edible coating
menghasilkan nilai L*, a* dan b* yang paling tinggi. Dengan demikian, untuk
tahap penelitian terhadap kemunduran mutu udang rebus konsentrasi surimi yang
digunakan adalah 14%.
4.2.4 Visualisasi aplikasi edible coating surimi terhadap udang rebus
Edible coating adalah lapisan tipis bahan yang dibentuk secara langsung
dengan mencelupkan (dipping), menyemprotkan (spraying), atau panning ke
permukaan dari produk makanan dengan maksud untuk melindungi serta
meningkatkan nilai tambah produk. Edible coating juga berfungsi sebagai
penghalang terhadap transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lipid, dan zat
terlarut) dan atau sebagai pembawa bahan makanan dan aditif, serta untuk
meningkatkan kemudahan penanganan makanan (Krochta 1992).
Metode coating yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pencelupan (dipping). Metode ini merupakan metode aplikasi dari coating,
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 16/36
58
dimana produk yang akan dilapisi dicelupkan dalam edible coating surimi yang
digunakan sebagai pengemas atau pelapis pada udang rebus. Seluruh permukaan
udang rebus akan tertutup oleh edible coating setelah dilakukan proses
pencelupan. Ketebalan edible coating dapat mempengaruhi kenampakan produk
yang dikemas. Ketebalan terbentuk karena adanya pemekaran atau pengembangan
molekul protein yang terdenaturasi pada surimi limbah filet ikan kakap merah
sehingga membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Ikatan antar
gugus-gugus reaktif protein tersebut menahan seluruh cairan, maka akan
terbentuklah gel (Winarno 2008).
Berdasarkan hasil foto mikroskopis (Gambar 18), terlihat adanya
perbedaan pada semua perlakuan. Secara visual perbedaan tahap pemberian edible
coating pada udang rebus memberikan pengaruh yang berbeda terhadap ketebalan
edible coating. Kontrol yang tidak diberi edible coating tampak permukaan udang
dengan garis permukaan yang jelas. Udang yang diberi edible coating sebelum
proses pemasakan, tidak terlihat jelas lapisan edible coating pada permukaan
udang rebus setelah melalui proses pemasakan. Hal ini terjadi karena pada saat
proses pemasakan udang, edible coating mengalami denaturasi akibat suhu yang
sangat tinggi yaitu 100 oC dan adanya tekanan fisik dari gerakan air yang
mendidih, sehingga edible coating yang menutupi udang menjadi terlepas sebagai
akibat dari ketidaksabilan lapisan (Gambar 18 A dan B). Struktur gel yang
terdapat pada edible coating surimi juga menjadi hancur pada suhu di atas 50 oC.
Ketika pemanasan gel ditingkatkan hingga di atas 50oC, maka struktur gel
tersebut akan hancur, enzim akan mengurai kembali struktur jaringan tiga dimensi
gel yang telah terbentuk sehingga gel surimi akan rapuh dan hilang elastisitasnya
(Suzuki 1981). Hasil visualisasi ketebalan edible coating di bawah mikroskopdisajikan pada Gambar 18.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 17/36
59
K A B
lapisan daging C edible coating D udang rebus
Gambar 18 Penampang melintang udang rebus pada berbagai perlakuan edible
coating surimi (perbesaran 10 kali). K = tidak diberi edible coating;
A = pencelupan, pemasakan- tanpa secang; B = pencelupan, pemasakan-
ditambah secang; C= pemasakan, pencelupan-tanpa secang;
D = pemasakan, pencelupan- ditambah secang.
Tahap pemberian edible coating terhadap udang setelah proses pemasakan,
lapisan edible coating pada permukaan udang dapat terlihat dengan jelas (Gambar
18 C dan D). Hal ini terjadi karena seluruh permukaan udang terselimuti coating
yang menempel secara merata. Edible coating surimi yang terbentuk memiliki
kekuatan gel yang stabil sehingga pada saat diaplikasikan pada udang rebus
mampu menempel dan menutupi permukaan udang. Protein miofibril ikanmemiliki kemampuan untuk membentuk jaringan tiga dimensi gel yang stabil
(Yoon et al. 2004). Edible coating juga setelah diaplikasikan pada udang rebus
tidak diberi perlakuan yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap stabilitas
edible coating. Edible coating yang ditambah secang menunjukkan hasil lapisan
berwarna merah cerah pada permukaan udang rebus. Edible coating tanpa secang
menunjukkan hasil lapisan yang transparan, cerah dan mengkilap. Pemberian
edible coating setelah proses pemasakan memperlihatkan tekstur daging yang
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 18/36
60
lebih halus dan kompak. Penggunaan edible coating mereduksi laju kerusakan
selama proses, memperbaiki tekstur dan penampakan produk (Krochta 1992).
Permukaan udang rebus yang dilapisi oleh edible coating memiliki
kenampakan yang cerah dan mengkilap. Udang rebus yang dilapisi edible coating
dengan penambahan secang memiliki warna yang lebih merah. Warna merah pada
udang rebus merupakan atribut sensori yang mempengaruhi terhadap kualitas dan
penerimaan produk pangan. Hasil pengamatan mikroskopis terhadap permukaan
udang rebus disajikan pada Gambar 19.
K A B
C D
Gambar 19 Permukaan udang rebus dengan berbagai perlakuan edible coating
surimi diamati secara mikroskopis (perbesaran 10 kali).
