BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra...
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal)
Pada kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran IPA yang
berlangsung. Pengamatan yang dilakukan mendasarkan pada lembar observasi yang
telah disediakan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap siswa
tentang rasa keingin-tahuannya, keterbukaan terhadap pengalaman dan mau
menerima resiko. Oleh karena pada kondisi pra siklus ini, belum ada tindakan yang
diberikan maka pengamatan terhadap rasa keingin-tahuan siswa, diamati dari respon
siswa terhadap apa yang diberikan oleh guru baik guru menjelaskan materi maupun guru
memberi tugas, seperti adanya pertanyaan dari siswa kepada guru, kesediaan siswa
mencatat penjelasan guru tanpa diminta guru, kesediaan siswa mengerjakan tugas dari
guru. Sedangkan pengamatan terhadap keterbukaan terhadap pengalaman melalui
adanya tanggapan siswa atas penjelasan guru dan berani menerima resiko diamati
melalui kesediaan menjawab pertanyaan guru. Pengamatan tersebut tetap dilakukan
meskipun pembelajaran yang terjadi tanpa ada tindakan yakni menggunakan model
pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan menyampaikan materi.
Pembelajaran berlangsung secara konvensional, artinya pembelajaran berpusat
pada guru. Target guru adalah menyampaikan materi sampai selesai, sedangkan siswa
mendengarkan penjelasan guru. Seluruh waktu didominasi oleh guru. Hanya sesekali
saja, guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pembelajaran berjalan dari atas ke
bawah (dari guru ke siswa) atau dengan kata lain komunikaksi searah, yang
menyebabkan interaksi antara siswa dan guru menjadi terbatas.
Dalam pembelajaran seperti ini, kreativitas siswa tidak dipacu untuk
dikembangkan, sehingga siswa seperti dianggap benda mati yang tidak dapat
menimbulkan inisitif dan mengembangkan kreativitasnya. Apalagi apabila guru tidak
dapat mengajar di kelas, siswa diberi tugas untuk dikerjakan. Siswa belajar sendiri di
dalam kelas, jarang sekali guru mendampingi siswa, ditambah lagi tanpa ada contoh
penyelesaian permasalahan. Kondisi belajar seperti ini, berdasarkan pengamatan di
38
lapangan menunjukkan bahwa ada kreativitas dari siswa, namun persentasenya kecil
yakni sebesar 10 %. Secara rinci hal ini dijelaskan melalui tabel 4.1 tentang distribusi
kreativitas belajar siswa berikut ini.
Tabel 4.1 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Pada Kondisi Prasiklus
Ketersediaan Kreativitas
Aspek Kreativitas
1. Rasa ingin tahu
2.Keterbukaan terhadap
pengalaman
3. Mau menerima resiko
F % F % F %
Ada 2 10 2 10 2 10
Tidak Ada. 18 90 18 90 18 90
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Berdasarkan hasil penelitian pada pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri
Tumbrep 02 Bandar Batang, sebelum dilaksanakan penelitian pada awal semester 2
Tahun Pelajaran 2011/2012, kreativitas siswa diamati dengan ada tidaknya kreativitas
siswa yang meliputi aspek rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman dan mau
menerima resiko adalah hanya ada 2 siswa (10 %) dari seluruh siswa yang ada yang
berani mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang tidak diketahuinya atau
tidak jelas (aspek ingin tahu). Dalam hal ini, siswa yang lain diam saja. Sedangkan aspek
keterbukaan terhadap pengalaman yang nampak pada tanggapan siswa terhadap
pertanyaan guru atau respon siswa terhadap penjelasan guru, hanya ditunjukkan oleh 2
orang saja (10 %). Begitu juga aspek toleransi terhadap resiko yakni keberanian dalam
menjawab pertanyaan guru, juga ditunjukkan oleh 2 orang saja atau 10 % dari seluruh
siswa yang ada.
Distribusi kreativitas belajar siswa tersebut di atas, apabila di gambar melalui
diagram ditunjukkan melalui gambar 4.1 di bawah ini. Nampak jelas sekali, tingkat
kreativitas belajar siswa yang dapat dicapai melalui pembelajaran konvensional dengan
metode pembelajaran ceramah, yang sangat rendah. Kreativitas siswa tidak dapat
dikembangkan melalui penggunaan ceramah penuh oleh guru. Pendekatan
pembelajaran inkuiri tidak dilaksanakan dalam pra siklus.
39
Gambar 4.1 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Pada Kondisi Prasiklus
4.2 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 1
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang diberikan dalam siklus 1 terdiri dari 3 tahapan yaitu;
1) perencanaan tindakan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan
(observation), dan 3) refleksi (reflection). Dalam perencanaan pembelajaran telah
didesain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang dilakukan dalam
siklus 1 adalah:
1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa berupa menyiapkan materi pelajaran
dengan diawali berdoa, mengabsen siswa dan membentuk kelompok terdiri 4
siswa.
2. Guru merumuskan tujuan pembelajaran.
3. Menyiapkan masalah materi pelajaran yang akan dipecahkan. Materi yang akan
dipecahkan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
4. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (contoh pengaruh angin terhadap
gerak benda )
40
5. Menyiapkan RPP. RPP dirancang dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
berlangsung 70 menit (2 X 35 menit). Dalam RPP terdapat 2 lembar kerja siswa
(LKS), butir soal tes formatif 1, yang semuanya disajikan dalam lampiran 1.
6. Membuat lembar observasi kreativitas siswa untuk melihat kondisi pembelajaran di
kelas, disajikan dalam lampiran 2.
7. Membuat lembar evaluasi untuk melihat hasil belajar yang dilakukan.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah tersusun dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan mengembangkan kreativitas
siswa, yaitu:
1. Membuka pelajaran
Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, dengan diawali
mengucapkan salam, mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran,
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.
2. Apersepsi
Pada tahap ini guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati gerak ranting
pohon. Guru memberi skor kepada siswa yang mengamati pohon.
Guru menanyakan kepada siswa, apa yang menyebabkan ranting pohon bergerak.
Guru memberi skor kepada siswa yang menemukan penyebab gerak ranting.
Kemudian guru menanyakan gerak benda apa saja yang dipengaruhi oleh angin.
Guru memberi skor kepada siswa yang mengetahui pengaruh energi angina
terhadap gerak ranting.
3. Pembentukan kelompok
Pada tahap ini siswa membentuk kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
Dalam kelompok, siswa diminta untuk merumuskan permasalahan yang terkait
dengan energy angin. Guru memberi skor kepada siswa yang dapat merumuskan
apakah energi angin dapat menyebabkan gerak benda.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk menentukan alat dan bahan untuk membuat
baling-baling dari kertas. Bagi kelompok yang telah selesai dalam menentukan alat
dan bahan diberi skor. Guru meminta siswa untuk membuat baling-baling. Siswa
41
membuat baling-baling dan bekerja sama dalam kelompok. Siswa yang telah
selesai baling-balingnya, diberi skor oleh guru.
4. Penemuan
Siswa menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya
sekelas dengan mendemonstrasikan cara kerja baling-baling, siswa yang lain diberi
kesempatan untuk menanggapi. Guru memberi skor kepada siswa yang paparan
dan memberi tanggapan.
5. Membuat kesimpulan
Siswa secara bersama-sama dalam kelas membuat kesimpulan dan diberi skor
oleh guru.
Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh observer. Observer
dalam penelitian dilakukan oleh teman sejawat.
Hasil penelitian menunjukkan adanya distribusi kreativitas belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri yang dapat ditunjukkan melalui
tabel. 4.2 di bawah ini
Tabel. 4.2 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 1
Ketersediaan Kreativitas
Aspek Kreativitas
1. Rasa ingin tahu
2.Keterbukaan terhadap
pengalaman
3. Mau menerima resiko
F % F % F %
Ada 16 80 15 75 17 85
Tidak Ada. 4 20 5 25 3 15
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan adanya kenaikan kreativitas belajar siswa
dalam pembelajaran inkuiri dibandingkan pada pembelajaran pra siklus, yakni rasa ingin
tahu mencapai 80 %, keterbukaan terhadap pengalaman mencapai 75 % dan mau
menerima resiko 85 %. Rasa ingin tahu tersebut nampak melalui indikator siswa
menyimak pohon, siswa menemukan penyebab gerak ranting, siswa mengetahui
pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dan siswa dapat merumuskan
masalah angin dan gerak. Ternyata jika siswa melakukan pengamatan sendiri, maka
42
aktivitas yang diminta oleh guru dapat dilakukannya dengan baik, dan nampak rasa
keingin-tahuan terhadap gerak benda dan angin sangat besar. Begitu pula toleransi
terhadap resiko nampak pada keberanian siswa dalam menentukan alat dan bahan
untuk membuat baling-baling dan keberanian siswa untuk membuat baling-baling.