Hasil pengamatan secara mikroskopis permukaan udang rebus yang tidak
dilapisi edible coating memliki kenampakan yang lebih kusam dibandingkan
dengan semua perlakuan. Udang rebus yang diberi edible coating semua
permukaannya memiliki kenampakan yang transparan, cerah dan mengkilap.
Edible coating yang ditambah dengan ekstrak secang memberikan warna yang
lebih merah terhadap udang rebus.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 19/36
61
4.2.5 Kemunduran mutu udang rebus yang diberi edible coating surimi
selama penyimpanan pada suhu 1-5oC
4.2.5.1 Nilai total plate count (TPC)
Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah pertumbuhan mikroba,
aktivitas enzim dan perubahan kimia. Mikroba merupakan penyebab utama
kerusakan bahan pangan. Pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan akan
menyebabkan kerusakan dan kemunduran mutu. Kerusakan bahan pangan oleh
mikroba menyebabkan bahan pangan menjadi tidak layak untuk dikonsumsi dan
berbahaya bagi kesehatan. Kandungan TPC dalam udang rebus merupakan salah
satu parameter mikrobiologis untuk menentukan tingkat kemunduran mutu udang
rebus tersebut. Nilai TPC udang rebus yang dilapisi edible coating surimi selama
penyimpanan disajikan pada Gambar 20.
Gambar 20 Nilai TPC udang rebus yang dilapisi edible coating dari surimi selama
penyimpanan pada suhu 1-5oC. kontrol, pencelupan,
pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan-ditambah
secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang, pemasakan,pencelupan-ditambah secang, batasan SNI TPC.
Kandungan mikroorganisme pada udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi selama penyimpanan pada suhu 1-5 oC berkisar antara 3,1 x 102 – 2,9 x 109
unit koloni/gram. Nilai TPC terendah untuk semua perlakuan terjadi pada hari
ke-0 yaitu masing-masing sebesar 1,7 x 103
unit koloni/g, 3,1 x 102
unit koloni/g,
2,1 x 103 unit koloni/g, dan 4,6 x 102 unit koloni/g. Kandungan TPC pada hari
ke-0 tergolong sudah cukup tinggi. Hal ini menunjukkan telah adanya aktivitas
mikrobiologi pada udang rebus sejak awal penyimpanan. Berdasarkan Gambar 20
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
T P C ( L o g
k o
l o n
i / g r a m
)
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 20/36
62
nilai TPC udang rebus cenderung semakin meningkat dengan semakin lamanya
penyimpanan. Udang rebus yang tidak diberi edible coating mengalami
peningkatan mikroba yang sangat pesat dibandingkan dengan udang rebus yang
diberi edible coating surimi.
Hasil analisis ragam log TPC pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai TPC
udang rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan
edible coating yang ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata. Tahapan pencelupan pemasakan (RM) dengan pemasakan
pencelupan (MR) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata selama penyimpanan
pada suhu 1-5oC. Hal ini menunjukkan bahwa edible coating surimi memiliki
kemampuan untuk melindungi udang rebus dari kontaminasi mikroba, terutama
pada edible coating yang ditambah dengan ekstrak kayu secang.
Pelapisan edible coating surimi pada udang rebus memberikan pengaruh
yang berbeda-beda pada tiap perlakuan terhadap pertumbuhan mikrobanya. Udang
yang dilapisi edible coating surimi sebelum proses pemasakan mengalami
peningkatan jumlah mikroba lebih cepat dibandingkan dengan udang yang
mengalami proses pemasakan terlebih dahulu kemudian dilapisi oleh edible
coating surimi, baik yang ditambah ekstrak secang maupun yang tidak diberi
ekstrak secang. Hal ini disebabkan edible coating yang telah menyelimuti udang
segar sebelum pemasakan, pada proses pemasakan edible coating surimi tersebut
mengalami pengikisan dari daging udang karena adanya suhu pemasakan yang
tinggi. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan gel yang terbentuk pada edible
coating surimi menjadi rusak sehingga stabilitas edible coating surimi yangmenyelimuti udang rebus menjadi rusak. Pemanasan yang ditingkatkan hingga di
atas suhu 50oC menyebabkan struktur gel akan hancur (Suzuki 1981). Adanya
kerusakan struktur gel pada edible coating surimi, maka udang rebus menjadi
tidak terlindungi dengan sempurna oleh edible coating surimi. Hal ini
mengakibatkan mikroba menjadi lebih mudah mengkontaminasi udang rebus.
Semakin lama penyimpanan nilai TPC semakin tinggi, nilai TPC yang
semakin tinggi tersebut karena pada saat awal penyimpanan terdapat bakteri yang
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 21/36
63
telah mengkontaminasi udang rebus. Penyimpanan menyebabkan terjadi berbagai
perubahan kondisi lingkungan yang dapat menciptakan kondisi yang sesuai
dengan pertumbuhan bakteri. Bakteri anaerobik dapat tetap tumbuh walaupun
udang rebus dilapisi dengan edible coating, sehingga walaupun udang rebus
dilapisi edible coating pertumbuhan bakteri tetap terjadi tetapi berjalan dengan
lambat. Aktivitas enzim yang terdapat pada udang rebus selama penyimpanan
juga dapat menyebabkan terjadinya penguraian protein menjadi senyawa yang
lebih sederhana yang bersifat basa volatil. Senyawa tersebut merupakan media
yang baik untuk tempat tumbuhnya bakteri.
Pelapisan edible coating setelah udang mengalami proses pemasakan
terlebih dahulu, menunjukkan pertumbuhan mikroba yang relatif lambat selama
proses penyimpanan. Edible coating yang melindungi udang rebus, dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, karena selain untuk melindungi produk, edible
coating juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Riyanto (2006), pelapis edible dari isinglass mampu melindungi
udang masak dari kontaminasi mikroba. Hasil yang sama juga diperoleh pada
proses coating yang telah diteliti oleh Ouattara et al. (2002) pada precooked
shrimp dengan menggunakan edible coating base solution Longevitas ( Bio-
Envelop Technologies Inc.) yang dikombinasikan dengan irradiasi sinar gamma
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan pathogen, serta dapat
memperpanjang umur simpan dari 3 hari menjadi 10 hari.
Udang rebus yang dilapisi oleh edible coating surimi dengan penambahan
ekstrak secang, menunjukkan tingkat pertumbuhan bakteri yang paling lambat.
Hal ini disebabkan ekstrak secang mengandung zat anti mikroba. Ekstrak secang
selain memiliki pigmen merah, telah terbukti memiliki efek fungsional sebagaianti mikroba. Ekstrak kayu secang mengandung komponen antimikroba dengan
jenis 5- hydroxi-1,4-naptakuinon (Lim et al. 2007). Penggunaan edible coating
yang dikombinasikan dengan komponen bioaktif menghasilkan fungsi bahan
tambahan pangan dan dapat memperpanjang masa simpan produk yang mudah
mengalami kerusakan (highly perishable product ) (Falguera et al. 2011).
Standar nilai TPC untuk batas maksimum bakteri pada udang segar adalah
sebesar 105
unit koloni/gram (BSN 1992). Berdasarkan hal tersebut, maka udang
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 22/36
64
rebus yang tidak diberi edible coating (kontrol) masih memenuhi batas maksimum
hingga hari ke-2. Udang rebus yang diberi edible coating sebelum proses
pemasakan udang, baik yang ditambah ekstrak secang maupun tanpa ekstrak
secang dapat bertahan hingga penyimpanan hari ke-3. Udang rebus yang dilapisi
edible coating surimi tanpa ekstrak secang dapat bertahan hingga penyimpanan
hari ke-5 dan udang rebus yang dilapisi edible coating surimi dengan ditambah
ekstrak secang dapat bertahan hingga penyimpanan hari ke-6. Berdasarkan hasil
TPC tersebut, maka edible coating surimi dapat memperpanjang masa simpan
udang rebus yang disimpan pada suhu 1-5 oC.
4.2.5.2 Nilai total volatile base (TVB)Tingkat kesegaran ikan dapat ditentukan dengan pengukuran nilai Total
Volatile Base (TVB). Prinsipnya adalah menguapkan senyawa-senyawa basa
volatil seperti amonia, dimetilamin, trimetil amin yang terdapat dalam sampel.
Senyawa-senyawa basa volatil tersebut terbentuk karena adanya degradasi atau
deaminasi protein, peptida dan asam-asam amino oleh aktivitas bakteri (Food and
Agriculture Organization 1995).
Nilai TVB udang rebus cenderung semakin meningkat dengan semakin
lamanya penyimpanan. Udang rebus yang tidak diberi edible coating mengalami
peningkatan nilai TVB yang sangat pesat dibandingkan dengan udang rebus yang
diberi edible coating surimi. Nilai TVB udang rebus pada perlakuan pencelupan,
pemasakan-tanpa secang berkisar antara 5,39-51,32 mg N/100g, perlakuan
pencelupan, pemasakan-ditambah secang berkisar antara 5,29-46,48 mg N/100g,
perlakuan pemasakan, pencelupan-tanpa secang berkisar antara 5,43-19,45 mg
N/100g, dan perlakuan pemasakan, pencelupan-ditambah secang berkisar antara
5,36-16,83 mg N/100g. Nilai TVB udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi selama penyimpanan disajikan pada Gambar 21.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 23/36
65
Gambar 21 Nilai TVB udang rebus yang dilapisi edible coating dari surimi
selama penyimpanan pada suhu 1-5oC. Kontrol,
pencelupan, pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan
ditambah secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang,
pemasakan, pencelupan-ditambah secang, batasan nilai TVB
udang rebus yang dapat dikonsumsi.
Seiring dengan lama penyimpanan menyebabkan nilai TVB menjadi
semakin meningkat. Peningkatan nilai TVB selama penyimpanan akibat dari
degradasi protein dan derivatnya oleh mikroorganisme yang menghasilkan
sejumlah basa yang mudah menguap seperti amoniak, trimetilamin dan senyawa
biogenik amin lainnya. Kenaikan nilai TVB disebabkan oleh aktivitas bakteri dan
aktivitas enzimatis (Ozogul F dan Ozogul Y 2000). Awal penyimpanan, nilai TVB
dapat terdeteksi walaupun jumlah mikroorganisme masih sedikit. Hal ini terjadi
karena produksi amonia oleh enzim dalam jaringan lebih tinggi dibandingkan
dengan yang dihasilkan oleh bakteri (Alvarez 2009). Menjelang hari terakhir
penyimpanan nilai TVB mengalami peningkatan yang lebih cepat, hal ini terjadi
sebagai akibat dari pertumbuhan mikroba yang semakin cepat yang terlibat dalam
produksi basa volatil (Caballero et al. 2000).