Keadaan ini, terbukti bahwa siswa juga dapat bekerja bersama dengan kelompoknya.
Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, nampak pada keberanian siswa
untuk mendemonstrasikan baling-baling dan mendiskripsikannya serta keberanian
untuk membuat kesimpulan. Jadi aktivitas yang diberikan kepada siswa, dapat
memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya melalui pendekatan
pembelajaran inkuiri. Untuk itu, lebih jelas lagi, deskripsi kreativitas pada siklus 1 ini
ditunjukkan melalui gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 1
4.2.3 Refleksi Siklus 1
Berdasarkan hasil observasi implementasi RPP menunjukkan adanya peningkatan
kreativitas belajar, namun belum maksimal karena belum dapat mencapai skor yang
diharapkan diharapkan. Ada beberapa penyebab kenaikan kreativitas belajar IPA
siswa kelas IV SD pada siklus 1, meskipun telah menggunakan pendekatan
pembelajaran inkuiri, antara lain:
1. Guru kurang mengorganisasi kelas dan ketika siswa belajar secara berkelompok
tanpa ada bimbingan dari guru.
43
2. Guru terlalu cepat menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Guru sudah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran namun belum optimal .
4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5. Belum adanya diskusi antara siswa dan guru.
Kekurangan-kekurangan tersebut diperbaiki dalam siklus 2. yakni:
1. Guru harus dapat mengorganisasi kelas dengan baik.
2. Kegiatan belajar siswa ada pendampingan dari guru
3. Guru memberikan penjelasan dengan baik
4. Guru menggunakan alat peraga yang maksimal, memberikan penguatan dalam
pembelajaran
5. Guru memberikan pengarahan dengan berdiskusi dengan siswa
6. Guru memberikan penghargaan dalam pembelajaran.
Refleksi dari hasil kreativitas menunjukkan peningkatan yang signifikan disbanding
dengan adanya kreativitas pada pra siklus. Kenaikan itu secara rata-rata mencapai 70
% dari seluruh siswa yang ada, berarti menyangkut 14 siswa dari 20 siswa yang ada.
Kenaikan kreativitas yang sungguh bermakna. Oleh karena itu, dalam siklus ke 2
diadakan pemantapan terhadap pelaksanaan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan
mengembangkan kreativitas siswa, agar siswa dapat menemukan sendiri.
4.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 2
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Dalam siklus 2 ini terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung 70
menit (2 X 35 menit). Perencanaan yang dilakukan seperti pada perencanaan siklus 1,
namun untuk merencanakan bentuk kegiatan dalam pemberian tindakan mendasarkan
pada hasil refleksi siklus 1 yakni RPP dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
inkuiri dan mengembangkan kreativitas siswa dan lembar observasi guru dan siswa,
serta lembar LKS. RPP disajikan dalam lampiran 2, lembar observasi lampiran 3 dan 4.
44
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Dalam pelaksanaan tindakan ini, siswa menyelesaikan materi belajar sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai secara berkelompok. Pembelajaran
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Membuka Pelajaran
Dalam mengorganisasi kelas. Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan
salam, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan mengatur suasana
kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran.
2. Apersepsi
Pada tahap ini guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati gerak ranting
pohon. Guru memberi skor kepada siswa yang mengamati pohon. Guru
menanyakan kepada siswa, apa yang menyebabkan ranting pohon bergerak. Guru
memberi skor kepada siswa yang menemukan penyebab gerak ranting. Kemudian
guru menanyakan gerak benda apa saja yang dipengaruhi oleh angin. Guru
memberi skor kepada siswa yang mengetahui pengaruh energi angina terhadap
gerak ranting.
3. Pembentukan kelompok
Pada tahap ini siswa membentuk kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa diminta
belajar secara berkelompok. Selanjutnya guru menjelaskan tentang kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran, yakni
upaya penentuan alat dann bahan untuk membuat parasut dan membuat parasut.