Hasil analisis ragam nilai TVB pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai TVB
udang rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 1 2 3 4 5 6 7 8
T V B ( m g N
/ 1 0 0 g
)
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 24/36
66
edible coating yang ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata. Tahapan pencelupan pemasakan (RM) dengan pemasakan
pencelupan (MR) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata selama penyimpanan
pada suhu 1-5 oC. Hal ini menunjukkan bahwa edible coating surimi memiliki
kemampuan untuk mempertahankan mutu udang rebus selama penyimpanan.
Laju kenaikan TVB dapat ditekan pada udang rebus yang diberi edible
coating surimi setelah melalui proses pemasakan udang terlebih dahulu.
Peningkatan nilai TVB berlangsung dengan lambat pada perlakuan pemasakan
pencelupan dibandingkan pada perlakuan pencelupan pemasakan. Hal ini terjadi
karena edible coating surimi mampu melindungi udang rebus dengan sempurna.
Terlindunginya udang rebus oleh edible coating surimi menyebabkan kontaminasi
mikroba dapat dikurangi, dengan demikian edible coating surimi mampu
menghambat proses perombakan protein baik secara autolisis maupun secara
mikrobiologis yang akan menghasilkan senyawa-senyawa nitrogen yang lebih
sederhana, diantaranya yaitu asam amino bebas dan basa nitrogen yang menguap.
Nilai TVB dapat dibagi menjadi empat kriteria. Nilai TVB kurang dari
10 mg N/100g dapat dikatakan sangat segar, 10-20 mg N/100g dikatakan segar,
20-30 mg N/100g dikatakan masih dapat dikonsumsi, dan lebih dari 30 mg
N/100g dikatakan tidak dapat dikonsumsi (Farber 1965). Berdasarkan ketentuan
tersebut, maka udang rebus tanpa edible coating (kontrol) hanya dapat bertahan
hingga hari ke-3, untuk udang rebus yang dilapisi edible coating sebelum proses
pemasakan, mampu bertahan hingga hari ke-5, sedangkan udang rebus yang diberi
edible coating surimi baik dengan penambahan secang maupun tanpa secang
mampu bertahan hingga akhir penyimpanan. Edible coating mampu menghambat
pertumbuhan mikroba, kemampuan tersebut secara langsung akan mempengaruhiproduksi TVB sehingga berkurang dan mampu mempertahankan mutu udang
rebus selama penyimpanan.
4.2.5.3 Warna
Pengukuran warna dilakukan secara objektif dengan menggunakan alat
chromometer CR200 dengan sistem notasi Hunter (L*a*b*). Tingkat pewarnaan
ditunjukkan dengan notasi L*, a* dan b*. Notasi L* merupakan parameter
kecerahan, menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih,
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 25/36
67
abu-abu dan hitam. Nilai L* berkisar antara 0 hingga 100 (hitam-putih). Notasi a*
merupakan warna kromatik gradasi merah hijau dengan nilai positif (+) dari 0
hingga 80 untuk warna merah dan negatif (-) dari niali 0 hingga -80 untuk warna
hijau. Notasi b* merupakan kromatik grdasi kuning biru, dengan nilai positif (+)
dari 0 hingga 70 untuk warna kuning dan negatif (-) dari niali 0 hingga -80 untuk
warna biru. Pengamatan terhadap stabilitas warna udang rebus yang dilapisi edible
coating surimi dilakukan setiap hari. Proses penyimpanan mengakibatkan
terjadinya perubahan warna udang rebus. Warna udang rebus yang dilapisi edible
coating surimi dengan tahapan proses pemasakan pencelupan (MR) relatif lebih
stabil dibandingkan dengan udang rebus yang dilapisi edible coating sebelum
pemasakan (RM). Nilai L*, a* dan b* udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi selama penyimpanan disajikan pada Gambar 22, 23, dan 24.
Gambar 22 Nilai L* udang rebus yang dilapisi edible coating dari surimi selama
penyimpanan pada suhu 1-5
o
C. kontrol, pencelupan,pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan-ditambah
secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang, pemasakan,
pencelupan.
Berdasarkan Gambar 22 nilai L* udang rebus cenderung semakin menurun
dengan semakin lamanya penyimpanan. Udang rebus yang tidak diberi edible
coating surimi mengalami penurunan nilai L* yang sangat pesat dibandingkan
dengan udang rebus yang diberi edible coating surimi. Nilai L* udang rebus pada
perlakuan pencelupan pemasakan-tanpa secang berkisar antara 61,71 hingga
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 1 2 3 4 5 6 7 8
N
i l a i L *
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 26/36
68
76,65, perlakuan pencelupan pemasakan-ditambah secang berkisar antara 62,26
hingga 76,28, perlakuan pemasakan pencelupan-tanpa secang berkisar antara
72,13 hingga 77,86, dan perlakuan pemasakan pencelupan-ditambah secang
berkisar antara 70,04 hingga 77,24. Seiring dengan lama penyimpanan
menyebabkan nilai L* menjadi semakin menurun.
Hasil analisis ragam nilai L* pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai L* udang
rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan edible
coating yang ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata. Tahapan pencelupan pemasakan (RM) dengan pemasakan pencelupan
(MR) juga menunjukkan adanya pengaruh yang nyata selama penyimpanan. Hal
ini menunjukkan bahwa edible coating surimi memiliki kemampuan untuk
mempertahankan kecerahan udang rebus selama penyimpanan.
Gambar 23 Nilai a* udang rebus yang dilapisi edible coating dari surimi selama
penyimpanan pada suhu 1-5 oC. kontrol, pencelupan,
pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan-ditambah
secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang, pemasakan,
pencelupan-ditambah secang.
Nilai a* udang rebus cenderung semakin menurun dengan semakin
lamanya penyimpanan pada Gambar 23. Udang rebus yang tidak diberi edible
coating mengalami penurunan nilai a* yang sangat pesat dibandingkan dengan
udang rebus yang diberi edible coating surimi. Nilai a* udang rebus pada
0
5
10
15
20
25
0 1 2 3 4 5 6 7 8
N i l a i a *
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 27/36
69
perlakuan pencelupan pemasakan-tanpa secang berkisar antara 9,36 hingga 14,79,
perlakuan pencelupan pemasakan-ditambah secang berkisar antara 10,31 hingga
15,45, perlakuan pemasakan pencelupan-tanpa secang berkisar antara 14,85
hingga 18,36, dan perlakuan pemasakan pencelupan-ditambah secang berkisar
antara 17,74 hingga 19,62. Seiring dengan lama penyimpanan menyebabkan nilai
a* menjadi semakin menurun.
Hasil analisis ragam nilai a* pada Lampiran 8 menunjukkan pemberian
edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama penyimpanan
memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai a* udang rebus. Uji
lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan edible coating yang
ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya pengaruh yang nyata.
Tahapan pencelupan pemasakan (RM) dengan pemasakan pencelupan (MR) juga
menunjukkan adanya pengaruh yang nyata selama penyimpanan. Hal ini
menunjukkan bahwa edible coating surimi memiliki kemampuan untuk
mempertahankan warna merah udang rebus selama penyimpanan.
Gambar 24 Nilai b* udang rebus yang dilapisi edible coating dari surimi selama
penyimpanan pada suhu 1-5oC. kontrol, pencelupan,
pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan-ditambah
secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang, pemasakan,
pencelupan-ditambah secang.
Nilai b* udang rebus cenderung semakin menurun dengan semakin
lamanya penyimpanan berdasarkan Gambar 24 di atas. Udang rebus yang tidak
diberi edible coating mengalami penurunan nilai b* yang sangat pesat
0
10
20
30
40
50
60
70
0 1 2 3 4 5 6 7 8
N i l a i b *
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 28/36
70
dibandingkan dengan udang rebus yang diberi edible coating surimi. Nilai b*
udang rebus pada perlakuan pencelupan pemakasakan-tanpa secang berkisar
antara 42,85 hingga 51,56, perlakuan pencelupan pemasakan-ditambah secang
berkisar antara 39,17 hingga 47,84, perlakuan pemasakan pencelupan-tanpa
secang berkisar antara 52,16 hingga 57,58, dan perlakuan pemasakan pencelupan-
ditambah secang berkisar antara 53,63 hingga 56,74. Seiring dengan lama
penyimpanan menyebabkan nilai b* menjadi semakin menurun.
Hasil analisis ragam nilai b* pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai b* udang
rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan edible
coating yang ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata. Tahapan pencelupan pemasakan (RM) dengan pemasakan pencelupan
(MR) juga menunjukkan adanya pengaruh yang nyata selama penyimpanan. Hal
ini menunjukkan bahwa edible coating surimi memiliki kemampuan untuk
mempertahankan warna kuning udang rebus selama penyimpanan.
Berdasarkan nilai L*, a*, dan b* udang rebus yang dilapisi edible coating
surimi selama penyimpanan cenderung mengalami penurunan. Nilai L*, a* dan b*
mengalami penurunan karena selama proses penyimpanan udang rebus terjadi
oksidasi lemak yang menyebabkan warna semakin menurun. Oksidasi astaxanthin
selama penyimpanan udang menyebabkan memudarnya warna astaxanthin merah
dan kuning. Perubahan warna pada udang rebus juga terjadi karena isomerasi
astaxanthin yang terjadi secara simultan dengan oksidasi astaxanthin, sehingga
menyebabkan hilangnya warna yang dominan (merah dan kuning) yang terdapat
dalam karotenoid. Penurunan warna merah dan kuning udang rebus berhubungandengan hilangnya astaxanthin selama penyimpanan (Niamnuy et al. 2008).
Nilai L*, a*, dan b* pada perlakuan pencelupan sebelum pemasakan
memiliki nilai di bawah perlakuan pencelupan setelah pemasakan. Udang rebus
yang tidak diberi edible coating surimi (kontrol) memiliki nilai yang terendah
dibandingkan dengan semua perlakuan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
oksidasi lemak dan astaxanthin yang berlangsung lebih cepat sebagai akibat dari
tidak terlindunginya permukaan udang rebus. Pelapisan udang rebus oleh edible
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 29/36
71
coating surimi dapat mempengaruhi terhadap kandungan oksigen yang terdapat
pada produk. Udang rebus yang terlindungi oleh edible coating surimi dengan
sempurna dapat mengurangi kontak dengan oksigen sehingga proses oksidasi
menjadi terhambat. Edible coating surimi mampu menghambat terjadinya oksidasi
lemak dan astaxanthin, sehingga perubahan warna berlangsung dengan lambat.