4. Penemuan
Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya
kepada teman-temannya sekelas serta mendemonstrasikannya, siswa lain diberi
kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat juga mengajukan pertanyaan untuk
membantu siswa memahami topik yang sedang dipelajari. Siswa diminta
memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada fase kedua dan memperbaiki jika
ternyata setelah didiskusikan terdapat kesalahan. Guru mengecek kembali
pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Siswa dapat juga
45
mengajukan permasalahan atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami
dan topik yang sedang dipelajari.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 yang dilakukan di SDN
Tumbrep 02 Bandar Batang, menunjukkan bahwa kenaikan kreativitas siswa terlihat
signifikan. Pemantapan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus 2 yakni dimulai
dengan guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, siswa diminta belajar
secara kelompok. Dalam mengorganisasi kelas, nampak guru melakukan
pendampingan ke kelompok-kelompok. Observasi terhadap tindakan siklus 2
dilakukan selama proses pembelajaran dilaksanakan oleh observer yaitu teman
sejawat, yaitu guru yang mengajar di kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang.
Hasil observasi implementasi RPP menunjukkan bahwa tahapan-tahapan inkuiri telah
dilaksanakan oleh guru sesuai dengan rencana yang tertuang dalam RPP IPA tentang
Pengaruh angin terhadap gerak suatu benda.
Tahapan-tahapan pendekatan inkuiri itu meliputi tahap orientasi, tahap verifikasi,
tahap eksperimentasi, tahap merumuskan peristiwa yang terjadi dan tahap analisis
proses penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi kreativitas belajar IPA
siswa kelas IV dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri secara
terperinci dapat ditunjukkan dalam tabel 4.3 berikut ini
Tabel. 4.3 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 2
Ketersediaan Kreativitas
Aspek Kreativitas
1. Rasa ingin tahu
2.Keterbukaan terhadap
pengalaman
3. Mau menerima resiko
F % F % F %
Ada 18 90 18 90 19 95
Tidak Ada. 2 10 2 10 1 5
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan adanya kenaikan kreativitas belajar siswa
dalam pembelajaran inkuiri dibandingkan pada pembelajaran siklus 1, yakni rasa ingin
tahu mencapai 90 %, keterbukaan terhadap pengalaman juga mencapai 90 % dan
46
mau menerima resiko 95 %. Rasa ingin tahu tersebut nampak melalui indikator siswa
menyimak pohon, siswa menemukan penyebab gerak ranting, siswa mengetahui
pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dan siswa dapat merumuskan
masalah angin dan gerak. Ternyata jika siswa melakukan pengamatan sendiri, maka
aktivitas yang diminta oleh guru dapat dilakukannya dengan baik, dan nampak rasa
keingin-tahuan terhadap gerak benda dan angin sangat besar. Begitu pula toleransi
terhadap resiko nampak pada keberanian siswa dalam menentukan alat dan bahan
untuk membuat baling-baling dan keberanian siswa untuk membuat baling-baling.
Keadaan ini, terbukti bahwa siswa juga dapat bekerja bersama dengan kelompoknya.
Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, nampak pada keberanian siswa
untuk mendemonstrasikan baling-baling dan mendiskripsikannya serta keberanian
untuk membuat kesimpulan. Jadi aktivitas yang diberikan kepada siswa, dapat
memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya melalui pendekatan
pembelajaran inkuiri. Untuk itu, lebih jelas lagi, deskripsi kreativitas pada siklus 2 ini
ditunjukkan melalui gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 2
47
4.3.3 Refleksi Siklus 2
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan kreativitas
belajar yang sudah optimal. Kenaikan kreativitas dibanding dengan peningkatan
kreativitas dari pra siklus ke siklus 1 lebih besar daripada kenaikan kreativitas dari
siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dipahami, bahwa pada siklus 1 merupakan
pemberian tindakan yang benar-benar baru, sementara pada siklus ke 2, pemberian
tindakan sudah mengulang, sehingga kreativitas yang dikembangkan tidak dapat
mencapai maksimal. Dengan demikian, diperlukan pemberian motivasi yang lebih
serius terutama kepada dua siswa yang belum kreatif. Ada beberapa penyebab
kenaikan kreativitas belajar, antara lain:
1. Guru sudah mengorganisasi kelas, siswa belajar secara berkelompok tanpa ada
bimbingan.
2. Guru menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan cermat
dan teliti, sehingga siswa dapat melaksanakan tugas dengan baik.