Terutama pada udang rebus yang dilapisi edible coating dengan penambahan
ekstrak secang, mampu menghambat terjadinya oksidasi karena selain berperan
sebagai pewarna alami secang juga berperan sebagai antioksidan. Pewarna alami
selain berfungsi untuk mewarnai produk juga memiliki fungsi flavor, antioksidan,
anti mikroba dan fungsi-fungsi lainnya (Winarno 2008).
Warna merah pada udang merupakan atribut sensori yang mempengaruhi
terhadap kualitas dan penerimaan produk pangan. Ekstrak secang yang
ditambahkan pada edible coating mampu mempertahankan warna udang rebus
dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna yang terjadi pada
perlakuan pemasakan, pencelupan-ditambah secang yang berlangsung dengan
lambat. Pengukuran nilai warna merah yang dilakukan dengan menggunakan
chromameter, menunjukkan hasil plot nilai a* berada pada kisaran warna merah
yaitu dilihat dari nilai a* positif yang menunjukkan kecenderungan warna merah.
Berdasarkan pengamatan warna merah pada udang rebus, terlihat jelas
bahwa udang rebus yang diberi edible coating surimi dengan ekstrak secang,
dengan tahapan proses pemasakan pencelupan memiliki warna merah yang paling
tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Warna merah ini kemungkinan besar
merupakan peran dari brazilein. Terjadinya warna merah disebabkan oleh
terbentuknya brazilein (Kim et al. 1997). Brazilein juga memiliki aktivitas
antioksidan selain dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami,. Minuman berbasiskayu secang yang mengandung brazilein memiliki aktivitas antioksidan yang
cukup tinggi Yingming (2004). Aktivitas antioksidan tertinggi pada ekstrak
secang yaitu pada konsentrasi 25 mg/10 ml (Weningtyas 2009). Kondisi keasaman
atau pH sangat mempengaruhi stabilitas warna pigmen brazilein, pada pH 6-7
berwarna merah (Adawiyah dan Indriati 2003). Suhu dan pemanasan, sinar
ultraviolet, adanya oksidator dan reduktor serta penambahan metal mempengaruhi
stabilitas dan mengakibatkan terjadinya degradasi pada pigmen brazilein. Aplikasi
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 30/36
72
edible coating dan secang pada udang rebus dapat melindungi produk dari
perubahan mutu dan mampu memperpanjang masa simpan udang rebus
4.2.5.4 Nilai pH
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu kondisi lingkungan pada
setiap mikroorganisme dimana masih memungkinkan untuk tumbuh. Umumnya
setiap mikroorganisme memiliki kisaran pH optimum untuk pertumbuhannya. pH
optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri berkisar antara 6,5 dan 7,5
(Winarno 2008). Nilai pH udang rebus yang dilapisi edible coating surimi selama
penyimpanan disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25 Nilai pH udang masak yang dilapisi edible coating dari surimi selama
penyimpanan pada suhu 1-5oC. kontrol, pencelupan,
pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan-ditambah
secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang, pemasakan,pencelupan-ditambah secang.
Nilai pH udang rebus cenderung semakin meningkat dengan semakin
lamanya penyimpanan. Udang rebus yang tidak diberi edible coating mengalami
peningkatan nilai pH yang sangat pesat dibandingkan dengan udang rebus yang
diberi edible coating surimi. Nilai pH udang rebus pada perlakuan pencelupan
pemasakan-tanpa secang berkisar antara 7,1-7,39, perlakuan pencelupan
pemasakan-ditambah secang berkisar antara 7,08-7,35, perlakuan pemasakan
pencelupan-tanpa secang berkisar antara 7,02-7,23, dan perlakuan pemasakan
6,8
6,9
7
7,1
7,2
7,3
7,4
7,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8
N i l a i p
H
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 31/36
73
pencelupan-ditambah secang berkisar antara7,03-7,20. Seiring dengan lama
penyimpanan menyebabkan nilai pH menjadi semakin meningkat. Peningkatan
nilai pH selama penyimpanan akibat dari degradasi protein dan derivatnya oleh
mikroorganisme yang menghasilkan sejumlah basa yang mudah menguap seperti
amoniak, trimetilamin dan senyawa biogenik amin lainnya.
Hasil analisis ragam nilai pH pada Lampiran 10 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai pH udang
rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan edible
coating yang ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata. Tahapan pelapisan pemasakan (RM) dengan pemasakan pelapisan
(MR) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata selama penyimpanan pada suhu
1-5oC. Uji lanjut Tukey untuk penyimpanan, menunjukkan bahwa penyimpanan
hari ke-0 dan ke-1 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai pH,
sedangkan pada penyimpanan hari ke-2 hingga akhir penyimpanan menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata. Selama proses penyimpanan udang rebus, nilai pH
mengalami peningkatan. Peningkatan nilai pH pada udang rebus yang dilapisi
edible coating setelah proses pemasakan menunjukkan peningkatan nilai pH yang
lebih lambat dibandingkan dengan udang rebus yang dilapisi edible coating
sebelum proses pemasakan.
Derajat keasaman atau pH mempengaruhi kekuatan gel surimi yang
membentuk edible coating. Kekuatan gel tinggi apabila pH berkisar antara 6-7
karena protein miosin mudah larut pada pH tersebut. Diluar kisaran pH tersebut
baik asam atau basa, kekuatan gel akan lebih rendah atau turun. Nilai pH lebih
dari 7 dapat melemahkan gel karena terjadi hidrasi protein, sedangkan pH kurangdari 6 menyebabkan ketidakstabilan protein miofibril dalam daging dan
mengindikasikan penurunan kemampuan pembentukan gel (Suzuki 1981).
Berdasarkan hal tersebut, udang rebus yang dilapisi edible coating setelah proses
pemasakan menunjukkan peningkatan nilai pH yang lebih lambat karena udang
rebus terlindungi edible coating surimi dengan gel yang stabil, sehingga proses
degradasi protein menjadi lambat. Degradasi protein akan menghasilkan senyawa-
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 32/36
74
senyawa nitrogen yang lebih sederhana, diantaranya adalah basa-basa nitrogen
yang menguap, yaitu trimetilamin, dimetilamin, dan amonia (Howgate 2010).
4.2.5.5 Kadar airAir merupakan komponen utama dalam bahan pangan. Kandungan air
dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability , kesegaran dan daya tahan
bahan makanan tersebut (Winarno 2008). Kadar air produk berhubungan erat
dengan kelembaban ruang penyimpanan. Transfer kelembaban menjadi suatu
faktor yang sangat penting yang secara serius mempengaruhi terhadap kualitas,
stabilitas, dan keamanan selama penyimpanan pada udang (Kanatt et al. 2006).
Kadar air udang rebus yang dilapisi edible coating surimi selama penyimpanan
disajikan pada Gambar 26.
Gambar 26 Kadar air udang rebus yang dilapisi edible coating dari surimi selamapenyimpanan pada suhu 1-5 oC. kontrol, pencelupan,
pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan-ditambah
secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang, pemasakan,pencelupan-ditambah secang.
Kadar air udang rebus cenderung semakin menurun dengan semakin
lamanya penyimpanan, hal ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 26. Udang
rebus yang tidak diberi edible coating mengalami penurunan kadar air yang cukup
tajam dibandingkan dengan udang rebus yang diberi edible coating surimi. Kadar
air udang rebus pada perlakuan pencelupan pemasakan-tanpa secang berkisar
antara 65,48% hingga 68,56%, perlakuan pencelupan pemasakan-ditambah secang
63
64
65
66
67
68
69
0 1 2 3 4 5 6 7 8
K a d a r a i r
( % )
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 33/36
75
berkisar antara 65,56% hingga 68,35, perlakuan pemasakan pencelupan-tanpa
secang berkisar antara 66,32% hingga 68,47%, dan perlakuan pemasakan
pencelupan-ditambah secang berkisar antara66,47% hingga 68,32%.
Hasil analisis ragam kadar air pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap kadar air
udang rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan
edible coating yang ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata.
Kadar air udang rebus cenderung menurun pada setiap perlakuan selama
penyimpanan. Penurunan kadar air pada udang rebus selama penyimpanan
disebabkan oleh hilangnya sebagian air produk karena dehidrasi pada suhu ruang
penyimpanan. Penurunan kadar air pada udang rebus yang dilapisi edible coating
setelah proses pemasakan memiliki kandungan air yang lebih tinggi selama
penyimpanan dibandingkan perlakuan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
edible coating surimi yang menyelimuti permukaan udang rebus mampu
menghambat hilangnya uap air dari udang rebus selama proses penyimpanan.
Relatif tingginya kadar air udang rebus yang dilapisi edible coating disebabkan
oleh kemampuan edible coating dalam menghambat laju transmisi uap air
(Julikartika 2003). Edible coating berfungsi sebagai pembatas (barrier )
kelembaban, oksigen, flavor, aroma dan atau minyak untuk memperbaiki kualitas
pangan, selain itu dapat memberikan perlindungan mekanis pada pangan,
mengurangi kerusakan dan memperbaiki keutuhan pangan (Krochta 2002).
4.2.5.6 Nilai aktivitas air (aw)
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan nilai aw yaitu
jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya (Winarno 2008). Nilai aw udang rebus yang dilapisi edible
coating surimi selama penyimpanan disajikan pada Gambar 27.
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 34/36
76
Gambar 27 Nilai aktivitas air (aw) udang rebus yang dilapisi edible
coating dari surimi selama penyimpanan pada suhu 1-5oC.
kontrol, pencelupan, pemasakan-tanpa secang, pencelupan,
pemasakan-ditambah secang, pemasakan, pencelupan-tanpa
secang, pemasakan, pencelupan-ditambah secang.
Berdasarkan Gambar 27 nilai aw udang rebus cenderung semakin menurun
dengan semakin lamanya penyimpanan. Udang rebus yang tidak diberi edible
coating dan udang rebus yang diberi edible coating sebelum proses pemasakan
mengalami penurunan nilai aw yang cukup tajam dibandingkan dengan udang
rebus yang diberi edible coating surimi setelah proses pemasakan. Nilai aw udang
rebus pada perlakuan pencelupan pemasakan-tanpa secang berkisar antara 0,877
hingga 0,957, perlakuan pencelupan pemasakan-ditambah secang berkisar antara
0,892 hingga 0,956, perlakuan pemasakan pencelupan-tanpa secang berkisar
antara 0,921 hingga 0,942, dan perlakuan pemasakan pencelupan-ditambah secang
berkisar antara 0,927 hingga 0,940.