3. Guru memberikan penguatan kepada siswa.
Refleksi kreativitas berdasarkan lembar observasi menunjukkan hasil yang baik
dan menggembirakan, meski belum mencapai 100% seluruh siswa kreatif. Hal ini
menunjukkan bahwa kreativitas siswa kurang optimal pada materi pengaruh energi
angin terhadap gerak benda terutama dalam pembuatan parasut. Masih ada 2 siswa
atau 1 siswa saja yang tidak optimal terhadap rasa ingin-tahu, toleransi terhadap
pengalaman dan mau menerima resiko.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan observasi baik observasi dari penskoran kreativitas siswa,
maupun observasi dari implementasi RPP, yang diperoleh dari proses perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan, terbukti menunjukkan ada perubahan kreativitas belajar
terhadap jumlah siswa yang signifikan dengan mengembangkan kreativitas siswa yang di
desain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dalam IPA pada setiap
siklusnya.
Hasil observasi implementasi RPP menunjukkan, bahwa guru telah memulai
pelajaran dengan mengorganisasi kelas, siswa diminta belajar secara berkelompok, guru
48
sudah menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses
pembelajaran, guru mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topic.
Siswa sudah memulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan, siswa aktif
bekerjasama dengan teman dalam kelompok, guru memberikan jawaban masalah secara
langsung kepada siswa, beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan
hasil pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi kesempatan untuk
menanggapi. Guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami topik yang
sedang dipelajari. Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya dan
memperbaiki, guru mengecek kembali pemahaman siswa dengan memberikan soal
latihan. Siswa mengajukan permasalahan atau pertanyaan, guru menilai atau melakukan
evaluasi belajar tentang materi yang dipelajari.
Perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dari keadaan pra siklus, siklus 1 dan
siklus 2 disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel. 4.4 Perbandingan Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Antar Siklus
Ketersediaan Kreativ
itas
Aspek Kreativitas
1. Rasa ingin
tahu
2.Keterbukaan terhadap
pengalaman
3. Mau menerima resiko
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Ada 10 80 90 10 75 90 10 85 95
Tidak Ada
90 20 10 90 25 10 90 15 5
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Besarnya skor kreativitas belajar pada pra siklus untuk ke 3 aspek masing-masing
10 %. Keadaan ini mengalami perubahan, yakni terjadi kenaikan yang drastis mulai dari
siklus 1 untuk ke 3 aspek yakni 80 %, 75 % dan 85%. Sedangkan pada siklus 2 untuk ke
3 aspek tersebut naik menjadi 90 % , 90 % dan 95 %. Persentase kenaikan kreativitas
nampak pada skor 1 terendah adalah keterbukaan yang mencapai 75 % dan skor tertinggi
mencapai 85 % yakni mau menerima resiko. Kenaikan yang tinggi pula dalam siklus 2,
dengan kenaikan terendah 90 dan teringgi 95 %. Adanya kreativitas yang muncul ini
49
disebabkan diterapkannya pendekatan pembelajaran inkuiri. Pendekatan pembelajaran
inkuiri merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada penemuan, sehingga
proses pembelajarannya dimulai dari tahap orientasi yakni melakukan pengamatan,
mencari penyebab benda bergerak berarti disini siswa sudah berupaya untuk
menemukan, menjawab permasalahan pengaruh angina terhadap gerak benda apa saja
berarti siswa harus kreatif menemukan jawaban itu, membuat rumusan masalah,
menentukan alat dan bahan, melakukan percobaan, menjelaskan dan
mendemonstrasikan hasil percobaan dan membuat kesimpulan. Langkah-langkah inilah
yang mendorong siswa untuk kreatif dalam menemukan dan mencari. Jadi penggunaan
pendekatan pembelajaran inkuiri terbukti dapat mengembangkan kreativitas siswa, hal ini
sejalan dengan Sullivan, Florence R dalam penemuan penelitian mengatakan bahwa
terdapat 4 aspek yang terbukti sangat penting dalam pengembangan kreatifitas siswa
dapat tercapai dalam pembelajaran inkuiri. Di samping iitu, Longo juga menunjukkan
penemuannya dari hasil penelitiannya yang dilakukan, dengan membuktikan bahwa
metode inkuiri membantu siswa dalam meningkatkan kreatifitasnya.