Hasil analisis ragam nilai aw pada Lampiran 12 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai aw udang
rebus. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan edible
coating yang ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata.
0,8
0,82
0,84
0,86
0,88
0,90,92
0,94
0,96
0,98
0 1 2 3 4 5 6 7 8
N i l a i a w
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 35/36
77
Proses penyimpanan udang rebus menyebabkan nilai aw menjadi semakin
menurun. Hal ini disebabkan oleh hilangnya sebagaian air produk karena
terjadinya dehidrasi selama penyimpanan. Nilai aw udang rebus yang dilapisi
edible coating setelah proses pemasakan mengalami penurunan yang sangat
lambat, bahkan cenderung stagnan hingga akhir penyimpanan. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa edible coating surimi memiliki kemampuan melindungi
udang rebus dari dehidrasi selama penyimpanan. Selama penyimpanan,
kandungan air dalam bahan pangan dapat berubah akibat perbedaan kelembaban
dengan lingkungan. Apabila bahan pangan disimpan pada tempat yang lebih
lembab, maka bahan pangan tersebut akan menyerap air. Sebaliknya, bila
disimpan pada ruang yang lebih kering, maka akan menguapkan sebagian airnya
(Syarief dan Halid 1992).
4.2.5.7 Nilai water holding capacity (WHC)
Water Holding Capacity (WHC) atau daya ikat air adalah kemampuan
daging untuk mengikat air, baik yang berasal dari daging itu sendiri maupun yang
berasal dari luar. Prinsip penghitungan WHC adalah dengan menghitung luasan
air bebas yang berbanding terbalik dengan WHC (Faridah et al. 2006). Nilai
WHC udang rebus yang dilapisi edible coating surimi selama penyimpanan
disajikan pada Gambar 28.
Gambar 28 Nilai WHC (%) udang rebus yang dilapisi edible coating dari surimi
selama penyimpanan pada suhu 1-5oC. kontrol, pencelupan,
pemasakan-tanpa secang, pencelupan, pemasakan-ditambah
secang, pemasakan, pencelupan-tanpa secang, pemasakan,pencelupan-ditambah secang.
60
62
64
66
68
70
72
74
0 1 2 3 4 5 6 7 8
W H C ( % )
Waktu penyimpanan (Hari)
5/13/2018 BAB IV Hasil Dan Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-hasil-dan-pembahasan-55a75005f1e3e 36/36
78
Nilai WHC udang rebus cenderung semakin menurun dengan semakin
lamanya penyimpanan, seperti ditunjukkan pada Gambar 28. Udang rebus yang
tidak diberi edible coating dan udang rebus yang diberi edible coating sebelum
proses pemasakan mengalami penurunan nilai WHC yang cukup tajam
dibandingkan dengan udang rebus yang diberi edible coating surimi setelah proses
pemasakan. Nilai WHC udang rebus pada perlakuan pencelupan pemasakan-tanpa
secang berkisar antara 65,35% hingga 72,08%, perlakuan pencelupan pemasakan-
ditambah secang berkisar antara 66,56% hingga 72,45%, perlakuan pemasakan
pencelupan-tanpa secang berkisar antara 68,28% hingga 72,98%, dan perlakuan
pemasakan pencelupan-ditambah secang berkisar antara 69,53% hingga 73,18%.Hasil analisis ragam nilai WHC pada Lampiran 13 menunjukkan bahwa
pemberian edible coating dari surimi terhadap udang rebus dan lama
penyimpanan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai WHC udang rebus. Uji
lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara udang rebus dengan edible coating yang
ditambah secang dan tanpa secang menunjukkan adanya pengaruh yang nyata.
Interaksi antara penyimpanan juga menunjukkan pengaruh yang nyata.
Penyimpanan udang rebus menyebabkan kadar WHC menjadi semakin
turun. Penurunan kadar WHC sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan
protein untuk mengikat air pada bahan, sehingga air tersebut menjadi bebas.
Perlakuan udang rebus yang diberi edible coating sebelum proses pemasakan
menunjukkan penurunan yang cukup cepat, hal ini terjadi sebagai akibat telah
terjadinya kerusakan yang cepat dalam udang rebus, sehingga menyebabkan
menurunnya kemampuan protein udang rebus dalam mengikat air. Lemak akan
mengalami kerusakan selama penyimpanan berupa hidrolisis sehingga
menghasilkan asam-asam lemak dan pH daging menurun mencapai kisaran pH
isoelektrik aktomiosin dan menyebabkan daya ikat air menurun (Wahyuni 1992).
Udang rebus yang diberi edible coating setelah proses pemasakan memperlihatkan
penurunan nilai WHC yang lambat, terutama pada udang rebus yang dilapisi
edible coating dengan penambahan ekstrak secang. Hal ini menunjukkan bahwa
edible coating surimi mampu menghambat perubahan proses kimia pada udang
rebus selama penyimpanan pada suhu 1-5oC, sehingga daya ikat air dapat
dipertahankan dengan baik.